13
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426 RENCANA TATA TANAM DALAM UPAYA HEMAT AIR di JI. JEPUN KIRI UPTD LENTENG KABUPATEN SUMENEP Indiah Kustini Dosen Jurusan Teknik Sipil FT UNESA ABSTRACT The purpose of intend expedient to compare water economical, because year in year to increase water requirement just water circulate constant and experiences earth obstruction. Any thing vegetation that water is subsistence vegetation season this rice plant, crop and tobacco that water supply from irrigation net work. The obyek of the research is to practise agriculture in irrigation net work Jepun UPTD Lenteng Kabupaten Sumenep with plant areal 1396 ha. Design practise agriculture this one rice-crop/tobacco-crop, with vegetation tobacco 40 – 60 % with intensitas 220 %. The method this research is descriptive qualitative which is supported by numeric data or percentage, that is analisis data space whith theory than artificials net field water requirement. The factor which influence product minimum water requirement are the: perfumes to practise agriculture in November, for tree group area rice field which rotasi method, land preparation wich substratum or stagnant water 1 month 1/20 land rice and dry season water supply too rotasi metod. The research results show that the net field water requirement at the rainy season per hectar about 0,23 - 0,29 lt/sec/crop, minimum level is 0,20 lt/sec/crop. before income data space 0,29 - 0,35 , minimal 0,25 lt/sec/crop, so possible expendient economical water vegetation 0,06 lt/sec. Economical water 0,06 lt/sec, to make possible ascend intensitas dry season 60 % form intensitas vegetation 220 % up to 280 % per year Keyword: water economical, net field water requirement ABSTRAK 978

PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

RENCANA TATA TANAM DALAM UPAYA HEMAT AIRdi JI. JEPUN KIRI UPTD LENTENG KABUPATEN SUMENEP

Indiah KustiniDosen Jurusan Teknik Sipil FT UNESA

ABSTRACT

The purpose of intend expedient to compare water economical, because year in year to increase water requirement just water circulate constant and experiences earth obstruction. Any thing vegetation that water is subsistence vegetation season this rice plant, crop and tobacco that water supply from irrigation net work. The obyek of the research is to practise agriculture in irrigation net work Jepun UPTD Lenteng Kabupaten Sumenep with plant areal 1396 ha. Design practise agriculture this one rice-crop/tobacco-crop, with vegetation tobacco 40 – 60 % with intensitas 220 %.

The method this research is descriptive qualitative which is supported by numeric data or percentage, that is analisis data space whith theory than artificials net field water requirement. The factor which influence product minimum water requirement are the: perfumes to practise agriculture in November, for tree group area rice field which rotasi method, land preparation wich substratum or stagnant water 1 month 1/20 land rice and dry season water supply too rotasi metod.

The research results show that the net field water requirement at the rainy season per hectar about 0,23 - 0,29 lt/sec/crop, minimum level is 0,20 lt/sec/crop. before income data space 0,29 - 0,35 , minimal 0,25 lt/sec/crop, so possible expendient economical water vegetation 0,06 lt/sec. Economical water 0,06 lt/sec, to make possible ascend intensitas dry season 60 % form intensitas vegetation 220 % up to 280 % per year

Keyword: water economical, net field water requirement

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan dalam upaya melaksanakan hemat air, karena tahun demi tahun, kebutuhan air makin bertambah sedang siklus air tetap dan banyak mengalami gangguan alam. Salah satu tanaman yang kehidupnya tergantung dari air adalah tanaman semusim yaitu padi, palawija dan tembakau yang pemberian airnya melalui jaringan irigasi. Sebagai obyek penelitian adalah rencana tata tanam di jaringan irigasi Jepun UPTD Lenteng, Kabupaten Sumenep dengan baku sawah 1396 ha. Pola tanam yang ada padi – palawija/tembakau – palawija, dengan tanaman tembakau 40 – 60 % dengan intensitas 220 %.

Metode yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif dengan didukung data sekumder dan data lapangan kemudian dianalisis dengan teori yang ada kemudian dibuat beberapa alternatip kebutuhan air tanaman padi. Faktor yang mempengaruhi agar memiliki kebutuhan air yang minimum antara lain: pelaksanaan awal rencana tata tanam, baku sawah dibagi menjadi 3 golongan yang dilaksanakan secara rotasi, penyiapan lahan untuk pembibitan atau yang perlu digenangi dalam 1 bulan hanya 1/20 lahan dan pemberian air pada MK dilaksanakan secara giliran.

