Upload
zieraf-arek-oblo
View
46
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
5/28/2018 proposal 99%.docx
1/86
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau
kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin
yang tinggi, sumber listrik,bahan kimiawi,cahaya,radiasi danfriksi.Luka
bakar dapat merusak jaringanotot,tulang,pembuluh darah danjaringan
epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang
lebih dalam dari akhir sistem persarafan (Chemical Burn Causes
emedicine Health,2008).
Luka bakar adalah luka pada kulit atau jaringan lain yang
disebabkan oleh panas atau terkena radiasi, radioaktivitas, listrik,
sentuhan atau kontak dengan bahan kimia. Luka bakar terjadi ketika
beberapa atau semua sel pada kulit rusak karena cairan panas (air
mendidih), benda panas dan nyala api. Luka bakar adalah masalah
kesehatan masyarakat secara global yang diperkirakan menyebabkan
195.000 kematian. Luka bakar paling banyak sekitar 84.000 kasus terjadi
di negara berpenghasilan rendah dan menengah yaitu Regio WHO Asia
Tenggara (WHO, 2012).
Pada tahun 2002 Departemen Kebakaran Amerika menemukan
sedikitnya 401.000 kasus kebakaran tiap 79 detik dimana 76% kasus kebakaran
menyebabkan luka bakar (National Safe Kids Campaign, 2004).
Data unit luka bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
mencapai 27,6% pada tahun 2012 (Martina & Wardhana, 2013).
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Lukahttp://id.wikipedia.org/wiki/Listrikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Radiasihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Friksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_darahhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_epidermal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_epidermal&action=edit&redlink=1http://www.emedicinehealth.com/chemical_burns/page2_em.htm#Chemical%20Burn%20Causeshttp://www.emedicinehealth.com/chemical_burns/page2_em.htm#Chemical%20Burn%20Causeshttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_epidermal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_epidermal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Friksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Listrikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Luka5/28/2018 proposal 99%.docx
2/86
2
Penyebab luka bakar adalah 60% kecelakaan rumah tangga, 20%
kecelakaan kerja dan 20% sebab lain. Luka bakar merupakan salah satu insiden
yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan
terbanyak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).
Berdasarkan kedalamannya luka bakar dibagi menjadi 3 yaitu derajat I,
derajat II, dan derajat III. Kerusakan luka bakar derajat II meliputi epidermis dan
dermis (Betz, 2009). Luka bakar derajat II dibagi menjadi dua yaitu luka bakar
derajat II dangkal / IIA dan II dalam / IIB. Luka bakar derajat IIA memerlukan
balutan khusus yang merangsang pembelahan dan pertumbuhan sel (Corwin,
2009).
Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel
tubuh. Semua sistem terganggu terutama sistem kardiovaskuler. Semua organ
memerlukan aliran darah yang adekuat sehingga perubahan fungsi
kardiovaskuler memiliki dampak luas pada daya tahan hidup dan pemulihan
pasien (Corwin, 2009). Oleh karena itu luka bakar harus segera ditangani agar
tidak terjadi komplikasi dan terjadi proses penyembuhan luka (Morison, 2003).
Proses penyembuhan luka adalah proses biologis yang terjadi di dalam
tubuh (Guo dan DiPietro, 2010). Proses ini dapat dibagi ke dalam 4 fase utama
yaitu koagulasi, inflamasi, proliferasi dan remodeling. Pada fase proliferasi
fibroblas adalah elemen sintetik utama dalam proses perbaikan dan berperan
dalam produksi struktur protein yang digunakan selama rekonstruksi jaringan
(Suriadi, 2004).
Fase inflamasi terjadi dari hari 0-5. Pembuluh darah yang terputus pada
luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang
5/28/2018 proposal 99%.docx
3/86
3
putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit
yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama jala fibrin yang
terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu
terjadi reaksi inflamasi (Cotran dan Mitchell, 2008).
Salah satu perawatan untuk perawatan luka bakar adalah
menggunakan cairan normal saline steril. Normal saline steril adalah
larutan fisiologis yang ada diseluruh tubuh, karena alasan ini tidak ada
reaksi hipersensivitas dari sodium klorida. Normal saline steril aman
digunakan untuk kondisi apapun. Sodium klorida atau natrium klorida
mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak
mempengaruhi sel darah merah, melindungi granulasi jaringan dan
kondisi kering, menjaga kelembapan sekitar luka dan membantu luka
menjalani proses penyembuhan luka. (InETNA, 2004).
Menurut Taqwim et al. (2009), Penyembuhan luka merupakan proses
alamiah dari tubuh, namun seringkali dilakukan pemberian obat-obatan untuk
mempercepat proses penyembuhan luka. Obat-obatan untuk memulihkan dan
mempertahankan kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan
penyembuhan luka, saat ini dirasakan relatif mahal. Selain itu, dengan adanya
resistensi antibiotika pada bakteri dan efek samping yang berat pada beberapa
obat-obatan yang sintesis menjadi alasan tersendiri untuk mengalihkan
perhatian pada terapi alternatif(Rohmawati, 2007).
Pengobatan tradisional menggunakan tanaman telah berkembang di
antara pengobatan modern saat ini karena besarnya potensi kesembuhan
dan beban keuangan yang lebih ringan. Salah satu tanaman yang memiliki
khasiat dalam mengobati luka bakar derajat II dangkal adalah buah pare
5/28/2018 proposal 99%.docx
4/86
4
(Momordica charantia). Pare (bitter melon) merupakan tanaman yang
tumbuh di daerah tropis seperti kawasan Asia, Afrika Timur, dan
Amerika Selatan. Selain dikonsumsi sebagai sayur, pare juga
digunakan sebagai obat. Dari penelitian yang dilakukan Anila
dan Vijayalakshmi (2000).
Salah satu kandungan dari pare yang diduga mempunyai
efek antiinflamasi adalah senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid yang
mempunyai aktifitas inflamasi adalah apginin dan luteolin, selain itu
terdapat pula senyawa flavonoid sintesis atau semi sintesis yang
berpotensi sebagai obat antiinflamasi, yaitu O-B hidroksiethil rutin dan
derivat quercetin (Kurniawati, 2005).
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa ekstrak buah pare
memberikan pengaruh dalam memperpendek masa inflamasi luka bakar
derajat 2 dangkal pada tikus galur wistar. Pengaruh ekstrak terlihat dari
penurunan rata-rata dari pengukuran yang dilakukan dengan pengamatan
warna eritema dengan lebar diameter eritema yang dilakukan dari hari
pertama sampai hari kesembilan dan fase inflamsi hanya terjadi samapi
hari ke 2.
Penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak buah pare dengan
teknik balutan skunder yaitu balutan yang menempel pada balutan primer,
pada penelitian kali ini peneliti ingin menggunakan ekstrak buah pare
dengan teknik balutan primer yaitu balutan yang langsung menempel
pada dasar luka, terdapat berbagai macam jenis balutan primer yang
telah berkembang di dunia, namun hanya ada beberapa saja yang ada
diindonesia. jenis-jenis balutan primer yang telaha ada di dunia yaitu
tujuan peneliti menggunakan teknik balutan primer adalah menyediakan
5/28/2018 proposal 99%.docx
5/86
5
alternatif pengobatan yang mudah dan efektif terutama bagi daerah yang
terpencil dan kalangan yang tingkat ekonominya rendah, Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Jackie Stephen-Haynes june 2004
berjudul Evaluation Of a Honeyimpregnated tulle dressing in primary
care pada penelitian ini menggunakan madu pada luka ulkus kronis
dikaki, pada penelitiannya madu dijadikan balutan primer pada luka ulkus
kronis serta luka borok hasilnya diperoleh luka dapat sembuh dan
membaik.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin mengetahui seberapa
besar pengaruh ekstrak pare (Momordica charantia) dengan balutan
primer dalam memperpendek masa inflamasi luka bakar derajat 2
dangkal pada tikus putih galur wistar
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh penggunaan ekstrak buah pare
(Momordica charantia) dengan jenis balutan primer dalam
memperpendek masa inflamasi pada tikus putih galur wistar dengan luka
bakar derajat 2 dangkal?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah pare (Momordica
charantia) dengan jenis balutan primer dalam memperpendek
masa inflamasi luka bakar derajat 2 dangkal
5/28/2018 proposal 99%.docx
6/86
6
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
1. Mengidentifikasi masa inflamasi luka bakar derajat II dangkal
dengan perawatan standart menggunakan NaCl
2. Mengidentifikasi masa inflamasi luka derajat II dangkal dengan
perawatan menggunakan ekstrak buah pare jenis balutan
primer
3. Membandingkan pengaruh perawatan standart menggunakan
Normal Saline sterile dengan ekstrak buah pare (Momordica
charantia) dalam memperpendek masa inflamasi luka bakar
derajat II dangkal
1.4 MANFAAT
1.4.1 BAGI MAHASISWA KEPERAWATAN
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai penyembuhan luka bakar derajat 2 dangkal dengan
menggunakan buah pare dengan cara balutan primer
1.4.2 BAGI PROFESI KEPERAWATAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
ilmu keperawatan khususnya dalam pengobatan luka bakar
dengan menggunakan bahan alami dari alam / herbal
1.4.3 BAGI MASYARAKAT
Penelitian ini diharapkan dapat memberi penjelasan ilmiah
mengenai manfaat ekstrak buah pare dalam merawat luka bakar,
khususnya luka bakar derajat 2 dangkal, sehingga dapat
menghemat biaya perawatan
5/28/2018 proposal 99%.docx
7/86
7
1.4.4 BAGI LEMBAGA RS
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan metode baru dalam
perawatan luka bakar khususnya metode balutan primer
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
2.1.1 Anatomi Kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau
korium, dan jaringan subkutan atau subkutis (Harahap, 2000).
