22
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Subsektor Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015) Adi Setya Darmawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jalan M. T. Haryono 165 Malang [email protected] Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Moeljadi., SE., SU., M.Sc. Abstract This study aims to examine and analyze the influence of family ownership, foreign ownership, and institutional ownership on firm performance using leverage and firm size as the control variables. The study was conducted on food & beverage companies listed in the Indonesia Stock Exchange in the period of 2011-2015. The sample of this study was determined through purposive sampling method, and 50 observation data (firm-year) were obtained. The analysis is performed using multiple regression model in SPSS. Ownership is measured using the percentage of each ownership in the firms, while performance is measured using the company’s ROA and Tobin's Q. The results of this study indicate that family ownership has a significant negative effect on ROA, but it has no effect on Tobin's Q. Foreign ownership has no effect on both ROA and Tobin's Q. Institutional ownership has no effect on ROA, but it has a significant positive effect on Tobin's Q. Leverage, as a control variable, has a significant negative effect on ROA and Tobin's Q, while firm size, the other control variable, has no effect on both ROA and Tobin's Q. Keywords: Family ownership, foreign ownership, institutional ownership, leverage, firm size, ROA, Tobin's Q Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemilikan keluarga, kepemilikan asing, dan kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan, dengan menggunakan leverage dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Studi dilakukan pada perusahaan subsektor food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011- 2015. Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling dan diperoleh 50 data observasi (firm-year). Analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan software SPSS. Kepemilikan diukur dengan persentase kepemilikan perusahaan, sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan ROA dan Tobin’s Q. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan tidak berpengaruh terhadap Tobin’s Q. Kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap ROA dan Tobin’s Q. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap ROA dan berpengaruh positif signifikan terhadap Tobin’s Q. Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan Tobin’s Q, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ROA dan Tobin’s Q.

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA

PERUSAHAAN

(Studi Pada Perusahaan Subsektor Food & Beverages yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

Adi Setya Darmawan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Jalan M. T. Haryono 165 Malang

[email protected]

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Moeljadi., SE., SU., M.Sc.

Abstract

This study aims to examine and analyze the influence of family ownership, foreign ownership,

and institutional ownership on firm performance using leverage and firm size as the control

variables. The study was conducted on food & beverage companies listed in the Indonesia Stock

Exchange in the period of 2011-2015. The sample of this study was determined through

purposive sampling method, and 50 observation data (firm-year) were obtained. The analysis is

performed using multiple regression model in SPSS. Ownership is measured using the

percentage of each ownership in the firms, while performance is measured using the company’s

ROA and Tobin's Q. The results of this study indicate that family ownership has a significant

negative effect on ROA, but it has no effect on Tobin's Q. Foreign ownership has no effect on

both ROA and Tobin's Q. Institutional ownership has no effect on ROA, but it has a significant

positive effect on Tobin's Q. Leverage, as a control variable, has a significant negative effect on

ROA and Tobin's Q, while firm size, the other control variable, has no effect on both ROA and

Tobin's Q.

Keywords: Family ownership, foreign ownership, institutional ownership, leverage, firm size,

ROA, Tobin's Q

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemilikan keluarga,

kepemilikan asing, dan kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan, dengan

menggunakan leverage dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Studi dilakukan pada

perusahaan subsektor food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-

2015. Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling dan diperoleh

50 data observasi (firm-year). Analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi

berganda dengan software SPSS. Kepemilikan diukur dengan persentase kepemilikan

perusahaan, sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan ROA dan Tobin’s Q. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA

dan tidak berpengaruh terhadap Tobin’s Q. Kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap ROA

dan Tobin’s Q. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap ROA dan berpengaruh

positif signifikan terhadap Tobin’s Q. Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh negatif

signifikan terhadap ROA dan Tobin’s Q, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh

terhadap ROA dan Tobin’s Q.

Page 2: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

Kata Kunci: Kepemilikan keluarga, kepemilikan asing, kepemilikan institusional, leverage,

ukuran perusahaan, ROA, Tobin’s Q

Page 3: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

3

PENDAHULUAN

Meningkatnya kinerja perusahaan

memiliki arti tercapainya tujuan

perusahaan, yaitu memaksimalkan nilai

pemegang saham. Untuk menentukan

perusahaan yang menguntungkan,

investor mempertimbangkan pada dua

hal, laba yang akan dihasilkan saat ini,

dan peluang perusahaan dalam

meningkatkan laba dimasa depan, oleh

karena itu perusahaan diharuskan selalu

berkinerja baik (Brealey, et al.,

2008:164). Namun, sampai dengan saat

ini belum ada konsensus bagaimana

kinerja perusahaan diukur dan faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja

perusahaan. Satu faktor tidak dapat

mencerminkan setiap aspek kinerja

perusahaan, oleh karena itu penggunaan

beberapa faktor memungkinkan

diperolehnya gambaran yang lebih baik.

Berdasarkan pendapat Brealey, et

al., maka digunakan alat ukur kinerja

yang dapat menjelaskan, apa yang

sudah dicapai oleh perusahaan dan apa

yang akan dicapai perusahaan. Untuk

mengetahui perolehan laba yang dicapai

perusahaan dari pemanfaatan seluruh

aktiva yang dimiliki, maka digunakan

rasio profitabilitas yang diproksikan

dengan Return On Asset (ROA).

Sedangkan untuk mengetahui potensi

perusahaan di masa mendatang, diukur

menggunakan rasio pasar yang

diproksikan dengan Tobin’s Q. Dengan

kata lain, untuk memahami pengukuran

kinerja perusahaan, dapat dilihat dari

dua perspektif yaitu backward-looking

(ROA) dan forward-looking (Tobin’s

Q).

Berbagai pemegang saham atau

pemilik dalam perusahaan membentuk

suatu struktur kepemilikan. Beberapa

peneliti, mempercayai bahwa kinerja

perusahaan ditentukan oleh jalannya

perusahaan yang dipengaruhi struktur

kepemilikan (Wahyudi dan Pawestri

dalam Nurcahyo, 2014). Terdapat

berbagai macam tipe struktur

kepemilikan pada perusahaan, setiap

identitas yang berbeda memiliki cara

yang berbeda pula dalam

mempengaruhi kinerja perusahaan. Dari

berbagai macam identitas struktur

kepemilikan yang ada, diantaranya

yaitu, kepemilikan keluarga,

kepemilikan asing, dan kepemilikan

institusional. Setiap identitas struktur

kepemilkan memiliki strategi yang

berbeda dalam menjalankan perusahaan.

Seperti perusahaan dengan kepemilikan

keluarga yang memiliki ciri khasnya

sendiri dalam menjalankan

perusahaannya.

Perusahaan dengan kepemilikan

keluarga umumnya melibatkan pendiri

secara langsung maupun tidak langsung

dalam menentukan kebijakan

perusahaan, dengan menempati posisi

strategis pada top management. Hal lain

yang umum terjadi pada perusahaan

dengan kepemilikan keluarga yaitu

adanya efek nepotisme. Pihak keluarga

dapat memilih anggota keluarga dan

memberikan posisi top management,

dengan tujuan meminimalkan informasi

asimetris dalam perusahaan, sehingga

setiap keputusan yang diambil oleh

perusahaan harus sesuai dengan

persetujuan pihak keluarga. Namun,

tidak jarang dalam pemilihan tersebut

pihak keluarga tidak memperhatikan

kemampuan atau kompetensi yang

dimiliki. Selain itu, pengawasan

terhadap agen yang berasal dari pihak

keluarga cenderung lemah. Pengawasan

yang lemah terhadap agen yang berasal

dari pihak keluarga dapat merugikan

perusahaan, karena agen tersebut dapat

memanfaatkan sumberdaya perusahaan

untuk memenuhi kepentingan pribadi.

Kondisi lain, pendiri dapat mewariskan

perusahaan kepada anggota keluarga

lainnya, apabila anggota keluarga tidak

bersedia untuk melanjutkan perusahaan,

maka anggota keluarga yang menjadi

Page 4: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

4

pemilik baru dapat mempekerjakan

seorang profesional untuk menjalankan

perusahaannya. Muttakin, et al. (2014)

menyatakan bahwa kinerja perusahaan

dengan kepemilikan keluarga lebih baik

apabila pendiri bertindak sebagai

pemimpin pada perusahaan,

dibandingkan dengan generasi-generasi

selanjutnya yang menjalankan

perusahaan.

Berbeda dengan kepemilikan

keluarga, perusahaan dengan

kepemilikan asing memiliki cara

tersendiri dalam menjalankan

perusahaan. Kepemilikan asing

umumnya memiliki sistem manajemen,

teknologi, serta keahlian yang lebih

baik, sehingga dalam menjalankan

perusahaan pihak asing cenderung

memperoleh kinerja yang lebih baik.

Kepemilikan asing merupakan pihak

yang peduli terhadap sistem tata kelola

perusahaan investee, karena dengan

baiknya tata kelola perusahaan maka

kinerja perusahaan juga akan baik.

