32

PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian
Page 2: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

PROCEEDING

The 3rd International Conference On Melayu Identity (ICMI-3) “Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity”

Steering Commite: Prof. H. Yundi Fitrah, Drs., M.Hum., Ph.D.

Organizing Commite:

Ashady Mufsi Sadzali, S.S., M.A. Irhas Fansuri, S.Pd.,M.Hum. Rengki Afria, S.Pd., M.Hum. Sovia Wulandari, S.S., M.Pd.

Fatonah, S.S., M. I. Kom. Murfi Saputra, S.Pd., M.Hum. Denny Defrianti, S.Sos., M.Pd.

Friscilla Wulan Tersta, S.Pd.,M.Pd. Julisah Izar, S.PdI, M.Hum. Neldi Harianto, S.PdI, M.A Haidir Rahman, S.E. M.E.

Rahmat Nurmansyah, S.Hut.

Editor: Rengki Afria, S.Pd., M.Hum.

Asyhadi Mufsi Sadzali,S.S.,M.A.

Reviewer: Prof. H. Yundi Fitrah,M.Hum.,Drs., M.Hum., Ph.D.

Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar., M.Hum. Hadianto,S.Pd., M.Ed., Ph.D.

Dr. Supian, S.Ag., M.Ag. Dr. Dra. Warni, M.Hum.

Published by:

Faculty of Humanities, Universitas Jambi Gedung G Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi

Jln Raya Jambi-Ma. Bulian Km.15 Mendalo Indah, Muaro Jambi Telp: (0741) 582965 Kode Pos: 36361

E-mail: [email protected] Website: icmi.fibculture.unja.ac.id

ISBN:

All Right Reserved ® No Part of This Publication May Be Reproduce Without Written Permission

of The Publisher Copy Right ©, 2018, Faculty of Humanities, Universitas Jambi

Page 3: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

416

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

PENDIDIKAN PESANTREN DAN TRADISI KEILMUAN KLASIK:

SEBUAH KAJIAN KRITIS PESANTREN SALAFI DAN KHALAFI DALAM REKONSTRUKSI TRADISI KEILMUAN ISLAM

LUKMAN HAKIM DAN YUSDI ANRA

Fakultas Tarbiyah UIN STS Jambi; FKIP Universitas Jambi

Abstract

Pesantren is the product of social Indonesia culture, that’s before comes from Hindu-Buddha educational traditional, then, it’s changed to become the place of the process of Islamic scientific tradition and the central of the development of Islam. Pesantren is the place full of Islamic values, contributes the protection of islamic tradition that exist in Indonesia Social life. The focus of Pesantren Islamic traditional education is the growth of spirit of God One-ness the discipline of Islamic Moralit, studying scientifie Islamic tradition in Fiqh ( Islamic Law ) at ones as the realization of Indonesian Muslim behaviour in Indonesian social life.

Abstrak

Pesantren merupakan produk budaya masyarakat Indonesia, yang sebelumnya merupakan tradisi pendidikan agama Hindu-Buddha di Indonesia, Kemudian beralih fungsi menjadi tempat proses berlangsungnya pembelajaran ilmu ke Islaman tradisional dan sentral pengembangan agama Islam. Pesantren merupakan tempat tinggal yang seluruhnya dipenuhi oleh nilai-nilai agama. Pesantren memberikan andil dalam memelihara tradisi Islam yang hidup di tengah masyarakat Indonesia. Titik berat pendidikan pesantren adalah penanaman jiwa ketauhidan, kedisiplinan dalam berakhlaq, pemberian ilmu ke Islaman bertumpu pada ilmu Fiqh pada pengalamannya, serta pelajaran bahasa Arab sebagai modal dasar mempelajari kitab klasik.

Pesantren, Produk Kultural Sistem Pendidikan Islam

Pesantren dari Waktu ke Waktu

Pesantren atau yang lebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren

memiliki akar sejarah yang sangat panjang. Namun kehidupan pesantren

secara relative dapat dilacak asal usulnya dimulai pada akhir abad ke-19

atau awal abad ke-20. Dhofier ( 1982:23 ) dalam Tradisi Pesantren telah

membuat peta pesantren di Jawa dari abad ke-19 sampai abad ke-20

Page 4: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

417

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

dengan Jawa Timur merupakan pemusatan pesantren terbesar disusul

Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Titik berat pendidikan di pesantren pada saat itu adalah penanaman

jiwa ketauhidan, kedisiplinsn dalam berakhlak, pemberian ilmu ke Islaman

yang bertumpu pada ilmu Fiqh sekaligus pengalamannya, serta pelajaran

bahasa Arab sebagai modal dasar mempelajari kitab-kitab klasik. Cikal

bakal pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan Islam di

Indonesia muncul pertama kali di pulau Jawa, didirikan oleh Syekh

Maulana Maghribi, yang juga dikenal sebagai Sunan Giri, wafat pada 12

Rabiul Awal 822 Hijriah bertepatan tanggal 8 April 1419. Sunan Giri

dikenal sebagai pendiri pesantren kemudian dikembangkan oleh Raden

Rahmat atau Sunan Ampel di Ampeldenta Surabaya, menyusul kemudian

lahirnya pesantren Demak oleh Raden Fatah, dan pesantren Tuban oleh

Sunan Bonang.

Secara historis, Steenbrink ( 1974:16 ) telah melakukan pengkajian

tentang pesantren. Dia menyatakan bahwa pesantren sejak zaman

kolonial Belanda hingga masa kemerdekaan tidak hanya dihormati sebagai

tempat belajar tetap bahkan merupakan tempat tinggal yang seluruhnya

dipenuhi nilai-nilai agama.

Kemampuan pesantren setelah abad ke 15 menempati posisi sebagai

lembaga pendidikan tradisional semakin mendapatkan pengukuhan dari

masyarakat. Pesantren memberikan andil dalam memelihara tradisi islam

yang hidup ditengah masyarakat, dan di antaranya telah menghasilkan

ulama dan tokoh masyarakat di Indonesia. Pesantren yang tumbuh dan

perkembang di tengah kehidupan masyarakat berfungsi memadukan

antara aqidah untuk menanamkan keimanan, mengkaji kitab untuk

memperdalam ilmu, dakwah untuk penyebaran ilmu, dan amal sebagai

realisasi tingkah laku dan perbuatan sesuai ajaran Islam.

Pada abad ke-20, Sebelum adanya tipe pendidikan barat

diperkenalkan di Indonesia, maka pesantren merupakan satu-satunya

lembaga pendidikan tradisional yang ikut melahirkan masyarakat satu-

Page 5: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

418

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

satunya lembaga pendidikan tradisional yang ikut melahirkan masyarakat

terpelajar di Jawa, yang memiliki mobilitas sosial sangat berarti. Posisi

pesantren merupakan agen Islamisasi di Jawa yang dipelopori oleh kyai

sebagai pimpinan pesantren. Pesantren sering kali berkembang lebih

cepat dari pada masyarakat sekitarnya.

Pesantren pada dasarnya merupakan produk budaya masyarakat

Indonesia yang sebelumnya merupakan tradisi pendidikan agama Hindu-

Buddha, kemudian beralih fungsi menjadi pusat berlangsungnya proses

pembelajaran ilmu ke Islaman dan sentral pengembangan agama Islam

dalam kehidupan masyarakat. Kyai sebagai pimpinan pesantren yang

ditaati dengan pesantrennya berfungsi sebagai sumber kekuatan dinamika

kehidupan beragama, yang pada masa pemerintahan kolonial Belanda

sangat ditakuti aktivitasnya, karena dikhawatirkan mendorong perubahan

sosial-politik masyarakat Indonesia yang membahayakan pemerintah

kolonial Belanda. Pesantren telah sejak awal berfungsi sebagai pusat

pertahanan moral Islam dan sekaligus sebagai tempat training bagi santri

mempraktekan kehidupan beragama sebagaimana keinginan kyai.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama merupakan lanjutan

dari pendidikan awal dimasjid-masjid ataupun surau-surau tempat para

santri atau murid mempelajari agama dari seorang kyai.

Sejalan dengan perkembangan waktu, didaerah-daerah di Indonesia

terdapat dua tipe pesantren, yaitu pesantren salafi dan pesantren khalafi.

Tipe pertama adalah pesantren penganut paham ahl al-sunnah wa

al-jama’ah dengan madzab Syafi’i. Pesantren tipe ini mengajarkan kitab

kitab klasik karangan ulama bermadzab Syafi’i.

Tipe kedua adalah pesantren yang tidak terikat kepada salah satu

paham teologi dengan madzab tertentu. Pengajaran kitab-kitab klasik tak

terbatas hanya karangan ulama bermadzab Syafi’i, bahkan pesantren

bertipe ini seperti pondok modern Gontor Ponorogo tidak lagi

mengajarkan kitab-kitab klasik.

