Upload
ceceshellynaritry
View
278
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skripsi pneumonia
Citation preview
5/26/2018 Pneumonia
1/80
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN DERAJAT BERATNYA
PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK USIA 0-5 TAHUN DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO PERIODEJANUARI 2009-DESEMBER 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran
SHELLY NARITRY
0910.211.063
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
2013
5/26/2018 Pneumonia
2/80
ii
PENGESAHAN DEKAN
Skripsi diajukan oleh :
Nama : Shelly Naritry
NRP : 0910.211.063
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Judul Skripsi : Hubungan Antara Status Gizi dengan Derajat Beratnya
Pneumonia Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Periode Januari 2009-Desember 2012
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah
diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Disetujui,
dr. Ratna Indrawati, M.Kes dr. Yurita Handoyo, SpAdr. Mila Citrawati, M.Biomed
Penguji I Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan
dr. Chairunan Hasbullah, MARS
Dekan Fakultas Kedokteran UPNVeteran Jakarta
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal ujian : 5 September 2013
5/26/2018 Pneumonia
3/80
iii
PENGESAHAN
KETUA PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
Skripsi diajukan oleh :
Nama : Shelly Naritry
NRP : 0910.211.063
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Judul Skripsi : Hubungan Antara Status Gizi dengan Derajat Beratnya
Pneumonia Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Periode Januari 2009-
Desember 2012
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah
diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Disetujui
Dr. Anisah, Mpd.KedKetua Program Studi Sarjana Kedokteran
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal ujian : 5 September 2013
5/26/2018 Pneumonia
4/80
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar.
Nama : Shelly Naritry
NRP : 0910.211.063
Tanggal :
Tanda Tangan :
5/26/2018 Pneumonia
5/80
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akadenik Universitas Pembangunanan Nasional Veteran Jakarta,
saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Shelly Naritry
NRP : 0910.211.063
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul:
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN DERAJAT BERATNYA
PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK USIA 0-5 TAHUN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PASAR REBO PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER
2012
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal :
Yang menyatakan,
(Shelly Naritry)
5/26/2018 Pneumonia
6/80
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya skripsi dengan judul HUBUNGAN ANTARA
STATUS GIZI DENGAN DERAJAT BERATNYA PNEUMONIA PADA
PASIEN ANAK USIA 0-5 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PASAR REBO PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2012 dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr.Yurita Handoyo,SpA dan
dr.Mila Citrawati, M.Biomed selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk,
pengarahan dan nasehat yang sangat berharga di dalam penyusunan sampai dengan
selesainya skripsi ini.
Tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
sangat berjasa dalam memberikan bantuan baik moril dan materil, teristimewa
kepada:1. Ayahanda, Priyambodo, ibunda Sunarti dan kedua kakakku Mardiati, SE
dan Hadyaminingsih, SE yang telah banyak memberikan semangat selama
pembuatan skripsi dan membantu baik berupa moril dan materil.
2. Nenekku, Sutiyem yang telah memberikan dukungan dalam hal doa dansemangat.
3. dr. Chairunan Hasbullah, MARS selaku dekan Fakultas KedokteranUniversitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
4. dr. Lucy Widasari, M.Si selaku ketua Medical Education Unit atasdukungannya dalam penulisan skripsi.
5. dr. Marlina, M.Kes selaku koordinator skripsi dan seluruh tim CommunityResearch Programmeatas dukungannta dalam penulisan skripsi
6. Bapak Achmad Hisyam dan Bapak Sobri selaku pembimbing metodologipenelitian yang telah memberikan tata cara metodologi penelitian.
5/26/2018 Pneumonia
7/80
vii
7. Kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo beserta staf ataspemberian izin lokasi penelitian dan informasi data pendukung.
8. Sahabat-sahabatku, Rissa Andini Puspita, Achamd Alfi Bashori, KriskiRegina Gaezani, Irene Diah Julianti, Reica Apriliana, Fitria Ayu, Evita
Adiningtyas, Debby Serestia Silaban, Adi Rahmawan, yang telah
memberikan pembelajaran memahami penelitian ini serta ide-ide yang tidak
terpikir sebelumnya.
9. Teman-temanku, Lita Resmi Anggraeni, Sylvia Wahyu Rachmawati, FatinAdila Lubis, Lailatul Faradila, Fauziah, Sofie Arifa Berkatie dan Anisa
Rizki Pratiwi yang telah memberikan nasehat, saran dan motivasi dalam
penelitian ini.
10.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telahmemberikan segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang dituangkan di dalam skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan Taufik dan HidayahNya
kepada kita.
Jakarta,
Shelly Naritry
5/26/2018 Pneumonia
8/80
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Shelly Naritry
Alamat : Jalan agung raya 1 no 101 RT 13 RW 03 Kelurahan
Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan,
Kode pos 12610
Telepon : 021 7862984
HP : 085710178899
Email : [email protected]
Agama : Islam
Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta/21 Maret 1991
KELUARGA
Orang tua
Ayah : Priyambodo
Ibu : SunartiSaudara
Kakak pertama : Mardiati, SE
Kakak kedua : Hadyaminingsih, SE
PENDIDIKAN FORMAL
2007 - 2009 Sekolah Menengah Atas Negeri 109 Jakarta
2006 - 2007 Sekolah Menengah Atas Perguruan Cikini
2003 - 2006 Sekolah Menengah Pertama Negeri 98 Jakarta
1997 - 2003 Sekolah Dasar Hang Tuah III
1995 - 1997 Taman Kanak - Kanak Hang Tuah IV
5/26/2018 Pneumonia
9/80
ix
PENDIDIKAN NON FORMAL
20072008 Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional LIA, English for
Adults : Intermediate Levels
20062007 Lembaga Bahasa dan Pendidikan Proeesional LIA, English For
Adults : Elementary Levels
20062007 English Language Training International , Conversation
20052006 Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profsional LIA , Communicating
in English A General English Course for SLTP Students
20022006 Sekolah Tari Bali Saraswati Jakarta
19992003 Sanggar Tari Betawi Anjungan Taman Mini Indonesia Indah
19982002 Sanggar Tari Bali Putra Budaya
5/26/2018 Pneumonia
10/80
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN DEKAN .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN K.A PSSK .......................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................................... iv
HALAMAN HAK CIPTA .................................................................................. v
PRAKATA .......................................................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
ABSTRAK .......................................................................................................... xvii
ABSTRACT ........................................................................................................ xviii
RINGKASAN ..................................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
I.2. Perumusan Masalah ...................................................................................... 4
I.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
I.3.1. Tujuan Umum ...................................................................................... 4
I.3.2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 5
5/26/2018 Pneumonia
11/80
xi
BAB II LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6
II.1.1. Status Gizi ......................................................................................... 6
II.1.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ....................... 6
II.1.1.2. Penilaian Status Gizi................................................................. 7
II.1.1.3. Pengukuran Antropometri ........................................................ 8
II.1.1.4. Indeks Antropometri ................................................................. 10
II.1.2. Pneumonia
II.1.2.1. Definisi ..................................................................................... 12
II.1.2.2. Etiologi ..................................................................................... 12
II.1.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pneumonia .................................. 15
II.1.2.4. Epidemiologi ............................................................................ 17
II.1.2.5. Klasifikasi ................................................................................. 17
II.1.2.6. Patogenesis ............................................................................... 19
II.1.2.7. Gejala Klinis ............................................................................. 20
II.1.2.8. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 21
II.1.2.9. Komplikasi ............................................................................... 21
II.1.2.10. Tatalaksana ............................................................................. 22
II.1.2.11. Pencegahan ............................................................................. 22
II.2. Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan ................................................. 24
II.3. Kerangka Teori ........................................................................................... 25
II.4. Kerangka Konsep ....................................................................................... 26
II.5. Hipotesis ..................................................................................................... 26
5/26/2018 Pneumonia
12/80
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 27
III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 27
III.3. Subjek Penelitian ....................................................................................... 27
III.4. Teknik Penelitian ...................................................................................... 28
III.5. Kriterian Inklusi dan Eksklusi ................................................................... 28
III.6. Rancangan Peenelitian .............................................................................. 28
III.7. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 28
