30
RESUME POLIKLINIK CARDIOVASKULER RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 1. Pengkajian Data Ruangan : Poliklinik Cardiac Center Tanggal Pengkajian : 27 Desember 2013 Identitas Pasien Nama Pasien : Tn. H S Umur : 64 Tahun Alamat : Makassar TB : 155 cm BB : 60 Kg IMT : 25 kg/m 2 RM : 58 37 20 Diagnosa Medik : CAD post PTCA + HT On Treatmen Tanggal Pengkajian : 27 Desember 2013 jam 09.30 WITA 2. Patien Information Tn. H S berumur 64 tahun, tinggal di Makassar, beragama islam. BB klien 60 kg, TB klien : 155 cm. Klien datang ke poliklinik RS dengan maksud untuk kontrol. Klien pernah dirawat di RSWS dengan prosedur PTCA pada tanggal 5 Agustus 2013. Klien mengatakan sesekali masih merasa sakit pada dada kiri dan klien datang untuk kontrol dan sambung obat. Awalnya klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri kadang tembus ke belakang di sertai sesak nafas. Saat dilakukan pengkajian klien selalu bertanya tentang penyakitnya, ekspresi wajah klien juga nampak

Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KARDIO

Citation preview

Page 1: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

RESUME POLIKLINIK CARDIOVASKULER

RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

1. Pengkajian Data

Ruangan : Poliklinik Cardiac Center

Tanggal Pengkajian : 27 Desember 2013

Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn. H S

Umur : 64 Tahun

Alamat : Makassar

TB : 155 cm

BB : 60 Kg

IMT : 25 kg/m2

RM : 58 37 20

Diagnosa Medik : CAD post PTCA + HT On Treatmen

Tanggal Pengkajian : 27 Desember 2013 jam 09.30 WITA

2. Patien Information

Tn. H S berumur 64 tahun, tinggal di Makassar, beragama islam. BB klien 60 kg, TB

klien : 155 cm. Klien datang ke poliklinik RS dengan maksud untuk kontrol. Klien pernah

dirawat di RSWS dengan prosedur PTCA pada tanggal 5 Agustus 2013. Klien

mengatakan sesekali masih merasa sakit pada dada kiri dan klien datang untuk kontrol

dan sambung obat. Awalnya klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada sebelah

kiri kadang tembus ke belakang di sertai sesak nafas. Saat dilakukan pengkajian klien

selalu bertanya tentang penyakitnya, ekspresi wajah klien juga nampak tegang. Klien

mengatakan khawatir karena takut penyakinya kambuh lagi

3. Pengkajian Fisik

a. Kesadaran : Komposmentis Keadaan Umum : Baik

Tanda-tanda Vital : TD : 140/90 mmHg N : 88 x/menit

P : 20 x/menit, SB : 36,70C

b. Kepala : Bentuk bulat, rambut berwarna hitam dan beruban, tidak ada nyeri

tekan. Keluhan yang menyertai adalah pusing.

c. Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sclera tidak ikterus, Fungsi Penglihatan

dibantu dengan menggunakan kacamata

Page 2: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

d. Hidung : Bentuk simetris

e. Mulut dan Tenggorokan :

1. Gigi sudah tidak lengkap

2. Mukosa bibir lembab

3. Kulit / gangguan bicara : tidak ada keluhan

4. Kesulitan menelan : tidak ada keluhan

f. Dada & Paru-paru :

1. Suara napas bronchovesikuler

2. Batuk ( - ) , Sputum ( - ), Sesak ( - )

g. Jantung dan sirkulasi :

1. Suara jantung tambahan tidak terdengar

2. Irama jantung : teratur BJ I dan BJ II murni

3. Nyeri tidak ada, Palpitasi ( - )

4. Clubbing ( - ) , Syncop ( - ) , rasa pusing ( + )

h. Abdomen : Nyeri tekan tidak ada, Pembesaran hati tidak ada

i. Ekstremitas : Tidak ditemukan adanya edema pada keempat ekstremitas, akral teraba

hangat

4. Pemeriksaan Elektrokardiografi

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Sedangkan

elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik

jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui

elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik

jantung akan menimbulkan kelainan gambar EKG. EKG merupakan salah satu

pemeriksaan yang membantu dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung.

