24
DAFTAR ISI BAB I: Pendahuluan …………………………………………….. 2 BAB II: Tinjauan Pustaka …………………………………………….. 3 II.1 Definisi …………………………………………….. 3 II.2 Epidemiologi …………………………………………….. 3 II.3 Etiologi …………………………………………….. 4 II.4 Patofisiologi …………………………………………….. 5 II.5 Gejala Klinis …………………………………………….. 6 II.6 Diagnosis …………………………………………….. 7 II.7 Penatalaksanaan ……………………………………………... 9 BAB III: Penutup …………………………………………….. 12 Daftar Pustaka ……………………………………………. 13 Page 1 of 24

Referat Baby Blues

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Baby Blues

DAFTAR ISI

BAB I: Pendahuluan …………………………………………….. 2

BAB II: Tinjauan Pustaka …………………………………………….. 3

II.1 Definisi …………………………………………….. 3

II.2 Epidemiologi …………………………………………….. 3

II.3 Etiologi …………………………………………….. 4

II.4 Patofisiologi …………………………………………….. 5

II.5 Gejala Klinis …………………………………………….. 6

II.6 Diagnosis …………………………………………….. 7

II.7 Penatalaksanaan ……………………………………………... 9

BAB III: Penutup …………………………………………….. 12

Daftar Pustaka ……………………………………………. 13

Page 1 of 16

Page 2: Referat Baby Blues

BAB I: PENDAHULUAN

Kira-kira 20 hingga 40 persen perempuan melaporkan adanya gangguan emosional

dan disfungsi kognitif pada periode pasca melahirkan. Banyak dari perempuan tersebut

mengalami apa yang disebut dengan “baby blues”, yaitu suatu keadaan normal berupa

kesedihan, disforia, sering menangis, dan ketergantungan untuk “lengket”. Perasaan ini, yang

dapat berlangsung selama beberapa hari, dikaitkan dengan perubahan cepat kadar hormon

perempuan, stress saat melahirkan anak, dan kesadaran adanya peningkatan tanggung jawab

sebagai ibu.1

Depresi pasca melahirkan ditandai dengan mood depresi, ansietas yang berlebihan,

dan insomnia. Onsetnya dalam 3 hingga 6 bulan setelah persalinan. Pada kasus yang jarang

depresi pasca melahirkan pada perempuan ditandai dengan rasa depresi dan gagasan bunuh

diri. Pada kasus yang berat, depresi dapat mencapai proporsi psikotik, disertai halusinasi,

waham, dan pikiran untuk membunuh bayi. Meskipun masalah psikiatrik sebelumnya

menyebabkan perempuan memiliki risiko mengalami gangguan pascamelahirkan, terdapat

bukti yang mengesankan bahwa gangguan mood pasca melahirkan adalah konsep yang

spesifik, berbeda dengan diagnosis psikiatrik lainnya.1

Page 2 of 16

Page 3: Referat Baby Blues

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

“Baby blues” adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan

memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan. Menurut Cunningham, baby

blues adalah gangguan suasana hati yang berlangsung selama 3-6 hari pasca melahirkan.2

II.2 Epidemiologi

Baby blues sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi 

di literatur kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-persalinan yang disebut 

sebagai “milk fever” karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. 

Dewasa ini, baby blues syndrome atau sering juga disebut maternity blues atau postpartum 

blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam 

minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi 

depresi/sedih/disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan,

cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-

gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu

antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan

kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.3

Baby blues ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang ringan oleh

sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksana

sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak

menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang

mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan

yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,

terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.3

Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian

khusus pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah

melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan

dengan gejala gejala tersebut. Berbagai studi mengenai baby blues syndrome di luar negeri

melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang

Page 3 of 16

Page 4: Referat Baby Blues

kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang

digunakan.3

II.3 Etiologi

Penelitian menunjukkan penyebab baby blues syndrome adalah faktor hormonal yang 

akan mempengaruhi keadaan kimiawi otak. Itu merupakan proses biologis dan bukan 

merupakan kesalahan seorang ibu atau bergantung pada kepribadian yang lemah. Baby blues 

syndrome terjadi 50-80% pada ibu baru. Kondisi ini ditunjukkan dengan peningkatan respon 