Hasil penelitian menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman di sawah pada MH/normal setiap ha 0,23 s/d 0,29, minimal 0,20 lt/dt pol , yang sebelum dilapangan

978

Page 2: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

(hasil pengamatan) 0,29 s/d 0,35, minimal 0,25 lt/dt.pol jadi didapat hemat air 0,06 lt/dt.pol. Hemat air 0,06 lt/dt dapat dimanfaatkan.untuk menaikkan intensitas pada musim kemarau 60 % dari intensitas tanaman 220 % menjadi 280 % per tahun.

Kata kunci: hemat air, kebutuhan air tanaman di sawah

979

Page 3: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

PENDAHULUAN

Pulau Madura terletak di sebelah timur kota Surabaya, di pulau tersebut sebagaian besar masyarakat menganda kan kehidupan dengan bertani. Kebutuhan air tanaman di jaringan irigasi (JI) dicukupi oleh ketersediaan air dari sungai atau dari beberapa sumber air, misalnya Sumber air Pasosongan, Tambak Agung, Sindir dan lain-lain. Namun yang sering terjadi ketersediaan air yang ada kurang mencukupi karena beberapa hal antara lain :kemungkinan pengelolaan air kurang diperhatikan, kondisi jaringan terjadi rusak, dan terjadinya sedimentasi.

Seperti halnya di daerah Kabupaten Sumenep khususnya di UPTD Lenteng, terdapat sebuah bendung bernama Bendung Jepun yang ketersediaan airya sangat berguna bagi pertanian khususnya untuk tanaman padi dan palawija di sawah. Bendung Jepun meninggikan air Kali Sarokah, tepatnya di Desa Lenteng Kecamatan Lenteng, guna mengairi daerah irigasi (DI) Jepun 1396 Ha.

Kebutuhan air tanaman padi di sawah dilayani oleh 2 (dua) pengam bilan yaitu: pengambilan kiri digunakan menyalurkan ketersediaan air ke JI Jepun kiri dengan baku sawah 931 Ha dan pengambilan kanan digunakan menya-lurkan ketersediaan air ke JI Jepun kanan dengan baku sawah 465 Ha (Gambar 1) Luas dan jenis tanaman DI. Jepun pada musim-musim yang lalu, dari data lapangan 10 tahun terakhir yang tercatat di kantor UPTD Lenteng sama dengan luas baku

DI nya, dengan intensitas tanam 240 %, MH dan MK I 80 %, sedang MK II 60% dengan tanam tembakau 40 %.

Kehidupan penduduk di Kecamatan Lenteng dan sekitarnya 80 % meng harapkan dari hasil pertanian, terutama pada MK 1 mengharapkan hasil tembakau yang baik. Dari hasil study ketersediaan air di bendung pada MK cukup, apabila di hulu bendung dan di jaringan ada pekerjaan penggalian sedimen sehingga dapat untuk menampung air. Adanya sedimentasi menunjukkan bahwa jaringan irigasi kurang dikelola dengan baik, sehingga pengunuaan air kurang optimum.

KERANGKA KONSEP

Dalam menghitung rencana kebutuh an air tanaman di sawah harus mem perhatikan neraca air di bangunan peneng kap air. Neraca air adalah keseimbangan debit andalan dengan kebutuhan air irigasi dan memperhitungkan efisiensi saluran.

1. Debit AndalanKetersediaan air pada bangunan pe

nangkap air (bendung),dianalisis ber dasar kan debit andalan atau Q 80%, yaitu debit kemungkinan terjadi atau tidak terpenuhi 20 % dari , pengamatan ke- n. dimana n = (N/5) + 1 dan N = Total pengamatan debit selama T tahun.. (Srandart Perencanaan Irigasi 1986). Data debit ditunujkkan pada Tabel 1

4

Page 4: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Gambar 1 . Skema Jaringan Irigasi Jepun

2. Kebutuhan Air IrigasiKebutuhan air irigasi tiap hektar di sawah

dihitung berdasarkan beberapa faktor yang berpengaruh yaitu:

a. Kebutuhan Air TanamanKebutuhan air tanaman adalah air

yang diperlukan tanaman untuk tum-buh, air yang diserap oleh tanaman, air yang hilang karena penguapan, jenis tanaman, jenis tanah, kehilangan air, pemakaian air yang efektif (titik layu tanaman, klimatologi, cara pemberian air, pengolahan tanah, jadwal tanam, keadaan saluran dll). Hitungan dianjurkan menggunakan ketentuan Srandart Perencanaan Irigasi, 1986, dengan rumus seperti berikut ini:

