Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 17%
Date: Sunday, May 03, 2020
Statistics: 4569 words Plagiarized / 26882 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------
METODE PEMBELAJARAN PASRAMAN HINDU (Dalam Membentuk Karakter Anak Didik)
Oleh: Dr. Ni Komang Sutriyanti, S.Ag., M.Pd.H Editor : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag.,
M.Pd.H Penerbit: Yayasan Gandhi Puri ISBN : 978-623-93011-0-1 Cetakan : 1 Januari
2020 KATA PENGANTAR Om Swastyastu Puja dan Puji Syukur penulis haturkan
kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kerta
waranugrahaNya buku dengan judul “Metode Pembelajaran Pasraman Hindu (Dalam
Membentuk Karakter Anak Didik)”, dapat penulis selesaikan dengan baik.
Meskipun penulis akui, bahwa ada beberapa kelemahan dalam buku ini yang sekiranya
perlu mendapatkan penyempurnaan dari penulis selanjutnya. Adapun buku ini
sesungguhnya adalah hasil penelitian penulis di SMP Gurukula Bangli. Penelitian ini di
khususkan menelisik secara mendalam penerapan metode Sad Dharma sebagai salah
satu strategi pembelajaran yang berbasis ajaran agama Hindu.
Melalui kajian tersebut, penulis berhasil membukukan beberapa hasil kajian yang boleh
dikatakan kajian awal dalam pengembangan ilmu pendidikan agama Hindu. Dalam
penerapannya, metode Sad Dharma ternyata memiliki kesejajaran dengan penerapan
metode pembelajaran modern. Metode ini terdiri dari enam teknik yang dapat
diterapkan oleh guru dalam pembelajaran.
Metode Dharma Wacana adalah metode yang dapat diaplikasikan guru melalui
ceramah, Dharma Tula melalui diskusi, Dharma Santi dengn menekankan pada aspek
perilaku welas asih, Dharma Gita dengan nyanyian suci Weda, Dharma Yatra yakni dapat
dilakukan belajar untuk mengunjungi tempat-tempat suci, dan Dharma Sadhana adalah
belajar untuk siswa menjadi peka terhadap lingkungan sosial.Berkenaan dengan hal
tersebut, diharapkan nantinya pembelajaran dapat mencapai tujuan sebagaimana yang
termaktub dalam UU Sisdiknas, dan dalam upaya untuk menumbuhkembangkan potensi
siswa agar cerdas secara holistik. Meskipun demikian, buku ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan dalam penulis menganalisis data yang sudah penulis dapatkan.
Untuk itu, kiranya saran dan kritik yang membangun diperlukan guna menyempurnakan
hasil karya ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan, diakhir pengantar ini saya
ucapkan terimakasih kepada semua pihak sehingga buku ini terbit dan dapat
memperkaya kasanah referensi pembaca yang budiman. Om Santih, Santih, Santih Om
Denpasar, Januari 2020 Penulis, DAFTAR ISI PENDAHULUAN ~ 1 Pentingnya Metode
Sad Dharma dalam Pembelajaran ~ 1 Metode Sad Dharma ~ 4 Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti ~ 7 BAB II SEKILAS TENTANG SMP GURUKULA BANGLI ~ 10 Visi,
Misi, Tujuan dan Sasaran SMP Gurukula Bangli ~ 10 Kurikulum SMP Gurukula Bangli ~
14 Muatan Lokal ~ 18 Pengembangan Diri ~ 19 Pendidikan Kecakapan Hidup ~ 22
Pengaturan Beban Belajar ~ 31 Ketuntasan Belajar ~ 33 Mutasi Siswa ~ 40 Program
Pengembangan Diri ~ 41 Letak Geografis SMP Gurukula Bangli ~ 45 Keadaan Sekolah
SMP Gurukula Bangli ~ 46 Keadaan Siswa dan Guru SMP Gurukula Bangli ~ 49 BAB III
PENERAPAN METODE SAD DHARMA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
HINDU DAN BUDI PEKERTI ~ 52 Metode Dharma Wacana ~ 53 Metode Dharma Tula ~
56 Metode Dharma Santi ~ 62 Metode Dharma Gita ~ 64 Metode Dharma Sedana ~ 69
Metode Dharma Yatra ~ 75 Penerapan Metode Sad Dharma Melalui Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ~ 78 BAB IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DALAM
PENERAPAN METODE SAD DHARMA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
HINDU DAN BUDI PEKERTI ~ 88 Kendala Internal ~ 88 Kendala Eksternal ~ 100 BAB V
IMPLIKASI PENERAPAN METODE SAD DHARMA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI ~ 110 Implikasi Terhadap Sikap Spiritual ~ 110
Implikasi Terhadap Sikap Sosial ~ 122 Implikasi Terhadap Sikap Kognitif ~ 150 Implikasi
Terhadao Sikap Psikomotorik ~ 153 BAB VI SIMPULAN ~ 159 Simpulan ~ 159
Saran-Saran ~ 160 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Metode Sad
Dharma dalam Pembelajaran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab II merumuskan tentang dasar,
fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam upaya mengembangkan pendidikan di
Indonesia menjadi lebih baik.
Dalam pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh banyak faktor, beberapa
faktor yang dapat mendukung keberhasilan tersebut seperti kualitas sumber daya
manusia (SDM), sarana dan prasarana pendukung, serta ketepatan dari kurikulum yang
digunakan.
Dengan adanya pergantian kurikulum tampaknya belum sepenuhnya pendidikan di
negeri ini mampu melahirkan generasi bangsa yang tidak hanya cerdas secara
intelektual, tetapi juga cerdas secara emosional, spiritual dan sosial bahkan yang
seringkali terjadi pergantian kurikulum ini terkesan kurang diolah atau dipersiapkan
secara matang sehingga pada pelaksanaannya di lapangan terjadi kekacauan atau
banyak kelemahan-kelemahan.
Kurikulum mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan formal. Bahkan
kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam keseluruhan proses
pendidikan, serta kurikulum merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak terpisahkan
dari pendidikan itu sendiri, karena peran kurikulum sangat penting, maka menjadi
tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan (Arifin, 2011 : 13).
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, tentu berimplikasi terhadap perubahan standar
isi atau struktur kurikulum, standar proses dan standar penilaian dalam pendidikan.
Dengan adanya perubahan tersebut di dalam proses belajar mengajar di kelas, namun
tidak banyak guru yang paham dan mampu mengimplementasikan perubahan tersebut
dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam penggunaan metode pembelajaranSelain
itu, pemahaman guru tentang setiap perubahan yang ada, kondisi siswa juga sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan tujuan pendidikan.
Pada jenjang pendidikan menengah atau SMP, kondisi peserta didik sangat labil,
sehingga menuntut kompetensi guru yang lebih profesional dalam mengahadapi
peserta didik. Salah satu bagian kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik yang
didalamnya memuat tentang penggunaan metode pembelajaran. Setiap guru
menghendaki proses pembelajaran yang dilaksanakan bisa berlangsung secara efektif
dan efisien, namun kenyataan yang ada kadangkala para guru khususnya guru Agama
Hindu mengalami kesulitan untuk menjadikan proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan efektif.
Banyak faktor yang kurang representative seperti: kualitas sumber daya manusia, minat
belajar siswa, dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014 tentang struktur
kurikulum tahun 2013 yang didalamnya memuat tentang metode pembelajaran yang
diterapkan dalam pembelajaran pendidikan Agama Hindu dan budi pekerti yang
memuat ada enam strategi yang dalam konsep Agama Hindu di sebut dengan sad
dharma antara lain: dharma wacana, dharma tula, dharma santi, dharma yatra, dharma
gita dan dharma sadhana.
Namun dalam implementasinya belum sepenuhnya metode tersebut diterapkan oleh
guru-guru Agama Hindu. Adanya sebuah perubahan kurikulum yang berimplikasi
terhadap penggunaan metode pembelajaran yang belum mampu menjawab tujuan dari
pembelajaran pendidikan agama Hindu secara utuh menandakan bahwa masih terjadi
sebuah ketumpang tindihan dari perubahan tersebut, artinya belum terjadi sinergi yang
tepat antara perubahan kurikulum dengan keberadaan kurikulum.
Terlebih lagi dengan adanya metode sad dharma ini tentunya sangat berdampak
terhadap situasi pembelajaran di kelas dan mutu pendidikan secara umum. Dalam
penerapan metode yang baru tentu terdapat beberapa kendala-kendala yang dihadapi
serta berimplikasi terhadap peserta didik. Secara pragmatis penelitian ini diharapkan
mampu menghasilkan suatu model pengembangan metodologi pendidikan Agama
Hindu dengan menggunakan metode sad dharma yang bisa diterapkan di
sekolah-sekolah umum dan sekolah-sekolah yang bernuansa Hindu serta sekolah
pasraman yang sedang dirancang oleh Direktorat Jenderal Kementerian Agama
Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
56 Tahun 2014.
Metode Sad Dharma Metode Sad Dharma sebagai metode pembinaan umat Hindu dan
metode pendidikan Agama Hindu merupakan metode atau cara yang digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Hindu kepada umat, sehingga nilai-nilai
pendidikan agama adalah menjadi bahagia penting dalam diri setiap umat Hindu. Ada
enam metode pendidikan agama yang disebut dengan istilah Sad Dharma yaitu. 1.
Dharma Wacana merupakan metode penerangan Agama Hindu yang disampaikan
kepada setiap umat Hindu dan berkaitan dengan kegiatan keagamaan. Kegiatan
penerangan Agama Hindu pada masa lalu disebut dengan Upanisada. Upanisada atau
upanisad mengandung arti yang bersifat “Rahasyapadesa” dan Upanisada merupakan
bagian dari kitab Sruti. 2.
Dharmag?t? berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu dari dua perkataan dharma dan gita.
Dharma adalah kata benda maskulinum yang artinya : kebenaran, kebajikan, agama. Gita
adalah bahasa sanskerta dalam bentuk perfect Passive participle, jenis kelamin netrum
yang berarti nyanyian, atau lagu. Kamus Sanskerta Indonesia (Surada,2011: 99).
Berdasarkan dari arti kata antara kedua perkataan ini maka Dharmag?t? itu dapat
diartikan nyanyian-nyanyian kebenaran atau kebajikan dalam agama Hindu. 3. Dharma
tula adalah metode pendalaman ajaran agama Hindu yang dilakukan melalui diskusi
agama untuk mendapatkan kesamaan persepsi untuk meningkatkan Sradha dan
nilai-nilai yang dianut. Dharma tula adalah tehnik yang di anjurkan oleh PHDI untuk
menanamkan konsep- konsep pemahaman ajaran agama Hindu (Jendra. 1998).
Adapun kata Tula berasal dari bahasa Sansekerta artinya perimbangan, keserupaan, dan
bertimbang. Dharma Tula berarti bertimbang, berdiskusi atau berembug atau temu
wicara tentang ajaran-ajaran Agama Hindu. 4. Dharma Yatra terdiri dari dua kata yaitu
Dharma dan Yatra.
Dharma artinya kebenaran, atau peraturan- peraturan suci untuk menuntun umat Hindu
dalam mencapai kesempurnaan hidup seperti bertingkah laku yang baik dan budi
pekerti yang luhur. Sedangkan Yatra berarti perjalanan suci. Dharma Yatra merupakan
perjalanan suci dengan diikuti diskusi-diskusi tentang Dharma atau agama, dengan kata
lain dharma yatra perjalanan suci disertai pendidikan tentang dharma.
Dharma Yatra merupakan usaha yang dilakukan dalam meningkatkan pemahaman dan
mengamalkan ajaran Agama Hindu dengan berkunjung ke tempat-tempat suci baik
yang bertempat dipegunungan atau di tepi pantai atau sungai. 5. Dharma Santi adalah
menjalin kebersamaan, menjalin rasa senasib sepenanggungan sebagai umat manusia
yang harus saling menjaga, saling menghormati, itu bisa dilakukan dengan Dharma
Wacana, Dharma Tula dan saling kunjung-mengunjungi.
Dimana tujuan dari dharma santi adal ah mencapai kedamaian dengan jalan kebenaran
sehingga akan memperoleh kesadaran bahwa manusia itu adalah makhluk sosial. 6.
Wirawan (2007: 5) menjelaskan Dharma Sadhana ialah latihan atau pengamalan untuk
merelisasikan suatu keyakinan, atau pembinaan dalam bentuk peraktek ajaran dharma
Agama Hindu, penerapannya ialah ajaran Catur Marga.
Pembagian dari Catur Marga ialah, Bhakti Marga merupakan suatu usaha untuk
menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) dengan
mengutamakan penyerahan diri dan Pencurahan rasa Bhakti, Karma Marga adalah suatu
usaha untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui kerja
tanpa terlalu mengharapkan hasilnya untuk kepentingan diri sendiri, Jnana Marga suatu
usaha untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan
mengutamakan akal untuk membangkitkan kesadaran spiritual, Raja Marga adalah
suatu usaha untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan
mengutamakan pengendalian diri dan konsentrasi (Tim Penyusun, 2007: 32).
Berdasarkan hal tersebut di atas, Sad Dharma yang dimaksud pada penelitian ini adalah
metode-metode pengajaran agama Hindu yang tujuannya untuk mengaktualisasikan
ajaran-ajaran agama sehingga terciptanya keharmonisan dalam kehidupan beragama,
yangmana pada kurikulum 2013 Sad Dharma dijadikan sebagai strategi pembelajaran
agama Hindu di sekolah.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Pengertian Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan, pada pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa, “Pendidikan Agama
berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Sang
Hyang Widhi Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian
dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama”.
Pendidikan agama merupakan pendidikan yang berfungsi untuk membentuk karakter
manusia Indonesia yang memiliki ?raddh? dan bhakti. Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti memiliki berbagai konsep untuk meyiapkan peserta didik dalam
menghadapi perkembangan zaman. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa (2008: 215) kata budi mempunyai arti alat batin yang dapat membedakan
yang baik dan buruk.
Adapun kata pekerti berarti tingkah laku, perangai, akhlak. Jadi budi pekerti berarti
suatu tingkah laku yang positif dan mampu menimbang antara yang baik dan buruk. 1.
Kibab suci Veda sebagai sumber pembelajaran Pendidikan Agama Hindu sehingga
peserta didik diharapkan mampu: a. Membentuk peserta didik yang memiliki ?raddh?
dan bhakti yang tercermin dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Dengan mengamalkan
ajaran Veda dalam kehidupan sehari-hari.
b. Membentuk peserta didik yang memiliki karakter yang baik. c. Mencerdaskan
kehidupan bangsa dan menciptakan peserta didik sebagai anggota masyarakat yang
bertanggung jawab. d. Membentuk moral peserta didik dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Adapun Ruang Lingkup
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada jenjang Sekolah Menengah Pertama
menekankan pada Tri Kerangka Dasar Agama Hindu seperti Tattwa, Su??la, dan ?cara,
yang diwujudkan melalui proses pembelajaran, dan diintegrasikan dengan menerapkan
konsep Tri Hita Karana sebagai berikut: 1. Hubungan yang harmonis antara manusia
dengan Sang Hyang Widhi. 2. Hubungan yang harmonis antara manusia dengan
manusia. 3.
Hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam lingkungan. Konsep pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran
yang diterapkan pada kurikulum 2013 dan berfungsi untuk membentuk manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Sang Hyang Widhi Wasa serta berakhlak mulia.
BAB II SEKILAS TENTANG SMP GURUKULA BANGLI Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran SMP
Gurukula Bangli Setiap lembaga pendidikan memiliki visi dan misi yang jelas sebagai
sasaran capaian lembaga pengembangan pendidikan. Visi adalah berhubungan dengan
vision atau tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, dan misi adalah segala upaya yang
dilakukan lembaga pendidikan dalam mencapai visi tersebut. SMP Gurukula Bangli yang
berada di Kabupaten Bangli sebagai lembaga pendidikan memiliki pula visi, misi, tujuan
dan sasaran yang jelas.
Adapun hal tersebut dapat disimak dalam deskripsi berikut. 1) Visi Sekolah Visi
merupakan imajinasi moral yang dijadikan dasar rujukan dalam menentukan tujuan
masa depan khususnya diharapkan oleh sekolah. Visi sekolah harus berada dalam
koridor pembangunan pendidikan secara nasional tetapi disesuaikan dengan potensi
dari sekolah itu sendiri dan aspirasi masyarakat disekitarnya.
Secara sederhana visi SMP Gurukula Bangli adalah: “Terwujudnya Sumber Daya Manusia
Hindu yang Berkualitas, Berdaya Saing Tinggi dan Tangguh Dilandasi Filosofi
“Vasudhaiva Kutumbakam”. Kemudian adapun indikator visi meliputi beberapa hal,
yakni sebagai berikut. 1. Terwujudnya kurikulum sekolah yang relevan dengan
kebutuhan lokal, nasional, dan global; 2. Terwujudnya pendidikan yang bermutu dan
berdaya saing tinggi; 3.
Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, dan efesien; 4. Terwujudnya standar
pendidik dan tenaga kependidikan yang refresentatif; 5. Terwujudnya lulusan yang
cerdas, kompetitif, cinta tanah air, beriman dan bertaqwa; 6. Terpenuhinya fasilitas
pendidikan yang mendukung pembelajaran yang bermutu; 7. Terwujudnya prestasi
akademik dan non akademik yang kompetitif; 8.
Terwujudnya sikap mental dan moral spiritual yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Ketuhanan, toleransi, kebinekaan, dan budaya dengan konsep Vasudaiva Kutumbakam;
9. Terwujudnya standar pengelolaan pendidikan sesuai dengan SNP; 10. Terwujudnya
standar penilaian pendidikan sesuai dengan SNP; 2) Misi Sekolah Misi adalah
penjabaran dari visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan
untuk mewujudkan visi tersebut dengan demikian misi dapat dikatakan bentuk layanan
untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikator.
1. Terwujudnya pengembangan kurikulum sesuai dengan standar Isi; 2. Terwujudnya
mutu pendidikan sesuai dengan perkembangan IPTEK dan tuntutan masyarakat. 3.
Terwujudnya mutu lulusan agar mampu berkompetisi dalam menghadapi kehidupan
nyata. 4. Terwujudnya potensi dalam bidang ekstrakurikuler sesuai dengan potensi yang
dimiliki. 5.
Menyelenggarakan program pendidikan yang senantiasa berakar pada sistem nilai adat
istiadat, agama dan budaya masyarakat dengan tetap mengikuti perkembangan dunia
luar. 6. Membangun intelektualitas dan moralitas umat berdasarkan Tri Hita Karana dan
Tri Kaya Parisudha. 7. Meningkatkan kerukunan dan solidaritas umat berdasarkan
“salunglung sabayantaka, paras paros sarpanaya”.
3) Tujuan Sekolah Bertitik tolak dari visi dan misi SMP Gurukula Bangli dapat
dirumuskan tujuan sekolah. Visi dan misi dapat dikaitkan dengan jangka waktu
menengah yaitu sekitar 4 (empat) tahun. Untuk tercapainya target dari visi dan misi
maka diperlukan tujuan yang diharapkan.
Tujuan pada dasarnya merupakan tahapan langkah- langkah untuk mewujudkan visi dan
misi yang telah dirumuskan. Tujuan tidak mesti mengandung seluruh misi dari pada
sekolah namun sebagian dari misi sekolah dapat dirumuskan sebagai tujuan. Rumusan
tujuan dari SMP Gurukula Bangli antara lain: a.
Mengembangkan sistem seleksi penerimaan siswa baru dan melakukan pembinaan
pada calon siswa terlebih-lebih semua siswa diasramakan. b. Meningkatkan jumlah dan
kualifikasi tenaga kependidikan sesuai dengan tuntutan program pembelajaran yang
berkualitas. c. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sarana dan program pendidikan
untuk mendukung kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa. d.
Menjalin kerjasama (networking) dengan lembaga, instansi terkait masyarakat dan dunia
usaha/industri dalam rangka pengembangan program pendidikan yang berakar pada
budaya bangsa dan mengikuti perkembangan IPTEK e. PBM yang mengarah pada
program pembelajaran berbasis kompetensi f. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler unggulan yang sesuai potensi dan minat siswa 4) Sasaran Berdasarkan
hasil pengamatan atas situasi SMP Gurukula Bangli dapat ditunjukkan tantangan nyata
yang digunakan untuk dirumuskan sasaran dari pada sekolah yang bersangkutan, yang
menggambarkan secara kualitas dapat dicapai dan diukur agar mudah melakukan
evaluasi keberhasilan.
Sasaran sekolah sering disebut tujuan jangka pendek misalnya 1 tahun dengan demikian
perumusan sasaran sekolah adalah tahapan pendek misalnya untuk mencapai tujuan
sekolah dengan pertimbangan-pertimbangan skala prioritas dan situasi serta kondisi
sekolah. SMP Gurukula Bangli menetapkan sasaran untuk tahun 2016/2017 sebagai
berikut: a. Rata-rata pencapaian nilai semesteran 2016/2017 adalah minimal 76 b.
Memantapkan kelompok kesenian dan olahraga yang bisa tampil ditingkat
Kabupaten/Propinsi c. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan- kegiatan
Piodalan di pura terkait, Purnama Tilem dan hari Suci Saraswati. Meningkatkan wawasan
berbudi pekerti luhur dan pembelajaran unggulan siswa asrama melalui pemantapan
dan pembinaan materi-materi pelajaran Budi Pekerti, Weda, Bahasa Sanskerta, Yoga dan
lainnya sehingga dapat menghindarkan perilaku menyimpang.
Kurikulum SMP Gurukula Bangli Alat pendidikan berupa kurikulum memiliki peranan
yang penting dalam sistem pendidikan. Kurikulum hadir sebagai origint point (titik
point) penyelenggaraan pendidikan sehingga dalam proses pembelajaran kurikulum
selalu dijadikan basis edukatif di dalam mengupayakan tujuan pembelajaran
(pendidikan).
Berkenaan dengan hal tersebut, banyak para ahli pendidikan menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan “implementasi” kurikulum (Dimiyati,2013: 286). Dengan
Kemudian kurikulum merupakan seperangkat pembelajaran yang di dalamnya ada
recana kegiatan pembelajaran, hasil belajar dan pengalaman belajar (Djamrah, 2013: 65).
Berdasarkan atas hal tersebut kurikulum SMP Gurukula Bangli adalah seperangkat alat
pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan pembelajaran, hasil belajar dan
pengalaman belajar dalam strukturasi yang jelas. 1) Struktur Kurikulum SMP Gurukula
Bangli merupakan sekolah pelaksana kurikulum 2013. Oleh karena itu struktur dan
muatan Kurikulum untuk SMP Gurukula disusun berdasarkan Kurikulum 2013 sebagai
berikut.
Tabel 1 Struktur Kurikulum SMP Gurukula Bangli MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
BELAJAR PER MINGGU VII VIII IX Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3
3 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3 3. Bahasa Indonesia 6 6 6 4.
Matematika 5 5 5 5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 7.
Bahasa Inggris 4 4 4 Kelompok B 1. 1.1 Seni Budaya 1.2 Mutan Lokal Bahasa Bali 3 2 3 2
3 2 2.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3 3. Prakarya 2 2 2 4. Bahasa
Sanskerta 2 2 2 Jumlah JP Kelompok A dan B per Minggu 42 42 42 (Sumber: Kurikulum
SMP Gurukula Bangli Tahun 2016/2017) 2) Muatan Kurikulum Muatan Kurikulum SMP
Gurukula Bangli adalah meliputi Mata pelajaran, Muatan Lokal, Pengembangan Diri,
Pengaturan Beban belajar, Kreteria Ketuntasan Belajar, ketentuan Mengenai Kenaikan
Kelas dan Kelulusan, Pendidikan kecakapan Hidup dan pendidikan Berbasis keunggulan
Lokal dan Global, Mutasi siswa, serta pendidikan karakter Bangsa Mata Pelajaran Mata
pelajaran beserta alokasi waktu berpedoman pada struktur kurikulum di atas. Adapun
struktur mata pelajaran meliputi beberapa hal sebagai berikut. a.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Meliputi :Pendidikan Agama Hindu di SMP Gurukula
Bangli menekankan ciri khas ke-Hinduan yang menggunakan konsep Weda didalamnya
(vasu daiva kutumbakam) dunia adalah sebuah kluarga Tujuan :Memberikan
pemahaman terhadap siswa tentang peranan pendidikan agama Hindu dalam
menumbuhkembangkan wujud sradha dan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berpegang teguh pada norma-norma agama. b.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Tujuan :Memberikan pemahaman terhadap
siswa tentang kesadaran hidup berbangsa dan bernegara dan pentingnya penanaman
rasa persatuan dan kesatuan. c. Bahasa Indonesia Tujuan : Membina keterampilan
berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi dan sarana pemahaman terhadap IPTEK d.
Bahasa Inggris Tujuan :Membina keterampilan berbahasa dan berkomunikasi secara
lisan dan tertulis untuk menghadapi perkembangan IPTEK dalam menyongsong era
globalisasi. e. Matematika Tujuan : Memberikan pemahaman logika dan kemampuan
dasar matematika dalam rangka penguasaan IPTEK. f. Ilmu Pengetahuan Alam Meliputi
:Fisika dan Biologi Tujuan :Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa
untuk menguasai dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK. g.
Ilmu Pengetahuan Sosial Meliputi:Sejarah, Ekonomi dan Geografi Tujuan :Memberikan
pengetahuan sosio cultural masyarakat yang majemuk, mengembangkan kesadaran
hidup bermasyarakat serta memiliki ketrampilan hidup secara mandiri. A. Seni Budaya
Meliputi : Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari dan Seni Teater. Tujuan : Mengembangkan
apresiasi seni, daya kreasi dan kecintaan pada seni budaya nasional. B.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Tujuan : Menanamkan kebiasaan hidup
sehat, meningkatkan kebugaran dan ketrampilan dalam bidang olahraga, menanamkan
rasa sportifitas, tanggung jawab disiplin dan percaya diri pada siswa. C. Prakarya
Meliputi:Ketrampilan dan kerajinan. Tujuan :Memberikan keterampilan di bidang
kerajinan tangan dan keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Muatan Lokal Muatan lokal adalah kegiatan kurikuler yang dilaksanakan untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing daerah. Muatan lokal yang dipilih adalah Sesuai dengan
keputusan Gubernur Bali dalam melestarikan Budaya Bali, maka Bahasa Bali dan Budi
Pekerti merupakan muatan lokal yang wajib diberikan pada semua jenjang pendidikan,
sedangkan muatan lokal pilihan yaitu Kesenian meliputi Seni Tabuh, Tari dan seni
lainnya serta Bahasa Sanskerta, merupakan kekhasan dan keunggulan dari SMP
Gurukula Bangli. a. Mulok: Bahasa Bali Tujuan :Untuk mengembangkan kompetensi
berbahasa Bali untuk melestarikan Bahasa Bali b.
Mulok Pilihan : Sanskerta Tujuan :Untuk mengembangkan kompetensi berbahasa
Sanskerta untuk melestarikan bahasa dan mempermudah mempelajari ajaran Weda.
Pengembangan Diri Pengembangan diri adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan di luar
mata pelajaran sebagai bagian inti dari penerapan kurikulum sekolah yang dilakukan
melalui kegiatan ekstrakulikuler dan lain-lain untuk menggali potensi yang dimiliki oleh
peserta didik.
Pengembangan diri yang diberikan kepada peserta didik disamping berdasarkan minat
dan bakat peserta didik juga didasarkan pada kebutuhan ditingkat sekolah, persiapan
lomba-lomba ditingkat lokal maupun nasional, dan memberi bekal pengentahuan serta
ketrampilan bagi kehidupanya dimasa yang akan datang. Pengembangan diri dalam
bentuk ekstra kurukuler di kelas VII dan VIII terdiri dari ekstra kurikuler wajib yaitu
pramuka dan ekstra kurikuler pilihan berdasarkan minat dan bakat peserta didik.
Adapun pengembangan diri yang diselenggarakan di SMP Gurukula Bangli adalah
sebagai berikut. 1. Kegiatan Terprogram A.
Pelayanan Konseling Meliputi 1) Pengembangan kehidupan pribadi 2) Pengembangan
kemampuan sosial 3) Pengembangan kemampuan belajar 4) Pengembangan wawasan
dan perencanaan karir B. Ekstra kurikuler meliputi: Ekstra kurikuler wajib adalan Pramuka
sedangkan ekstra kurikuler pilihan meliputi: 1) Kelompok seni budaya dan keagamaan a.
Seni tari b. Seni Tabuh c. Seni sastra d. Mejejahitan e. Dharma gita f. Canting Bagawad
Gita g. Bahasa Sanskerta h.
Yoga 2) Kelompok Organisasi sosial kemasyarakatan a. Pramuka b. Paskibra c. KSPAN d.
UKS 3) Kelompok Ilmiah dan krativitas a. Mading b. KIR 4) Kelompok Prestasi Olah raga
a. Pencak silat dan seni beladiri b. Tekwondo c. Tenis Meja d. Catur e. Atletik 5)
Kelompok Prestasi Mapel a. Matematika b. Fisika c. Biologi 6) Kelompok TOGA dan
Perkebunan a. Penanaman Obat-Obatan herbal b. Pertanian dan Perternakan 2. Tidak
Terprogram 1) Kegiatan Rutin a.
Upacara bendera b. Kerja Bhakti c. Sembahyang 2) Kegiatan Spontan a. Kebiasaan
membuang sampah pada tempatnya b. Kebiasaan memberi salam antar warga sekolah
dan tamu dengan mengucapkan panganjali “Om Swastyastu” 3) Kegiatan Keteladanan a.
Berpakaian rapi dan bersih sesuai aturan sekolah b. Berbahasa yang baik c. Rajin
Membaca d. Datang tepat waktu e. Tidak Madat f.
Berpakain adat bali setiap purnama-tilem dan hari sabtu 3. Pelaksanaan Pengembangan
diri terprogram 1) Layanan konseling yang terprogram dilakukan melalui pembinaan
setiap hari sesuai kebutuhan dan hari sabtu dengan membina anak-anak yang
bermasalahdalam mengikuti kegiatan ekstra sesuai laporan yang diterima dari guru
pembina kegiatan tidak terprogram dan ekstra kurikuler.
2) Ekstra kurikuler diselenggarakan dengan teknik tatap muka (bimbingan kelompok)
Pada setiap hari termasuk hari mingu mulai pukul 15.00-18.00 Wita ( sesuai jadwal).
Sedangkan pelaksanaan pengembangan diri secara tidak terprogram dilakukan setiap
saat dengan melakukan penilaian sikap, disiplin, moralitas, kepribadian, ahlak mulia, dan
ketekunan dalam keseharian yang dinilai oleh semua pendidik.
Pendidikan Kecakapan Hidup Kurikulum SMP Gurukula Bangli memasukan pendidikan
kecakapan hidup yaitu pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan
sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional yang merupakan bagian integral
dari pendidikan semua mata pelajaran dan paket yang direncanakan secara khusus.
Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik melalui kegiatan kurikuler,
kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan organisasi siswa (OSIS) dan lain-lain 1) Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal dan Global Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
merupakan pendidikan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan keunggulan lokal
dalam pengembangan kompetensi peserta didik. Kurikulum SMP Gurukula Bangli
memasukan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah : a.
Keunggulan lokal: 1. Pertanian dan Peternakan 2. Seni kerawitan dan tari 3. Dharmagita
4. Upakara Yadnya 5. Bahasa Sanskerta 6. Yoga, Meditasi 7. Susastra Suci Hindu b.
Keunggulan global: 1. Belajar melalui internet 2. Pembelajaran berbasis komputer 2)
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Pendidikan Kusus adalah pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 5 (ayat 2 dan ayat 4), termuat dalam
PP Nomor 17 tahun 2010 yang mengidentifikasikan jenis peserta didik berkebutuhan
khusus terbagi menjadi dua kelompok: 1) Peserta didik berkebutuhan khusus kategori
berkelainan yang bersifat permanen, terdiri atas: tunanetra (penglihatan), tunarungu
(pendengaran), tunawicara (komunikasi), tunagrahita (inteligensi), tunadaksa (fisik),
tunalaras (perilaku), berkesulitan belajar (hambatan dalam perkembangan otak), lamban
belajar, autis, dan gangguan motorik; 2) Peserta didik berkebutuhan khusus yang
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.
(Peserta didik berkebutuhan khusus yang bersifat temporer, yaitu anak menjadi korban
penyalah gunaan narkoba, dll.). a. Prinsif-prinsif Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi 1)
Prinsip Pemerataan dan Peningkatan Mutu Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk
menyusun strategi upaya pemerataan memproleh layanan pendidikan dan peningkatan
mutu.
Pendidikan Inklusif merupakan salah satu strategi upaya pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan, karena lembaga pendidikan inklusif bisa menampung semua
anak yang belum terjangkau oleh layanan pendidikan lainya. 2) Prinsif Kebutuhan
Individual Setiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda, oleh
karena itu pendidikan harus diusahakan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan anak.
3) Prinsif Kebermaknaan Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komonitas
kelas yang ramah, menerima keaneka ragaman dan menghargai keberbedaan.
4) Prinsip Keberlanjutan Pendidikan inklusif diselenggarakanberkelanjutan pada semua
tingkat pendidikan. 5) Prinsif Keterlibatan Penyelenggaraan pendidikan inklusi
melibatkan seluruh komponen pendidikan. b. Arah pendidikan Inklusi 1). Semua siswa
diarahkan untuk mengikuti pendidikan reguler walaupun mereka memiliki kebutuhan
khusus 2).
Apabila tidak mungkin, mereka diarahkan untuk mengikuti pendidikan di sekolah
reguler, walaupun dibuatkan kelas khusus, Sekolah khusus adalah pilihan terakhir 3)
Mereka yang berkebutuhan khusus harus memperoleh pendidikan yang setara dengan
pendidikan reguler, dan setara bukan berarti sama. 4) Kesetaraan ditentukan dengan
besarnya hambatan kecerdasannya.