III.8. Definisi Operasional Variabel ................................................................... 29
III.9. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 30
III.10. Protokol penelitian .................................................................................. 31
III.11. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Gambaran Umum RSUD Pasar Rebo ....................................................... 34
IV.1.1.Geografi Lokasi Penelitian .................................................................... 34
IV.1.2. Visi RSUD Pasar Rebo .......................................................................... 34
IV.1.3. Misi RSUD Pasar Rebo ......................................................................... 34
IV.1.4. Struktur Organisasi RSUD Pasar Rebo.................................................. 35
IV.2. Pendahuluan ............................................................................................. 35
IV.3. Analisis Hasil Penelitian ........................................................................... 35
IV.3.1.Analisis Univariat ................................................................................... 35
IV.3.1.1. Distribusi Menurut Jenis Kelamin ..................................................... 36
IV.3.1.2. Distribusi Menurut Z Score ............................................................... 36
IV.3.1.3. Distribusi Menurut Derajat Beratnya Pneumonia ............................... 36
IV.3.1.4. Distribusi Menurut Status Gizi ........................................................... 37
5/26/2018 Pneumonia
13/80
xiii
IV.3.2. Analisis Bivariat..................................................................................... 37
IV.3.2.1. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia Pada
Pasien Anak Usia 0-5 Tahun .............................................................. 38
IV.4. Pembahasan............................................................................................... 41
IV.4.1. Hasil Analisis Bivariat, Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya
Pneumonia Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun ..................................... 41
BAB V PENUTUP
V.1. Kesimpulan ................................................................................................ 43
V.2. Saran ........................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45
LAMPIRAN ....................................................................................................... 48
5/26/2018 Pneumonia
14/80
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbandingan kekurangan gizi balita dan berat badan lair rendah
(BBLR) diAssociation of South East Asia Nations (ASEAN) periode
1996 - 2005 ..................................................................................... 1
Tabel 2. Lima belas negara dengan jumlah tertinggi pneumonia .................. 3
Tabel 3. Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB
standart baku antropometri WHO-NCHS ........................................ 11
Tabel 4. Etiologi pneumonia .......................................................................... 14
Tabel 5. Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan ....................................... 24
Tabel 6. Definisi operasional ......................................................................... 29
Tabel 7. Distribusi menurut jenis kelamin ..................................................... 36
Tabel 8. Distribusi menurut z score ............................................................... 36
Tabel 9. Distribusi menurut derajat beratnya pneumonia .............................. 36
Tabel 10. Distribusi menurut status gizi .......................................................... 37Tabel 11. Hubungan status gizi dengan derajat beratnya pneumonia anak di
RSUD Pasar Rebo periode Januari 2009Desember 2012 ............ 38
Tabel 12. Penggabungan sel, Hubungan status gizi anak dengan derajat
beratnya pneumonia anak di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo periode Januari 2009-Desember 2012 ..................................... 40
5/26/2018 Pneumonia
15/80
xv
DAFTAR BAGAN/GAMBAR
Halaman
BAGAN
Kerangka Teori................................................................................................... 25
Kerangka Konsep ............................................................................................... 26
Protokol Penelitian ............................................................................................. 31
GAMBAR
Gambar 1. Makroskopik pneumonia lobaris ..................................................... 18
Gambar 2. Gambaran histopatologi pada pneumonia ........................................ 20
Gambar 3. Diagram batang hubungan antara status gizi dengan derajat
beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD
Pasar Rebo ....................................................................................... 39
Gambar 4. Penggabungan sel, diagram batang hubungan antara status gizi
dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5
tahun di RSUD Pasar Rebo ............................................................. 41
5/26/2018 Pneumonia
16/80
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................... 48
LAMPIRAN 2 Data View Univariat dan Bivariat ........................................ 49
LAMPIRAN 3 Data View Bivariat Penggabungan Sel ................................ 51
LAMPIRAN 4 Analisis Univariat................................................................. 53
LAMPIRAN 5 Analisis Bivariat ................................................................... 56
LAMPIRAN 6 Analisis Bivariat, Penggabungan Sel ................................... 58
5/26/2018 Pneumonia
17/80
xvii
ABSTRAK
SHELLY NARITRY. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia
Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
Peride Januari 2009- Desember 2012. Dibimbing oleh dr. YURITA HANDOYO,
SpA dan dr. MILA CITRAWATI, M.Biomed
Keadaan gizi yang buruk pada anak merupakan faktor risiko untuk
timbulnya infeksi pada anak, diantaranya pneumonia. Pneumonia merupakan
pembunuh utama anak di dunia dibandingkan dengan penyakit lain. Pneumonia
mengakibatkan lebih dari 2 juta balita meninggal setiap tahun atau sama dengan 4
balita meninggal setiap menitnya di dunia. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada
anak usia 0-5 tahun. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan
menggunakan data sekunder yang diambil dari rekam medis di Rumah Sakit Umum
Pasar Rebo periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2012. Data ini dianalisis
dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan adanya
hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak
dengan p
5/26/2018 Pneumonia
18/80
xviii
ABSTRACT
SHELLY NARITRY. The Relationship Between Nutritional Status with The
Severity of Pneumonia in Children Aged 0-5 years Patients in Pasar Rebo General
Hospital as per- January 2009 December 2012. Guided by dr. YURITA
HANDOYO, SpA and dr. MILA CITRAWATI, M.Biomed
Malnutrition in children is a risk factor for the onset of infection in children,
including pneumonia. Pneumonia is the leading killer of children in the world
compared to other diseases. Pneumonia caused more than 2 million toddlers died
every year or equal to 4 toddlers died every minute in the world. The purpose of
this study is to determine the relationship between nutritional status and theseverity of pneumonia in children aged 0-5 years. The research is conducted using a
cross sectionalsecondary data drawn from medical records in Pasar Rebo General
Hospital from January 2009 to December 2012. These datas were analyzed using
Chi-Square test. There is significant result between nutritional status and the
severity of pneumonia in pediatric patients with p
5/26/2018 Pneumonia
19/80
xix
RINGKASAN
SHELLY NARITRY. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya PneumoniaPada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
Peride Januari 2009- Desember 2012. Dibimbing oleh dr. YURITA HANDOYO,
SpA dan dr. MILA CITRAWATI, M.Biomed
Status gizi yang buruk pada anak merupakan faktor risiko penting timbulnya
infeksi respiratori, ini dikarenakan adanya gangguan respon imun. Infeksi
respiratori sendiri terdiri dari infeksi respiratori atas yaitu rinitis, faringitis,
tonsilitis, rinosinusitis, dan otitis media, serta infeksi respiratori bawah yang terdiri
atas epiglositis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia. Pneumonia merupakanpembunuh utama anak di bawah usia lima tahun (balita) di dunia, lebih banyak
dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria dan campak. Namun
belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui lebih lanjut apakah status gizi mempengaruhi derajat beratnya
pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD Pasar Rebo periode Januari
2009-Desemer 2012.
Status gizi adalah keadaan kesehatan seseorang atau kelompok orang yang
penentuannya berdasarkan atas kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi yang lain,
yang didapatkan dari makanan sehari-hari dan dampaknya dapat terlihat secara
antropometri. Status gizi juga merupakan hasil akhir dari keseimbangan antaramakanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan akan zat gizi tersebut.
Status gizi dipengaruhi oleh produk pangan, pembagian makanan, daya terima,
keterbatasan ekonomi, selera makan, pengetahuan gizi, prasangka buruk terhadap
bahan makan tertentu, kesukaan terhadap jenis makananan tertentu, kebiasaan
makan, dan sanitasi makanan.
Menilai status gizi bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan metode antropometri,
klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan untuk yang tidak langsung dapat diketahui
dengan cara melakukan survey konsumsi makanan, statistik vital dan melihat faktor
ekologi. Antropometri dilakukan dengan cara melihat catatan umur dan beratbadan, kemudian melihat nilai z scorenya. Indeks antropometri dapat dilihat dengan
(BB/TB,BB/U, TB/U,BMI/U).
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh
hal lain (aspirasi, radiasi dll). Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi berusia 0-
3 bulan meliputi Steptococcus group B danbakteri Gram negatif sepertiE. colli,
Pseudomonas sp, atauKlebsiella sp. Pada bayi yang berusia diatas 3 bulan sampai
anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe B, danStaphylococcus aureus,sedangkan pada anak
5/26/2018 Pneumonia
20/80
xx
diatas usia 5 tahun dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan
infeksiMycoplasma pneumoniae.