Kepemilikan institusional

merupakan pihak yang dapat melakukan

pengawasan dengan baik, semakin besar

kepemilikan institusional dalam

perusahaan maka semakin efisien proses

pengawasan yang dilakukan.

Kepemilikan institusional dalam

perusahaan dapat dilihat dari dua sudut

pandang, yaitu aktif dan pasif. Sudut

pandang aktif menjelaskan bahwa

investor institusional terlibat langsung

dalam menentukan kebijakan

perusahaan dan umumnya memiliki

saham dalam jangka panjang,

sedangkan sudut pandang pasif

menjelaskan bahwa investor

institusional hanya memiliki saham

perusahaan dalam jangka pendek, dan

lebih mementingkan portofolio yang

dimilikinya.

Setiap identitas struktur

kepemilikan memiliki motivasi yang

berbeda dalam menjalankan perusahaan,

pada akhirnya masing-masing struktur

kepemilikan mempengaruhi kinerja

perusahaan dengan cara yang berbeda-

beda. Selain struktur kepemilikan,

ukuran perusahaan dan leverage juga

mempengaruhi kinerja perusahaan

(Sari; Siallagan dan Machfoedz dalam

Wiranata dan Nugrahanti, 2013).

Perusahaan besar lebih memiliki

kemudahan dalam memasuki pasar

modal, hal tersebut menunjukkan bahwa

perusahaan memiliki fleksibilitas dan

kemampuan untuk memperoleh dana.

Dengan dana yang lebih banyak,

kesempatan perusahaan untuk

menciptakan peluang pertumbuhan

lebih besar, sehingga berdampak pada

meningkatnya kinerja perusahaan.

Sedangkan leverage menunjukkan

seberapa besar aset perusahaan didanai

oleh utang. Dalam menentukan apakah

suatu perusahaan berhak menerima

pinjaman (utang), maka pemberi

pinjaman memeriksa kinerja

perusahaan, jika kinerja perusahaan

cenderung baik maka perusahaan

berhak memperoleh pinjaman. Pemberi

pinjaman juga mengawasi kinerja

perusahaan, hal tersebut berdampak

pada berkurangnya biaya pengawasan

bagi pemegang saham dan juga

meningkatnya kinerja perusahaan.

LANDASAN TEORI

Teori Agensi

Hubungan keagenan adalah

hubungan antara prinsipal (principal)

dengan agen (agent) yang di dalamnya

agen bertindak atas nama dan untuk

kepentingan prinsipal dan atas

tindakannya tersebut agen mendapat

imbalan tertentu (Suwardjono dalam

Apriada, 2013). Jensen dan Meckling

(1976) menyatakan bahwa hubungan

keagenan adalah sebuah kontrak antara

manajer (agent) dengan investor

(principal). Manajer merupakan pihak

yang dikontrak oleh pemegang saham

untuk bekerja demi kepentingan

Page 5: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

5

pemegang saham. Untuk itu manajemen

diberikan kekuasaan untuk membuat

keputusan bagi kepentingan terbaik

pemegang saham. Oleh karena itu,

manajemen wajib

mempertanggungjawabkan semua

upayanya kepada pemegang saham.

Asimetri informasi antara

manajemen (agent) dengan pemegang

saham (principal) dapat memberikan

kesempatan kepada manajer untuk

melakukan tindakan opportunistic.

Konflik kepentingan antara prinsipal

dan agen terjadi karena kemungkinan

agen tidak selalu berbuat sesuai dengan

kepentingan prinsipal. Terjadinya

konflik kepentingan tersebut disebut

dengan masalah agensi (agency conflict)

(Belkaoi dalam Apriada, 2013).

Masalah agensi ini dapat dibagi menjadi

dua kategori. Pertama, dikenal sebagai

adverse selection (keputusan

merugikan), terjadi jika seorang agen

gagal memberikan kemampuannya.

Kedua, dikenal sebagai moral hazard,

yaitu kondisi lingkungan di mana agen

melalaikan tanggungjawab, atau

bertindak untuk kepentingannya sendiri

atau bertentangan dengan kepentingan

prinsipal/ perusahaan (Hadiprajitno,

2013).

Jensen dan Meckling (1976) telah

menemukan bahwa kepemilikan

manajerial yang lebih besar akan

menurunkan biaya keagenan. Dengan

dimulai dengan menggambarkan

perusahaan yang dikelola oleh 100%

pemiliknya sendiri, maka biaya

keagenan bisa tidak ada. Hal ini

bertentangan dengan argumen Shleifer

dan Vishny (1997) yang menemukan

bahwa kepemilikan yang sangat tinggi

menyebabkan terjadinya pembentengan

(entrenchment), yaitu tindakan yang

bertujuan untuk mengamankan

kepentingan pemegang saham

mayoritas tersebut, tetapi seharusnya

dinikmati oleh manajer dan biayanya

dibebankan kepada pemilik juga. Kedua

pandangan ini merupakan teori efek

pemantauan (monitoring effect theory)

dan teori pembentengan manajerial

(managerial entrenchment theory).

Berdasarkan teori agensi dapat

dijelaskan fenomena masalah agensi

yang terjadi di Indonesia, khususnya

pada struktur kepemilikan. Menurut

Villalonga dan Amit dalam Wiranata

dan Nugrahanti (2013) terdapat dua

jenis masalah agensi, yaitu Agency

Problem I menjelaskan bahwa manajer

mengendalikan perusahaan dan masalah

agensi terjadi antara pemegang saham

dan manajer, seperti yang dinyatakan

oleh Shleifer dan Vishny (1997).

Sedangkan Agency Problem II terjadi

ketika pemegang saham

mengelompokkan diri menjadi

pemegang saham pengendali untuk

mengawasi manajer agar menjalankan

perusahaan demi kepentingan terbaik

bagi pemegang saham. Akan tetapi,

pemegang saham pengendali

(mayoritas) meminta manajer untuk

membuat keputusan yang

menguntungkan diri sendiri seperti

pembagian dividen khusus. Hal ini

merugikan pemegang saham non-

pengendali (minoritas). Oleh karena itu

dalam kondisi tersebut, masalah agensi

terjadi antara pemegang saham

pengendali dan pemegang saham non-

pengendali atau pemegang saham

mayoritas dengan minoritas.

Bathala, et al., serta Haruman

dalam Firhat (2012) berpendapat bahwa

untuk mengurangi biaya agensi dapat

dilakukan dengan beberapa cara,

diantaranya yaitu peningkatan

kepemilikan manajemen (insider

ownership), meningkatkan dividend

payout ratio, peningkatan pembiayaan

melalui utang yang berdampak pada

penurunan besarnya konflik antara

pemegang saham dengan manajemen,

karena investor institusional sebagai

Page 6: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

6

monitoring agents. Sedangkan menurut

Shleifer dan Vishny dalam Firhat

(2012), masalah agensi dapat

diminimalkan melalui penerapan tata

kelola perusahaan yang baik (good

corporate governance).

Kepemilikan Keluarga

Menurut penelitian Anderson dan

Reeb dalam Astuti, et al., (2015) yang

dimaksud perusahaan keluarga adalah

setiap perusahaan yang memiliki

pemegang saham yang dominan, yakni

pihak keluarga memiliki saham

perusahaan sebesar 25 persen atau lebih,

dan/atau sebagai pemegang saham

pengendali pada perusahaan tersebut.

Selain itu perusahaan keluarga juga

dapat didefinisikan sebagai perusahaan

yang dijalankan berdasarkan keturunan

atau warisan dari orang-orang yang

sudah lebih dulu menjalankannya atau

oleh keluarga yang secara terang-

terangan mewariskan perusahaannya

kepada generasi selanjutnya (Morck dan

Yeung dalam Astuti, et al., 2015).

Villalonga dan Amit dalam Ariani dan

Fitdiarini (2014) menyatakan bahwa

sebagian besar definisi tentang

perusahaan keluarga setidaknya

mencakup tiga dimensi, yaitu: satu atau

beberapa keluarga memegang bagian

penting dari modal perusahaan; anggota

keluarga mempertahankan kendali yang

besar pada perusahaan (misalnya,

distribusi modal dan hak suara) dengan

kemungkinan pembatasan undang-

undang atau hukum; dan anggota

keluarga berada pada posisi manajemen

puncak.

Kinerja perusahaan keluarga

dianggap dapat lebih efisien

dibandingkan perusahaan dengan

kepemilikan publik karena biaya

pengawasan di perusahaan yang

dikendalikan keluarga seharusnya lebih

kecil. Sebagai pemilik utama, keluarga

dapat ikut mengelola perusahaan atau

paling tidak dapat mengawasi kinerja

manajer. Kepemilikan keluarga

memiliki motivasi yang kuat dalam

melakukan kontrol perusahaan dan

meningkatkan kinerja perusahaan. Hal

ini berbeda dengan perusahaan non-

keluarga yang memiliki keberagaman

kepemilikan sehingga kemungkinan

timbulnya masalah agensi (prinsipal –

agen) relatif lebih tinggi. Dampaknya,

dibandingkan dengan perusahaan

keluarga, perusahaan non-keluarga

memiliki motivasi yang rendah dengan

fokus jangka pendek dan risiko yang

lebih tinggi dari sisi managerial

(Muttakin, et al.,2014).

