30
UNIVERSITAS JAMBI KAMPUS PINANG MASAK | JL. RAYA JAMBI-MA.BULIAN KM 15 MANDALO DARAT 36361 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Penuntun Praktikum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi

Citation preview

  • UNIVERSITAS JAMBI KAMPUS PINANG MASAK | JL. RAYA JAMBI-MA.BULIAN KM 15 MANDALO DARAT 36361

    PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN

    TEKNOLOGI

  • i

    Laboratorium Dasar Fisika Universitas Jambi

    Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2

    Listrik, Panas & optiK

    @Physics Department

    Universitas Jambi

    Editor:

    Team Fisika

  • ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Modul L1. Hukum Ohm ............................................................................................ 1

    Modul L2. Jembatan Wheatstone .............................................................................. 5

    Modul L3. Rangkaian Seri RLC ................................................................................ 10

    Modul P1. Kalorimeter .............................................................................................. 14

    Modul P2. Koefisien Muai Linear ............................................................................. 17

    Modul O1. Lensa ....................................................................................................... 20

    Modul O2. Indeks Bias Prisma .................................................................................. 24

  • 1

    MODUL L1

    HUKUM OHM

    I. Tujuan

    1. Mempelajari hukum ohm

    2. Menentukan hambatan ekuivalen untuk rangkaian seri dan parallel

    II. Alat dan Bahan

    1. Voltmeter DC

    2. Amperemeter DC

    3. Power supply 0-12 Volt DC

    4. Hambatan

    5. Kabel penghubung

    III. Teori

    Jika suatu kawat diberi beda tegangan pada ujung-ujungnya dan diukur arus yang

    melewati penghantar tersebut, maka menurut hukum Ohm akan dipenuhi :

    = . (1)

    dengan V merupakan beda tegangan, I adalah arus pada penghantar dan R hambatan

    penghantar. Pers. (1) menunjukkan bahwa hukum ohm berlaku jika hubungan tegangan dan

    arus adalah linier.

    Dua alat ukur listrik yang cukup penting peranannya dibahas dalam modul ini. Kedua

    alat ukur itu adalah alat ukur arus listrik dan alat ukur tegangan listrik. Alat ukur arus listrik

    biasa disebut amperemeter dan alat ukur tegangan listrik disebut voltmeter.

    Hambatan listrik suatu penghantar dapat disusun secara seri atau paralel atau gabungan

    antara susunan seri dan paralel.

    A. Susunan Seri

    Hambatan pengganti dari n hambatan listrik yang disusun secara seri dapat dinyatakan

    dalam persamaan berikut :

    Rtot = R1 + R2 + R3 + .. Rn

    Pada hambatan susunan seri berikut empat prinsip yaitu:

    Susunan seri bertujuan untuk memperbesar hambatan suatu rangkaian

  • 2

    Kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sama yaitu sama dengan kuat arus

    yang melalui hambatan pengganti serinya I1 = I2 = I3 =.. = Iseri.

    Tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan jumlah

    tegangan pada ujung-ujung tiap komponen Vseri = V1 + V2 + V3 +.

    Susunan seri berfungsi sebagi pembagi tegangan dimana tegangan pada ujung-

    ujung tiap komponen sebanding dengan hambatannya. V1 : V2 : V3 := R1 : R2 : R3

    B. Susunan Paralel

    Secara umum untuk komponen-komponen yang disusun paralel, kebalikan atau

    pengganti paralel sama dengan jumlah dari kebaikan tiap-tiap hambtan.

    n

    i RRRRp

    I

    R

    I

    1 321

    ......111

    Pada hambatan susunan paralel berikut empat prinsip yaitu.

    Susunan paralel bertujuan untuk memperkecil hambtansuatu rangkaian.

    Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama dengan tegangan

    pada ujung-ujung hambatan pengganti paralelnya.

    V1 = V2 = V3 =. V= paralel.

    Kuat arus yang melakui hambtan pengganti paralel sama dengan jumlah kuat arus

    yang melalui tiap-tiap komponen.

    Iparalel = I1 + I2 + I3 +

    Susunan paralel berfungsi sebagai pengganti arus dimana kuat arus yang melalui

    tiap-tiap komponen sebanding dengan kebalikan hambtannya.