Transmisi agen mikroba memiliki tiga bentuk, yaitu aspirasi sekret yang
mengandung mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring,
inhalasi aerosol yang infeksius, dan penyebaran hematogen dari bagian
ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara
tersering. Kuman yang telah masuk ke dalam parenkim paru akan berkembang biak
dengan cepat masuk ke dalam alveoli dan menyebar ke alveoli - alveoli lain melalui
pori interalveolaris dan percabangan bronkus. Pneumonia terdiri dari 4 stadium,
yaitu stadium kongesti (4-12 jam pertama), eksudat serosa masuk ke dalam alveoli
melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, stadium hepatisasi merah (48
jam berikutnya),paru tampak merah dan bergranula, karena sel darah merah, fibrin
dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli, stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari),paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam
alveoli yang terserang dan terakhir stadium resolusi, eksudat mengalami lisis dan
reabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukurnya semula.
Diagnosis pneumonia anak menggunakan kriteria menurut World Health
Organization, yang mengacu kepada gejala klinis yang dialami penderita
pneumonia pada anak. Pneumonia berat didapatkan anak sesak napas, dirawat dan
diberikan antibiotik. Pneumonia sedang didapatkan pada anak tidak sesak napas,
ada napas cepat dengan laju napas lebih dari 60x/menit untuk anak usia 0-2 bulan,
lebih dari 50x/menit untuk anak usia 2 bulan- 1 tahun, lebih dari 40x/menit untuk
anak usia 1-5 tahun, dan diberikan antibiotik oral. Pneumonia ringan anak tidakmengalami napas cepat dan sesak napas, dan diberikan pengobatan simptomatis.
Tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai,
serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena,
terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, dan elektrolit.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
study, yaitu peneliti mencari hubungan antara variabel independen (faktor risiko)
dengan variabel dependen (efek) dengan melakukan pengukuran pada waktu yang
sama. Data yang digunakan berupa data sekunder dengan cara melihat rekam
medis. Dengan variabel independen berupa status gizi pada pasien anak usia 0-5
tahun.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sampel penelitian
ini adalah pasien pneumonia anak usia 0-5 tahun yang memenuhi kriteria inklusi.
Besar sampel sebesar 58 pasien anak dengan pendekatan sampel jenuh. Data yang
diperoleh dianalisis dengan anlisis univariat dan analisis bivariat uji Chi-Square
dengan kemaknaan (p
5/26/2018 Pneumonia
21/80
xxi
Saran untuk orang tua pasien adalah melakukan pencegahan penyakit
pneumonia dengan memperhatikan kebersihan lingkungan, memberikan gizi
seimbang dan memberikan parasetamol saat anak demam, batuk dan pilek. Saranuntuk RSUD Pasar Rebo agar dilakukan sosialisasi dan edukasi ke orang tua balita
dalam bentuk penyuluhan tentang zat gizi yang baik maupun tentang faktor-faktor
yang memperngaruhi pneumonia sehingga para orang tua dapat
mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dan angka kejadian penyakit infeksi
pada balita akan menurun.
Kata kunci : Status gizi, derajat berat ringan pada pneumonia anak
Kepustakaan : 35 (2000 - 2013)
5/26/2018 Pneumonia
22/80
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Menurunkan angka kematian anak merupakan tujuan keempat dari
millennium development goals(MDGs) dengan target dua pertiga angka kematian
anak pada tahun 1990, yang saat itu jumlahnya 97 kematian per 1000 kelahiran
hidup (Bappenas, 2008). Kontributor utama kematian anak dan masalah kesehatan
yang paling serius adalah kekurangan gizi (Patodo, 2012). Masalah kurang gizi
terjadi terutama di negara-negara berkembang yang dapat menimbulkan gangguan
tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial, dan intelektual, atau dalam kata lain,
kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan,
keterlambatan perkembangan otak dan dapat pula menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Maas, 2012). Semakin berat kondisi gizi
buruk yang diderita, semakin besar risiko terjadinya masalah kesehatan secara
fisik (Dinkes DKI, 2012).
Tabel 1. Perbandingan kekurangan gizi balita dan berat badan lahir rendah (BBLR) diAssociation of South East Asia Nations (ASEAN) periode 1996-2005.
Negara Kekurangan Gizi Balita (%) BBLR (%)
Malaysia 11 9
Thailand 18 9
Filipina 20 28
Srilangka 22 29
Vietnam 27 9
Indonesia 28 9
Myanmar 32 15
Kamboja 45 11
Timur Leste 46 12
Asia Timur dan Pasifik 15 7
Asia Selatan 45 29
Negara Berkembang 27 16
Sumber : Bappenas, 2007
Tabel di atas merupakan perbandingan kekurangan gizi balita dan BBLR di
ASEAN, dengan Indonesia berada pada urutan keenam. Status gizi anak di
Indonesia masih sangat rendah, persentase balita yang menderita gizi buruk
sebesar 8,80%, gizi kurang sebesar 19,24 %, gizi normal sebesar 68,48%, dan
gizi lebih sebesar 3,48% (Bappenas, 2005).
5/26/2018 Pneumonia
23/80
2
Status gizi yang buruk pada anak merupakan faktor risiko penting timbulnya
infeksi respiratori, ini dikarenakan adanya gangguan respon imun (IDAI, 2011).
Berkembangnya infeksi bergantung pada daya tahan tubuh (Samsuhidadjat &
Jong, 2004). Baratawidjaja dan Rengganis (2010) juga menyatakan bahwa
penyakit infeksi merupakan salah satu sebab kematian di seluruh dunia.
Menurut World Health Organization, infeksi respiratori adalah penyebab
utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia, diperkirakan empat
juta orang meninggal akibat infeksi respiratori setiap tahun (WHO, 2007). Selain
itu infeksi respiratori merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di
sarana kesehatan yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan
15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit
(Depkes RI, 2009).
Infeksi respiratori sendiri terdiri dari infeksi respiratori atas yaitu rinitis,
faringitis, tonsilitis, rinosinusitis, dan otitis media, serta infeksi respiratori bawah
yang terdiri atas epiglositis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia (IDAI, 2012).
Pneumonia merupakan pembunuh utama anak di bawah usia lima tahun (balita) di
dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria dan
campak. Namun belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Dari 9 juta
kematian balita di dunia, lebih dari 2 juta balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia atau sama dengan 4 balita meninggal setiap menitnya (Depkes RI,
2009).
Tabel 2 menunjukkan perkiraan jumlah kejadian pneumonia pada lima belas
negara dengan prevalensi pneumonia tertinggi dengan Indonesia berada pada
urutan ke enam (Hartati, 2011). Di Indonesia, angka kematian anak akibat
pneumonia antar negara-negara ASEAN berada pada urutan ke empat (IDAI,
2012). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007,
menunjukkan prevalensi angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2.2 %
dan pada balita 3%, sedangkan angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan
pada balita 15,5% (Depkes RI, 2009). Terdapat 3 propinsi di Indonesia dengan
penderita pneumonia tertinggi berturut-turut adalah propinsi Nusa Tenggara Barat
5/26/2018 Pneumonia
24/80
3
sebesar 56,50%, Jawa Barat 42,50% dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar
21,71% (Hartati, 2011).
Tabel 2. Lima belas Negara dengan jumlah tertinggi pneumonia
Negara Prediksi jumlah kasus
pneumonia (dalam
juta/tahun)
Perkiraan insiden
(episode/anak/tahun)
India 43.0 0.37
Cina 21.1 0.22
Pakistan 9.8 0.41
Bangladesh 6.4 0.41
Nigeria 6.1 0.34
Indonesia 6.0 0.28
Etiopia 3.9 0.35Kongo 3.9 0.39Vietnam 2.9 0.35
Filipina 2.7 0.27
Sudan 2.0 0.48
Afganistan 2.0 0.45
Tanzania 1.9 0.33
Mianmar 1.8 0.43Brazil 1.8 0.11
Sumber : FKUI, 2011
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru bagian distal dari
bronkiolus terminalis, mengenai bronkiolus respiratorius, dan alveoli, yangmenimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Sudoyo et al., 2009). Sedangkan menurut Alsagaff & Mukty (2006), pneumonia
adalah peradangan parenkim paru dengan asinus terisi dengan cairan dan sel
radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli
dan rongga interstisium.
Pada tahun 2005, prevalensi pneumonia balita di DKI Jakarta adalah 2,5% per
1000 balita dan angkanya meningkat menjadi 6,8% per 1000 balita tahun 2006.
Pneumonia merupakan 10 penyakit penyebab kematian, yaitu 2,92% dari seluruh
kematian, begitu juga di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, pneumonia
termasuk dalam 10 besar penyakit yang banyak di derita oleh anak (Hartati,
2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada anak usia 0-
5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009-
Desember 2012.
5/26/2018 Pneumonia
25/80
4
I.2 Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada
pasien anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Periode
Januari 2009- Desember 2012.
