Pneumonia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi pneumonia

Citation preview

  • 5/26/2018 Pneumonia

    1/80

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

    HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN DERAJAT BERATNYA

    PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK USIA 0-5 TAHUN DI RUMAH

    SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO PERIODEJANUARI 2009-DESEMBER 2012

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Kedokteran

    SHELLY NARITRY

    0910.211.063

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

    2013

  • 5/26/2018 Pneumonia

    2/80

    ii

    PENGESAHAN DEKAN

    Skripsi diajukan oleh :

    Nama : Shelly Naritry

    NRP : 0910.211.063

    Program Studi : Sarjana Kedokteran

    Judul Skripsi : Hubungan Antara Status Gizi dengan Derajat Beratnya

    Pneumonia Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah

    Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Periode Januari 2009-Desember 2012

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah

    diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran,

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

    Disetujui,

    dr. Ratna Indrawati, M.Kes dr. Yurita Handoyo, SpAdr. Mila Citrawati, M.Biomed

    Penguji I Pembimbing I Pembimbing II

    Mengesahkan

    dr. Chairunan Hasbullah, MARS

    Dekan Fakultas Kedokteran UPNVeteran Jakarta

    Ditetapkan di : Jakarta

    Tanggal ujian : 5 September 2013

  • 5/26/2018 Pneumonia

    3/80

    iii

    PENGESAHAN

    KETUA PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

    Skripsi diajukan oleh :

    Nama : Shelly Naritry

    NRP : 0910.211.063

    Program Studi : Sarjana Kedokteran

    Judul Skripsi : Hubungan Antara Status Gizi dengan Derajat Beratnya

    Pneumonia Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah

    Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Periode Januari 2009-

    Desember 2012

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah

    diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran,

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

    Disetujui

    Dr. Anisah, Mpd.KedKetua Program Studi Sarjana Kedokteran

    Ditetapkan di : Jakarta

    Tanggal ujian : 5 September 2013

  • 5/26/2018 Pneumonia

    4/80

    iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan benar.

    Nama : Shelly Naritry

    NRP : 0910.211.063

    Tanggal :

    Tanda Tangan :

  • 5/26/2018 Pneumonia

    5/80

    v

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai civitas akadenik Universitas Pembangunanan Nasional Veteran Jakarta,

    saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Shelly Naritry

    NRP : 0910.211.063

    Fakultas : Kedokteran

    Program Studi : Sarjana Kedokteran

    Jenis Karya : Skripsi

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Hak Bebas Royalti

    Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang

    berjudul:

    HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN DERAJAT BERATNYA

    PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK USIA 0-5 TAHUN DI RUMAH SAKIT

    UMUM DAERAH PASAR REBO PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER

    2012

    Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta berhak menyimpan,

    mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

    merawat, dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama

    saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Jakarta

    Pada tanggal :

    Yang menyatakan,

    (Shelly Naritry)

  • 5/26/2018 Pneumonia

    6/80

    vi

    PRAKATA

    Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat

    limpahan rahmat dan karunia-Nya skripsi dengan judul HUBUNGAN ANTARA

    STATUS GIZI DENGAN DERAJAT BERATNYA PNEUMONIA PADA

    PASIEN ANAK USIA 0-5 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

    PASAR REBO PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2012 dapat diselesaikan.

    Pada kesempatan ini penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih

    dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr.Yurita Handoyo,SpA dan

    dr.Mila Citrawati, M.Biomed selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran

    dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk,

    pengarahan dan nasehat yang sangat berharga di dalam penyusunan sampai dengan

    selesainya skripsi ini.

    Tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang

    sangat berjasa dalam memberikan bantuan baik moril dan materil, teristimewa

    kepada:1. Ayahanda, Priyambodo, ibunda Sunarti dan kedua kakakku Mardiati, SE

    dan Hadyaminingsih, SE yang telah banyak memberikan semangat selama

    pembuatan skripsi dan membantu baik berupa moril dan materil.

    2. Nenekku, Sutiyem yang telah memberikan dukungan dalam hal doa dansemangat.

    3. dr. Chairunan Hasbullah, MARS selaku dekan Fakultas KedokteranUniversitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

    4. dr. Lucy Widasari, M.Si selaku ketua Medical Education Unit atasdukungannya dalam penulisan skripsi.

    5. dr. Marlina, M.Kes selaku koordinator skripsi dan seluruh tim CommunityResearch Programmeatas dukungannta dalam penulisan skripsi

    6. Bapak Achmad Hisyam dan Bapak Sobri selaku pembimbing metodologipenelitian yang telah memberikan tata cara metodologi penelitian.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    7/80

    vii

    7. Kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo beserta staf ataspemberian izin lokasi penelitian dan informasi data pendukung.

    8. Sahabat-sahabatku, Rissa Andini Puspita, Achamd Alfi Bashori, KriskiRegina Gaezani, Irene Diah Julianti, Reica Apriliana, Fitria Ayu, Evita

    Adiningtyas, Debby Serestia Silaban, Adi Rahmawan, yang telah

    memberikan pembelajaran memahami penelitian ini serta ide-ide yang tidak

    terpikir sebelumnya.

    9. Teman-temanku, Lita Resmi Anggraeni, Sylvia Wahyu Rachmawati, FatinAdila Lubis, Lailatul Faradila, Fauziah, Sofie Arifa Berkatie dan Anisa

    Rizki Pratiwi yang telah memberikan nasehat, saran dan motivasi dalam

    penelitian ini.

    10.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telahmemberikan segala bantuannya.

    Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang dituangkan di dalam skripsi ini

    masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan saran yang sifatnya

    membangun sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

    Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain.

    Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan Taufik dan HidayahNya

    kepada kita.

    Jakarta,

    Shelly Naritry

  • 5/26/2018 Pneumonia

    8/80

    viii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    DATA PRIBADI

    Nama : Shelly Naritry

    Alamat : Jalan agung raya 1 no 101 RT 13 RW 03 Kelurahan

    Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan,

    Kode pos 12610

    Telepon : 021 7862984

    HP : 085710178899

    Email : [email protected]

    Agama : Islam

    Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta/21 Maret 1991

    KELUARGA

    Orang tua

    Ayah : Priyambodo

    Ibu : SunartiSaudara

    Kakak pertama : Mardiati, SE

    Kakak kedua : Hadyaminingsih, SE

    PENDIDIKAN FORMAL

    2007 - 2009 Sekolah Menengah Atas Negeri 109 Jakarta

    2006 - 2007 Sekolah Menengah Atas Perguruan Cikini

    2003 - 2006 Sekolah Menengah Pertama Negeri 98 Jakarta

    1997 - 2003 Sekolah Dasar Hang Tuah III

    1995 - 1997 Taman Kanak - Kanak Hang Tuah IV

  • 5/26/2018 Pneumonia

    9/80

    ix

    PENDIDIKAN NON FORMAL

    20072008 Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional LIA, English for

    Adults : Intermediate Levels

    20062007 Lembaga Bahasa dan Pendidikan Proeesional LIA, English For

    Adults : Elementary Levels

    20062007 English Language Training International , Conversation

    20052006 Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profsional LIA , Communicating

    in English A General English Course for SLTP Students

    20022006 Sekolah Tari Bali Saraswati Jakarta

    19992003 Sanggar Tari Betawi Anjungan Taman Mini Indonesia Indah

    19982002 Sanggar Tari Bali Putra Budaya

  • 5/26/2018 Pneumonia

    10/80

    x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN PENGESAHAN DEKAN .............................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN K.A PSSK .......................................................... iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................................... iv

    HALAMAN HAK CIPTA .................................................................................. v

    PRAKATA .......................................................................................................... vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ viii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

    DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

    ABSTRAK .......................................................................................................... xvii

    ABSTRACT ........................................................................................................ xviii

    RINGKASAN ..................................................................................................... xix

    BAB 1 PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1

    I.2. Perumusan Masalah ...................................................................................... 4

    I.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4

    I.3.1. Tujuan Umum ...................................................................................... 4

    I.3.2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 4

    1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 5

  • 5/26/2018 Pneumonia

    11/80

    xi

    BAB II LANDASAN TEORI

    II.1. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6

    II.1.1. Status Gizi ......................................................................................... 6

    II.1.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ....................... 6

    II.1.1.2. Penilaian Status Gizi................................................................. 7

    II.1.1.3. Pengukuran Antropometri ........................................................ 8

    II.1.1.4. Indeks Antropometri ................................................................. 10

    II.1.2. Pneumonia

    II.1.2.1. Definisi ..................................................................................... 12

    II.1.2.2. Etiologi ..................................................................................... 12

    II.1.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pneumonia .................................. 15

    II.1.2.4. Epidemiologi ............................................................................ 17

    II.1.2.5. Klasifikasi ................................................................................. 17

    II.1.2.6. Patogenesis ............................................................................... 19

    II.1.2.7. Gejala Klinis ............................................................................. 20

    II.1.2.8. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 21

    II.1.2.9. Komplikasi ............................................................................... 21

    II.1.2.10. Tatalaksana ............................................................................. 22

    II.1.2.11. Pencegahan ............................................................................. 22

    II.2. Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan ................................................. 24

    II.3. Kerangka Teori ........................................................................................... 25

    II.4. Kerangka Konsep ....................................................................................... 26

    II.5. Hipotesis ..................................................................................................... 26

  • 5/26/2018 Pneumonia

    12/80

    xii

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    III.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 27

    III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 27

    III.3. Subjek Penelitian ....................................................................................... 27

