29
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 1 MUATAN ETIKA DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERSEPSI ETIKA MAHASISWA: STUDI EKSPERIMEN SEMU Wiwik Utami dan Fitri Indriawati Universitas Mercu Buana Abstract Ethics education is more than studying the code of professional conduct, but rather a process whereby individuals become more consciously involved in making ethical decisions (Langenderfer and Rockness:1989). This study investigates whether integrating ethical issues in financial accounting course will improve student’s ethics perception. The research design was quasi experiment, posttest-only control group design, and the subject were students who took intermediate accounting. The hypotheses of this research were: (1) loading ethical issues in financial accounting course influenced student’s ethics perception, and (2) interaction between ethical issues in financial accounting course and student GPA (Grade Point Average) influenced student’s ethics perception. The research hypotheses were tested using two way ANOVA. The result show that: (1) loading ethical issues in financial accounting course not influenced student’s ethics perception, (2) interaction between loading ethical issues in financial accounting course and student GPA significantly influenced the student’s ethics perception. Considering the current climate of good corporate governance, educators can no longer postpone in integrating ethics issues in accounting curriculum. Keywords: ethical perception, ethical issue, financial accounting K-PEAK 01

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 1

MUATAN ETIKA DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERSEPSI ETIKA MAHASISWA: STUDI

EKSPERIMEN SEMU

Wiwik Utami dan Fitri Indriawati Universitas Mercu Buana

Abstract

Ethics education is more than studying the code of professional conduct, but rather a process whereby individuals become more consciously involved in making ethical decisions (Langenderfer and Rockness:1989). This study investigates whether integrating ethical issues in financial accounting course will improve student’s ethics perception. The research design was quasi experiment, posttest-only control group design, and the subject were students who took intermediate accounting. The hypotheses of this research were: (1) loading ethical issues in financial accounting course influenced student’s ethics perception, and (2) interaction between ethical issues in financial accounting course and student GPA (Grade Point Average) influenced student’s ethics perception. The research hypotheses were tested using two way ANOVA. The result show that: (1) loading ethical issues in financial accounting course not influenced student’s ethics perception, (2) interaction between loading ethical issues in financial accounting course and student GPA significantly influenced the student’s ethics perception. Considering the current climate of good corporate governance, educators can no longer postpone in integrating ethics issues in accounting curriculum. Keywords: ethical perception, ethical issue, financial accounting

K-PEAK 01

Page 2: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 2

1. Latar Belakang Penelitian

International Federation of Accountants (IFAC) pada tahun 2003 telah

menerbitkan 7 standar pendidikan internasional (International Education Standards/

IES). Dari tujuh standar tersebut, yaitu standar nomer 4 (IES 4) menyebutkan bahwa

program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan kerangka nilai, etika dan sikap

profesional untuk melatih judgement profesional calon akuntan sehingga dapat

bertindak secara etis ditengah kepentingan profesi dan masyarakat.

Di Indonesia, kode etik yang berlaku saat ini adalah kode etik IAI yang

disyahkan di Kongres IAI tahun 1998 dan menitik beratkan pada akuntan publik serta

akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik. Untuk profesi akuntan selain akuntan

publik sampai saat ini belum ada rumusan kode etiknya. Padahal kenyataannya, tidak

semua sarjana akuntansi memilih profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor

akuntan publik (lihat Tabel 1). Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa hanya sebagian

kecil (2% - 4%) sarjana akuntansi yang memilih profesi sebagai akuntan publik,

sedangkan yang terbanyak adalah berprofesi sebagai akuntan manajemen/perbankan.

Oleh karena itu muncul pertanyaan, bagaimana pembekalan etika untuk mahasiswa

akuntansi yang tidak berminat mengambil konsentrasi audit?

Tabel.1. Distribusi Bidang Pekerjaan Sarjana Akuntansi

No Jenis Pekerjaan Persentase 1 Akuntan publik 2-4% 2 Akuntan manajemen/perbankan 45-55% 3 Akuntan pendidik 20-30% 4 Akuntan sektor publik 20-35% 5 Bisnis mandiri/wira usaha 10-20%

(Sumber:Tjiptohadi Sawarjuwono. 2005)

Terbongkarnya kasus Enron Corp. (2001) dan kasus-kasus perusahaan besar

lainnya yang terlibat dalam praktik manajemen laba memberikan kesadaran tentang

pentingnya peran dunia pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang

cerdas dan bermoral. Prinsip-prinsip good corporate governance juga menyatakan

bahwa sikap independen, transparan, adil dan akuntabel harus dimiliki oleh semua

pengelola organisasi, baik swasta maupun pemerintah.

K-PEAK 01

Page 3: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 3

Kurikulum akuntansi program sarjana (S1) memberikan muatan moral pada

mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK), yang pada umumnya mencakup:

mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan etika (2 SKS). Muatan etika pada

kurikulum MKPK tersebut masih dirasakan kurang.

Kurangnya muatan etika dalam kurikulum akuntansi juga diungkapkan oleh

Wulandari dan Sularso (2002) yang melakukan penelitian di Surakarta dengan sampel

mahasiswa dan akuntan pendidik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 84,38% (dari

192 responden) menyatakan kurikulum program studi akuntansi belum cukup

memberikan muatan etika untuk bekal mahasiswa terjun ke dunia kerja. Untuk

responden yang menyatakan tidak cukup muatan etikanya menyarankan agar: (1)

diperluas dengan mengintegrasikan ke mata kuliah tertentu (46,9%), (2) diperluas

dengan mengintegrasikan ke semua mata kuliah (29,01%), dan (3) ditambah sebagai

mata kuliah tersendiri (18,52%), dan (4) pendapat lain (5,56%). Hasil penelitian

Ludigdo dan Machfoedz (1999) juga mengungkapkan muatan etika dalam kurikulum

pendidikan akuntansi belum cukup dan sebagian besar responden menyarankan untuk

mengintegrasikan ke mata kuliah tertentu.

Berdasarkan pada hasil riset Wulandari dan Sularso (2002) serta Ludigdo dan

Machfoedz (1999) tersebut maka peneliti termotivasi untuk mengkaji aspek etika

yang diintegrasikan dalam materi perkuliahan akuntansi. Mata kuliah yang mempunyai

peluang besar untuk diberi muatan etika secara lebih mendalam adalah kelompok

akuntansi keuangan. Pentingnya muatan etika pada kelompok mata kuliah akuntansi

keuangan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa masalah kecurangan akuntansi

(accounting fraud) banyak dilakukan oleh perusahaan, yang merupakan wadah dimana

sebagian besar para sarjana akuntansi bekerja.