Page 6: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

419

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

Pesantren dan Tradisi Keilmuan

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional warisan masa

lalu. Ilmu ke Islaman didalamnya merupakan warisan tradisi keilmuan

klasik pada masa perkembangan Islam yang secara kontekstual relevan

dengan realitas social pada masa itu, masa berkembangnya Islam ketika

terjadi kontak antara ulama Nusantara dengan Ulama Timur Tengah

sebagai bagian dari internalisasi Islam, dan terjadinya interaksi budaya

islam dengan budaya lokal. Kontak ulama dan interaksi budaya tersebut

sangat mempengaruhi tradisi keilmuan pesantren.

Sebagai lembaga yang memiliki ciri tersendiri, pesantren memiliki

tradisi keilmuan yang berbeda dengan tradisi lembaga pendidikan lain.

Tradisi ini mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan

menampilkan diri berubah-ubah, namun beberapa ajaran inti tetap

merupakan tradisi keilmuan pesantren sejak datangnya Islam ke

Nusantara hingga sekarang.

Dalam wujudnya sekarang, Pesantren memiliki pengajaran kitab

yang disebut pengajaran “kitab Kuning”.

Asal mula tradisi keilmuan pesantren berawal dari ajaran Al-Quran

dan Hadist yang memberikan tekanan pentingnya arti ilmu bagi setiap

muslim. Atas dasar ajaran ini semenjak awal ulama berupaya

mengembangkan perangkat keilmuan sejak dini melalui sejarahnya yang

panjang, Sejak masa pertama Madinah dikenal orang-orang yang ahli

dalam penafsiran Al- Quran, seperti Abdullah Ibnu Abbas, ahli dalam

hukum agama Seperti Abdullah Ibnu Mas’ud, penghafal Al-Quran dan

pencatatnya seperti Zaid Ibnu Tsabit. Mereka adalah contoh orang-orang

yang memperlakukan Al-Quran sebagai objek ilmu. Pada waktu mereka

telah terbentuk tradisi keilmuan pada tahap awal.

Page 7: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

420

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

Sesudah Nabi Muhammad SAW wafat muncul sebuah kelompok Al-

Fuqoha Al-Sab’ah ( para ahli Fiqh yang tujuh ), yang merupakan ahli

terkemuka dalam hukum agama di Mekah dan Madinah. Mereka adalah

peletak dasar ilmu-ilmu ke Islaman yang kemudian menjadi tradisi

madzhab Fiqh. Tradisi keilmuan terus dikembangkan hingga abad ke-2

dan ke-3 Hijriah, bahkan selanjutnya para ahli ilmu ke Islaman mampu

menguasai Ilmu-ilmu utama dari peradaban Hellenis yang berada di Timur

Tengah. Mereka mengkondusifkan ilmu-ilmu tersebut dengan tolak ukur

kebenaran Al-Quran dan Hadist Nabi. Mereka memiliki reputasi keilmuan

yang tinggi, namun tetap sebagai Muslim yang taat kepada Allah.

Dalam Ensiklopedia Islam ( 1996:56\91 ) disebutkan mengenai

tradisi keilmuan Islam di Indonesia datang melalui 2 gelombang, yaitu

gelombang ilmu ke Islaman yang datang kekawasan Nusantara dalam

abad ke-13 M bersamaan dengan adanya Islam, dan gelombang ketika

para ulama Nusantara menuntut ilmu di semenanjung Arabia, terutama di

Mekah. Mereka kembali ketanah air dengan mendirikan pesantren-

pesantren.

Perwujudan ilmu ke Islaman gelombang pertama memasuki wilayah

Nusantara dalam bentuk tasawuf, yang ilmu-ilmunya tidak lepas dari ilmu

Syariah pada umumnya, sehingga tasawuf merupakan orientasi yang

menentukan corak keilmuan dan watak tradisi keilmuan pesantren pada

masa itu. Kitab-kitab tasawif yang menggabungkan fiqh dengan

pengalaman akhlak menjadi pelajaran utama, seperti Bidayah Al-Hidayah

oleh Imam Ghazali merupakan karya fiqh sufistik yang paling menonjol

selama berabad-abad hingga kini. Di pesantren-pesantren dalam abad ke-

19 semakin banyak keluarga Muslim yang mengirim anak-anak mereka

belajar ke timur tengah , terutama setelah dibukanya terusan Suez pada

awal abad ke-19. Lahirnya beberapa ulama yang mendalami ilmu ke

Islaman terutama di mekah seperti Kyai H. Nawawi Banten, Kyai H.

Mahfuds Tremas, Kyai H. Abdul Ghani Bima, Kyai H. Arsyad Banjar,

Page 8: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

421

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

Hadratus Syekh Kyai H. Hasyim Asy’ari Tebuireng dan Kyai H. Khalil

Bangkalan, Serta sederatan ulama lainnya.

Gelombang ke 2 dari sumber keilmuan yang diikuti tradisi keilmuan

di pesantren nampak dalam karya ulama seperti Sabil Al-Muhtadin oleh

Kyai H. Arsyad Banjar, Nur Al-Zhalam oleh Kyai Nawawi Banten.

Merekalah yang memperkenalkan pendalaman bahasa Arab beserta

cabang-cabang ilmunya dipesantren hingga munculnya kebangkitan ilmu-

ilmu ke Islaman yang telah tenggelam berabad-abad telah lalu.

Berbeda dengan ulama di Timur Tengah maka para ulama di

Indonesia yang berpegang pada syariah tersebut tetap berpegang pada

akhlak sufistik yang telah berkembang selama berabad-abad. Di

antarannya Kyai H. Bisri Syamsuri mengajarkan kitab fiqh sufistik Qathral

Al-Ghaits bahkan kitab akhlak seperti Durrah Al-Nashihin sangat banyak

diikuti dan dikembangkan. Ini merupakan penggabungan antara kedua

jenis perwujudan keilmuan yang telah sampai ke Indonesia melalui

perbedaan waktu sekitar 7 abad lamanya. Kitab-kitab fiqh yang mendalam

dengan penguasan alat-alat bantu tetap diajarkan dipesantren, seperti Al-

Muhadzdzab dan Fathul Al-Wahhab. Kitab fiqh yang sangat tua Tuhfah

merupakan salah satu pegangan utama yang tidak pernah berhenti

diajarkan oleh Kyai di pesantren. Penjagaan kualitas kitab fiqh dilakukan

oleh para Kyai sehingga tercapai standarisasi dalam penggunaan kitab

dasar fiqh, yaitu Taqrib yang sangat terkenal. Penguasaan ilmu ke

Islaman menuju pendalaman fiqh merupakan ciri khas pesantren di

Indonesia.

Alat bantu mengalamu perkembangan antara lain kitab tafsir Jalalain

dan Ibnu Katsir. Kitab-kitab Hadis tidak hanya Al-Buchari Al Muslim tetapi

juga berlanjut pada Syarh Al-Bukhari dan Syarh Al-Muslim dari Imam

Nawawi dan Khailani, bahkan kitab standar seperti Bulugh Al-Maram dan

Riyadh Al-Shalihim. Tradisi keilmuan di pesantren mempunyai asal-usul

yang kuat berasal dari perkembangan tasawuf masa lampau dan

pendalaman ilmu fiqh melalui penguasaan alat-alat bantunya. Kitab Siraj

Page 9: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

422

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

Al-Thalilbin yang ditulis oleh Kyai H. Ihasan Jampes merupakan komentar

kitab Minhaj Al-Abidin karya Imam Ghazali. Kitab ini menampilkan

penguasaan mendalam atas ilmu ke Islaman, namun pada saat yang sama

menampilkan wajah sufistik dari seorang ilmuwan yang mengamalkan

syariat.

Kepimpinan Pesantren dan hubungan Emosional Kyai – Santri

Salah satu lembaga pendidikan yang telah mewariskan kekayaan

kehidupan intelektual dan kultural umat Islam di Indonesia adalah

pesantren yang merupakan pusat studi Islam dan sekaligus latihan bagi

pemantapan kehidupan beragama di bawah bimbingan Kyai yang biasanya

pemilik pesantren tersebut.