NFR = ETc + P - Re + WLR + ( IR)

Kebutuhan air irigasi DR = NFR /e

Kebutuhan air irigasi untuk palawija.NFR = (ETc - Re) / eETc = kc . Eto

WLR = Pergantian lapisan air dilakukan dua kali, masing-masing 50 mm (2.5 mm/hari) dilakukan selama 20 hari pada bulan pertama dan setelah tranplantasi.

Etc = kebutuhan air untuk tanaman penggunaan konsumtif, mm/hari

Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hr)

Kc = koefisien tanamanP = kehilangan air akibat perkolasi Re = curah hujan efektif (mm/hari)e = efisiensi irigasi keseluruhan.

b. Evapotranspirasi Potensial (ETo)Evapotranspirasi potensial dihitung

dengan metode Penman yang dimodifi-kasi. dengan rumus:

ETo = c{ W.Rn + (1-W) . f(U) (ea - ed)} = c{W.Rn+(1-W).f(U)(ea-

ed)}/8,64lt/dt/haed = RH x ea

f (U) = 0,27(1 + (U2)/100) U2 = f(u) x ((2 /(x)0.15 )W = (t - 22) x {(0,73 - 0,71)/(24 - 22)} + 0,71 Rn = Rns - Rn1Rns = (1 - ) x Rs ---> = 0,25

Rs = (0,25 + (0,54 x (n/N/100))) x Ra, di mana Ra adalah besaran nilai angot dalam hubungannya dengan letak lintang

Rnl = f(T) x f(ed) x f(n/N)f ( T ) = s x T4 , T = t + 273o K = (117,74 x 10-9) / 59 mm/ /hari. f(ed) = 0,34 - 0,044 x e0.5

f(n/N) = 0,1 + 0,9 x (n/N)

Rekap data dan hasil hitungan eva -potranspirasi ditunjukkan pada Tabel 2

5

Page 5: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

c. Kebutuhan Air Pengolahan TanahKebutuhan air irigasi selama jangka

waktu penyiapan/pengolahan tanah dihitung dengan rumus (Petunjuk Perencanaan Irigasi,1986) dengan persamaan sebagai berikut :

IR = M ek/(ek-1), dimana :M = Eo + P, mm/hari , k = (M . T) / SEo = 1.1 x ETo selama penyiapan lahanT = Jangka waktu penyiapan lahan (hr) S = 300 mm (ketentuan).

Perkolasi adalah peristiwa kehilangan air akibat pergerakan air tanah yang disebabkan oleh penurunan air secara gravitasi ke dalam tanah Besar perkolasi dipengaruhi oleh sifat fisik tanah (Braja, 1998). Berdasarkan hasil penelitian dari Laboratorium Mekanikan Tanah Teknik Sipil UNESA adalah 2 mm /hari (Retno, 2004).

d. Penggantian GenananganPergantian lapisan air dilakukan dua kali,

masing-masing 50 mm (2.5 mm/hari) dilakukan selama 20 hari pada bulan pertama dan dua bulan setelah tranplantasi.

e. Hujan EfektifHujan efektif merupakan hujan yang

meresap ke dalam tanah dan dimanfaatkan oleh tanaman. Hujan efektif terjadi pada dependable rainfall antara 70 % sampai 80% curah hujjan dengan rumus:

P = dan Re =0.70 x R80

Keterangan: P = Probabilitas; M = Nomor urut data besar ke kecil; N = Total pengamatan selama T tahun. Hasil hitungan ditulis pada Tabel 3.

f. Pola Tanam dan Intensitas TanamPola tanam dan tata taman hasil

observasi lapangan adalah: Padi - Palawija / Tembakau - Palawija . Periode bero selama musim kemarau mencapai luas lahan sekitar 60%. Awal tanam dimulai pada awal hujan , Desember periode 1 atau 2, Umur tanaman padi 3 bulan, tembakau 2,5 bulan dan umur palawija (jagung) 3 bulan pada MK 1 Dan pada MK 2 hanya berumur 2 bulan yang diman faatkan untuk makanan ternak, karena pada saat itu biasanya tidak ada air. Hasil tanaman per tahun (intensitas tanaman) adalah 220 %.

