Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN BAHAN BACAAN PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS) BERBASIS BUDAYA LOKAL
KELAS V SD KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN
DEVELOPMENT OF READING MATERIALS PROGRAMS OF
SCHOOL LITERATION MOVEMENT (GLS) BASED ON
LOCAL CULTURE CLASS V SD, PANGKEP PROVINCE
SOUTH SULAWESI
TESIS
OLEH:
MUSDALIFAH Nomor Induk Mahasiswa: 105.06.02.016.17
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
PENGEMBANGAN BAHAN BACAAN PROGRAM GERAKAN
LITERASI SEKOLAH (GLS) BERBASIS BUDAYA LOKAL KELAS V SD KABUPATEN PANGKEP PROVINSI
SULAWESI SELATAN
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister
Program Studi Magister Pendidikan Dasar
Yang disusun dan diajukan oleh
MUSDALIFAH Nomor Induk Mahasiswa:.105.06.02.016.17
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
xv
xv
xv
ABSTRAK
Musdalifah, 2019. Pengembangan Bahan Bacaan Gerakan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal Kelas V SD Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Magister Pendidikan Dasar Dibimbing oleh Munirah dan Tarman A. Arief.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa "Bahan Bacaan untuk Mendukung Gerakan Literasi Sekolah Budaya lokal” dan menggambarkan kelayakannya sebagai bahan bacaan siswa kelas V SD. Penelitian ini berjenis Reseach and Developtment (R&D) yang sejalan dengan penelitian Borg and Gall
(1983: 772) Penelitian yang digunakan adalah penelitian teknik kuesioner tertutup. Penelitian ini di laksanakan Tiga sekolah yang menjadi lokasi
pengambilan data, yaitu: MIS Muhammadiyah, SDN 47 Baru-Baru Towa, dan SDN 9 Baru-Baru Tanga diasumsikan mencerminkan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di Kabupaten Pangkajene. Terdapat 2 orang ahli, 9 orang guru dan 75 orang siswa dengan tehnik pengambilan sampel yaitu sampel analisis kebutuhan, sampel uji coba, sampai validasi ahli. Hingga terkumpul data
kemudian dianalisis dengan membuat tabulasi silang, mencari koefisien validitas dengan menggunakan rumus Gregory dan disajikan pada diagram tabulasi silang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan yang diperoleh prototipe Produk sahih dengan nilai koefisien validitas 0,875 yang berada dalam kategori tinggi (>75%). Hasil perhitungan tersebut dapat dimaknai bahwa Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” berada dalam tingkat kesahihan tinggi. Namun demikian kesahihan Produk belum sempurna jika tidak didukung oleh koefisien reliabilitas yang memadai. Reliabilitas menunjukkan ke-ajeg-an Produk yang dikembangkan. Hal ini berarti bahwa Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” reliabel secara konsisten dapat diterapkan di lapangan kapan dan dimanapun dengan hasil yang relatif sama. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa prototipe Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” sahih dan reliabel untuk diteruskan dan dikembangkan lebih lanjut.
Kata Kunci: Bahan, Bacaan, Literasi, Budaya, Lokal.
xv
xv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum waahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanhu Wata’ala, atas segala karunia dan Ridho-Nya kepada penulis
sehingga tesisi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan Salam semoga
senantiasa tercurah atas Junjungan Nabi Rasulullah Muhahammad
Shallallhu Alaihi Wasallam, sebagai uswathun hasanah yang telah
mengantarkan manusia dari kegelapan kezaman yang cerah benderang
kepada seluruh ummatnya dan semoga keselamatan dilimpahkan kepada
keluarga, sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya yang setia.
Penulis menyadari bahwa mulai dari penyususnan poposal sampai
rampung, banyak rintangan dan hambatan, hingga menjadi tesis namun
berkat bantuan motivasi dan do’a dari berbagai pihak sehingga dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan Bahan Bacaan
Program Gerakan Literasi (GLS) Berbasis Budaya Lokal Kelas V SD
Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan” dapat diselesaikan. Tesis
ini disususn untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan study dan memperoleh gelar Megister Pendidikan Dasar
(M.Pd), pada program pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Makassar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa hormat dan menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
xv
Ibu Dr. Munirah, M. Pd dan Bapak Dr. Tarman A. Arief, S.Pd,
M.Pd atas bimbingan, arahan, motivasi dan waktu yang telah
diluangkannya. Kepada penulis untuk berdiskusi dengan penuh perhatian
memberikan dorongan dan saran-saran yang sangat berharga kepada
penulis dalam penyusunan tesis selama menjadi dosen pembimbing, Ibu
Hj. Sulfasyah, S. Pd. M.Pd.,Ph.D dan Bapak Dr. Syafruddin, M. Pd yang
telah memberikan masukan dan saran sebagai dosen penguji pada saat
seminar proposal. Ibu Dr. St. Aida Azis, M.Pd dan Bapak Dr. Agustan S,
M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran sebagai dosen penguji
pada saat seminar Hasil.
Ketua program studi megister pendidikan dasar Ibu Hj. Sulfasyah,
S. Pd.,M.Pd.,Ph.D.atas kesempatan dan pasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Ucapan
terimakasih yang tulus penulis haturkan kepada Bapak Dr. H. Darwis
Muhdina, M. Ag selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar. Ucapan terimakasih kepada Asisten Direktur I,
Asisten Direktur II, Dosen Pascasarjana dan seluruh staf Tata Usaha yang
telah memberikan kemudahan kepada penulis, baik pada saat mengikuti
perkuliahan maupaun penyusunan laporan hingga berbentuk tesis.
Penulis juga menghaturkan terimakasih yang tulus dan ikhlas tak
terhingga kepada kedua almarhum orang tuaku yang memberikan doa,
cinta kasih sayang, didikan, kepercayaan dan pengorbanan yang selama
ini telah tercurah untuk ananda(Penulis).
xv
Terima kasih yang tulus juga penulis ucapkan untuk suami tercinta
Abdul Muis yang memberikan segala doa, cinta, perhatian, kasih sayang,
dorongan baik moril maupun materil, dengan penuh keikhlasan serta doa
restunya yang selalu mengiringi penulis dalam setiap langkah selama
menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dengan baik. Begitu juga kakaknda tercinta Hasmah Hajje yang
memberikan bantuan, materi,dan doa dalam menjalankan studi hingga
selesainya pendidikan penulis dengan mendapatkan gelar M. Pd.Ucapan
terima kasih dan penghargaan penulis Kepada Kepala SD Negeri 9
Baru-Baru Tanga Ibu Hj. Sitti Bahrah, S.Pd., Kepala MIS Muhammadiyah
Sibatua Ibu Hj. Inar Arifin, S. Pd., M. Pd., Kepala SD Negeri 47 Baru-Baru
Towa Asdar Ambo, S.Pd.,M.Pd., yang telah memberi kesempatan dan
pasilitas kepada penulis dalam melakukan penelitian.
Tak lupa pula penulis Ucapan terima kasih kepada teman-teman
mengajar di SDN 9 Baru-Baru Tanga serta rekan-rekan seperjuangan S2
Megister Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar
khususnya angkatan kedua dan rekan-rekan lain yang tidak dapat penulis
sebut satu persatu yang selalu mendukung, menemani dan memberikan
semangat. Dengan keterbatasan pengalaman ilmu maupun pustaka yang
ditinjau penulis, tesis ini tidak bebas dari berbagai kesalahan dan
kekurangan olehnya itu dengan penuh rendah hati penulis menerima
saran dan kritikan yang sifatnya membangun, Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan semoga semua amal kebaikan yang
xv
tulus diberikan kepada penulis memperoleh imbalan dari Allah S.W.T
Aamiin ya Rabbal Alamiin......
Wassalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar, 24 Agustus 2020
Penulis
Musdalifah
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii
LEMBAR PENERIMAAN PENGUJI ................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS................................... iv
ABSTRAK........................................................................................... v
ABSTRACT......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR........................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan ................................. 9
D. Spesifikasi Produk yang di harakan...................................... 9
E. Manfaat Penelitian dan Pengembangan ............................... 10
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan... 11
G. Defenisi Operasional ............................................................. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................ 13
A. Kajian Teori.....................................................................................
1. Bahan Bacaan .......................................................................... 13
xv
2. Jenis Bahan Bacaan …………………….....…………….........
3. Bagian Isi Bahan Bacaan .....................................................
4. Pentingnya Bahan Bacaan ………………………..................
5. Literasi ……………………………..........................................
6. Dimensi Literasi ………………..............................................
7. Gerakan Literasi Sekolah………...........................................
8. Tujuan Melakukan Literasi....................................................
9. Manfaat dari Literasi.............................................................
10. Penguatan Pendidikan Karakter ………................................
11. Sastra Lisan …………............................................................
12. Kebudayaan Lokal .…………………………….......................
13. Perkembangan Psikologi Anak …………...............................
14. Hubungan Perkembangan Psikologi dan Sastra Anak .........
15. Metode Pengembangan RPP Kurikulum 2013......................
14
16
18
21
22
24
26
27
27
29
30
35
39
41
B Peneitian Yang Relevan............................................................... 60
C. Kerangka Pikir.............................................................................. 65
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 66
A. Desain Penelitian …………………………...…………...........
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan....................….....
C. Survei Pendahuluan…………………………..………....…....
D. Pengembangan Produk ………………………………....…...
E. Desain Produk ..... ….………………………...………...…....
F. Validasi Desain .. ………………………………………..…...
66
69
72
73
73
74
xv
G. Perbaikan Desain ........………………………………...….....
H. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian............ .............
I. Produk Akhir......................................................................
J. Pengumpulan Data .…………………...............................
K. Populasi dan Sampel........................................................
L. Instrumen Penelitian ………………………...…..................
M. Validasi Instrumen ………………………...........................
N. Teknik Menganalisis Data.................................................
1. Analisis data kesahihan.………..………...……..............
2. Analisis data keberterimaan...........................................
74
74
74
76
76
77
78
78
78
80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 82
A. Hasil Pengembangan Produk ............................................
B. Keberterimaan Produk ………………………………............
C. Kesahihan Produk ………………………….........................
D. Pembahasan dan Pemaknaan Hasil Analisis Data .............
82
99
101
106
BAB V PENUTUP 111
A. Kesimpulan ..........................................................................
B. Saran .....................................................................................
111
114
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 126
RIWAYAT HIDUP....................................................................... 130
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
2.1 Perbedaan Buku Teks Pelajaran dan Buku Bahan Bacaan Anak..........................................................................................
20
2.2 Perjenjangan Buku Menurut Kemampuan Membaca............... 38
3.4 Kiteria keberterimaan bahan bacaan literasi sekolah berbasis budaya lokal.............................................................................
81
4.1 Catatan dan saran perbaikan pakar penilai kesahihan prototipe...................................................................................
96
4.2 Rekapitulasi Skor kesahihan protitipe produk.......................... 106
4.3 Rekapitulasi Skor kebeterimaan protitipe produk..................... 107
4.4 Tabulasi Data Hasil Penilaian Pakar ........................................ 108
4.5 Tabulasi Silang (2x2) Penilaian Kesahihan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong..
109
4.6 Bentuk Kuesioner Penilaian untuk Pakar Media........................ 132
4.7 Mempermudah menjawab pertanyaan kuesioner...................... 135
4.8 Kesesuaian Bahan Bacaan Budaya Lokal................................. 138
xv
DAFTAR GAMBAR
Tabel Teks Halaman 2.1 Gambar Kerangka Berpikir.................................................. 65
3.1 Gambar langkah-langkag Research & Developmment ...... 68 3.2 Gambar Langkah-langkah Pengembengan yang peneliti
lakukan ................................................................................ 70
3.3 Gambar 3.3. Metode penelitian dan pengembangan.......... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendasar dalam
kehidupan yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan mempunyai arti dalam
mempersiapkan sumber daya manusia, bangsa Indonesia yang unggul
diperlukan perencanaan yang sangat matang dan menyeluruh. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah penataan kembali kurikulum pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan tinggi.
Perencanaan ini tentu saja mengundang banyak keprihatinan.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebenarnya telah mencanangkan gerakan besar,yaitu Gerakan Literasi
Sekolah, selanjutnya disebut (GLS), sejak tahun 2015. Gerakan ini
bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan menumbuhkan budi pekerti
luhur anak bangsa melalui peningkatan minat baca mulai tingkat sekolah
dasar
Gerakan dengan tema “Bahasa Menumbuhkan Budi Pekerti” juga
merupakan implementasi dari Peraturan menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang menumbuhkan Budi Pekerti.
Hal ini sejalan pula dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 4 butir kelima yang menyatakan bahwa
2
mencerdaskan bangsa dilakukan melalui pengembangan minat baca,
tulis, dan hitung bagi segenap warga masyarakat..
Gerakan Literasi Siswa juga selaras dengan program yang baru
pula dicanangkan oleh pemerintah, yakni Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK). PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan
pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi
olah hati, olah rasa, olah raga, dan olah pikir (literasi) dengan pelibatan
dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
Sistem pendidikan di Indonesia, yang didasarkan pada sistem
pendidikan nasional, terdapat kesenjangan antara cita-cita dan
kenyataan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai faktor seperti kelemahan
pada sektor manajemen, dukungan pemerintah dan masyarakat yang
masih rendah, efektifitas dan efisiensi pembelajaran yang masih lemah,
inferioritas sumber daya pendidikan, dan terakhir lemahnya standar
evaluasi pembelajaran. Akibatnya, harapan akan sistem pendidikan yang
baik masih jauh dari sukses. Berbagai solusi dikemukakan termasuk
memperbarui kurikulum secara nasional juga masih menemui berbagai
kendala yang serius. Keadaan tersebut membutuhkan reformulasi yang
secara sistemik memperhatikan berbagai faktor yaitu politik, ekonomi,
sosial, dan budaya Indonesia.(Munirah: 2015).
Bahan bacaan dan sumber belajar, serta kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru pun disesuaikan kepada kurikulum yang berlaku.
Hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) tahun
3
2016 menunjukkan minat baca siswa masih rendah. Dari 72 negara yang
mewakili 80 persen ekonomi global dunia, siswa di Indonesia mengalami
peningkatan cukup pesat, termasuk 4 terbaik dalam hal peningkatan,” ujar
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Kementerian
Pendidikan Totok Suprayitno, seperti dikutip dari laman resmi Kemdikbud,
Rabu (7/12/2016).
Rendahnya minat baca siswa ini disebabkan berbagai faktor, yaitu
sistem pembelajaran yang belum mengharuskan siswa membaca buku,
budaya yang sulit dikembangkan, perkembangan teknologi internet yang
semakin mengalihkan minat baca siswa, dan minimnya buku yang sesuai
dengan kebutuhan siswa.
Upaya ini tentu saja membutuhkan dukungan dari banyak pihak.
Ibarat sebuah lingkaran, semua garis harus tersambung satu sama lain
sehingga membentuk sebuah pola yang indah dan teratur. Sekolah
sebagai tempat bernaung para siswa selama menimba ilmu memiliki
kewajiban untuk menyediakan berbagai fasilitas guna memberikan
dukungan untuk menumbuhkan literasi siswa seperti menyediakan
perpustakaan yang nyaman, petugas yang ramah, serta koleksi buku
dengan berbagai judul Seperti : Pangkep Boledong, Pangkep dalam
Kearifan Budaya Lokal, Cerita Rakyat Kabupaten Pangkep dan lain-lain.
Buku menjadi salah satu sarana untuk membangun dan
meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia. Buku juga mampu
membentuk peradaban bangsa melalui pemuatan nilai-nilai dan jati diri
4
bangsa. Oleh karena itu, pemerintah dan semua pihak dapat
mengembangkan pengadaan buku, baik buku teks, buku panduan
pendidikan, buku refrensi, maupun buku bacaan. Hal ini sejalan dengan
Permendikbud No 8 Tahun 2016 yang menyatakan bahwa selain buku
teks pelajaran, guru dapat menggunakan buku nonteks/bacaan dalam
proses pembelajaran karena buku tersebut dapat menambah
pengetahuan dan wawasan peserta didik (Kementrian Pendidkan 2016)
Untuk menambah wawasan peserta didik sebaiknya menggunakan
Bahan bacaan yang baik adalah bahan bacaan yang betul-betul
menunjang buku teks yang digunakan di sekolah, sebagaimana yang
dikatakan Tarman A. Arief (2016) bahwa: “Bahan ajar harus dirancang
secara sistematis berdasarkan lingkungan sekitar dan juga harus
dilengkapi dengan komponen-komponen yang dapat menunjang proses
belajar mengajar sehingga dapat mengantarkan siswa untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan”. Dengan demikian peserta didik bisa
meningkatkan kemampuan dalam memperluas wawasannya dengan
sering membaca bahan bacaan yang bermutu dan update sesuai dengan
keadaan sekarang salah satu contoh adalah bahan bacaan yang di
dalamnya berisi motivator atau biogragrafi orang-orang sukses, buku
bacaan seperti itu akan memotivasi peserta didik, sehingga mempunyai
tekad untuk maju yang diawali belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.
Jika buku tersebut ditujukan kepada siswa sekolah dasar, peneliti terlebih
dahulu harus mengetahui perkembangan psikologi, pedadogis, dan
5
memperhatikan segala keperluan dan lingkup kehidupan khasnya yang
lain sehingga buku ini menjadi sangat istimewa bagi anak. Pada anak usia
10 Tahun, menurut Rahmanto (1988: 3) anak-anak menyukai cerita
kepahlawanan, petualangan, dan kejahatan.
Literasi Menurut Kemendikbud (2016:2) adalah kemampuan
mengakses, memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas
melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak,
menulis, dan berbicara. Sedangkan menurut peneliti literasi itu adalah
suatu kegiatan yang dilakukan dan sangat bermanfaat bagi siapa saja
yang mau membaca dan menulis. Lierasi membaca tercermin dalam
surah Al-Alaq ayat 1-5 yaitu
ك الذي خلق ) ك ال 2( خلق النسان من علق )1اقرأ باسم رب علم 4( الذي علم بالقلم)3كررم )( اقرأ ورب
(5النسان ما لم يعلم )
Artinya: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari „Alaq, Bacalah dan Tuhanmulah yang
paling pemurah, yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang belum di ketahuinya”. (Qs.96- Al-Alaq 1-5).