I.3 Tujuan Penelitian
I.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuktikan adanya hubungan antara
status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Periode Januari 2009- Desember 2012
I.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status gizi anak penderita pneumonia usia 0-5 tahun di
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo.
b. Untuk mengetahui derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5
tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo.
I.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu kesehatan,
menambah pengetahuan dan wawasan khususnya tentang status gizi dan
penyakit pneumonia pada pasien anak.
b. Dapat dijadikan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Status gizi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk memprediksi
derajatberatnya pneumonia pasien anak usia 0-5 tahun.
b. Bagi Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Merupakan sarana kerja sama mahasiswa untuk melakukan penelitian
ilmiah dan pengembangan instansi terkait.
5/26/2018 Pneumonia
26/80
5
c. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan bagi penulis
dengan cara menganalisa masalah dan mengaplikasikan pengetahuan yang
telah dimiliki saat kuliah.
I.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang hubungan status gizi dengan derajat beratnya
pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun peride Januari 2009Desember
2012 di RSUD Pasar Rebo penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan
potong lintang.
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pasar Rebo yang mewakili
kelompok sosial ekonomi tinggi, sosial ekonomi menengah, dan sosial
ekonomi rendah di Rumah Sakit tersebut yang didiagnosis menderita
pneumonia pada anak usia 0-5 tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret, sumber data diperoleh dengan menggunakan data sekunder melalui
rekam medis.
5/26/2018 Pneumonia
27/80
6
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Pustaka
II.1.1.Status Gizi
Definisi status gizi menurut Almatsier (2007) adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Sedangkan
menurut Supariasa (2002) status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan
antara makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan
zat gizi tersebut. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi,
dengan menggunakan antropometri dan biokimia sebagai pengukurnya
(Jafar, 2010).
II.1.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak
Menurut Gozali (2010) beberapa faktor yang berperan dalam
menentukan status gizi seseorang, di antaranya adalah :
1. Produk pangan
2. Pembagian makanan atau pangan
3. Daya terima
4. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
5. Pantangan pada makanan tertentu
6. Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu
7. Keterbatasan ekonomi
8. Kebiasaan makan
9. Selera makan
10. Sanitasi makanan
11. Pengetahuan gizi
5/26/2018 Pneumonia
28/80
7
II.1.1.2. Penilaian Status Gizi
Cara penilaian status gizi terbagi menjadi dua, yaitu penilaiansecara langsung dan tidak langsung. Berikut ini merupakan
pengukuran secara langsung, diantaranya :
1. Antropometri
Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh)
digunakan secara luas dalam penilaian status gizi (Supariasa,
2002). Antropometri digunakan untuk mengukur dan
memperkirakan kesehatan individu dan merupakan refleksi status
sosial dan ekonomi suatu populasi (IDAI, 2011).
2. Klinis
Penilaian status gizi secara klinis merupakan penilaian yang
dilakukan untuk melihat perubahan-perubahan yang ada pada
tubuh dan biasanya dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.
Penilaian ini dilakukan menggunakan panca indera, contoh dari
penilaian secara klinis seperti pada jaringan epitel (mata, kulit,
rambut, atau mukosa) (Supariasa, 2002).
3. Biokimia
Penilaian gizi secara biokimia adalah penilaian yang dilakukan
dengan melalui eksperimen dan dapat diuji secara laboratorium.
Penilaian ini dapat dilakukan pada darah, urine, tinja, atau jaringan
tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2002).
4. Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah penilaian status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan untuk
melihat perubahan struktur jaringan (Supariasa, 2002).
Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi
menjadi tiga. Berikut ini adalah uraian metode tersebut:
5/26/2018 Pneumonia
29/80
8
1. Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan merupakan metode penentuan statusgizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Tujuan
dilaksanakannya survey konsumsi makanan adalah untuk mengetahui
kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan
pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Survey ini juga dapat mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002).
2. Statistik Vital
Penilaian status gizi dengan metode ini yaitu dengan menganalisis
data dari berbagai statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa,
2002).
3. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan salah satu masalah faktor ekologi, sebagai
interaksi dari berbagai faktor fisik, biologis, lingkungan dan budaya.
Ketersediaan makanan bergantung pada keadaan ekologi seperti iklim,
tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi sangat penting
untuk mengetahui penyebab malnutrisi yang terjadi pada masyarakat
sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa,
2002).
II.1.1.3. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri minimal pada anak umumnya meliputi
pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala
(dari lahir sampai umur 3 tahun). Pengukuran ini dilakukan secara berkala
untuk mengkaji pertumbuhan jangka pendek, jangka panjang, dan status
nutrisi (IDAI, 2011). Secara lengkap, pengukuran antropometri dapat di
lakukan berbagai cara, di antaranya :
5/26/2018 Pneumonia
30/80
9
1. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting danpaling sering digunakan. Berat badan memiliki hubungan linier dengan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu, berat badan dapat
menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang.
Cara mengukurnya adalah dengan menggunakan timbangan khusus
berat badan atau timbangan bayi (Supariasa, 2002).
2. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting untuk
mengetahui keadaan di masa lalu dan keadaan sekarang, karena
menurut Rimbawan (2000), tinggi badan mengalami perubahan secara
perlahan dan perbedaan dapat diukur setelah beberapa waktu lamanya.
3. Lingkar Kepala
Pertumbuhan kepala paling cepat terjadi dalam 3 tahun pertama
kehidupan. Pengukuran rutin lingkar kepala merupakan komponen dan
pengkajian nutrisi pada anak sampai umur 3 tahun dan dikerjakan
terutama pada anak yang mempunyai risiko tinggi gangguan status
gizi. Lingkar kepala bukan merupakan indikator baik untuk status
nutrisi jangka pendek dibandingkan dengan berat badan karena
pertumbuhan otak umumnya dipertahankan oleh tubuh saat terjadi
masalah nutrisi. Lingkar kepala tidak dapat digunakan sebagai
pengukuran status nutrisi pada anak dengan hidrosefalus, mikrosefali,
dan makrosefali (IDAI, 2011).4. Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan, sebuah
penanda cadangan energi dan protein, dan dapat memberikan informasi
akan kadar lemak tubuh. Pengukuran ini sebaiknya dilakukan 3 kali
dan nilai akhir diambil dari rerata ketiga hasil pengukuran tersebut
(IDAI, 2011).
5/26/2018 Pneumonia
31/80
10
5. Tebal Lipatan Kulit Triceps
Tebal lipatan kulit triceps adalah sebuah penanda cadangan lemak
subkutan, dan lemak tubuh total. Tebal lipatan kulit triceps juga
memberi informasi mengenai pola lemak tubuh (fat patterning).
Pengukuran ini sebaiknya dilakukan tiga kali, diambil reratanya, dan
dicatat dalam pembulatan 0.1 cm (IDAI, 2011).
II.1.1.4. Indeks Antropometri
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu: beratbadan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
1. Berat badan menurut umur
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter
antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, berat badan
berkembang mengikuti pertambahan umur.
Berdasarkan karakteristik berat badan maka indeks berat
badan/umur digunakan sebagai salah satu cara mengukur status gizi.
Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka berat
badan/umur lebih menggambarkan status gizi seseorang. BB/U dapat
dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada
semua kelompok umur (Supariasa, 2002). Berat badan dan umur
merupakan hal yang wajib dicantumkan saat pemeriksaan anak,
karena berhubungan dengan penentuan dosis obat pada anak, yang
menggunakan berat badan, umur, maupun luas permukaan tubuh
sebagai penentunya (ICHR, 2012). Berat badan sensitif terhadap
perubahan-perubahan kecil, pengukurannya dapat digunakan
timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan
banyak waktu dan tenaga (Supariasa, 2002).
5/26/2018 Pneumonia
32/80
11
2. Tinggi badan menurut umur
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkankeadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan
tubuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi gizi
terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama
(Supariasa, 2002).
3. Berat badan menurut tinggi badan
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah
dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu indeks
BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi masa
sekarang (Supariasa, 2002).