Sesuai pola tanam seperti yang disajikan pada Gambar2.

g. Efisiensi Irigasi. Ketentuan dari Kriteria Perencanaan

Irigasi untuk efisiensi saluran primer 90%, sekunder 90 % dan tersier80%

h. Kebutuhan air irigasi di lapangan Kebutuhan air irigasi rencana, perlu

mempertimbangkan kebutuhan air di lapangan (FPR), FPR adalah besar debit yang digunakan dilapangan untuk tanaman palawija . Dari data nilai FPR di lapangan adalah 0,35 lt.dt/ha

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian diskriptif, dengan cara pengamatan, dokumentasi, menganalisis data-data lapangan dalam rumus statistik dan rumus pengairan. Dari hasil perhitungan digunakan untuk mencari kebutuhan air tanaman di sawah dan merencana tata tanam dalam upaya hemat air di JI. Jepun. Data pengamatan dan dokumentasi , yang dimaksud adalah kondisi bangunan.

6

Page 6: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

Tabel 3 Tinggi Curah hujan Rerata dan Efektif

No. Nopember Desember Januari Pebruari Maret April

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Rerata (mm/10hr) 29.6 28.1 26.0 23.2 37.5 39.5 22.3 31.8 32.7 38.1 42.0 31.0 30.0 48.9 24.1 25.5 23.0 22.0

2 R. eff (mm/hr) 1.8 1.4 2.1 1.4 1.8 2.4 1.4 1.8 1.4 2.7 2.6 1.9 2.8 3.0 2.2 1.4 1.8 1.3

Debit /Bulan Mei Jun. Jul. Ags. Sep. Okt.

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Rerata (mm/10hr) 8.1 6.3 0.0 1.9 11.0 10.3 3.1 0.2 5.2 0.1 0.0 0.2 0.0 0.0 1.0 1.8 6.1 17.7

2 R. eff (mm/hr) 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7

Hasil hitungan data pengukuran hujan , UPTD Lenteng, Indiah 2003

B U L A N

Data

Tabel 4 Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Air (Padi-Polowijo-Tembakau) Kebutuhan Air Nop Des Jan Peb Mar Apr

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

DR. (l/dt/ha) 0.86 1.60 2.19 1.95 1.47 1.32 1.19 1.12 1.18 0.73 0.50 0.30 0.24 0.10 0.51 0.91 0.99 1.27SOR(l/dt/ha) 0.78 1.44 1.97 1.75 1.32 1.19 1.07 1.01 1.06 0.66 0.45 0.27 0.22 0.09 0.46 0.82 0.89 1.14TOR (l/dt/ha) 0.70 1.30 1.78 1.58 1.19 1.07 0.96 0.91 0.96 0.59 0.40 0.24 0.20 0.08 0.42 0.74 0.80 1.03NFR (l/dt/ha) 0.56 1.04 1.42 1.26 0.95 0.85 0.77 0.73 0.76 0.47 0.32 0.19 0.16 0.07 0.33 0.59 0.64 0.82FPR (l/dt/ha.pol) 0.14 0.26 0.36 0.32 0.24 0.21 0.19 0.18 0.19 0.12 0.08 0.05 0.04 0.02 0.08 0.15 0.16 0.21

Kebutuhan Air Mei Jun Jul Agt Sep Okt1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

DR. (l/dt/ha) 1.37 1.33 1.21 0.94 0.70 0.55 0.31 0.26 0.31 0.62 0.80 0.98 1.03 1.08 0.97 0.49 0.16 0.01SOR(l/dt/ha) 1.23 1.19 1.09 0.84 0.63 0.49 0.28 0.23 0.28 0.56 0.72 0.88 0.93 0.98 0.87 0.44 0.15 0.01TOR (l/dt/ha) 1.11 1.07 0.98 0.76 0.57 0.44 0.25 0.21 0.25 0.50 0.65 0.79 0.83 0.88 0.79 0.40 0.13 0.01NFR (l/dt/ha) 0.89 0.86 0.78 0.61 0.45 0.36 0.20 0.17 0.20 0.40 0.52 0.63 0.67 0.70 0.63 0.32 0.11 0.00FPR (l/dt/ha.pol) 0.22 0.21 0.20 0.15 0.11 0.09 0.05 0.04 0.05 0.10 0.13 0.16 0.17 0.18 0.16 0.08 0.03 0.00

