14
165 PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI (THE MASTERY OF EFFECTIVE SENTENCES AS THE KEY TO IMPROVE EXPOSITION WRITING SKILL) Dinari Oktaria Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Ponsel: 0085674012464 Pos-el:[email protected] Andayani Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Ponsel: 0085674012464 Pos-el:[email protected] Kundharu Saddhono Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Ponsel: 0085674012464 Pos-el:[email protected] Tanggal naskah masuk: 24 Mei 2017 Tanggal revisi akhir: 4 Desember 2017 Abstrac Writing is the highest form of culture to record brilliant ideas of the academics. Such writing be done in exposition texts. Mastering effective sentences as an element of scientific language can improve the exposition writing skill. This article aims to determine the relationship between the mastery of effective sentences and the skill of writing exposition texts. This research was conducted in SMA Negeri 5 Surakarta. The method used is correlational survey method. The study population was all of X grade students in SMAN 5 Surakarta, as many as 120 people, taken by proportional random sampling. Instruments for collecting data is a test of skill to write text exposition, effective sentences mastery tests, and writing activeness questionnaires. The data were analyzed using statistical technique of regression and correlation The result showed that there is a positive correlation between the mastery of effective sentences and the writing activeness along with the skill to write exposition text (ry1=0,57 at the real level of α=0,05 and N=120, rt=0,177, dan t1=7,45˃tt= 1,645). Based on the results it is concluded that both the mastery of effective sentences and the activeness of writing give a significant contribution (34.81%) in the skills of writing exposition text. It shows that these two variables can be a good predictor for the skill of writing exposition text. Keywords: exposition text writing skills, mastery of effective sentences, writing activeness Abstrak Menulis merupakan budaya peradaban tertinggi untuk mencatat gagasan cemerlang para akademisi. Hal itu dapat dilakukan dalam kegiatan menulis eksposisi. Penguasaan kalimat efektif sebagai unsur bahasa ilmiah dapat meningkatkan keterampilan menulis eksposisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis teks eksposisi. Penelitian

PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

Dinari Oktaria et al.: Penguasaan Kalimat Efektif...

165

PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI

(THE MASTERY OF EFFECTIVE SENTENCES AS THE KEY TO IMPROVE EXPOSITION WRITING SKILL)

Dinari OktariaProgram Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Pascasarjana,

Universitas Sebelas Maret, SurakartaPonsel: 0085674012464

Pos-el:[email protected]

Andayani Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Pascasarjana,

Universitas Sebelas Maret, SurakartaPonsel: 0085674012464

Pos-el:[email protected]

Kundharu SaddhonoProgram Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Pascasarjana,

Universitas Sebelas Maret, SurakartaPonsel: 0085674012464

Pos-el:[email protected]

Tanggal naskah masuk: 24 Mei 2017Tanggal revisi akhir: 4 Desember 2017

Abstrac

Writing is the highest form of culture to record brilliant ideas of the academics. Such writing be done in exposition texts. Mastering effective sentences as an element of scientific language can improve the exposition writing skill. This article aims to determine the relationship between the mastery of effective sentences and the skill of writing exposition texts. This research was conducted in SMA Negeri 5 Surakarta. The method used is correlational survey method. The study population was all of X grade students in SMAN 5 Surakarta, as many as 120 people, taken by proportional random sampling. Instruments for collecting data is a test of skill to write text exposition, effective sentences mastery tests, and writing activeness questionnaires. The data were analyzed using statistical technique of regression and correlation The result showed that there is a positive correlation between the mastery of effective sentences and the writing activeness along with the skill to write exposition text (ry1=0,57 at the real level of α=0,05 and N=120, rt=0,177, dan t1=7,45˃tt= 1,645). Based on the results it is concluded that both the mastery of effective sentences and the activeness of writing give a significant contribution (34.81%) in the skills of writing exposition text. It shows that these two variables can be a good predictor for the skill of writing exposition text.

Keywords: exposition text writing skills, mastery of effective sentences, writing activeness

Abstrak

Menulis merupakan budaya peradaban tertinggi untuk mencatat gagasan cemerlang para akademisi. Hal itu dapat dilakukan dalam kegiatan menulis eksposisi. Penguasaan kalimat efektif sebagai unsur bahasa ilmiah dapat meningkatkan keterampilan menulis eksposisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis teks eksposisi. Penelitian

Page 2: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

166

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:165–177

ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah survei korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta. Sampel berjumlah 120 orang, diambil menggunakan Simple Random Sampling. Instrumen pengumpulan data adalah tes menulis teks eksposisi, penguasaan kalimat efektif dan angket keaktifan menulis. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik statistik regresi dan korelasi. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan positif penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis eksposisi (ry1=0,57 taraf nyata α=0,05 dengan N=120, rt=0,177, dan t1=7,45˃tt= 1,645). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan kalimat efektif memberikan sumbangan yang berarti (34,81%) pada keterampilan menulis teks eksposisi.

Kata kunci: penguasaan kalimat efektif, keterampilan menulis eksposisi, keaktifan menulis

dan jurnal. Melalui kegiatan tersebut, akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang apa yang ditulis. Ketiga, melalui kegiatan menulis, terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis. Keempat, melalui kegiatan menulis, secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres. Kelima, melalui kegiatan menulis, apabila hasil tulisan dimuat oleh media massa atau diterbitkan oleh suatu penerbit, akan memperoleh kepuasan batin karena tulisannya dianggap bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, juga memperoleh honorarium (penghargaan). Keenam, mendapatkan popularitas apabila tulisannya dibaca oleh banyak orang. Hal ini akan memperoleh kepuasan tersendiri dan merasa dihargai oleh orang lain.”