Materi yang diperoleh adalah sama dengan pendidikan reguler yang telah
diperhitungkan kesetaraan berdasarkan hambatannya. c. Pengelolaan pendidikan Inklusi
Salah satu karakteristik dari sekolah inklusi adalah satu komonitas yang kohesif,
menerima dan responsive terhadap kebutuhan individual siswa.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pendidikan inklusi antara
lain: 1) Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima
keragaman, dan menghargai perbedaan. Sekolah harus siap mengelola kelas yang
heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual.
Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
2) Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumber daya lain dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 3) Guru dituntut melibatkan orangtua secara
bermakna dalam proses pendidikan. 4) Kepala Sekolah dan Guru (yang nantinya akan
menjadi GPK= Guru pembingbing Kusus) harus mendapatkan pelatihan bagaimana
menjalankan Sekolah inklusi.
5) GPK mendapat pelatihan teknis mempasilitasi anak ABK. 6) Mengidentifikasikan
hambatlah yang berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainya terhadap
akses pembelajaran. 7) Memberikan perhatian kusus pada anak yang memiliki kelainan
dalam proses pembelajaran dengan model dan strategi pembelajaran yang telah
dimodifikasikan atau disederhanakan.
d. Kurikulum Pendidikan Inklusi SMP Gurukula Bangli Kurikulum yang digunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusi pada dasarnya menggunakan kurikulum standar
nasional yang berlaku disekolah umum.
Namun demikian, karena ragam hambatan yang dialami peserta didik berkelainan
sangat bervariasi, mualai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat, maka
dalam implementasinya, kurikulum tingkat satuan pendidikan yang sesuai dengan
standar nasional perlu dilakukan modifikasi (penyelarasan) sedemiakian rupa sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Modifikasi (penyelarasan) kurikulum dilakukan oleh
tim pengembang kurikulum disekolah.
Tim pengembang kurikulum terdiri dari: kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru
pendidikan khusus, konselor, psikologi, dan ahli lain yang terkait. Mengingat jenis
pendidikan kekhususan di SMP Gurukula Bangli hanya bersifat lamban belajar saja,
maka pelaksanaan proses pembelajaran tidak dibuatkan struktur dan muatan kurikulum
kelas khusus (inklusi), muatan kurikulum mengacu kepada kurikulum reguler yang
belaku.
Walaupun proses pembelajaran inklusi di SMP Gurukula Bangli mengacu pada
kurikulum reguler bukan berati sama, karena dalam proses pembelajaran dikelas
diadakan modifikasi terhadap perangkat pembelajaran dan penyederhanaan materi ajar,
terutama pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada kelas-kelas yang terdapat
siswa kekhususan. Peserta didik yang memiliki kekhususan lamban belajar di SMP
Gurukula selain diberikan penyederhanaan dalam proses pembelajaran dan modifikasi
RPP sesuai dengan tingkat kemampuanya juga diberikan perhatian khusus baik pada
perkembangan pendidikanya maupun prilakunya dengan mengadakan pembinaan,
pengamatan dan evaluasi trus-menerus secara berkesinambungan sejalan dengan
filosofi penilaian autentik.
Integrasi Materi Taman Bumi (Geopark) 1) Tujuan Umum Pengintegrasian materi taman
bumi (geopark) ke dalam kurikulum sekolah bertujuan untuk mensosialisasikan
keberadaan geopark Kaldera Batur kepada para siswa, guru, serta segenap stake holder
lainnya. 2) Tujuan Khusus a. Memperkenalkan keragaman hayati (biodiveristy)
keragaman budaya (cultural diveristy) serta keragaman geologi (geodiveristy) yang
merupakan tiga elemen penting dalam pembentukan Geopark Kaldera Batur. b.
Mengembangkan wawasan yang lebih luas terkait dengan keberadaan taman bumi
(geopark) Kaldera Batur untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kelangsungan dan
pelestarian bumi. c. Memberikan bekal kepada para siswa tentang pentingnya menjaga
dan melestarikan keragaman hayati, budaya dan geologi sebagai warisan untuk generasi
berikutnya. d. Sebagai wahana sekolah untuk menjadikan geopark Kaldera Batur sebagai
laboratorium alam dalam rangka pengembangan seni saint dan teknologi kebumian.
Mengingat pentingnya menumbuhkan kebanggan terhadap keberadaan taman bumi
(geopark) tersebut maka masing-masing mata pelajaran bisa mengintegrasikan materi
tentang geopark dengan mempertimbangkan dua aspek yakni substansi dan informasi,
seperti dalam tabel berikut. Tabel 2 Pengintegrasian Materi Geopark Kedalam Mata
Pelajaran No Mata Pelajaran Tujuan Pendidikan Materi Esensial dalam geopark
Keragaman Budaya Keragaman Hayati Keragaman Geologi 1. Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti Membentuk peserta didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME ? 2.
PPKn Membentuk peserta didik menjadi warga negara yang memiliki wawasan dan rasa
kebersamaan cinta tanah air, bersikap dan berprilaku demokratis ? 3. Bahasa Indonesia
Membentuk peserta didik mampu berkomunikasi dengan efektif dan efisien sesuai etika
yang berlaku baik secara tertulis maupun lisan ? ? ? 4. Matematika Mengembangkan
logika dan kemampuan berpikir siswa ? ? ? 5.
IPA Mengembangkan pengetahuan dan analisis peserta didik terhadap lingkungan dan
sekitarnya ? ? 6. IPS Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman analisis sosial
siswa terhadap lingkungannya ? ? ? 7. Seni Budaya Membentuk karakter peserta didik
sehingga terbentuk manusia yang memiliki cita rasa seni budaya ? ? ? 8.
Penjaskes Membentuk karakter peserta didik sehingga sehat jasmani dan rohani ? ? 9.
Mulok Membentuk peserta didik agar mampu mengenali potensi di lingkungannya ? ? ?
10. Pengembangan diri Mengembangkan peserta didik agar memiliki kemampuan
untuk mengekspresikan diri sesuai dengan minat bakat yang dimiliki ? ? ? (Sumber:
Kurikulum SMP Gurukula Bangli Tahun 2016/2017) Pengaturan Beban Belajar Beban
belajar yang diatur pada Kurikulum SMP Gurukula Bangli ditetapkan sesuai kesepakatan
dewan guru yang mengacu pada Standar Isi dan Pedoman penyusunan kurukulum
tingkat satuan pendidikan beban belajar pada satuan pendidikan, beban belajar pada
setiap mata pelajaran dinyatakan dalam satuan jam pelajaran. Beban belajar adalah
satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program
pembelajaran di sekolah.
Semua itu dimasukan untuk pencapaian standar kompetensi lulusan dengan
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Model pembelajaran pada
Kurikulum SMP Gurukula Bangli adalah prinsip pembelajaran tuntas, yaitu peserta didik
diharapkan menuntaskan semua standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
dipaketkan. Apabila ada peserta didik yang tidak tuntas maka perlu diberikan remedial
sesuai standar kompetensi yang tidak dituntaskan.
Pada peserta dididik yang dapat menuntaskan kompetensi Dasar dengan baik, maka
peserta didik dapat diberikan pengayaan sesuai dengan standar proses pada kurikulum
2013, pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan
langkah-langkah pembelajaran dimulai dari mengamati, menanya, mengasosiasi,
mencoba,dan membuat jejaring.
Beban belajar ditentukan berdasarkan penggunaan sistem pengelolaan program
pendidikan yang berlaku disekoalah pada umumnya saat ini, yaitu menggunakan sistem
paket. Adapun beban belajar pada sistem paket tersebut diatur sebagai berikut: a. Jam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran dengan sistem paket dialokasikan sebagai
mana tercantum dalam struktur kurikulum.
Pengaturan alokasi waktu pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester
ganjil dan genap. Dalam bentu matrik pengaturan beban belajar di SMP Gurukula dapat
dirinci pada tabel berikut ini: Tabel 3 Matrik Pengaturan Beban Belajar Kelas Satu jam
pelajaran tatap muka per menit Jumlah jam pelajaran perminggu Minggu efektif
pertahun pelajaran Jumlah jam pembelajaran per tahun Jumlah jam per tahun @ 40
menit VII 40 42 36 1512 960 VIII 40 42 36 1512 960 IX 40 42 36 1512 960 (Sumber :
Kurikulum SMP Gurukula Bangli Tahun 2016/2017) b.
Alokasi waktu penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT)
dalam sistem paket untuk SMP adalah maksimal 50% dari waktu kegiatan tatap muka
mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
Dengan demikian penugasan terstruktur yang biasanya dalam bentuk pekerjaan rumah
(PR) diperhitungkan waktu pengerjaanya dengan pertimbangan waktu sama dengan ½
dari jumlah jam tatap muka. Ketuntasan Belajar A.
Penentuan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) 1) Tingkat kerumitan (kompleksitas)
setiap indikator/ KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Dalam pelaksanaan tingkat
kompleksitas dikatakan tinggi apabila menuntut: a. Sumber daya Manusia agar memiliki
pemahaman yang lebih tinggitentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik,
serta kreaktif, inivatif, dalam melaksanakan pembelajaran. b. Waktu cukup lama karna
perlu pengulangan c.
Penalaran dan kecermatan peserta didik yang tinggi 2) Tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik (Intake) Pada umumnya input yang masuk ke SMP Gurukula Bangli dari
sekolah Dasar Negeri, melalui seleksi UN dan US dengan nilai rata-rata baik, tetapi ada
beberapa peserta didik yang diterima melalui jalur prestasi dan jalur miskin, sehingga
dikelompokan melalui berdasarkan kemampuan awal 3) Daya dukung yaitu ketersediaan
tenanga, sarana dan prasarana pendidikan di SMP Gurukula Bangli.
Dari kreteria di atas maka setiap KD dapat saja memiliki KKM yang berbeda. Rata-rata
KKM dari semua KD akan menjadi rata-rata KKM SK/KI, dan rata-rata KKM dari semua
SK/KI akan dijadikan KKM mata pelajaran. Jadi rata-rata KKM indikator menjadi KKM KD,
rata- rata KKM KD menjadi KKM SK/KI, rata-rata KKM SK/KI menjadi KKM Mata Pelajaran
dan rata-rata KKM pelajaran menjadi KKM sekolah. B.
Prosedur Pemberian Nilai 1) Setiap peserta didik dinyatakan tuntas apabila sudah
memperoleh nilai sekurang-kurangnya sama dengan KKM melalui proses pengujian, dan
berhak diberikan pengayaan. 2) Peserta didik yang belum tuntas (memproleh nilai lebih
kecil dari KKM) wajib diberikan remedial sesxuai kebutuhan, dan apabila belum juga
mencapai nilai ketuntasan dapat diberikan nilai tidak tuntas.
3) Apabila nilai yang diperoleh dari hasil remedial melebihi nilai KKM, maka nilai yang
diberikan adalah maksimal dengan nilai KKM c. Daftar nilai KKM semua mata pelajaran
Besarnya nilai KKM untuk semua mata pelajaran yang telah ditetapkan melalui
musyawarah guru mata pelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 KKM Mata
pelajaran SMP Gurukula Bangli Tahun Pembelajaran 2016/2017 MATA PELAJARAN
KELAS VII VIII IX Kelompok A 1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 70 75 80 2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 70 74 78 3. Bahasa Indonesia 69 74 78 4. Matematika 68 72 75 5. Ilmu
Pengetahuan Alam 68 72 76 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 69 74 78 7. Bahasa Inggris 68 70
75 Kelompok B 1. 1.1 Seni Budaya 1.2 Mutan Lokal Bahasa Bali 70 70 75 75 78 80 2.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 70 74 78 3. Prakarya 70 75 78 4.
Bahasa Sanskerta 68 72 76 Nilai sikap spiritual dan social Minimal dengan deskripsi baik
(Sumber: Kurikulum SMP Gurukula Bangli Tahun 2016/2017) Sesuai dengan karakteristik
Kurikulum 2013, maka ketuntasan belajar peserta didik kelas VII, VIII dan IX meliputi
keseluruhan aspek penilaian sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 53 tahun
2015 dan Permendikbud No. 103 tahun 2014.
Cakupan penilaiannya meliputi seluruh Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada
aspek sikap spiritual (KI-1), aspek sikap sosial (KI-2), aspek pengetahuan (KI-3), dan
aspek keterampilan (KI-4). Penilaian dilakukan sesuai dengan prinsip- prinsip, prosedur,
acuan, dan mekanisme penilaian sebagaimana diatur dalam standar penilaian yang
bersifat autentik dan non autentik dengan mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Capaian kompetensi peserta didik aspek pengetahuan dan ketrampilan sesuai Kurikulum
2013 Permen 53 tahun 2015 dengan angka 0-100 dengan dan Capaian kompetensi
untuk sikap dinyatakan dengan sangat baik (SB), baik (B), cukup(C), dan kurang (K) yang
nilai kuantitatifnya setara dengan aspek KI-3 dan KI-4. Upaya Sekolah dalam
meningkatkan KKM untuk mencapai KKM 1. Meningkatkan kompetensi guru melalui
pelatihan / workshop; 2.
Melengkapi sarana dan prasarana sekolah; 3. Meningkatkan mutu proses pembelajaran
melalui pembelajaran yang efektif dan bermutu; 4. Memberikan matrikulasi pada siswa
kelas 7 dan kelas 8 secara kontinu; 5. Memberikan Pengayaan dan remidi; 6.
Memberikan bimbingan belajar atau tambahan jam pembelajaran untuk kelas 9. Kriteria
Kenaikan Kelas dan Kelulusan a.
Siswa SMP dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat: 1. Menyelesaikan seluruh
program pembelajaran dalam dua semester pada tahun pelajaran yang dikuti 2.
Deskripsi sikap sekurang-kurangnya BAIK sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
oleh satuan pendidikan. 3. Nilai ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan minimal BAIK.
4. Memiliki kehadiran 85 % dari jumlah hari efektif; 5.
Tidak memiliki LEBIH DARI dua mata pelajaran yang mendapatkan nilai di bawah KBM/
KKM. a. Seorang siswa naik kelas atautidak didasarkan pada hasil rapat pleno dewan
guru dengan mempertimbangkan kebijakan sekolah, seperti minimal kehadiran,
ketaatan pada tata tertib, dan peraturan lainnya yang berlaku di sekolah tersebut. b.
Program remidi dan pengayaan Remedial diberikan kepada peserta didik.
yang belum memenuhit Kriteria Ketuntasan Minimal. Oleh karena itu kepada peserta
didik yang bersangkutan wajib diberikan remedial, kemudian dinilai kembali atau sesuai
kebutuhan hingga-batas maksimal yang diperlukan. Pelaksanaan remedial dapat
dilakukan melalui beberapa cara: 1) Dari hasil Ulangan Harian, peserta didik yang belum
tuntas dianalisa indikator/KD yang mana yang belum tuntas, kemudian kepadanya
diberikan pembelajaran sesuai dengan matode yang belum tuntas dengan cara dan
metode yang berbeda, kemudian dinilai dites kembali hingga mencapai ketuntasan. Jika
dari hasil tes masih belum memenuhi KKM, kegiatan dengan cara ini bisa dilakukan lagi
sesuai kebutuhan.
2) Kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan ditugaskan untuk belajar
kembali indikator/ KD yang belum tuntas nilai PAS-nya kemudian pada waktu yang
telah ditentukan. dites/dinilai kembali hingga mencapai ketuntasan minimal. Jika
dengan cara ke2 (dua) ini hasil tesnya belum mencapai KKM kegiatan remedial melalui
cara ini bisa dilakukan lagi / sesuai kebutuhan selama 1 semester.
3) Jika telah diremedial dengan cara 1 (satu) atau cara 2 (dua) hingga 3 (tiga) kali juga
belum mencapai KKM, penuntasannya bisa dilakukan dengan cara peserta didik yang
bersangkutan diberi tugas tertentu sesuai dengan KD yang belum tuntas, kemudian
dinilai sehingga mencapai ketuntasan 4) Nilai maksimal yang diberikan guru kepada
peserta didik yang mengikuti remedial sesuai dengan batas KKM.
5) Untuk nilai hasil PTS dan atau PAS, jika pencapaian yang diperoleh peserta didik
belum memenuhi KKM, maka guru wajib melakukan kegiatan remedial atau upaya
perbaikan nilai melalui PTS/PAS perbaikan. Pengayaan diberikan kepada siswa yang
sudah mencapai KKM. Dalam ulangan harian berhak mendapatkan pengayaan, misalnya
melalui kegiatan penugasan membaca buku, membuat rangkuman atau membuat
karangan, namun tidak mempengaruhi atau menambah nilai Ulangan Harian, karena
bagi peserta didik yang mendapatkan remedial walaupun nilai yang diperoleh setelah
remedial dan mendapatkan nilai tinggi, yang dimasukan kedalam nilai Ulangan Harian
hanya sebatas nilai KKM.
Akan tetapi karena batas nilai peserta didik yang mengikut remedial hanya sebatas KKM,
maka kegiatan pengayaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk dilaksanakan.
Peserta didik yang tidak memenuhi semua persyaratan tersebut di atas dinyatakan tidak
naik kelas yang diputuskan melalui rapat dewan pendidik. c. Kelulusan Siswa Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun
2015 Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik, Penyelenggaraan Ujian Nasional, dan
Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan Pada peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
(1) Peserta didik: a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran; b. Memperoleh nilai
sikap/perilaku minimal baik; dan c.
Lulus Ujian Sekolah (2) Kelulusan peserta didik dari Ujian Sekolah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan rapat dewan
Guru. (3) Kelulusan peserta didik ditetapkan setelah satuan pendidikan menerima hasil
UN peserta didik yang bersangkutan. Jika Permen 57 di cabut maka kreteria kelulusan
kls IX mengacu kepada Permendikbud dan atau POS UN terbaru sebelum
dilaksanakanya UN 2016/2017.
Penanganan Terhadap Peserta Didik yang Tidak Naik Kelas dan Tidak Lulus Peserta didik
yang tidak naik kelas, pengambilan buku laporan hasil belajarnya dilakukan
bersama-sama dengan orang tua. Anak tersebut akan diberikan pembinaan secara
mental dan psikologis oleh wali kelas dan guru BK bersama-sama dengan orang tuanya.
Dilakukan evaluasi bersama tentang sebab- sebab tidak naik kelas dan diberi
kesempatan untuk mengulang di kelas yang sama pada tahun pelajaran berikutnya.
Peserta didik yang tidak lulus, pemberitahuan ketidak lulusanya melalui pemanggilan
orang tua. Orang tua akan diberikan penjelasan tentang sebab-sebab ketidak lulusan
anaknya, Anak tersebut akan diberikan pembinaan secara mental dan psikologis oleh
wali kelas dan guru BK bersama-sama dengan orang tuanya.
Selanjutnya akandiberikan pengayaan tentang matapelajaran yang tidak lulus, serta
diberikan untuk mengikuti uian ulangan sesuai prosedur yang berlaku Mutasi Siswa
Mutasi peserta didik dari luar ke SMP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1)
Sekolah asal harus memiliki status minimal sama dengan status Sekolah. 2) Membawa
surat pindah yang sah sesuai aturan yang berlaku, dan membawa laporan hasil belajar
dengan kehadiran, ahkhlak dan kepribadian secara keseluruhan baik, serta memiliki NIS
Nasional yang sah 3) Nilai mata pelajaran pada laporan pendidikan dari sekolah asal
minimal sama dengan nilai KKM sekolah ini, tetapi bila tidak, maka harus lulus tes
standar KKM sekolah ini yang diuji oleh guru bidang studi untuk mata pelajaran yang
belum mencapai KKM 4) Bersedia mengikuti segala aturan yang berlaku di sekolah ini
yang ditanda tangani oleh yang bersangkutan dan orang tua peserta didik.
5) Bila status sekolah asal peserta didik, lebih rendah dari status sekolah ini, maka nilai
pada laporan pendidikan peserta didik yang datang semuanya harus lebih tinggi atau
sama dengan nilai KKM sekolah ini. Program Pengembangan Diri Dalam program
pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter bangsa
dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui
hal-hal berikut. 1. Kegiatan rutin sekolah Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan
oleh peserta didik secara terus menerus.
Kegiatan ini meliputi a. Upacara bendera pada hari Senin, hari hari besar kenegaraan (
nilai kedisiplinan, kerjakeras, nasionalisme) b. Pemeriksaan kebersihan badan (kuku,
telinga, rambut, dan Iain-lain) setiap hari Senin, c. Bertrisandya ( sembah yang Agama
Hindu) pada saat memulai dan selesai pelajaran (Religius) d.
Mengucapkan Pancasila dan lagu Indonesia Raya untuk mengawali pembelajaran (
Nasionalisme cinta tanah air) 2. Kegiatan spontan Kegiatan spontan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh peserta didik secara spontan, apabila terdapat peserta didik yang
berperilaku kurang baik maka guru harus memberikan koreksi terhadap peserta didik
tersebut.
Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat
itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan melakukan
tindakan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan spontan: a. Membuang sampah pada
tempatnya (tanggungjawab, kedispilinan) b. Bersalaman saat mengakhiri pembelajaran,
mengucap salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman. (toleransi, cinta
damai, kesantunan). 3.
Keteladanan Keteladanan merupakan perilaku, sikap guru dan tenaga kependidikan
yang lain dalam memberikan contoh perilaku-perilaku yang baik kepada peserta didik
sehingga peserta didik mencontohnya. 4. Pengkondisian Untuk mendukung
keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka sekolah harus
dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu.
Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai karakter bangsa yang diinginkan.
Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu
dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur. 5. Esktra Kurikuler
a.
Kepramukaan Nilai karakter yang dikembangkan: Kejujuran, ketangguhan, kepedulian
kemandirian, demokratis, kerjakeras, tanggungjawab, kedisiplinan, percaya diri,
nasionalisme b. Palang Merah Remaja(PMR) Nilai karakter yang dikembangkan:
kepedulian, gaya hidup sehat, kejujurar ketangguhan, kemandirian, demokratis, kerja
keras, tanggung jawat kedisiplinan, percaya diri, nasionalisme. c. Kelompok Ilmiah
Remaja Nilai karakter yang dikembangkan: kecerdasan, berpikir logis, kritis, kreatif .
dan inovatif, keingintahuan, cinta ilmu. d. KSPAN(Kelompok Siswa Peduli Anti narkoba)
Nilai karakter yang dikembangkan: gaya hidup sehat, patuh terhadap aturan Sosial,
kereligiuasan, kejujuran, ketangguhan, kedemokrasian, kepedulian. e.
Pesantian Nilai karakter yang dikembangkan : menghargai karya dan prestasi orang lain
kereligiuasan, kejujuran, ketangguhan, kedemokrasian, kepedulian. f. Seni Tabuh
Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman,
nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin tahu, disiplin g. Seni Tari Religius,
jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, nasionalis, dan
menghargai karya orang lain, ingin tahu, disiplin. h.
Seni Rupa Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai beragaman,
nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin tahu, disiplin. i. Olahraga Prestasi
Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, bergaya hidup sehat, kerja keras,
disiplin, percayadiri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain. j.
KerajinanTangan(menulislontar,darmacaruban) Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli,
demokratis, berpikir logis, kriitis kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan:
menghargai karya orang lain. k. Pelayanan Konseling Nilai karakter yang dikembangkan :
kecerdasan, patuh terhadap ataran sosial, kereligiuasan, kejujuran, ketangguhan,
kedemokrasian, kepedulian.
Pengintegrasian pedidikan karakter bangsa dalam mata pelajaran Pengembangan
nilai-nilai pendidikan karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari
setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP.
Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam silabus dapat dilakukan melalui cara-cara
berikut ini: a.
Mengkaji Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Indikator untuk
menentukan apakah nilai- nilai karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di
dalamnya; b. Menentukan nilai karakter yang akan dikembangkan; c. Mencantumkankan
nilai-nilai karakter bangsa kedalam silabus; d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah
tertera dalam silabus kedalam RPP secara terintegrasi dalam indikator/ tujuan e.
Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya
dalam perilaku yang sesuai. f. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang
mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya
dalam perilaku.
Letak Geografis SMP Gurukula Bangli SMP Gurukula Bangli terletak di sebelah Utara Kaki
Bukit Bangli, tepatnya di Wilayah Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli
+ 3 km sebelah Utara Kota Bangli. Dengan lingkungan belajar yang sempurna untuk
membentuk fisik dan mental anak-anak yang sehat, cerdas, disiplin dan beretika.
Keberadaan SMP Gurukula Bangli menjadi satu kompleks dengan kampus Institut Hindu
Dharma Negeri Denpasar di Bangli, SMA Negeri 2 Bangli, SMK Kesenian Negeri Bangli,
SMP N 2 Bangli, SDN 3 Kubu Bangli, TK Pembina Kabupaten Bangli, TK - SD Model
Standar Nasional bertaraf Internasional, Sport Center.
Kompleks tersebut dirancang sebagai Pusat Pendidikan Widyalaya (Hindu Center).
Keadaan Lingkungan Sekolah SMP Gurukula Bangli Dalam rangka mewujudkan Visi SMP
Gurukula yaitu “Terwujudnya Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Berdaya Saing
Tinggi dan Tangguh dilandasi filosofi “Vasudhaiva Kutumbakam” dimana sejak tahun
ajaran 2006/2007 telah dibuka SMP Gurukula dengan menerima siswa hanya 20 orang
siswa, dan pada tahun pelajaran 2007/2008 menerima siswa sebanyak 26 orang dan
pada Tahun Pembelajaran 2015/2016 telah menamatkan Tujuh kali angkatan.
Adapun fasilitas yang dimiliki oleh SMP Gurukula sebagai berikut : 1) Tempat Suci :
Tersedia 2 unit, yaitu : 1 unit berupa Padmasana setinggi 11,5 m untuk kegiatan
meditasi. 1 unit berupa Pura untuk kegiatan rutin upacara keagamaan. 2) Ruang kelas :
tersedia 5 Ruang yang terpakai untuk kelas 3 ruang dan 2 ruang lainnya dimanfaatkan
untuk ruang lainnya.
3) Ruangan Guru :Tersedia 1 ruang, tetapi masih memanfaatkan gedung kantoran
Yayasaan Pasraman Gurukula. 4) Asrama : Tersedia 4 ruang, dengan kapasitas
masing-masing 20 orang (tempat tidur bertingkat). 5) Dapur : Tersedia 1 unit dengan
memanfaatkan biogas dari limbah sapi perah milik Yayasan Pasraman Gurukula Bangli,
sebagai energi untuk memasak.
6) Wantilan : Tersedia 1 unit, untuk kegiatan yang bersifat incidental, kegiatan
pendukung Pendidikan Formal maupun Non Formal, seperti untuk seminar, diskusi,
pasraman kilat, kursus, penampilan kesenian dan lain-lain. 7) Guest House : Tersedia 1
unit, untuk tempat Guru Suci/ Acarya. 8) Perpustakaan : Tersedia 1 unit, tetapi
memanfaatkan Ruang Kelas.
9) Laboratorium IPA : Tersedia 1 Unit, tetapi memanfaatkan Ruang Kelas Pembelajaran
di SMP Gurukula sama dengan sekolah umum lainnya, namun di SMP Gurukula
menggunakan dua kurikulum, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2013,
dan Kurikulum Pasraman. Pembelajaran pagi dimulai pukul 07.30 - 13.00 Wita. Setelah
itu diisi dengan kegiatan pendidikan non formal (kegiatan
ekstrakurikuler/pengembangan diri, menyesuaikan dengan Program Kurikulum
Pasraman).
Hal yang berbeda dengan sekolah-sekolah umum lainnya adalah siswa diasramakan dan
tidak dikenakan biaya apapun atau pendidikan gratis. Tabel 5 Data Kondisi Ruang Kelas
Jumlah Ruang Jumlah Ruang Jumlah Ruang yg Kondisinya Baik Jumlah Ruang yg
Kondisinya Rusak Kategori Kerusakan Ruang Kelas (asli) (a) 5 Ruang Kelas 5 ? Ruang
lainnya yang digunakan untuk/sbg Ruang Kelas (b). Yaitu ruang: .......................
Perpustakaan - R. Kab.
IPA - Keterampilan 1 ? Jml Ruang Kelas Seluruhnya (a + b) 5 Lab. Bahasa - (Sumber:
Profil SMP Gurukula Bangli Tahun 2016/2017) SMP Gurukula belum memiliki
laboratorium IPA yang memadai karena masih memanfaatkan ruang kelas. Jadi SMP
Gurukula Bangli memerlukan 1 Ruang Laboratorium IPA dan sarana lainnya.
Keadaan Siswa dan Guru SMP Gurukula Bangli Setiap Tahun Pembelajaran baru dimulai,
banyak masyarakat yang berminat untuk menyekolahkan anak-anaknya di SMP
Gurukula Bangli - Bali. Siswa SMP Gurukula Bangli tidak hanya berasal dari lingkungan
sekitar sekolah melainkan juga berasal dari seluruh Kabupaten/Kota di Bali serta
daerah-daerah lain di Indonesia Pulau Jawa (Banyuwangi, Malang dan Jember) dan dari
Sulawesi Tengah.
Penerimaan siswa di SMP Gurukula dibatasi karena keterbatasan daya tampung seperti
ruang Kelas, Asrama dan biaya operasional. Hal terpenting juga adalah memudahkan
pembinaan anak-anak secara intensif. Penerimaan siswa diawali dengan pengadaan Test
Seleksi atau Test Pengetahuan Akademik (TPA).
Test Pengetahuan Akademik (TPA) ini dimaksudkan agar terpilihnya siswa yang memiliki
prestasi belajar baik di bidang akademik maupun non akademik. Tabel 6 Data siswa
dalam 4 (empat) tahun terakhir Tahun Ajaran Jml Pendaftar (Calon Siswa Baru) Kelas I
Kelas II Kelas III Jumlah (Kls. I + II + III) Jml Siswa Jml Rombel Jml Sisw Jml Rombel Jml
Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jumlah Rombel Belajar Th.
2013/2014 23 org 15 org 1 Rbl 15 org - Rbl 9 org 1 Rbl 39 org 3 Rbl Th. 2014/2015
21org 19 org 1 Rbl 15 org - Rbl 14 org 1 Rbl 46 org 3 Rbl Th. 2015/2016 20 org 13 org 1
Rbl 15 org 1 Rbl 16 org 1 Rbl 46 org 3 Rbl Th. 2016/2017 20 org 16 org 1 Rbl 16 org 1
Rbl 17 org 1 Rbl 49 org 3 Rbl (Sumber: Profil SMP Gurukula Bangli Tahun 2016/2017)
Tabel 7 Data Guru Di SMP Gurukula Bangli Keadaan Guru/Staf SMP Negeri Jumlah
Guru/Staf SMP Swasta Ket.
Guru Tetap (PNS) - org Guru Tetap PNS (DPK) 1 org Guru Diperbantukan - org Guru
Diperbantukan 1 org Guru Tetap - org Guru Tetap - org Guru Bantu - org Guru Bantu -
org Guru Tidak Tetap - org Guru Tidak Tetap (GTT) 1 org Guru Pengabdi org Guru
Pengabdi 10 org Pegawai Tidak Tetap - org Pegawai Tidak Tetap 16 org PTT
Diperbantukan - org PTT Diperbantukan 3 org Pegawai Pengabdi - org Pegawai
Pengabdi 10 org Pesuruh - org Pesuruh 1 org (Sumber : Profil SMP Gurukula Bangli
Tahun 2016/2017) Sistem Pendidikan SMP Gurukula Bangli Sistem pendidikan di SMP
Gurukula Bangli menggunakan sistem boarding school, yaitu dengan mengasramakan
peserta didiknya, yang berdiri pada tanggal 18 Mei 2006, dimana baru menerima siswa
pada tahun pelajaran 2006/2007, tepatnya pada tanggal 27 Juli 2006.
Berdirinya SMP Gurukula dengan siswa tinggal di asrama yang ada di lingkungan
Pasraman Gurukula, dapat dikatakan masih mencari bentuk yang sesuai dengan
pendidikan modern dan sistem pasraman yang nantinya akan disesuaikan dan
diitegrasikan dengan sekolah pasraman formal, yang telah dirumuskan sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007, tentang pendidikan Agama dan Keagamaan, yang
telah ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 56 Tahun 2014
tentang pendidikan keagamaan Hindu.
Sistem pendidikan yang tidak mencerminkan perkembangan budaya Hindu yang
dibarengi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
mengakibatkan kemerosotan motivasi dalam mengikuti pelajaran. BAB III PENERAPAN
METODE SAD DHARMA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI
PEKERTI Sesungguhnya dalam ajaran agama Hindu sangat banyak ajaran yang dapat
dijadikan metode pembelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti sebagai
upaya menanamkan nilai-nilai ajaran agama Hindu.
Meminjam uraian Tanu (2011: 221), bahwa metode pembelajaran pendidikan agama
Hindu dapat dipergunakan beberapa metode yang disebut dengan Sad Dharma.
Metode pembinaan umat Hindu, dan metode pendidikan agama adalah suatu metode
atau cara serta langkah-langkah yang ditempuh untuk menanamkan ajaran-ajaran
agama Hindu kedalam lubuk hati sanubari siswa seabagi peserta didik dan umat Hindu
umumnya, sehingga ajaran agama benar-benar merupakan bagian yang integral dalam
diri pribadi peserta didik dan umat Hindu.
Upaya penerapan tersebut tentunya melalui Sad Dharma, yakni: (1) Dharma Wacana, (2)
Dharma Tula, (3) Dharma Santi, (4) Dharma Gita, (5) Dharma Yatra dan (6) Dharma
Sadhana. Menariknya penerapan metode Sad Dharma memiliki koherenitas dan
relevansi dengan metode pembelajaran modern. Hal tersebut menandakan bahwa
dalam ajaran agama Hindu banyak terdapat konsep yang dapat direduksi dan
diformulasi menjadi metode dan pendekatan pembelajaran yang disejajarkan dengan
penerapan metode pembelajaran modern.