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Penangkap Air dan jaringan irigasnya. Data lapangan pada tahun terakhir yaitu: data klimatologi selama 5 tahun (tempe ratur, kelembaman udara relatif lama jam penyinaran, kecepatan angin dan tinggi -dan tinggi alat pengukuran), debit di bangunan penangkap air (10 tahun), hujan (7 tahun) dan data perkolasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data pengamatan dan dokumentasi, diketahui bahwa, terjadi:1. Sedimentasi di bangunan penangkap air, di

bawah bangunan ukur saluran primer tepatnya ada di saluran sepanjang saluran belokan, dan di saluran sekunder bagian hilir

2. Kondisi bangunan ukur perlu di kalibrasi3. Awal rencana tanam kurang teratur

4.

Pada MK2 bisa dikatakan tidak ada air perlu dibuat giliran glondong

5. Rekap hasil pengukuran dan analisisis data sekunder disajikan dalam uraian berikut

6. Besar debit rerata dan andalan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pada awal MH terjadi debit besar, kemudian menurun sampai awal MK2. Hal ini menunjakan bahwa pada MK 2 sudah tidak ada air

7. Besar evapotransparasi pada Tabel 2, besarnya pada MH (0,50 – 0,65 lt/dt/ha) lebih besar dibanding MK 1 (0,70 – 0,85 lt/dt/ha), sedang pada awal

8. MK 2 mulai mengecil (0,40 – 0,50 lt.dt/ha). Hal ini menunjukkan kebenaran karena tidak semua areal pada MK 2 ditanami.

7

Page 7: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

9. Besar hujan efektif sebanding dengan debit, hal ini menunjukkan memang ada hubungan variable tersebut dalam Tabel 3.

10. Kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan point a s/d h disajikan pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air di pinu intake intake (DR), pintu tersier (TOR) dan di sawah tidak tetap atau bervariasi antara 0,10 – 0,34 lt/dt/ha.

ANALISA DATA

Tata tanam merupakan upaya pengaturan waktu, tempat, jenis dan luas tanaman baik pada MH maupun MK disertai penggunaan air yang efisien untuk mendapatkan produksi yang optimal, sehingga perencanaan tata tanam merupakan perpaduan antara kebutuhan air untuk tanaman dengan ketersediaan air irigasi. Dari beberapa alternatif seperti ditunjukkan pada Tabel 5 dapat direncana tata tanam dengan intensitas maksimum 280 % dengan pola tanam sesuai lapangan dan dapat ditanam PG! sebesar 10 %.

Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan rencana tanam adalah:- Pada akhir MK tanah dibalik, untuk

memperbaiki sifat olah tanah.- Pada awal tanam padi musim hujan dimulai

awal MH atau dilakukan pada bulan November Periode 2 s/d Periode 3.

- Awal periode pembibitan dilakukan bersamaan dengan penyiapan lahan selama 20 - 30 hari.

- Luas pembibitan dibuat 1/20 dari luas lahan sawah.

- Besar LPR : (Luas Pembibitan x 20) + (Luas Garapan x 6) + (Luas Tanaman x 4) + (Luas Palawija /tembakau x 1)

- Kekurangan air MH dicukupi dengan air hujan/awal tanam tiap golongan dibagi 3 kelompok atau awal tanam di undur

- FPR min 0,10 lt/dt/ha.pol (Tabel 6)- FPR yang disetujui oleh pihak pengairan

dan pertanian adalah 0,14 s/d 0,29 lt/dt/ha.pol

- Apabila debit air lebih kecil dari 0,80 Q normal, harus dilaksanakan pergiliran antar Blok/Rotasi I dan II

- Selisih waktu tanam untuk setiap golongan 10 hari

- Apabila terjadi pergiliran, pemberian air dilakukan periode 7 hari, sesuai dengan LPR dan memperhatikan kehilangan air di sekunder 10 %, sedangkan pembukaan pintu tersier di setiap bangunan sadap

sesuai instruksi dan sesuai keputusan dalam rapat HIPPA.

KESIMPULAN

Kebutuhan air tanaman di lahan sawah dari hasil analisa data klimatologi dan data lapangan, dapat ditentukan setiap hektar pada MH 0,14 s/d 0,29 lt/dt/ha; sedangkan nilai kebutuhan air berdasarkan pengamatan lapangan sebesar 0,20 s/d 0,35; sehingga dapat hemat air 0,06 lt/dt. Dari surplus (hemat) air 0,06 lt/dt dapat menaikkan intensitas 60 % dari intensitas tanaman 220 % menjadi 280 % per tahun.

