80
Pengujian Hipotesis tentang Vektor Rata-rata (Part 1) Nusar Hajarisman Department of Statistics, Universitas Islam Bandung

Pengujian Vektor Rataan-Part1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pengujian Hipotesis tentang Vektor Rata-rata (Part 1)Nusar HajarismanDepartment of Statistics, Universitas Islam Bandung

Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Typewritten Text
Pilar
Sticky Note
Pilar
Highlight
Page 2: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pendahuluan

¨ Pengujian hipotesis dalam konteks multivariat lebih kompleks daripada dalam konteks univariat.

¨ Begitu banyak parameter yang terlibat untuk dianalisis. ¨ Misalnya, untuk distribusi normal dengan p-variat akan

mempunyai p buah rata-rata, p varians, dan C(p, 2) kovarians, dimana besaran C(p, 2) menunjukkan banyaknya pasangan diantara p buah variabel.

¨ Dengan demikian banyaknya parameter yang terlibat adalah sebanyak

Page 3: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pendahuluan

¨ Banyaknya parameter yang terlibat dalam analisis multivariat adalah sebanyak

¨ Sebagai contoh, untuk p = 10, maka banyaknya parameter ada sebanyak 65 yang masing-masing parameter dapat dirumuskan hipotesisnya.

¨ Lebih jauh, peneliti biasanya tertarik dalam pengujian hipotesis mengenai subset dari parameter-parameter tersebut atau mengenai fungsi dari parameter tersebut.

)3(

21

2+=

++ pp

ppp

Page 4: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pendahuluan

¨ Setidaknya ada empat alasan mengapa menggunakan pendekatan multivariat untuk pengujian hipotesis pada p buah variabel daripada secara univariat, yaitu:

¨ Pertama:

¨ Penggunaan uji univariat akan meningkatkan kekeliruan jenis I, α, sedangkan dalam uji multivariat tetap mempertahankan pada taraf sebesar α.

Page 5: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pendahuluan

¨ Sebagai contoh, misalnya jika melakukan uji univariat sebanyak p = 10 secara terpisah pada taraf 0.05, maka peluang paling tidak melakukan kesalahan dalam menolak hipotesis nol akan lebih besar daripada 0.05.

¨ Apabila variabel-variabel tersebut saling bebas (yang pada kenyataannya jarang terjadi), maka kita akan mempunyai (di bawah H0):

¨ P(menolak H0) = 1 – P(seluruh pengujian menerima H0) ¨ = 1 – (0.95)10 = 0.40

Page 6: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pendahuluan

¨ Taraf signifikansi sebesar 0.40 tentu saja merupakan tingkat kekeliruan yang tidak dapat diterima.

¨ Biasanya, untuk 10 buah variabel yang saling berkorelasi, maka taraf signifikansinya akan berada diantara 0.05 sampai dengan 0.40.

Page 7: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pendahuluan

¨ Kedua:¤ Uji univariat sama sekali mengabaikan korelasi

diantara variabel yang diamati, sedangkan uji multivariat sudah mengakomodir secara langsung korelasinya.

¨ Ketiga:¤ Pada umumnya terjadinya penolakan hipotesis dalam

uji multivariat disebabkan oleh rata-rata yang terbentuk dari suatu kombinasi linear variabel daripada oleh suatu variabel yang berdiri sendiri.

Page 8: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pendahuluan

¨ Keempat:¤ Uji multivariat lebih kuasa dalam banyak kasus. Kuasa uji

adalah peluang menolak H0 pada saat H0 itu adalah benar.

¤ Dalam beberapa kasus, seluruh p variabel dari uji univariat seringkali gagal mencapai tingkat signifikansinya, tetapi dalam uji multivariat adalah signifikan dikarenakan oleh efek yang kecil pada beberapa variabel secara bersama-sama memberikan kontribusi pada terjadinya penolakan H0.

¤ Untuk ukuran sampel tertentu terdapat beberapa keterbatasan pada banyaknya variabel dapat ditangani oleh uji multivariat tanpa kehilangan kuasa ujinya.

Page 9: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pengujian Satu Vektor Rata-rata

¨ Matriks Kovarians Σ Diketahui (Kasus Univariat)¨ Hipotesis yang akan diuji adalah rata-rata y sama

dengan suatu nilai tertentu, katakan saja µ0, melawan alternatif bahwa rata-rata y tidak sama dengan µ0:

¨ Disini tidak akan dibahas hipotesis alternatif satu-arah karena tidak akan digunakan dalam kasus multivariat.

0 0 1 0: vs :H Hµ µ µ µ= ≠

Page 10: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pengujian Satu Vektor Rata-rata

¨ Matriks Kovarians Σ Diketahui (Kasus Univariat)¨ Diasumsikan bahwa sampel acak dari n buah

observasi y1, y2, …, yn berasal dari populasi yang berdistribusi N(µ, σ2) dengan σ2 diketahui.