    III.4. Teknik Penelitian ...................................................................................... 28

    III.5. Kriterian Inklusi dan Eksklusi ................................................................... 28

    III.6. Rancangan Peenelitian .............................................................................. 28

    III.7. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 28

    III.8. Definisi Operasional Variabel ................................................................... 29

    III.9. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 30

    III.10. Protokol penelitian .................................................................................. 31

    III.11. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 32

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1. Gambaran Umum RSUD Pasar Rebo ....................................................... 34

    IV.1.1.Geografi Lokasi Penelitian .................................................................... 34

    IV.1.2. Visi RSUD Pasar Rebo .......................................................................... 34

    IV.1.3. Misi RSUD Pasar Rebo ......................................................................... 34

    IV.1.4. Struktur Organisasi RSUD Pasar Rebo.................................................. 35

    IV.2. Pendahuluan ............................................................................................. 35

    IV.3. Analisis Hasil Penelitian ........................................................................... 35

    IV.3.1.Analisis Univariat ................................................................................... 35

    IV.3.1.1. Distribusi Menurut Jenis Kelamin ..................................................... 36

    IV.3.1.2. Distribusi Menurut Z Score ............................................................... 36

    IV.3.1.3. Distribusi Menurut Derajat Beratnya Pneumonia ............................... 36

    IV.3.1.4. Distribusi Menurut Status Gizi ........................................................... 37

  • 5/26/2018 Pneumonia

    13/80

    xiii

    IV.3.2. Analisis Bivariat..................................................................................... 37

    IV.3.2.1. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia Pada

    Pasien Anak Usia 0-5 Tahun .............................................................. 38

    IV.4. Pembahasan............................................................................................... 41

    IV.4.1. Hasil Analisis Bivariat, Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya

    Pneumonia Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun ..................................... 41

    BAB V PENUTUP

    V.1. Kesimpulan ................................................................................................ 43

    V.2. Saran ........................................................................................................... 43

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 48

  • 5/26/2018 Pneumonia

    14/80

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Perbandingan kekurangan gizi balita dan berat badan lair rendah

    (BBLR) diAssociation of South East Asia Nations (ASEAN) periode

    1996 - 2005 ..................................................................................... 1

    Tabel 2. Lima belas negara dengan jumlah tertinggi pneumonia .................. 3

    Tabel 3. Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB

    standart baku antropometri WHO-NCHS ........................................ 11

    Tabel 4. Etiologi pneumonia .......................................................................... 14

    Tabel 5. Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan ....................................... 24

    Tabel 6. Definisi operasional ......................................................................... 29

    Tabel 7. Distribusi menurut jenis kelamin ..................................................... 36

    Tabel 8. Distribusi menurut z score ............................................................... 36

    Tabel 9. Distribusi menurut derajat beratnya pneumonia .............................. 36

    Tabel 10. Distribusi menurut status gizi .......................................................... 37Tabel 11. Hubungan status gizi dengan derajat beratnya pneumonia anak di

    RSUD Pasar Rebo periode Januari 2009Desember 2012 ............ 38

    Tabel 12. Penggabungan sel, Hubungan status gizi anak dengan derajat

    beratnya pneumonia anak di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar

    Rebo periode Januari 2009-Desember 2012 ..................................... 40

  • 5/26/2018 Pneumonia

    15/80

    xv

    DAFTAR BAGAN/GAMBAR

    Halaman

    BAGAN

    Kerangka Teori................................................................................................... 25

    Kerangka Konsep ............................................................................................... 26

    Protokol Penelitian ............................................................................................. 31

    GAMBAR

    Gambar 1. Makroskopik pneumonia lobaris ..................................................... 18

    Gambar 2. Gambaran histopatologi pada pneumonia ........................................ 20

    Gambar 3. Diagram batang hubungan antara status gizi dengan derajat

    beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD

    Pasar Rebo ....................................................................................... 39

    Gambar 4. Penggabungan sel, diagram batang hubungan antara status gizi

    dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5

    tahun di RSUD Pasar Rebo ............................................................. 41

  • 5/26/2018 Pneumonia

    16/80

    xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    LAMPIRAN 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................... 48

    LAMPIRAN 2 Data View Univariat dan Bivariat ........................................ 49

    LAMPIRAN 3 Data View Bivariat Penggabungan Sel ................................ 51

    LAMPIRAN 4 Analisis Univariat................................................................. 53

    LAMPIRAN 5 Analisis Bivariat ................................................................... 56

    LAMPIRAN 6 Analisis Bivariat, Penggabungan Sel ................................... 58

  • 5/26/2018 Pneumonia

    17/80

    xvii

    ABSTRAK

    SHELLY NARITRY. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia

    Pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

    Peride Januari 2009- Desember 2012. Dibimbing oleh dr. YURITA HANDOYO,

    SpA dan dr. MILA CITRAWATI, M.Biomed

    Keadaan gizi yang buruk pada anak merupakan faktor risiko untuk

    timbulnya infeksi pada anak, diantaranya pneumonia. Pneumonia merupakan

    pembunuh utama anak di dunia dibandingkan dengan penyakit lain. Pneumonia

    mengakibatkan lebih dari 2 juta balita meninggal setiap tahun atau sama dengan 4

    balita meninggal setiap menitnya di dunia. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada

    anak usia 0-5 tahun. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan

    menggunakan data sekunder yang diambil dari rekam medis di Rumah Sakit Umum

    Pasar Rebo periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2012. Data ini dianalisis

    dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan adanya

    hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak

    dengan p

  • 5/26/2018 Pneumonia

    18/80

    xviii

    ABSTRACT

    SHELLY NARITRY. The Relationship Between Nutritional Status with The

    Severity of Pneumonia in Children Aged 0-5 years Patients in Pasar Rebo General

    Hospital as per- January 2009 December 2012. Guided by dr. YURITA

    HANDOYO, SpA and dr. MILA CITRAWATI, M.Biomed

    Malnutrition in children is a risk factor for the onset of infection in children,

    including pneumonia. Pneumonia is the leading killer of children in the world

    compared to other diseases. Pneumonia caused more than 2 million toddlers died

    every year or equal to 4 toddlers died every minute in the world. The purpose of

    this study is to determine the relationship between nutritional status and theseverity of pneumonia in children aged 0-5 years. The research is conducted using a

    cross sectionalsecondary data drawn from medical records in Pasar Rebo General

    Hospital from January 2009 to December 2012. These datas were analyzed using

    Chi-Square test. There is significant result between nutritional status and the

    severity of pneumonia in pediatric patients with p

  • 5/26/2018 Pneumonia

    19/80

    xix

    RINGKASAN

    SHELLY NARITRY. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya PneumoniaPada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

    Peride Januari 2009- Desember 2012. Dibimbing oleh dr. YURITA HANDOYO,

    SpA dan dr. MILA CITRAWATI, M.Biomed

    Status gizi yang buruk pada anak merupakan faktor risiko penting timbulnya

    infeksi respiratori, ini dikarenakan adanya gangguan respon imun. Infeksi

    respiratori sendiri terdiri dari infeksi respiratori atas yaitu rinitis, faringitis,

    tonsilitis, rinosinusitis, dan otitis media, serta infeksi respiratori bawah yang terdiri

    atas epiglositis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia. Pneumonia merupakanpembunuh utama anak di bawah usia lima tahun (balita) di dunia, lebih banyak

    dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria dan campak. Namun

    belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui lebih lanjut apakah status gizi mempengaruhi derajat beratnya

    pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD Pasar Rebo periode Januari

    2009-Desemer 2012.

    Status gizi adalah keadaan kesehatan seseorang atau kelompok orang yang

    penentuannya berdasarkan atas kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi yang lain,

    yang didapatkan dari makanan sehari-hari dan dampaknya dapat terlihat secara

    antropometri. Status gizi juga merupakan hasil akhir dari keseimbangan antaramakanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan akan zat gizi tersebut.

    Status gizi dipengaruhi oleh produk pangan, pembagian makanan, daya terima,

    keterbatasan ekonomi, selera makan, pengetahuan gizi, prasangka buruk terhadap

    bahan makan tertentu, kesukaan terhadap jenis makananan tertentu, kebiasaan

    makan, dan sanitasi makanan.

    Menilai status gizi bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan

    tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan metode antropometri,

    klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan untuk yang tidak langsung dapat diketahui

    dengan cara melakukan survey konsumsi makanan, statistik vital dan melihat faktor

    ekologi. Antropometri dilakukan dengan cara melihat catatan umur dan beratbadan, kemudian melihat nilai z scorenya. Indeks antropometri dapat dilihat dengan

    (BB/TB,BB/U, TB/U,BMI/U).

    Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar

    disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh

    hal lain (aspirasi, radiasi dll). Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi berusia 0-

    3 bulan meliputi Steptococcus group B danbakteri Gram negatif sepertiE. colli,

    Pseudomonas sp, atauKlebsiella sp. Pada bayi yang berusia diatas 3 bulan sampai

    anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae,

    Haemophilus influenzae tipe B, danStaphylococcus aureus,sedangkan pada anak

  • 5/26/2018 Pneumonia

    20/80

    xx

    diatas usia 5 tahun dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan

    infeksiMycoplasma pneumoniae.

