Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DAN STARBIO
TERHADAP KUANTITAS BIOGAS DI DESA PAKIS BARU
KECAMATAN NAWANGAN KABUPATEN PACITAN
Oleh :
PONGKI HARDI PUTRA
NIM : 201303037
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
i
i
SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DAN STARBIO TERHADAP
KUANTITAS BIOGAS DI DESA PAKIS BARU KECAMATAN
NAWANGAN KABUPATEN PACITAN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
PONGKI HARDI PUTRA
NIM : 201303037
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
201
ii
ii
iii
iii
iv
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Pongki Hardi Putra
NIM : 201303037
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana
di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh
dari hasil penerbitan, baik yang sudah maupun yang belum dipublikasikan, sumbernya
dijelaskan dalam daftar pustaka.
Madiun, Juni 2017
Pongki Hardi Putra
NIM. 201303037
v
v
MOTTO
“Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru berkerja karena mereka terinspirasi,
namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka berkerja. Mereka tidak
menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi”
(Ernest Newman)
“Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang
harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya
atau tidak”
(Aldus Huxley)
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”
(Aristoteles)
vi
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-
Nya. Dan atas dukungan serta doa dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan
bahagia skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Allah SWT, karena rahmat dan kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi
ini tanpa suatu halangan.
2. Kedua orang tua, yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi selama
penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas kasih sayang dan pengorbanan yang
telah engkau berikan selama ini. Serta tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada
istriku tercinta yang telah mendukung perjalanku selama menempuh perkuliahan.
3. Bapak dan ibu dosen pembimbing, penguji dan para dosen pengajar, yang selama
ini telah membimbing dengan sepenuh hati.
4. Sahabat dan teman-teman, yang telah memberikan arti dalam perjalanan
pendidikan saya, terimakasih atas pengalaman berharga dan kebersamaan selama
ini.
5. Dan semua pihak yang telah membantu skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan
secara satu per satu.
Demikian persembahan yang dapat saya sampaikan. Apabila ada kurang lebihnya
saya sampaikan mohon maaf dan terimakasih.
vii
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Pongki Hardi Putra
Jenis Kelamin : 201303037
Tempat dan Tanggal Lahit : Jakarta, 11 Januari 1994
Agama : Islam
Alamat : RT. 05 RW. 02 Pondok Desa
Macanan Kecamatan Jogorogo
Kabupaten Ngawi
Riwayat Pendidikan : 1. SDN MACANAN 2
2. SMPN 1 JOGOROGO
3. SMK PGRI 2 GENENG
viii
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmad dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh penambahan EM4
dan Starbio terhadap kuantitas Biogas di Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan
Kabupaten Pacitan” dapat diselesaikan secara tepat waktu.
Skripsi ini penulis ajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.KM). keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak
terlepas dari bimbingan dan kerja sama oleh beberapa pihak terkait. Oleh sebab itu
penulis sampaikan terima kasih kepada :
1. Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,
M.Kes (Epid).
2. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,
M.Kes.
3. Dosen Pembimbing I, Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes.
4. Dosen Pembimbing II, Bapak A. Agus Widodo, S.KM., M.Mkes.
5. Penguji proposal skripsi, Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid).
6. Bapak dan Ibu dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Masyarakat yang telah
berbagi ilmu dalam perkuliahan.
7. Bapak Budi Setianto selaku Kepala Desa Pakis baru.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi.
ix
ix
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik yang membangun untuk perbaikan dalam skripsi ini.
Madiun, Juni 2017
Pongki Hardi Putra
x
x
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan .................................................................................................... 1
Sampul Dalam ................................................................................................... 2
Lembar Persetujuan ........................................................................................... 3
Lembar Pengesahan ........................................................................................... 4
Halaman Pernyataan .......................................................................................... 5
Moto .................................................................................................................. 6
Persembahan ...................................................................................................... 7
Daftar Riwayar Hidup ........................................................................................ 8
Kata Pengantar ................................................................................................... 9
Daftar Isi .......................................................................................................... 10
Abstrak .............................................................................................................. 13
Abstract ............................................................................................................. 14
Daftar Tabel ..................................................................................................... 15
Daftar Gambar .................................................................................................. 16
Daftar Lampiran ................................................................................................ 17
Daftar Singkatan dan Istilah ............................................................................. 18
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
1.5 Keaslian Penelitian ......................................................................... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Sejarah Biogas ................................................................................ 7
2.2 Biogas dari Limbah Peternakan dan Pertanian ............................... 9
2.3 Proses Pembuatan Biogas .............................................................. 10
2.4 Pengertian EM4 dan Starbio .......................................................... 15
BAB 3. KERANGKA KONSEP ........................................................................ 21
1.1 Kerangka Teori .............................................................................. 21
1.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 24
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 26
4.1 Desain Penelitian ........................................................................... 26
4.2 Kerangka Kerja penelitian ............................................................. 26
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 32
xi
xi
4.4 Instrumen Penelitian ...................................................................... 33
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 33
4.6 Prosedur pengumpulan Data .......................................................... 34
4.7 Teknik Analisis .............................................................................. 34
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 38
5.1 Hasil .............................................................................................. 38
5.2 Pembahasan .................................................................................. 45
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 50
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 50
6.2 Saran ............................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 53
xii
xii
ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DAN STARBIO TERHADAP
KUANTITAS BIOGAS DI DESA PAKIS BARU
KECAMATAN NAWANGAN KABUPATEN PACITAN
PONGKI HARDI PUTRA
NIM. 201303037
Berdasarkan data statistik yang ada di Desa Pakis Baru jumlah populasi hewan ternak
sapi di Desa Pakis Baru yaitu berjumlah 750 ekor sapi. Menurut hasil estimasi, seekor
sapi dalam satu hari dapat menghasilkan kotoran sebanyak 10-30 Kg. Diketahui bahwa
setiap 10 Kg kotoran sapi berpotensi mengahasilkan 360 liter biogas.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh EM4 dan Starbio terhadap
kuantitas biogas yang dihasilkan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis
penelitian studi eksperimental dengan menggunakan uji One Way Anova, dimana
peneliti melakukan penelitian dengan perlakuan pada bahan baku kotoran sapi dan
pengencer air dengan perbandingan 1:2, dengan penambahan Microorganism EM4
dan Microorganism Starbio. Pada penelitian ini membutuhkan 6 kali replikasi
kemudian masing-masing perlakuan akan diukur hasil volume biogasnya.
Hasil dari penelitian didapatkan nilai F hitung adalah sebesar 2,425 dan nilai F tabel
adalah 2,53. Maka nilai F hitung > F tabel yang artinya Ho ditolak maka Ha diterima
atau terdapat perbedaan rata-rata pada masing-masing perlakuan penambahan EM4 dan
starbio pada pembuatan biogas dan nilai signifikan berdasarkan uji statistik adalah
sebesar 0,065 sedangkan nilai signifikasi tetapan adalah sebesar 0,05. Maka nilai
signifikansi < 0,05 yang artinya Ho ditolak maka Ha diterima. Kesimpulan dari
penelitian ini bahwa terdapat perbedaan pada rata-rata kuantitas biogas yang dihasilkan
dengan perlakuan menambahkan EM4 dan starbio pada pembuatan biogas dengan
bahan utama kotoran sapi.
Kata kunci : Pengaruh, EM4, Starbio, Biogas
xiii
xiii
ABSTRACT
EFFECT OF ADDITION OF EM4 AND STARBIO ON QUANTITY BIOGAS IN
PAKIS BARU VILLAGE
NAWANGAN SUBDISTRICT DISTRICT OF PACITAN
PONGKI HARDI PUTRA
NIM. 201303037
Based on statistical data in Desa Pakis Baru, the number of cattle population in Desa
Pakis Baru are 750 cows. According to estimation results, a cow in one day can
produce as much as 10-30 Kg of dirt. It is known that every 10 kg of cow dung has the
potential to produce 360 liters of biogas.
The purpose of this study To determine the effect of EM4 and Starbio on the quantity
of biogas produced. In this study the researcher used experimental study type using
One Way Anova test, where the researcher did research with treatment on raw material
of cow dung and water diluent with ratio 1: 2, with addition of Microorganism EM4
and Microorganism Starbio. In this research require 6 times replication then each
treatment will be measured result of biogas volume.
The result of research got the value of F arithmetic is equal to 2,425 and value of F
table is 2,53. Then the value of F arithmetic> F table which means Ho is rejected then
Ha accepted or there is average difference in each treatment addition of EM4 and
starbio on the manufacture of biogas and significant value based on statistical test is
0.065 while the significance value of the constant is 0.05. Then the significance value
<0.05 which means Ho is rejected then Ha accepted. The conclusion of this study is
that there is a difference in the average quantity of biogas produced by adding EM4
and starbio treatment on the manufacture of biogas with the main ingredients of cow
dung.
Keywords: Influence, EM4, Starbio, Biogas
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian penelitian .............................................................................. 6
Tabel 2.1 Komposisi bioaktivator EM4 ............................................................. 15
Tabel 4.1 Perbandingan penggunaan mikroorganism EM 4
dan Starbio ........................................................................................ 27
Tabel 4.2 Alat dan bahan untuk proses pembuatan biogas ................................. 28
Tabel 4.3 Definisi operasional penelitian............................................................ 33
Tabel 5.1 Biogas yang dihasilkan selama 35 hari .............................................. 41
Tabel 5.2 Hasil uji normalitas data .................................................................... 42
Tabel 5.3 Hasil uji statistik homogenitas ........................................................... 43
Tabel 5.4 Hasil rata-rata volume biogas ............................................................ 43
Tabel 5.5 Hasil uji statistik one way anova ....................................................... 44
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka teori proses pembentukan biogas .................................... 22
Gambar 3.2 Kerangka konsep penelitian ............................................................ 24
Gambar 4.1 Kerangka kerja yang digunakan dalam penelitian ......................... 26
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Form Komunikasi proposal Penelitian
Lampiran 2 Cara kerja penelitian
Lampiran 3 Tabel observasi pembuatan biogas dengan penambanhan
EM4 dan starbio
Lampiran 4 Hasil uji statistik dengan SPSS
Lampiran 5 Form persetujuan revisi skripsi
Lampiran 6 Jadwal kegiatan penelitian
Lampiran 7 Dokumentasi peneltian
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
KEN : Kebijakan Energi Nasional
PERPERS : Peraturan Presiden
E. Coli : Escherichia Coli
Escherichia Coli : Bakteri dari spesies bakteri gram negatif
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
EM4 : Efektif Mikroorganism
GRK : Gas Rumah Kaca
BBM : Bahan Bakar Minyak
PVC : Polyvinyl Chloride
PE : Poly Ethilen
POC : Pupuk Organik Cair
Ca : Kalsium
Mg : Magnesium
Fe : Besi
Al : Aluminuim
Zn : Seng
Cu : Tembaga
Mn : Mangan
Na : Natrium
B : Borium
N : Nitrogen
Ni : Nikel
K : Kalium
P : Fosfor
Cl : Khlor
C : Karbon
Ph : Power of Hidrogen
FCR : Feed Conversion Ratio oC : Derajat Celcius
CO2. : Carbon Dioksida
ml : Mililiter
ppm : Part Per Million
Kg : Kilogram
LPG : Liquefied Petroleum Gas
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Beberapa tahun terakhir ini Indonesia menghadapi berbagai permasalahan
terkait dengan ketersediaan energi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
penduduk, tingkat ekonomi yang semakin meningkat, serta perkembangan
teknologi yang semakin pesat dari waktu ke waktu mengakibatkan Indonesia
membutuhkan energi yang sangat besar. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi
dan batu bara merupakan sumber energi utama di Indonesia. Minyak bumi adalah
sumber energi yang tidak terbarukan butuh ratusan bahkan jutaan tahun untuk
mengkonversi biomasa menjadi minyak bumi. Eksploitasi energi yang berlebihan
dari sumber daya alam terutama minyak bumi selama ini menyebabkan
menipisnya kandungan minyak bumi tersebut menimbulkan kerusakan lingkungan
dan krisis energi. Krisis energi dan kerusakan lingkungan ini memerlukan
penanganan serius. Usaha untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan
dan pengembangan sumber energi alternatif termasuk biaya energi terus di
upayakan dan dilakukan. Hal ini sesuai dengan PERPRES No.5 tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). KEN bertujuan untuk mewujudkan
ketahanan energi dengan sasaran pada tahun 2025 (Batubara, 2014).
