12
1 GAMBARAN PENGETAHUAN PENDERITA TB PARU TENTANG REGIMEN TERAPEUTIK TB PARU DI RUMAH SAKIT UMUM HERNA MEDAN Poniyah Simanullang, SKM, M.Kes Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan – UDA, Medan Abstract Therapeutic regimens for the treatment of pulmonary TB is a gradual and done regularly, and done in accordance with the standards illustrate to people with pulmonary TB. In the treatment of pulmonary tuberculosis, there are 3 Therapeutic Regimen, namely: Regimen I, Regimen II, and Regimen III. This study aims to describe knowledge about pulmonary TB Pulmonary TB therapeutic regimen in Herna General Hospital Medan. This research is descriptive. The study was conducted in April 2012 to July 2012. The population in this study were all patients with pulmonary TB is in the General Hospital Herna field of 25 people. By using the technique of sampling the total sample of 25 people. From this research it is known that of the 25 respondents, there were 13 people (52%) either knowledgeable, 9 people (36%) knowledgeable enough and 3 people (12%) are less knowledgeable. Suggested for Hospitals that do counseling to improve patient knowledge about TB Pulmonary Therapeutic Regimen as 48% of patients there is less knowledge. Keywords: Knowledge, Therapeutic Regimen, Pulmonary TB

Poniyah Simanullang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

poniyah simanulung tuberkulosis paruuuu jfahaqjhfnambvjaghvajbhvcabhjad

Citation preview

Page 1: Poniyah Simanullang

1

GAMBARAN PENGETAHUAN PENDERITA TB PARU

TENTANG REGIMEN TERAPEUTIK TB PARU

DI RUMAH SAKIT UMUM HERNA

MEDAN

Poniyah Simanullang, SKM, M.Kes

Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan – UDA, Medan

Abstract

Therapeutic regimens for the treatment of pulmonary TB is a gradual and done

regularly, and done in accordance with the standards illustrate to people with

pulmonary TB. In the treatment of pulmonary tuberculosis, there are 3 Therapeutic

Regimen, namely: Regimen I, Regimen II, and Regimen III.

This study aims to describe knowledge about pulmonary TB Pulmonary TB therapeutic

regimen in Herna General Hospital Medan. This research is descriptive. The study was

conducted in April 2012 to July 2012. The population in this study were all patients

with pulmonary TB is in the General Hospital Herna field of 25 people. By using the

technique of sampling the total sample of 25 people.

From this research it is known that of the 25 respondents, there were 13 people (52%)

either knowledgeable, 9 people (36%) knowledgeable enough and 3 people (12%) are

less knowledgeable.

Suggested for Hospitals that do counseling to improve patient knowledge about TB

Pulmonary Therapeutic Regimen as 48% of patients there is less knowledge.

Keywords: Knowledge, Therapeutic Regimen, Pulmonary TB

Page 2: Poniyah Simanullang

2

Pendahuluan

TB Paru merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penting di dunia ini.

Pada tahun 1992 World Health

Organization (WHO) telah

mencanangkan TB Paru sebagai

“Global Emergency”. Laporan WHO

tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat

8,8 juta kasus baru TB Paru, pada tahun

2002 3,9 juta kasus BTA (Basil Tahan

Asam) positif dalam dahak. Sepertiga

penduduk dunia telah terinfeksi kuman

TB Paru dan menurut Regional WHO

jumlah terbesar kasus TB Paru di dunia.

Namun bila dilihat dari jumlah

penduduk terdapat 182 kasus per

100.000 penduduk. Di Asia Afrika

ditemukan kasus TB Paru 2 kali lebih

besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per

100.000 penduduk (Soedarsono, 2006).

Di perkirakan angka kematian akibat

TB Paru adalah 8.000 setiap hari dan

2,3 juta setiap bulan. Laporan WHO

tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah

terbesar kematian akibat TB Paru

terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000

orang dan angka mortality tertinggi

terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000.