EKG mempunyai nilai diagnostik pada keadaan klinis berikut:

a) Aritmia jantung

b) Hipertrofi atrium dan ventrikel

c) Iskemia dan infark miokard

d) Efek obat-obatan terutama digitalis dan antiaritmia

e) Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium

f) Penilaian fungsi pacu jantung

Page 3: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

Prosedur Perekaman Ekg

a) Alat

1. Mesin EKG yang dilengkapi:

- Kabel untuk sumber listrik

- Kabel untuk bumi (Ground)

- Kabel elektroda: ekstremitas dan dada

- Plat elektroda ekstremitas/karet pengikat

- Balon penghisap elektroda dada

2. Jelly/alkohol

3. Kapas alkohol

4. Kertas EKG

5. Pulpen

b) Pasien

1. Penjelasan

- Tujuan pemeriksaan

- Hal-hal yang harus diperhatikan saat perekaman

2. Dinding dada harus terbuka

c) Cara Kerja

1. Nyalakan mesin EKG

2. Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang cukup luas, tangan dan

kaki tidak saling bersentuhan.

3. Bersihkan dada, kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas alkohol.

4. Keempat elektroda ekstremitas diberi jelly atau alkohol

5. Pasang keempat elektroda ekstremitas pada kedua pergelangan tangan dan

kaki.

6. Dada diberi jelly/alkohol sesuai dengan lokasi untuk elektroda V1 s/d V6 :

- V1 : Ruang interkostal IV garis sternal kanan

- V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri

- V3 : Pertengahan antara V2 dan V4.

- V4 : Ruang interkostal V garis midklavikula kiri

- V5 : sejajar V4 garis aksila depan

- V6 : sejajar V4 garis mid aksila kiri.

Page 4: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

7. Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisapnya

8. Rekam

9. Setelah selesai perekaman semua lead

10. Semua elektroda dilepas

11. Jelly/ alkohol dibersihkan dari tubuh pasien

12. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai

13. Matikan mesin EKG

14. Catat: nama pasien, umur, jam, bulan dan tahun pembuatan, nama pembuat

15. Bersihkan dan rapikan alat-alat

16. Tempel hasil perekaman pada tempat yang telah disediakan.

5. Hasil Perekaman EKG

- Irama dasar : Sinus Rhytm

- HR : 100 x/menit

- P wave : Normal (0,08 detik)

- Interval PR : 0,16 detik

- Complex QRS : 0,08 detik

- Aksis : Left Axis Deviation/LAD (lead I positif, aVF negatif)

- Konfigurasi : Normal

- Segmen ST : ST elevasi V1 – V4

- T wave : Normal

Kesimpulan :

Incomplete Left Bundle Branch Block (IcLBBB)

Left Ventrikel Hipertrofi (LVF)

Left Axis Deviation (LAD)

6. Terapi

1. Miniaspin 80 mg 1x1

2. Farsorbid 10 mg 3x1

3. Plavix 7.5 mg 1x1

4. Simvastatin 10 mg 1x1

5. Odace 2.5 mg 1x1

Page 5: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

7. Asuhan Keperawatan Klien

a. Keluhan Kesehatan Saat Ini

Data Subjektif

a. Klien menanyakan tentang keadaan kesehatannya setelah dilakukan tindakan

EKG.

b. Klien mengatakan cemas dengan kesehataannya saat ini di karenakan masih

sesekali merasakan nyeri pada dada sebelah kirinya.

Data Objektif

a. Klien terlihat sedikit gelisah

b. Akral klien teraba dingin

c. Ekspresi wajah klien tampak tegang

b. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit

c. Tindakan Keperawatan

- Mengkaji tingkat kecemasan klien

- Menjelaskan kepada klien tentang prosedur tindakan, manfaat, dan efek dari

tindakan.

- Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya

- Memberikan lingkungan yang nyaman bagi klien

- Anjurkan keluarga untuk menemani klien

d. Evaluasi

- Klien mengatakan dapat memahami semua anjuran yang diberikan dan mau

mengikuti anjuran yang disampaikan

- Klien mengatakan akan minum obat secara rutin

- Klien mengatakan akan mengurangi kerja berat

- Klien mengatakan akan selalu memperhatikan pola hidup dengan baik dan benar

- Klien mengatakan akan selalu rajin untuk kontrol di RS tentang penyakitnya

- Adanya respon positif dengan memberikan beberapa pertanyaan mengenai proses

penyakitnya.

Page 6: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI

Katup merupakan pintu yang mengalirkan darah di dalam jantung antara atrium dan

ventrikel serta antar vemtrikel dan aorta/arteri pulmonalis. Pergerakan membukan dan

menutup pasif tergantung pada tekanan dari atrium dan ventrikel jantung.

Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah-bilah katup mitral

yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif aliran darah. Secara normal

pembukaan katup mitral adalah selebar tiga jari. Pada kasus stenosis berat terjadi

penyempitan lumen sampai selebar pensil. Pada stenosis mitral aliran darah dari atrium kiri

ke ventrikel kiri terhadang sehingga mengurangi jumlah darah yang mengalir dari atrium kiri

ke ventrikel kiri.