2
Bioenergi merupakan energi terbarukan yang berasal dari biomasa.
Pengembangan bioenergi ini tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak yang harganya terus meningkat, tetapi juga dapat
meningkatkan keamana pasokan energi nasional. Oleh karena itu perlu untuk
diwujudkan energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable energy) dan
aman lingkungan (green energy) sangat dibutuhkan dan sangat penting untuk
diupayakan serta dioptimalkan pengolahan dan penggunaanya. Biogas seperti
metana dan biohidrogen merupakan energi terbarukan yang dihasilkan oleh bakteri
dalam keadaan tanpa oksigen. Umumnya bakteri yang menghasilkan biogas adalah
bakteri kotoran ternak termasuk kotoran sapi. Untuk menghasilkan biogas
dibutuhkan reaktor biogas (digester) yang merupakan suatu instalasi kedap udara
sehingga proses dekomposisi bahan organik dapat berjalan secara optimum.
Disamping itu, digester biogas dapat mengurai emisi gas metana (CH4) yang
merupakan salah satu gas yang menimbulkan efek gas rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan (Wahyuni 2008).
Pemanfaatan kotoran hewan ternak sebagai bahan baku biogas akan
mengatasi beberapa permasalahn yang ditimbulkan kotoran tersebut bila
dibandingkan dengan limbah hanya dibiarkan menumpuk tanpa pengolahan.
Kotoran yang menumpuk dapat mencemari lingkungan. Jika kotoran tersebut
terbawa air masuk ke dalam tanah atau sungai akan mencemari air tanah dan air
sungai. Selain itu, kotoran tersebut juga dapat membahayakan kesehatan manusia
karena mengandung racun dan bakteri-bakteri patogen seperti E. Coli. Limbah
3
yang menumpuk dapat menyebabkan polusi udara, berupa bau yang tidak sedap,
menyebabkan penyakit pernapasan (ISPA), terganggunya kebersihan lingkungan,
dan dapat menimbulkan efek rumah kaca yang ditimbulkan oleh gas metana
(Hambali dkk, 2007).
Ketersediaan bahan baku biogas yaitu kotoran hewan di Indonesia cukup
melimpah. Hewan –hewan tersebut dipelihara baik dalam jumlah besar di
peternakan maupun dipelihara secara individu dalam jumlah kecil oleh rumah
tangga. Di Jawa Timur populasi hewan ternak terutama sapi meningkat signifikan,
hal ini terbukti setelah Badan Pusat Statistik melakukan pendataan sapi dengan
jumlah 4,3 juta ekor sapi pada tahun 2015. Provinsi lain seperti Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat masing-masing hanya mencatatkan 1
juta ekor sapi. Berdasarkan data statistik yang ada di Desa Pakis Baru jumlah
populasi hewan ternak sapi di Desa Pakis Baru yaitu berjumlah 750 ekor sapi.
Menurut hasil estimasi, seekor sapi dalam satu hari dapat menghasilkan kotoran
sebanyak 10-30 Kg. Diketahui bahwa setiap 10 Kg kotoran sapi berpotensi
mengahasilkan 360 liter biogas. Dengan jumlah yang demikian tinggi, dapat
dibayangkan berapa jumlah biogas yang dapat dihasilkan. Penerapan biogas juga
memberikan dampak terhadap perkembangan peternakan di Indonesia, yaitu dapat
meningkatkan jumlah petani-peternak dan secara otomatis meningkatkan populasi
ternak, menghemat devisa negara, dan mendukung perbaikan ekonomi rakyat
(Hambali dkk, 2007).
4
Melihat dari segi keuntungan biogas serta melihat dampak buruk bagi
kesehatan dan lingkungan yang diakibatkan dari kotoran sapi yang menumpuk
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait biogas. Pada lokasi penelitian
kotoran ternak terutama yang berasal dari hewan ternak sapi masih belum
dimanfaatkan untuk bahan biogas sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai
pupuk tanaman secara langsung. Apabila pupuk tidak dimanfaatkan sebagai
pupuk, kotoran sapi hanya dibiarkan menumpuk di sekitar kandang ternak dan
sebagian besar kandang ternak berdekatan dengan rumah pemilik ternak yang rata-
rata memiliki jarak kurang dari 10 meter. Hal ini bisa juga memiliki dampak buruk
terhadap kesehatan penghuni rumah yang berdekatan dengan kandang ternak.
Selain itu bagi masyarakat yang memiliki sumber air di sekitar kandang ternak bisa
dicemari oleh bakteri yang berasal dari kotoran ternak yang menumpuk tersebut.
Namun pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan penelitian tentang pembuatan
biogas melainkan melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penambahan Em4 dan
Starbio Terhadap KuantitasBiogas di Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan
Kabupaten Pacitan”. Alasan peneliti menggunakan Microorganism EM4 dan
Microorganism Starbio dikarenakan di dalam kedua bahan tersebut mengandung
bakteri anaerob, dinama bakteri anaerob merupakan bakteri yang membantu dalam
setiap tahapan pembuatan biogas. Selain itu pada EM4 memiliki salah satu fungsi
yaitu untuk memfermentasi bahan-bahan organik secara singkat oleh effective
microorganism sehingga diperkirakan bisa membantu proses fermentasi bahan
biogas yang bersifat organik dalam hal ini adalah kotoran sapi. Sedangkan pada
5
Starbio terdapat bakteri yang mampu mencerna protein dan lemak, hal ini diduga
dapat membantu proses pembentukan biogas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian
ini sebagai berikut “Bagaimana pengaruh EM4 dan Starbio terhadap kuantitas
biogas yang dihasilkan ?”.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Umum
Mengetahui pengaruh EM4 dan Starbio terhadap kuantitas biogas yang
dihasilkan.
1.3.1 Khusus
1. Mengetahui pengaruh penambahan EM4 dan Starbio dengan perbandingan
sebanyak 0:0 ml.
2. Mengetahui pengaruh penambahan EM4 dan Starbio dengan perbandingan
sebanyak 0:60 ml.
3. Mengetahui pengaruh penambahan EM4 dan Starbio dengan perbandingan
sebanyak 60:0 ml.
4. Mengetahui pengaruh penambahan EM4 dan Starbio dengan perbandingan
sebanyak 30:30 ml.
6
5. Mengetahui pengaruh penambahan EM4 dan Starbio dengan perbandingan
sebanyak 20:40 ml.
6. Mengetahui pengaruh penambahan EM4 dan Starbio dengan perbandingan
sebanyak 40:20 ml.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat
1. Dapat sebagai masukan kepada masyarakat Desa Pakis Baru, Kecamatan
Nawangan Kabupaten Pacitan.
2. Sebagai alternatif untuk masyarakat dalam mengelola kotoran sapi yang
lebih bermanfaat sebelum dijadikan pupuk.
1.4.2 Manfaat Bagi Instansi
1. Menambah informasi sebagai bahan ajaran terhadap pembuatan biogas dari
kotoran sapi.
2. Menambah mitra kerjasama dengan daerah tempat penelitian dalam upaya
menambah keterampilan dan pengetahuan manusia.
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti
Memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi tenaga Kesehatan Masyarakat
mengenai pengaruh penambahan EM4 dan Starbio terhadap kuantitas biogas
yang dihasilkan.
7
1.5 KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Keaslian penelitian
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tri Ratna Ardiningtyas (2013),
Pengaruh penggunaan Effective
Microorganism 4 (EM4) dan
molase terhadap kualitas kompos
dalam pengomposan sampah
organik RSUD DR.R. Soetrasno
Rembang
True Experiment,
dengan desain posttest
only control group
design. Dengan
menggunakan uji
Wilcoxon.
Ada pengaruh
penggunaan Effective
Microorganism 4
(EM4) dan molase
terhadap kualitas
kompos.
Riswandi, Sofia Sandi dan Fitra
Yosi (2012), Kombinasi
pemberian Starbio dan EM-4
melalui pakan dan air minum
terhadap performa itik.
Rancangan acak
lengkap (RAL) yang
terdiri atas 5 perlakuan
3 ulangan.
Penambahan Starbio
dan EM-4 pada pakan
dan air minum tidak
berpengaruh nyata.
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Pada penelitian-penelitian sebelumnya EM4 dan Starbio banyak digunakan
pada kegiatan pengomposan sampah organik dan peternakan. Dan pada
penelitian ini digunakan pada pembuatan biogas.
2. Variabel bebas pada penelitian ini adalah EM4 dan Starbio Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah biogas.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 SEJARAH BIOGAS
Biogas atau gas bio merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas
Microorganisme anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik, seperti
kotoran manusia dan hewan, limbah domestik atau rumah tangga,sampah organik
yang mudah diurai (biodegradable). Biogas merupakan bahan bakar alternatif masa
depan berupa gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun
untuik menghasilkan listrik termasuk untuk memenuhi kebutuhan energi rumah
tangga. Biogas dalam aplikasi Teknik pemanfaatan limbah memegang peranan yang
penting, karena biogas dengan nama kimia gas Metana (CH4) merupakan salah satu
dari kelompok Gas Rumah Kaca (GRK) yang lebih berbahaya dalam pemanasan
global bilamana dibandingkan dengan gas Karbondioksida (CO2). Hal ini
dikarenakan karbon yang menyusun biogas merupakan karbon yang diambil dari
atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan kembali ke atmosfer
tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer apabila dibandingkan dengan
pembakaran bahan bakar fosil (Karno dkk, 2013).