    Transmisi agen mikroba memiliki tiga bentuk, yaitu aspirasi sekret yang

    mengandung mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring,

    inhalasi aerosol yang infeksius, dan penyebaran hematogen dari bagian

    ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara

    tersering. Kuman yang telah masuk ke dalam parenkim paru akan berkembang biak

    dengan cepat masuk ke dalam alveoli dan menyebar ke alveoli - alveoli lain melalui

    pori interalveolaris dan percabangan bronkus. Pneumonia terdiri dari 4 stadium,

    yaitu stadium kongesti (4-12 jam pertama), eksudat serosa masuk ke dalam alveoli

    melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, stadium hepatisasi merah (48

    jam berikutnya),paru tampak merah dan bergranula, karena sel darah merah, fibrin

    dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli, stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari),paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam

    alveoli yang terserang dan terakhir stadium resolusi, eksudat mengalami lisis dan

    reabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukurnya semula.

    Diagnosis pneumonia anak menggunakan kriteria menurut World Health

    Organization, yang mengacu kepada gejala klinis yang dialami penderita

    pneumonia pada anak. Pneumonia berat didapatkan anak sesak napas, dirawat dan

    diberikan antibiotik. Pneumonia sedang didapatkan pada anak tidak sesak napas,

    ada napas cepat dengan laju napas lebih dari 60x/menit untuk anak usia 0-2 bulan,

    lebih dari 50x/menit untuk anak usia 2 bulan- 1 tahun, lebih dari 40x/menit untuk

    anak usia 1-5 tahun, dan diberikan antibiotik oral. Pneumonia ringan anak tidakmengalami napas cepat dan sesak napas, dan diberikan pengobatan simptomatis.

    Tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai,

    serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena,

    terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, dan elektrolit.

    Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

    study, yaitu peneliti mencari hubungan antara variabel independen (faktor risiko)

    dengan variabel dependen (efek) dengan melakukan pengukuran pada waktu yang

    sama. Data yang digunakan berupa data sekunder dengan cara melihat rekam

    medis. Dengan variabel independen berupa status gizi pada pasien anak usia 0-5

    tahun.

    Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sampel penelitian

    ini adalah pasien pneumonia anak usia 0-5 tahun yang memenuhi kriteria inklusi.

    Besar sampel sebesar 58 pasien anak dengan pendekatan sampel jenuh. Data yang

    diperoleh dianalisis dengan anlisis univariat dan analisis bivariat uji Chi-Square

    dengan kemaknaan (p

  • 5/26/2018 Pneumonia

    21/80

    xxi

    Saran untuk orang tua pasien adalah melakukan pencegahan penyakit

    pneumonia dengan memperhatikan kebersihan lingkungan, memberikan gizi

    seimbang dan memberikan parasetamol saat anak demam, batuk dan pilek. Saranuntuk RSUD Pasar Rebo agar dilakukan sosialisasi dan edukasi ke orang tua balita

    dalam bentuk penyuluhan tentang zat gizi yang baik maupun tentang faktor-faktor

    yang memperngaruhi pneumonia sehingga para orang tua dapat

    mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dan angka kejadian penyakit infeksi

    pada balita akan menurun.

    Kata kunci : Status gizi, derajat berat ringan pada pneumonia anak

    Kepustakaan : 35 (2000 - 2013)

  • 5/26/2018 Pneumonia

    22/80

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Menurunkan angka kematian anak merupakan tujuan keempat dari

    millennium development goals(MDGs) dengan target dua pertiga angka kematian

    anak pada tahun 1990, yang saat itu jumlahnya 97 kematian per 1000 kelahiran

    hidup (Bappenas, 2008). Kontributor utama kematian anak dan masalah kesehatan

    yang paling serius adalah kekurangan gizi (Patodo, 2012). Masalah kurang gizi

    terjadi terutama di negara-negara berkembang yang dapat menimbulkan gangguan

    tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial, dan intelektual, atau dalam kata lain,

    kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan,

    keterlambatan perkembangan otak dan dapat pula menyebabkan penurunan daya

    tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Maas, 2012). Semakin berat kondisi gizi

    buruk yang diderita, semakin besar risiko terjadinya masalah kesehatan secara

    fisik (Dinkes DKI, 2012).

    Tabel 1. Perbandingan kekurangan gizi balita dan berat badan lahir rendah (BBLR) diAssociation of South East Asia Nations (ASEAN) periode 1996-2005.

    Negara Kekurangan Gizi Balita (%) BBLR (%)

    Malaysia 11 9

    Thailand 18 9

    Filipina 20 28

    Srilangka 22 29

    Vietnam 27 9

    Indonesia 28 9

    Myanmar 32 15

    Kamboja 45 11

    Timur Leste 46 12

    Asia Timur dan Pasifik 15 7

    Asia Selatan 45 29

    Negara Berkembang 27 16

    Sumber : Bappenas, 2007

    Tabel di atas merupakan perbandingan kekurangan gizi balita dan BBLR di

    ASEAN, dengan Indonesia berada pada urutan keenam. Status gizi anak di

    Indonesia masih sangat rendah, persentase balita yang menderita gizi buruk

    sebesar 8,80%, gizi kurang sebesar 19,24 %, gizi normal sebesar 68,48%, dan

    gizi lebih sebesar 3,48% (Bappenas, 2005).

  • 5/26/2018 Pneumonia

    23/80

    2

    Status gizi yang buruk pada anak merupakan faktor risiko penting timbulnya

    infeksi respiratori, ini dikarenakan adanya gangguan respon imun (IDAI, 2011).

    Berkembangnya infeksi bergantung pada daya tahan tubuh (Samsuhidadjat &

    Jong, 2004). Baratawidjaja dan Rengganis (2010) juga menyatakan bahwa

    penyakit infeksi merupakan salah satu sebab kematian di seluruh dunia.

    Menurut World Health Organization, infeksi respiratori adalah penyebab

    utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia, diperkirakan empat

    juta orang meninggal akibat infeksi respiratori setiap tahun (WHO, 2007). Selain

    itu infeksi respiratori merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di

    sarana kesehatan yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan

    15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit

    (Depkes RI, 2009).

    Infeksi respiratori sendiri terdiri dari infeksi respiratori atas yaitu rinitis,

    faringitis, tonsilitis, rinosinusitis, dan otitis media, serta infeksi respiratori bawah

    yang terdiri atas epiglositis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia (IDAI, 2012).

    Pneumonia merupakan pembunuh utama anak di bawah usia lima tahun (balita) di

    dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria dan

    campak. Namun belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Dari 9 juta

    kematian balita di dunia, lebih dari 2 juta balita meninggal setiap tahun akibat

    pneumonia atau sama dengan 4 balita meninggal setiap menitnya (Depkes RI,

    2009).

    Tabel 2 menunjukkan perkiraan jumlah kejadian pneumonia pada lima belas

    negara dengan prevalensi pneumonia tertinggi dengan Indonesia berada pada

    urutan ke enam (Hartati, 2011). Di Indonesia, angka kematian anak akibat

    pneumonia antar negara-negara ASEAN berada pada urutan ke empat (IDAI,

    2012). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007,

    menunjukkan prevalensi angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2.2 %

    dan pada balita 3%, sedangkan angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan

    pada balita 15,5% (Depkes RI, 2009). Terdapat 3 propinsi di Indonesia dengan

    penderita pneumonia tertinggi berturut-turut adalah propinsi Nusa Tenggara Barat

  • 5/26/2018 Pneumonia

    24/80

    3

    sebesar 56,50%, Jawa Barat 42,50% dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar

    21,71% (Hartati, 2011).

    Tabel 2. Lima belas Negara dengan jumlah tertinggi pneumonia

    Negara Prediksi jumlah kasus

    pneumonia (dalam

    juta/tahun)

    Perkiraan insiden

    (episode/anak/tahun)

    India 43.0 0.37

    Cina 21.1 0.22

    Pakistan 9.8 0.41

    Bangladesh 6.4 0.41

    Nigeria 6.1 0.34

    Indonesia 6.0 0.28

    Etiopia 3.9 0.35Kongo 3.9 0.39Vietnam 2.9 0.35

    Filipina 2.7 0.27

    Sudan 2.0 0.48

    Afganistan 2.0 0.45

    Tanzania 1.9 0.33

    Mianmar 1.8 0.43Brazil 1.8 0.11

    Sumber : FKUI, 2011

    Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru bagian distal dari

    bronkiolus terminalis, mengenai bronkiolus respiratorius, dan alveoli, yangmenimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat

    (Sudoyo et al., 2009). Sedangkan menurut Alsagaff & Mukty (2006), pneumonia

    adalah peradangan parenkim paru dengan asinus terisi dengan cairan dan sel

    radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli

    dan rongga interstisium.

    Pada tahun 2005, prevalensi pneumonia balita di DKI Jakarta adalah 2,5% per

    1000 balita dan angkanya meningkat menjadi 6,8% per 1000 balita tahun 2006.

    Pneumonia merupakan 10 penyakit penyebab kematian, yaitu 2,92% dari seluruh

    kematian, begitu juga di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, pneumonia

    termasuk dalam 10 besar penyakit yang banyak di derita oleh anak (Hartati,

    2011).

    Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

    hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada anak usia 0-

    5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009-

    Desember 2012.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    25/80

    4

    I.2 Perumusan Masalah

    Adakah hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada

    pasien anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Periode

    Januari 2009- Desember 2012.

    I.3 Tujuan Penelitian

    I.3.1. Tujuan Umum

    Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuktikan adanya hubungan antara

    status gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di

    Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Periode Januari 2009- Desember 2012

    I.3.2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui status gizi anak penderita pneumonia usia 0-5 tahun di

    Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo.

    b. Untuk mengetahui derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5

    tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo.

