Return On Asset (ROA), Cash Turnover, Receivable …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Perputaran Piutang terhadap Likuiditas (Studi Kasus Pada

  • Upload
    hanga

  • View
    232

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

  • Pengaruh Return On Asset (ROA), Cash Turnover, Receivable Turnover, Debt

    To Total Asset dan Growth Of Sales terhadap Current Ratio

    (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Property Dan Real Estate Yang

    Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 20102014)

    SRI RAHAYU

    110462201182

    Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

    Universitas Maritim Raja Ali Haji

    2017

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh return on asset (ROA), cash

    turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales terhadap

    current ratio. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

    sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Periode 2010-2014, dengan teknik purposive sampling diperoleh sebanyak 17

    perusahaan sebagai sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis

    regresi berganda. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa return on

    assets dan debt to total asset berpengaruh terhadap current ratio , sedangkan

    variabel cash turnover, receivable turnover dan growth of sales yang tidak

    berpengaruh terhadap current ratio. Sementara hasil penelitian secara simultan

    menunjukan bahwa variabel return on assets, cash turnover, receivable turnover,

    debt to total asset dan growth of sales berpengaruh terhadap current ratio.

    Besarnya kemampuan variabel independen (return on asset (ROA), cash turnover,

    receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales) dalam menjelaskan

    variabel dependen (nilai perusahaan) adalah 11,8% sedangkan sisanya 88,2%

    dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.

    Kata Kunci : Current ratio, Return On Asset (ROA), Cash Turnover, Receivable

    Turnover, Debt To Total Asset, Growth Of Sales

  • 1. Pendahuluan

    Prastowo dan Juliaty (2008:153), mendefinisikan bahwa likuiditas

    merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek

    pada saat jatuh tempo. Likuiditas ditekankan pada kemampuan membayar,

    bukan kekuatan membayar. Jika suatu perusahaan mempunyai kekuatan besar

    untuk membayar, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang likuid.

    Sebaliknya perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar yang besar, namun

    ketika pada saat jatuh tempo ternyata tidak mampu memenuhinya, maka

    perusahaan tersebut dikatakan illikuid.

    Masalah likuiditas ini menjadi salah satu sorotan utama bagi perusahaan,

    sehingga apabila perusahaan tidak lagi berkemampuan cukup untuk membayar

    kewajiban-kewajiban jangka pendeknya pada tanggal jatuh tempo, maka minat

    dari para kreditur dan investor akan berkurang sehingga mengganggu hubungan

    baik antara perusahaan yang dapat mengakibatkan kerugian.

    Astuti (2012), meneliti tentang Pengaruh Perputaran Piutang dan

    Perputaran Kas terhadap Likuiditas, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

    parsial perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap likuiditas. Lebih jauh, hasil

    penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas juga tidak berpengaruh terhadap

    likuiditas. Sedangkan secara simultan perputaran piutang dan perputaran kas

    berpengaruh terhadap likuiditas.

    Julita (2012), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Perputaran

    Modal Kerja dan Perputaran Kas terhadap Likuiditas pada Perusahaan

    Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa secara parsial Perputaran Modal Kerja pengaruhnya tidak

    siginifikan terhadap Likuiditas dan Perputaran Kas secara parsial memiliki

    pengaruh yang signifikan terhadap Likuiditas pada perusahaan Pertambangan

    yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011, sedangkan secara

    simultan Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Kas bersama-sama memiliki

    pengaruh yang signifikan terhadap Likuiditas.

  • Astuti dan Maelona (2013), meneliti tentang Pengaruh Modal Kerja dan

    Perputaran Piutang terhadap Likuiditas (Studi Kasus Pada PT Mayora Indah Tbk

    yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20012012), hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa Modal kerja memiliki pengaruh terhadap likuiditas pada PT

    Mayora Indah Tbk dimana setiap modal kerja meningkat maka likuiditaspun

    meningkat. Perputaran piutang memiliki pengaruh terhadap likuiditas pada PT

    Mayora Indah Tbk dimana setiap perputaran piutang meningkat maka

    likuiditaspun meningkat. Secara simultan modal kerja dan perputaran piutang

    secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Mayora

    Indah Tbk. Secara bersama-sama kedua variabel independen (modal kerja dan

    perputaran piutang) memberikan kontribusi / pengaruh terhadap likuiditas pada

    PT Mayora Indah Tbk Tbk.

    Muharsyah, Khairani dan Aprilia (2013), dalam penelitiannya yang

    berjudul Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan dan Perputaran Piutang

    terhadap Likuiditas Perusahaan pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya

    yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hasil penelitian menunjukkan secara

    parsial tingkat pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

    terhadap likuiditas, sedangkan perputaran piutang memiliki pengaruh yang

    signifikan terhadap likuiditas perusahaan otomotif dan komponennya yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

    Yesi Ezwita (2014), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

    Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return On Assets dan Rasio Utang

    Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Listing di

    Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013, hasil penelitian menunjukkan bahwa

    secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas,

    perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, return on assets

    tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas dan rasio utang berpengaruh

    signifikan terhadap likuiditas. Secara simultan perputaran piutang, perputaran

    persediaan, return on assets dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap

    likuiditas pada perusahaan industri dasar dan kimia yang listing di Bursa Efek

    Indonesia periode 2010 - 2013.

  • Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam jumlah

    variabel independen dan sampel yang digunakan. Penelitian ini menambah serta

    membedakan variabel independen dari penelitian sebelumnya dan penelitian ini

    menggunakan sampel pada sektor Property dan Real Estate. Penelitian ini

    merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya dengan menambah variabel

    independen guna mengetahui hal tersebut lebih jauh dalam sebuah skripsi yang

    berjudul PENGARUH RETURN ON ASSET, CASH TURNOVER,

    RECEIVABLE TURNOVER, DEBT TO TOTAL ASSET DAN GROWTH OF

    SALES TERHADAP CURRENT RATIO PERUSAHAAN SEKTOR

    PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA

    BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 2014.

    1.1 Perumusan Masalah

    Apakah return on asset (ROA), cash turnover, receivable turnover, debt to

    total asset dan growth of sales secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap

    current ratio pada perusahaan sector property dan real estate yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 ?