Di lain sisi menurut Cucculelli dan

Micucci dalam Wiranata dan

Nugrahanti (2013) kepemilikan

keluarga memiliki pengaruh negatif

terhadap kinerja perusahaan, dengan

tingginya tingkat kepemilikan maka

semakin mudah bagi mereka dalam

mengendalikan perusahaan, dampaknya

mereka dapat mengambil manfaat demi

kepentingan pribadi dan merugikan

perusahaan serta pemegang saham

lainnya. Ketika perusahaan mengalami

risiko kerugian yang sangat tinggi,

maka pemilik keluarga cenderung

menyelamatkan investasi mereka pada

perusahaan daripada harus memperbaiki

kinerja perusahaan. Dalam kondisi di

Indonesia menurut Anderson dan Reeb

dalam Wiranata dan Nugrahanti (2013)

menyatakan pengaruh negatif tersebut

lebih dikarenakan lemahnya

perlindungan investor dalam struktur

kepemilikan, sehingga timbul masalah

agensi yang berdampak pada kinerja

perusahaan.

Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing merupakan

investor atau pemegang saham yang

berasal dari negara lain (domisili dan

aspek legal pendirian perusahaan di luar

negeri) (Hadiprajitno, 2013).

Kepemilikan asing dalam perusahaan

merupakan pihak yang dianggap

Page 7: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

7

concern terhadap peningkatan good

corporate governance (Wiranata dan

Nugrahanti, 2013). Dengan semakin

banyaknya pihak asing yang

menanamkan sahamnya diperusahaan

maka akan meningkatkan kinerja dari

perusahaan yang di investasikan

sahamnya, hal ini terjadi karena pihak

asing yang menanamkan modal

sahamnya memiliki sistem manajemen,

teknologi dan inovasi, keahlian dan

pemasaran yang cukup baik yang bisa

membawa pengaruh positif bagi

perusahaan.

La Porta, et al., dalam Hadiprajitno

(2013) menjelaskan bahwa, karena

investor asing menghadapi risiko yang

relatif lebih besar ketika berinvestasi

dalam Negara berkembang (risiko

politik, terjadinya informasi asimetris,

dan lemahnya perlindungan investor)

maka perhatian pengendalian

manajemen investor asing relatif lebih

tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh

Arouri, et al., (2014) juga

mengemukakan bahwa kepemilikan

asing berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja perusahaan. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa

investor asing memiliki kemampuan

yang lebih baik dalam mengawasi

kinerja manajer dan membantu

mengurangi agency cost, sehingga nilai

perusahaan dapat meningkat.

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional

merupakan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi atau lembaga

(perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi dan kepemilikan institusi lain).

Investor institusional diyakini memiliki

kemampuan untuk memonitor tindakan

manajemen lebih baik dibandingkan

investor individual. Institusi sebagai

pemilik saham dianggap lebih mampu

dalam mendeteksi kesalahan yang

terjadi. Kepemilikan institusional

menurut Apriada (2013) memiliki

kelebihan antara lain: memiliki

profesionalisme dalam menganalisis

informasi sehingga dapat menguji

keandalan informasi, serta memiliki

motivasi yang kuat untuk melaksanakan

pengawasan lebih ketat atas aktivitas

yang terjadi di dalam perusahaan.

Pound dalam Firhat (2012)

mengemukakan tiga alternatif hipotesis

yang menggambarkan hubungan

kepemilikan institusional dengan

kinerja perusahaan, yaitu; (1) The

Efficient Monitoring Hypothesis.

Hipotesis ini menjelaskan bahwa

investor dengan tingkat kepemilikan

rendah memiliki kecenderungan

memanfaatkan atau meminjam kekuatan

voting yang dimiliki oleh pemegang

saham institusional mayoritas untuk

mengawasi kinerja manajemen. Dalam

hal ini investor institusional mayoritas

akan berpihak pada kepentingan

pemegang saham minoritas karena

memiliki kepentingan yang sama

terutama dalam hal insentif ekonomis

baik itu jangka panjang (deviden),

maupun jangka pendek (abnormal

return saham). (2) The Strategic

Alignment Hypothesis. Berbeda dengan

hipotesis pertama, hipotesis ini

menyatakan bahwa investor

institusional mayoritas memiliki

kecenderungan untuk berkompromi atau

berpihak kepada manajemen dan

mengabaikan kepentingan pemegang

saham minoritas. Anggapan bahwa

manajemen sering mengambil tindakan

atau kebijakan yang tidak optimal dan

mengarah pada kepentingan pribadi,

mengakibatkan strategi aliansi antara

investor institusional mayoritas dengan

manajemen, ditanggapi negatif oleh

pasar. Hal ini berdampak pada

penurunan kinerja perusahaan. (3) The

Conflict of Interest Hypothesis.

Hipotesis ini pada dasarnya memiliki

kesamaan konsep dengan hipotesis

kedua, yaitu kecenderungan investor

Page 8: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

8

institusional mayoritas untuk

mengurangi konflik dengan melakukan

kompromi dan aliansi bersama pihak

manajemen. Sejalan dengan hipotesis

kedua, maka hipotesis ini memprediksi

hubungan yang negatif antara

kepemilikan saham institusional dengan

kinerja perusahaan.

Selain alternatif hipotesis yang

telah dikemukakan oleh Pound, terdapat

sudut pandang yang dapat menjelaskan

hubungan kepemilikan institusional

dengan kinerja perusahaan. Dalam Lin

dan Fu (2017) terdapat tiga sudut

pandang, yaitu: (1) Active Monitoring

View, investor institusional sebagai

pemegang saham mayoritas memiliki

kemampuan untuk mengawasi dan

memantau kinerja perusahaan investee,

mengurangi informasi asimetris,

mengurangi masalah agensi dan

meningkatkan kinerja perusahaan

dengan keahlian manajerial dan

sumberdaya yang dimiliki. Selain itu,

investor institusional dapat memberi

tekanan kepada manajer untuk

meningkatkan tata kelola perusahaan.

(2) Passive Monitoring View,

menunjukkan bahwa investor

institusional berperan sebagai pengawas

pasif dan tidak meng-intervensi

manajemen perusahaan, dan hanya

memperdagangkan saham perusahaan

dalam jangka pendek, dengan tujuan

memaksimalkan portofolio yang

dimilikinya. (3) Exploitation View,

investor institusional bekerja sama

dengan manajer perusahaan untuk

mengeksploitasi pemegang saham

minoritas. Dalam kondisi lain,

kemungkinan mereka memanfaatkan

kegagalan manajemen untuk

memperoleh keuntungan dari hal

tersebut.

Kinerja Perusahaan

Untuk mengukur tingkat

profitabilitas perusahaan, dalam

penelitian ini profitabilitas diproksikan

dengan menggunakan ROA. Menurut

Bigham dan Houston (2010:148) nilai

ROA dapat diperoleh dari persamaan

berikut:

Return On Asset =

Nilai ROA yang positif menunjukkan

perusahaan memperoleh laba,

sedangkan hasil negatif menunjukkan

kerugian yang dialami perusahaan.

ROA sebagai proksi profitabilitas

menunjukkan bahwa, semakin besar

nilai ROA maka semakin efisien

perusahaan menggunakan aset yang

dimilikinya untuk menghasilkan laba.

Namun, ROA hanya mengukur apa

yang telah dicapai oleh manajer, untuk

mengukur apa yang akan dicapai

manajer maka digunakan rasio pasar.

Menurut Ross, et al., dalam Ariani

dan Fitdiarini (2014) menjelaskan

bahwa terdapat beberapa rasio yang

dapat digunakan untuk mengukur nilai

pasar (rasio pasar), diantaranya market

to book ratio dan Tobin’s Q. Secara

konsep, Tobin’s Q lebih baik untuk

mengukur rasio pasar dibandingkan

dengan market to book ratio, karena

Tobin’s Q berfokus kepada nilai

perusahaan sekarang dibandingkan

dengan seberapa besar biaya untuk

mengganti asetnya sekarang.

Perusahaan dengan nilai Tobin’s Q

yang besar cenderung memiliki peluang

investasi yang lebih menarik atau

memiliki keunggulan daya saing (atau

keduanya). Sedangkan market to book

ratio hanya berfokus pada biaya

historis, yang mana kurang relevan.