Loebs (1989) mengungkapkan bahwa sebagian besar jurusan akuntansi

menyajikan materi pengajaran etika sebagai bagian dari setiap mata kuliah akuntansi,

bukan sebagai mata kuliah tersendiri atau terpisah. McNair and Milan (1993) juga

menyatakan bahwa dari 202 profesor yang menjadi respondennya, mayoritas mereka

cenderung untuk memasukkan materi etika dalam mata kuliah akuntansi pokok. Bahkan

lebih dari 77% dari mereka telah memasukkan materi etika tersebut dalam mata kuliah

yang diajarkannya.

K-PEAK 01

Page 4: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 4

Molyneaux (2004) melakukan eksplorasi tentang pendekatan yang bisa

digunakan untuk mengenalkan etika pada jenjang undergratuate, mengungkapkan

bahwa pendekatan “capstone course” yang dipakai oleh Carroll (1998) dinilai menarik

dan inovatif. Capstone course adalah pendekatan yang mengintegrasikan isu etika pada

semua mata kuliah yang ada dalam kurikulum akuntansi (progressive integration

within existing parts of an established curriculum).

Di Indonesia, hampir semua mata kuliah akuntansi keuangan tidak

memasukkan secara eksplisit isu-isu etika dalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Oleh

karena itu penelitian ini melakukan eksperimen untuk memperoleh bukti empirik

apakah pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam perkuliahan akuntansi

keuangan berpengaruh pada persepsi etika mahasiswa.

1.1. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diungkapkan, masalah penelitian

dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah muatan etika yang diintegrasikan dalam pengajaran akuntansi

keuangan berpengaruh terhadap persepsi etika mahasiswa.

2) Apakah terdapat pengaruh interaksi muatan etika dan prestasi mahasiswa

terhadap persepsi etika mahasiswa

1.2. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengkaji apakah pemberian muatan etika dalam pengajaran akuntansi

keuangan berdampak signifikan terhadap persepsi etika mahasiswa.

2) Mengkaji lebih dalam apakah terdapat pengaruh interaksi muatan etika dan

prestasi mahasiswa terhadap persepsi etika.

1.3. Kegunaan Penelitian

1) Memberikan masukan yang berguna untuk penyempurnaan pendidikan

akuntansi, terutama berkaitan dengan pengintegrasian isu etika dalam

kurikulum akuntansi

2) Memberikan motivasi kepada dosen akuntansi untuk bersedia dan aktif

memberikan muatan etika dalam proses pengajaran akuntansi

K-PEAK 01

Page 5: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 5

2. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis

2.1. Etika

Pengertian moral sering disama artikan dengan etika. Moral berasal dari bahasa

Latin moralia, kata sifat dari mos (adat istiadat) dan mores (perilaku). Sedangkan etika

berasal dari kata Yunani ethikos, kata sifat dari ethos (perilaku). Makna kata etika dan

moral memang sinonim, namun menurut Siagian (1996) antara keduanya mempunyai

nuansa konsep yang berbeda. Moral atau moralitas biasanya dikaitkan dengan tindakan

seseorang yang benar atau salah. Sedangkan etika ialah studi tentang tindakan moral

atau sistem atau kode berprilaku yang mengikutinya. Etika sebagai bidang studi

menentukan standar untuk membedakan antara karakter yang baik dan tidak baik atau

dengan kata lain etika adalah merupakan studi normatif tentang berbagai prinsip yang

mendasari tipe-tipe tindakan manusia.

Menurut Siagian (1996) menyebutkan bahwa setidaknya ada 4 alasan mengapa

mempelajari etika sangat penting: (1) etika memandu manusia dalam memilih berbagai

keputusan yang dihadapi dalam kehidupan, (2) etika merupakan pola perilaku yang

didasarkan pada kesepakatan nilai-nilai sehingga kehidupan yang harmonis dapat

tercapai, (3) dinamika dalam kehidupan manusia menyebabkan perubahan nilai-nilai

moral sehingga perlu dilakukan analisa dan ditinjau ulang, (4) Etika mendorong

tumbuhnya naluri moralitas dan mengilhami manusia untuk sama-sama mencari,

menemukan dan menerapkan nilai-nilai hidup yang hakiki.

Menurut Rest (1986), proses perilaku etis meliputi tahap sebagai berikut:

1. The person must be able to identify alternative actions and how those

alternatives will effect the welfare of interested parties.

2. The person must be able to judge which course of action ought to be

undertaken in that situation because it is morally right (or fair or just

morally good)

3. The person must intend to do what is morally right by giving priority to

moral value above other personal values

4. The person must have sufficient perseverance, ego strenght and

implementation skills to be able to follow through on his/her intention to

K-PEAK 01

Page 6: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 6

behave morally, to withstand fatigue and flagging will, and to overcome

obstacles

Empat hal tersebut berkaitan dengan moral perception, moral judgement, moral

intention, dan moral action. Moral perception dan moral judgement berkenaan dengan

bagaimana seseorang memikirkan isu-isu etika dan bagaimana kedua hal tersebut

menilai pengaruh eksternal dan internal terhadap pengambilan keputusan etis. Dengan

demikian moral perception dan moral judgement berkaitan erat dengan intelektual

(akal). Sedangkan dua hal yang terakhir yaitu moral intention dan moral action

merupakan unsur psikologis dari diri manusia untuk berkehendak berperilaku etis.

Dengan kata lain, seseorang yang hanya memiliki moral perception dan moral

judgement saja tidak dijamin untuk mampu berperilaku etis. Oleh karena itu harus

diikuti oleh moral intention yang kemudian diaktualisasikan menjadi moral action.

Menurut Herman S. (2001:180–183) dalam usaha mencari/menguasai ilmu,

manusia dikaruniai Tuhan dengan perangkat rasio (akal) dan rasa (kalbu). Kemampuan

rasio terletak pada membedakan (menyamakan), menggolongkan, menyatakan secara

secara kuantitatif/kualitatif, menyatakan hubungan-hubungan, dan mendeduksinya (atau

menginduksinya). Semua kemampuan rasio tersebut didasarkan pada ketentuan yang

sudah baku dan rinci sehingga rasio tidak akan berdusta. Kemampuan rasa (kalbu)

terletak pada kreativitas, yang merupakan kegaiban karena langsung berhubungan

dengan Tuhan. Kreativitas inilah yang merupakan awal dari segala bidang nalar, ilmu,

etika dan estetika. Etika dan estetika seluruhnya terletak pada rasa, sehingga jika

manusia tidak punya rasa maka tidak ada etika dan estetika.

Menurut Keraf (2001: 33-35), etika dibagi dalam etika umum dan etika khusus.

Etika khusus dibagi lagi menjadi 3 kelompok, yaitu: etika individual, etika lingkungan

hidup dan etika sosial. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan

pola perilaku manusia sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesama.