    1.2 Tujuan Penelitian

    Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui apakah return on asset (ROA), cash turnover, receivable turnover,

    debt to total asset dan growth of sales secara simultan dan parsial berpengaruh

    terhadap current ratio pada perusahaan sector property dan real estate yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014

    LANDASAN TEORI

    2.1 Kajian Pustaka

    2.1.1 Pecking Order Theory

    Menurut Fahmi (2012:188) Pecking Order Theory yang merupakan suatu

    kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana

    dengan cara menjual asset yang dimilikinya, seperti : gedung, tanah, peralatan

    yang dimilikinya dan asset-asset lainnya termasuk menerbitkan dan menjual

    saham dipasar modal. Artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan cara

  • mengurangi kepemilikan asset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan

    penjualan. Dampak lebih jauh perusahaan akan mengalami kekurangan asset

    karena dipakai untuk membayar rencana aktivitas perusahaan. Jadi perusahaan

    cenderung mengutamakan (mendahulukan) pendanaan dari sumber internal guna

    membiayai produksinya, bila kebutuhan dana kurang maka dipergunakan dana

    dari sumber eksternal sebagai tambahannya, urutan dalam pendanaan yaitu laba

    ditahan, hutang, dan penerbitan saham. Dana internal berupa laba ditahan,

    sedangkan dana eksternal berupa hutang dan penerbitan saham.

    2.1.2 Likuiditas

    Menurut Tunggal (2010:13), Likuiditas berkenaan dengan kemampuan

    perusahaan untuk memenuhi liabilities jangka pendeknya. Oleh karena itu rasio

    likuiditas berhubungan dengan jumlah liabilities jangka pendek yaitu liabilities

    yang segera jatuh tempo dan asset lancar yang tersedia sebagai sumber untuk

    memenuhi liabilitis itu.

    Menurut Harahap (2010:300), rasio likuiditas menunjukkan sejauh mana

    aktiva lancar mampu menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar

    perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka semakin tinggi kemampuan

    perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya dan menrut Munawir (2010

    :72), suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila

    mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada

    waktu ditagih.

    2.1.2.1 Current Ratio

    Menurut Tunggal (2010:14) Current ratio yaitu perbandingan antara

    jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Ini tidak hanya ukuran likuiditas

    perusahaan tetapi juga ukuran batas keamanan yang diusahakan oleh manajemen

    untuk mengatasi ketidakseimbangan yang tidak dapat dielakkan dalam aliran dana

    melalui asset dan liabilitis lancar.

    2.1.3 Return On Asset (ROA)

    Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:91), Return On Asset (ROA)

    mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk

    memperoleh laba. Ratio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah

  • dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang

    dimilikinya.

    Selanjutnya menurut Darsono (2009), rasio ini menggambarkan

    kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah

    asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah

    perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional

    perusahaan.

    2.1.4 Cash Turnover

    Menurut Munawir (2010:133) kas merupakan aktiva yang paling likuid

    atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya,

    berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan

    semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Setiap perusahaan dalam menjalankan

    usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi

    perubahan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva

    tetap.

    2.1.5 Receivable Turnover

    Menurut Kasmir (2010:176) dalam Khairani dan Aprilia (2013)

    Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa

    lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam

    dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

    Menurut Prastowo dan Juliaty (2009:86), rasio perputaran piutang biasa

    digunakan dalam hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena

    memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar

    menjadi kas.

    2.1.6 Debt to Total Asset Ratio

    Menurut Brigham dan Houston (2009:86), Rasio total utang atas aktiva

    yang pada umumnya disebut Debt ratio, merupakan rasio total hutang terhadap

    total aktiva dimana ratio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah

    aktiva perusahaan dibiayai dengan total utang. Total utang mencakup baik utang

    lancar maupun utang jangka panjang.

  • Current Ratio (Y)

    Menurut Syamsudin (2009) Debt To Total Asset Ratio digunakan untuk

    mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total utang,

    Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang

    digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi

    perusahaan.

    2.1.7 Growth of Sales

    Menurut Harahap (2010:309), pertumbuhan penjualan (growth) memiliki

    peranan yang penting dalam manajemen modal kerja. Dengan mengetahui

    seberapa besar pertumbuhanpenjualan, perusahaan dapat memprediksi seberapa

    besar profit yang akan didapatkan. Rasio ini menggambarkan persentasi

    pertumbuhan pos-pos dari tahun ke tahun.

    2.2 Kerangka Pemikiran

    Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu :

    Gambar 2.1

    Kerangka Pemikiran

    Return On Asset (X1)

    Cash Turnover (X2)

    Receivable Turnover (X3)

    Debt to Total Asset Ratio (X4)

    Growth of Sales (X5)

    H1

    H2

    H3

    H4

    H5

    H6

  • 2.3 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah, tujuan teori, penelitian terdahulu,

    hubungan antar variabel, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam

    penelitian ini adalah:

    H1 : Diduga Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Current

    Ratio.

    H2 : Diduga Cash Turnover berpengaruh terhadap Current Ratio.

    H3 : Diduga Receivable Turnover berpengaruh terhadap Current Ratio.

    H4 : Diduga Debt to Total Asset Ratio berpengaruh terhadap Current

    Ratio.

    H5 : Diduga Growth of Sales berpengaruh terhadap Current Ratio.

    H6 : Diduga Return On Asset (ROA), Cash Turnover, Receivable

    Turnover, Debt To Total Asset dan Growth of Sales berpengaruh

    secara simultan terhadap Current Ratio.

    METODE PENELITIAN

    3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian

    3.3.1 Variabel Penelitian

    Martono (2010:302), mendefinisikan bahwa variabel penelitian adalah

    konsep yang mempunyai lebih dari satu nilai. Variabel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah :

    1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

    Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang diakibatkan

    atau dipengaruhi oleh variabel bebas (independent variable). Dalam

    penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Current ratio

    (likuiditas).

    2. Variabel Bebas (Independent Variable)

    Menurut Martono (2010:302), variabel Bebas (independent variable)

    adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan

    akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan

    tata waktu yang terjadi lebih dulu. Adapun variabel bebas dalam penelitian

  • ini adalah return on asset, cash turnover, receivable turnover, debt to total

    asset dan growth of sales.