Para Kyai dalam upaya mendirikan pesantren mempunyai tujuan

melestarikan ajaran Islam tradisional, dalam arti Islam yang masih kuat

terikat dengan dasar-dasar pikiran Islam yang dikembangkan oleh ulama

dari abad ke-7 sampai abad ke-13, yang mereka sebut dengan ideologi

ahl-al sunnah wa al-jama’ah. Menurut Kyai H. Bisri Mustofa yang dikutib

oleh Dhofir menjelaskan bahwa ideologi tersebut patuh kepada : (1) salah

satu madzab 4 dalam soal soal hukum Islam, (2) ajaran Imam Abu Hasan

al-Asy-ari dan Abu Hasan al-Maturidi dalam soal tauhid (Prisma 2-2-81, 87

). Dhofir selanjutnya menambahkan para Kyai pada umumnya menganut

madzab Syafi’i. Keharusan menghormati kyai adalah mutlak. Seorang

santri yang melupakan hubungannya dengan Kyai dianggap durhaka,

karena Kyai mempunyai tingkat kesucian pemegang kunci penyalur ilmu

ke Islaman dari Tuhan. Tata nilai ini ditekankan pada fungsi

mengutamakan beribadah sebagai pengabdian dan memuliakan guru

sebagai jalan untuk memperoleh ilmu ke Islaman yang hakiki. Dengan

demikian ilmu ke Islaman ini menetapkan pandangannya sendiri yang

bersifat khusus. Pesantren berdiri atas pendekatan ukhrowi pada

kehidupan yang ditandai oleh ketundukan mutlak kepada Kyai.

Page 10: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

423

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

Hubungan timbal-balik antara keikhlasan Kyai dan ketaatan santri

merupakan nilai esensial dari tradisi pesantren. Mengaji kitab merupakan

aktivitas sangat sentral dimana Kyai menanamkan keimanan dan

pandangan hidup kepada santrinya, dengan penekanan kepada

persamaan dan pandangan hidup kepada santrinya, dengan penekanan

kepada persamaan derajat antara manusia, bukan berdasarkan keturunan

ataupun kekayaan, sehingga menyebabkan ajaran Kyai mudah dipahami

dan diterima oleh santri, dan juga masyarakat setempat. Keilmuan hidup

manusia hanya dibedakan oleh ketaqwaannya kepada tuhan, siapa paling

bertaqwa dialah yang mulia hidupnya.

Kepemilikian pesantren biasanya bersifat turun-temurun, sehingga

seorang Kyai tidak hanya bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

proses pembelajaran dengan mengaji kitab, tetapi juga bertanggung

jawab terhadap kelangsungan kehidupan pesantren, dengan

mempersiapkan anak keturunannya yang diharapkan dapat melanjutkan

kehidupan pesantren. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, maka

biasanya di antara santrinya lah yang akan melanjutkan usaha Kyainya,

yang belum tentu pada pesantren tersebut, dengan mendirikan pesantren

lain. Karena itu, sebuah pesantren mungkin saja tidak berkelanjutan

adanya, karena ketiadaan di antara anak keturunannya yang dapat

menggantikan, namun santri-santrinya melanjutkan usahanya dengan

mendirikan pesantren-pesantren baru.

Kegiatan santri mendirikan pesantren setelah berhasil memperdalam

ilmu ke islaman dari kyainya merupakan salah satu tradisi untuk menjaga

agar kegiatan mengaji kitab di pesantren terus dapat berlanjut dari

generasi ke generasi. Hubungan antara santri dan Kyai terus berjalan

walaupun santri tersebut pada gilirannya telah berperan sebagai Kyai di

pesantren sendiri. Ikatan hubungan tersebut tidaklah terbatas pada

hubungan batin antara santri dengan Kyai, tetapi juga merupakan

hubungan intelektual yang oleh Dhofier disebut sanad sebagai transmusu

intelektual. Tradisi memiliki suatu sanad itu merupakan pancaran nilai-nilai

Page 11: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

424

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

yang dipegang oleh kalangan pesantren, antara lain menjadi keharusan

mutlak bagi seorang santri menghormati Kyainya, tidak boleh terputus dan

harus dinyatakan dalam semua dimensi kehidupan santri, baik kehidupan

keagamaan, sosial, maupun pribadi.

Selanjutnya, pesantren memiliki ciri khas, Dhofier menyebutnya

sebagai elemen pesantren yang meliputi lima unsur, yaitu pondok, masjid,

santri, pengajaran kitab klasik, dan kyai. Secara lebih terperinci H.A Mukti

Ali (1991:6) dalam memahami metode memahami agama Islam telah

lebih dahulu memberikan gambaran ciri khas yang dimaksud Dhofier

tersebut dengan adanya: (1) hubungan akrab antara santri dengan kyai,

(2) ketaatan santri kepada kyai, (3) hidup hemat dan sederhana, (4)

semangat menolong diri sendiri, (5) persaudaraan dan saling membantu,

(6) kedisplinan, dan (7) tahan menderita dalam meraih tujuan.

Pesantren memiliki sub kultur dengan tiga elemen utama, yaitu pola

kepemimpinan, literature kitab kuning, dan sistem nilai tersendiri yang

terus dipelihara, yang terpisah dari masyarakat luas. Kepemimpinan kyai

merupakan hubungan pemimpin-pengikut yang didasarkan atas sistem

kepercayaan. Para santri menerima kepemimpinan kyai karena mereka

mempercayai konsep “barakah” berdasarkan doktrin emanasi dari para

kyai.

Kepemimpinan kyai terhadap santri adalah meletakkan kerangka

berpikir untuk melaksanakan kewajiban menjaga ilmu ke Islaman, yaitu

ilmu ke Islaman klasik ataupun kitab sesudahnya yang dituliskan

berdasarkan ilmu ke Islaman klasik. Pengertian kitab kuning nampaknya

bukan hanya kitab klasik yang ditulis pada masa klasik, tetapi juga kitab-

kitab sesudahnya yang dituliskan oleh para ulama melalui legitimasi kitab

klasik, seperti kitab Nuzhat al-Alibba fi Thabaqat al-Ubada ( Taman orang

pandai dalam tingkatan para Sastrawan ) karya Kyai Hasyim Asy’ari

ataupun Kitab Siraj al-Thalibin oleh kyai H. Ihsan Jampes juga dianggap

kitab kuning.

Page 12: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

425

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

Berdasarkan pada ketaatan ajaran Islam dalam praktek sehari-hari

tak dapat dipisahkan dari kepemimpinan kyai dan literatur ilmu ke Islaman

universal yang digunakan oleh pesantren. Sistem nilai pesantren

mengambil kerangka berpikir “barakah” yang memancar dari sang kyai

kepada santrinya. Keyakinan bahwa bimbingan kyai atas santri merupakan

syarat untuk menguasai ilmu ke Islaman yang benar merupakan landasan

sistem nilai di pesantren.

Dalam proses pembelajaran, pesantren mempergunakan ilmu ke

Islaman klasik yang ditulis oleh ulama masa klasik. Ilmu ke Islaman ini

tetap dipertahankan dan diajarkan di pesantren-pesantren tradisional.

Pelestarian tradisi keilmuan Islam dilakukan oleh para kyai di pesantren.

Para kyai ini tidak dapat diwakilkan pada kelompok lain dalam masyarakat

muslim karena berkaitan dengan kepercayaan bahwa “Ulama adalah

pewaris Nabi”. Hanya merekalah penafsir sebenarnya terhadap sumber

dasar Islam, peran sebagai pemegang “kesahihan” akhir atas ajaran-

ajaran agama ini merupakan dasar kerangka berpikir, dimana ilmu ke

Islaman kyai diajarkan dari generasi ke generasi.

Kitab Kuning

Pesantren dianggap sebagai hasil kultural yang besar dari bangsa

Indonesia, karena memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh lembaga-

lembaga pendidikan tradisional di tempat lain. Bruinessen ( 1995:17 )

menjelaskan bahwa lahirnya pesantren adalah untuk menstransmisikan

ilmu ke Islaman tradisional sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab yang

ditulisakan berabad-abad lalu, yang dikenal sebagai kitab kuning. (Martin

Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat ).

Peran kitab-kitab Klasik yang lazim disebut kitab kuning memberikan

informasi kepada santri bukan hanya mengenai warisan yurisprodensi di

masa lampau atau untuk menuju jalan terang mencapai hakekat ‘ubudiyah

kepada Tuhan, tetapi juga mencapai peran-peran kehidupan di masa

depan bagi suatu masyarakat. Kitab kuning dipergunakan oleh kyai untuk

Page 13: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity:

Preserving Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of

Humanities, Universitas Jambi 2018

426

Yusdi Anra dan Lukman Hakim: pendidikan Pesantren Dan Tradisi Keilmuan Klasik….

memberikan pembelajaran dalam rangka warisan masa lalu di satu sisi

dan legitimasi bagi para santri dalam kehidupan masyarakat di masa

depan pada sisi lain. Kedua sisi tersebut berproses saling terjalin dalam

upaya memelihara ilmu ke Islaman dan penerapannya dalam kehidupan

sosial pada saat yang bersamaan. Pengajaran kitab kuning dianggap

merupakan upaya memelihara keberlangsungan tradisi keilmuan yang

benar dalam rangka melestarikan ilmu ke Islaman sebagaimana yang

ditinggalkan kepada masyarakat. Karena itu, hanyalah para ulama

tersebut yang dianggap memiliki otoritas secara luas untuk mentafsirakan

dua sumber dasar Islam, Al- Qur’an dan Hadits Nabi.