Tabel 3. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometri WHO-NCHS
No Indeks Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1 BB/U < -3 SD
-3 s/d +2 SD
Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi cukup
Gizi lebih
2 TB/U < -2 SD
-2 SD
Stunted/kurang
Normal/baik
3 BB/TB < -3 SD
-3 s/d +2 SD
Sangat kurus
Kurus
Normal
Baik
4 BMI/U < -3 SD
-3 s/d +2 SD
Sangat Kurus
Kurus
Normal/baik
Obesitas
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Tsauri, 2000
5/26/2018 Pneumonia
33/80
12
4. Body Mass Index(BMI) menurut umur
BMI adalah indeks antropometri berat dan tinggi yangdidefinisikan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan
tinggi dalam meter persegi. BMI adalah indeks yang diterima secara
umum untuk mengklasifikasikan adipositas pada orang dewasa dan
dianjurkan untuk digunakan pada anak dan remaja hingga umur 20
tahun. Ukuran BMI/U adalah ukuran yang konsisten dengan indeks
dewasa sehingga dapat digunakan terus menerus hingga dewasa
(Bramantyo, 2011).
II.1.2. Pneumonia
II.1.2.1. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll) (IDAI, 2012).
Pneumonia atau pneumonitis adalah peradangan akut parenkim paru
yang biasanya terjadi akibat infeksi (Price & Wilson, 2005).
Pneumnoia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ
paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur ataupun parasit yang
membuat alveoli terisi cairan (Fanani, 2009).
II.1.2.2. Etiologi
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum
etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum
mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi berbeda dengan anak
yang lebih besar.
Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi berusia 0-3 bulan
meliputi Steptococcus group B danbakteri Gram negatif sepertiE. colli,
Pseudomonas sp, atauKlebsiella sp. Pada bayi yang berusia diatas 3 bulan
sampai anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
5/26/2018 Pneumonia
34/80
13
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B, dan
Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak diatas usia 5 tahun dan
remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma
pneumoniae.
Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus,
selain bakteri, atau campuran bakteri dan virus. Etiologi virus saja
sebanyak 32%, campuran bakteri dan virus 30%, dan bakteri saja 22%.
Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory Syncytial Virus
(RSV), Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Bakteri yang terbanyak
adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B, dan
Mycoplasma pneumoniae. Kelompok anak berusia 2 tahun ke atas
mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada anak
berusia dibawah 2 tahun.
5/26/2018 Pneumonia
35/80
14
Tabel 4. Etiologi pneumonia
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir-20 hari Bakteri Bakteri
E. colli
Streptococcus group BListeria monocytogenes
Bakteri anaerob
Streptococcus group DHaemophillus influenzae
Streptococcus pneumoniaeUreaplasma urealyticum
Virus
Virus Sitomegalo
Virus Herpes Simpleks
3 minggu-3 bulan Bakteri Bakteri
Chlamydia trachomatis
Streptococcus pneumoniae
Bordetella pertusis
Haemophilus influenzaetipe BMoraxallea catharalisStaphylococcus aureusUreaplasma urealytyc
Virus Virus
Virus AdenoVirus influenzaVirus Parainfluenza 1,2,3Respiratory Syncytial virus
Virus Sitomegalo
4 bulan-5 tahun Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumoniaeMycoplasma pneumoniaeStreptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzaetipe BMoraxella catharalisNeisseria meningitidisStaphylococcus aureu
Virus Virus
Virus AdenoVirus InfluenzaVirus ParainfluenzaVirus RinoRespiratory Syncytial virus
Virus Varisela-Zoster
5 tahun-remaja Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumoniaeMycoplasma pneumoniaeStreptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzaeLegionella spStaphylococcus aureus
Virus
Virus AdenoVirus Epstein-BarrVirus InfluenzaVirus ParainfluenzaVirus RinoRespiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster
Sumber : IDAI, 2012
5/26/2018 Pneumonia
36/80
15
II.1.2.3. Faktor yang mempengaruhi pneumonia
Terdapat banyak faktor yang mendasari perjalanan penyakit
pneumonia pada anak. Pejamu, agen penyakit, dan lingkungan merupakan
hal-hal yang berhubungan dengan kejadian infeksi pneumonia (IDAI,
2012).
1. Usia
Infeksi respiratori dapat ditemukan pada 50% anak berusia di bawah 5
tahun dan 30% anak berusia 5-12 tahun. Kasus infeksi respiratori berat
adalah 23% dari seluruh kasus infeksi respiratori pada anak berusia di atas
6 bulan. Menurut WHO, di negara berkembang, infeksi respiratori
termasuk infeksi respiratori bawah (pneumonia, bronkiolitis, dan lain-lain)
adalah penyebab utama dari kematian anak terutama usia 1 tahun ke
bawah.
2. Jenis Kelamin
Tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian infeksi respiratori antara
laki-laki dan perempuan, sedikit perbedaan yaitu lebih tinggi pada anak
laki-laki berusia di atas 6 tahun.
3. Status Gizi
Timbulnya pneumonia sangat dipengaruhi oleh status gizi buruk yang
mempengaruhi respon imun. Defisiensi vitamin A dianggap sebagai faktor
yang menentukan beratnya infeksi. Masalah defisiensi vitamin A subklinis
(kadar vitamin A dalam serum < 20 ug/dl) di beberapa propinsi masih
cukup memprihatinkan, karena 50% balita masih mempunyai status
vitamin A yang rendah. Defisiensi vitamin A terjadi pada 9,8 % balita di
Indonesia (Anisa, 2012). Secara umum, defisiensi vitamin A dapat
menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga mudah terkena
infeksi. Pada paru-paru, defisiensi vitamin A menyebabkan lapisan sel
yang menutupi paru-paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah
dimasuki mikroorganisme, misalnya bakteri dan virus yang dapat
menyebabkan infeksi. Perbaikan gizi, pemberian ASI, dan perbaikan
5/26/2018 Pneumonia
37/80
16
terhadap asupan vitamin A akan membantu mencegah infeksi respiratori
(IDAI, 2012).
4. Pemberian air susu ibu (ASI)
Pemberian ASI selama 1 bulan pertama akan memberi perlindungan
terhadap pneumonia, bayi yang tidak mendapatkan ASI akan 17 kali lebih
rentan terkena pneumonia (IDAI, 2012).
5. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Di negara berkembang pneumonia berhubungan dengan BBLR. 22%
kasus kematian akibat pneumonia terjadi pada BBLR.
6. Imunisasi
Risiko terkena infeksi respiratori meningkat pada beberapa penyakit
seperti campak, pertusis. Anak yang baru sembuh dari campak enam kali
lebih sering menderita infeksi respiratori dibanding yang tidak. Pemberian
imunisasi akan mengurangi risiko terkena pneumonia.
7. Pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua berhubungan dengan pengetahuan dan keadaan
sosial ekonomi, karena pengetahuan yang rendah sebagian kasus
pneumonia tidak diobati, sedangkan dengan status sosial yang rendah akan
mempengaruhi nutrisi, lingkungan dan penerimaan jasa kesehatan.
8. Lingkungan
a. Polusi udara
Polutan yang terdapat baik di dalam maupun di dalam rumah dapat
mengiritasi mukosa saluran nafas, adanya polutan dapat berasal dari
orang tua yang merokok, ventilasi rumah yang tidak baik,pajanan
terhadap suhu dingin dapat menjadi faktor risiko pneumonia.
b. Penyakit lain
Terdapat penyakit yang juga akan meningkatkan risiko dan
memperberat penyakit pneumonia, salah satunya adalah HIV(Human
Immunodeficiency Virus), 25% kematian akibat HIV disebabkan
karena infeksi respiratori, di antaranya pneumonia (IDAI, 2012).
c. Bencana alam
5/26/2018 Pneumonia
38/80
17
Pada kejadian bencana alam seperti tsunami, dapat ditemukan
korban dengan keadaan near drowning (hampir tenggelam) dan ini
akan meningkatkan risiko terjadinya pneumonia aspirasi (IDAI,
2012).
II.1.2.4. Epidemiologi
Insidens pneumonia ditemukan terutama di negara-negara
berkembang, di antaranya Bangkok 7 %, India 19,3%, Pakistan 24%,
Kenya 18%, Gambia 7,7%, Brazil 23,7%, Paraguay 17,3%, Bangladesh
18,3%, Indonesia 9 %, Philipina 16,2%, Vietnam 9,3%. Angka kematian
bayi di Indonesia pada tahun 2002-2003 adalah 35 per 1000 kelahiran
hidup atau urutan ke-4 tertinggi di antara negara-negara ASEAN (IDAI,
2012).
II.1.2.5. Klasifikasi
1. Berdasarkan derajat beratnya pneumonia untuk bayi dan anak berusia
0-5 tahun :
a. Pneumonia berat
Bila ada sesak napas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik.
b. Pneumonia sedang
Bila tidak ada sesak napas
Ada napas cepat dengan laju napas:
>60x/menit untuk anak usia 0-2 bulan
>50 x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun
>40 x/menit untuk anak > 1-5 tahun
Diberikan antibiotik oral.
c. Pneumonia ringan
Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
Diberikan pengobatan simptomatis.