    321

    321

    111::

    RRRIII

    IV. Percobaan

    A. Rangkaian Seri

    1. Peralatan dirangkai seperti Gambar 1. Hambatan yang digunakan dicatat.

    2. Rangkaian dihubungkan dengan sumber arus.

    3. Alat pengukur arus diatur pada skala Current DC.

    4. Alat pengukut tegangan diatur pada skala voltage DC.

    5. Sumber arus dihidupkan, arus diatur sedemikian rupa agar arus = 0,25 A.

    6. Tegangan yang dihasilkan dicatat.

    7. Langkah 5 dan 6 dilakukan untuk arus I yang lain.

  • 3

    Gambar 1. Rangkaian seri

    B. Rangkaian Paralel

    1. Peralatan dirangkai seperti Gambar 2. Hambatan yang digunakan dicatat.

    2. Rangkaian dihubungkan dengan sumber arus.

    3. Alat pengukur arus diatur pada skala Current DC.

    4. Alat pengukut tegangan diatur pada skala voltage DC.

    5. Sumber arus dihidupkan, arus diatur sedemikian rupa agar arus = 0,25 A.

    6. Tegangan yang dihasilkan dicatat.

    7. Langkah 5 dan 6 dilakukan untuk arus I yang lain.

    Gambar 2. Rangkaian Paralel

    V. Pertanyaan

    1. Jelaskan pengertian daerah Ohmik dan Non-Ohmik.

    2. Jelaskan prinsip pengukuran hambatan dengan volmeter dan amperemeter!

    3. Apakah pengaruh temperatur pada hambatan?

  • 4

    DATA PENGAMATAN

    HUKUM OHM

    Keadaan Laboratorium Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan

    Suhu oC oC

    Kelembaban relatif % %

    Kode Warna Resistor

    No Warna

    Besar Resistansi Cincin 1 Cincin 2 Cincin 3 Cincin 4

    Rangkaian Seri

    No Sumber Arus (A) Rtotal () VR1 (V) VR2 (V) VR3 (V) Vtot (V) I (mA)

    1 0,25

    Rangkaian Paralel

    No Sumber Arus (A) Rtotal () IR1 (V) IR2 (V) IR3 (V) Itot (V) V (V)

    1 0,25

    Asisten pengawas

    ( )

    Jambi,

    Praktikan

    ( )

  • 5

    MODUL L2

    JEMBATAN WHEATSTONE

    I. Tujuan

    1. Mempelajari rangkaian jembatan wheatstone sebagai pengukur hambatan

    2. Mengukur besar hambatan dan membuktikan hukum hubungan seri dan pararel

    3. Menentukan hambatan jenis suatu kawat penghantar.

    II. Alat dan Bahan

    1. Kawat geser

    2. Resistor

    3. Kawat penghantar

    4. Galvanometer

    5. Power supply DC

    6. Hambatan standar

    7. Kabel penghubung

    III. Teori

    Untuk suatu rangkaian bercabang, pada setiap kondisi tak berubah, Hukum Kirchoff

    pertama menyatakan, pada setiap titk percabangan

    = 0 (1)

    dimana In adalah arus yang menuju atau meninggalkan titik percabangan.

    Gbr. 1. Skema Jembatan Wheatstone

    Untuk setiap loop tertutup C dari jaringan penghantar linear, pada setiap kondisi tak

    berubah, Hukum Kirchoff Kedua menyatakan

    (. ) = 0 (2)

    G

    RX R3

    R1 R2

    Sumber arus DC

  • 6

    Dimana Rn adalah hambatan dari penghantar ke-n dan Vn besar tegangan. Untuk

    rangkaian jembatan Wheatstone seperti pada Gbr. 1, diperoleh

    = .1

    2= .

    1

    2 (3)

    Dari Pers. (1) dan (2) dapat dituliskan

    = (4)

    untuk hambatan terhubung seri dan untuk hambatan terhubung paralel adalah

    1

    =

    1

    (5)

    untuk konduktor yang sama, dengan panjang dan luas penampang A, besar hambatan adalah

    = .

    (6)

    IV. Percobaan

    A. Mengukur Besar Hambatan Seri dan Paralel

    1. Susun rangkaian seperti Gbr. 1!

    2. Atur nilai Rs pada 100, kemudian atur kontak geser K sehingga galvanometer

    menunjukkan angka nol!