Manfaat khusus kegiatan menulis bagi kalangan akademik adalah mampu memberikan gagasan kepada suatu permasalahan global. Bahasa dapat merujuk pada pengalaman kehidupan manusia. Segala pengalaman kehidupan diungkapkan ketika berbicara, berinteraksi dengan orang lain, dan menuliskannya melalui bahasa tulis. Dalam kaitannya dengan tantangan masa depan, menulis dapat menjadi investasi untuk meningkatkan sumber daya manusia. Melalui kegiatan tersebut, generasi muda dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusia dengan menciptakan gagasan-gagasan baru serta mengomunikasikannya untuk memajukan bangsa dalam berbagai bidang keilmuan. Kalangan akademik menilai bahwa sumbangsih kalangan akademik yang terbaik dalam memecahkan permasalahan global dapat dilakukan dengan karya yang dihasilkannya, yakni membuat buku, melakukan penelitian,

1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Sumber daya manusia yang unggul dapat terlihat dari produktivitas dalam hal positif. Salah satu produktivitas khususnya di bidang akademik adalah mewujudkannya dengan berkarya. Kalangan akademik menganggap bahwa karya yang ‘elit’ adalah karya yang dihasilkan melalui kegiatan menulis. Gie (2002:21) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kepandaian yang amat berguna bagi setiap orang. Dengan memiliki kepandaian itu, seseorang akan mengungkapkan berbagai gagasan untuk dibaca oleh peminat yang luas. Dari pendapat tersebut, kegiatan menulis dapat bermanfaat bagi seseorang untuk mengungkapkan gagasan agar dibaca dan dipahami oleh pembaca. Dengan menulis, seseorang mampu mengungkapkan gagasan secara sistematis, jelas, logis, serta mampu berkomunikasi sesuai dengan konteks. Selain itu, melalui kegiatan menulis, gagasan yang diungkapkan dapat diketahui oleh banyak orang sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

Keterampilan menulis mutlak perlu dikuasai karena memiliki manfaat. Melalui kegiatan menulis, seseorang mampu memengaruhi orang lain sehingga mampu melakukan perubahan dalam kehidupan pembacanya menuju pada perubahan yang positif. Komaidi (2007:12–13 mengemukakan enam manfaat menulis, yaitu sebagai berikut.

”Pertama, untuk menimbulkan rasa ingin tahu (curiocity) dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di sekitar. Kedua, melalui kegiatan menulis, mendorong seseorang untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran,

Page 3: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

Dinari Oktaria et al.: Penguasaan Kalimat Efektif...

167

menulis opini di media massa dan menulis jurnal ilmiah serta memublikasikannya.

Namun begitu, keterampilan menulis merupakan keterampilan yang dianggap rumit terlebih dalam pembelajaran berbasis teks. Pada penelitian Saragih (2014) terungkap bahwa salah satu teks, yakni eksposisi belum sepenuhnya dicapai oleh pembelajar sekolah menengah pertama di enam lokasi penelitian tersebut. Teks yang ‘seperti eksposisi’ ini memenuhi sebagian besar struktur generik atau skematik genre eksposisi. Dengan demikian, genre ini potensial berkembang menjadi sempurna di jenjang pendidikan atas (SMA). Pada pembelajaran menulis teks ekpsosisi di SMA, siswa belum memiliki bekal khusus mengenai teks eksposisi sejak jenjang menengah pertama.

1.2 MasalahUntuk itu, dalam meningkatkan

keterampilan menulis teks eksposisi, perlu ditingkatkan variabel lain yang berhubungan langsung dengan menulis, seperti penguasaan komposisi karena melaksanakan keterampilan menulis berarti harus mampu menguasai kaidah kebahasaan yang baik dan benar agar gagasan yang diciptakan mampu dimengerti oleh pembaca. Menulis merupakan aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca (Andayani, 2009:29). Kaidah dalam hal ini dititikberatkan pada penulisan kalimat efektif.

Dalam hubungannya dengan kemampuan berbahasa, kegiatan menulis makin memper-tajam kepekaan terhadap kesalahan-kesalahan, baik ejaan, struktur, maupun tentang pemilihan kosakata.Hal ini disebabkan gagasan perlu dikomunikasikan dengan jelas, tepat, dan teratur sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi penulis sendiri dan pembacanya (Sujanto, 2000:58). Menulis merupakan kegiatan berkomunikasi yang kompleks. “Finally, sociocultural research sees writing development as the learning of the genres, values, and practices of the target community” (Barkaoui, 2007:39). Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis berkaitan erat dengan penguasaan komposisi serta perbendaharaan

kata sehingga diduga peningkatan keterampilan menulis dapat dilakukan dengan menaikkan penguasaan komposisi siswa. Komposisi dalam menulis dapat berupa piranti “Linguistic properties, of a piece of writing may include syntactic complexity, lexical complexity, and grammatical complexity.” Sejalan dengan pendapat di atas, seseorang harus menguasai banyak aspek agar memaksimalkan keterampilan menulis, khususnya menulis teks eksposisi. “Kegiatan membentuk suatu tulisan, sekurang-kurangnya memenuhi unsur-unsur berikut: (a) tema, (b) kesesuaian isi dengan judul, (c) kesesuaian jenis karangan, (d) ketetapan ide dalam paragraf, (e) ketetapan susunan kalimat, (f) ketepatan pemilihan kata/diksi, dan (g) ketepatan penggunaan ejaan.” Oleh karena itu, ketepatan susunan kalimat merupakan aspek syarat memproduksi teks eksposisi yang baik. Nurjamal (2010:217) mengemukakan bahwa aspek kemampuan penggunaan ejaan, kosakata dan menyusun kalimat menjadi sangat penting agar karangan memiliki kualitas yang baik. Siswa yang memiliki penguasaan kosakata yang tinggi memungkinkan dapat menuangkan ide-ide atau gagasan dengan mudah dalam tulisannya. Telebzadeh (2012: 717) berpendapat bahwa“They found out that composition writing had a great effect on learning second language vocabulary. The results suggest a wider application of composition writing strategies to promote meaningful learning.” Dengan penguasaan susunan kalimat dalam bentuk kalimat efektif, siswa pun dimungkinkan dapat menyusun kalimat dengan benar sehingga maksud penulis dapat diterima oleh pembaca sesuai dengan maksud dan tujuan penulis dan diharapkan siswa dapat membuat karangan eksposisi dengan baik dan benar

Faktor lain yang disinyalir memiliki hubungan positif dengan menulis teks eksposisi adalah keaktifan siswa. Gage dan Berliner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:45) meng ung kap kan teori kognitif bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini, anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan

Page 4: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

168

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:165–177

pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar-mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik simpulan. Apabila mampu mendorong keaktifan menulis dalam dirinya, siswa juga akan selalu aktif untuk memperoleh informasi mengenai cara memproduksi teks eksposisi yang baik dan benar sehingga keterampilan menulis teks eksposisinya juga meningkat. Berdasarkan pada pendapat tersebut, keaktifan merupakan unsur penting dalam pembelajaran. Semakin aktif siswa semakin maksimal hasil pembelajarannya, terutama mengenai produksi teks eksposisi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi, keaktifan menulis dan keterampilan teks eksposisi, serta penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis teks eksposisi.