    3.3.2 Variabel Dependen

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Current ratio (Y) yaitu

    rasio yang menunjukkan antara total aktiva lancar dan utang lancar.

    Menurut Subramanyam dan Wild (2010:44), untuk menentukan current

    ratio digunakan rumus :

    3.3.3 Variabel Independen

    a. Return On Asset (ROA) (X1)

    Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang diperoleh dari laba bersih

    dibagi dengan total asset. ROA menunjukkan efektivitas perusahaan dalam

    menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki. Semakin

    besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai.

    Harmono (2009), pengembalian asset atau Return On Asset (ROA)

    dirumuskan sebagai berikut:

    b. Cash Turnover (X2)

    Perputaran kas menggambarkan perbandingan antara penjualan dengan

    modal kerja bersih. Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam

    menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar

    dalam satu periode tertentu. Menurut Kasmir (2010:141), perputaran kas dapat

    diukur menggunakan rumus :

  • c. Receivable Turnover (X3)

    Perputaran piutang menggambarkan perbandingan antara penjualan

    dengan jumlah rata-rata piutang. Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:86),

    perputaran piutang dapat diukur menggunakan rumus :

    d. Debt to Total Asset (X4)

    Debt to Total Asset merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan

    antara jumlah kewajiban dengan total asset. Rasio ini menunjukkan besarnya

    hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan

    dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya.Semakin besar rasio DTA

    menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak

    eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga)

    yang harus dibayar oleh perusahaan.

    Menurut Harmono (2009:112), rasio total utang atas aktiva dapat diukur

    menggunakan rumus :

    e. Growth of Sales (X5)

    Pertumbuhan penjualan mencerminan keberhasilan investasi masa lalu

    yang dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan dimasa yang akan datang.

    Pertumbuhan penjualan mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan

    pois ekonominya secara keseluruhan. Menurt Harahap (2010:309), rasio ini dapat

    diukur dengan menggunakan rumus :

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

    metode dokumentasi dari Indonesian Stock Exchange (IDX) untuk tahun 2010-

  • 2014 yang dilakukan dengan mengambil data laporan keuangan dari perusahaan

    di sektor property dan real estate yang terdaftar di IDX tahun 2010-2014.

    3.5 Populasi Dan Sampel

    3.5.1 Populasi

    Menurut Sugiyono (2011:80), pengertian populasi adalah wilayah

    generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

    karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan

    benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

    obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh

    subyek atau obyek itu. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

    perusahaan di sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia periode 2010-2014 yang mengumumkan laporan keuangannya di

    Indonesian Stock Exchange (IDX) yaitu berjumlah 45 perusahaan

    3.5.2 Sampel

    Pengambilan sampel yang tidak sesuai dengan kualitas dan karakteristik

    populasi akan menyebabkan suatu penelitian menjadi bias, tidak bisa dipercaya

    dan kesimpulannya pun bisa keliru. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

    menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan

    pertimbangan tertentu, yaitu dengan kriteria sebagai berikut :

    Tabel 4.1

    Penentuan Sampel Penelitian

    No Kriteria Jumlah

    Perusahaan

    1. Perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar

    di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 45

    2.

    Perusahaan yang tidak menerbitkan dan mempubliksikan

    laporan keuangan tahunan secara lengkap dari Desember

    2010 sampai dengan Desember 2014

    (11)

    3. Perusahaan yang memperoleh laba negatif selama tahun (17)

  • penelitian 2010-2014

    Jumlah Sampel Terpilih 17

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian Dan Pembahasan

    4.1.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

    Hasil pengujian statistik deskriptif menunjukkan informasi mengenai nilai

    minimum (minimum), nilai maksimum (maximum), rata-rata (mean) dan standar

    deviasi (standar deviation) sampel penelitian baik variabel independen maupun

    variabel dependen.

    Output tampilan SPSS berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa

    variabel current ratio dengan membandingkan aset lancar pada kewajiban lancar

    dihasilkan sebesar 2,068891. Hasil tersebut mengindikasikan rata-rata rasio lancar

    perusahaan yang diteliti telah baik karena lebih tinggi dibandingkan dengan

    standar current ratio sebesar 200% (Sari, Darminto, & Endang, 2014). Hal ini

    bermakna rata-rata kemampuan membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi

    dengan aset lancar untuk perusahaan tahun 2012-2014 adalah setiap Rp 1

    kewajiban lancar dijamin oleh aset lancar Rp 2,068891 sehingga dapat

    dikategorikan perusahaan mampu memenuhi kewajiban lancarnya. Perusahaan

    dengan current ratio terendah dalam periode penelitian adalah Duta Pertiwi Tbk

    (DUTI) pada tahun 2014 yakni 0,2659 dan perusahaan dengan tingkat current

    ratio tertinggi adalah Ciputra Property Tbk (CTRP) dengan current ratio sebesar

    7,8210 pada tahun 2010.

    Variabel Return On Asset (ROA) dengan membandingkan laba bersih

    perusahaan dengan total aset perusahaan. Hasil pengujian yang ditampilkan pada

    tabel 4.3 menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai ROA terendah yakni Sentul

    City Tbk (BKSL) sebesar 0,0042 pada tahun 2014. Sedangkan perusahaan dengan

    nilai ROA tertinggi yakni Moderland Reality Tbk (MDLN) dengan rasio sebesar

    0,2541 pada tahun 2013.

  • Variabel Cash Turnover yang membandingkan penjualan yang diperoleh

    perusahaan dengan modal kerja bersih perusahaan. Tabel 4.3 menunjukan bahwa

    perusahaan dengan nilai cash turnover tertinggi adalah Goa Makassar Tourism

    Development Tbk (GMTD) pada tahun 2013 sebesar 27,8529. Sedangkan

    perusahaan dengan nilai cash turnover terendah adalah Cowel Development Tbk

    (COWL) sebesar -44,0257 pada tahun 2014. Rata-rata perusahaan memperoleh

    nilai cash turnover sebesar 0,616698 dengan standar deviasi 6,1752987.