    3. Catat panjang L1 dan L2!

    4. Ulangi percobaan dengan mengubah nilai Rs pada 150, 330, sampai 680!

    5. Ulangi untuk RX yang dihubungan secara seri dan pararel!

    B. Menentukan hambat jenis kawat penghantar

    1. Dari Gbr 1, ganti RX dengan kawat penghantar!

    2. Catat panjang dan diameter kawat penghantar

    3. Lakukan cara kerja A.2 dan A.3 atur nilai Rs pada 10, kemudian ulangi untuk nilai

    Rs lainnya.

    4. Ulangi langkah diatas untuk panjang kawat yang berbeda-beda (sekurang-kurangnya

    5 panjang kawat)!

    V. Pertanyaan

    1. Jelaskan cara lain untuk mengukur hambatan!

    2. Buktikan Pers. (3) dan (6)!

    3. Apa syarat agar R1 dan R2 sebanding dengan L1 dan L2 ?

    4. Bagaimana pengaruh pengukuran jika kawat geser tidak homogen?

  • 7

    5. Mengapa pada pengukuran kapasitas, galvanometer diganti denganHeadphone?

    6. Apakah satuan hambatan jenis (satuan SI)?

    VI. Evaluasi Akhir

    1. Hitung besar Rx dan hambatan pengganti Rx yang dihubungkan secara seri dan paralel!

    2. Berdasarkan hasil percobaan tentukan hukum hubungan seri dan pararel pada

    hambatan

    3. Buat grafik hambatan terhadap panjang kawat penghantar (R vs ), cari gradiennya

    dan hitung hambatan jenis dari kawat penghantar tersebut.

    4. Dengan mellihat literatur, tentukan jenis bahan kawat penghantar tersebut!

    5. Buat analisis dan kesimpulan hasil percobaan.

  • 8

    DATA PENGAMATAN

    JEMBATAN WHEATSTONE

    Keadaan Laboratorium Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan

    Suhu oC oC

    Kelembaban relatif % %

    Rx Tunggal

    Kuat Arus l1 (cm) l2 (cm) l1/l2 Rs () Rx ()

    Rx Seri

    Kuat Arus l1 (cm) l2 (cm) l1/l2 Rs () Rx-seri ()

    Rx Paralel

    Kuat Arus l1 (cm) l2 (cm) l1/l2 Rs () Rx-paralel ()

  • 9

    Hambat Jenis Kawat Penghantar

    No Jenis

    Kawat

    Panjang

    kawat (m)

    Diameter

    kawat (m)

    l1 (cm) l2 (cm) l1/l2 Rs () (.m)

    Asisten pengawas

    ( )

    Jambi,

    Praktikan

    ( )

  • 10

    MODUL L3

    RANGKAIAN SERI RLC

    I. Tujuan

    1. Mempelajari pengaruh frekuensi terhadap resistor, induktor dan kapasitor

    2. Menentukan pengaruh frekuensi terhadap beda fase anatara arus dan tegangan dalam

    rangkaian seri RLC.

    II. Peralatan

    1. Osiloskop

    2. Generator nada

    3. Amperemeter AC

    4. Papan rangkaian

    5. Resistor, Kapasitor, Induktor

    6. Set kabel penghubung

    III. Teori

    Jika sebuah lilitan dengan induktansi L, sebuah kapasitor dengan kapasitan C dan

    sebuah hambatan ohmik

    dihubungkan seri dengan

    sumber tegangan AC

    tVV cos0 seperti

    terlihat pada Gbr. 1, maka

    pada rangkaian akan

    terbaca

    = +

    +

    (1)

    dengan I adalah arus dan

    Q muatan pada kapasitor.

    Jika Pers (1) diturunkan dengan =

    diperoleh = cos( ) (2)

    dimana

    =

    2+(1/)2

    (3)

    V = V0 cos t Gbr. 1, Rangkaian seri resistor, induktor dan kapasitor (RLC)

  • 11

    Pergeseran fasa adalah

    tan = 1/

    (4)

    Berdasarkan Pers.(2), arus akan memiliki titik resonansi di

    = = 1

    .

    dan akan menghasilkan Impendasi

    = 2 + ( 1/)2

    (5)

    Reaktansi induktif merupakan impedansi dari induktor, mempunyai simbol XL dan

    satuan Ohm, sedangkan reaktansi kapasitif merupakan impedansi dari kapasitor, mempunyai

    simbol XC dan mempunyai satuan Ohm juga. Besar kedua reaktansi tersebut adalah :

    XL = L atau XL =

    dan

    XC = 1

    . atau XC =

    (6)

    dengan VLef adalah tegangan efektif antara kedua ujung induktor, VCef tegangan efektif antara

    kedua ujung kapasitor Ief arus efektif yang melalui induktor atau kapasitor.