Sebagaimana metode Sad Dharma diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama
Hindu dan budi pekerti di SMP Gurukula Bangli. Adapun penerapannya dapat
dideskripsikan sebagai berikut. Metode Dharma Wacana Dharma Wacana adalah
pelaksanaan mengajar dengan ceramah secara oral, lisan, dan tulisan diperkuat dengan
menggunakan media visual.
Dalam hal ini peran guru sebagai sumber pengetahuan sangat dominan. Wirawan (2007:
1) menjelaskan bahwa secara depenitif Dharma Wacana terdiri dari dua kata, yaitu
dharma dan wacana. Dharma artinya kewajiban atau swadharma menjalankan
kebenaran, dan Wacana diartikan pernyataan konseptual.
Watra (2008: 2) menjelaskan hal yang sama, bahwa Dharma Wacana adalah metode
penerangan agama Hindu yang disampaikan pada setiap kesempatan umat Hindu yang
berkaitan dengan kegiatan keagamaan. Berdasarkan hal tersebut, metode Dharma
Wacana ini merupakan metode yang dominan digunakan untuk menyampaikan ajaran
agama Hindu, termasuk juga dalam kegiatan pembelajaran di SMP Gurukula Bangli.
Wiana (2009: 60) menjelaskan bahwa kegiatan penerangan keagamaan semacam
Dharma Wacana dimasa lalu disebut dengan Upanisada.
Terminologi Upanisada atau Upanisad mengandung arti dan sifatnya yang
Rahasyapadesa dan merupakan bagian dari kitab Sruti. Wirawan (2007: 3) menjelaskan
bahwa metode Dharma Wacana dari masa lampau sudah dilakukan oleh guru agung
dalam Upanisad. Istilah Upanisad sendiri dapat diartikan duduk dekat guru untuk
mendengarkan ajaran suci atau pengetahuan spiritual.
Dalam konteks penggunaannya, wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat
dikelompokan dalam kategori konseptual tertentu. Pengertian tersebut menekankan
kepada upaya untuk mengidentifikasi struktur tertentu dalam wacana yang terdiri dari
beberapa pernyataan. Dengan metode Dharma Wacana ini guru berusaha untuk
memberikan penjelasan secara rinci, yang terkait dengan materi yang dibawakan.
Metode Dharma Wacana ini memiliki kesamaan dengan metode ceramah. Sebab
Rusman (2011 : 90) menjelaskan bahwasannya, metode ceramah adalah suatu cara
mengajar dengan jalan memberikan penjelasan atau keterangan terhadap materi
pelajaran kepada peserta didik. Tujuannya, agar peserta didik dapat menguasai materi
pelajaran yang disampaikan oleh pendidiknya.
Jadi, berdasarkan pada hal tersebut ada kesamaan antara metode Dharma Wacana
dengan metode ceramah. Penerapan metode Dharma Wacana yang paling utama dan
harus jelas ada adalah sumber yang menjadi acuan harus dari kitab susastra suci Hindu
atau Veda. Setelah itu barulah dapat diambil sumber-sumber selanjutnya yang juga
merupakan sumber dari penjabaran Veda.
Belajar agama dengan metode Dharma Wacana dapat memperoleh ilmu agama dengan
mendengarkan wejangan dari guru. Metode Dharma Wacana termasuk dalam ranah
pengetahuan dalam dimensi Kompetensi Inti 3. Kegiatan pembelajaran dengan strategi
Dharma Wacana, merupakan strategi rutin yang dilakukan oleh guru di SMP Gurukula
Bangli setiap mengajar pada semua materi khususnya mengajar mata pelajaran agama
Hindu, seperti tampak pada Foto 5.1 sebagai berikut.
Foto 1 Guru Mengajar dengan menggunakan Strategi Dharma Wacana Penerapan
metode pembelajaran Dharma Wacana oleh guru di SMP Gurukula Bangli memiliki
kesamaan karakteristik dengan penerapan model pembelajaran ceramah. Guru hanya
berupaya menyampaikan materi pembelajaran melalui oral kepada peserta didik. Tetapi,
guru juga dituntut mahir dalam menjelaskan materi agar peserta didik mengerti dan
dalam penerapannya kemampuan retorika guru sangat diperlukan.
Dengan demikian, metode Dharma Wacana juga disebut model ceramah, dan guru
menjadi pusat proses pembelajaran. Artinya guru tidak saja sebagai pilot project dalam
pembelajaran tetapi pula menjadi pusat serta model bagi perserta didik. Model Dharma
Wacana masih cukup efektif dan dibutuhkan untuk: 1.
Menciptakan kondisi kondusif untuk memuja Tuhan dalam rangka persembahyangan
bersama maupun kegiatan keagamaan lainnya. Dharma Wacana sangat dibutuhkan
untuk memberikan kejelasan konsepsi membangkitkan keyakinan dan bhakti. 2. Mengisi
dan melengkapi acara agama. Dharma wacana dibutuhkan untuk mengisi kebutuhan
pengetahuan dan kerohanian umat. 3. Memelihara kesucian hati, keimanan dan
ketaqwaan.
Memelihara kesucian sangat penting dilakukan antara lain dengan siraman melalui
Dharma Wacana secara berulang- ulang. Berdasarkan hal tersebut, maka metode
Dharma Wacana dapat diterapkan dengan baik. Jika seorang guru dapat menerapkan
metode Dharma Wacana dengan baik, maka bukan tidak mungkin lagi, dapat merubah
sikap dan mental murid.
Sebagaimana yang telah terjadi di SMP Gurukula Bangli, dimana penerapan metode
Dharma Wacana telah membawa perubahan sikap dan metal para muridnya, menjadi
lebih baik. Metode Dharma Tula Dharma Tula adalah pelaksanaan mengajar dengan
cara mengadakan diskusi di dalam kelas. Arwati (2009: 1) menjelaskan bahwa Dharma
Tula adalah langkah atau cara pendalaman agama melalui diskusi agama untuk
mendapatkan kesamaan persepsi dalam meningkatkan penghayatan pada nilai-nilai
yang dianut. Kata tula berasal dari bahasa Sanskerta yang memiliki arti pertimbangan,
keserupaan dan bertimbang.
Wiana (2009: 80) menguraikan secara harfiah Dharma Tula dapat diartikan dengan
bertimbang, berdiskusi, berembug atau temu wicara tentang ajaran agama Hindu dan
dharma. Secara tradisional, Dharma Tula dilaksanakan berkaitan dengan dharma gita.
Biasanya untuk memperoleh pemahaman atau pengertian yang lebih jelas dari dharma
gita yang mengandung ajaran falsafah.
Jadi dalam hal ini, metode Dharma Tula merupakan sebuah metode pembelajaran yang
lebih menekankan peran serta dari dua arah, yaitu antara guru dan murid. Metode
Dharma Tula digunakan karena tiap peserta didik memiliki kecerdasan yang
berbeda-beda. Dharma Tula secara umum berarti bertimbang pikiran, berdiskusi
tentang pelajaran agama untuk mendapatkan pencerahan dan pendalaman Agama
Hindu.
Maswinara (2009: 75) menjelaskan bahwa dalam Nyaya Darsana, metode berdebat atau
berdiskusi disebut dengan Tarka Vada. Metode ini biasanya digunakan dalam mendebat
dan menyanggah sebuah topik permasalahan, sehingga menemukan jawaban final dari
suatu masalah. Jadi, metode Dharma Tula dengan Tarka Vada memiliki pemaknaan yang
sama, yaitu merujuk pada sebuah metode berdiskusi.
Dalam metode pemebelajaran modern, metode Dharma Tula mengandung pengertian
yang sama dengan metode diskusi. Rusman (2011: 97) menjelaskan bahwa metode
diskusi adalah metode dengan langkah atau cara mengemukakan pendapat. Tujuannya,
agar mencapai kesatuan pendapat antar peserta didik.
Biasanya seluruh peserta aktif berperan serta memberikan alasan atau membahas apa
yang menjadi subyek pembicaraan. Dharma Tula sering disamakan artinya dengan
rembug sastra. Hal-hal yang dibahas dalam Dharma Tula adalah masalah tattwa, susila
dan kadang kala juga masalah-masalah yang muncul dimasyarakat yang dirasa tidak
cocok dengan penerapan ajaran Agama Hindu. Hal ini dilakukan untuk melatih
kepekaan terhadap keadaan disekitar lingkungan masyarakat.
Kepekaan terhadap segala kejadian yang terjadi disekitar lingkungan memang perlu
untuk ditanamkan dalam diri murid sejak dini. Selain itu, dengan penerapan metode
Dharma Tula ini nantinya dapat menumbuhkan sikap kritis dari para murid, khususnya
dalam menanggapi berbagai fenomena di masyarakat terkait dengan agama Hindu.
Perlu kiranya untuk menumbuhkan sikap kritis pada setiap murid, untuk menumbuhkan
kepekaan agar tidak saja menerima, tetapi perlu juga dapat memfilterisasi. Ajaran
agama Hindu sangat banyak menunjukkan sebuah diskusi dalam memahami ajaran
agama atau pengetahuan. Dalam lontar-lontar tattwa di Bali sangat banyak
mengambarkan langkah penanaman ajaran agama melalui sebuah dialog atau diskusi.
Disimak pada lontar Ganapati Tattwa, Bhatara Gana berdiskusi dengan Bhatara Iswara
dalam menemukan ajaran kelepasan. Demikian pula dalam lontra Wrhaspati Tattwa,
yaitu Bhagawan Wrhaspati berdialog dengan Bhatara Iswara tentang ajaran kesejatian,
dan banyak lagi lontar yang menggambarkan hal tersebut, sehingga langkah diskusi
merupakan metode yang sangat efektif dalam menanamkan ajaran agama Hindu.
Tujuan utama dari Dharma Tula adalah untuk mendapat pertimbangan dan pandangan
yang sedalam-dalamnya dan seluas- luasnya melalui mendengarkan pandangan murid.
Wiana (2009: 74) menjelaskan bahwa ada beberapa pedoman berbicara dalam Dharma
Tula, yaitu : 1. Sastra Wada maksudnya adalah hukum-hukum atau ajaran-ajaran agama
yang bersumber dari kitab suci yang telah tertulis. Wada berarti berbicara.
Sastra Wada berarti berbicara dalam Dharma Tula hendaknya berpegang teguh pada
kitab-kitab suci yang tertulis seperti Catur Veda, Dharmasastra, Bhagavadgita,
Sarasamuscaya dan kitab yang lain. 2. Budhi Wada adalah peserta Dharma Tula harus
berbicara bedasarkan kesadaran budhi yang tinggi. Tidak boleh didominasi oleh emosi
atau rasio saja. Berbicara dengan perasaan yang halus, rasionalitas yang tinggi dengan
keyakinan budhi yang mendalam.
Dengan kata lain pembicaraan harus didorong oleh daya nalar yang tinggi. Kata-kata
kasar yang menyindir, menyinggung perasaan , merusak nama baik seseorang,
berbohong, semua itu tidak dibenarkan dalam Dharma Tula. 3. Prema Wada artinya
setiap peserta yang ikut berbicara dalam Dharma Tula tersebut tidak ada yang saling
membenci.
Dharma Tula harus diselenggarakan dengan kasih sayang (prema). Dharma Tula dapat
dilakukan melalui pembahasan umum dari ajaran agama Hindu yag ingin dipahami.
Suasana kasih sayang inilah yang dipakai dasar untuk mengadakan Dharma Tula
tersebut. Kemudian penerapannya di SMP Gurukula Bangli, metode Dharma Tula pada
saat peserta didik mendapat tugas sekolah yang sulit untuk dipecahkan sendiri dan
akhirnya dibahas bersama- sama. Penerapan metode Dharma Tula dapat dilakukan pada
semua materi pelajaran Agama Hindu. Juta Ningrat menyebutkan sebagai berikut.
“Dalam kegiatan pembelajaran di kelas metode dharma tula bisa dilakukan pada semua
materi, karena metode ini dapat membantu siswa dan guru dalam usaha mencapai hasil
belajar yang lebih baik” (Wawancara, 22 April 2017). Dharma Tula merupakan metode
yang mengajak siswa untuk berdiskusi, bertukar pikiran dengan guru maupun dengan
sesama siswa membahas mengenai ajaran-ajaran dharma, etika atau kesusilaan.
Salah satu kegiatan diskusi atau metode Dharma Tula yang diterapkan pada proses
pembelajaran pendidikan Agama Hindu dan budi pekerti terlihat pada Foto 2 sebagai
berikut. Foto 2 Siswa Sedang Melakukan Kegiatan Dharma Tula Berdasarkan pada
penerapan metode Dharma Tula di SMP Gurukula Bangli, memiliki kontribusi yang
signifikan terhadap tumbuhnya sikap kritis dari para murid, sehingga pengetahuan yang
didapat para murid lebih mendalam.
Pada uraian di atas juga dijelaskan, bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan pengajaran melalui metode Dharma Tula. Bagi para guru-guru
SMP Gurukula Bangli ketiga hal yang yang dimaksud sudah dapat diaplikasikan secara
optimal. Dalam menanamkan ajaran agama Hindu melalui metode Dharma Tula, guru
selalu menyampaikan materi berdasarkan pada Sastra Wada.
Demikian juga pada saat murid bertanya sangat memperhatikan aspek Budhi Wada,
sehingga diskusi menunjukkan suasana Prema Wada. Metode Dharma Santi Metode
Dharma Santi adalah pelaksanaan pembelajaran untuk menanamkan sikap saling asah,
saling asih, dan saling asuh yang penuh dengan rasa toleransi. Tim Penyusun (2008: 8)
dalam buku Kesatuan Tafsir Aspek-Aspek Agama Hindu menjelaskan bahwa Dharma
Santhi dapat dilaksanakan sesuai dengan keperluan situasi dan relevansinya dengan
kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
Metode Dharma Shanti dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta
didik, untuk saling mengenali teman kelasnya, sehingga menumbuhkan rasa saling
menyayangi. Wiana (2009: 81) menguraikan bahwa metode Dharma Santhi
sesungguhnya adalah langkah pengajaran dengan menanamkan ajaran agama untuk
saling menyayangi antar sesama, dan alam lingkungan. Dalam ajaran agama Hindu
sikap saling menyayangi dan tidak saling menyakiti adalah utama.
Seseorang yang tidak meyakiti orang lain ataupun sesama, maka hidupnya akan
menapatkan kedamian atau santhi. Hal tersebut sudah diamanatkan oleh kitab suci
Bhagavadgita sebagai berikut: Advestha sarva bhutanam maitrah karuna eva ca,
Nirmamo nirahamkarah sama-dukha kshami. (Bhagavadgita XII.13) Terjemahan : Bagi
siapa yang tidak membenci kepada semua makhluk, yang begitu ramah, baik, dan
penyayang.
Ia yang tidak memiliki perasaan menjadi meiliknya dan ia mampu menaggung
kesedihan dan kesenagan dengan keseimbangan, ia yang diberikan perlidungan
(Maswinara, 1999: 122). Berdasarkan kutipan sloka di atas, maka di deskripsikan kembali
jika melalui metode Dharma Santhi murid akan diajarkan untuk berdamai dengan
dirinya dan orang lain.
Selain itu, melalui langkah ini ajaran cinta kasih (prema swarupa) akan dapat
diaplikasikan. Berkenaan dengan hal tersebut, guru/ pendidik menerapkan metode
Dharma Santhi di SMP Gurukula Bangli menekankan pada perilaku untuk mengasihi
sesama, guru dan semua makhluk.
Dalam rangka mengupayakan siswa agar memiliki perilaku yang demikian, proses
pembelajaran di SMP Gurukula Bangli diarahkan pada pembelajaran berdasarkan atas
pengalaman. Penerapan lain dari metode pembelajaran Dharma Santhi, peserta didik di
SMP Gurukula Bangli dapat menerapkan ajaran Tri Hita Karana adalah tiga hubungan
yang menyebabkan keharmonisan. Dalam penerapan metode pembelajaran Dharma
Santi pembelajaran lebih memfokuskan pada hubungan antar sesama atau Pawongan.
Hubungan dengan sesama diwujudkan dengan saling menghargai antar anak-anak
Pasraman dan para guru yang ada di sekolah. Sehingga sangat tepat metode
pembelajaran Dharma Santhi diterapkan pada SMP Gurukula Bangli ini guna
menumbuhkan rasa persatuan dan saling menghargai serta menghormati. Selain
penerapan metode Dharma Santi, di mana siswa menerapkan ajaran Tri Hita Karana,
guru SMP Gurukula Bangli juga secara rutin mengadakan kegiatan Dharma Santi bagi
keluarga pasraman. Dalam kegiatan tersebut, siswa saling meminta maaf dan
menghormat kepada guru serta semua orang di pasraman.
Kegiatan pembelajaran dengan metode Dharma Santi dapat dilihat pada foto 3 sebagai
berikut. Foto 3 Siswa Sedang Mengikuti Dharma Santi Merujuk pada hal tersebut,
metode Dharma Santi sangat relevan digunakan sebagai langkah-langkah menanamkan
ajaran agama Hindu, khususnya ajaran yang berkenaan dengan cinta kasih. Agama pada
dasarnya adalah cinta kasih itu sendiri.
Narayana (2006:68) menjelaskan bahwa cinta kasih adalah agama yang sesungguhnya,
dan ajaran ini sangat ditekankan dalam ajaran agama Hindu. Metode Dharmag?t?
Metode Dharmag?t? adalah pelaksanaan mengajar dengan pola melantunkan sloka,
palawakya, dan tembang. Guru dalam proses pembelajaran dengan pola Dharma Gita,
melibatkan rasa seni yang dimiliki setiap peserta didik, terutama seni suara atau
menyanyi, sehingga dapat menghaluskan budi pekertinya. Dharma Gita sebagai media
untuk menyampaikan ajaran agama Hindu melalaui seni suara.
Oleh karena itu, penyampaian materi ajaran agama Hindu dijalin sedemikian rupa dalam
bentuk lagu atau irama yang indah dan menawan, mempesona pembaca dan
pendengarnya. Usaha untuk melestarikan dan mengembangkan Dharmag?t? bertujuan
untuk tetap menjaga dan memelihara warisan budaya tradisional yang diabaikan kepada
keagamaan. Di samping itu melalui Dharmag?t? diharapkan akan mampu memberikan
sentuhan rasa kesucian, kekhidmatan serta kekhusukan dalam pelaksanaan kegiatan
keagamaan.
Wiana (2009: 83) menjelaskan materi Dharmag?t? diambil langsung dari kitab suci serta
sastra-sastra keagamaan yang umumnya menggunakan bahasa Sanskerta maupun
bahasa Jawa Kuno. Untuk mencapai sasaran perlu diberikan terjemahan yang
menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat. Demikian pula
kreasi-kresi Dharmag?t? yang baru tetap membawakan pesan dan tema keagamaan.
Pemakaian bahasa daerah tidak menjadi hambatan bahkan sangat diharapkan rasa ikut
memiliki dan ikut bertanggung jawab. Dharmag?t? atau kirtanam adalah salah satu cara
untuk membangkitkan kekuatan suci yang ada dalam diri. Dharmag?t? adalah nyanyian
tentang dharma. Dharma maksudnya ajaran- ajaran Agama Hindu yang dikemas dalam
bentuk nyanyian spiritual yang bernilai ritus sehingga yang menyanyikan dan yang
mendengarkan sama-sama dapat menghayati serta memperdalam ajarannya. Kemduian
penyampaian materi Dharmag?t? berpadu antara teori dan praktek.
Sehingga penerapan dari metode pembelajaran ini di SMP Gurukula Bangli langsung
mempraktekkan setelah guru menjelaskan dan mencontohkan salah satu nyanyian atau
sloka. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan sebagai berikut. “Nyanyian
yang diberikan dalam strategi Dharmag?t? a disesuaikan dengan materi pembelajaran,
kemampuan siswa, dan kemampuan siswa di SMP gurukula Bangli.
Implementasi metode pembelajaran ini yaitu dengan memberikan pemahaman tentang
materi ajar melalui nyanyian-nyanyian suci yang terdapat dalam susastra Hindu. Selain
itu dikatakan bahwa tujuan dari strategi Dharmag?t? adalah disamping sebagai cara
untuk mempermudah memahami materi agama, juga melatih siswa agar terbiasa
melantunkan nyanyian-nyanyian suci keagamaan yang nantinya bisa diimplementasikan
di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Untuk mengetahui makna di dalam setiap nyanyian spiritual tersebut dan diharapkan
mampu menambah wawasan dari peserta didik untuk dijadikan bekal dalam menjalani
kehidupan berlandaskan Dharma” (Juta Ningrat, wawancara 17 April 2017). Penerapan
metode Dharmag?t? di SMP Gurukula Bangli penerapan Dharmag?t? secara langsung
dan tidak langsung sudah diterapkan yaitu dengan belajar sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan dan juga diajarkan nyanyian tentang dharma, yaitu mantra, dan kidung suci
melalui guru Agama Hindu.
Ataupun mendengarnya pada saat melakukan persembahyangan sehari-hari, sehingga
dapat disimpulkan metode pembelajaran ini sudah diterapkan baik di kelas maupun di
Pasraman seperti tampak pada Foto 4 sebagai berikut. Foto 4 Siswa Sedang Dituntun
Belajar Menggunakan Strategi Dharma Gita Sukayasa (2007: 2) menjelaskan bahwa
beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa seni suara atau seni olah vokal
(tembang) adalah kesenian yang paling pertama kali muncul di dunia, barulah seni-seni
yang lain.
Uraian tersebut dalam Veda diisyaratkan untuk manusia melaksanakan ajaran agama
Hindu melalui seni, sebagaimana disebutkan dalam kitab Veda, sebagai berikut. Gayo
sasra wartani ,.... Terjemahan: Kami menyanyikan mantra-mantra Sama Veda dalam
ribuan cara (Titib, 2003 : 466). Dalam kitab Regveda juga dinyatakan tentang pentingnya
seni olah vokal dalam melaksanakan upacara agama, seperti dalam mantram berikut :
Pradaksinid abhi grnanti karavo Vayo vadanta rtuth? sukhantayah Ubhe vacau vadati
s?mag? iva Gayatram ca traistubhyam c?nu r?jati (Rgveda, II.43.1) Terjemahannya:
Semoga burung-burung dari suara hati nurani membimbing kami selamanya dalam
menyatakan sekitar perjalanan sesuai dengan lingkungan, seperti penyanyi lagu pujian
yang cerdik menyatakan tentang kedua jenis pujian seperti penyanyi saman setelah
menguasai metrum-metrum gayatri, usnik, tristyubh, dan jagati (Maswinara, 1999 : 468).
Kitab Reg Weda Mandala IX juga menyatakan pentingnya seni suara untuk
memperindah suasana, seperti mantram barikut.
Sakh?ya ?mi srdata pun?ya Pragayata sisum nayajñaih pari Bhasata ?riye (Rgveda IX.
104.1) Terjemahannya: Ber-stana-lah wahai sahabat, bernyanyilah bagi Soma yang telah
disaring itu, menghiasi dengan menawarkan untuk memperindah suasana, seperti orang
tua yang menghiasi seorang anak (Titib, 2003 : 467).
Dengan beberapa kutipan kitab Veda di atas, tentang pentingnya tembang yang
mengandung pesan keindahan sebagai media siar agama, maka Dharmag?t? menjadi
sangat penting dalam menanamkan ajaran agama Hindu, terutama kepada para siswa,
sebagai generasi muda yang belum tahu banyak tentang ajaran agama Hindu.
Berdasarkan atas mantram Veda tersebut, dalam hal ini guru dapat menanamkan ajaran
agama Hindu kepada siswa dengan metode tembang suci (Dharmag?t?).
Penerapan metode Dharmag?t? dalam pembelajaran juga dapat meminimalisir
pembelajaran yang “membosankan” bagi siswa, sebab metode Dharmag?t? akan
membuat proses pembelajaran lebih menarik dan variatif. Metode Dharma Sadhana
Dharma Sadhana adalah pelaksanaan pembelajaran untuk menumbuhkan kepekaan
sosial peserta didik melalui pemberian atau pertolongan yang tulus ikhlas dan
mengembangkan sikap berbagi kepada sesamanya. Dharma Sadana secara harfiah
dapat diartikan sebagai realisasi ajaran dharma dalam diri seseorang.
Adnyana (2011: 35) menjelaskan bahwa Dharma Sadana merupakan implementasi dari
ajaran sanathana dharma yang diparaktekan melalui disiplin spiritual atau sadhana.
Wiana (2009: 85) menjelaskan bahwa Dharma Sadhana dapat dilaksanakan melaui Catur
Yoga Marga. Dharma Sadana artinya merealisasikan ajaran dharma dalam diri
seseorang. Implementasi strategi pembelajaran ini diterapkan melalui praktek Bhakti
Marga, Karma Marga, Jnana Marga dan Yoga Marga secara terpadu, bulat dan utuh. a.
Bhakti marga Merupakan bagian dari cara penerapan model pembelajaran Dharma
Sadhana. Penerapan jalan bhakti yang pelaksanaanya diwujudkan dalam bentuk
upasana (pemujaan) dan persembahyangan. Dalam kaitannya ini bisa dilakukan dengan
pembuatan sarana upacara yang berdasarkan kesucian hati dan tulus iklas.
Bhakti marga merupakan jalan bhakti yang lebih dominan dilakukan oleh umat Hindu
khususnya yang ada di Bali. Sehingga melalui penerapan ajaran Bhakti Marga siswa siswi
SMP Gurukula Bangli melalui praktek-praktek keagamaan seperti cara membuat sarana
upakara sebagai sebuah persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala
anugrah yang telah diberikan. Seperti tampak pada Foto 5 berikut.
Foto 5 Penerapan Metode Dharma Sadhana (Bhakti Marga) Membuat Sarana Upakara
Peserta didik dalam penerapan ajaran Bhakti Marga diajarkan untuk membuat segala
bentuk sarana upakara yang tentunya disesuaikan dengan materi pembelajaran di kelas,
disamping itu juga peserta didik mendapatkan pendalaman materi praktek pada
kegiatan pasraman yang memiliki nilai tatwa yang mendalam serta didasari atas
kesucian hati dan tulus iklas. b.
Karma Marga Model pembelajaran Karma Marga yang menitik beratkan pada perbuatan
atau amal kebajikan, dengan melakukan sesuatu dengan penuh ketulus iklasan atas
dasar dharma. Ajaran Karma Marga dalam implementasinya dipasraman diwujudkan
dan bentuk tingkah laku yang mengarah pada ajaran dharma. Pembelajaran susila
diajarkan pada peserta didik pasraman melalui implementasi metode pembelajaran
Dharma Sadhana untuk menciptakan pribadi-pribadi yang luhur dan berbudi pekerti
yang baik, memiliki kepedulian yang tinggi dengan lingkungan.
Pembelajaran susila diajarkan dalam bentuk praktis, yaitu dengan menuntun untuk
berkata yang sopan pada semua guru, teman serta kepada orang yang lebih tua
dimanapun berada. Selalu menjaga nama baik sekolah dengan mengupayakan untuk
berpikir yang baik, berkata yang santun dan bertingkah laku yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan
dapat menunjukkan perbuatan yang baik seperti halnya memperhatikan atau mengikuti
proses kegiatan pembelajaran dengan baik dan tulus. Seperti yang tampak pada Foto 6
sebagai berikut. Foto 6 Peserta Didik Sedang Presentasi Tugas Sebagai wujud
pengamalan Karma Marga c.
Jñana Marga Penerapan Jnana Marga oleh peserta didik di SMP Gurukula Bangli seperti
ajaran Brahmacari. Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus iklas,
tugas pokok pada masa ini adalah belajar dan belajar. Belajar dalam arti luas, yakni
belajar dalam pengertian bukan hanya membaca buku. Tetapi lebih mengacu pada
ketulus iklasan dalam segala hal.
Dalam observasi yang dilakukan pada saat pelajaran Pendidikan Agama Hindu, terlihat
peserta didik tampak serius mengikuti dan dengan penuh semangat mengerjakan apa
yang disuruh oleh guru. Seperti tampak pada Foto 7 sebagai berikut. Foto 7 Peserta
Didik Belajar dengan Tekun Sebagai Wujud Pengamalan Jnana Marga d. Raja Marga
Raja marga merupakan model pembelajaran dengan jalan kebatinan dan kerohanian
yang dilaksanakan dalam bentuk Tapa (pengekangan indriya dan pengekangan
emosional) Brata (ketaatan untuk berpantang), Yoga (menghubungkan diri dengan
Tuhan dan menghentikan gerak pikiran), Samadhi (merealisasikan kesadaran atman).
Dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Hindu dan budi pekerti di SMP Gurukula
selalu diawali dengan melakukan doa bersama di kelas. Informan Juta Ningrat
menyatakan sebelum pembelajaran dimulai siswa diajak untuk melakukan doa sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013 yaitu memenuhi kompetensi inti sikap spiritual.
Melakukan doa sebelum pembelajaran dimulai sangat membantu siswa dalam
memusatkan pikiran pada materi pelajaran ,sehingga apa yang menjadi tujuan dari
pembelajaran itu dapat tercapai. Seperti yang tampak pada Foto 8 sebagai berikut. Foto
8 Peserta Didik Melakukan Doa Sebelum Pelajaran Dimulai Berdasarkan pada penjelasan
di atas, maka metode Sadhana merupakan sebuah metode untuk menumbuhkan rasa
disiplin spiritual para muridnya. Sehingga dalam hal ini, mewujudkan lulusan yang
religius bisa dilaksanakan.
Metode Sadhana pada dasarnya berorientasi pada disiplin hidup pribadi seperti tapa,
bratha, yoga dan Samadhi. Untuk itu perlu disusun suatu pedoman yang sedemikian
rupa dan praktis serta dapat dilakukan oleh setiap umat menurut tingkatan umur dari
murid itu sendiri. Metode Dharma Yatra Dharma Yatra merupakan strategi pembelajaran
dengan mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu.
Strategi Dharma Yatra baik digunakan pada saat menjelaskan materi tempat suci, hari
suci, budaya dan sejarah perkembangan Agama Hindu. Dharma Yatra memiliki
pengertian yang hampir sama dengan Tirta Yatra. Wiana (2009 : 80) menjelaskan bahwa
Dharma Yatra adalah usaha untuk meningkatkan penanaman ajaran agama Hindu
melalui kunjungan untuk persembahyangan ketempat-tempat suci, baik yang bertempat
dipegunungan atau ditepi pantai.
Dharma Yatra atau Tirta Yatra sebagai perjalanan suci menurut kitab Sarasamuscaya
dikatakan lebih utama daripada beryadnya. Sebagaimana disebutkan dalam sloka
berikut : Apan mangke kottamaning tirthayatra, atyanta pawitra, lwih sakeng
kapawananing yajña, wenang ulahkena ring daridra. (Sarasamuccaya 279) Terjemahan :
Sebab keutamaan Tirtha Yatra itu, amat suci, lebih utama daripada pensucian dengan
yajña; sebab Tirtha Yatra dapat dilakukan oleh orang miskin sekalipun (Kajeng, 2010 :
212). Keutamaan Dharma Yatra itu dapat dilakukan oleh umat yang paling miskin
sekalipun.
Disebutkan demikian karena modal Dharma Yatra hanyalah niat yang suci dan tulus
ikhlas. Untuk meningkatkan kesucian pribadi serta keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, melihat atau memperluas cakrawala memandang keagungan Tuhan, mengagumi
alam semesta dan ciptaan Tuhan, sehingga semakin teguh untuk mengamalkan ajaran
dharma.
Dharma Yatra sangat baik dilakukan hari suci keagamaan atau upacara
persembahyangan pada pura atau tempat suci. Lebih lanjut Dharma yatra adalah
perjalanan dalam rangka menelusuri jalan dharma, seperti mengunjungi tempat-tempat
suci untuk melakukan sembahyang, penghayatan keagungan pencipta sekaligus
merupakan upaya pengamalan ajaran dharma atau Agama Hindu. Metode
pembelajaran ini juga diterapkan pada SMP Gurukula Bangli.
Dharma Yatra memiliki pengertian yang hampir sama dengan tirta yatra adalah
perjalanan dalam rangka menelusuri ajaran Dharma, seperti mengunjungi tenpat-
tempat suci untuk Sembahyang, penghayatan tentang keagungan sang pencipta dan
sekaligus merupakan upaya pengalaman ajaran Dharma atau Agama Hindu (Wiana,
1997:79). Ajaran agama Hindu sangat banyak menjelaskan tentang keutamaan dari
Dharma Yatra sebagai sebuah penyucian.
Dijelaskan dalam kitab Walmiki Ramayana, Sri Rama melakukan perjalanan suci
mengelilingi hutan dan membuat pertapaan. Demikian juga Sri Krishna ketika sudah
berakhirnya perang Bharata Yuda melakukan Dharma Yatra sekaligus persiapan masa
dimana Sri Krishna akan kembali ke alam Mahawisnu. Jadi, dengan demikian Dharma
Yatra merupakan kegiatan yang suci dalam menanamkan ajaran agama Hindu untuk
meningkatkan wawasan keHinduan.
Dikaitkan dengan dengan metode Dharma Yatra pada pembelajaran pendidikan Agama
Hindu dan budi pekerti di SMP Gurukula Bangli terlaksana dengan baik. Menurut
Informan Juta Ningrat yang sebagai guru Agama Hindu di SMP Gurukula Bangli
menyatakan bahwa Metode Dharma yatra sangat tepat digunakan untuk
membangkitkan semangat anak-anak belajar dari kejenuhannya belajar di kelas.