Mitral stenosis adalah suatu penyempitan jalan aliran darah ke ventrikel. Pasien

dengan mitral stenosis secara khas memiliki daun katup mitral yang menebal, kommisura

yang menyatu, dan korda tendineae yang menebal dan memendek. Diameter transversal

jantung biasanya dalam batas normal, tetapi kalsifikasi dari katup mitral dan pembesaran

sedang dari atrium kiri dapat terlihat.

Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka dengan tepat dan

menghambat aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri. Ketika katup mitral menyempit

(stenosis), darah tidak dapat dengan efisien melewati jantung. Kondisi ini menyebabkan

seseorang menjadi lemah dan nafas menjadi pendek serta gejala lainnya.

B. ETIOLOGI

Penyebab tersering mitral stenosis adalah RHD (Rheumatic Heart Disease), meskipun

kadang-kadang riwayat RHD juga sering tidak ditemukan pada klien. Penyebab non-

rheumatic pada gangguan ini meliputi Atrial Myxoma, akumulasi kalsium dan thrombus.

C. PATOFISIOLIGI

RHD dapat menyebabkan penebalan katup karena fibrosis dan kalsifikasi. Daun-daun

menyatu dan menjadi kaku, chorda tendinea mengerut dan memendek. Annulus katup

menyempit, menghambat aliran darah normal dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Akibat

Page 7: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

hambatan darah tersebut, ventrikel kiri menerima volume darah akhir diastolic (EDV) yang

tidak adekuat dan mengakibatkan penurunan curah jantung.

Sisa darah pada atrium kiri bertambah mengakibatkan tekanan atrium kiri meningkat

dan dilatasi ruang atrium kiri. Kompensasi pada atrium kiri ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan kontraksi guna mengosongkan ruang pada fase diastolic. Kemudian akan terjadi

dekompensasi atrium kiri dan berakibat pada peningkatan bendungan atau tekanan arteri

pulmonal meningkat. Perkembangan lanjut adalah terjadi hipertropi ventrikel kanan yang

kemudian berkembang menjadi gagal jantung kanan atau gagal jantung kongestif.

Penimbunan darah dalam atrium kiri menyebabkan peningkatan yang progresif pada

tekanan atrium kiri, dan ini akhirnya akan menimbulkan edema paru yang serius. Biasanya

edema yang letal akan terjadi sampai tekanan atrium kiri rata-rata naik diatas 25 mmHg dan

kadang-kadang sampai setinggi 40 mmHg Karena pembuluh limfe paru telah bertambah lebar

beberapa kali lipat sehingga dapat membawa cairan dari jaringan paru dengan cepat sekali.

Mitral stenosis murni terdapat pada kurang lebih 40% dari semua penderita penyakit

jantung reumatik. Terdapat periode laten antara 10-20 tahun, atau lebih, setelah suatu episode

penyakit jantung rematik; dengan demikian tidak akan terjadi onset dari gejala mitral stenosis

sebelumnya. Penyempitan dari katup mitral menyebabkan perubahan pada peredaran darah,

terutama di atas katup. Ventrikel kiri yang berada di bawah katup tidak banyak mengalami

perubahan kecuali pada mitral stenosis yang berat, ventrikel kiri dan aorta dapat menjadi

kecil.

Luas normal orifisium katup mitral adalah 4-6 cm2. Ketika daerah orifisium ini

berkurang hingga 2 cm2 maka akan terjadi peningkatan tekanan atrium kiri yang dibutuhkan

agar aliran transmitral tetap normal. Mitral stenosis yang parah terjadi ketika pembukaan

berkurang hingga 1 cm2. Pada tahap ini dibutuhkan tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg

untuk mempertahankan cardiac output yang normal. Mitral stenosis menghalangi aliran darah

dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolic ventrikel. Untuk mengisi ventrikel

dengan adekuat dan mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan

yang lebih besar untuk mendorong darah melampaui katup yang menyempit. Karena itu,

selisih tekanan atau gradient tekanan antara kedua ruang tersebut meningkat. Dalam keadaan

normal selisih tekanan tersebut minimal.

Otot atrium kiri mengalami hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan memompa darah.

