7
POLA TANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI Yanti Rina D*) ABSTRACT Optimum Cropping Pattern on Irrigated Lowland. The study was conducted at WKPP Cicadas, in Bi- nong, West Java in 1992. Ninety five farmers were selected by Stratified Random Sampling technique, were inter- viewed. The purpose of the study was to determine the optimum cropping pattern through the applicati In of the linear programming model. The result ofthe study showed that farmers did not use their resources optimally, i.e their income could still be increased by excuting optimum crop- ping pattern. Cropping pattern that was recommended for small size land was Rice + Fish - Fish - Rice + Fish - long bean, while that for large size land was Rice + Fish - Rice + fish - fish and long bean. Compared to the actual cropping pattern excuted by farmers, the recommended cropping pattern will increase farmer's annual income as much as 75 % (or Rp 408,277), and 24.8 % (or Rp 514,642), for small size and large size land, respectively. Land and capital were the scarce resources for farmers as shown by the, nonzero shadow price value. Family labors were avalaible for farming in every activity needed. The result of the sen- sitivity analysis showed that for small size land, changes in commodities price did not affect the optimum cropping pattern, while for large size land, ten percent decrease in price will change the optimum cropping pattern. Pendahuluan Sasaran Repelita VI diarahkan untuk mewujudkan per- tanian yang tangguh, efisien dan mampu menyediakan bahanpangan bergizi, bahan baku industri, dan pasar yang handal bagi produk-produk industri serta penggerak per- tumbuhan ekonomi pedesaan (Kasryno, 1993). Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah telah merubah strategi prioritas pembangunan pertanian sebelumnya de- ngan mencanangkan program diversifikasi. Pengembangan pola tanam pada lahan sawah irigasi denganberbagai tanaman merupakan salah satu penerapan program diversifikasi secara horizontal dengan meman- faatkan sumberdaya air irigasi secara efisien. Luas lahan sawah irigasi di Kabupaten Subang men- capai 38, I % dari luas sawah seluruhnya (Oiperta Jawa Barat, 1991). Hal ini menunjukkan bahwa peranannya cukup besar dalam mempertahankan swasembada beras, *) Star Pencliti Sosial Ekonomi Balittan Baniarbaru. khususnya Jawa Barat, dan peningkatan produksi tan-man pangan lainnya. Sementara itu dengan meningkatnya jumlah pen- duduk secara absolut, maka luas lahan pertanian per petani mengecil. Jumlah tenaga kerja bertambah, akan tetapi ke- butuhan pangan juga bertambah. Berarti cara yang perlu diperhatikan dalam usaha meningkatkan produktifitas la- han adalah intensifikasi. Tak kalah pentingnya adalah per- anan usaha perbaikan pemasaran hasil tanaman pangan. Untuk meningkatkan produktivitas lahan, pemerintah Kabupaten Subang menetapkan salah satu kebijaksanaan yaitu optimalisasi lahan melalui peningkatan intensitas tanam, khususnya pada lahan sawah irigasi. Oi Kabupaten Subang pada peri ode tahun 1987-1990, Balittan Sukamandi telah mengadakan penelitian sistem usahatani minapadi yang berlokasi di Kecamatan Binong. Pola tanam petani di daerah ini adalah padi-padi-bera. Hasil analisis yang dilakukan pada tiga pola tanam selama dua tahun menunjukkan bahwa, pada tahun 198711990. pendapatan bersih per hektar pada pola tanam minapadi- minapadi-palawija ikan dan padi-padi-palawija ikan lebih tinggi 89,5% dan 60% dari pada pola tanam padi-padi-bera yang pendapatan bersih per hektarnya Rp 1.103.143. Pada tahun 199011991, pendapatan pola tanam minapadi-mina- padi-palawija ikan dan padi-padi-palawija ikan lebih tinggi 87,5% dan 50,8% dari pada padi-padi-bera yang pendapatannya Rp 750.478 (Adnyana dan Swastika, 1991). Alokasi penggunaan sumberdaya yang dikuasai petani penting artinya, sebab penggunaan sumberdaya yang tidak optimal menyebabkan pendapatan yang diperoleh petani menjadi rendah. Oikatakan oleh Mosher (1983), bahwa setiap petani akan mencoba mencari kom- binasi tanaman dan ternak yang lebih baik dalam usahata- ninya dengan mempertimbangkan keadaan lahan, tenaga kerja dan sumberdaya lain yang tersedia pada petani. Lebih khusus lagi Kuntjoro (1977), mengutarakan bahwa dengan pemilihan pola tanam yang tepat, intensitas penggunaan lahan dan pendapatan meningkat serta penyebaran tenaga kerja keluarga lebih merata.

POLATANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POLATANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI

POLA TANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI

Yanti Rina D*)

ABSTRACT

Optimum Cropping Pattern on Irrigated Lowland.

The study was conducted at WKPP Cicadas, in Bi-nong,West Java in 1992. Ninety five farmers were selectedby Stratified Random Sampling technique, were inter-viewed. The purpose of the study was to determine theoptimum cropping pattern through the applicati In of thelinear programming model. The result ofthe study showedthat farmers did not use their resources optimally, i.e theirincome could still be increased by excuting optimum crop-ping pattern. Cropping pattern that was recommended forsmall size land was Rice + Fish - Fish - Rice + Fish - longbean, while that for large size land was Rice + Fish - Rice+ fish - fish and long bean. Compared to the actual croppingpattern excuted by farmers, the recommended croppingpattern will increase farmer's annual income as much as75% (or Rp 408,277), and 24.8 % (or Rp 514,642), for smallsize and large size land, respectively. Land and capitalwere the scarce resources for farmers as shown by the,nonzero shadow price value. Family labors were avalaiblefor farming in every activity needed. The result of the sen-sitivity analysis showed that for small size land, changes

• in commodities price did not affect the optimum croppingpattern, while for large size land, ten percent decrease inprice will change the optimum cropping pattern.

Pendahuluan

Sasaran Repelita VI diarahkan untuk mewujudkan per-tanian yang tangguh, efisien dan mampu menyediakan

bahanpangan bergizi, bahan baku industri, dan pasar yanghandal bagi produk-produk industri serta penggerak per-tumbuhan ekonomi pedesaan (Kasryno, 1993). Untukmencapai sasaran tersebut, pemerintah telah merubahstrategi prioritas pembangunan pertanian sebelumnya de-ngan mencanangkan program diversifikasi.

Pengembangan pola tanam pada lahan sawah irigasidenganberbagai tanaman merupakan salah satu penerapanprogram diversifikasi secara horizontal dengan meman-faatkan sumberdaya air irigasi secara efisien.

Luas lahan sawah irigasi di Kabupaten Subang men-capai 38, I% dari luas sawah seluruhnya (Oiperta JawaBarat, 1991). Hal ini menunjukkan bahwa peranannyacukup besar dalam mempertahankan swasembada beras,

*) Star Pencliti Sosial Ekonomi Balittan Baniarbaru.

khususnya Jawa Barat, dan peningkatan produksi tan-manpangan lainnya.

Sementara itu dengan meningkatnya jumlah pen-duduk secaraabsolut, maka luas lahan pertanian per petanimengecil. Jumlah tenaga kerja bertambah, akan tetapi ke-butuhan pangan juga bertambah. Berarti cara yang perludiperhatikan dalam usaha meningkatkan produktifitas la-han adalah intensifikasi. Tak kalah pentingnya adalah per-anan usaha perbaikan pemasaran hasil tanaman pangan.

Untuk meningkatkan produktivitas lahan, pemerintahKabupaten Subang menetapkan salah satu kebijaksanaanyaitu optimalisasi lahan melalui peningkatan intensitastanam, khususnya pada lahan sawah irigasi.