Adapun dalam tafsir al-Maraghi “Al Qur‟an telah mengubah suatu
bangsa yang sangat rendah menjadi paling mulia, dengan perantaraan
keutamaan kalam. Jika tidak ada tulisan, tentu pengetahuan tidak
terekam, agama akan sirna dan bangsa belakangan tidak akan mengenal
sejarah umat sebelumnya” uraian tersebut diambil dari intisari (Qs. Al-
Alaq 1-5)
6
Berdasarkan ayat dan tafsir al-Maraghi di atas menunjukkan
bahwa Gerakan literasi di kabupaten pangkep perlu di kembangkan
dengan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2015 yang di dalamnya tercantum kebijakan “kegiatan
15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”
sebagai bukti keseriusan pemerintah dalam menyukseskan Gerakan
Literasi Sekolah.
Gerakan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta
didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan
dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti,
berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai
tahap perkembangan peserta didik.
Gerakan literasi sekolah menurut Kemendikbud (2016:3)
merupakan gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai
elemen.Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan
membaca siswa. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit
membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam
hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika
pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya, akan diarahkan ke tahap
pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan
Kurikulum 2013).
Dengan berdasar dari kurikulum 2013 maka Gerakan literasi yang
ada di Kabupaten Pangkep perlu dikembangkan karena telah di lengkapi
7
berbagai macam bahan ajar termasuk bahan bacaan baik dalam buku
tematik maupun buku penunjang lainnya namun hampir semua bacaan
yang ada mengangkat tentang budaya di Pulau Jawa sehingga budaya
yang ada di Pangkep hampir tidak tersetuh. Jika hal tersebut di biarkan
secara terus menerus generasi penerus yang ada di Pangkep tidak akan
mengenal atau mengetahui budaya-budaya yang ada di Kabupaten
Pangkep.
Pangkep memiliki tempat empat dimensi yaitu darat, laut, gunung
dan sungai, dalam bingkai budaya siswa diharapkan memiliki banyak
pengetahuan tentang budaya Pangkajene dan Kepulauan seperti adanya
baju batik khas Kabupaten Pangkep produksi pemerintah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan dengan logo Boledong makna nama ini
simbol dari hasil bumi Pangkep yang dikenal kaya akan ikan bandeng,
udang dan jeruk. Boledong singkatan dari bolu (ikan bandeng) lemo
(jeruk) dan doang (udang) bambu runcing simbol ibu kota Pangkajene
dan Kepulauan serta tulisan aksara lontara Bugis berbahasa Makassar
“Kualleangi Tallanga na Towalia” adalah falsafah hidup masyarakat Bugis
Makassar dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial.
Filosofi ini mengandung dua makna nilai yang sangat tinggi dan
harus ditanamkan dalam diri siswa-siswi sekolah dasar Sulawesi Selatan
dengan karakteristik nilai pantang menyerah dan kerelaan berkorban.
Semua ini tergambar di batik Boledong. Didalam batik Boledong memuat
budaya-budaya lokal yang belum pernah mereka lihat secara langsung.
8
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada tiga sekolah yaitu: Mis
Muhammadiyah, SDN 47 Baru-Baru Towa, dan SDN 9 Baru-Baru Tanga
di perlukan strategi untuk membangkitkan literasi siswa dengan
menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan menarik bagi siswa dan
mengembangkan bahan bacaan yang telah ada dengan memasukkan
kearifan lokal yang ada di kabupaten Pangkep, sehingga keterampilan
literasi siswa dapat meningkat.
Adapun cara-cara pengembangan literasi yang akan peneliti
lakukan agar literasi di sekolah meningkat adalah:
a. Menumbuhkan kesadaran pentingnya membaca
b. Membudayakan membaca di sekolah
c. Mengoptimalkan peran perpustakaan sekolah.
d. .Membentuk komunitas baca.
e. Memberi tugas kepada siswa agar Membuat Rangkuman
Berdasarkan Uraian di atas maka penulis melakukan suatu
penelitian berupa “Pengembangan Bahan Bacaan Program Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) Berbasis Budaya Lokal Kelas V SD Kabupaten
Pangkep Provinsi Sulswesi Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyusun
rumusan masalah penelitian sebagai berikut.:
1. Bagaimana cara mengembangkan Bahan Bacaan Literasi Sekolah
Berbasis Budaya Lokal?
9
2. Bagaimana tingkat keberterimaan Bahan Bacaan Literasi Sekolah
Berbasis Budaya Lokal?
3. Bagaimana tingkat kesahihan Bahan Bacaan Literasi Sekolah
Berbasis Budaya Lokal?
C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua
permasalahan yang telah dirumuskan sebagai berikut:
1. Menemukan cara mengembangkan Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Berbasis Budaya Lokal.
2. Memperoleh informasi tingkat keberterimaan Bahan Bacaan
Literasi Sekolah Berbsis Budaya Lokal.
3. Memperoleh informasi tingkat kesahihan Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Berbasis Budaya Lokal.
D. Spesifikasi Produk yang diharapkan
Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini
yakni bahan bacaan budaya lokal menggunakan metode penelitian
Research and Development (R&D, Menurut Borg and Gall (1983:
772). Bahan bacaan berisi tentang budaya lokal, serta Pangkep
dalam kearifan budaya lokal, bahan bacaan budaya lokal
diharapkan dapat menghasilkan produk yang valid, praktis dan efektif
pada pembelajaran15 menit sebelum pelajaran dimulai di kelas V
Mis Muhammadiyah, kelas V SDN 47 Baru-Baru Towa dan kelas V
SDN 9 Baru-Baru Tanga Kecamatan Pangkajene dan Kepulauan.
10
pembelajaran15 menit sebelum pelajaran dimulai difokuskan pada
materi bahan bacaan budaya lokal “Pangkep Boledong”.
E. Manfaat Penelitian dan Pengembangan
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut.
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil pengembangan ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan inovasi dengan
mengeksplorasi budaya lokal dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Hasil pengembangan ini di harapkan dapat bermanfaat secara praktis
bagi siswa, guru dan pemerintah.
Bagi Siswa
a Dapat menjadi dukungan sumber belajar pada pembelajaran liteasi
budaya lokal Pangkep sehimgga menjadi siswa yang berkarakter.
b Dapat lebih percaya diri dengan hasil belajar mereka.
Bagi Guru.
a Sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar
sehingga memudahkan guru memberi penjelasan tentang budaya
lokal Pangkep.
b Sebagai salah satu wujud yang dapat memotivasi guru untuk lebih
kreatif dalam menyediakan penunjang pendukung dalam
pembelajaran terkait sehingga memicu antusias siswa dalam belajar
Bahasa Indonesia, utamanya budaya lokal Pangkep.
11
Bagi Pemerintah.
a. Dapat dijadikan contoh pembelajaran yang dapat disosialisasikan pada
jenis dan tingkat satuan pendidikan lainnya untuk peningkatan mutu
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan melalui kegiatan-kegiatan
pelatihan terhadap tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
b. Dapat memudahkan bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan
dalam pengidentifikasian dan penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai dalam pembelajaran.
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
Penelitian pengembangan ini didasarkan pada asumsi-asumsi
bahwa bahan bacaan program Gerakan Literasi Sekolah dapat
dikembangkan dengan mengintegrasikan budaya lokal
Pada pelaksanaanya, penelitian ini hanya mencakup
pengembangan bahan bacaan program Gerakan Literasi Sekolah
berbasis budaya lokal. Proses pengembangan hanya melalui enam
tahapan penelitian, yakni survei penelitian, pengembangan produk,
desain produk, validasi desain, perbaikkan desain, dan produk akhir.
Penyebaran kuesioner kebutuhan guru dan siswa berlokasi di Kabupaten
Pangkajene. Tiga sekolah yang menjadi lokasi pengambilan data, yakni
Mis Muhammadiyah, SDN 47 Baru-Baru Towa, dan SDN 9 Baru-Baru
Tanga diasumsikan mencerminkan pelaksanaan Gerakan Literasi
Sekolah di Kabupaten Pangkajene.
12
G. Definisi Operasional
Beberapa istilah penelitian ini diberikan definisi operasional
sebagai berikut.
a. Pengembangan
Pengembangan adalah serangkaian prosedur/aktivitas yang
dilakukan peneliti untuk menganalisis kebutuhan, mengembangkan
prototipe, mendesain produk, validasi desain, revisi desain, dan
memproduksi masal produk sehingga bahan bacaan sangat layak
dipergunakan untuk siswa kelas 5 tingkat sekolah dasar.
b. Bahan Bacaan
Bahan Bacaan adalah buku nonteks pelajaran untuk mendukung
proses pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan dan jenis buku lain
yang tersedia di perpustakaan sekolah. Pengertian ini berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan
Pendidikan.
c. Budaya Lokal
Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat
suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses
belajar dari waktu kewaktu budaya lokal dapat berupa, hasil seni, tradisi,
pola pikir, atau hukum adat. Menurut Nawari Ismail (2011) yang dimaksud
budaya lokal adalah semua ide, aktivitas dan hasil aktivitas manusia
dalam suatu kelompok masyarakat dilokasi tertentu.
13
BAB II
KAJIAAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bahan Bacaan
Bahan Bacaan merupakan salah satu buku yang dapat
mendukung Gerakan Literasi Sekolah dan Penguatan Pendidikan
Karakter. Bahan bacaan digunakan untuk meningkatkan kemampuan
literasi melalui kegiatan membaca dan menulis. Permendikbud No 8
Tahun 2016 menyebutkan bahan bacaan adalah buku nonteks pelajaran
untuk mendukung proses pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan
dan jenis buku lain yang tersedia di perpustakaan sekolah.
Di kalangan masyarakat, bahan bacaan juga dikenal sebagai buku
bacaan atau buku kepustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk
memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya.
Buku pengayaan diartikan sebagai buku yang memuat materi yang dapat
memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan;
membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan,
dan masyarakat lainnya. Buku ini dapat menjadi bacaan bagi peserta
didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya.
Selain itu, dalam Pasal 1 Permendikbud Nomor 8 Tahun 2016
berbunyi buku nonteks pelajaran adalah bahan bacaan untuk mendukung
14
proses pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan dan jenis buku lain
yang tersedia di perpustakaan sekolah. Dengan kata lain, untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional, selain menggunakan buku teks pelajaran
sebagai sumber pembelajaran utama, guru dapat menggunakan buku
pengayaan dalam proses pembelajaran dan menganjurkan peserta didik
membacanya untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Mulyana Aina (2018) menyebutkan karakteristik bahan bacaan
adalah (1) materi dapat bersifat kenyataan atau rekaan; (2)
pengembangan materi tidak terkait langsung dengan kurikulum atau
kerangka dasarnya; (3) materi disajikan secara popular atau teknik lain
yang inovatif; (4) penyajian materi dapat berbentuk deskripsi, eksposisi,
argumentasi, narasi, puisi, dialog, dan/atau menggunakan penyajian
gambar; (5) penggunaan media bahasa atau gambar dilakukan secara
inovatif dan kreatif.
2. Jenis Bahan Bacaan
Berdasarkan dominasi materi/isi yang disajikan di dalamnya, Aina
Mulyana (2018) membagi bahan baacaan dalam tiga jenis klasifikasi,
yaitu kelompok bahan bacaaan: (1) pengetahuan, (2) keterampilan, dan
(3) kepribadian. Setiap jenis bahan bacaan kadang-kadang sulit
dibedakan, tetapi jika dikaji berdasarkan materi/isi yang mendominasi di
dalamnya maka dapat ditetapkan ke dalam salah satu jenis bahan
bacaaan.
15
Bahan bacaan pengetahuan adalah buku yang memuat materi
yang dapat memperkaya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan menambah kekayaan wawasan akademik pembacanya. Adapun ciri-
ciri bahan bacaan pengetahuan adalah ;
1) Materi/isi buku bersifat kenyataan;
2) Pengembangan isi tulisan tidak terikat pada kurikulum;
3) Pengembangan materi bertumpu pada perkembangan ilmu terkait.
4) Bentuk penyajian berupa deskriptif dan dapat disertai gambar; dan
5) Penyajian isi buku dilakukan secara popular.
Bahan bacaan keterampilan adalah buku yang memuat materi yang dapat
memperkaya penguasaan keterampilan bidang tertentu. Adapun ciri-ciri
Bahan Bacaan keterampilan adalah
1).Materi/isi buku mengembangkan keterampilan yang bersifat faktual;
2).Materi/isi buku berupa prosedur melakukan suatu jenis keterampilan;
3.)Penyajian materi dilakukan secara prosedural
4).Bentuk penyajian dapat berupa narasi atau deskripsi yang dilengkapi
gambar/ilustrasi.
5).Bahasa yang digunakan bersifat teknis.
Bahan bacaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang
dapat memperkaya kepribadian atau pengalaman batin seseorang.
Adapun ciri-ciri bahan bacaan kepribadian adalah:
1). Materi/isi buku dapat bersifat faktual atau rekaan;
16
2) Materi/isi buku meningkatkan dan memperkaya kualitas kepribadian
atau pengalaman batin;
3) Penyajian materi/isi buku dapat berupa narasi, deskripsi, puisi, dialog
atau gambar;
4) Bahasa yang digunakan bersifat figuratif.
3. Bagian Isi Bahan Bacaan
Dalam Permendikbud No 8 Tahun 2016 disebutkan bahwa bagian
isi merupakan uraian materi tentang pokok bahasan yang sesuai dengan
judul buku. Uraian materi harus dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap positif peserta didik. Untuk itu, aspek materi,
aspek kebahasaan, aspek penyajian, dan aspek kegrafikaan yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut.
Asek Materi
1. Harus dapat menjaga kebenaran dan keakuratan materi,
kemutakhiran data dan konsep, serta dapat mendukung
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
2. Menggunakan sumber materi yang benar secara teoretik dan
empirik
3. Mendorong timbulnya kemandirian dan inovasi.
4. Mampu memotivasi untuk mengembangkan dirinya.
5. Mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan
mengakomodasi kebhinekaan, sifat gotong royong, dan
menghargai pelbagai perbedaan.
17
Aspek Kebahasaan.
1. Penggunaan bahasa (ejaan, kata, kalimat, dan paragraf) tepat,
lugas, jelas, serta sesuai dengan tingkat perkembangan usia.
2. Ilustrasi materi, baik teks maupun gambar sesuai dengan tingkat
perkembangan usia pembaca dan mempu memperjelas
materi/konten.
3. Bahasa yang digunakan komunikatif dan informatif sehingga
pembaca mampu memahami pesan positif yang disampaikan,
memiliki ciri edukatif, santun, etis, dan estetis sesuai dengan
tingkat perkembangan usia.
4. Judul buku dan judul bagian-bagian materi/konten buku
harmonis/selaras, menarik, mampu menarik minat untuk
membaca, dan tidak provokatif.
Aspek Penyajian Materi
1. Materi buku disajikan secara menarik (runtut, koheren, lugas,
mudah dipahami, dan interaktif) sehingga keutuhan makna yang
ingin disampaikan dapat terjaga dengan baik.
2. Ilustrasi materi, baik teks maupun gambar menarik sesuai dengan
tingkat perkembangan usia pembaca dan mampu memperjelas
materi/konten serta santun.
3 Penggunaan ilustrasi untuk memperjelas materi tidak mengandung
unsur pornografi, paham ekstrimisme, radikalisme, kekerasan,
sara, bias gender, dan tidak mengandung nilai penyimpangan
18
lainnya.
4. Penyajian materi dapat merangsang untuk berpikir kritis, kreatif,
dan inovatif.
5. Mengandung wawasan kontekstual, dalam arti relevan dengan
kehidupan keseharian serta mampu mendorong pembaca untuk
mengalami dan menemukan sendiri hal positif yang dapat
diterapkan dalam kehidupan keseharian.
6. Penyajian materi menarik sehingga menyenangkan bagi
pembacanya dan dapat menumbuhkan rasa keingintahuan yang
mendalam.
Aspek Kegrafikaan
1. Ukuran buku sesuai dengan tingkat perkembangan usia dan
materi/konten buku.
2. Tampilan tata letak unsur kulit buku sesuai/harmonis dan memiliki
kesatuan.
3. Pemberian warna pada unsur tata letak harmonis dan dapat
memperjelas fungsi.
4.
5.
Penggunaan huruf dan ukuran huruf disesuaikan dengan tingkat
perkembangan usia.
Ilustrasi yang digunakan mampu memperjelas pesan yang ingin
disampaikan.
4. Pentingnya Bahan bacaan
19
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru masih memfokuskan
pembelajaran yang bertumpu pada buku teks pelajaran. Padahal buku
teks yang dicetak belum dibuat dalam format yang menarik, cenderung
padat, dan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk dipahami oleh
pembaca sasaran dengan latar belakang budaya yang beragam.
(Dewayani, 2017: 67). Bahan ajar harus dirancang secara sistematis
berdasarkan lingkungan sekitar dan juga harus dilengkapi dengan
komponen-komponen yang dapat menunjang proses belajar mengajar
sehingga dapat mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.(Tarnan. A. Arif, 2018)
Buku teks pelajaran, yang menjadi tumpuan proses pembelajaran,
harus memenuhi beberapa syarat yang telah ditetapkan Bank Dunia
seperti, kesesuaian pedagogis, relevansi konteks budaya (culturally
relevant) , dan kelayakan fisik (physically durable). Dewayani (2017: 68)
menyatakan buku selayaknya memenuhi kualifikasi kemampuan
penelitian (writing skill) , profesional (profesional skill), dan pendidikan
(pedagogical skill) . Apabila syarat tersebut tidak terpenuhi, sekolah dan
guru wajib mengakses buku pengayaan baik fiksi maupun nonfiksi.
Dewayani (2017: 68) menyatakan buku bahan bacaan mengasah
rasa emosi dan rasa keindahan siswa, mendorong partisipasi siswa dalam
pembelajaran, mengembangkan pengetahuan, mengaktifkan
pengetahuan latar siswa, mengembangkan kecerdasan visual, dan
20
mengasah kemampuan menulis. Berikut perbedaan antara buku teks
pelajaran dan bahan bacan.
Tabel 2.1 Perbedaan Buku Teks Pelajaran dan Buku Bahan Bacaan Anak
Buku Teks Pelajaran Buku Nonteks/Pengayaan
Gaya Penelitian deskriptif,
menerangkan satu topik
Gaya penelitian naratif, menggunakan
deskripsi detail dan dialog khas anak
Topik dijelaskan dengan
gaya penyampaian yang
berjarak dari anak.
Kisah menampilkan tokoh anak sehingga
dekat dengan keseharian anak.
Padat teks dan minim
ilustrasi dan warna.
Dilengkapi dengan ilustrasi dan desain
yang menarik minat anak.