Makin lama peranan kontraksi atrium makin penting sebagai faktor pembantu pengisian

ventrikel. Dilatasi atrium kiri terjadi oleh karena volume atrium kiri meningkat karena

ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal. Peningkatan tekanan dan

Page 8: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

volume atrium kiri dipantulkan ke belakang ke dalam pembuluh paru-paru. Tekanan dalam

vena pulmonalis dan kapiler meningkat, akibatnya terjadi kongesti paru-paru, mulai dari

kongesti vena yang ringan sampai edema interstitial yang kadang-kadang disertai transudasi

dalam alveoli. Pada akhirnya, tekanan arteria pulmonalis harus meningkat sebagai akibat dari

resistensi vena pulmonalis yang meninggi. Respon ini memastikan gradient tekanan yang

memadai untuk mendorong darah melalui pembuluh paru-paru. Akan tetapi, hipertensi

pulmonalis meningkatkan resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria pulmonalis.

Ventrikel kanan memberi respons terhadap peningkatan beban tekanan ini dengan

cara hipertrofi. Lama kelamaan hipertrofi ini akan dikuti oleh dilatasi ventrikel kanan.

Dilatasi ventrikel kanan ini nampak pada foto jantung pada posisi lateral dan posisi PA.

Pembesaran ventrikel kanan ini lama kelamaan mempengaruhi fungsi katup trikuspid. Katup

ini akan mengalami insufisiensi. Kalau ventrikel kanan mengalami kegagalan, maka darah

yang mengalir ke paru berkurang. Dilatasi ventrikel kanan akan bertambah, sehingga

kemungkinan terjadinya insufisisiensi katup trikuspid semakin besar pula.

D. MANIFESTASI KLINIK

Keluhan berkaitan dengan tingkat aktifitas fisik. Gejala dini : sesak nafas waktu

bekerja. Keluhan dapat berupa takikardi, dispneu, takipnea dan ortopnea, dan denyut jantung

tidak teratur. Tak jarang terjadi gagal jantung, tromboemboli serebral atau perifer dan batuk

darah (hemoptisis) akibat pecahnya vena bronkialis. Jika kontraktilitas ventrikel kanan masih

baik, sehingga tekanan arteri pulmonalis belum tinggi sekali, keluhan lebih mengarah pada

akibat bendungan atrium kiri, vena pulmonal dan interstitial paru.

Jika ventrikel kanan sudah tak mampu mengatasi tekanan tinggi pada arteri

pulmonalis, keluhan beralih ke arah bendungan vena sistemik, terutama jika sudah terjadi

insufisiensi trikuspid dengan atau tanpa fibrilasi atrium.Jika stenosisnya berat, tekanan darah

di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi

gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru-paru (edema pulmoner). Jika seorang

wanita dengan stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal jantung akan berkembang

dengan cepat.

Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan lelah dan sesak

nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas (exertional

dyspnea), tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat.Sebagian

penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh beberapa buah

bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan bahwa seseorang

Page 9: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat menyebabkan

vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru.

Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyutjantung menjadi

cepat dan tidak teratur.

Gejala-gejala yang muncul tergantung dari derajat MS :

1. MS (mitral stenosis) ringan

MVA 1,6 sampai 2 cm2. Pada MS ringan ini timbul gejala  sesak nafas pada beban fisik

yang sedang, tetapi pada umumnya dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari. Beban fisik

berat, kehamilan, infeksi atau atrial fibrilasi (AF) rapid respon dapat menyebabkan sesak

nafas yang hebat.

2. MS (mitral stenosis) sedang-berat

MVA 1 sampai 1,5 cm2. Gejala pada MS tipe ke dua ini timbul sesak nafas yang sudah

mengganggu aktivitas sehari-hari, sesak nafas timbul seperti jalan cepat, jalan menanjak.

Infeksi pulmonal, AF (atrial fibrilasi) dengan QRS rate cepat sebagai pemicu, mendasari

terjadinya kongesti pulmonal, dan memerlukan penanganan emergency dan perawatan di

rumah sakit. Batuk, sesak nafas, suara nafas wheezing, hemoptisis mirip atau disangka

bronchitis karena kadang-kadang bising diastolik tidak terdengar oleh aukultator yang

tidak terlatih. Palpitasi biasanya akibat Atrial fibrilasi. Selain itu, warna semu kemerahan

di pipi menjadi salah satu tanda yang menunjukkan bahwa seseorang menderita stenosis

mitral.