9
Sejarah biogas dimulai dari kebudayaan Mesir, China dan Romawi kuno yang
diketahui telah memanfaatkan biogas alami yang ada di alam ini yang dibakar untuk
menghasilkan panas. Namun demikian, orang pertama yang mengaitkan gas bakar
ini dengan proses pembusukan sayuran adalah Alessandro Volitera pada tahun
1776. Volitera mengamati bahan organik yang sedang melapuk menghasilkan gas
yang mudah terbakar dan ini disebut gas metana. Pada akhir abad ke-19 Jerman dan
Perancis melakukan beberapa riset unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan
limbah dari pertanian. Di Inggris dan benua eropa selama perang dunia ke 2 banyak
petani yang membuat digester (pencerna) kecil untuk menghasilkan biogas yang
digunakan untuk menggerakkan traktor (Karno dkk, 2013). Mengingat pada tahun
1950-an harga BBM fosil semakin murah dan dengan mudah diperoleh, maka
pemakaian biogas di eropa mulai ditinggalkan. Di negara China sejak tahun 1975
dicanangkan program “Biogas for every household” dan pada tahun 1992 sebanyak
5 juta rumah tangga di China telah menggunakan biogas dengan bahan baku kotoran
ternak dan manusia serta limbah pertanian. Di India pada tahun 1981 telah
dikembangkan biogas dalam program “The National Project on Biogas
Development” oleh departemen sumber energi non konvensional dan pada tahun
1999 jumlah rumah tangga yang menggunakan biogas sudah sebanyak 3 juta. Di
Indonesia biogas mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an dan selanjutnya pada
tahun 1981 melalui proyek perkembangan biogas dengan dukungan dana dari FAO
(Food AgricuLiterur Organization) dibangun contoh instalasi biogas di beberapa
10
provinsi atau kawasan peternakan antara lain Aceh, Padang, Jambi, Lampung, Jawa
Barat dan Jawa Timur (Karno dkk, 2013).
1.2 BIOGAS DARI LIMBAH PETERNAKAN DAN PERTANIAN
Ada beberapa jenis limbah dari peternakan dan pertanian, yaitu limbah padat,
cair dan gas. Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padatan atau
berada dalam fase padat. Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan
atau berada dalam fase cair. Sementara limbah gas adalah semua limbah yang
berbentuk gas atau berada dalam fase gas. Limbah tersebut dapat diolah menjadi
energi yaitu biogas (Wahyuni 2008).
Teknologi biogas merupakan salah satu teknik tepat guna untuk mengolah
limbah, baik limbah peternakan, pertanian, limbah industri, dan rumah tangga untuk
mengahasilkan energi. Teknologi ini memanfaatkan Microorganism yang tersedia
dialam untuk merombak dan mengolah berbagai limbah organik yang ditempatkan
pada ruangan kedap udara (anaerob). Selanjutnya hasil pengolahan limbah tersebut
dengan konsep hasil akhir menjadi produk berdaya guna sebagai bahan bakar gas
(biogas) dan pupuk organik padat atau cair bermutu baik (limbah keluaran dari
digester). Dua jenis produk ini sangat membantu permasalahan bahan bakar dan
kebutuhan pupuk organik (Wahyuni 2008).
11
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan limbah keluaran dari digester biogas
secara rutin mampu meningkatkan produksi padi secara berkesinambungan. Hal ini
berbeda dengan pupuk kimia atau sintesis yang justru bisa menurunkan produksi
tanaman jika digunakan secara terus menerus. Keunggulan lainnya adalah pupuk
yang dihasilkan tidak menimbulkan adanya residu atau gulma di dalam lahan sawah
(Wahyuni 2008).
1.3 PROSES PEMBUATAN BIOGAS
Sebelum membuat biogas, terlebih dahulu kita harus mengetahui model
instalasi biogas sehingga tekhnik dan cara-cara pembuatan biogas itu dapat
dipraktikkan (Karno dkk, 2013). Berikut di bawah ini merupakan langkah-langkah
pembuatan biogas dari bahan Poly Ethilen (PE) :
1. Persiapan infrastruktur pembangkit.
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk membuat infrastruktur ini
semuanya dengan mudah diperoleh di toko di daerah sehingga yang awalnya
proses pembuatan biogas dianggap rumit, namun pada akhirnya menjadi
sederhana dan dapat dibuat oleh masyarakat sendiri. Selain itu bahan yang
digunakan ada yang berupa barang-barang bekas, seperti karet dan ban dalam
kendaraan bermotor sebagai tali yang dibutuhkan untuk mengikat Poly Ethilen
baik pada pembuatan digester maupun tangki biogas. Peralatan yang
dibutuhkan untuk pembangkit biogas Poly Ethilen (PE) antara lain :
12
a. Bak inlet dan outlet dari buis beton ukuran garis tengah 80 Cm dengan
tinggi 50 Cm sebanyak dua buah.
b. Pembangkit (digester) biogas dari bahan PE yang dibuat rangkap atau
lapis tiga dengan diameter dan volume disesuaikan dengan bahan baku
yang dihasilkan perhari.
c. Penampung (tangki) gas dari bahan PE yang sama seperti dengan untuk
pembangkit biogas yang dibuat rangkap dua.
d. Selang plastik untuk menyalurkan biogas dari pembangkit ke penampung
dan dari penampung ke kompor.
e. Pipa PVC, shock drat dalam dan luar 1 2⁄ Inci serta stop kran diameter 3-4
Inci.
f. Kompor gas yang dimodifikasi yaitu kompor gas biasa yang dimodifikasi
maupun membuat sendiri.
2. Inventarisasi bahan dan alat.
Inventarisasi bahan dan alat dilakukan dengan cara mencatat bahan-bahan dan
alat yang telah dibeli yang nantinya akan digunakan untuk membuat biogas dari
PE. Sehingga dapat mengetahui kelengkapan alat dan bahan.
3. Merakit pembangkit biogas dari PE.
a. Merakit pembangkit biogas PE
Plastik PE dapat diperoleh ditoko plastik. Spesifikasi plastik yang tebal
(0,08 Mm) yang dapat digunakan. Dipasaran tersedia berbagai pilihan
13
ukuran, antara lain : lebar mulai 80 Cm, 100 Cm, 120 Cm dan 150 Cm
dengan ukuran panjang yang sama yaitu 25 Meter per gulungan atau roll.
Menurut FAO akan lebih baik apabila menggunakan plastik yang memiliki
anti ultra violet (UV) seperti yang digunakan di rumah-rumah kaca
(biasanya berwarna kuning dan kehijau-hijauan). Plastik PE adalah bahan
yang cukup kuat, namun apabila terlipat dapat meninggalkan goresan dan
ketika terkena panas matahari dan air hujan bisa retak dan sobek. Dalam
pembuatan instalasi digester ini menggunakan plastik rangkap 3-4 untuk
kekuatan digester. Pembangkit atau digester merupakan tempat terjadinya
proses pencernaan bahan organik (seperti kotoran sapi) oleh bakteri-bakteri
anaerob yang menghasilkan gas CH4 (metana).
b. Pembangkit biogas dilengkapi pipa inlet dan outlet yang dipasang di kran.
4. Memasang pembangkit.
Volume pembangkit atau digestrer disesuaikan dengan kotoran sapi yang
dihasilkan perhari sehingga diharapkan tidak ada kotoran sapi yang tidak
tertampung dalam pembangkit. Sebagai gambaran bahwa setiap ekor sapi
menghasilkan 10 Kg per hari, sedang proses fermentasi anaerob dalam
pembangkit berlangsung selama 20-21 hari, dengan penyediaan 25% dari
volume digester untuk menampung gas, maka dapat dihitung volume gas yang
dibutuhkan untuk pembangkit.
14
5. Pembuatan bak inlet.
Bak inlet (yang terbuat dari buis beton) sekaligus berfungsi sebagai bak
pencampur (mixer) antar kotoran sapi dan air dengan perbandingan 1 (kotoran
sapi) : 2 (air). Pada bagian ujung pipa penyalur ke digester dilengkapi dengan
saringan terpasang dan stop kran sebelum masuk ke pembangkit PE.
6. Pembuatan bak outlet.
Bak untuk outlet dibuat dari buis beton dengan bentuk dan ukuran yang sama
dengan untuk inlet dan dipasang stop kran. Fungsi bak ini un tuk menampung
limbah digester yang sekaligus sebagai pupuk organik cair (POC) yang
langsung dapat dimanfaatkan untuk pupuk sekaligus menyiram tanaman. Bak
ini dilengkapi dengan stop kran, yang berfungsi mengatur keluarnya limbah
digester. Volume limbah digester yang keluar sama dengan volume yang masuk
dalam digester setiap hari. Stop kran ini baru dikeluarkan pada hari ke 21 dan
seterusnya.
7. Membuat penampung biogas.
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah merakit penampung biogas
dari bahan PE. Penampung biogas yang telah terpasang diletakkan pada lokasi
yang strategis dan aman.
15
8. Membuat saluran biogas.
Saluran gas yang berasal dari digester yang nantinya menuju bak penampung
terbuat dari selang plastik. Saluran biogas yang berasal dari PVC yang
merupakan penghubung antara digester dengan penampung gas harus
dilengkapi dengan stop kran dan botol penjebak air.
9. Merakit botol penjebak uap air.
Botol penjebak uap air ini berfungsi untuk mencegah dan menahan uap air yang
dihasilkan dari pembangkit agar tidak lansung masuk kedalam plastik
penampung gas. Hal ini dilakukan karena apabila uap air tersebut apabila
sampai (hasil ikutan proses fermentasi) masuk ke plastik penampung gas
berakibat yaitu api yang ada dikompor meletup-letup karena uap air ikut
terbakar yang berdampak pada pemakai biogas menjadi takut akan terjadi
letupan-letupan kecil yang terjadi selama pemanfaatan biogas untuk memasak.
10. Instalasi saluran biogas ke kompor.
Pada langkah ini yang dilakukan adalah menyambungkan selang dari
penampung gas dengan selang yang akan menuju ke kompor. Kompor bisa
dibuat dengan cara memodifikasi kompor bekas yang mungkin masih bisa
digunakan. Namun juga harus memperhitungkan segi keamanannya.