Karena etika sosial menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia. Ia

menyangkut hubungan individual antara orang yang satu dengan orang yang lain, serta

menyangkut interaksi sosial secara bersama. Etika sosial mencakup etika profesi dan di

dalamnya terdapat etika bisnis. Etika profesi lebih menekankan kepada tuntutan

K-PEAK 01

Page 7: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 7

terhadap profesi seseorang, dimana tuntutan itu menyangkut tidak saja dalam hal

keahlian, melainkan juga adanya komitmen moral : tanggung jawab, keseriusan,

disiplin, dan integritas moral

2.2. Persepsi

Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995) adalah tanggapan

(penerimaan) langsung dari suatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui

panca inderanya. Sedangkan Matlin (1998) dalam Sudaryanti (2001) dan diadaptasi

oleh Frederich dan Lindawati (2004), mendefinisikan persepsi secara lebih luas, yaitu :

sebagai suatu proses yang melibatkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya dalam

memperoleh dan menginterpretasikan kombinasi faktor dunia luar (stimulus visual) dan

diri kita sendiri (pengetahuan-pengetahuan sebelumnya).

Berdasarkan definisi persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap

orang atas suatu obyek atau peristiwa bisa berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan

dua faktor, faktor dalam diri orang tersebut (aspek kognitif) dan faktor dunia luar (aspek

stimulus visual). Singkatnya, persepsi seseorang dipengaruhi obyek yang diterima

panca indra orang tersebut dan oleh cara orang tersebut “menterjemahkan” obyek

tersebut.

Secara analitik, kemampuan manusia untuk mengetahui dapat diurai sebagai

berikut (Herman 2001: 186):

1. Kemampuan kognitif, ialah kemampuan untuk mengetahui (dalam arti

mengerti, memahami, menghayati) dan mengingat apa yang diketahuinya.

Landasan kognitif adalah rasio atau akal.

2. Kemampuan afektif, ialah kemampuan untuk merasakan tentang apa yang

diketahuinya, yaitu rasa cinta atau benci, rasa indah atau buruk. Dengan rasa

inilah manusia menjadi manusiawi atau bermoral. Di sini rasa tidak

mempunyai patokan yang pasti seperti rasio.

3. Kemampuan konatif, ialah kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan

itu. Konasi adalah will atau karsa (kemauan, keinginan, hasrat) ialah daya

dorong untuk mencapai (atau menjauhi) apa yang didiktekan oleh rasa.

K-PEAK 01

Page 8: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 8

Jika tingkat pengetahuan manusia tersebut dikaitkan dengan konsep moral maka

kemampuan kognitif setingkat dengan moral perception, kemampuan afektif setingkat

dengan moral judgement dan kemampuan konatif setingkat dengan moral intention.

Kemampuan kognitif dan afektif dapat diasah melalui proses pembelajaran,

sedangkan kemampuan konatif tumbuh dari dirinya sendiri sesuai dengan tingkat

kesadaran dan kemauannya.

2.3. Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi

Memasukkan aspek etika langsung pada mata kuliah akuntansi keuangan akan

sangat membantu mahasiswa untuk mempertajam moral perception dan moral

judgement dari topik-topik yang dibahas. Banyak contoh kasus etika yang disajikan

dalam text book dapat digunakan sebagai bahan diskusi, di samping itu juga dibahas

kasus dalam konteks Indonesia.

Loebs (1989) mengungkapkan bahwa sebagian besar jurusan akuntansi

menyajikan materi pengajaran etika sebagai bagian dari setiap mata kuliah akuntansi,

bukan sebagai mata kuliah tersendiri atau terpisah. Konsekuensi jika etika digabungkan

dalam mata kuliah akuntansi maka dosen dituntut untuk menguasai materi akuntansi

dan sekaligus materi etika.

Berdasarkan hasil survey Haas (2005) yang dilakukan untuk mengetahui

pemberian muatan etika pada mata kuliah pengantar akuntansi keuangan pada

Universitas negeri dan swasta di New York, yang meliputi 44 program studi akuntansi

mengungkapkan bahwa: (1) rata-rata waktu yang digunakan untuk membahas isu etika

adalah 3,7 jam per semester untuk 3 jam perkuliahan per minggu, (2) jumlah program

studi yang sudah memasukkan muatan etika dalam perkuliahan pengantar akuntansi

sebanyak 66%, (3) beberapa responden memasukkan isu etika pada mata kuliah

intermediate accounting, auditing, tax, cost accounting, dan advance accounting.

Masalah teknik pengajaran dihadapkan pada beberapa pilihan yaitu: (1)

diberikan tutorial dengan sistem satu arah, (2) kasus dan diskusi, dan (3) simulasi/ role

playing. Cara pertama pada umumnya dirasa kurang efektif, teknik yang dianggap

efektif adalah dengan diskusi dan simulasi. Untuk membahas kasus dengan teknik

diskusi diperlukan persiapan yang matang, dan pemilihan kasus yang relevan. Beberapa

K-PEAK 01

Page 9: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 9

langkah yang dapat digunakan dalam mempersiapkan pengajaran kasus etika adalah

sebagai berikut (Langenderfer and Rockness 1989):

1) Select a case with an ethical dilemma that is relevant to the accounting issues being discussed in class.

2) Distribute copies of short cases (one or two pages) at the start of discussion. 3) In discussing the case in the class, raise the following questions and issues,

(a) What are the fact of the case, (b) What are the ethics issues in the case (c) What are the norms, principles, and value related to the case, (d)What are alternative courses of action, (e) What is the best course of action that consistent with the norms, principles, and value identified in (c), (f) What are the concequences of each possible course of action, (g) What is decision.

4) Conclude the case by summarizing the different point of view.

Jika tahap tersebut di atas dapat direalisasikan maka tujuan pengajaran etika

diharapkan dapat tercapai.

Penelitian yang bertujuan untuk menguji persepsi para pengajar akuntansi

(dalam hal ini meliputi Professor, Associate Professor dan Assistant Profesor) terhadap

cakupan muatan etika dalam kurikulum akuntansi dilakukan oleh McNair and Milan

(1993) yang dikutip oleh Wulandari dan Sularso (2002), menunjukkan bahwa dari 202

profesor yang menjadi respondennya, mayoritas mereka cenderung untuk memasukkan

materi etika dalam mata kuliah akuntansi pokok. Bahkan lebih dari 77% dari mereka

telah memasukkan materi etika tersebut dalam mata kuliah yang diajarkannya.

Hiltebeitel and Jones (1992) melakukan penelitian dengan eksperimen tentang

penilaian instruksi etis dalam pendidikan akuntansi. Penelitian ini dilaksanakan selama

dua semester pada tahun ajaran 1989-1990, dengan menggunakan instrumen berupa 14

daftar prinsip-prinsip perilaku etis yang dikembangkan oleh Lewis (1988). Hasil

analisis dari pre-test dan post-test yang dilakukan menunjukkan bahwa pengambilan

keputusan etis dipengaruhi oleh pengintegrasian etika dalam mata kuliah yang

diajarkan.