Rasio pasar diproksikan dengan

Tobin’s Q, nilai Tobin’s Q

menunjukkan peluang adanya investasi

dan adanya potensi perusahaan untuk

berkembang. Tobin’s Q mengukur nilai

perusahaan dari sisi nilai pasar

perusahaan itu yang tercermin dari

harga pasar saham (Tandiyo dan

Stephanus, 2014). Al-Saidi dan Al-

Page 9: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

9

Shammari (2013) menjelaskan rumus

Tobin’s Q adalah sebagai berikut:

Q =

Dimana:

MVS = Market value of shares (harga

saham pada tahun terakhir dikali jumlah

saham biasa yang beredar)

TD = Total debt

TA = Total assets

Nilai yang dihasilkan dari perhitungan

Tobin’s Q memiliki beberapa makna

sesuai dengan kondisi berikut, jika

Tobin’s Q < 1 memiliki arti bahwa

saham suatu perusahaan dinilai

undervalued, aset perusahaan gagal

dikelola dengan baik oleh manajemen

dan pertumbuhan investasi perusahaan

rendah. Tobin’s Q = 1 memiliki makna

saham perusahaan dalam kondisi rata-

rata, tidak adanya perkembangan dalam

pengelolaan perusahaan oleh

manajemen, dan perusahaan tidak

mengalami perkembangan pertumbuhan

investasi. Tobin’s Q > 1 memiliki

makna saham perusahaan dinilai

overvalued, aset perusahaan sukses

dikelola dengan baik oleh manajemen,

dan perusahaan memiliki potensi

pertumbuhan investasi yang tinggi

(Sudiyatno dan Puspitasari dalam

Tandiyo dan Stephanus, 2014).

Pengembangan Hipotesis

1. Kepemilikan keluarga dan kinerja

perusahaan

Menurut hasil penelitian Muttakin,

et al. (2014) dan Al-Saidi & Al-

Shammari (2013) menunjukkan

bahwa kepemilikan keluarga

berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan, pada beberapa

penelitian menunjukkan pula hasil

yang signifikan pada ROA dan

Tobin’s Q. Perusahaan dengan

kepemilikan keluarga memiliki

keunggulan dalam melakukan

pengawasan. Keluarga sebagai

pemilik perusahaan memiliki

informasi yang lebih baik mengenai

kondisi perusahaan, sehingga dapat

mendorong mereka untuk

menjalankan perusahaan dengan

perspektif jangka panjang. Berbeda

dengan penelitian sebelumnya,

penelitian yang dilakukan oleh

Wiranata dan Nugrahanti (2013)

menunjukkan bahwa kepemilikan

keluarga memiliki pengaruh negatif

terhadap profitabilitas (ROA).

Alipour (2013) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa kepemilikan

keluarga berhubungan negatif dan

signifikan dengan kinerja

perusahaan (ROA, ROE, dan

Tobin’s Q). Kepemilikan keluarga

berpengaruh negatif terhadap

kinerja perusahaan karena,

perusahaan yang dikendalikan oleh

keluarga memiliki kepentingan

pribadi yang bertentangan dengan

pihak manajemen dan/atau pihak

pemegang saham lainnya. Pemilik

keluarga akan berusahaa

menyejahterakan keluarganya

sendiri dan lebih mengutamakan

dana yang mereka investasikan

dalam perusahaan dibandingkan

dengan memikirkan kinerja dari

perusahaan yang di investasikan.

Hipotesis 1 : Semakin besar tingkat

kepemilikan keluarga akan

menyebabkan menurunnya ROA.

Hipotesis 2 : Semakin besar tingkat

kepemilikan keluarga akan

menyebabkan menurunnya Tobin’s

Q.

2. Kepemilikan asing dan kinerja

perusahaan

Pengaruh kepemilikan asing

terhadap kinerja perusahaan

menurut penelitian Wiranata dan

Nugrahanti (2013) menunjukkan

bahwa kepemilikan asing

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja perusahaan.

Kepemilikan asing dipercaya

mampu meningkatkan tata kelola

Page 10: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

10

perusahaan, karena pihak asing yang

menanamkan modal sahamnya

memiliki sistem manajemen,

teknologi dan inovasi, keahlian dan

pemasaran yang cukup baik,

sehingga dapat memberikan

pengaruh positif bagi kinerja

perusahaan. Berbeda dengan

penelitian Rahman dan Reja (2015),

dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa kepemilikan asing

berpengaruh negatif terhadap

kinerja perusahaan. Pengaruh

negatif kepemilikan asing terhadap

kinerja perusahaan dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya

yaitu jarak antara prinsipal dan

agen, perbedaan bahasa, budaya,

regulasi, tata kelola perusahaan,

serta pengawasan, sehingga belum

mampu memberikan dampak positif

bagi kinerja perusahaan.

Hipotesis 1 : Semakin besar tingkat

kepemilikan asing akan

menyebabkan meningkatnya ROA.

Hipotesis 2 : Semakin besar tingkat

kepemilikan asing akan

menyebabkan meningkatnya

Tobin’s Q.

3. Kepemilikan institusional dan

kinerja perusahaan

Hasil penelitian Lin dan Fu (2017),

dan Alipour (2013) menunjukkan

bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja perusahaan (ROA

dan Tobin’s Q). Kepemilikan

institusional memiliki intensif untuk

memantau pengambilan keputusan

perusahaan, sehingga dapat

menghalangi perilaku opportunistic

manajer dan dapat meningkatkan

kinerja perusahaan. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh

Wiranata dan Nugrahanti (2013)

yang menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional

berpengaruh negatif terhadap

kinerja perusahaan. Hal tersebut

dapat disebabkan karena

kepemilikan institusional

(mayoritas) ikut terlibat dalam

pengendalian perusahaan, sehingga

cenderung bertindak untuk

kepentingan mereka sendiri

meskipun dengan mengorbankan

kepentingan pemegang sahama

lainnya (minoritas).

Hipotesis 1 : Semakin besar tingkat

kepemilikan institusional akan

menyebabkan meningkatnya ROA.

Hiopotesis 2 : Semakin besar tingkat

kepemilikan institusional akan

menyebabkan meningkatnya

Tobin’s Q.

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh perusahaan subsektor

food and beverages yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, dengan total 14

perusahaan. Sampel yang digunakan

selama periode 2011-2015, dengan

purposive sampling digunakan untuk

teknik pengambilan sampel. Kriteria

pengambilan sampel yaitu; (1)

Perusahaan subsektor food & beverages

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2011-2015. (2) Perusahaan

mempublikasikan laporan tahunan

(annual report) dan laporan keuangan

tahunan pada periode penelitian (2011-

2015), dan mencantumkan struktur

kepemilikan saham perusahaan. (3)

Perusahaan memiliki data kepemilikan

keluarga. Penelitian ini mendefinisikan

perusahaan dengan kepemilikan

keluarga apabila salah satu dari tiga

kondisi berikut terpenuhi; (a) Pendiri

atau anggota keluarga memiliki saham

sebesar 25% atau lebih. (b) Terdapat

anggota keluarga yang menduduki kursi

dewan komisaris atau dewan direksi

jika saham yang dimiliki kurang dari

25%, dapat dilihat melalui nama dewan

direksi dan dewan komisaris yang

cenderung sama dalam beberapa tahun.

Page 11: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

11

(c) Jika perusahaan dimiliki institusi

lain maka ditelusuri melalui

kepemilikan piramida dan struktur lintas

kepemilikan (cross shareholding). (4)

Perusahaan memiliki data kepemilikan

asing. (5) Perusahaan memiliki data

kepemilikan institusional. (6)

Perusahaan tidak mengalami kerugian

selama periode penelitian (2011-2015).

(7) Memiliki kelengkapan data lainnya

yang digunakan untuk kepentingan

analisis. Data yang digunakan antara

lain jumlah laba bersih, total utang, toal

aset, jumlah saham yang beredar, dan

harga saham penutupan pada akhir

tahun.

Variabel Penelitian dan Definisi

Operasional

1. Variabel Dependen

a. Return On Assets (ROA)

Kinerja perusahaan sebagai

variabel dependen diproksikan

dengan menggunakan ROA.

ROA digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan aset yang

dimilikinya. Semakin besar ROA

maka semakin besar pula tingkat

keuntungan yang dicapai

perusahaan. Menurut Bigham dan

Houston (2010:148) nilai ROA

dapat diperoleh dari persamaan

berikut:

Return On Asset =

b. Tobin’s Q

Tobin’s Q digunakan sebagai

proksi untuk mengukur kinerja

perusahaan. Tobin’s Q

menunjukkan peluang adanya

investasi dan adanya potensi

perusahaan untuk berkembang.

Tobin’s Q mengukur nilai

perusahaan dari sisi nilai pasar

perusahaan tersebut yang

tercermin dari harga pasar saham.