¨ Statistik Uji:

¨ yang berdistribusi N(0, 1) pada saat H0 benar

nyy

zy /

00

σ

µσ

µ −=

−=

Page 11: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pengujian Satu Vektor Rata-rata

¨ Matriks Kovarians Σ Diketahui (Kasus Univariat)

¨ Untuk α = 0.05, hipotesis H0 akan ditolak jika |z| ≥1.96.

¨ Alternatifnya, kita dapat menggunakan statistik z2

yang akan berdistribusi χ2 dengan derajat bebas satu, dan hipotesis nol ditolak jika z2 ≥ (1.96)2 = 3.84.

¨ Pasa saat n besar, kita yakin melalui dalil limit pusat bahwa z akan mendekati distribusi normal, bahkan jika observasinya bukan berasal dari distribusi normal.

Page 12: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pengujian Satu Vektor Rata-rata

¨ Dalam kasus multivariat kita akan mempunyai beberapa variabel yang diukur pada masing-masing unit sampling, kemudian akan dihipotesiskan suatu nilai untuk rata-rata dari setiap variabel, H0: µ = µ0 melawan H1: µ ≠ µ0. Lebih eksplisit lagi bentuk hipotesisnya menjadi

01 011 1

2 02 2 020 1

0 0

: :

p pp p

H H

µ µµ µµ µ µ µ

µ µµ µ

= ≠

M MM M

Page 13: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pengujian Satu Vektor Rata-rata

¨ Dimana setiap µ0j dinyatakan berdasarkan pada pengalaman sebelumnya atau nilai yang ditargetkan.

¨ Kesamaan vektor dalam H0 mempunyai makna µj = µ0j untuk seluruh j = 1, 2, …, p.

¨ Ketidaksamaan vektor dalam H1 mempunyai makna bahwa paling tidak terdapat satu µj ≠ µ0j.

¨ Jadi, misalnya jika µj = µ0j untuk seluruh j kecuali j= 2, dimana µ2 ≠ µ02, maka hipotesis nol akan ditolak.

Page 14: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pengujian Satu Vektor Rata-rata

¨ Untuk menguji H0, kita akan menggunakan sampel acak dari n vektor observasi y1, y2, …, yn yang berasal dari Np(µ, Σ), dimana Σ diketahui, serta menghitung vektor rata-rata, maka statistik ujinya adalah:

¨ Jika H0 benar, maka Z2 akan berdistribusi χ2, dengan demikian hipotesis nol akan ditolak jika

¨ Z2 >

)()'( 01

02 µµ −Σ−= − yynZ

2, pαχ

Page 15: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Pengujian Satu Vektor Rata-rata

¨ Jika Σ tidak diketahui, kita dalam menggunakan Sdan menggantikannya ke dalam (5.2), serta Z2

akan mengikuti pendekatan distribusi chi-kuadrat. ¨ Tetapi menurut Rencher (2002), ukuran sampel n

akan lebih besar daripada yang ada dalam situasi univariat, dimana

( ) ( )0 / / (0,1)t y s n Nµ= − :

Page 16: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Data yang disajikan pada Tabel 3.1 adalah data tentang tinggi dan berat badan dari 20 siswa laki-laki.

¨ Misalkan diasumsikan bahwa sampel tersebut berasal dari populasi bivariat normal N2(µ, Σ), dimana:

100010010020

Page 17: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Misalkan akan diuji suatu hipotesis H0: µ = (70, 170)`

¨ Dari hasil perhitungan diperoleh informasi

1 71.45y = 2 164.7y =

( ) ( )2 10 0

' 1

'

71.45 70 20 100 71.45 70(20)

164.7 170 100 1000 164.7 170

0.1 0.01 1.45(20) (1.45 5.3) 8.4026

0.01 0.002 5.3

Z n y y−

= − −

− − = − −

− = − = − −

μ Σ μ

Page 18: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Dengan menggunakan α =0.05, maka diketahui:

¨ Hipotesis H0: µ = (70, 170)` ditolak sebab Z2 = 8.4026 > 5.99

¨ Daerah penolakan untuk adalah berada dalam atau diluar ellips sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar 5.1

¨ artinya statistik uji Z2 adalah lebih besar daripada 5.99 jika dan hanya jika berada diluar ellips

20.05;2 5.99χ =

( )1 2, `y y=y

( )1 2, `y y=y

Page 19: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Jika berada dalam wilayah ellips, maka H0 diterima.

¨ Jadi jarak dari µ0 harus diperhitungkan dalam proses pengujian hipotesis.

¨ Apabila jarak tersebut dibakukan oleh Σ-1, maka seluruh titik-titik pada kurva secara statistik berjarak sama dari titik pusatnya.

( )1 2, `y y=y

Page 20: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Gambar 5.1

Page 21: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Perlu dicatat bahwa pengujian ini sensitif terhadap struktur kovarians.

¨ Apabila cov(y1, y2) adalah negatif, maka y2cenderung akan naik pada saat y1 menurun, sehingga ellips akan mempunyai tingkat kemiringan dalam arah yang berbeda.