    I.4 Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu kesehatan,

    menambah pengetahuan dan wawasan khususnya tentang status gizi dan

    penyakit pneumonia pada pasien anak.

    b. Dapat dijadikan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Rumah Sakit

    Status gizi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk memprediksi

    derajatberatnya pneumonia pasien anak usia 0-5 tahun.

    b. Bagi Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

    Merupakan sarana kerja sama mahasiswa untuk melakukan penelitian

    ilmiah dan pengembangan instansi terkait.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    26/80

    5

    c. Bagi Penulis

    Menambah pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan bagi penulis

    dengan cara menganalisa masalah dan mengaplikasikan pengetahuan yang

    telah dimiliki saat kuliah.

    I.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini tentang hubungan status gizi dengan derajat beratnya

    pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun peride Januari 2009Desember

    2012 di RSUD Pasar Rebo penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan

    potong lintang.

    Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pasar Rebo yang mewakili

    kelompok sosial ekonomi tinggi, sosial ekonomi menengah, dan sosial

    ekonomi rendah di Rumah Sakit tersebut yang didiagnosis menderita

    pneumonia pada anak usia 0-5 tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

    Maret, sumber data diperoleh dengan menggunakan data sekunder melalui

    rekam medis.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    27/80

    6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    II.1. Tinjauan Pustaka

    II.1.1.Status Gizi

    Definisi status gizi menurut Almatsier (2007) adalah keadaan tubuh

    sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Sedangkan

    menurut Supariasa (2002) status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan

    antara makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan

    zat gizi tersebut. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan

    yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi,

    dengan menggunakan antropometri dan biokimia sebagai pengukurnya

    (Jafar, 2010).

    II.1.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak

    Menurut Gozali (2010) beberapa faktor yang berperan dalam

    menentukan status gizi seseorang, di antaranya adalah :

    1. Produk pangan

    2. Pembagian makanan atau pangan

    3. Daya terima

    4. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

    5. Pantangan pada makanan tertentu

    6. Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu

    7. Keterbatasan ekonomi

    8. Kebiasaan makan

    9. Selera makan

    10. Sanitasi makanan

    11. Pengetahuan gizi

  • 5/26/2018 Pneumonia

    28/80

    7

    II.1.1.2. Penilaian Status Gizi

    Cara penilaian status gizi terbagi menjadi dua, yaitu penilaiansecara langsung dan tidak langsung. Berikut ini merupakan

    pengukuran secara langsung, diantaranya :

    1. Antropometri

    Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh)

    digunakan secara luas dalam penilaian status gizi (Supariasa,

    2002). Antropometri digunakan untuk mengukur dan

    memperkirakan kesehatan individu dan merupakan refleksi status

    sosial dan ekonomi suatu populasi (IDAI, 2011).

    2. Klinis

    Penilaian status gizi secara klinis merupakan penilaian yang

    dilakukan untuk melihat perubahan-perubahan yang ada pada

    tubuh dan biasanya dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.

    Penilaian ini dilakukan menggunakan panca indera, contoh dari

    penilaian secara klinis seperti pada jaringan epitel (mata, kulit,

    rambut, atau mukosa) (Supariasa, 2002).

    3. Biokimia

    Penilaian gizi secara biokimia adalah penilaian yang dilakukan

    dengan melalui eksperimen dan dapat diuji secara laboratorium.

    Penilaian ini dapat dilakukan pada darah, urine, tinja, atau jaringan

    tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2002).

    4. Biofisik

    Penilaian status gizi secara biofisik adalah penilaian status gizi

    dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan untuk

    melihat perubahan struktur jaringan (Supariasa, 2002).

    Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi

    menjadi tiga. Berikut ini adalah uraian metode tersebut:

  • 5/26/2018 Pneumonia

    29/80

    8

    1. Survey Konsumsi Makanan

    Survey konsumsi makanan merupakan metode penentuan statusgizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Tujuan

    dilaksanakannya survey konsumsi makanan adalah untuk mengetahui

    kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan

    pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-

    faktor yang mempengaruhinya. Survey ini juga dapat mengidentifikasi

    kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002).

    2. Statistik Vital

    Penilaian status gizi dengan metode ini yaitu dengan menganalisis

    data dari berbagai statistik kesehatan seperti angka kematian

    berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab

    tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa,

    2002).

    3. Faktor Ekologi

    Malnutrisi merupakan salah satu masalah faktor ekologi, sebagai

    interaksi dari berbagai faktor fisik, biologis, lingkungan dan budaya.

    Ketersediaan makanan bergantung pada keadaan ekologi seperti iklim,

    tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi sangat penting

    untuk mengetahui penyebab malnutrisi yang terjadi pada masyarakat

    sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa,

    2002).

    II.1.1.3. Pengukuran Antropometri

    Pengukuran antropometri minimal pada anak umumnya meliputi

    pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala

    (dari lahir sampai umur 3 tahun). Pengukuran ini dilakukan secara berkala

    untuk mengkaji pertumbuhan jangka pendek, jangka panjang, dan status

    nutrisi (IDAI, 2011). Secara lengkap, pengukuran antropometri dapat di

    lakukan berbagai cara, di antaranya :

  • 5/26/2018 Pneumonia

    30/80

    9

    1. Berat Badan

    Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting danpaling sering digunakan. Berat badan memiliki hubungan linier dengan

    tinggi badan dengan kecepatan tertentu, berat badan dapat

    menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang.

    Cara mengukurnya adalah dengan menggunakan timbangan khusus

    berat badan atau timbangan bayi (Supariasa, 2002).

    2. Tinggi Badan

    Tinggi badan merupakan parameter yang penting untuk

    mengetahui keadaan di masa lalu dan keadaan sekarang, karena

    menurut Rimbawan (2000), tinggi badan mengalami perubahan secara

    perlahan dan perbedaan dapat diukur setelah beberapa waktu lamanya.

    3. Lingkar Kepala

    Pertumbuhan kepala paling cepat terjadi dalam 3 tahun pertama

    kehidupan. Pengukuran rutin lingkar kepala merupakan komponen dan

    pengkajian nutrisi pada anak sampai umur 3 tahun dan dikerjakan

    terutama pada anak yang mempunyai risiko tinggi gangguan status

    gizi. Lingkar kepala bukan merupakan indikator baik untuk status

    nutrisi jangka pendek dibandingkan dengan berat badan karena

    pertumbuhan otak umumnya dipertahankan oleh tubuh saat terjadi

    masalah nutrisi. Lingkar kepala tidak dapat digunakan sebagai

    pengukuran status nutrisi pada anak dengan hidrosefalus, mikrosefali,

    dan makrosefali (IDAI, 2011).4. Lingkar Lengan Atas (LILA)

    LILA dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan, sebuah

    penanda cadangan energi dan protein, dan dapat memberikan informasi

    akan kadar lemak tubuh. Pengukuran ini sebaiknya dilakukan 3 kali

    dan nilai akhir diambil dari rerata ketiga hasil pengukuran tersebut

    (IDAI, 2011).

  • 5/26/2018 Pneumonia

    31/80

    10

    5. Tebal Lipatan Kulit Triceps

    Tebal lipatan kulit triceps adalah sebuah penanda cadangan lemak

    subkutan, dan lemak tubuh total. Tebal lipatan kulit triceps juga

    memberi informasi mengenai pola lemak tubuh (fat patterning).

    Pengukuran ini sebaiknya dilakukan tiga kali, diambil reratanya, dan

    dicatat dalam pembulatan 0.1 cm (IDAI, 2011).

    II.1.1.4. Indeks Antropometri

    Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu: beratbadan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan

    berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

    1. Berat badan menurut umur

    Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

    gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap

    perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter

    antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, berat badan

    berkembang mengikuti pertambahan umur.

    Berdasarkan karakteristik berat badan maka indeks berat

    badan/umur digunakan sebagai salah satu cara mengukur status gizi.

    Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka berat

    badan/umur lebih menggambarkan status gizi seseorang. BB/U dapat

    dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada

    semua kelompok umur (Supariasa, 2002). Berat badan dan umur

    merupakan hal yang wajib dicantumkan saat pemeriksaan anak,

    karena berhubungan dengan penentuan dosis obat pada anak, yang

    menggunakan berat badan, umur, maupun luas permukaan tubuh

    sebagai penentunya (ICHR, 2012). Berat badan sensitif terhadap

    perubahan-perubahan kecil, pengukurannya dapat digunakan

    timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan

    banyak waktu dan tenaga (Supariasa, 2002).

  • 5/26/2018 Pneumonia

    32/80

    11

    2. Tinggi badan menurut umur

    Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkankeadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan

    tubuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan

    tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah

    kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi gizi

    terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama

    (Supariasa, 2002).

    3. Berat badan menurut tinggi badan

    Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.

    Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah

    dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu indeks

    BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi masa

    sekarang (Supariasa, 2002).

    Tabel 3. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB

    Standart Baku Antropometri WHO-NCHS

    No Indeks Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi

    1 BB/U < -3 SD

    -3 s/d +2 SD

    Gizi buruk

    Gizi kurang

    Gizi cukup

    Gizi lebih

    2 TB/U < -2 SD

    -2 SD

    Stunted/kurang

    Normal/baik

    3 BB/TB < -3 SD

    -3 s/d +2 SD

    Sangat kurus

    Kurus

    Normal

    Baik

    4 BMI/U < -3 SD

    -3 s/d +2 SD

    Sangat Kurus

    Kurus

    Normal/baik

    Obesitas

    Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Tsauri, 2000

  • 5/26/2018 Pneumonia

    33/80

    12

    4. Body Mass Index(BMI) menurut umur

    BMI adalah indeks antropometri berat dan tinggi yangdidefinisikan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan

    tinggi dalam meter persegi. BMI adalah indeks yang diterima secara

    umum untuk mengklasifikasikan adipositas pada orang dewasa dan

    dianjurkan untuk digunakan pada anak dan remaja hingga umur 20

    tahun. Ukuran BMI/U adalah ukuran yang konsisten dengan indeks

    dewasa sehingga dapat digunakan terus menerus hingga dewasa

    (Bramantyo, 2011).