Gambar 2.1 Gambaran tiga dimensi kulit. (Dari : Hudak & Gallo :
Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, ed.6, EGC, 1996).
5/28/2018 proposal 99%.docx
8/86
8
1) Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas :
a. Stratum Korneum
Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang
paling luar terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng mati,
tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat
tanduk).
b. Stratum Lusidum
Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan
korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma berubah menjadi protein disebut
eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan
dan kaki.
c. Stratum Granulosum
Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau
3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti. Butir-butir kasar terdiri atas keratohialin.
Stratum granulosum tampak jelas di telapak tangan dan
kaki.
d. Stratum Spinosum
6
5/28/2018 proposal 99%.docx
9/86
9
Stratum Spinosum (stratum Malphigi) disebut pickle cell
layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel
berbentuk polygonal besarnya berbeda-beda karena adanya
proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-
sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya.
Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan antar
sel (intercellular bridges) terdiri atas protoplasma dan
tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-tersebut
membentuk penebalan bulat kecil disebut nodulus
Bizzozero. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat sel
Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak
glikogen.
e. Stratum Basale
Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus
(kolumnar) tersusun vertikal pada perbatasan dermo-
epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini
merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel
basal mengadakan mitosis berfungsi reproduktif. Lapisan ini
terdiri dua jenis sel yaitu :
1. Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma
basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan
yang lain oleh jembatan antar sel.
2. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma
5/28/2018 proposal 99%.docx
10/86
10
basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen
(melanosomes) (Wasitaatmadja, 2005).
2) Lapisan Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis lebih tebal
dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastik dan
fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.
Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis,
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2) Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya menonjol ke arah
subkutan, terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini
terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat,
terdapat fibroblas. Serabut kolagen dibentuk fibroblas,
membentuk ikatan (bundel) mengandung hidroksiprolin dan
hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah
umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulum mirip
kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang,
berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis
(Wasitaatmadja, 2005).
3) Lapisan Subkutis
5/28/2018 proposal 99%.docx
11/86
11
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Sel-sel lemak
merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir
sitoplasma lemak bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan
yang lain oleh trabekula fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut
panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan
getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama
bergantung pada lokalisasinya. Di abdomen mencapai ketebalan
3 cm, di kelopak mata dan penis sangat sedikit.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus di
atas dermis (pleksus superfisial) dan di subkutis ( pleksus
profunda). ( Wasitaatmadja, 2005).
2.1.2 Fungsi Kulit
1) Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis
atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan
kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan,
contohnya lisol, karbol, asam, misalnya radiasi, sengatan sinar
ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri
maupun jamur.
Melanosit berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan
kimia terjadi karena sifat stratum korneum impermeabel terhadap
5/28/2018 proposal 99%.docx
12/86
12
berbagai zat kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan
kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi
keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit
berkisar pada pH 5-6.5 sehingga merupakan perlindungan
kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses
keratinisasi berperanan sebagai sawar (barrier) mekanis karena
sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
2) Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,
begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2,
CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya
kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme. Penyerapan
berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel epidermis
atau melalui muara saluran kelenjar, lebih banyak yang melalui
sel epidermis daripada melalui muara kelenjar.
3) Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau
sisa metabolisme tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan
amonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh androgen dari
ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap
cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix
5/28/2018 proposal 99%.docx
13/86
13
caseosa.Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan
sebum meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang
berlebihan sehingga kulit tidak kering. Produk kelenjar lemak dan
keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6.5.
4) Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan
Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh
badan Krause terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di
papila dermis berfungsi sebagai rabaan, badan Merkel Ranvier
terletak di epidermis, terhadap tekanan diperankan badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotik.
5) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Peranan kulit dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya
akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat
nutrisi cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi saraf simpatis
(asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum
terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena
itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak
mengandung air dan Na.
6) Fungsi Pembentukan Pigmen
5/28/2018 proposal 99%.docx
14/86
14
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal.
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Sel ini
jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut clear
cell. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim
tirosinase, ion Cu, dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari
mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke
epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan
kulit di bawahnya dibawa oleh melanofag (melanofor). Warna
kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan
oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksidasi Hb, dan karoten.
7) Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai tiga jenis sel utama
yaitu keratinosit, sel Langerhans, dan melanosit. Keratinosit
dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan
bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang
dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung terus-menerus seumur hidup dan sampai sekarang
belum sepenuhnya dimengerti. Proses ini berlangsung normal
selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8) Fungsi Pembentukan Vitamin D
Mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup
5/28/2018 proposal 99%.docx
15/86
15
hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik
masih tetap diperlukan (Wasitaatmadja, 2005).
2.2 Luka Bakar
2.2.1 Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis
trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai
fase lanjut (Moenadjat, 2003).
2.2.2 Klasifikasi Luka Bakar
1) Kedalaman Luka Bakar
a. Luka Bakar Derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)
Kulit kering, hiperemik berupa eritema
Tidak dijumpai bulae
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10
hari
b. Luka Bakar Derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai proses eksudasi
Dijumpai bulae
Bulae adalah lapisan epidermis terlepas dari dasarnya
(dermis), merupakan suatu proses epidermolisis, disertai
5/28/2018 proposal 99%.docx
16/86
16
akumulasi eksudat membentuk suatu gelembung. Bila
ukuran bulae relatif kecil, cukup dibiarkan dan akan
mengalami penyembuhan spontan. Bila mengganggu, cairan
bulae dilakukan aspirasi tanpa melakukan pembuangan
lapisan epidermis yang menutupinya. Bila ukuran bulae
cukup luas atau besar, lakukan insisi atau aspirasi
menggunakan semprit tanpa membuang lapisan epidermis
(Moenadjat, 2003). Bula mulai terbentuk pada suhu 53-57
derajat celcius selama kontak 30-120 detik (Mansjoer, 2000).
Pengeluaran cairan paling pesat terjadi dalam 6-8 jam
pertama setelah trauma. Cairan di dalam bullaelebih kurang
sama dengan cairan plasma, mengandung 4-6% dengan
albumin: globulin lebih besar daripada di plasma, elektrolit
terutama Na (Marjuki, 1991).
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih
tinggi di atas kulit normal
Dibedakan atas 2 (dua) yaitu :
1. Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari
2. Derajat II dalam (deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
5/28/2018 proposal 99%.docx
17/86
17
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih
dari satu bulan.
c. Luka Bakar Derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang
lebih dalam
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan
Tidak dijumpai bulae
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena
kering letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar
Terjadi koagulasi protein epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena
ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian
Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2003).
5/28/2018 proposal 99%.docx
18/86
18
Gambar 2.2 diagram kedalaman luka bakar (Sumber : Moenadjat,
2003)
Tabel 2.1 karakteristik Luka Bakar dalam Berbagai Kedalaman
Kedalaman Jaringanyangterkena
Penyebabumum
Karakteristik Nyeri Penyembuhan
Ketebalanparsialsuperfisial(derajat I)
Kerusakanepitelminimal
sinarmatahari
KeringTidakada lepuh
Merah muda
Pucatdengantekanan
Sangatnyeri
Sekitar 5 hari
Ketebalanparsialdangkal(derajat II)
Epidermisdan minimaldermis
Cahaya
Cairanpanas
Lembab
Merahberbintik ataumerah muda
Lepuh
Sebagianmemucat
Nyeri
Hiperestetik
Sekitar 21 hari,jaringan parutminimal
Ketebalanparsialdermal
Seluruhepidermis,sebagian
Di atasbendapadat
Kering,pucat, berlilin
Sensitifterhadap
Lama; jaringanparut hipertropikakhir;
5/28/2018 proposal 99%.docx
19/86
19
dalam(derajat II)
dermis,lapisanrambutepidermal
dan kelenjarkeringatutuh
panas,kebakaran, jalarancedera
yang kuat
Tidak pucat tekanan
pembentukankontraktur jelas
Ketebalanpenuh(derajat III)
Semuayang diatas, danbagian darilemaksubkutan,dapatmengenai
jaringanikat, otot,tulang
Kebakaran terus-menerus,listrik,bahankimia, danuap panas
Kasar,avaskular,retak-retak,kuning pucatsampaicoklat hinggahangus
Sedikitnyeri
Tidakberegenerasisendiri,memerlukanpencangkok-an
Sumber : Hudak & Gallo, 1996.