    Variabel Receivable Turnover yang membandingkan penjualan yang

    diperoleh perusahaan dengan rata-rata piutang perusahaan. Tabel 4.3 menunjukan

    bahwa perusahaan dengan nilai receivable turnover tertinggi adalah Goa

    Makassar Tourism Development Tbk (GDMT) pada tahun 2014 sebesar

    138,7356. Sedangkan perusahaan dengan nilai receivable turnover terendah

    adalah Moderland Reality Tbk (MDLN) sebesar 1,3513 pada tahun 2010. Rata-

    rata perusahaan memperoleh nilai receivable turnover sebesar 18,610665 dengan

    standar deviasi 20,0387435.

    Variabel Debt To Total Asset (DAR) yang menunjukan kemampuan aset

    perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Tabel 4.3 menunjukan bahwa

    rata-rata kemampuan aset perusahaan manufaktur dalam dalam memenuhi seluruh

    kewajiban perusahaan 0,443084 dengan standar deviasi sebesar 0,1549816.

    Perusahaan yang memiliki tingkat DAR tertinggi yakni Goa Makassar Tourism

    Development Tbk (GDMT) dengan tingkat leverage mencapai angka 0,7402

    Tahun 2012 dan perusahaan dengan tingkat leverage terendah yakni Ciputra

    Property Tbk (CTRP) pada tahun 2010 dengan angka 0,0680.

    Variabel Growth Of Sales (GS) yang membandingkan perubahan

    penjualan yang diperoleh perusahaan dengan penjuaalan perusahaan pada tahun

    sebelumnya. Tabel 4.3 menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai growth of

    sales tertinggi adalah Sentul City Tbk (BKSL) pada tahun 2010 sebesar 1,7269.

    Sedangkan perusahaan dengan nilai receivable turnover terendah adalah Sentul

    City Tbk (BKSL) sebesar -0,2594 pada tahun 2014.

  • 4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

    4.2.2.1 Uji Normalitas

    uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

    variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada Tabel 4.4

    menunjukkan hasil pengujian normalitas dengan besarnya nilai Kolmogrof-

    Smirnov adalah 0,152 dan signifikan pada 0,000 lebih rendah dari nilai =0,05

    yang mengindikasikan bahwa data tidak berdistribusi normal.Untuk mengobati

    terhadap pelanggaran asumsi klasik yang dalam hal ini uji normalitas, maka

    model regresi kita tranformasi kedalam bentuk semi-log yaitu sebelah kanan

    persamaan yaitu variabel dependen kita transformasi menjadi bentuk logaritma

    natural (Ln) dan sebelah kiri persamaan tetap (Ghozali, 2013:193). Adapun hasil

    dari pengujian normalitas data setelah dilakukan transformasi data dapat dilihat

    pada Tabel 4.5 yang menunjukan bahwa data berdistribusi normal dengan nilai

    asymp. sig. (2-tailed) sebesar 0,200 lebih tinggi dari nilai =0,05.

    4.2.2.2 Uji Multikolinieritas

    Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah model

    regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas yakni cariabel return on

    asset, cash turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales.

    Metode pengujian yang biasa digunakan yaitu dengan melihat nilai Variance

    Inflation Factor (VIF) dan Tolerance pada model regresi. Jika nilai VIF kurang

    dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,10 maka model regresi bebas dari

    multikolinieritas (Ghozali, 2013:105). Dari hasil uji multikolinieritas pada table

    4.6 dapat dilihat untuk model penelitian dengan current ratio sebagai variabel

    dependen menunjukkan semua variabel independen yang terdiri dari return on

    asset, cash turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales

    memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa

    model penelitian tahap pertama terbebas dari masalah multikolinearitas.

  • 4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

    terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan

    yang lain (Ghozali:139). Untuk menganalisis heteroskedastisitas dengan grafik

    scatterplot adalah jika terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar

    diatas dan sumbu Y, indikasinya tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan melihat

    gambar 4.1 sebaran titik-titik yang acak, baik diatas, maupun dibawah angka 0

    dari sumbu Y, dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model

    regresi ini. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini juga menggunakan Uji

    Korelasi Spearman yaitu dengan melakukan analisis korelasi Spearman antara

    residual dengan masing-masing variabel independen. Hasil pengujian pada Tabel

    4.7 menunjukkan bahwa model penelitian yang digunakan tidak terjadi

    heteroskedastisitas, dimana dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk semua

    variabel dependen (return on asset, cash turnover, receivable turnover, debt to

    total asset dan growth of sales) lebih besar dari nilai 0,05.

    4.2.2.4 Uji Autokorelasi

    Metode pengujian menggunakan Run test yang mana digunakan untuk

    melihat apakah data residual terjadi secara random ataupun tidak. Hasil uji

    autokorelasi model penelitian tahap pertama menggunakan uji Run test dapat

    dilihat pada tabel 4.8 menghasilkan nilai test 0,110 dengan nilai asymp. sig. (2-

    tailed) sebesar 0,912 lebih tinggi dari nilai =0,05, sehingga dapat disimpulkan

    bahwa residual bersifat random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai

    residual.

    4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

    Analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh antara dua

    atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan

    dalam bentuk persamaan regresi.