Saran

Untuk daerah irigasi lainnya perlu dianalisis neraca airnya, informasi neraca air ini dapat digunakan untuk mengetahui jumlah kelebihan air yang dapat dimanfaatkan serta mengantisipasi dampak kekeringan.

Apabila terjadi kekeringam sebaiknya digunakan pola pergiliran tanaman yang optimal, dengan memperhitungkan Luas Palawija Relatif.

DAFTAR PUSTAKA

Darmanto dan Fatchan Nurrochmad. 1986. Irigasi dan Bangunan Air. Yogyakarta : UGM

Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Sumenep, 2002, Riview Design Jaringan Irigasi Jepun UPTD Lenteng, Kabupaten Sumenep,2002. Sumenep: CV Tata Surya Konsultan.

DPU Dirjen Pengairan. 1986, Standart Perencanaan Irigasi , Saluran KP – 03, KP - 05. Jakarta : DPU Pengairan

Indiah Kustini 2003, Irigasi I, Surabaya : University Press Unesa Surabaya

Indiah Kustini 2003, Irigasi II, Surabaya : University Press Unesa Surabaya

Retno Widorini, 2004, Studi Tata Tanam Pada Jaringan Irigasi Jepun di UPTD Lenteng Sumenep, Teknik Sipil FPTK : Unesa surabaya.

Moch. Soleh. Irigasi I & II. . Surabaya : Teknik Sipil ITS

Suhardjono , 1989. Kebutuhan Air Tanaman, Malang: ITN

8

Page 8: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Soejadi dkk, 2000, Pedoman penulisan dan Ujian Skripsi Universitas Negeri Surabaya Surabaya: University Press Unesa Surabaya

Vaughn E.Hansen, Orson W. Israelsen, Glen E.Stringham. 1986. Dasar-dasar dan

Praktek Irigasi. Terjemahan : Endang Pipin Tacyan, Soetjipto. Jakarta : Erlangga.

v

Tabel 5 Contoh Perhitungan Kebutuhan Air/Neraca Air (Alternatif 1) Pola tanam Padi - Tembakau/Palwijo - Palawija 80 % Bero 20 %

TANAMAN BLOK M H. 1 M K.1 M K.2 NOV DES JAN PEB MAR

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) I II III I II III I II III I II III I II III I

Pawinihan A 6 11.00 16.50 11.00 5.50 0.00 0.00 0.00

Garapan 330 105 209 314 209 105 0 0 0

- Tan.Padi . 330 110 220 330 330 330 330 330 110 0

- Tembakau 297 0 110 220

- Pol 1 264

Pawinihan B 4 8.70 13.05 8.70 4.35 0.00 0.00

Garapan 261 83 165 248 165 83 0 0

- Tan.Padi . 261 87 174 261 261 261 261 261 87 0

- Tembakau 261 0 87

- Pol 1 261

Pawinihan C 5.67 11.33 17.00 11.33 5.67 0.00

Garapan 340 108 215 323 215 108 0

- Tan.Padi . 340 113 227 340 340 340 340 340 113 0

- Tembakau 340 0

- Pol 1 340 0

Pawinihan 0 6 15 31 35 31 16 6 0 0 0 0 0 0 0 0

Garapan 0 105 292 586 672 593 298 108 0 0 0 0 0 0 0 0

- Tan.Padi 818 0 0 0 0 0 110 307 617 818 931 931 931 711 427 113 0 0

- Tembakau 931 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 110 307

- Pol 1 0 729 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Luas Total 931 818 931 729 0 110 307 617 818 931 931 931 931 931 931 711 427 113 110 307

LPR (lt/dt/ha pol.) 0 737 2,057 4,136 5,181 5,409 4,571 4,030 3,724 3,724 3,724 2,844 1,708 453 110 307

FPR Minimum (hit klimatologi-lt/dt/ha.pol) 0.14 0.26 0.36 0.32 0.24 0.21 0.19 0.18 0.19 0.12 0.08 0.05 0.04 0.02 0.08 0.15

FPR yang disarankan (lt/dt/pol) 0.22 0.22 0.15 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22