Gambar 2.3 Derajat Luka Bakar
2.2.3 Fase Luka Bakar
5/28/2018 proposal 99%.docx
20/86
20
Dalam perjalanan penyakitnya dibedakan menjadi 3 fase pada
luka bakar, yaitu : fase awal/fase akut/fase syok, fase setelah syok
berakhir/ fase subakut, dan fase lanjut (Moenadjat, 2003).
1) Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini terjadi gangguan saluran nafas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi, gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis
yang bersifat sistemik.
2) Fase setelah syok berakhir/diatasi, fase subakut
Fase ini berlangsung setelah syok berakhir/dapat diatasi dengan
permasalahan kehilangan jaringan yang menyebabkan reaksi
inflamasi, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi
hipermetabolisme dan proses penutupan luka. Pada fase ini
berlangsung respon inflamasi sistemik yang mengarah pada
suatu sindrom disfungsi organ multipel dan sepsis.
3) Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai
terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit
dari luka bakar berupa parut hipertropik, kontraktur, dan
deformitas terjadi karena kerapuhan jaringan atau organ-organ
strukturil (Moenadjat, 2003).
2.2.4 Patofisiologi Luka Bakar
5/28/2018 proposal 99%.docx
21/86
21
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber panas
pada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka
bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat
koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan
yang dalam termasuk organ visera dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen
penyebab (burning agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat
terjadi (Smeltzer, 2002).
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah di dalamnya ikut rusak sehingga
dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang
terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luka bakar kurang dari 20 % biasanya mekanisme
kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20
% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala khas seperti gelisah,
pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-
pelan maksimal terjadi setelah delapan jam.
5/28/2018 proposal 99%.docx
22/86
22
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan
terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke
pembuluh darah, ditandai dengan meningkatnya diuresis
(Sjamsuhidajat, 2004).
Anemia
Luka
Bakar
Sel darah
merah
Glukogenesis
Keb O2
Laju
metabolik
Katekolamin
Vasokontrik
si
Hipovolemi
a
Kehilangan
H2O
CO
Insufisiensi
miokard
Faktor depresan
miokardSekresi
adrenal
Aliran ke
ginjal
Aldosteron
Retensi Na+
5/28/2018 proposal 99%.docx
23/86
23
Gambar 2.4 : Patofisologi Luka Bakar (efendy,1999)
2.2.5 Keparahan Luka Bakar
1) Luka bakar berat/kritis
a. Derajat II-III > 40 %
b. Derajat III pada muka, tangan dan kaki
c. Adanya trauma pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
d. Luka bakar listrik
e. Disertai trauma lainnya (misal fraktur iga/lain-lain)
2) Luka bakar sedang
a. Derajat II 15-40 %
b. Derajat III < 10 % kecuali muka, tangan dan kaki
Aliran ke
limpa
Hipoksia
hepatik
Gagal hepar
AsidosisLFG
Gagal ginjal
Kehilangan
K+
5/28/2018 proposal 99%.docx
24/86
24
3) Luka bakar ringan
a. Derajat II < 15 %
b. Derajat III < 2 %
Kategori penderita ini ditujukan untuk kepentingan prognosis
berhubungan dengan angka morbiditas dan mortalitas
(Moenadjat, 2003).
2.2.6 Zona Cedera Luka Bakar
1) Zona koagulasi, yaitu daerah yang mengalami kerusakan
(koagulasi protein) akibat pengaruh panas.
2) Zona statis, yaitu daerah yang berada di luar zona koagulasi.
Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai
kerusakan trombosit dan lekosit terjadi gangguan perfusi diikuti
perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal.
Berlangsung 12-24 jam pasca cedera dan berakhir dengan
nekrosis jaringan.
3) Zona hiperemi, yaitu daerah di luar zona statis, reaksi berupa
vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Tergantung
keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat
mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi zona
kedua bahkan zona pertama (Moenadjat, 2003).
5/28/2018 proposal 99%.docx
25/86
25
Gambar 2.5 Zona cedera pada luka bakar (Sumber : Smeltzer&
Bare, 2002).
2.2.7 Ukuran Luas Luka Bakar
1) Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Sembilan merupakan cara menghitung luas daerah yang
terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam
kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas
(Smeltzer, 2002). The rule of nines (Aturan Sembilan) membagi
bagian tubuh ke dalam kelipatan dari 9%. Bagian kepala
diperhitungkan sebagai 9% dari LPTT (Luas Permukaan Tubuh
Total), masing-masing lengan 9%, masing-masing kaki
18%,trunkus anterior 18%, trunkus posterior 18%, dan perineum
1%, dengan total 100% (Hudak & Gallo, 1996). Rumus ini
membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang
terbakar pada orang dewasa (Sjamsuhidajat, 2004).
5/28/2018 proposal 99%.docx
26/86
26
Gambar 2.6 Metode Rule of Nines untuk menentukan persentase
luas permukaan tubuh yang mengalami cedera luka bakar
(Sumber : Effendi, 1999).
2) Metode Lund dan Browder
Metode yang lebih cepat untuk memperkirakan luas
permukaan tubuh yang terbakar adalah metode Lund dan
Browder yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada
berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan
berubah menurut pertumbuhan.
Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang
sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan
tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut (Smeltzer, 2002).
Penggunaan diagram bagan Lund dan Browder ditujukan untuk
menentukan keluasan luka bakar yang terjadi pada anak-anak
dan bayi (Effendi, 1999).
5/28/2018 proposal 99%.docx
27/86
27
Gambar 2.7 Digram bagan Lund dan Browder. Metode yang
digunakan untuk menghitung LPTT luka bakar sesuai golongan
usia (Sumber : Effendi, 1999).
Tabel 2.2 Tabel Lund dan Browder
Bagianyangterbakar
Lahir 1 tahun 5 tahun 10 tahun 15 tahun Dewasa
A:Setengahkepala
9% 8% 6% 5% 4% 3%
B:Setengahpaha
23/4% 31/4% 4% 41/4% 4% 43/4%
C:Setengahtungkaibawah
2% 2% 2 /4% 3% 3 /4% 3%
3) Metode Telapak Tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar,
metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka
bakar adalah metode telapak tangan (palm method). Lebar
telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan
tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai
luas luka bakar (Smeltzer, 2002).
2.2.8 Fase Penyembuhan Luka Bakar
1) Fase Inflamasi
Fase ini berlangsung 3-4 hari pascaluka bakar. Dalam fase
ini terjadi perubahan vaskular dan proliferasi selular (Effendi,
1999). Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan
5/28/2018 proposal 99%.docx
28/86
28
perdarahan dan tubuh berusaha menghentikannya dengan
vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang putus
(retraksi), reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena
trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan
bersama jala fibrin terbentuk membekukan darah yang keluar
dari pembuluh darah, terjadi reaksi inflamasi (Sjamsuhidajat,
2004).
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan
histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga
terjadi eksudasi, penyembukan sel radang, disertai vasodilatasi
setempat menyebabkan edema dan pembengkakan . Tanda
klinis reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan
karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor),
dan pembengkakan (tumor) (Sjamsuhidajat, 2004).
Aktivitas seluler terjadi pergerakan leukosit menembus
dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena
adanya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik
membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan
menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri
(fagositosis). Reaksi pembentukan kolagen baru dipertautkan
oleh fibrin, mulai timbul epitelisasi (Sjamsuhidajat, 2004).
2) Fase Fibroblastik (Proliferasi)
Fase yang dimulai pada hari ke 4-20 pascaluka bakar.
Pada fase ini timbul sebukan fibroblast membentuk kolagen
tampak secara klinis sebagai jaringan berwarna kemerahan
5/28/2018 proposal 99%.docx
29/86
29
(Effendi, 1999). Fibroblast berasal dari sel mesenkim belum
berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam
aminoglisin, dan prolin merupakan bahan dasar kolagen serat
yang mempertautkan tepi luka (Sjamsuhidajat, 2004).
Pada fase ini, serat-serat dibentuk dan dihancurkan untuk
penyesuaian diri dengan tegangan pada luka cenderung
mengerut. Sifat ini bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast
menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini,
kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal.
Pada fase fibroblastik luka dipenuhi sel radang, fibroblast,
dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan
permukaan yang berbenjol halus disebut jaringan granulasi.
Epitel tepi luka terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya
berpindah mengisi permukaan luka. Proses migrasi terjadi ke
arah yang lebih rendah atau datar, berhenti setelah epitel
menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan
tertutupnya permukaan luka, proses fibroblastik dengan
pembentukan jaringan granulasi berhenti dan mulai proses
pematangan dalam fase penyudahan (Sjamsuhidajat, 2004).