Disamping itu juga peserta didik dapat memperhatikan langsung objek yang dituju
sehingga lebih mudah memahami materi pelajaran. Penerapan metode Dharma Yatra
dapat dilihat pada foto 9 sebagai berikut. Foto 9 Peserta Didik di ajak Mengunjungi
Tempat Suci Sambil Belajar Dari kegiatan ini siswa diharapkan dapat memiliki cakrawala
pandang yang lebih luas tentang keagungan dan kebesaran Hyang Widhi, sehingga
nantinya siswa dapat meningkatkan sradha dan bakthinya serta sekaligus sebagai upaya
mengamalkan ajaran Agama Hindu.
Sangat banyak manfaat yang didapatkan oleh murid ketika metode Dharma Yatra ini
benar-benar dilaksanakan. Selain meningkatkan Sradha dan Bhakti murid, metode ini
juga dapat menghilangkan kepenatan dalam diri murid, karena selalu belajar dalam
kelas. Dengan mengajak murid untuk belajar di luar kelas atau ke tempat-tempat suci,
diharapkan dapat menumbuhkan pikiran-pikiran yang positif dan lebih membuat para
murid semangat belajar.
Penerapan Metode Sad Dharma Melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pada sub
bab ini sangat perlu peneliti mencantumkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
SMP Gurukula Bangli. Sebab dalam penerapannya metode Sad Dharma dapat
dituangkan melalui rencana pelaksanaan pembelajaran. Tentunya dalam hal ini adalah
mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Melalui pembelajaran Agama Hindu dan Budi pekerti diharapkan siswa memiliki
kompetensi inti yang disebutkan dalam RPP. Adapun kompetensi inti dalam RPP
tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. 1. Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianut. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi, gotong royong) santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya. 3.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori (RPP SMP
Gurukula Bangli Kelas VII semester II). Selain kompetensi inti tersebut, dalam RPP juga
menyebutkan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi. Sebagaimana
dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1 Meyakini ajaran Panca Yajn? yang berkualitas
dalam kehidupan sehari-hari; 1 Meyakini latar Belakang pelaksanaan Yajna 2 Meyakini
pengertian Yajña 3 Menghayati jenis-Jenis Yajña 4 Meyakini bentuk- bentuk
Pelaksanaan Yajña 5 Meyakini syarat-Syarat Pelaksanaan Yajña 6 Meyakini kualitas dan
Tingkatan Yajña 2 Mengamalkan Panca Yajn? yang berkualitas dalam kehidupan
sehari-hari.
1 Santun dalam memaparkan latar Belakang pelaksanaan Yajna 2 Trampil dalam
menuliskan pengertian Yajña 3 Disiplin dalam mengidentifikasikan jenis- Jenis Yajña 4
Percaya diri dalam menceritakan bentuk- bentuk Pelaksanaan Yajña 5 Santun dalam
memaparkan Syarat-Syarat Pelaksanaan Yajña 6 Mengamalkan kualitas dan Tingkatan
Yajña KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 3 Memahami
kualitas Panca Yajn?dalam kehidupan; 1 Menjelaskan Latar Belakang pelaksanaan Yajna
2 Menguraikan Pengertian Yajña 3 Menyebutkan Jenis-Jenis Yajña 4 Mengidentifikasi
Bentuk Pelaksanaan Yajña 5 Menyebutkan Syarat-Syarat Pelaksanaan Yajña 6
Mengklasifikasikan Kualitas dan Tingkatan Yajña 4 Menyajikan contoh Panca Yajn? yang
tergolong Tamasika, Rajasika, dan Sattwika 1 Membuat paparan tentang latar Belakang
pelaksanaan Yajna 2 Menuliskan pengertian Yajña 3 Mengidentifikasikan jenis-Jenis
Yajña 4 Menceritakan bentuk- bentuk Pelaksanaan Yajña 5 Memaparkan Syarat-Syarat
Pelaksanaan Yajña 6 Menceritakan Kualitas dan Tingkatan Yajña (Sumber: RPP SMP
Gurukula Bangli Kelas VII semester II) Selanjutnya dalam penerapannya guru
menjabarkan pembelajaran dalam beberapa kali pertemuan, dan di dalamnya ada
beberapa tujuan yang elementer untuk dicapai dalam proses pembelajaran.
Dalam RPP juga dijabarkan kemampuan guru dalam menerapkan metode Sad Dharma
dalam kegiatan pembelajaran. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa RPP
sebagai perangkat pemebelajaran di dalamnya ada metode pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan alat pemebelajaran yang penting
dalam sistem pendidikan, khususnya sistem pendidikan agama Hindu.
Demikian pula kegiatan pembelajaran di SMP Gurukula Bangli, setiap guru yang
mengajar diwajibkan membuat RPP sebagai sebuah panduan dalam pembelajaran.
Sebab dalam manajemen pendidikan, perencanaan pembelajaran adalah penting agar
guru dapat mengajar secara sistematis dan terarah (Saddulloh,2009:9). Hal yang sama
juga dijelaskan Jutaningrat (wawancara, 15 Mei 2017) sebagai berikut.
“Guru yang mengajar di Gurukula Bangli saya tekankan untuk membuat RPP sebelum
mengajar mengacu pada standar kurikulum dan silabus yang digunakan di SMP
Gurukula Bangli. RPP merupakan alat pembelajaran yang penting. Terlebih dalam
pembelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti dengan metode Sad Dharma.
RPP tentunya digunakan oleh guru dalam menjalankan proses pembelajaran agar tujuan
pendidikan tercapai sebagaimana dalam kurikulum.”
Berdasarkan atas uraian tersebut, jelas menunjukkan bahwa RPP menjadi alat
pembelajaran yang penting dalam mengarahkan proses pembelajaran. Berkenaan atas
hal tersebut, berikut dijabarkan dalam tabel 9 kegiatan pembelajaran pada pertemuan
pertama pembelajaran pendidikan Agama Hindu, sebagai berikut. Tabel 9 Kegiatan
Pembelajaran pada RPP SMP Gurukula Bangli Kelas VII semester II NO Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan a.
Apersepsi 1) Guru membuka pembelajaran dengan salam Panganjali Umat “Om
Swastyastu” dan mengajak berdoa bersama dipimpin oleh perwakilan peserta didik
dengan penuh khidmat”Om Anobadrah krtavu yantu visvatah” 2) Guru mengecek
Kesiapan pembelajaran laporan peserta didik, absensi mengkondisikan suasana
pembelajaran yang menyenangkan melalui pembelajaran di luar kelas.
3) Guru mengecek penguasaan awal kompetensi yang sudah dimiliki peserta didik
tentang konsep latar belakang pelaksanaan yajna dengan cara diskusi interaktif 4) Guru
dan peserta didik mendiskusikan peta materi dalam buku siswa untuk menyampaikan
kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan berkaitan dengan latar belakang
dan pengertian yajna.
5) Guru menyampaikan metode pembelajaran, dengan menggunakan Sad Dharma,
berbasis lingkungam 6) Guru menyampaikan lingkup penilaian yaitu: aspek sikap,
pengetahuan, keterampilan dan teknik penilaian yang akan digunakan yaitu: Observasi
(sikap), tes tulis (pengetahuan) dan kinerja (ketrampilan). 15 menit NO Kegiatan Waktu
2. b. Kegiatan Inti 1. Dharma Yatra (perjalanan suci) g) Guru mengajak peserta didik
meninggalkan ruangan kelas menuju tempat suci didekat sekolah yang representatif.
h) Peserta didik bersama-sama mengamati sekitar lingkungan yang dilewati dengan
memungut sampah-sampah plastik sebagai implementasi ajaran Bhuta yajna. i)
Tiap-tiap peserta didik dalam kelompok memcatat beberapa kejadian dan informasi
yang dinilai penting sekaligus mencatat beberapa hal yang belum dan ingin diketahui
sesuai materi yang akan dibahas dalam perjalanan menuju tempat suci yang akan
digunakan sebagai tempat pembelajaran. 2.
Dharma Wacana (ceramah keagamaan) a) Guru sesekali menjelaskan tentang
pentingnya kebersihan lingkungan dalam perjalanan menuju tempat suci yang
digunakan tempat pembelajaran. b) Guru menjelaskan latar belakang pelaksanaan yajna
yang dihubungkan dengan lingkungan. 3. Dharma Tula (diskusi keagamaan) a) Tiap-tiap
peserta didik menulis/merumuskan satu atau dua pertanyaan yang berkaitan dengan
beberapa hal yang belum dan ingin diketahui.
b) Dalam kelompok peserta didik mengumpulkan dan menyeleksi
pertanyaan-pertanyaan yang senada/sama atau mendekati sama dengan latar belakang
dan pengertian yajna. c) Masing-masing kelompok peserta didik menuliskan pertanyaan
yang sudah diurutkan yang dibacakan didepan temanya di lokasi pembelajaran. 90
menit NO Kegiatan Waktu d) Dengan difasilitasi guru, peserta didik menyeleksi sejumlah
pertanyaan mulai dari yang paling relevan, atau paling mendekati rumusan indikator/
KD, baik yang faktual maupun konseptual. e) Tiap-tiap kelompok mencari jawaban dari
pertanyaan yang ada, melalui teks dan lingkungan sekitar.
f) Setelah selesai mencari jawaban, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya dihadapan teman-temanya secara bergilir, kelompok lain memberikan
tanggapan dan sanggahan. 1. Dharma Santi (saling memaafkan) e) Setelah selesai
diskusi dan presentasi masing- masing kelompok mengadakan perbaikan sesuai hasil
diskusi. f) Masing-masing kelompok saling memaafkan bila sebelumnya tidak
sependapat dan tidak sejalan dalam memberikan jawaban. 2.
Dharma Sadhana (merealisasikan pembelajaran saat itu) a) Peserta didik secara
bersama-sama memahami pentingnya kebersihan dan keindahan lingkungan b) Peserta
didik kembali melakukan pembersihan dilingkungan pura sebagai wujud dari
pelaksanaan yajna. 3. Dharma Gita (bait-bait syair keagamaan) a) Peserta didik
memperlihatkan kertas yang berisi rumusan jawaban didepan teman-temanya, dengan
menggunakan syair-syair geguritan; g) Salah satu peserta didik memberikan kesimpulan
dengan melagukan materi (macepat NO Kegiatan Waktu 3. c. Kegiatan Penutup 1.
Guru mengkonfirmasi peserta didik dengan memberikan kesempatan untuk
menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas dan dimengerti. 2. Guru menegaskan
kembali simpulan atas jawaban dari serangkaian pertanyaan, dan memberikan pujian
bagi siswa yang menyampaikan materi dengan baik. 3. Peserta didik melakukan refleksi
dengan bantuan pertanyaan reflektif dari guru, misalnya apakah pembelajaran hari ini
menyenangkan, apakah temen-temen kalian dalam menyampaikan pendapatnya secara
tertib, apakan dengan metode pembelajaran ini bisa lebih cepat mengerti? 4.
Guru menanyakan kutipan kata-kata yang bijak yang mengandung nilai-nilai budi
pekerti, (wacika nimittanta manemu laksmi,…..) 5. Guru memberikan penilaian dengan
tes secara lisan dan tugas terstruktur (PT) yang dikerjakan kurang lebih 60 menit di
rumah, dengan mencari gambar- gambar yang berhubungan dengan atman dan
menjelaskan maksud dari gambar yang dimaksud. 6.
Peserta didik menerima informasi pembelajaran berikutnya yakni sloka-sloka yang
berhubungan dengan brahman. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa bersama
yang dipimpin oleh perwakilan peserta didik dalam mengakhiri pembelajaran, dengan
mengucapkan doa “Om Loka Semesta Sukino Bhavantu” dan parama santih, om santih,
santih, santih Om 15 menit Menyimak tabel 9 tersebut jelas menunjukkan bahwa dalam
kegiatan pembelajaran ada tiga tahapan yang harus guru lakukan di kelas. Pertama
adalah pendahuluan.
Dalam pendahuluan ini guru membuka pembelajaran dengan salam Panganjali Umat
“Om Swastyastu” dan mengajak berdoa bersama dipimpin oleh perwakilan peserta didik
dengan penuh khidmat”Om Anobadrah krtavu yantu visvatah”. Hal tersebut akan
mengarahkan siswa agar memiliki sikap religius dan membiasakan siswa sebelum
kegiatan berdoa kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Selanjutnya guru mengecek kesiapan pembelajaran (laporan peserta didik, absensi
mengkondisikan suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui pembelajaran di
luar kelas. Kemudian guru mengecek penguasaan awal kompetensi yang sudah dimiliki
peserta didik tentang konsep latar belakang pelaksanaan dengan cara diskusi interaktif,
guru dan peserta didik mendiskusikan peta materi dalam buku siswa untuk
menyampaikan kompetensi yang akan dipelajari, dan guru menyampaikan metode
pembelajaran, dengan menggunakan Sad Dharma serta guru menyampaikan lingkup
penilaian yaitu: aspek sikap, pengetahuan, keterampilan dan teknik penilaian yang akan
digunakan yaitu: Observasi (sikap), tes tulis (pengetahuan) dan kinerja (ketrampilan).
Selanjutnya kedua, guru memasuki tahapan kegiatan inti dari pembelajaran dengan
menerapkan metode Sad Dharma. Sebagaimana kegiatan inti tersebut dapat dilihat
pada tabel 9 di atas. Selanjutnya yang ketiga adalah menutup pembelajaran. BAB IV
KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PENERAPAN METODE SAD DHARMA
PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI Kendala
Internal Setiap penerapan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran sudah
tentu mengalami berbagai kendala. Kendala tersebut bisa saja datang dari internal dan
eksternal.
Namun demikian, disinilah dituntut keprofesionalitasan seorang guru sebagai pendidik
dalam menerapkan metode pembelajaran. Guru dapat dikatakan sebagai seorang
pendidik yang professional, ketika dapat mengaplikasikan metode pembelajaran
dengan baik. Meminjam uraian Rusman (2011: 9), bahwa keberhasilan pembelajaran dan
keprofesionalan seorang pendidik dapat dilihat dari kemampuan guru dalam
menerapkan metode pembelajaran sehingga pembelajaran dapat mencapai tujuan yang
dikehendaki.
Demikian pula penerapan metode Sad Dharma pada pembelajaran pendidikan Agama
Hindu dan Budhi Pakerti di SMP Gurukula tidak terlepas dari kendala yang dihadapi.
Kendala yang paling menonjol adalah kendala yang datang dari internal siswa sebagai
objek dan subjek didik. Kendala internal sering kali menjadi faktor penghambat dalam
penerapan metode pembelajaran Sad Dharma.
Hal tersebut berdampak pada terhambatnya proses pembelajaran dan tidak sesuai
dengan capaian pembelajaran yang ada dalam kurikulum. Tentunya hal tersebut bukan
menjadi sebuah hambatan signifikan bagi guru SMP Gurukula Bangli dalam menerapkan
metode tersebut. Sebab pada hakikatnya pembelajaran adalah sebuah proses, dan
sejalan dengan tesa teoretis konstruksivistik, bahwa pembelajaran adalah suatu proses
pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun
konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data (Irwantoro dan
Suryana, 2016: 69).
Merujuk atas tesa teoretis tersebut, jelas menunjukkan bahwa pembelajaran adalah
“proses aktif” dalam rangka membangun konsep baru dalam diri peserta didik. Bertolak
atas hal itu, penerapan metode pembelajaran Sad Dharma sesungguhnya adalah sebuah
proses pembelajaran yang nantinya akan mengarahkan anak didik SMP Gurukula agar
dapat menumbuhkembangkan konsep baru dalam diri mereka.
Pembelajaran yang demikian secara tidak langsung dapat menjadikan anak didik cerdas
secara rohani dan jasmani. Sebab dengen metode Sad Dharma anak didik akan
diajarkan untuk memahami sebuah konsep dan merealisasikannya dalam tingkah laku.
Bukan pembelajaran yang mengarahkan anak didik hanya menjadi “pengkoleksi data”.
Oleh karena itu, hambatan internal yang menjadi kendala dalam penerapan
pembelajaran Sad Dharma justru dapat dijadikan tolok ukur dalam penerapan
selanjutnya dalam proses pembelajaran. Lebih jelasnya berikut dideskripsikan beberapa
kendala internal dalam penerapan metode pembelajaran Sad Dharma di SMP Gurukula
Bangli yang dijadikan beberapa faktor, yakni: 1) Faktor Fisiologi Kendala internal dalam
penerapan metode Sad Dharma dalam pembelajaran agama Hindu dan budi pekerti di
SMP Gurukula Bangli adalah adanya faktor fisiologi.
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi normal tubuh dengan berbagai
gejala yang ada pada sistem hidup dan pengaturan segala fungsi dalam sistem tersebut.
Berbagai aktivitas yang terjadi pada sistem hidup selanjutnya disebut fungsi kehidupan
atau fungsi hidup. Jadi, fungsi hidup ialah fungsi sistem yang ada dalam tubuh manusia.
Sistem hidup merupakan suatu yang kompleks dan bervariasi sehingga dalam fisiologi
manusia, fungsi hidup adalah sesuatu yang kompleks dan bervariasi juga (Sadulloh,
2008: 97). Berkenaan dengan hal tersebut, faktor fisiologi anak didik di SMP Gurukula
menjadi salah satu kendala dalam penerapan metode Sad Dharma. Dalam konteks ini
anak didik atau siswa dipandang sebagai manusia yang memiliki tubuh fisik dalam
perkembangannya sebagai makhluk hidup.
Mengacu pada teori perkembangan peserta didik, bahwa siswa sebagai peserta didik
memiliki prinsip pertumbuhan dan pengembangan. Faktor fisiologi sesungguhnya
merupakan hal yang penting dalam menentukan berhasil dan tidaknya penerapan
metode pembelajaran. Merujuk atas hal tersebut pula, seorang guru hendaknya
memperhatikan prinsip yang keenam bahwa siswa atau peserta didik memiliki
perbedaaan dalam perkembangan fisiknya.
Sebab dalam perkembangan setiap peserta didik sangat tergantung pada biologis dan
genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan
kontribusi terhadap perkembangan seorang peserta didik. Perbedaan perkembangan
tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari
perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap
anak seharusnya juga berbeda. Secara empiris ada peserta didik di SMP Gurukula Bangli
yang mengalami gangguan fisik (fisiologi).
Hal tersebut menjadi kendala tersendiri bagi siswa. Sebab cacat fisik dapat dinyatakan
sebagai keterlambatan perkembangan peserta didik. Angreni (2016:19) menjelaskan
bahwa keterlambatan perkembangan peserta didik berdampak pada terhambatnya
proses pembelajaran. Pun demikian penerapan metode Sad Dharma pada pembelajaran
pendidikan agama Hindu dan budi pekerti di SMP Gurukula Bangli mengalami kendala
akibat dari salah satu siswa mengalami keterbatasan fisik (cacat fisik). Sebagaimana
penjelasan Jutaningrat (wawancara: 17 April 2017) sebagai berikut.
“Metode pembelajaran Sad Dharma sesungguhnya sangat efektif dalam
menumbuhkembangkan potensi spiritual dan budi pekerti siswa. Tetapi, dalam
penerapannya ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru. Faktor internal
berhubungan dengan aspek fisiologi peserta didik. Sebab ada peserta didik yang
mengalami cacat fisik, yakni jalannya tidak normal, sehingga guru membutuhkan proses
lebih maksimal dalam menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran.”
Berdasarkan atas uraian tersebut, dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi guru
agama Hindu dalam menerapkan metode Sad Dharma pada pelajaran agama Hindu dan
Budi Pekerti di SMP Gurukula Bangli adalah disebabkan adanya faktor fisiologis, yakni
cacat fisik pada salah satu siswa. Selain ada peserta didik yang mengalami cacat fisik,
ada pula peserta didik yang merupakan mantan (bekas) narapidana yang sengaja
dititipkan di pasraman dengan harapan si anak dapat dididik menjadi pribadi yang
benar-benar berkarakter.
Selain itu, ada pula siswa atau peserta didik yang “inklusif”, yakni peserta didik yang
berkebutuhan khusus atau disabelitas. Keterbatasan fisik dari peserta didik sangat
memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran, tetapi hal tersebutmenjadi
“motivasi” tersendiri bagi guru sebagai pilot preject pembelajaran di kelas. Kendala
fisiologis tentunya dapat ditanggulangi dengan berbagai setrategi dan pendekatan
pembelajaran.
Guru dalam hal ini dapat menerapkan prinsip pembelajaran dari Ivan Pamplop (dalam
Hills, 2010: 98), bahwa dalam usaha guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
maka harus memperhatikan beberapa hal, yakni: 1. Kematangan adalah merupakan
suatu keadaan atau tahap pencapaian proses pertumbuhan atau perkembangan.
Kematangan juga dapat berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental psikologis
akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan.
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan- kemampuan yang lain. Menurut Gege dan
Berliner, belajar adalah suatu proses perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.
Menurut L.
Bigge belajar adalah perubahan menetapkan dalam kehidupan seseorang yang tidak di
wariskan secara genetis. Menurut james whitteker belajar didefinisikan sebagai proses
yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. 2. Latihan
adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya
dengan aktivitas belajar.
Tiga prinsip tersebut, yakni: kematangan (maturtion), belajar (learning), dan latihan
(exercise). Secara konseptual 3 prinsip tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaannya adalah sama-sama adanya perubahan (changes), dan adapun letak
perbedaannya terdapat pada perubahan pada pertumbuhan yang bersifat kuantitatif,
sedangkan pada kematangan, belajar, dan latihanlebih bersifat kualitatif.
Perubahan pada pertumbuhan dan kematangan lebih bersifat alamiah sedangkan
perubahan pada belajar dan latihan lebih bersifat disengaja dan bertujuan.
Perubahan-perubahan yang terjadi baik sebagai pertumbuhan, kematangan, belajar,
maupun latihan itulah yang disebut: perkembangan (development). Oleh karena itu
perkembangan dapat didefinisikan sebagai perubahan sepanjang waktu (change over
time) baik sebagai pertumbuhan, kematangan, belajar, maupun sebagai hasil latihan.
Dengan demikian psikologi perkembangan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari perubahan perilaku organisme sepanjang hayat.
2) Faktor Kelelahan Pada Diri Peserta Didik Sebagaimana diketahui bahwa SMP Gurukula
Bangli adalah sekolah yang mengadopsi sistem gurukula atau model pasraman. Jadi,
selayaknya Gurukul di India maka para siswa tinggal di pasraman. Selama siswa tinggal
di Pasraman Gurukula, siswa hendaknya mengerjakan tugas guru dan melayani guru
dengan baik.
Apapun perintah guru hendaknya sepantasnya ditaati dalam pelayanan. Dalam ajaran
agama Hindu, sisya yang belajar ilmu dari seorang guru, maka ia hendaknya melakukan
pelayanan (sevanam) kepada guru dan semua yang tinggal di Gurukula. Pola asram atau
pasraman yang diadopsi oleh Gurukula menjadikan Pasraman Gurukula berbeda dengan
sekolah lainnya.
Di Gurukula Bangli, siswa tinggal di Pasraman atau Asram. Mereka selain belajar juga
menjalankan kewajiban sebagai anak asram/pasraman, yakni menjalankan kewajiban
yang telah ditetapkan, dan hidup dalam kesederhanaan. Berbeda dengan sekolah pada
umumnya di mana siswa masih tinggal dalam lingkungan keluarganya sendiri.
Dalam proses pembelajaran, lingkungan sangat menentukan sekali berhasil dan
tidaknya pembelajaran tersebut. Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca,
keadaan geografis, sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang
meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian (Soetjiningsih, 1998).
Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak aman karena adanya pertikaian dapat
menyebabkan tekanan tersendiri bagi individu dan proses imitasi atau peniruan perilaku
kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku individu. Sementara itu kondisi
yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi atau kebersihan lingkungan, keadaan
rumah yang tidak menunjang hidup sehat, serta keadaan geografis yang sulit, misalnya
karena di daerah terpencil yang sulit untuk dijangkau.
Menurut teori stres lingkungan (Sarwono, 1992: 43), bahwa ada dua elemen dasar yang
menyebabkan manusia bertingkah laku terhadap lingkungannya. Elemen pertama
adalah stresor dan elemen kedua adalah stres itu sendiri. Stresor adalah elemen
lingkungan yang merangsang individu seperti kebisingan, suhu udara, dan kepadatan,
ataupun lingkungan rumah yang tidak sehat.
Sementara stres diartikan sebagai ketegangan atau tekanan jiwa yang merupakan akibat
dari hubungan antara stressor dengan reaksi yang ditimbulkan dalam diri individu, dan
kedua efek tersebut dapat menyebabkan kelelahan peserta didik. Sebagaimana yang
dialami oleh siswa SMP Gurukula Bangli dapat dinyatakan mengalami “stress
lingkungan” dikarenakan tekanan dan ketegangan mereka menghadapi lingkungan
yang demikian. Bagaimanapun aturan asram dalam Gurukula sedikit tidaknya membawa
efek yang kuat terhadap sisi psikis peserta didik.
Sebab mereka harus hidup dengan lingkungan yang tidak bebas selayaknya mereka
tinggal di rumah. Kondisi mereka yang jauh dengan orang tua pula menjadi pemantik
bahwa kondisi psikis mereka tidak stabil. Hal tersebut dijelaskan Karnawi (wawancara: 13
Mei 2017) sebagai berikut. “Peserta didik yang tinggal di Gurukula Bangli sepenuhnya
hidup mereka dengan didikan asrama.
Jadi mereka tinggal di asram, dan hidup mengikuti ketentuan yang diberlakukan di
asram. Mulai dari pemenuhan kebutuhan hidup mereka dari baru bangun memasak
makanan, mandi, mencuci pakaian, membersihkan tempat tidur dan sekitar asram
hingga sembahyang adalah rutinitas mereka setiap harinya. Mereka diajarkan mandiri
secara penuh dan tidak bergantung pada orang lain.
Tidak boleh mempergunakan handphone dan telpon apapun, kecuali atas ijin guru dan
mereka diajarkan untuk hidup disiplin setiap waktu.” Menyimak keterangan tersebut,
menjadi sangat mungkin siswa SMP Gurukula Bangli mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran. Atas hal tersebut, faktor lingkungan juga menjadi sebuah hal
yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pencapaian pembelajaran.
Jadi merujuk atas hal tersebut, kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor
intelegensi yang rendah, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor- faktor non
intelegensi, seperti pengaruh lingkungan dan kondisi serta suasana pembelajaran.
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja
akademik yang memuaskan.
Kesulitan Belajar adalah proses menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta
didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dengan cara
menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang tampak. Proses belajar
seseorang tidak akan selalu berjalan dengan baik, seorang yang mencari ilmu tidak akan
terlepas dari kesulitan belajar, fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya
tampak jelas dari menurunnya kinerja ademik atau prestasi belajarnya.
Salah satunya kesulitan belajar siswa di SMP Gurukula Bangli diakibatkan dari kondisi
fisik peserta didik yang juga dapat berpengaruh terhadap semangat belajar peserta
didik dalam mendapatkan pelajaran. kelelahan pada diri peserta didik tidak hanya
kelelahan dibagian jasmani tetapi juga kelelahan dibagian rohani. (Slameto, 2010:59)
menyebutkan ada dua macam kelelahan yaitu jasmani dan rohani.
Kelelahan jasmani bisa berupa dari fisik peserta didik, hal ini disebabkan karena peserta
didik menyiapkan segala kebutuhan hidupnya sendiri di pasraman, mulai dari makanan,
pakaian maupun kebuthan lain yang diperlukan dalam proses pembelajaran.Tidak
nyamannya suasana kelas dapat berpegaruh pada motivasi dan semangat dan belajar
peserta didik.
Faktor kelelahan dari jasmani dan rohani, harus dihindarkan dari peserta didik, kerena
akan berdampak pada proses pembelajaran peserta didik di dalam mengikuti pelajaran
di sekolah. Khusunya kelelahan terjadi di jam-jam pelajaran yang sudah menginjak siang
ataupun pada jam-jam terakhir pelajaran. 3) Faktor Psikologi Selain faktor lingkungan
yang menjadi kendala dalam guru menerapkan metode Sad Dharma pada pembelajaran
pendidikan agama Hindu dan budi pekerti adalah faktor psikologi. Piskologi adalah
berhubungan dengan kondisi “psikis” atau perilaku kejiwaan peserta didik.
Faktor kondisi psikis amat penting sebagai penentu berhasil dan tidaknya proses
pembelajaran. Terlebih dalam menerapkan metode Sad Dharma dalam pembelajaran
yang notabene pembelajaran yang berkarakteristik agama. Kebanyakan siswa terkadang
bahkan sering tidak menyukai pembelajaran agama, sehingga pembelajaran justru
menjadi mereka terbebani.
Sedangkan menyitir asumsi nya Artjumsai (1999: 97), dalam tesanya tentang Pendidikan
Nilai-Nilai Kemanusiaan atau The Human Values Education menjelaskan bahwasanya
pembelajaran harus menyenangkan dan mendidik, bukan membebani tetapi diktator.
Adapun dalam psikologi perkembangan melihat peserta didik sebagai individu sebagai
peserta didik pada institusi pendidikan, dan mencoba memahami perkembangan dari
perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia (Life- Span Development) berdasarkan
pada pendapat Paul Baltes (dalam Pappalia, 2004:43), bahwa Life-span human
development berusaha menggambarkan, menjelaskan, meramalkan, dan mempengaruhi
perubahan-perubahan yang terjadi dari pembuahan hingga masa dewasa.
Tujuan akhir dari perspektif ini adalah untuk membantu hidup individu menjadi
kehidupan yang berarti dan produktif. Bertolak atas deskripsi tersebut jelas ada korelasi
yang kuat antara perkembangan psikologis siswa dengan kondisi dan lingkungan
pembelajaran serta siswa SMP Gurukula, jika dilihat dari perspektif individu. Jadi siswa
atau peserta didik dilihat secara personal (individu) merupakan manusia dengan segala
potensi yang dimiliki.
Psikologis pendidikan melihat siswa sebagai manusia dan makhluk individu adalah
sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, nilai,
etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Faktor psikologis inilah menjadi terkendalan
sendiri dalam penerapan pembelajaran metode Sad Dharma. Sebab peserta didik
sangat-sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka tinggal, yakni pasraman.
Secara emperik, ada ketidak nyamanan bagi siswa SMP Gurukula Bangli dalam
mengikuti pembelajaran. Sebab kebanyakan dari mereka belum dirasa siap harus
meninggalkan orang tua, yang dilihat secara fase psikologis diusia mereka yang
demikian masih membutuhkan kasih sayang orang tua dan lingkungan keluarga.
Sebagaimana dijelaskan Somawati (wawancara: 22 April 2017) sebagai berikut.
“Kebanyakan siswa kami, terutama di SMP Gurukula Bangli sebenarnya mereka
mengalami tekanan psikis. Terlebih mereka yang baru datang dan sekolah di sini. Sangat
berbeda lingkungan dan yang lainnya sehingga mereka terguncang dalam psikis. Hal
tersebut dpaat memberikan pengaruh yang kuat terhadap proses pembelajaran. Bahkan
ada juga siswa yang tiba-tiba menagis ketika pembelajaran dimulai sebab siswa sangat
merindukan orang tuanya sehingga hal itu menjadi tugas berat guru sesungguhnya
dalam menerapkan metode pembelajaran.”
Sejalan dengan uraian informan tersebut jelas menunjukan bahwa lingkungan sangat
memberikan pengaruh terhadap perkembangan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut diperkuat juga oleh teori behavioristik, bahwa pendekatan
psikologi yang menelaah cara lingkungan dan pengalaman mempengaruhi tindakan
seseorang. Penganut behaviorisme (behavioris) menaruh perhatian pada peranan
penghargaan (reward) maupun hukuman (punishment) dalam mempertahankan atau
mengurangi kecenderungan munculnya perilaku tertentu (Olson, 2000: 8).
Jadi kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan metode pembelajaran Sad Dharma
dalam pembelajaran merupakan kendala terkait lingkungan siswa yang memberikan
dampak terhadap perilaku siswa yang cendrung ke arah tidak baik. Oleh karena itu,
perlu sekali guru dalam menerapkan metode pembelajaran Sad Dharma hendaknya
kembali kepada tradisi behavioral, yakni memberikan penghargaan dan hukuman
kepada siswa dalam kapasitas mendidik. Kendala Eksternal Kendala lainnya selain
adanya faktor internal adalah adanya kendala dari eksternal.
Kendala eksternal juga tidak dapat diabaikan begitu saja, sebab kendala eksternal
merupakan faktor yang penghambat penerapan metode Sad Dharma pada
pembelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti. Kendala eksternal sudah pasti
berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya luaran dari siswa sebagai peserta didik
dalam proses pembelajaran.
Kendala eksternal bisa saja muncul dari SDM (sumber daya manusia) dalam konteks ini
tentunya merujuk pada SDM Guru sebagai manusia pendidik atau mendidik. Selain
guru, sarana dan prasarana pembelajaran sebagai pelengkap pembelajaran juga sangat
menentukan berhasil dan tidaknya proses pembelajaran. Demikian pula kurikulum
sebagai perangkat pembelajaran menjadi sangat dominan dalam menghambat proses
pembelajaran.
Terlebih ketika guru dan komponen pendidikan lainnya mengalami kendala dalam
menerapkan kurikulum tersebut dalam pembelajaran. Berdasarkan atas hal tersebut,
berikut diuraikan berkenaan dengan kendala eksternal yang menghambat penerapan
metode Sad Dharma pada pembelajaran agama Hindu dan pendidikan budi pekerti di
SMP Gurukula Bangli, sebagai berikut.