5/26/2018 Pneumonia
39/80
18
Pada bayi berusia di bawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitnya lebih
bervariasi, mudah, terjadi komplikasi, dan sering menyebabkan kematian.
2. Berdasarkan Klinis dan epidemiologis (Kumar et al., 2007)
a.Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b.Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia)
c.Pneumonia aspirasi
d.Pneumonia pada penderita immunocompromised
3. Berdasarkan Bakteri Penyebab (IDAI, 2012)
a.Pneumonia bakterial
b. Pneumonia virus
4. Berdasarkan prediksi infeksi/lokasi (Sari, 2011)
a. Pneumonia lobaris
b. Bronkopneumoni
c. Pneumonia interstisial
Gambar 1. Gambaran makroskopik pneumonia lobaris dengan hepatisasi abu-abu.
Lobus bawah mengalami konsolidasi yang merata (Kumar et al., 2007).
5/26/2018 Pneumonia
40/80
19
II.1.2.6. Patogenesis dan patologi
Transmisi agen mikroba memiliki tiga bentuk, yaitu:
a. Aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah
berkolonisasi pada orofaring.
b. Inhalasi aerosol yang infeksius, dan
c. Penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal.
Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering.
Gambaran patologik bergantung pada etiologinya (Price & Wilson,
2005).
Kuman yang telah masuk ke dalam parenkim paru akan berkembang
biak dengan cepat masuk ke dalam alveoli dan menyebar ke alveoli -
alveoli lain melalui pori interalveolaris dan percabangan bronkus.
Selanjutnya pneumonia akan mengalami 4 stadium, yaitu :
1. Stadium Kongesti (4-12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor.
2. Stadium Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Paru tampak merah dan bergranula, karena sel darah merah, fibrin
dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli.
3. Stadium Hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi
di dalam alveoli yang terserang.
4. Stadium Resolusi
Eksudat mengalami lisis dan reabsorpsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali pada strukurnya semula.
5/26/2018 Pneumonia
41/80
20
Gambar 2. Gambaran histopatologi pada pneumonia, adanya neutrofil di dalam
rongga alveolus, disertai kongesti kapiler septum dan eksudat fibrinosa, yang
terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler (Kumaret al.,2007).
II.1.2.7. Gejala klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara
ringan hingga berat, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama
pada bayi (IDAI, 2012). Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak
bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai
berikut:
a. Gejala infeksi umum, yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah
atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak napas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak
perkusi, suara napas melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi
kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas
terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
5/26/2018 Pneumonia
42/80
21
Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan-5 tahun adalah tidak dapat
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk; tanda bahaya
untuk bayi berusia di bawah 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, mengi, dan demam atau badan terasa dingin.
II.1.2.8. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran radiologis
Foto thoraks (posterior anterior/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakan diagnosis. Foto thoraks saja tidak
dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan
petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gmbaran pneumonia
lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosasering memperlihatkan infiltrat bilateral atau
gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumoniae sering
menimbulkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus (Hartati, 2011).
b. PemeriksaanlaboratoriumPemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, laju
endap darah juga meningkat. Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah
dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas
darah menunjukkan hipoksemia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik (Hartati, 2011).
II.1.2.9. Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis
purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada
pneumonia bakteri (IDAI, 2012).
5/26/2018 Pneumonia
43/80
22
II.1.2.10. Tatalaksana
Dasar tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian
cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan
asam-basa, dan elektrolit. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik
atau antipiretik. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat,
komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan
pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri.
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena
tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotik dipilih
berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotik empiris
didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan
usia dan keadaan klinis pasien serta faktor epidemiologis (IDAI, 2012).
II.1.2.11. Pencegahan
Pencegahan pada tingkat pertama yaitu, pencegahan primer (primary
prevention), yang termasuk disini adalah (USU, 2013) :
a. Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan, kegiatan ini diharapkan
dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang
dapat meningkatkan faktor risiko penyakit pneumonia. Kegiatan
penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit pneumonia, penyuluhan
ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu
dan anak, dan penyuluhan kesehatan lingkungan.
b. Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi
angka kesakitan.
c. Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi malnutrisi.
d. Program kesehatan ibu dan anak yang menangani kesehatan ibu dan bayi
berat badan lahir rendah.
5/26/2018 Pneumonia
44/80
23
e. Program penyehatan lingkungan pemukiman (PLP) yang menangani
masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.
Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention), pada seorang balita
dengan keadaan penyakit termasuk dalam klasifikasi pneumonia apabila
ditandai dengan batuk, serak, pilek, panas atau demam, maka dianjurkan untuk
segera diberi pengobatan. Upaya pengobatan yang dapat dilakukan ibu ialah :
a. Mengatasi panas (demam), dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu
air es).
b. Pemberian makanan dan minuman. Memberikan makanan yang cukup
tinggi gizi, sedikit-sedikit tetapi sering, memberi ASI lebih sering.
Usahakan memberikan cairan (air putih, air buah) lebih banyak dari
biasanya.
Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yaitu pada pasien dengan
pneumonia ringan agar tidak menjadi lebih parah dan berakhir dengan
kematian. Upaya yang dapat dilakukan pada bayi dan balita yaitu perhatikan
apabila timbul gejala pneumonia seperti nafas menjadi sesak, anak tidak
mampu minum dan sakit menjadi bertambah parah, agar tidak bertambah
parah bawa anak kembali pada petugas kesehatan dan pemberian perawatan
yang spesifik di rumah dengan memperhatikan asupan gizi dan lebih sering
memberikan ASI.
5/26/2018 Pneumonia
45/80
24
II.2. Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan
Tabel 5. Penelitian terkait yang pernah dilakukan
No Judul
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Persamaan
dan Perbedaan
Penelitian
1 Hubungan
Antara Status
Gizi dengan
Klasifikasi
Pneumonia
pada Balita di
Puskesmas
Gilingan
Kecamatan
BanjarsariSurakarta
Deskriptif
analitik
dengan
pendekatan
cross
sectional
Variabel
bebas:
Status gizi
Variabel
terikat:
Klasifikasi
pneumonia
pada balita
Terdapat
hubungan
yang
signifikan
antara status
gizi degan
klasifikasi
pneumonia
di
PuskesmasGilingan
Kecamatan
Banjarsari
Surakarta
Persamaan:
Rancangan
penelitian
Perbedaan:
-Lokasi
penelitian
-Periode
penelitian
-Kriteria sampel
penelitian
-Jumlah sampel
penelitian
5/26/2018 Pneumonia
46/80
25
II.3. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
- Produk pangan - Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
- Pembagian makanan - Pantangan pada makanan tertentu
- Daya terima - Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu
- Keterbatasan ekonomi - Kebiasaan makan
- Selera makan - Sanitasi makanan
- Pengetahuan gizi
Status gizi
Antropometri (BB/U)
Gizi Lebih
Pneumonia
Daya tahan tubuh
Derajat beratnya pneumonia
Gizi BurukGizi KurangGizi Cukup
5/26/2018 Pneumonia
47/80
26
II.4. Kerangka Konsep
II.5. Hipotesis
Terdapat hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia
pada pasien anak usia 0-5 tahun.
Status gizi
Derajat beratnya pneumonia
5/26/2018 Pneumonia
48/80
27
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional
dengan cara melihat kembali data dari rekam medik pasien anak yang
dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009-
Desember 2012.
III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umun Daerah Pasar Rebo Jakarta
Timur. Waktu penelitian diambil selama bulan Maret 2013. Dipilihnya Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo sebagai lokasi penelitian, didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut:
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo merupakan Rumah Sakit dengan
standar yang baik sehingga memiliki pelayanan dan pencatatan rekam
medis tergolong baik.
Akses penelitian lebih mengefisiensikan waktu pelaksanaan penelitian
karena peneliti bertempat tinggal tidak jauh dari Rumah Sakit tersebut.
III.3. Subjek Penelitian
Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak penderita
pneumonia yang berusia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo Jakarta Timur periode Januari 2009- Desember 2012.
Sampel penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien anak penderita
pneumonia yang berumur 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo Jakarta Timur periode Januari 2009- Desember 2012.
5/26/2018 Pneumonia
49/80
28
III.4. Teknik Sampling
Untuk sampel penelitian dilakukan total sampling yaitu teknik
penentuan sampel semua populasi digunakan sebagai sampel.