Oi Kabupaten Subang pada peri ode tahun 1987-1990,Balittan Sukamandi telah mengadakan penelitian sistemusahatani minapadi yang berlokasi di Kecamatan Binong.Pola tanam petani di daerah ini adalah padi-padi-bera.Hasil analisis yang dilakukan pada tiga pola tanam selamadua tahun menunjukkan bahwa, pada tahun 198711990.pendapatan bersih per hektar pada pola tanam minapadi-minapadi-palawija ikan dan padi-padi-palawija ikan lebihtinggi 89,5% dan 60% dari pada pola tanam padi-padi-berayang pendapatan bersih per hektarnya Rp 1.103.143. Padatahun 199011991, pendapatan pola tanam minapadi-mina-padi-palawija ikan dan padi-padi-palawija ikan lebihtinggi 87,5% dan 50,8% dari pada padi-padi-bera yangpendapatannya Rp 750.478 (Adnyana dan Swastika,1991).

Alokasi penggunaan sumberdaya yang dikuasaipetani penting artinya, sebab penggunaan sumberdayayang tidak optimal menyebabkan pendapatan yangdiperoleh petani menjadi rendah. Oikatakan oleh Mosher(1983), bahwa setiap petani akan mencoba mencari kom-binasi tanaman dan ternak yang lebih baik dalam usahata-ninya dengan mempertimbangkan keadaan lahan, tenagakerja dan sumberdaya lain yang tersedia pada petani. Lebihkhusus lagi Kuntjoro (1977), mengutarakan bahwa denganpemilihan pola tanam yang tepat, intensitas penggunaanlahan dan pendapatan meningkat serta penyebaran tenagakerja keluarga lebih merata.

Page 2: POLATANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI

32

Metode Analisis

Kindai Vol. 5 No. / /994

Adanya berbagai pola tanam yang diikuti petani padasuaIu daerah menggambarkan adanya perbedaan pengam-bilan keputusan petani daJam memilih altematif pola tanamy.mg diusahakan. Perluasan suatu jenis tanaman akan men-dii:sal. tanaman yang lain. Hal ini bisa menyebabkan terjadi-ny.t persaingan sumberdaya pertanian yang hendak digu-nakan,

Dengan mempertimbangkan analisis yang mencer-minkan pengambilan keputusan petani, maka secara umumdapat dikatakan bahwa perubahan harga produk tanamantertentu dapat mengakibatkan terjadinya perubahan polatanam yang diusahakan petani. Oleh karena itu salah satuusaha meningkatkan pendapatan petani dan pemanfaatantenaga kerja keluarga adalah perbaikan pola tanam.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peman-faatan sumberdaya petani, pola tanam optimal dan pe-ngaruh perubahan harga komoditas terhadap pola tanamoptimal.

METODOLOGI

Lokasi dan Cara Pengumpulan data

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai Sep-!emlia-tahlUll992 di daerah irigasi Bendung Macan, Desa{WKPP) Cicadas, Kecamatan (WKBPP) Binong, Kabu-pa!cD Subang. Pemilihan lokasi dilakukan secara pur-IX.'6ive.. Kriteria pemilihan adalah daerah yang memilikiiahaosawah irigasi dengan variasi pola tanam yang dilak-sanakan petani. Pengumpulan data dilakukan dengan1drnik wawancara dengan metode survei menggunakandaflar pertanyaan yang telah disiapkan.

Cara Pengambilan Sampel

Petani responden adalah pemilik-penggarap. Sebagaisatuan anal isis, responden diambil secara acak berlapis(Stratified Random Sampling) berdasarkan strata luas la-han yang dimiliki. Stratifikasi dilakukan atas pemilikanlahan sempit dan lahan luas. Stratum sempit apabila petanimemiliki luas lahan lebih kecil dari rata-rata pemilikanpopulasi (0,224 hektar) dan stratum luas apabila petanimemiliki luas lahan lebih besar dari rata-rata pemilikanpopulasi ( 0,890 hektar). Jumlah contoh yang diambil darisetiap kelompok contoh ditentukan secara proporsionaldengan jumlah seluruhnya 95 petani.