    Dengan menggunakan Pers (4) dapat dibuktikan bahwa beda fase antara tegangan dan

    arus dalam induktor, kapasitor dan tahanan, beturut-turut adalah -90, 90 dan 0o jadi fase

    tegangan pada R sama dengan fase arus yang mengalir dalam rangkaian seri RLC. Sehingga

    dengan membandingkan fase tegangan pada kedua ujung rangkaian, RLC dan fase tegangan

    pada tahanan R, dapat diketahui beda fase

    antara arus dan tegangan dalam rangkaian

    seri RLC. Tegangan pada masing-masing

    komponen serta beda fasenya terhadap arus

    dapat di gambarkan dengan diagram fasor

    sebagai berikut :

    Pada Gbr. 2, terlihat bahwa di dalam induktor, fase tegangan mendahului fase arus sebesar

    90o ; di dalam kapasitor fase tegangan ketinggalan dari fase arus sebesar 90o ; dan di dalam

    tahanan, fase tegangan sama dengan fase arus. adalah beda fase antara tegangan dan arus

    dalam rangkaian seri R, L dan C. Pada saat resonansi, dipenuhi syarat VL = VC atau = 0.

    Gbr. 2. Diagram fasor dari rangkaian seri RLC

    VC = i XC

    VR = i R

    VL = i XL

    i (sudut fase = 0o)

    V

  • 12

    IV. Percobaan

    1. Atur amplitudo gelombang dari generator nada pada 5 volt (10 volt peak to peak)

    2. Buatlah rangkaian percobaan seperti Gbr. 1!

    3. Pasang kapasitor dengan harga 22F R = 10, dan L = 500 lilitan!

    4. Atur frekuensi dari generator nada untuk mendapatkan frekuensi resonansi (terjadi saat

    arus yang mengalir pada rangkaian maksimum).

    5. Catat arus yang mengalir pada rangkaian dan ukur tegangan pada ujung-ujung R, L dan

    C serta frekuensi gelombang pada osiloskop.

    6. Atur frekuensi generator nada untuk beberapa nilai frekuensi di bawah dan di atas

    frekuensi resonansi, kemudian ulangi langkah 5.

    7. Ulangi langkah 4 sampai 6 untuk nilai R yang lebih besar!

    V. Pertanyaan

    1. Buktikan bahwa beda fase tegangan dan arus dalam induktor, kaspasitor dan tahanan

    berturut-turut adalah 90o, -90o dan 0o!

    2. Terangkan mengapa jika terjadi resonansi, V menjadi minimum dan arus pada rangkaian

    mencapai harga maksimum!

    3. Ceritakan tentang resonansi pada rangkaian paralel L dan C (tentang arus, syarat

    resonansi dan frekuensi resonansi)!

    VI. Evaluasi Akhir

    1. Hitung nilai reaktansi induktif XL , reaktansi kapasitif XC, nilai hambatan R, dan nilai

    impedansi Z untuk setiap perubahan frekuensi.

    2. Buat grafik R, XL, XC dan Z terhadap frekuensi ()

    3. Dari grafik XL terhadap frekuensi, hitung induktansi dari induktor. Buat grafik XC vs

    menjadi linear dan hitung harga C. Bandingkan dengan harga C yang tercantum pada

    kapasitor.