Berdasarkan hasil survei Warth (2000) yang dikutip oleh Hass (2005)

mengungkapkan bahwa sebagian besar KAP mengandalkan para akademisi untuk

memberikan bekal materi perilaku etika yang diharapkan dapat diterapkan dalam

profesi. Clikeman dan Henning (2000) melakukan penelitian tentang sosialisasi etika

pada program studi akuntansi dan bisnis. Riset dilakukan dengan mengukur respon

K-PEAK 01

Page 10: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 10

mahasiswa tentang praktik manajemen laba. Fokus utamanya adalah untuk mengetahui

kecenderungan mahasiswa apakah lebih mengutamakan pelaporan keuangan untuk

kepentingan manajemen (intern) atau kepentingan pemakai eksternal. Hasilnya

menunjukkan bahwa pada mahasiswa baru (yunior), baik akuntansi dan bisnis

cenderung mengutamakan pelaporan keuangan untuk kepentingan manajemen. Namun

kemudian setelah mahasiwa yang dijadikan sampel tersebut telah menjadi senior

ternyata terjadi perubahan, yaitu: (1) untuk mahasiswa akuntansi cenderung untuk

mengutamakan kepentingan pemakai eksternal, dan (2) untuk mahasiswa bisnis ternyata

semakin kuat untuk mengutamakan kepentingan manajemen. Mahasiswa akuntansi

senior menjadi lebih mempertimbangkan kepentingan pihak eksternal adalah

merupakan cerminan bahwa selama perkuliahan telah terjadi proses sosialisasi etika.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan masalah yang dirumuskan dan kajian teoritis maka hipotesis

penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 : Pemberian muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan berpengaruh

terhadap persepsi etika mahasiswa.

H2 : Terdapat pengaruh interaksi muatan etika dan prestasi mahasiswa terhadap

persepsi etika mahasiswa

3. Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Alasan

peneliti menggunakan eksperimen karena tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dampak dari suatu perlakuan (treatment) yaitu pemberian muatan etika

dalam pengajaran akuntansi pada sekelompok mahasiswa (kelompok treatment)

dibandingkan dengan sekelompok mahasiswa lain (kelompok kontrol) yang tidak

memperoleh perlakuan. Dengan eksperimen maka variabel lain, di luar variabel yang

diamati diasumsikan tidak berubah.

Eksperimen yang penelilti lakukan dapat dikelompokkan sebagai eksperimen

kuasi (semu) karena tidak dapat memenuhi salah satu kriteria eksperimen betulan (true

experiment) yaitu melakukan randomisasi subyek penelitian. Untuk meminimalkan

K-PEAK 01

Page 11: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 11

pengaruh extraneous variable dilakukan metode pair-matching (Jogiyanto 2004: 99).

Adapun design eksperimen yang digunakan adalah Posttest-only control group design,

yaitu jenis eksperimen yang dilakukan pada dua kelompok, kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dan tidak dilakukan tes awal terlebih dahulu.

3.1. Subyek Penelitian, Populasi dan Sample

Mata kuliah yang akan diberi muatan etika adalah akuntansi keuangan

menengah. Oleh karena itu subyek penelitian adalah mahasiswa yang sedang

menempuh mata kuliah akuntansi keuangan menengah pada semester ganjil tahun

akademik 2005/2006. Populasi penelitian adalah mahasiswa yang sedang menempuh

mata kuliah akuntansi keuangan menengah di Fakultas Ekonomi Universitas Mercu

Buana. Pada semester ganjil tahun 2005/2006 terdapat 4 kelas yang menempuh

Akuntansi Keuangan Menengah I. Sampel dipilih berdasarkan cluster, dalam hal ini

adalah kelas, yaitu seluruh mahasiswa yang menempuh mata kuliah akuntansi keuangan

pada satu kelas. Ada dua kelas yang dipilih, dimana satu kelas diberi perlakuan dengan

cara menambahkan muatan etika dalam pengajarannya, sedangkan kelas yang lain tidak

diberi perlakuan.

Kelas yang dipilih sebagai sampel adalah kelas pagi, yaitu jadwal jam 08.00-

10.30 dan jadwal jam 10.30-13.00. Pertimbangan untuk menggunakan kelas pagi

adalah: (1) kondisi kedua kelompok tersebut memiliki stamina yang relatif sama

mengingat bahwa kelas siang dimulai jam 14.00-16.30, (2) kedua kelas tersebut diasuh

oleh dosen yang sama, sehingga dapat diasumsikan mempunyai kondisi basic akuntansi

keuangan menengah yang sama.

Kelas pagi sesi I (jam 08.00-10.30) adalah sebagai kelompok eksperimen dan

kelompok mahasiswa yang mengambil mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I

kelas pagi sesi II (jam 10:30-13.00) adalah sebagai kelompok kontrol, Mengingat

bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random, maka

untuk mengatasi dilakukan pair matching. Matching dilakukan berdasarkan nilai

pengantar akuntansi dua, alasannya adalah penguasaan materi pengantar akuntansi dua

sangat berperan dalam mendukung penguasaan materi akuntansi keuangan menengah

satu. Kelompok eksperimen terdiri dari 29 orang dan mempunyai nilai rata-rata

pengantar akuntansi dua sebesar 2,65 dan standar deviasi 0,82. Kelompok kontrol

K-PEAK 01

Page 12: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 12

sebanyak 45 orang dan setelah dilakukan matching dengan kelompok eksperimen maka

kelompok kontrol yang akan digunakan hanya 31 orang dengan rata-rata nilai pengantar

akuntansi sebesar 2,61 dan standar deviasi sebesar 0,77.

3.2. Definisi Operasional Variabel

a. Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi Keuangan

Muatan etika dalam akuntansi keuangan adalah materi akuntansi keuangan

menengah, yaitu topik piutang dan persediaan yang di dalamnya diberikan kasus

situasi atau masalah yang berkaitan dengan isu etika.

b. Persepsi Etika Mahasiswa

Persepsi etika mahasiswa merupakan cara pandang mahasiswa terhadap

suatu proses/kejadian atau tingkah laku manusia serta mempelajarinya

berdasarkan aturan-aturan moral yang ada dan standar tingkah laku antara yang

benar dan yang salah, antara yang baik dan yang buruk.

c. Prestasi Mahasiswa

Prestasi mahasiswa adalah prestasi akademik yang tercermin dari indeks

prestasi kumulatif (IPK).