11. Menyalurkan saluran biogas ke kompor.
Setelah selang salurang biogas sudah terpasang pada kompor maka harus
dilakukan pengecekan terlebih dahulu, sebelum nantinya siap untuk digunakan.
16
1.4 PENGERTIAN EM4 DAN STARBIO
1.4.1 Pengertian EM 4
Effective mincroorganism 4 (EM4) merupakan Microorganisme (bakteri)
pengurai yang dapat membantu dalam pembusukan sampah organik. Effective
mincroorganism 4 (EM4) berisi sekitar 80 genus Microorganisme fermentasi,
di antaranya bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp.,
Actinomycetes., dan ragi. EM4 Digunakan untuk pengomposan modern. EM4
diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi
Microorganisme di dalam tanah dan tanaman yang selanjutnya dapat
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi
tanaman. Kompos yang dihasilkan dengan cara ini ramah lingkungan berbeda
dengan kompos anorganik yang berasal dari zat kimia. Kompos ini
mengandung zat-zat yang tidak dimiliki oleh pupuk anorganik yang baik bagi
tanaman (Maman dalam Tri R., 2013). Berikut tabel komposisi bioaktivator
EM4 :
Tabel 2.1 Komposisi bioaktivator EM4 No Jenis Mikroba dan Unsur hara Nilai
1 Lactobacillus 8,7 x 105
2 Bakteri pelarut fosfat 7,5 x 106
3 Ragi/Yeast 8,5 x 106
4 Actinomycetes +
5 Bakteri fotosintetik +
6 Ca (ppm) 1,675
7 Mg (ppm) 597
8 Fe (ppm) 5,54
9 Al (ppm) 0,1
10 Zn (ppm) 1,90
11 Cu (ppm) 0,01
12 Mn (ppm) 3,29
17
13 Na (ppm) 363
14 B (ppm) 20
15 N (ppm) 0,07
16 Ni (ppm) 0,92
17 K (ppm) 7,675
18 P (ppm) 3,22
19 Cl (ppm) 414,35
20 C (ppm) 27,05
21 Ph 3,9
Effective Microorganism 4 (EM4) adalah suatu larutan kultur (biakan) dari
Microorganisme yang hidup secara alami di tanah yang subur serta bermanfaat
untuk peningkatan produksi (Maman dalam Tri R., 2013). EM4 mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
a) Effective Microorganism 4 (EM4) adalah suatu cairan berwarna coklat
dengan bau yang enak. Apabila baunya busuk atau tidak enak, berarti
Microorganisme tersebut telah mati dan harus dicampur dengan air untuk
menghentikan tumbuhnya gulma (rumput liar).
b) Effective Microorganism 4 (EM4) harus disimpan ditempat teduh dalam
wadah yang ditutup rapat.
c) Bahan-bahan organik dapat difermentasikan dalam waktu yang singkat
oleh effective Microorganism 4 (EM4).
d) Makanan-makanan untuk effective Microorganism 4 (EM4) termasuk
bahan organik molase, rabuk hijau, kotoran hewan, dan bekatul.
e) Effective Microorganism 4 (EM4) mampu bekerja secara efisien tanpa
bahan kimia.
18
Effective Microorganism 4 (EM4) dapat ditambahkan dalam
pengomposan sampah organik karena dapat mempercepat proses
pengomposan. Effective Microorganism 4 (EM4) diaplikasikan sebagai
inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi Microorganisme di
dalam tanah dan tanaman. Selain itu, effective Microorganism 4 (EM4) dapat
digunakan untuk mempercepat dekomposisi sampah organik juga dapat
meningkatkan pertumbuhan serta dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi tanaman (Maman dalam Tri R,. 2013).
1.4.2 Pengertian Mikroorgnisme Starbio
Probiotik Starbio merupakan bibit Microorganisme yang diambil dari
lambung sapi yang kemudian diproses dengan pencampuran tanah, akar rumput
dan daun-daunan atau ranting-ranting daun-daunan yang dibusukkan. Di di
dalam pencampuran tersebut mengandung mikroba khusus yang mempunyai
fungsi berbeda-beda, contohnya Cellulomonas Clostridium thermocellulosa
sebagai pencerna lemak, Agaricus dan coprius (pencerna lignin), serta
Klebssiella dan Azozpirillum trasiliensis sebagai pencerna protein. Probiotik
Starbio adalah kumpulan bakteri atau koloni dari bakteri alami yang terdiri dari
sebagai berikut :
1. Mikroba proteolitik : 6x109 satuan pembentukan koloni/gram bahan, jenis
yang biasa diformulasikan yaitu Nitrosomonas, Nitobacter, Nitrosococcus,
Nitrosolobus.
19
2. Mikroba lignolitik : 6x109 suatu pembentuk koloni/gram bahan, jenis yang
biasa diformulasikan yaitu Clavaria dendroidea, Clitocybe alexandri,
Hypolima fasciculurae.
3. Mikroba nitrogenifikasi non simbiotik : 4x108 satuan pembentukan
koloni/garam, jenis yang diformulasikan yaitu Azotobacter Spp,
Beyerinkya, Colostodium pasteurianum, Nostoc Spp, Anabaena Spp,
Tolypothrix Spp, Spirillum lipoferum.
4. Mikroba selulolitik : 8x108 sattuan pembentuk koloni/gram bahan. Koloni
yang diformulasikan yaitu Trichoderma polysporeum, Tricoderma viridae,
Cellulomonas acidula, Bacillus sellulase disolven.
5. Mikroba lipolitik : 5x108 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang
biasa diformulasikan yaitu Spirillum liporerum.
1.4.2.1 Cara kerja Mikroorgnisme Starbio
Probiotik Starbio adalah probiotik yang bersifat anaerob (tanpa udara) yang
dapat menghasilkan enzim yang berguna untuk memecah karbohidrat seperti
(selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Secara umum setiap
dus Microorganism Starbio mengandung miliaran mikroba pengurai
(menguntungkan) yang khusus diformulasikan untuk menguraikan tinja, ternak,
minyak, dan sisa makanan dari limbah organik lain menjadi partikel yang tidak
berbahaya dan mudah diserap oleh tanah. Untuk hasil terbaik bisa dicampurkan
dengan air secukupnya lalu biarkan selama 12-24 jam sebelum digunakan maka
mikroba akan langsung bekerja untuk mencari makanan dan berkembang biak,
20
di dalam bahan bakteri yang ada pada Starbio akan memakan tinja atau kotoran
serta bakteri yang merugikan lainnya. Formula akan mulai aktif setelah 12-24
jam digunakan pada bahan. Kondisi mikroba pengurai yang terkandung dalam
Starbio adalah mikroba dalam keadaan tidur sehingga tidak memerlukan
makanan, sehingga paling aman serta lebih lama dalam penyimpanan.
Kegunaan Starbio dalam ransum atau pakan ternak yaitu meningkatkan
daya cerna, lebih mudah menyerap nutrisi dan tentunya efisiensi penggunaan
ransum, probiotik ini juga mampu menghilangkan bau kotoran ternak.
Kegunaan utama dari Starbio antara lain :
a) Menurunkan biaya pakan
Mikroba yang terkandung dalam Starbio akan membantu pencernaan
dalam tubuh ternak, membantu penyerapan pakan lebih banyak jadi
pertumbuhan ternak lebih cepat dan produksi biasa lebih meningkat. Jadi
FCR (Feed Conversion Ratio) akan menurunkan sehingga biaya pakan
lebih murah.
b) Mengurangi bau kotoran ternak
Pakan ternak yang dicampur dengan Starbio akan meningkatkan
penyerapaan dalam pencernaan sehinhha kotoran ternak lebih sedikit
kering dan kandungan amoniak dalam kotoran ternak akan menurun
sampai 50% sehingga akhirnya daya tahan tubuh ternak akan meningkat
dalam kondisi ternak akan lebih segar karena kontaminasi lalat yang lebih
21
sedikit. Kondisi peternak dan lingkungannya akan lebih nyaman tidak
terganggu denga kotoran ternak.
c) Menghasilkan enzim
Peternak yang menggunakan probiotik Starbio pada ternak ternyata
menguntungkan karna bisa menghasilkan bermacam enzim yang bisa
membantu pencernaan (Lembah Hijau Mulfifarm, 2015).
22
BAB 3
KERANGKA TEORI
2.1 Kerangka Teori
Gambar 3.1 Kerangka teori proses pembentukan biogas
Subtrat polimer
Protein Karbohidrat Lemak
Asam amino
Gula
Asam lemak
Asam organik
Alkohol
Asam asetat Hidrogen CO2
Metana
Hidrolisis
Pembentukan
asam
Pembentukan
Asam asetat
Pembentukan
metana Bakteri
Pembentuk
metana
Acetogenic
bacteri
Fermentative
bacteria
Fermentative
bacteria
Sumber : Wittmajer, Et al ., 2005 dalam Hambali dkk Teknologi Bioenergi
tahun 2008
23
Pembentuk asam antara lain pseudomonas, escherichia, flavobacterium, dan
alcaligenes. Bakteri-bakteri tersebut akan mendegradasi bahan-bahn organik menjadi
asam-asam lemah. Selanjutnya, asam-asam tersebut didegradasi seperti
Methanobacterium, Methanosarcina, dan Methanococcus. Penguraian bahan-bahan
organik menjadi biogas melalui tiga proses utama, yaitu hidrolisis,asidifikasi, dan
metanisasi atau fermentasi. Pada tahap hidrolisis terjadi penguraian senyawa rantai
panjang (seperti lemak, protein, dan karbohidrat) menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana. Dalam tahap asidifikasi terjadi proses pembentukan asam-asam organik dan
pertumbuhan atau perkembangan sel bakteri, sedangkan pada tahap metanisasi terjadi
perkembangan sel Microorganisme yang menghasilkan gas metana sebagai komponen
utama biogas.
Secara umum kondisi operasi yang perlu diperhatikan dalam memproduksi biogas
adalah temperatur, ph, pengadukan, dan bahan-bahan penghambat. Perkembangbiakan
bakteri sangat dipengaruhi oleh temperatur. Pencernaan anaerobik dapat berlangsung
pada kisaran suhu 5oC sampai 55oC. Adapun temperatur optimun untuk menghasilkan
biogas adalah 35oC. Pengadukan berfungsi untuk memecah lapisan kerak di permukaan
cairan dalam sistem yang menggunakan bahan baku yang sukar dicerna (misalnya
jerami yang mengandung senyawa lignin). Lapisan kerak tersebut perlu dipecah agar
mengurangi hambatan terhadap laju biogas yang dihasilkan. Bahan penghambat adalah
bahan-bahan yang dapat menghambat pertumbuhan Microorganisme, sehingga
berpengaruh terhadap jumlah biogas yang dihasilkan. Bahan penghambat ini seperti
logam berat (tembaga, cadmium, dan kromium), disinfektan, detergen dan antibiotik.