Informasi menjawab
pertanyaan yang terkait
dengan topik.
Kisah fiksi dan detail ilustrasi memancing
pertanyaan anak,
“Mengapa begini, mengapa begitu?”.
Pertanyaan ini bisa memancing diskusi
yang lebih jauh.
Dari uraian di atas dapat simpulkan, perlu adanya pengembangan
bahan bacaan yang dapat menunjang proses pembelajaran di kelas.
Bahan bacaan terdiri dari buku guru dan buku siswa. Buku guru dilengkapi
dengan indikator pemetaan pembelajaran, rancangan pelaksanaan
21
pembelajaran, dan petunjuk bagi guru sedangkan buku siswa dilengkapi
dengan petunjuk siswa dan lembar aktivitas untuk menumbuhkan minat
baca siswa dengan mengintegrasikan budaya lokal.
Kompetensi dasar yang digunakan dalam pengembangan bahan
bacaan ini, yaitu 3.9 mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
dan 4.9 menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada
teks fiksi secara lisan, tulis, dan visual.
5. Literasi
Literasi secara etimologi berasal dari bahasa Latin literatus, yang
berarti orang yang belajar. Selain itu, dalam bahasa Latin juga terdapat
istilah litera yang meliputi penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi
yang menyertainya. Unesco menyebutkan bahwa literasi merupakan
rangkaian kemampuan menggunakan kecakapan membaca, menulis, dan
berhitung yang diperoleh dan dikembangkan melalui proses pembelajaran
dan penerapan di sekolah, keluarga, masyarakat.
Sementara itu, Kemendikbud tahun 2017 menyatakan selama tiga
dekade terakhir, makna dan cakupan literasi berkembang luas meliputi:
(a) literasi sebagai suatu rangkaian kecakapan membaca, menulis, dan
berbicara, kecakapan berhitung dan kecapakan dalam mengakses dan
menggunakan informasi; (b) literasi sebagai praktik sosial yang
penerapannya dipengaruhi oleh konteks; ( c) literasi sebagai proses
pembelajaran dengan kegatan membaca dan menulis sebagai medium
untuk merenungkan, menyelidiki, menanyakan, dan mengkritisi ilmu dan
22
gagasan yang dipelajari; dan (d) literasi sebagai teks yang bervariasi
menurut subyek, genre, dan tingkat kompleksitas.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bawah literasi
merupakan kecakapan dalam berbagai bidang seperti membaca, menulis,
berbicara, berhitung, serta kecakapan dalam mendapatkan informasi.
6. Dimensi Literasi
Konsep literasi menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(2017) sebagai berikut.
1. Literasi Baca dan Tulis
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami
informasi utuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks
tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan
potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
2. Literasi Numerasi
Literai numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) bisa
memeroleh, mengintepretasikan, menggunakan, dan
mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika
untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks
kehidupan sehari-hari; (b) bisa menganalisis informasi yang
ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb) untuk
mengambil keputusan.
3. Literasi Sains
23
Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk
mampu mengidentifikasikan pertanyaan, memperoleh pengetahuan
baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan
berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana
sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan
budaya, serta keuangan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang
terkait sains.
4. Literasi Digital
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam
menemukan, mengevalusi, menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat dan
patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
mengaplikasikan (a) pemahaman tentang konsep dan risiko, (b)
keterampilan, dan (c) motivasi dan pemahaman agar dapat membuat
keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan
kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat
berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
6. Literasi Budaya dan Kewargaan
24
Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam
memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesa sebagai
identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah
pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban
sebagai warga masyarakat.
7. Gerakan Literasi Sekolah
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengadakan sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti
siswa yang dikenal sebagai Gerakan Literasi Sekolah ( GLS). Gerakan ini
bertujuan agar seluruh siswa memiliki budaya membaca dan menulis
sehingga tercipta pembelajar sepanjang hayat.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu bentuk gerakan
penumbuhan budi pekerti sebagaimana amanah dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 . Salah satu kegiatan
di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku
nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan
keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih
baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal,
nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan
peserta didik.
Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku
kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi,
25
kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta
didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam Gerakan
Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah lahir dari hasil survei lembaga
riset yang mengukur keterampilan membaca peserta didik. Hasil penelitian
dan indeks berskala internasional tersebut tentu saja mengkhawatirkan.
Data tahun 2012 menunjukkan posisi negara Indonesia sebagai negara
yang masih tertinggal dalam urusan baca dan tulis Masyarakat.
Indonesia berada pada urutan ke-64 dan minat baca siswa berada
pada urutan ke 57. Indonesia hanya lebih baik dari negara Peru yang
menempati posisi paling terakhir dalam survei ini. Indonesia hanya
mendapat nilai 375 untuk matematika, membaca 396, dan ilmiah 382.
Dalam buku saku Gerakan Literasi Sekolah disebutkan bahwa tujuan
umum Gerakan Literasi Sekolah adalah menumbuhkembangkan budi
pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah
yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
Selain itu, tujuan khusus Gerakan Literasi Sekolah meliputi
menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di
sekolah, meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar
literat, menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan
dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan,
dan menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca
26
Adapun prinsip-prinsip Gerakan Literasi Sekolah, yaitu sesuai
dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan
karakteristiknya, dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai
ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik, berlangsung
secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum, kegiatan literasi
dilakukan secara berkelanjutan, melibatkan kecakapan berkomunikasi
lisan, dan mempertimbangkan keberagaman.
Adapun tahapan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah meliputi
tiga langkah, yakni penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit
membaca (Permendikbud No. 23 Tahun 2015) , meningkatkan
kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi bahan bacaan, dan
meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran:
menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata
pelajaran.
8. Tujuan Melakukan Literasi
Tujuan dalam melakuka literasi yaitu :
Mewujudkan serta mengembangkan budi pekerti yang baik dengan
teman-teman disekitar kita.
Melahirkan budaya membaca di lingkungan sekolah dan lingkunan
masyarakat.
Mengembangkan pengetahuan dengan membaca berbagai macam
informasi yang bermanfaat.
27
Menumbuhkan pemahaman seseorang terhadap suatu bacaan
tentang budaya lokal..
Membentuk jiwa yang berkarakter mampu berpikir kritis.
Memperkuat nilai-nilai kepribadian pada diri seseorang.
9. Manfaat Dari Literasi
Literasi bermanfaat untuk meningkatkan dan menambahkan kosa
kata pada diri setiap insan
Mengembangkan pengetahuan tentang kosa kata.
Menjadikan otak bisa bekerja secara optimal.
Menambahkan wawasan pada peserta didik.
Memperkuat jati diri dalam menangkap suatu informasi/penyampaian
dari sebuah bahan bacaan.
Meningkatkan kemampuan membaca secara verbal.
Mendidik kemampuan berpikir dan menganalisa suatu bacaan .
Membiasakan diri fokus dan konsentrasi dalam membaca bacaan.
Membiasakan diri untuk bisa menulis dan merangkai kata dengan
baik dan benar.
10. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan
di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter
peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir (literasi),
dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan,
28
keluarga, dan masyarakat. PPK ini juga merupakan amanat nawacita
yang telah dituangkan Presiden
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter. PPK dilaksanakan dengan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai
religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan bertanggung jawab. Ini sesuai dengan bunyi Pasal 3
Nomor 87 Tahun 2017.
Urgensi penerapan Penguatan Pendidikan Karakter karena siswa
saat ini adalah generasi emas Indonesia yang pada tahun 2045 harus
memiliki jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna
menghadapi dinamika perubahan di masa depan. Penerapan Penguatan
Pendidikan Karakter ini juga memperhatikan keanekaragaman budaya
Indonesia sehingga diharapkan akan lahir pemimpin yang berkepribadian
kuat dan bagus tanpa meninggalkan adat istiadat yang dimiliki.
Salah satu cara untuk mendukung Penguatan Pendidikan Karakter ini
adalah dengan mempersiapkan bacaan yang memiliki muatan karakter
lokal tempat siswa tersebut tinggal. Dengan memperkenalkan kearifan
lokal sejak dini, karakter siswa akan terbentuk sesuai dengan prinsip
hidup yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi Selatan khususnya.
11. Sastra Lisan
29
Sastra lisan merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki
oleh hampir semua masyarakat di seluruh dunia, tak terkecuali
masyarakat Indonesia. Sastra lisan ini merupakan warisan nenek moyang
yang diwariskan secara lisan. Dalam hal ini Hutomo (dalam Amir, 2013:
71), berpendapat bahwa sastra lisan adalah kesusastraan yang mencakup
ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan atau
diturunkan secara lisan (dari mulut ke telinga). Secara harfiah, sastra lisan
berarti sastra yang disampaikan secara lisan. Khusus tentang teks
bahasanya, menurut Amir (2013:75) sastra lisan diubah dalam
masyarakatnya dengan ragam sastra. Ragam sastra yang digunakan
seperti ragam yang mereka kenal bersama, atau menggunakan bahasa
daerah asal sastra itu. Sejalan dengan pendapat Hutomo, Lord (dalam
Amir, 2013: 71) menyatakan bahwa sastra lisan adalah sastra yang
dipelajari, disampaikan, dan dinikmati secara lisan. Unsur utama sastra
lisan adalah estetik. Sastra lisan merupakan sastra yang penyebarannya
melalui mulut ke telinga. Sastra lisan ada karena terdapat suatu kolektif
masyarakat pada zamannya yang terus dilestarikan, disampaikan, dan
dinikmati.
Taum (2013: 21) mengungkapkan sastra lisan merupakan
sekelompok teks yang disebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan,
yang secara instrinsik mengandung sarana-sarana kesustraaan dan
memiliki efek estetik dalam kaitannya dengan konteks moral maupun
kultur dari sekelompok masyarakat tertentu. Berdasarkan pendapat diatas
30
tentang sastra lisan, dapat menyimpulkan bahwa sastra lisan merupakan
sastra yang cara penyampaiayannya dengan secara lisan/ucapan dan
turun temurun, merupakan gambaran kultur/kebudayaan masyarakat.
12. Kebudayaan Lokal
Kebudayaan lokal adalah kebudayaan yang berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddhaya yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budia atau akal) yang tumbuh dan berkembang serta dimiliki dan diakui
oleh masyarakat suku bangsa setempat dan sekitarnya. Kebudayaan lokal
biasanya tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat suku daerah
tertentu karena merupakan warisan turun-temurun yang dilestarikan.
Budaya daerah ini akan muncul pada saat penduduk suatu daerah telah
memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama, sehingga menjadi
suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk
yang lainnya. Budaya daerah mulai terlihat berkembang di Indonesia pada
zaman kerajaan-kerajaan pada saat sebelumnya .
Hal itu dapat dilihat dari cara hidup dalam berinteraksi sosial yang
dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di Indonesia yang berbeda
antara satu dengan yang lain. Menurut (Munirah 2016) “koordinatif
dicirikan dengan kualitas hubungan timbal balik antara keduanya, sedang
hubungan subordinatif mencerminkan satu kualitas hubungan yang hanya
sepihak, artinya dinamika budayalah yang mempengaruhi dinamika
31
bahasa, dan bukan sebaliknya. Kedua, keberagaman budaya lokal di
Indonesia sebagai berikut; (1) keragaman suku bangsa, (2) keragaman
bahasa, (3) keragaman religi dan (4) Keberagaman seni dan budaya.
Tidak menjadi pembeda dan pemisah, tetapi dipandang sebagai kekayaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang sepatutnya harus berbangga
menjadi warga negara Indonesia karena memiliki bahasa sendiri, yaitu
bahasa Indonesia yang mampu mendukung budaya bangsa dengan
perkembangan berkelanjutan terhadap ilmu pengetahuan”.
1. Gagasan Budaya Lokal
Kebudayaan itu didapatkan dari belajar Kebudayaan yang ada dan
dimiliki oleh setiap manusia (masyarakat dilingkungan itu) bukan
merupakan suatu yang sifatnya kodratif (budaya diturunkan tidak secara
biologis (proses yang ada pada organisme kehidupan) atau pewarisan
melalui unsure genetis atau keturunan), melainkan kebudayaan itu timbul
dari buah pikir manusia. Manusia dirahmati berupa akal oleh Allah supaya
manusia itu berfikir. Dengan adanya akal inilah yang nantinya dapat
membedakan sebuah kebudayaan yaitu perilaku yang dasarnya dari buah
akal pikiran (manusia) dan dasarnya dari insting (hewan). Ketika manusia
baru dilahirkan, semua tingkah laku manusia yang baru lahir tersebut
digerakkan olen insting dan naluri. Insting atau naluri ini tidak termasuk
dalam kebudayaan. Contohnya adalah kebutuhan akan makanan. Makan
adalah kebutuhan dasar tetapi tidak termasuk dalam kebudayaan. Tetapi
kebutuhan yang harus dipenuhi sebelum manusia makan seperti: apa
32
yang akan dimakan, bagaimana cara mengolahnya, bagaimana makanan
adalah bagian dari kebudayaan. Semua itu terwujud dan tercipta karena
manusia itu belajar.
Suatu makhluk yang memiliki rasa social yang besar seperti yang
tercermin dalam pasukan semut dimana mereka selalu rajin, bergotong
royong, dikerjakan bersama, mereka membagi pekerjaannya, membuat
sarang dan mempunyai pasukan penyerbu yang semuanya dilakukan
tanpa pernah diajari atau tanpa pernah meniru dari semut yang lain hal itu
tumbuh dengan sendiri dalam kehidupan semut. Hal semacam itu bukan
merupakan suatu kebudayaan, karena perilaku mereka didasarkan atas
insting, yang sifatnya biologis dan diturunkan melalui keturunan atau
bawaan sejak lahir (faktor genetik) dan ini sifatnya sudah kodrati.insting
tidak dipelajari.
2. Pelestarian Kebudayaan
Agar dapat dikatakan sebagai suatu pelestarian budaya ataupun budaya
lokal bahwa upaya untuk mempertahankan agar supaya budaya tetap
sebagaimana adanya menurut Peursen(1988: 233), kebudayaan itu
sebenarnya bukan suatu kata benda akan tetapi suatu kata kerja,
kebiasaan-kebiasaan seorang individu harus dimiliki bersama oleh suatu
kelompok manusia. Para ahli Antropologi membatasi diri untuk
berpendapat, suatu kelompok mempunyai kebudayaan jika para warganya
secara bersama mempunyai sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan
yang sama yang didapat melalui proses belajar.
33
Dari sinilah nantinya akan muncul suatu kebersamaan dan
menimbulkan suatu nilai-nilai dan kepercayaan yang mereka anggap itu
baik serta mereka mempercayainya.
3. Kebudayaan sebagai pola masyarakat
Dalam setiap masyarakat, oleh anggotanya dikembangkan
sejumlah pembatasan terhadap kebudayaan. Pembatasan itu dilakukan
untuk membuat suatu nilai atau norma-norma yang nantinya akan
dianggap sebagai sesuatu yang wajib yang harus diadakan dalam
keadaan-keadaan tertentu. Dilingkungan masyarakat sekitar kita sering
mendapati sebagian orang tidak melakukan suatu ritual atau
melaksanakan acara adat yang telah mereka sepakati, bila para anggota
masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti norma-norma yang ada pada
masyarakatnya maka tidak akan ada yang disebut dengan pembatasan -
pembatasan kebudayaan. Pembatasan kebudayaan ini dimaksudkan
untuk membedakan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lainnya sesuai dengan latar belakang masyaraktnya masing-
masing.
Dalam lingkup satu masyarakat pembatasan kebudayaan ini tidak
terasa, karena semua anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan
norma-norma aturan yang ada dalam masyarakat tersebut. Tetapi ketika
orang itu pindah kedaerah lain (masyarakat lain) dia baru menyadari
34
pembatasan-pembatasan tersebut. Karena norma an aturan yang selama
ini mereka percayai tidak berlaku lagi dimasyarakat yang baru.
4. Kebudayaan Dinamis dan Adaptif
Pada umumnya kebudayaan itu dikatakan bersifat Dinamis karena
kebudayaan selalu berubah tanpa adanya gangguan budaya asing atau
budaya dari luar, dikatakan adaptif, karena kebudayaan melengkapi
manusia dengan cara-cara penyesuaian diri pada kebutuhan-kebutuhan
fisiologis dari badan mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang
bersifat fisik geografis maupun pada lingkungan sosialnya.
Dilingkungan sosialnya Banyak cara yang wajar dalam hubungan
tertentu pada suatu kelompok masyarakat memberi kesan ganjjal pada
kelompok masyarakat yang lain, tetapi jika dipandang dari hubungan
masyarakat tersebut dengan lingkungannya, barulah hubungan tersebut
bisa dipahami. Misalnya, sistem norma dari aturan adat suku bugis yang
disebut Pangaderreng dimana melahirkan budaya siri agar tidak tertimpa
rasa malu dan terhina akibat dari perbuatannya oleh karena itu dalam
mengasuh anak-anak, orang tua disuku bugis sangat menekankan prilaku,
kebiasaan dalam bertutur kata atau berbuat yang disebut pammali.
Masyarakat bugis meyakini bahwa pelanggaran terhadap pammali akan
mendapatkan ganjaran berupa kutukan.
Bagi orang diluar, kebudayaan tersebut susah mereka mengerti,
tetapi bagi masrakat pendukung kebudayaan yang melakukan pantangan-
35
pantangan seperti itu, hal tersebut mungkin suatu cara menyesuaikan diri
pada lingkungan fisik dimana mereka berada
13. Perkembangan Psikologi Anak
Mengetahui perkembangan psikologi anak sangat penting. Para
pakar pendidikan dan psikologi perkembangan bahkan menyatakan
perkembangan anak harus dikuasai oleh seseorang yang ingin mendekat
dan menguasai dunia (sastra) anak.
Sarumpaet (2009: 5) menyatakan banyak tokoh besar yang
menanamkan pentingnya perhatian ini, mereka yang sesungguhnya
memberi landasan utama pendidikan dan pemahaman atas anak. John
Locke (1632—1704) menyebut pikiran anak baru lahir sebagai tabula
rasa, filsuf Prancis Jean-jacques Rousseau (1712—178) yang percaya
pentingnya perkembangan moral yang dalam bukunya Emile antara lain
menuntut pendidikan anak yang memerdekakan dan “Learninby Doing”
dan Bapak Psikoanalisis, Sigmund Freud (1856—1939) yang
menganggap pengalaman masa kanak-kanak sebagai sesuatu yang
penting dalam menunjang perkembangan mereka. Sarumpaet (2009: 6)
menyatakan bahwa dengan mengacu perkembangan anak secara
kognitif, sosial, dan moral kita mengakui bahwa anak adalah manusia utuh
yang memerlukan perkembangan. Pengakuan ini juga mengikatkan pada
permasalahan dan urgensi pendidikan dan pengajaran dalam dunia anak.