E. KOMPLIKASI

Seperti masalah katup jantung lainnya , mitral valve stenosis dapat melemahkan

jantung dan menurunkan seberapa efisien memompa darah . Mitral valve stenosis

mengurangi jumlah darah yang mengalir ke depan melalui hati dan keluar ke seluruh tubuh

Anda . Jika tidak diobati, mitral valve stenosis dapat menyebabkan komplikasi seperti :

1. Gagal jantung

Gagal jantung adalah suatu kondisi di mana jantung tidak dapat memompa cukup darah

untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebuah katup mitral menyempit mengganggu aliran

darah melalui hati dan dari hati ke seluruh tubuh. Selain itu, tekanan menumpuk di paru-

paru , yang menyebabkan akumulasi cairan. Akhirnya , ini menempatkan beban pada sisi

kanan jantung , yang mengarah ke penumpukan cairan di pergelangan kaki baik atau

perut atau kedua daerah (edema).

2. Pembesaran jantung.

Page 10: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

Penumpukan tekanan hasil stenosis katup mitral di pembesaran ruang kiri atas hati

(atrium). Pada awalnya perubahan ini membantu jantung memompa lebih efisien, tapi

akhirnya akan merusak kesehatan secara keseluruhan hati. Selain itu , tekanan dapat

membangun di paru-paru dan menyebabkan kemacetan paru dan hipertensi .

3. Fibrilasi atrium

Dalam mitral valve stenosis , peregangan dan pembesaran atrium kiri jantung dapat

menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang disebut fibrilasi atrium . Pada fibrilasi

atrium, ruang atas jantung berdetak berantakan dan terlalu cepat.

4. Gumpalan darah.

Jika tidak diobati , fibrilasi atrium dapat berisiko pembentukan bekuan darah di ruang

kiri atas hati, di mana kolam darah dalam mitral valve stenosis. Gumpalan darah dari hati

dapat melepaskan diri dan perjalanan ke bagian lain dari tubuh, menyebabkan masalah

serius . Misalnya, gumpalan darah yang bergerak ke otak dan menyebabkan blok

pembuluh darah sehingga menyebabkan stroke.

5. Kongesti paru-paru.

Kemungkinan komplikasi lain dari mitral valve stenosis adalah edema paru yaitu suatu

kondisi di mana darah dan cairan kembali ke paru-paru. Hal ini menyebabkan kemacetan

paru-paru , menyebabkan sesak napas dan , kadang-kadang , batuk dahak darah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes umum untuk mendiagnosa mitral valve stenosis meliputi:

1. Echokardiogram .

Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung. Dalam

echokardiogram , gelombang suara yang diarahkan pada jantung dari perangkat tongkat -

seperti ( transducer ) yang pasang pada dada. Gelombang suara memantul dari jantung

dan dipantulkan kembali melalui dinding dada dan diproses secara elektronik untuk

memberikan gambar video jantung dalam gerakan. Gambar menunjukkan struktur katup

mitral dan bagaimana pergerakan selama jantung berdetak.

2. Elektrokardiogram ( EKG ) .

Dalam tes ini kabel elektroda yang melekat pada kulit untuk mengukur impuls listrik

yang dilepaskan oleh jantung. Impuls dicatat sebagai gelombang yang ditampilkan pada

monitor atau dicetak di atas kertas. EKG dapat memberikan informasi tentang ritme

jantung dan, secara tidak langsung, ukuran jantung. Dengan mitral valve stenosis,

Page 11: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

beberapa bagian dari jantung dapat diperbesar yang mungkin memiliki fibrilasi atrium,

irama jantung tidak teratur.

3. Holter monitoring

Sebuah monitor Holter adalah perangkat portabel yang dipakai untuk merekam EKG

terus menerus , biasanya selama 24 sampai 72 jam . Holter monitoring digunakan untuk

mendeteksi jantung penyimpangan irama intermiten yang dapat menyertai mitral valve

stenosis .

4. Chest X - ray

Sebuah gambar X - ray dada memungkinkan untuk memeriksa ukuran dan bentuk

jantung untuk menentukan apakah atrium kiri membesar - indikator kemungkinan mitral

valve stenosis. Sebuah sinar-X dada juga membantu untuk memeriksa kondisi paru-paru.

Mitral valve stenosis dapat menyebabkan backing darah di paru-paru yang menyebabkan

kemacetan yang terlihat pada sinar- X

5. Transesophageal echocardiogram

Jenis echocardiogram memungkinkan melihat lebih dekat pada katup mitral.

Kerongkongan merupakan tabung yang berjalan dari tenggorokan ke perut, terletak dekat

di belakang jantung. Dalam echocardiogram tradisional , transduser digerakkan di dada.

Dalam echocardiogram transesophageal , transduser kecil yang menempel pada ujung

tabung dimasukkan ke kerongkongan. Karena kerongkongan terletak dekat di jantung,

memiliki transduser ada memberikan gambaran yang lebih jelas dari katup mitral dan

aliran darah melalui itu.