Menurut Al-Saidi dan Al-

Shammari (2013) rumus Tobin’s

Q dapat diformulasikan sebagai

berikut:

Q =

Dimana:

MVS = Market value of shares

(harga saham pada tahun terakhir

dikali jumlah saham biasa yang

beredar)

TD = Total debt

TA = Total asset

2. Variabel Independen

a. Kepemililan Keluarga (KK)

Kepemilikan keluarga merupakan

pemegang saham yang berasal

dari pihak keluarga, umumnya

berdasarkan keturunan atau

warisan dari orang-orang yang

sudah lebih dulu menjalankannya

atau oleh keluarga yang secara

terang-terangan mewariskan

kepemilikan saham kepada

generasi selanjutnya.

Kepemilikan keluarga diukur

dengan besarnya persentase

saham yang dimiliki oleh pihak

keluarga. Menurut Wiranata dan

Nugrahanti (2013), besarnya

kepemilikan keluarga dapat

dihitung dengan cara: Kepemilikan keluarga =

100% b. Kepemilikan Asing (KA)

Kepemilikan asing merupakan

porsi saham yang dimiliki oleh

investor atau pemodal asing

(foreign investors) yakni

perusahaan yang dimiliki oleh

perorangan, badan hukum,

pemerintah serta bagian-

bagiannya yang berstatus luar

negeri terhadap jumlah seluruh

modal saham yang beredar

(Farooque, et al., dalam Wiranata

dan Nugrahanti, 2013).

Kepemilikan asing diukur dengan

Page 12: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

12

besarnya persentase saham yang

dimiliki oleh pihak asing.

Menurut Wiranata dan

Nugrahanti (2013), kepemilikan

asing dapat dihitung dengan cara: Kepemilikan asing =

100%

c. Kepemilikan Institusional (KI)

Kepemilikan institusional

merupakan saham perusahaan

yang dimiliki oleh institusi atau

lembaga (perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi dan

kepemilikan institusi lain)

(Apriada, 2013). Kepemilikan

institusional dihitung dengan

melihat besarnya persentase

saham yang dimiliki oleh pihak

institusional. Menurut Wiranata

dan Nugrahanti (2013) rumus

untuk mengetahui besarnya

kepemilikan institusional yaitu: Kepemilikan institusional =

100% 3. Variabel Kontrol

a. Leverage (Lev)

Tingkat leverage menunjukkan

besarnya aset perusahaan yang

dibiayai oleh utang. Leverage

dihitung dengan

membandingkan nilai buku total

kewajiban dengan nilai buku

dari total aset. Menurut Lin dan

Fu (2017) leverage dapat diukur

dengan cara. Leverage =

b. Ukuran Perusahaan (Size)

a. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan

mencerminkan besar

kecilnya perusahaan yang

dapat dilihat dari total aset

yang dimiliki oleh

perusahaan pada neraca

akhir tahun. Menurut Lin

dan Fu (2017) ukuran

perusahaan dapat diukur

dengan menggunakan

logaritma natural total aset

perusahaan.

Ukuran perusahaan = Ln

(nilai buku dari total aset)

Model Penelitian

Untuk menjawab hipotesis penelitian,

maka digunakan persamaan regresi

dengan alat analisis SPSS sebagai

berikut:

Model 1

ROA = a + b1 KK + b2 KA + b3 KI + b4

LEV + b5 SIZE + e

Model 2

TQ = a + b1 KK + b2 KA + b3 KI + b4

LEV + b5 SIZE + e

Dimana :

ROA = Kinerja perusahaan yang

diproksikan dengan Return On Asset

TQ = Kinerja perusahaan yang

diproksikan dengan Tobin’s Q

a = Konstanta

KK = Kepemilikan keluarga

KA = Kepemilikan Asing

KI = Kepemilikan institusional

LEV = Leverage

SIZE = Ukuran perusahaan

b1, b2,… b5 = Koefisien regresi

e = Standard error

Sebelum melakukan analisis linier

berganda, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

Pengujian asumsi klasik dan regresi

dilakukan dengan tingkat signifikansi

sebesar 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek

perusahaan food and beverages yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sebanyak 14 (empat belas) perusahaan

subsektor food and beverages yang

Page 13: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

13

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hanya

11 (sebelas) perusahaan yang dijadikan

sampel, karena memenuhi kriteria

pemilihan sampel yang telah ditentukan

dalam metode penelitian, seluruh data

observasi sebanyak 50 (firm-year).

Deskriptif Statistik Data Sampel Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif

Sumber: Data diolah, 2017

Variabel kepemilikan keluarga

memiliki rata-rata sebesar 26,72%,

kepemilikan asing sebesar 36,51%, dan

kepemilikan institusional sebesar

2,83%. Variabel ROA memiliki rata-

rata sebesar 13,22%, hal ini berarti

setiap Rp 1 yang diinvestasikan dalam

bentuk aset perusahaan mampu

menghasilkan pengembalian sebesar Rp

0,13. Variabel Tobin’s Q sebesar 2,06,

hal ini berarti perusahaan nilai pasar

perusahaan adalah 2,06 kali dari nilai

buku perusahaan. Nilai rata-rata

leverage sebesar 45,43% dan rata-rata

ukuran perusahaan sebesar 28,89.

Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas dengan pengujian

Kolmogorov smnirnov menghasilkan

nilai signifikansi sebesar 0,530 untuk

ROA dan 0,522 untuk Tobin’s Q.

Karena nilai signifikansi kedua variabel

tersebut lebih besar dari 0,05, yang

berarti data terdistribusi secara normal.

Pengujian multikolinearitas dilakukan

dengan melihat nilai variance inflation

factor (VIF). Regresi mengandung

multikolinearitas jika nilai VIF lebih

dari 10. Semua variabel pada penelitian

ini memiliki nilai VIF berkisar pada

1,087 sampai dengan 5,616, sehingga

dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolinearitas. Pengujian

heteroskedastisitas dilakukan dengan uji

scatterplot, berdasarkan hasil uji

menunjukkan kedua variabel ROA dan

Tobin’s Q memiliki titik-titik yang

menyebar dan tidak membentuk pola,

maka dapat disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas. Pengujian

autokorelasi dilakukan dengan melihat

nilai Durbin-Watson, apabila nilai DW

terletak diantara -2 sampai +2 maka

tidak terjadi autokorelasi. Nilai DW

variabel ROA dan Tobin’s Q sebesar

0,926 dan 1,658, maka dapat

disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis dengan

menggunakan analisis regresi berganda

pada kedua variabel dependen dapat

dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji t ROA

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji t Tobin’s Q

Pengaruh Kepemilikan Keluarga

Terhadap ROA

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hipotesis diterima. Penelitian ini

berhasil memberikan bukti bahwa

kepemilikan keluarga berpengaruh

secara negatif dan signifikan terhadap

ROA. Hasil penelitian ini konsisten

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sanjaya (2014), Alipour (2013) serta

Wiranata dan Nugrahanti (2013) yang

menyatakan bahwa tingkat kepemilikan

keluarga yang semakin tinggi

mengakibatkan menurunnya ROA.

Wiranata dan Nugrahanti (2013)

Page 14: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

14

menyatakan bahwa karakteristik

perusahaan di Indonesia cenderung

terkonsentrasi, sehingga anggota

keluarga dapat duduk sebagai dewan

direksi atau komisaris. Semakin banyak

nilai saham yang diinvestasikan pihak

keluarga, maka semakin mudah untuk

mengendalikan perusahaan.

Efek nepotisme dapat timbul pada

perusahaan publik dengan kepemilikan

keluarga sebagai pemegang saham

pengendali (Sanjaya, 2014). Perusahaan

dengan kepemilikan keluarga umumnya

memilih top management yang berasal

dari anggota keluarganya, tanpa

memperhatikan kemampuan dan

kompetensi yang dimiliki. Kurangnya

kemampuan maupun kompetensi yang

dimiliki manajer dapat menyebabkan

pengelolaan aset-aset yang dimiliki

perusahaan tidak dikelola secara

maksimal. Suatu perusahaan keluarga

kemungkinan memiliki keinginan untuk

memberi anggota keluarga lainnya

kenyamanan kerja yang tidak tersedia di

tempat lain. Secara sistematis,

nepotisme juga lebih menguntungkan

pihak keluarga dibanding perusahaan.

Sanjaya (2014) menyatakan bahwa

nepotisme dapat mengurangi

pengawasan dan pengendalian terhadap

agen dari pihak keluarga, sehingga agen

tersebut dapat mengalokasikan

sumberdaya perusahaan untuk proyek

lain yang tidak menguntungkan bagi

perusahaan, tanpa ada tekanan untuk

diganti. Hal tersebut dapat berdampak

pada menurunnya kinerja perusahaan,

karena pihak keluarga cenderung

memanfaatkan sumberdaya perusahaan

untuk kepentingan pribadi.