Tarigan (1995: 65) mengatakan pada usia 8—10 tahun terdapat
dua ciri utama perkembangan pribadi anak-anak, yaitu ciri kepribadian
36
untuk mengadakan kerja sama atau koordinasi sangat tinggi pada
penilaian anak kelas empat, tetapi menurun pada kelas-kelas akhir dan
rasa cemas atau rasa takut anak-anak semakin berkurang pada bahaya-
bahaya yang langsung atau mungkin terjadi. Implikasi pada kedua ciri-ciri
tersebut dengan mendorong dan meningkatkan kegiatankegiatan sastra
yang memberi peluang bagi anak-anak mengadakan kerja sama;
sediakan dan berikan buku-buku yang memberi penekanan kerja sama
tema utamanya dan berikan kumpulan sastra yang berisi tentang
kecemasan/ketakutan untuk digunakan sebagai bahan diskusi dan
pengembangan pemahaman anakanak terhadap kecemasan-kecemasan
yang tidak realistik.
Masih menurut Tarigan (1995: 66) pada usia 10—12 tahun
terdapat tiga ciri utama perkembangan pribadi anak-anak. Pertama
banyak anak yang telah menginternalisasikan kontrol atau pengawasan
mereka; mereka yakin dan percaya bahwa sedang berada dalam
pengawasan. Kedua kemandirian atau keberdikarian merupakan suatu ciri
utama pribadi mereka yang sangat bernilai/berharga bagi anak-anak.
Ketiga perubahan fisik yang cepat membuat anak sadar diri dan
mengkritik diri sendiri. Implikasi pada ketiga ciri tersebut dengan cara
memberikan buku-buku sastra yang melukiskan perkembangan
pengawasan/kontrol yang terinternalisasi atau dari dalam diri/hati anak-
anak, menyediakan karya sastra yang mengilustrasikan atau melukiskan
perkembangan/pengembangan kemandirian baik yang bertokoh pria
37
maupun yang bertokoh wanita, dan cerita-cerita mengenai anak-anak
lainnya yang mengalami masalah yang muncul menjelang masa dewasa
untuk membandingkan dengan masalah mereka.
Hal senada juga diungkapkan Rahmanto (1988: 29). Menurutnya
dalam pemilihan bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan
psikologis hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar
pengaruhnya terhadap minat dan keenganan anak didik dalam banyak
hal.
Tahap-tahap perkembangan psikologi dikelompokkan Rahmanto, (1988:
30) sebagai berikut.
1.Tahap penghayal (8—9 tahun )
Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi
masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.
2. Tahap Romantik (10—12 tahun )
Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke
realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana,
tapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan,
petualangan, dan bahkan kejahatan.
Menurut dokumen Perjenjangan Buku Nonteks Pelajaran di Indonesia
(Puskurbuk dalam Dewayani, 2-17:71), buku dikategorikan dalam tujuh
jenjang dengan perkiraan usia dan kelas sebagai berikut.
Tabel 2.2. Perjenjangan Buku Menurut Kemampuan Membaca
Jenjang Jenjang Perkiraan Perkiraan Format
38
Pembaca Usia Kelas Buku
A Pramem
baca
0-3 tahun Bayi
hingga
balita
Buku kain, buku tebal,
buku taktil untuk bayi,
dan buku dengan
format
interaktif
B Membaca
dini
3-6 tahun PAUD/TK Buku besar dan buku
bergambar
C Membaca
awal
6-9 tahun SD Kelas
rendah
Buku besar dan buku
bergambar
D Membaca
lancar
9-12
tahun
SD Kelas
Tinggi
Buku bergambar, buku
dengan sedikit ilustrasi
E Membaca
Lanjut
12-15
tahun
SMP Buku dengan bab,
novel remaja, komik
F Membaca
Mahir
15-18
tahun
SMA Semua jenis buku
G Membaca
Kritis
>18
Tahun
Dewasa Semua jenis buku
14. Hubungan Perkembangan Psikologi dengan Sastra Anak
Sesuai dengan perkembangan manusia terhadap kemampuan
kognitifnya, Piaget dalam (Kurniawan, 2009: 4) menyatakan pada usia 7—
11 tahun disebut operasioperasi berpikir konkret. Pada usia tersebut anak-
39
anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, tetapi hanya
ketika mereka pada mengacu kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas
yang konkret.
Dengan keterampilan berbahasa yang dimiliki seperti menyimak,
berbicara, menulis, dan membaca, anak mulai memahami sastra. Dengan
kemampuan menyimak anak tertarik mendengarkan dongeng,
kemampuan bicara membuat anak menuturkan pengalamannya,
kemampuan membaca anak bisa memahami cerita, dan kemampuan
menulis anak mampu meluapkan imajinasinya.
Kurniawan (2009: 41) menyatakan pada usia ini, anak-anak lebih
menyukai dunia sastra dibanding dengan dunia yang terdapat dalam ilmu
lain, misalnya berhitung. Hal ini terjadi karena sastra anak adalah sastra
yang ditulis berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman anak-anak.
Anak-anak, dengan cara berpikirnya yang konkret dan tidak logis ini,
membuat mereka menyukai cerita-cerita fantasi dan dongeng, karena
dalam dongeng cerita fantasi ini, hal-hal yang tidak logis dalam kehidupan
diceritakan dengan logika anak-anak, misalnya benda-benda dan binatang
bisa bicara, sehingga dengan cerita tersebut, anak-anak merasa memiliki
kedekatan dengan benda dan binatang tersebut yang setiap hari dijumpai
dalam lingkungannya.
Noor (2011: 55) menyatakan dunia dongeng merupakan dunia
yang fantastis dan penuh dengan warna-warni kehidupan. Menghidupkan
kisah dengan mendongeng akan menciptakan nuansa tersendiri
40
khususnya bagi anak-anak. Menurut Sunindyo dalam Noor (2011: 58),
perkembangan minat anak terhadap bacaan berupa cerita adalah
sebagai berikut.
1. Usia 8—9 Tahun
Lebih menyukai cerita-cerita fabel. Selain itu, mereka juga menyukai
cerita-cerita dari kehidupan nyata seperti cerpen-cerpen pada masalah
atau novelet anak—anak.
2. Usia 10 Tahun
Pada usia ini anak-anak perempuan mulai menyukai cerita-cerita yang
berkaitan dengan misteri kehidupan rumah tangga, seperti film Ratapan
Anak Tiri. Anak lelaki seusianya umumnya tidak/belum menyukai hal ini.
Intinya cerita perjalanan biografi (cerita sejarah).
3. Usia 11 Tahun
Minat pada biografi (sastra sejarah) terus berkembang. Akan tetapi, minat
baca pada usia ini meluas pula kepada cerita-cerita petualangan. Mereka
amat menyukai cerita seperti Sinbad dan Lima Sekawan.
4. Usia 12 Tahun
Usia ini dianggap sebagai puncak minat baca cerita. Pada umur ini
anakanak lebih menyukai biografi pahlawan yang menonjolkan kisah
heroiknya. Misalnya, kisah heroik Jenderal Soedirman lebih disukai pada
masa ini. Dapat disimpulkan bahwa mengacu pada perkembangan
psikologi anak, sastra mampu membuka pengalaman dan memberikan
pengetahuan baru.
41
15. Metode Pengembangan RPP Kurikulum 2013
Metode Pengembangan Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran
Kurikulum 2013 yang telah direvisi untuk menguatkan pendidikan karakter
dapat dengan cara memasukkan/menyisipkan kristalisasi nilai-nilai
pendidikan karakter seperti religius, mandiri, nasionalis, gotong royong,
dan integritas, pada format penyusunan rancangan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Dengan adanya kristalisasi tersebut akan memudahkan
guru untuk melakukan Penguatan Pendidikan Karakter kepada siswa di
kelas sehingga generasi emas milenial ini akan menjadi pemimpin yang
berkarakter.
Dibawah ini format penyusunan Rencana Pelaksaaan Pembelajaran
(RPP) yang mengandung Penguatan Pendidikan Karakter(PPK).
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KURIKULUM 2013
Satuan Pendidikan : SDN 9 Baru-Baru Tanga
Kelas / Semester : 5 /1
Tema : Ekosistem ( Tema 5) yang dihubungkan dengan
bahan bacaan Pangkep Boledong
Sub Tema : Komponen Ekosistem (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke : 1
Alokasi waktu : 1 Hari
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
42
2.. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
[mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Muatan : Bahasa Indonesia
No Kompeten
si Indikator
3.7 Menguraikan
konsep-konsep
yang saling
berkaitan pada
teks nonfiksi.
3.7.1 Menyebutkan pokok
pikiran dalam bacaan
teks nonfiksi.
4.7 Menyajikan
konsep-konsep
yang saling
berkaitan pada
teks nonfiksi ke
dalam tulisan
dengan bahasa
4.7.1. Membuat pertanyaan-
pertanyaan
sehubungan dengan
bacaan.
4.7.2 Membuat teks nonfiksi
tentang Hewan
berdasarkan jenis
43
sendiri. makanannya.
Muatan : IPA
No Kompetensi Indikator
3.5 Menganalisis hubungan
antar komponen
ekosistem dan jaring-
jaring makanan di
lingkungan sekitar.
3.5.1 Mengidentifikasi
hewan berdasarkan
jenis makanannya.
4.5 Membuat karya tentang
konsep jaring-jaring
makanan dalam suatu
ekosistem
1.5.1 Membuat bagan
tentang
penggolongan hewan
berdasarkan jenis
makanannya.
C. TUJUAN
1. Dengan memperhatikan secara teliti teks bacaan Pangkep
Boledong yang disajikan, siswa mampu menemukan pokok pikiran
dalam bacaan secara tepat.
2. Dengan menyimak penjelasan dan memperhatikan secara cermat
teks bacaan, siswa mampu membuat pertanyaan-pertanyaan
sehubungan dengan bacaan. secara tepat.
3. Dengan membuat bagan, siswa mampu mengelompokkan hewan
berdasarkan jenis makanannya secara benar.
4. Dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan informasi, siswa
mampu membuat teks bacaan Pangkep Boledong tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya secara tepat.
44
D. MATERI
1. Bacan tentang ekosistem Pangkep Boledong
2. Golongan hewan berdasarkan jenis makanannya masing-
masing.
E. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metoden : Penugasan, pengamatan, Tanya Jawab, Diskusi
dan Ceramah.
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
45
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
Pembukaan 1. Pembelajaran dimulai dengan
mengucapkan salam, menanyakan
kabar dan mengecek kehadiran/
mengabsen siswa.
2. Pembelajaran dilanjutkan dengan
membaca do’a dipimpin oleh salah
seorang siswa. Siswa yang diminta
membaca do’a adalah siswa siswa yang
hari ini datang paling cepat. (Saling
Menghargai kedisiplikan siswa/PPK).
3. Siswa diingatkan untuk selalu
mengutamakan sikap disiplin setiap
saat dan manfaatnya bagi tercapainya
cita-citanya kedepan.
4. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
atau lagu nasional lainnya seperti
Garuda Pancasila. Guru memberikan
penguatan tentang pentingnya
menanamkan semangat
Nasionalisme.
5. Pembiasaan membaca/ menulis/
15 menit
46
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
mendengarkan/ berbicara selama 15-
20 menit materi non pelajaran seperti
tokoh dunia, kesehatan, kebersihan,
makanan/minuman sehat , cerita
inspirasi dan motivasi . Sebelum
membacakan buku guru menjelaskan
tujuan kegiatan literasi dan mengajak
siswa mendiskusikan pertanyaan-
pertanyaan berikut:
Apa yang tergambar pada sampul
buku.
Apa judul buku
Kira-kira ini menceritakan tentang apa
Pernahkan kamu membaca judul
bukuseperti Pangkep Boledong?
47
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
Inti Kegiatan Pembuka
Guru membuka pelajaran dengan
memperkenalkan judul tema, yaitu “
Ekosistem dan Pangkep Boledong.”
Guru memberikan penjelasan bahwa
dalam tema/bacaan ini siswa akan
mencari informasi dan memahami
lebih rinci tentang ekosistem bacaan
Pangkep Boledong.
Guru mengajak siswa untuk
mengamati dua gambar yang
disajikan. Siswa diminta menjelaskan
perbedaan antara kedua gambar
yang tersedia.
Guru meminta siswa menuliskan
pertanyaan-pertanyaan yang ingin
diketahui siswa tentang ekosistem/
Pangkep Boledong serta komponen-
komponennya untuk kemudian siswa
menempelkannya di papan tulis yang
telah disediakan.
Selama proses pembelajaran
berlangsung, siswa dapat menuliskan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang dimilikinya atau pertanyaan.
14 menit
48
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
milik teman-temannya.
Kegiatan ini dapat membiasakan
siswa berpikir kreatif dan terampil
dalam mencari informasi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan.
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Siswa membaca dan mencermati
dialog pembuka kegiatan pembelajaran,
49
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
beri penekanan pada kata ekosistem
dan bahan bacaan Pangkep Boledong.
Tanyakan kepada siswa: Menurut
kalian, apakah ekosistem itu?’Apa yang
kalian ketahui tentang
ekosistem?’Apakah peranan ekosistem
bagi makhluk hidup?”“Menurutmu,
apakah semua tempat terdiri atas
ekosistem yang sama?”
50
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
Gunakan pertanyaan-pertanyaan di
atas untuk merangsang/menstimulus
rasa ingin tahu siswa tentang topik
yang akan didiskusikan.
Minta siswa untuk mengingat kembali
hal-hal yang mereka temukan di
lingkungan sekitar mereka, “Coba
perhatikan lingkungan sekitar kita.
Ekosistem apa saja yang dapat kita
temui di sekitar kita?”
A. Ayo Membaca
Siswa membaca teks dengan
saksama bacaan tentang Ekosistem.
Siswa membaca teks ekosistem
yang terintegrasi dengan baik
tentang Pangkep Boledong
51
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
Guru memimpin diskusi kelas dengan
menanyakan kata-kata yang sukar
serta hal-hal penting seputar bacaan.
Siswa mengemukakan dan
menuliskan pokok pikiran serta
informasi penting yang ditemui di
setiap paragraf bacaan (kegiatan ini
merupakan kegiatan yang digunakan
untuk mencapai KD 3.7 Menguraikan
konsep-konsep yang saling berkaitan
pada teks nonfiksi).
52
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
Guru memberikan penjelasan kembali
tentang “pokok pikiran”.
Siswa saling berdiskusi tentang pokok
pikiran serta informasi penting yang
telah mereka tuliskan.
B. Ayo Membaca
Siswa mencermati teks bacaan yang
disajikan pada buku siswa tentang
jenis makanan hewan.
Siswa bersama-sama mendiskusikan
tentang isi teks bacaan tersebut.
53
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
Siswa menuliskan hal-hal yang masih
belum ia pahami ke dalam tabel
pertanyaan yang nanti dapat ia cermati
kembali saat siswa sudah memperoleh
jawabannya.
Sarankan kepada siswa untuk
membuat catatan kecil yang dapat
membantu siswamengingat kembali
jenis-jenis makanan hewan.
Siswa bersama dengan
kelompoknya,mencari gambar hewan-
hewan dari majalah atau surat kabar.
Kemudian, siswa diminta
mengklasifikasikan hewan-hewan
yang ditemui berdasarkan jenis
makanannya (kegiatan ini digunakan
untuk makin memperdalam
pemahaman siswa tentang kategori
hewan berdasarkan jenis makanannya
dalam KD IPA 3.5.
Memahami ekosistem dan jaring-jaring
54
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
makanan di lingkungan sekitar
dan 4.5. Membuat karya tentang
konsep jaring-jaring makanan dalam
suatu ekosistem.)
Pada kegiatan ini, siswa dapat
mempergunakan informasi yang
mereka dapatkan dari teks bacaan
yang disajikan di Buku Siswa.
Siswa menuliskan kesimpulan dari
hasil kerja kelompok-kelompok lain
yang ditampilkan dalam gallery walk.
C. Ayo Menulis
55
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
Siswa membuat tulisan nonfiksi
yang membandingkan dua jenis
hewan berdasarkan jenis
makanannya yang terdiri atas
tiga paragraf (kegiatan ini
dilakukan untuk mencapai KD BI 3
dan 4.7).
D. Kerja Sama dengan Orang Tua
Mintalah siswa untuk melakukan
kegiatan mengamati hewan piaraan
atau hewan pilihannya bersama
dengan orang tua mereka
56
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
menggunakan sumber informasi yang
ada di rumah. Dorong siswa untuk
mencatat hasil diskusi dengan orang
tuanya untuk dipaparkan di depan
kelas esok harinya.
57
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
AW
Penutup 1. Siswa mampu mengemukan hasil
belajar hari ini
2. Guru memberikan penguatan dan
kesimpulan
3. Siswa diberikan kesempatan berbicara
/bertanya dan menambahkan
informasi dari siswa lainnya..
4. Penugasan dirumah, Siswa diberi
tugas untuk membuat ronce dari
bahan manik-manik dengan bantuan
orang tua.
5. Menyanyikan salah satu lagu daerah
untuk menumbuhkan nasionalisme,
persatuan, dan toleransi.
6. Salam dan do’a penutup di pimpin
oleh salah satu siswa.
15
menit
G. PENILAIAN
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil
penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
58
belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian terhadap materi
ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari pengamatan sikap,
tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil karya/projek
dengan rubric penilaian sebagai berikut.
1. Bentuk Penilaian: Nontes (Tulisan Nonfiksi)
Instrumen Penilaian: Rubrik
KD Bahasa Indonesia 3.7 dan 4.7
Catatan: Rubrik digunakan sebagai pegangan guru dalam memberikan
umpan balik terhadap tugas teks nonfiksi. Hasil dari kegiatan ini tidak
harus dimasukkan ke dalam buku nilai (sangat bergantung pada kesiapan
siswa). Tujuan utama dari kegiatan ini adalah sebagai kegiatan untuk
memahamkan siswa tentang penulisan teks nonfiksi. Guru dapat melihat
keberhasilan pembelajaran tentang teks nonfiksi dari hasil keseluruhan
kelas secara umum.