24
Karena itu, dalam proses pembuatan biogas tersebut perlu diperhatikan air yang
digunakan sebagai pelarut atau pencampur. Pembuatan biogas dengan cara pertama
(penghancuran dalam digester) memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut.
a. Dapat menghasilkan metana yang bisa digunakan sebagai bahan bakar.
b. Sampah berupa slurry yang kaya nutrisi dan cocok digunakan sebagai pupuk.
c. Selama proses penghancuran, bakteri-bakteri patogen dalam kotoran, seperti E.
Coli, terbunuh sehingga dapat menyehatkan lingkungan.
Pemrosesan kotoran-kotoran hewan dan sampah menjadi biogas dapat mengurangi
produksi gas metan. Gas ini merupakan penyumbang terbesar pada efek rumah kaca,
bahkan lebih besar dibandingkan dengan CO2.
Berdasarkan alur pada proses pembentukan biogas menurut Wittmajer dkk (2005)
diatas dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kerangka konsep penelitian,
dimana kerangka konsep penelitian tersebut yang akan digunakan sebagai acuan untuk
meneliti masing-masing variabel. Pada kerangka teori dijelaskan bahwa terdapat tiga
tahapan pembuatan biogas yaitu hidrolisis, asidifikasi dan metanisasi dimana setiap
tahapan memerlukan bakteri fermentasi khususnya pada tahap asidifikasi dan
metanisasi. Pada kedua tahap tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan bakteri
penghasil gas metan dimana bakteri sebagian besar adalah bakteri anaerob. Dan karena
sebagian besar bakteri yang ada dalam proses pembuatan biogas adalah bakteri
anaerob, maka hal ini yang menimbulkan keterkaitan untuk melakukan penambahan
EM4 dan Starbio pada proses pembuatan biogas. EM4 memiliki salah satu fungsi yaitu
untuk memfermentasi bahan-bahan organik secara singkat oleh effective
25
microorganism sehingga bisa membantu proses fermentasi bahan biogas yang bersifat
organik dalam hal ini adalah kotoran sapi. Sedangkan pada Starbio terdapat bakteri
yang mampu mencerna protein dan lemak, hal ini diduga dapat membantu proses
pembentukan biogas. Sehingga dapat dijabarkan seperti pada kerangka konsep sepeti
pada sub bab selanjutnya.
26
2.2 Kerangka Konsep
Gambar 3.2 Kerangka konsep penelitian
Keterangan :
Berdasarkan kerangka konsep diatas cara kerja pada penelitian ini adalah dengan
cara memberikan perlakuan pada bahan biogas yaitu kotoran sapi. Kotoran sapi akan
diberikan perlakuan dengan cara menambahkan Microorganism EM4 dan
Microorganism Starbio. Hal tersebut dilalukan untuk mengetahui Microorganism
manakah yang membantu menghasilkan kuantitas biogas paling banyak. Sebelum
melakukan percobaan langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyortir kotoran
sapi dari sisa rumput yang ada dikotoran sapi, karena kotoran sapi yang bercampur
dengan rumput akan menghambat pertumbuhan Microorganism, sehingga berpengaruh
Variabel Bebas
- EM4
- Starbio
Variabel Terikat
Kuantitas biogas
27
terhadap jumlah biogas yang dihasilkan. Namun peneliti tidak meneliti sisa rumput
yang ada dikotoran sapi.
Hipotesis :
Hi : Adanya pengaruh pemberian Microorganism EM4 dan Microorganism Starbio
terhadap kuantitas biogas .
28
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian merupakan suatu perencanaan, pola dan strategi
penelitian sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian atau masalah. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian studi eksperimental dengan
menggunakan uji One Way Anova, dimana peneliti melakukan penelitian dengan
perlakuan pada bahan baku kotoran sapi dan pengencer air dengan perbandingan
1:2, dengan penambahan Microorganism EM4 dan Microorganism Starbio. Pada
penelitian ini membutuhkan 6 kali replikasi kemudian masing-masing perlakuan
akan diukur hasil volume biogasnya.
4.2 KERANGKA KERJA PENELITIAN
Gambar 4.1 Kerangka kerja yang digunakan dalam penelitian
TAHAP PRA PENELITIAN
TAHAP PENELITIAN
TAHAP PASCA KEGIATAN
PENELITIAN
29
Berdasarkan alur diatas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan penelitian dilakukan
dengan langkah sebagai berikut :
A. Tahap pra penelitian
Kegiatan pada tahap pra penelitian meliputi :
1. Pengadaan instrumen penelitian.
Pada tahap ini menyiapkan bahan Microorganisme EM4 dan
Microorganism Starbio. Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan
perbandingan Microorganism EM4 dan Microorganisme Starbio yang
akan digunakan saat perlakuan penelitian. Rincian perbandingan
membuat bioinokulan bakteri fermentor dengan bahan baku EM 4 dan
Starbio, dengan perbandingan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Perbandingan penggunaan Microorganism EM 4 dan Starbio Sampel Em4
(ml)
Starbio
(ml)
1 0 0
2 0 60
3 60 0
4 30 30
5 20 40
6 40 20
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan perbandingan
penggunaan EM4 dan Starbio dalam pembuatan biogas. Penambahan
EM4 dan Starbio dilakukan dengan perbandingan antara 0:0 ml, 0:60
ml, 60:0 ml, 30:30 ml, 20:40 ml, 40:20 ml.
30
2. Melakukan karakterisasi kotoran sapi.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu pemisahan sisa rumput
yang ada di kotoran sapi. Hal ini dilakukan karena sisa rumput pada
kotoran sapi dapat mempengaruhi kinerja Microorganisme yang akan
digunakan pada proses pembuatan biogas.
3. Penyusunan alat kerja penelitian.
Tabel 4.2 Alat dan bahan untuk proses pembuatan biogas No Alat Jumlah No Bahan Jumlah
1 Pipa PVC 3 dim 2 buah 1 Kotoran sapi 36 Kg
2 Pipa PVC ½ dim 2 buah 2 Air 72 Liter
3 Ember plastik 1 buah 3 EM 4 350 Ml
4 Cup pipa 12 buah 4 Starbio 350 Ml
5 Pipe fitting 6 buah
6 Kran 6 buah
7 Pipa asesoris 12 buah
8 Gelas ukur 1 buah
9 Plastik 6 buah
B. Tahap penelitian
1. Kotoran sapi 1,5 Kg dan air 3 Liter diaduk merata hingga homogen dan
masukan dalam pipa PVC. Media ini kita membuat sejumlah 6 buah
sampel.
2. Memasukan bioinokulan bakteri fermentor sebanyak sekali perlakuan
dengan pemakaian formula sebanyak 2% dengan rincian perlakuan
sebagai berikut :
a) Tidak memasukan bioinokulan bakteri fermentor formula 1
perbandingan EM4 dan Starbio adalah 0:0 ke dalam larutan kotoran
31
sapi 1,5 Kg dan air 3 Liter diaduk merata hingga homogin dalam
pipa PVC. Replikasi yang dilakukan sebanyak 1 kali pada satu
perlakuan.
b) Memasukan bioinokulan bakteri fermentor formula 2
perbandingan EM4 dan Starbio adalah 0:60 ke dalam larutan
kotoran sapi 1,5 Kg dan air 3 Liter diaduk merata hingga homogin
dalam pipa PVC. Replikasi yang dilakukan sebanyak 1 kali pada
satu perlakuan.
c) Memasukan bioinokulan bakteri fermentor formula 3 perbandingan
EM4 dan Starbio adalah 60:0 ke dalam larutan kotoran sapi 1,5 Kg
dan air 3 Liter diaduk merata hingga homogin dalam pipa PVC.
Replikasi yang dilakukan sebanyak 1 kali pada satu perlakuan.
d) Memasukan bioinokulan bakteri fermentor formula 4 perbandingan
EM4 dan Starbio adalah 30:30 ke dalam larutan kotoran sapi 1,5 Kg
dan air 3 Liter diaduk merata hingga homogin dalam pipa PVC.
Replikasi yang dilakukan sebanyak 1 kali pada satu perlakuan.
e) Memasukan bioinokulan bakteri fermentor formula 5 perbandingan
EM4 dan Starbio adalah 20:40 ke dalam larutan kotoran sapi 1,5 Kg
dan air 3 Liter diaduk merata hingga homogin dalam pipa PVC.
Replikasi yang dilakukan sebanyak 1 kali pada satu perlakuan.
f) Memasukan bioinokulan bakteri fermentor formula 6 perbandingan
EM4 dan Starbio adalah 40:20 ke dalam larutan kotoran sapi 1,5 Kg
32
dan air 3 Liter diaduk merata hingga homogin dalam pipa PVC.
Replikasi yang dilakukan sebanyak 1 kali pada satu perlakuan.
Dari 6 perlakuan tersebut di atas dilakukan pengamatan dengan parameter
sebagai berikut :
a) Lama Waktu Pembentukan Biogas
Lama waktu pembentukan biogas dapat diketahui setelah volume
biogas mulai terlihat dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
proses pembentukan biogas. Pengamatan dilakukan setiap 7 hari untuk
mengetahui pertambahan volume biogas yang terbentuk.
b) Volume Biogas yang dihasilkan
Volume biogas yang yang dihasilkan proses fermentasi akan diamati dan
diukur. Pengukuran dilakukan dengan cara volume gas yang terbentuk tiap
harinya akan diukur dengan menghitung volume gas yang ditampung pada
plastik PE, setelah itu plastik PE tersebut dimasukkan ke dalam bak
penuh air. Jumlah air yang keluar dari bak tersebut diukur volumenya
dengan asumsi bahwa volume air yang keluar sama dengan volume gas
yang ada pada balon udara tersebut. Setelah diperoleh data volume maka
dalam satu hari volume biogas dapat dihitung dengan perhitungan
sebagai berikut :
hari
mlPlastikdibiogasvolbiogasVol
)(....
33
Hasil tersebut dicatat, apabila sudah menunjukkan tidak adanya
penambahan volume biogas berarti proses pembentukan biogas telah
selesai.
c) Uji Nyala Api
Uji nyala dilakukan untuk membuktikan biogas yang dihasilkan
mengandung gas metane. Semakin banyak gas tersebut semakin
mudah menyala. Warna api yang ditimbulkan biru seperti gas LPG.
Pengujian nyala api biogas menggunakan botol yang akan
dimodifikasi untuk uji api biogas.