    II.1.2. Pneumonia

    II.1.2.1. Definisi

    Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian

    besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil

    disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll) (IDAI, 2012).

    Pneumonia atau pneumonitis adalah peradangan akut parenkim paru

    yang biasanya terjadi akibat infeksi (Price & Wilson, 2005).

    Pneumnoia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ

    paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur ataupun parasit yang

    membuat alveoli terisi cairan (Fanani, 2009).

    II.1.2.2. Etiologi

    Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada

    perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum

    etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum

    mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi berbeda dengan anak

    yang lebih besar.

    Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi berusia 0-3 bulan

    meliputi Steptococcus group B danbakteri Gram negatif sepertiE. colli,

    Pseudomonas sp, atauKlebsiella sp. Pada bayi yang berusia diatas 3 bulan

    sampai anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi

  • 5/26/2018 Pneumonia

    34/80

    13

    Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B, dan

    Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak diatas usia 5 tahun dan

    remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma

    pneumoniae.

    Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus,

    selain bakteri, atau campuran bakteri dan virus. Etiologi virus saja

    sebanyak 32%, campuran bakteri dan virus 30%, dan bakteri saja 22%.

    Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory Syncytial Virus

    (RSV), Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Bakteri yang terbanyak

    adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B, dan

    Mycoplasma pneumoniae. Kelompok anak berusia 2 tahun ke atas

    mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada anak

    berusia dibawah 2 tahun.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    35/80

    14

    Tabel 4. Etiologi pneumonia

    Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

    Lahir-20 hari Bakteri Bakteri

    E. colli

    Streptococcus group BListeria monocytogenes

    Bakteri anaerob

    Streptococcus group DHaemophillus influenzae

    Streptococcus pneumoniaeUreaplasma urealyticum

    Virus

    Virus Sitomegalo

    Virus Herpes Simpleks

    3 minggu-3 bulan Bakteri Bakteri

    Chlamydia trachomatis

    Streptococcus pneumoniae

    Bordetella pertusis

    Haemophilus influenzaetipe BMoraxallea catharalisStaphylococcus aureusUreaplasma urealytyc

    Virus Virus

    Virus AdenoVirus influenzaVirus Parainfluenza 1,2,3Respiratory Syncytial virus

    Virus Sitomegalo

    4 bulan-5 tahun Bakteri Bakteri

    Chlamydia pneumoniaeMycoplasma pneumoniaeStreptococcus pneumoniae

    Haemophilus influenzaetipe BMoraxella catharalisNeisseria meningitidisStaphylococcus aureu

    Virus Virus

    Virus AdenoVirus InfluenzaVirus ParainfluenzaVirus RinoRespiratory Syncytial virus

    Virus Varisela-Zoster

    5 tahun-remaja Bakteri Bakteri

    Chlamydia pneumoniaeMycoplasma pneumoniaeStreptococcus pneumoniae

    Haemophilus influenzaeLegionella spStaphylococcus aureus

    Virus

    Virus AdenoVirus Epstein-BarrVirus InfluenzaVirus ParainfluenzaVirus RinoRespiratory Syncytial Virus

    Virus Varisela-Zoster

    Sumber : IDAI, 2012

  • 5/26/2018 Pneumonia

    36/80

    15

    II.1.2.3. Faktor yang mempengaruhi pneumonia

    Terdapat banyak faktor yang mendasari perjalanan penyakit

    pneumonia pada anak. Pejamu, agen penyakit, dan lingkungan merupakan

    hal-hal yang berhubungan dengan kejadian infeksi pneumonia (IDAI,

    2012).

    1. Usia

    Infeksi respiratori dapat ditemukan pada 50% anak berusia di bawah 5

    tahun dan 30% anak berusia 5-12 tahun. Kasus infeksi respiratori berat

    adalah 23% dari seluruh kasus infeksi respiratori pada anak berusia di atas

    6 bulan. Menurut WHO, di negara berkembang, infeksi respiratori

    termasuk infeksi respiratori bawah (pneumonia, bronkiolitis, dan lain-lain)

    adalah penyebab utama dari kematian anak terutama usia 1 tahun ke

    bawah.

    2. Jenis Kelamin

    Tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian infeksi respiratori antara

    laki-laki dan perempuan, sedikit perbedaan yaitu lebih tinggi pada anak

    laki-laki berusia di atas 6 tahun.

    3. Status Gizi

    Timbulnya pneumonia sangat dipengaruhi oleh status gizi buruk yang

    mempengaruhi respon imun. Defisiensi vitamin A dianggap sebagai faktor

    yang menentukan beratnya infeksi. Masalah defisiensi vitamin A subklinis

    (kadar vitamin A dalam serum < 20 ug/dl) di beberapa propinsi masih

    cukup memprihatinkan, karena 50% balita masih mempunyai status

    vitamin A yang rendah. Defisiensi vitamin A terjadi pada 9,8 % balita di

    Indonesia (Anisa, 2012). Secara umum, defisiensi vitamin A dapat

    menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga mudah terkena

    infeksi. Pada paru-paru, defisiensi vitamin A menyebabkan lapisan sel

    yang menutupi paru-paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah

    dimasuki mikroorganisme, misalnya bakteri dan virus yang dapat

    menyebabkan infeksi. Perbaikan gizi, pemberian ASI, dan perbaikan

  • 5/26/2018 Pneumonia

    37/80

    16

    terhadap asupan vitamin A akan membantu mencegah infeksi respiratori

    (IDAI, 2012).

    4. Pemberian air susu ibu (ASI)

    Pemberian ASI selama 1 bulan pertama akan memberi perlindungan

    terhadap pneumonia, bayi yang tidak mendapatkan ASI akan 17 kali lebih

    rentan terkena pneumonia (IDAI, 2012).

    5. Berat badan lahir rendah (BBLR)

    Di negara berkembang pneumonia berhubungan dengan BBLR. 22%

    kasus kematian akibat pneumonia terjadi pada BBLR.

    6. Imunisasi

    Risiko terkena infeksi respiratori meningkat pada beberapa penyakit

    seperti campak, pertusis. Anak yang baru sembuh dari campak enam kali

    lebih sering menderita infeksi respiratori dibanding yang tidak. Pemberian

    imunisasi akan mengurangi risiko terkena pneumonia.

    7. Pendidikan orang tua

    Pendidikan orang tua berhubungan dengan pengetahuan dan keadaan

    sosial ekonomi, karena pengetahuan yang rendah sebagian kasus

    pneumonia tidak diobati, sedangkan dengan status sosial yang rendah akan

    mempengaruhi nutrisi, lingkungan dan penerimaan jasa kesehatan.

    8. Lingkungan

    a. Polusi udara

    Polutan yang terdapat baik di dalam maupun di dalam rumah dapat

    mengiritasi mukosa saluran nafas, adanya polutan dapat berasal dari

    orang tua yang merokok, ventilasi rumah yang tidak baik,pajanan

    terhadap suhu dingin dapat menjadi faktor risiko pneumonia.

    b. Penyakit lain

    Terdapat penyakit yang juga akan meningkatkan risiko dan

    memperberat penyakit pneumonia, salah satunya adalah HIV(Human

    Immunodeficiency Virus), 25% kematian akibat HIV disebabkan

    karena infeksi respiratori, di antaranya pneumonia (IDAI, 2012).

    c. Bencana alam

  • 5/26/2018 Pneumonia

    38/80

    17

    Pada kejadian bencana alam seperti tsunami, dapat ditemukan

    korban dengan keadaan near drowning (hampir tenggelam) dan ini

    akan meningkatkan risiko terjadinya pneumonia aspirasi (IDAI,

    2012).

    II.1.2.4. Epidemiologi

    Insidens pneumonia ditemukan terutama di negara-negara

    berkembang, di antaranya Bangkok 7 %, India 19,3%, Pakistan 24%,

    Kenya 18%, Gambia 7,7%, Brazil 23,7%, Paraguay 17,3%, Bangladesh

    18,3%, Indonesia 9 %, Philipina 16,2%, Vietnam 9,3%. Angka kematian

    bayi di Indonesia pada tahun 2002-2003 adalah 35 per 1000 kelahiran

    hidup atau urutan ke-4 tertinggi di antara negara-negara ASEAN (IDAI,

    2012).

    II.1.2.5. Klasifikasi

    1. Berdasarkan derajat beratnya pneumonia untuk bayi dan anak berusia

    0-5 tahun :

    a. Pneumonia berat

    Bila ada sesak napas

    Harus dirawat dan diberikan antibiotik.

    b. Pneumonia sedang

    Bila tidak ada sesak napas

    Ada napas cepat dengan laju napas:

    >60x/menit untuk anak usia 0-2 bulan

    >50 x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun

    >40 x/menit untuk anak > 1-5 tahun

    Diberikan antibiotik oral.

    c. Pneumonia ringan

    Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas

    Diberikan pengobatan simptomatis.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    39/80

    18

    Pada bayi berusia di bawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitnya lebih

    bervariasi, mudah, terjadi komplikasi, dan sering menyebabkan kematian.