ALTO menjadi perusahaan dengan

tingkat kepemilikan keluarga paling

besar pada penelitian ini, dengan rata-

rata tingkat kepemilikan mencapai

82,65% pada periode penelitian. Hal

tersebut menjadikan keluarga sebagai

pemegang saham pengendali

perusahaan. Tingginya tingkat

kepemilikan keluarga dapat

menimbulkan efek pembentengan

(entrenchment) antara pemegang saham

mayoritas dan minoritas, yang pada

akhirnya dapat merugikan pemegang

saham minoritas. Hal ini

memungkinkan pihak keluarga

menggunakan kekuasaannya untuk

dapat memanfaatkan sumberdaya

perusahaan bagi kepentingan pribadi

mereka. Secara tidak langsung ALTO

juga dikendalikan oleh pihak keluarga

melalui struktur lintas kepemilikan

(cross shareholding) melalui PT. Fikasa

Bintang Cemerlang dan PT. Tirtamas

Anggada. Selain itu, efek nepotisme

pada perusahaan ALTO juga dapat

dilihat dari pihak keluarga Salim yang

menempati posisi-posisi top

management. Pemilihan agen yang

berasal dari pihak keluarga

kemungkinan tanpa memperhatikan

kemampuan maupun kompetensi yang

dimiliki agen tersebut, selain itu,

pengawasan terhadap agen yang berasal

dari pihak keluarga cenderung lemah.

Sehingga, agen dapat mendahulukan

proyek-proyek yang memberikan

keuntungan bagi pihak keluarga saja,

tanpa memperhatikan proyek-proyek

yang memberikan keuntungan bagi

perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat

dari ROA perusahaan yang terus

mengalami penurunan selama periode

penelitian, puncaknya pada tahun 2015,

ALTO mengalami kerugian yang

tercermin dari nilai ROA sebesar -2,05.

Pengaruh Kepemilikan Keluarga

Terhadap Tobin’s Q

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hipotesis ditolak. Pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan keluarga tidak berpengaruh

signifikan terhadap Tobin’s Q. Hasil ini

konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Connelly, et al. (2012).

Penelitian Shyu (2011) menyatakan

Page 15: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

15

bahwa tingkat kepemilikan keluarga

maksimal sebesar 30%, pada batas

tersebut tingkat kepemilikan keluarga

mencapai kinerja perusahaan yang

paling tinggi. Apabila tingkat

kepemilikan keluarga lebih tinggi dari

batas tersebut maka diikuti dengan

penurunan kinerja perusahaan. Berbeda

dengan hasil tersebut, Tobin’s Q

perusahaan pada objek penelitian ini

tidak dipengaruhi oleh besarnya tingkat

kepemilikan keluarga.

ICBP merupakan entitas anak

perusahaan INDF, dimana mayoritas

saham dimiliki oleh grup Salim.

Kepemilikan keluarga pada ICBP

mencapai 80,53%, namun nilai Tobin’s

Q terus meningkat selama periode

penelitian. Tobin’s Q merupakan

pengukuran berdasarkan perspektif

investor yang dibatasi oleh harapan

mereka terhadap pasar. Tobin’s Q

berhubungan dengan peluang investasi

perusahaan di masa depan.

Bagaimanapun, Tobin’s Q dipengaruhi

psikologi investor yang berkaitan

dengan perkiraan berbagai peristiwa

yang mencakup hasil dari strategi bisnis

sekarang. Strategi bisnis ICBP yaitu

terus melakukan inovasi, mulai dari

pengembangan produk, meningkatkan

efisiensi di bidang manufaktur hingga

mempertajam strategi pemasaran.

Inovasi yang dilakukan ICBP

diantaranya, pada tahun 2013 bekerja

sama dengan Grup Asahi asal Jepang

untuk memulai kegiatan usaha di bidang

minuman, dengan mendirikan dua

perusahaan yang masing-masing

bergerak di bidang produksi dan

distribusi minuman. Kerjasama tersebut

telah menghasilkan merek dagang ‘Ichi

Ocha’ yang sudah banyak ditemui di

pasaran. Selain itu, pada tahun yang

sama ICBP menjadi exclusive bottler

untuk produk-produk PepsiCo. Ekspansi

bisnis juga terus dilakukan pada tahun-

tahun berikutnya, pada tahun 2014

ICBP memasuki bidang usaha air

minum dalam kemasan (AMDK)

melalui akuisisi merek ‘Club’, selain itu

perseroan juga memperluas kegiatan

usaha di bidang dairy melalui akuisisi

merek ‘Milkuat’. Deskripsi di atas

memberikan bukti bahwa Tobin’s Q

tidak dipengaruhi oleh besarnya

kepemilikan keluarga, namun investor

dalam menanamkan sahamanya lebih

memperhatikan peluang investasi

perusahaan di masa mendatang, dengan

memperhatikan strategi bisnis

perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Asing

Terhadap ROA

Hasil pengujian hipotesis

menunjukkan bahwa kepemilikan asing

tidak berpengaruh signifikan terhadap

ROA, maka dari itu hipotesis ditolak.

Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahman

dan Reja (2015). Beberapa peneliti

sering menegaskan bahwa kepemilikan

asing memberikan efek positif terhadap

kinerja perusahaan, sampel pada

penelitian ini tidak mendukung hal

tersebut. Kepemilikan asing pada suatu

perusahaan dipercaya dapat

meningkatkan kinerja perusahaan

karena memiliki sistem manajemen,

teknologi dan inovasi, serta keahlian

dan pemasaran yang baik, sehingga

berdampak positif bagi perusahaan.

Hal ini mungkin disebabkan pada

perusahaan yang dijadikan sampel,

beberapa perusahaan dengan

kepemilikan asing merupakan lembaga

dan/atau institusi asing yang berasal

dari cayman island (termasuk dalam

panama paper). Situasi ini dapat dilihat

pada perusahaan PT Prashida Aneka

Niaga Tbk (PSDN), pada Desember

2016 PSDN melalui Presiden Direktur

Jeffry Sanusi Soedargo mengikuti

program tax amnesty. PSDN

mencatatkan nama baru dalam susunan

pemegang sahamnya, yaitu PT Prashida,

Page 16: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

16

sebagai pemegang saham sebesar

46,93% mengantikan Inovest Offshore

Ventures Ltd. Berdasarkan kondisi

tersebut investor asing yang menjadi

pemegang saham perusahaan

sebenarnya bukan lembaga atau institusi

yang benar-benar berfokus untuk

berinvestasi pada perusahaan dan

memperbaiki tata kelola sehingga dapat

meningkatkan kinerja perusahaan,

melainkan perusahaan (dalam hal ini

PSDN) yang memang mendirikan

lembaga atau institusi asing untuk

menghindari pajak.

Pengaruh Kepemilikan Asing

Terhadap Tobin’s Q

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hipotesis ditolak. Pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa

kepemilikan asing tidak berpengaruh

signifikan terhadap Tobin’s Q. Hasil ini

konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Boone, et al. (2011).

Pihak asing umumnya adalah pihak

yang concern dengan peningkatan

sistem tata kelola perusahaan, dengan

tata kelola perusahaan yang baik maka

kinerja perusahaan dapat ditingkatkan.

Hasil yang berbeda ditunjukkan

pada sampel penelitian, kondisi ini

mungkin dikarenakan sistem tata kelola

perusahaan (Corporate Governance)

yang tidak efisien, investor asing juga

tidak dapat melakukan pemantauan

yang memadai terhadap perusahaan

investee (Phung dan Le dalam

Bremholm, 2015). Hadiprajitno (2013)

menyimpulkan bahwa praktik tata

kelola perusahaan di Indonesia belum

optimal, terdapat kecenderungan bahwa

laporan tata kelola perusahaan dalam

laporan tahunan perusahaan belum

dapat digunakan sebagai umpan-balik

bagi manajemen, implementasi Good

Corporate Governance (GCG) masih

sebatas formalitas dan belum mencapai

tujuan harapannya. Kondisi tersebut

yang menyebabkan investor asing tidak

dapat menjalankan fungsi pemantauan

mereka di perusahaan secara memadai,

yang menyebabkan tidak

berpengaruhnya usaha mereka terhadap

kinerja perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Institusional

Terhadap ROA

Pengujian hipotesis yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan institusional tidak

berpengaruh signifikan terhadap ROA,

maka dari itu hipotesis ditolak. Hasil ini

konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Al-Saidi dan Al-

Shammari (2013). Hasil penelitian yang

tidak signifikan mencerminkan bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh

investor institusional belum optimal.