6. Kateterisasi jantung

Dalam prosedur ini sebuah tabung tipis ( kateter ) dimasukkan melalui pembuluh darah

di lengan atau pangkal paha ke arteri pada jantung. Sebuah cairan disuntikkan melalui

kateter arteri kedalam, dan arteri menjadi terlihat pada sinar- X . Tes ini memberikan

informasi rinci tentang kondisi jantung. Beberapa kateter yang digunakan dalam

kateterisasi jantung memiliki perangkat miniatur (sensor) pada tips yang dapat mengukur

tekanan di dalam bilik jantung , seperti atrium kiri .

7. Tes jantung

Dengan tes jantung dapat membedakan mitral valve stenosis dari kondisi jantung

lainnya, termasuk masalah lain dari katup mitral .

Page 12: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

G. PENATALAKSANAAN

1. Terapi medika mentosa

Obat-obat seperti beta-blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut

jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi atrium. Jika terjadi gagal jantung,

digoxin juga akan memperkuat denyut jantung.

Diuretik dapat mengurangi tekanan darah dalam paru-paru dengan cara mengurangi

volume sirkulasi darah.

Antibiotik juga di berikan  sebelum menjalani berbagai tindakan pembedahan untuk

mengurangi resiko terjadinya infeksi katub jantung.

2. Terapi pembedahan

Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin perlu

dilakukan perbaikan atau penggantian katub. Pada prosedur valvuloplasti balon, lubang

katub diregangkan. Kateter yang pada ujungnya terpasang balon, dimasukkan melalui

vena menuju ke jantung. Ketika berada di dalam katup, balon digelembungkan dan akan

memisahkan daun katup yang menyatu.  Pemisahan daun katup yang menyatu juga bisa

dilakukan melalui pembedahan.

Jika kerusakan katubnya terlalu parah, bisa diganti dengan katup mekanik atau katup

yang sebagian dibuat dari katup babi.

H. PENCEGAHAN

Stenosis katup mitral dapat dicegah hanya dengan mencegah terjadinya demam

rematik, yaitu penyakit pada masa kanak-kanak yang kadang terjadi setelah strep throat

(infeksi tenggorokan oleh streptokokus) yang tidak diobati.

Page 13: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Anamnesa

a. Data Demografi

Nama, Usia, Jenis Kelamin, Suku/ bangsa, Agama, Pendidikan, Pekerjaan,

Alamat

b. Keluhan Utama: pasien dengan stenosis mitral biasanya mengeluh sesak, sianosis

dan batuk-batuk.

c. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak

nafas, sianosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak.

d. Riwayat Penyakit Dahulu: Klien pernah menderita penyakit Demam rematik,

SLE(Systemic Lupus Erithematosus), RA(Rhemautoid arthritis), Miksoma (tumor

jinak di atrium kiri).

e. Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada faktor herediter yang mempengaruhi

terjadinya stenosis mitral.

2. ROS (Review of System

B1 (Breath)  : Sesak/ RR meningkat,  nada rendah di apeks dengan menggunakan

bell dengan posisi miring ke kiri, sesak nafas dan fatigue, batuk, pada kongesti

vena ada orthopnea

B2 ( Blood ) : peningkatan vena jugularis, odema tungkai, aritmia atrial berupa

fibrilasi atrium ( denyut jantung cepat dan tidak teratur ), hemoptisis, emboli dan

thrombus, kekuatan nadi melemah, takikardi, edema perifer (mulai terjadi gagal

jantung kanan), BJ  1 keras murmur sistolik, palpitasi, hemoptisis, apical diastolic

murmur

B3  (Brain)   : nyeri dada dan abdomen

B4 ( Bladder): Ketidakseimbangan cairan excess, oliguri

B5 (Bowel)   : Disfagia, mual, muntah, tidak nafsu makan

B6 (Bone)     : kelemahan, keringat dingin,  cepat lelah. 

Page 14: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

3. Pengkajian Psikososial

Sesak napas berpengaruh pada interaksi

Aktivitas terbatas

Takut menghadapi tindakan pembedahan

Stress akibat kondisi penyakit dengan prognosis yang buruk

4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Elektrokardiogram. Pemeriksaan Elektrokardiogram pada stenosis mitral

mempunyai beberapa aspek :

Membantu menegakkan diagnosis stenosis mitral.

Adanya perubahan pada EKG tidak merupakan suatu indicator akan beratnya

perubahan hemodinamik.

Dapat mendeteksi kondisi lain disamping adanya stenosis mitral.

b. Rontgen dada (menunjukkan pembesaran atrium). Hal-hal yang terlihat pada

pemeriksaan radiologis adalah :

- Left atrial appendage dan atrium kiri membesar.