Indonesia menempati urutan ke-3 di

dunia untuk jumlah kasus TB Paru

setelah India dan Cina. Setiap tahun

terdapat 250.000 kasus baru TB Paru

dan sekitar 140.000 kematian akibat TB

Paru. Di Indonesia TB Paru adalah

merupakan pembunuh nomor satu

diantara penyakit menular dan

merupakan penyebab kematian nomor

tiga setelah jantung dan penyakit

pernapasan akut pada seluruh kalangan

usia (Soedarsono, 2006). Pengobatan

TB Paru dilakukan secara bertahap dan

teratur, tahapan pengobatan TB Paru

diantaranya tahap intensif dan tahap

lanjutan. Untuk itu para penderita harus

mengenal, memahami, bagaimana cara

pencegahan, tanda gejala dan

penatalaksanaan dari TB Paru.

Regimen Terapeutik TB Paru

merupakan pengobatan yang bertahap

dan dilakukan secara teratur, dan di

lakukan sesuai dengan penjelasan yang

standard (Jhon 2000). Akibat kurang

baiknya penanganan pengobatan

penderita TB Paru dan lemahnya

implementasi strategi DOTS (Drug

Observed Treatmen Strategy), pasien

yang mengidap BTA (Bakteri Tahan

Asam) yang resisten terhadap OAT

(Obat Anti Tuberkulosis) akan

menyebarkan infeksi TB Paru dengan

kuman yang bersifat resisten. Sehingga

membutuhkan obat lain selain obat

standard TB Paru dan perlunya PMO

Page 3: Poniyah Simanullang

3

(Pengawas Makan Obat)

memperhatikan para penderita TB Paru

dalam penggunaan obat-obat TB Paru

selama di Rumah Sakit maupun setelah

perawatan di rumah untuk

memperhatikan perkembangan dari

pengobatan penderita TB Paru

(Murniasih, 2010) Menurut hasil

observasi di Rumah Sakit Umum Herna

Medan menunjukkan bahwa penyakit

TB Paru merupakan salah satu penyakit

yang masih banyak ditemukan, dari

januari 2011 sampai dengan desember

2011 jumlah pasien TB Paru sebanyak

90 orang. Pasien cenderung mengalami

penyakit kronis atau menahun dan

berobat atau opname berulang

dikarenakan pengobatan yang tidak

rutin oleh karena pasien sering lupa, dan

juga sering berhenti minum obat karena

dianggap sudah sembuh dan apabila

habis obat tidak dilanjutkan dan tidak

kontrol secara rutin. Hal inilah yang

membuat, penelit tertarik untuk

melakukan penelitian tentang tingkat

pengetahuan penderita TB Paru

terhadap Regimen Terapeutik TB Paru

di Rumah Sakit Umum Herna Medan

tahun 2012.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di

atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana

gambaran pengetahuan penderita TB

Paru terhadap regimen terapeutik TB

Paru di Rumah Sakit Umum Herna

Medan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran pengetahuan

penderita TB Paru tentang regimen

terapeutik TB Paru di Rumah Sakit

Umum Herna Medan.

Manfaat Penelitian

Dapat memberikan informasi pada para

penderita TB Paru sehingga penderita

mengetahui informasi tentang Regimen

TB Paru sehingga dapat melakukan

upaya pencegahan dan perawatan.

Sebagai bahan masukan bagi Rumah

Sakit Umum Herna Medan agar para

petugas kesehatan di Rumah sakit

Umum Herna Medan dapat

meningkatkan pengetahuan pasien TB

Paru tentang Regimen Terapeutik TB

Paru.

Page 4: Poniyah Simanullang

4

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif.

Penelitian dilaksanakan dirumah sakit

umum Herna Medan pada bulan April

2012 sampai Juli 2012. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh penderita

TB Paru yang ada di Rumah Sakit

Umum Herna Medan sebanyak 25

orang, dengan menggunakan Tehnik

total sampling maka sampelnya

sebanyak 25 orang.

Tinjauan Pustaka

Pengetahuan adalah kesan di dalam

pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya, yang

berbeda sekali dengan kepercayaan

(beliefe), takhayul (superstitions), dan

penerangan-penerangan yang keliru.

Pengetahuan merupakan pengetahuan

yang tersusun secara sistematis dengan

penggunaan kekuatan pemikiran,

pengetahuan mana yang selalu dapat

diperiksa dengan tujuan untuk lebih

mengetahui dan mendalami segala segi

kehidupan (Soerjono, 2002).

