22
ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat Berwirausaha (Bagian ke-2 dari Pengembangan Bahan Pelatihan Model Scorpion Untuk Memantapkan Niat Berwirausaha) Oleh: Purwiyanto Dosen STIE Indocakti Malang Abstrak. Secara umum penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan Model pelatihan untuk memantapkan niat berwirausaha. Adapun spesifikasi produk yang diharapkan adalah: 1. Kerangka kerja model. 2. Pedoman penggunaan model. 3. Materi pelatihan. 4. Skenario pelatihan. Penelitian dan pengembangan menggunakan berdasar pada The Theory of Planned Behavior dengan pendekatan Design Based Research. Untuk mengetahui tingkat kelayakan desain bahan pelatihan yang dikembangkan, sebelum uji coba lapangan bahan pelatihan divaidasi oleh 4 orang ahli: 1. Profesor ahli di bidang teknologi pembelajaran. 2. Profesor ahli di bidang kewirausahaan. 3. Doktor ahli bidang motivasional, dan 4. Doktor ahli psikologi.Desain model juga divalidasi oleh 3 orang dosen pengampu mata kuliah pengantar bisnis. Sedangkan untuk mengetahui efektivitas desain bahan pelatihan, peneliti menganalisis menggunakan pendekatan before-after dan teknik analisis t-tes. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk bahan pelatihan yang sangat efektif untuk memantapkan niat mahasiswa dalam berwirausaha. Bahan Pelatihan ini kemudian diberi nama “Bahan Pelatihan Model Scorpion” dengan spesifikasi: 1. Kerangka kerja model. 2. Pedoman penggunaan model. 3. Materi pelatihan. 4. Skenario pelatihan. Pengembangan materi dan media dalam model pelatihan ini sebagian besar berorientasi pada cara pandang seorang muslim. Oleh sebab itu, pengembangan produk selanjutnya disarankan bisa mengembangkan materi dan media yang relevan untuk semua kalangan (penganut agama). Juga perlu dikembangkan materi pelatihan yang relevan untuk mahasiswa dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Atau bahkan perlu pengembangan lanjutan yang tidak saja berhenti pada pemantapan niat, tetapi sampai pada munculnya perilaku berwirausaha secara aktual. Kata kunci: pengembangan, bahan pelatihan, model scorpion, niat, berwirausaha Artikel ini merupakan bagian ke-2 dari artikel hasil penelitian dan pengembangan yang berjudul “pengembangan bahan pelatihan model scorpion untuk meningkatkan niat berwirausaha”. Pada artikel bagian pertama telah teridentifikasi masalah dan kebutuhan terkait

ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat Berwirausaha (Bagian ke-2 dari “Pengembangan Bahan Pelatihan Model Scorpion Untuk Memantapkan Niat

Berwirausaha”)

Oleh:

Purwiyanto

Dosen STIE Indocakti Malang

Abstrak. Secara umum penelitian dan pengembangan ini bertujuan

untuk menghasilkan Model pelatihan untuk memantapkan niat

berwirausaha. Adapun spesifikasi produk yang diharapkan adalah:

1. Kerangka kerja model. 2. Pedoman penggunaan model. 3. Materi

pelatihan. 4. Skenario pelatihan. Penelitian dan pengembangan

menggunakan berdasar pada The Theory of Planned Behavior

dengan pendekatan Design Based Research. Untuk mengetahui

tingkat kelayakan desain bahan pelatihan yang dikembangkan,

sebelum uji coba lapangan bahan pelatihan divaidasi oleh 4 orang

ahli: 1. Profesor ahli di bidang teknologi pembelajaran. 2. Profesor

ahli di bidang kewirausahaan. 3. Doktor ahli bidang motivasional,

dan 4. Doktor ahli psikologi.Desain model juga divalidasi oleh 3

orang dosen pengampu mata kuliah pengantar bisnis. Sedangkan

untuk mengetahui efektivitas desain bahan pelatihan, peneliti

menganalisis menggunakan pendekatan before-after dan teknik

analisis t-tes. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan

produk bahan pelatihan yang sangat efektif untuk memantapkan

niat mahasiswa dalam berwirausaha. Bahan Pelatihan ini

kemudian diberi nama “Bahan Pelatihan Model Scorpion” dengan

spesifikasi: 1. Kerangka kerja model. 2. Pedoman penggunaan

model. 3. Materi pelatihan. 4. Skenario pelatihan. Pengembangan

materi dan media dalam model pelatihan ini sebagian besar

berorientasi pada cara pandang seorang muslim. Oleh sebab itu,

pengembangan produk selanjutnya disarankan bisa

mengembangkan materi dan media yang relevan untuk semua

kalangan (penganut agama). Juga perlu dikembangkan materi

pelatihan yang relevan untuk mahasiswa dari kalangan ekonomi

menengah ke atas. Atau bahkan perlu pengembangan lanjutan yang

tidak saja berhenti pada pemantapan niat, tetapi sampai pada

munculnya perilaku berwirausaha secara aktual.

Kata kunci: pengembangan, bahan pelatihan, model scorpion, niat,

berwirausaha

Artikel ini merupakan bagian ke-2

dari artikel hasil penelitian dan

pengembangan yang berjudul

“pengembangan bahan pelatihan

model scorpion untuk meningkatkan

niat berwirausaha”. Pada artikel

bagian pertama telah teridentifikasi

masalah dan kebutuhan terkait

Page 2: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

dengan “pengembangan bahan

pelatihan model scorpion” sebagai

berikut.

Masalah yang teridentifikasiantara

lain: Mayoritas mahasiswa

mempunyai apresiasi positif

terhadap karir wirausaha tetapi

ragu untuk memulai merintis

usaha karena merasa kesulitan: a)

modal untuk memulai

berwirausaha. b).mengembangkan

usaha, c). memilih dan

menentukan produk baru,

d).mengevaluasi keberhasilan

usaha, dan e) merasa tidak berani

memulai berwirausaha.

Sedangkan masalah yang melekat

pada dosen dan program studi

antara lain: Sebagian besar dosen

belum berpengalaman sebagi

pelatihkewirausahaan; Belum ada

upaya secara terprogram dan

berkelanjutan oleh program studi

dalam menyelenggarakan

pelatihan memantapkan niat

mahasiswa dalam berwirausaha.

Kebutuhan yang teridentifikasi,

antara lain perlu: a)Mendesain

kerangka kerja pelatihan. b)

Mendesain materi pelatihan yang

bisa: mengembangkan sikap

positif mahasiswa terhadap karir

wirausaha; memberikan

pemahaman tentang norma

subyektif (harapan dan tuntutan

lingkungan); meyakinkan peserta

pelatihan bahwa mereka mampu

berwirausaha. Semua materi

pelatihan diorientasikan untuk

usaha kecil dan mikro. c)

Mendesain pedoman penggunaan

model pelatihan, dan f) Mendesain

skenario pembelajaran dalam

pelatihan. Merujuk berbagai teori

yang dijadikan pijakan, model

pengembangan bahan pelatihan ini

bisa digambarkan sebagai berikut.

Page 3: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

Dari gambar model di atas bisa

dijelaskan sebagai berikut:

Pengembangan model pelatihan

mengaplikasikan The Theory of

Planned Behavior (Ajzen, 1991).

Teori menjelaskan bahwa

determinan niat adalah: sikap

positif, norma subyektif, dan

persepsi pengendalian perilaku.