1.3 Tujuan Penelitian ini mencoba menawarkan

cara meningkatkan keterampilan menulis teks eksposisi melalui peningkatan kognitif siswa mengenai penguasaan kalimat efektif. Melalui paparan pendahuluan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa kalimat efektif memiliki fungsi yang penting dalam menulis teks eksposisi. Gambaran kontribusi kalimat efektif dapat menjadi acuan bagi tenaga pendidik untuk meningkatkan keterampilan menulis teks eksposisi dengan cara meningkatkan penguasaan kalimat efektif yang meliputi cara membuat kalimat yang logis, membuat kalimat yang sejajar, membuat kalimat yang tidak ambigu dan tentunya sesuai dengan kaidah kebahasaan bahasa Indonesia.

1.4 MetodePenelitian ini dilaksanakan selama enam

bulan, mulai bulan November 2015 sampai April 2016 di SMA Negeri 5 Surakarta.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik korelasional.Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta. Sampel dalam penelitian ini ditetapkan sejumlah 120 siswa yang diambil

dengan cara proporsional random sampling dari keseluruhan populasi. Sugiyono (2009:74) menjelaskan bahwa proportional random sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara berimbang pada populasi yang memiliki perbedaan jumlah pada setiap area (dalam penelitian ini kelas).Hal tersebut disebabkan kelas harus seimbang jumlahnya.

Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis sebagai variabel bebas, sedangkan keterampilan menulis teks eksposisi sebagai variabel terikat. Tes keterampilan menulis teks eksposisi menggunakan tes tulis dalam pemerolehan datanya. Tes penguasaan kalimat efektif menggunakan tes objektif dalam pemerolehan datanya. Sementara itu, untuk memperoleh data keaktifan menulis digunakan angket yang berupa pernyataan-pernyataan untuk dipilih sesuai dengan kriteria dan keadaan diri pribadi setiap siswa.

Reliabilitas menunjuk pada tingkat keter-andalan sesuatu. Reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 1993:142). Menurut Arikunto (1993:136), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.Validitas instrumen tes keterampilan menulis teks eksposisi menggunakan validitas konstruk, validitas tes penguasaan kalimat efektif menggunakan rumus korelasi point biserial, sedangkan instrumen keaktifan menulis menggunakan rumus korelasi product moment.Reliabilitas instrumen tes keterampilan menulis teks eksposisi menggunakan reliabilitas ratings. Kemudian, reliabilitas tes penguasaan kalimat efektif diuji dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson-20 atau KR-20, sedangkan uji reliabilitas instrumen angket keaktifan menggunakan rumus Alpha Cronbach.

Teknik analisis data meliputi dua hal, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk penyajian data secara deskriptif dengan jalan memaparkan perolehan data yang telah diolah, yaitu tendensi sentral, tendensi penyebaran, hasil penyusunan distribusi frekuensi nilai setiap variabel serta gambar histogram frekuensi, sedangkan

Page 5: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

Dinari Oktaria et al.: Penguasaan Kalimat Efektif...

169

analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis atau penarikan simpulan. Analisis data inferensial menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi (sederhana, ganda).

2. Kerangka TeoriAlex dan Achmad (2010:106) berpendapat

bahwa “menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.” Keterampilan menulis itu merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak latihan. Untuk mendapatkan keterampilan menulis, tidak cukup dengan mempelajari pengetahuan tentang teori menulis apalagi hanya menghafalkan definisi istilah-istilah yang terdapat dalam bidang karang-mengarang. Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat Sujanto (2000:60) bahwa “Keterampilan menulis tumbuh dengan latihan-latihan dengan mengatasi kecemasan dan kebimbangan menuju pada kepercayaan diri sendiri”. Keterampilan menulis dilatih bukan tanpa tujuan, melainkan setiap penulis memiliki tujuan saat melahirkan sebuah gagasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumaningsih dkk. (2013:67) bahwa tujuan utama menulis adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Pada kegiatan menulis proses komunikasi terjadi secara tidak langsung. Mengingat hal tersebut, isi tulisan dan lambang grafik yang dipergunakan harus benar-benar jelas agar pesan yang disampaikan akan tepat sasaran.Meskipun merupakan keterampilan yang rumit, keterampilan menulis mutlak perlu dikuasai karena memiliki manfaat. Melalui kegiatan menulis, seseorang mampu memengaruhi orang lain sehingga mampu melakukan perubahan dalam kehidupan pembacanya menuju pada perubahan yang positif. Nurgiyantoro (dalam Andayani, 2009:28) berpendapat bahwa: “Menulis sebagai aktivitas mengemukakan gagasan

melalui bahasa.Aktivitas pertama menekankan gagasan melalui bahasa sedangkan yang kedua gagasan. Dalam tulisan, gagasan cemerlang yang tersirat dalam tulisan akan mampu memikat pembaca dan pada akhirnya membuat pembaca melakukan perubahan-perubahan besar yang berarti dalam hidupnya. Keterampilan menulis memerlukan media dalam pelaksanaannya.”