- Vena pulmonal menonjol, terutama terlihat pada bising jantung

- Lapangan baru memperlihatkan tanda-tanda bendungan, kadang-kadang

terlihat garis pada septum interstitial pada daerah kostofrenikus.

c. Echokardiografi (teknik penggambaran jantung dengan menggunakan gelombang

ultrasonik).

Stenosis mitral umumnya mudah didiagnosis dengan perekaman

ekokardiografi M mode, tetapi pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk

menduga derajat stenosis mitral.

d. Kadang perlu dilakukan kateterisasi jantung untuk menentukan luas dan jenis

penyumbatannya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran

arteri-vena; penurunan aktifitas.

2. Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena

pulmonal; Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air;

peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan

dalam area interstitial/jaringan).

Page 15: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

3. Pola napas tidak efektif b.d. perembesan cairan, kongesti paru akibat sekunder dari

perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan intertestial.

4. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan

cairan ke dalam area interstitial/alveoli).

5. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan curah jantung ke jaringan.

6. Nyeri akut b.d regangan atrium kiri

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran

arteri-vena; penurunan aktifitas.

Tujuan         : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan

adekuat.

Kriteria hasil:

- Vital sign dalam batas yang dapat diterima

- Intake output seimbang, akral teraba hangat, sianosis (-),

- Nadi perifer kuat

- Pasien sadar/terorientasi

- Tidak ada oedema

- Bebas nyeri/ketidaknyamanan.

Intervensi dan rasional :

Intervensi rasionalMonitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas, bingung, letargi, pinsan).

Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung, dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.

Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer.

Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi

Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema

Indikator adanya trombosis vena dalam

Dorong latihan kaki aktif/pasif. Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboplebitis

Pantau pernafasan. Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru

Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.

Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan disfungsi GI, contoh kehilangan peristaltic

Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.

Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ

Page 16: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

2. Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena

pulmonal; Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air;

peningakatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam

area interstitial/jaringan).

Tujuan             : Keseimbangan volume cairan

Kriteria Hasil   :

- Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran

- Berat badan stabil

- Tanda-tanda vital dalam rentang normal

- Tidak ada edema

Intervensi dan rasional :

Intervensi RasioanalPantau masukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan (positif atau negative), timbang berat badan tiap hari.

Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi deuritik. Keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari pengeluaran) dab berat badan meningkat menunjukkan makin buruknya gagal jantung

Auskultasi bunyi nafas dan jantung. Tambahan bunyi nafas(crackels) dapat menunjukkan timbulnya edema paru akut atau GJK kronik. Terdengarnya S3 adalah salah satu temuan klinik pertama sehubungan dengan dekompensasi. Ini mungkin sementara (gagal paru kongestif akut) atau permanen (gagal jantung luas atau kronis sehubungan penyakit katub berat)

Pantau Tekanan Darah Hipertensi umum sebagai akibat gangguan katup. Namun peninggian tekanan darah di atas normal dapat menunjukan kelebihan cairan.

Jelaskan tujuan pembatasan cairan/natrium pada pasien/ orang terdekat. Libatkan dalam rencana jadwal pemasukan/pilihan diet yang tepat.

Dapat meninggkatkan kerjasama pasien. Memberikan beberapa rasa control dalam menghadapi upaya pembatasan.

Kolaborasi :

Berikan deuritik, contoh flurosemig (Lazix), asam etakrinik (edekrin) sesuai indikasi

 

Menghambat reabsorbsi natrium atau klorida yang meningkatkan ekskresi cairan dan menurunkan kelebihan cairan total tubuh dan edema paru.

Batasi cairan sesuai indikasi (oral dan intravena)

Dapat diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel atau edema.

Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi

Menurunkan retensi cairan.

3. Pola napas tidak efektif b.d. perembesan cairan, kongesti paru akibat sekunder dari

perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan intertestial.

Page 17: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

Tujuan                     : dalam waktu 3x24 jam pola napas kembali efektif.

Kriteria hasil           :

- Klien tidak sesak napas.

- Frekuensi pernapasan dalam batas normal 16-20x per menit.

- Respon batuk berkurang.

- Output urin 30ml/jam.

Intervensi dan rasional :

Intervensi RasionalAuskultasi bunyi napas (crackles) Indikasi edema paru, akibat sekunder dekompensasi

jantung.Kaji adanya edema Waspadai adanya gagal kongestif/kelebihan volume

cairan.Ukur intake dan output cairan Penurunan curah jantung, mengakibatkan perfusi

ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan output urin.Timbang berat badan Perubahan berat badan tiba-tiba menunjukan

gangguan keseimbangan cairan.Pertahankan pemasukan total cairan 2000ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.