2. Bentuk Penilaian: Nontes (Tabel Hewan Berdasarkan Jenis Makanan)
Instrumen Penilaian: Rubrik
KD IPA 3.5 dan 4.5
59
Catatan:
Rubrik digunakan sebagai pegangan guru dalam memberikan umpan
balik terhadap tugas membuat tabel penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya. Hasil dari kegiatan ini tidak harus
dimasukkan ke dalam buku nilai (sangat bergantung pada kesiapan
siswa), Tujuan utama dari kegiatan ini adalah sebagai kegiatan untuk
memahamkan siswa tentang hewan berdasarkan jenis makanannya.
Guru dapat melihat keberhasilan pembelajaran tentang hewan
berdasarkan jenis makanannya dari hasil keseluruhan kelas secara
umum.
60
H. SUMBER DAN MEDIA
1. Buku Pedoman Guru Tema 5 Kelas 5 dan Buku Siswa Tema 5 Kelas 5
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2019).
2. Buku teks, buku bacaan tentang Penggolongan Hewan Berdasarkan
Jenis Makanannya, Pangkep Boledong, gambar-gambar hewan dari
media cetak, dan majalah, serta lingkungan sekitar.
Refleksi Guru
Catatan Guru
1. Ide Baru :……….
2. Masalah :………..
3. Spesial Momen :………….
Mengetahui Baru-Baru Tanga,17 Juli 2019
Kepala Sekolah, Guru Kelas V,
HJ. SITTI BAHRAH,S.Pd.
NIP. 196410051984112002
( Permendikbud No 22 Tahun 2016)
61
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan.Yang relevan
dengan Penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Watifah (2016) dengan Judul
Pengembangan perpustakaan digital bahasa Indonesia Untuk
meningkatkan literasi informasi kelas X siswa Sekolah menengah atas di
Bandar Lampung penelitian ini menggunakan metode penelitian
pengembangan, tujuan penelitian ini adalah: Mendeskripsikan potensi
dikembangkannya perpustakaan di sekolah, Menghasilkan produk
berbentuk multimedia (perpustakaan digital), Menganalisis efektivitas
multimedia interaktif pada perpustakaan, Menganalisis efisiensi
perpustakaan digital di SMA Bandar Lampung, dan Menganalisis daya
tarik perpustakaan digital di SMA Bandar Lampung. Namun penulis
melakukannya di Seokalah Dasar dengan judul yang berbeda j\kalau
Nurul Watifah menggunakan pengembangan perpustakaan sedangkan
penulis menggunakan pengembangan bahan bacaan.
Hasil penelitian menunjukkan 1) sekolah memiliki potensi, yakni
setiap sekolah menyediakan sekitar 2-3 unit komputer pada ruang
perpustakaan, sudah memiliki ruang laboratorium komputer sendiri,
komputer yang disediakan sesuai dengan jumlah siswa, spesifikasi
komputer sesuai dengan tuntutan software, 2)sebuah produk
perpustakaan digital berbasis komputer yang dimuat dalam kepingan CD
(Compact Disk), 3) efektivitas produkdigunakan uji t dari hasil pretest dan
62
posttest yang diberikan kepada siswa. Hasil uji t menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan mean hasil posttest (83,75) > pretest (36,6875)
dengan t hitung (35.364)>t tabel (1.671) dengan demikian perpustakaan
digital lebih efektif dapat meningkatkan literasi, 4) efisiensi produkdengan
penghematan waktu 25%, pelaksanaan penggunaan perpustakaan digital
lebih sedikit dibandingkan waktu yang direncanakan, dan 5) daya tarik
produk sangat baik dengan hasil sebesar 92,13%.. Dan penelitian ini
diharapkan dapat memberikan khasanah keilmuan di bidang
pembelajaran, khususnya bagi Teknologi Pendidikan dalam kawasan
desain.
Hal ini sejalan pula dengan penelitan yang di lakukan Dian
Anggraini (2018) dengan judul pengembangan buku pengayaan untuk
mendukung Gerakan literasi sekolah dan penguatan pendidikan Karakter
melalui cerita rakyat lokal budaya tujuan penelitian ini adalah untuk
Mendeskripsikan kebutuhan siswa dan guru, Mendeskripsikan
karakteristik dan mendeskripsikan kelayakan terhadap buku pengayaan,
untuk menunjang Gerakan Literasi Siswa dan Penguatan Pendidikan
Karakter melalui cerita rakyat. Penelitian ini dikategorikan sebagai
penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek apa adanya (J.W.
Creswell dalam Sangadji dan Sopiah, 2010: 24). Jadi, metode deskriptif
dalam penelitian ini dimanfaatkan untuk menganalisis saran, evaluasi,
63
koreksi, dan penilaian dari para pakar.dengan menggunakan metode
penelitian Research and Development (R&D) yang relevan oleh Borg and
Gall Jadi, penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini
berupa narasi dan deskripsi hasil dari evaluasi penilaian yang diberikan
oleh subjek penelitian yaitu pakar materi, pakar media, dan praktisi.
Pemaparan menggunakan kata-kata untuk menjawab rumusan-rumusan
masalah yang sudah ditentukan. Setelah data terkumpul, kemudian
dihitung skor rata-rata setiap aspek kriteria yang dinilai dengan
menggunakan rumus( Sudjana, 2010:109) dan diubah ke dalam hasil
persentase/proporsi. Skor persentase diperoleh dengan cara menghitung
rata-rata jawaban berdasarkan instrumen penilaian menurut pakar materi,
pakar media, dan praktisi. Rumus menghitung persentase kelayakan buku
pengayaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan buku
pengayaan berdasarkan kebutuhan siswa dan guru berupa buku
pengayaan memiliki multifungsi, untuk mendukung Gerakan Literasi
Sekolah dan Penguatan Pendidikan Karakter. Buku guru memuat
indikator pemetaan pembelajaan, rancangan pelaksanaan pembelajaran,
dan petunjuk guru. Buku siswa memuat petunjuk siswa dan lembar
aktivitas yang dapat menjadi tolok ukur pembentukan karakter siswa.
Hasil validasi tiga pakar menunjukkan buku pengayaan ini sangat layak
digunakan untuk mendukung GLS dan PPK dengan perolehan nilai rata-
rata sebesar 88 persen,
64
B. Kerangka Pikir
Kerangka Pikiran Pembelajaran bahasa Indonesia mengajarkan
siswa dalam menggunakan empat aspek keterampilan dalam berbahasa,
empat aspek tersebut adalah: mendengar (menyimak), berbicara,
membaca, dan menulis untuk mereka berkomunikasi.
Pada empat aspek keterampilan dalam berbahasa sangat perlu
diterapkan karena adanya kurikulum baru dan rendahnya budaya
membaca siswa, dalam melaksanakan gerakan literasi siswa yang meiliki
banyak kendala diantaranya adalah: Kurangnya penggiat literasi, kondisi
perpustakaan yang kurang mendukung, buku yang kurang menarik, buku
bacaan kurang memadai utamanya buku budaya lokal Pangkep dalam
mengatasi kendala tersebut maka peneliti melakukan pelaksanaan
gerakan literasi sekolah dan yang dilakukan yaitu: Bedah perpustakaan,
dukungan kepala sekolah, guru, komite sekolah, pemerintah dan orang
tua, mengembangkan perpustakaan, serta menambah koleksi buku
bacaan.
Dan akan berkembang secara optimal dengan cara terus-menerus
dibimbing dan dilatih atau diasah. Salah satu dari empat aspek
keterampilan berbahasa dalam pelajaran bahasa Indonesia yaitu
keterampilan membaca. Keterampilan membaca yang dipelajari di
Sekolah Dasar kelas V yaitu membaca pemahaman terhadap bahan
bacaan. Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan membaca yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari teks
65
atau bahan bacaan yang dibaca. Standar kompetensi serta kompetensi
dasar dalam membaca karena kurikulum harus tercapai dan dikuasai
serta dipahami oleh siswa.
Untuk mengukur ketercapaian kompetensi membaca maka
dibutuhkan instrumen tes membaca pemahaman yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang diharapkan.Insturmen tes membaca pemahaman
adalah soal-soal yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
kompetensi membaca siswa.
66
Model Kerangka Pikir:
Upaya mengatasi kendala pelaksanaan
gerakan literasi sekolah Bedah perpustakaan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Dukungan dari keala sekolah, guru,
Komite pemerintah dan orangtua.
Mengembangkan perpustakaan
Menambah koleksi buku bacaan
siswa
Adanya Kurikulum
baru dan
Rendahnya minat
baca siswa
Pelaksanaan Gerakan
Kendala Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah Kondisi Perpustakaan Kurangnya Penggiat Buku yang kurang menarik Buku bacaan kurang memadai
utamanya bacaan budaya lokal
Pangkep
66
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Research and
Development (R&D), sebagai suatu proses kegiatan yang digunakan
untuk mengembangkan dan menghasilkan produk. Penelitian dan
pengembangan ini tidak hanya berorientasi pada produk, tetapi juga
berhubungan dengan prosedur dan proses, sebagaimana pendapat Borg
and Gall (1983: 772).
Bahwa: :Educational Research and development (R&D) is a process
used to develop and validate educational products. The steps of this
process are usually referred to as the R&D cycle, which consists of
studying research findings pertinent to the product to be developed,
developing the products based on these findings, field testing it in the
setting where it will be used eventually, and revising it to correct the
deficiencies found in the filedtesting stage. In more rigorous programs of
R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product
meets its behaviorally defined objectives.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Sugiyono (2013: 297)
bahwa Research and Development adalah Metode penelitian dan
pengembangan juga didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
67
produk tersebut. Karakteristik Research and Development adalah
penelitian berbentuk siklus yang diawali dengan adanya kebutuhan,
permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan suatu produk
tertentu. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang
dipergunakan untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk
dan diuji keefektifan serta kelayakannya.
Penelitian pengembangan bidang pendidikan merupakan suatu
jenis penelitian yang memiliki tujuan untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk pendidikan bisa. Mengembangkan produk pendidikan
bisa menghasilkan produk yang belum pernah atau melakukan inovasi
terhadap produk yang telah ada agar lebih bermanfaat. Contohnya buku
pengayaan cerita rakyat dikembangkan dan menghasilkan produk buku
pengayaan untuk mendukung Gerakan Literasi Sekolah dan Penguatan
Pendidikan Karakter melalui cerita rakyat. Memvalidasi kelayakan, berarti
produk yang diciptakan layak untuk digunakan. Prosedur penelitian dan
pengembangan mencakup 10 langkah umum yaitu:
(1) Studi pendahuluan dan pengumpulan data (research and
information collecting),
(2) Perencanaan (planning),
(3) Pengembangan produk awal ( develop preliminary form of product),
(4) Uji coba awal (preliminary field testing),
(5) Revisi untuk menyusun produk utama (main product revision),
68
(6) Uji coba utama (main field testing),
(7) Revisi untuk menyusun produk operasional (operational product
revision),
(8) Uji coba produk operasional (operational field testing),
(9) Revisi produk final (final product revision), dan
(10) Diseminasi dan implementasi produk hasil pengembangan
(dissemination and implementation). Sebagaimana digambarkan pada
gambar 3.1 sebagai berikut.
Gambar 3.1 Langkah-langkah Research & Development menurut Borg &
Gall (1983:772).
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
mengambarkan dan menginterpretasikan objek apa adanya (J.W.
Creswell dalam Sangadji dan Sopiah, 2010: 24). Jadi, metode deskriptif
dalam penelitian ini dimanfaatkan untuk menganalisis saran, evaluasi,
koreksi, dan penilaian dari para pakar.
Main Product Revision
1 5 4 3 2
6 9 10 8 7
Develop Preliminary Frorm a Product
Preliminary Pield
Testing
Research and Information
collecting Planning
Main Field
Testing
Operational Product Revision
Operational Field
Testing
Final Product Revision
Dissemination and
Implementation
Research Development
Development
69
Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
(contohnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya)
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2006:6).
Pada penelitian ini peneliti memberikan analisis terkait hasil dari
dari pengumpulan data agar didapat informasi sebanyak-banyaknya dari
subjek terkait evaluasi terhadap produk buku pengayaan untuk
menunjang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan PPK melalui cerita rakyat
di sekolah dasar. Jadi, penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan dalam
pada penelitian berupa narasi dan deskripsi hasil dari evaluasi penilaian
yang diberikan oleh subjek penelitian yaitu pakar materi, pakar media,
dan praktisi. Pemaparan menggunakan kata-kata untuk menjawab
rumusan-rumusan masalah yang sudah ditentukan.
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah Sesuai
dengan kebutuhan, penelitian ini hanya berlangsung dari langkah ke-1
sampai dengan langkah ke-7. Langkah ke-8, ke-9 dan ke-10 tidak
dilaksanakan.
70
Gambar 3.2 Langkah-langkah Pengembengan yang peneliti lakukan
Sesuai dengan kebutuhan, penelitian ini hanya berlangsung dari
langkah ke-1 sampai dengan langkah ke-7. Langkah ke-8, ke-9 dan ke-10
tidak dilaksanakan. Prosedur penelitian dan pengembangan yang
dilakukan peneliti mencakup 7 langkah yaitu:
1. pengumpulan data (research and information collecting),
2. Perencanaan (planning),
3. Pengembangan produk awal ( develop preliminary form of product),
4. Uji coba awal (preliminary field testing),
5. Revisi untuk menyusun produk utama (main product revision),
6. Uji coba utama (main field testing),
1.Awal Penelitian
dan Pengumpu
lan data
2. Perencanaan 3. Pembuatan
Produk Awal
7. Perbaikan
Produk Operasional
6. Uji Coba
Lapangan
5.Perbaikan
Produk
Awal
4.Uji Coba
Awal
71
7. Revisi untuk menyusun produk operasional (operational product
revision),
Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini mengacu pada R
& D cycle Brog and Gall (1983). Beberapa langkah penelitian yang dapat
dijelaskan secara rinci yang peneliti lakukan sebagai berikut:
a.Tahap prapengembangan produk, terdiri dari dua langkah:
Langkah pertama: penelitian pendahuluan dan pengumpulan
informasi. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan belajar terkait dengan penggunaan pengembangan bahan
bacaan gerakan literasi sekolah berbasis budaya lokal, sedangkan
pengumpulan informasi adalah menggali informasi-informasi
mengenai potensi yang memungkinkan untuk menerapkan produk
hasil pengembangan.
Langkah kedua: Perencanaan pengembangan produk berdasarkan
analisis hasil penelitian pendahuluan dan kajian teoretik.
b. Tahap pengembangan produk, terdiri dari tiga langkah (dimulai dari
langkah ke-3 sampai dengan langkah ke-5)
Langkah ketiga: pengembangan produk awal. Pengembangan yang
telah dibuat sesuai dengan langkah kedua, dikembangkan produk
awal bahan bacaan gerakan literasi sekolah berbasis budaya lokal.
72
Langkah keempat: uji lapangan produk awal. Uji ini adalah merupakan
evaluasi/ validasi terhadap produk awal bahan bacaan yang berhasil
dikembangkan pada langkah ketiga. Pada uji coba lapangan produk
awal bahan bacaan ini terdiri dari evaluasi/ validasi oleh ahli media,
ahli materi, guru kelas V SD, dan uji terbatas I (uji perseorangan dan
uji kelompok kecil) yang terdiri dari 30 siswa yang ada pada populasi
calon pengguna produk.
Langkah kelima: revisi produk awal untuk menghasilkan produk
utama. Berdasarkan hasil pada langkah keempat, dilakukan revisi
produk awal bahann bacaan sesuai dengan saran baik dari evaluator
ahli maupun siswa ( calon pengguna ).
c. Tahap penerapan produk, terdiri dari langkah ke-6 dan langkah ke-7
langkah keenam ujiterbatas II ( uji kelompok besar/ lapangan ) Uji
terbatas II adalah merupakan evaluasi skala terbatas untuk
mengetahui efektivitas dan daya tarik produk utama bahan bacaan
gerakan literasi sekolah berbasis budaya lokal
Langkah ketujuh: revisi produk utama untuk menghasilkan produk
operasional.
C. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan meliputi kegiatan: (a) mencari sumber pustaka
dan hasil penelitian terdahulu dan relevan. Pada tahapan ini peneliti
melakukan survei ke berbagai tempat seperti perpustakaan provinsi dan
kota dan lokasi tempat penelitian dilakukan; (b) menganalisis kebutuhan
73
siswa dan guru terhadap bahan bacan yang berisi tentang budaya lokal
Setelah data terkumpul peneliti melakukan analisis kebutuhan terhadap
bahan bacaan.
D. Pengembangan Produk
Tahap pengembangan produk ini meliputi (a) menentukan bahan
bacaan yang akan dikembangkan; (b) mengembangkan/menyadur bahan
bacaan dengan menyisipkan Siri na Pacce untuk menguatkan pendidikan
karakter siswa, dan . Pada tahap ini peneliti mulai merancang draf produk
bahan bacaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan
mengintegrasikan budaya lokal.
E. Desain Produk
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan merancang dan
mendesain bahan bacaan untuk menunjang Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) dan PPK melalui budaya lokal. Peneliti mengembangkan draf
menjadi sebuah produk yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru
sesuai dengan kebutuhan. Langkah-langkah pengembangan draf sebagai
berikut. (a) Menyusun urutan budaya lokal yang telah dikembangkan, (b)
Membuat petunjuk bagi guru dan siswa untuk menggunakan bahan
bacaan ini agar menunjang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan PPK dan
(c) Memodifikasi rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) bagi guru
kelas V SD dengan tema “Ekosistem yang di hubungkan dengan bahan
bacaan pangkep boledong”.
74
F. Validasi Desain
Validasi desain adalah proses penilaian rancangan produk yang
dilakukan dengan memberikan penilaian berdasarkan pemikiran rasional.
Validasi desain dalam penelitian ini dikaji oleh pakar media, materi, dan
praktisi. Hal ini dilakukan untuk memeroleh masukan dan penilaian untuk
penyempurnaan. Proses dalam validasi desain tersebut melihat beberapa
aspek kelayakannya, yaitu isi, keterbacaan, penyajian, dan grafis
.G. Perbaikan Desain
Setelah desain bahan bacaan divalidasi melalui dosen pembimbing
dan para pakar, saran berupa kelemahan akan diperbaiki demi
penyempurnaan bahan bacaan.
H. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tiga sekolah di Kabupaten Pangkep
yang meliputi MIS Muhammadiyah Sibatua, SDN 47 Baru-Baru Towa, dan
SDN 9 Baru-Baru Tanga, pada tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari berdasarkan pertimbangan efisiensi
waktu, tenaga, dan biaya.Penelitian ini dilaksanakan pada semester
genap tahun ajaran 2018/2019
I.Produk Akhir
Produk akhir merupakan produk yang telah direvisi berdasarkan
saran dan kritik dari para pakar. Langkah penelitian pengembangan ini
divisualisasikan sebagai berikut.
75
Metode Penelitian dan Penegmbangan
Penjelasan:
Awal Penelitian
Pengumpulan
Data
Merencanakan Pembuatan
Produk Awal
(Prototipe)
Uji Coba Awal
Evaluasi
Pakar
Evaluasi
Teman
Sejawat
Melakukan Per
baikan Produk
Awal
Uji Coba
Lapangan
Perbaikan Produk
Operasional
Evaluasi
Praktisi Finish
revisi
- Naskah (Dokumen) Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis
Budaya Lokal “Pangkep Boledong”
Gambar 3.3. Metode penelitian dan pengembangan
- Penelitian dan pengumpulan data awal - Pengumpulan literatur dan hasil penelitian yang terkait - Penyusunan proposal penelitian
- Merencanakan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal - Perencanaan tema bacaan Pangkep Boledong - Perencanaan layout bahan bacaan
- Pengembangan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong”
- Evalusi pakar dilaksanakan untuk mengetahui validitas atau kesahihan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong”
- Evaluasi teman sejawat dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberterimaan (kepraktisan) Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong”
- Perbaikan prototipe menjadi produk awal
- Melibatkan 9 Guru dan 75 Siswa Sekolah Dasar di 3 sekolah yaitu: MIS Muhammadiyah Sibatua Pangkep, SDN 47 Baru-Baru Towa, dan SDN 9 Baru-Baru Tanga
- Perbaikan produk
76
J. Pengumpulan Data
Sugiyono (2016: 199) mengatakan kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Setiyadi (2006: 54) mengatakan ada dua jenis
kuesioner, yaitu kuesioner pertanyaan tertutup dan kuesioner pertanyaan
keterbuka. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan
kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup memiliki kelebihan kepada peneliti
di antaranya memudahkan dalam mengolah data dan mengarahkan
jawaban kepada masalah penelitian yang dianalisis.
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teknik kuesioner
tertutup. Kuesioner dipergunakan untuk untuk menilai dan menguji
kelayakan pengembangan buku pengayaan untuk menunjang GLS dan
PPK melalui cerita rakyat. Kuesioner akan diisi oleh oleh pakar materi,
guru, dan siswa.
K. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian tahap I adalah tiga Sekolah Dasar di Kabupaten
Pangkep. Penetapan sampel pada masing-masing tahapan penelitian mengacu
pada prosedur pengembangan sehingga sampel yang ditentukan sesuai dengan
kebutuhan pada masing-masing tahapan. Sampel yang digunakan pada
77
penelitian tahap I terdiri dari sampel analisis kebutuhan, sampel uji coba, sampai
validasi ahli.
L. Intrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kuesioner. Kuesioner terkait
dengan analisis kebutuhan siswa dan guru serta kuesioner kedua
berbentuk skala likert untuk penilaian pakar materi, pakar media, dan
praktisi terhadap kelayakan bahan bacaan program GLS dengan
mengintegrasikan budaya lokal. Sugiyono (2016: 134) menyatakan skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Penelitian ini menggunakan gradasi dari sangat baik, baik, cukup,
kurang dan sangat kurang jawaban dari item instrumen. Sugiyono (2016:
135) menyatakan jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
skala likert memunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Skala likert untuk penilaian pakar materi, media, dan praktisi
menggunakan lima kategori. Penilaian dilakukan terhadap empat aspek
kriteria, yaitu aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian materi, dan
kegrafikaan.
Aspek kriteria kelayakan pengembangan bahan bacaan
program Gerakan Literasi Siswa dengan mengintegrasikan budaya lokal
ini menggunakan penilaian kelayakan bahan bacaan yang dikembangkan
berdasarkan PP No 8 Tahun 2016 tentang Buku yang Digunakan oleh
Satuan Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Instrumen
78
penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk
centang ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2015: 135). Penelitian ini
menggunakan bentuk centang (Ѵ) pada kolom yang tersedia.
M. Validitas Instrumen
Sugiyono mengemukakan validitas merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti (2016: 363) . Artinya data yang dikatakan valid
adalah data yang memiliki kesamaan antara data yang dilaporkan dengan
objek penelitian.
Pendapat serupa juga dilontarkan Nasution (2004: 74). Menurut
Nasution suatu alat pengukur dinyatakan valid, jika alat itu mengukur apa
yang harus diukur oleh alat tersebut. Meter itu valid karena memang
mengukur jarak. Demikian pula timbangan valid karena mengukur berat.
Bila timbangan tidak mengukur berat akan tetapi hal yang lain, timbangan
itu tidak valid untuk itu. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan validitas isi (content analysis). Validitas isi menggunakan
pertimbangan pakar terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.
Pakar akan memberikan penilaian dan saran terhadap semua aspek yang
hendak diukur.
N. Teknik Menganalisis Data
1. Menganalisis data kesahihan
79
Untuk menentukan koefisien validitas Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Berbasis Budaya Lokal digunakan metode dari Gregory dalam
Mansyur (2014: 97-98) sebagai berikut:
a. Membuat tabel data hasil penilaian validator
b. Memasukkan hasil penilaian validator ke dalam tabel tabulasi
silang (2x2) yang terdiri dari kolom A, B, C, dan D.
c. Menghitung koefisien validasi dengan rumus sebagai berikut:
CBA
DKv
Keterangan:
A = Sel yang menunjukkan ketidaksetujuan antara kedua
penilai.
B dan C = Sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara
penilai pertama dan kedua (penilai pertama setuju, penilai
kedua tidak setuju, atau sebaliknya).
D = sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara kedua
penilai.
Mengkonversi nilai koefisien validitas. Menurut Ihsan dalam
Mansyur (2014:17), nilai koefisien validitas jika melebih (>0,75) maka
dikatakan model tersebut valid.
Jika Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
dinyatakan valid dilanjutkan dengan perhitungan reabilitas. Nilai reabilitas
80
model dihitung dengan menggunakan rumus dari Emmer & Millet dalam
Mansyur (2014: 120) sebagai berikut:
%1001 xBA
BAR
Keterangan:
R = Koefisien Reabilitas
A = Nilai total maksimum atau nilai rata-rata tertinggi hasil
penilaian kedua validator
B = Nilai total minimum atau nilai rata-rata terendah hasil
penilaian kedua validator.
Koefisien reliabilitas selanjutnya dibandingkan dengan kategori.
Jika koefisien yang diperoleh >0,75 maka reliabilitas model tinggi.
2. Analisis data keberterimaan
Untuk memperoleh informasi mengenai tingkat keberterimaan
Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal diperoleh dengan
membandingkan antara skor daya terima dengan skor standar
Adapun langkah-langkah analisis data keberterimaan model
sebagai berikut:
a. Menentukan skor maksimum ideal.
b. Menentukan skor minimun ideal.
c. Mengubah skor maksimum ideal dan skor minimum ideal ke
dalam rentang skala 0-100
d. Menentukan range
R = Skor maksimum ideal – Skor minimum ideal
81
e. Menghitung Kriteria Objektif dengan rumus:
K
RO
Keterangan:
O = Kriteria Objektif
R = Range
K = Kategori
f. Menentukan skor standar
ST = Skor maksimum – Kriteria objektif
g. Menghitung skor daya terima responden serta skor rata-
ratanya.
h. Membandingkan skor daya terima dengan skor standar.
Untuk memaknai perbandingan skor keberterimaan dan skor
standar menggunakan tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 : Kriteria Keberterimaan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
Skor Kriteria
X < ST Kurang
X ≥ ST Baik
82
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan Produk
Prosedur pengembangan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Budaya
lokal dalam penelitian dan pengembangan produk ini dilakukan melalui tujuh
tahap yakni 1) Penelitian dan Pengumpulan data awal, 2) Perencanaan, 3)
Pembuatan Produk Awal, 4) Uji Coba Awal, 5) Perbaikan Produk Awal, 6) Uji
Coba Lapangan, 7) Perbaikan Produk Operasional.
Adapun hasil yang diperoleh pada setiap tahap di atas diuraikan
sebagai berikut:
1. Awal Penelitian dan Pengumpulan Data
Penelitian awal dilakukan dengan sasaran pokok yakni melakukan
kajian terhadap pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah atau Gerakan Literasi
Sekolah di MIS Muhammadiyah Sibatua, SDN 47 Baru-Baru Towa, dan SDN 9
Baru-Baru Tanga . Sasaran utama pengumpulan data awal adalah pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya,
khususnya yang berkaitan dengan bahan bacaan yang dimiliki oleh sekolah.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru,
kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah,
orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa,
83
masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan,
dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Seperti umumnya di banyak sekolah, kegiatan Gerakan Literasi
Sekolah yang dilaksanakan di sekolah tempat penelitian ini berlangsung
adalah berupa pembiasaan membaca peserta didik 15 menit sebelum
pembalajaran dimulai. Kegiatan membaca dilakukan oleh seluruh warga
sekolah, guru dan siswa.
Pengamatan dan pengumpulan data awal yang dilakukan pada tiga
sekolah yaitu: MIS Muhammadiyah Sibatua, SDN 47 Baru-Baru Towa, dan SDN 9
Baru-Baru Tanga meliputi pengamatan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
yang meliputi kelebihan dan kekurangan pelaksanaannya. Di samping itu
pengamatan juga difokuskan pada ketersediaan buku referensi yang
menunjang kelancaran pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.
Data awal juga diperoleh dengan melakukan serangkaian wawancara
terhadap siswa maupun guru mengenai pelaksanaan Gerakan Literasi
Sekolah. Data yang diperoleh dari wawancara dipergunakan untuk
memperkaya dan menambah variasi data yang dihasilkan dari pengamatan.
Data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan dan wawancara dapat
dikemukakan bahwa pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di MIS
84
Muhammadiyah Sibatua, SDN 47 Baru-Baru Towa, dan SDN 9 Baru-Baru Tanga
sudah berjalan namun masih banyak kekurangan yang terjadi diantaranya:
1. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah belum secara konsisten
dilaksanakan setiap hari oleh setiap kelas. Beberapa kelas hanya
melaksanakan kegiatan membaca 15 menit 3-4 kali seminggu.
2. Belum ada perencanaan yang matang dan terkordinasi pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah yang diikuti oleh seluruh guru.
3. Belum ada kegiatan supervisi dan monitoring pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah sehingga kegiatan Gerakan Literasi Sekolah hanya
bersifat sukarela.
4. Kegiatan membaca yang dilakukan siswa bersifat seremonial belaka.
Beberapa siswa nampak membaca namun setelah ditanyakan apa
yang dia baca, ternyata tidak diketahui.
5. Buku-buku penunjang sebagai bahan bacaan masih sangat terbatas.
Jika ada itupun kurang menarik minat baca siswa karena umumnya
materi bacaannya mengenai budaya yang kurang akrab dengan
kehidupan siswa.
Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut penulis berkesimpulan
bahwa salah satu cara untuk meningkatkan minat siswa dalam
mensuskseskan Gerakan Literasi Sekolah adalah dengan menyediakan
bahan bacaan yang menarik bagi siswa. Bahan bacaan tersebut isinya
haruslah akrab dengan latar belakang kehidupan keseharian siswa.
85
2. Perencanaan Pembuatan Produk
Berdasarkan hasil penelitian awal maka dibuat rencana tindakan
berupa membuat dan mengembangkan bahan bacaan literasi sekolah
berbasis budaya lokal. Untuk keperluan tersebut maka disusun langkha-
langkah sebagai berikut:
a) Mengumpulkan bahan-bahan bacaan yang berbasis lokal sulawesi
selatan yang akan dijadikan sumber untuk pengembangan bahan
bacaan.
b) Mendiskusikan dengan teman-teman guru di sekolah tempat penelitian,
tema apa yang menarik dan diminati oleh siswa.
c) Mengumpulkan berbagai referensi cara membuat lay out bahan bacaan
untuk dipergunakan dalam mendesain bahan bacaan.
3. Pembuatan Produk Bahan Bacaan Awal (prototipe)
Bahan-bahan bacaan baik dalam bentuk buku maupun dalam bentuk
softcopy yang bersumber dari internet dibaca dan dianalisis untuk
menentukan tema yang menarik untuk dikembangkan menjadi bahan bacaan
siswa.
Alasan pemilihan dan pengembangan bahan bacaan bersumber dari
bacaan yang sudah ada sebelumnya ketimbang menciptakan sendiri, bahan
bacaan adalah sebagai berikut:
1. Bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat umur siswa Sekolah Dasar
(SD) sangat banyak ditemukan di internet sedangkan anak usia
86
Sekolah Dasar (SD) masih kurang pengetahuan dalam melakukan
pencarian bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat usia mereka.
2. Pengembangan bahan bacaan dari bacaan yang sudah ada dapat
menjadi produk bagi guru-guru yang kurang memilliki kemampuan
dalam mengarang cerita. Ini juga dapat menjadi langkah awal (starting
point) untuk menciptakan sendiri cerita hasil karangan guru sendiri.
Berdasarkan literatur yang ada, akhirnya penulis memilih salah satu
judul bacaan yang berjudul “Pangkep Boledong”. Pemillihan judul ini untuk
dikembangkan berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa guru di MIS
Muhammadiyah Sibatua, SDN 47 Baru-Baru Towa, dan SDN 9 Baru-Baru
Tanga yang menganjurkan untuk mengembangkan judul “Pangkep
Boledong”, diantara beberapa judul yang peneliti sodorkan untuk dipilih.
Bahan yang sudah dipilih tersebut selanjutnya ditulis ulang dan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa sebagai pengguna bahan bacaan
tersebut. Agar menarik bagi siswa, bahan bacaan diberikan berbagai ilustrasi
berupa gambar. Ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah memahami isi
bacaan dengan menghubungkan ilustrasi gambar yang disediakan. Bahan
bacaan yang dikembangkan dan dihasilkan dalam tahap ini dinamakan
produk awal Bahan Bacaan Literasi Budaya Lokal.
Produk awal yang dihasilkan dalam kegiatan pengembangan tahap ini
dideskripsikan sebagai berikut:
87
1. Produk awal berupa Bahan Bacaan Literasi Budaya Lokal dengan
judul “Pangkep Boledong”
2. Bahan Bacaan terdiri atas 32 halaman kertas A4 dengan huruf
Arial font 14..
3. Produk awal terdiri atas 3 bagian yakni halaman awal (kover), isi
dan halaman akhir berupa referensi yang dijasikan rujukan tulisan.
Produk awal yang dihasilkan pada tahap ini selanjutnya akan
mengalami serangkaian uji coba untuk menghasilkan produk yang sesuai
dengan kebutuhan
4. Uji Coba Awal Bahan Bacaan
Sebuah produk yang baik harus memenuhi 3 persyaratan utama yakni
1) sahih atau valid, 2) berterima atau praktis dan 3) tepat sasaran atau efektif.
Untuk keperluan tersebut maka Bahan Bacaan Literasi Sekolah Budaya
Lokal harus diuji untuk mengetahui apakah ketiga syarat tersebut terpenuhi.
Syarat kesahihan dan keberterimaan dilakukan dengan menilai produk
dengan menggunakan instrumen penilaian. Penilaian kesahihan produk
dipengaruhi oleh kajian teoretis yang membangun produk. Oleh sebab itu
penguji (validator) yang layak menilai adalah pakar yang menguasai
landasan teoretis pengembangan produk dan kajian-kajian yang
melandasinya. Untuk keperluan uji kesahihan produk maka validator yang
dilibatkan adalah pakar dari kalangan praktisi (guru).
88
Keberterimaan produk dipengaruhi oleh persepsi penilai (judgedment)
berdasarkan pengalamannya sebagai guru. Semakin berpengalaman
seorang penilai sebagai guru maka hasil penilaian yang dilakukannya
semakin baik. Semakin banyak guru yang dilibatkan dalam penilaian produk
maka hasil penilaian juga akan semakin baik dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Adapun uji keefektifan produk dilakukan dengan menerapkan secara
langsung produk dilapangan. Uji keefektifan produk bertujuan untuk melihat
keefektifan produk dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian pengujian keefektifan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Budaya Lokal
setelah diterapkan dengan cara mengamati dan mengumpulkan persepsi
siswa dalam menggunakan produk tersebut.
a. Uji Keberterimaan Produk
Uji keberterimaan produk dimaksudkan untuk mengetahui apakah
produk yang dikembangkan praktis digunakan di lapangan. Oleh sebab itu
Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya perlu dilakukan pengujian
yang dilakukan oleh guru-guru yang telah memiliki pengalaman.
Guru yang terlibat dalam uji keberterimaan produk sebanyak sembilan
orang guru dari tiga sekolah yakni dari MIS Muhammadiyah Sibatua, SDN 47
Baru-Baru Towa, dan SDN 9 Baru-Baru Tanga masing-masing tiga orang guru.
Setiap guru diberikan naskah Bahan Bacaan Literasi Sekolah Budaya serta
89
instrumen keberterimaan produk. Naskah kemudian dinilai. Analisis data dan
pembahasan uji keberterimaan produk dibahas pada bagian tersendiri.
b. Uji Kesahihan Produk
Pada uji coba awal, produk berupa prototipe Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Budaya Lokal diuji. Pengujian terhadap prototipe produk dilakukan
dalam dua tahap yakni:
a. Uji keberterimaan produk yang dilakukan oleh guru yang berpengalaman
dengan menggunakan instrumen keberterimaan produk
b. Uji kesahihan prototipe produk yang dilakukan oleh validator ahli dengan
menggunakan instrumen kesahihan produk.
Hasil, analisis data dan pembahasan uji kesahihan dan keberterimaan
produk dibahas secara detail pada bagian tersendiri. Meskipun dari hasil
pengujian dan analisis data diketahui bahwa Bahan Bacaan Literasi Sekolah
Budaya Lokal valid dan reliabel namun beberapa catatan yang diberikan oleh
pakar menjadi acuan dalam memperbaiki prototipe produk dan lainnya
berupa saran untuk kelanjutan penelitian sebagaimana tabel 4.1 berikut;
Tabel 4.1 : Catatan dan Saran Perbaikan Pakar Penilai Kesahihan Prototipe
Produk
NO
VALIDATOR AHLI
MASUKAN
HAL. SARAN PERBAIKAN
1. 1. Paragraf pertama terlalu panjang.