DAFTAR PUSTAKA

Bruinessen,Martin van,”Pesantren dan Kitab Kuning, Pemeliharaan dan

Kesinambungan Tradisi Pesantren”,Ulumul Qur’an vol III , no. 4, 1992.

Dhofier,Hj.Zamakhsyari, Tradisi pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,cet . I, Jakarta, LP3ES,1984.

Streenbrink,Karel A., Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abab Ke-19,cet. I, Jakarta : Bulan Bintang ,1984.

Page 14: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

427

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

BUSINESS POTENTIAL AND LIFE SKILLS EDUCATION BASED ON ‘SUKU ANAK DALAM’ CULTURE/LIVELIHOODS

KASIONO

Universitas Batanghari

Abstract The life crisis that threatens the Suku Anak Dalam (SAD) / Orang Rimba cannot be avoided, along with the difficulty of getting food and clean water in the forest due to forest destruction and the widespread conversion of forests to plantations and Industrial Plantation Forests. Therefore, it is necessary to prepare for them alternative efforts for the future of their lives. From several studies it is known, even though there has been a shift, but in fulfilling the necessities of life for the Suku Anak Dalam (SAD) community until now they still have traditional livelihoods, namely: hunting and gathering, farming, fishing and selling honey and making crafts. This study aims to finding out (1): Culture related to the livelihood of the Suku Anak Dalam (SAD); (2) Business Potential based on the environment and culture of SAD, especially livelihoods; and (3) Life Skills Education based on culture needed by SAD. Based on this study, it was found that there were several businesses potential based on environment and SAD cultural / livelihood, namely as follows: (A). Agricultural Business, consisting of Wetland Agriculture and Dryland Agriculture; (B). Plantation business, consisting of tree plantations, fruit plantations, and secondary crops plantations; (C). Livestock business, consisting of 4-legged Animal Husbandry, Poultry Animal Husbandry (Broiler Poultry, and Laying Poultry), Reptile Farming, and Honey Beekeeping; (D). Fisheries Business, consisting of Pond Fisheries, Karamba Fisheries, and Ornamental Fishes; (E). Handicraft Business, consisting of Wood and Rattan Handicrafts, Leaves Made of Handicrafts, Grain Made Handicrafts, and Craft of traditional / cultural equipment; (F). Business Product Trading Business; and (G) Integrated / Mixed Agricultural Enterprises. In connection with the business potential, Life Skills Education (LSE) that can and needs to be given to SAD residents in facing their future is: (A). Agricultural Business Sector (a.1 Wetland Agriculture and a.2 Dryland Agriculture), (B). Plantation Business Sector (b.1 Hardwood Plantation, b.2 Fruit Plantation, b.3 Secondary Crops Plantation), (C). Livestock Business Sector ((c.1 4-legged Animal Husbandry, c.2 Poultry Animal Husbandry, (c.2.1 Broiler Poultry, c.2.2 Laying Poultry), c.3 Reptile Farming, c.4 Honey Beekeeping)); (D). Fisheries Business Sector, consisting of d.1 Pond Fisheries, d.2 Karamba Fisheries and d.3 Ornamental Fish; (E). Handicraft Business Sector (e.1 Wood and Rattan Craft, e. 2 Leaf Craft, e. 3 Grain Craft, e. 4 Craft custom / cultural equipment); (F). Business Products Trading Sector; and (G) Integrated / Mixed Agricultural Business Sector.

Page 15: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

428

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

Keywords: Suku Anak Dalam (SAD), Business Potential, Life Skills Education (LSE), and Culture (Livelihood).

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Krisis kehidupan yang mengancam Suku Anak Dalam (SAD) / Orang

Rimba tak bisa dihindari seiring dengan sulitnya mendapatkan sumber makanan

dan air bersih di hutan akibat kerusakan hutan dan meluasnya konversi hutan

menjadi perkebunan dan Hutan Tanaman Industri (Suci Varista Sury, 2015).

Hutan rimba belantara di Jambi itu kini sudah berubah fungsi menjadi

perkebunan sawit berskala nasional. Selama ini, mereka masih bertahan hidup

di pinggir hutan dengan menjual hasil hutan seperti rotan dan damar untuk

keperluan makan. Bisa juga hasil hutan itu mereka tukarkan langsung dengan

makanan ke masyarakat lain di perkampungan terdekat. Akan tetapi, saat ini

hasil hutan sudah tidak ada lagi (Bangun Santoso, 2015)

Kian kritis dan sempitnya hutan tempat Suku Anak Dalam biasa hidup

dan mencari makan akibat adanya aktivitas illegal logging, pembukaan lahan

perkebunan dan transmigrasi, menjadikan suku terasing di Jambi itu menjadi

pengemis. Menurut Direktur Kelompok Peduli Suku Anak Dalam (Kopsad), Budi

Prihaspati, kritisnya hutan membuat kehidupan SAD terus terdesak, sehingga

untuk mempertahankan hidup mereka terpaksa menjadi pengemis. Bahkan aksi

minta-minta mereka juga mulai mengarah pada tindakan pemerasan, seperti

sering menghadang kendaraan dan memaksa meminta yang mereka inginkan

(www.antaranews.com). Dulu mereka hanya meminta makanan, baik berupa

jajanan maupun buah-buahan di kebun masyarakat di pedesaan-pedesaan.

Tetapi sekarang, anak-anaknya mulai mengemis uang ke masyarakat, ke

warung-warung penduduk, hingga menengadahkan tangan di pinggir-pinggir

jalan. Uniknya, mereka melakukan secara bergerombol, satu orang diberi yang

lain akan menuntut pula, tak akan beranjak pergi sebelum semuanya kebagian.

Dan mereka melakukannya seperti lagi main-main. Tanpa wajah memelas.

Seakan tak mengerti jika tindakan mereka itu adalah sangat memalukan, dan

Page 16: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

429

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

merendahkan harga diri mereka. Di lain pihak, sifat mereka sangat anti dengan

mencuri. Tetapi ditakutkan sifat ini lama-lama juga akan tergerus dan memudar (www. kompasiana.com/.../orang-kubu-suku-anak-dalam-jadi-pengemis).

Selain itu, sebagian dari mereka terpaksa berpindah alias hijrah ke Kabupaten

Indragiri Hulu (Inhu) propinsi Riau karena kondisi dan tempat mereka tinggal

sudah jarang makanan dan mereka terancam kelaparan

(www/merdeka.com/reporter/Abdullah Sani | Rabu, 8 April 2015).

Lalu, bagaimana perhatian pemerintah ? Sebagaimana diamanatkan oleh

konstitusi dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni, “... melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,...” (UUD

1945, alenia 4), pemerintah pada dasarnya telah memberikan perhatian kepada

masyarakat terasing dalam aspek pembangunan sosial. Pemerintah berusaha

untuk meningkatkan dan memperbaiki kehidupan sosio ekonomi masyarakat

itu. Salah satu aspek utamanya adalah meningkatkan tahap kesejahteraan

mereka dengan cara memberikan pendidikan yang secukupnya kepada

masyarakat, memberikan layanan kesehatan, membangun sistem ekonomi, dan

sebagainya (Mahmud, 2010).

Namun apa yang telah dilakukan oleh pemerintah nampaknya belum

sepenuhnya berhasil. Upaya penyelamatan Orang Rimba / SAD di Provinsi

Jambi hingga kini masih dilema. Program-program pembangunan permukiman

untuk Orang Rimba / SAD yang selama ini dilakukan pemerintah untuk

menyelamatkan komunitas adat terpencil tersebut jarang berhasil.

Penyebabnya, karena Orang Rimba / SAD yang terbiasa hidup secara nomaden

atau berpindah-pindah di hutan tidak mau tinggal menetap di rumah-rumah

yang dibangun pemerintah (Radesman Saragih, www.beritasatu.com

/.../261790- dilema-penyelamatan-orang-rimba-di-ja...31 Mar 2015).