    Berdasarkan tabel 4.9, maka dapat dilakukan persamaan regresi linier berganda

    sebagai berikut:

    Y= 1.158-4.488X1+0.16X2+0.01X3-0.989X4-0.258X5

    Dari persamaan regresi linier tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • a. Konstanta regresi sebesar 1.158, menyatakan jika variabel return on asset,

    cash turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales

    sama dengan 0 (nol), maka Current Ratio sebesar 1.158.

    b. Nilai koefisien regresi variabel X1 sebesar -4.488, menunjukkan bahwa

    setiap kenaikan return on asset sebesar satu satuan, maka akan

    menurunkan Current Ratio sebesar 4.488 satuan dengan asumsi variabel

    lainnya adalah konstan.

    c. Nilai koefisien regresi variabel X2 sebesar 0.016, menunjukkan bahwa

    setiap kenaikan cash turnover sebesar satu satuan, maka akan menaikkan

    Current Ratio sebesar 0.016 satuan dengan asumsi variabel lainnya adalah

    konstan.

    d. Nilai koefisien regresi variabel X3 sebesar 0.001, menunjukkan bahwa

    setiap kenaikan receivable turnover sebesar satu satuan, maka akan

    menaikkan Current Ratio sebesar 0.001 satuan dengan asumsi variabel

    lainnya adalah konstan.

    e. Nilai koefisien regresi variabel X4 sebesar -0.989, menunjukkan bahwa

    setiap kenaikan debt to total asset sebesar satu satuan, maka akan

    menurunkan Current Ratio sebesar 0.989 satuan dengan asumsi variabel

    lainnya adalah konstan.

    f. Nilai koefisien regresi variabel X5 sebesar 0.285, menunjukkan bahwa

    setiap kenaikan growth of sales sebesar satu satuan, maka akan

    menurunkan Current Ratio sebesar 0.285 satuan dengan asumsi variabel

    lainnya adalah konstan.

    4.2.4 Uji Hipotesis

    4.2.4.1 Hasil Uji t (Parsial)

    Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh

    yang berarti (signifikan) antara variabel independen yakni return on asset, cash

    turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales dan current

    ratio sebagai variabel dependen.

  • Pengujian dilakukan menggunakan uji t dengan tingkat pengujian pada

    =5% dengan kebebasan atau df (n-k-1) dimana n adalah banyaknya sampel dan k

    adalah banyaknya variabel dalam penelitian. Rumus mencari nilai t tabel adalah:

    t tabel = (tingkat kepercayaan dibagi 2 ; jumlah data dikurangi jumlah variabel

    bebas dikurang 1). t tabel = (0,025;79), t tabel = angka 0,025 kemudian dicari pada

    distribusi nilai t tabel dengan df 79 maka ditemukan nilai t tabel sebesar 1,990.

    4.2.4.1 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik T)

    Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh

    yang berarti (signifikan) antara variabel independen yakni return on asset, cash

    turnover, receivable turnover, debt to total asset dan growth of sales dan current

    ratio sebagai variabel dependen.

    Pengujian dilakukan menggunakan uji t dengan tingkat pengujian pada

    =5% dengan kebebasan atau df (n-k-1) dimana n adalah banyaknya sampel dan k

    adalah banyaknya variabel dalam penelitian. Rumus mencari nilai t tabel adalah:

    t tabel = (tingkat kepercayaan dibagi 2 ; jumlah data dikurangi jumlah variabel

    bebas dikurang 1). t tabel = (0,025;79), t tabel = angka 0,025 kemudian dicari pada

    distribusi nilai t tabel dengan df 79 maka ditemukan nilai t tabel sebesar 1,990.

    Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 1 hasil t hitung Return on

    Asset (ROA) sebesar -2,790 dan t tabel sebesar -1,990, dengan perbandingan t

    hitung > t tabel (-2,790 < -1,990), dengan nilai signifikan 0,007 < 0,05. Dari hasil

    pengujian diatas maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya Return on Asset (ROA)

    berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real

    Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014.

    Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 2 hasil t hitung Cash

    Turnover sebesar 1,447 dan t tabel sebesar 1,990, dengan perbandingan t hitung < t

    tabel (1,447 < 1,990), dengan nilai signifikan 0,152 > 0,05. Dari hasil pengujian

    diatas maka Ho diterima dan H2 ditolak artinya Cash Turnover tidak berpengaruh

    terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang

    terdaftar di BEI periode 2010 2014.

  • Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 3 hasil t hitung Receivable

    Turnover sebesar 0,183 dan t tabel sebesar 1,990, dengan perbandingan t hitung < t

    tabel (0,183 < 1,990), dengan nilai signifikan 0,855 > 0,05. Dari hasil pengujian

    diatas maka Ho diterima dan H3 ditolak artinya Receivable Turnover tidak

    berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real

    Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014.

    Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 4 hasil t hitung Debt to

    Total Asset sebesar -2,215 dan t tabel sebesar -1,990, dengan perbandingan t hitung

    > t tabel (-2,215 < -1,990), dengan nilai signifikan 0,030 < 0,05. Dari hasil

    pengujian diatas maka Ho ditolak dan H4 diterima artinya Debt to Total Asset

    tidak berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan

    Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014.

    Hasil analisis dari tabel 4.9, pengujian hipotesis 5 hasil t hitung Growth of

    Sales sebesar 1,401 dan t tabel sebesar 1,990, dengan perbandingan t hitung < t tabel

    (1,401 < 1,990), dengan nilai signifikan 0,165 > 0,05. Dari hasil pengujian diatas

    maka Ho diterima dan H5 ditolak artinya Growth of Sales tidak berpengaruh

    terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang

    terdaftar di BEI periode 2010 2014.

    4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

    Hasil statistik f pada model penelitian ini pada Tabel 4.10 menyajikan

    bahwa nilai f hitung sebesar 3,250 dengan nilai f tabel sebesar 2,49 dan nilai

    signifikansi 0,010 pada tingkat signifikansi yang digunakan peneliti 0,05 (5%).

    Dari tabel 4.10 diperoleh hasil F hitung Return on Assets, Cash Turnover,

    Receivable Turnover, Debt to Total Asset dan Growth of Sales secara simultan

    berpengaruh terhadap Current Ratio sebesar 3,250 dan F tabel sebesar 2,49,

    dengan perbandingan F hitung > F tabel (3,250 > 2,49), dengan nilai signifikan

    0,010 < 0,05. Dari hasil pengujian diatas maka Ho ditolak dan H6 diterima artinya

    Return on Assets, Cash Turnoves, Receivable Turnover, Debt to Total Asset dan

  • Growth of Sales berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor

    Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 - 2014

    4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi

    Menurut Priyatno (2011:251) analisis determinasi digunakan untuk

    mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-

    sama terhadap variabel dependen. Adapun pengaruh antara variabel independen

    yang terdiri dari return on asset, cash turnover, receivable turnover, debt to total

    asset dan growth of sales terhadap tingkat likuiditas perusahaan dapat dilihat dari

    besarnya nilai Adjusted R Square. Dari table 4.11 dapat dilihat Nilai Adjusted R

    Square sebesar 0,118 atau 11,8% berarti bahwa Current Ratio dipengaruhi sebesar

    11,8% oleh Return on Assets, Cash Turnoves, Receivable Turnover, Debt to Total

    Asset dan Growth of Sales, sedangkan 88,2% dipengaruhi oleh variabel lain

    ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh dan lain lain yang tidak diteliti oleh

    peneliti.