3) Fase Maturasi (Penyudahan / Remodelling)
Pada fase ini terjadi proses pematangan terdiri atas
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai
dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan
baru terbentuk. Fase ini berlangsung berbulan-bulan dan
dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap.
5/28/2018 proposal 99%.docx
30/86
30
Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi
abnormal karena proses penyembuhan. Edema dan sel radang
diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan
diserap kembali, kolagen berlebih diserap dan sisanya mengerut
sesuai dengan regangan yang ada. Bentuk akhir dari fase ini
berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa
rasa nyeri atau gagal (Sjamsuhidajat, 2004).
2.2.9 Masalah yang terjadi pada proses penyembuhan luka
1) Eritema kulit & Edema
Proses perbaikan jaringan terdiri dari pengontrolan darah
(hemostasis), mengirim darah, dan sel ke area yang cedera.
Selama proses hemostasis, pembuluh darah yang cedera
mengalami konstriksi dan trombosit berkumpul untuk
menghentikan perdarahan. Jaringan yang rusak dan sel mast
mensekresi histamin, menyebabkan vasodilatasi kapiler di
sekitarnya dan mengeluarkan serum sel darah putih kedalam
jaringan yang rusak sehingga menyebabkan edema dan eritema
(Potter, 2005).
2) Bulae
Pada luka bakar derajat II ditandai dengan adanya bulae.
Bulae adalah lapisan epidermis yang terlepas dari dasarnya
(dermis), merupakan proses epidermolisis, disertai akumulasi
eksudat membentuk suatu gelembung (Moenadjat, 2003).
3) Nekrosis jaringan
5/28/2018 proposal 99%.docx
31/86
31
Nekrosis merupakan hasil akhir perubahan perubahan
morfologis akibat kerja degradatif progresif enzim yang
mengindikasikan kematian sel. Ini dapat mengenai kelompok sel
atau bagian suatu struktur suatu organ (Dorland, 2002).
4) Granulasi
Granulasi merupakan pembentukan jaringan pada dasar
luka menjelang proses penyembuhan. Semakin banyak granulasi
yang timbul maka luka semakin membaik (Ramali, 2000).
5) Luka kering
Pada fase penyembuhan luka kering merupakan hal yang
sangat biasa, karena terjadi peningkatan vaskulerisasi kelenjar
sebasea, sekresi berkurang dan keringat juga berkurang. Jadi
luka kering merupakan tanda tanda luka sudah mulai sembuh
(Barbara, 1996).
6) Jaringan parut
Jaringan parut adalah jaringan dermis dan epidermis berisi
protein terkoagulasi bersifat progresif (Moenadjat, 2003). Pada
penyembuhan luka jaringan ikat, hidrofi parut akan timbul bila
kulit tidak dilengketkan kepada struktur yang ada dibawahnya,
bila penekanan dilakukan pada jaringan baru yang sehat, parut
dapat dicegah. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyembuhan luka
yang sempurna jaringan parut harus minimal (Barbara, 1996).
3.0.0 Komplikasi Penyembuhan Luka
5/28/2018 proposal 99%.docx
32/86
32
Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi
yang berbeda beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan
luka yang tidak adekuat, keterlambatan pembentukan jaringan
granulasi, tidak adanya reepitelisasi dan juga akibat komplikasi post
operatif dan adanya infeksi.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah hematoma,
nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar,
dan juga infeksi luka.(InETNA,2004)
3.0.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Penyembuhan Luka
Bakar
1) Faktor-Faktor Yang Mendukung Penyembuhan Luka
Bakar
5/28/2018 proposal 99%.docx
33/86
33
(Effendi, 1999)
2) Faktor-Faktor yang Menghambat Penyembuhan
Luka Bakar
Higiene
yang baik
Balutan yangsesuai
Kontrol
infeksi
Tidak ada
inkontinensia
Nutrisi yangadekuat
Sikap mental
yang positif
Penyembuhan
luka
Kesehatan
menyeluruh yang baik
Pengetahuan
perawat dan pasien
Usia (muda)
Kontrol nyeriPenatalaksanaanluka yang tepat
Keseimbangan
istirahat dan latihan
Kesehatan
secara umum
kuran baik
5/28/2018 proposal 99%.docx
34/86
34
(Effendi, 1999).
2.3 Pare (Momordic a Charant ia)
2.3.1 Sejarah Pare
Peria atau pare adalah tumbuhan merambat yang berasal dari
wilayahAsia Tropis,terutama daerahIndia bagian barat, yaitu Assam
dan Burma. Aanggota suku labu-labuan atauCucurbitaceae ini biasa
dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan
pengobatan. Nama Momordicayang melekat padanama binomialnya
berarti "gigitan" yang menunjukkan pemerian tepi daunnya yang
bergerigi menyerupai bekas gigitan.(Sudarsono, D. Gunawan, S.
Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002)
Peria memiliki banyak nama lokal, di daerah Jawa di sebut
sebagaiparia, pare, pare pahit, pepareh. DiSumatera,peria dikenal
dengan namaprieu, fori, pepare, kambeh, paria.Orang Nusa
Tenggara menyebutnya paya, truwuk, paitap, paliak, pariak, pania,
dan pepule, sedangkan di Sulawesi, orang menyebutnya dengan
Higiene
kurang baik
Nutrisi
kurang baik
Pemakaian
alkohol dan rokok
yang berlebihan
Sirkulasi
kurang baik
Obat-obat tertentu sepertioksitoksik, steroid
Faktor psikologis;
takut, stres
Kurangmobilisasi
Kondisi
langsung
Usia (tua)
Nyeri
Penanganan lukakurang tepat
Penyembuhan
Luka
http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_merambathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asia_Tropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Indiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Cucurbitaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Nama_binomialhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumaterahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesihttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumaterahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nama_binomialhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cucurbitaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Indiahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asia_Tropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_merambat5/28/2018 proposal 99%.docx
35/86
35
poya, pudu, pentu, paria belenggede, serta palia.(Sudarsono, D.
Gunawan, S. Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002.)
2.3.2 Taksonomi Pare
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Curcubitacea
Genus : Momordica
Spesies : M.Charantia
Nama binomialMomordica charantiaGambar2.8 : Pare
2.3.3 Kegunaan Pare
Di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea, dan Cina,
peria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai obat
gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat
pencahar dan perangsang muntah, bahkan telah diekstrak dan
dikemas dalam kapsul sebagai obat herbal/jamu. Buahnya
mengandung albuminoid, karbohidrat, dan pigmen.Daunnya
mengandung momordisina, momordina,carantina,resin,danminyak.
Sementara itu, akarnya mengandung asam momordial dan asam
oleanolat, sedangkan bijinya mengandung saponin, alkaloid,
triterprenoid, dan asam momordial. (Sudarsono, D. Gunawan, S.
Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002)
http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tatanama_biologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Jepanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Koreahttp://id.wikipedia.org/wiki/Cinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/wiki/Pigmenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Carantina&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Resin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Minyakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Akarhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_momordial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_oleanolat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_oleanolat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saponin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloidhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Triterprenoid&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Triterprenoid&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloidhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saponin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_oleanolat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_oleanolat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_momordial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Akarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Minyakhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Resin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Carantina&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pigmenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/wiki/Cinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Koreahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jepanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tatanama_biologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah5/28/2018 proposal 99%.docx
36/86
36
Peria juga dapat merangsang nafsu makan,menyembuhkan
penyakit kuning,memperlancar pencernaan, dan sebagai obat
malaria. Selain itu, peria juga mengandung beta-karotena dua kali
lebih besar daripada brokoli sehingga berpotensi mampu mencegah
timbulnya penyakit kanker dan mengurangi risiko terkena serangan
jantung ataupun infeksi virus. Daun peria juga bermanfaat untuk
menyembuhkanmencret padabayi,membersihkandarah bagi wanita
yang baru melahirkan, menurunkan demam, mengeluarkan cacing
kremi,serta dapat menyembuhkanbatuk.Buahnya yang berasa pahit
biasa diolah sebagai sayur, misalnya pada gado-gado, pecel,
rendang, atau gulai (Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A.
Donatus, dan Purnomo. 2002).
Di Cina peria diolah dengan tausi, tauco, daging sapi, dan cabai
sehingga rasanya makin enak atau diisi dengan adonan daging dan
tofu, sedangkan di Jepang peria jadi primadona makanan sehat
karena diolah menjadi sup,tempura,atauasinan sayuran. Ekstrak biji
peria selain digunakan sebagai bahan obat, ternyata juga dapat
digunakan sebagai pembasmi larva alami yang merugikan seperti
larva Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah
dengue atau DBD (Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A.
Donatus, dan Purnomo. 2002).