Penggunaan The Theory of

Planned Behavior sebagai dasar

pengembangan dengan alasan teori

ini telah sangat teruji dari

penelitian di berbagai bidang

praktek dan keilmuan. Selain itu,

sepengetahuan peneliti belum

pernah ada model pelatihan

kewirausahaan yang

dikembangkan berdasar The

Theory of Planned Behavior.

Langkah pengembangan

menggunakan pendekatan Design

Based Research (DBR) yang

meliputi 6 (enam) langkah:

Identifikasi masalah, identifikasi

tujuan, penyusunan desain produk,

evaluasi hasil uji desain produk,

serta komunikasi hasil uji desain

produk.Pemilihan pendekatan

DBR dengan alasan karena

kelebihan-kelebihannya sebagai

berikut.

Jika ada keyakinan bahwa

konteks memiliki arti penting

dalam belajar dan kognisi,

paradigma penelitian yang

hanya meneliti proses-proses

sebagai variabel-variabel

terpisah dalam laboratorium

atau konteks partisipasi yang

disederhanakan akan

memunculkan pemahaman

yang tidak lengkap terkait

relevansinya dalam situasi

yang lebih nyata (Brown,

1992).

Penelitian berbasis desain

menghubungkan intervensi

desain dengan teori yang ada,

2) penelitian berbasis desain

mampu membuat teori baru,

tidak hanya sekedar menguji

teori yang telah ada (Barab,

2004). Penelitian berbasis desain

lebih dari sekedar

menjelaskan desain dan

kondisi yang digunakan untuk

melakukan perubahan.

Eksperimen desain memiliki

tujuan mengembangkan teori,

tidak hanya melakukan upaya

empirik untuk mengetahui

„apa yang berhasil‟.Penelitian

berbasis desain memiliki

upaya teori dengan

memandang landasan desain

sebagai konteks yang bisa

memunculkan teori. Tipe

upaya ini dilakukan berulang

kali dengan komitmen untuk

waktu yang lama untuk terus

memperbaiki klaim teoritis

sehingga bisa menghasilkan

“inovasi ontologis”. Penelitian

berbasis desain memberikan

peluang untuk pembuatan dan

pengujian teori yang dapat

digunakan untuk membuat,

memilih, dan memvalidasi

alternatif desain tertentu;

mengungkap betapa banyak

desain yang bisa dihubungkan

dengan asumsi teoritis yang

Page 4: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

berbeda dengan konsekuensi

yang berbeda untuk

pembelajaran(diSessa dan

Cobb, 2003).

The Design-Based Research

Collective (2003) mengutip

dari berbagai sumber: 1).

Penelitian berbasis desain

memiliki peran dalam

perkembangan kapasitas

manusia untuk reformasi

pendidikan selanjutnya, 2).

Penelitian berbasis desain

(Brown, 1992; Collins, 1992)

merupakan paradigma baru

untuk studi belajar dalam

konteks melalui desain

sistematis dan studi strategi

dan alat pengajaran. Penelitian

berbasis desain dapat

membantu menciptakan dan

memperluas pengetahuan

untuk mengembangkan,

melaksanakan dan

melanjutkan lingkungan

belajar inovatif, 3). Penelitian

berbasis desain memiliki

keunggulan dengan lima

karakteristik seperti berikut:

Pertama, terdapat saling

keterhubungan antara tujuan

inti pendesainan lingkungan

belajar dan pengembangan

teori atau “prototeori” belajar.

Kedua, pengembangan dan

penelitian berlangsung dalam

bentuk siklus desain,

pelaksanaan, analisis dan

pendesainan kembali yang

terus berputar (Cobb, 2001;

Collins, 1992). Ketiga,

mampu memunculkan teori-

teori umum yang dapat

mengomunikasikan implikasi

yang relevan kepada praktisi

dan desainer pendidikan

lainnya (Brophy, 2002).

Keempat, penelitian

mempertimbangkan fungsi

desain dalam situasi nyata.

Kelima, selalu

mendokumentasikan dan

menghubungkan proses

pelaksanaan dengan hasil

penelitian.

Pengembangan materi

pembelajaran dalam pelatihan

menggunakan pendekatan Multiple

Learning Perspective (Dick and

Carey, 2004) dengan mengadopsi

pendekatan behaviorisme,

kognitivisme, dan konstruktivisme.

Namun yang lebih mewarnai

adalah Teori Penguatan Skinner

dan Teori Stimulus-Respon

Watson (Schunk, 2011), Teori

Kognitif Sosial Bandura (Schunk,

2011), serta berbagai Teori

Motivasi, khususnya pemahaman

keuntungan jika kebutuhan

terpenuhi, pengenalan cara mudah

dalam mencapai kebutuhan dan

tujuan (Teori Motivasi Kognitif)

(Vroom, 1964), juga pemanfaatan

emosi sebagai pemantik/pelecut

motivasi.

Pengembangan proses

pembelajaran (skenario

pembelajaran) mengadopsi

carascorpion menjaga dan

mempertahankan eksistensinya,

yaitu capit (pembukaan proses

pembelajaran), gigit (inti proses

Page 5: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

pembelajaran), dan sengat

(penutup proses pembelajaran).

Metode

Penelitian mengambil lokasi di STIE

PENGUSAHA Malang, dengan

pertimbangan dianggap mewakili

perguruan tinggi berbasis ekonomi

dengan karakteristik mahasiswa yang

sesuai dengan tema penelitian, yaitu

perlu pemantapan niat berwirausaha.

Penelitian dan pengembangan

model pelatihan ini didasarkan pada

The Theory of Planned Behavior,

sedangkan langkah-langkah

pengembangan menggunakan

pendekatan Design based Research

(DBR) dengan tahapan: 1. Identifikasi

masalah. 2. Identifikasi kebutuhan, 3.

Penyusunan desain dan struktur isi

bahan pelatihan. 4. Uji Coba. 5.

Evaluasi hasil uji coba. 6.Komunikasi

hasil evaluasi dengan revisi akhir.

Untuk memberi jaminan validitas

setiap tahapan pengembangan, peneliti

melakukan uji validitas sebagaimana

tersaji pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Teknik uji validitas proses pengembangan

No TAHAP BENTUK UJI VALIDITAS

1 Identifikasi masalah

kebutuhan

Teknik Focus Group Discussion

2 Pengembangan Desain

Model

Validasi ahli, diskusi dengan pengguna

(kelompok kolaborasi)

3 Ujicoba terbatas Content Validation (Kerangka kerja, pedoman,

materi, skenario).

Contruction Validation (rancangan model dan

proses)

4 Evaluasi komprehensif Teknik verifikasi dengan pengguna model

5 Komunikasi hasil evaluasi Verivikasi antar akademisi, peneliti, warga

belajar, dosen, ahli, pelatih, pejabat (atau

disebut dengan kelompok kolaborasi)

Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam

penelitian dan pengembangan ini

adalah:

Data masalah dan kebutuhan

penyelenggara, pejabat, dosen,

pelatih, dan mahasiswa STIE

PENGUSAHA tentang model

pelatihan memantapkan niat

mahasiswa dalam berwirausaha.

Data tingkat niat mahasiswa untuk berkarir sebagai

wirausahawan.

Data yang berupa respon tentang kefektifan produk.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang

akan digunakansebagai berikut.