¨ Dalam hal seperti ini, akan berada dalam daerah penerimaan.

( )1 2, `y y=y

Page 22: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Selanjutnya akan diselidiki uji lanjutan pada masing-masing variabel secara terpisah.

¨ Dengan menggunakan zα/2 = 1.96 untuk α = 0.05, diperoleh

96.17495.0/

96.1450.1/

21

0222

1

0111

−>−=−

=

<=−

=

nyz

ny

z

σ

µ

σ

µ

Page 23: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Jadi dalam hal ini kedua pengujian menghasilkan penerimaan hipotesis.

¨ Dalam hal ini kedua rata-rata untuk y1 dan y2 cukup jauh dari suatu nilai yang dihipotesiskan yang menyebabkan terjadi penolakan pada hipotesis nol.

¨ Akan tetapi pada saat terdapat korelasi positif antara y1dan y2 yang diperhitungkan ke dalam uji multivariat, maka terjadilah penolakan terhadap hipotesis nol.

¨ Hasil ini mengilustrasikan kelebihan dari uji multivariat dibandingkan dengan hasil-hasil dari uji univariat.

Page 24: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Gambar 5.2 menunjukkan daerah penerimaan segiempat untuk uji univariat yang disatukan dengan daerah penerimaan ellips untuk uji multivariat.

¨ Segiempat ini diperoleh dengan cara menghitung dua buah daerah penerimaan:

1 1

01 1 01

2 202 2 02

1.96 1.96

1.96 1.96

yn n

yn n

σ σµ µ

σ σµ µ

− < < +

− < < +

Page 25: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Gambar 5.2

Page 26: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Titik-titik di dalam ellips tetapi berada di luar segiempat akan ditolak paling tidak dalam satu dimensi univariat tetapi akan diterima secara multivariat.

¨ Hal ini mengilustrasikan adanya peningkatan dalam α sebagai hasil dari uji univariat.

¨ Titik-titik di luar ellips tetapi berada dalam segiempat akan ditolak secara multivariat tetapi diterima dalam uji univariat.

Page 27: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.1:

¨ Jadi dalam kedua kasus yang ditunjukkan dalam wilayah yang diarsir, kita seharusnya menggunakan hasil-hasil yang diberikan dalam uji multivariat.

¨ Dalam satu kasus, uji multivariat lebih kuasa dibandingkan dengan uji univariat, dalam kasus yang lain uji multivariat memberikan nilai α yang eksak dibandingkan nilai α yang meningkat dalam uji univariat.

Page 28: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui

¨ Pada bagian sebelumnya telah disinggung sedikit mengenai sifat-sifat pengujian hipotesis, sebab pengujian tersebut diterapkan dengan asumsi bahwa Σ diketahui.

¨ Pembahasan mengenai pengujian untuk satu-sampel penting untuk dibahas karena dapat dijadikan dasar untuk lebih memahami kasus dua-sampel yang memang sering diterapkan.

¨ Menurut Rencher (2002) ada dua alasan mengapa kasus satu-sampel penting untuk dibahas, yaitu:

Page 29: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui

¨ Banyak sekali konsep-konsep dasar akan lebih mudah diilustrasikan dalam kerangka kerja satu-sampel dibandingkan dalam kasus dua-sampel.

¨ Beberapa pengujian yang sangat bermanfaat dapat dituangkan dalam kerangka kerja satu-sampel. Misalnya nanti akan diterapkan pada pengujian data berapasangan (dibahas pada bab ini juga), serta dalam rancangan pengukuran berulang dan analisis profil yang dibahas pada Bab 6.

Page 30: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Univariat)¨ Pertama-tama kita lihat kembali uji-t pada satu-

sampel dalam kasus univariat, dengan hanya satu variabel yang diukur pada setiap unit sampling.

¨ Diasumsikan bahwa sampel acak y1, y2, …, ynberasal dari distribusi N(µ, σ2).

¨ Akan ditaksir µ oleh dan σ2 oleh s2. ¨ Untuk menguji hipotesis H0: µ = µ0 melawan H1: µ ≠

µ0, akan menggunakan statistik uji:

y

( )00

/n yyt

ss nµµ −−

= =

Page 31: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Univariat)¨ Jika H0 benar, maka t akan berdistribusi tn – 1,

dimana n – 1 adalah derajat bebasnya. ¨ Hipotesis nol akan ditolak jika |t| ≥ tα/2,n–1, dimana

tα/2,n–1 adl nilai kritis yang diperoleh dari tabel-t.¨ merupakan bentuk karakteristik

dari statistik-t, yang menunjukkan suatu jarak sampel yang dibakukan antara dengan µ0.

¨ Dalam bentuk seperti ini, rata-rata yang dihipotesiskan dikurangi oleh , dan selisihnya itu kemudian dibagi oleh

( )0 /t y s nµ= −

y

y /ys s n=

Page 32: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Univariat)¨ Oleh karena y1, y2, …, yn merupakan sampel acak

dari N(µ, σ2), maka variabel acak dan s adalah saling bebas.