emosi. Ibu baru akan menunjukkan mood yang mudah berubah, mudah menangis, gelisah, 

irritabilitas, kesulitan tidur dan merasa tidak sehat.4

Lebih dari 50% dari ibu yang mengalami depresi sebelumnya setelah melahirkan

anak akan menjadi depresi kembali pada kelahiran berikutnya. Wanita akan lebih rentan

apabila pada saat hamil mereka sudah mengalami depresi atau memiliki gejala mood

premenstruasi sebelum hamil. Apabila wanita tersebut mengalami depresi selama hidupnya,

risiko untuk berkembang menjadi postpartum depression juga akan meningkat dari 10 sampai

25% begitu pula dengan wanita yang mengidap penyakit bipolar (manic-depressive illness)

akan menempatkan wanita pada peningkatan risiko untuk mengalami postpartum

depression. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan di bawah normal cenderung 3,64

kali berpeluang lebih besar mengalami baby blues dibandingkan dengan ibu yang melahirkan

bayi dengan berat badan normal.4

Ketidakseimbangan hormonal

Jumlah hormon wanita seperti estrogen dan progesteron meningkat secara tajam

pada saat kehamilan. Pada minggu-minggu setelah melahirkan, jumlah hormon estrogen

dan progesteron lebih menurun dari jumlah sebelum kehamilan. Fluktuasi tiba-tiba pada

tingkat hormonal ini berhubungan dengan gejala dari depresi yang dialami seorang ibu baru.

Wanita lebih rentan pada ketidakseimbangan hormonal dari pria. Itu disebabkan terjadinya

reaksi kimia antara hormon dan otak yang meningkatkan risiko terjadinya baby blues

syndrome.

Hormon tiroid

Kelenjar thyroid berukuran kecil dan terletak di leher. Beberapa wanita mengalami

penurunan hormon thyroid setelah melahirkan.

Page 4 of 16

Page 5: Referat Baby Blues

Rendahnya hormon thyroid akan menyebabkan gejala depresi, irritabilitas,

berkurangnya minat pada aktivitas biasa kelemahan dan peningkatan berat badan. Akan tetapi

tidak semua wanita mengalami baby blues syndrome akibat ketidakseimbangan hormon

thyroid.

Perubahan gaya hidup

Ibu baru mengalami banyak perubahan gaya hidup, dan beberapa diantaranya akan

berkontribusi dalam terjadinya baby blues syndrome. Lingkungan yang meningkatkan risiko

gejala baby blues syndrome antara lain.5

Perubahan jadwal sehari hari akibat bayi yang baru lahir

Kepikiran pada berat badan dan bentuk tubuh setelah hamil

Kelelahan dan kurang tidur setelah melahirkan anak

Sedikitnya dukungan dalam merawat bayi

Khawatir akan kemampuan untuk menjadi ibu yang baik

Etiologi dari baby blues tidak dipahami dengan baik, banyak penelitian telah meneliti

perubahan biologis yang dramatis terjadi selama persalinan dan periode postpartum langsung

serta faktor-faktor psikososial dan kepribadian. Umumnya diyakini memiliki dasar biologis

karena penurunan mendadak hormon ovarium setelah melahirkan yaitu estradiol dan

progesterone tertentu. Harris (1994) juga mengatakan kemurungan ini dipicu oleh turunnya

progesterone.6

II.4 Patofisiologi

Baby blues bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor biologis dan

faktor emosi. Ketika bayi lahir, terjadi perubahan level hormon yang sangat mendadak pada

ibu. Hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) secara mendadak mengalami penurunan

72 jam setelah melahirkan dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan

oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan

serta di lain sisi terjadi peningkatan dari hormon menyusui.2

Perubahan hormon yang cepat inilah bisa mencetuskan terjadinya baby

blue syndrome. Level neurosteroid berasal dari hormon progesteron yang mengalami

fluktuasi selama siklus menstruasi dan memuncak saat kehamilan. Hormon sex yang

dinamakan neurosteroid berikatan dengan beberapa tipe reseptor termasuk reseptor GABAA