Focus Group Discussion

(FGD). FGD dilakukan bersama

penyelenggara, pejabat, dosen,

pelatih, dan mahasiswa STIE

PENGUSAHA untuk menjaring

data tentang kebutuhan akan

bahan pelatihan memantapkan

niat mahasiswa dalam

berwirausaha.

Angket tertutup dan terbuka validasi ahli dan pengguna

untuk mengetahui kelayakan

produk yang dirancang.

Angket untuk mengukur perbandingan niat peserta

Page 6: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

pelatihan antara sebelum dan

setelah intervensi.

Balikan pelatihan yang diisi

oleh peserta pelatihan.

Lembar observasi serta rubrik penilaian yang digunakan oleh

pengamat untuk mengamati

penyajian materi pelatihan.

Teknik Analisis Data

Focus Group Discussion (melibatkan peneliti,

penyelenggara, pejabat, dosen,

pelatih, dan mahasiswa STIE

PENGUSAHA) untuk

mengidentifikasi masalah dan

kebutuhan dalam

mengembangkan bahan

pelatihan memantapkan niat

berwirausa sebagai acuan dalam

menyusun prototipe produk.

Mengukur respon pengguna dan

tim ahli terkait kelayakan

prototipe produk yang dirancang. Pengukuran

dilakukan dengan formula

berikut

Jumlah skor jawaban

x 100% ....... (Sudarwati, 2012)

Skor kriteria tertinggi

Hasil perhitungan dikonversikan dengan tabel katagori interval berikut.

0 – 25 26 - 50 51 – 75 76 - 100

kurang cukup efektif sangat

efektif efektif efektif....... (Sugiono, 2010)

Membandingkan niat mahasiswa

untuk berwirausaha antara

sesudah dengan sebelum

mengikuti pelatihan dengan teknik

before-aftersebagai berikut.

O1 >< O2

O1 adalah skor niat mahasiswa

untuk berwirausaha sebelum

mengikuti pelatihan. O2 adalah

skor niat mahasiswa berwirausaha

setelah mengikuti pelatihan.

Efektivitas pelatihan diukur

dengan cara membandingkan

antara skor O1 dengan O2. Jika

skor O2 lebih besar daripada O1,

maka pelatihan model scorpion

efektif memantapkan niat

mahasiswa dalam berwirausaha.

Signifikansi keberbedaan skor O1

dengan skor O2 dianalisis

menggunakan uji-t.

Hasil Penelitian

Identifikasi Masalah dan

kebutuhan

Telah dipaparkan di muka,

bahwa identifikasi masalah dan

kebutuhan telah ditulis pada bagian 1

artikel ini. Inti masalah dan

kebutuhan pengembangan bahan

pelatihan model scorpion

sebagaimana terpaparkan pada awal

artikel ini.

Fase Perancangan Desain

Page 7: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

M A T E R I

INSPIRATIF

EFEKTIF

ATRAKTIF

IMPRESIF

M A T E R I

INSPIRATIF

EFEKTIF

ATRAKTIF

IMPRESIF

M A T E R I

INSPIRATIF

EFEKTIF

ATRAKTIF

IMPRESIF

I N T E R V E N

S

I

KEYAKINAN KEMAMPUAN

SIKAP

POSITIF

NIAT SEBELUM INTERVENSI

NIAT

SESUDAH INTERVENSI

:

NORMA SUBYEKTIF

Sesuai dengan hasil identifikasi

masalah dan kebutuhan terkait

dengan pengembangan bahan

pelatihan model scorpion untuk

memantapkan niat berwirausaha,

beberapa desain yang perlu

dirancang adalah:

Kerangka Kerja Pelatihan

Model Scorpion

Beberapa indikator yang

digunakan sebagai acuan dalam

menyusun kerangka kerja

pelatihan Model Scorpionadalah:

1. Berorientasi tujuan, 2.

Kejelasan, 3. Operasional, dan 4.

Kemanfaatan. Desain kerangkan

kerja sebagaimana pada bagan 1

berikut.

Bagan 1 Kerangka kerja model scorpion

Penjelasan bagan Pelatihan Model

Scorpion sebagai berikut.

Label Scorpion

Dasar pengembangan model

pelatihan ini adalah The Theory of

Planned Behavioryang menjelaskan

terdapat 3 (tiga) determinan yang

menentukan niat individu dalam

memilih perilaku tertentu (termasuk

berwirausaha), yakni: sikap, norma

subyektif, dan persepsi kemampuan

pengendalian perilaku.

Atas adanya tiga determinan

niat itu, mengingatkan peneliti pada

seekor binatang yang dalam menjaga

eksistensinya juga mengandalkan

tiga kekuatan (determinan), yakni:

mencapit, menggigit, dan menyengat

(capit, gigit, dan sengat). Binatang

Page 8: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

dengan karakteristik seperti ini

adalah Kalajengking (Scorpion).

Terinspirasi dari cara

Kalajengking membangun

eksistensinya (capit, gigit, dan

sengat), model membangun niat yang

juga mengandalkan tiga determinan

itu dinamakan “Model Scorpion”,

dengan harapan proses pelatihan

benar-benar mampu:

Mencapit (mencengkeram) niat

awal peserta pelatihan untuk

tetap menjadi wirausahawan

(tidak goyah untuk memilih karir

lain).

Menggigit. Pelatihan harus

mampu menyajikan materi yang

“menggigit” (atraktif, impresif,

dan inspiratif) sehingga efektif

meyakinkan peserta bahwa

berwirausaha adalah karir

prioritas pertama untuk mencapai

kesuksesan hidup.

Menyengat emosi dan motivasi

peserta pelatihan (mahasiswa)

sehingga gandrung berwirausaha.

Penjelasan Alur Bagan

Sasaran penyelenggaraan

pelatihan adalah mahasiswa.

Proses pelatihan mengintervensi

3 (tiga) ranah psikologis peserta

pelatihan untuk: a)

mengembangkan sikap positif

terhadap karir wirausaha, b)

memberikan pemahaman tentang

norma subyektif dan c)

memberikan keyakinan bahwa

peserta pelatihan mampu

berwirausaha.

Materi dan proses pelatihan harus

disusun sesuai dengan

identifikasi masalah dan

kebutuhan peserta pelatihan.

Menyusun skenario pelatihan

yang menarik, mengesankan, dan

menginspirasi (atraktif, impresif,

dan inspiratif) sehingga efektif

dalam mencapai tujuan pelatihan.

Menyelenggarakan intervensi

sesuai dengan skenario yang

telah disusun.

Melakukan evaluasi

penyelenggaraan pelatihan. a)

Pretes untuk mengukur niat

peserta pelatihan dalam

berwirausaha sebelum intervensi.

2). Postes untuk mengukur niat

peserta pelatihan setelah

menerima intervensi. 3.

Membandingkan hasil pretes

dengan postes.

Hasil evaluasi digunakan sebagai

umpan balik bahan koreksi.

Pedoman Penggunaan Bahan

Pelatihan Model Scorpion

Struktur isi Pedoman

Penggunaan Bahan Pelatihan Model

Scorpion meliputi: Pengantar

pelunya pedoman penggunaan,

Tujuan, Kualifikasi pelatih, Syarat

peserta pelatihan, Materi pelatihan,

Sarana dan prasarana pelatihan,

Media pelatihan, Skenario

pembelajaran, Waktu

penyelenggaraan dan durasi waktu

yang dibutuhkan, dan Teknik

evaluasi hasil pelatihan.