Apabila dilihat pada sampel

penelitian, tidak semua perusahaan

terdapat investor institusional. Salah

satu perusahaan yang terdapat investor

institusional yaitu ULTJ. Tingkat

kepemilikan institusional pada

perusahaan ULTJ rata-rata sebesar

15,70%, namun pemegang saham

pengendali dimiliki oleh pemegang

saham keluarga dengan tingkat

kepemilikan sebesar 39,30%. Sesuai

dengan pembahasan sebelumnya bahwa

ciri khas pemegang saham mayoritas

pada perusahaan di Indonesia dimiliki

oleh pihak keluarga. Pengawasan yang

dilakukan oleh investor institusional

terhadap manajemen yang berasal dari

pihak keluarga tidak dapat maksimal,

karena manajemen berusaha memenuhi

kepentingan keluarga. Kondisi tersebut

yang mungkin menyebabkan

pengawasan yang dilakukan pihak

institusional belum optimal, karena

masih terdapat campur tangan

pemegang saham mayoritas. Sehingga

kepemilikan institusional yang tinggi

belum mampu mempengaruhi ROA

perusahaan. Lin dan Fu (2017)

menyatakan bahwa tidak adanya

pengaruh antara kepemilikan

Page 17: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

17

institusional dengan ROA disebabkan

karena, investor institusional bertindak

sebagai passive monitoring. investor

institusional dianggap hanya

mementingkan perdagangan jangka

pendek berdasarkan keuntungan

informasi untuk memenuhi kebutuhan

portofolio mereka, dan tidak tertarik

melakukan pengawasan terhadap

manajemen untuk memperbaiki tata

kelola perusahaan atau meningkatkan

kinerja perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Institusional

Terhadap Tobin’s Q

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hipotesis diterima. Penelitian ini

berhasil memberikan bukti bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh

positif signifikan terhadap Tobin’s Q.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin

besar atau semakin bertambah

kepemilikan institusional maka akan

meningkatkan Tobin’s Q. Hasil

penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan Lin dan Fu

(2017) serta Alipour (2013).

Lin dan Fu (2017) menyatakan

bahwa investor institusional berperan

sebagai active monitoring, hal ini

menunjukkan bahwa investor

institusional secara aktif melakukan

pengawasan terhadap manajemen dan

membantu manajemen perusahaan

investee untuk mencapai kinerja yang

lebih baik. Investor institusional adalah

institusi atau lembaga yang memilih

investasi dengan tingkat pengembalian

dan keuntungan yang lebih tinggi,

karena investor ingin meningkatkan

kekayaan mereka dengan berinvestasi

pada proyek yang baik. Hal tersebut

yang menjadi alasan utama investor

institusional melakukan monitoring

kepada manajer perusahaan, sehingga

dapat mengurangi konflik kepentingan

dan masalah agensi, yang pada akhirnya

akan menurunkan keinginan dan

peluang bagi manajer untuk melakukan

tindakan yang menguntungkan bagi

dirinya. Investor institusional juga

memainkan peran penting dalam

transfer informasi kepada pemegang

saham lainnya, dengan tujuan untuk

mengurangi informasi asimetri. Selain

itu, ketika perusahaan membutuhkan

dana untuk berkembang, investor

institusional dapat menyediakan dana

untuk membantu sumber pembiayaan

perusahaan, sehingga kinerja

perusahaan dapat meningkat.

Pengaruh Variabel Kontrol (Leverage

dan Ukuran Perusahaan) Terhadap

ROA dan Tobin’s Q

Variabel kontrol pada pengujian

secara parsial menunjukkan bahwa

leverage memiliki pengaruh negatif

signifikan terhadap kinerja perusahaan,

baik yang diproksikan oleh ROA

maupun Tobin’s Q. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lin dan Fu (2017),

Muttakin, et al. (2014), Alipour (2013),

dan Shyu (2011). Leverage adalah

bagian sumber pendanaan untuk

operasinal maupun investasi yang

berasal dari luar perusahaan, besarnya

rasio utang mencerminkan risiko

keuangan. Hubungan negatif antara

leverage dan kinerja perusahaan sesuai

dengan pecking order theory (Myers

dalam Muttakin, et al. 2014).

Perusahaan lebih memilih pendanaan

internal yang berasal dari laba ditahan

dalam membiayai investasi dan

mengimplementasikannya sebagai

peluang pertumbuhan. Korelasi negatif

antara leverage dan kinerja perusahaan

menunjukkan bahwa kurangnya

pemantauan yang dilakukan pihak

internal (Shyu, 2011). Rasio utang yang

tinggi menyebabkan tingkat

pemantauan yang relatif ketat dilakukan

oleh pasar eksternal, hal tersebut

menyiratkan bahwa pemantauan

internal yang dilakukan perusahaan

belum efektif. Selain itu, pengaruh

Page 18: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

18

negatif dan signifikan leverage terhadap

kinerja perusahaan menyiratkan bahwa

beban bunga dari pinjaman yang lebih

besar dapat mengurangi pendapatan

yang diperoleh perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan

variabel kontrol ukuran perusahaan

(SIZE) tidak berpengaruh signifikan

terhadap kinerja perusahaan, baik yang

diproksikan dengan ROA maupun

Tobin’s Q. Ukuran perusahaan yang

diukur dengan logaritma natural dari

total aset mencerminkan besar kecilnya

perusahaan didasarkan pada besar

kecilnya nilai aset perusahaan. Hasil

penelitian ini tidak konsisten dengan

penelitian yang dilakukan Muttakin, et

al. (2014) yang menunjukkan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Perusahaan yang besar cenderung

melakukan investasi besar dan memiliki

kemudahan untuk akses ke pasar modal

serta kemudahan dalam memperoleh

pendanaan eksternal baik melalui utang

maupun melalui penerbitan saham baru.

Banyaknya dana yang dimiliki,

mengakibatkan perusahaan dapat

meningkatkan pertumbuhan sehingga

kinerja perusahaan menjadi lebih baik.

Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Al-Saidi

dan Al-Shammari (2013), dan Shyu

(2011). Hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja perusahaan dikarenakan

perusahaan kurang memaksimalkan aset

yang mereka miliki untuk menciptakan

peluang pertumbuhan sehingga kinerja

perusahaan kurang baik. Tidak ada

jaminan bahwa ukuran perusahaan yang

besar dapat membuat perusahaan

berkinerja baik, karena dengan adanya

aset yang besar bukan berarti

perusahaan dapat mengelolanya dengan

baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan pada bab sebelumnya,

kesimpulan dari penelitian ini sebagai

berikut:

1. Semakin besar kepemilikan keluarga

menyebabkan menurunnya kinerja

perusahaan yang diukur

menggunakan ROA. Hal ini

dikarenakan adanya efek nepotisme

pada perusahaan yang mayoritas

dimiliki oleh keluarga. Penentuan

manajer yang berasal dari pihak

keluarga tanpa memperhatikan

kemampuan atau kompetensi yang

dimiliki, serta pengawasan terhadap

manajer pihak keluarga yang

cenderung lemah. Manajer pada

akhirnya dapat memanfaatkan

sumberdaya perusahaan untuk

kepentingan keluarga, sehingga dapat

merugikan perusahaan.

2. Semakin besar kepemilikan keluarga

menyebabkan menurunnya kinerja

perusahaan yang diukur

menggunakan Tobin’s Q. Namun,

kepemilikan keluarga bukan

merupakan faktor utama yang dapat

mempengaruhi Tobin’s Q. Karena

investor dalam menanamkan

sahamanya lebih memperhatikan

peluang investasi perusahaan di masa

mendatang, dengan memperhatikan

strategi bisnis perusahaan.

3. Semakin besar kepemilikan asing

menyebabkan menurunnya kinerja

perusahaan yang diukur

menggunakan ROA. Namun,

kepemilikan asing bukan merupakan

faktor utama yang dapat

mempengaruhi ROA. Karena

beberapa perusahaan dimiliki pihak

asing, yang secara sengaja didirikan

perusahaan tersebut untuk

menghindari pajak.

4. Semakin besar kepemilikan asing

menyebabkan menurunnya kinerja

perusahaan yang diukur

Page 19: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

19

menggunakan Tobin’s Q. Namun,

kepemilikan asing bukan merupakan

faktor utama yang dapat

mempengaruhi Tobin’s Q. Hal

tersebut lebih disebabkan karena

penerapan sistem tata kelola

perusahaan di Indonesia yang belum

optimal, sehingga pemantauan

investor asing terhadap perusahaan

investee tidak maksimal.

5. Semakin besar kepemilikan

institusional meningkatkan kinerja

perusahaan yang diukur

menggunakan ROA. Namun,

kepemilikan institusional bukan

merupakan faktor utama yang dapat

mempengaruhi Tobin’s Q. Karena

adanya campur tangan pemegang

saham keluarga sebagai pemilik

mayoritas, menyebabkan pemantauan

yang dilakukan investor institusional

tidak dapat dilakukan secara

maksimal. Selain itu, investor

institusional lebih berorientasi pada

keuntungan jangka pendek, dan tidak

memiliki motivasi untuk

meningkatkan kinerja perusahaan.

6. Semakin besar kepemilikan

institusional meningkatkan kinerja

perusahaan yang diukur

menggunakan Tobin’s Q. Investor

institusional secara aktif melakukan

pengawasan terhadap manajemen

perusahaan, sehingga dapat

mengurangi konflik kepentingan dan

masalah agensi. Investor institusional

juga dapat membantu perusahaan

investee memperoleh pembiayaan

dana untuk ekspansi perusahaan.