1) Sumber Daya Manusia (SDM) Hasbullah (2013:124) menjelaskan bahwa guru sebagai
pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh, untuk menumbuhkan aktivitas
peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan. Adapun (Rusman, 2011) menjelaskan bahwa pendidik sebagai yang
memfasilitator dalam proses pembelajaran.
Dantes (2008) menyatakan pula bahwa pendidik adalah ia yang memiliki tugas sebagai
pendidik sehingga segala potensi yang ada dalam diri siswa akan muncul. Berkenaan
dengan gagasan tersebut, pendidik secara esensial memiliki perbedaan makna dengan
mengajar. Pendidik memang memiliki tugas dan fungsi sebagai pendidik, yakni
mendidik siswa agar potensisiswa dapat tumbuh.
Adapun mengajar lebih kepada hal yang bersifat formal sehingga terkesan ke arah
formalitas. Dengan demikian, guru sebagai pendidik harus bersungguh-sungguh
mendidik siswa tidak hanya sekadar mengikuti proses pembelajaran. UU Sisdiknas No.20
Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidik harus menjalankan kewajibannya sebagai
pendidik dengan baik, sebab mendidik adalah “usaha sadar”, dan terencana untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan (Atmosuwito, 2010: 69).
Berkenaan dengan hal tersebut, guru sebagai pendidik merupakan komponen yang
penting dalam sistem pendidikan nasional. Guru sebagai pendidikan dimaksudkan
dalam konteks ini adalah guru yang professional dan memiliki SDM yang baik. Dalam
penerapan metode Sad Dharma, SDM guru sering menjadi faktor penghambat yang
membawa dampak pada proses pembelajaran.
Terlihat pada saat guru menerapkan metode Sad Dharma banyak dari mereka yang
tidak siap dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Sebab metode Sad
Dharma sesungguhnya membutuhkan media pembelajaran yang banyak sehingga
pembelajaran tidak membosankan. Sebut saja dalam penerapan metode Dharma Yatra,
yakni metode pembelajaran agama Hindu yang menekankan pada proses perjalanan
suci.
Menggunakan metode ini tidak selalu harus mengajak siswa ke pura atau tempat suci,
tetapi dapat pula dilakukan di dalam kelas dengan media visiualisasi. Guru bisa saja
menggunakan media pembelajaran berupa video atau pemutaran film yang
berhubungan dengan tempat-tempat suci di Bali dan di dunia. Melalui visualisasi,
diharapkan siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran dan sesuai
dengan tujuan dari penerapan metode ini adalah sebagai upaya mengarahkan siswa
pada sebuah konsep baru.
Selama ini guru hanya menerapkan metode Sad Dharma hanya melalui setrategi
pembelajaran ceramah yang terkadang bahkan sering menjadikan proses pembelajaran
membosankan. Sebagaimana penuturan salah satu siswa SMP Gurukula Bangli
(Sariwangi, wawancara, 27 Mei 2017) sebagai berikut. “Guru agama Hindu di sini
kebanyakan menggunakan metode ceramah. Beberapa juga sudah menggunakan media
pembelajaran visualisasi.
Sesungguhnya saya dan teman-teman siswa sangat menyukai guru yang menggunakan
media pembelajaran. Baik berupa visual video dan yang lainnya. Pembelajaran jadi lebih
menarik, dan kami tidak bosan. Bukan berarti metode ceramah tidak baik. Metode
ceramah sangat meanarik jika disampaikan dengan baik dan variatif.” Merujuk atas
deskripsi tersebut, jelas menunjukkan bahwa SDM Guru agama Hindu di SMP Gurukula
Bangli perlu ditingkatkan lagi.
Terutama penguasaan mereka dalam strategi dan pendekatan pembelajaran. Metode
Sad Dharma sesungguhnya cara pembelajaran agama Hindu dan budi pekerti yang
sangat relevan digunakan untuk meningkatkan potensi kecerdasan siswa baik rohani
dan jasmani. Ketidak mampuan guru sebagai pendidikan dalam menerapkan metode
Sad Dharma tentunya menjadi kendala yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan atas hal tersebut, guru dituntut untuk dapat berinovasi, kreatif dan cerdas
dalam mengembangkan pembelajaran yang berbasis pada Sad Dharma. Sebagaimana
Ngurah (2008:54), bahwa Sad Dharma adalah enam metode dalam ajaran agama Hindu
untuk menumbuhkembangkan aspek spirit dalam diri. Enam metode tersebut sangat
bersesuaian dengan metode pembelajaran modern, sehingga guru hendaknya dapat
memformulasi metode pembelajaran Sad Dharma dengan modern.
Tujuannya jelas sebagaimana amanat empat pilar WHO, bahwa pembelajaran adalah
untuk mengetahui (to know), melakukan (to do), bisa menjadi (to be) dan hidup
bersama (life together) (Dantes, 2008: 8). 2) Sarana dan Prasarana Dalam sistem
pendidikan nasional, sarana dan prasarana pembelajaran digolongkan sebagai alat
pendidikan. Alat pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam proses pembelajaran.
Alat pendidikan sebagaimana Hasbullah (2013:124) menjelaskan bahwa segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi untuk
mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan. Berdasarkan atas
terma teoretis tersebut, alat pendidikan dapat dinyatakan sebagai sebuah media
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Dalam konteks ini, alattidak saja dalam ranah “media”, tetapijugameliputi kurikulum,
metode, strategi dan pendekatan pembelajaran. Semua komponen atau alat pendidikan
tersebut masing-masing memiliki peranan yang signifikan di dalam mengupayakan
pembelajaran agar efektif dan efesien. Menjadi sebuah kegagalan dunia pendidikan, jika
masing-masing alat pendidikan tersebut tidak berjalan secara seimbang.
Sebab masing-masing alat tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan. Masing- masing memiliki pertautan yang sangat kuat, dan tidak dapat
berdiri sendiri. Mendasarkan atas uraian tersebut, alat pendidikan berupa sarana dan
prasarana pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia
pendidikan.
Terlebih dalam penerapan metode Sad Dharma dalam pembelajaran agama Hindu dan
budi pekerti. Dalam penerapannya tentunya membutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai. Dilihat dari sarana fisik berupa ruangan kelas, SMP Gurukula boleh dikatakan
sudah memenuhi standar pendidikan. Tetapi sarana pengembangan metode dalam
penerapannya masih mengalami kendala.
Hal yang paling jelas kelihatan adalah masih kurangnya bantuan dana oprasional dalam
pemenuhan kebutuhan hidup anak-anak pasraman. Hal tersebut menjadi hal yang
serius dialami oleh Pasraman Gurukula. Peran pemerintah dalam hal ini sangat penting,
mengingat pasraman Gurukula satu-satunya pasraman yang bernafaskan agama Hindu.
Namun demikian, sumbangsih pemerintah masih dikatakan kurang maksimal dalam
mengembangkan pasraman menjadi pusat dan basis pendidikan berbasis agama Hindu.
Selain santunan dana untuk memenuhi kebutuhan hidup anak pasraman yang sangat
minim, dana oprasional penunjang pembelajaran juga sangat minim, seperti Laptop,
LCD, Lab Komputer, Lab bahasa, Lab fisika, bahasa dan yang lainnya masih belum ada
sehingga berdampak pada terhambatkan proses pembelajaran.
Penerapan metode pembelajaran Sad Dharma merupakan cara pembelajaran yang
menarik. Namun efektivitas metode tersebut benar-benar teruji, jika sarana dan
prasarana memadai. Selama ini guru dalam menerapkan metode Sad Dharma pada
pembelajaran di SMP Gurukula adalah dengan memanfaatkan sarana sarana yamng
terbatas.
Akan tetapi hal tersebut dapat ditangulangi dengan kreatifitas guru dalam
mempergunakan sarana pembelajaran bagi siswa SMP Gurukula Banngli. 3) Kurikulum
Alat pendidikan berupa kurikulum memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem
pendidikan. Kurikulum hadir sebagai origin point dalam penyelenggaraan pendidikan,
sehingga dalam proses pembelajaran kurikulum selalu dijadikan basis edukatif di dalam
mengupayakan tercapainya tujuan pembelajaran (pendidikan).
Berkenaan dengan hal itu, banyak para ahli pendidikan menjelaskan bahwa
pembelajaran merupakan “implementasi” kurikulum (Dimyati dan Mujiono, 2013: 286).
Mendasarkan pada terma tersebut, dapat dinyatakan bahwa kurikulum dengan
pembelajaran memiliki pertautan yang koheren, bahkan identik. Proses pembelajaran
selayaknya “cermin” isi kurikulum dan pantulan cermin adalah out put dari proses
pembelajaran.
Analog tersebut sejalan dengan uraian Djamrah (2013: 65) sebagai berikut. Kurikulum
memiliki hubungan yang kuat dengan pembelajaran. Pembelajaran tidak akan dapat
berlangsung tanpa adanya kurikulum. Sebaliknya, kurikulum tidak akan ada artinya
tanpa adanya pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum merupakan isi dari pelajaran
yang di dalamnya ada rencana kegiatan pembelajaran, hasil belajar dan pengalaman
belajar.
Merujuk pada terminologi tersebut, jelas bahwasanya kurikulum merupakan alat
pendidikan yang di dalamnya ada
seperangkatmatapelajarandanprogrampendidikanyangdiberikan oleh lembaga
pendidikan. Hamalik (2013: 1) menjelaskan hal yang senada, bahwa kurikulum adalah
seperangkat pembelajaran di dalamnya ada rancangan pembelajaran dalam suatu
jenjang pendidikan.
Menilik uraian Hamalik dan para pakar teoretis di atas, kurikulum tidak saja sangat
penting dalam kegiatan pembelajaran, tetapi sebagai suatau hal yang fundamental
harus ada dalam sistem pendidikan. Berhasil dan tidaknya sebuah proses pembelajaran
teramata sangat ditentukan oleh kurikulum, dan dalam historikalnya Bangsa Indonesia
sudah beberapa kali berganti kurikulum.
Sejak tahun 1945 kurikulum nasional telah beberapa kali mengalami perubahan
kurikulum, yakni pada 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006 (Hamid,
2011: 203). Perubahan tersebut dirasa wajar, mengingat perubahan kurikulum tentunya
diikuti dengan adanya perubahan paradigma sosial, budaya, politik dan paradigma
zaman yang selalu dinamis.
Perubahan tersebut mengikuti pula perubahan dari kemajuan IPTEK yang semakin
berkembang, konsekuensi logis dari semua itu kurikulum harus mampu menyajikan
seperangkat pembelajaran yang sesuai dengan konteks zaman, sehingga pendidikan
mampu melahirkan SDM yang siap bersaing dalam dunia global. Kurikulum
diaplikasikan melalui metode yang berhubungan dengan strategi pembelajaran.
Guru dalam menerapkan strategi pembelajaran berdasarkan atas pendekatan yang
dilakukan. Dengan demikian, masing-masing alat pendidikan bekerja secara simultan
dan koheren. Sebagaimana dapat digambarkan dalam skema 1 berikut. Skema 1
Hubungan Alat Pendidikan yang Merupakan Satu Kesatuan Skema di atas menunjukkan,
bahwasanya alat-alat pendidikan dalam sistem pendidikan modern memiliki peran yang
setrategis dalam menunjang proses pembelajaran. Dalam prosesnya, menyiratkan
sebuah siklus (circle) atau lingkaran yang terhubunga dan terkait.
Dengan kata lain, proses pembelajaran merupakan “proses” yang berkesinambungan
dan berkelanjutan. Hal itu ditegaskan kembali dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003,
bahwa pendidikan adalah usaha sadar, terencana dan berkelanjutan (Sugiyono, 2006:
98). Penerapan metode Sad Dharma sebagai salah satu metode pembelajaran juga
berkoheren dengan kurikulum sebagai perangkat pembelajaran.
Bahkan metode tersebut dapat diintegrasikan dengan kurikulum. Terlebih kurikulum
2013 dengan pendekatan tematik terintegratifnya. Tetapi, kelemahannya adalah guru
pendidikan agama Hindu di SMP Gurukula kurang begitu memahami kurikulum 2013.
Selama ini guru hanya menerapkan kurikulum KTSP sehingga masih tertinggal dengan
sekolah yang sudah menerapkan kurikulum tersebut.
Jutaningrat (wawancara: 17 Juni 2017) menjelaskan sebagai berikut. “Kurikulum 2013
sangat bagus perangkat di dalamnya, tetapi guru di SMP Gurukula masih mengalami
beberapa kendala terkait dengan penerapannya. Banyak guru tidak mampu menerapkan
secara optimal.
Terlebih sarana pembelajaran yang masih sangat minim sehingga menjadi kendala
dalam penerapan metode Sad Dharma pada pembelajaran agama Hindu.” Kurikulum
2013 disajikan menggunakan pendekatan tematik-integratif. Mata pelajaran, yang
kemudian disebut muatan pelajaran, di dalamnya terdiri dari: Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti harus diintegrasikan, dan menggunakan metode inkuri, yakni menemukan.
Dalam siswa menemukan tersebut menggunakan sarana media pembelajaran yang
memadai (Rusman, 2011: 98).
Selain itu, dalam kurikulum 2013 ada tiga aspek penilaian yang hendaknya dilakukan
guru, yakni aspek afektif (perilaku), kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik
(keterampilan). Berkenaan dengan hal tersebut, jelas menunjukkan bahwa kurikulum
2013 merupakan alat pendidikan yang efektif dalam mewujudkan siswa berkarakter.
Namun demikian bagi guru pendidikan agama Hindu di SMP Gurukula kurikulum
tersebut mengalami kendala dalam penerapannya.
BAB V IMPLIKASI PENERAPAN METODE SAD DHARMA PADA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI Implikasi Terhadap Sikap Spiritual
Penerapan metode Sad Dharma pada pembelajaran pendidikan Agama Hindu dan budi
pekerti tentunya memunculkan berbagai implikasi. Implikasi penerapan metode Sad
Dharma yang muncul adalah implikasi terhadap sikap spritual bagi siswa SMP Gurukula.
Sikap spiritual tersebut terlihat dengan perilaku siswa, baik dalam belajar maupun
keseharian. Siswa SMP Gurukula Bangli, baik yang laki-laki dan perempuan memiliki
sikap spiritual yang kuat. Hal tersebut menandakan bahwa potensi spirit dalam diri
mereka sudah terbangun dengan baik melalui proses pembelajaran.
Kehidupan religius peserta didik di SMP Gurukula Bangli tidak dapat memisahkan diri
dari kegiatan belajar dan berupacara yadnya. Peserta didik SMP Gurukula Bangli hampir
setiap saat melakukan kegiatan berupacara, baik sekala kecil dan besar yang diikuti
secara personal dan komunal. Upacara tersebut menunjukan refleksi nilai edukasi
karakter relegius yang bersandar pada nilai kearifan lokal dan agama Hindu sebagai
spiritnya.
Nilai tersebut terwujud dalam perilaku siswa sebagai peserta didik yang mencerminkan
spiritual Hindu. Bagi siswa atau peserta didik di SMP Gurukula Bangli, kegiatan
berupacara merupakan hal mendasar yang ditekankan dalam setiap pembelajaran.
Terlebih guru agama Hindu yang menerapkan metode pembelajaran Sad Dharma.
Enam aspek tersebut sama-sama menerangkan dan menonjolkan agar siswa
mengembangkan protensi spiritual dalam dirinya sehingga benar- benar out put
pendidikan nantinya dapat melahirkan manusia yang memiliki kecerdasan holistik.
Meminjam taksonominya Bloom, bahwa aspek apektif atau perilaku merupakan hal yang
penting dikembangkan dalam pembelajaran.
Untuk itu, pembelajaran berbasis spiritual adalah hal yang penting (Narayana,1999:53).
Mengacu pada uraian Hamallik (2011:43), bahwa keberhasilan suatu metode
pembelajaran adalah ketika dapat menumbuhkan kecerdasan yang holistik, yakni
kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelek (IQ) dan
kecerdasan lainnya.
Penerapan metode pembelajaran Sad Dharma sesungguhnya capainnya adalah
menciptakan peserta didik yang dapat meningkatkan kecerdasan tersebut, sehingga ia
menjadi manusia yang berkarakter. Bagi para guru, beberapa kendala yang telah
dijelaskan sebelumnya bukanlah menjadi sebuah hal yang menghambat untuk guru
menerapkan metode tersebut.
Sebab segala kendala tersebut merupakan tantangan agar para guru termotivasi dalam
mengajar dan mendidik siswa agar dapat menumbuhkembangkan sikap spiritual
mereka dalam perilaku. Sebab kecerdasan spiritual inilah yang dapat menjadikan
peserta didik dapat bersaing pada era global. Berdasarkan atas penerapan metode
tersebut, berikut implikasi sikap spiritual yang paling menonjol dan perlu ditingkatkan
kembali dalam diri siswa dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1) Penguatan Sikap Sradha Adanya implikasi terhadap sikap spiritual siswa di SMP
Gurukula dari diterapkannya metode Sad Dharma adalah adanya sikap sraddha dan
bhakti siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sikap
tersebut seolah-olah menjadi pertunjukkan spiritual magi bagi siswa dalam belajar dan
bersikap di pasraman.
Harapannya, sikap yang sudah terbangun dalam diri siswa selanjutnya terekspresi dalam
setiap tindakan dan laku. Sebab out put dari pendidikan adalah lingkungan sosial.
Melalui penerapan metode Sad Dharma, siswa akan memiliki sikap sraddha dan bhakti
kepada Tuhan dan ditauladani dalam lingkungan sosial. Sraddha dan bhakti adalah
pondasi yang penting bagi keberlangsungan dan keajegan Hindu ke depannya.
Terlebih lagi bagi siswa Hindu sebagai pewaris segala macam bentuk tradisi dan agama
Hindu. Untuk itu, sraddha dan bhakti harus ditumbuhkembangkan dalam diri siswa,
sehingga menimbulkan rasa yakin dan percaya terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
terhadap sesama dan lingkungan (Tri Hita Karana).
Sebagaimana penjelasan Smith (2008: 19) bahwa, agama adalah kebutuhan bagi
manusia, karena dengan agama dapat mendekatkan penganutnya dengan Tuhan,
dengan bidang sosial, dan alam melalui berbagai bentuk perilaku keberagamaan.
Senada dengan itu, Jalaludin (2011: 223) mendeskripsikan juga hal yang sama dan
implisit bahwasannya perilaku keberagamaan akan sangat dipengaruhi iman dan
keyakinan penganut agama tertentu akan berbagai bentuk ajarannya.
Kata sraddha dalam Kamus Bahasa Sanskerta tergolong jenis kata feminim yang berarti
kepercayaan; keyakinan; rasa hormat; kuat dan hasrat (Surada, 2007:288). Sedangkan
menurut Titib (2006: 165), sraddha memiliki arti yang luas, yakni keyakinan dan
keimanan. Selanjutnya diuraikan tentang kata sraddha sebagaimana yang diungkapkan
Yaksa dalam bukunya “Nighantu” (III.10), menguraikan kata sraddha dari akar kata “srat”
yang berarti tentang kebenaran.
Lebih jauh diuraikan, sraddha adalah yang memiliki keyakinan di dalam
mempersembahkan upacara pemujaan sebagaimana disebutkan dalam Mantram
Atharvaveda VI, 122. 3. Penjelasan lebih jauh tentang terminologi kata sraddha dikutip
dalam mantram Veda sebagai berikut. ?raddh?ya agnih samidhayte ?raddh?ya huyate
havih ?raddh?? bhaga?ya murdhani Vacasa vedaya?si (?gveda, X, 151.
1) Terjemahan : Api pengorbanan (persembahan) dinyatakan dengan keyakinan yang
mantap (sraddha). Persembahan (korban) dihaturkan keyakinan yang mantap (sraddha).
Kami mohon keyakinan yang mantap (sraddha), yang memiliki nilai tertinggi di dalam
kemakmuran (Titib, 2006 : 167). Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat
diterminologikan sraddha sebagai sebuah bentuk sikap keyakinan dan kepercayaan kuat
yang mengandung kebenaran.
Banyak literatur Hindu yang menjelaskan kata sraddha sebagai keyakinan dan
kepercayaan yang kuat, salah satunya dalam petikan sloka Bhagavadgita berikut.
?raddh?val labhate jñana? tatpara? Jñana? labhdhva para? ?antim acirena dhigacchati.
(Bhagavadgit?, IV. 39) Terjemahan : Ia yang memiliki keimanan yang kuat (?raddh?),
yang membiarkan diri diresapi kebijaksanaan dan yang telah mengalahkan panca indria
mencapai kebijaksanaan dan setelah mencapai itu, ia akan segera mendapatkan
kedamaian (Radhakrisnan, 2010 : 208).
Merujuk pada hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa istilah sraddha adalah merujuk
pada pengertian keyakinan yang kuat terhadap ajaran agama Hindu. ?iwananda Swami
(2003:9), menjelaskan hal yang sama bahwasannya sraddha adalah keyakinan penganut
Hindu terhadap ajaran-ajaran yang terdapat dalam pustaka suci Veda. Berangkat dari
diskursus sraddha tersebut, dapat diketahui bahwasanya keyakianan siswa SMP
Gurukula kepada ajaran Agama Hindu sangat kuat.
Hal tersebut dapat dilihat dari semakin meningkatnya intensitas siswa untuk
melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan ritual dan agama serta budaya.
Secara emperis, peneliti melihat sikap spiritual yang mengindikasikan bahwa dengan
metode Sad Dharma sangat efektif dalam meningkatkan sraddha dan bhakti siswa
adalah rutinitas kegiatan siswa SMP Gurukula. Mereka tanpa ada yang menyuruh rajin
menjalankan persembahyangan.
Waktu yang paling sering digunakan adalah pagi hari sebelum pembelajaran dan sore
hari setelah mereka menjalankan aktivitas pasraman dan mandi. Pagi hari mereka
rata-rata bangun jam 5 pagi melakukan pembersihan areal pasraman, ada ditugaskan
memasak dan setelah itu mereka mandi, menggunakan pakaian sekolah dan melakukan
persembahyangan bersama di pelinggih Padmasana sebelah timur pasraman.
Sore harinya mereka sembahyang juga ditempat yang sama dengan sarana
persembahyangan canang, dupa dan bunga. Tidak ada yang berupaya mengatur
mereka melakukan hal itu, kecuali ada piodalan atau pada hari-hari suci tertentu.
Mereka sadar penuh bahwa dengan sembahyang mereka yakin akan diberikan
perlindungan.
Selain sembahyang, mereka juga rutin melakukan tirta yatra atau sembahyang di
pura-pura sekiatar dan pura Dangkahyangan, Sadkahyangan dan Kahyangan Jagat
lainnya. Ada program dari pasraman untuk siswa melakukan tirta yatra pada saat liburan
semester. Program tersebut tentunya realisasi dari metode Sad Dharma tersebut. Selain
Tirta Yatra, siswa juga sering melaksanakan program ngayah dipura sekitarnya, seperti
pura Kehen, Pura Puncak Hyang Ukir dan beberapa pura lainnya.
Sebagaimana dijelaskan Arsada (wawancara: 11 April 2017) sebagai berikut. “Semua
siswa Gurukula rajin sembahyang, dan mereka saya arahkan untuk selalu melakukan
persembahyangan. Selain itu, guru-guru agama Hindu juga setiap saat memberikan
mereka arahan agar tetap melakukan persembahyangan kecuali mereka yang cuntaka.
Selain itu mereka saya arahkan biasanya untuk ngayah dan metirta yatra serta membuat
sarana upakara ketika ada piodalan.” Atas keterangan tersebut, semakin menguatkan
bahwa sikap spiritual siswa SMP Gurukula diwujudkan dengan kegiatan keagamaan.
Sebagai pasraman Hindu, Gurukula tentunya menekankan siswanya untuk memiliki
sikap sradha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widdhi Wasa.
Kemudian ditambah dalam pelajaran, guru menerapkan metode Sad Dharma sehingga
berdampak pada sikap agar “mengalami” hal yang spiritual tersebut, baik dalam
sembahyang, tirta yatra, ngayah dan membuat sarana upacara yadnya. Sebagaimana
foto 10 menunjukan sikap sembahyang yang dilakukan siswa pada saat hari suci
Purnama dan Tilem sebagai berikut.
Foto 10 Siswa Sedang Melakukan Persembahyangan Dalam Rangka Rainan Purnama
Umat Hindu memiliki landasan keimanan yang disebut Panca Sradha, yaitu percaya akan
adanya: (1) Sang Hyang Widhi sebagai yang tunggal tempat manusia menyerahkan diri
dan mohon perlindungan; (2) Atman, yaitu hidupnya hidup yang merupakan percikan
dari Paraman Atman yang tertinggi; (3) Karma Phala, yaitu keyakinan bahwa segala
bentuk perbuatan akan membawa hasil serta bekas perbuatan itu yang disebut
karmawasana; (4) Punarbhawa, yakni kelahiran kembali, sesuai karma yang telah
diperbuat, dan (5) Moksa, berarti kelepasan dan tidak lahir kembali ke dunia karena
tidak ada sesuatu hal pun yang mengikatnya (Yudha Triguna, 2011: 37-38).
Berkaitan dengan konsep sradha, dalam kitab Bhagawadgita menegaskan:
A?raddadh?n?h purus? Dharmasy?-sya paramtapa, Apr?pya m?m nivartante
Mrtyu-sams?ra-vartmani. (Bhagawadgita IX.3) Terjemahannya: Manusia tanpa keimanan,
yang mengikuti jalan ini, wahai penakluk musuh (Arjuna), tak mencapai Aku dan kembali
ke jalan dunia kematia, menderita (Pudja, 2005: 223). Merujuk sloka tersebut di atas
maka jelas disebutkan bahwa hanya dengan keyakinan yang mantap seseorang akan
dapat mencapai Tuhan.
Justru orang yang tidak memiliki keimanan yang kuat hidupnya akan menderita. Atas
dasar tersebut, keimanan atau sradha merupakan landasan yang elementer bagi siswa
Hindu dalam mewujudkan relegiusitas diri. Bagi siswa SMP Gurukula, sraddha terefleksi
dari berbagai keyakinan yang berkoheren dengan lima asas keyakinan dalam agama
Hindu.
Siswa SMP Gurukula meyakini Ida Sanghyang Widhi Wasa melalui praktik beragama
yang dilakukan secara intens. Keyakinan terhadap tradisi dan praktik beragama yang
demikian, menunjukan bahwa siswa SMP Gurukula memiliki sikap spiritual yang kuat. 2)
Penguatan Sikap Bhakti Perilaku siswa SMP Gurukula yang demikian juga menunjukan
sikap bhakti yang kuat.
Wiana (1993: 42) membagi tingkatan bhakti menjadi dua tingkat yaitu apara bhakti dan
para bhakti. Apara bhakti artinya bhakti yang perwujudannya masih lebih rendah, dan
umumnya dilakukan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian tinggi dan
pemahaman ilmu pengetahuan serta kebijaksanaannya belum menonjol. Dalam
tingkatan apara bhakti, orang memuja Tuhan dengan penuh pengharapan atau
permohonan-permohonan.
Sedangkan para bhakti yaitu pemujaan atau bhakti yang dilakukan umat yang tingkat
kerohaniannya lebih tinggi. Dimana dalam mewujudnyatakan bhaktinya kepada Tuhan,
tidak lagi disertai dengan permohonan apapun. Dalam Kitab Bhagawadgita XI. 54 dan
IX.26 ada disebutkan yaitu: Bhakty? tv ananyay? ?akya Aham evam-vidho 'rjuna, Jn?tum
drastum ca tattvena Pravestum ca paramtapa. (Bhagawadgita XI.54) Terjemahannya:
Tetapi, melalui bhakti yang tak tergoyahkan Aku dapat dilihat dalam realitasnya dan
juga memasukinya, wahai penakluk musuh (Arjuna) (Pudja, 2005: 305). Patram puspam
phalam toyam Yo me bhakty? prayacchati, Tad aham bhakty-upahrtam A?m?ni
prayat?tmanah. (Bhagawadgita IX.26) Terjemahannya: Siapapun yang dengan sujud
bhakti kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji
buah-buahan, seteguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang
berhati suci (Pudja, 2005: 239). Dalam realisasinya, sebagai wujud cinta kasih
dipersembahkan berbagai hal yang terbaik dimiliki manusia.
Seorang petani akan mempersembahkan hasil terbaik yang dicapai. Seorang seniman
akan berusaha mewujudkan rasa bhakti dengan mewujudkan simbol-simbol keramat
atau indah tentang Tuhan. Dengan demikian, tumbuh dan berkembang berbagai
symbol dan tindakan yang bersifat ekspresif dalam kaitannya dengan keagungan Tuhan
dan tanda pasrah manusia kepada kekuatan yang lebih tinggi.
Ajaran dalam teks Bhagavadgita tersebut pua direalisasikan oleh siswa SMP Gurukula
dengan melakukan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yakni dengan cara
persembahan, metirta yatra dan ngayah. Adapun kegiatan tirta yatra dapat dilihat pada
foto 11 berikut. Foto 11 Siswa SMP Gurukula Bangli melaksanakan Tirtha Yatra Kegiatan
tirta yatra merupakan kegiatan spiritual yang baik dalam siswa menumbuhkembangkan
sikap belajar dan spiritual. Secara tidak langsung mereka akan diajarkan untuk
mengalami dan mengenal nilai spiritual yang ada dalam setiap pura sebagai tempat
suci.
Terlebih ketika metirta yatra sembari diberikan mereka pendidikan agama Hindu
dengan Sad Dharma, yakni dharma wacana berkenaan dengan pura tersebut. Tentunya
hal tersebut akan berimplikasi pada peningkatan pengetahuan mereka tentang ajaran
agama Hindu. Dalam realisasinya, sebagai wujud cinta kasih atau bhakti kepada Ida
Snag Hyang Widhi Wasa dipersembahkan berbagai hal yang terbaik dimiliki manusia.
Seorang petani akan mempersembahkan hasil terbaik yang dicapai. Seorang seniman
akan berusaha mewujudkan rasa bhakti dengan mewujudkan simbol-simbol keramat
atau indah tentang Tuhan. Dengan demikian, tumbuh dan berkembang berbagai
symbol dan tindakan yang bersifat ekspresif dalam kaitannya dengan keagungan Tuhan
dan tanda pasrah manusia kepada kekuatan yang lebih tinggi.
Pelaksanaan yadnya yang dilandasi oleh bhakti semakin kompleks ketika hal itu
dikaitkan dengan ajaran panca yadnya, yaitu lima persembahan dan korban suci yaitu:
(1) bhuta yadnya, yakni persembahan kepada para bhuta kala, berupa roh halus yang
acapkali mengganggu manusia, berupa segehan dan caru; (2) manusa yadnya adalah
upacara penyucian yang ditujukan kepada manusia mulai lahir hingga mati; (3) rsi
yadnya adalah persembahan dan penghormatan kepada para pendeta; (4) pitra yadnya,
persembahan kepada roh leluhur dengan cara menyelenggarakan upacara pembakaran
mayat (ngaben); dan (5) dewa yadnya, yaitu persembahan saji-sajian kepada para Dewa
marga (Yudha Triguna, 2011: 40). Bagi siswa SMP Gurukula Bangli, sikap bhakti juga
diwujudkan melalui yadnya.
Yadnya sebagaimana Wiana (2008) berasal dari akar kata “yaj” yang berarti kurban suci
tulus iklas kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sebagaimana disebutkan ada lima
yadnya pokok, dan siswa SMP Gurukula sering terlibat dalam prosesi tersebut. Selain itu,
yadnya dalam konteks ini bukan saja aktivitas ritual, tetapi juga sikap hormat siswa
kepada guru, sesama dan orang lain.
Sebab sikap “hormat” kepada guru, orang tua dan orang lain merupakan cerminan dari
sikap bhakti kepada Catur Guru, yakni guru rupaka, pengajian, swadiaya dan wisesa.
Implikasi Terhadap Sikap Sosial Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting
dalam psikologi pendidikan yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun
kelompok.
Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap kaitannya dengan efek dan
perannya dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan antarkelompok serta
pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya perhadap
perubahan (Wawan dan Dewi, 2010: 19). Sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat,
keluarga merupakan lingkungan Pertama dalam mendidik seorang anak.
Dalam keluarga berlangsung pengembangan sikap sosial awal yang akan menopang
perkembangan sikap sosial selanjutnya. Kemampuan bergaul yang diperoleh di
lingkungan keluarga mendasari kemampuan bergaul yang lebih luas. Dalam hubungan
sosial tersebut anak akan memahami tentang bagaimana cara menghargai orang lain,
mengetahui cara berkomunikasi dengan orang lain, dan memahami bahwa
kebebasannya dibatasi oleh kebebasan orang lain (Sutriyanti, 2016: 343).
Lingkungan keluarga menjadi tempat berlangsungnya sosialisasi yang berfungsi dalam
pembentukan karakter atau kepribadian sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk susila, dan makhluk keagamaan. Pengalaman hidup bersama di dalam
lingkungan keluarga akan memberi andil yang besar bagi pembentukan kepribadian
anak. Apakah anak akan berkepribadian kuat dan menghargai diri pebadinya atau
menjadi anak yang berkepribadian lemah tergantung dari latar belakang
pengalamannya di lingkungan keluarga. Ringkasnya, keluarga berperan penting dalam
proses menanamkan ajaran atau pengetahuan agama dalam pembentukan karakter
(Kurniawan, 2013: 222).
Demikian sangat pentingnya peran keluarga dalam pengembangan sikap moral dan
karakter siswa. Keluarga sebagai lingkungan sosial terkecil akan memberikan pengaruh
dan imlikasi siswa terhadap sikap empati, perduli, kepekaan sosial dan mewujudkan
solidarotas sosial. Bagi SMP Gurukula penerapan metode pembelajaran Sad Dharma
berimplikasi pada terciptanya sikap sosial yang baik.