3.3. Pengukuran Variabel

a. Muatan Etika

Muatan etika merupakan variabel treatment yang diberikan kepada

mahasiswa kelompok eksperimen (experiment group). Treatment yang diberikan

berupa kasus isu etika yang terkait langsung dengan materi perkuliahan, yaitu

Piutang Dagang dan Persediaan, yang diambil dari text book akuntansi keuangan

, yang kemudian disederhanakan bahasanya sehingga mudah dimengerti oleh

mahasiswa. Kasus-kasus bermuatan etika tersebut didiskusikan di kelas selama

20 menit untuk setiap pertemuan (kasus etika lampiran 1). Jumlah tatap muka

untuk eksperimen sebanyak 4 kali dengan bobot setiap pertemuan 3 SKS.

b. Persepsi Etika Mahasiswa

Agar dapat mengukur variabel ini, responden yaitu kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol diberikan kuesioner yang berisisi isu etika dan diukur

K-PEAK 01

Page 13: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 13

dengan menggunakan skala Likert 5 (Likert Scale), dari skor 1 sangat setuju

sampai dengan skor 5 sangat tidak setuju.

Jumlah pertanyaan yang diajukan ke responden sebanyak 20 buah, terdiri

dari 10 pertanyaan pertama digunakan untuk mengukur persepsi etika bisnis

mahasiswa dan 10 pertanyaan lainnya, digunakan untuk mengukur persepsi etika

yang terkait langsung dengan materi perkuliahan, yaitu isu etika yang

menyangkut piutang (receivables) dan persediaan (inventory).

c. Prestasi Mahasiswa

Prestasi mahasiswa adalah prestasi akademik mahasiswa yang diproksi

dengan indeks prestasi kumulatif (IPK). Pengukuran prestasi dilakukan dengan

skala nominal. Mahasiswa dengan IPK tiga atau lebih besar dari tiga diberi kode

kategori satu (1), sedangkan IPK lebih kecil dari 3 diberi kode kategori nol (0).

3.3. Metode Analisis

Berdasarkan pada hipotesis yang diajukan maka metode statistik yang

digunakan adalah two way Anova. Pertimbangan untuk menggunakan two way anova

adalah: (1) variabel dependen, yaitu persepsi etika diukur dengan skala interval, (2)

terdapat 2 variabel independen yaitu muatan etika dan prestasi mahasiswa yang diukur

dengan skala nominal, (3) menguji pengaruh interaksi muatan etika dan prestasi

mahasiswa terhadap persepsi etika.

4. Hasil dan Pembahasan

Sebelum dilakukan analisis hasil, terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap

validitas internal. Beberapa faktor yang dapat menganggu validitas internal adalah

(Jogiyanto:2004): (1) history, (2) maturation, (3) testing, (4) instrumentation, (5)

selection, (6) regression, dan (7) experiment mortality. Hasil evaluasi menyimpulkan

bahwa tidak terdapat masalah yang mengganggu internal validity.

K-PEAK 01

Page 14: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 14

4.1. Gambaran umum kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Eksperimen dilakukan selama satu bulan, yaitu empat kali tatap muka dengan

bobot 3 SKS. Pada akhir minggu ke 4 mahasiswa diberi informasi bahwa pada

minggu berikut (minggu ke 5) akan diadakan kuis sehingga mahasiswa diharapkan

dapat hadir semua. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak mengetahui

bahwa mereka sedang menjadi subyek penelitian.

Berikut gambaran mengenai responden dari hasil kuesioner yang telah diolah :

a. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Jenis Kelamin Responden Kel. Eksperimen

Kel. Kontrol Penilaian

Jml % Jml % Laki-laki

Perempuan 6 23

21 79

7 24

24 76

Jumlah 29 100 31 100 Sumber : Data diolah (tahun 2006)

Berdasarkan Tabel 2, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

mempunyai komposisi jenis kelamin yang relatif sama, yaitu sebagian besar

adalah perempuan.

b. Profil Responden Berdasarkan Usia

Tabel 3. Usia Responden Kel. Eksperimen Kel. Kontrol Umur Jml % Jml %

< 20 tahun 20 – 21 tahun

11 18

38 62

10 21

32 68

Jumlah 29 100 31 100 Sumber : Data diolah (tahun 2006)

K-PEAK 01

Page 15: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 15

Berdasarkan usia, dapat diketahui bahwa kedua kelompok mempunyai

karakteristik umur yang relatif sama, sebagian besar berumur sekitar 20-21

tahun.

c. Profil Responden Berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Tabel 4. Indeks Prestasi Kumulatif Responden

Kel. Eksperimen Kel. Kontrol Indeks Prestasi Kumulatip Jml % Jml %

< 3,00 3,00 – 3,50

> 3,50

17 9 3

59 31 10

11 15 5

35 48 17

Jumlah 29 100 31 100

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh gambaran bahwa kelompok kontrol

mempunyai kecenderungan prestasi (IPK) yang lebih baik dibandingkan

dengan kelompok eksperimen. Berhubung IPK kedua kelompok relatif

berbeda maka dalam pengujian pengaruh muatan etika terhadap persepsi

etika dilakukan interaksi antara muatan etika dan prestasi mahasiswa.

Tabel 5 berikut menyajikan statistik deskriptif skor persepsi etika kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Prestasi subyek penelitian dikelompokkan menjadi

dua: (1) kelompok kurang berprestasi yaitu mahasiswa dengan IPK dibawah 3, dan (2)

kelompok mahasiswa berprestasi yaitu mahasiswa dengan IPK 3 atau lebih besar dari 3.

Tabel 5. Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Subyek Penelitian

Prestasi Mean Persepsi etika Standar Deviasi

Kurang Berprestasi 67,67 4,76 Kel. Eksperimen Berprestasi 73,50 6,43 Kurang Berprestasi 70,09 4,11 Kel. Kontrol Berprestasi 69,87 6,40

Berdasarkan Tabel 4 dapat diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) kelompok

eksperimen yang berprestasi memiliki skor persepsi etika yang lebih tinggi

dibandingkan dengan mahasiswa yang kurang berprestasi, hal ini menunjukkan bahwa

K-PEAK 01

Page 16: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 16

mereka yang berprestasi memiliki kecenderungan untuk lebih menolak (tidak setuju)

perilaku yang tidak etis, (2) pada kelompok kontrol menunjukkan kecenderungan

bahwa tidak ada perbedaan persepsi etika antara mahasiswa yang kurang berprestasi

dan yang berprestasi, hal ini mengindikasikan bahwa kelompok kontrol kurang sensitif

terhadap isu etika, dan (3) mean persepsi etika kelompok eksperimen kategori kurang

berprestasi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol kategori kurang

berprestasi, skor yang lebih rendah mengindikasikan bahwa untuk dapat

mengidentifikasi kasus etika, mahasiswa perlu memahami standar akuntansi yang

terkait dengan kasus tersebut.