¨ Selanjutnya bentuk karakteristik ini akan analog dengan statistik-T2 dalam kasus multivariat.

y

Page 33: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Sekarang pembahasan dilanjutkan pada kasus

multivariat dimana p buah variabel diukur pada masing-masing unit sampling.

¨ Diasumsikan bahwa sampel acak y1, y2, …, ynberasal dari Np(µ, Σ), dimana yi berisi ppengukuran pada unit sampling ke-i.

¨ Vektor rata-rata µ akan ditaksir oleh dan matriks kovarians Σ oleh S. Untuk menguji hipotesis H0: µ = µ0 melawan H1: µ ≠ µ0, akan digunakan perluasan dari statistik-t univariat.

Page 34: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Dalam bentuk kuadrat, statistik-t univariat dapat

ditulis kembali sebagai

¨ Pada saat dan s2 digantikan oleh dan S, maka akan diperoleh statistik uji

¨ Alternatifnya, T2 dapat diperoleh melalui Z2

dengan cara menggantikan Σ oleh S.

( ) ( ) ( )2

02 2 10 02 ( )

n yt n y s y

µ µ−−= = − −

( )0y µ− ( )0−y μ

( ) ( )2 10 0( )T n −= − −y μ S y μ

Page 35: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Distribusi dari T2 ditemukan oleh Hotelling pada

tahun 1931 dengan mengasumsikan bahwa H0benar dan samplingnya adalah Np(µ, Σ).

¨ Distribusi ini mempunyai indeks dua buah parameter, yaitu p dimensi dan derajat bebas v = n – 1. Hipotesis nol ditolak jika T2 > .

¨ Apabila sampel berukuran besar dan hipotesis nol diterima, maka kita cukup mempunyai keyakinan bahwa nilai µ yang sebenarnya mendekati suatu nilai µ0 yang dihipotesiskan.

2, , 1p nTα −

Page 36: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Statistik-T2 dapat dipandang sebagai jarak sampel

dibakukan antara vektor rata-rata observasi dengan vektor rata-rata yang dihipotesiskan.

¨ Apabila vektor rata-rata sampel mempunyai jarak yang cukup jauh dengan vektor rata-rata yang dihipotesiskan, maka akan terjadi penolakan terhadap H0.

¨ Densitas dari T2 adalah miring sebab batas bawahnya adalah nol dan tidak mempunyai batas atas.

Page 37: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Statistik uji merupakan besaran skalar, karena

¨ merupakan bentuk kuadratik.¨ Bentuk karakteristik dari statistik-T2 adalah

( ) ( )

12

0 0Tn

− = − −

Sy μ y μ

( ) ( )2 10 0( )T n −= − −y μ S y μ

Page 38: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Bentuk karakteristik ini mempunyai dua sifat

penting, yaitu:¨ S/n adalah matriks kovarians sampel dari dan

dianggap sebagai matriks dibakukan dalam suatu fungsi jarak.

¨ Oleh karena y1, y2, …, yn adalah bersitribusi Np(µ, Σ), maka akan berdistribusi , (n – 1)Sakan berdistribusi W(n – 1, Σ), serta dan S adalah saling bebas.

y

( )1,p nN μ Σ y

Page 39: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Beberapa sifat tambahan statistik-T2 :¨ Kita harus mempunyai n – 1 > p. Jika tidak, maka S

akan singular dan statistik-T2 tidak dapat dihitung.¨ Dalam kasus satu-sampel maupun dua-sampel,

derajat bebas untuk statistik-T2 akan sama dengan uji-t univariat, yaitu v = n – 1 untuk kasus satu-sampel, serta v = n1 + n2 – 2 untuk kasus dua-sampel.

Page 40: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Hipotesis alternatif H1 adalah dua-pihak. ¨ Oleh karena statistik-T2 bekerja dalam ruang

multidimensi, maka di sini tidak akan dipertimbangkan hipotesis alternatif satu-pihak.

¨ Walaupun hipotesis alternatif H1: µ ≠ µ0 pada dasarnya merupakan uji dua-pihak, namun demikian daerah kritisnya adalah satu-pihak

¨ Artinya hipotesis nol akan ditolak pada saat diperoleh T2 yang relatif besar

Page 41: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Dalam kasus univariat, . Statistik-T2 juga dapat

dikonversikan ke dalam statistik-F sebagai berikut:

¨ Perlu dicatat bahwa p dimensi (banyaknya variabel) dari statistik-T2 akan menjadi parameter derajat bebas pertama dari statistik-F.

¨ Banyaknya derajat bebas dari T2 dinyatakan dengan v, dan transformasi F diberikan dalam bentuk umum v, karena aplikasi dari T2 lainnya akan mempunyai v yang berbeda dengan n – 1.