Programasi linier digunakan dalam menentukan polatanam optimum. Macam aktivitas yang dipertimbangkanadalah penanaman padi pada musim hujan, penanamanminapadi pada musim hujan, penanaman padi pada musimkemarau, penanaman minapadi pada musim kemarau,penanaman ikan panyelang dan minapadi pada musimkemarau, penanaman kacang panjang pada musim "la-buhan" dan palawija ikan pad a musim "Iabuhan". Macamkendala adalah luas lahan sawah, tenaga kerja dan modal,sedangkan fungsi tujuan adalah pendapatan petani.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Tanam di Tingkat Petani

Di daerah penelitian terdapat tiga musim tanam yaitumusim hujan, musim kemarau dan musim "labuhan". Padamusim hujan dan kemarau petani selalu menanam padi,baik secara monokultur maupun tumpang sari. Ada enampola tan am yang dilaksanakan baik oleh petani berlahansempit maupun berlahan luas (Gambar 1).

Curah hujan(mm)

Hari hujan(hari)

20

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0A S

200

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0r-~--~--+-~~--~~~--~~-+-+o N D J F M A

<;f=:::;:;:Mi:;::na:::p:=;ad;;:i=:;1 LJ!!J f Minapadi 1~~f=~Mi=na=p=ad~i=~1 <;f====M~in=a~pa=d=i==~/~~f=:::::;Mi~na=p~ad=i=~I I Pad I 1~f Padi 1 I Padi I~~f==~p;::a=d~i ===::'I I Pad i 1~Lf_--'-P...!ea-".d.!..i _~I I Pad i 1C§iiil

M J J

Keterangan: IP = ikan penyelang.

-- Curah hujan - - - - . Hari hujan

Gambar 1. Pol a tanam di WKPP Cicadas disesuaikan denganrata- rata curah hujan dan hari hujan selama 10tahun (1982·1991)

Page 3: POLATANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI

Rina : Pola Tanam Optimal Pada Lahan Sawah Irigasi 33

Seorang petani ada yang melaksanakan lebih dari satupola tanam. Pemilihan pola tanam tertentu oleh petanidipengaruhi oleh kebiasaan, pengalaman atau keteram-pilan yang dimiliki dalarn bidang teknis dan mudahnyapemasaran prod uk.

Pada musim hujan, petani menanam padi maupunminapadi mulai pertengahan Oktober sampai Pebruari.Pada musim kemarau, pemberian air untuk golongan IIadalah pada 15-30 Maret, sehingga pada akhir Maret pen-golahan tanah untuk tan am kedua bisa dilakukan berikutpersemaian. Petani juga dapat mengusahakan ikanpanyelang pada bulan Maret ini, sambil menunggu bibit dipersemaian. Panen padi dilakukan pada pertengahan sam-pai akhir Juli. Selanjutnya musim "labuhan" dimulai dariakhir Juli atau awal Agustus sampai dengan pertengahanSeptember.

Padi merupakan tanaman yang terluas diusahakanbaik pada musim hujan maupun musim kemarau untukkedua kategori petani (Tabel 1).

Tabel 1. Luas garapan petani tiap aktivitas usahatani untuktiap musim di WKPP Cicadas, 1991.

Aktivitas Klas Lahan (ha)Musim Tanam Usahatani

Sempit Luas

1. Musim Hujan Padi 0,170 0,701Minapadi 0,054 0,188

2. Musim Kemarau Padi 0,187 0,740Minapadi 0,016 0.080Ikan Panyelang - Minapadi 0.021 0.070

3. Musim Labuhan Palawija Ikan 0.110 0,420Kacang Panjang 0,040 0,170

Biaya dan Pendapatan Usahatani

Yang dimaksud dengan biaya adalah semua biayayang dikeluarkan untuk berproduksi termasuk penggunaansarana produksi, pembayaran iuran lahan dan air, sertabiaya tenaga kerja yang digunakan. Pendapatan adalah ni-lai produk dikurangi biaya. Tabel 2 menunjukkan bahwapendapatan bersih petani untuk setiap aktivitas usahataniper hektar pada petani berlahan sempit umumnya lebihkecil dari petani berlahan luas. Dalam hal ini tenaga kerjakeluarga diperhitungkan sebagai biaya. Petani berlahansempit lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluargadalam usahataninya dibanding dengan petani berlahanluas.

Pada musim hujan, nilai RlC tertinggi adalah padaminapadi, baik untuk petani berlahan sempit maupun ber-lahan luas. Pada musim kemarau, nilai RlC tertinggi adalahpada ikan panyelang- minapadi untuk petani berlahan sem-pit dan minapadi untuk petani berlahan luas. Pada musim"labuhan", nilai RlC tertinggi adalah pada kacang panjanguntuk petani berlahan sempit dan palawija - ikan untukpctani berlahan luas.