Untuk melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk

ANOVA yaitu: homogeneity of variance. Berdasarkan Levene’s Test diperoleh nilai F

signifikan pada level 0,361 (lihat Lampiran 3), hal ini menunjukkan bahwa kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen mempunyai variance yang sama, dan memenuhi

asumsi homogeneity of variance.

Hasil pengujian hipotesis disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Test of Between- Subjects Effect

Source Mean Square F Sig Muatan etika 6.300 0,195 0,660 Prestasi 108.123 3.354 0,072 Muatan Etika* Prestasi 136.633 4,238 0,044

Dependent variable : persepsi etika

Berdasarkan Tabel 6 dapat diperoleh penjelasan bahwa muatan etika tidak

berpengaruh terhadap persepsi etika mahasiswa karena nilai signifikan variabel muatan

etika lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan muatan etika

berpengaruh terhadap persepsi etika mahasiswa ditolak atau hipotesis satu (H1) ditolak.

Apabila dilihat pada variabel prestasi, ternyata variabel prestasi berpengaruh

terhadap persepsi etika dengan tingkat signifikan 0,10. Hal ini bermakna bahwa untuk

dapat mendeteksi kemungkinan adanya perilaku tidak etis diperlukan pemahaman

terhadap standar dan teknik akuntansi. Semakin berprestasi, maka tingkat pemahaman

mahasiswa terhadap standar dan teknik akuntansi semakin baik, dan akibat selanjutnya

adalah lebih mampu mengidentifikasi perilaku tidak etis.

K-PEAK 01

Page 17: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 17

Pada variabel interaksi muatan etika dan prestasi menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap persepsi etika, pada tingkat signifikan 0,05. Dengan demikian

hipotesis dua (H2) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa dampak pemberian muatan

etika sangat signifikan pada kelompok mahasiswa yang berprestasi dari pada pada

kelompok mahasiswa yang kurang berprestasi. Kondisi ini dapat diperjelas melalui

Gambar 1 berikut:

Estimated Marginal Means of skor persepsi etika

muatan etika

tdk ada muatan etikaada muatan etika

Est

imat

ed M

argi

nal M

eans

74

73

72

71

70

69

68

67

prestasi

kurang berprestasi

berprestasi

Gambar 1. Grafik mean score persepsi etika

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa mean score persepsi etika kelompok

mahasiswa yang berprestasi dan diberi muatan etika jauh lebih besar dibandingkan

dengan kelompok yang tidak diberi muatan etika. Sedangkan pada kelompok

mahasiswa yang kurang berprestasi menunjukkan skor persepsi etika kelompok kontrol

justru lebih tinggi dibandingkan kelompok eksperimen, hal ini sesuai dengan data

deskriptif IPK dimana rata-rata IPK kelompok kontrol lebih baik dibandingkan

kelompok eksperimen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian muatan etika yang

diintegrasikan dalam satuan acara perkuliahan (SAP) cukup efektif dalam

meningkatkan kesadaran etis mahasiswa. Penggunaan waktu 20 menit per tatap muka

dengan bobot mata kuliah 3 SKS dinilai memadai. Jika perkuliahan dilaksanakan 14

kali tatap muka per semester, dan mungkin efektif 12 tatap muka setelah

K-PEAK 01

Page 18: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 18

memperhitungkan libur dan halangan dosen, maka jumlah waktu yang digunakan untuk

membahas isu etika adalah 4 jam per semester. Jumlah waktu 4 jam tersebut hampir

sama dengan yang diungkapkan oleh Haas (2005), yaitu rata-rata 3,7 jam per semester.

Secara keseluruhan hasil penelitian ini mendukung temuan Hiltebeitel dan Jones

(1992), serta Clikeman dan Henning (2000)

5. Simpulan, Saran dan Implikasi Hasil Penelitian

5.1. Simpulan

1). Muatan etika tidak berpengaruh terhadap persepsi etika. Hal ini dikarenakan ada

faktor lain yang ikut mempengaruhi persepsi etika, yaitu prestasi mahasiswa.

2). Interaksi muatan etika dan prestasi mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap

persepsi etika. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi prestasi mahasiswa maka

semakin besar pengaruh pemberian muatan terhadap persepsi etika. Persepsi

etika pada mahasiswa berprestasi lebih baik karena mahasiswa berprestasi

mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang standar dan teknik akuntansi,

sehingga lebih mampu mengidentikasi perilaku etis dan tidak etis.

3). Pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum dapat

meningkatkan sensitifitas mahasiswa terhadap isu-isu etika. Dampak pemberian

muatan etika akan semakin efektif jika mahasiswa juga dibekali dengan

penguasaan standar dan teknik akuntansi.

5.2. Saran

Eksperimen yang penulis lakukan hanya empat kali tatap muka dengan bobot 3

SKS per tatap muka. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk periode

yang lebih panjang (misal: satu semester) sehingga dapat diketahui efektivitas dampak

pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum. Pemberian muatan etika

tidak hanya pada mata kuliah akuntansi keuangan menengah, tapi bisa diterapkan untuk

semua mata kuliah inti akuntansi.

K-PEAK 01

Page 19: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 19

5.3. Implikasi Hasil Penelitian

Pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum akuntansi

keuangan dapat meningkatkan sensitifitas mahasiswa terhadap isu-isu etika. Oleh

karena itu sudah waktunya pendidikan akuntansi di Indonesia mengintegrasikan isu

etika secara eksplisit dalam satuan acara perkuliahan (SAP) pada setiap mata kuliah inti

akuntansi.

K-PEAK 01

Page 20: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 20

DAFTAR PUSTAKA

Bok, D. 1988. Can Higher Education Foster Higher Moral?, Business and Society Review, Vol 66. hal 4 – 12 Carroll, R. 1998. A Model for Ethical Education in Accounting, dalam C Gowthorpe dan J. Blake (eds), Ethical Issues in Accounting (Rouledge, London) Clikeman, P.M dan Steven L. Henning.2000. The Socialization of Undergraduate

Accounting Students, Issues in Accounting Education, February.Vol.15, No.1 Hass, Amy. 2005. Now is the Time for Ethics in Education, CPA Journal, June,

Vol.75:66-68 Herman Soewardi. 2001. Roda Berputar Dunia Bergulir. Bakti Mandiri, Bandung Hiltebeitel. Kenneth M., and S. K Jones. 1992. An Assesment of Ethics Instruction in

Accounting Education. Journal of Business Ethics 11: 37-46. Fuad Mas’ud. 2004. Survey Diagnosis Organisasional: Konsep dan Aplikasi, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Frederich O.L. dan Lindawati. 2004. Manajemen Laba dalam Persepsi Etis Akuntan di

Pulau Jawa. Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi,Vol. 4 no.1, Okt : 1-26. Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-

Pengalaman, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta Langendefer, H.Q dan Rockness.J.W. 1989.Integrating ethics into accounting curriculum: Issues, Problem, and Solution. Issues Accounting Education, hal 58-80 Loeb, S.E. 1989. Teaching Students Accounting Ethics: Some crucial Issues:

Issues Accounting Education, hal 316 – 329.