Berkaitan dengan menulis teks eksposisi, Dymock dan Nicholson (2010:167) menemukan

alat baru yang digunakan untuk meningkatkan pengajaran menulis di sekolah. Alat tersebut dinamakan High 5! Strategies to Enhance Comprehension of Expository Text. Adapun manfaat High 5! Strategies to Enhance Comprehension of Expository Text” adalah berpotensi untuk memfasilitasi secara lebih efektif dalam pengajaran menulis dari dasar menjadi lebih luas dengan literasi profesional dalam daerah sekolah. Instrumen dari High 5! Strategies to Enhance Comprehension of Expository Text terdiri atas lima cara. Lima cara tersebut, yaitu (1) activating background knowledge, (2) questioning, (3) analyzing text structure, (4) creating mental images, (5) summarizing. Lebih lanjut, (Keraf, 1981:3) mengemukakan bahwa “Pada hakikatnya sebuah teks eksposisi berusaha untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai objek yang digarapnya”. Oleh karena itu, dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, pengarang yang akan menulis sebuah teks eksposisi harus memenuhi beberapa syarat. Syarat menulis teks eksposisi menurut Keraf (1981:6), yaitu: (1) pengarang harus mengetahui tentang subjek atau topik garapannya, dan (2) kemampuan untuk menganalisis persoalan tersebut secara jelas dan konkret. Berkaitan dengan hal tersebut, Montelongo dkk. (2010:658) menyatakan bahwa “In summary, students must know the interrelationships among the topics, main ideas, and supporting details of paragraphs if they are going to comprehend and remember the important points the author is making.”

Teks eksposisi merupakan teks yang bersifat memaparkan informasi baru yang memiliki ciri adanya pendapat penulis yang didasarkan pada fakta.Teks eksposisi merupakan teks yang memiliki struktur bentuk bervariasi, yakni eksposisi definisi, eksposisi berita, eksposisi pertentangan, dan eksposisi perbandingan. Meskipun begitu, bentuk variatif teks eksposisi tidak meninggalkan ciri khusus, yakni menonjolkan pendapat penulis yang didasarkan pada fakta valid berupa data, grafik, angka, tabel, atau peta. Pada pembelajaran teks eksposisi “The first and most important thing for you as a teacher is to be well informed about different text structures for expository texts, the signal words and phrases for each text structure, and the appropriate graphic organizer specific

Page 6: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

170

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:165–177

to each text structure” (Akhondi, Malayeri, dan Samad, 2011:371).

Pada dasarnya keterampilan menulis tersusun dari kemampuan penguasaan komposisi yang baik, seperti ejaan, pemilihan kata, dan penguasaan kalimat efektif. Kalimat efektif merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap kenaikan keterampilan menulis. Wijayanti, dkk. (2013:66) mengemukakan bahwa dalam menulis, penulis seyogianya menyampaikan pikirannya dalam rangkaian kalimat efektif. Setiap kalimat yang disusun hendaknya mudah dipahami, singkat, dan jelas. Lebih lanjut, Aji (2016:40) menyatakan bahwa keterampilan menulis dianggap berhasil apabila ide atau gagasan yang ditulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca sesuai dengan konteks yang benar. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima pembaca. Melalui penguasaan kalimat efektif, seseorang mampu menyampaikan pendapat atau amanat dalam bentuk kalimat yang efektif sesuai dengan konteks.

Seseorang mampu menghasilkan tulisan yang baik secara kualitas dan kuantitas apabila memiliki keaktifan menulis yang tinggi karena apabila siswa aktif memperoleh informasi serta aktif berlatih menulis, wawasan serta keterampilan menulisnya menjadi tinggi. Keaktifan siswa merupakan unsur pendukung belajar dari dalam diri siswa. Melalui keaktifan menulis, siswa mampu melakukan pemecahan masalah yang maksimal serta memproduksi suatu teks dengan baik melalui perolehan wawasan yang tinggi untuk menyelesaikan hambatan yang ditemui siswa saat memproduksi teks, khususnya teks eksposisi. Gage dan Berliner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:45). Menurut teori ini, anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik simpulan. Sejalan dengan hal tersebut, Ahmadi dan Prasetya (1997:57) membagi keaktifan menjadi dua, yaitu keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani yaitu murid berbuat dengan seluruh anggota badannya, seperti membuat sesuatu, bermain dan bekerja. Jadi, murid tidak hanya duduk melihat,

mendengarkan, dan pasif semata. Termos (2013: 67) mengemukakan bahwa “Active learning, on the other hand, involves an interactive environment in which questions, participations, and critical thinking are essential. The efforts exerted to increase engagement are extensive in instigating students’ involvement and interest as well as enhancing their understanding.” Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran dengan paradigma yang baru yang dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Melalui keaktifan, siswa mampu melaku-kan pemecahan masalah yang maksimal serta memproduksi suatu teks dengan baik melalui perolehan wawasan yang tinggi untuk menyelesaikan hambatan yang ditemui siswa saat memproduksi teks, khususnya teks eksposisi. Hal tersebut disebabkan “Students who are not confident about their ability to express their ideas orally will not be comfortable or competent relating their thoughts in writing” Guerra (2010:104). Siswa yang tingkat keaktifannya tinggi akan dapat memproduksi teks eksposisi dengan baik, sedangkan siswa yang keaktifanya rendah, keterampilan menulis teks eksposisinya juga rendah.

3. Hasil dan PembahasanSebelum uji hipotesis dilakukan, perlu

dilaksanakan uji prasyarat data yang meliputi uji normalitas, uji ginifikansi regresi sederhana dan ganda, serta uji linieritas sederhana dan ganda.Piranti melakukan uji prasyarat data adalah menemukan harga-harga statistik deskriptif data yang tersedia. Harga-harga tersebut dapat dilihat secara terperinci pada Tabel 1 berikut.

Kriteria Y X1 X2Mean 74.35 33.14 157.63Median 73.75 33 157Varians 39.73 16.11 268.84Standar Deviasi 6.30 4.01 16.40Max 90 43 204Min 60 19 108Modus 76.25 33 159Range 30 24 96N 120.00 120.00 120Nilai Total 570.38 325.26 1166.86

Tabel 1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Keterangan:

Page 7: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

Dinari Oktaria et al.: Penguasaan Kalimat Efektif...

171

Y: Keterampilan Menulis Teks Eksposisi, X1: Penguasaan Kalimat Efektif, danX2: Keaktifan Membaca.