    2. Berdasarkan Klinis dan epidemiologis (Kumar et al., 2007)

    a.Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

    b.Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia)

    c.Pneumonia aspirasi

    d.Pneumonia pada penderita immunocompromised

    3. Berdasarkan Bakteri Penyebab (IDAI, 2012)

    a.Pneumonia bakterial

    b. Pneumonia virus

    4. Berdasarkan prediksi infeksi/lokasi (Sari, 2011)

    a. Pneumonia lobaris

    b. Bronkopneumoni

    c. Pneumonia interstisial

    Gambar 1. Gambaran makroskopik pneumonia lobaris dengan hepatisasi abu-abu.

    Lobus bawah mengalami konsolidasi yang merata (Kumar et al., 2007).

  • 5/26/2018 Pneumonia

    40/80

    19

    II.1.2.6. Patogenesis dan patologi

    Transmisi agen mikroba memiliki tiga bentuk, yaitu:

    a. Aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah

    berkolonisasi pada orofaring.

    b. Inhalasi aerosol yang infeksius, dan

    c. Penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal.

    Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering.

    Gambaran patologik bergantung pada etiologinya (Price & Wilson,

    2005).

    Kuman yang telah masuk ke dalam parenkim paru akan berkembang

    biak dengan cepat masuk ke dalam alveoli dan menyebar ke alveoli -

    alveoli lain melalui pori interalveolaris dan percabangan bronkus.

    Selanjutnya pneumonia akan mengalami 4 stadium, yaitu :

    1. Stadium Kongesti (4-12 jam pertama)

    Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang

    berdilatasi dan bocor.

    2. Stadium Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)

    Paru tampak merah dan bergranula, karena sel darah merah, fibrin

    dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli.

    3. Stadium Hepatisasi kelabu (3-8 hari)

    Paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi

    di dalam alveoli yang terserang.

    4. Stadium Resolusi

    Eksudat mengalami lisis dan reabsorpsi oleh makrofag sehingga

    jaringan kembali pada strukurnya semula.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    41/80

    20

    Gambar 2. Gambaran histopatologi pada pneumonia, adanya neutrofil di dalam

    rongga alveolus, disertai kongesti kapiler septum dan eksudat fibrinosa, yang

    terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler (Kumaret al.,2007).

    II.1.2.7. Gejala klinis

    Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara

    ringan hingga berat, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama

    pada bayi (IDAI, 2012). Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak

    bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai

    berikut:

    a. Gejala infeksi umum, yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise,

    penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah

    atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.

    b. Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak napas, retraksi dada,

    takipnea, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis.

    Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak

    perkusi, suara napas melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi

    kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas

    terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    42/80

    21

    Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan-5 tahun adalah tidak dapat

    minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk; tanda bahaya

    untuk bayi berusia di bawah 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran

    menurun, stridor, mengi, dan demam atau badan terasa dingin.

    II.1.2.8. Pemeriksaan Penunjang

    a. Gambaran radiologis

    Foto thoraks (posterior anterior/lateral) merupakan pemeriksaan

    penunjang utama untuk menegakan diagnosis. Foto thoraks saja tidak

    dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan

    petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gmbaran pneumonia

    lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae,

    Pseudomonas aeruginosasering memperlihatkan infiltrat bilateral atau

    gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumoniae sering

    menimbulkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun

    dapat mengenai beberapa lobus (Hartati, 2011).

    b. PemeriksaanlaboratoriumPemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,

    biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, laju

    endap darah juga meningkat. Untuk menentukan diagnosis etiologi

    diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah

    dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas

    darah menunjukkan hipoksemia, pada stadium lanjut dapat terjadi

    asidosis respiratorik (Hartati, 2011).

    II.1.2.9. Komplikasi

    Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis

    purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis

    purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada

    pneumonia bakteri (IDAI, 2012).

  • 5/26/2018 Pneumonia

    43/80

    22

    II.1.2.10. Tatalaksana

    Dasar tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan antibiotik

    yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian

    cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan

    asam-basa, dan elektrolit. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik

    atau antipiretik. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat,

    komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.

    Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan

    pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan

    pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri.

    Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena

    tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotik dipilih

    berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotik empiris

    didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan

    usia dan keadaan klinis pasien serta faktor epidemiologis (IDAI, 2012).

    II.1.2.11. Pencegahan

    Pencegahan pada tingkat pertama yaitu, pencegahan primer (primary

    prevention), yang termasuk disini adalah (USU, 2013) :

    a. Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan, kegiatan ini diharapkan

    dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang

    dapat meningkatkan faktor risiko penyakit pneumonia. Kegiatan

    penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit pneumonia, penyuluhan

    ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu

    dan anak, dan penyuluhan kesehatan lingkungan.

    b. Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi

    angka kesakitan.

    c. Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi malnutrisi.

    d. Program kesehatan ibu dan anak yang menangani kesehatan ibu dan bayi

    berat badan lahir rendah.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    44/80

    23

    e. Program penyehatan lingkungan pemukiman (PLP) yang menangani

    masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.

    Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention), pada seorang balita

    dengan keadaan penyakit termasuk dalam klasifikasi pneumonia apabila

    ditandai dengan batuk, serak, pilek, panas atau demam, maka dianjurkan untuk

    segera diberi pengobatan. Upaya pengobatan yang dapat dilakukan ibu ialah :

    a. Mengatasi panas (demam), dengan memberikan parasetamol atau dengan

    kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu

    air es).

    b. Pemberian makanan dan minuman. Memberikan makanan yang cukup

    tinggi gizi, sedikit-sedikit tetapi sering, memberi ASI lebih sering.

    Usahakan memberikan cairan (air putih, air buah) lebih banyak dari

    biasanya.

    Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yaitu pada pasien dengan

    pneumonia ringan agar tidak menjadi lebih parah dan berakhir dengan

    kematian. Upaya yang dapat dilakukan pada bayi dan balita yaitu perhatikan

    apabila timbul gejala pneumonia seperti nafas menjadi sesak, anak tidak

    mampu minum dan sakit menjadi bertambah parah, agar tidak bertambah

    parah bawa anak kembali pada petugas kesehatan dan pemberian perawatan

    yang spesifik di rumah dengan memperhatikan asupan gizi dan lebih sering

    memberikan ASI.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    45/80

    24

    II.2. Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan

    Tabel 5. Penelitian terkait yang pernah dilakukan

    No Judul

    Penelitian

    Rancangan

    Penelitian

    Variabel

    Penelitian

    Hasil

    Penelitian

    Persamaan

    dan Perbedaan

    Penelitian

    1 Hubungan

    Antara Status

    Gizi dengan

    Klasifikasi

    Pneumonia

    pada Balita di

    Puskesmas

    Gilingan

    Kecamatan

    BanjarsariSurakarta

    Deskriptif

    analitik

    dengan

    pendekatan

    cross

    sectional

    Variabel

    bebas:

    Status gizi

    Variabel

    terikat:

    Klasifikasi

    pneumonia

    pada balita

    Terdapat

    hubungan

    yang

    signifikan

    antara status

    gizi degan

    klasifikasi

    pneumonia

    di

    PuskesmasGilingan

    Kecamatan

    Banjarsari

    Surakarta

    Persamaan:

    Rancangan

    penelitian

    Perbedaan:

    -Lokasi

    penelitian

    -Periode

    penelitian

    -Kriteria sampel

    penelitian

    -Jumlah sampel

    penelitian

  • 5/26/2018 Pneumonia

    46/80

    25

    II.3. Kerangka Teori

    Faktor Predisposisi

    - Produk pangan - Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

    - Pembagian makanan - Pantangan pada makanan tertentu

    - Daya terima - Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu

    - Keterbatasan ekonomi - Kebiasaan makan

    - Selera makan - Sanitasi makanan

    - Pengetahuan gizi

    Status gizi

    Antropometri (BB/U)

    Gizi Lebih

    Pneumonia

    Daya tahan tubuh

    Derajat beratnya pneumonia

    Gizi BurukGizi KurangGizi Cukup

  • 5/26/2018 Pneumonia

    47/80

    26

    II.4. Kerangka Konsep

    II.5. Hipotesis

    Terdapat hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia

    pada pasien anak usia 0-5 tahun.

    Status gizi

    Derajat beratnya pneumonia

  • 5/26/2018 Pneumonia

    48/80

    27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    III.1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional

    dengan cara melihat kembali data dari rekam medik pasien anak yang

    dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009-

    Desember 2012.

    III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umun Daerah Pasar Rebo Jakarta

    Timur. Waktu penelitian diambil selama bulan Maret 2013. Dipilihnya Rumah

    Sakit Umum Daerah Pasar Rebo sebagai lokasi penelitian, didasarkan pada

    pertimbangan sebagai berikut:

    Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo merupakan Rumah Sakit dengan

    standar yang baik sehingga memiliki pelayanan dan pencatatan rekam

    medis tergolong baik.

    Akses penelitian lebih mengefisiensikan waktu pelaksanaan penelitian

    karena peneliti bertempat tinggal tidak jauh dari Rumah Sakit tersebut.

    III.3. Subjek Penelitian

    Populasi Penelitian

    Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak penderita

    pneumonia yang berusia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar

    Rebo Jakarta Timur periode Januari 2009- Desember 2012.