21 1, 1n nt F− −=

1,

2,

1+−=

+−pvpvp FT

vppv

Page 42: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)¨ Jika hasil pengujian membawa kepada penolakan

terhadap H0: µ = µ0, maka pertanyaan selanjutnya yang akan muncul adalah variabel mana yang memberikan kontribusi penting terhadap terjadinya penolakan H0 tersebut.

¨ Masalah ini dapat ditangani dengan membentuk selang kepercayaan simultan yang didasarkan pada statistik Hotelling-T2 (interval T2) untuk sampel acak y1, y2, …, yn yang berasal dari populasi Np(µ, Σ) yang didefiniskan oleh

Page 43: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Kasus varians Σ tidak diketahui (Multivariat)

11

1 1 ,

222 2 ,

,

( 1): ( )( )

( 1): ( )( )

( 1): ( )( )

p n p

p n p

ppp p p n p

sp ny Fn p n

sp ny Fn p n

sp ny Fn p n

µ α

µ α

µ α

−±

−±

−±

M

Page 44: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.2:

¨ Dalam Tabel 3.3, diketahui bahwa n = 10 observasi dan p = 3 variabel. Nilai rata-rata yang dihipotesiskan untuk variabel y1 = 15.0, y2 = 6.0, dan y3 = 2.85, sehingga hipotesis nolnya dapat dinyatakan sebagai:

=

85.20.60.15

:0 µH

Page 45: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.2:

¨ Dari hasil perhitungan diperoleh informasi untuk dan S sebagai berikut:

y

28.17.18 ,3.09

140.54 49.68 1.9449.68 72.25 3.68

1.94 3.68 0.25

=

=

y

S

Page 46: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.2:

¨ Untuk menguji hipotesis H0 akan digunakan statistik-T2 sebagai berikut:

¨ Dari Tabel A7, diperoleh nilai kritis Oleh karena T2 = 24.559 > , maka hipotesis nol di atas adalah ditolak.

( ) ( )2 10 0

/ 128.1 15.0 140.54 49.68 1.94 28.1 15.010 7.18 6.0 49.68 72.25 3.68 7.18 6.0

3.09 2.85 1.94 3.68 0.25 3.09 2.8524.559

T n −

= − −

− − = − − − −

=

y μ S y μ

20.05,3,9 16.766T =

20.05,3,9 16.766T =

Page 47: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.2:

11

1 1 ,( 1) 140.5444: ( ) 28.100 16.766

( ) 10

(23.2457; 32.9542)

p n psp ny F

n p nµ α−

−± = ±

=

22

2 2 ,( 1) 72.2484: ( ) 7.180 16.766

( ) 10

(3.6996;10.6604)

p n psp ny F

n p nµ α−

−± = ±

=

33

3 3 ,( 1) 0.2501: ( ) 3.089 16.766

( ) 10

(2.8842; 3.2938)

p n psp ny F

n p nµ α−

−± = ±

=

Page 48: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.2:

¨ Dari hasil di atas terlihat bahwa selang kepercayaan simultanuntuk µ1, µ2, dan µ3 semuanya tidak mencakup nilai nol.

¨ Akan tetapi tidak semua selang kepercayaan tersebutmencakup nilai yang rata-rata yang dihipotesiskan.

¨ Sebagai contoh, misalnya untuk variabel y1, terlihat bahwabatas bawah dan batas atasnya masing-masing adalah23.2457 dan 32.9542,

¨ Sementara nilai rata-rata yang dihipotesiskan untuk y1 adalah15.000, begitu juga untuk variabel y3.

¨ Sedangkan untuk variabel y2, selang kepercayaan yang terbentuk mencakup nilai dari rata-rata yang dihipotesiskan.

Page 49: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Univariat)¨ →

¨ →¨ Diasumsikan bahwa kedua sampel itu saling bebas

dan memenuhi syarat bahwa , dimana σ2 tidak diketahui.

¨ Asumsi mengenai independensi dan bervarians sama sangat diperlukan agar statistik-t dalam Persamaan (5.8) akan mengikuti distribusi-t.

111 12 1, ,..., ny y y ( )2

1 1,N µ σ

121 22 2, ,..., ny y y ( )2

2 2,N µ σ

2 2 21 2σ σ σ= =

Page 50: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Univariat)¨ Dari kedua sampel tersebut akan dihitung

beberapa besaran yang diperlukan, yaitu dan 1y

2y

( ) ( )1 2 21 1 1 1 11

SS 1nii

y y n s=

= − = −∑

( ) ( )2 2 22 2 2 2 21

SS 1nii

y y n s=

= − = −∑

2 22 1 2 1 1 2 2gab

1 2 1 2

SS SS ( 1) ( 1)2 2

n s n ssn n n n

+ − + −= =

+ − + −

Page 51: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Univariat)¨ Diketahui bahwa¨ Untuk menguji hipotesis bahwa H0: µ1 = µ2 vs H1: µ1

≠ µ2, maka akan digunakan statistik uji

¨ yang akan mengikuti distribusi-t dengan derajat bebas n1 + n2 – 2 pada saat H0 benar.