Pola Tanam Optimal

Berdasarkan hasil analisis disusun pola tanam optimalpad a Tabel 3. Luas tanam yang dilakukan petani (Tabel I)masih belum mencapai luas tanam optimal. Hal ini karenapetani melaksanakan penanaman sesuai dengan kebiasaanpetani dan modal yang dimiliki. Diduga mereka belummenyadari bahwa masih ada sumberdaya mereka yangbelum digunakan secara optimal.

Keadaan Sumberdaya Optimal

Lahan sawah yang dimiliki petani berlahan sempithabis terpakai. Hal ini ditunjukkan oleh nilai harga ba-yang an lahan sawah untuk musim hujan, musim kemaraudan musim "labuhan", berturut-turut sebesar Rp1.253.440,-; Rp 1.292.472,- dan Rp 543.097,- per hektar.Demikianjuga petani berlahan luas. Harga bayangan lahansawah untuk musim hujan, musim kemarau dan musim"labuhan" berturut-turut sebesar Rp 479.231,-; Rp272.622,- dan Rp. 103.095 per hektar. Tingginya hargabayangan ini memberikan petunjuk bahwa pengembalianlahan terhadap aktivitas usahatani di daerah penelitiancukup besar. Hal ini berarti bahwa lahan sawah di daerahpenelitian merupakan sumberdaya yang sangat terbatas.

Selang luas optimal untuk petani berlahan sempitadalah untuk musim hujan 0, 138-0,559 ha, musim kemarau0,071-0,333 ha, dan musim labuhan 0,162-0,934 ha. Untukpetani berlahan luas, musim hujan 0,781-0,934 ha, musimkemarau 0,686-1,366 ha dan musim labuhan 0,275-1,181ha.

Modal yang digunakan untuk pembelian sarana pro-duksi habis terpakai. Hal ini ditunjukkan oleh nilai hargabayangan sebesar 1,053% untuk setiap rupiah yang diin-vestasikan pad a tiap musim untuk kedua kategori petani.Berarti bahwa modal merupakan sumberdaya yang sangatterbatas, baik pada petani berlahan sernpit maupun petaniberlahan luas.

Page 4: POLATANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI

Kindai Vol. 5 No.1 1994

TabeI 2.. Biaya dan pendapatan untuk tiap aktivitas usahatani per hektar di WKPP Cicadas, 1991.

Klasifikasi Nilai Biaya PendapatanUusim Aktivitas Usahatani

Lahan Produksi Total Bersih RIC(Rp) (Rp) (Rp)

Hujan Minapadi Sempit 2.049.075 1.026.334,05 1.022.740,95 2,00Luas 2.029.440 1.028.128,92 1.001.311,08 1,97

Padi Sempit 1.446.360 886.567,09 559.972,91 1,63Luas 1.478.490 869.152,85 609.337,15 1,70

Kemarau Minapadi Sempit 1.909.640 1.006.523,30 903.116,70 1,90Luas 1.960.720 1.015.458,80 945.261,20 1,93

Ikan Panyelang - Minapadi Sempit 2.361.800 1.237.349,00 1.124.451,00 1,91Luas 2.258.300 1.276.483,40 981.816,60 1,77

Pad i Sempit 1.470.840 873.978,80 596.861,20 1,68Luas 1.511.440 811.108,45 700.331,55 1,86

Labuhan Palawija - lkan Sempit 730.400 503.564,20 226.835,80 1,45Luas 693.000 375.059,90 317.940,10 1,85

Kacang panjang Sempit 2.686.612 1.550.000,00 1.136.612,00 1,73Luas 2.662.000 1.567.223,00 1.094.777,00 1,70

Tabel 3. Pola tanam optimal di WKPP Cicadas, 1991.