Boleh jadi, kegagalan tersebut karena program-program yang dilakukan

pemerintah selama ini bersifat top-down. Program-program pembangunan yang

bersifat top-down sering kali mengalami kegagalan sehingga mengakibatkan

Page 17: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

430

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

terabaikannya kepentingan masyarakat terasing itu sendiri. Keadaan tersebut

dapat dilihat dalam program pelaksanaan pembangunan sosio-ekonomi

masyarakat SAD di Jambi, yakni banyak program yang dilaksanakan mengalami

kegagalan. Hal itu ditandai dengan perkampungan-perkampungan masyarakat

SAD yang dibangun pemerintah ditinggalkan oleh masyarakat. Mereka kembali

lagi ke dalam hutan-hutan dan perkampungan tersebut telah dihuni oleh

masyarakat-masyarakat lain.

Kegagalan program pemerintah dalam membangun masyarakat terasing

secara umumnya di Indonesia dan masyarakat SAD secara khususnya bukanlah

permasalahan yang baru terjadi pada masa otonomi daerah masa ini saja,

tetapi permasalahan ini telah berlangsung cukup lama di Indonesia. Pada

dasarnya pemerintah Indonesia telah melakukan program pembangunan

masyarakat ini sejak tahun 1968, ketika berdiri Orde Baru. Usaha yang

dilakukan Orde Baru (1968-1998) adalah mendirikan Departmen Sosial

(Depsos) yang bertujuan menangani masalah-masalah sosial seperti

kemiskinan, memelihara anak-anak yatim dan piatu, warga tua, dan masalah

sosial lainnya serta melaksanakan pembangunan masyarakat terasing

(Mahmud, 2010).

Mendidik dan memberdayakan Suku Anak Dalam, sungguh bukan

pekerjaan yang mudah. Bagaimana tidak, mereka sebelumnya adalah manusia

yang hidup dari alam. Boleh dikata, mereka hidup sekedar untuk bertahan

hidup. Mereka tidak mengenal pakaian, rumah, apalagi sekolah. Tiba-tiba

mereka diberi pilihan, untuk hidup sebagaimana layaknya saudara-saudara

mereka, di bagian lain tanah air (Indonesia) ini.

Pada dasarnya, masyarakat Suku Anak Dalam memiliki karakter yang amat

tidak acuh dan tertutup. Sikap ini menyebabkan pendekatan kepada mereka

menjadi sulit. Terkadang, mereka serta merta menolak. Sulitnya pendekatan

pada mereka, nampak misalnya setelah satu dasawarsa lebih upaya

pemberdayaan Suku Anak Dalam, hasil yang dicapai, harus diakui belum

maksimal. Dari sekitar empat ribu kepala keluarga, atau sekitar 17 ribu jiwa

Page 18: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

431

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

Suku Anak Dalam, yang tersebar di beberapa kabupaten di Jambi, baru sekitar

50 kepala keluarga yang telah bermukim secara tetap. Dan berdasarkan data di

Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun, bahwa untuk di kabupaten

Sarolangun, dari 1.697 jiwa, baru 339 orang yang sudah (mau) sekolah.

Namun Pemerintah Provinsi Jambi, sebagaimana pernah dikatakan Hasan

Basri Agus (Gubernur Jambi periode tahun 2011-2015), akan tetap membangun

permukiman Orang Rimba, kendati sebagian besar Orang Rimba hingga kini

masih memilih hidup nomaden di kawasan hutan. Pembangunan permukiman

bagi Orang Rimba tersebut merupakan solusi terbaik untuk menyelamatkan

mereka dari ancaman krisis kehidupan di tengah hutan menyusul terus

meningkatnya kerusakan maupun konversi hutan di daerah itu.

Menurut Hasan Basri Agus, Pemprov Jambi sudah membangun 62 unit

rumah untuk Orang Rimba di sekitar hutan di Kabupaten Bungo, Jambi.

Permukiman Orang Rimba tersebut dilengkapi sumur air dan listrik. Namun

Orang Rimba di daerah itu masih enggan menempati rumah tersebut. Karena

itu, berbagai upaya masih terus dilakukan agar Orang Rimba mau tinggal

menetap di rumah-rumah yang dibangun pemerintah tersebut. Salah satu di

antaranya adalah menyediakan areal pertanian untuk Orang Rimba. Pilihan

terbaik bagi Orang Rimba agar terhindar dari krisis pangan, air bersih dan

kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan hanya bermukim secara menetap

serta memiliki usaha ekonomi pertanian. Namun upaya memukimkan Orang

Rimba tidak bisa dipaksakan karena mereka memiliki tradisi hidup secara

nomaden di hutan. Pendekatan sosial-budaya harus tetap dilakukan untuk

menyadarkan Orang Rimba manfaat bermukim secara menetap bagi

kelangsungan hidup mereka. Pendekatan itu kini bisa dilakukan, misalnya

dengan memanfaatkan radio komunitas Orang Rimba, Radio Benur, yang

menjangkau daerah pedalaman hutan Jambi.

Dalam konteks krisis pangan, penyediaan lahan pertanian nampaknya

merupakan alternatif yang paling tepat. Mengapa pertanian ? Karena dengan

tersedianya lahan pertanian, mereka akan memiliki mata pencaharian tetap,

yakni bercocok tanam atau bertani. Dan yang paling penting dengan bercocok

Page 19: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

432

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

tanam / bertani, mereka akan mampu mengatasi masalah krisis pangan. Karena

permasalahan krusial yang dihadapi SAD saat ini adalah krisis pangan, akibat

semakin menyempitnya kawasan hutan rimba yang menjadi sumber pangan

mereka.

Selain itu, pertanian juga bukan merupakan sesuatu yang asing bagi

masyarakat SAD, karena bertani atau bercocok tanam pada dasarnya

merupakan mata pencaharian yang sudah biasa mereka lakukan, meskipun

masih sangat tradisional. Menurut Retno Andini (Andini, 2005), juga Sindu

Galba, bahwa dalam pemenuhan kebutuhan hidup Suku Anak Dalam sampai

saat ini masih memiliki mata pencaharian yang bersifat tradisional, yaitu:

berburu dan meramu, bercocok tanam (berladang), menangkap ikan dan

menjual madu serta membuat kerajinan (Galba, 2010). Oleh karena itu, perlu

kiranya memberikan bekal kepada warga SAD berupa pendidikan yang berbasis

pada budaya mereka sendiri, khususnya mata pencaharian agar ke depan

masyarakat SAD dapat bertahan hidup meskipun lingkungan hutan tempat

mereka tinggal semakin menyempit dan tidak lagi menghasilkan bahan

makanan yang cukup. Permasalahannya adalah budaya, khususnya mata

pencaharian apa sajakah yang ada/eksis dalam masyarakat SAD ? Selain itu,

potensi usaha berbasis budaya/ mata pencaharian apa sajakah yang bisa

dikembangkan oleh masyarakat SAD ? Dan juga bekal pendidikan kecakapan

hidup (life skill) berbasis pada budaya khususnya mata pencaharian apa

sajakah yang sebaiknya diberikan kepada masyarakat SAD ?

Tujuan Kajian

Mengacu pada permasalahan di atas, tujuan kajian ini adalah untuk

mengetahui: 1. Budaya yang tekait dengan mata pencaharian Suku Anak Dalam (SAD). 2. Potensi Usaha berbasis budaya khususnya mata pencaharian Orang Asli

SAD.

Page 20: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

433

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

3. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill) berbasis budaya yang dibutuhkan

SAD.

KAJIAN PUSTAKA Suku Anak Dalam (SAD)

Suku Anak Dalam (SAD) adalah sebutan untuk orang asli yang tinggal di

dalam hutan rimba Jambi. Sebutan lain untuk SAD adalah Orang Rimbo atau

Orang Kubu (Retno Handini, 2005; Sri Marmoah, 2010; Erwan Baharudin, 2010;

Suci Varista Sury, 2015). Sebutan Suku Anak Dalam merupakan sebutan yang

diciptakan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Sosial. Arti Suku

Anak Dalam memiliki arti orang yang bermukim di pedalaman dan terbelakang.

Sebutan Kubu bagi Suku Anak Dalam sendiri sesunguhnya memiliki arti yang

negatif. Kubu memiliki arti menjijikkan, kotor dan bodoh. Panggilan kubu bagi

suku anak dalam pertama kali terdapat di tulisan-tulisan pejabat kolonial.

Sebutan yang ketiga adalah Anak Rimba merupakan sebutan yang lahir dari

Suku Anak Dalam sendiri. Arti Anak Rimba adalah orang yang hidup dan

mengembangkan kebudayaan tidak terlepas dari hutan, tempat tinggal mereka.

Istilah Orang Rimba dipublikasikan oleh seorang peneliti Muntholib Soetomo

melalui disertasinya berjudul “Orang Rimbo: Kajian Struktural Fungsional

masyarakat terasing di Makekal, Provinsi Jambi”.