2.3.4 Kandungan Kimia Pare
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencernaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Malariahttp://id.wikipedia.org/wiki/Karotenahttp://id.wikipedia.org/wiki/Brokolihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kankerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Mencrethttp://id.wikipedia.org/wiki/Bayihttp://id.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Demamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremihttp://id.wikipedia.org/wiki/Batukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gado-gadohttp://id.wikipedia.org/wiki/Pecelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rendanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Gulaihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tausi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Taucohttp://id.wikipedia.org/wiki/Sapihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cabaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tofuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tempurahttp://id.wikipedia.org/wiki/Asinanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Larvahttp://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegyptihttp://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegyptihttp://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_denguehttp://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_denguehttp://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_denguehttp://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_denguehttp://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegyptihttp://id.wikipedia.org/wiki/Larvahttp://id.wikipedia.org/wiki/Asinanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tempurahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tofuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cabaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sapihttp://id.wikipedia.org/wiki/Taucohttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tausi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Gulaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Rendanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Pecelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gado-gadohttp://id.wikipedia.org/wiki/Batukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremihttp://id.wikipedia.org/wiki/Demamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bayihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mencrethttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Kankerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Brokolihttp://id.wikipedia.org/wiki/Karotenahttp://id.wikipedia.org/wiki/Malariahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pencernaan5/28/2018 proposal 99%.docx
37/86
37
Pada penelitian yang dilakukan oleh Anila dan Vijayalakshmi
(2000), salah satu kandungan dari pare yang diduga mempunyai
efek antiinflamasi adalah senyawa flavonoid.
Buah pare mengandung albuminoid, karbohidrat, zat warna,
karantin, hydroxytryptamine, vitamin A, B dan C. Per 100 gr bagian
buah yang dapat dimakan mengandung 29 kilo kalori; 1,1 gr protein;
0,3 gr lemak; 6,6 gr karbohidrat; 45 mg kalsium; 64 mg fosfor; 1,4 mg
besi; 180 s.l. nilai vit A; 0,08 mg vit B1; 52 mg vit C dan91,2 gr
air.Selain itu juga mengandung saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid,
triterpenoid, momordisin, gliko sida cucurbitacin, charantin, asam b
utirat, asam palmitat, asam linoleat, dan asam stearat, kandungan
flavonoid pad buah pare setara dengan fenolik antara 0,12-
1,08/gram/100gram. Daun pare mengandung momordisina,
momordina, karantina, resin, asam trikosanik, asam resinat, saponin,
vitamin A, dan C serta minyak lemak yang terdiri d ari asam oleat,
asam linoleat, asam stearat d an L.oleostearat.Biji pare mengandung
saponin, alkanoid, triterpenoid, asam momordial dan
momordisin.Sedangkan akar pare mengandung asam momordial
dan asam oleanolat (Subahar TS, 2004).
2.3.5 Efek Farmakologis Zat Aktif Flavonoid Pada BuahPare
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam
dan tersebar luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan
adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan peran biologi yang
sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari jalur shikimate dan
fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis. Flavonoid
5/28/2018 proposal 99%.docx
38/86
38
banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya
tumbuhan berpembuluh. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari,
nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon
yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi f lavonoid.
Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan jalur
metabolisme asam arachidonat, pembentukan prostaglandin,
pelepasan histamin, atau aktivitas 'radical scavenging suatu molekul.
Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlindung dari pengaruh
negatif, sehingga dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa
flavonoid yang dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah
toksifolin, biazilin, haematoksilin, gosipin, prosianidin, nepritin, dan
lain-lain.
Gambar 2.9 struktur flavonoid
2.3.6 Kegunaan flavonoid
5/28/2018 proposal 99%.docx
39/86
39
1) Anti-inflamasi
Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan
jalur metabolisme asam arachidonat, pembentukan
prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas radical
scavenging suatu molekul. Melalui mekanisme tersebut, sel lebih
terlindung dari pengaruh negatif, sehingga dapat meningkatkan
viabilitas sel. Senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai
anti-inflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin, gosipin,
prosianidin, nepritin, dan lain-lain (Lenny, Sofia. 2006).
2) Anti-tumor/Anti-kanker
Senyawa isoflavon yang berpotensi sebagai antitumor/antikanker
adalah genistein yang merupakan isoflavon aglikon (bebas).
Genistein merupakan salah satu komponen yang banyak terdapat
pada kedelai dan tempe. Penghambatan sel kanker oleh genistein,
melalui mekanisme sebagai berikut : (1) penghambatan
pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal, sel yang terinduksi
oleh faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara
yang terinduksi dengan nonil-fenol atau bi-fenol A) yang
diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran sel,
khususnya penghambatan pembentukan protein yang
mengandung tirosin; (2) penghambatan aktivitas enzim DNA
isomerase II; (3) penghambatan regulasi siklus sel; (4) sifat
antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif
terhadap senyawa radikal bebas; (5) sifat mutagenik pada gen
endoglin (gen transforman faktor pertumbuhan betha atau TGF).
5/28/2018 proposal 99%.docx
40/86
40
Mekanisme tersebut dapat berlangsung apabila konsentrasi
genestein lebih besar dari 5M(Lenny, Sofia. 2006).
3) Anti-virus
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga
terjadi melalui penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau
RNA) dan pada translasi virion atau pembelahan dari poliprotein.
Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida
tersebut berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam
yang disebabkan oleh rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian
intravena dan juga terhadap penyakit hepatitis B. Berbagai
percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih terus
berlangsung (Lenny, Sofia. 2006).
4) Anti-alergi
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut :
(1) penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel mast, yaitu
sel yang mengandung granula, histamin, serotonin, dan heparin;
(2) penghambatan pada enzim oxidative nukleosid-3,5 siklik
monofast fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca;
(3) berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein. Senyawa-
senyawa flavonoid lainnya yang digunakan sebagai anti-allergi
antara lain terbukronil, proksikromil, dan senyawa kromon ( Lenny,
Sofia. 2006).
5) Penyakitkardiovaskuler
5/28/2018 proposal 99%.docx
41/86
41
Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran
darah dan penyakit jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti
pada aspek berlainan. Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif
sebagai antioksidan, yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II),
terbukti berpotensi sebagai anti kotriksi pembuluh darah
(konsentrasi 5g/ml) dan juga berpotensi menghambat,
pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan demikian
isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada
pembuluh darah. Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan
darah dan resiko CVD (cardio vascular deseases) banyak
dihubungkan dengan sifat hipolipidemik dan hipokholesteremik
senyawa isoflavon (Lenny, Sofia. 2006).
6) Estrogen dan Osteoporosis
Pada wanita menjelang menopause, produksi estrogen menurun
sehingga menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen tidak saja
berfungsi dalam sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk
tulang, jantung, dan mungkin juga otak. Dalam melakukan
kerjanya, estrogen membutuhkan reseptor estrogen (ERs) yang
dapat on/off di bawah kendali gen pada kromosom yang disebut
_-ER. Beberapa target organ seperti pertumbuhan dada, tulang,
dan empedu responsif terhadap _-ER tersebut. Isoflavon,
khususnya genistein, dapat terikat dengan _-ER. Walaupun
ikatannya lemah, tetapi dengan -ER mempunyai ikatan sama
dengan estrogen. Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek
hormonal, khususnya efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait
5/28/2018 proposal 99%.docx
42/86
42
dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi
equol. Dimana equol mempunyai struktur fenolik yang mirip
dengan hormon estrogen. Mengingat hormon estrogen
berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses
kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses kalsifikasi. Dengan
kata lain, isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada
tulang sehingga tulang tetap padat dan masif ( Lenny, Sofia. 2006).
7) Anti kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol terbukti tidak saja
pada hewan percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga
manusia. Pada penelitian dengan menggunakan tepung kedelai
sebagai perlakuan, menunjukkan bahwa tidak saja kolesterol yang
menurun, tetapi juga trigliserida VLDL (very low density lipoprotein)
dan LDL (low density lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat
meningkatkan HDL (high density lipoprotein) (Amirthaveni dan
Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme lain penurunan kolesterol oleh
isoflavon dijelaskan melalui pengaruh peningkatan katabolisme sel
lemak untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan
kandungan kolesterol ( Lenny, Sofia. 2006).
2.3.7 Saponin Pada buah Pare
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang
tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk
larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika
5/28/2018 proposal 99%.docx
43/86
43
dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam
(Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang
rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan
luas (Burger et.al,1998) Saponin diberi nama demikian karena
sifatnya menyerupai sabun Sapo berarti sabun. Saponin adalah
senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila
dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba.
Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida
struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua
saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter.
Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam
suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).
Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang
disebabkan karena kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air.
Secara fisika buih ini timbul karena adanyapenurunan tegangan
permukaan pada cairan (air). Penurunan tegangan
permukaandisebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin
= sapo) yang dapatmengkacaukan iktan hidrogen pada air. Senyawa
sabun ini biasanya memiliki dua bagianyang tidak sama sifat
kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun
yang biasa disebut saponin.Saponin berbeda struktur dengan senywa
sabun yang ada. Saponin merupakan jenisglikosida. Glikosida adalah
senyawa yang terdiri daro glikon (Glukosa, fruktosa,dll) danaglikon
(senyawa bahan aalam lainya). Saponin umumnya berasa pahit dan
dapatmembentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga
bersifat beracun untuk beberapahewan berdarah dingin (Najib, 2009).