Selain berdasar pada

identifikasi kebutuhan yang telah

divalidasi, beberapa indikator yang

digunakan sebagai acuan dalam

penyusunan pedoman penggunaan

Page 9: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

Bahan Pelatihan Model Scorpion

adalah: 1. Operasional, 2.

Keterbacaan, 3. Kelengkapan, dan 4.

Kemanfaatan.

Materi Pelatihan

Sesuai dengan identifikasi

masalah dan kebutuhan, karakteristik

materi pelatihan antara lain:

o bertujuan untuk membetuk sikap

positif terhadap karir wirausaha,

meyakinkan peserta pelatihan

bahwa mereka mampu

berwirausaha, serta

meningkatkan pemahaman

tentang norma subyektif. Untuk

tujuan ini dikembangkan materi:

1) Kuadran Karir (Kiyosaki,

2011), Berjuta Keuntungan

Berwirausaha, Fakta Yang

Bicara; 2) Resep Mudah dan Jitu

Memulai Usaha, Resep Mudah

dan Jitu Mengembangkan Usaha,

Resep Mudah dan Jitu

Mengevaluasi Keberhasilan

Usaha, dan 3) Indonesia

Memanggil, Wasiat Rosul, dan

Kebahagiaan Orang Tercinta.

o Materi pelatihan diorientasikan

untuk usaha mikro dan kecil.

o Materi dikembangkan berdasar

teori belajar: behavioristik,

kognitif, dan konstruktivistik

(Multiple Learning Perspectives).

Selain berdasar pada identifikasi

kebutuhan yang telah divalidasi,

beberapa indikator yang

digunakan sebagai acuan dalam

penyusunan materi pelatihan

adalah: 1. Relevansi dengan

tujuan, 2. Ruang lingkup, 3.

Kedalaman, dan 4. Keterbacaan.

Skenario Pelatihan

Berdasar pada desain pedoman

penggunaan model dan materi,

selanjutnya disusun scenario

pembelajaran pelatihan dengan

indikator: 1. Atraktif, yaitu Skenario

pelatihan dirancang untuk proses

pembelajaran yang menarik, 2.

Impresif, yaitu Skenario pelatihan

dirancang untuk proses pembelajaran

yang mengesankan, 3. Inspiratif,

yaitu Skenario pelatihan dirancang

untuk proses pembelajaran yang

menginspirasi, dan 4. Efektif, yaitu

Skenario pelatihan dirancang untuk

proses pembelajaran yang berdaya

guna.

Berdasar identifikasi kebutuhan

dan indicator penyusunan scenario

pembelajaran dalam pelatihan,

disusunlah skenario sebagai berikut.

Page 10: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

Sesi I: mengembangkan sikap positif terhadap karir wirausaha disusun

skenario sebagai berikut.

TAHAP MATERI/KEGIATAN PENDUKUNG

PEMBUKA

CAPIT

(30 menit)

EDIFIKASI: oleh MC

SALAM

APERSEPSI

TUJUAN

MENYANYIKAN LAGU INDONESIA RAYA:

berdiri, tangan mengepal di dada, mengikuti lagu

dari soundsystem,

Lagu“Indonesia raya”

(WR. Supratman)

Slide Keuntungan

Wirausahawan

INTI

GIGIT

(60 menit)

PRESENTASI: Mengembangkan sikap positif

terhadap karir wirausaha

TARGET: memberi apresiasi positif terhadap

karir wirausaha.

MATERI: Kuadran Karir, Hakikat

Wirausahawan. Peran Penting Wirausahawan,

Pancadarma Wirausahawan. Fakta Yang Bicara.

PENUTUP

SENGAT

(30 menit)

MENYAKSIKAN VIDEO “Panggilan

Kemenangan Dari Makkah”

Video “ Adzan

Subuh di Masjidil

Haram”

MEMAKNAI VIDEO “Panggilan kemenangan

dari Makkah”

MEMBUAT RENCANA: melaksanakan ibadah

haji beserta keluarga.

MEMBUAT RENCANA: Pilihan karir yang

cocok agar segera bisa menunaikan ibadah haji ke

Makkah.

RANGKUMAN PELATIH

SALAM

PENUTPAN: Oleh MC

Diadopsi dari: Sultoni (2012)

Sesi II

Pada pelatihan sesi II bertujuan untuk meyakinkan bahwa peserta mampu

berwirausaha disusun skenario pelatihan sebagai berikut.

TAHAP MATERI/KEGIATAN PENDUKUNG

PEMBUKA

CAPIT

(30 menit)

EDIFIKASI: oleh MC

SALAM

APERSEPSI

TUJUAN

MENYAKSIKAN VIDEO “Selalu Ada Cara”

Video “Iklan Pepsi”

(Roberto Carlos

Bikin Gol dan

pendekar Pepsi)

MEMAKNAI: Video “Selalu Ada cara”

INTI

GIGIT

PRESENTASI: Berwirausaha itu Mudah

TARGET: Meyakinkan peserta bahwa ia mampu

Page 11: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

(60 menit) berwirausaha.

MATERI: Resep Mudah dan Jitu Memulai Usaha

(“Ati Mapan”) . Resep Mudah dan Jitu

Mengembangkan Usaha (SOP. Resep Mudah dan

Jitu Mengevaluasi Keberhasilan Usaha.

PENUTUP

SENGAT

(30 menit)

MENYAKSIKAN FILM: “Paralympic” Film “Paralympic”

(Media Promosindo)

MEMAKNAI FILM: “Paralympic”

MENULIS RENCANA BISNIS YANG

DIMINATI

Lagu “Kita Pasti

Bisa”

RANGKUMAN PELATIH

SALAM

PENUTUPAN: oleh MC

Diadopsi dari: Sultoni (2012)

Sesi III

Pada pelatihan sesi III bertujuan memberikan pemahaman tentang norma

subyektif (harapan dan tuntutan lingkungan) disusun skenario pelatihan

sebagai berikut.

TAHAP MATERI/KEGIATAN PENDUKUNG

PEMBUKA

CAPIT

(30 menit)

EDIFIKASI: oleh MC

SALAM

APERSEPSI

TUJUAN

MENYAKSIKAN VIDEO “Pidato Bung Tomo” Video “Pidato Bung

Tomo” (Youtube)

MEMAKNAI: “Pidato Bung Tomo”

MENYANYI: “Bangun Pemuda-Pemudi” Lagu Nasional

INTI

GIGIT

(60 menit)

PRESENTASI: Meningkatkan pemahaman akan

norma subyektif

TARGET: Meningkatnya pemahaman akan

norma subyektif.

MATERI: Indonesia Memanggil. Wasiat Rosul.

PENUTUP

SENGAT

(30 menit)

RENUNGKAN KEMBALI: jasa ayah dan ibu.

Berjanji menjadi orang sukses untuk

membahagiakan ayah dan ibu

Lagu “Ibu” (Iwan

Fals)

TULIS SURAT: janji kepada ayah dan ibu Lagu “Ayah” (Ebiet

G. Ade)

RANGKUMAN PELATIH

Kebahagiaan Orang-Orang Tercinta.

Lagu “Bunda”

(Serina Munaf)

SALAM

PENUTUPAN: oleh MC

Diadopsi dari: Sultoni (2012)

Analisis Kelayakan Desain Produk

Menurut Kelompok Kolaborasi

Untuk memberikan jaminan

bahwa model benar-benar layak

pakai, peneliti melibatkan kelompok

Page 12: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

kolaborasi untuk proses validasi.