Keraf, Sony. 2001. Etika Bisnis – Tuntutan Dan Relevansinya, Cetakan Keempat, Kanisius, Yogyakarta.

Molyneuaux, D. 2004. After Andersen: An Experience of Integrating Ethics into

Undergraduate Accountancy Education, Journal of Business Ethics 54: 385-398 Rest, J.R. 1986. Moral Development: Advances in Research and Theory, New York,

NY: Praegar Robert J. Warth, yang dilaporkan dalam CPA Journal, Oktober 2005 ( “Ethics in

Accounting Profession : A Study” )

K-PEAK 01

Page 21: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 21

Satyo,Wening, dan Elly Zarni. 2005. Menghasilkan Akuntan Profesional. Media Akuntansi, Edisi 48/tahun XII/Agustus 2005.

Siagian . SP . 1996. Etika bisnis, Seri manajemen No 177, PT Pustaka Binaman Pressindo. Suseno, Franz Magnis.1997. Etika Dasar. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Tjiptohadi Sawarjuwono. 2005. Suatu Proses Antisipasi. Media Akuntansi, Edisi

49/TahunXII/September 2005. Unti Ludigdo dan Mas’ud Machfoedz.. 1999. Persepsi Akuntansi dan Mahasiswa

tentang Etika Bisnis, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.2, No 1, hal 1-19. Wulandari dan Sularso. 2002. Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi

terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia : Studi Kasus di Surakarta, Perspektif. Vol. 7, No. 2, hal. 71-87

K-PEAK 01

Page 22: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 22

LAMPIRAN 1. KASUS ETIKA YANG DIBAHAS DALAM EKSPERIMEN 1. PT. Vista adalah perusahaan konsultan design seni grafis. Tuan Harjo adalah

manajer keuangan, telah menyiapkan neraca akhir tahun fiskal per 31 Maret 2004.

Neraca ini akan diserahkan bersama-sama dengan surat permohonan pinjaman PT.

Vista kepada Bank BNI. Tn Harjo menyajikan piutang sebesar Rp. 40.000.000

kepada Tn. Johny, presiden direktur PT. Vista sebagai piutang dagang. Tn. Johny

meminjam uang tersebut dari PT. Vista pada bulan Februari 2003 sebagai uang muka

pembelian rumah. Dia secara lisan menjanjikan kepada Tn. Harjo akan melunasi

pinjaman tersebut pada tahun mendatang. Pada neraca tahun sebelumnya, jumlah Rp.

40.000.000 tersebut juga dilaporkan sebagai piutang dagang. Beri pendapat Anda,

apakah tindakan Tn. Harjo bisa diterima?

2. PT. Roda merupakan anak perusahaan dari PT. Honda. Kontroler yakin bahwa

penyisihan tahunan untuk piutang tak tertagih PT. Honda harus sebesar 2% dari

penjualan kredit bersih. Presiden Direktur PT. Roda khawatir bahwa perusahaan induk

akan mengarapkan target pertumbuhan 10% terus dipertahankan. Oleh karena itu, ia

meminta kepada kontroler untuk menaikkan penyisihan piutang tak tertagih menjadi 3%

per tahun. Direktur PT. Roda berpikir bahwa laba bersih yang lebih rendah, yang

mencerminkan laju pertumbuhan 6%, akan menjadi laju pertumbuhan yang lebih dapat

dipertahankan untuk PT. Roda.

K-PEAK 01

Page 23: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 23

a. Apakah kontroler harus mempertimbangkan pertumbuhan PT. Roda ketika

mengestimasi penyisihan piutang tak tertagih?

b. Apakah permintaan Direktur PT. Roda itu menghadirkan dilema etis bagi

kontroler?

3. PT. Bina adalah perusahaan yang menjual sabuk “conveyor” yang biasa digunakan

oleh pabrik-pabrik. Penjualan dilakukan dengan syarat FOB shipping point. Perusahaan

biasanya memperoleh order penjualan satu minggu sebelum barang tersebut dikirim.

Untuk order penjualan yang diterima pada bulan Desember, kapan keputusan untuk

mengapalkan panjualan berada di tangan pemilik, yaitu Bily dan Nina. Jika keuntungan

perusahaan tersebut lumayan tinggi, maka pengapalan order akan ditunda sampai bulan

Januari tahun berikutnya. Bila keuntungan tahun tersebut tidak memenuhi harapan,

maka order tersebut akan dikirim pada bulan Desember.

Setujukah anda dengan keputusan mengenai waktu pengiriman yang

ditentukan oleh Bily dan Nina ?

4. Tuan Tora, manajer dari sebuah Department Stores yang berada di Bekasi, bertugas

untuk mengelola bagian departemen pakaian lelaki. Tugasnya adalah untuk membeli

barang yang akan diperdagangkan, mencari tenaga penjual, menata toko dan

menghitung persediaan. Bonus Tahunan Tuan Tora bergantung dari laba operasi

departemen tersebut. Keluarga Tora merencanakan untuk melakukan libur akhir tahun

ke Singapura, dan Tuan Tora sangat mengandalkan pembiayaannya dari bonus yang

bakal ia peroleh. Penjualan tahun 2005 tidak terlalu tinggi dan Tuan Tora meninggikan

nilai persediaan akhir tahun.

K-PEAK 01

Page 24: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 24

Apakah meninggikan nilai persediaan merupakan tindakan yang etis?

Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan atas tindakan Tuan Tora ini ?

K-PEAK 01

Page 25: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 25

LAMPIRAN 2

KUESIONER

Nama :……………………………………………. NIM :……………………………………………. Jenis Kelamin :……………………………………………. Tanggal Lahir :……………………………………………. IPK :……………………………………………. Nilai Pengantar Akuntansi II:………………………………….. Anda diminta memberikan pendapat tentang hal-hal yang terkait dengan isu ETIKA. Penilaian anda diukur dengan menggunakan SKOR skala lima point sebagai berikut : Sangat Tidak Kurang Sangat Tidak Setuju Setuju Tahu Setuju Setuju 1----------------------2--------------------3--------------------4-------------------5 NO URAIAN SKOR 1. Menggunakan telepon kantor untuk melakukan percakapan

dengan keluarga di luar kota

2. Memberi tahu tentang informasi harga pokok produk per unit kepada pihak internal

3. Memberikan hadiah atau bingkisan agar mendapat perlakuan tertentu.

4. Tidak melaporkan pelanggaran yang dilakukan orang lain terhadap peraturan atau kebijakan organisasi.

5. Menggunakan barang-barang relatif murah milik perusahaan, misalnya alat tulis kantor (ATK) untuk keperluan pribadi.

6. Perusahaan melakukan kecurangan karena pesaingnya juga diketahui melakukan hal yang sama.

7. Demi melindungi nama baik perusahaan, anda sebagai keryawan mungkin perlu berbohong kepada pelanggan mengenai alasan keterlambatan pengiriman barang.