¨ H0 akan ditolak pada saat

( )2 2gabE s σ=

1 2

1 2

1 1gab

y yts

n n

−=

+

1 2/2, 2n nt tα + −≥

Page 52: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ →

¨ →

¨ Untuk kasus dimana p buah variabel diukur pada setiap unit sampling dalam dua sampel. Disini akan diuji suatu hipotesis

111 12 1, , ..., ny y y

121 22 2, , ..., ny y y

( )1 1,pN μ Σ

( )2 2,pN μ Σ

0 1 2 1 1 2: melawan :H H= ≠μ μ μ μ

Page 53: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Diasumsikan bahwa kedua sampel itu saling bebas

dan memenuhi syarat bahwa ,

¨ dimana Σ tidak diketahui. ¨ Asumsi mengenai independensi dan bervarians

sama sangat diperlukan agar statistik-T2 dalam Persamaan (5.9) akan mengikuti distribusi-T2.

1 2= =Σ Σ Σ

Page 54: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Vektor rata-rata sampel 1:

¨ Vektor rata-rata sampel 2:

¨ Matriks jumlah kuadrat dan perkalian silang untuk kedua sampel

1

1 1 11/n

iin

==∑y y

2

2 2 21/n

iin

==∑y y

( )( ) ( )

1

1 1 1 1 1 1 11

' 1n

i ii

n=

= − − = −∑W y y y y S

( )( ) ( )

2

2 2 2 2 2 2 21

' 1n

i ii

n=

= − − = −∑W y y y y S

Page 55: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Oleh karena (n1 – 1)S1 merupakan penaksir takbias

bagi (n1 – 1)Σ1 dan (n2 – 1)S2 merupakan penaksir takbias bagi (n2 – 1)Σ2, maka kita dapat menggabungkannya untuk memperoleh penaksir takbias bagi matriks kovarians populasi Σ, yaitu

( )gab 1 2

1 2

1 1 2 21 2

12

1 [ ( 1) ( 1) ]2

n n

n nn n

= ++ −

= − + −+ −

S W W

S S

Page 56: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Jadi E(Sgab) = Σ. Kuadrat dari statistik-t univariat

dalam (5.8) dapat dinyatakan sebagai

¨ Bentuk di atas dapat diperluas pada p buah variabel dengan mensubstitusikan

¨ ke ¨ Sgab ke

( ) ( ) ( )12 21 2

1 2 1 21 2

gabn nt y y s y y

n n−

= − −+

( )1 2−y y ( )1 2y y− 2

gabs

Page 57: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Sehingga diperoleh

¨ yang akan mengikuti distribusi pada saat H0 benar. Untuk dapat melakukan pengujian hipotesis ini, langkah-langkahnya adalah kumpulkan data untuk dua sampel, hitung statistik-T2 dalam (5.9), kemudian tolak hipotesis H0 jika

( ) ( )2 11 2

1 2 gab 1 21 2

'n nT Sn n

−= − −+

y y y y

1 2

2, 2p n nT + −

1 2

2 2, , 2p n nT Tα + −≥

Page 58: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Statistik-T2 dalam (5.9) dapat dinyatakan dalam

bentuk karakteristik sebagai jarak dibakukan antara dan :

¨ dimana (1/n1 + 1/n2)Sgab adalah matriks kovarians sampel untuk dan Sgab adalah saling bebas dengan sebab sampling berasal dari populasi normal multivariat

1y

2y

( ) ( )1

21 2 gab 1 2

1 2

1 1'Tn n

= − + −

y y S y y

( )1 2−y y ( )1 2−y y

Page 59: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Berikut ini adalah beberapa sifat penting

dari statistik-T2:¨ Diperlukan syarat bahwa n1 + n2 – 2 > p supaya

Sgab bersifat nonsingular.¨ Pada saat T2 besar maka hasil pengujian

cenderung akan mendukung H1, sedangkan untuk nilai T2 kecil akan memberikan hasil pengujian yang cenderung mendukung H0.

Page 60: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Oleh karena batas bawah dari T2 adalah nol dan

tidak mempunyai batas atas, maka densitas dari T2

adalah miring. Dalam kenyataannya memang T2

dapat dihubungkan secara langsung ke statistik-Fyang juga berdistribusi miring.

¨ Derajat bebas untuk T2 adalah n1 + n2 – 2 yang berarti sama dengan derajat bebas untuk statistik-tunivariat.

Page 61: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Hipotesis alternatif merupakan uji dua-

pihak. Akan tetapi daerah kritisnya adalah yang merupakan uji satu-pihak.

¨ Statistik-T2 dapat ditransformasikan ke statistik-Fdengan menggunakan Persamaan (5.7):

¨ dimana p dimensi dari statistik-T2 menjadi parameter derajat bebas pertama untuk statistik-F.