Kelompok kolaborasi terdiri dari

pejabat struktural, Ketua Bidang

Akademik, dosen program studi

manajemen dan akuntansi pengampu

matakuliah Pengantar Bisnis. Skor

masing-masing item kuesioner yang

diberikan oleh kelompok kolaborasi.

Untuk mengetahui kelayakan

model yang telah didesain dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

Menentukan skor tertinggi

Menghitung skor kelompok

kolaborasi

Membagi skor kelompok

kolaborasi dengan skor tertinggi

dan dikalikan dengan 100%.

Mengonversikan dengan skala

kelayakan Sugiono (2010)

sebagaimana dipaparkan pada

bagian Metoda.

Mengambil keputusan.

Dengan mengikuti langkah-

langkah di muka, diketahui bahwa

skor maksimal dari kelompok

kolaborasi adalah 24 x 5 x 3 =

360. Sedangkan perolehan skor

riil dari kelompok kolaborasi

sebesar 316. Sehingga bisa

diperoleh tingkat kelayakan

sebagai berikut.

Tingkat kelayakan =

316/360 x 100% = 87,78%.

Selanjutnya hasil tingkat

kelayakan ini dikonversikan

dengan tabel sebagai berikut.

0 – 25 26 - 50 51 – 75 76 - 100

kurang cukup efektif sangat

efektif efektif efektif

Mengacu pada skala di atas,

dapatlah diketahui bahwa tingkat

kelayakan 87,78% berada pada posisi

sangat efektif. Dengan demikian bisa

disimpulkan bahwa desain awal

“Pelatihan Model Scorpion” menurut

kelompok kolaborasi sangat layak

untuk digunakan.

Uji Validasi Ahli

Kritik, saran, dan komentar dari para

ahli bisa dipaparkan sebagai berikut.

Prof. Dr. Punaji, M.Pd. secara

umum berpendapat sebagai

berikut.

Kerangka Kerja Pelatihan

Model Scorpion sudah dapat

membantu alur pikir

pekerjaan/kegiatan.

Pedoman mudah dipahami,

namun perlu ada kejelasan

hal-hal yang perlu

dilakukan. Atas komentar

ini, peneliti menyampaikan

bahwa pada setiap kegiatan,

dalam pedoman sudah

dilengkapi dengan

rekomendasi tentang

kegiatan yang harus

dilakukan pelatih. Setelah

mencermati pedoman

Page 13: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

penggunaan Bahan Pelatihan

Model Scorpion secara

seksama, Prof. Punaji, M.Pd.

menyatakan menerima.

Materi cukup dan bisa

dikembangkan dalam proses

pelatihan.

Skenario mudah diikuti dan

dilakukan.

Prof. Dr. Sudarmiatin, M.Si.

secara umum berpendapat bahwa

Bahan Pelatihan Model Scorpion

layak digunakan dalam pelatihan

kewirausahaan. Namun

seyogyanya pelatihan

kewirausahaan dikemas menarik

berdasarkan ranah kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

Atas masukan ahli

kewirausahaan itu, peneliti

menyampaikan argumentasi

bahwa Bahan Pelatihan Model

Scorpion dimaksudkan untuk

pelatihan memaantapkan niat

berwirausaha. Sehingga,

aksentuasinya pada ranah

kognitif dan afektif. Atas

argumentasi peneliti, Prof. Dr.

Sudarmiatin, M.Si., sebagai bisa

menerima.

Dr. Sultoni, M.Pd. secara umum

Bahan Pelatihan Model Scorpion

layak dijadikan model pelatihan

untuk memantapkan niat

mahasiswa dalam berwirausaha.

Namun, Sultoni mengritisi: 1)

perlu dipertimbangkan untuk

diujicobakan kepada peserta yang

tidak berminat berwirausaha. 2)

perlu disusun power point untuk

trainer sesuai dengan urutan

materi.

Atas masukan ahli motivasi ini

peneliti menyampaikan, bahwa

pada desain pedoman

penggunaan model memang

tertulis jika peserta pelatihan

adalah mahasiswa yang berminat

berwirausaha.Untuk

mengakomodasi saran ahli,

peneliti mengoreksi persyaratan

peserta pelatihan dengan kata-

kata, “peserta pelatihan

dianjurkan dari mahasiswa yang

berminat berwirausaha”.Dengan

demikian mahasiswa yang tidak

berminat pun bisa mengikuti

pelatihan kewirausahaan dengan

Model Scorpion.

Selanjutnya atas masukan

perlunya power point untuk

trainer yang disusun sesuai

dengan materi, peneliti

menyatakan menerima, karena di

dalam pedoman penggunaan

Bahan Pelatihan Model Scorpion

juga sudah dijelaskan bahwa

media yang direkomendasikan

adalah materi presentasi yang

dikemas secara menarik minimal

dengan program Power Point.

Untuk keperluan ini peneliti

berusaha melengkapi media

pelatihan dengan materi

presentasi yang dikemas dalam

program Power Point.

Latipun, Ph.D. sebagai ahli di

bidang psikologi terutama

mencermati kuesioner untuk

mengukur sikap positif,

kepedulian terhadap norma

subyektif, dan persepsi

Page 14: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

pengendalian perilaku. Ahli

bidang psikologi ini selanjutnya

menyatakan bahwa kuesioner

yang dirancang telah layak untuk

maksud mengukur niat individu

dalam menekuni karir wirausaha.

Uji Kelayakan Oleh Tim Ahli

Selain melibatkan kelompok

kolaborasi, peneliti juga melibatkan

tim ahli untuk proses uji kelayakan.

Skor untuk masing-masing item

kuesioner yang diberikan oleh Tim

Ahli.

Dengan langkah-langkah

sebagaimana mengetahui tingkat

kelayakan dari kelompok kolaborasi,

diperoleh skor riil dari tim ahli

sebesar 395.

Sehingga bisa diperoleh

tingkat kelayakan sebagai berikut.

Tingkat kelayakan =

395/480 x 100% = 82,29%.

Selanjutnya hasil tingkat kelayakan

ini dikonversikan dengan tabel

sebagai berikut.

0 – 25 26 - 50 51 – 75 76 - 100

kurang cukup efektif sangat

efektif efektif efektif

Mengacu pada skala di atas bisa

diketahui bahwa tingkat kelayakan

82,29% berada pada posisi sangat

efektif. Dengan demikian bisa

disimpulkan bahwa desain awal

bahan pelatihan“Model Scorpion”

menurut tim ahli sangat layak untuk

digunakan. Kesimpulan ini juga

sama dengan kesimpulan menurut

kelompok kolaborasi.

Uji Coba

Setelah kelompok kolaborasi

dan tim ahli berkesimpulan bahwa

desain produk sangat layak

digunakan sebagai bahan pelatihan

memantapkan niat berwirausaha,

langkah selanjutnya adalah uji coba

untuk mengetahui tingkat efektivitas

Bahan Pelatihan Model Scorpion

dalam memantapkan niat

berwirausaha.

Beberapa hal yang perlu

dilaporkan terkait aktivitas uji coba

adalah:

Subyek coba adalah mahasiswa

yang secara sukarela berminat

mengikuti pelatihan

memantapkan niat berwirausaha.

Peserta uji coba sebanyak 96 orang mahasiswa.