III.5. Kriteria Insklusi dan Eksklusi
a. Kriteria inklusi
Pasien anak penderita pneumonia dengan usia 0-5 tahun.
b. Kriteria eksklusi
Menderita penyakit berat lain, contohnya HIV AIDS.
Rekam medis (mengenai variabel penelitian) tidak lengkap.
III.6. Rancangan Penelitian
Dengan rancangan penelitian cross sectional, yang merupakan studi
observasional (non-eksperimental) dan pengukuran dilakukan hanya satu kali.
Pada peneltian ini peneliti mencari hubungan antara variabel independen
(faktor risiko) dan variabel dependen (efek) dengan melakukan pengukuran
pada waktu yang sama.
III.7. Identifikasi Variabel Penelitian
a. Variabel independen : Status gizi pada pasien anak usia 0-5 tahun.
b. Variabel dependen : Derajat beratnya penumonia pada pasien anak usia
0-5 tahun.
5/26/2018 Pneumonia
50/80
29
III.8. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 6. Definisi operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Status gizi Keadaan tubuh
seseorang yang
dipengaruhi
keseimbangan
pemasukan dan
pengeluaran zat gizi
yang dinilai secara
antropometri
berdasarkan indeks
BB/U, TB/U,
BB/TB, dan BMI/U
(Supariasa, 2002).
Rekam
medik dan
tabel Z score
WHO-
NCHS
Indeks BB/U :
a. Gizi lebih :
>+2SD
b. Gizi cukup :
-2 s/d +2 SD
c. Gizi kurang :
-3 s/d 50x/menit untuk usia
2 bulan-1 tahun,
>40x/menit untuk usia
1-5 tahun.
Diberikan antibiotik.
Pneumonia ringan:
tidak ada nafas cepat
dan sesak.
Ordinal
5/26/2018 Pneumonia
51/80
30
III.9. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data adalah data sekunder yang sebelumnya dikumpulkan dengan
cara melihat dan meneliti kembali semua catatan rekam medis tentang kasus
pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo periode Januari 2009- Desember 2012.
5/26/2018 Pneumonia
52/80
31
III.10. Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian)
Perumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
Rancangan Penelitian
Menggunakan metode cross sectional, yaitu jenis penelitian analitik yang
menelaah hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia.
Hasil (Kesimpulan)
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling, artinya semua populasi digunakan sebagai sampel.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data-data didapatkan dari data sekunder dengan cara melihat kembali semua
catatan rekam medis tentang kasus pneumonia anak di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo peride Januari 2009-Desember 2012.
Pengolahan dan Analisis Data
Data-data tersebut kemudian diolah dengan bantuan statistik dan perangkat
lunak komputer.
Alokasi Subjek
Subjek yang akan ditelliti adalah pasien pneumonia usia 0-5 tahun yang
berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo peride Januari 2009-
Desember 2012.
5/26/2018 Pneumonia
53/80
32
III.11. Pengolahan dan Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Data ini
dianalisis secara univariat dan bivariat untuk mempelajari hubungan antara status
gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD
Pasar Rebo.
1. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, maka paling
tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:
a. Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan terhadap
data yang sudah dikumpulkan. Data editing sebaiknya dilakukan di
lokasi penelitian untuk mempermudah penelusuran kembali bila
terdapat data yang salah.
b. Coding,merupakan kegiatan merubah data dari bentuk huruf menjadi
bentuk angka/kode. Kegunaan dari codingadalah untuk mempermudah
pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
c. Processing, merupakan kegiatan memproses data dengan cara entry
data dari catatan rekam medis ke paket program statistik (SPSS).
Untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data dapat dilakukan
pengontrolan terhadap masing-masing variabel.
d. Cleaning, merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
di-entryapakah ada kesalahan atau tidak.
2. Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik masing masing variabel yang akan diteliti, baik variabel
independen maupun dependen. Fungsi dilakukannya analisis ini adalah
untuk menyederhanakan atau meringkas kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Peringkasan dapat berupa ukuran-ukuran
statistik, tabel, dan juga grafik.
3. Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua
variabel, yaitu variabel independen dan dependen. Pengujiannya
menggunakan metode chi-square karena data yang digunakan pada
penelitian ini melibatkan jenis data kategorik baik untuk variabel
independen maupun dependen untuk menyimpulkan apakah ada hubungan
5/26/2018 Pneumonia
54/80
33
antara dua variabel kategori. Uji ini dilakukan dengan batas kemaknaan (
= 0,05) yang berarti jika diperoleh nilai p>0,05 maka tidak ada hubunganyang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Rumus chi-square:
Ket :
XHit= (Fo - Fe) Fo = Frekuensi data yang diperoleh
Fe Fe = Frekuensi data yang diharapkanK = Banyaknya kategori/sel 1,2,
df = (k-1)(b-1) b = Banyaknya baris
df = Derajat kebebasan
5/26/2018 Pneumonia
55/80
34
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
IV.1.1. Geografi Lokasi Penelitian
RSUD Pasar Rebo terletak di Jalan TB Simatupang No.30 Jakarta
Timur. Rumah sakit ini berbatasan dengan beberapa daerah di Jakarta,
yaitu :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Jakarta Pusat dan Jakarta Utara.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Bekasi.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten DATI II Bogor.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Jakarta Selatan.
RSUD Pasar Rebo mengalami perkembangan yang pesat dan
mengalami beberapa kali transformasi sebelum menjadi RSUD seperti
sekarang ini.
IV.1.2. Visi RSUD Pasar Rebo
Adapun visi RSUD Pasar Rebo adalah Menjadi Rumah Sakit yang
terbaik dalam memberikan pelayanan prima pada semua lapisan
masyarakat.
IV.1.3. Misi RSUD Pasar Rebo
Misi RSUD Pasar Rebo adalah : Melayani semua lapisan
masyarakat, yang membutuhkan layanan kesehatan individu yang bermutu
dan terjangkau. Misi tersebuh menggambarkan bahwa pelayanan yang
diberikan di RSUD Pasar Rebo adalah pelayanan untuk semua lapisan
masyarakat dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan dan terjangkau
untuk semua kalangan.
5/26/2018 Pneumonia
56/80
35
IV.1.4. Struktur Organisasi RSUD Pasar Rebo
Bagan struktur RSUD Pasar Rebo ditetapkan berdasarkan Keputusan
Direktur RSUD Pasar Rebo Nomor : 027/2010. Susunan organisasi Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo terdiri dari :
- Direktur
- Wakil Direktur Pelayanan
- Wakil Direktur Keuangan dan Umum
- Bidang Pelayanan Medis
- Bidang Pelayanan Penunjang Medis
- Bidang Pelayanan dan Keperawatan
- Bagian Umum dan Pemasaran
- Bagian Sumber Daya Manusia
- Bagian Keuangan dan Perencanaan
- Komite Rumah Sakit
- Satuan Pengawas Internal
- Kelompok Staf Medis
IV.2. Pendahuluan
Pada bagian ini akan dilakukan analisis berkaitan dengan tujuan
penelitian yang sedang dilakukan, yaitu menguji apakah terdapat hubungan
dan pengaruh yang signifikan dari status gizi terhadap derajat beratnya
pneumonia pada pasien usia 0-5 tahun. Data yang digunakan adalah data yang
bersifat kategorikal, sehingga metode analisis yang tepat adalah metode
tabulasi silang dengan metode chi-square. Dalam menghitung dan analisis ini,
software yang digunakan adalah program statitik komputer atau Statistical
Program for Social Science(SPSS) versi 16.
IV.3. Analisis Hasil Penelitian
IV.3.1. Analisis Univariat
Dilakukan untuk memperoleh distribusi frekuensi masing-masing variabel
tentang variabel dependen maupun independen.
5/26/2018 Pneumonia
57/80
36
IV.3.1.1. Distribusi Menurut Jenis Kelamin
Tabel 7. Distibusi menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%)
Laki-Laki 34 58.6
Perempuan 24 41.4
Total 58 100
Mayoritas sampel yang diperoleh adalah lakilaki yaitu sebanyak 34 pasien
anak (58,6%) sedangkan pasien dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak
24 pasien anak (41,4%). Data ini sesuai dengan data epidemiologi dari British
Thoracic Society(BTS) yang menyebutkan pneumoniapada anak-anak dibawah
umur 5 tahun sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Mekanisme mengapa
pneumonia lebih banyak diderita laki-laki belum diketahui (Suharjono et al.,
2009).