Sebab para siswa memandang bahwa orang-orang pasraman adalah keluarga mereka.
Kemudian para siswa tinggal bersama dalam ikatan keluarga pasraman. Meskipun
secara genealogis mereka datang dari latar keluarga berbeda, tetapi dengan
kebersamaan mereka diajarkan untuk saling memiliki sikap sosial yang tinggi. Sikap
sosial yang paling jelas terlihat adalah adanya tradisi sembahyang bersama,
bersih-bersih bersama, makan bersama, dan belajar bersama.
Terlebih ada beberapa kegiatan yang dapat memupuk sikap sosial dan soliditas sosial,
sehingga mereka beranggapan bahwa mereka adalah keluarga besar pasraman
sehingga dengan demikian mereka dapat menciptakan lingkungan keluarga yang
nyaman dan kondusif untuk belajar. Selain itu, guru agama Hindu dan guru lainnya
selalu menekankan pada sikap untuk saling menghargai, menghomati dan mendasarkan
sikap pada menyama braya.
Dalam ajaran agama Hindu, solidaritas sosial bagi siswa hendaknya diajarkan sejak dini.
Sebagaimana disebutkan dalam teks Chandogya Upanisad, bahwa Sweta Kettu murid
dari Udalaka diajarkan tentang mahavakya yakni “Tattwamasi” yang berarti “Engkau
adalah Dia”, artinya kita semua adalah Dia yang merujuk Tuhan. Jadi dengan demikian,
kita semua berkeluarga.
Dalam kondisi yang demikian, sikap sosial yang diajarkan guru melalui metode Sad
Dharma sudah pasti berimplikasi pada sikap siswa dalam mereka hidup dalam
keragaman dan kebersamaan. Uno (2010: 37-38) menyatakan bahwa, kawasan afektif
adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai- nilai interes, apresiasi
(penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Terdapat lima tingkatan afektif dari
yang paling sederhana hingga yang kompleks adalah sebagai berikut. 1.
Kemauan Menerima Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan
suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengarkan
musik atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda. 2. Kemauan
Menanggapi Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada
partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur,
menaati peraturan, mengukuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas di laboratorium atau
menolong orang lain. 3.
Berkeyakinan Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu
pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi
(perhargaan) terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen) untuk
melakukan kehidupan sosial. 4. Penerapan Karya Penerapan karya berkenaan dengan
penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu
sistem nilai yang lebih tinggi.
Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab,
bertanggungjawab terhadap hal yang telah dilakukan, memahami dan menerima
kelebihan dan kekurangan diri sendiri, atau menyadari peranan perencanaan dalam
memecahkan suatu permasalahan. 5. Ketekunan dan Ketelitian Ini adalah tingkatan
afeksi yang tertinggi. Pada taraf ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu
menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya.
Seperti bersikap objektif terhadap segala hal. Kelima sikap tersebut sesungguhnya
sudah diterapkan dalam siswa SMP Gurukula dalam bersikap dan membina kerukunan
dalam lingkungan pasraman. Kelima hal tersebut merupakan pencapaian yang dituju
sehingga siswa benar-benar mampu memiliki sikap kepekaan sosial.
Meskipun dalam penerapannya ada beberapa hal yang menjadi kendala yang
disebabkan oleh latar belakang siswa. Sebab siswa SMP Gurukula berasal dari latar
belakang kehidupan, keluarga dan sejenisnya yang berbeda sehingga hal tersebut
menjadi kendala tersendiri dalam upaya untuk mereka memiliki “rasa” keluargaan antar
sesama siswa dan orang lain.
Melalui interaksi tersebut, siswa akan dibiaskan untuk berperilaku dan mengikuti norma
agama dan susila Hindu. Contoh nyata yang kelihatan adalah setiap siswa bertemu
dengan sesama atau dengan yang lainnya mereka harus mengucapkan salam
panganjali, yakni Om Swastyastu. Kemudian mereka diajarkan untuk bertri kaya
parisudha, yakni berpikir yang baik, berkata yang baik dan berbuat yang baik.
Dengan demikian dalam etika akan didapati ajaran tentang perbuatan yang baik (susila),
yang di dalam ajaran agama Hindu disebut Tri Kaya Parisudha yaitu tiga perbuatan yang
harus disucikan. Sebagaimana apa yang dijelaskan oleh informan tersebut sejalan apa
yang diuraikan dalam Kitab Sarasamuccaya Sloka 77 yang bunyinya sebagai berikut.
K?yena manas? v?c?yadabhiksnam nisevyate, Tadev?paharatyeham tasm?t
kaly?nam?caret. Apan ikang kinatahwan ikang wwang, kolahanya, kangenang?nanya,
kocapanya, ya juga bwat umalap ikang wwang, j?n?k katahwan irika wih, matangnyan
ikang hayu atika ngabhyas an, ring k?ya, w?k, manah.
(Sarasamuccaya, 77) Terjemahannya: Sebab yang membuat orang dikenal, adalah
perbuatannya, pikirannya, ucapan-ucapannya, hal inilah yang sangat menarik perhatian
orang untuk mengetahui kepribadian seseorang, oleh karena itu hendaklah yang baik
itu selalu dibiasakan dalam laksana, perbuatan dan pikiran (Kajeng,dkk, 1999: 63-64).
Laksana (perbuatan), perkataan dan pikiran atau disebut Tri Kaya Parisuda adalah tiga
yang harus disucikan.
Maksudnya ketiga itu dilaksanakan dengan baik, karena pada dasarnya ketiga hal
tersebut akan dapat dijumpai bila diadakan interaksi dan komunikasi, baik dalam
lingkungan keluarga maupun dalam bermasyarakat. Memperkokoh serta mewujudkan
moral dan disiplin umat, memang agama sebagai penuntunnya, mengingat melalui
tingkah laku yang baik akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebab
disadari dengan bertingkah laku yang baik mengakibatkan nama seseorang di
masyarakat akan dihormati serta menjadi panutan setiap orang.
Memperkokoh serta mewujudkan moral dan disiplin umat, memang agama sebagai
penuntunnya, mengingat melalui tingkah laku yang baik akan memperoleh kebahagiaan
di dunia dan di akhirat. Sebab disadari dengan bertingkah laku yang baik
mengakibatkan nama seseorang di masyarakat akan dihormati serta menjadi panutan
setiap orang. Kemudian sikap sosial lainnya dapat ditemukan dalam lingkungan siswa
pada pasraman Gurukula Bangli dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Implikasi Menguatnya Sikap Gotong Royong Sebagaimana disinggung sebelumnya
bahwa siswa di pasraman Gurukula memandang bahwa semua yang tinggal di sana
adalah keluarga mereka. Terlebih dalam setiap pembelajaran mereka diajarkan melalui
metode Sad Dharma untuk merasa saling memiliki dalam kekeluargaan. Sikap yang
demikian lazim disebut dengan “Menyama Braya”. Secara emperis menyama braya
adalah sikap yang berhubungan dengan sikap sosial.
Manyama braya adalah wujud nyata dari perilaku sosial siswa yang tinggal di pasraman
Gurukula yang lebih mementingkan keutuhan kelompok. Dengan demikian manyama
braya melalui sistem gotong royong sering dipraktikan siswa sebagaimana nampak
pada foto 12 berikut. Foto 12 Kegiatan Gotong Royong Warga SMP Gurukula Bangli 2)
Implikasi Menguatnya Sikap Tanggungjawab Siswa Kementerian Pendidikan Nasional
Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum menyatakan tanggung jawab adalah
sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya) negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Tanggung jawab merupakan suatu kesadaran manusia dalam bertingkah laku untuk
melaksanakan kewajibannya. Menurut Zubaedi (2013:76) menyatakan tanggung jawab
adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Nilai tanggung jawab merupakan kemampuan seseorang individu yang menggunakan
seluruh daya untuk mengusahakan perubahan yang positif atau melaksanakan
tugas-tugas dengan seluruh integritasnya terhadap lingkungan dalam bentuk interaksi
sosial yang baik dan intensif. Sedangkan menurut Titib (2014: 100) disebutkan tanggung
jawab adalah sikap perilaku yang berani menanggung segala akibat dari perbuatan atau
tindakan yang telah dilakukannya.
Ini diwujudkan dalam perilaku yang konsekuen dan tuntas dalam melaksanakan sesuatu,
konsisten, dan diharapkan penyelesainnya dapat dilakukan sampai akhir. Perilaku ini
diwujudkan dalam hubunganya dengan diri sendiri. Dalam Regveda X.53.8 disebutkan :
Asmanvati riyate sam rabhadhvam uttisthata pra tarata sakhayah Atra jahama ye asann
asevah sivam vayam uttaremabhi vajan Terjemahannya : Wahai teman-teman, dunia
yang penuh dosa dan penug duka ini berlalu bagaikan sebuah sungai yang alirannya
dirintangi oleh batu besar (yang dimakan oleh arus air) yang berat.
Tekunlah, bangkitlah, dan seberangilah ia. Tinggalkan persahabatan dengan
orang-orang tercela dan tidak bertanggung jawab. Seberangilah sungai kehidupan
untuk pencapaian kesejahtraan dan kemakmuran (dalam Titib, 2004:100). Berdasarkan
pengertian di atas, dapat ditegaskan perilaku tanggung jawab bisa diartikan sebagai
konsekuensi yang harus diterima atau dijalankan terhadap apa yang sudah dilakukan
atau dijalani. Ada hal penting yang harus dipahami dan dijalankan oleh seorang siswa
berkenaan dengan tanggungjawabnya di sekolah.
Setiap siswa harus menanamkan rasa tanggungjawab pada diri masing-masing siswa.
Tanggungjawab siswa adalah belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang
sudah diberikan kepadanya. Artinya setiap siswa wajib dan mutlak melaksanakan
tanggungjawab tersebut tanpa terkecuali.
Menurut Jutaningrat (wawancara tanggal 17 April 2017) sebagai guru kelas menyatakan,
implikasi penerapan metode sad dharma di SMP Gurukula Bangli dapat dilihat dari siswa
memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan piket kelas maupun di luar kelas,
membuat PR, tanggungjawab mengikuti kegiatan pasraman dan upacara bendera.
Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Veronika
(wawancaratanggal22April2017)implikasipenerapanmetodesad dharma di SMP Gurukula
Bangli telah membawa dampak positif bagi siswa, hal tersebut dapat dibuktikan dengan
tanggungjawab yang dimiliki masing-masing siswa.
Tanggungjawab tersebut antara lain melaksanakan piket, melaksanakan upacara
bendera, melaksanakan kebersihan lingkungan sekolah, membuat PR dan
bertanggungjawab dalam mengikuti kegiatan pasraman yang dilaksanakan di luar
sekolah. Berdasarkan hasil dari petikan wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa siswa SMP Gurukula Bangli telah memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi
terhadap kewajibannya, diantaranya adalah tanggungjawab melaksanakan piket sekolah,
melaksanakan upacara bendera setiap hari senin, melaksanakan kebersihan lingkungan
sekolah, mengerjakan PR dan bertanggungjawab mengikuti kegiatan pasraman dengan
tepat waktu.
Rasa tanggungjawab yang dimiliki siswa Hindu di SMP Gurukula Bangli merupakan
suatu proses yang telah ditanamkan oleh guru dan Pembina pasraman secara terus-
menerus di sekolah maupun pasraman yang perlu diapresiasi dalam upaya membentuk
siswa Hindu yang berkarakter. Menurut Muslich, (2011: 180) menyatakan tanggung
jawab dengan siswa, biarkan siswa mengetahui segala sesuatu yang anda anggap
bernilai.
Biarkan siswa melihat guru bertanggungjawab, dan siswa anda akan belajar banyak dari
apa yang dilakukan dari pada apa yang di dengar. Guru harus sebagai modelnya. Berikut
foto tanggungjawab siswa terhadap piket dapur. Foto 13 Siswa Melaksanakan Tugas
Piket Dapur Berdasarkan foto di atas, dapat ditegaskan bahwa pembentukan tanggung
jawab merupakan hal yang mutlak diterapkan guru, mengingat seorang guru
merupakan model yang akan selalu ditiru oleh siswa. Untuk itu guru harus menunjukkan
tanggung jawabnya kepada siswa.
Artinya tanggungjawab merupakan indikator yang penting bahwa seorang siswa
memiliki nilai lebih. Seorang siswa yang bertanggungjawab akan menunjukkan
kecintaanya pada sekolah dengan selalu berusaha disiplin, baik dalam perkataan dan
tingkah laku. Semua itu akan tercermin dari tanggungjawab siswa terhadap tugasnya
baik dalam hal mengerjakan PR, piket kelas, piket dapur, upacara bendera,
membersihkan lingkungan, melaksanakan kegiatan pasraman dan kegiatan lain di
pasraman. Siswa yang bertanggung jawab secara umum akan memiliki peribadi sebagai
berikut. 1.
Mengerjakan setiap pekerjaan yang diberikan dengan baik 2. Dalam bekerja selalu
berusaha dengan hasil yang terbaik sebagai contoh siswa yang mengerjakan PR akan
berusaha membuat tugas dengan sebaik mungkin. 3. Bila ada hal-hal yang salah berarti
dirinya yang bersalah bukan karena orang lain atau karena keadaan.
Segala kesalahan yang terjadi dengan pikiran positif akan dipandang dengan penuh
optimisme untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Perlu dipahami sejak awal, rasa
tanggung jawab merupakan kewajiban, bukan hak. Rasa tanggungjawab menjadikan
pribadi anak menjadi lebih disiplin dalam melaksanakan segala tugas yang diembanya.
Rasa tanggung jawab yang telah dimiliki oleh siswa SMP Gurukula Bangli akan
menghasilkan komitmen, loyalitas, kesadaran dan kemauan dalam berpegang teguh dan
mematuhi etika yang berlaku. Dengan tanggung jawab yang dimiliki siswa merupakan
nilai dasar yang tidak kalah penting dengan nilai dasar lainnya. Pembentukan nilai
tanggung jawab tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran di sekolah.
Oleh karena itu belajar adalah sesuatu yang harus dialami siswa agar memiliki apresiasi
nilai tanggung jawab yang tinggi. 3) Implikasi Meningkatnya Perilaku Disiplin Siswa di
Sekolah Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan (Kemendiknas, 2010:8).
Titib (2006:63) menyatakan disiplin merupakan kesadaran akan sikap dan prilaku yang
sudah tertanam dalam diri sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam suatu
keteraturan secara berkesinambungan yang diarahkan pada suatu tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan. Disiplin merupakan kesadaran diri untuk mentaati/mematuhi
nilai, norma dan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh lingkungan sehingga tercipta
suatu ketertiban.
Tujuan pemberian disiplin adalah agar anak bisa bertingkah laku sesuai dengan yang
diharapkan oleh lingkungannya (Sobur,1991:35). Kata disiplin berasal kata serapan dari
bahasa asing, “discipline” (Inggris). “discipline” (Belanda) yang artinya belajar. Menurut
Gunarso (1995:91) disiplin adalah suatu proses dari latihan atau belajar.
Kamus Bahasa Indonesia disiplin berarti bidang ilmu yang memiliki objek, sistem, dan
metode tertentu, tata tertib di sekolah, instansi (Mulyani,2008:18). arti disiplin
dikemukakan oleh Yuwono (dalam Soedjatmiko, 1991: 6) bahwa disiplin sebagai
kesadaran untuk menaati nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Selanjutnya menurut Shochib (1997:3) tujuan disiplin adalah mengupayakan
pengembangan minat dan mengembangkan anak menjadi manusia yang baik, yang
akan menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik. Dalam Yajurveda XI.16
disebutkan : Yajnena yajnamayanta devastani dharmani prathamanyasan, te ha nakam
mahimanah sacanta yatra purve sadnyah santi devah Terjemahannya : para sarjana
melalui jnana yadnya memuja Tuhan Yang Maha Esa, mereka mendapatkan tempat yang
utama dengan dharma dan karmanya. mereka pasti dengan penuh keagungan
mencapai moksa.
melalui yogasadhana (menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa dengan
disiplin yang ketat) menikmati kebahagiaan sejati berupa moksa bebas dari duka cita.
demikian agar engkau berusaha seperti itu (dalam Titib, 2004: 64). Berdasarkan dari
pengertian dan kutipan sloka di atas tentang disiplin dapat dipertegas disiplin
merupakan kesadaran akan sikap dan prilaku untuk mentaati tata tertib, norma dan
aturan yang berlaku yang memiliki sebuah tujuan untuk mengajarkan kepada peserta
didik agar dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah, keluarga dan
lingkungannya sehingga menjadi peserta didik sekaligus warga negara yang baik.
Menurut Arsada (wawancara tanggal 17 April 2017) sebagai Kepala Sekolah menyatakan
implikasi penerapan metode sad dharma di SMP Gurukula Bangli telah mampu
menumbuhkan sikap disiplin siswa, hal tersebut terlihat dari kedatangan siswa yang
tepat waktu, cara berpakaian serta mematuhi tata tertib sekolah. Kedisiplinan sangat
diperlukan mengingat dengan disiplin tujuan dari pada sekolah yang terkait dengan visi
dan misi dapat tercapai, sekaligus dapat mewujudkan sebuah pendidikan yang baik.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Elsarya (wawancara tanggal 8 Mei 2017) yang
menyatakan implikasi penerapan metode sad dharma di SMP gurukula Bangli telah
membentuk sikap disiplin siswa secara menyeluruh. Kedisiplinan tersebut dapat dilihat
dari ketaatan siswa mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Kedisiplinan siswa merupakan kesuksesan dari sebuah proses pendidikan karakter yang
dilaksanakan.
Berdasarkan wawancara dengan informan di atas, dapat dipertegas bahwa implikasi dari
penerapan metode sad dharma di SMP gurukula Bangli telah mampu membentuk
karakter siswa untuk memiliki sikap disiplin dilingkungan sekolah yang merupakan
keharusan untuk memperoleh kesuksesan. Kehidupan pada jaman modern seperti
sekarang ini tidak sedikit siswa didik mengalami kemerosotan hampir di semua sektor
pendidikan.
Sumbernya berasal dari sikap mental dan disiplin yang kurang. Untuk itu penegakan
disiplin hendaknya dimulai dari masing-masing individu siswa sehingga pendidikan
karakter dapat berjalan dengan sukses. Tanu (2010:105) menyatakan pembangunan
bidang pendidikan yang merupakan salah satu pembangunan aspek sosial merupakan
suatu keharusan untuk membentuk karakter siswa.
Disiplin yang dimiliki siswa SMP Gurukula Bangli sangat diperlukan sehingga anak-anak
mampu: 1. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenal hak
milik orang lain. 2. Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban serta
secara langsung mengerti larangan-larangan. 3. Mengerti tingkah laku yang baik dan
yang buruk. 4.
Belajar untuk berbuat sesuatu tanpa merasa terancam dengan adanya hukuman. 5.
Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain. Untuk menilai
seseorang dikatakan disiplin tentunya dapat diperhatikan unsur-unsur tertentu seperti:
1. Peraturan. Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku oleh orang tua,
guru atau teman bermain.
Peraturan mempunyai tujuan membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui
dalam situasi tertentu. Peraturan berfungsi untuk memperkenalkan pada anak
bagaimana harus berperilaku sesuai dengan perilaku yang disetujui oleh anggota
kelompok mereka dan membantu anak mengekang perilaku yang tidak diinginkan
anggota kelompok tersebut. 2. Hukuman.
Hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman digunakan
supaya anak tidak mengulangi perbuatan yang salah dan tidak diterima oleh
lingkungannya. Dengan adanya hukuman tentunya anak dapat berpikir manakah
tindakan yang benar dan yang salah sehingga anak-anak akan menghindari perbuatan
yang menimbulkan hukuman.
3. Penghargaan. Penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang
baik, tidak perlu berbentuk materi tetapi dapat berupa pujian, senyuman atau tepukan
dipunggung. Penghargaan berfungsi supaya anak mengetahui bahwa tindakan yang
dilakukannya disetujui oleh lingkungannya.
Dengan demikian anak akan mengulangi perbuatan tersebut sehingga mereka
termotivasi untuk belajar berperilaku sesuai norma atau aturan yang berlaku. 4.
Konsistensi. Konsistensi berarti tingkat keagamaan atau stabilitas, yaitu suatu
kecenderungan menuju kesamaan. Konsistensi harus ada dalam peraturan, hukuman
dan penghargaan. Disiplin yang konsistensi akan memungkinkan individu (anak)
menghadapi perubahan kebutuhan perkembangan dalam waktu yang bersamaan dan
anak tidak akan bingung.
Penyebab dari disiplin yang tidak konsisten adalah adanya perbedaan pendapat antara
ayah dan ibu atau orang tua yang tidak diselesaikan sehingga anak menjadi tidak
mengerti mana yang harus ditaati. Anak-anak memerlukan suatu gambaran yang jelas
dengan segala batasan tentang perbuatan yang diijinkan dan yang dilarang. Penerapan
disiplin yang terkait dengan pendidikan karakter yang selalu ditekankan oleh guru
mengacu pada ajaran agama secara bersamaan dan berkesinambungan.
Kedisiplinan pada anak khususnya anak yang tempramental merupakan aspek utama
dan essensial pendidikan dalam keluarga yang diemban oleh orang tua, karena mereka
bertanggung jawab secara kodrat dalam meletakkan dasar-dasar pada anak. Upaya
orang tua sebagai pendidik sekaligus pemimpin akan tercapai bila anak telah mampu
mengontrol perilakunya sendiri dengan acuan nilai- nilai moral, tata tertib, dan
sebagainya. Kedisiplinan anak jelas akan mempengaruhi perilakunya dilingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
Kedisiplinan tersebut mencakup : 1. Kedisiplinan di rumah contohnya seperti rajin
sembahyang dan melaksanakan tugas-tugas yang ada dirumah serta menaati segala
peraturan yang ada di rumah. 2. Kedisiplinan dilingkungan sekolah peserta didik dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dan taat terhadap peraturan dan tata tertib
sekolah. 3.
Kedisiplinan dilingkungan masyarakat, bisa berupa kehati- hatian dalam menggunakan
milik orang lain dan kesopanan dalam bertamu (Tanu, 2010:58). Berdasarkan sumber di
atas, dapat dipertegas bahwa kedisiplinan memegang peranan penting dalam rangka
membentuk peserta didik untuk menjadi generasi muda yang kompetitif. Kedisiplinan
dimiliki oleh siswa SMP Gurukula Bangli telah mampu mewujudkan sekaligus membina
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk meningkatkan kualitas karakter
siswa. Dalam Yajurveda XIX.30 disebutkan : Vratena dìksam apnoti dikuaya apnoti
dakuioam, dakuioa Sraddham apnoti Sraddhaya satyam apyate.
Terjemahannya : Dengan disiplin yang teguh melaksanakan brata, seseorang
memperoleh penyucian diri (diksa), dengan penyucian diri seseorang memperoleh
kehormatan, dengan kehormatan seseorang memperoleh kemantapan iman (sradha)
(dalam Titib,1995:14) Seorang yang bijaksana senantiasa percaya diri, berdisiplin dan
tidak tergantung kepada orang lain. Dalam Regweda 1.104.3
disebutkan : …,eva tmana bharate ketadeva,… Terjemahannya : Orang yang bijaksana
senantiasa percaya diri, berdisiplin tidak tergantung kepada orang lain (dalam Titib,
2015: 14). Lebih jauh di dalam kitab yogasutra 1.29 karya maharsi Patanjali disebutkan
adanya berbagai aturan tentang disiplin untuk berhasil di dalam pelaksanaan Yoga yang
disebut yama dan niyamabrata : Yama niyamasana pranayama pratyahara dharana
dhyana samadi upav yogani.
Terjemahannya: Pengekangan diri (yama), disiplin diri (Niyama), sikap tubuh (Asana),
pengaturan nafas (Pranayama), penarikan diri pada obyek (Pratyahara), pemusatan
pikiran (Dharana), perenungan (Dhyana) dan meditasi (Samadhi) adalah delapan jenis
disiplin diri dalam Yoga (dalam Titib, 2015:15) Berdasarkan kutipan sloka di atas dapat
ditegaskan, disiplin merupakan kunci seseorang untuk memperoleh kesuksesan serta
perilaku yang teratur dalam kehidupannya.
Kedisiplinan siswa SMP Gurukula Bangli turut mengantarkan kesuksesan tujuan
pendidikan itu sendiri yaitu agar peserta didik dapat tumbuh menjadi manusia yang
cerdas, trampil, dan memiliki sikap keberagamaan serta peka terhadap perubahan
perilaku yang terjadi di masyarakat. Tanu (2008:27) menyatakan proses pendidikan yang
diikuti oleh peserta didik pada dasarnya bertujuan meningkatkan karakter sesuai
dengan ajaran agama agar peserta didik memiliki kecerdasan, keterampilan, berbakat,
dan memiliki pengetahuan agama yang utuh.
4) Implikasi Sikap Peduli Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian
dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010: 9) Peduli lingkungan adalah sikap dan
tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya,
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi. Melalui pendidikan di sekolah karakter peduli terhadap lingkungan harus
dibudayakan sejak dini dan harus terus dilaksanakan secara berkala, membentuk siswa
untuk memiliki kebiasaan dan akhirnya tumbuh menjadi karakter.
Karakter peduli lingkungan merupakan sikap yang diwujudkan dalam kesediaan diri
untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas
lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan. Sehingga pola
hidup bersih dan sehat juga akan terbiasa dan secara perlahan akan membudaya pada
diri siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sumerta (wawancara tanggal 15 Mei
2017) menyatakan implikasi penerapan metode sad dharma yang telah diterapkan oleh
guru kepada siswa, menjadikan siswa memiliki sikap peduli terhadap lingkungan
sekolah.
Sikap tersebut ditunjukkan siswa dengan cara menjaga kebersihan sekolah, merawat
kebun sekolah serta siswa rajin menyiram tanaman. Pendapat yang sama juga
disampaikan oleh veronika (wawancara tanggal 22 April 2017) yang menyatakan sikap
peduli lingkungan yang telah ditunjukkan siswa di SMP Gurukula Bangli telah
mewujudkan hubungan manusia dengan lingkungan dengan jalan siswa selalu menjaga
kebersihan sekolah baik dalam kelas dan diluar kelas.
Sikap siswa terhadap lingkungan dapat dilihat dari siswa yang rajin menyapu halaman
sekolah, membersihkan kebun sekolah, menyiram tanaman dan membuang sampah
pada tempatnya. Berkat sikap mandiri siswa tersebut SMP Gurukula Bangli menjadi
bersih dan hijau. Siswa sangat menjaga sekali keasrian sekolah serta menjaga
kebersihannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, dapat ditegaskan
implikasi pendidikan karakter terhadap siswa di SMP Gurukula Bangli telah membentuk
siswa memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sekolah, sikap tersebut jelas terlihat
dari kerajinan siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan cara
menyapu, menyiram serta membuang sampah pada tempatnya. Kepedulian siswa
terhadap kelas dan lingkungan sekolah harus terus dimotivasi.
Guru memiliki peran yang penting dalam menanamkan dan membentuk karakter peduli
lingkungan di lingkungan sekolah. Guru harus dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman terhadap siswa tentang masalah- masalah lingkungan. sehingga siswa lebih
peka terhadap permasalahan yang terjadi, memiliki karakter yang cinta terhadap
lingkungan, menjungjung tinggi etika dalam berperilaku atau bertindak yang tidak
merugikan lingkungan mengingat manusia adalah makhluk yang sempurna ciptaan
Tuhan dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kegiatan siswa SMP Gurukula Bangli yang selalu menjaga lingkungan merupakan
sebuah hubungan timbal balik karena manusia tidak akan bisa lepas ketergantungannya
dari alam lingkungan sekitarnya. Lingkungan merupakan tempat bagi manusia untuk
memperoleh kehidupan, dari lingkungan manusia dapat hidup dan berkembang biak di
dalamnya. Berikut contoh foto sikap siswa peduli terhadap lingkungan sekolah.
Sebagaimana kegiatan perduli dalam lingkungan dapat dilihat pada foto 14 berikut.
Foto 14 Siswa Membersihkan Lingkungan Sekolah Berdasarkan foto di atas, dapat
ditegaskan bahwa implikasi penerapan metode sad dharma telah memiliki sikap peduli
terhadap lingkungan sekolah dengan cara menjaga kebersihan. Dalam pengembangan
pendidikan karakter peduli lingkungan sekolah. Perilaku siswa di atas tidak terlepas dari
peran guru yang memiliki posisi strategis sebagai pelaku utama, karena guru
merupakan sosok yang dapat digugu dan di tiru atau menjadi idola bagi siswa. Guru
bisa menjadi teladan, sumber inspirasi dan motivasi bagi peserta didik.
Dengan demikian tanggung jawab guru sangat besar dalam menghasilkan generasi
yang berkarakter. Anak yang telah memiliki sikap peduli terhadap lingkungan yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, akan membut siswa tumbuh menjadi
generasi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan yang cerah.
Karena seorang siswa akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam
tantangan untuk berhasil secara akademis. Untuk terus membina siswa agar selalu
memiliki sikap peduli terhadap lingkungan, guru juga harus menggunakan model
pembelajaran yang memungkinkan terbudayanya karekter peduli lingkungan.
Menciptakan hubungan yang baik dengan lingkungan sekolah merupakan sumber
kebahagiaan keluarga besar SMP Gurukula Bangli karena telah dapat mewujudkan
lingkungan sekolah yang bersih, hijau dan lestari. Lingkungan sekolah yang bersih dan
hijau akan memberikan kesegaran bagi warga sekolah untuk tetap nyaman dalam
bertugas. Susana belajar akan tambah menyenangkan.
Kecintaan siswa dengan lingkungan sekolah dengan menjaga kebersihan dan
keasriannya akan menumbuhkan rasa kesejukan bagi diri siswa dan guru. Guru dan
siswa akan dapat mengembangkan suasana belajar yang nyaman. Dalam Atharvaveda
XII.1.1 dan Atharvaveda II. 10.1 disebutkan : Satyam brhad rtam ugra diksa Tapo brahma
yadnyaa prthivim dharayanti, Sa no bhutasya bhavyasya patni Urum lokam prthivi nah
krnotu (XII.I.I) sive te dyava prthivi ubhe stam (II.10.1) Terjemahannya : Kebenaran yang
agung, hukum alam yang tidak dapat diubah, penyucian diri, pengendalian diri,
pengetahuan dan pengorbanan yang menyangga bumi.
Bumi senantiasa melindungi kita. Bumi menyediakan ruangan yang luas (dalam Titib,
2007 :153). Semoga langit dan bumi, memberikan kamu keharmonisan dan
kesejahteraan (dalam Titib, 2007:154). Petikan sloka di atas, memberikan sebuah
pembelajaran bahwa keharmonisan harus ditujukan kepada lingkungan sekitar.
Lingkungan atau alam telah memberikan manusia kehidupan, untuk itu sangat penting
bagi manusia menjaga alam lingkungan dengan baik. Bila lingkungan sekolah terjaga
dengan baik, maka akan memberikan berkah yang sangat besar bagi kehidupan
manusia, namun begitu juga sebaliknya bila lingkungan tidak dijaga dengan baik, maka
akan mengakibatkan bencana bagi manusia.
Keharmonisan siswa Hindu SMP Gurukula Bnangli dengan lingkungan sekolah,
merupakan wujud nyata dalam menjaga keseimbangan antara unsur bhuna alit dan
bhuana agung. 5) Implikasi Sikap Peduli Sosial Peduli sosial merupakan sikap dan
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan. Kepedulian sosial adalah suatu nilai penting yang harus dimiliki
seseorang karena terkait dengan nilai kejujuran, kasih sayang, kerendahan hari,
keramahan, kebaikan dan lain sebagainya. Secara perlahan anak akan mengerti tentang
pentingnya sikap peduli terhadap sesama sejak usia dini.
Menurut Narwanti (2011:30) menyatakan peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang
selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Kepedulian sosial adalah suatu nilai yang sangat penting yang harus dimiliki seseorang
karena terkait dengan nilai kejujuran, kasih sayang, kerendahan hati, kemarahan,
kebaikan dan lain sebagainya.
Bila sesama manusia dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan Sang Hyang
Widhi dengan dengan mengamalkan ajaran-Nya, sesungguhnya akan menciptakan
kasih sayang kepada sesama manusia. Implikasi pendidikan karakter terhadap Siswa
SMP Gurukula Bangli berdasarkan hasil wawancara dengan Karnawi (wawancara tanggal
13 Mei 2017) sebagai Pegawai administrasi menyatakan siswa SMP Gurukula Bangli
memiliki sikap peduli sosial yang tinggi.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Juta Ningrat (wawancara tanggal 25 April
2017) menyatakan kepedulian sosial yang dimiliki oleh siswa SMP Gurukula Bangli
sangat tinggi. Kepedulian tersebut dibuktikan ketika ada siswa yang sakit. Sedangkan
sikap peduli sosial di dalam kelas adalah bila ada salah satu siswa lupa membawa pensil,
teman yang lain langsung memberikan pinjaman dan pada saat diskusi kelas siswa yang
pandai membantu temannya yang kurang paham tentang materi pelajaran yang
diberikan guru.
Dilingkungan sekolah halaman sekolah anak secara bergotong royong saling membantu
mewujudkan sekolah yang bersih. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di
atas, dapat disimpulkan implikasi penerapan metode sad dharma di SMP Gurukula
Bangli telah terlaksana dengan sangat baik, kepedulian sosial siswa Hindu di tunjukkan
lewat perilaku siswa menengok kalau ada teman yang sakit, berdana punia ketika terjadi
bencana alam yang menimpa umat Hindu dan perilaku di kelas yaitu memberikan
pinjaman pensil ketika ada salah soeorang siswa lupa membawa alat pelajaran.