C. Tahap pasca penelitian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada tahap pasca penelitian ini maksudnya adalah
semua data baik catatan harian dan data hasil rekapitulasi ataupun data
primer dikumpulkan menjadi satu berdasarkan kategori masing-masing.
b. Analisis data
Pada tahap analisis data kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
Dikarenakan skala variabel yang diuji adalah skala rasio, maka dilakukan
uji prametrik. Uji parametrik yang digunakan adalah uji One Way Anova.
c. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis dalam bentuk
pembahasan mendalam.
34
4.3 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
4.3.1 Variabel Penelitian
Pada suatu penelitian penetapan variabel dilakukan berdasarkan kerangka
konsep yang telah dibangun berdasarkan tinjauan pustaka. Berdasarkan
fungsinya variabel dikelompokan menjadi variabel dependent, variabel
independent, variabel perancu dan variabel non terkendali. Variabel dependent
(variabel bebas) merupakan variabel yang berupa outcome atau hasil ataupun
penyakit. Variabel independent (variabel terikat) merupakan variabel yang
menunjukkan suatu faktor resiko atau paparan. Sedangkan variabel perancu
(confounding variabel) merupakan suatu variabel penganggu, variabel ini dapat
dihilangkan antara lain dengan melakukan randomisasi terhadap sampel
penelitian dan melakukan standarisasi dalam pengukuran dan penilaian hasil
penelitian (Chandra, 2008).
Pada penelitian ini variabel bebas terdiri dari Effective Microorganism 4
(EM4) dan Microorganism Starbio. Untuk variabel terikatnya merupakan
biogas. Sedangkan variabel perancunya adalah sisa rumput dan makanan yang
belum tercerna dengan sempurna yang masih ada di kotoran sapi.
35
4.3.2 Definisi Operasional
Tabel 4.3 Definisi operasional penelitian No Variabel Definisi
operasional
Alat ukur Skala
1. Variabel
bebas
Penggunaan
EM4 dan
Starbio
Larutan EM4 dan
Starbio digunakan
secara bersamaan
Gelas ukur Ordinal
2 Variabel
terikat
Kuantitas
biogas
Jumlah gas yang
dihasilkan
Plastik dan gelas
ukur
Rasio
4.4 INSTRUMEN PENELITIAN
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas ukur, air dan
plastik.
4.5 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
4.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan Kabupaten
Pacitan.
4.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2017.
36
4.6 PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
4.6.1 Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
terhadap sasaran (Budiarto, 2001). Pada penelitian ini data primer yang
digunakan adalah data hasil pelaksanaan eksperimental.
4.6.2 Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan
bukan oleh peneliti sendiri (Budiarto, 2001). Pada penelitian ini data sekunder
yang digunakan adalah data-data pendukung yang berasal dari tempat penelitian
ataupun referensi.
4.7 TEKNIK ANALISIS
Analisis data menjelaskan tentang bagaimana seorang peneliti mengubah
data hasil penelitian menjadi informasi yang nantinya dapat dijadikan cara
untuk mengambil kesimpulan penelitian. Secara rinci analisis data merupakan
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data (Budiarto, 2001). Pada penelitian ini
analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel
37
yaitu variabel penggunaan Effective mincroorganism 4 (EM4) dan
Microorganisme Starbio.
2. Analisis bivariat
Analisis ini dilakukan pada variabel yang kemungkinan memiliki
hubungan yaitu variabel penggunaan Effective mincroorganism 4 (EM4)
dan Microorganisme Starbio pada biogas. Dikarenakan skala variabel yang
diuji adalah skala rasio, maka dilakukan uji prametrik. Uji parametrik yang
digunakan adalah uji One Way Anova.
38
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL PENELITIAN
5.1.1 Gambaran Umum Desa Pakis Baru
Desa Pakis Baru merupakan sebuah desa yang terletak di sebelah utara
Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan. Desa Pakis Baru memiliki luas
1.151,47 Ha/meter2, yang terdiri dari wilayah pemukiman, persawahan,
perkebunan, pemakaman, pekarangan, tanaman, perkantoran dan wilayah
prasarana umum. Dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa
Brenggolo Kecamatan Jatiroto Kabupaten Wonogiri, sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Jetis Lor Kecamatan Nawangan, sebelah timur berbatasan dengan
Desa Ngromo Kecamatan Nawangan dan sebelah barat berbatasan dengan Desa
Penggung Kecamatan Nawangan. Desa pakis baru terdiri dari 4 dusun yaitu
Dusun Tempel, Menur, Krajan dan Katosan. Jarak Desa Pakis Baru dengan
Kecamatan kurang lebih 15 Kilometer, sedangakan jarak Desa Pakis Baru
dengan Ibukota Kabupaten kurang lebih 50 kilometer (Desa Pakis Baru, 2015).
Jumlah penduduk Desa Pakis Baru pada tahun 2015 berjumlah 5.506
orang, dengan jumlah penduduk laki-laki 2.806 orang dan jumlah penduduk
perempuan 2.700 orang, secara umum jumlah KK sebanyak 1.717 KK. Tingkat
pendidikan masyarakat Desa Pakis baru dimulai dari pendidikan Taman Kanak-
Kanak, SD sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat, D-1 sederajat, D-2
39
sederajat, D-3 sederajat, S-1 sederajat dan S-2 sederajat. Masyarakat Desa
Pakis Baru mayoritas menganut agama Islam dengan jumlah sebesar 5.503 orang
dan penganut agama Kristen sebanyak 3 orang yang terdiri dari etnis Sunda dan
Jawa. Desa Pakis Baru juga memiliki potensi pada bidang peternakan. jenis
hewan ternak yang terdapat di Desa Pakis Baru antara lain adalah hewan sapi,
ayam kampung, jenis ayam broiler, bebek, kambing, domba dan angsa. Untuk
masing-masing populas hewan ternak berjumlah 750 ekor sapi, 3.250 ekor ayam
kampung, 1.000 ekor ayam broiler, 500 ekor bebek, 2.560 ekor kambing, 145
ekor domba dan 19 ekor angsa. Namun dengan jumlah populasi sedemikian
banyak petani sebagian besar belum memanfaatkan limbah yang dihasilkan oleh
hewan ternak. Sebagai contoh kotoran hewan sapi yang belum dimanfaatkan
secara maksimal. Sebagian hanya dimanfaat sebagai pupuk dan selebihnya hanya
dibiarkan menumpuk di dalam kandang ternak (Desa Pakis Baru, 2015).
40
5.1.2 Hasil Pembuatan Biogas
Pembuatan biogas dilakukan dengan waktu tunggu selama 35 hari. Selama
35 hari dilakukan observasi serta pencatatan mengenai jumlah biogas dengan
rentang kurun waktu selama 7 hari dengan pengulangan 5 kali penghitungan.
Selama penghitungan 5 kali dengan masing-masing sebanyak 7 hari maka jumlah
hari yang digunakan untuk eksperimen pembuatan biogas dengan menggunakan
EM4 dan Starbio adalah selama 35 hari. Hal ini dilakukan untuk melihat jumlah
maksimal volume biogas yang dihasilkan. Pada kurun waktu 1-35 hari ternyata
antara kotoran sapi dengan zat EM4 dan Starbio masih tetap bereaksi untuk
menghasilkan biogas. Untuk mengetahui volume biogas yang dihasilkan perlu
dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus :
hari
mlPlastikdibiogasvolbiogasVol
)(....
Perhitungan volume biogas dilakukan dengan rentang waktu 7 hari. Setiap
hasil reaksi yang berupa biogas dilakukan perhitungan sehingga dapat diketahui
volume biogas yang sesungguhnya.
41
Berikut adalah hasil pengukuran yang didapat dari kegiatan eksperimen
serta hasil berdasarkan perhitungan rumus yang ada :
Tabel 5.1 Biogas yang dihasilkan selama 35 hari (30 juni-3 Agustus)
No. Hari (35 hari) EM4
(ml)
Starbio
(ml)
Hasil Pengukuran
Biogas (ml)
Volume Biogas
yang dihasilkan
(ml)
1 1-7 hari
0 0 1.400 200
0 60 1.150 164,3
60 0 1.125 160,71
30 30 2.375 339,3
20 40 625 89,3
40 20 1.600 228,6
2 8-14 hari
0 0 2.800 200
0 60 2.296 164
60 0 2.254 161
30 30 4.746 339
20 40 1.246 89
40 20 3.206 229
3 15-21 hari
0 0 4.225 201,2
0 60 3.469 165,2
60 0 3.406 162,2
30 30 7.225 344,04
20 40 1.900 90,5
40 20 4.834 230,2
4 22-28 hari
0 0 2.450 87,5
0 60 1.946 92,7
60 0 1.904 90,7
30 30 4.396 123,1
20 40 896 32
40 20 2.856 102
5 29-35 hari
0 0 1.050 30
0 60 800 22,86
60 0 775 22,14
30 30 2.025 57,9
20 40 275 7.9
40 20 1.250 35,8
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah volume
biogas tertinggi dihasilkan pada 15-21 hari. Sedangkan volume biogas mulai
menurun atau menghasilkan volume biogas terendah adalah pada 29-35 hari.
42
5.1.3 Hasil Uji Statistik
5.1.3.1 Uji normalitas data
Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis
distribusi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Berikut hasil uji statistik
untuk uji normalitas data :
Tabel 5.2 Hasil uji normalitas data
No. Perlakuan
Nilai statistik Nilai Signifikansi EM4 (ml) Starbio (ml)
1 0 0 0,359 0,034
2 0 60 0,348 0,048
3 60 0 0,345 0,052
4 30 30 0,361 0,032
5 20 40 0,359 0,034
6 40 20 0,356 0,037
Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari
keseluruhan perlakuan adalah sebesar 0,237. Nilai signifikansi hasil uji lebih
besar daripada nilai signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05. Sehingga jenis
data yang diperoleh berdistribusi normal. Sehingga pengambilan keputusan
untuk elakukan uji ANOVA dapat dilakukan.
43
5.1.3.1 Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui variasi pada setiap
perlakuan saat penambahan EM4 dan Starbio. Berikut tabel hasil uji
homogenitas :
Tabel 5.3 Hasil uji statistik homogenitas
Nilai statistik
Nilai derajat
kebebasan 1 Nilai derajat kebebasan 2
Nilai
signifikan
6,247 5 24 0,001
Berdasarkan tabel 5.3 untuk mengetahui homogenitas adalah
membandingkan nilai signifikansi htung dengan signifkansi 0,05. Maka nilai
singnifikansi htung sebesar 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima atau
variasi data hasl eksperimen adalah memiliki jenis variasi data yang sama,
maka asumsi uji ANOVA bisa diterima.