90
1.
Hj. Masnasari, M.Pd
Perlu disingkat agar anak-anak tidak
bosan dalam membaca.
2. Diksi. Kata pula pada paragraf 1 baris
keempat tidak perlu digunakan.
3. Baris kelima terdapat kesalahan
penulisan. Tertulisa kebanggan
seharusnya kebanggaan.
4. Paragraf ke dua baris ke-3 tertulis
kelur, seharusnya keluar.
2. 1. Paragraf ke-2 tertulis di halam,
seharusnya halaman.
2. Paragra ke-5, tertulis pekangan,
harusnya pekarangan.
3. Paragraf ke-4 tertulis disipakan,
harusnya disiapkan.
4. Pada tabel referensi. Pada kolom
sumber, harus dicantumkan tanggal
pengambilan link sumber dari internet
91
NO
VALIDATOR AHLI
MASUKAN
HAL. SARAN PERBAIKAN
2.
Abdul Wahab, M.Pd.
1 1. Paragraf pertama, bab I tidak
menggunakan gmbar , baiknya
menggunakan gambar.
2. Baris keempat dari terakhir terdapat
kesalahan penulisan. Tertulis menujuk
seharusnya menunjuk.
2. Paragraf ke-6 baris ketiga kata terakhir
tertulis Bandeng . Seharusnya kata
tersebut tidak perlu ada dan diganti
dengan kata Bolu.
4. 1. Paragraf ke-4 baris ke 5 tertulis
Boledong Pangkep seharusnya
Pangkep Boledong
2. Paragraf ke-5 baris ke-3 tertulis
diperkiran, seharusnya diperkirakan.
5 Paragaf pertama tertulis Boledong
Pangke , harusnya angkep Boledong
6. 1. Paragraf pertama sebaiknya
92
menggunakan banyak gambar.
2. Paragraf ke-2 baris ke-4 tertulis
makasar bisatonji makanya pangkep
un menggunakan kata Pangkep
boledong.....
3. Paragraf ke-3 baris ke-4 tertulis
BoLeDong, seharusnya seru Boledong
4. Paragraf ke-4 tertulis disipakan,
harusnya disiapkan.
7. 1. Paragraf ke-1 baris ke-2 pada bab II
kearifan lokal budaya seharusnya
kearifan budaya lokal tertulis Paragraf
ke-1 baris ketiga tertulis giugusan,
seharusnya gugusan.
2. Paragraf kedua baris pertama tertulis
dulu, seharusnya dahulu
8. 1. Paragraf ketujuh baris kelima tertulis
mengangkut, seharusnya
menyangkut.
2. Paragraf pertama baris ketujuh tertulis
maksalah, seharusnya masalah.
93
3. Paragraf kedua baris ketiga tertulis tak
ada satupun..., seharusnya tak
satupun.
4. Paragraf terakhir baris ke-2 daari
terakhir pada bab VI tertulis lesun,
seharusnya Lesung.
3 Guru- Guru
Kelas V SD
9. 1. Dalam Hal ini Penulisan huruf betul-
betui di perhatikan.
2. Pada penggunaan tanda baca harus
betul-betul di gunakan pada
tempatnya..
3. Pengetikan sebaiknya di perhatiakan
betul huruf demi huruf hingga menjadi
sebuah kalimat.
4. Dalam merangkai kalimat sebaiknya
menggunakan bahasa buku agar
bacaan Pangkep Boledong yang
berbasis budaya lokal daapat
dikategorikan sangat baik.
94
Berdasarkan masukan dari validator maka prototipe Bahan Bacaan
Literasi Sekolah Berbasis Budaya direvisi dengan mengacu pada hal-hal
yang disarankan oleh validator. Revisi yang dilakukan pada prototipe produk
dalam hal perbaikan pengetikan, perbaikan penggunaan Bahasa Indonesia
yang benar sebagaimana yang diusulkan pada tabel di atas. Prototipe produk
yang telah diperbaiki selanjutnya di namakan produk Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Budaya Lokal.
5. Perbaikan Produk Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya
Lokal
Hasil penilaian guru ahli pada aspek keberterimaan produk umumnya
mereka berpendapat bahwa produk Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis
Budaya Lokal yang dikembangkan sudah baik namun perlu adanya revisi
kecil. Saran dari guru ahli selanjutnya dijadikan rujukan dalam melakukan
perbaikan terhadap Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya yang
meliputi:
Penggunaan bahasa Indonesia yang benar termasuk pemilihan kata yang
sesuai dan penyederhanaan kalimat.
Perbaikan dalam penggunaan tanda baca (koma, titik).
Naskah produk Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
yang telah diperbaiki inilah yang selanjutnya dipergunakan pada uji
keefektifan produk melalui uji coba lapangan.
95
6. Uji Coba Lapangan
Uji coba lapangan dilaksanakan dengan melibatkan 75 orang siswa
yang terdiri atas 30 orang siswa dari kelas V Mis Muhammadiyah Sibatua
dan sebanyak 25 orang di SDN 47 Baru-Baru Towa serta 20 orang siswa
kelas V dari SDN 9 Baru-Baru Tanga.
Sasaran akhir uji coba adalah untuk mengetahui keefektifan produk.
Dengan demikian uji coba lapangan pada pelaksanaannya bertujuan:
a. Untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Budaya di kelas.
b. Untuk memperoleh saran-saran dari guru pelaksana produk mengenai
pelaksanaan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Budaya Lokal di kelas
sebagai bahan untuk perbaikan produk.
Uji coba penggunaan produk dilaksanakan selama dua minggu atau
sembilan kali pertemuan. tiga kali pertemuan dilaksanakan di MIS
Muhammadiyah Sibatua, Tiga kali pertemuan di SDN 47 Baru-Baru Towa
dan Tiga kali pertemuan dilaksanakan di SDN 9 Baru-Baru Tanga.
Uji produk dilaksanakan dengan memberikan bahan bacaan Literasi
Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” pada setiap siswa
untuk dijadikan bahan bacaan saat pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
yakni 15 menit sebelum proses belajar di mulai.
Saat kegiatan berlangsung, perilaku siswa diamati dengan fokus
adanya perubahan persepsi ke arah positif ketika menggunakan Bahan
96
Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong”
dibandingkan dengan menggunakan bahan bacaan lainnya.
Di samping itu juga diadakan wawancara bebas terhadap siswa dan
guru mengenai kesan mereka menggunakan Bahan Bacaan Literasi Sekolah
Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong”. Wawancara dan pengamatan
ini dilaksanakan untuk memperoleh masukan langsung dari pengguna produk
mengenai penggunaan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya
Lokal di kelas.
Masukan yang diharapkan diperoleh berpedoman pada pertanyaan:
- Apakah Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya dapat di
pahami? (mudah, sedang atau sulit)?
- Jika diperbaiki, pada bagian mana dan bagaimana perbaikannya?
- Apakah terlihat adanya perilaku siswa yang mengarah kepada minat
berliterasi?
- Apakah ada perbedaan kesan menggunakan Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” dibandingkan
bahan bacaan lainnya?
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa secara umum
Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berrbasis Budaya Lokal “Pangkep
Boledong” mudah dipahami. Siswa lebih bersemangat dan serius mengikuti
kegiatan Gerakan Literasi Sekolah dengan menggunakan Bahan Bacaan
97
Literasi Sekolah Budaya Lokal “Pangkep Boledong” karena cerita, tokoh
maupun latar cerita yang ada di dalamnya akrab dengan kehidupan siswa.
Ada perbedaan yang cukup mencolok persepsi dan aktivitas siswa
saat menggunakan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
“Pangkep Boledong”. Seluruh siswa terlihat sangat antusius dan penasaran
ingin segera menuntaskan bahan bacaannya. Beberapa siswa telah
menuntaskan bahan bacaan pada hari kedua dari tiga hari yang ditargetkan.
Waktu 15 menit alokasi waktu yang diberikan bagi siswa dimanfaatkan
secara maksimal. Jika sebelumnya umumnya siswa tidak menggunakan
waktu 15 menit secara maksimal maka dengan menggunakan Bahan Bacaan
Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” waktu 15 menit
dimanfaatkan secara maksimal.
4) Perbaikan Produk
Secara umum tidak terdapat hal yang prinsipil yang harus diperbaiki
pada naskah produk Bahan Bacaan Literasi Sekolah Budaya Lokal
“Pangkep Boledong” setelah uji coba I. Beberapa masukan yang menjadi
dasar perbaikan produk sebagai berikut:
- Jenis huruf dan font diganti dengan jenis yang lebih menarik dan
menyenangkan.
- Produk sebaiknya dicetak berbentuk buku sehingga lebih terkesan buku
ketimbang diktat.
98
7. Perbaikan Produk Operasional
Produk yang telah diperbaiki berdasarkan masukan pada uji coba
lapangan selanjutnya dievaluasi lagi dengan melibatkan seluruh guru yang
terlibat dalam penelitian ini. Secara keseluruhan guru yang terlibat dalam
mengevaluasi produk sebanyak sembilan orang yakni tiga orang masing-
masing dari setiap sekolah yakni dari MIS Muhammadiyah Sibatua, SDN 47
Baru-Baru Towa dan .SDN 9 Baru-Baru Tanga
Evaluasi produk dilakukan dalam dua tahap yakni (1) memberikan
naskah produk kepada setiap guru untuk dibaca dan diberi catatan perbaikan
dan (2) pertemuan dalam bentuk diskusi untuk mengumpulkan saran dan
pendapat dari semua guru. Berdasarkan kedua langkah tersebut
dikumpulkan saran perbaikan sebagai berikut:
- Kesalahan pengetikan diperbaiki kembali.
- Tampilan naskah Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
“Pangkep Boledong” agar lebih menarik perlu dicetak berwarna.
- Perlu dibuat sampul naskah Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis
Budaya Lokal yang lebih menarik dan berwarna (full color).
Berdasarkan saran-saran di atas maka Bahan Bacaan Literasi Sekolah
Berbasis Budaya Lokal diperbaiki kembali. Produk Operasional Bahan
Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal yang dihasilkan
dideskripsikan sebagai berikut:
99
a) Kover lebih menarik tanpa mencantumkan lembaga Perguruan Tinggi
seperti pada produk sebelumnya.
b) Naskah produk akhir Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis
Budaya Lokal setebal 34 halaman dengan susunan:
- Sampul depan
- Isi setebal 92 halaman dengan jenis huruf Arial.
B. Keberterimaan Produk
Uji keberterimaan Produk dimaksudkan untuk mengetahui apakah
Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong”
yang dikembangkan praktis digunakan di lapangan atau tidak. Guru ahli yang
terlibat dalam penilaian keberterimaan Produk sebanyak sembilan orang
masing-masing tiga orang guru dari MIS Muhammadiyah Sibatua , SDN 47
Baru-Baru Towa dan SDN 9 Baru-Baru Tanga. Guru ahli diminta memberikan
penilaian terhadap naskah Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya
Lokal “Pangkep Boledong” dengan menggunakan instrumen keberterimaan
Produk. Hasil penilaian guru ahli terhadap keberterimaan Produk dalam
kategori baik. Adapun perhitungan selengkapnya dirangkum pada Tabel 4.4
berikut:
100
Tabel 4.4 Rekapitulasi Skor Keberterimaan Produk
No Aspek yang dinilai
Nomor Penilai
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. Kelayakan Isi
Krite
ria
1. 3 3 4 3 3 4 3 3 4
2. 4 4 3 4 3 4 3 4 4
3. 4 3 4 3 4 3 4 4 4
4. 4 4 4 3 4 3 4 3 4
5. 4 4 4 3 4 3 4 3 4
B. Kebahasaan
krite
ria
1. 4 3 4 3 4 3 4 4 3
2. 3 4 4 4 3 4 4 4 4
3. 4 4 3 4 3 4 4 4 3
4. 3 4 4 4 4 4 4 4 4
5. 4 4 3 4 4 3 3 4 3
C. Penyajian
Materi
krite
ria
1. 4 4 4 3 4 4 4 4 4
2. 3 4 4 4 4 4 4 4 4
3. 4 4 4 3 3 4 4 4 4
4. 3 4 4 4 4 4 4 4 3
5. 4 4 4 4 3 4 4 4 4
D. Kegrafikaan
krite
ria
1. 4 4 3 4 3 4 4 3 4
2. 4 4 3 4 4 4 4 4 4
3. 3 4 4 4 4 4 4 3 4
4. 4 3 4 3 4 3 4 4 4
5. 3 4 4 4 4 3 4 3 4
Skor maksimun ideal
80 80 80 80 80 80 80 80 80
Skor manimun ideal
20 20 20 20 20 20 20 20 20
Skor Objektif 53 53 53 53 53 53 53 53 53
Skor responden
127
133
130
129
129
131
133
134
132
Skor Standar 88 88 88 88 88 88 88 88 88
Keberterimaan baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa keberterimaan Bahan
Bacaan Literasi Sekolah Budaya Lokal “Pangkep Boedong” dalam kategori
101
baik. Ini juga mengandung pengertian bahwa Produk dapat diteruskan lebih
lanjut untuk diimplementasikan di lapangan.
C. Kesahihan Produk
Kesahihan prototipe Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya
Lokal “Pangkep Boledong” dinilai oleh dua orang yakni pakar. Penilaian
dilakukan terhadap naskah prototipe dengan mengggunakan instrumen
kesahihan Produk.
Adapun rekapitulasi skor yang diberikan oleh kedua pakar
didistribusikan pada tabel berikut
Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Kesahihan Prototipe Produk
No Uraian Penilaian
Pakar
I II
A. Kelayakan Isi
1. Kesesuaian dengan perkembangan psikologi siswa 3 2
2. Kesesuaian dengan kebutuhan siswa dan guru 3 3
3. Kesesuaian dengan kebutuhan literasi 3 3
4. Mendukung PPK siswa 3 3
5. Kebenaran substansi materi 3 3
B. K ebahasaan
1. Keterbacaan tulisan 3 3
2. Kelaziman istilah yang
digunakan
3 3
3.. Keefektifan kalimat yang digunakan 3 4
102
4. Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia 4 4
5. Judul bahan bacaan dan bagian-bagiannya
menarik minat baca
2 3
Lanjutan Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Keberterimaan Prototipe Produk
No
Uraian
Penilaian Pakar
I II
C. Penyajian Materi
1. Kesesuaian cerita dengan perkembangan
psikologi siswa
3 3
2. Kesesuaian bacaan dengan lingkungan dan
budaya Masyarakat Pangkep
3 3
3. Kesesuaian bacaan untuk menambah jiwa gotong
royong, rekigius, kemandirian, nasionalisme dan
integritas
3 3
D. Kegrafikan 3 3
1. Bacaan memenuhi kelengkapan fisik bacaan
(bagian awal, bagian isi dan bagian akhir)
3 4
2. Panjang bacaan sesuai dengan usia
perkembangan siswa
3 3
3. Harmonisasi warna ilustrasi, grafis, ketepatan
letak ilustrasi (gambar), ketepatan penggunaan
huruf dan ukurannya dan gambar memperjelas
fungsi dan pesan cerita
3 3
Pada tabel di atas terlihat bahwa kesahihan Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” dinilai berdasarkan
103
aspek: a) Kelayakan Isi, b) Kebahasaaan, c) Penyajian Materi, dan d)
Kegrafikan. Hasil penilaian pakar terhadap kesahihan Produk dirangkum
pada tabel tabulasi data berikut:
Tabel 4.4 Tabulasi Data Hasil Penilaian Pakar
Penilaian Pakar I Penilaian Pakar II
Kurang Relevan
(skor 1-2)
Relevan (Skor 3-4)
Kurang Relevan (skor 1-2)
Relevan (Skor 3-4)
B5 A1, A2, A3, A4,
A5, B1, B2, B3,
B4, C1, C2, C3,
D1, D2,D3, D4,
A1 A2, A3, A4, A5,
B1, B2, B3, B4,
B5, C1, C2, C3,
D1, D2,D3, D4
Berdasarkan tabulasi data di atas terlihat bahwa pakar I menilai aspek
Kebahasaan (B) pada kategori ke-lima yang berbunyi: Judul bahan bacaan
dan bagian-bagiannya menarik minat baca yang selanjutnya disingkat B5
dianggap kurang relevan.
Terjadi perbedaan pendapat dengan pakar II yang menilai B5 relevan.
Sedangkan aspek A: Kelayakan Isi pada kriteria 1: Kesesuaian dengan
perkembangan psikologi siswa disingkat A1 ternyata menurut penilaian pakar II
tidak relevan. Adapun aspek dan kriteria yang lain kedua pakar saling
sepakat. Dari 23 item penilaian terdapat 16 item yang disepakati oleh kedua
pakar sebagai item-item yang relavan.
104
Untuk melihat bagaimana tingkat kesahihan (validity) Bahan Bacaan
Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” berdasarkan
penilaian pakar maka data di atas dianalisis dengan langkah: 1) membuat
tabulasi silang, 2) mencari koefisien validitas dengan menggunakan rumus
Gregory dan disajikan pada diagram tabulasi silang (2x2) berikut:
Pakar I
Kurang Relevan (skor 1-2)
Relevan (Skor 3-4)
Pakar II
Kurang Relevan (skor 1-2)
(A) 0
(B) 1
Relevan (Skor 3-4)
(C)
1
(D)
21
Gambar 4.5.Tabulasi Silang (2x2) Penilaian Kesahihan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong”
Dari tabulasi silang di atas dihitung koefisien validitas Produk dengan
rumus Gregory dalam Mansyur (2014:17) sebagai berikut:
DCBA
DKv
875,0
24
21
21110
21
Hasil perhitungan diperoleh bahwa prototipe Produk sahih dengan nilai
koefisien validitas 0,875 yang berada dalam kategori tinggi (>75%). Hasil
105
perhitungan tersebut dapat dimaknai bahwa Bahan Bacaan Literasi Sekolah
Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” berada dalam tingkat kesahihan
tinggi.
Namun demikian kesahihan Produk belum sempurna jika tidak
didukung oleh koefisien reliabilitas yang memadai. Reliabilitas menunjukkan
ke-ajeg-an Produk yang dikembangkan. Hal ini berarti bahwa Bahan Bacaan
Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” reliabel secara
konsisten dapat diterapkan di lapangan kapan dan dimanapun dengan hasil
yang relatif sama.