  • 13

    DATA PENGAMATAN

    RANGKAIAN SERI RLC

    Keadaan Laboratorium Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan

    Suhu oC oC

    Kelembaban relatif % %

    R=

    L= lilitan

    C= F

    Frekuensi

    Generator

    IR IL IC V V (Vp-p) fosiloskop

    fresonansi

    < fresonansi

    > fresonansi

    R=

    L= lilitan

    C= F

    Frekuensi

    Generator

    IR IL IC V V (Vp-p) fosiloskop

    fresonansi

    < fresonansi

    > fresonansi

    Asisten pengawas

    ( )

    Jambi,

    Praktikan

    ( )

  • 14

    MODUL P1

    KALORIMETER

    I. Tujuan

    1. Menentukan kalor lebur es

    2. Menentukan panas jenis serta kapasitas panas berbagai logam

    II. Alat dan Bahan

    1. Kalorimeter

    2. Termometer

    3. Pemanas dan bejana didih

    4. Keping-keping logam

    5. Neraca

    III. Teori

    Percobaan ini didasarkan pada azas Black. Jika dua benda dengan temperatur berbeda

    berada dalam satu sistem, maka terjadi perpindahan kalor

    dari benda dengan temperatur lebih tinggi ke benda dengan

    temperatur lebih rendah hingga mencapai keadaan

    setimbang. Pada keadaan setimbang, kalor yang dilepas

    sama dengan kalor yang diterima.

    IV. Percobaan

    A. Menentukan Nilai Air Kalorimeter

    1. Didihkan air di bejana didih, catat temperatur saat air mendidih (Tp)

    2. Timbang kalorimeter kosong dengan pengaduknya, catat massa kalorimeter (mk)

    3. Isi kalorimeter dengan air ( bagian kalorimeter), catat massa air (ma)

    4. Masukkan kalorimeter ke dalam selubung luarnya, catat temperatur kalorimeter (Ta)

    5. Tambahkan air mendidih hingga bagian, catat temperatur kesetimbangan (Ts)

    6. Timbang kembali kalorimeter tanpa selubung, catat massa air yang ditambahkan (mp)

  • 15

    B. Menentukan Kalor Lebur Es

    1. Siapkan potongan es, catat temperatur es tersebut (Tes)

    2. Timbang Kalorimeter kosong dengan pengaduknya, catat sebagai massa kalorimeter

    (mk)

    3. Isi kalorimeter dengan air ( bagian kalorimeter), catat massa air (ma)

    4. Masukkan kalorimeter ke dalam selubung luarnya, catat temperatur kalorimeter (Ta)

    5. Masukkan potongan es ke dalam kalorimeter, tutup kemudian aduk, catat temperatur

    kesetimbangan (Ts)

    6. Timbang kembali kalorimeter tanpa selubung, catat massa es yang ditambahkan (mes)

    C. Menentukan Kalor Jenis Logam

    1. Timbang keeping-keping logam catat sebagai mlgm, dan panaskan, catat temperatur

    logam tersebut (Tlgm)

    2. Timbang kalorimeter kosong dengan pengaduknya, catat massa kalorimeter (mk)

    3. Isi kalorimeter dengan air ( bagian kalorimeter), catat massa air (ma)

    4. Masukkan kalorimeter ke dalam selubung luarnya, catat temperatur kalorimeter (Ta)

    5. Masukkan keeping-keping logam tadi ke dalam kalorimeter dan catat temperatur

    kesetimbangan (Ts)

    6. Ulangi untuk logam-logam lainnya!

    V. Pertanyaan

    1. Berikan pembahasan tentang azas Black sehingga mendapatkan persamaan yang akan

    digunakan pada percobaan ini (A, B, C)

    2. Tuliskan defenisi panas jenis, kalor lebur, kapasitas kalor! tulis dimensi dari masing-

    masing besaran

    3. Apakah yang dimaksud dengan nilai air kalorimeter?

    4. Apa yang dimaksud dengan kesetimbangan?

    VI. Evaluasi Akhir

    1. Hitung nilai air kalorimeter

    2. Hitung kalor lebur es, panas jenis logam dan kapasitas kalor dari logam yang

    digunakan. Bandingkan dengan literatur!

    3. Buat analisis dan berikan kesimpulan percobaan.

  • 16

    DATA PENGAMATAN

    KALORIMETER

    Keadaan Laboratorium Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan

    Suhu oC oC

    Kelembaban relatif % %

    A. Nilai air kalorimeter

    Tp mk ma Ta Ts mp

    B. Kalor lebur es

    Tes mk ma Ta Ts mes

    C. Kalor jenis logam

    Jenis logam mlgm Tlgm mk ma Ta Ts

    Asisten pengawas

    ( )

    Jambi,

    Praktikan

    ( )

  • 17

    MODUL P2

    KOEFISIEN MUAI LINIER

    I. Tujuan

    1. Mempelajari pemuaian berbagai logam

    2. Menentukan koefisien muai linier logam besi, alumunium, dan tembaga

    II. Alat dan Bahan

    1. Peralatan muai panjang 1 set

    2. Dial gauge 1 buah

    3. Thermometer 1 buah

    4. Batang logam besi 1 buah

    5. Batang logam alumunium 1 buah

    6. Batang logam tembaga 1 buah

    7. Lampu spritus 1 buah

    III. Teori

    Sebagian besar zat memuai bila dipanaskan dan mengecil bila didinginkan. Banyaknya

    pemuaian atau menjadi kecil bervariasi tergantung pada jenis material.