Saran

1. Bagi pihak perusahaan keluarga

hendaknya memperhatikan pemilihan

top management yang memiliki

kemampuan dan kompetensi yang

baik, serta melakukan pengawasan

yang lebih baik. Perusahaan

diharapkan mencatatkan

kepemilikannya benar-benar sesuai

dengan apa adanya, untuk menjaga

kepercayaan investor lain.

Perusahaan dengan kepemilikan

institusional hendaknya bekerja sama

dengan perusahaan investee untuk

meningkatkan kinerja perusahaan.

2. Penelitian selanjutnya hendaknya

dapat dilakukan dengan cara

menambah periode penelitian,

dengan dilakukan hal tersebut

diharapkan jumlah sampel dapat

diperbesar sehingga model regresi

yang diperoleh dapat lebih baik dari

penelitian ini. Penelitian selanjutnya

diharapkan menambahkan variabel

lain di luar penelitian yang lebih

berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Alipour, Mohammad. 2013. ‘An

Investigation of The Association

Between Ownership Structure

and Corporate Performance

Empirical evidence from Tehran

Stock Exchange (TSE)’,

Management Research Review,

vol. 36, no. 11, pp 1137-1166

Al-Saidi, Mejbel & Al-Shammari,

Bader. 2013. ‘Ownership

Concentration, Ownership

Composition and The

Performance of The Kuwaiti

Listed Non-Financial Firms’,

International Journal of

Commerce and Management,

vol.25, no. 1, pp 108-132

Apriada, Kadek. 2013. ‘Pengaruh

Struktur Kepemilikan Saham,

Struktur Modal dan

Profitabilitas Pada Nilai

Perusahaan’ Tesis, Universitas

Udayana, Denpasar. (dalam

negeri)

Ariani, Dewi & Fitdiarini, Noorlaily.

2014. ‘Peran Keluarga Pendiri

Dalam Menciptakan Kinerja

Keuangan dan Nilai Pasar

Perusahaan Pada Perusahaan

Page 20: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

20

Keluarga’, Jurnal Manajemen

Teori dan Terapan, vol. 7, no. 2.

Arouri, Houda, Hossain, Mohammad

& Muttakin, Mohammad

Badrul. 2014. ‘Effects of Board

and Ownership Structure on

Corporate Governance;

Evidence from GCC Countries’,

Journal of Accounting in

Emerging Economies, vol. 4, no.

1, pp 117-130

Astuti, Apri Dwi, Rahman, Abdul &

Sudarno. 2015. ‘Pengaruh

Kepemilikan Keluarga Terhadap

Kinerja Perusahaan dengan

Agency Cost Sebagai Variabel

Moderating’, Jurnal Dinamika

Akuntansi, vol. 7, no. 2, pp 98-

108

Boone, Nicholas, Colombage, Sisira

& Gunasekarage, Abeyratna.

2011. ‘Block Shareholder

Identity and Firm Performance

in New Zealand’, Pacific

Accounting Review, vol. 23, pp

185-210

Brealey, Richard A., Myers, Stewart

C. & Marcus, Alan J., 2008,

Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan Perusahaan, Jilid 1,

edisi kelima, Erlangga, Jakarta

Brigham, Eugene F. & Houston, Joel

F., 2010, Dasar-Dasar

Manajemen Keuangan, Buku 1,

edisi kesebelas, Salemba Empat,

Jakarta

Connelly, J. Thomas, Limpaphayom,

Piman & Nagarajan, Nandu J.,

2012, ‘Form Versus Substance:

The Effect of Ownership

Structure and Corporate

Governance on Firm Value in

Thailand’, Journal of Banking &

Finance 36, pp 1722-1743

Daftar perusahaan Industri

Manufakttur Sektor Industri

Barang Konsumsi Sub Sektor

makanan dan Minuman yang

Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia., diakses 3 Januari

2017,

<http://www.sahamok.com/emit

en/sektor-industri-barang-

konsumsi/sub-sektor-makanan-

minuman/>

Desoky, Abdelmohsen M. & Mousa,

Gehan A. 2013. ‘An Empirical

Investigation of The Influence of

Ownership Concentration and

Identity on Firm Performance of

Egyptian Listed Companies’,

Journal of Accounting in

Emerging Economies, vol. 3, no.

2, pp 164-188

Firhat, Muhammad. 2012. ‘Pengaruh

Kepemilikan Institusional,

Kepemilikan Manajerial, dan

Kepemilikan Publik Terhadap

Nilai Perusahaan Dengan Firm

Size Sebagai Variabel Kontrol

(Studi Pada Perusahaan Yang

Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia)’ Skripsi, Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

(dalam negeri)

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi

Analisis Multivariate dengan

Program SPSS, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro,

Semarang

Hadiprajitno, Paulus Basuki. 2013.

‘Struktur Kepemilikan,

Mekanisme Tata Kelola

Perusahaan, dan Biaya

Keagenan di Indonesia’, Jurnal

Akuntansi & Auditing, vol. 9,

no. 2, pp 97-127

Hartono, Jogiyanto, 2014,

Metodologi Penelitian Bisnis;

Salah Kaprah dan Pengalaman-

pengalaman, edisi keenam,

BPFE, Yogyakarta

Kuncoro, Mudrajad, 2013, Metode

Page 21: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

21

Riset Untuk Bisnis & Ekonomi;

Bagaimana Meneliti dan

Menulis Tesis?, edisi keempat,

Erlangga, Jakarta.

Lin, Yongjia Rebecca & Fu, Xiaoqing

Maggie. 2017. ‘Does

Instituional Ownership Influence

Firm Performance? Evidence

From China’, International

Review of Economics and

Finance 49, pp 17-57

Ministry of Industri Republic of

Indonesia. 2016. Industry Fact

and Figures. Ministry of

Industry of Indonesia, Jakarta.

Muttakin, Mohammad Badrul, Khan,

Arifur & Subramaniam, Nava.

2014. ‘Family Firms, Family

Generation and Performance:

Evidence From An Emerging

Economy’, Journal of

Accounting in Emerging

Economies, vol. 4, no. 2, pp

197-219

Nur’aeni, Dini. 2010. ‘Pengaruh

Struktur Kepemilikan Saham

Terhadap Kinerja Perusahaan’

Skripsi, Universitas Diponegoro,

Semarang. (dalam negeri)

Nurcahyo, Didik Indra, 2014,

‘Pengaruh Struktur Kepemilikan

Saham dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Kinerja Perusahaan’

Skripsi, Universitas Diponegoro,

Semarang. (dalam negeri)

Rahman, Nora Azureen Abdul &

Reja, Anis Farida Md. 2015.

‘Ownership Structure and Bank

Performance’, Journal of

Economics, Business and

Management, vol. 3, no. 5, pp

483-488

Sanjaya, I. P. S. 2014, ‘Family as The

Ultimate Ownership Affects to

Firm Performance’, Atma Jaya

University, Yogyakarta

Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi

SPSS pada Statistik Parametrik,

Elex Media Komputindo,

Jakarta

Shleifer, Andrei & Vishny, Robert W.

1986. ‘Large Shareholders and

Corporate Control’, Journal of

Political Economy, vol. 94, no.

3, pp 461-488

Shleifer, Andrei & Vishny, Robert W.

1997. ‘A Survey of Corporate

Governance’, Journal of

Finance, vol. 52, no. 2, pp 737-

783

Shyu, Jonchi. 2011.’Family

Ownership and Firm

Performance: Evidence From

Taiwanese Firms’, International

Journal of Managerial Finance,

vol. 7, no. 4, pp 397-411

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Kualitatif Kuantitaif dan R&D.

Alfabeta, Bandung

Tandiyo, Monica Angelina &

Stephanus, Daniel Sugama.

2014. ‘Telaah Nilai Perusahaan

Berdasarkan Struktur

Kepemilikan’, Jurnal Akuntansi

Multiparadigma, vol. 5, no. 1,

pp 1-17

Ting, Irene Wei Kong, Qian Long

Kweh, Hooi Hooi Lean & Jin

Hwa Ng. 2016. ‘Ownership

Structure and Firm Performance:

The Role of R&D’, Institutions

and Economies, vol. 8, no. 4, pp

1-21

Winata, Galih Yoga, 2012, ‘Pengaruh

Struktur Kepemilikan Terhadap

Kinerja Perusahaan Perbankan’

Skripsi, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta. (dalam

negeri)

Wiranata, Yulius Ardy & Nugrahanti,

Yeterina Widi. 2013. ‘Pengaruh

Struktur Kepemilikan Terhadap

Page 22: PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

22

Profitabilitas Perusahaan

Manufaktur di Indonesia’,

Jurnal Akuntansi dan Keuangan,

vol. 15, no. 1, pp. 15-26.