8. Keuntungan lebih diutamakan daripada keamanan produk (keselamatan pengguna produk).

9. Manajer bisnis tidak perlu untuk selalu memperhatikan moral. 10. Dalam dunia bisnis, kejujuran akan memberikan manfaat dalam

jangka panjang.

11. Untuk keperluan permohonan kredit bank, manajer anda meminta anda untuk memasukkan piutang karyawan sebagai piutang dagang.

K-PEAK 01

Page 26: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 26

12. Saldo akun penyisihan piutang tak tertagih PT. ABC dalam 3

tahun terakhir mengalami peningkatan, manajemen mengambil kebijakan untuk menurunkan tarif estimasi piutang tak tertagih semula 2% menjadi 0,5% dari penjualan kredit.

13. Manajemen dengan sengaja tidak melakukan penghapusan piutang dagang yang telah berumur lebih dari dua tahun, alasannya ia belum mendapatkan kepastian bahwa pelanggan telah pailit.

14. PT. Jaya telah menjual (factoring) piutang dagangnya tanpa tanggung renteng, oleh karena itu manajer keuangan PT. Jaya meminta bagian akuntansi untuk tetap melaporkan piutang factoring tersebut di neraca sebagai piutang dagang.

15. PT. Sukses menerima pemberitahuan dari pelanggan yang menyatakan tidak sanggup melunasi kewajibannya sesuai termin yang ditetapkan PT. Sukses. Oleh karena itu, pelanggan menerbitkan wesel jangka waktu 2 bulan, bunga 10%. Atas wesel tersebut, Boby staf bagian akuntansi diminta untuk langsung mencatat piutang bunga.

16. Manajer penjualan merasa bahwa target penjualan tahun 2005 belum tercapai. Oleh karena itu, ia meminta stafnya untuk segera mengirimkan barang dagangan ke calon pembeli potensial. Pembeli diberi jaminan bahwa jika tidak puas dengan produk, maka boleh di retur pada bulan Januari tahun 2006.

17. Akhir-akhir ini Indonesia mengalami inflasi yang relatif tinggi. Untuk memperbaiki kinerja, maka rapat direksi memutuskan untuk mengubah metode penilaian persediaan dari LIFO ke FIFO.

18. Bagian gudang PT. Putra melaporkan bahwa jumlah persediaan per 31 Desember sebesar 1000 unit. Manajer PT. Putra memerintahkan anda sebagai staf dept. akuntansi untuk mencatat persediaan akhir sebesar 1000 unit. Anda sendiri tahu bahwa tgl 30 Desember terdapat pengiriman barang sebanyak 200 unit dengan syarat f.o.b destination. Padahal untuk barang sampai tujuan dibutuhkan waktu 5 hari.

19. Pada tanggal 8 Oktober, PT. Pesona mengalami kebakaran dan menghanguskan semua barang yang ada di gudang. Selama ini PT. Pesona memakai metode pencatatan periodik (fisik). Kebetulan penaksir klaim asuransi adalah teman pimpinan PT. Pesona, oleh karena itu anda sebagai staf akuntansi diminta untuk menyiapkan data-data yang diperlukan agar klaim asuransi dapat lebih besar dari yang seharusnya.

K-PEAK 01

Page 27: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 27

20. PT. Candra membeli barang elektronik dari PT. Tehno pada tgl

10 Agustus 2005 senilai RP. 10 juta dengan termin 3/10, n/30. Pada tanggal 29 Agustus PT. Candra melakukan pembayaran. Anda sebagai staf dept. penjualan PT. Tehno tetap memberikan diskon sebesar 3% karena manajer PT. Candra adalah paman anda.

Sumber: pertanyaan 1 sampai 10 mengacu pada kuesioner etika bisnis dari Fuad Mas’ud (2004) Pertanyaan 11 sampai 20 dibuat oleh peneliti, dan sebelumnya telah diujicobakan kepada

mahasiswa yang tidak masuk dalam sampel penelitian

K-PEAK 01

Page 28: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 28

LAMPIRAN 3

HASIL PENGOLAHAN DATA

Between-Subjects Factors

ada muatanetika 29

tdk adamuatanetika

31

kurangberprestasi 26

berprestasi 34

1.00

2.00

muatanetika

.00

1.00

prestasi

Value Label N

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: skor persepsi

1.090 3 56 .361F df1 df2 Sig.

Tests the null hypothesis that the error variance of thedependent variable is equal across groups.

Design: Intercept+TREATMEN+PRESTASI+TREATMEN* PRESTASI

a.

Descriptive Statistics

Dependent Variable: skor persepsi etika

67.6667 4.7759 1573.5000 6.4301 1470.4828 6.2771 2970.0909 4.1099 1169.7500 6.4062 2069.8710 5.6258 3168.6923 4.5849 2671.2941 6.5898 3470.1667 5.9065 60

prestasikurang berprestasiberprestasiTotalkurang berprestasiberprestasiTotalkurang berprestasiberprestasiTotal

muatan etikaada muatan etika

tdk ada muatan etika

Total

Mean Std. Deviation N

K-PEAK 01

Page 29: SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG · SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG Padang, 23-26 Agustus 2006 2 1. Latar Belakang Penelitian International Federation of Accountants (IFAC)

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Padang, 23-26 Agustus 2006 29

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: skor persepsi etika

252.841a 3 84.280 2.614 .060283025.206 1 283025.206 8778.443 .000

6.300 1 6.300 .195 .660108.123 1 108.123 3.354 .072136.633 1 136.633 4.238 .044

1805.492 56 32.241297460.000 60

2058.333 59

SourceCorrected ModelInterceptETIKAPRESTASIETIKA * PRESTASIErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .123 (Adjusted R Squared = .076)a.

1. muatan etika

Dependent Variable: skor persepsi etika

70.583 1.055 68.470 72.69769.920 1.066 67.786 72.055

muatan etikaada muatan etikatdk ada muatan etika

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

2. prestasi

Dependent Variable: skor persepsi etika

68.879 1.127 66.621 71.13671.625 .989 69.643 73.607

prestasikurang berprestasiberprestasi

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

3. muatan etika * prestasi

Dependent Variable: skor persepsi etika

67.667 1.466 64.730 70.60473.500 1.518 70.460 76.54070.091 1.712 66.661 73.52069.750 1.270 67.207 72.293

prestasikurang berprestasiberprestasikurang berprestasiberprestasi

muatan etikaada muatan etika

tdk ada muatan etika

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

K-PEAK 01