Memenuhi kebutuhan cairan tubuhorang dewasa, tetapi perlu pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung.

Kolaborasi :

Berikan diet tanpa garam

 

Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan meningkatkan kebutuhan miokardio.

Berikan diuretik, contoh : furosemide, sprinolakton, hidronclakton.

Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan resiko terjadinya edema paru.

Pantau data laboratorium elektrolit kalium. Hipokalemia dapat membatasi efektivitas terapi.Tindakan pembedahan komisurotomi Tindakan pembedahan dilakukan apabila tindakan

untuk menurunkan masalah klien tidak teratasi. Intervensi bedah meliputi komisurotomi untuk membuka atau “menyobek” komisura katup mitral yang lengket atau mengganti katup mitral dengan katup protesa.

4. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan cairan

ke dalam area interstitial/alveoli).

Tujuan         : pertukaran gas adekuat

Kriteria hasil:

- Melaporkan tidak adanya atau penurunan dyspnea

- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA

dalam rentang normal

Page 18: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

- Bebas dari gejala distress pernafasan

Intervensi dan rasional :

Intervensi Rasional Kaji dyspnea, takipnea , tak normalnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan.

Mitral stenosis menyebabkan edema paru sehingga alveolus terdesak. Ini berakibat pada terganggunya difusi O2 dan CO2 . Efek pernafasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernafasan.

Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/atau perubahan pada warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku.

Perembesan darah akan terakumulasi di paru dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.

Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan

Menurunkan konsumsi oksigen/ kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.

5. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan curah jantung ke jaringan.

Tujuan         : dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien sehari-hari terpenuhi dan

meningkatnya kemampuan beraktivitas.

Kriteria hasil           :

- Klien menunjukan peningkatan kemampuan beraktivitas/mobilisasi di tempat

tidur.

- Frekuensi pernapasan dalam batas normal.

Intervensi dan rasional :

Intervensi RasionalCatat frekuensi jantung, irama, dan perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas.

Respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardium.

Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.

Menurunkan kerja miokardium/konsumsi oksigen.

Anjurkan menghindari penignkatan tekanan abdomen seperti mengejan saat defekasi

Mengejan mengakibatkan kontraksi otot dan vasokonstriksi yang dapat meingkatkan preload, tahanan vaskuler sistemis, dam beban jantung.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi, bila tidak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama 1 jam setelah makan.

Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan.

Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut.

Untuk mengurangi beban jantung.

Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan aliran balik vena.

Page 19: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

tinggikan kaki klien.Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis.

Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran balik vena.

Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.

Untuk mengetahui aktivitas fungsi jantung.

Berikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas.

Mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.

Pertahankan penambahan oksigen sesuai instruksi.

Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.

Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja napas, dan frekuensi napas, serta keluhan subjektif.

Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.

Berikan diet sesuai pesanan (pembatasan cairan dan natrium).

Mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas jantung.

6. Nyeri akut b.d regangan atrium kiri

Tujuan         : Nyeri menurun / hilang

Kriteria hasil           :

- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol

Intervensi dan rasional :

Intervensi RasionalSelidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya. Gunakan skala nyeri 0-10 untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal atau non verbal nyeri, respon otomatis terhadap nyeri (berkeringat, TD dan nadi berubah, peningkatan atau penurunan frekuensi pernafasan)

Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda vital membantu menentukan derajat/adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien menolak adanya nyeri.

Evaluasi respon terhadap obat Penggunaan terapi obat dan dosis. Catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan nitrat menunjukkan MVP, berhubungan dengan nyeri dada tidak khas/non angina.

Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan.

Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard (contoh  : kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.

Kolaborasi :Berikan vasodilator, contoh : nitrogliserin, nifedipin (prokardia) sesuai indikasi

 Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokard (vasodilator).

 

Page 20: Resume Poliklinik Cardiovaskuler Pada Tn Haris Suharsono - Copy

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilynn,. Moorhouse, F Mary,. Geisser, C.Alice. 2012. Rencana Asuhan

Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.

edisi 3. Jakarta: EGC

Desease and Conditions: Mitral Valve Stenosis by Mayo Clinic Staff. Diakses tanggal 25

Desember 2013. http//:www.

Mayoclinic-org/desease-codition/mitral-valve-stenosis/basic/complication/Con-

20022582

Guyton & Hal,. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. edisi 11. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajr Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Udjianti, J Wajan. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, M.Judith. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria

Hasil NOC. edisi 7. Jakarta: EGC.