IKIlasifi/casi IahanRata-rata

luas garapan(ha)

B u I a n

10 11 12 01 02 03 04 05 06 07 08 09

Sempit 0,224Minapadi Py Minapadi Kp

====================== ~===================0,224°) 0,224 0) 0,224 0) 0,224 0)

Luas 0,890Minapadi Minapadi Ikan

0,890°) 0,980 0) 0,725°)

Kp

0,165°)

Keterangan: Py = ikan panyelang.Kp = kacang panjang .•) = luas garapan.

Tenaga kerja keluarga pria yang tersedia setiap bulanpada petani berlahan sempit adalah 22,5 hari orang kerja(HOK), melebihi kebutuhan optimal setiap bulan. Sedang-kan tenaga kerja wan ita yang tersedia setiap bulan sebesar18,75 HOK, tidak dapat memenuhi kebutuhan optimalpada bulan September (Gambar 2), sehingga perlu tamba-han dari Iuar.

Untuk petani berlahan luas, kekurangan tenaga kerjapria terjadi pada bulan Pebruari, Maret, Juli dan Agustus.Kekurangan tenaga kerja wan ita terjadi pada bulan Peb-ruari, April, Juli, September dan Nopember (Gambar 3).Pada bulan-bulan ini terjadi kegiatan yang cukup banyakdan segera diselesaikan dalam waktu singkat.

Page 5: POLATANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI

Rina: Pola Tanam Optimal Pada Lahan Sawah Irigasi 35

Perbandingan penggunaan tenaga kerja pola tanamoptimal dengan pola tanam petani disajikan pada Tabel 4.Dengan pola tanam optimal kebutuhan tenaga kerja pria,wanita dan traktor secara keseluruhan meningkat. Berartiuntuk mencapai pemanfaatan lahan yang optimal diper-lukan tambahan tenaga kerja.

Tabel 4. Penggunaan tenaga kerja pada pola petani dan polaoptimal menurut klasifikasi lahan di WKPP Cicadas,1991.

Klasifikasi LahanJenis tenaga kerja

Sempit Luas(0,22 ha) (O,89 ha)

Tenaga Kerja Pria (HOK)Pola Petani 53,40 195,24Pola Optimal 94,99 252,03Perubahan (%) 77,69 29,08

Tenaga Kerja Wan ita (HOK)Pol a Petani 38,30 156,95Pola Optimal 69,31 167,33Perubahan (%) 80,96 6,60

Tenaga Kerja Traktor (Jam)Pola Petani 3,88 16,42Pal a Optimal 6,36 17,92Perubahan (%) 63,90 9,10

TKKP(HOKIbulan)

30

TKKW(HOK/bulan)

30

25

r-

n =-e- ~

-,

n r~hrh n r rhn.0 N D J F M A M J J A SKeterangan :

o Tenaga Kerja Keluarga Pria (TKKP).o Tenaga Kerja Keluarga Wanita (TKKW).~ TKKP tersedia.~ TKKW tersedia.

o

25

20 20

15 15

10

5 5

o

Gambar 2. Penggunaan tenaga kerja optimal pada petaniberlahan sempit di WKPP Cicadas (1991).

TKKP(HOK/bulan)

60

TKKW(HOK/bulan)

60

50

l<>-f---<>----< --& ----<>- f-<>

n n nrh ~ r0 N D J F M A M J J A SKeterangan :

o Tenaga Kerja Keluarga Pria (TKKP).o Tenaga Kerja Keluarga Wanita (TKKW).~ TKKP tersedia.~ TKKW tersedia.

20

50

40 40

30 30

20

10 10

o 0

Gambar 3. Penggunaan tenaga kerja optimal pada petarnberlahan luas di WKPP Cicadas (1991).

Pendapatan Pola Tanam Optimal

10

Pendapatan maksimal petani berlahan sempit adalahsebesar Rp 968.332,- per tahun, sedangkan petani berlahanluas Rp 2.593.316,- per tahun (Tabel 5).

Nilai efisiensi usaha petani berlahan sempit adalah1,34, nilai pengembalian tenaga kerja Rp 8.131,- per harikerja setara pria dan nilai pengembalian sarana produksi3,07. Pada petani berlahan luas, nilai efisiensi usaha 1,44,nilai pengembalian tenaga kerja sebesar Rp 9.037,- perhari kerja setara pria, dan nilai pengembalian sarana pro-duksi 3,32.