Pelatih diperankan oleh peneliti dengan pengamat anggota

kelompok kolaborasi: 1)dosen

Pengantar Bisnis dan 2) Ketua

Program Studi untuk mengamati

kesesuaian proses pelatihan

dengan pedoman model yang

telah didesain.

Instrumen pengukur efektivitas produk berupa tes skala sikap.

Evaluasi dilakukan dengan

mekanisme pretes dan postes.

Uji coba dilakukan pada Sabtu, 16 Februari 2013 pukul 10.300 –

15.30 di Hall STIE

PENGUSAHA Malang.

Page 15: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

Skor pretes dan postes yang

diperoleh peserta pelatihan pada

saat uji coba produk

.

Fase Evaluasi

Evaluasi Hasil Uji Coba

Berdasar paparan data yang

tersaji pada lampiran 3, bisa

diketahui bahwa skor rata-rata

peserta pelatihan sebelum mengikuti pelatihan memantapkan niat

berwirausaha (pretes) dengan Model

Scorpion adalah 4.40. Sedangkan

rata-rata skor yang diperoleh peserta

pelatihan setelah mengikuti pelatihan

(postes) adalah 4,82.

Selain uji melalui rata-rata

skor pretes dan postes di muka,

peneliti juga melakukan uji statistik

(Uji-t) untuk mengetahui tingkat

perbedaan niat mahasiswa

berwirausaha antara sebelum dan

sesudah mengikuti pelatihan

menggunakan Model Scorpion.

Uji-t dengan bantuan program

SPSS 16.0 for Windows memberikan

out put:

Paired Samples Statistics

memberikan angka mean pada

pretes sebesar 4.3948 sedangkan

pada postes sebesar 4.8235.

Samples Correlations memberikan angka indek korelasi antara skor

pretes dan postes 0,665 dengan

taraf signifikansi 0.027. Taraf

signifikansi 0,027 yang lebih kecil

dari 0,05 menunjukkan bahwa

terdapat korelasi positif yang

signifikan antara skor pretes dan

postes.

Paired Samples Test memberikan nilai t-hitung -5,334 pada taraf

signifikansi 0,000 atau

signifikansi sig (2-tailed) < dari

0,05.

Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa sikap positif

terhadap karir wirausaha,

pemahaman norma subyektif, dan

persepsi kemampuan berwirausaha

peserta pelatihan berbeda secara

signifikan antara sebelum dan

sesudah mengikuti pelatihan melalui

Model Scorpion.

Dengan kata lain dapat

disimpulkan sebagai berikut.

Pelatihan Model Scorpion efektif untuk mengembangkan sikap

positif peserta pelatihan terhadap

karir wirausaha.

Pelatihan engan Model Scorpion

efektif untuk mengembangkan

pemahaman peserta pelatihan

tentang norma subyektif.

Pelatihan dengan Model Scorpion efektif untuk meyakinkan peserta

pelatihan bahwa mereka mampu

berwirausaha.

Pelatihan kewirausahaan dengan Model Scorpion efektif untuk

memantapkan niat peserta

pelatihan dalam berwirausaha.

Validasi kelompok kolaborasi atas

proses uji coba

Komentar, kritik, dan saran

kelompok kolaborasi sebagai

berikut.

Mengikuti dan mengamati proses

pelatihan, kelompok kolaborasi

menyatakan bahwa proses

pelatihan telah dilakukan sesuai

dengan pedoman yang disusun.

Proses pelatihan berjalan secara atraktif , impresif, dan ispiratif

sebagaimana yang diharapkan.

Sangat wajar jika terjadi perbedaan niat mahasiswa dalam

berwirausaha secara signifikan

antara sebelum dengan sesudah

mengikuti pelatihan.

Page 16: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

Bahan Pelatihan Model Scorpion

efektif digunakan sebagai model

pelatihan memantapkan niat

mahasiswa dalam berwirausaha.

Revisi Produk

Setelah melakukan

pengamatan proses dan hasil uji coba

produk kelompok kolaborasi

menyatakan bahwa struktur isi Bahan Pelatihan Model Scorpion

sudah sangat memadai. Sehingga

belum memerlukan revisi, artinya

produk yang digunakan dalam uji

coba bisa dikemas menjadi produk

jadi.

Fase Komunikasi Produk

Ellis dan Levy (2010)

menyatakan, bahwa komunikasi

revisi produk merupakan akhir dari

keseluruhan kegiatan mulai dari

identifikasi masalah sampai dengan

uji coba produk yang bersifat

fleksibel dan alamiah (apaadanya).

Sehingga, komunikasi produk bisa

berupa kritik, saran, dan komentar

dari pengguna (user), kelompok

kolaborasi, dan tim ahli. Secara

detail kegiatan revisi produk mulai

dari revisi produk pra uji coba, revisi

produk pasca uji coba berikut.

Revisi desain produk pra uji coba

Revisi pada tahap ini dilakukan

terhadap desain produk pra uji coba

berdasar kritik, saran, dan komentar

dari kelompok kolaborasi dan tim

ahli. Berbagai kritik dan saran

terutama diarahkan pada struktur isi

model, kerangka kerja (bagan),

pedoman penggunaan, materi, dan

skenario.Secara rinci dapat

dilaporkan sebagai berikut.

Kritik, masukan, dan komentar

tentang Desain Kerangka Kerja

Model terutama diarahkan untuk

menambah kejelasan penjelasan

alur bagan, juga terkait pada

posisi di mana pretes dan postes

dilakukan.

Kritik, masukan, dan komentar tentang Desain Pedoman

Penggunaan Model terutama

diarahkan untuk menambah

tingkat keterbacaan pedoman.

Kritik, masukan, dan komentar tentang Desain Materi Pelatihan

terutama diarahkan untuk

menambah tingkat keterbacaan

materi, misalnya: pemerian bab-

sub bab hendaknya menggunakan

notasi yang konsisten, perlu

dicantumkan contoh standard

operating procedure (SOP), dan

koreksi aspek pengetikan serta

penggunaan istilah.

Terhadap desain skenario pelatihan tidak ada kritik dan

saran. Namun komentar dari

anggota Tim Ahli dan kelompok

kolaborasi bahwa skenario yang

dirancang sudah inovatif dan

mudah diikuti.

Revisi Desain Produk Pasca Uji

Coba

Pasca uji coba, kelompok

kolaborasi menyatakan puas terhadap

rancangan produk, yakni: kerangka

kerja, pedoman, materi, dan

skenario. Oleh karena itu, pada tahap

ini kelompok kolaborasi tidak ada

kritik dan masukan untuk

penyempurnaan produk. M.

Rofiudin, SE., M.Si. sebagai anggota

kelompok kolaborasi hanya

menghimbau agar Pidato Bung

Tomo yang digunakan sebagai

pembangkit semangat peserta

Page 17: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

pelatihan sebaiknya tidak

ditampilkan secara utuh, karena

memakan durasi waktu agak lama.

Terkait masukan ini peneliti

menyampaikan argumentasi, bahwa

Pidato Bung Tomo sebaiknya tetap

ditampilkan secara utuh dengan

pertimbangan: a) .agar bisa

menginspirasi peserta pelatihan

tentang bagaimana para pahlawan

telah berjuang dengan bertaruh jiwa

dan raga untuk memerdekakan

bangsanya dari kekejaman penjajah.