    4.2.5 Pembahasan

    4.2.5.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Current Ratio

    Untuk uji hasil analisis penelitian terhadap Return on Asset

    (ROA)memiliki nilai signifikan 0,007

  • Pecking Order bahwa perusahaan akan menggunakan dana internal terlebih

    dahulu untuk membiayai produksinya.

    4.2.5.2 Pengaruh Cash Turnover terhadap Current Ratio

    Cash Turnover memiliki nilai signifikan 0,152>0,05 maka Ho diterima

    dan H2 ditolak. Hal ini menunjukan Cash Turnover tidak berpengaruh terhadap

    Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di

    BEI periode 2010 2014.Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

    oleh Astuti (2012) yang mendapatkan hasil perputaran kas tidak berpengrauh

    terhadap likuiditas.Hal ini disebabkan karena kenaikan maupun penurunan

    likuiditas tidak hanya tercemin pada perputaran kas, namun adanya faktor lain

    yang mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari data-

    data yang diolah menunjukkan bahwa informasi mengenai kenaikan atau

    penurunan nilai perputaran kas yang diperoleh tidak selalu diikuti oleh kenaikan

    dan penurunan likuiditas. Perputaran kas merupakan salah satu ukuran dari

    pengembalian aktiva lancar menjadi kas melalui penjualan yang merupakan

    kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui

    sejumlah kas yang dimiliki perusahaan. Hal ini bermaksud, meskipun perputaran

    kas yang dimiliki perusahaan tinggi, namun kas yang dimiliki perusahaan rendah

    akibat kurang efektifnya perputaran piutang perusahaan yang rendah berakibat

    menimbunnya persediaan perusahaan yang belum tercairkan menjadi kas sehingga

    dalam membayar kewajiban jangka pendek perusahaan tidak mampu membayar

    hutang-hutangnya.

    4.2.5.3 Pengaruh Receivable Turnover terhadap Current Ratio

    Receivable Turnover memiliki nilai signifikan 0,855>0,05 maka Ho

    diterima dan H3 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Receivable Turnover tidak

    berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real

    Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014. Penelitian ini konsisten

    terhadap penelitian yang dilakukan oleh Ezwita (2014), Muharsyah, Khairani dan

    Aprilia(2013) dan Astuti (2012) yang juga membuktikan bahwa perputaran

    piutang tidak berpengaruh terhadap likuditas perusahaan.Hal ini dapat dikatakan

    bahwa perputaran piutang tidak dapat dijadikan bahan pertimbangan pengaruh

  • dalam likuiditas perusahaan property dan real estateyang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia selama periode penelitian.Hal ini disebabkan kenaikan dan penurunan

    current ratio tidak hanya tercemin pada perputaran piutang. Secara konseptual

    tentunya perputaran piutang berpengaruh terhadap current ratio dengan arah

    positif, karena semakin tinggi perputaran piutang maka semakin baik pula current

    ratio yang dihasilkan perusahaan.Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan,

    bahwasannya perputaran piutang tidak memiliki pengaruh terhadap current ratio

    perusahaan. Perusahaan yang memiliki perputaran piutang yanng tinggi juga

    memiliki tingkat penjualan yang tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata piutang

    perusahaan. Dengan melakukan penjualan kredit dapat menjadi salah satu strategi

    dalam memenangi persaingan yang semakin ketat didalam bidang usaha sejenis.

    Dengan melakukan penjualan kredit akan menghasilkan keuntungan perusahaan

    dalam bentuk piutang usaha. Piutang usaha inilah yang akan bertansformasi

    menjadi kas saat piutang tersebut jatuh tempo dan dilunasi oleh pelanggan

    berdasarkan kebijakan kredit perusahaan.

    4.2.5.4 Pengaruh Debt to Total Asset terhadap Current Ratio

    Debt to Total Asset memiliki nilai signifikan 0,030>0,05 maka Ho

    ditolak dan H4 diterima. Hal ini menunjukan bahwa Debt to Total Asset

    berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real

    Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014. Penelitian ini mendukung

    penelitian yang dilakukan Ezwita (2014).Semakin tinggi rasio ini berarti semakin

    banyak asset perusahaan yang dibiayai oleh hutang sehingga perusahaan harus

    menyediakan uang kas yang lebih banyak untuk membayar hutang-hutang

    tersebut. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Syamsuddin (2009)

    mengenai Debt to Total Assets Ratio (DAR) semakin tinggi rasio ini berarti

    semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada

    aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan serta penelitian yang

    dilakukan oleh Puspitasari (2013) yang menyatakan bahwa menurut teori Pecking

    Order, rasio hutang berpengaruh negatif terhadap likuiditas perusahaan.Ini berarti

    semakin tinggi rasio utang maka perusahaan harus menyediakan uang kas yang

    lebih banyak untuk membayar utang-utang tersebut sehingga kemampuan

  • perusahaan dalam memenuhi kewajibannya semakin rendah karena tingginya

    rasio utang.

    4.2.5.5 Pengaruh Growth of Sales terhadap Current Ratio

    Growth of Sales memiliki nilai signifikan 0,165>0,05 maka Ho ditolak dan

    H5 diterima. Hal ini menunjukan bahwa Growth of Sales berpengaruh terhadap

    Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di

    BEI periode 2010 2014. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Riawati (2013) dan Muharsyah, Khairani dan Aprilia(2013).