    Sampel penelitian

    Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien anak penderita

    pneumonia yang berumur 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar

    Rebo Jakarta Timur periode Januari 2009- Desember 2012.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    49/80

    28

    III.4. Teknik Sampling

    Untuk sampel penelitian dilakukan total sampling yaitu teknik

    penentuan sampel semua populasi digunakan sebagai sampel.

    III.5. Kriteria Insklusi dan Eksklusi

    a. Kriteria inklusi

    Pasien anak penderita pneumonia dengan usia 0-5 tahun.

    b. Kriteria eksklusi

    Menderita penyakit berat lain, contohnya HIV AIDS.

    Rekam medis (mengenai variabel penelitian) tidak lengkap.

    III.6. Rancangan Penelitian

    Dengan rancangan penelitian cross sectional, yang merupakan studi

    observasional (non-eksperimental) dan pengukuran dilakukan hanya satu kali.

    Pada peneltian ini peneliti mencari hubungan antara variabel independen

    (faktor risiko) dan variabel dependen (efek) dengan melakukan pengukuran

    pada waktu yang sama.

    III.7. Identifikasi Variabel Penelitian

    a. Variabel independen : Status gizi pada pasien anak usia 0-5 tahun.

    b. Variabel dependen : Derajat beratnya penumonia pada pasien anak usia

    0-5 tahun.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    50/80

    29

    III.8. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Tabel 6. Definisi operasional

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    1 Status gizi Keadaan tubuh

    seseorang yang

    dipengaruhi

    keseimbangan

    pemasukan dan

    pengeluaran zat gizi

    yang dinilai secara

    antropometri

    berdasarkan indeks

    BB/U, TB/U,

    BB/TB, dan BMI/U

    (Supariasa, 2002).

    Rekam

    medik dan

    tabel Z score

    WHO-

    NCHS

    Indeks BB/U :

    a. Gizi lebih :

    >+2SD

    b. Gizi cukup :

    -2 s/d +2 SD

    c. Gizi kurang :

    -3 s/d 50x/menit untuk usia

    2 bulan-1 tahun,

    >40x/menit untuk usia

    1-5 tahun.

    Diberikan antibiotik.

    Pneumonia ringan:

    tidak ada nafas cepat

    dan sesak.

    Ordinal

  • 5/26/2018 Pneumonia

    51/80

    30

    III.9. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    Jenis data adalah data sekunder yang sebelumnya dikumpulkan dengan

    cara melihat dan meneliti kembali semua catatan rekam medis tentang kasus

    pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar

    Rebo periode Januari 2009- Desember 2012.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    52/80

    31

    III.10. Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian)

    Perumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian

    Rancangan Penelitian

    Menggunakan metode cross sectional, yaitu jenis penelitian analitik yang

    menelaah hubungan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia.

    Hasil (Kesimpulan)

    Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total

    sampling, artinya semua populasi digunakan sebagai sampel.

    Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    Data-data didapatkan dari data sekunder dengan cara melihat kembali semua

    catatan rekam medis tentang kasus pneumonia anak di Rumah Sakit Umum

    Daerah Pasar Rebo peride Januari 2009-Desember 2012.

    Pengolahan dan Analisis Data

    Data-data tersebut kemudian diolah dengan bantuan statistik dan perangkat

    lunak komputer.

    Alokasi Subjek

    Subjek yang akan ditelliti adalah pasien pneumonia usia 0-5 tahun yang

    berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo peride Januari 2009-

    Desember 2012.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    53/80

    32

    III.11. Pengolahan dan Analisis Data

    Data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Data ini

    dianalisis secara univariat dan bivariat untuk mempelajari hubungan antara status

    gizi dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD

    Pasar Rebo.

    1. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, maka paling

    tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:

    a. Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan terhadap

    data yang sudah dikumpulkan. Data editing sebaiknya dilakukan di

    lokasi penelitian untuk mempermudah penelusuran kembali bila

    terdapat data yang salah.

    b. Coding,merupakan kegiatan merubah data dari bentuk huruf menjadi

    bentuk angka/kode. Kegunaan dari codingadalah untuk mempermudah

    pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

    c. Processing, merupakan kegiatan memproses data dengan cara entry

    data dari catatan rekam medis ke paket program statistik (SPSS).

    Untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data dapat dilakukan

    pengontrolan terhadap masing-masing variabel.

    d. Cleaning, merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

    di-entryapakah ada kesalahan atau tidak.

    2. Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

    karakteristik masing masing variabel yang akan diteliti, baik variabel

    independen maupun dependen. Fungsi dilakukannya analisis ini adalah

    untuk menyederhanakan atau meringkas kumpulan data tersebut berubah

    menjadi informasi yang berguna. Peringkasan dapat berupa ukuran-ukuran

    statistik, tabel, dan juga grafik.

    3. Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua

    variabel, yaitu variabel independen dan dependen. Pengujiannya

    menggunakan metode chi-square karena data yang digunakan pada

    penelitian ini melibatkan jenis data kategorik baik untuk variabel

    independen maupun dependen untuk menyimpulkan apakah ada hubungan

  • 5/26/2018 Pneumonia

    54/80

    33

    antara dua variabel kategori. Uji ini dilakukan dengan batas kemaknaan (

    = 0,05) yang berarti jika diperoleh nilai p>0,05 maka tidak ada hubunganyang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

    Rumus chi-square:

    Ket :

    XHit= (Fo - Fe) Fo = Frekuensi data yang diperoleh

    Fe Fe = Frekuensi data yang diharapkanK = Banyaknya kategori/sel 1,2,

    df = (k-1)(b-1) b = Banyaknya baris

    df = Derajat kebebasan

  • 5/26/2018 Pneumonia

    55/80

    34

    BAB IV

    HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    IV.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

    IV.1.1. Geografi Lokasi Penelitian

    RSUD Pasar Rebo terletak di Jalan TB Simatupang No.30 Jakarta

    Timur. Rumah sakit ini berbatasan dengan beberapa daerah di Jakarta,

    yaitu :

    a. Sebelah utara berbatasan dengan Jakarta Pusat dan Jakarta Utara.

    b. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Bekasi.

    c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten DATI II Bogor.

    d. Sebelah barat berbatasan dengan Jakarta Selatan.

    RSUD Pasar Rebo mengalami perkembangan yang pesat dan

    mengalami beberapa kali transformasi sebelum menjadi RSUD seperti

    sekarang ini.

    IV.1.2. Visi RSUD Pasar Rebo

    Adapun visi RSUD Pasar Rebo adalah Menjadi Rumah Sakit yang

    terbaik dalam memberikan pelayanan prima pada semua lapisan

    masyarakat.

    IV.1.3. Misi RSUD Pasar Rebo

    Misi RSUD Pasar Rebo adalah : Melayani semua lapisan

    masyarakat, yang membutuhkan layanan kesehatan individu yang bermutu

    dan terjangkau. Misi tersebuh menggambarkan bahwa pelayanan yang

    diberikan di RSUD Pasar Rebo adalah pelayanan untuk semua lapisan

    masyarakat dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan dan terjangkau

    untuk semua kalangan.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    56/80

    35

    IV.1.4. Struktur Organisasi RSUD Pasar Rebo

    Bagan struktur RSUD Pasar Rebo ditetapkan berdasarkan Keputusan

    Direktur RSUD Pasar Rebo Nomor : 027/2010. Susunan organisasi Rumah

    Sakit Umum Daerah Pasar Rebo terdiri dari :

    - Direktur

    - Wakil Direktur Pelayanan

    - Wakil Direktur Keuangan dan Umum

    - Bidang Pelayanan Medis

    - Bidang Pelayanan Penunjang Medis

    - Bidang Pelayanan dan Keperawatan

    - Bagian Umum dan Pemasaran

    - Bagian Sumber Daya Manusia

    - Bagian Keuangan dan Perencanaan

    - Komite Rumah Sakit

    - Satuan Pengawas Internal

    - Kelompok Staf Medis

    IV.2. Pendahuluan

    Pada bagian ini akan dilakukan analisis berkaitan dengan tujuan

    penelitian yang sedang dilakukan, yaitu menguji apakah terdapat hubungan

    dan pengaruh yang signifikan dari status gizi terhadap derajat beratnya

    pneumonia pada pasien usia 0-5 tahun. Data yang digunakan adalah data yang

    bersifat kategorikal, sehingga metode analisis yang tepat adalah metode

    tabulasi silang dengan metode chi-square. Dalam menghitung dan analisis ini,

    software yang digunakan adalah program statitik komputer atau Statistical

    Program for Social Science(SPSS) versi 16.

    IV.3. Analisis Hasil Penelitian

    IV.3.1. Analisis Univariat

    Dilakukan untuk memperoleh distribusi frekuensi masing-masing variabel

    tentang variabel dependen maupun independen.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    57/80

    36

    IV.3.1.1. Distribusi Menurut Jenis Kelamin

    Tabel 7. Distibusi menurut jenis kelamin

    Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%)

    Laki-Laki 34 58.6

    Perempuan 24 41.4

    Total 58 100

    Mayoritas sampel yang diperoleh adalah lakilaki yaitu sebanyak 34 pasien

    anak (58,6%) sedangkan pasien dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak

    24 pasien anak (41,4%). Data ini sesuai dengan data epidemiologi dari British

    Thoracic Society(BTS) yang menyebutkan pneumoniapada anak-anak dibawah

    umur 5 tahun sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Mekanisme mengapa

    pneumonia lebih banyak diderita laki-laki belum diketahui (Suharjono et al.,

    2009).