Pidato tersebut memberi pesan

kepada generasi muda sekarang agar

mengisi kemerdekaan dengan

membangun bangsa ini, termasuk

pembangunan di bidang ekonomi

melalui berwirausaha. b) waktu

yang dibutuhkan untuk memutar

Pidato tersebut tidak terlalu lama,

karena hanya sekitar 6 menit. Atas

argumentasi ini kelompok kolaborasi

menyatakan sepakat.

Uji Validasi Komunikasi Revisi

Produk

Dari hasil uji kelayakan desain

produk baik pra uji coba maupun

pasca coba dan hasil uji coba

menunjukkan kinerja model yang

sangat efektif. Hasil ini memberi

makna bahwa produk (Bahan

Pelatihan Model Scorpion) telah

layak digunakan sebagai model

pelatihan memantapkan niat

mahasiswa dalam berwirausaha.

Berikut adalah validasi ahli dan

kelompok kolaborasi mulai dari uji

kelayakan model pra uji coba sampai

dengan pasca uji coba.

Desain Kerangka Kerja Pelatihan Model Scorpion telah direvisi

pada penjelasan alur bagan

terutama pada saat mana pretes

dan postes dilakukan sehingga

menambah kejelasan kerangka

kerja sebagai panduan pelatihan.

Desain Pedoman Penggunaan

Model telah direvisi

terutamapada sistematika

penulisan sehingga bisa

menambah tingkat keterbacaan

pedoman.

Desain Materi Pelatihan telah direvisidengan melakukan

pemerian bab-sub babsecara

konsisten dalam penggunaan

notasi. Selain itu, contoh

standard operating procedure

(SOP) telah dicantumkan dan

koreksi aspek pengetikan serta

penggunaan istilah telah

dilakukan. Revisi bisa menambah

tingkat keterbacaan materi

pelatihan.

Secara keseluruhan, model telah disusun menjadi per bagian

sesuai dengan struktur isi model,

yakni: kerangka kerja, pedoman,

materi, dan skenario.

Penutup

Kajian Produk yang Sudah

Direvisi

Penelitian pengembangan ini

menghasilkan sebuah produk berupa

bahan pelatihan untuk memantapkan

niat berwirausaha. Produk hasil

penelitian pengembangan kemudian

di beri label “Bahan Pelatihan Model

Sorpion” dengan spesifikasi:

Kerangka Kerja Pelatihan untuk

memberikan panduanprogram

pelatihan

Pedoman Penggunaan untuk

memberikan panduan

penggunaan kepada pengguna

(training center) dalam hal

menerapkan pelatihan Model

Page 18: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

Scorpion dalam pelatihan

memantapkan niat berwirausaha.

Materi Pelatihan yang

dikembangkan untuk membentuk

sikap positif terhadap karir

wirausaha, meningkatkan

pemahaman akan

harapan/tuntutan lingkungan,

serta meningkatkan keyakinan

peserta pelatihan bahwa mereka

mampu berwirausaha.

Skenario Pembelajaran dalam

Pelatihan dengan pola capit,

gigit, dan sengat. Sebuah

skenario yang dikembangkan

secara atraktif, impresif,

inspiratif, sehingga efektif dalam

mencapai tujuan pelatihan.

Pengembangan model dilakukan

sesuai dengan kaidah ilmiah sebagai

berikut.

Bahan Pelatihan Model Scorpion

dikembangkan berdasar The

Theory of Planned Behavior

sedangkan langkah-langkah

pengembangan dengan

pendekatan design-based

research dengan karakteristik

sebagai berikut.

Penelitian pengembangan

berdasar pada teori dan untuk

menghasilkan teori baru

(prototeori) atau setidak-tidaknya

proposisi. Dalam The Theory of

Planned Behavior dijelaskan

bahwa seseorang akan memilih

perilaku tertentu ditentukan oleh

niat. Sedangkan niat dipengaruhi

oleh sikap, norma subyektif, dan

persepsi pengendalian perilaku.

Implementasinya, untuk

memantapkan niat berwirausaha

di kalangan mahasiswa,

semestinya mahasiswa

mempunyai sikap positif

terhadap karir berwirausaha,

memahami harapan/ tuntutan

lingkungan (orang-orang

terdekat, bangsa dan negara,

bahkan agama) serta mempunyai

keyakinan bahwa mereka mampu

berwirausaha. Oleh karena itu

Scorpion Model memberikan

panduan penyelenggaraan

pelatihan yang bertujuan untuk:

1) mengembangkan sikap positif

mahasiswa terhadap karir

wirausaha, 2) memberikan

pemahaman kepada mahasiswa

tentang harapan/ tuntutan

lingkungan (norma subyektif),

dan 3) meyakinkan mahasiswa

bahwa mereka mampu

berwirausaha.

Untuk memberi jaminan bahwa

Bahan Pelatihan Model Scorpion

sesuai dengan kebutuhan

pengguna, proses

pengembangannya didahului

dengan memotret latar belakang

mahasiswa, profil dosen, profil

Program Studi, dan komitmen

pengguna. Selanjutnya struktur

isi bahan pelatihan model

scorpion dikembangkan secara

bersama-sama dengan pengguna

dan kelompok kolaborasi.

Pengembangan disesuaikan

dengan hasil pemotretan.

Bahan Pelatihan Model Scorpion

yang dikembangkan secara

alamiah bersama kelompok

kolaborasi sebelum diujicobakan

dimintakan validasi kepada para

Page 19: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

ahli, yaitu: 1) Guru Besar ahli

media pembelajaran, 2) Guru

Besar ahli kewirausahaan, 3)

Doktor ahli pemotivasian, dan 4)

Doktor ahli bidang psikologi.

Sebelum diujicobakan, Bahan

Pelatihan Model Scorpion juga

telah lulus uji kelayakan dari tim

ahli dan kelompok kolaborasi.

Ujicoba dilakukan secara alamiah

tanpa rekayasa.

Pendekatan design-based

research memberikan panduan

bahwa pengembangan produk

melalui 6 (enam) langkah. Pada

setiap langkah selalu diikuti

dengan validasi dari kelompok

kolaborasi. Hal ini untuk

memberikan jaminan bahwa di

setiap langkah pengembangan

telah dilakukan sesuai dengan

karakteristik yang memerlukan

produk.

Melauipendekatan design-based

research, Bahan Pelatihan Model

Scorpiontelah diuji kelayakan

dan efektivitasnya secara

komprihensif, yaitu melalui

analisis kuantitatif dan analisis

kualitatif. Semua hasil analisis

baik kuantitatif maupun kualitatif

selalu divalidasi oleh kelompok

kolaborasi melalui wawancara

mendalam.

Hasil pengembangan produk

mulai dari produk awal pra uji

coba, produk pasca uji coba

didokumentasikan secara rapi.

Melalui cara ini diketahui

metamorphosis produk dari awal

sampai dengan produk jadi.

Saran Pemanfaatan, Diseminasi,

dan Pengembangan Produk Lebih

Lanjut

Saran Pemanfaatan

Bagi yang ingin memanfaatkan

produk ini disarankan hal-hal

berikut.

Untuk menambah efektivitasnya,

lembaga training centerperlu

menyelenggarakan ToT (Training to Trainer) kepada

calon trainer (pelatih). Hal ini

mengingat pelatihan Model

Scorpion merupakan model baru

bahkan di Indonesia merupakan

satu-satunya model pelatihan

kewirausahaan yang

dikembangkan berdasar The

Theory of Planned Behavior.