    Sistem penjualan dapat berupa tunai maupun kredit. Penjualan kredit yang

    dilakukan oleh perusahaan merupakan penjualan yang pembayarannya tidak

    dilakukan pada saat itu juga namun dilakukan dalam jangka waktu tempo

    sehingga akan menimbulkan piutang kepada pihak lain. Semakin banyaknya

    penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan akan meningkatkan resiko

    perusahaan akan piutang yang tak dapat tertagih. Hal ini dapat dimaknai bahwa

    semakin tinggi nilai penjualan perusahaan (kredit) maka akan menigkatkan nilai

    aktiva lancar perusahaan namun juga akan menghambat pembayaran kewajiban

    lancar perusahaan dikarenakan dana perusahaan yang berupa kas yang berasal dari

    penjualan perusahaan tertahan didalam akun piutang yang tidak mampu menjadi

    kas dan piutang yang tak dapat ditagih. Sehingga tingginya angka penjualan

    perusahaan tidak mampu untuk memepengaruhi tingkat current ratio perusahaan.

    4.2.5.6 Pengaruh Return on Assets, Cash Turnover, Receivable Turnover, Debt

    to Total Asset dan Growth of Salesterhadap Current Ratio

    Dalam uji F nilai signifikansi sebesar 0,010

  • PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah

    dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Secara parsial Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Current

    Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar

    di BEI periode 2010 2014.

    2. Secara parsial Cash Turnover tidak berpengaruh terhadap Current

    Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar

    di BEI periode 2010 2014.

    3. Secara parsial Receivable Turnover tidak berpengaruh terhadap

    Current Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang

    terdaftar di BEI periode 2010 2014.

    4. Secara parsial Debt to Total Asset berpengaruh terhadap Current

    Ratio pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar

    di BEI periode 2010 2014.

    5. Secara parsial Growth of Sales berpengaruh terhadap Current Ratio

    pada perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di

    BEI periode 2010 2014.

    6. Secara simultan Return on Assets, Cash Turnoves, Receivable

    Turnover, Debt to Total Asset dan Growth of Sales secara simultan

    berpengaruh terhadap Current Ratio pada perusahaan sektor Property

    dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2010 2014.

    Berdasarkan uji koefisien determinasi menunjukkan nilai Adjusted R

    Square sebesar 0,118 yang mengindikasikan bahwa hanya sebesar 11,8% variabel

    independen mampu menjelaskan tingkat likuiditas perusahaan. Sedangkan 88,2%

    dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

  • 5.2 Saran

    Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya

    berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan variabel lain karena

    dalam penelitian ini variabel independen hanya mampu menjelaskan

    variabel dependen sebesar 11,8%, sedangkan sisanya sebesar 88,2%

    dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel yang diteliti.

    2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan objek

    penelitian selain perusahaan Property dan Real Estate, karena masih

    banyak jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

    3. Pengukuran Current Ratio dapat diukur menggunakan rasio lain

    selain rasio lancar, seperti rasio cepat maupun rasio kas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Astuti, Wati Aris dan Maelona, Rosa. 2013. Pengaruh Modal Kerjadan

    PerputaranPiutang Terhadap Likuiditas (Studi Kasus pada PT Mayora

    Indah Tbk yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2012).

    Jurnal Universitas Komputer Indonesia.

    Astuti, Eka. 2012. Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Kas Terhadap

    Likuiditas. Jurnal Studia Akuntansi dan Bisnis ISSN 2337-6112.

    Adi, Samuel Nugroho. 2012. Pengaruh Debt To Equity Ratio dan Debt To Total

    Asset Ratio Terhadap Profitabilitas Perusahaan Sub Sektor Perkebunan

    yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2012. Skripsi. Universitas

    Bengkulu. Bengkulu

    Brigham, Eugene. F dan Houston. J. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan

    Edisi 11.Jakarta: Salemba Empat.

    Darsono. 2009.Manajemen Keuangan, Jakarta : Nusantara Consulting

  • Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ke-2. Bandung:

    Alfabeta

    Ezwita, Yesi. 2014. Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan,

    Return On Assets dan RasioUtang terhadap Likuiditas pada Perusahaan

    IndustriDasardan Kimia yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)

    periode 2010 -2013. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

    Tanjungpinang.

    Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

    Jakarta : GemaPertama.

    Ghozali, Imam. 2013.Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,

    Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

    Gujarati, D.N. 2012.Dasar-dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong, R.C.,

    Salemba Empat, buku 2, Edisi 5, Jakarta

    Harmono, 2009, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard

    (PendekatanTeori, Kasus, dan Riset Bisnis), Bumi Aksara, Jakarta.

    Julita, Irma. 2011. Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Sektor

    Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Padang.

    Kasmir, 2010.AnalisaLaporanKeuangan,Edisiketiga, RajawaliPers,Jakarta.

    Moeljadi, 2006, Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,

    BPFE: Yogyakarta.

    Muharsyah.R, Khairani. S danAprilia. R. 2013.Pengaruh Tingkat Pertumbuhan

    Penjualandan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Pada

    Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia.Jurnal Akuntansi STIE MDP.

    Munawir, 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta

  • Prastowo dan Juliaty, 2008. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.

    Edisi Kedua. Upp. Amp YPKN. Yogyakarta.

    Puspitasari. Anastasia V. 2013. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran

    Perusahaan, Perputaran Piutang , Rasio Hutang , Dan Operating Cycle

    Terhadap Likuiditas (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan

    Minuman Yang Terdaftar di BEI Periode 2007 2010). Skripsi.

    Universitas Diponegoro - Semarang

    Riawati. 2013. Pengaruh Jumlah Kas, Siklus Konversi Kas Dan Growth Sale

    Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Automotive And Allied Products

    Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Jurnal

    Akuntansi. Univeritas Maritim Raja Ali Haji

    Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metedologi Penelitian. FKIP: UniversitasMuria

    Kudus

    Subramanyam, K. R. dan J. J. Wild. 2010. AnalisaLaporanKeuangan.

    SalembaEmpat : Jakarta.

    Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

    AFABETA

    Syamsuddin, Lukman (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep

    Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan

    (Edisi Baru). Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

    Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan.

    Harvarindo. Jakarta.

    LAMPIRAN 1. OUTPUT SPSS V.22

    REGRESSION

    /MISSING LISTWISE

    /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA

  • /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

    /NOORIGIN

    /DEPENDENT Y

    /METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5

    /RESIDUALS HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID)

    /SAVE RESID.