Pola tanam optimal, pendapatan petani berlahan luasakan naik sebesar 24,8% dan petani berlahan sempit akannaik 73%. Dengan demikian petani berlahan luas lebihmendekati pendapatan pola tanam optimal dibandingkanpetani berlahan sempit (Tabel 6).

Page 6: POLATANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI

Kindai Vol. 5 No. J /994

Tabel 5_ Biaya dan pendapatan pada pola optimal menurutklasifikasj lahan di WKPP Cicadas, 1991.

Jenis tenaga kerjaKlasifikasi Lahan

Sempit(0,22 ha)

Luas(0,89 ha)

Penerimaan (Rp)Biaya saran a produksi (Rp)Biaya tenaga kerja (Rp)Biaya pinjam modal (Rp)Pendapatan petani (Rp)F'endapatan bersih (Rp)Efisiensi usaha <)Efisi '1si pengembalian tenaga kerja (Rp/hksp).")Nilai pengembalian sarana produksi ""')

1.580.398307.368635.937230.660968.332406.433

1,348.131

3,07

4.496.902866.542

1.616.007651.460

2.593.3161.382.893

1,449.0373,32

Keterangan .

• ) PenerimaanBiaya total

") Penerimaan· (Slaya saprodi + Tk. traktor)Jumlah tenaga kerja setara pria

"0) Penenmaan - Biaya tenaga kerjaBiaya sarana produksi

Analisis Kepekaan

Harga luaran dipilih sebagai acuan analisis pasca Op-timal karena dianggap sulit dikendalikan. Petani hanyamenerima harga yang sudah ditentukan. Untuk analisis ini,diasumsikan ada perubahan harga sebesar 10% dari hargasolusi optimal pada produk padi, ikan dan kacang panjang.Harga prod uk saat perhitungan solusi optimal adalah padiRp 255,-/kg (MH) dan Rp 280,-/kg(MK); ikan Rp2, 100/kg(MH) dan Rp 2.200,-/kg (MK); dan kacang panjang Rp275/kg, '

Untuk petani berlahan sempit, perubahan harga sebe-sar 10%, ternyata tidak merubah pola tanam optimal, tetapihanya merubah tingkat pendapatan. Dapat ditelaah bahwapetani berlahan sempit tidak dipengaruhi oleh faktor hargakomoditas dalam menentukan pola tanam optimal. Polatanam mereka lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhankonsumsi rumah tangga.

Tabel 6. Pendapatan pada pola petani dan pol a optimal menurut klasifikasi lahan di WKPP Cicadas, 1991.

Klasifikasi lahan

Uraian Sempit Luas

Pola petani Pola optimal Pola petani Pola optimal

Nilai Produk (Rp)

Biaya (Rp)

Pendapatan (Rp)

Perbedaan (%)

897.746338.141559.605408.727

1.580.398612.066968.332

(73%)

3.593.5011.515.8272.078.674

514.642

4.496.9021.903.5862.593.316

(24,8%

Sedangkan pada petani berlahan Juas, penurunanharga padi musim kemarau sebesar 10% merubah poJatanam. Pola tanam semula minapadi (0,89 ha) - minapadi(0,89 ha) - palawija ikan (0,725 ha) dan kacang panjang(0,165 ha), berubah menjadi minapadi (0,89 ha) - minapadi(0,483 ha) dan padi (0,407 ha)-kacang panjang (0,165 ha)dan palawija ikan (0,725 ha). Perubahan pola tanam inimenyebabkan tingkat pendapatan turun sebesar 5,3%.Perubahan ini terjadi karena adanya realokasi pemanfaatansumberdaya. Penurunan harga ikan musim kemarau sebe-sar 10%, merubah pola tanam optimal menjadi minapadi(0,89 ha)-minapadi (0,483 ha) dan padi (0.407 ha) - kacangpanjang (0.165 ha) dan palawija ikan (0,725ha).