Berdasarkan sumber Wikipedia, Suku Anak Dalam (SAD) selain tinggal

dalam hutan rimba di Provinsi Jambi juga ada di wilayah Sumatera Selatan.

Namun mayoritas hidup di provinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi

sekitar 200.000 orang (https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kubu). Sedangkan

dari sensus yang dilakukan oleh KKI Warsi, populasi Orang Rimba di Jambi

mencapai 3.700 orang. Jumlah itu menyebar di 3 titik. Pertama, di kawasan

TNBD (Taman Nasional Bukit Duabelas) yang membentang di Kabupaten

Sarolangun dan Batanghari berjumlah sekitar 1.700 orang. Kedua, Orang Rimba

yang menempati daerah lintas Sumatera berjumlah sekitar 1.500 orang. Dan

ketiga, kelompok Orang Rimba yang mendiami kawasan Taman Nasional Bukit

Tiga Puluh (TNBT) berjumlah sekitar 500 orang

Page 21: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

434

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

(http://news.liputan6.com/read/ 2355588/ fakta-menarik-seputar-kehidupan-

suku-anak-dalam-di-jambi 2 Nov 2015). Sumber lain menyebutkan bahwa

jumlah keseluruhan komuniti Suku Anak Dalam (SAD) yang berada di dalam

dan di sekitar kawasan TNBD, tercatat sebanyak 1.524 orang.

(jejakdanpendapatsyamsulbahri. blog.com/.../masyarakat-suku-anak-dalam-

sad-dalam-...18 Okt 2013). Sedangkan berdasarkan data Dinas Pendidikan

Kabupaten Sarolangun, saat ini jumlah SAD di Kabupaten Sarolangun adalah

sebanyak 1.697 orang yang berasal dari 384 Kepala Keluarga (KK). (Dinas

Pendidikan Kabupaten Sarolangun, Bidang PAUD dan PNF, Oktober 2016).

Sebagaimana halnya orang asli di negara jiran manapun, SAD juga

banyak mengalami ketertinggalan/keterciciran dibandingkan dengan

masyarakat lain. Bukan hanya tertinggal dalam bidang pendidikan, tapi juga

pada aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum dan pemerintahan. Dalam

bidang pendidikan, misalnya, sebagian besar masyarakat SAD masih buta

aksara. Hal ini terjadi karena mereka menolak untuk menerima pendidikan,

sebab diyakini bahwa pendidikan akan merubah adat (halom). Sedangkan pada

aspek ekonomi, rata-rata masyarakat SAD masih dalam taraf hidup miskin.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka masih bergantung pada alam,

hasil hutan, yaitu dengan cara berburu, menjual hasil hutan, berladang,

mencari jernang, rotan, dan damar. Dari mata pencaharian mereka ini belum

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka (Marmoah, 2010: 6). Dalam

aspek sosial budaya, keberadaan Orang Rimba atau SAD di Taman Nasional

Bukit Duabelas, Provinsi Jambi, saat ini semakin memprihatinkan dan terdesak.

Pilihan untuk hidup nomaden (berpindah-pindah) di hutan membuat kehidupan

mereka belakangan ini semakin terancam (viva.co.id, 13/3/2015).

Potensi Usaha

Jika diartikan secara umum, usaha merupakan setiap aktivitas yang

dilakukan manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Menurut Wasis

dan Sugeng Yuli Irianto, usaha pada umumnya merupakan upaya manusia

yang ditujukan untuk bisa mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut

Nana Supriatna dkk, usaha merupakan aktivitas atau pun kegiatan ekonomi

Page 22: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

435

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

yang dilaksanakan oleh manusia dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Dalam aktivitas ekonomi, usaha sering kali diartikan sebagai sebuah

bisnis. Dalam hal ini, usaha merupakan setiap upaya yang dilakukan untuk bisa

mendapatkan keuntungan. Orang-orang yang melakukan aktivitas usaha atau

pun bisnis biasanya disebut dengan istilah pebisnis atau pun pengusaha.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indoneia (KBBI) edisi online, usaha adalah

kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai

suatu maksud. Atau sebagai suatu kegiatan di bidang perdagangan (dengan

maksud mencari untung). Usaha juga diartikan sebagai pekerjaan (perbuatan,

prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu. (http://kbbi.web.id

/usaha) Misalnya: usaha perkemasan yaitu usaha pengangkutan barang-

barang dalam peti kemas; Usaha tani adalah kegiatan usaha yang dilakukan

dalam bidang pertanian; Usaha tani campuran yaitu kegiatan usaha pertanian

yang mengombinasikan pengusahaan ternak, tanaman, atau ikan (Usaha Tani

Terpadu).

Sedangkan potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan

untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya

(http://kbbi.web.id/usaha). Oleh karena itu, dari pengertian-pengertian di atas

dapat disimpulkan bahwa potensi usaha adalah suatu jenis pekerjaan yang

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.

Budaya

Kata Budaya (culture) berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah

yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti akal atau budi.

Budaya diartikan sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan budi atau akal.

Menurut EB Tylor, Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, moral, hukum, kesenian, adat-istiadat serta kebiasaan-kebiasaan

yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota dari masyarakat. Kebudayaan

tersebut mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia

sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman

Page 23: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

436

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

Soemardi, Kebudayaan adalah semua hasil rasa, karya dan cipta

masyarakat. Dalam hal ini, karya masyarakat menghasilkan teknologi dan

kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh

manusia untuk menguasai alam sekitarnya, sehingga kekuatan dan hasilnya

dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Pork dan Burgess

mengemukakan pengertian kebudayaan, Kebudayaan ialah sejumlah totalitas

dan organisasi serta warisan sosial yang diterima sebagai sesuatu yang

bermakna dimana dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang super-organic,

karena kebudayaan yang secara turun temurun dari generasi ke generasi tetap

hidup terus menerus. Dalam kehidupan sehari-hari pengertian kebudayaan

diidentikkan dengan kesenian, kesenian yang dimaksud ini terutama seni tari

dan seni suara. Akan tetapi, jika istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu

sosial, maka dapat dikatakan bahwa kesenian merupakan salah satu bagian

saja dari kebudayaan. Dari pengertian kebudayaan di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa Kebudayaan adalah suatu hasil karya, rasa dan cipta dari

masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Kebudayaan berguna bagi manusia untuk melindungi diri terhadap alam,

mengatur hubungan yang terjadi antara manusia dan sebagai wadah dari

segenap perasaan manusia.

Kluckhohn (1953) dalam karyanya yang berjudul Universal

Categories of Culture, menyebutkan ada 7 unsur kebudayaan yang dianggap

sebagai cultural universals, yaitu : (1) Peralatan dan perlengkapan hidup

manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat

produksi dan sebagainya); (2) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem

ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan

sebagainya); (3) Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, sistem hukum,

organisasi politik, sistem perkawinan); (4) Bahasa (lisan maupun tertulis); (5)

Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan lain sebagainya); (6) Sistem

pengetahuan; dan (7) Religi (sistem kepercayaan).

Page 24: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

437

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

Dari uraian unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat divisualisasikan

dalam bagan 2.1 berikut.

Gambar 2.1.

Unsur-Unsur Budaya

(Sumber: Garna, 2008)

Mata Pencaharian

Sebagaimana disebutkan oleh Kluckhon (1953), bahwa salah satu unsur

budaya adalah mata pencaharian. Mata pencaharian merupakan aktivitas

manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang

satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan

penduduk dan keadaan demografinya (Daldjoeni, 1987:89). Mata pencaharian

dibedakan menjadi dua yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian

sampingan. Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan kegiatan untuk

memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan

merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata

pencaharian pokok di sini misalnya adalah sebagai bakul. Mata pencaharian

sampingan adalah mata pencaharian di luar mata pencaharian pokok (Susanto,

1993:183). Mata pencaharian adalah keseluruhan kegiatan untuk

Page 25: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

438

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada pada

lingkungan fisik, sosial dan budaya yang terwujud sebagai kegiatan produksi,

distribusi dan konsumsi (Mulyadi, 1993:79). Sedangkan menurut Eko Sujatmiko

pengertian mata pencaharian adalah pekerjaan atau pencaharian utama yang

dikerjakan untuk biaya sehari-hari (Eko Sujatmiko: 2014).

Menurut penelitian Sindu Galba (2003), dalam mempertahankan hidupnya

SAD memanfaatkan apa yang tersedia di hutan, seperti: meramu, memburu,

dan membuka ladang dengan sistem berpindah-pindah. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan hidup Suku Anak Dalam

memiliki mata pencaharian yang bersifat tradisional, yaitu: berburu dan

meramu, bercocok tanam (berladang), menangkap ikan dan menjual madu

serta membuat kerajinan.