IV.3.1.2. Distribusi Menurut Nilai Z ScoreTabel 8. Distribusi menurut z score
Z Score Jumlah
sampel
Minimun Maksimum Mean Std. Deviasi
58 -6,74 2,28 -1,5390 1,72213
Nilai terendah dari Z-Score yang diperoleh adalah sebesar -6,74
dengan nilai tertingginya 2,28. Sementara nilai rata rata nya adalah
sebesar -1,5390 dengan simpangan baku 1,72213.
5/26/2018 Pneumonia
58/80
37
IV.3.1.3.Distribusi Menurut Derajat Beratnya Pneumonia
Tabel 9. Distribusi menurut derajat beratnya pneumonia
Derajat Pneumonia Frekuensi Persentase (%)
Ringan 19 32,8
Sedang 2 3,4
Berat 37 63,8
Total 58 100
Berdasaran tabel yang menjelaskan pneumonia anak di Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo menunjukan bahwa sebagian besar pasien
anak termasuk dalam kategori pneumonia berat yaitu sebanyak 37 pasien
anak (63,8%). Posisi terbanyak selanjutnya diikuti oleh pneumonia ringan
yaitu sebanyak 19 pasien anak (32,8%), dan terakhir pneumonia sedang
yaitu sebanyak 2 pasien anak (3,4%).
IV.3.1.4. Distribusi Menurut Status Gizi
Tabel 10. Distribusi menurut status gizi
Status Gizi Frekuensi Persentase (%)
Buruk 11 19
Kurang 6 10,3
Cukup 40 69
Lebih 1 1,7
Total 58 100
Berdasaran tabel yang menjelaskan status gizi pasien anak di RSUD
Pasar Rebo menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak memiliki status
gizi cukup yaitu sebanyak 40 anak (69%). Posisi terbanyak selanjutnya
diikuti oleh gizi buruk, yaitu sebanyak 11 pasien anak (19%), kemudian gizi
kurang sebanyak 6 pasien anak (10,3%) dan terakhir gizi lebih yaitu
sebanyak 1 pasien anak (1,7%).
5/26/2018 Pneumonia
59/80
38
IV.3.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara status gizi sebagai variabel bebas dengan derajat beratnya
pneumonia sebagai variabel terikat. Uji bivariat ini menggunakan uji chi-
square, dengan alpha=0,05. Dengan menguji kemaknaan hubungan
digunakan tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut :
p> 0,05 menunjukan hasil tidak bermakna
p< 0,05 menunjukan hasil adalah bermakna
IV.3.2.1. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia
pada Pasien Anak
Tabel 11. Hubungan status gizi anak dengan derajat beratnya pneumonia anak di
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009-Desember 2012.
Status
Gizi
Pneumonia Total P-
value
Expected
countRingan Sedang Berat
Buruk N
%
0
0
0
0
11 (100%)
29,7
11 (100%)
19
0,02 9 cells
(75,0%)have
expected
count less
than 5.
The
minimum
expected
count is
,03
Kurang N
%
0
0
0
0
6 (100%)
16,2
6 (100%)
10,3
Cukup N
%
18 (45%)
94,7
2 (5%)
100
20 (20%)
50
40 (100%)
69
Lebih N
%
1 (100%)
5,3
0
0
0
0
1 (100%)
1,7
Total N
%
19 (32,8%)
100
2 (3,4%)
100
37 (63,8%)
100
58 (100%)
100
Berdasarkan Tabel 11, hasil analisis antara status gizi anak dengan derajat
beratnya pneumonia anak usia 0 sampai 5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo menunjukan bahwa pasien anak yang memiliki status gizi lebih
memiliki proporsi 100% menderita pneumonia ringan. Pasien anak yang memiliki
5/26/2018 Pneumonia
60/80
39
status gizi cukup memiliki proporsi 45% untuk menderita pneumonia ringan, 5%
menderita pneumonia sedang dan 50% menderita pneumonia berat. Sedangkan
pasien anak dengan status gizi kurang memiliki proporsi 100% menderita
pneumonia berat. Status gizi buruk pada pasien anak memiliki proporsi 100%
menderita pneumonia berat.
Gambar 3. Diagram batang hubungan antara status gizi dengan derajat
beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD Pasar Rebo
Tabel 11 menunjukkan hasil analisis chi-squareantara status gizi dengan
pneumonia. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi sebesar0,020. Tetapi bila kita lihat dari expected count yang ada di bawah tabel chi-
squaremenunjukan angka 9, yang berarti data tidak memenuhi syarat uji chi-
square, syarat uji chi-square adalah jumlah sel yang mempunyai nilai
expected countkurang dari 5, maksimal sebanyak 20% dari jumlah sel yang
ada. Karena itu dilakukan penggabungan sel dengan tanpa mengurangi makna
dari penelitian ini.
5/26/2018 Pneumonia
61/80
40
Tabel 12. Penggabungan sel, hubungan status gizi anak dengan derajat beratnya
pneumonia anak di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009-
Desember 2012
Status
Gizi
Pneumonia Total P-
value
Expected
countRingan Sedang
Cukup-
Lebih
N
%
21 (51,2%)
100
20 (48,8%)
54,1
41 (100%)
70,7
0,001 0 cells
(,0%)
have
expected
count less
than 5.The
minimum
expected
count is
6,16.
Kurang-
Buruk
N
%
0
0
17 (100%)
45,9
17 (100%)
29,3
Total N
%
21 (36,2%)
100
37 (63,8%)
100
58 (100%)
100
Berdasarkan tabel 12, hasil analisis antara status gizi anak dengan derajat
beratnya pneumonia anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo menunjukan bahwa pasien anak yang memiliki status gizi cukup dan
lebih memiliki proporsi 51,2% menderita pneumonia yang ringan maupun
sedang dan memiliki proporsi 48,8 % menderita pneumonia berat. Sedangkan
pasien anak yang memiliki status gizi kurang dan buruk memiliki proporsi
100% menderita pneumonia berat.
5/26/2018 Pneumonia
62/80
41
Gambar 4. Penggabungan sel, diagram batang hubungan antara status gizi
dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD
Pasar Rebo
Tabel 12 menunjukkan hasil analisis chi-square antara status gizi dengan
pneumonia. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi 0,001. Nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05, dan nilai dari expected count telah memenuhi
syarat uji chi square, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia.
IV.4. Pembahasan
IV.4.1. Hasil Analisis Bivariat : Hubungan Status Gizi dengan Derajat
Beratnya Pneumonia pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun
Gizi buruk merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi respiratori pada
anak khususnya pneumonia, ini dikarenakan adanya gangguan respon imun.
(IDAI, 2011)
Berdasarkan tabel 12, mengenai status gizi yang dimiliki pasien anak
penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo terlihat
5/26/2018 Pneumonia
63/80
42
bahwa sebagian besar pasien anak yang menderita pneumonia berat adalah
pasien anak dengan status gizi yang kurang dan buruk, sedangkan pasien anak
dengan status gizi yang cukup dan lebih cenderung menderita pneumonia
ringan. Dari hasil penelitian bivariat antara status gizi dengan derajat beratnya
pneumonia memperlihatkan bahwa kelompok pasien usia 0-5 tahun dengan
berbagai macam tingkatan status gizi diperoleh angka yang signifikan dengan
nilai p=0,001. Nilai tersebut kurang dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara status gizi dengan derajat beratnya
pneumonia. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kekurangan gizi akan
berpengaruh terhadap kekuatan, daya tahan dan respon imunologis terhadap
penyakit (Soemirat, 2000).
Malnutrisi walaupun ringan berpengaruh buruk terhadap daya tahan tubuh
sehingga anak menjadi lebih rentan terhadap infeksi (Gozali, 2010). Penelitian
di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta membuktikan adanya
hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi p=0,01 antara status gizi
dengan klasifikasi pneumonia pada balita.
Malnutrisi dapat menyebabkan kelainan pada saluran nafas sehingga
menggaggu proses fisiologis saluran napas dalam hal proteksi terhadap agen
penyakit. Pada saluran napas dalam keadaan normal, terdapat proses fisiologis
untuk mencegah agen penyakit, seperti reflek batuk, peningkatan jumlah cairan
mukosa ketika terdapat agen yang membahayakan kesehatan kesehatan saluran
napas. Pada anak dengan keadaan malnutrisi, proses fisiologis ini tidak berjalan
dengan baik, sehingga agen penyakit yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh
menjadi terakumulasi dalam saluran napas sampai pada paru-paru (Gozali,
2010).
5/26/2018 Pneumonia
64/80
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang
diperoleh, maka dapat diambil