    IV.3.1.2. Distribusi Menurut Nilai Z ScoreTabel 8. Distribusi menurut z score

    Z Score Jumlah

    sampel

    Minimun Maksimum Mean Std. Deviasi

    58 -6,74 2,28 -1,5390 1,72213

    Nilai terendah dari Z-Score yang diperoleh adalah sebesar -6,74

    dengan nilai tertingginya 2,28. Sementara nilai rata rata nya adalah

    sebesar -1,5390 dengan simpangan baku 1,72213.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    58/80

    37

    IV.3.1.3.Distribusi Menurut Derajat Beratnya Pneumonia

    Tabel 9. Distribusi menurut derajat beratnya pneumonia

    Derajat Pneumonia Frekuensi Persentase (%)

    Ringan 19 32,8

    Sedang 2 3,4

    Berat 37 63,8

    Total 58 100

    Berdasaran tabel yang menjelaskan pneumonia anak di Rumah

    Sakit Umum Daerah Pasar Rebo menunjukan bahwa sebagian besar pasien

    anak termasuk dalam kategori pneumonia berat yaitu sebanyak 37 pasien

    anak (63,8%). Posisi terbanyak selanjutnya diikuti oleh pneumonia ringan

    yaitu sebanyak 19 pasien anak (32,8%), dan terakhir pneumonia sedang

    yaitu sebanyak 2 pasien anak (3,4%).

    IV.3.1.4. Distribusi Menurut Status Gizi

    Tabel 10. Distribusi menurut status gizi

    Status Gizi Frekuensi Persentase (%)

    Buruk 11 19

    Kurang 6 10,3

    Cukup 40 69

    Lebih 1 1,7

    Total 58 100

    Berdasaran tabel yang menjelaskan status gizi pasien anak di RSUD

    Pasar Rebo menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak memiliki status

    gizi cukup yaitu sebanyak 40 anak (69%). Posisi terbanyak selanjutnya

    diikuti oleh gizi buruk, yaitu sebanyak 11 pasien anak (19%), kemudian gizi

    kurang sebanyak 6 pasien anak (10,3%) dan terakhir gizi lebih yaitu

    sebanyak 1 pasien anak (1,7%).

  • 5/26/2018 Pneumonia

    59/80

    38

    IV.3.2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    hubungan antara status gizi sebagai variabel bebas dengan derajat beratnya

    pneumonia sebagai variabel terikat. Uji bivariat ini menggunakan uji chi-

    square, dengan alpha=0,05. Dengan menguji kemaknaan hubungan

    digunakan tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut :

    p> 0,05 menunjukan hasil tidak bermakna

    p< 0,05 menunjukan hasil adalah bermakna

    IV.3.2.1. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Beratnya Pneumonia

    pada Pasien Anak

    Tabel 11. Hubungan status gizi anak dengan derajat beratnya pneumonia anak di

    Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009-Desember 2012.

    Status

    Gizi

    Pneumonia Total P-

    value

    Expected

    countRingan Sedang Berat

    Buruk N

    %

    0

    0

    0

    0

    11 (100%)

    29,7

    11 (100%)

    19

    0,02 9 cells

    (75,0%)have

    expected

    count less

    than 5.

    The

    minimum

    expected

    count is

    ,03

    Kurang N

    %

    0

    0

    0

    0

    6 (100%)

    16,2

    6 (100%)

    10,3

    Cukup N

    %

    18 (45%)

    94,7

    2 (5%)

    100

    20 (20%)

    50

    40 (100%)

    69

    Lebih N

    %

    1 (100%)

    5,3

    0

    0

    0

    0

    1 (100%)

    1,7

    Total N

    %

    19 (32,8%)

    100

    2 (3,4%)

    100

    37 (63,8%)

    100

    58 (100%)

    100

    Berdasarkan Tabel 11, hasil analisis antara status gizi anak dengan derajat

    beratnya pneumonia anak usia 0 sampai 5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah

    Pasar Rebo menunjukan bahwa pasien anak yang memiliki status gizi lebih

    memiliki proporsi 100% menderita pneumonia ringan. Pasien anak yang memiliki

  • 5/26/2018 Pneumonia

    60/80

    39

    status gizi cukup memiliki proporsi 45% untuk menderita pneumonia ringan, 5%

    menderita pneumonia sedang dan 50% menderita pneumonia berat. Sedangkan

    pasien anak dengan status gizi kurang memiliki proporsi 100% menderita

    pneumonia berat. Status gizi buruk pada pasien anak memiliki proporsi 100%

    menderita pneumonia berat.

    Gambar 3. Diagram batang hubungan antara status gizi dengan derajat

    beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD Pasar Rebo

    Tabel 11 menunjukkan hasil analisis chi-squareantara status gizi dengan

    pneumonia. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi sebesar0,020. Tetapi bila kita lihat dari expected count yang ada di bawah tabel chi-

    squaremenunjukan angka 9, yang berarti data tidak memenuhi syarat uji chi-

    square, syarat uji chi-square adalah jumlah sel yang mempunyai nilai

    expected countkurang dari 5, maksimal sebanyak 20% dari jumlah sel yang

    ada. Karena itu dilakukan penggabungan sel dengan tanpa mengurangi makna

    dari penelitian ini.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    61/80

    40

    Tabel 12. Penggabungan sel, hubungan status gizi anak dengan derajat beratnya

    pneumonia anak di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo periode Januari 2009-

    Desember 2012

    Status

    Gizi

    Pneumonia Total P-

    value

    Expected

    countRingan Sedang

    Cukup-

    Lebih

    N

    %

    21 (51,2%)

    100

    20 (48,8%)

    54,1

    41 (100%)

    70,7

    0,001 0 cells

    (,0%)

    have

    expected

    count less

    than 5.The

    minimum

    expected

    count is

    6,16.

    Kurang-

    Buruk

    N

    %

    0

    0

    17 (100%)

    45,9

    17 (100%)

    29,3

    Total N

    %

    21 (36,2%)

    100

    37 (63,8%)

    100

    58 (100%)

    100

    Berdasarkan tabel 12, hasil analisis antara status gizi anak dengan derajat

    beratnya pneumonia anak usia 0-5 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar

    Rebo menunjukan bahwa pasien anak yang memiliki status gizi cukup dan

    lebih memiliki proporsi 51,2% menderita pneumonia yang ringan maupun

    sedang dan memiliki proporsi 48,8 % menderita pneumonia berat. Sedangkan

    pasien anak yang memiliki status gizi kurang dan buruk memiliki proporsi

    100% menderita pneumonia berat.

  • 5/26/2018 Pneumonia

    62/80

    41

    Gambar 4. Penggabungan sel, diagram batang hubungan antara status gizi

    dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien anak usia 0-5 tahun di RSUD

    Pasar Rebo

    Tabel 12 menunjukkan hasil analisis chi-square antara status gizi dengan

    pneumonia. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi 0,001. Nilai

    tersebut lebih kecil dari 0,05, dan nilai dari expected count telah memenuhi

    syarat uji chi square, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

    signifikan antara status gizi dengan derajat beratnya pneumonia.

    IV.4. Pembahasan

    IV.4.1. Hasil Analisis Bivariat : Hubungan Status Gizi dengan Derajat

    Beratnya Pneumonia pada Pasien Anak Usia 0-5 Tahun

    Gizi buruk merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi respiratori pada

    anak khususnya pneumonia, ini dikarenakan adanya gangguan respon imun.

    (IDAI, 2011)

    Berdasarkan tabel 12, mengenai status gizi yang dimiliki pasien anak

    penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo terlihat

  • 5/26/2018 Pneumonia

    63/80

    42

    bahwa sebagian besar pasien anak yang menderita pneumonia berat adalah

    pasien anak dengan status gizi yang kurang dan buruk, sedangkan pasien anak

    dengan status gizi yang cukup dan lebih cenderung menderita pneumonia

    ringan. Dari hasil penelitian bivariat antara status gizi dengan derajat beratnya

    pneumonia memperlihatkan bahwa kelompok pasien usia 0-5 tahun dengan

    berbagai macam tingkatan status gizi diperoleh angka yang signifikan dengan

    nilai p=0,001. Nilai tersebut kurang dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa ada

    hubungan yang signifikan antara status gizi dengan derajat beratnya

    pneumonia. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kekurangan gizi akan

    berpengaruh terhadap kekuatan, daya tahan dan respon imunologis terhadap

    penyakit (Soemirat, 2000).

    Malnutrisi walaupun ringan berpengaruh buruk terhadap daya tahan tubuh

    sehingga anak menjadi lebih rentan terhadap infeksi (Gozali, 2010). Penelitian

    di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta membuktikan adanya

    hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi p=0,01 antara status gizi

    dengan klasifikasi pneumonia pada balita.

    Malnutrisi dapat menyebabkan kelainan pada saluran nafas sehingga

    menggaggu proses fisiologis saluran napas dalam hal proteksi terhadap agen

    penyakit. Pada saluran napas dalam keadaan normal, terdapat proses fisiologis

    untuk mencegah agen penyakit, seperti reflek batuk, peningkatan jumlah cairan

    mukosa ketika terdapat agen yang membahayakan kesehatan kesehatan saluran

    napas. Pada anak dengan keadaan malnutrisi, proses fisiologis ini tidak berjalan

    dengan baik, sehingga agen penyakit yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh

    menjadi terakumulasi dalam saluran napas sampai pada paru-paru (Gozali,

    2010).

  • 5/26/2018 Pneumonia

    64/80

    43

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    V.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang

    diperoleh, maka dapat diambil