Melalui ToT diharapkan calon

pelatih benar-benar memahami

jiwa dan karakteristik pelatihan

dengan Model Scorpion. Bagi

lembaga Training Center yang

berminat menyelenggarakan ToT

tentang Model Scorpion bisa

menghubungi penggagas model

ini.

Bahan Pelatihan Model Scorpion

pengembangannya diorientasikan

untuk kontek mahasiswa kelas

menengah ke bawah. Namun

demikian, bagi training center

yang akan memanfaatkan

pelatihan memantapkan niat

berwirausaha bagi mahasiswa

yang berasal dari kelas atas,

Scorpion Model bisa digunakan

dengan memodifikasi materi dan

contoh pengembangan usaha

yang melibatkan modal relative

besar.

Bahan Pelatihan Model Scorpion masih relevan digunakan untuk

pelatihan bagi siswa-siswi

Sekolah Menengah Kejuruan

Page 20: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

(SMK). Namun demikian

disarankan peserta pelatihan

adalah siswa-siswi yang sudah

mengikuti program praktek kerja

industri (prakerin). Oleh karena

itu Bahan Pelatihan Model

Scorpion kurang cocok untuk

siswa-siswi SMK kelas X yang

belum mengikuti program

prakerin.

Para pelatih tidak “diharamkan” memodifikasi materi dan media

pelatihan demi kesesuaian

dengan pengalaman peserta

pelatihan. Namun, materi yang

dikembangkan tetap bertujuan

untuk mengembangkan sikap

positif terhadap karir wirausaha,

mengembangkan pemahaman

terhadap norma subyektif, dan

mengembangkan keyakinan

bahwa peserta pelatihan mampu

berwirausaha. Modifikasi media

bisa dibenarkan selama media

yang digunakan tetap mempunyai

nilai-nilai: atraktif, impresif, dan

inspiratif.

Pelatih disarankan selalu

menyelenggarakan pretes dan

postes untuk mengetahui

keberhasilan penyelenggaraan

pelatihan dan dalam rangka

mendapatkan umpan balik demi

penyempurnaan pelaksanaan

pelatihan.

Diseminasi Produk

Agar produk segera dikenal

secara luas dan dimanfaatkan oleh

masyarakat yang membutuhkan,

diseminasi akan dilakukan dengan

cara-cara sebagai berikut.

Bahan Pelatihan Model Scorpion akan diterbitkan

menjadi buku sehingga bisa

didistribusikan melalui toko

buku.

Bahan Pelatihan Model

Scorpion sebagai hasil

penelitian pengembangan akan

dimasukkan dalam jurnal

ilmiah.

Bahan Pelatihan Model Scorpion sebagai hasil

penelitian pengembangan akan

di-uploadpada Portal Garba

Rujukan Digital (Portal Garuda)

sebuah website milik Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi

(Dirjen Dikti).

Penggagas secara aktif menawarkan pelatihan

menggunakan pendekatan

Model Scorpion kepada training

centerperguruan tinggi, Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK),

dan atau masyarakat yang

membutuhkan.

Saran Pengembangan Produk

Lebih Lanjut

Pengembangan materi dan

media dalam Bahan Pelatihan Model

Scorpion sebagian besar atau bahkan

secara keseluruhan berorientasi pada

cara pandang seorang muslim. Hal

ini semata-mata karena penggagas

hanya mampu memberikan sugesti

dan motivasi peserta pelatihan dari

“kaca mata” seorang muslim. Oleh

sebab itu, pada pengembangan

produk selanjutnya disarankan bisa

mengembangkan materi dan media

yang relevan untuk konsumsi semua

kalangan (penganut agama).Selain

itu juga perlu dikembangkan materi

pelatihan yang relevan untuk

mahasiswa yang berasal dari

kalangan ekonomi menengah ke atas.

Atau bahkan perlu pengembangan

lanjutan yang tidak saja berhenti

pada pemantapan niat, akan tetapi

sampai pada munculnya perilaku

berwirausaha secara aktual.

Page 21: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 1991. The Theory of

Planned Behavior.

Organizational Behavior and

Human Decision Processes,

Vol. 50, 179 – 211

Ajzen, Icek and Driver.B.L. 1991.

Prediction of Leisure

Participation from Behavioral,

Normative and Control Beliefs:

An Application of Theory of

Planned Behavior. Leisure

Sciences. Vol. 13, 185 – 204

Ajzen, Icek and Fishbein, Martin

.1969.The Prediction of

Behavioral Intentions in a

Choice Situation.Journal of

Experimental Social

Psychology, Vol. 5, 400 – 416

Ajzen, Icek and Fishbein, Martin

.2005. Theory-based Behavior

Change Interventions:

Comments on Hobbis and

Sutton. Journal of Health

Psychology Vol. 10, No. 1, 27–

31

Ajzen, Icek and Madden, Thomas J.

.1986. Prediction of Goal-

Directed Behavior: Attitudes,

Intentions, and Perceived

Behavioral Control. Journal of

Experimental Social

Psychology, Vol. 22, 453 - 474

Ajzen, Icek. 1991. The Theory of

Planned Behavior,

Organizational Behavior and

Human Decision Processes,

50, 179-211.

Barab, S. & Squire, K. 2004. Design

Based Research: Putting a

Stake in the Ground. The

Journal of the Learning

Sciences.13 (1) pp. 1-14

Brown, A. L. 1992. Design

experiments: Theoretical and

methodological challenges in

creating complex interventions

in classroom settings. The

Journal of The Learning

Sciences. 2(2), 141–178.

Cobb, P., diSessa, A., Lehrer, R.,

Schauble, L. 2003. Design

experiments in educational

research. Educational

Researcher, 32(1), 9–13.

Collins, A., Joseph, D., & Bielaczyc,

K. 2004. Design research:

Theoretical and

methodological issues. Journal

of the Learning Sciences.

13(1), 15–42.

Dick, Carey & Carey. 2004. The

Systematic Design of Instruction

(6th Edition). Addison W esley

Educational Publisher, Inc.

Ellis, J., dan Levy, Y. 2010. A Guide

for Novice Researchers:

Design and Development

Research Methods, Proceeding

of Informing, Science and IT

Education Conference (insite)

2010, pp. 107-118.

Kiyosaki, Robert., T. 2001. The

Cashflow Quadrant.Jakarta.

Gramedia Pustaka Utama.

Schunk, Dale, H. 2011. Learning

Theories.Jakarta, Pustaka

Pelajar

Page 22: ScorpionModel: Bahan PelatihanMemantapkan Niat

Sudarwati, Ninik. 2012.

Pengembangan Modul

Pelatihan Kewirausahaan Pada

Lembaga Kursus Keterampilan

Jasa, Disertasi, Universitas

Negeri Malang.

Sugiono. 2010. Metoda Penelitian

Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, R & D).

Bandung. Alfabeta.

Sultoni. 2012. Pengembangan

Model Pelatihan Motivasional

untuk Mengaktualisasikan

Kompetensi Kepribadian Guru,

Disertasi, Pascasarjana,

Universitas negeri Malang.

The Design-Based Research

Colletive. 2003. Design-Based

Research: An Emerging

Paradigm for Educational

Inquiry. Educational

Researcher.Vol. 32 No. 1. Pp.

5-8.

Vroom, V. H. 1964. Work and

Motivation, New York: John

Wiley.