5.1.3.2 Hasil rata-rata volume biogas
Berdasarkan hasil uji statistik dapat dijabarkan mengenai rata-rata
hasil kuantitas biogas yang dihasilkan adalah sebaga berikut :
Tabel 5.4 Hasil rata-rata volume biogas
No Perlakuan yang diberikan Hasil rata-rata kuantitas
biogas EM4 (ml) Starbio (ml)
1 0 0 143.60
2 0 60 121.40
3 60 0 119.00
4 30 30 240.40
5 20 40 61.58
6 40 20 164.80
Berasarkan tabel 5.4 dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata nilai
tertinggi adalah sebanyak 240,40 yaitu pada perlakuan penambahan EM4
sebesar 30 ml dan Starbio sebesar 30 ml. Sedangkan rata-rata volume biogas
44
terkecil adalah sebesar 61,58 pada perlakuan penambahan EM4 20 ml dan
Starbio sebesar 40 ml.
5.1.3.2 Uji one way anova
Pada penelitian ini untuk mengambil keputusan apakah terdapat
perbedaan yang berpengaruh atau tidak maka harus dilakukan uji statistik
untuk uji one way anova. Berikut hasil uji statistik untuk uj one way anova :
Tabel 5.5 Hasil uji statistik one way anova Nilai F Nilai signifikansi
2,425 0,065
Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai F
hitung sebesar 2,425. Sedangkan nilai F tabel sebesar 2,53 sehingga nilai F
hitung > F tabel. Sedangkan nilai signfikan sebesar 0,065 yang bernilai lebih
kecil dari pada taraf sinifikansi yang ditetapkan.sehingg memiliki arti bahwa
terdapat perbedaan rata-rata pada setiap perlakuan penambahan EM4 dan
Starbio terhadap kuantitas biogas yang dihasilkan.
45
5.2 PEMBAHASAN
Setelah dikategorikan sebanyak 6 perlakuan kemudian dilakukan observasi
dan pencatatan dengan rentang waktu 7 hari selama 35 hari. Saat semua data
sudah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data baik secara manual
ataupun dengan perhitungan statistik dengan menggunakan Statistik. Untuk
menarik kesimpulan pada uji statistik one way anova adalah dengan
membandingkan nilai F htung dengan F tabel dan nilai signifikasi hasil uji statstik
juga dibandingkan dengan nilai singnifikasi tetapan yaitu sebesar 0,05. Apabila
nilai F hitung > F tabel maka Ho ditolak maka Ha diterima yang artinya terdapat
suatu perbedaan. Sedangkan apabila nilai F hitung < F tabel maka Ho diterima
maka Ha ditolak yang artinya tidak terdapat suatu perbedaan. Untuk nilai
signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak dan sebaliknya. Perbandingan hasil uji
statistik dengan membandingkan nila F hitung dan F tabel serta nilai signifikasi
dapat dilihat pada tabel 5.5 dengan penjabaran sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai F hitung adalah sebesar 2,425
dan nilai F tabel adalah 2,53. Nilai F tabel dicari dengan menggunakan tabel
dengan membandingkan antara N1 dan N2. N1 menunjukkan jumlah
kelompok sedangkan N2 adalah jumlah keseluruhan dalam masing-masing
kelompok. Maka nilai F hitung > F tabel yang artinya Ho ditolak maka Ha
diterima atau terdapat perbedaan rata-rata pada masing-masing perlakuan
penambahan EM4 dan Starbio pada pembuatan biogas.
46
2. Sedangkan nilai signifikan berdasarkan uji statistik adalah sebesar 0,065
sedangkan nilai signifikasi tetapan adalah sebesar 0,05. Maka nilai
signifikansi < 0,05 yang artinya Ho ditolak maka Ha diterima.
Sehingga berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada kegiatan eksperimen mengenai penambahan EM4 dan Starbio pada
pembuatan biogas yang dilakukan dengan uji statistik one way anova dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada rata-rata kuantitas biogas yang
dihasilkan dengan perlakuan menambahkan EM4 dan Starbio pada pembuatan
biogas dengan bahan utama kotoran sapi. Jika dilihat dari hasil rata-rata
kuantitas biogas yang dihasilkan pada tabel 5.4 terdapat perbedaan pada rata-
rata volume biogas yang dihasilkan yaitu pada perlakuan penambahan EM4
sebesar 30 ml dan Starbio sebesar 30 ml. Jika dilihat secara rinci volume biogas
yang dihasilkan setiap minggunya memiliki jumlah yng relatif besar. Hal ini
diakibatkan karena perbandingan penambahan EM4 dan strabio yang sama
besar.
Bakteri yang terkandung di dalam EM4 ataupun Starbio memiliki reaksi
yang berbeda terhadap bahan utama biogas yaitu kotoran sapi. Namun hal ini
juga dipengaruhi oleh temperatur, ph, pengadukan, dan bahan-bahan
penghambat. Seperti pengaruh cuaca pada tempat penelitian yang tidak
menentu juga berpengaruh terhadapat temperatur ruangan tempat penyimpanan
alat pembuatan biogas. Selain itu proses pencernaan pada hewan yang belum
47
sempurna juga berpengaruh terhadap kotoran sapi yang dihasilkan, sebagai
contoh masih banyak terdapat sisa rumput pada kotoran sapi serta proses
pemisahan yang kurang sempurna oleh penelit bisa mengakibatkan penurunan
kualitas biogas. Berdasarkan hasil observasi penulis perkembangan volume
biogas cepat terjadi pada perlakuan 30 ml EM4 dan 30 ml Starbio. Sedangkan
untuk melihat zat yang paling efektif untuk untuk meningkatkan reaksi dalam
proses pembuatas biogas jika dilihat dari rata-rata adalah EM4 namun kedua
zat ini tidak menunjukkan pengaruh yang terlalu singnifikasn, hanya memiliki
selisih dalam jumlah sedikit hal ini dapat dilihat pada tabel rata-rata dimana
perbandingan EM4 dan Starbio pada perbandingan 0:60 menghaslkan volume
sebesar 121,40, sedangkan pada perbandingan 60:40 sebesar 199 (Hambali,
2005).
Berdasarkan hasil observasi dan analisa yang menjelaskan bahwa setiap
perlakuan yang dilakukan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
kuantitas biogas yang dihasilkan. Hal ini menandakan bahwa EM4 dan Starbio
memiliki peranan penting dalam membantu pembuatan biogas dengan kotoran
sapi. Walaupun jenis bakteri yang terdapat pada kedua zat yang ditambahkan
pada proses pembuatan biogas berbeda dengan jenis bakteri yang membantu
proses pembuatan biogas secara alami namun di dalam EM4 dan Starbio
terdapat bakteri yang memiliki sifat dan peranan yang sama (Hambali, 2005).
48
Mengenai peranan bakteri yang terdapat pada EM4 dan Starbio bisa
dijelaskan dan ditarik suatu hubungan dengan proses pembentukan biogas yang
terdapat pada kerangka teori, yaitu terdapat tiga tahapan pembuatan biogas
yaitu hidrolisis, asidifikasi dan metanisasi dimana setiap tahapan memerlukan
bakteri fermentasi khususnya pada tahap asidifikasi dan metanisasi. Pada kedua
tahap tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan bakteri penghasil gas
metan dimana bakteri sebagian besar adalah bakteri anaerob. Dan karena
sebagian besar bakteri yang ada dalam proses pembuatan biogas adalah bakteri
anaerob, maka hal ini yang menimbulkan keterkaitan untuk melakukan
penambahan EM4 dan Starbio pada proses pembuatan biogas. EM4 memiliki
salah satu fungsi yaitu untuk memfermentasi bahan-bahan organik secara
singkat oleh effective microorganism sehingga bisa membantu proses
fermentasi bahan biogas yang bersifat organik dalam hal ini adalah kotoran
sapi. Sedangkan pada Starbio terdapat bakteri yang mampu mencerna protein
dan lemak, hal ini dapat membantu proses pembentukan biogas (Hambali,
2005).
Sehingga berdasarkan penelitian eksperimen dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh pada jumlah kuantitas biogas yang dihasilkan jika
ditaambahkan dengan EM4 maupun Starbio. Hal ini membuktikan hipotesis
yang disusun oleh peneliti. Seperti pada penelitian yang serupa yang
menyatakan bahwa EM4 yang ditambahkan pada saat pembuatan kompos yang
berbahan dasar sampah dapat mempengaruhi kualitas kompos yang dihasilkan.
49
Pada pembuatan kompos juga diperlukan bakteri anaerob (Ardiningtyas, 2013).
Hal ini memperkuat pendapat bahwa sebagian besar bakteri yang ada dalam
proses pembuatan biogas adalah bakteri anaerob, yang mana fungsi dari bakteri
anaerob yang membantu pada proses pembuatan biogas dimiliki oleh bakteri
yang terdapat pada EM4 yang berfungsi untuk memfermentasi bahan-bahan
organik secara singkat oleh effective microorganism sehingga bisa membantu
proses fermentasi bahan biogas yang bersifat organik dalam hal ini adalah
kotoran sapi. Sedangkan pada Starbio terdapat bakteri yang mampu mencerna
protein dan lemak, hal ini dapat membantu proses pembentukan biogas.
50
50
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
atau perbedaan pada penambahan EM4 dan Starbio pada pembuatan biogas
di Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan. Zat yang
paling efektif untuk meningkatkan reaksi pada pembentukan biogas adalah
Starbio, namun pada perlakuan dengan perbandingan EM4 dan Starbio
sebesar 30:30 ml jumlah volume biogas yang dihasilkan memliki rata-rata
yang cukup tinggi.
2. Rata-rata kuantitas biogas yang dihasilkan pada perbandingan EM4 dan
Starbio 0:0 ml adalah sebesar 143,60 ml, perbandingan 0:60 ml sebesar
121,40 ml, perbandingan 60:0 ml sebesar 119 ml, perbandingan 30:30
sebesar 240,40 ml, perbandingan 20:40 sebesar 61,58 dan pada
perbandingan EM4 dan Starbio 40:20 ml sebesar 164,80. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kuantitas biogas yang dihasilkan paling sedikit adalah
pada perbandingan EM4 dan Starbio sebesar 20:40 ml dan peningkatan
jumlah kuantitas biogas terbesar adalah pada penambahan EM4 dan Starbio
sebesar 30:30 ml. Maka pengaruh penambahan EM4 dan Starbio dengan
perbandingan sama menghasilkan kuantitas biogas yang yang meningkat
51
3. sebanyak ±50% dibandingkan tanpa penambahan EM4 ataupun Starbio
(0:0 ml).
1.2 SARAN
1. Kepada masyarakat Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan Kabupaten
Pacitan bisa memiliki motivasi untuk mengembangkan inovasi dalam
bidang peternakan, sehingga hasil ataupun limbah yang berasal dari
peternakan bisa dimanfaatkan secara optimal, sebagai contoh adalah
berinovasi untuk membuat biogas yang berasal dari kotoran sapi secara
bergotong royong.