    Gambar 1. Pemuaian batang logam

    Berdasarkan eksperimen, diamati perubahan panjang (L) sebanding dengan

    perubahan suhu untuk hampir semua benda padat. Perubahan panjang sebanding dengan

    panjang mula - mula L0 seperti terlihat pada Gbr. 1. Kesetaraan ini dapat ditulis menjadi :

    = 0 (1)

    dengan adalah koefisien muai linier [/C]. Persamaan Ini juga dapat ditulis dalam bentuk :

  • 18

    = 0(1 + ) (2)

    Dengan L0 adalah panjang mula -mula pada suhu T0 dan L adalah panjang setelah

    dipanaskan atau didinginkan pada temperatur T [C]. Besar koefisien muai linier ditentukan

    oleh bahan pembentuk logam. Dalam eksperimen untuk pengukuran koefisien ini dilakukan

    dengan mencari perbedaan panjang (L) dari batang yang ditempatkan pada ruang dengan suhu

    t1 dan pada uap panas dengan suhu t2. Perubahan panjang L sebanding dengan panjang awal

    L1 dan penambahan suhu t2 t1. Koefisien muai linear dapat ditulis:

    =

    1(

    1

    12) (3)

    IV. Percobaan

    1. Ukur panjang batang logam dan catat suhu ruang

    2. Masukkan batang logam yang akan diukur ke dalam peralatan muai logam linier serta

    pasang thermometer.

    3. Panaskan batang hingga tercapai kesetimbangan termal dengan menghubungkan

    peralatan muai linier dengan sumber tegangan.

    4. Catat perubahan (L) untuk setiap penurunan suhu 20C.

    5. Ulangi langkah 1 s/d 4 untuk batang logam yang lain

    V. Pertanyaan

    1. Apa yang dimaksud dengan koefisien muai linier, koefisien muai luas dan koefisien

    muai volume?

    2. Tentukan satuan dan dimensi dari besaran besaran pada pertanyaan no.1!

    3. Apakah yang mempengaruhi besar kecilnya koefisien muai?

    4. Buktikan bahwa:

    a. Koefisien muai logam 2 kali koefisien muai liniernya?

    b. Koefisien muai volume luas logam 3 kali koefisien muai liniernya?

    VI. Evaluasi Akhir

    1. Buat grafik yang menunjukkan hubungan antara L dan T!

    2. Hitung koefisien muai linier logam dengan gradient dari kurva logam

    3. Bandingkan harga hasil percobaan dengan daftar pada buku referensi, dari hal ini

    tentukan jenis logam tersebut!

    4. Buat Analisis dan kesimpulan dari percobaan.

  • 19

    DATA PENGAMATAN

    KOEFISIEN MUAI LINEAR

    Keadaan Laboratorium Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan

    Suhu oC oC

    Kelembaban relatif % %

    Panjang awal logam = cm

    Suhu Setimbang = 0C

    Penurunan Suhu

    1. .

    2. ..

    3. ..

    4. ..

    5. ..

    6.

    7.

    8.

    9. .

    10. .

    Asisten pengawas

    ( )

    Jambi,

    Praktikan

    ( )

  • 20

    MODUL O1

    LENSA

    I. Tujuan

    1. Mempelajari sifat pada lensa

    2. Menentukan panjang fokus dan perbesaran lensa cembung dengan mengukur jarak

    bayangan dan objek

    3. Menentukan panjang fokus lensa cembung dan kombinasi dari lensa cekung dengan

    menggunakan metode Bessel

    II. Alat dan Bahan

    1. Lensa positif dan lensa negatif

    2. Benda berupa celah

    3. Bangku optik

    4. Layar penangkap bayangan

    5. Cermin

    6. Sumber tegangan, lampu filamen

    III. Teori

    Hubungan antara jarak fokus lensa f, jarak benda g, dan jarak bayangan b diperoleh dari

    optik geometris. Tiga berkas cahaya utama, sinar fokus, sinar paralel dan sinar pusat seperti

    terlihat pada Gambar 1:

    Dengan melihat geometris dari gambar, jarak fokus lensa dapat dihitung dengan:

    gb

    gbf

    gbf

    .atau

    111 (1)

    sedangkan perbesaran bayangan yang terbentuk dapat dihitung dengan:

    f f

    g b

    Gambar 2. Pembentukan bayangan pada lensa cembung

    G B

  • 21

    g

    b

    G

    B (2)

    dimana B adalah ukuran bayangan dan G adalah ukuran objek atau benda.

    Pada jarak yang sama d antara benda dan bayangan, saat didapatkan bayangan

    diperbesar (kasus I), posisi lensa cekung dapat digeser sehingga jarak antara benda dan lensa

    berubah (kasus II) hingga diperoleh bayangan yang jelas namun diperkecil seperti terlihat dari

    Gambar 2.

    Dengan menentukan jarak d, serta posisi lensa untuk bayangan diperbesar dan

    diperkecil (e) jarak fokus lensa dapat ditentukan. Penentuan fokus lensa dengan metoda ini

    dinamakan juga dengan Metoda Bessel:

    d

    edf

    4

    22 (3)

    IV. Percobaan

    A. Menentukan fokus lensa positif

    1. Susunlah sistem optik seperti Gambar 1

    2. Ambil jarak dari benda ke layar (layar dari 100 cm). Catat posisi benda dan

    bayangan (layar)

    3. Geserkan lensa sehingga didapatkan bayangan yang diperbesar yang jelas pada

    layar. Catat posisi lensa

    4. Tentukan jarak antara benda dengan lensa (g) dan jarak antara lensa dan bayangan/

    layar (b)

    5. Tentukan jarak fokus dengan menggunakan persamaan 1.

    6. Tentukan perbesaran bayangan dengan persamaan 2.

    e

    d

    Gambar 3. menentukan jarak fokus lensa dengan metode bessel

    cekung cembung

  • 22

    B. Menentukan Fokus Lensa Positif dengan Metode Bessel

    1. Berdasarkan percobaan A, tambahkan lensa negatif antara lensa cembung dengan

    bayangan, geserkan kedudukan lensa negatif sehingga didapatkan bayangan

    lainnya yang diperkecil dan jelas

    2. Catat posisi bayangan diperkecil

    3. Tentukan jarak antara benda dengan layar (d) dan jarak antara posisi lensa

    diperbesar dengan posisi lensa diperkecil (e)

    4. Tentukan jarak fokus lensa dengan menggunakan persamaan 3.

    V. Pertanyaan

    1. Lukiskan jalannya sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung

    2. Jelaskan apa itu titik fokus lensa pertama dan titik fokus kedua pada lensa?

    3. Apa ukuran kekuatan lensa?

    4. Jelaskan sifat lensa cembung dan lensa cekung dalam pembentukan bayangan

    VI. Evaluasi Akhir

    1. Buktikan persamaan 1, 2 dan 3

    2. Jelaskan macam-macam aberasi pada lensa dan adakah pengaruhnya dalam penentuan

    jarak fokus lensa?

    3. Bagaimana hubungan antara perbesaran bayangan dengan jarak fokus lensa dan jarak

    benda!

    4. Tentukan fokus lensa dari masing-masing metode dan kekuatan lensa

    5. Buat analisis dan kesimpulan hasil percobaan!

  • 23

    DATA PENGAMATAN

    LENSA

    Keadaan Laboratorium Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan

    Suhu oC oC

    Kelembaban relatif % %

    A. Fokus lensa positif

    No Posisi benda

    (cm)

    Posisi layar

    (cm)

    Posisi lensa

    (+)

    g (cm) b (cm) f (cm)

    D. Fokus lensa positif dengan metode bessel

    No Posisi

    benda (cm)

    Posisi

    layar (cm)

    Posisi lensa

    + (cm)

    Posisi lensa

    (cm)

    d

    (cm)

    e

    (cm)

    f (cm)

    Asisten pengawas

    ( )

    Jambi,

    Praktikan

    ( )