Page 7: POLATANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI

Rina. Pola Tanam Optimal Pada Lahan Sawah Irigasi

Turunnya luas pengusahaan ikan dan padi rnenurun-kan produksi ikan 13,1% dan padi 3,2%, sehingga tingkatpendapatan turun sebesar 0,89%. Akan tetapi bilamanaharga ikan dinaikkan 10% dari harga saat optimal, makaluas areal ikan pada musim kemarau bertambah menjadi0,89 ha.

Jika di musim labuhan harga kacang panjang turunsebesar 10% dan harga ikan naik sebesar 10%, makapenanaman kacang panjang yang semula 0,165 haberkurang menjadi 0,127 ha. Sisa lahannya digunakan un-tuk ikan, sehingga luas pengusahaan ikan bertambah dari.0,725 ha menjadi 0,762 ha. Dengan demikian ikan meru-pakan komoditas pesaing kacang panjang pada musimlabuhan. Akan tetapi bila harga kacang panjang naik 10%maka kacang panjang kembali dapat mengimbangi ko-moditas ikan.

Dari uraian di atas temyata petani berlahan luas harusmempertimbangkan faktor harga dalam menentukan polatanam optimal, disamping tujuan memenuhi kebutuhankonsumsi rumah tangga.

KESIMPULAN

,/ 1. Sumberdaya lahan, tenaga kerja dan modal yangtersedia belum dimanfaatkan secara optimal, sehinggapeningkatan pendapatan masih dapat dilakukan de-ngan menerapkan pola tan am optimal.

2. Lahan sawah dan modal merupakan sumberdaya yangsangat terbatas, baik bagi petani berlahan sempit mau-pun bagi petani berlahan luas. Sedangkan tenaga kerjayang dimiliki kedua macam petani, tidak selalu meru-pakan sumberdaya yang sangat terbatas pada setiapperi ode penggunaan tenaga kerja. Dengan menerapkanpola tan am optimal terjadi kenaikan penggunaantenaga kerja.

3. Pola tanam optimal untuk lahan sempit adalah mina-padi-ikan panyelang-rninapadi-kacang panjang. Polatanam optimal untuk lahan luas adalah rninapadi-minapadi- kacang panjang dan palawija ikan.

4. Dengan mengusahakan pola tanam optimal penda-patan petani berlahan sempit meningkat 73%, se-dangkan petani berlahan luas meningkat 24,8%.Dengan demikian pendapatan maksimal lebih de katkepada petani berlahan luas.

5. Naik atau turunnya harga padi, ikan dan kacang pan-jang sebesar 10% dari harga saat optimal, temyata

37

tidak merubah keputusan petani berlahan sernpit dalarnmelaksanakan pola tanam optimal, tetapi hanyamerubah tingkat pendapatan yang diterima. Pada peta-ni berlahan luas, untuk musim kemarau turunnya hargapadi dan ikan sebesar 10% dari harga saat optimalmenyebabkan terjadinya perubahan keputusan petanidalam melaksanakan pola tan am yang akan dilak-sanakan. Demikian pula untuk musim labuhan pruba-han harga kacang panjang, turun 10% dan harga ikan,naik 10% dari harga optimal, menyebabkan perubahanluas areal tan am kacang panjang dan palawija ikan.

DAFT AR PUST AKA

Adnyana, M.a. dan O.K. Sadra Swastika. 1991. The Irn-.pact Study Of Rice-Fish Farming System In Indone-sia. Central Research Institute for Food Crops.Agency for Agricultural Research and Development.

Diperta Jawa Barat. 1991. Laporan Tahunan. Dinas Per-tanian Tanaman Pangan Tingkat I Jawa Barat.

Kasryno, F. 1993. Kebijaksanaan dan strategi penelitianuntuk mendukung pembangunan pertanian. DalamSimposium Penelitian Tanaman Pangan Ill. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bo-gor.

Mosher, A.T. 1983. Menggerakan dan Membangun Per-tanian : Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Mo-demisasi. Terjemahan. c.y. Yasaguna. Jakarta.

Kuntjoro. S.u. 1977. Faktor-Faktor Yang MempengaruhiPengambilan Keputusan Petani Dalam Memilih PolaPertanaman. Tesis tidak dipublikasikan. FakultasPascasarjana. Institut Pertanian Bogor.