Uji Persyaratan AnalisisPada penelitian ini uji normalitas data yang

diperoleh menggunakan teknik Lilliefors dengan bantuan software Microsoft Excel digunakan sebagai uji persyaratan analisis. Pengujian normalitas terhadap data keterampilan menulis teks eksposisi (Y) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,04377. Perhitungan dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 120 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,0802. Berdasarkan perbandingan di atas, tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt sehingga hipotesis nol diterima dan dapat disimpulkan bahwa data keterampilan menulis teks eksposisi (Y) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas terhadap data penguasaan kalimat efektif (X1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,01760. Perhitungan dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 120 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,0802. Berdasarkan perbandingan di atas, tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt sehingga hipotesis nol diterima dan dapat disimpulkan bahwa data penguasaan kalimat efektif (X1) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya, pengujian normalitas terhadap data keaktifan menulis (X2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0,05785. Perhitungan dari daftar nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 120 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,0802. Berdasarkan perbandingan di atas, tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt sehingga hipotesis nol diterima dan dapat disimpulkan bahwa data keaktifan menulis (X2) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan positif antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi”. Sementara itu, sebelum uji hipotesis I dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji signifikansi dan linearitas regresi sederhana Y atas X1. Hasil analisis regresi linear sederhana Y atas X1 diperoleh persamaan Ŷ = 44,91 + 0,89X1. Tabel Anava untuk uji signifikansi dan linearitas regresi Ŷ = 44,91 + 0,89X1, masing-masing menghasilkan Fo sebesar 59,11 dan 1,35. Perincian pendapatan

Fo dan Ft dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Sumber Variasi

Dk JK KT Fo Ft

Total 120 668078 668078 -Koefi-sien (a)

1 663350,70 663350,70 -

Regresi (b/a)

1 1515,27 1515,27 55,67 3,924

Sisa/re-sidu

118 3212,03 27,22

Tuna cocok

19 811,12 42,69 1,76 1,732

Galat 99 2400,91 24,25

Tabel 2 Tabel Anava untuk Regresi Linear Ŷ = 44,91 + 0,89X1

Berdasarkan perhitungan dari daftar distribusi F pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 118 untuk hipotesis nol (1) bahwa regresi tidak signifikan/tidak berarti, menghasilkan Ft = 3,924; dan dengan dk pembilang 19 dan dk penyebut 99 untuk hipotesis nol (2) bahwa regresi bersifat linear, diperoleh Ft sebesar 1,651. Tampak bahwa hipotesis nol (1) ditolak karena Fo lebih besar daripada Ft. Simpulannya adalah koefisien arah regresi nyata sifatnya sehingga dari segi ini regresi yang diperoleh signifikan (berarti). Sebaliknya, hipotesis nol (2) diterima karena Fo lebih kecil daripada Ft. Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa regresi Y atas X1 linear dapat diterima.

Pada analisis korelasi sederhana antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi diperoleh koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,57. Lebih lanjut, untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi tersebut, dilakukan uji t. Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi sebesar 7,45 yang lebih besar dari t-tabel sebesar 1,651. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis teks eksposisi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho) yang berbunyi “tidak ada hubungan antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi” ditolak.

Page 8: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

172

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:165–177

Sebaliknya, hipotesis alternatif (H1) yang berbunyi “ada hubungan antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi” diterima. Koefisien determinan penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis teks eksposisi sebesar 0,3025. Hal itu berarti sekitar 30,25% variansi keterampilan menulis teks eksposisi dapat dijelaskan oleh penguasaan kalimat efektif. Jadi, dapat dikatakan bahwa penguasaan kalimat efektif memberi kontribusi (sumbangan) terhadap kemampuan menulis teks negosiasi sebesar 30,55% .

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan positif antara keaktifan siswa dan keterampilan menulis teks eksposisi”. Sementara itu, sebelum uji hipotesis II dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji signifikansi dan linearitas regresi sederhana Y atas X2. Analisis regresi linear sederhana Y atas X2 menghasilkan persamaan Ŷ = 58,27 + 0,10X2. Tabel Anava untuk menguji signifikansi dan linearitas regresi Ŷ = 58,27 + 0,10X2 masing-masing menghasilkan Fo sebesar 8,90 dan 1,21.

Sumber Variasi

Dk JK KT Fo Ft

Total 120 668078 668078 -

Koefisien (a)

1 663350,70 663350,70 -

Regresi (b/a)

1 326,33 326,33 8,90 3,924

Sisa/re-sidu

118 4400,98 36,57

Tuna cocok

50 2068,15 41,36 1,21 1,53

Galat 68 1332,82 34,31

Tabel 3 Tabel Anava untuk Regresi Linear Ŷ = 58,27 + 0,10X2

Tabel Anava untuk uji signifikansi dan linearitas regresi Ŷ = 58,27 + 0,10 X2 masing-masing menghasilkan Fo sebesar 8,90 dan 1,21. Berdasarkan perhitungan dari daftar distribusi F pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 119 untuk hipotesis nol (1) bahwa regresi tidak signifikan/tidak berarti, menghasilkan Ft = 3,924; dan dengan dk pembilang 50 dan dk penyebut 68 untuk hipotesis nol (2) bahwa regresi bersifat linear, diperoleh Ft sebesar 1,514. Tampak bahwa hipotesis

nol (1) ditolak karena Fo lebih besar daripada Ft. Simpulannya adalah koefisien arah regresi nyata sifatnya sehingga dari segi ini regresi yang diperoleh signifikan (berarti). Sebaliknya, hipotesis nol (2) diterima karena Fo lebih kecil daripada Ft. Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa regresi Y atas X2 linear dapat diterima.

Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa analisis regresi linear sederhana Y atas X2 signifikan dan linear. Tahap selanjutnya adalah analisis korelasi sederhana guna menguji hipotesis II. Pada analisis korelasi sederhana antara keaktifan siswa dan keterampilan menulis teks eksposisi diperoleh koefisien korelasi (ry2) sebesar 0,27. Lebih lanjut, untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi tersebut, dilakukan uji t. Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara keaktifan siswa dan keterampilan menulis teks eksposisi sebesar 2,99 yang lebih besar dari t-tabel sebesar 1,645. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan siswa dengan keterampilan menulis teks eksposisi sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho) yang berbunyi “tidak ada hubungan antara keaktifan siswa dan keterampilan menulis teks eksposisi” ditolak. Sebaliknya, hipotesis alternatif (H1) yang berbunyi “ada hubungan antara keaktifan siswa dan keterampilan menulis teks eksposisi” diterima.

Koefisien determinan keaktifan siswa dengan keterampilan menulis teks ekposisi sebesar 0,0729. Hal itu berarti sekitar 7,29% variansi keterampilan menulis teks eksposisi dapat dijelaskan oleh keaktifan siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa memberi kontribusi (sumbangan) terhadap keterampilan menulis teks eksposisi sebesar 7,29%. Oleh karena itu, dari hasil analisis regresi linear ganda antara penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis teks eksposisi menghasilkan arah koefisien regresi b1 sebesar 0,84; b2 sebesar 0,07; dan konstanta b0 sebesar 35,51. Hal tersebut menghasilkan bentuk persamaan garis regresi antara penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis teks eksposisi sebagai berikut: Ŷ = 35,51 + 0,84X1 + 0,07X2. Untuk mengetahui derajat signifikansi persamaan

Page 9: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

Dinari Oktaria et al.: Penguasaan Kalimat Efektif...

173

regresi linear ganda antara penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis eksposisi, perlu dilakukan uji F. Berdasarkan perhitungan, diketahui hasil pengujian Fo sebesar 31,70 yang lebih besar dari F tabel dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 117 pada α = 0,05 sebesar 3,0764 sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi linear antara penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis teks eksposisi adalah signifikan (berarti).

Dengan demikian, dari hasil analisis korelasi ganda antara penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis secara bersama-bersama dengan keterampilan menulis teks eksposisi diperoleh korelasi (Ry.12) sebesar 0,3364. Lebih lanjut, untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi ganda perlu dilakukan uji F. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh Fo sebesar 30,63 yang lebih besar dari F tabel dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 120 pada taraf nyata α = 0,05 sebesar 3,0764. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis teks eksposisi (Ho diterima). Koefisien determinan penguasaan kalimat efektif dan keaktifan siswa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis teks eksposisi sebesar 0,3249. Hal itu berarti sekitar 32,49% variansi kemampuan menulis teks negosiasi dapat dijelaskan oleh penguasaan kosakata dan motivasi menulis secara bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa penguasaan kosakata dan motivasi menulis secara bersama-sama memberi kontribusi (sumbangan) terhadap keterampilan menulis teks eksposisi sebesar 34,81%.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis secara terperinci dengan bantuan software Microsoft Excel yang telah dipaparkan, diperoleh hasil bahwa semua hipotesis yang diajukan diterima. Pada uji hipotesis pertama, hasil temuan menyatakan bahwa pada hipotesis pertama terdapat hubungan penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis teks eksposisi. Dari hasil analisis regresi linear sederhana antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi, diperoleh arah regresi sebesar 0,89 pada konstanta sebesar 44,91. Dari hasil analisis regresi linear

sederhana antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi, diperoleh arah regresi sebesar 0,89 pada konstanta sebesar 44,91. Hal tersebut menghasilkan bentuk persamaan garis regresi antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi sebagai berikut: Ŷ = 44,91 + 0,89X1.Hal tersebut menunjukkan ada keterkaitan antara penguasaan kalimat efektif dengan keterampilan menulis teks eksposisi.

Adapun penelitian yang mendukung keterkaitan antara variabel kalimat efektif dengan keterampilan menulis ditunjukkan oleh sebuah penelitian Rukayah tahun 2014 yang telah dipublikasikan secara internasional dalam jurnal internasional Macrothink Institute, dengan judul “The Writing Skill of 3th Grade Students of Sibulue Subdistrict Junior High School of Bone Regency”. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan menulis berdasarkan uji obyektif dan keterampilan menulis berdasarkan uji subjektif: koefisien korelasi = 0,23 Ber-kaitan dengan hal tersebut, keterampilan menulis eksposisi dapat ditingkatkan melalui kemampuan siswa menyusun kalimat efektif dengan cara siswa diperbanyak jadwal latihan menulis kalimat yang meliputi aspek kesatuan, kepaduan, kelogisan, kehematan, penekanan, dan kevariasian. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan penulis atau pembicara. Kalimat ini memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan penutur sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami gagasan yang dimaksud penutur.Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, dan jelas serta mudah dipahami oleh si pembaca. Kalimat dikatakan efektif jika berhasil menyampaikan pesan, baik gagasan, perasaan mau pun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya harus benar (Hermawan, 1995: 132).

Pada hipotesis kedua, hasil temuan menyatakan bahwa pada hipotesis pertama terdapat hubungan penguasaan keaktifan menulis dengan keterampilan menulis teks

Page 10: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

174

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:165–177

eksposisi. Dari analisis regresi linear sederhana antara keaktifan siswa dan keterampilan menulis teks eksposisi, diperoleh arah regresi sebesar 0,10 pada konstanta sebesar 58,03. Berdasarkan perhitungan dari daftar distribusi F pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 119 untuk hipotesis nol (1) bahwa regresi tidak signifikan/tidak berarti, menghasilkan Ft = 3,924; dan dengan dk pembilang 50 dan dk penyebut 68 untuk hipotesis nol (2) bahwa regresi bersifat linear, diperoleh Ft sebesar 1,514. Tampak bahwa hipotesis nol (1) ditolak karena Folebih besar daripada Ft. Simpulannya adalah koefisien arah regresi nyata sifatnya sehingga dari segi ini regresi yang diperoleh signifikan (berarti). Sebaliknya, hipotesis nol (2) diterima karena Folebih kecil daripada Ft. Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa regresi Y atas X2 linear dapat diterima.Berkaitan dengan hal tersebut, menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:45). Menurut teori ini, anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu.Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, men-cari dan menentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik simpulan. Keaktifan siswa merupakan unsur pendukung belajar dari dalam diri siswa. Melalui keaktifan menulis, siswa mampu melakukan pemecahan masalah yang maksimal serta memproduksi suatu teks dengan baik melalui perolehan wawasan yang tinggi untuk menyelesaikan hambatan yang ditemui siswa saat memproduksi teks, khususnya teks eksposisi. Siswa yang tingkat keaktifannya tinggi akan dapat memproduksi teks eksposisi dengan baik, sedangkan siswa yang keaktifannya rendah, keterampilan menulis teks eksposisinya juga rendah. Dengan demikian, diduga terdapat hubungan antara keaktifan siswa dan keterampilan menulis teks eksposisi