Tingkatan DalamPengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

yaitu (Arikunto, 2006).

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu

materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat dari adalah

mengingat kembali terhadap sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang

djterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkatan yang paling

rendah.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil

atau sebenarnya.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

Page 5: Poniyah Simanullang

5

Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

TB Paru

TB Paru merupakan penyakit yang

disebabkan infeksi mycobacterium

tuberklosis yang menyerang jaringan

paru. TB Paru merupakan penyakit

menular yang menyebar melalui batuk

dan dahak (Soedarsono 2006).

Cara Penularan TB Paru Penderita

TB Paru yang menular adalah penderita

dengan basil-basil TB dalam dahaknya

dan bila mengadakan ekspirasi paksa

berupa batuk-batuk, bersin, akan

menghembus keluar, percikan-percikan

dahak halus yang melayang-layang di

udara (Droplet Neucleid). Droplet

Neucleid ini mengandung basil

Tuberkulosis. (Murniasih, 2010). Ada

beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi transmisi. Pertama

yaitu: basil dan virulensinya. Makin

banyak basil dalam dahak seseorang

maka penderita makin besar bahaya

penularan. Maka para penderita yang

sudah positif pada pemeriksaan

langsung dengan mikroskop akan jauh

lebih berbahaya dari mereka yang baru

positif pada pemeriksaan (WHO 1999).

Komplikasi TB Paru

1. Batuk Darah (Haemoptoe)

Pada dasar nya proses TB Paru adalah

proses nekrotis, dan jaringan yang

mengalami nekrotis terdapat pada

pembulub darah. Jumlah darah yang

dibatukkan keluar bervariasi mulai dari

sangat sedikit sampai banyak sekali,

tergantung pada pembuluh darah yang

terkena.

2. Hematogen

Penyebaran hematogen terjadi bilamana

proses nekrotis mengenai pembuluh

darah. Bahan-bahan nekrotis yang

penuh basil-basil TB akan tertumpah

dalam aliran darah. Basil-basil ini

kemudian akan bersarang di organ-

organ tubuh. hariya ada dua organ tubuh

yang memang secara alamiah tidak

dapat diserang TB, yaitu otot sekiet dan

otot jantung.

3. TB Larings

Karena tiap kali dahak yang

mengandung basil TB dikeluarkan

melalui lanings, maka basil yang

tersangkut di larings akan menimbulkan

proses TB di larings. Maka terjadilah

TB larings.

Page 6: Poniyah Simanullang

6

4. Penumootoraks

Apabila proses riekrotis dekat dengan

pleura maka pleura akan bocor.

Sehingga terjadilah penumathorules

(pecahnya dinding kavitas yang

berdekatan dengan pleura).

5. Abses paru

Infeksi sekunder dapat pula mengenai

jaringan nekrotis itu langsung, sehingga

terjadi abses paru.

Pencegahan TB Paru

Orang dewasa lebih sering ditimbulkan

oleh reinfeksi endogen (80%) daripada

eksogen (20%). Maka perlu untuk

mencegah TB yaitu dengan

mempertahankan sistem imunitas dalam

keadaan optimal, kurang gizi. Pada

penderita Diabetes Mellitus dan AIDS

dianjurkan agar mengurangi pengobatan

kortikostarood dan INH.

Regimen Terapeutik TB Paru

Regimen terapeutik adalah merupakan

perawatan yang dilakukan secara

bertahap dan teratur dengan penjelasan

secara benar dan standard. Regimen

terapeutik adalah merupakan

pengobatan pada penyakit dengan

menggunakan cara pengobatan secara

berkala atau bertahap dengan

memperhatikan keadaan klinisnya

(Crofton, 2002). Pengobatan pada TB

Paru terbagi menjadi 2 fase yaitu

intensif (2- 3) dan fase lanjutan (4 atau

6 bulan dengan menggunakan paduan

obat yang terdiri dan paduan obat utama

dan paduan obat tambahan (Soedarsono,

2006; Surya, 2008), yaitu:

1. Tahap intensif (awal)

Pada tahap intensif penderita menelan

obat setiap hari dan diawasi langsung

oleh PMO (Pengawas Minum Obat)

untuk mencegah terjadinya kekebalan

terhadap semua obat. Pengobatan tahap

intensif ini berlangsung selama 2

sampai 3 bulan dengan pemberian OAT

(Obat Anti Tuberkulosis) setiap hari.

2. Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan ini penting untuk

membunuh kuman sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan.Pada tahap

lanjutan penderita mendapat jenis obat

lebih sedikit tetapi dalam waktu yang

lebih lama yaitu 4 sampai 5 bulan. Pada

tahap lanjutan ini penderita menelan

obat secara berselang seling tiga kali

seminggu. Dalam pengobatan TB Paru

terdapat 3 regimen pedoman karena

mencakup pengobatan intermiten antara

lain:

Page 7: Poniyah Simanullang

7

1. Regimen I yang diberikan pada 2

bulan pertama yaitu seperti isoniasid,

rifampisin, pirazinamed yang diberikan

sekali sehari dalam keadaan kosong

lambung.

2. Regimen II yang diberikan pada 2

bulan pertama yaitu seperti etambutol,

isoniasid, rifainpisin, pirazinamed

semuanya diberikan dosis tunggal 3 kali

seminggu dan dilanjutkan isoniasid dan

rifampisinn pada 4 bulan berikutnya,

keduanya bersama 3 kali seminggu.

3. Regimen III yaitu mengawasi setiap

pemberian dosis yaitu Etambutol,

Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid

diberikan 3 x seminggu selama 6 bulan.

Regimen ini merupakan pengobatan

yang dilakukan tiap hari secara

terusmenerus (Crofton, 2002).

Jenis dan Dosis Obat TB Paru

1. Isoniasid (h)

Obat yang bersifat bakterisida dan dapat

membunuh 90% kuman dalam beberapa

hari pertama pengobatan

2. Rifampicin ®

Yaitu bersifat bakterisida yang dapat

membunuh kuman yang tidak dapat di

bunuh oleh isoniasid dengan dosis

10mg/kg bb

3. Pirazinamid

4. Yaitu bersifat bakterisida

dengan dosis 30 mg/kgbb.

5. Etambutol

Yaitu bersifat bakterisida dapat

membunuh bakteri dalam suasana asam,

dengan dosis 30mg/kgbb

6. Streptomicin

Yaitu bersifat bakterisida dengan dosis I

5mglkgbb.

Penyembuhan TB Paru

Dalam penyembuhan TB Paru ada 2

komponem penyembuhan yaitu

kepatuhan dan komponem obat.

1. Kepatuhan

Tentang kepatuhan penderita meminum

obat di dasari betapa vital perananya

Apabila penderita tidak tekun meminum

obat-obatnya maka hasil akhir hanyalah

kegagalan penyembuhan dengan

timbulnya basil-basil multiresisten.

2. Komponem obat

Obat-obat TB Paru diberikan secara

massa yaitu sebanyak 5 buah yaitu INH,

Rifampicin, Streptomicin, Pirazinamid,

Etambutol, semua obat-obat ini bekerja

secara bakterisida terhadap basil-basil

yang mempunyai efek sterilisasi yang

membunuh basil-basil sehingga tidak

Page 8: Poniyah Simanullang

8

terjadi perkembangbiakan (Crofton,

2002).

Efek samping pengobatan

Efek samping biasanya di anggap

sebagai gejala-gejala yang muncul

akibat pemberian obat. Dampak ngatif

dan pembenian obat dapat

menimbulkan keluhan seperti penyakit

baru karena obat, mengurangi

kepatuhan berobat, serta meningkatkan

potensi kegagalan pengobatan

(Murniasih, 20l0). Obat TB Paru dan

efek sampingnya:

1. INH mempunyai efek samping

ringan seperti kesemutan, rasa terbakar

dikaki dan nyeri otot

2. Rifampicin mempunyai efek

samping berupa sakit perut, mual, gatal-

gatal kemerahan pada kulit.

3. Pirazinamid mempunyai efek

samping nyeri sendi, mual, hepatitis,

4. Etambutol mempunyai efek

samping gangguan pada penglihatan.

