Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 59
Pengaruh Perceived Value terhadap
Relationship Quality
(Studi Kasus: Lion Air Indonesia)
Sakti Hendra Pramudya
Standard Chartered Bank
Magister Manajemen FEUI
Chairy
Universitas Indonesia
Universitas Tarumanegara
The aim of this research is to analyze and test the effect of perceived value on satisfaction,
trust, commitment, and loyalty in relationship quality point of view. This research was
tested on airline business case and Lion Air Low Cost Carrier (LCC) was selected for
the research. The research itself involved 220 respondents who flied with Lion Air during
last 1 year as sample with primary data obtained by survey. Data analysis procedure
was done by preliminary studies involving validity and reliability test. After research
instrument passed the reliability and validity test, structural analysis was done by
Structural Equation Modeling (SEM). The result of this research showed that perceived
value has positive effect on satisfaction, satisfaction has positive effect on trust, trust
has positive effect on commitment, and finally commitment has positive effect on loyalty.
So that it can be conclude that there is significant relationship between perceived value
and relationship quality.
Keywords: Perceived Value; Relationship Quality; Structural Equation Modeling
(SEM); Lion Air
Pengaruh Perceived Value terhadap Relationship Quality
(Studi Kasus: Lion Air Indonesia)
PENDAHULUAN
Dalam kondisi persaingan yang
sangat ketat saat ini, alangkah bijaknya jika
pemasar mulai memberikan perhatian pada
value creation sebagai keunggulan
kompetitif produk dalam menyasar
targetnya masing-masing. Sanchez,
Callarisa, Rodriguez, dan Moliner (2004)
menawarkan pendekatan holistik yang
mengukur perceived value tanpa melihat
lini titik waktu dengan menggunakan
variabel functional value, emotional value,
dan social value sehingga mampu
merepresentasikan secara menyeluruh
perilaku konsumen terhadap produk baik
ketika pembelian dilakukan maupun
setelah pembelian dilakukan yang dikenal
dengan GLOVAL (Global Perceived
Value).
Journal of Business and Entrepreneurship
60 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
Disamping value creation, terdapat
strategi lain dalam pemasaran yang dikenal
dengan pembentukan loyalitas konsumen.
Di dalam paradigma pemasaran modern
yang berbasis relationship marketing saat
ini, loyalitas merupakan salah satu tujuan
utama yang ingin dicapai. Loyalitas
memegang peranan penting dalam ranah
pemasaran, namun demikian loyalitas tidak
bisa dilihat sebagai suatu entitas yang
berdiri sendiri karena pada dasarnya
loyalitas merupakan bagian dari entitas-
entitas lain dalam satu ruang lingkup yang
dikenal dengan relationship quality (Liu,
Guo, dan Lee, 2011). Relationship quality
merupakan hasil konseptualisasi dari
beberapa komponen multidimensional
termasuk di dalamnya adalah kepuasan
(Crosby, Evan, dan Cowles, 1990; Dwyer
dan Oh, 1987), kepercayaan (Dwyer dan
Oh, 1987; Hennig-Thurau dan Klee, 1997),
dan komitmen (Hennig-Thurau dan Klee,
1997).
Jika dikaji lebih lanjut pada dasarnya
terdapat keterkaitan antara komponen
perceived value terhadap relationship
quality yang dalam beberapa studi empirik
dapat diaplikasikan dalam industri
penerbangan maupun industri jasa lainnya
termasuk pariwisata. Singh dan
Sirdeshmukh (2000) menyatakan bahwa
perceived value, kepercayaan, dan
kepuasan merupakan anteseden dari
loyalitas. Dalam beberapa penelitian yang
lain juga ditemukan bahwa terdapat
keterkaitan antara variabel yang disebutkan
sebelumnya terhadap komitmen, yaitu
adanya keterkaitan antara kepuasan
terhadap komitmen (Brown, Barry, Dacin,
dan Gunst, 2005; Fullerton, 2011),
kepercayaan terhadap komitmen (Morgan
dan Hunt, 1994; Bansal, Irving, dan Taylor,
2004) dan antara komitmen terhadap
loyalitas (Morgan dan Hunt 1994;
Fullerton, 2003). Cater dan Zabkar (2009)
juga menyatakan bahwa kepuasan,
kepercayaan, dan komitmen merupakan
anteseden dari loyalitas dan terdapat
hubungan diantara variabel-variabel
tersebut.
Berdasarkan beberapa penelitian-
penelitian terdahulu tersebut,
dimungkinkan dilakukan analisa melalui
penggabungan konsep perceived value
terhadap relationship quality sehingga
dapat didapatkan gambaran menyeluruh
mengenai value layanan penerbangan di
mata konsumen sekaligus mengetahui
hubungan antara variabel dalam konteks
relationship quality sebagai acuan bagi
kebijakan pemasaran maskapai
penerbangan Lion Air yang menjadi obyek
penelitian ini.