2. Kepada instansi pendidikan untuk bisa membantu meningkatkan
pengetahuan masyarakat Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan
Kabupaten Pacitan mengenai pengelolaan limbah yang berasal dari ternak
secara optimal.
3. Setelah melakukan penelitian ini peneliti berharap kepada pemerintah Desa
Pakis Baru Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan untuk bisa
memperhatikan peluang mengenai pemberdayaan sumberdaya alam berupa
biogas yang bisa berasal dar kotoran ternak. Melihat potensi peternakan
yang cukup banyak dalam satu lingkup desa peneliti tertarik untuk
menyampaikan saran mengenai pemberdayaan masyarakat dalam hal
pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan biogas. Karena biogas yang
dihasilkan bisa membantu kebutuhan masyarakat
50
DAFTAR PUSTAKA
Ardiningtyas, Tri R. 2013. PENGARUH PENGGUNAAN EM4 DAN MOLASE
TERHADAP KUALITAS KOMPOS DALAM PENGOMPOSAN SAMPAH
ORGANIK RSUD DR.R. SOETRASNO REMBANG.
Batubara, Marwan. 2014. SETUMPUK MASALAH ENERGI YANG TERJADI DI
INDONESIA.Tersedia: https://bisnis.liputan6.com/read/2065578/setumpuk-
masalah-energi-yang-terjadi-di-indonesia. Diakses pada : 25 Maret 2017.
Chandra, Budiman. 2008. METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN. Jakarta:
Penerbit BUKU kedokteran EGC.
Hambali., dkk. 2007. TEKNOLOGI BIOENERGI. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.
Karno dkk. 2013. PANDUAN PRAKTIS MEMBUAT BIOGAS. Surabaya: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Lembah Hijau Multifarm. 2015. MENGENAL PRODUK STARBIO. Tersedia dalam
:http://www.peternakankita.com/probiotik-Starbio-untuk-fermentasi-pakan/.
Diakses pada 29 April 2017
Pemerintah Kabupaten Pacitan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa.
(2005). DAFTAR ISIAN DATA PROFIL DESA/KELURAHAN TAHUN 2015
POTENSI DAN PERKEMBANGAN DESA PAKIS BARU KECAMATAN
NAWANGAN KABUPATEN PACITAN.
Riswandi, dkk. 2012. KOMBINASI PEMBERIAN STARBIO DAN EM4 MELALUI
PAKAN DAN AIR MINUM TERDAPAT PEFORMA ITIK.
Suparman, Maman. 1994. EM4 MICROORGANISMA YANG EFEKTIF. Sukabumi:
KTNA Tersedia dalam Ardiningtyas, Tri Ratna. 2013. PEBGARUH
PENGGUNAA
EFFECTIVE MICROORGANISM 4 (EM4) DAN MOLASE TERHADAP KUALITAS
KOMPOS DALAM PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK. Semarang: UNNES.
Wahyuni, Sri. 2008. BIOGAS. Jakarta: Penebar Swadaya.
50
LAMPIRAN
51
52
HASIL UJI STATISTIK DENGAN SPSS
Tests of Normality
Jumlah EM4 dan starbio
yang ditambahkan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Volume biogas yang dihasilkan EM4(0):Starbio(0) .359 5 .034 .771 5 .046
EM4(0):Starbio(60) .348 5 .048 .777 5 .051
EM4(60):Starbio(0) .345 5 .052 .781 5 .056
EM4(30):Starbio(30) .361 5 .032 .760 5 .037
EM4(20):Starbio(40) .359 5 .034 .769 5 .045
EM4(40):Starbio(20) .356 5 .037 .775 5 .049
a. Lilliefors Significance Correction
53
Descriptives
Volume biogas yang dihasilkan
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
EM4(0):Starbio(0) 5 143.60 80.258 35.892 43.95 243.25 30 201
EM4(0):Starbio(60) 5 121.40 63.787 28.526 42.20 200.60 22 165
EM4(60):Starbio(0) 5 119.00 62.338 27.878 41.60 196.40 22 162
EM4(30):Starbio(30) 5 240.40 139.280 62.288 67.46 413.34 57 344
EM4(20):Starbio(40) 5 61.58 38.948 17.418 13.22 109.94 8 90
EM4(40):Starbio(20) 5 164.80 91.048 40.718 51.75 277.85 35 230
Total 30 141.80 95.147 17.371 106.27 177.33 8 344
Test of Homogeneity of Variances
Volume biogas yang dihasilkan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
6.247 5 24 .001
54
ANOVA
Volume biogas yang dihasilkan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 88127.242 5 17625.448 2.425 .065
Within Groups 174406.328 24 7266.930
Total 262533.570 29
55
LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN PROPOSAL SKRIPSI
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
NAMA : PONGKI HARDI PUTRA
NIM : 201303037
JUDUL : PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DAN STARBIO TERHADAP KUANTITAS BIOGAS
DI DESA PAKIS BARU KECAMATAN NAWANGAN KABUPATEN PACITAN
NO BAB/SUB BAB HAL YANG DIREVISI PENGUJI
1
Bab 1
Bab 5
Bab 6
Tujuan penelitian
Sumber referensi belum dicantumkan
Perbaikan tabel hasil uji statistik
Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Ketua Dewan Penguji
Zaenal Abidin, S.KM.,M.kes
(epid)
2
Lembar pengesahan
Abstrak
Bab 5
Urutan dewan penguji
Penyusunan abstrak disesuaikan dengan
konsep IMRAD
Sumber referensi belum dicantumkan
Penguji 1
56
Bab 6
Perbaikan tabel hasil uji statistik
Pembahasan disajikan secara langsung
Kesimpulan dan saran
Riska Ratnawati, S.KM.,Mkes
3
Bab 5 Perbaiki sistematika Penguji 2
A.Agus Widodo, S.KM.,M.kes
Madiun, 16 Agustus
2017
Kaprodi S1 Kesehatan
Masyarat
Avicena Sakufa,
S.KM., M.Kes
NIS. 20150114
57
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DAN STARBIO TERRHADAP KUANTITAS BIOGAS DI DESA PAKIS
BARU KECAMATAN NAWANGAN KABUPATEN PACITAN
NO JENIS KEGIATAN
BULAN
JANU
A-RI
FEBR
U-ARI
MARE
T APRIL MEI JUNI JULI
AGU-
STUS
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal skripsi
2. Seminar proposl skripsi
3. Revisi proposal skripsi
4. Pengumpulan psoposal skripsi
5. Penelitian di Ds. Pakis Baru Kec.
Nawangan Kab Pacitan
6. Penyusunan skripsi
7. Seminar skripsi
8. Pengumpulan hasil skripsi
58
CARA KERJA
1. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan biogas adalah pipa PVC ukuran 3 dim, pipa PVC ukuran ½ dim,
ember, kran, pipa fitting, cup pipa, kran, pipa asesoris, gelas ukur, plastik, air, mikroorganism EM 4 dan Starbio.
2. Potong pipa PVC ukuran 3 dim dengan panjang 4 meter dengan ukuran perpotong menjadi 50 Cm.
3. Memberi lubang pada cup pipa dengan ukuran ½ dim. Karena lubang tersebut akan digunakan untuk menjadi instalasi
keluarnya biogas.
4. Setelah memberi lubang pada cup pipa, langkah selanjutnya adalah memasang cup pipa tersebut ke pipa 3 dim yang
telah dipotong dengan ukuran 50 Cm. Cara memasang cup pipa pada pipa 3 dim harus diberi lem karena agar tidak
adanya kebocoran.
5. Setelah selesai kemudian langkah selanjutnya adalah memasang pipa fitting, pipa ½ dim yang sudah di potong, pipa
asesoris, kran yang dirangkai menjadi satu instalasi keluarnya biogas.
6. Campurkan kotoran sapi dan air dengan perbandingan 1:2. Setelah dicampurkan kita masukkan mikroorganism sesuai
takaran. Setelah semua telah tercampur maka masukkan kotoran sapi yang sudah dicampur air dan mikroorganism
tersebut kedalam alat yang sudah dirangkai tadi. Lalu diamati selama 35 hari.
59
7.
Tabel observasi pembuatan biogas dengan penambahan EM4 dan starbio
No. Hari (35 hari) EM4
(ml)
Starbio
(ml)
Hasil Pengukuran
Biogas (ml)
Volume Biogas
yang dihasilkan
(ml)
1 1-7 hari
0 0 1.400 200
0 60 1.150 164,3
60 0 1.125 160,71
30 30 2.375 339,3
20 40 625 89,3
40 20 1.600 228,6
2 8-14 hari
0 0 2.800 200
0 60 2.296 164
60 0 2.254 161
30 30 4.746 339
20 40 1.246 89
40 20 3.206 229
3 15-21 hari
0 0 4.225 201,2
0 60 3.469 165,2
60 0 3.406 162,2
30 30 7.225 344,04
20 40 1.900 90,5
40 20 4.834 230,2
4 22-28 hari
0 0 2.450 87,5
0 60 1.946 92,7
60 0 1.904 90,7
30 30 4.396 123,1
60
20 40 896 32
40 20 2.856 102
5 29-35 hari
0 0 1.050 30
0 60 800 22,86
60 0 775 22,14
30 30 2.025 57,9
20 40 275 7.9
40 20 1.250 35,8
DOKUMENTASI
61
Gambar 1 Bak penampung yang digunakan untuk tempat bahan biogas
62
Gambar 2 Kran outlet untuk keluarnya gas dan air
63
Gambar 3 Saluran yang berfungsi sebagai pemisah antara air dan gas
64
65
Kotoran ternak sapi
66
Penimbangan kotoran sapi
67
Pencampuran air, pengadukan serta pemisahan kototan sapi dengan sisa rumput
68
69
Pengukuran kotoran sapi dengan satuan liter
70
71
Microorganism EM 4
72
73
Pencampuran EM 4 dengan kotoran sapi
74
75
Proses memasukkan kotoran sapi ke digester
76
77
Microorganism Starbio
78
79
Proses pencampuran Starbio dengan kototan sapi
80
81
Kotoran sapi yang sudah di beri starbio
82
83
Proses pemasukan kotoran sapi yang telah dicampur dengan starbio ke dalam digester
84
Proses pengaretan plastik ke pipa pvc
85
86
Pemasangan plastik ke pipa pvc untuk wadah biogas
Digester biogas
87
Pengambilan biogas
88
89
Pengambilan biogas yang ada di plastik
Pengukuran a di plastik dengan cara melihat banyaknya air dalam gelas ukur
90
Uji nyala api