Namun, saat ini telah terjadi peralihan mata pencaharian di kalangan orang

rimba (Ningsih Susanti, 2013), Perubahan pola hidup tersebut terjadi karena

adanya interaksi antara Orang Rimba dengan masyarakat Melayu dan para

transmigran dari Jawa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai

petani dan peladang (Novriyanti). Di luar itu, saat ini juga bisa kita lihat

beberapa jenis pekerjaan sudah mulai dilakukan oleh SAD, seperti membuat

kerajinan, bertani dan beternak lebah, dan ternyata mereka bisa. Bahkan sudah

ada yang berhasil menjadi anggota TNI.

Meskipun demikian mereka tetap mempertahankan mata pencaharian hidup

yang lama. Berdasarkan penelitiannya terhadap orang rimba Air Panas,

Sarolangun, Susanti menyatakan bahwa meskipun mereka telah melakukan

mata pencaharian baru namun tetap mempertahankan mata pencaharian hidup

yang lama. Hal ini dikarenakan Orang Rimba Air Panas meskipun telah

mengalami peralihan mata pencaharian hidup dari berburu meramu menjadi

berladang berpindah hingga bercocok tanam menetap mereka masih saja

melakukan berburu meramu serta memiliki kecenderungan untuk membuka

lahan jika tidak dibatasi oleh aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah desa

dan mereka sepakati dengan pemerintah desa. Lahan yang sudah dibuka

tersebut hendak mereka tanami dengan tanaman karet atau kelapa sawit. Meski

Page 26: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

439

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

demikian Orang Rimba Air Panas masih berburu hewan buruan untuk dimakan

atau dijual yang uang hasil penjualan diberikan beras atau bahan pangan

lainnya. (Susanti: 2013).

Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)

Menurut Indrajati Sidi (2002), kecakapan hidup adalah kecakapan yang

dimiliki seseorang untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta

menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dalam pandangan

Slamet PH (2002), kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang

untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Sedangkan Brolin

(1989) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengetahuan dan

kemampuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk berfungsi dan bertindak

secara mandiri dan otonom dalam kehidupan sehari-hari, tidak harus selalu

meminta bantuan dan petunjuk pihak lain. Ini berarti bahwa bentuk kecakapan

hidup berupa pengetahuan sebagai praksis dan kiat (praxis dan techne), bukan

teori; pengetahuan sebagai skills of doing sekaligus skills of being.

Kendall dan Marzano (1997) menegaskan bahwa kecakapan hidup (life

skills) telah menjadi salah satu hal yang harus dimiliki dan dikuasai oleh

masyarakat, termasuk peserta didik, agar mereka mampu berperan aktif dalam

lapangan kerja yang ada serta mampu berkembang. Lebih lanjut dikemukakan

oleh Indrajati Sidi (2002) bahwa kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan

untuk bekerja, dan dapat dipilah menjadi lima, yaitu: (1) kecakapan mengenal

diri (self awarness), yang juga disebut kemampuan personal (personal skill), (2)

kecakapan berpikir rasional (thinking skill), (3) kecakapan sosial (social skill),

(4) kecakapan akademik (academic skill), dan (5) kecakapan vokasional (vocational skill). Tiga kecakapan yang pertama

dinamakan General Life Skill (GLS), sedangkan dua kecakapan yang terakhir

disebut Specific Life Skill (SLS). Di alam kehidupan nyata, antara GLS dan SLS,

antara kecakapan mengenal diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial,

kecakapan akdemik dan kecakapan vokasional tidak berfungsi secara terpisah-

Page 27: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

440

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

pisah, atau tidak terpisah secara eksklusif. Hal yang terjadi adalah peleburan

kecakapan-kecakapan tersebut, sehingga menyatu menjadi sebuah tindakan

individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional dan intelektual. Derajat

kualitas tindakan individu dalam banyak hal dipengaruhi oleh kualitas

kematangan berbagai aspek pendukung tersebut di atas.

Tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah memfungsikan pendidikan

sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta

didik untuk menghadapi perannya di masa datang. Secara khusus, pendidikan

yang berorientasi kecakapan hidup bertujuan: (1) mengaktualisasikan potensi

peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang

dihadapi, (2) memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan

pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas,

dan (3) mengoptimalisasikan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah,

dengan memberikan peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di

masyarakat, dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (Indrajati Sidi, 2002).

Dari uraian di atas maka dapat disarikan bahwa Pendidikan Kecakapan

Hidup (life skills) adalah pendidikan yang berupa kemampuan, kesanggupan

dan keterampilan (pengetahuan sebagai praksis dan kiat, bukan teori) yang

diperlukan oleh seseorang agar dapat menempuh kehidupan dengan sukses,

bahagia dan secara bermartabat, seperti kemampuan berfikir, berkomunikasi

secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan peran sebagai warga

negara yang bertanggungjawab dan kesiapan untuk terjun di dunia kerja.

PEMBAHASAN Budaya yang Terkait dengan Mata Pencaharian Suku Anak Dalam (SAD)

Sebagaimana telah diuraikan, menurut penelitian Sindu Galba (2003),

dalam mempertahankan hidupnya SAD memanfaatkan apa yang tersedia di

hutan, seperti: meramu, memburu, dan membuka ladang dengan sistem

berpindah-pindah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam pemenuhan

kebutuhan hidup Suku Anak Dalam sampai saat ini masih memiliki mata

pencaharian yang bersifat tradisional, yaitu: berburu dan meramu, bercocok

Page 28: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

441

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

tanam (berladang), menangkap ikan dan menjual madu serta membuat

kerajinan.

Meskipun saat ini telah terjadi peralihan mata pencaharian di kalangan

Orang Rimba / SAD, menurut Ningsih Susanti (2013), mereka tetap

mempertahankan mata pencaharian hidup yang lama. Walaupun sebagian

mereka telah mengalami peralihan mata pencaharian hidup dari berburu

meramu menjadi berladang berpindah hingga bercocok tanam menetap, tetapi

mereka masih saja melakukan berburu meramu serta memiliki kecenderungan

untukmembuka lahan. Mereka juga masih berburu hewan buruan untuk

dimakan atau dijual yang uang hasil penjualan diberikan beras atau bahan

pangan lainnya (Susanti: 2013).

Potensi Usaha Berbasis Budaya/Mata Pencaharian SAD

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa potensi usaha adalah suatu pekerjaan

yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Dari uraian sebelumnya,

dan melihat potensi lingkungan alam di mana SAD tinggal, dapat penulis

simpulkan ada beberapa potensi usaha berbasis lingkungan dan budaya/mata

pencaharian SAD, yakni sebagai berikut : ( A). Usaha Pertanian , terdiri atas

Pertanian Lahan Basah dan Pertanian Lahan Kering; (B). Usaha Perkebunan ,

terdiri atas Pekebunan Tanaman Keras, Perkebunan Buah, dan Perkebunan

Palawija; (C). Usaha Peternakan, terdiri atas Peternakan Hewan Berkaki 4,

Peternakan Hewan Unggas (Unggas Pedaging, dan Unggas Petelur), Peternakan

Reptil, dan Peternakan Lebah Madu; (D). Usaha Perikanan, terdiri atas

Perikanan Kolam, Perikanan Karamba, dan Ikan Hias; (E). Usaha Kerajinan

Tangan, terdiri atas Kerajinan Berbahan Kayu dan Rotan, Kerajinan Berbahan

Daun, Kerajinan Berbahan Biji-bijian, dan Kerajinan Perlengkapan adat /

budaya; (F). Usaha Perdagangan Hasil Usaha; dan (G) Usaha Pertanian

Terpadu / Campuran.

Page 29: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

442

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Berbasis Budaya/ Mata

Pencaharian SAD

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang berupa

kemampuan, kesanggupan dan keterampilan (pengetahuan sebagai praksis dan

kiat, bukan teori) yang diperlukan oleh seseorang agar dapat menempuh

kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, seperti

kemampuan berfikir, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama,

melaksanakan peran sebagai warga negara yang bertanggungjawab dan

kesiapan untuk terjun di dunia kerja.