Siswa yang pintar membantu siswa yang lemah saat diskusi di kelas. Bergotong royong
secara bersama-sama membersihkan kebersihan sekolah. Kegiatan tersebut di atas
merupakan bentuk kepedulian social. Siswa telah mampu mengembangkan sikap dan
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada sesama. Karakter peduli sosial ini
dibutuhkan siswa sebagai bekal untuk hidup di lingkungan sosialnya.
Peduli sosial yang dimiliki oleh siswa Hindu di SMP Gurukula Bangli telah mampu
membentuk generasi yang tangguh, berakhlak mulia, toleran, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan yang semuanya
dijiwai oleh ajaran agama Hindu. Siswa yang memiliki sikap peduli sosial di sekolah
dengan temannya dapat menciptakan keharmonisan dan saling menyayangi antar
warga Sekolah Dasar No.
Dalam Regveda X.191.4 disebutkan : Samani va akutih samana hrdayani vah, samanam
astu vo manoyatha vaa susahasati Terjemahannya : Wahai umat manusia. Semogalah
kamu maju dengan niat- niat yang sama. Semoga hati dan pikiranmu satu sama lainnya,
sehingga kamu bisa mengaturnya secara bersama (dalam Titib, 2007: 150). Kutipan sloka
di atas mengamanatkan untuk menjaga hubungan yang harmonis antara manusia
dengan manusia demi terciptanya kerukunan hidup.
Sloka tersebut mengajarkan kepada manusia dalam hal ini siswa SMP Gurukula Bangli
untuk selalu meningkatkan sikap peduli sosial antar siswa sehingga terwujud sikap
saling menyayangi, tolong menolong dan bergotong royong. Dengan perilaku mulia di
atas maka akan terwujud siswa yang berkarakter mulia. Dalam Atharvaveda III. 30.1 dan
4 disebutkan: Sahadayay say manasyam avidveuay kaoomi vaa, anyo anyam abhi
haryata vatûay jatam ivaghnya.
Terjemahannya : Wahai umat manusia, Aku memberimu sifat ketulus ikhlasan,
mentalitas yang sama dan persahabatan tanpa kebencian. Seperti halnya induk sapi
mencintai anaknya yang baru lahir, begitulah seharusnya kamu mencintai sesamamu
(dalam Titib, 2007:152). Berdasarkan petikan sloka di atas betapa penting membina
sikap peduli sosial terhadap sesama karena dengan memiliki kepedulian sosial yang
tinggi akan dapat mewujudkan kebahagiaan. Begitu juga kepedulian yang telah
terlaksana dengan baik di SMP Gurukula Bangli adalah cerminan nilai luhur dari ajaran
agama Hindu.
Implikasi Terhadap Kognitif /Pengetahuan Penerapan metode Sad Dharma tidak saja
berimplikasi pada sikap spiritual dan sosial, tetapi juga berimplikasi terhadap aspek
kognitif. Terutama peningkatan dalam ranah karakter pada aspek kognisi. Siswa tidak
saja merealisasikan karakter dalam perilaku, tetapi juga dalam aspek kognisi dalam arti
“pengetahuan karakter”.
Peningkatan terjadi secara signifikan, dan peningkatan yang dimaksud adalah
perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga pasraman Gurukula dapat
dikatakan betul- betul menjadi agent of change (sekolah sebagai agen perubahan).
Sebagaimana uraian Jutaningrat (wawwancara: 17 April 2017) menyebutkan: “Siswa yang
sudah belajar di Pasraman remaja mengalami peningkatan terhadap kualitas karakter di
bidang pengetahuan, ini dapat terlihat jelas dari kemampuan siswa sudah mampu
berbuat sesuai dengan ajaran agama yang diajarkan”.
Siswa yang berada dalam pasraman, sejak dini sudah dilatih melakukan pembiasaan,
inilah keungulan dari pasraman Gurukula, karena siswa diberikan motivasi untuk
melakukan aktivitas yang positif terutama dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa
SMP Gurukula di pasraman pengetahuannya terarahtidakterkontaminasi oleh pengaruh
buruk. Dalam implikasi pengetahuan siswanya lebih kepada siswanya berkonsentrasi
untuk belajar, karena salah satu tujuan dasar diterapkannya metode Sad Dharma pada
pembelajaran agama Hindu dan budi pekerti adalah untuk memberikan rasa
kenyamanan dalam bentuk rasa yang damai yang mampu memberikan konsentrasi
kepada siswa.
siswa yang tergabung dalam pasraman Gurukula dibekali ilmu-ilmu agama dan
bimbingan langsung dari pihak guru agama Hindu sehingga secara otomatis ilmu yang
didapatkan sangat beragam dan ini yang membedakan pola pendidikan pasraman
dengan sekolah formal. Dengan adanya pengembangan nilai-nilai agama secara
otomatis spiritual remaja akan tumbuh sehingga remaja mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya sendiri. Salah satu tujuan dari adanya
pendidikan agama adalah semakin mengasah kecerdasan spiritual siswa.
Kecerdasan spiritual itu sangat penting karena berhubungan dengan pendidikan
karakter yakni menjadi manusia yang beriman dan taat pada norma-norma moral dalam
kehidupan. Kecerdasan spiritual juga merupakan landasan yang dipergunakan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan
tertinggi manusia. Kecerdasan spiritual bercirikan sejumlah karakter yakni berani, besar
hati, keimanan, tindakan memperbaiki, kecerdikan dalam menghadapi bahaya dan
bersifat rohaniah (Zubaedi, 2011:53). Dalam pandangan Agama Hindu, kecerdasan
spiritual menyangkut tiga Kerangka Dasar Agama Hindu yakni aspek Tattwa, Susila,
Acara Agama.
Ketiga hal ini menjadi pijakan dalam pengembangan mental spiritual siswa.
Sebagaimana dikatakan Sura (2004:45) bahwa pendidikan agama semestinya mampu
menyentuh rasa agama dari peserta didik. Oleh sebab itu, pendidikan Agama Hindu
yang diharapkan adalah pendidikan agama yang menyentuh tiga aspek dari
pengetahuan manusia, yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
Ketiga aspek ini dapat dipandang sebagai kesatuan pendidikan Hindu yang meliputi
aspek Tattwa, Susila dan Acara Agama. Ketiga hal ini dapat dijadikan sebagai ranah
Pendidikan Hindu (Sukarma, 2005:39). Tattwa adalah pengetahuan atau ajaran tentang
kebenaran. Susila adalah aspek pembentukan sikap keagamaan yang menuju pada sikap
dan perilaku yang baik, sehingga anak didik memiliki kebajikan dan kebijaksanaan
sedangkan aspek acara adalah ketrampilan terhadap tata cara pelaksanaan ajaran
agama yaitu tradisi upacara dalam pelaksanaan ajaran Agama.
Seperti tampak pada Foto 15 Siswa mampu mempraktekkan dengan baik Tata Cara
Persembahyangan pada saat pembelajaran Praktek Persembahyangan di Pasraman.
Foto 15 Siswa mempraktekkan dengan baik Tata Cara Persembahyangan Yang paling
menarik semenjak diberlakukan pendidikan karakter dalam kecerdasan spiritual, siswa
memiliki kebiasaan melakukan Tri Sandya dan persembahyangan sebelum pelajaran
dimulai tanpa komando dari Tutor, artinya mereka sudah memahami pentingnya aspek
spiritual untuk menata dan mengontrol kehidupan dari naluri-naluri badaniah.
Dari pernyataan tersebut diatas, mengisyaratkan bahwa selain dari segi afektif dan
tingkah laku, pelaksanaan pendidikan karakter bisa dikatakan berhasil apabila ada
peningkatan kemampuan kognitif siswa tentang materi pembelajaran yang diberikan di
pasraman Gurukula terutama pelajaran Agama yang berhubungan dengan cita-cita
pendidikan karakter.
Implikasi Terhadap Psikomotorik/Keterampilan Selain implikasi tersebut di atas,
penerapan metode Sad Dharma juga berimplikasi pada aspek psikomotorik siswa SMP
Gurukula Bangli. Geldard (2011: 265) menyebutkan, saat melatih sang anak
mengembangkan keterampilan sosial ada tiga komponen untuk melatih keterampilan
sosial yang mendasar agar efektif dan menguntungkan: 1. Seseorang perlu membantu
sang anak untuk mendapat ide-ide yang jelas mengenai apa yang membentuk perilaku
adaptif secara sosial. 2.
Seseorang perlu membantu sang anak untuk menemukan cara menggunakan
keterampilan sosial yang tepat. 3. Seseorang perlu membantu sang anak untuk
menggeneralisasi keterampilan-keterampilan belajar, sehingga dapat dipraktikkan
dalam berbagai situasi sosial di lingkungan anak sendiri. Selain itu, ada tiga wilayah
yang perlu dibahas saat melatih sang anak mengembangkan keterampilan sosial: 1.
Anak-ank perlu dapat mengenali perasaan-perasaannya sendiri dan orang lain saat
mereka berelasi secara adaptif. 2. Anak-anak perlu dapat berelasi secara efektif dalam
cara yang menguatkan kebutuhannya sendiri dan menghargai kebutuhan-kebutuhan
orang lain. 3. Anak-anak juga perlu mengatur perilakunya sendiri secara efektif sehingga
dapat diterima secara sosial.
Bisa dibayangkan, betapa sulit untuk memperbaiki keterampilan sosial dalam
menangani anak-anak secara individual karena keterampilan-keterampilan sosial
memerlukan penggunaan perilaku-perilaku interaksional. Akan tetapi, program-program
yang bersifat kelompok akan berguna dalam membantu sang anak memperbaiki
ketrampilan-ketrampilan sosialnya.
Sering anak- anak yang mempunyai kesulitan berkenaan dengan keterampilan sosialnya
bisa terlihat dari beberapa problem berikut ini, seperti dilukiskan oleh Gajewski dan
Mayo (dalam Geldard, 2011: 277) sebagai berikut. 1. Kekurangterampilan, yang
menandakan bahwa sang anak tidak memperoleh keterampilan sosial yang diperlukan.
Contoh, seorang anak tidak dapat menerima dengan baik suatu pujian karena dia tidak
pernah diajari mengatakan 'terima kasih'. 2.
Kekurangan penampilan, sang anak mempunyai keterampilan, tetapi tidak mampu
menampilkannya karena kecemasan, motivasi yang rendah, atau perasaan- perasaan
tidak mampu. 3. Kekurangan pengendalian diri, sang anak kekurangan perilaku yang
memadai untuk mengendalikan dorongan hati, perilaku sosial yang mengganggu atau
agresif. Dalam kasus ini, kurangnya pengendalian diri sang anak mengganggu kinerja
kemampuan-kemampuan yang sudah dipelajari.
Peningkatan kualitas karakter terhadap psikomotor siswa dalam proses pembelajaran
dapat dilihat dari ketrampilan siswa, mereka terampil dalam memelihara lingkungan,
terampil dalam seni budaya hingga olahraga. Didalam kegiatan Pasraman siswa dididik
untuk bisa mandiri. Seperti tampak pada Foto 16 Remaja Putri sudah mampu membuat
hingga merangkai Banten Sorohan Tumpeng Lima yang diajarkan Tutor sebagai Materi
Ketrampilan Putri di pasaman Gurukula Bangli, seperti berikut.
Foto 16 Siswa Putri Sudah Mampu Membuat dan Merangkai Banten Sorohan Tumpeng
Lima Ketrampilan yang diberikan guru pada siswa SMP Gurukula sudah dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari oleh siswa, seperti dalam hal ketrampilan
mejejahitan bagi siswa putri di pasraman. Setidaknya dengan penguasaan ketrampilan
mejejahitan seperti pembuatan canang atau Daksina bisa membantu pasraman ketika
ada piodalan dan hari-hari suci.
Selain itu siswa yang menjadi sangat dibanggakan karena mereka sedikit tidaknya sudah
mampu menunjukkan sikap perilaku yang baik dan memiliki ketrampilan sehingga dapat
menguatkan sradha dan bakti bagi siswa. Siswa putra dan putri SMP Gurukula Bangli
dapat mengerjakan sejumlah sarana upakara dari yang paling sederhana sampai yang
agak sulit.
Siswa putri sudah dapat mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat
upakara, kemudian merangkai menjadi bentuk sarana upakara. Seperti mampu
membuat: 1. Canang, mengolah bahan-bahan dan merangkai menjadi beberapa jenis
canang. 2. Membuat Daksina, dimana remaja putri sudah cekatan mengolah bahan-
bahan menjadi sarana pelengkapnya seperti slepan dibentuk menjadi bedogan, janur
dibentuk menjadi srembeng daksina, tampak dan kojong.
Selanjutnya bahan yang lain seperti: beras, kelapa, benang, tingkih, telor, pangi, plawa,
peselan, bija ratus, pisang, uang kepeng dan base tampel dirangkai demikian rupa
menjadi bentuk Daksina. Dengan memiliki ketrampilan membuat sarana upakara, remaja
putri mampu membantu orang tua untuk mengerjakan sarana upakara. Sementara itu,
siswa putra dilatih maulat-ulatan dan sudah mampu mengerjakan sejumlah sarana
upakara seperti: membuat klakat, dimana sepotong bambu dibilah-bilah dengan blakas
kemudian diraut dengan temutik selanjutnya dirangkai menjadi klakalt yang disebut
klakat banten, membuat klakat sudamala, dimana bahannya sama dengan klakat banten
namun ulatannya yang berbeda.
Merangkai Sanggah Cucuk dan Sanggah Ardhacandra, dimana klakat yang dibentuk
sedemikian rupa dirangkai dengan sebatang bambu, ngulat klangsah sebagai dasar
membuat sengkui wong-wongan, klangsah dangap-dangap dan klabang mantra.
Dimana satu pelepah daun kelapa (slepan), dijalin sedemikian rupa menjadi
bentuk-bentuk yang diinginkan. Seperti tampak pada Foto 17 Siswa Putra menunjukkan
kreativitasnya dalam membuat jenis upakara maulat-ulatan.
Foto 17 Remaja Putra membuat Ketrampilan maulat-ulatan dengan menunjukkan
kreativitasnya masing-masing Ada ketertarikan bagi siswa untuk mengulangi dan
mengulangi apa yang telah didapat di pasraman Gurukula Bangli. Menurut Kurt Lewin
(dalam Jawi, 2009), bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam ruang kehidupan
seseorang tersimpan dalam alam kesadaran atau lapangan psikologik orang tersebut
dan dari waktu ke waktu lapangan psikologik dapat mempunyai daya tarik yang kuat
atau daya tolak yang terkadang kuat, terkadang lemah, atau terkadang biasa saja.
Jika sesuatu hal kemampuan pisik seseorang mempunyai daya tarik yang kuat dan
orang itu dipertemukan dengan hal yang berhubungan dengan kemampuan pisiknya,
maka ia terdorong untuk melakukan sesuatu. Demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini
lapangan psikologik disebut lokomosi. Berdasarkan teori itu sejumlah siswa yang telah
memiliki kemampuan fisik untuk mengerjakan sesuatu (sarana upakara), maka pada
hari-hari tertentu, misalnya waktu piodalan ia diajak ngayah, maka ia termotivasi untuk
terus mempelajari dan mempraktekkan kemampuannya.
Dengan demikian penerapan metode Sad Dharma berimplikasi terhadap siswa, dimana
siswa yang memiliki sejumlah ketrampilan mengerjakan sarana upakara dan
membangun kreativitas remaja dalam kegiatan membuat sarana upacara keagamaan,
dan mengamalkannya. Simpulan BAB VI PENUTUP Berdasarkanatasuraiantersebutdiatas,
dapatdiformulasikan beberapa simpulan yang meliputi beberapa hal sebagai berikut. 1.
Penerapan metode Sad Dharma pada pembelajaran agama Hindu dan budi pekerti
siswa SMP Gurukula Bangli meliputi beberapa hal, yakni: (1) Dharma Wacana
pelaksanaan mengajar dengan ceramah secara oral, lisan, dan tulisan diperkuat dengan
menggunakan media visual. (2) Dharma Tula adalah pelaksanaan mengajar dengan cara
mengadakan diskusi di dalam kelas.
(3) Dharma Shanti adalah pelaksanaan pembelajaran untuk menanamkan sikap cinta
kasih. (4) Dharma Gita adalah pelaksanaan mengajar dengan pola melantunkan sloka,
palawakya, dan tembang. (5) Dharma Sadhana adalah pelaksanaan pembelajaran untuk
menumbuhkan kepekaan sosial peserta didik.
(6) Dharma Yatra adalah pelaksanaan pembelajaran dengan cara mengunjungi
tempat-tempat suci. (7) RPP SMP Gurukula Bangli sebagai alat pembelajaran. 2.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode pembelajaran Sad Dharma
pada pembelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti SMP Gurukula Bangli,
yakni: (1) Kendala internal yang disebutkan oleh faktor fisiologi, psikologi dan kelelahan
peserta didik.
(2) Kendala eksternal yang disebabkan oleh faktor SDM guru, sarana- prasarana, dan
kurikulum. 3. Implikasi dalam penerapan metode pembelajaran Sad Dharma pada
pembelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti SMP Gurukula Bangli, yakni: (1)
Implikasi terhadap sikap spiritual yang meliputi sikap sraddha dan bhakti yang semakin
menguat. (2) Implikasi terhadap sikap sosial di mana siswa memiliki sikap soliditas sosial.
(3) Implikasi menguatnya sikap gotong royong yang dilakukan siswa secara rutin melalui
ngayah. (4) Menguatnya sikap tangunng jawab siswa terhadap tugas dan kewajibannya
sebagai peserta didik. (5) Mneingkatnya sikap disiplin siswa dalam mengikuti
pembelajaran dan perilaku sehari- hari. (6) Implikasi terhadap sikap yang perduli
terhadap lingkungan.
(7) Memiliki sikap perduli sosial. (8) Implikasi meningkatnya pengetahuan kognisi siswa
dalam hal pendidikan karakter. (9) Implikasi terhadap aspek psikomotorik siswa, yakni
dapat membuat sarana upakara. Saran-Saran Pengkajian berbasis pendidikan sangat
penting dilakukan. Terlebih kajian pendidikan agama berbasis ajaran dalam agama
Hindu.
Padahal dalam ajaran agama Hindu terdapat berbagai hal yang relevan dijadikan sebuah
metode dalam pembelajaran, baik agama dan modern. Berkenaan dengan hal tersebut,
peneliti berupaya memberikan saran, yaitu: 1. Kalangan akademisi hendaknya berupaya
melakukan kajian serupa agar menemukan konsep yang jelas terhadap sistem
pendidikan agama berbasis Hindu. 2.
Komponen dan berbagai usnur di pasraman Gurukula Bangli hendaknya berupaya
meningkatkan SDM Guru agama Hindu, sarana pembelajaran dan yang sejenisnya agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. 3. Pemerintah hendaknya memberikan dana
penunjang pembelajaran agar pasraman Gurukula dapat menajdi studi center
pendidikan berbasis agama Hindu. 4.
Masyarakat agar berkontribusi terhadap pelembagaan pasraman Gurukula menjadi
lembaga formal yang berbasis agama Hindu. DAFTAR PUSTAKA Adnyana I Gede Agus
Budi.2011. Pala Sloka Pala Sruti Berkah Membaca Sloka Veda. Denpasar: Pustaka Bali
Post. Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta. Dantes, I Nyoman.2008.
Pembelajaran Teknohumanistik (Jurnal Ilmiah UNDIKSA). Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi
Aksara. Hasbullah. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Hill.F Winfred. 2011.
Theories Of Learning. Bandung : Nusa Media. Igbal, Hasan. 2002. Metodologi Penelitian
dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Irwanto dan Suryana. 2016. Kompetensi
Pedagogik Untuk Peningkatan dan Penilaian Kinerja Guru dalam Rangka Implementasi
Kurikulum Nasional. Sidoarjo: Genta Group Production. Jalludin.H.2011. Psikologi
Agama. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Jumsai, Art-Ong. 2008. Human Values Integrated
Instruksional Model. Jakarta: Sai Books Trust. Kajeng, I Nyoman. Sarasamusccaya.
Surabaya: Paramita. Maswinara, I Wayan. 1999. Bhagavadgita. Surabaya: Paramita.
………..,2009. Filsafat Hindu Sarva Darsana Samgraha. Surabaya: Paramita. Moleong, Lexy.
J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Rosdakarya. Nasution, S.
2002. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, Hadari. 1993.
Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Gadjah Mada University Press. Peraturan
Menteri Agama Nomor 56 Tahun 2014.
Tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan Hindu. Permendikbud Nomor 58 Tahun
2014. Tentang Kurikulum SMP 2013. Radhakrisnan, Sarvepali. 2008. Upanisad-Upanisad
Utama. Surabaya : Paramita. Rusman. 2011. Model-Meodel Pembelajaran, Jakarta : PT
Rajindo Persada. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2011. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada. Setyosari, H. Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Kencana. Sivananda Swami.2003. Intisari Ajaran Agama Hindu. Surabaya:
Paramita. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta. ……….,2009. Memahami Penelitian Kualitati Dilengkapi contoh
proposal dan laporan penelitianf. Bandung: CV. Alfabeta. ………,2011.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. ………,2014.
Landasan Pendidikan Tinjauan dari Dimensi Makropedagogis. Singaraja. Sukardjo dan
Komarudin. 2013. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Suprayoga dan Tabroni. 2003. Metodologi Penelitian SosialAgama. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Surada, I Made.2007. Kamus Bahasa Sanskerta. Surabaya: Paramita. Tanu, I
Ketut. 2011. Pendidikan dalam Era Globalisasi.
Denpasar: Pustaka Larasan. Tim Pustaka Phoenix. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Revisi. Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix. Titib, I Made. 2003. Teologi
Simbol-Simbol Hindu. Surabaya: Paramita. …………, 2008, Itihasa (Viracarita) Ramayana
Dan Mahabharata, Kajian Kritis Sumber Ajaran Hindu, Surabaya : Paramita.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2010. Yogyakarta: Bening. Watra, I Wayan. 2008.
Pengantar Filsafat Pendidikan Agama Hindu. Denpasar: UNHI Denpasar Program
Pascasarjana. Wirawan, Ida Bagus Ketut.2007. Beragam Metode Siar Hindu Teori dan
Teknik serta Aplikasi. Surabaya: Paramita. Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian
Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - https://ndhamndham.blogspot.com/2012/09/laporan-pkl-tsm.html
<1% -
https://metodepembelajaran10.blogspot.com/2017/01/pengertian-komponen-kompon
en.html
<1% -
https://dosenit.com/jaringan-komputer/internet/peran-internet-terhadap-prestasi-belaj
ar-siswa
<1% -
https://andarasuharman.blogspot.com/2013/11/skripsi-pengaruh-penerapan-sistem.ht
ml
<1% - https://diptaprana.wordpress.com/mantra-belajar-memantra/
<1% -
https://www.scribd.com/document/318975848/Kelas-11-SMA-Pendidikan-Agama-Hind
u-dan-Budi-Pekerti-Siswa-pdf
<1% -
https://www.slideshare.net/FarahYudian/buku-bse-kelas-07-smp-pendidikan-agama-hin
du-dan-budi-pekerti-guru-2017
<1% -
https://id.123dok.com/document/q7w28grz-kelas-10-sma-pendidikan-agama-hindu-da
n-budi-pekerti-siswa.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/q75r56oz-administrasi-dan-pelayanan-publik-antara.h
tml
<1% - http://www.chemistri.xyz/2017/11/undang-undang-pendidikan-no-20-tahun.html
<1% -
https://neychaarchgundar.blogspot.com/2011/05/tujuan-pendidikan-nasional-dasar-fun
gsi.html
<1% -
https://neyshaafahza.blogspot.com/2015/09/pendidikan-dan-faktor-faktor-pendidikan.h
tml
<1% -
https://fkippgsd.wordpress.com/2012/06/11/analisis-pembelajaran-pkn-sd-berdasarkan
-ktsp/
<1% - https://paimansa.blogspot.com/2013/11/
<1% -
https://potretpendudukindonesia.blogspot.com/2013/07/potret-pendidikan-di-indonesi
a_7879.html
<1% -
https://jinglejel.blogspot.com/2016/09/peran-fungsi-kedudukan-kurikulum-dalam.html
<1% - https://bolokng.blogspot.com/p/pendidikan.html
<1% -
http://kompetensi.info/coretan-opini-civitas/permasalahan-pengembangan-kurikulum-
di-sekolah.html
<1% - https://pakdosen.co.id/strategi-pembelajaran/
<1% - https://msyafriadi.wordpress.com/2017/03/15/permasalahan-smk-solusinya/
<1% -
https://mazguru.wordpress.com/2009/03/30/pentingnya-supervisi-pendidikan-sebagai-
upaya-peningkatan-profesionalisme-guru/
<1% -
https://bsnp-indonesia.org/wp-content/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_N
omor022_Lampiran.pdf
<1% -
https://pt.scribd.com/document/320594537/Kelas-10-SMA-Pendidikan-Agama-Hindu-D
an-Budi-Pekerti-Guru
<1% - http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/IJHSRS/article/view/650
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/321220907_Kemampuan_guru_fisika_dalam_
menerapkan_model-model_pembelajaran_pada_Kurikulum_2013_serta_kendala-kendala
_yang_dihadapi
<1% - http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/pma_68_15.pdf
1% -
https://chaniaization.blogspot.com/2011/05/sad-dharma-sebagai-metode-pembinaan.h
tml
<1% - https://rasmisancaya.blogspot.com/2010/
<1% -
https://adhityanawindusiwi.blogspot.com/2013/07/penyuluhan-agama-hindu-oleh-adhi
tyana.html
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/4yr226goz-pengertian-dharmayatra-empat-temp
at-dharmayatra.html
<1% -
https://hindualukta.blogspot.com/2015/09/mengenal-ajaran-sanata-dharma-hindu.html
<1% - https://asrambundaram.blogspot.com/2010/04/pengertian-tirta-yatra.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/q5m78m7y-buku-guru-kelas-4-sd-agama-hindu-dan-
budi-pekerti-backup-data-www-dadangjsn-blogspot-com.html
<1% -
https://poorwords.blogspot.com/2010/01/moksa-kaitannya-dengan-catur-marga-yoga.
html
<1% -
https://id.123dok.com/document/q7wv42oz-pendidikan-agama-hindu-dan-budi-pekerti
-kelas-xi.html
<1% - https://jegegbagus-jegegbagus.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - https://pintar280.wordpress.com/2016/06/16/35/
<1% -
https://suaidinmath.files.wordpress.com/2014/09/1d-pmp-pend-agama-hindu-dan-bp-s
ma-allson-1juni2014.pdf
<1% - https://idr.uin-antasari.ac.id/10327/4/BAB%20I.pdf
<1% -
https://yudikustiana.files.wordpress.com/2017/07/inspirasi-pa-hindu-dan-bp-smp_versi-
150216.pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/315322041_INTEGRASI_SAINS_DAN_AGAMA_
DALAM_PEMBELAJARAN_KURIKULUM_PAI_Perspektif_Islam_dan_Barat_serta_Implement
asinya
<1% -
https://blogspotuchintea.blogspot.com/2016/03/pengertian-akhlak-secara-epistemologi
_28.html
<1% -
http://www.bsd.pendidikan.id/data/Kurikulum%202013/Kelas_07_SMP_Agama_Hindu_G
uru.pdf
<1% -
https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_2sd/guru/Kelas_02_SD_Pendidikan_Agama_Hi
ndu_dan_Budi_Pekerti_Guru_2017.pdf
<1% -
https://ermacandrasari.wordpress.com/2013/01/08/pembentukan-karakter-peserta-didi
k-melalui-belajar-dan-pembelajaran/
<1% - https://rumahifah.blogspot.com/2015/04/makalah-tugas-tugas-dan-dimensi.html
<1% -
https://ahlikomputerisasi.blogspot.com/2013/11/makalah-ilmu-pengetahuan-dan-tekno
logi.html
<1% - https://www.blijengah.com/2020/01/download-kisi-kisi-soal-pendidikan.html
<1% - https://www.scribd.com/document/353153959/Kelas-x-Agama-Hindu-Bg
<1% -
https://novieeeee.blogspot.com/2015/01/menjalin-hubungan-antar-umat-beragama.ht
ml
<1% - https://sihitelogika.blogspot.com/2016/02/manusia-dan-alam.html
<1% -
https://mudarwan.files.wordpress.com/2014/11/1d-pmp-pend-agama-hindu-dan-bp-s
mp.pdf
<1% - https://issuu.com/hufajarbali/docs/140315
<1% -
https://rinarosmiati24.blogspot.com/2017/06/laporan-hasil-observasi-perumusan.html
<1% -
https://sneperboys.blogspot.com/2007/11/perencanaan-pengembangan-sekolah.html
<1% - https://pasramangurukula.blogspot.com/
<1% - https://smpnegeriduanegara.blogspot.com/
<1% - https://smp2pdh.blogspot.com/
<1% -
https://daruththolibiinnganjuk.blogspot.com/2015/07/normal-0-false-false-false-en-us-
x-none.html
<1% - https://satap2banjar.blogspot.com/
<1% -
http://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2017/03/Profil-SMPN-Karangm
ojo.pdf
<1% - http://e-journal.staima-alhikam.ac.id/index.php/evaluasi/article/download/63/41
<1% -
https://sdnkedungdoro308surabaya.blogspot.com/2012/05/panduan-membuat-visi-mis
i-tujuan.html
<1% - https://nhschoolcikupa.wordpress.com/about/
<1% - https://balicaringcommunity.org/wp-content/uploads/2013/07/proposal.pdf
<1% - https://smpn1wadaslintang.blogspot.com/p/visi-dan-misi.html
<1% - https://www.duniakaryawan.com/cara-membangun-kerja-tim/
<1% -
https://uray-iskandar.blogspot.com/2015/10/merumuskan-visi-misi-dan-tujuan-sekolah.
html
<1% - https://baydlowy-ilmu.blogspot.com/2013/07/membangun.html
<1% - https://indostudi.blogspot.com/2011/06/manajemen-sarana-prasarana.html
<1% - https://mima18trimurjo.blogspot.com/
<1% -
https://www.bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/kompetensi/Panduan_Umum_K
TSP.pdf
<1% -
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190611112308-284-402315/memilih-kuri
kulum-dan-sistem-pendidikan-yang-tepat-untuk-anak
<1% -
https://www.slideshare.net/alvinnoor/lampiran-permendikbud-nomor-68-tahun-2013-te
ntang-kd-dan-struktur-kurikulum-smpmts
<1% -
http://pendidikan.id/bse/Display/Detail/Kelas_09_SMP_Pendidikan_Jasmani_Olah_Raga_
dan_Kesehatan_Guru
<1% - https://mono-mpd.blogspot.com/2011/12/contoh-ktsp.html
<1% -
https://sparaning.blogspot.com/2012/03/pengertian-hakikat-dan-kompnen-ktsp.html
<1% -
https://muriadinyoman.blogspot.com/2012/12/bahan-ajar-pendidikan-budi-pekerti.html
<1% - https://smpfajar94.wordpress.com/about/struktur-muatan-kurikulum/
<1% -
https://smpalirsyadbatu.wordpress.com/akademik/jadwal-pelajaran/mata-pelajaran/
<1% -
https://gayul.wordpress.com/2009/12/02/kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan-ktsp/
<1% - https://schoolsmp75.blogspot.com/
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/10644/4/BAB%20II.pdf
<1% - https://manhijismd.wordpress.com/2010/01/21/muatan-lokal/
<1% -
https://surabaya.tribunnews.com/2020/04/29/psbb-di-malang-raya-harus-dilihat-hasil-s
koring-sinkronisasi-masing-masing-kepala-daerah
<1% -
https://wahyaketut.files.wordpress.com/2011/02/kurikulum-smpn-1-bangli-tahun-2009-
dokumen-1.doc
<1% -
http://digilib.uin-suka.ac.id/17677/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.p
df
<1% - https://agrisiatutik.blogspot.com/2013/05/makalah-kurikulum-ktsp.html
<1% -
https://mtsnkotabunan.blogspot.com/2015/02/program-kerja-ekstrakurikuler-olahraga.
html
<1% -
https://colleenspetpawtraits.blogspot.com/2020/02/bab-i-pentingnya-pendidikan-karak
ter.html
<1% - https://trisnomarsa.blogspot.com/2013/11/dokumentasi-1-ktsp.html
<1% -
https://www.nusabali.com/berita/60648/pedagang-pasar-sangsit-kompak-pakaian-adat
<1% - https://dnoeng.wordpress.com/2011/05/31/manajemen-pelaksanaan-kurikulum/
<1% -
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_INGGRIS/195802081986011-WA
CHYU_SUNDAYANA/HO_ESP_Course_Design/Topic_8-9_KTSP_SMK.pdf
<1% -
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195202151983011-M._UMAR_
DJANI_MARTASUTA/B_UPI/9_Bhn_Plth_Sos_Workshop_KTSP/1_BAHAN_PAPARAN/Papar
an_5/Keungguln_Lokal.pdf
<1% -
https://docplayer.info/3937-Proses-pembelajaran-inklusi-untuk-anak-berkebutuhan-khu
sus-abk-kelas-v-sd-negeri-giwangan-yogyakarta.html
<1% - http://repository.unpas.ac.id/38673/3/BAB%20II.pdf
<1% - https://ranahpai.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/11/Permen-No.-70-2009
-tentang-pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan-kecerdasan.pdf
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/ozllndwrz-prinsip-prinsip-penyelenggaraan-pendi
dikan-inklusif.html
<1% -
https://societykamaru.blogspot.com/2014/11/pentingnya-pendidikan-inklusi-bagi.html
<1% -
https://nasional.okezone.com/read/2019/03/12/337/2028749/pakistan-lakukan-benchm
arking-pendidikan-di-pondok-pesantren-salafiyah
<1% -
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_14D0F106-F4EE-486B-A74F-84A191
B4AD25_.pdf
<1% - https://uzney25.blogspot.com/2011/11/mengenal-pendidikan-inklusif.html
<1% -
https://lukmancoroners.blogspot.com/2010/04/disusun-oleh-nouval-neni-kurnianingsih.