Pada uji hipotesis ketiga, keterampilan menulis eksposisi pada dasarnya membutuhkan penguasaan kalimat efektif karena kalimat efektif merupakan unsur penting dalam membuat

wacana sebagai penyampai pesan. Ciri teks eksposisi yang baik dan benar harus memiliki kebenaran ejaan, struktur kalimat, ketepatan diksi, dan struktur paragraf. Slamet (2007:117) berpendapat mengenai syarat-syarat penerapan rambu-rambu penyusunan tulisan bahwa ada beberapa aspek tata tulis, yakni “aspek-aspek penyusunan tulisan yang meliputi (1) ejaan, (2) diksi, (3) struktur kalimat, dan (4) struktur paragraf. Kalimat efektif memuat kohesi dan koherensi sebuah wacana dengan maksud yang disampaikan penulis akan tepat sasaran pada benak pembaca mengingat teks eksposisi adalah teks yang memaparkan informasi dan menambah wawasan pembaca mengenai suatu hal. Begitu juga dengan keaktifan siswa merupakan kunci dalam memahami materi tentang unsur serta struktur yang harus diperhatikan dalam menulis teks eksposisi. “Fawzia in Adinlau dan Ghobadhi (2012 :

133) divides the factors influencing students’ OP into three broad categories; learner/student factors (SF), social factors (SOF), and educational/pedagogical (EF/PF). Learners’ tendencies, views, learning styles, their background and personal affective factors are examples of student factors whereas social factors include the gender of students and nature community feeling in a group. Factors relates to educational/pedagogical index consist of the lecturer, the course of training, the subject and nature of query. In this factor, OP is a part of evaluation, teacher’s encouragement, class size, peer help and support, and also the way the lesson is conducted. The most of research have demonstrated that the approach a teacher takes in the classroom affects students’ participation.”Siswa yang memiliki keaktifan yang tinggi

maka semakin banyak materi yang diserap semakin paham pula materi tentang unsur serta struktur penulisan teks eksposisi. Hasil ini menunjukkan bahwa temuan bermakna secara umum bagi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta.

Berdasarkan besarnya kontribusi penguasaan kalimat efektif terhadap keterampilan menulis teks eksposisi dengan keaktifan menulis terhadap keterampilan menulis teks eksposisi, terdapat

Page 11: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

Dinari Oktaria et al.: Penguasaan Kalimat Efektif...

175

perbedaan kekuatan hubungan keduanya. Penguasaan kalimat efektif lebih banyak berkontribusi terhadap keterampilan menulis teks eksposisi daripada keaktifan menulis. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang hendaknya menguasai kalimat efektif terlebih dahulu untuk bisa menulis teks eksposisi dengan baik. Barulah setelah itu, keterampilannya terus diasah secara kontinyu dibantu dengan dorongan keaktifan menulis pada diri siswa. Pada dasarnya, “In short, the writing-as-process position underscores the necessity of redirecting the orientation toward composition, from product to process” (Mirlohi, Ketabi, Roustaei, 2012: 332) komposisi merupakan alat utama dalam menulis. Lebih lanjut, Freedman dan Dauite (2015:85) mengatakan bahwa “Related but more specific processes, especially for older students, have been based in the view that, once the basic orthography, sentence structure, and awareness of purposes for writing are established, at least to some extent,developing as a writer involves gaining expertise with composing processes”. Menulis dibangun dengan penguasaan komposisi yang baik. Berkaitan dengan hal tersebut, kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan penulis. “Cognitive and emotional activities can deeply effects writing performance” (Sarkhoush, 2013:1131). Ketepatan susunan kalimat dapat diwujudkan bila seseorang mempunyai penguasaan kalimat efektif yang baik.Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, dan jelas (Hermawan 2004:132). Lebih lanjut, Slamet (2007:117) menjelaskan syarat-syarat penerapan rambu-rambu penyusunan tulisan.Terdapat beberapa aspek tata tulis, aspek-aspek tersebut meliputi (1) ejaan, (2) diksi, (3) struktur kalimat, dan (4) struktur paragraf.

4. Penutup 4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik simpulan hasil penelitian sebagai berikut: (1) ada hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kalimat efektif dan keterampilan menulis teks eksposisi;

(2) ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan menulis dan keterampilan menulis teks eksposisi; (3) ada hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kalimat efektif dan keaktifan menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis teks eksposisi di SMA Negeri 5 Surakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penguasaan kalimat efektif siswa merupakan salah satu faktor penentu bagi tinggi ataupun rendahnya kemampuan menulis teks negosiasi siswa. Hal ini berarti bahwa semakin baik penguasaan kalimat efektif yang dimiliki siswa, akan semakin baik pula keterampilan menulis teks eksposisi siswa. Penguasaan kalimat efektif siswa akan bertambah jika siswa tersebut selalu mengaplikasikan teori kalimat efektif yang telah didapat. Siswa juga dituntut mengasah kepekaannya agar dapat membedakan sebuah kalimat atau teks sudah efektif atau belum karena dengan mengasah intuisi siswa dengan terus berlatih, siswa akan secara mudah mengaplikasikan teori kalimat efektif dan menyunting kalimat kurang efektif yang ditemuinya. Keaktifan siswa juga merupakan salah satu faktor penentu bagi tinggi ataupun rendahnya keterampilan menulis teks eksposisi. Jika demikian halnya, maka peningkatan keterampilan menulis teks eksposisi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan keaktifan mereka.