FPR giliran (lt/dt/pol) 0.10 0.10 0.15 0.20 0.20

Efosiensi irigasi di tersier-primer 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 0.22 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33 1.33

Q Renc. = (LPR x FPR) / koef sal (lt/dt) 0 216 410 1210 1516 1583 221 1179 1090 1090 1090 832 500 133 32 90

0 74 206 620 1,036 1,082 221 1,179 1,090 1,090 1,090 832 500 133 32 90

Q tersedia (Q rata-rata) (lt/dt) 49 65 107 565 1043 1110 1100 1250 1914 1165 1193 1046 1033 1034 676 343

Kekurangan debit saat debit nornal (lt/dt) 49 (9) (99) (55) 7 28 879 71 824 75 103 214 533 901 643 253

Kekurangan debit saat ada giliran (lt/dt) 49 (9) (99) (55) 7 28 879 71 824 75 103 214 533 901 643 253

9

Page 9: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep
Page 10: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep
Page 11: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

Gambar 3.a Neraca Air Rencana Tanam yang ada

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III

APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKTBulan

Debi

t (lt

/dt)

Debit Tersedia (debit Andalan, Tabel 1)

Debit rencana tanam yang ada menurut hitungan

Debit rata-2 di intake-tabel 1

Debit yang dimanfaatkan untuk menaikkan intensitas

Gambar 3.b Neraca Air Rencana Tanam Alternatif 1 dan 2 Awal Tanam Nopember 3

0

50

100

150

200

250

300

350

400

III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III

APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKTBulan

Debi

t (lt

/dt)

Debit Tersedia (debit Andalan)

Neraca air dari rencana tanam alternatif 1, dan intensitas 280 %"

neraca air dari rencana tanam alternayif 2, dengan intensitas 280 % dan PGI 10 %"

Debit yang dimanfaatkan pafa bulan berikutnya

Page 12: PENGARUH Pola Tanam Sawah Sumenep

Tabel 1 Debit Andalan ( 80% ) Bangunan Penangkap Air Jepun dan Rerata di Intake

No, Debit /Bulan Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr. 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Andalan (lt/dt) 49 65 107 565 1043 1110 1100 1250 1914 1165 1193 1046 1033 1034 676 343 187 1452 Rata-rata (lt/dt) 64.8 124 268 568 828 959 1017 1024 1096 1126 1117 1007 858 624 510 393 301 303

No, Debit /Bulan Mei Jun. Jul. Ags. Sep. Okt.1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Andalan (lt/dt) 273 187 289 222 235 391 284 225 193 135 63 63 48 54 48 68 42 582 Rata-rata (lt/dt) 248 188 211 228 245 266 264 246 236 185 125 110 87.9 62.1 78.2 75.6 78 73.9

Hasil rekap data debit, UPTD Lenteng Sumenep, Indiah 2003

Tabel 2 Nilai Evapotranspirasi DI Jepun

No. Data /Bulan Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Temperatur ( 0 C ) 29 28 28 27 27 28 27 27 27 27 27 27 27 28 28 28 28 282 Kelembaman ( % ) 80 84 88 87 91 81 88 88 89 88 85 89 90 87 88 88 87 833 Lama peny. ( % ) 82 47 33 30 29 50 50 44 44 30 56 46 51 73 58 59 65 854 Kec. Angin ( m/detik) 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 4 2 1 1 1 1 1 2

( km/jam ) 4 5 4 5 3 4 6 4 5 11 13 5 4 4 4 5 5 75 Tinggi peng. ( m ) 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

PET (mm/hari) 6 5 4 4 3 5 4 4 4 4 5 4 5 6 5 5 5 6 ETo (l/dt/ha) 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

No. Data /Bulan Mei Jun. Jul. Ags. Sep. Okt.1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Temperatur ( 0 C ) 29 28 28 28 28 27 27 28 28 27 27 28 28 28 29 29 29 292 Kelembaman ( % ) 83 83 83 82 78 77 77 80 79 75 74 76 76 75 73 79 82 813 Lama peny. ( % ) 84 89 94 78 87 92 96 93 96 97 99 99 99 100 100 78 80 674 Kec. Angin ( m/detik) 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2

( km/jam ) 7 7 8 5 9 9 11 10 12 11 12 12 11 10 10 6 5 65 Tinggi peng. ( m ) 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

PET 6 6 6 5 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 6 6 6 ETo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Hasil hitungan data pengukuran, klmatologi Kalianget, Indiah 2003