Mengacu pada potensi usaha berbasis budaya/ mata pencaharian SAD

sebagaimana dipaparkan di atas, ada sejumlah Pendidikan Kecakapan Hidup /

Life Skill yang bisa dan perlu diberikan kepada warga SAD dalam menyongsong

masa depannya. Beberapa Pendidikan Kecakapan Hidup / Life Skill tersebut

adalah : (A). PKH Bidang Usaha Pertanian (a.1 Pertanian Lahan Basah dan a.2

Pertanian Lahan Kering), (B). PKH Bidang Usaha Perkebunan (b.1 Pekebunan

Tanaman Keras, b.2 Perkebunan Buah, b.3 Perkebunan Palawija), (C). PKH

Bidang Usaha Peternakan ((c.1 Peternakan Hewan Berkaki 4, c.2 Peternakan

Hewan Unggas, (c.2.1 Unggas Pedaging, c.2.2 Unggas Petelur), c.3 Peternakan

Reptil, c.4 Peternakan Lebah Madu)); (D).PKH Bidang Usaha Perikanan, terdiri

atas d.1 Perikanan Kolam, d.2 Perikanan Karamba dan d.3 Ikan Hias; (E). PKH

Bidang Usaha Kerajinan Tangan (e.1 Kerajinan Berbahan Kayu dan Rotan, e.2

Kerajinan Berbahan Daun, e.3 Kerajinan Berbahan Biji-bijian, e.4 Kerajinan

Perlengkapan adat / budaya); (F). PKH Bidang Usaha Perdagangan Hasil Usaha;

dan (G) PKH Bidang Usaha Pertanian Terpadu / Campuran.

Kesimpulan Budaya yang Terkait dengan Mata Pencaharian Suku Anak Dalam (SAD) Meskipun sudah terjadi pergeseran, namun dalam pemenuhan kebutuhan hidup

Suku Anak Dalam (SAD) sampai saat ini masih memiliki mata pencaharian yang

bersifat tradisional, yaitu: berburu dan meramu, bercocok tanam (berladang),

menangkap ikan dan menjual madu serta membuat kerajinan.

Page 30: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

443

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

Potensi Usaha Berbasis Budaya/Mata Pencaharian SAD Ada beberapa potensi usaha berbasis lingkungan dan budaya/mata pencaharian

SAD, yakni sebagai berikut : ( A). Usaha Pertanian , terdiri atas Pertanian Lahan

Basah dan Pertanian Lahan Kering; (B). Usaha Perkebunan , terdiri atas

Pekebunan Tanaman Keras, Perkebunan Buah, dan Perkebunan Palawija; (C).

Usaha Peternakan, terdiri atas Peternakan Hewan Berkaki 4, Peternakan Hewan

Unggas (Unggas Pedaging, dan Unggas Petelur), Peternakan Reptil, dan

Peternakan Lebah Madu; (D). Usaha Perikanan, terdiri atas Perikanan Kolam,

Perikanan Karamba, dan Ikan Hias; (E). Usaha Kerajinan Tangan, terdiri atas

Kerajinan Berbahan Kayu dan Rotan, Kerajinan Berbahan Daun, Kerajinan

Berbahan Biji-bijian, dan Kerajinan Perlengkapan adat / budaya; (F). Usaha

Perdagangan Hasil Usaha; dan (G) Usaha Pertanian Terpadu / Campuran.

Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Budaya/Mata Pencaharian SAD

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang berupa

kemampuan, kesanggupan dan keterampilan (pengetahuan sebagai praksis dan

kiat, bukan teori) yang diperlukan oleh seseorang agar dapat menempuh

kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, seperti

kemampuan berfikir, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama,

melaksanakan peran sebagai warga negara yang bertanggungjawab dan

kesiapan untuk terjun di dunia kerja.

Pendidikan Kecakapan Hidup / Life Skill yang bisa dan perlu diberikan kepada

warga SAD dalam menyongsong masa depannya tersebut adalah : (A). PKH

Bidang Usaha Pertanian (a.1 Pertanian Lahan Basah dan a.2 Pertanian Lahan

Kering), (B). PKH Bidang Usaha Perkebunan (b.1 Pekebunan Tanaman Keras,

b.2 Perkebunan Buah, b.3 Perkebunan Palawija), (C). PKH Bidang Usaha

Peternakan ((c.1 Peternakan Hewan Berkaki 4, c.2 Peternakan Hewan Unggas,

(c.2.1 Unggas Pedaging, c.2.2 Unggas Petelur), c.3 Peternakan Reptil, c.4

Peternakan Lebah Madu)); (D).PKH Bidang Usaha Perikanan, terdiri atas d.1

Perikanan Kolam, d.2 Perikanan Karamba dan d.3 Ikan Hias; (E). PKH Bidang

Page 31: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

444

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

Usaha Kerajinan Tangan (e.1 Kerajinan Berbahan Kayu dan Rotan, e.2

Kerajinan Berbahan Daun, e.3 Kerajinan Berbahan Biji-bijian, e.4 Kerajinan

Perlengkapan adat / budaya); (F). PKH Bidang Usaha Perdagangan Hasil Usaha;

dan (G) PKH Bidang Usaha Pertanian Terpadu / Campuran.

Datar Rujukan : 1. Antaranews, 2006, Areal Hutan Menyempit, Suku Kubu Menjadi

Pengemis, Jambi, (ANTARA News) – www.antaranews.com/.../areal-hutan-menyempit-suku-kubu-menjadi-pengemis

2. Baharudin, Erwan, 2010, Pendidikan Suku Anak Dalam : Suatu Perubahan dari Paradigma Positivistik ke konstruktivisme, Jakarta: Forum Ilmiah Volume 7 Nomor 2, Mei 2010

3. Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun, Data Peserta Pendidikan Kesetaraan, Bidang PAUD dan PNF, Oktober 2016

4. Gatra.com, 2006, Hutan Kritis, Suku Anak Dalam Terpaksa Jadi Pengemis arsip.gatra.com/2006-12-04/artikel.php?id=99131 Jambi, 4 November 2006 10:02

5. Galba, Sindu . 2003. “Manusia dan Kebudayaan Orang Kubu” (Naskah Laporan Penelitian)

6. Handini, Retno, 2005, Foraging yang Memudar, Suku Anak Dalam Di Tengah Perubahan, Yogyakarta: Galang Press

7. Isnaeni, Nadya, 2015, 4 Aturan Hidup Suku Anak Dalam Jambi, Jakarta: Liputan6.com, -on 03 Nov 2015 at 22:55 WIB

8. KamusBesar Bahasa Indoneia (KBBI) edisi online,(http://kbbi.web.id/usaha)

9. Kompasiana, 2012, Orang Kubu (Suku Anak Dalam) Jadi Pengemis! www.kompasiana.com/ .../orang-kubu-suku-anak-dalam-jadi-pengemis_ 27 Oktober 2012 06:36:59

10. Marmoah, Sri, 2010, Strategi Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Perempuan Dengan Pendekatan Pendidikan

Berbasis Budaya Lokal“ (Studi Kasus Perempuan Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi, Bandung: UPI

11. Novriyanti, Diskursus Pembentukan Taman Nasional Bukit 12 Jambi: Penurunan Status Akses Ruang Hidup Orang Rimba, Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

12. Prasetijo,Adi,PerubahanbentukproduksiOrangRimba; Strategi Adaptasi..? etnobudaya.net/.../perubahan-bentuk-produksi-orang-rimba-strategi-ada...3 Sep 2008

13. Sani, Abdullah | Rabu, 8 April 2015, www/merdeka.com/reporter/ 14. Santoso, Bangun, 2015, Mengembara Keluar Hutan, 9 Orang Rimba

Jambi Jadi Pengemis, on 23 Apr 2015 at 23:00 WIB, Liputan6.com, Jambi

Page 32: PROCEEDINGrepository.uinjambi.ac.id/243/1/Proceeding-ICMI-3-2018.pdfPROCEEDING The 3 rd International Conference On Melayu Identity (ICMI- 3) ³Preserving Melayu Culture For Indonesian

Proceeding The 3rd

International Conference on Melayu Identity: Preserving

Melayu Culture For Indonesian Integrity , Faculty of Humanities, Universitas

Jambi 2018

445

Kasiono: Business Potential And Life Skills Education Based On ‘Suku Anak Dalam’ …

15. Saragih, Radesman, Dilema Penyelamatan Orang Rimba di Jambi, www.beritasatu.com/.../261790-dilema-penyelamatan-orang-rimba-di-ja...31 Mar 2015 Selasa, 31 Maret 2015 | 18:19 Suara Pembaruan

16. Sury , Suci Varista, 2015, Nasib Kehidupan Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua Belas, Provinsi Jambi Seiring Perkembangan Zaman Berkaitan dengan Implementasi Nilai Pancasila dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara , Yogyakarta: Teknik Lingkungan FTSP UII dalam www.academia.edu

17. Susanti, Ningsih, Peralihan Sistem Pertanian Orang Rimba ((Studi Kasus di Taman Nasional Bukit Dua Belas Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi), 2013