4.2 SaranBerdasarkan simpulan di atas, peneliti

mengajukan beberapa saran yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut. Pertama, bagi pengelola sekolah: Pengelola sekolah sebaiknya meningkatkan peran serta perhatiannya ter-hadap pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal tersebut sedianya dapat dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan perpustakaan dan pengelolaan majalah dinding. Upaya meningkatkan pengelolaan perpustakaan dapat dilakukan dengan cara memperbaiki layanan dan menambah koleksi perpustakaan sehingga menjadikan perpustakaan sebagai tempat belajar dan membaca yang nyaman bagi siswa karena dengan membaca dapat menunjang kualitas penguasaan kalimat efektif yang dimiliki siswa.

Kedua, bagi guru: sehubungan dengan

Page 12: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

176

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:165–177

adanya hubungan positif dalam penelitian ini, guru harus bisa memperkuat intuisi siswa dalam mengaplikasikan kalimat efektif, baik melalui pembelajaran di sekolah maupun tugas di rumah yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap penguasaan kalimat efektif siswa. Guru juga harus bisa meningkatkan keaktifan siswa dengan memberikan dorongan, menyugesti kepercayaan diri siswa, atau bisa juga dengan memberikan reward kepada siswa yang menghasilkan tulisan terbaik.

Ketiga, bagi siswa: disarankan bagi siswa agar lebih banyak berlatih menulis dan membaca

dengan memanfaatkan perpustakaan dan majalah dinding yang disediakan oleh pihak sekolah, baik dalam kepentingan akademik maupun nonakademik. Hal tersebut harus dilakukan oleh siswa karena semakin banyak porsi membaca dan menulis mereka, kemampuan menulisnya juga akan semakin terasah dengan baik. Bertolak dengan hal tersebut, siswa juga disarankan untuk memperhatikan serta melaksanakan apa yang diperintahkan oleh guru, khususnya tentang tugas menulis. Diharapkan siswa dapat berpikir bahwa menulis bukan hanya suatu perintah yang diberikan guru saja melainkan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi.

Daftar Pustaka Aji, Wisnu Nugroho. 2016. “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi dengan Metode

Inquirydiscovery Learning dan Penggunaan Media Video pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri 3 Colomadu”. Magistra. No. 95. 34–42.

Ahmadi, Abu dan Prasetya, Tri Joko.1997. Proses Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional Surabaya Indonesia.

Akhadiah, Sabarti.; G. A, Maidar.; dan H.R. Sakura. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Akhondi, Masoumeh; Malayeri, Faramarz Aziz; Samad, Arshad Abd. 2011. “How to Teach Expository Text Structure to Facilitate Reading Comprehension”. The Reading Teacher. 64(5). 368–372.

Alex dan Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.Andayani. 2009. Buku Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Bahasa Indonesia.

Surakarta: UNS. Arikunto, Surharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.Barkaoui, Khaled. 2007. Teaching Writing to Second Language Learners: Insights from Theory and

Research. TESL Reporter . 40 (1): 35–48.Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Dymock, Susan dan Nicholson, Tom. 2010.“High 5!”Strategies to Enhance Comprehension

of Expository Text”.166–178 International Reading Association.64 (3).Diperoleh pada tanggal 14 Maret 2016 pukul 15.43 dari http://search.proquest.com/results/B68FCF20302F4BC2PQ/4.

Ganiron Jr, Tomas U. 2014. “The Effect of Study Group Activity Guide in Expository Reading and Writing Course at the College of Architecture in Qassim University” International Journal of Education and Learning. 3(1):23–34.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: ANDI.Glew, David dkk. 2011. “Evaluating and Improving the Assessment of Undergraduate Student Writing

in a School of Business at a Large Regional University”. The Journal of Effective Teaching. 11(2): 55–74.

Page 13: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

Dinari Oktaria et al.: Penguasaan Kalimat Efektif...

177

Guerra, Cathy L. 2010. “The TExT Procedure: A Strategy for Developing the Expository Writing of English Language Learners”. Journal of Border Educational Research. 8: 101–106.

Hermawan, Asep. 2004. Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi untuk Konsentrasi Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Keraf, Gorys. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Komposisi Lanjutan II. Jakarta: Nusa Indah.Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis. Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap. Yogyakarta:

Sabda Media.Kusumaningsih, Dewi; Wahyudi, Sri; Suparmin; Sudiatmi, Titik; Triyanto, Bambang. 2013.Terampil

Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi.Mirlohi, Mehdi dan Ketabi, Saeed. 2012. “The Effect of Instruction on Writing Performance of

Intermediate EFL Persian Students”. International Journal of Linguistics.4(4). 326–343.Montelongo, José dkk. 2010. “A Lesson Cycle for Teaching Expository Reading and Writing”. Journal

of Adolescent & Adult Literacy 53(8). 656–666. Nurjamal. N 2010. Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia. Bandung:Alfa Beta.Saragih, Amrin. 2014. Pembelajaran Genre Tulis Pembelajar Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan

Kurikulum 2013. Metalingua. 12 (2): 137–151.Sarkhoush, Hoda. 2013. Relationship among Iranian EFL Learners‟ Self-efficacy in Writing, Attitude

towards Writing, Writing Apprehension and Writing Performance. Macrothink. 4(5) 1126–1132.Slamet, St. Y. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.Sujanto. 2000. Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara untuk Mata Kuliah Dasar

Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.Telebzadeh, Zeinab. 2012. “Effects of Sentence Making, Composition Writing and Cloze Test

Assignments on Vocabulary Learning of Pre-intermediate EFLStudents”. International Journal of English Linguistics, 2 (1), 275–268. Diperoleh pada 14 Maret 2016. Diakses melalui http://dx.doi.org/10.5539/ijel.v2n1p257.

Wijayanti, Sri Hapsari; Candrayani, Amalia; Hendrawati, Ika; Agustinus, Waluyo.2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Imiah. Jakarta: PT. Raja Grafondo Persada.

Page 14: PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF SEBAGAI KUNCI …

178

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:165–177