  • 24

    MODUL O2

    INDEKS BIAS PRISMA

    I. Tujuan

    1. Mempelajari cara menggunakan spektrometer

    2. Menentukan indeks bias prisma

    II. Alat dan Bahan

    1. Spektrometer

    2. Lampu Natrium atau Hg

    3. Prisma

    III. Teori

    Apabila suatu sinar dengan sudut tertentu melewati dua medium yang berbeda, dengan

    n1 adalah indeks biar medium I dan n2 untuk medium II, maka akan berlaku hubungan:

    rnin sinsin 21 (1)

    dengan i adalah sudut datang serta r merupakan sudut bias yang diukur terhadap garis normal.

    IV. Percobaan

    A. Pengukuran sudut pembias prisma

    1. Cari skala sudut pada saat teropong dan sumber cahaya berada pada suatu garis

    lurus (titik nol)

    2. Letakkan prisma dengan sudut pembias A menghadap ke sumber cahaya. Dengan

    sudut datang sembarang seperti gambar.

    N

    i

    r

    n1

    n2

    Gambar 4. Berkas cahaya pada medium berbeda

  • 25

    O

    O O O

    d

    3. Dengan menggunakan teropong, cari sinar pantul dari dua buah sisi sudut pembias.

    Jika besar sudut antara kedua sinar pantul tersebut adalah , maka:

    =1

    2 (2)

    4. Cari sinar bias yang keluar dari prisma menggunakan teropong, catat skala

    sudutnya!

    5. Selisih deviasi sudut langkah 4 dengan skala titik nol merupakan sudut deviasi (d)

    Nilai n dihitung dengan persamaan:

    22 )cotsin1(sin Addn (3)

    6. Ulangi langkah 2 - 5, untuk sudut pembias prisma lainnya (sudut B dan C)

    B. Metode sudut deviasi mnimum

    1. Letakkan prisma sehingga salah satu sudut pembias menerima cahaya dengan sudut

    datang sangat besar, tetapi lebih kecil dari 90 (perhatikan sinar 1) seperti pada

    gambar

    2. Dengan teropong, cari sinar keluar (berupa spektrum) dari prisma.

    3. Putarlah meja prisma sehingga sudut datang berkurang, bersama dengan itu

    putarlah teropong dengan arah yang sama, jaga agar bayangan/ spektrum tetap

    berada dalam penglihatan

    4. Putarlah terus prisma dan teropong sampai spektrum bergerak berbalik arah

    terhadap arah perputaran prisma

    5. Catat besar sudut pada saat spektrum berbalik arah

    6. Ambil prisma tersebut lalu gerakkan teropong untuk mendapatkan cahaya langsung

    dari sumber, catat sudut itu

    7. Selisih dua sudut tersebut merupakan sudut deviasi mnimum

    8. Lakukan langkah 1 sampai 7 untuk sisi prisma lainnya

    9. Lakukan langkah A dan B untuk jenis prisma lainnya

  • 26

    Catatan: Nilai n untuk metoda ini adalah

    A

    ADn m

    21

    21

    sin

    )(sin (4)

    V. Pertanyaan

    a. Apa yang dimaksud oleh: indeks bias, deviasi sudut, deviasi mnimum, relaksasi,

    refleksi, dispersi dan daya dispersi?

    b. Apa syarat deviasi mnimum terjadi?

    c. Buktikan persamaan (1), (2), (3) dan (4)

    VI. Evaluasi Akhir

    1. Tentukan sudut A, B, C

    2. Tentukan sudut deviasi mnimum

    3. Hitung n prisma dengan dua metode tersebut, bandingkan hasilnya

    4. Buatlah anlisis dan berikan kesimpulan.

    1

    2 3

    D3 Dm

    D1

    1 2

    3

  • 27

    DATA PENGAMATAN

    INDEKS BIAS PRISMA

    Keadaan Laboratorium Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan

    Suhu oC oC

    Kelembaban relatif % %

    Jenis lampu =

    ii. Pengukuran indeks bias prisma metode sudut pembias

    No Sudut T1 T2 A Tb d n

    1 A

    2 B

    3 C

    iii. Metode sudut deviasi minimum

    No Jenis Prisma Sudut T To Dm A n

    1

    A

    B

    C

    2

    Asisten pengawas

    ( )

    Jambi,

    Praktikan

    ( )