5/28/2018 proposal 99%.docx
44/86
44
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid
dan triterpen.Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan
molekul karbohidrat. Steroidsaponin dihidrolisis menghasilkan suatu
aglikon yang dikenal sebagai saraponin.
Saponintriterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat. Dihidrolisismenghasilkan suatu aglikon yang disebut
sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak dihasilkan di dalam
tumbuhan (Hartono, 2009). Tumbuhan yang mengandung sponin ini
biasanya memiliki Genus Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae.
Senywa saponin juga ditemui pada famili
sapindaceae,curcurbitaceae, dan araliaceae.
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi
pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman
dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak
diketahui mungkin sebagai penyimpan karbohidrat atau merupakan
weste product dan metabolism tumbuh-tumbuhan kemungkinan lain
adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat Saponin :
a. Mempunyai rasa pahit
b. Dalam larutan air membentuk busa stabil
c. Menghemolisa eritrosit
d. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
e. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid
lainya
f. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
5/28/2018 proposal 99%.docx
45/86
45
g. Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan
formula empiris yang mendekati
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan
permukaan (Surface tenstn) dengan hidrolisis lengkap akan
dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (heksosa, pentose,
dan Saccharic acid) (Kim Nio,1989).
1) KLASIFIKASI
Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu
saponin steroid dan saponin triterpenoid.
a. Saponin steroid
tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.
Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang
dikenal sebagai sapogenin.Tipe saponin ini memiliki efek
antijamur.Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas
otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi
dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku
pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini
memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari
metabolisme sekunder tumbuhan.Jembatan ini juga sering
disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena
memiliki efek kuat terhadap jantung.
5/28/2018 proposal 99%.docx
46/86
46
Gambar 3.0 Struktur Saponin Steroid
Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida
(Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di
dalamtumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup
dikawasan hutankering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan
sebagai obat antinyeri dan rematik oleh orang afrika (Amirt
Pal,2002).
Gambar 3.1 Struktur Asparagosida
b. Saponin triterpenoid
tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat.
Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin
ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat
http://4.bp.blogspot.com/-5XAtaxsCTvc/ULxDsN8rDeI/AAAAAAAAA7A/1vfh-bCTL2A/s1600/Asparagosida.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-40Vyeogs3es/ULxC3r8OBdI/AAAAAAAAA64/xTBqEuk-3Tk/s1600/Struktur+dasar+steroid.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-5XAtaxsCTvc/ULxDsN8rDeI/AAAAAAAAA7A/1vfh-bCTL2A/s1600/Asparagosida.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-40Vyeogs3es/ULxC3r8OBdI/AAAAAAAAA64/xTBqEuk-3Tk/s1600/Struktur+dasar+steroid.png5/28/2018 proposal 99%.docx
47/86
47
asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah
turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).
Gambar 3.2 Struktur Saponin Triterpenoid
Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiacosida.
Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh
didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik
(Amirt Pal,2002).
Gambar 3.3 Struktur Asiacosida
http://4.bp.blogspot.com/-TJvH5XLFzFM/ULxEr0_bcNI/AAAAAAAAA7I/y6jIh3jaALE/s1600/Asiacosida.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-cBH0Ivp8T14/ULxEundrCBI/AAAAAAAAA7Q/kOzuZfai5ss/s1600/Struktur+dasar+triterpen.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-TJvH5XLFzFM/ULxEr0_bcNI/AAAAAAAAA7I/y6jIh3jaALE/s1600/Asiacosida.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-cBH0Ivp8T14/ULxEundrCBI/AAAAAAAAA7Q/kOzuZfai5ss/s1600/Struktur+dasar+triterpen.png5/28/2018 proposal 99%.docx
48/86
48
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 KERANGKA KONSEP
Keterangan :
3.1.1 : Variabel yang tidak dilakukan penelitian
3.1.2 : Variabel yang dilakukan penelitian
LB
Inflamasi
Confounding:
Nutrisi, hygiene,
penanganan yang
tidak te at infeksi
Pare
Perawatan
dengan ekstrak
Masa inflamasimemendek (4hari)
Masa InflamasiTetap (3-4 hari)
Perawatan
steril Nacl
Ekstrak Pare :
Alkaloid,
triterpenoid,
Mediator inflamasi :
Histamin,bradikinin,
serotonin, sitokinin
46
5/28/2018 proposal 99%.docx
49/86
49
Pada kerangka konsep ini dijelaskan bahwa peniliti ingin melakukan
penelitian mengenai pengaruh ekstrak buah pare terhadap masa inflamasi
luka bakar derajat 2 dangkal. Luka bakar derajat 2 dangkal akan
mengakibatkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan tersebut tubuh
akan mengakibatkan pembuluh darah yang putus dan tubuh berusaha
menghentikan dengan vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh darah
yang putus. setelah itu tubuh akan memicu mediator inflamasi seperti:
histamin, bradikinin, serotonin, sitokinin. Setelah itu akan terjadi reaksi
inflamasi. Pada kali ini peneliti mempunyai gagasan baru mengenai ekstrak
buah pare dalam memperpendek masa inflamasi. Peneliti disini membuat 2
kelompok yakni kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok
kontrol dengan perawatan steril menggunakan Nacl sedangkan kelompok
perlakuan menggunakan ekstrak buah pare. setelah itu peneliti ingin
mengetahui masa inflamasi dari masing-masing kelompok tersebut. Dari
kedua kelompok tersebut apakah masa inflamasinya memendek, tetap,
atau memanjang. Dalam hal ini masa inflamasi dikatakan memendek
apabila kurang dari 3-4 hari. Masa inflamasi dikatakan tetap apabila masa
inflamasi dalam nilai normal 3-4 hari. Masa inflamasi dikatakan memanjang
apabila masa inflamasi lebih dari 4 hari. Pada kerangka konsep tersebut
terdapat dua variabel yaitu variabel yang dilakukan penelitian dan yang
tidak dilakukan penelitian. Variabel yang dilakukan penelitian digambarkan
dengan menggunakan garis tidak putus-putus, sedangkan variabel yang
tidak dilakukan penelitian digambarkan dengan menggunakan garis putus-
putus.
5/28/2018 proposal 99%.docx
50/86
50
3.2 HIPOTESIS PENELITIAN
3.2.1 Ho : Tidak ada pengaruh ekstrak buah dalam
memperpendek masa inflamasi luka bakar derajat 2 dangkal
3.2.2 Hi : Ada pengaruh ekstrak buah pare dalam
memperpendek masa inflamasi luka bakar derajat 2 dangkal
5/28/2018 proposal 99%.docx
51/86
51
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian true eksperimental
dengan menggunakan hewan coba tikus wistar, untuk membuktikan
pengaruh ekstrak buah pare dalam memperpendek masa inflamasi luka
bakar derajat II dangkal pada tikus wistar.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Populasi
Penelitian ini menggunakan populasi hewan coba tikus wistar yang
dilakukan pembuatan luka bakar derajat II dangkal menggunakan air
mendidih (suhu 1000C).
4.2.2 Sampel
Sampel akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Pembagian kelompok ini dilakukan
dengan cara simple random sampling sebagai salah satu syarat
penelitian jenis True eksperimental . Pada penelitian ini diperlukan
dua perlakuan dengan perhitungan:
P ( n1 ) 15
P adalah jumlah perlakuan dan n adalah banyaknya sampel
tiap kelompok perlakuan.
2 ( n1 ) 15
n1 7,5
49
5/28/2018 proposal 99%.docx
52/86
52
n 8
Jadi dalam penelitian ini didapatkan jumlah sampel pada tiap
kelompok perlakuan sebanyak 9, sehingga jumlah sampel secara
keseluruhan dibutuhkan minimal 18 (Sudigdo, 1995).
4.2.3 Kriteria Sampel
Sampel yang ditentukan sebagai subyek penelitian adalah 18 tikus
wistar yang dibuat luka bakar derajat II dangkal dengan kriteria
sebagai berikut yaitu :
1. Usia 3-4 bulan dan berat badan 200 - 250 gram
2. Jenis kelamin jantan
3. Sehat ( tidak mengalami gangguan fisik)
4. Luas luka bakar sama 1x2 cm2
5. Penyebab luka bakar sama yaitu air mendidih 100 derajat
celcius
6. Mendapatkan nutrisi yang sama.
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas
MIPAdan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang tahun 2013. Waktu penelitian dari pengajuan
proposal sampai pembuatan laporan penelitian pada bulan Mei
5/28/2018 proposal 99%.docx
53/86
53
4.4 Definisi Operasional
No Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional
Parameter Hasil
Ukur
Skala
1 Lukabakarderajat IIdangkal
Luka yangdisebabkan olehkassa steril yangdicelupkan ke dalam
air mendidih 100Cdan ditempelkan dipunggung tikuswistar sebelahkanan denganukuran 1x2 cm2kurang lebih selama
30 detik, lalu kassasteril diangkat dankemudian ditunggusampai munculnyabula (6-8 jam) dandikompres dengankassa steril yangdicelupkan pada airdingin steril untukmengurangi derajatluka bakar yanglebih dalam.