Nilai reliabilitas Produk dihitung dengan rumus Emmer & Millet dalam
Mansyur (2014) sebagai berikut:
%1001 xBA
BAR
Keterangan:
R = Koefisien Reliabilitas
A = Nilai total maksimum atau nilai rata-rata tertinggi hasil
penilaian kedua pakar
B = Nilai total minimum atau nilai rata-rata terendah hasil penilaian
kedua pakar Dari tabulasi silang (2x2) di atas diketahui bahwa nilai A = 55 dan
B = 112 maka koefisien reliabilitas dapat dihitung:
106
%1001 xBA
BAR
%1006667
66671 x
%100133
11 x
= (1- 0,007) x 100%
= 99,3%
Nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,983 menunjukkan
bahwa koefisien reliabilitas Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya
Lokal “Pangkep Boledong” dalam kategori tinggi (>0,75).
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan disimpulkan
bahwa prototipe Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
“Pangkep Boledong” sahih dan reliabel untuk diteruskan dan dikembangkan
lebih lanjut.
E. Pembahasan dan Pemaknaan Hasil Analisis Data
Langkah-langkah pengembangan Produk seperti yang telah digariskan
oleh Depertemen Pendidikan Nasional (2010) yang terdiri atas sepuluh tahap
yakni: 1) Penelitian dan pengumpulan data awal, 2) Perencanaan, 3)
Pembuatan Produk Awal, 4) Uji Coba Awal, 5) Perbaikan Produk Awal, 6) Uji
Coba Lapangan, 7) Perbaikan Produk Operasional, 8) Uji Coba Operasional,
9) Perbaikan Produk Akhir dan 10) Desiminasi Nasional.
107
Namun demikian, kegiatan pengembangan yang telah dilakukan
dalam penelitian ini hanya sampai pada langkah ke-7 yakni dihasilkannya
produk operasional Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
“Pangkep Boledong”.
Produk operasional Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya
Lokal “Pangkep Boledong” yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan
produk yang telah terbukti dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa.
Naskah yang dihasilkan telah melalui rangkaian uji kesahihan, uji
keberterimaan serta uji coba lapangan.
Sebelum dilakukan pengembangan lebih lanjut, Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” lebih dahulu diuji
tingkat validitas atau kesahihannya. Jika koefisien validitas yang diperoleh
rendah maka Produk harus diperbaiki lebih dahulu kemudian dilakukan uji
validitas kembali. Sebaliknya jika nilai yang diperoleh tinggi dan menunjukkan
bahwa Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep
Boledong” sahih, maka naskah dapat dikembangkan lebih lanjut.
Pengujian kesahihan Produk dilakukan oleh dua orang pakar yang
terdiri dari pakar bahasa. Produk dinilai dengan menggunakan instrumen
kesahihan Produk. Instrumen yang digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh
Tiga orang ahli yang memutuskan instrumen valid untuk digunakan. Dari hasil
pengujian pakar diperoleh nilai koefisien kesahihan Bahan Bacaan Literasi
108
Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” sebesar 0,875 dan
koefisien reliabilitas sebesar 0,993
Koefisien validitas yang diperoleh memperlihatkan bahwa tingkat
kesahihan Produk tinggi dalam rentang 0,00 – 1,00. Ini berarti bahwa Bahan
Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” yang
dikembangkan secara teoretis layak diteruskan untuk dikembangkan lebih
lanjut.
Kesahihan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
“Pangkep Boledong” dapat diartikan bahwa Produk yang secara konstruksi
terdiri atas aspek a) Kelayakan Isi, b) Kebahasanaa, c) Penyajian Materi, dan
3) Kegrafikan. semuanya sahih.
Dari hasil perhitungan reliabilitas Produk diperoleh nilai koefisien
sebesar 0,993. Nilai ini cukup besar (>0,75) untuk menunjukkan bahwa
Produk memenuhi syarat reliabel. Ini berarti bahwa Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” secara teoretis
meskipun dipergunakan berkali-kali pada waktu yang berlainan tetap
memperlihatkan hasil yang sama. Dengan kata lain, Bahan Bacaan Literasi
Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” secara konsisten dapat
dipergunakan sebagai bahan bacaan Gerakan Literasi Sekolah.
Berdasarkan hasil uji kesahihan dan reablitas Produk dapat simpulkan
bahwa Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep
109
Boledong” sahih dan reabel sehingga dapat diteruskan dan dikembangkan
lebih lanjut
Uji keberterimaan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya
Lokal “Pangkep Boledong” dimaksudkan untuk mengukur kepraktisan jika
dipergunakan di lapangan. Karena yang akan menggunakan Bahan Bacaan
Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” adalah guru,
maka uji keberterimaan juga dilakukan oleh sembilan orang yang dianggap
berpengalaman dan memiliki kompetensi yang tinggi.
Uji keberterimaan dilakukan dengan cara menilai secara langsung
Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong”
dengan menggunakan instrumen keberterimaan Produk. Keberterimaan
dinilai pada aspek a) Kelayakan Isi, b) Kebahasaan, c) Penyajian Materi, dan
d) Kegrafikan. Hasil penilaian diperoleh keputusan bahwa Bahan Bacaan
Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” memiliki nilai
keberterimaan dalam kategori baik.
Keberterimaan dikatakan baik karena semua skor penilai berada di
atas skor standar yaitu 88. Jika skor rata-rata penilai sebesar 130,89
dibandingkan dengan skor keberterimaan maka diketahui bahwa
kebeterimaan Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
“Pangkep Boledong” 48,74% berada di atas skor minimal yang
dipersyaratkan.
110
Hasil ini mengisyaratkan bahwa Bahan Bacaan Literasi Sekolah
Bebasis Budaya Lokal “Pangkep Boledong” dapat diterima oleh guru sebagai
sebuah bahan yang dapat dijadikan acuan untuk diterapkan di lapangan.
Dengan kata lain, Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal
“Pangkep Boledong” dapat dijadikan referensi oleh siswa dalam Gerakan
Literasi Sekolah (GLS).
111
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpulkan sebagai
berikut:
1) Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep
Boledong” dikembangkan melalui keterlibatan guru secara aktif dalam
setiap tahap pengembangan Produk yang terdiri atas 1) penelitian dan
pengumpulan data awal, 2) Perencanaan, 3) Pembuatan Produk Awal, 4)
Uji Coba Awal, 5) Perbaikan Produk Awal, 6) Uji Coba Lapangan, 7)
Perbaikan Produk Operasional. Langkah-langkah penelitian dan
pengembangan ini mengacu pada R & D cycle Brog and Gall (1983).
Beberapa langkah penelitian yang dapat dijelaskan secara rinci yang
peneliti lakukan sebagai berikut:
a.Tahap prapengembangan produk, terdiri dari dua langkah:
Langkah pertama: penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan belajar
terkait dengan penggunaan pengembangan bahan bacaan gerakan
literasi sekolah berbasis budaya lokal, sedangkan pengumpulan
informasi adalah menggali informasi-informasi mengenai potensi yang
memungkinkan untuk menerapkan produk hasil pengembangan.
112
Langkah kedua: Perencanaan pengembangan produk berdasarkan
analisis hasil penelitian pendahuluan dan kajian teoretik.
b. Tahap pengembangan produk, terdiri dari tiga langkah (dimulai dari
langkah ke-3 sampai dengan langkah ke-5)
Langkah ketiga: pengembangan produk awal. Pengembangan yang telah
dibuat sesuai dengan langkah kedua, dikembangkan produk awal bahan
bacaan gerakan literasi sekolah berbasis budaya lokal.
Langkah keempat: uji lapangan produk awal. Uji ini adalah merupakan
evaluasi/ validasi terhadap produk awal bahan bacaan yang berhasil
dikembangkan pada langkah ketiga. Pada uji coba lapangan produk awal
bahan bacaan ini terdiri dari evaluasi/ validasi oleh ahli media, ahli materi,
guru kelas V SD, dan uji terbatas I (uji perseorangan dan uji kelompok
kecil) yang terdiri dari 30 siswa yang ada pada populasi calon pengguna
produk.
Langkah kelima: revisi produk awal untuk menghasilkan produk utama.
Berdasarkan hasil pada langkah keempat, dilakukan revisi produk awal
bahann bacaan sesuai dengan saran baik dari evaluator ahli maupun
siswa ( calon pengguna ).
c. Tahap penerapan produk, terdiri dari langkah ke-6 dan langkah ke-7
113
langkah keenam ujiterbatas II ( uji kelompok besar/ lapangan ) Uji
terbatas II adalah merupakan evaluasi skala terbatas untuk mengetahui
efektivitas dan daya tarik produk utama bahan bacaan gerakan literasi
sekolah berbasis budaya lokal
Langkah ketujuh: revisi produk utama untuk menghasilkan produk
Operasional.
2) Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep
Boledong” memenuhi kriteria keberterimaan sehingga tergolong praktis
dipergunakan di lapangan. Karena Pangkep memiliki tempat empat
dimensi yaitu darat, laut, gunung dan sungai, dalam bingkai budaya
siswa diharapkan memiliki banyak pengetahuan tentang budaya
Pangkajene dan Kepulauan seperti adanya baju batik khas Kabupaten
Pangkep produksi pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
dengan logo Boledong makna nama ini simbol dari hasil bumi Pangkep
yang dikenal kaya akan ikan bandeng, udang dan jeruk. Boledong
singkatan dari bolu (ikan bandeng) lemo (jeruk) dan doang (udang)
bambu runcing simbol ibu kota Pangkajene dan Kepulauan serta tulisan
aksara lontara Bugis berbahasa Makassar “Kualleangi Tallanga na
Towalia” adalah falsafah hidup masyarakat Bugis Makassar dalam
menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial.
114
2) Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep
Boledong” memenuhi kriteria kesahihan (validity) dan reliabilitas yang
tinggi sehingga Produk secara teoretis dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bacaan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
B. Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, khususnya pada bagian
kelebihan dan kelemahan, disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahan Bacaan Literasi Sekolah Berbasis Budaya Lokal “Pangkep
Boledong” terbukti praktis dipergunakan sebagai bahan bacaan
Gerakan Literasi Sekolah di sekolah. Oleh sebab itu sebaiknya guru di
SD dapat mengembangkan bahan bacaan lainnya dengan mengikuti
langkah-langkah pengembangan agar diperoleh bahan bacaan lainnya
yang dapat dipergunakan dalam Gerakan Literasi Sekolah.
2. Bagi peneliti, untuk menghasilkan media yang menarik, sebaiknya
dilakukan penelitian awal secara lebih mendalam lagi sehingga dapat
menghasilkan media yang benar-benar menarik bagi siswa serta
sesuai dengan kebutuhan siswa.
3. Pengembangan dalam penelitian ini hanya sampai ke tahap ujicoba
lapangan, Oleh sebab itu disarankan untuk peneliti lebih lanjut dapat
mengembangkannya melalui uji coba yang lebih luas..
115
INSTRUMEN PENELITIAN
LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN
PENILAIAN VALIDASI BAHAN BACAAN
PANGKEP BOLEDONG
OLEH
MUSDALIFAH
105.06.02.016.17
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019
116
LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN PENILAIAN VALIDASI BAHAN BACAAN
A. Petunjuk
Dalam rangka menyusun Tesis berjudul “Pengembangan Bahan Bacaan
Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Berbasis Budaya Lokal Kelas V SD
Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan”, maka mahasiswa:
Nama : Musdalifah
NIM : 105.06.02.016.17
Program Studi Magister Pendidikan Dasar
Mengembangkan perangkat instrumen untuk menilai Validasi
Pengembangan Bahan Bacaan sebagai salah salah satu instrumen
penelitian.
Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan penilaian terhadap instrumen
tersebut dengan menggunakan lembar validasi ini. Penilaian diberikan
dengan jalan memberi tanda centang (√) atau silang (×) pada kolom yang
sesuai dengan pernyataan yang diberikan. Kriteria penilaian terdapat pada
kolom di sebelah pernyataan.
Untuk memudahkan revisi atau penyempurnaan instrumen Penilaian
Validasi Pengembangan Bahan Bacaan tersebut, bapak/Ibu dimohon
kesediaannya untuk menuliskan saran-saran perbaikannya pada bagian akhir
lembar ini atau langsung menuliskannya pada bagian yang akan diperbaiki.
Atas bantuan bapak/Ibu mengisi lembar penilaian ini diucapkan banyak
terimakasih.
Pangkajene, Oktober 2019
Mahasiswa
Musdalifah
117
B. Rubrik Penilaian
NO
URAIAN
VALIDASI
1 2 3 4
A.
Aspek Petunjuk:
1. Kejelasan pernyataan petunjuk pengisian instrumen Penilaian Validasi Pengembangan Bahan Bacaan Pangkep Boledong
Sangat kurang jelas
kurang jelas
jelas Sangat jelas
2. Kejelasan maksud pengisian Penilaian Validasi Pengembangan Bahan Bacaan Pangkep Boledong
Sangat kurang jelas
kurang jelas
jelas Sangat jelas
B.
Aspek Cakupan:
1. Kelengkapan pernyataan/informasi yang ditanyakan
Sangat kurang lengkap
kurang lengkap
lengkap Sangat lengkap
2. Kesesuaian pertanyaan dengan kriteria yang dimaksud pada Penilaian Validasi Pengembangan Bahan Bacaan Pangkep Boledong.
Sangat kurang sesuai
kurang sesuai
sesuai Sangat sesuai
C.
Aspek Bahasa:
1. Kesesuaian penggunakan bahasa dengan kaidah bahasa Indonesia.
Sangat kurang sesuai
kurang sesuai
sesuai Sangat sesuai
2. Rumusan pernyataan komunikatif.
Sangat kurang sesuai
kurang sesuai
sesuai Sangat sesuai
3. Kemudahan memahami kalimat atau kata-kata yang digunakan
Sangat sulit dipahami
Sulit dipahami
Mudah dipahami
Sangat mudah dipahami
118
C. Saran-saran
Mohon bapak/ibu untuk menuliskan butir-butir revisi berikut atau
langsung menuliskannya pada bagian Penilaian Validasi Pengembangan
Bahan Bacaan Pangkep Boledong.
......................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................
.
......................................................................................................................................
.
………………., ………….. ….2019
Penilai,
(......................................................)
119
INSTRUMEN
VALIDASI BAHAN BACAAN PANGKEP BOLEDONG
120
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MAKASSAR
2019
121
I. RUBRIK PENILAIAN (Untuk Pakar Media)
Petunjuk
1. Mohon berilah tanda centang(√) pada indikator SB=sangat baik,
B=baik, C = Cukiup, dan K=kurang, berdasarkan penilaian
Bapak/Ibu terkait Bahan bacaan Pangkep Boledong.
2. Mohon berilah saran terkait hal yang menjadi kekurangan Bahan
bacaan Pangkep Boledong.
No. INDIKATOR PENILAIAN
Jawaban Deskripsi/ Saran
Validator
SB
(4)
B
(3)
C
(2)
K
(1)
1 Kelayakan Isi
a. Kesesuaian
dengan
perkembangan
psikologi siswa
b. Kesesuaian dengan
kebutuhan siswa dan
guru
c. Kesesuaian dengan
kebutuhan literasi
d. Mendukung PPK siswa
e. Kebenaran substansi
materi
2 K ebahasaan
a. Keterbacaan tulisan
b. Kelaziman istilah yang
digunakan
122
c. Keefektifan kalimat yang digunakan
d. Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia
e. Judul bahan bacaan dan bagian-bagiannya menarik minat baca
3 Penyajian Materi
a. Kesesuaian
petunjuk guru dan
siswa dengan
bacaan
b. Kesesuaian cerita
dengan perkembangan
psikologi siswa
c. Kesesuaian bacaan
dengan lingkungan
anak didik.
d. Kesesuain bacaan
dengan budaya
Masyarakat Pangkep
e. Kesesuaian bacaan
untuk menambah jiwa
gotong royong, rekigius,
kemandirian,
nasionalisme dan
integritas
4 Kegrafikan
a. Bacaan memenuhi
kelengkapan fisik
bacaan (bagian
awal, bagian isi
dan bagian akhir)
123
b. Panjang bacaan sesuai
dengan usia
perkembangan siswa
c. Ketepatan letak ilustrasi
(gambar)
d. Harmonisasi warna
ilustrasi, grafis dan
gambar memperjelas
fungsi dan pesan cerita
e. Ketepatan penggunaan
huruf dan ukurannya.
Skor rata-rata
124
II. RUBRIK PENILAIAN (Untuk Pakar Materi dan Praktisi)
Petunjuk
1. Mohon berilah tanda centang(√) pada indikator SB=sangat baik,
B=baik, C = Cukiup, dan K=kurang, berdasarkan penilaian
Bapak/Ibu terkait Bahan bacaan Pangkep Boledong.
2. Mohon berilah saran terkait hal yang menjadi kekurangan Bahan
bacaan Pangkep Boledong.
No. INDIKATOR
PENILAIAN
JAWABAN
Deskripsi/ Saran
Validator SB
(4)
B
(3)
C
(2)
K
(1)
1 Kelayakan Isi
a. Kesesuaian bacaan
dengan KI dan KD
b. Kesesuaian bacaan dengan RPP
c. Kesesuaian bacaan
untuk menunjang
kegiatan GLS
d. Kesesuaian bacaan
untuk PPK siswa
e. Kesesuaian bacaan
untuk PPK siswa
2 Kebahasaan
a. Keterbacaan tulisan
125
b. Kelaziman istilah
yang digunakan
c. Keefektifan kalimat
yang digunakan
d. Kesesuaian dengan
kaidah bahasa
Indonesia
e. Judul bahan bacaan
dan bagian
bagiannya menarik
minat baca
3 Penyajian Materi
a. Kesesuaian petunjuk
guru dan siswa
dengan bacaan
b. Kesesuaian cerita
dengan
perkembangan
psikologi siswa
c. Kesesuaian bacaan
dengan lingkungan
anak didik
d. Kesesuain bacaan
dengan budaya
Pangkep.
e. Kesesuaian bacaan
sebagai pembentuk
jiwa gotong royong,
kemandirian, religius,
nasionalisme, dan
integrasi
4 Kegrafikaan
a. Bahan bacaan
pengayaan memenuhi
kelengkapan fisik
126
anatomi bahan bacaan
(bagian awal, bagian
isi, bagian akhir)
b. Ukuran bahan bacaan sesuai dengan perkembangan siswa
c. Ketepatan tata letak
ilustrasi
d. Harmonisasi warna
ilustrasi, grafis, dan
gambar memperjelas
fungsi dan pesan
cerita
e. Ketepatan
penggunaan huruf dan
ukuran
Skor Rata-Rata
LAMPIRAN - LAMPIRAN
LAMPIRAN SURAT
PENELITIAN