Page 5 of 16

Page 6: Referat Baby Blues

untuk memodulasi eksitabulutas dari sel otak. Kekurangan delta subunit reseptor GABAA

pada wanita menunjukkan sikap depresi dan gangguan cemas setelah melahirkan. Pemberian

antidepresan saat kehamilan akan berefek panjang pada sistem serotonin dan berpengaruh

pada sensitivitas reseptor GABAA. Sebagian besar ibu tidak siap untuk menghadapi kelahiran

bayinya, mereka juga sangat khawatir bayi mereka terkena penyakit jaundice dan kesulitan

makan yang merupakan masalah kesehatan yang umum bagi bayi. Selain itu, ibu yang

pertama kali memiliki bayi merasa tidak sanggup merawat bayinya seorang diri di rumah

baik itu dari segi kasih saying maupun dari segi finansial. Baby blues syndrome juga sangat

mungkin terjadi oleh para ibu yang pernah mengalami trauma melahirkan atau mengalami

kejadian yang sangat menyedihkan selama mengandung.2

II.5 Gejala Klinis

Baby blues syndrome ditandai perasaan sedih, seperti menangis, perasaan kesepian atau

menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa gagal dan tidak bisa tidur. Baby blues syndrome

relatif ringan dan biasanya berlangsung 2 minggu. Perbedaan dengan postpartum depression

adalah pada frekuensi, intensitas dan lamanya durasi gejala. Dalam postpartum depression,

gejala yang lebih sering, lebih intens dan lebih lama. Beberapa gejala baby blue syndrome:1

1. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa sebab

2. Mudah kesal, mudah tersinggung dan tidak sabar

3. Tidak memiliki atau kurang bertenaga

4. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga

5. Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau menjadi terlalu memperhatikan dan kuatir

terhadap bayinya

6. Tidak percaya diri

7. Sulit beristirahat dengan tenang atau tidur lebih lama

8. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan

9. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan

10. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya

Karakteristik Baby blues syndrome Postpartum depression

Insidens Terjadi pada 30-75% ibu

melahirkan

Terjadi pada 10-15% ibu

melahirkan

Onset 3-5 hari setelah melahirkan Dalam waktu 3-6 bulan

Page 6 of 16

Page 7: Referat Baby Blues

setelah melahirkan

Durasi Hari sampai minggu Bulan sampai tahun jika

tidak diobati

Stressor terkait Tidak ada Ada, terutama kurang

dukungan

Pengaruh sosial dan budaya Tidak ada, ada dalam semua

budaya dan kelas

sosioekonomi

Ada hubungan yang kuat

Riwayat gangguan mood Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat

Riwayat gangguan mood

dalam keluarga

Tidak ada hubungan Ada hubungan

Rasa sedih Ada Ada

Mood labil Ada Sering pada awalnya

kemudian depresi secara

bertahap

Anhedonia Ada Sering

Gangguan tidur Kadang-kadang Hampir selalu

Keinginan untuk bunuh diri Tidak ada Kadang-kadang

Keinginan untuk menyakiti

bayi

Jarang Sering

Rasa bersalah,

ketidakmampuan

Tidak ada, jika ada biasanya

ringan

Sering dan biasanya berat

Tabel1: Perbedaan Baby Blues Syndrome dan Postpartum Depression1

II.6 Diagnosis

Baby blues syndrome adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorang

wanita pasca melahirkan karena penderita beranggapan bahwa kehadiran bayi akan

mengganggu atau merusak suatu hal dalam hidupnya seperti karier, kecantikan/penampilan

dan aktivitas rutin yang dianggap penting dalam hidupnya. Penderita baby blues syndrome

kebanyakannya adalah kalangan wanita karier, artis, model dan wanita modern tetapi sindrom

ini tidak menutup kemungkinan menyerang pada wanita muda (pernikahan dini) dan semua

wanita pasca melahirkan.2

Page 7 of 16

Page 8: Referat Baby Blues

Perubahan sikap yang negatif dengan kondisi emosional yang kurang

terkontrol seperti sering marah, cepat tersinggung, dan menjauh dari bayi yang baru

dilahirkan, susah tidur dan tiba-tiba sering menangis. Apabila ini tidak segera ditangani

berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa penderita. Sindrom ini umumnya terjadi dalam 14

hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau empat

setelah persalinan. Seseorang terdiagnosis baby blues syndrome apabila terlihat secara

psikologis kejiwaanya seperti di bawah ini:2

Perasaan cemas, khawatir ataupun was was yang berlebihan, sedih, murung dan sering

menangis tanpa ada sebab (tidak jelas penyebabnya)

Seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala dalam beberapa kasus sering migraine

Perasaan ketidakmampuan, misalnya dalam mengurus anak

Adanya perasaan putus asa

Jika pasien mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi pasien mengalami postpartum

depression. Apabila gejala diatas tidak disadari dan lama kelamaan tekanan atau stres yang

dirasakan semakin kuat atau semakin besar maka penderita akan mengalami depresi pasca

melahirkan yang berat.

Jika telah mengalami hal ini maka diperlukan penanganan secara berkala, gejala dari

depresi tersebut adalah:

Kelelahan yang berkepanjangan, susah tidur, dan insomnia.

Hilangnya perasaan bahagia dan minat untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.

Tidak memperhatikan diri sendiri dan menarik diri dari keluarga dan teman.

Tidak memperhatikan atau bahkan perhatian yang berlebihan pada anak.

Perasaan takut telah menyakiti anak.

Tidak tertarik pada seks.

Perasaan berubah-ubah dengan ekstrim, terganggu proses berpikir dan konsentrasi.

Kesulitan dalam membuat keputusan sederhana.

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara

langsung postpartum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simptom yang

tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum blues bila memenuhi kriteria

dan gejala yang ada. Kekurangan hormone thyroid yang ditemukan pada individu yang

Page 8 of 16

Page 9: Referat Baby Blues

mengalami kelelahan luar biasa (fatique) ditemukan juga pada ibu yang mengalami

postpartum blues mempunyai jumlah kadar thyroid yang sangat rendah.2

Kriteria Diagnostik

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorders (DSM) IV, baby blues

dikategorikan dalam Major Depression. 

Terdapat gejala berupa kesedihan, disfori, sering menangis dan ketergantungan untuk

“lengket”. Kondisi ini berlangsung beberapa hari, perubahan emosi pada hari puncak yaitu

hari ke 4 atau ke 5 dan kembali normal pada hari ke 10.7

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan

acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan

beberapa kuesioner dengan alat bantu. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan

perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan

labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat

pada postpartum blues. Kuesiner ini terdiri dari 10 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan

memiliki 4 pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai

dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus

dijawab sendiri oleh ibu dan rata rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit, nilai  scoring

lebih besar 12 memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis

postpartum blues. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila

hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian.8

II.7 Penatalaksanaan

Tidak ada perawatan khusus untuk baby blues jika tidak ada gejala yang signifikan.

Empati dan sukungan keluarga serta staf kesehatan diperlukan. Jika gejala tetap ada lebih 2

minggu diperlukan bantuan profesional.8

Konsultasi kejiwaan umumnya tidak diperlukan. Namun, pasien harus diinstruksikan

untuk menghubungi dokter kandungan atau primary care providernya jika gejala menetap

lebih dari dua minggu untuk menidentifikasi dini gangguan afektif yang lebih parah. Wanita

dengan riwayat penyakit jiwa terutama depresi postpartum harus dipantau lebih dekat karena

mereka berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit nifas yang signifikan.8

Page 9 of 16

Page 10: Referat Baby Blues

Disebabkan keparahan postpartum blues biasanya ringan dan menghilang

secara spontan, tidak ada pengobatan khusus selain dukungan dan reassurance yang

diindikasikan. Gejala-gejala yang timbul mungkin menyebabkan penderitaan tetapi biasanya

tidak mempengaruhi kemampuan ibu untuk berfungsi dan merawat bayinya. Konsultasi

kejiwaan umumnya tidak diperlukan. Namun, pasien harus diinstruksikan untuk

menghubungi dokter kandungan atau primary care providernya jika gejala menetap lebih dari

dua minggu untuk mengidentifikasi dini gangguan afektif yang lebih parah.2

Postpartum blues seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak

ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada

suatu yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang

terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk

minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih

banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa

gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai. Penangganan gangguan mental

pascasalin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penangganan gangguan mental pada

momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami postpartum blues membutuhkan

pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga

kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga

mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali merasa gembira

mendapat pertolongan praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin

perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin

menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan

perawatan bayi.2

Bila memang diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya

dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli

obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan

terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penangganan yang tepat bila

terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk kepada para ahli psikologi/konseling bila

memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter

dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi

yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit

yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penangganannya. Postpartum blues