1 1 2:H ≠μ μ

1,

2

21

2121)2(

1−−+=

−+−−+

pnnpFTpnn

pnn

Page 62: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Dimungkinkan untuk membentuk selang

kepercayaan simultan untuk komponen-komponen di dalam vektor µ1 – µ2.

¨ Selang kepercayaan ini dibentuk dengan cara mempertimbangkan seluruh kombinasi linear yang mungkin dari selisih dalam vektor rata-rata. Diasumsikan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal multivariat dan matriks kovarians Σ sama.

Page 63: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Untuk membentuk 100(1 – α)% selang

kepercayaan ini, misalkan diketahui bahwa

¨ Kemudian, dengan peluang sebesar 1 – α maka seleng kepercayaannya menjadi:

( ) ( )1 2

21 2 1 2 , , 12 / 1 p n n pc n n p n n p Fα + − −= + − + − −

( )1 2

1 2

1 1` ` gabcn n

− ± +

a y y a S a

Page 64: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Perbandingan 2 Vektor Rataan (Multivariat)¨ Secara khusus, selang kepercayaan untuk µ1i – µ2i

akan diberikan oleh

¨ Selain itu, dapat juga dibentuk selang kepercayaan 100(1 – α)% Bonferonni untuk selisih rata-rata dari p buah populasi yang diberikan oleh

( )1 2

1 2

1 1iii i gaby y c

n n

− ± +

S

( )

1 21 2 1 2 2 gab1 2

1 1:2 iii i i i n nx x t s

p n nα

µ µ + −

− − ± +

Page 65: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.3:

¨ Empat jenis uji psikolgi diberikan pada 32 laki-laki dan 32 wanita. Hasil pengujian tersebut disajikan pada Tabel 5.1. Empat buah variabel yang diamati itu adalah

¨ y1 = pictorial inconsistencies; ¨ y2 = tool recognition; ¨ y3 = paper form board; serta ¨ y4 = vocabulary.

Page 66: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.3:

¨ Vektor rata-rata untuk sampel 1 dan 2:

¨ Matriks varians-kovarians untuk sampel 1 dan 2:

1

15.9715.9127.1922.75

=

y

2

12.3413.9116.6621.94

=

y

1

5.192 4.545 6.522 5.2504.545 13.18 6.760 6.2666.522 6.760 28.67 14.475.250 6.266 14.47 16.65

=

S

2

9.136 7.549 4.864 4.1517.549 18.60 10.22 5.4464.864 10.22 30.04 13.494.151 5.446 13.49 28.00

=

S

Page 67: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.3:

¨ Matriks varians-kovarians gabungan:

¨ Nilai statistik-T2:

[ ]gab 1 2

1 (32 1) (32 1)32 32 27.164 6.047 5.693 4.7016.047 15.89 8.492 5.8565.693 8.492 29.36 13.894.701 5.856 13.98 22.32

= − + −+ −

=

S S S

( ) ( )2 11 2

1 2 gab 1 21 2

' 97.6015n nT Sn n

−= − − =+

y y y y

Page 68: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.3:

¨ Melalui proses interpolasi dalam Tabel A7, diperoleh ,

¨ dengan demikian hipotesis ditolak.¨ 95% selang kepercayaan simultan µ1i – µ2i, untuk i

= 1, 2, 3, dan 4 yang dihitung melalui Persamaan (5.13). Hasilnya adalah

20.01,4,62 15.373T =

0 1 2:H =μ μ

( )11 21

1 2

11 21

1 1 1 13.625 10.6258 7.164332 32

1.4437 5.8062

iigaby y cn n

µ µ

− ± + = ± +

≤ − ≤

S

Page 69: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.3:

( )

2212 221 2

12 22

1 1 1 12.000 10.6258 15.894132 32

1.2489 5.2489

gaby y cn n

µ µ

− ± + = ± +

− ≤ − ≤

S

( )

3313 23 gab1 2

13 23

1 1 1 110.531 10.6258 29.356432 32

6.1158 14.9467

y y cn n

µ µ

− ± + = ± +

≤ − ≤

S

( )

4414 24 gab1 2

14 24

1 1 1 10.8125 10.6258 22.320632 32

3.0376 4.6626

y y cn n

µ µ

− ± + = ± +

− ≤ − ≤

S

Page 70: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.3:

¨ Dari keempat selang kepercayaan simultan yang terbentuk di atas, terlihat bahwa terdapat dua selang yang mencakup nilai nol, dan dua selang lainnya tidak mencakup nol.

¨ Selang kepercayaan simultan yang tidak mencakup nol adalah yang berhubungan dengan variabel y1dan y3,

¨ Selang kepercayaan yang mencakup nilai nol adl yg berhubungan dengan variabel y2 dan y4.

Page 71: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Contoh 5.3:

¨ Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel y1 dan y3 merupakan variabel yang memberikan kontribusi terhadap terjadinya penolakan pada hipotesis nol.

¨ Variabel y2 dan y4 menunjukan bahwa secara rata-rata untuk kedua variabel tersebut pada kelompok laki-laki dan wanita adalah sama.