Permukaankulit terlihatmerahberbintikatau lepuhsebagianmemucat
Luaspermukaan luka 1x2cm2
Ordinal
2 Ekstrakpare
Produk yangdihasilkan oleh hasilolahan dari buahpare melalui metodeekstraksi dinginmenggunakanpelarut etanol
Cairankental yangberwarna
Lukadirawatdenganektrakpareyangditeteskanmenggunakan spuittapa jarumsecara
merata
Nominal
3 Masainflamasiluka bakarderajat IIdangkal
Waktu yangdiperlukan untukmengembalikan kulitdari terjadinyaperubahan warnakemerahan,perubahan massa(nyeri), perubahanpanas, serta nyeriluka bakar derajat IIdangkal mulai dari
Eritemakulit
Hari Rasio
5/28/2018 proposal 99%.docx
54/86
54
hari pertamadilakukanpembuatan lukasampai dengan kulit
kembali sepertisemula. Dihitungdengan hitunganhari (3-4 hari) dandifoto setiap harimenggunakankamera sonydengan 12megapixel dan lebardiameter eritema
4 Perawatanluka bakar
derajat IIdangkaldenganmenggunakanekstrakpare
Intervensi pada lukabakar derajat II
dangkal dibersihkandengan normalsaline 0.9% setelahitu dioleskanekstrakpare secara tipis danmerata kemudian ditutup dengan kassasteril dan dibalutdengan perbandilakukan sehari 3kali setiap pagi,siang, dan sore
haridi manaperawatan dilakukanpeneliti.
Luka dalamkeadaan
tertutupkassa steril
Lukadirawat
denganektrakpare yangditaburkansecaratipis danmerata
Nominal
5 Perawatansterilmenggunakan nacl
Suatu tindakan yangdilakukan denganmenggunakan alat,bahan dan teknikmerawat secarasteril denganmemberikan larutannacl yang kemudiandibalutmengguanakankassa
Alat danbahansterilsertatindakanperawatansecarasteril.
Alat danbahandisterilkanserta lukabakardirawatdengantekniksteril.
Nominal
5/28/2018 proposal 99%.docx
55/86
55
4.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Perawatan luka bakar derajat II dangkal menggunakan ektrak pare.
3.3.2 Variabel Tergantung
Masa inflamasi luka bakar derajat II dangkal.
4.4 Instrumen Penelitian
4.4.1 Hewan coba :Tikus Wistar
Pada penelitian ini digunakan Tikus wistar karena secara
anatomis kulit tikus (Rattusnovergicus) tidak berbeda dengan
hewan coba lainnya seperti mencit, marmut, dan kelinci. Selain itu,
hewan coba ini memiliki struktur kulit, alat pencernaan, kebutuhan
nutrisi dan memiliki homeostasis yang serupa dengan manusia
(Susilawati dalamHandayani,1999).
4.4.2 Tempat Perawatan Tikus Wistar
Prinsip kandang tikus laboratorium yaitu ditempatkan pada kotak
yang mudah disterilkan, mudah dibersihkan, tahan lama, tahan
digigit dan tidak dapat lepas. Tetapi persyaratan yang paling penting
adalah persyaratan fisiologis dan tingkah laku yaitu meliputi
menjaga lingkungan tetap kering dan bersih, suhu memadai, dan
memberi ruang yang cukup untuk bergerak dengan bebas dalam
berbagai posisi. Selanjutnya sistem kandang harus dilengkapi
makanan dan minuman yang mudah dicapai oleh tikus.
Ukuran kandang yang dianjurkan adalah 900 cm2 untuk
sepasang tikus bibit, dan 1800 cm2 cukup untuk seekor induk
5/28/2018 proposal 99%.docx
56/86
56
dengan anak. Jumlah tikus harus sesuai atau tidak terlalu banyak
karena bila tikus berdesak-desakan menyebabkan suhu badan
meningkat di atas normal sehingga dapat mengalami hipertermi.
Cara membersihkan kandang, yaitu dengan mengganti alas
misalnya sekam atau serbuk gergaji, sekam diganti 3 hari sekali
agar tetap kering dan tidak lembab (Smith dan Mangkoewidjojo,
1988).
Gambar 4.1 Kandang tikus
4.4.3 Nutrisi Tikus Wistar
1) Makanan tikus
Bahan dasar makanan tikus dapat juga bervariasi misalnya
protein 20-25%, lemak 5%, pati 5-50%, serat kasar 5%, vitamin
dan lain-lain. Setiap hari seekor tikus dewasa makan antara 12-
20 gram makanan. Keperluan mineral dalam makanan tikus
adalah kalsium 0,5%, fosfor 0,4%, magnesium 400 mg/Kg,
5/28/2018 proposal 99%.docx
57/86
57
kalium 0,36%, natrium, tembaga, yodium, besi, mangan, seng
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
2) Minuman tikus
Tikus minum air lebih banyak sehingga minuman harus
selalu tersedia, maka dapat digunakan botol yang dipakai untuk
air minum, air minum setiap hari tikus dewasa minum 20-45 ml
air (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
4.4.4 Alat dan Bahan Pembuatan Luka Bakar Derajat II dangkal
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan luka bakar
derajat II dangkal antara lain 20 ekor tikus wistar, air mendidih
dengan suhu 100oC, air dingin steril, pisau cukur dan gagangnya,
penggaris, aquabides, kom steril, pinset anatomis, obat anastesi
(lidocain ), spuit 5cc dan jarum steril, alkohol 70%, kapas atau
kassa steril, sarung tangan steril, bengkok, perlak dan alasnya,
arloji, jas lab ( Oswari, dalam Kristianto 2005).
4.4.5 Alat dan Bahan Perawatan Luka Bakar Derajat II dangkal
Alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan luka bakar derajat
II dangkal antara lain bak instrumen steril, pinset anatomis, spuit 5
cc dan jarum steril, sarung tangan steril, kassa steril, perlak yang
dilapisi kain, tas plastik untuk membuang sampah, bengkok, kom
steril, korentang dan tempatnya, kassa atau perban, plester, gunting
plester, normal saline 0,9 % ( Oswari, 2000 dalam Kristianto, 2005 ).
5/28/2018 proposal 99%.docx
58/86
58
4.4.6 Alat dan Bahan Pembuatan Ekstrak Buah Pare
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan ekstrak buah
pare antara lain gelas erlemenyer, corong gelas, kertas saring, labu
evaporator, pendingin spiral / rotary evaporator, selang water pump,
water pump, water bath, vakum pump, lemari pendingin / freezer,
pemanas air, botol hasil ekstrak, buah pare, aquades, etanol 90 %
(Harbrone. J. B, 1987).
4.5 Prosedur Penelitian
4.5.1 Prosedur Perawatan Luka Bakar
1) Perawatan standart menggunakan nacl
a. Terdapat set perawatan luka yang terdiri dari : bak
instrumen steril yang didalamnya terdapat kom kecil,
kassa steril, pinset anatomis, handscoon, gunting.
b. Cairan NaCl 0,9%
c. Setelah semua alat siap, cairan nacl dituangkan ke dalam
kom kecil
d. Masukkan kassa steril ke dalam kom kecil yang berisi
cairan nacl 0,9 % lalu peras
e. Bersihkan luka dengan kassa yang telah dibasahi dengan
cairan nacl 0,9%
f. Ambil kassa lain yang telah dibasahi dengan cairan nacl
0,9% dan diperas lalu dilebarkan dan diletakkan diatas
luka yang telah diukur lebar dan panjangnya.
g. Letakkan kembali kassa kering diatas kassa tersebut
h. Plester sesuai dengan kebutuhan
5/28/2018 proposal 99%.docx
59/86
59
2) Perawatan menggunakan ekstrak pare
a. Terdapat set perawatan luka yang terdiri dari : bak
instrumen steril yang didalamnya terdapat kom kecil,
kassa steril, pinset anatomis, handscoon, gunting.
b. Cairan NaCl 0,9% dan ekstrak pare
c. Setelah semua alat siap, cairan nacl dan ekstrak pare
dituangkan ke dalam kom kecil
d. Masukkan kassa steril ke dalam kom kecil yang berisi
cairan nacl 0,9 % lalu peras
e. Bersihkan luka dengan kassa yang telah dibasahi dengan
cairan nacl 0,9%
f. Oleskan ekstrak buah pare pada luka tersebut lalu
berikan kassa yang dilebarkan dan diletakkan diatas luka
yang telah diukur lebar dan panjangnya.
g. Letakkan kembali kassa kering diatas kassa tersebut
h. Plester sesuai dengan kebutuhan
4.5.2 Prosedur Pembuatan Ekstrak Buah Pare
Metode yang digunakan untuk pembuatan ekstrak buah pare ini
adalah menggunakan metode ekstraksi dingin. Ekstraksi buah pare
merupakan proses pemisahan senyawa-senyawa dari campuran
bahan-bahan lain dengan menggunakan pelarut etanol 90% karena
larut dengan air dan dibuat dengan ekstraktor. Pembuatan ekstrak
buah pare akan mengikuti standart pembuatan ekstrak di
Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Muhammadiyah
Malang.