Page 10 of 16

Page 11: Referat Baby Blues

juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi,

tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu,

tidak perfeksionis dalam hal menguruskan bayi, membicarakan rasa cemas

dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.2

Dalam penangganan para ibu yang mengalami postpartum blues

dibutuhkan pendekatan menyeluruh / holistik. Pengobatan medis, konseling, emosional,

bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-

harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa

dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual, social dan psikologis

secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu: suami, keluarga, dan juga

teman dekatnya.2

Page 11 of 16

Page 12: Referat Baby Blues

BAB III: KESIMPULAN

Baby blues syndrome adalah fenomena ringan dan sementara ditandai terutama oleh

perasaan menangis, lelah, cemas, pelupa, kacau, overemotional, perubahan suasana hati dan

tidak bersemangat yang terjadi selama berhari-hari pertama masa nifas. Baby blues perlu

dibedakan dengan postpartum depression, dimana pada postpartum depression gejalanya

lebih berat dan onset nya lebih dari 2 minggu.

Etiologi dari baby blues tidak dipahami dengan baik, banyak penelitian telah meneliti

perubahan biologis yang dramatis terjadi selama persalinan, dan periode postpartum langsung

serta faktor-faktor psikososial dan kepribadian. Tidak ada perawatan khusus untuk baby blues

jika tidak ada gejala yang signifikan. Empati dan dukungan keluarga serta staf kesehatan

diperlukan, jika gejala tetap ada lebih dari 2 minggu diperlukan bantuan professional.

Page 12 of 16

Page 13: Referat Baby Blues

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin J. Buku ajar psikiatri klinis, edisi 2. Jakarta: EGC;2010.p.398-99

2. Sadock B J. Kaplan & sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. 7 th edition.

New York: Lippincott Williams & Wilkins;2007

3. Ryan D. Psychiatric disorders in the postpartum period. BC Medical Journal;2005.p.3

4. Sadock B J. Kaplan & sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical

psychiatry, 10th edition. New York: Lippincot Williams & Wilkins;2007

5. Buttner, Melissa M, et al. The structure of women’s mood in the early postpartum.

Assessment;2012.p.247

6. Cunningham, Gary F, et al. Obstetri Williams edisi 23. Jakarta: EGC;2013

7. Rosario D, Genevieve A. Postpartum depression: symptoms, diagnosis, and treatment

approaches. JAAPA;2013.p.50-4

8. Cox J L, Holden J M. Detection of postnatal depression: development of the postnatal

depression scale. Edinburgh;2013

Seperti yang telah dijelaskan di atas, seorang transgender mengalami

tekanan emosional terutama yang berhubungan dengan tubuh mereka. Seorang

transgender secara mendasar tidak menyukai karakteristik seksual biologis

mereka dan sebagian besar dari mereka mempunyai perilaku negatif terhadap

alat genitalia mereka sendiri

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, transgender dan

transseksual dalam ilmu psikologi merupakan keadaan dimana seorang

individu mengalami gangguan. Transgender diberikan kepada orang yang

telah ditetapkan identitas seksualnya berdasarkan genitalia mereka saat lahir,

tetapi dalam mencitrakan atau mengekspresikan diri, mereka merasakan 4

adanya kesal adanya kesalahan atau merasakan ketidaksempurnaan pada diri mereka

Menurut Wiramihardja (2005), penyebab seseorang menjadi abnormal

dalam hal ini menjadi seorang transgender ataupun transeksual didasarkan

Page 13 of 16

Page 14: Referat Baby Blues

oleh berbagai pendekatan, yaitu antara lain :

a. Pendekatan biologis

Dikatakan bahwa proses yang bersifat bio-fisik sebagai suatu keadaan

yang mempengaruhi manusia dimana penerapannya lebih menonjolkan

kepada sifat medis. Maka, dalam hal ini transgender dan transseksual

dianggap sebagai penyakit dari sistem syaraf pusat yang disebabkan oleh

patologi atau ketidakmampuan otak. Sehingga pada pendekatan biologis

dinyatakan bahwa tidak terdapat adanya hubungan antara faktor psikologi,

maupun lingkungan yang mempengaruhi gangguan mental (Wiramihardja,

2005 : 16).