Page 72: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Uji Rasio Kemungkinan

¨ Pada bagian sebelumnya telah diperkenalkan statistik-T2 sebagai analogi dari jarak kuadrat univariat, t2.

¨ Ada prinsip-prinsip yang lebih umum untuk membentukprosedur pengujian yang disebut dengan metode rasiokemungkinan (likelihood ratio method, dimana statistik-T2 dapat diturunkan sebagai uji rasio kemungkinan dariH0: µ = µ0.

¨ Uji rasio kemungkinan mempunyai beberapa sifat yang optimum pada sampel berukuran besar, dan akan lebihtepat digunakan dengan asumsi bahwa data mengikutidistribusi normal multivariat.

Page 73: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Uji Rasio Kemungkinan

¨ Pendekatan kemungkinan maksimum banyak digunakan untuk proses penaksiran parameter.

¨ Fungsi kemungkinan adalah densitas gabungan dari y1, y2, …, yn.

¨ Nilai dari parameter yang memaksimumkan fungsi kemungkinan disebut sebagai penaksir kemungkinan maksimum yang diberikan oleh

( ) /2

/2, /2

1max ,ˆ(2 )

npnnp

L eπ

−=μ Σ

μ ΣΣ

Page 74: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Uji Rasio Kemungkinan

¨ Diketahui bahwa:

¨ adalah penaksir kemungkinan maksimum. Perludiketahui bahwa penaksir kemungkinan maksimumdan dipilih sedemikian rupa sehingga mampumenjelaskan dengan baik nilai pengamatan dari suatusampel acak.

( ) ( )

1

1ˆ `n

i iin =

= − −∑Σ y y y y

1

1ˆn

iin =

= = ∑μ y y

μ̂ Σ̂

Page 75: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Uji Rasio Kemungkinan

¨ Untuk kasus pengujian satu vektor rata-rata, dimana hipotesis yang akan diuji adalah H0: µ = µ0melawan H1: µ ≠ µ0.

¨ Di bawah H0: µ = µ0, maka fungsi kemungkinannya adalah

( ) ( ) ( )1

0 0 0/2 /21

1 1, exp `(2 ) | | 2

n

i inp ni

=

= − −

∑μ Σ y μ Σ y μΣ

Page 76: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Uji Rasio Kemungkinan:

¨ Maksimum dari fungsi kemungkinan dalam persamaan di atas diberikan oleh:

¨ dimana:

( ) /2

0 /2, /20

1max ,ˆ(2 )

npnnp

L eπ

−=μ Σ

μ ΣΣ

( )( )0 0 0

1

1ˆ `n

i iin =

= − −∑Σ y μ y μ

Page 77: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Uji Rasio Kemungkinan:

¨ Kemudian akan dibandingkan maksimum dari L(µ0, Σ) dengan maksimum tak-terbatas L(µ, Σ).

¨ Perbandingan disebut juga sebagai statistik uji rasio kemungkinan (likelihood ratio tests) yang didefiniskan sebagai:

/2

,

ˆmax ( , )ˆmax ( , )

nL

Σ

Σ

Λ = =

0

0

μ Σ Σ

μ Σ Σ

Page 78: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Uji Rasio Kemungkinan:

¨ Statistik yang ekivalen Λn/2 = disebut sebagai Wilks’ lambda.

¨ Apabila nilai pengamatan dari rasio kemungkinan ini terlalu kecil, maka hipotesis H0: µ = µ0 akan ditolak.

¨ Uji rasio kemungkinan H0: µ = µ0 melawan H0: µ ≠µ0 akan menolak jika:

ˆ ˆ0Σ Σ

( )( )

( )( )

/ 2

/2

1

1

ˆ`

nnn

i ii

n

i ii

Cα=

=

− −

Λ = = <

− −

∑00 0

y y y yΣ

Σ y μ y μ

Page 79: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Uji Rasio Kemungkinan

¨ Statistik-T2 yang diberikan dalam Persamaan (5.9) dengan dengan uji rasio kemungkinan pada Persamaan(5.18) dapat dihubungkan melalui persamaan berikut:

¨ Sekali lagi, metode rasio kemungkinan dari suatupengujian hipotesis menggunakan rasio antara nilaimaksimum dari fungsi kemungkinan denganmengasumsikan bahwa H0 benar dengan maksimumdari fungsi kemungkinan di bawah H1.

122/ 1

( 1)n T

n

Λ = + −

Page 80: Pengujian Vektor Rataan-Part1

Uji Rasio Kemungkinan:

¨ Uji rasio kemungkinan ini mempunyai kuasa uji yang baik, dan kadang-kadang mempunyai kuasa yang optimum dibandingkan dengan alternatif lainnya.

¨ Dengan cara yang sama, ketika diterapkan pada sampel normal multivariat dan untuk menguji hipotesis , maka pendekatan rasio kemungkinan akan membawa pada statistik-T2

Hotelling yang diberikan pada Persamaan (5.9).

0 1 2:H =μ μ