Streptomicin mempunyai efek samping

gangguan keseimbangan dan

pendengaran (Soedarsono, 2006).

Pemantauan kemajuan dan basil pengobatan

Pemantauan kemajuan ha.sil

pengobatan pada penderiata TB Paru di

iaksanakan dengan pemeriksaan ulang

dahak secara mikroskopik, dan

dilakukan pada akhir tahap intensif,

sebulan sebelum akhir pengobatan dan

pada akhir pengobatan. Dan adanya

kemajuan ketika keluhan

berkurang/hilang, berat badan

bertambah,nafsu makan meningkat,

pemeriksaan dahak pada akhir tahap

awal juga menunjukkan hasil negatif

(Murniasih, 2010). Pasien TB Paru

dikatakan sudah sembuh apabila pasien

sudah melakukan program pengobatan

dengan baik, tanda-tanda dan gejala

yang dialami sudah hilang, penderita

mengikuti tes tuberculin yang bertujuan

untuk memeriksa kemampuan reaksi

hipersensitivitas tipe lambat. Apabila

penderita sudah tidak terinfeksi kuman

TB Paru maka tes tuberculin akan

negatif. Selain itu penderita juga

mengikuti photo rontgen Paru ulang

yang bertujuan untuk mengetahui

infiltrate ddalam paru. Apabila infitrat

dalam paru sudah tidak ada lagi maka

penderita dinyatakan sembuh dan sudah

Nsa menghentikan pemakaian obat

(Soedarsono,2006). Pasien TB Paru

yang telah dinyalakan sembuh

sebaiknya tetap dievaluasi minimal 2

tahun pertama setelah sembuh, agar

mengetahui ada atau tidaknya

Page 9: Poniyah Simanullang

9

kekambuhan. Hal yang perlu

diperhatikan adalah BTA dahak dan

potho thorak (Soedarsono, 2006).

Pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan, kemudian permohonan izin

yang di peroleh di kirim ke Rumah

Sakit Umum Henna Medan. Kemudian

peneliti menentukan responden yang

memenuhi kriteria. Data yang telah

dikumpulkan di olah dengan cara:

Editing, untuk mengevaluasi

kelengkapan data yang telah terkumpul

lalu bila terdapat kesalahan dalam

pengumpulan data diperbaiki dan

dilakukan pendataan ulang terhadap

responden.Coding hasil jawaban dan

setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk

kode (angka sesuai petunjuk).

Tabulating, untuk mempertahankan

analisa data, pengolahan dan

pengambilan kesimpulan, untuk hasil

pengumpulan dimasukkan ke dalam

tabel distribusi frekuensi. Instrumen

penelitian dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Pada bagian pertama

instrumen berisi data demografi

responden yang meliputi data nama,

umur, pendidikan, jenis kelamin,

pekerjaan, alamat. Sedangkan kuesioner

yang pengetahuan penderita TB Paru

tentang regimen terapeutik TB

Paru.Yang terdiri dari 20 pertanyaan.

Penilaian menggunakan skala Guttman

yang bersifat tegas dengan memberikan

jawaban yang benar nilai 1 dan jawaban

yang salah nilainya 0 (Hidayat, 2007).

Analisa data dilakukan secara deskriptif

dengan mendiskriptifkan data yang

telah di kumpulkan. Untuk

memudahkan dalam analisa data

digunakan dalam tabel Jistribusi

frekuensi relatif.

Hasil dan Pembahasan Karakteristik Pengetahuan Responden berdasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

mayoritas responden yang memiliki

pengetahuan baik pada umur 21-40

yaitu 8 orang (32%) sedangkan

minoritas yang memiliki pengetahuan

baik umur 61-80 tahun sebanyak 1

orang (4%). Menurut Imbalo, umur

adalah variabel yang diperhatikan dalam

penyelidikan Epidemiologi yang dicapai

seseorang dalam kehidupannya, maka

bila ditinjau dan faktor umur maka

semakin tinggi umur seseorang maka

akan semakin baik pula pengetahuan

yang diperoleh dan pengalaman

kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data

yang diperoleh penulis maka hasil

penelitian tidak sesuai dengan pendapat

Imbalo yang mengatakan bahwa

semakin tinggi umur seseorang maka

Page 10: Poniyah Simanullang

10

semakin tinggi pula pengetahuan yang

dimilikinya, dikarenakan dan seluruh

responden yang didapat oleh penulis

terdapat lebih banyak responden yang

berumur 21-40 Tahun sebanyak 8 orang

(30%).