b. Pendekatan psikologis

Melalui pendekatan ini, dibicarakan faktor-faktor penyebab psikologis dan

psikososial yang mempengaruhi gangguan mental. Yang dimaksud dengan

psikososial ialah faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang atau

dapat menghambat perkembangan seseorang secara psikologis

(Wiramihardja, 2005 : 16). Yang termasuk ke dalam pendekatan

psikologis ini, antara lain :

a. Early deprivation

Deprivasi merupakan suatu istilah yang menggambarkan adanya reaksi

menerima atau pasrah dari individu terhadap keadaan-keadaan yang

menuntut, senang atau tidak senang ia ikut

Pengasuhan orang tua yang tidak adekuat

Pengasuhan orang tua yang tidak adekuat ialah tidak tercukupinya rasa

Page 14 of 16

Page 15: Referat Baby Blues

aman sehingga tidak terdapat adanya values atau norma-norma sebagai

pegangan.

c. Struktur keluarga yang patogenik

Struktur keluarga yang patogenik adalah struktur keluarga yang tidak

seimbang, terdapat banyak pertentangan atau pertengkaran antara

orang tua sehingga anak-anak merasa kurang kasih sayang.

d. Trauma pada masa anak-anak.

Mendapatkan perlakuan yang salah (abuse) pada masa anak-anak yang

berbentuk fisik (physical), seksual (sexual), diabaikan (neglect), emosi

(emotional). Sehingga menimbulkan trauma yang dapat

mengakibatkan efek jangka pendek maupun panjang pada seorang

anak (Siswanto, 2007: 124-125).

Berdasarkan peneliltian yang dilakukan oleh Rekers, dari kurang lebih

70 orang anak laki-laki yang mengalami gangguan identitas gender yang ia

jadikan objek penelitian, ia menemukan bahwa tidak dideteksi hal yang

sifatnya abnormal secara fisik. Dan ti idak ada bukti bahwa pemberian hormon

sewaktu seorang wanita mengandung atau adanya ketidak seimbangan

hormonal pada diri ibu dapat menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya

gangguan identitas gender pada seorang anak

(www.leaderu.com/jhs/rekers.html.2002). Jadi, dapat ditarik kesimpulan dari

penelitian tersebut bahwa seseorang yang mengalami gangguan identitas

gender tidak mengalami gangguan atau keabnormalan secara fisik.

Maka, untuk mendiagnosis seseorang mengalami perilaku yang

Page 15 of 16

Page 16: Referat Baby Blues

abnormal atau tidak, menurut WHO (World Health Organization) dalam

Lukluk (2008) digunakan suatu sistem klasifikasi yang digunakan oleh

sebagian besar profesi kesehatan mental, yakni Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders, edisi keempat atau biasa disebut DSM-IV. atau biasa disebut

DSM-IV. Saat kita merasakan perasaan ketidak cocokkan antara identitas gender

yang kita terima sejak lahir dengan tubuh yang kita diami, di dalam

masyarakat telah dibuktikan tidak ada kedudukan yang pasti atau peran yang

dapat diambil untuk jenis ekspresi gender seperti ini, bahkan suatu konflik

biasanya akan menyeruak atau timbul dalam masyarakat tersebut. Hal ini tidak

dapat diterima sebagai sesuatu yang normal dalam masyarakat kita sekarang

ini. Konflik dengan lingkungan, yang berkepanjangan dapat membuat

seseorang menjadi stres. Terlebih pada kebanyakan kaum transgender ini,

mereka mengalami stres, dikarenakan tekanan dari lingkungan, terutama

masyarakat yang masih mendeskritkan mereka. Pemaparan seseorang dengan

stres dapat membuat emosi yang menyakitkan, seperti dapat mengalami

gangguan kecemasan.namun reaksi seseorang sangat mengalami stress berbeda-beda, ada

sebagian yang mengalami masalah psikologi serius dan ada yang menghadapinya tidak

mengalami masalah apapun

Page 16 of 16