html
<1% -
https://pengertiandanartikel.blogspot.com/2017/03/pengertian-sejarah-perkembangan-
tujuan.html
<1% -
https://pengertiandanartikel.blogspot.com/2017/03/makalah-dan-teori-implementasi.ht
ml
<1% - https://pendabkbaidowi.wordpress.com/
<1% - https://issuu.com/harianbhirawacetak/docs/binder20okto16
<1% - https://issuu.com/harianbhirawacetak/docs/binder20okto16/4
<1% - http://eprints.ums.ac.id/42660/1/11.%20NASKAH%20PUBLIKASI%20ILMIAH.pdf
<1% - http://journal.umy.ac.id/index.php/jati/about/submissions
<1% -
https://www.kaskus.co.id/thread/57d156435a516390398b456c/diskusi----perlukah-pend
idikan-agama-di-sekolah-formal/
<1% - https://getrinovella939.blogspot.com/2013/03/makalah.html
<1% -
https://bahan-ajar-interaktif.blogspot.com/2010/10/pendidikan-kecakapan-hidup.html
<1% - https://psma.kemdikbud.go.id/index/lib/files/Pedoman%20FLS2N%202019.pdf
<1% -
https://makassar.tribunnews.com/2012/12/10/kecerdasan-emosional-membentuk-karak
ter-peserta-didik
<1% - https://bkpemula.files.wordpress.com/2012/03/pengembangan_diri_sma.pdf
<1% - https://makalahguru.blogspot.com/2013/03/komponen-program-semester.html
<1% -
https://immtarbiyahpwt.blogspot.com/2011/08/standar-isi-dan-standar-kompetensi.ht
ml
<1% -
http://www.kampus-digital.com/2017/04/makalah-pendekatan-saintifik-kelompok-4.ht
ml
<1% - https://www.slideshare.net/dj96/contoh-ktsp
<1% -
https://sukatendellisna.blogspot.com/2016/08/makalah-kurikulum-satuan-tingkat.html
<1% -
https://forgubindo.blogspot.com/2009/03/landasan-prinsip-komponen-dan-struktur.ht
ml
<1% -
https://mustafatope.wordpress.com/2010/10/17/struktur-kurikulum-tingkat-satuan-pen
didikan/
<1% -
https://suksespendidik.blogspot.com/2017/07/cara-menghitung-minggu-jam-efektif.ht
ml
<1% -
https://ivonyerniwaty.wordpress.com/2011/06/12/pengertian-dan-fungsi-kriteria-ketunt
asan-minimal-kkm/
<1% - https://katulis.com/kkm-k13-sd/
<1% -
https://rppkurtilassmpnegeri.blogspot.com/2017/11/kkm-prakarya-kelas789-kurikulum2
013.html
<1% - http://gurunesia.com/perangkat-pembelajaran-k13-sd/
<1% - https://www.slideshare.net/alvinnoor/desain-induk-kurikulum-2013
<1% - https://www.slideshare.net/jatimulyahadi9/07-struktur-dan-isi-kurikulum-2013
<1% -
https://miftahudinalbarbasy.wordpress.com/2014/05/20/kurikulum-2013-sekolah-dasar-
sd/
<1% - https://ikeyuliana3.blogspot.com/2015/06/resume-kurikulum-2013.html
<1% - https://www.slideshare.net/IrmaMuthiaraSari/permendikbud-no103tahun2014
<1% - https://rajasoal.com/kurikukulum-2013-pendidikan-anak-usia-dini-paud/
<1% -
https://gurujumi.blogspot.com/2018/12/model-model-penilaian-di-kelas-rendah.html
<1% -
http://ditpsmp.kemdikbud.go.id/erapor/file/Panduan-Penilaian-SMP-Revisi-2017.pdf
<1% -
https://imasidafarida.blogspot.com/2014/10/lampiran-peraturan-menteri-pendidikan_53
.html
<1% -
https://contoh-ptk-skripsi-tesis.blogspot.com/2011/01/pts-015-upaya-meningkatkan-ki
nerja.html
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/6668/2/BAB%20I.pdf
<1% -
https://rosidtamami.wordpress.com/2015/12/18/panduan-penilaian-k13-smpmts/
<1% -
https://www.slideshare.net/sangpemburusurga/pengolahan-nilai-hasil-belajar-oleh-pen
didik-penilaian-autentik
<1% - https://ardiansyahmpd.blogspot.com/
<1% - https://id.scribd.com/doc/291613467/RPP-KLS-XII-doc
<1% -
https://ariefnurulfirdaus.blogspot.com/2015/05/standar-kelulusan-standar-kenaikan.htm
l
<1% - https://www.slideshare.net/irahans/ktsp-smp-plus-nu-juntinyuat-2011-2012-doc1
<1% - https://ekarizkiah.blogspot.com/2015/07/contoh-laporan-ppl_1.html
<1% -
https://www.passakanawang.com/2017/11/tata-cara-remedial-dan-pengayaan-kurikulu
m-2013.html
<1% -
https://dataptkguru.blogspot.com/2014/02/peningkatan-kemampuan-guru-dalam.html
<1% - https://danknoer.blogspot.com/2011/06/evaluasi-pembelajaran-matematika.html
<1% -
https://pengawasmadrasah.files.wordpress.com/2013/11/11-pengelolaan-dan-penyusun
an-ktsp.pdf
<1% -
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/un/2015/Permendikbud5-2015KriteriaKelulusanPese
rtaDidikUN.pdf
<1% - https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/JDIH_5%20Tahun%202015_20181043.pdf
<1% -
https://rukim.id/administrasi/permen/download-permendikbud-nomor-43-tahun-2019-
pdf-tentang-ujian-nasional/
<1% - https://blogertolaki.blogspot.com/2015/07/perencanaan-peserta-didik.html
<1% - https://sman6kotaserang.sch.id/tata-tertib-siswa/
<1% - https://nurmaherawatifaizal.wordpress.com/page/4/
<1% -
https://bangimam-berbagi.blogspot.com/2015/03/menghitung-beban-belajar-guru-pad
a.html
<1% -
https://mgmpmatika.wordpress.com/pendidikan-karakter/perencanaan-pengembangan
/
<1% -
https://rinerlis.blogspot.com/2011/12/pengertian-tujuan-dan-prinsip-penilaian.html
<1% - https://www.gurukelassd.com/2018/11/gurukelassd.html
<1% - https://kartika-d.blogspot.com/2012/10/model-ktsp-dalam-pengembangan.html
<1% -
https://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/makalah-pendidikan-karakter-bangsa.html
<1% -
https://www.pediapendidikan.com/2016/07/budaya-sekolah-dalam-perencanaan.html
<1% -
https://aguswuryanto.files.wordpress.com/2011/12/pendidikan-karakter-di-sd-smp-22-
maret-2011.ppt
<1% -
https://oemaherpepe.files.wordpress.com/2011/12/kerangka-panduan-pend-karakter1.d
oc
<1% - https://aguswuryanto.wordpress.com/2011/12/
<1% - https://aguswuryanto.wordpress.com/author/aguswuryanto/page/4/
<1% -
https://arzenhandes.blogspot.com/2012/02/makalah-menghargai-karya-orang-lain.html
<1% - https://nurkhosun.blogspot.com/2018/01/pendidikan-karakter1-pendidikan.html
<1% -
https://kabardariguru.wordpress.com/2016/03/13/peran-guru-terhadap-pendidikan-kar
akter-di-sekolah/
<1% -
https://istanailmupengetahuan.blogspot.com/2013/01/pengembangan-kurikulum-karak
ter-bangsa.html
<1% -
https://www.pediapendidikan.com/2016/07/pengintegrasian-pendidikan-budaya-dan.ht
ml
<1% -
https://palembang.tribunnews.com/2012/02/23/pengintegrasian-pendidikan-karakter-d
alam-proses-pembelajaran-di-smk
<1% -
https://asefts63.wordpress.com/2012/02/20/integrasi-pendidikan-karakter-ke-dalam-ma
teri-dan-proses-pembelajaran/
<1% -
https://misterpadumuliabuana.blogspot.com/2017/04/proposal-rehab-ruang-kelas.html
<1% -
https://najihulhimam-pendidikantanpabatas.blogspot.com/2011/11/tugas-bk.html
<1% -
https://mafiadoc.com/geografi-kls-xii-ips-sma-wordpresscom_59d2e56c1723dd15c823f
72e.html
<1% - https://issuu.com/e-tabloid/docs/edisi_165b
<1% - https://www.beasiswapascasarjana.com/search/label/UI
<1% -
https://wahanabelajarpintar.wordpress.com/2012/05/29/usulan-block-grant-pembangu
nan-rkbrbl-rehabilitasi-ruang-belajar/
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/10359/7/bab%204.pdf
<1% - https://smpnegeri2jatisari.blogspot.com/2016/03/profile-sekolah.html
<1% - https://mulpix.com/instagram/pendidikan_dan_guru_indonesia.html
<1% -
https://febriantama96.blogspot.com/2017/09/pena-sejarah-mengenang-110-dahsyatny
a.html
<1% - https://www.wayanrudiarta.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://achfauzipratama.blogspot.com/2017/09/potret-pendidikan-islam-di-indonesia_7
5.html
<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/disintegrasi-sosial/
<1% -
https://id.123dok.com/document/ynernejy-kelasxii-hindu-bs-www-divapendidikan-com.
html
<1% -
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00285-SP%20Bab2001.pdf
<1% -
https://staic.ac.id/mengoptimalkan-peran-guru-dalam-proses-pembelajaran-abad-21.ht
ml
<1% - https://www.forum.or.id/threads/dharma-wacana-renungan.33323/
<1% -
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/analis_wacana_flu_burung.pdf
<1% -
https://id.123dok.com/document/q2mne9jy-aneka-pengkajian-studi-al-qur-an.html
<1% - http://digilib.unimed.ac.id/541/1/Pembelajaran%20Berbasis%20E-Learning.pdf
<1% -
https://id.123dok.com/document/lzg3916q-kelas-06-sd-pendidikan-agama-hindu-dan-
budi-pekerti-guru.html
<1% -
http://www.karyatulisku.com/2016/05/pengertian-teori-belajar-behaviorisme.html
<1% - https://aneka-wacana.blogspot.com/2012/10/ptk-mtk-fpb-kpk.html
<1% - https://www.scribd.com/document/372412905/Widya-Wretta-Mei-2017
<1% - https://www.jadipenulis.co.id/category/teknik-menulis/
<1% -
https://irpanmaulana91.blogspot.com/2014/06/makalah-manajemen-pondok-pesantren
.html
<1% - https://hindyanugerah.blogspot.com/2011/04/metode-diskusi.html
<1% -
https://grelovejogja.wordpress.com/2008/10/17/konsep-ketuhanan-dalam-agama-hind
u/
<1% - https://chaniaization.blogspot.com/
<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/author/bagawanabiyasa/page/2/
<1% -
https://sangkulputih.blogspot.com/2014/01/skripsi-umum-institusi-diksa-maha-warga.h
tml
<1% - https://jakarta45.wordpress.com/pancasila-di-ajaran-agama-hindu/
<1% - https://saijnana.blogspot.com/2015/05/
<1% -
https://id.123dok.com/document/q06w76vq-kelasxii-hindu-bg-www-divapendidikan-co
m.html
<1% - https://aryawibawaa.blogspot.com/2013/12/dharma-gitta.html
<1% - https://gustiaryayunedi.blogspot.com/2012/10/pasraman-4.html
<1% -
https://www.maribelajarbk.web.id/2014/12/pengertian-wawancara-atau-interview.html
<1% - https://generasidamaisanatadharma.blogspot.com/
<1% -
https://kalingga21.blogspot.com/2011/05/nilai-pendidikan-agama-hindu-dalam-tari.ht
ml
<1% -
https://backgroundpowerpointfree.blogspot.com/2014/06/mengedit-gambar-pada-pow
er-point-agar.html
<1% - https://bimashindusultra.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - http://gamabali.com/upacara-dan-upakara/
<1% -
https://id.scribd.com/doc/232064453/Prosiding-Forum-Komunikasi-Pascasarjana-Dan-S
eminar-Nasional
<1% -
https://bigsmiled.blogspot.com/2012/06/4-jalan-mencari-tuhan-agama-berasal.html
<1% -
https://suartawanindra.blogspot.com/2014/01/proposal-penelitian-peran-tri-guru.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/215655900/Tik-12-Prota-Upload
<1% - https://luhayulestarigen.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://id.123dok.com/document/zxn6oonq-pengembangan-perangkat-pembelajaran-
matematika-dengan-pendekatan-pedagogi-reflektif-untuk-topik-himpunan-pada-siswa
-kelas-vii-smp-negeri-1-yogyakarta-tahun-ajaran-2018-2019-usd-repository.html
<1% -
https://hindu-nesia.blogspot.com/2014/07/silabus-mata-pelajaran-pendidikan-agama_6
.html
<1% - https://sd-saraswati6.sch.id/?p=260
<1% -
https://mediakreatif19.blogspot.com/2015/09/contoh-rpp-fiqih-kelas-vii-kurikulum.html
<1% -
https://maalikghaisan.blogspot.com/2019/01/rpp-bangun-ruang-sisi-lengkung.html
<1% - http://repository.upi.edu/12002/14/T_FIS_1202040_Appendix5.pdf
<1% -
https://tiksmplabundiksha.blogspot.com/2017/06/kompetensi-dasar-kd-mata-pelajaran.
html
<1% - https://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-telaah-dan-analisis.html
<1% -
https://pendidikanagamaislamdanbp.blogspot.com/2018/11/rpp-fikih-kelas-11-madrasa
h-aliyah-ma.html
<1% - https://mgmpinggris.blogspot.com/2015/01/rpp-kelas-7-bab-10-k13.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/305277339/1-Modul-Biologi-Sma-k13-2015
<1% -
https://mhadhicahyadi.blogspot.com/2014/12/makalah-pengertian-dimensi-fungsi-dan.
html
<1% -
https://id.123dok.com/document/zwv4mmlq-kelas-07-smp-pendidikan-agama-hindu-d
an-budi-pekerti-guru.html
<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/kompetensi-guru/
<1% - http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/elementary/article/view/3004
<1% - https://id.123dok.com/document/zpn9jd7y-panduan-pembelajaran-smp.html
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/lzgjow72z-pengaruh-interaksi-sosial-terhadap-ke
hidupan-sosial-dan-kebangsaan.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/qo520x0y-silabus-pa-hindu-smp-20012017-ok.html
<1% -
https://ismantogurupenjas.wordpress.com/2015/06/07/diklat-interaksi-online-dio-peny
usunan-instrumen-penilaian-ranah-sikap-pengetahuan-keterampilan-dan-kebugaran/
<1% -
https://berkas2pendidikan.blogspot.com/2017/12/rpp-teks-kritik-dan-esai-kelas-xii.html
<1% -
https://pandidikan.blogspot.com/2020/01/rencana-pelaksanaan-pembelajaran_6.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/qvlww5gy-pakatbp-kurtilas-xi-bukuguru-rev2017-tera
mpilmatematika-blogspot-com.html
<1% -
https://ayunita-yunita.blogspot.com/2013/06/pengertian-strategi-metode-dan-media.ht
ml
<1% -
https://mrg-corner.blogspot.com/2014/06/bab-ii-pembelajaran-di-smp-berdasarkan.ht
ml
<1% -
https://hindu-nesia.blogspot.com/2014/07/silabus-mata-pelajaran-pendidikan-agama.ht
ml
<1% -
https://id.123dok.com/document/qo30j3jq-kelasxii-agamakatolik-bg-www-divapendidik
an-com.html
<1% - https://bukuspiritual.blogspot.com/2016/07/
<1% -
https://huseinmuhibbi.blogspot.com/2015/06/fungsi-dan-tujuan-perencanaan-sistem.ht
ml
<1% -
https://www.slideshare.net/sintaroyani/makna-psikologi-perkembangan-peserta-didik
<1% -
https://debynoviyanti29.blogspot.com/2018/07/fisiologi-hewan-bab-i-prinsip-dasar.htm
l
<1% - https://rumus.co.id/sistem-reproduksi-wanita/
<1% - https://karyacombirayang.blogspot.com/2016/10/
<1% -
https://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.com/2014/01/makalah-prinsi
p-prinsip-perkembangan.html
1% -
https://meljisalwanis.blogspot.com/2016/09/pengertian-pertumbuhankematangan.html
<1% -
https://putrabungo.blogspot.com/2010/08/analisis-tingkat-kepuasan-siswa-dalam.html
<1% -
https://irwanhadipgsd.blogspot.com/2013/11/konsep-perkembangan-peserta-didik.htm
l
<1% - https://santrinews.com/Daerah/582/Pesantren-Hindu-di-Pulau-Dewata-Bali
<1% - https://ilmurahmad.blogspot.com/2016/11/makalah-lingkungan-belajar.html
<1% - https://mantriii.blogspot.com/2015/09/pengembangan-peserta-didik.html
<1% - https://www.mikirbae.com/2015/11/faktor-faktor-yang-berpengaruh-pada.html
<1% -
https://niandre7lovely.wordpress.com/2009/07/08/stress-lingkungan-dan-penanggulan
gannya/
<1% - https://siraitreinhold.blogspot.com/
<1% - https://dalamislam.com/akhlaq/30-cara-mendidik-anak-dalam-islam
<1% - https://diasdiari.blogspot.com/2014/10/makalah-kesulitan-belajar.html
<1% -
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40032/1/ISMI%20HILMIYAW
ATI-FITK
<1% - http://staffnew.uny.ac.id/upload/132310879/pendidikan/DKB.pdf
<1% - https://ehajulaeha027.wordpress.com/2014/10/06/
<1% - http://www.indonesian-publichealth.com/prinsip-higiene-sanitasi-makanan/
<1% - https://rinastkip.wordpress.com/tag/pendidikan/
<1% -
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Rita%20Eka%20Izzaty,%20S.Ps
i.,%20M.Si./Buku%20PPD-revisi%20akhir.pdf
<1% -
https://mocikuedu.blogspot.com/2016/06/soal-dan-jawaban-uas-mata-kuliah.html
<1% -
https://usahamudamasakini.blogspot.com/2016/10/a-dinamika-perilaku-manusia-dalam
.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/136219163/Skripsiku-Himam-Azwar-imang-bolodewe
<1% - https://puisi15cintaremaja.blogspot.com/
<1% -
https://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.com/2014/10/makalah-peng
aruh-hereditas-keturunan_7.html
<1% - https://d-pendidikan.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - https://www.myedisi.com/bse/62240/pendidikan-agama-hindu-dan-budi-pekerti
<1% - https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/03/17/
<1% - https://rhyaria.blogspot.com/2011/03/makalah-pendidikan-sebagai-sistem.html
<1% -
https://sdnsilihwangi1.blogspot.com/2011/02/makalah-kebijakan-pendidikan-di-era.htm
l
<1% -
https://bekompas.blogspot.com/2012/04/contoh-ptk-penggunaan-media-gambar-guna
_5706.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/y8gm8o2z-buku-siswa-kelas-7-smp-agama-hindu-da
n-budi-pekerti-backup-data-www-dadangjsn-blogspot-com.html
<1% - https://eliciadwipratama.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://mirnasari600.wordpress.com/2014/06/12/komponen-dalam-sistem-pendidikan/
<1% - https://bundamala10.wordpress.com/2011/04/08/tugas-mata-kuliah-menyimak/
<1% - https://www.kitapunya.net/pengertian-pentingnya-hubungan-internasiona/
<1% -
https://indeksprestasi.blogspot.com/2014/10/tesis-manajemen-sarana-dan-prasarana.ht
ml
<1% -
https://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indon
esia/
<1% - https://massyaifur.blogspot.com/2009/12/teori-pendidikan-dan-analisis.html
<1% -
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005-lailatulfa-408-Bab
3_310-8.pdf
<1% -
https://tonikoestiantogulo.blogspot.com/2013/03/hubungan-minat-kejuruan-dan-kelen
gkapan.html
<1% - https://novadst.blogspot.com/2016/12/pentingnya-guru-dalam.html
<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/zx9dk4nz-mata-pelajaran-pendidikan-pancasila-d
an-kewarganegaraan-ppkn.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/nzw9120y-kelas-07-smp-pendidikan-agama-hindu-da
n-budi-pekerti-siswa-2016.html
<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/bpo_11042019
<1% - https://es.scribd.com/document/354993950/Full-Bab-Fix-Rev
<1% - https://www.gelombangotak.com/Karakteristik-Kecerdasan-Spiritual%20(SQ).htm
<1% -
https://buttatoa-btg.blogspot.com/2012/05/skripsi-usaha-guru-agama-islam-dalam.htm
l
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/330279018_Pancasila_sebagai_Dasar_Negara_I
ndonesia
<1% - https://www.youtube.com/watch?v=O6c-2Unp-UY
<1% -
https://hindubudhaindonesiapa42015kel2.blogspot.com/2015/06/ebook-2-hindu-pendi
dikan-agama-hindu.html
<1% - https://ikadekartajaya.wordpress.com/2013/09/10/tri-hita-karana/
<1% - http://gamabali.com/agnihotra-di-bali/
<1% -
https://mgmplampung.blogspot.com/2014/08/menanamkan-ajaran-nawa-widha-bhakti.
html
<1% -
https://skripsi2012.blogspot.com/2010/08/skripsi-tindak-pidana-pencurian-dengan.html
<1% - https://www.scribd.com/document/395978081/4-PendidikanAgamaHindu-1-pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/321450989_Kajian_Nilai_Pendidikan_Agama_H
indu_Dalam_Kitab_Sarasamuccaya
<1% - https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/11/agama-kesehatan-mental/
<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/bp19122008
<1% - https://jefryshulung.blogspot.com/
<1% - http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/VidyaDuta/article/download/1040/887
<1% -
https://perjalananhindu.blogspot.com/2013/09/siwa-sidhanta-kristalisasi-perbedaan-di.
html
<1% - https://wiwinyuhendra.blogspot.com/
<1% - https://wiwinyuhendra.blogspot.com/2013/
<1% -
https://makalahtentangsikapversiedo.blogspot.com/2016/10/makalah-tentang-sikap.ht
ml
<1% - http://eprints.ums.ac.id/29227/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
<1% -
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-ichapuspit-7618-3-babii.pdf
<1% -
https://rainy-infebruary.blogspot.com/2012/05/peranan-keluarga-sebagai-unit-terkecil.
html
<1% -
https://deassyratnasari.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan-dalam-keluarga_8.htm
l
<1% -
https://www.kompasiana.com/mafazaaza/5ea9deba097f3612c07acf42/keterampilan-dal
am-menjalin-hubungan-dan-cara-berkomunikasi-kepada-anak-mengenai-pandemi-viru
s-corona
<1% -
https://beritalangitan.com/fakta-opini/pentingnya-undang-undang-perlindungan-agam
a/
<1% -
https://abiavisha.blogspot.com/2016/01/tripusat-pendidikan-sebagai-lembaga.html
<1% - https://jamal-alfath.blogspot.com/2011/06/desain-kompetensi.html
<1% -
https://kampngmakalah.blogspot.com/2015/10/makalah-taksonomi-pembelajaran-pai.h
tml
<1% - https://www.rijal09.com/2016/05/tujuan-pembelajaran.html
<1% - https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/19/taksonomi-pembelajaran-2/
<1% - https://lianasariputri.wordpress.com/2013/06/05/taksonomi-bloom/
<1% -
https://zulfaidah-indriana.blogspot.com/2012/12/perencanaan-pembelajaran.html
<1% - http://digilib.unila.ac.id/1451/8/BAB%20II.pdf
<1% - http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/viewFile/443/439
<1% -
https://aryawiga.wordpress.com/2012/02/17/manajemen-layanan-khusus-sekolah/
<1% -
https://wulandaripipitt.blogspot.com/2014/12/etika-dan-moral-dalam-agama-hindu.ht
ml
<1% -
https://gudangpendidikankita.blogspot.com/2014/12/pendidikan-karakter-tanggung-ja
wab.html
<1% - https://perpuskampus.com/nilai-moral-dan-jenis-nilai-moral/
<1% - http://repository.unpas.ac.id/9730/3/BAB%20II.docx
<1% - https://fuddin.wordpress.com/2012/11/
<1% - https://www.ayoksinau.com/faktor-interaksi-sosial/
<1% - https://wayantarne.blogspot.com/2014/11/keberhasilan-chairul-tanjung.html
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/8ydj9036y-berpasrah-total-kepada-tuhan-sevana
m-atau-atmanividanam.html
<1% -
https://semangathindu.blogspot.com/2013/10/pergaulan-dengan-orang-orang-mulia.ht
ml
<1% - https://isthebesttkjdua.blogspot.com/
<1% -
https://renalpasker.blogspot.com/2016/12/tugas-dan-tanggung-jawab-siswa.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/220170166/karakter-bangsa-1
<1% - https://imadeyudhaasmara.wordpress.com/page/2/
<1% - https://smkn1tempel.sch.id/berita/arsip/January%202020
<1% -
https://bimbingankonselingsiswasmp.blogspot.com/2016/08/contoh-tanggung-jawab-s
ebagai-siswa-di.html
<1% -
https://sumber93.blogspot.com/2015/05/makalah-mengembangkan-kemampuan.html
<1% -
https://hot.liputan6.com/read/4010390/terlalu-diambil-hati-ini-6-zodiak-yang-mudah-
merasa-bersalah
<1% -
https://teologiareformed.blogspot.com/2018/09/tujuan-yesus-kristus-mendamaikan-du
nia.html
<1% - https://rioaditama123.wordpress.com/2017/03/16/tanggung-jawab/
<1% - https://lenironi.blogspot.com/2013/11/karakter-tanggungjawab.html
<1% -
https://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/pentingnya-meningkatkan-motivasi_8
155.html
<1% -
https://metodepembelajaran10.blogspot.com/2017/01/18-nilai-nilai-yang-harus-dimiliki
.html
<1% -
https://belajare-learning.blogspot.com/2011/10/pembinaan-disipin-dan-perilaku-anak.h
tml
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/1751/7/08410175_Bab_2.pdf
1% -
https://berbagiituindah07.blogspot.com/2015/12/prposal-kualitatif-peran-orang-tua.ht
ml
<1% -
https://sandri09a.blogspot.com/2013/03/penerapan-prinsip-psikologi-dalam.html
<1% -
https://amirhamzah010293.blogspot.com/2013/10/contoh-proposal-penelitian-kualitatif
.html
<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2015/12/06/
<1% -
https://jurusapuh.com/atma-samyama-yoga-bhagavad-gita-sansekerta-terjemahan-ind
onesia-bab-6/
<1% -
https://arifhamka.blogspot.com/2016/04/strategi-pendidikan-karakter-dalam.html
<1% -
https://endangkomarasblog.blogspot.com/2009/03/disiplin-menurut-islam-oleh-h-enda
ng.html
<1% - https://frendyrusniady.wordpress.com/2014/04/28/disiplin-belajar/
<1% - http://eprints.ums.ac.id/20383/23/2._naskah_publikasi.pdf
<1% - http://repository.ump.ac.id/83/3/UMI%20MARKHAMAH%20BAB%20II.pdf
<1% -
https://simfonyriri.blogspot.com/2011/07/makalah-peran-orang-tua-dalam-membantu.
html
<1% - http://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/download/11/11
<1% -
https://gerakanpramuka1306.blogspot.com/2016/04/pandua-penyelesaian-sku-siaga.ht
ml
<1% -
https://jurnaledvokasi.files.wordpress.com/2016/06/12_jurnal-maret-2012-angmalisang-
oke.pdf
<1% - https://sukarma-puseh.blogspot.com/2013/01/kosmologi-hindu.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/yerre1eq-bab-ii-kajian-pustaka-a-kajian-teori-1-pendi
dikan-karakter-di-sekolah-a-pengertian-pendidikan-karakter-novica-bab-ii.html
<1% - https://www.maxmanroe.com/karakter-positif-orang-indonesia.html
<1% -
http://idarianawaty.gurusiana.id/article/membudayakan-karakter-peduli-terhadap-lingk
ungan-848007
<1% - https://catatannining.wordpress.com/tag/kurikulum-2013-paud/page/3/
<1% - https://pedulilingkunganpeduli.blogspot.com/
<1% - https://guruppkn.com/kebersihan-lingkungan-sekolah
<1% -
https://fauziyahauliarachmat.wordpress.com/2015/02/10/kurangnya-kesadaran-siswa-te
rhadap-kebersihan-lingkungan-sekolah/
<1% - https://jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika/article/download/2881/2339
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/328164232_Pandangan_Islam_Tentang_Hakik
at_Manusia
<1% -
https://guruppkn.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara-dalam-pelestarian-lingkungan
<1% - https://repository.unja.ac.id/2190/1/ARTIKEL%20SKRIPSI.pdf
<1% - https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsumbar/layanan/
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/1163/
<1% -
https://www.kompasiana.com/wandaekaputra/5a489327cf01b459db343902/keteladana
n-guru-dalam-pembentukan-karakter-siswa
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/11062825.pdf
<1% -
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/1781/E1.%20Nurina-UM
S%20%28fixed%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y
<1% -
https://skulwork-nytha.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.
html#!/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
<1% -
https://ainamulyana.blogspot.com/2016/04/langkah-langkah-mewujudkan-sekolah.html
<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/bpo19122010
<1% - https://ikabuh.wordpress.com/category/umum/page/4/
<1% - http://blog.unnes.ac.id/ditaandriani/2015/11/19/nilai-nilai-konservasi-2/
<1% - https://yswi.blogspot.com/2014/
<1% - https://haniftryn.blogspot.com/
<1% - http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/ncee/article/download/818/498
<1% - https://issuu.com/sampuray_x/docs/papua_hindu_revised
<1% -
https://www.zonasoal.com/2018/03/soal-us-pkn-kelas-6-terbaru-berikut-kunci-jawaban.
html
<1% - http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Ijtimaia/article/download/3100/2309
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/4054/5/093911042_bab4.pdf
<1% -
https://id.123dok.com/document/zpwedj4y-pelaksanaan-proses-belajar-melalui-bimbin
gan-aspek-afektifognitif-dan-psikomotorik-siswa-di-madrasah-ibtidaiyah-swasta-amal-s
haleh-medan-repository-uin-sumatera-utara-tesis-nurbiah-pohan.html
<1% -
https://atesbudiartokonselor.blogspot.com/2015/10/pengaruh-pergaulan-remaja.html
<1% -
https://ummihanihaitami.blogspot.com/2017/10/bab-1-dan-3-kecerdasan-sosial.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/307888409_Kecerdasan_Spiritual_dan_Emosio
nal_Sebagai_Anteseden_Kinerja_Pegawai_Kecerdasan_Spiritual_dan_Emosional_Sebagai_
Anteseden_Kinerja_Pegawai
<1% -
https://peraariyantini.blogspot.com/2016/01/penerapan-metode-resource-based.html
<1% - https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/__trashed/
<1% - https://id.scribd.com/doc/315219115/Widyadari-April-2016
<1% - https://dhanuwangsa.wordpress.com/page/2/
<1% -
https://sugitawibhushakti.blogspot.com/2013/10/tiga-kerangka-dasar-agama-hindu.ht
ml
<1% - http://olcounseling.weebly.com/teori-teori-konseling.html
<1% -
https://meddyketpratama.blogspot.com/2017/12/keterampilan-sosial-anak-usia-dini_82.
html
<1% -
https://mafiadoc.com/peningkatan-kualitas-pembelajaran-ipa-melalui-unnes_59fb556d1
723ddafb79a68ed.html
<1% -
https://srireskipsikologi.blogspot.com/2013/03/makalah-dasar-dasar-perilaku-sosial.htm
l
<1% -
https://www.slideshare.net/RandyExe51088/k10-bg-hindusma-kelas-x-kurikulum-2013bl
ogerkupangcom
<1% -
https://id.123dok.com/document/oy87p5rz-kelas-05-sd-pendidikan-agama-hindu-dan-
budi-pekerti-guru.html
<1% - http://repository.ump.ac.id/174/3/BAB%20II_Hana%20Catur%20S..pdf
<1% - http://eprints.ums.ac.id/43692/3/BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf
<1% -
http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/proses-komunikasi-efektif-dan-hambatannya
<1% - https://authorzilla.com/7vpOg/prosiding-seminar-nasional.html
<1% - https://docobook.com/penerapan-layanan-bimbingan-belajar-untuk.html
<1% - http://repository.upi.edu/30388/9/T_PD_1507806_Bibliography.pdf
<1% -
https://docobook.com/1-pengaruh-metode-pembelajaran-quantum-learning.html
<1% - https://www.scribd.com/document/390969625/PROSIDING-MATEMATIKA-pdf
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/2617/7/093211043_Bibliografi.pdf
<1% -
https://id.123dok.com/document/8yd6kejz-perbandingan-kondisi-sosial-buruh-pt-pp-lo
ndon-sumatra-tbk-dengan-buruh-pt-perkebunan-nusantara-iv-studi-komparatif-di-des
a-sei-bejangkar-kab-batubara-dan-desa-padang-matinggi-kab-simalungun.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/166929019/Usul-Buku
<1% -
https://www.scribd.com/document/332497777/Stilistetika-Tahun-v-Volume-8-Mei-2016
<1% -
https://mafiadoc.com/sugiyono-2010-metode-penelitian-kuantitatif-kualitatif-dan-rd-_5
9c80c811723dd11f81ddce9.html
<1% - https://anotherorion.com/buku-metode-penelitian-karya-prof-sugiyono/
<1% -
https://es.scribd.com/document/332497777/Stilistetika-Tahun-v-Volume-8-Mei-2016