    Regression

    Variables Entered/Removeda

    Model Variables Entered

    Variables

    Removed Method

    1 GS, CT, ROA,

    DAR, RTb

    . Enter

    a. Dependent Variable: CR

    b. All requested variables entered.

    Model Summaryb

    Model R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of the

    Estimate

    1 .407a .165 .113 1.3181915

    a. Predictors: (Constant), GS, CT, ROA, DAR, RT

    b. Dependent Variable: CR

    ANOVAa

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 27.224 5 5.445 3.133 .012b

    Residual 137.273 79 1.738

    Total 164.497 84

    a. Dependent Variable: CR

    b. Predictors: (Constant), GS, CT, ROA, DAR, RT

  • Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 3.753 .502 7.471 .000

    ROA -6.691 3.394 -.210 -1.972 .052

    CT .019 .023 .084 .814 .418

    RT -.001 .008 -.010 -.091 .928

    DAR -3.013 .942 -.334 -3.198 .002

    GS .336 .389 .091 .862 .391

    a. Dependent Variable: CR

    Residuals Statisticsa

    Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

    Predicted Value .655333 3.815342 2.068891 .5692932 85

    Residual -2.1912334 4.5438609 .0000000 1.2783577 85

    Std. Predicted Value -2.483 3.068 .000 1.000 85

    Std. Residual -1.662 3.447 .000 .970 85

    a. Dependent Variable: CR

    Charts

  • NPAR TESTS

    /K-S(NORMAL)=RES_1

    /MISSING ANALYSIS.

  • NPar Tests

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Unstandardized

    Residual

    N 85

    Normal Parametersa,b

    Mean .0000000

    Std. Deviation 1.27835772

    Most Extreme Differences Absolute .152

    Positive .152

    Negative -.085

    Test Statistic .152

    Asymp. Sig. (2-tailed) .000c

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

    c. Lilliefors Significance Correction.

    LAMPIRAN 2. OUTPUT SPSS V.22 SETELAH TRANSFORMASI DATA

    COMPUTE LNCR=LN(Y).

    EXECUTE.

    REGRESSION

    /MISSING LISTWISE

    /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA

    /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

    /NOORIGIN

    /DEPENDENT LNCR

    /METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5

    /RESIDUALS HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID)

    /SAVE RESID.

  • Regression

    Variables Entered/Removeda

    Model Variables Entered

    Variables

    Removed Method

    1 GS, CT, ROA,

    DAR, RTb

    . Enter

    a. Dependent Variable: LNCR

    b. All requested variables entered.

    Model Summaryb

    Model R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of the

    Estimate

    1 .413a .171 .118 .62482

    a. Predictors: (Constant), GS, CT, ROA, DAR, RT

    b. Dependent Variable: LNCR

    ANOVAa

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 6.343 5 1.269 3.250 .010b

    Residual 30.842 79 .390

    Total 37.185 84

    a. Dependent Variable: LNCR

    b. Predictors: (Constant), GS, CT, ROA, DAR, RT

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 1.158 .238 4.861 .000

    ROA -4.488 1.609 -.296 -2.790 .007

    CT .016 .011 .149 1.447 .152

    RT .001 .004 .020 .183 .855

    DAR -.989 .447 -.230 -2.215 .030

  • GS .258 .184 .148 1.401 .165

    a. Dependent Variable: LNCR

    Residuals Statisticsa

    Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

    Predicted Value -.3725 1.4101 .5200 .27480 85

    Residual -1.87087 1.41116 .00000 .60594 85

    Std. Predicted Value -3.248 3.239 .000 1.000 85

    Std. Residual -2.994 2.259 .000 .970 85

    a. Dependent Variable: LNCR

    Charts

  • NPAR TESTS

    /K-S(NORMAL)=RES_2

    /MISSING ANALYSIS.

    NPar Tests

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Unstandardized

    Residual

    N 85

    Normal Parametersa,b

    Mean .0000000

    Std. Deviation .60593861

    Most Extreme Differences Absolute .083

    Positive .054

    Negative -.083

    Test Statistic .083

    Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

    a. Test distribution is Normal.

  • b. Calculated from data.

    c. Lilliefors Significance Correction.

    d. This is a lower bound of the true significance.

  • Coefficientsa

    Model

    Collinearity Statistics

    Tolerance VIF

    1 ROA .931 1.074

    CT .989 1.011

    RT .902 1.109

    DAR .971 1.030

    GS .945 1.058

    a. Dependent Variable: LNCR

    NONPAR CORR

    /VARIABLES=ROA CT RT DAR GS RES_2

    /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG

    /MISSING=PAIRWISE.

    Nonparametric Correlations

    Correlations

    ROA CT RT DAR GS

    Unstandar

    dized

    Residual

    Spearman's

    rho

    ROA Correlation Coefficient 1.000 .162 .472** .095 .110 .052

    Sig. (2-tailed) . .138 .000 .388 .318 .636

    N 85 85 85 85 85 85

    CT Correlation Coefficient .162 1.000 .201 .435** .305

    ** -.101

    Sig. (2-tailed) .138 . .065 .000 .005 .356

    N 85 85 85 85 85 85

    RT Correlation Coefficient .472** .201 1.000 -.040 -.133 -.094

    Sig. (2-tailed) .000 .065 . .719 .224 .391

    N 85 85 85 85 85 85

    DAR Correlation Coefficient .095 .435** -.040 1.000 .288

    ** -.053

    Sig. (2-tailed) .388 .000 .719 . .007 .632

  • N 85 85 85 85 85 85

    GS Correlation Coefficient .110 .305** -.133 .288

    ** 1.000 -.021

    Sig. (2-tailed) .318 .005 .224 .007 . .845

    N 85 85 85 85 85 85

    Unstandar

    dized

    Residual

    Correlation Coefficient .052 -.101 -.094 -.053 -.021 1.000

    Sig. (2-tailed) .636 .356 .391 .632 .845 .

    N 85 85 85 85 85 85

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    NPar Tests

    Runs Test

    Unstandardized

    Residual

    Test Valuea .02279

    Cases < Test Value 42

    Cases >= Test Value 43

    Total Cases 85

    Number of Runs 44

    Z .110

    Asymp. Sig. (2-tailed) .912

    a. Median