5/28/2018 proposal 99%.docx
60/86
60
Buah pare yang digunakan ditimbang terlebih dahulu dan
didapatakan berat buah pare sebelum dan sesudah dikeringkan
adalah 1000 gram dan 550 gram. Buah pare mula-mula
dibersihkan, dicuci dengan air dan dipotong kecil-kecil. Lalu
dikeringkan dengan cara diletakkan ditempat terbuka dengan
sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung
dengan ditutup kain flannel hitam, karena pada pengeringan dengan
suhu terlalu tinggi akibat terkena sinar matahari secara langsung
dapat merusak komponen aktif dalam buah pare. Setelah pare
dikeringkan lalu buah pare dibuat menjadi serbuk menggunakan
blender atau dengan ditumbuk. Serbuk pare tersebut lalu
dimaserasi dengan larutan etanol dan dimasukkan ke dalam gelas
erlemenyer. Hasil yang sudah dimaserasi berupa cairan kecoklatan
diekstrak menggunakan rotavapor. Cairan yang sudah dimasukkan
ke dalam rotavapor akan didapat hasil ekstraksi buah pare 100 ml
dalam bentul larutan kental berwarna kecoklatan.
4.6 Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapatkan dengan
mengambil foto luka bakar bakar menggunakan kamera SONY dengan 12
megapixel terhadap setiap kelompok. Pengambilan foto dilakukan setiap
hari saat membersihkan luka dengan cahaya yang cukup dan sama setiap
hari dengan jarak yang sudah ditentukan. Untuk mengetahui derajat
inflamasi dilakukan pengolahan data menggunakan software Adode
Photoshop CS 3. Pada software ini terdapat program RGB (Red Green
Blue) untuk mengubah foto dari eritema luka menjadi suatu angka.
5/28/2018 proposal 99%.docx
61/86
61
Hasilnya nanti akan disamakan dengan foto kulit normal yang akan
dijadikan patokan sebagai nilai normal.
4.7 Kerangka Kerja
Bagan prosedur penelitian
Analisa Hasil
Kesimpulan
Memilih sampel tikus secara Simple Random Sampling
seban ak 9 ekor sesuai kriteria sam el
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok Perlakuan
dg ekstrak pare
Kelompok Kontrol
NaCl
Pembuatan luka bakar
derajat II dangkal Pembuatan luka bakar
derajat II dangkal
Perawatan steril dengan
ekstrak buah pare Perawatan steril dengan Nacl
Penilaian masa inflamasi luka bakar derajat II dangkal selama perawatan
Observasi masa inflamasi luka bakar
derajat II dangkal dengan kamera SONY 12 Megapixel dan
pengukuran lebar diameter eritema dengan penggaris
5/28/2018 proposal 99%.docx
62/86
62
4.8 Analisa Data
Dari hasil penilaian kesembuhan luka bakar derajat II dangkal yang
dilakukan dalam penelitian ini didapatkan data lama masa inflamasi dari
masing-masing kelompok dan data rata-rata lama penyembuhan luka
bakar derajat II tersebut. Pengujian homogenitas data menggunakan Test
Levene Variances dengan taraf signifikan 5% dan pengujian kenormalan
data menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf
signifikan 5%.
Uji statistik yang akan digunakan adalah t test Independent dengan
selang kepercayaan 95% (Sugiyono, 2006). Untuk perhitungannya dengan
bantuan komputer program SPSS Versi 13 for Windows dengan taraf
signifikan 5%.
4.9 Cara Perlakuan pada Hewan Coba / Etika Penelitian
a. Hewan coba tikus wistar pada penelitian ini tidak dilakukan
pengekangan (restrain).
b. Tidak dilakukan pembatasan pakan dan air minum. Tikus wistar diberi
pakan dan air minum sesuai kebutuhan dengan jenis nutrisi yang
sama.
c. Tikus wistar tidak dilakukan pembedahan, tetapi dilakukan pembuatan
luka bakar derajat II dangkal dengan menggunakan kassa steril yang
dibasahi dengan air mendidih (suhu 100o C) ditempelkan dengan
pinset anatomis pada area pembuatan luka bakar yaitu punggung tikus
sebelah kanan sampai terbentuk bulae (30 detik) kemudian dilakukan
perawatan luka bakar derajat II dangkal sesuai kelompok.
5/28/2018 proposal 99%.docx
63/86
63
d. Untuk menghindari rasa nyeri sebelum dibuat luka bakar derajat II
dangkal dilakukan anestesi terlebih dahulu dengan lidokain 0.1 cc
dalam 1 cc aquabides.
e. Setelah penelitian selesai dilakukan, hewan coba tikus wistar tidak
dibunuh tetapi dibiarkan hidup dalam kondisi sehat.
5.0 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu
1. Pengajuan Judul
2. ACC Judul
3. Konsul Bab IIV
4. ACC Bab I-IV
5. Mendaftar Ujian
proposal
6. Mendaftar Tempat
Ujian
7. Ujian Proposal
8. Menyewa Lab
9. Melakukan Penelitian
10. Menganalisa Hasil
11. Menyelesaikan Bab
V-VII
12. Mendaftar Ujian
Skripsi
13. Ujian Skripsi
5/28/2018 proposal 99%.docx
64/86
64
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Perawatan Luka Bakar Derajat 2 Dangkal Menggunakan Ekstrak Buah
Pare
Berdasarkan uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Testdidapatkan hasil bahwa data niliai eritema dan diameter
eritema berdistribusi normal dengan signifikansi p>0,5. Berdasarkan uji
homogenitas menggunakan levene variances test didapatkan bahwa data
memiliki populasi homogen dengan nilai signifikansi p>0,5. Karena data
memiliki distribusi normal dan populasi yang homogen maka dilanjutkan
dengan uji t-test independent. Uji t-test independent terhadap nilai eritema
masing-masing kelompok yang menggunakan ekstrak pare dengan
kelompok kontrol menggunakan NaCl. Nilai normal eritema kulit tikus yang
belum dibuat luka bakar derajat 2 dangkal adalah 111 dpi, serta nilai
eritema awal setelah dibuat luka bakar derajat 2 dangkal adalah 152 dpi.
Didapatkan perbedaan bermakna nilai eritema pada kelompok ekstrak
dengan kelompok kontrol NaCl dan Diameter pada Kelompok ekstrak
dengan kelompok kontrol NaCl dengan nilai signifikansi p=0,000 atau
terdapat perbedaan bermakna ( p
5/28/2018 proposal 99%.docx
65/86
65
Kelompok Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9
Ekstrak
110,0
83
97,69
4
89,30
584,75
82,55
5
80,33
3
76,58
3
73,30
5
64,02
7
NaCl141,9
72
126,8
88
117,5
55
100,1
11
94,30
5
90,22
286,5
84,86
1
79,97
2
Tabel 5.1 : Rata-rata nilai eritema tiap kelompok Ket : Satuan dpi
Gambar 5.1 Nilai Eritema Ket : Satuan dpi
Grafik 5.1dan tabel 5.1 menunujukkan bahwa hasil rata-rata nilai
eritema masing-masing kelompok yang dilakukan selama 9 hari. Pada
grafik diatas menunjukkan bahwa penurunan nilai eritema pada kelompok
ekstrak lebih baik dan stabil. Pada kelompok ekstrak didapatkan bahwa
pada hari pertama menunjukkan nilai eritema 110,083.Untuk nilai (selisih
terbesar) pada kelompok ekstrak adalah 12,389 yang terletak diantara hari
pertama dan hari kedua.
0
20
40
60
80
100
120140
160
Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9
Ekstrak
NaCl
5/28/2018 proposal 99%.docx
66/86
66
Kelompok Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9
Ekstrak 1,088 0,777 0,655 0,511 0,411 0,377 0,277 0,233 0,177
NaCl 1,088 1,077 0,855 0,6 0,588 0,566 0,533 0,525 0,411
Tabel 5.2 : Diameter Luka Ket : Satuan cm
Gambar 5.2 Diameter Luka Ket : Satuan cm
Grafik dan tabel 5.2 menunujukkan dari hasil rata-rata diameter luka
masing-masing kelompok yang dilakukan selama 9 hari. Pada grafik diatas
menunjukkan bahwa penurunan nilai diameter luka pada kelompok ekstrak
lebih baik dan stabil. Pada kelompok ekstrak didapatkan bahwa pada hari
pertama menunjukkan diameter luka 1,088. Untuk nilai (selisih terbesar)
pada kelompok ekstrak adalah