Karakteristik Pengetahuan

Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin

Berdasarkan Jenis kelamin didapatkan

bahwa mayoritas responden berjenis

kelamin perempuan memiliki

pengetahuan baik sebanyak 7 orang

(28%) dan responden yang berjenis

kelamin laki-laki memiliki pengetahuan

baik sebanyak 6 orang (24%).

Karakteristik Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan mayoritas

responden sebagai wiraswasta memiliki

pengetahuan baik sebanyak 5 orang

(20%) dan minoritas responden yang

bekerja sebagai IRT yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 1 orang

(4%). Menurut Imbalo pekerjaan adalah

kegiatan formal yang dilakukan oleh

seseorang guna dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari, sesuai dengan

teori ini bahwa apabila seseorang

berinteraksi dengan orang lain, maka

pengetahuan yang dimiliki akan

bertambah. Berdasarkan data yang

diperoleh penulis maka hal ini sesuai

dengan pendapat Imbalo apabila

seseorang berintraksi dengan orang lain

maka pengetahuan yang dimiliki akan

bertambah.

Karakteristik Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan pendidikan mayoritas

Responden memiliki pengetahuan baik,

pada penguruan tinggi yaitu sebanyak 6

orang (24%) dan minoritas responden

pengetahuan baik pada SLTP sebanyak

1 orang (4%). Menurut Imbalo

pendidikan secara umum adalah segala

upaya individu, kelompok ataupun

masyarakat sehingga dapat melakukan

apa yang diharpkan oleh pelaku

pendidikan. Maka semakin tinggi

pendidikan yang diperoleh seseorang

maka akan semakin tinggi pula

pengetahuan yang dimilikinya. Dari

hasil yang diperoleh penulis maka

semakin tinggi pendidikan yang dicapai

seseorang maka akan semakin tinggi

pada pengetahuan yang dimilikinya.

Pengetahuan Responden Tentang Regimen Terapeutik TB Paru

Berdasarkan pengetahuan

responden bahwa dari 25 responden

terdapat 13 orang (52%)

Page 11: Poniyah Simanullang

11

berpengetahuan baik, 9 orang (36%)

berpengetahuan cukup dan 3 orang

(12%) berpengetahuan kurang. Menurut

penulis dari hasil penelitian sesuai

dengan pendapat Soerjono bahwa

pengetahuan adalah kesan didalam

pikiran manusia hasil pengguna panca

indranya yang diterapkan berdasarkan

buah pikiran dari setiap orang dengan

tujuan untuk lebih mengetahui dan

medalami segala segi kehidupan.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa

mayoritas pengetahuan responden

tentang Regimen Terapeutik TB Paru

tergolong baik 13 orang (52%)

Saran

Disarankan kepada instansi Rumah

Sakit untuk lebih meningkatkan

penyuluhan untuk meningkatkan

pengetahuan pasien, khususnya tentang

Regimen Terapeutik TB Paru karena

masih ada 48 % pasien pengetahuan nya

kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul A Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan, Salemba Medika, Jakarta 2003

Arikunto, S. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Yogyakarta, 2005

Crofton J, dkk, Tuberkulosis Klinik, Widya Media, Jakarta 2002

____________, Ilmu Penyakit Paru, Widya Media, Jakarta, 2002

Imbalo, Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, EGC Jakarta, 2007

Murniasih, E. 2010 Pengenalan Tuberkulosis Paru , Widya Media, Jakarta

Notoadmodjo, S. Pengantar Pedidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003

_____________. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2003

Setiadi Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2003

Soedarsono, Diagnosa dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru, Indah Offset, Jakarta, 2006

Soerjono, Sosioslogi Suatu Pengantar, PT.Raja Grafindo Persada Jakarta, 2001

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. penerbit Alfa Beta, bandung

Surya, Pengobatan Tuberkulosis Paru, Jakarta, Kawan Pustaka, 2008

Page 12: Poniyah Simanullang

12