Selama ini Lion Air sudah menguasai
market share bisnis penerbangan di
Indonesia namun perlu dikaji lebih dalam
apakah hal tersebut sudah
merepresentasikan gambaran menyeluruh
mengenai persepsi pelanggan secara
umum, bukan hanya ditilik dari sisi
penjualan saja yang menjadi parameter
utama pembentuk market share.
Disamping itu penambahan jumlah
armada besar-besaran yang dilakukan oleh
Lion Air juga patut diperhatikan lebih
lanjut apakah merupakan langkah yang
tepat atau tidak dikarenakan serangkaian
insiden dan kecelakaan udara yang terjadi
pada maskapai Lion Air adalah cukup
tinggi yakni sebanyak 20 kali sejak pertama
kali mengudara (Antaranews, 2013).
Serangkaian insiden dan kecelakaan
tersebut pada dasarnya terjadi akibat dari
human error yang mengarah kepada
tingkat profesionalisme personel.
Kerangka berpikir mengenai
pengaruh perceived value terhadap
relationship quality telah dikembangkan
menjadi model penelitian yang dilakukan
oleh Forgas, Moliner, Sanchez, dan Palau
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 61
(2010) serta Cater dan Zabkar (2009).
Model tersebut telah digunakan dan teruji
dalam konteks industri penerbangan di
Eropa. Namun demikian belum pernah ada
peneliti yang mencoba untuk
mengaplikasikannya di negara berkembang
seperti Indonesia. Sehingga kerangka
berpikir mengenai pengaruh perceived
value terhadap relationship quality
merupakan rumusan model yang tepat
untuk merespons kasus Lion Air.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan dan latar
belakang tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk : Pertama, mengetahui apakah
perceived value konsumen mempengaruhi
kepuasan terhadap maskapai Lion Air.
Kedua, mengetahui apakah kepuasan
konsumen mempengaruhi kepercayaan
terhadap maskapai Lion Air. Ketiga,
mengetahui apakah kepercayaan konsumen
mempengaruhi komitmen terhadap
maskapai Lion Air. Keempat, mengetahui
apakah komitmen konsumen
mempengaruhi loyalitas terhadap
maskapai Lion Air
TINJAUAN TEORI
Perceived Value
Perceived value dipahami sebagai
konstruksi dari dua elemen yakni
keuntungan yang diterima (keuntungan
ekonomis, sosial dan koneksi) dan
pengorbanan yang diberikan (harga yang
harus dibayar, waktu, usaha, resiko dan
kenyamanan) oleh konsumen (Sanchez et
al., 2006). Sweeney dan Soutar (2001)
mengembangkan konsep perhitungan
kuantitatif perceived value yang dikenal
dengan PERVAL (Purchase Value).
Setelah riset mengenai PERVAL
dilakukan mulai banyak peneliti yang
mencoba mengadopsinya dengan beberapa
pengembangan salah satunya adalah
Sanchez et al. (2006). Sanchez et al. (2006)
mengembangkan penyempurnaan model
PERVAL yang dikenal dengan GLOVAL
(Global Purchase Perceived Value) untuk
mengukur perceived value dalam
pemilihan produk pariwisata.
Relationship Quality
Relationship quality merupakan hasil
konseptualisasi dari beberapa komponen
multidimensional termasuk didalamnya
adalah kepuasan (Crosby et al., 1990;
Dwyer dan Oh, 1987), kepercayaan
(Dwyer dan Oh, 1987; Hennig-Thurau dan
Klee, 1997), komitmen (Hennig-Thurau
dan Klee, 1997), dan overall quality
(Hennig-Thurau dan Klee, 1997). Dalam
beberapa studi yang dilakukan sebelumnya
kepuasan, kepercayaan, komitmen
merupakan aspek yang paling banyak
diteliti. Atas dasar tersebut, penelitian ini
menjabarkan relationship quality dalam
tiga komponen yakni kepuasan,
kepercayaan, dan komitmen.
Kepuasan
Kepuasan adalah respon
terpenuhinya ekspektasi konsumen sebagai
sebuah pertimbangan bahwa fitur dari
sebuah produk atau jasa memberikan
sebuah tingkat kenikmatan tertentu (Oliver,
1997). Kepuasan merupakan hasil dari
pengalaman konsumen berinteraksi dengan
penyedia layanan sampai saat ini dan
digunakan oleh konsumen untuk
memprediksi apa yang dialami konsumen
di masa yang akan datang (Crosby et al.,
1990). Kepuasan adalah perasaan dari
konsumen yang dipengaruhi oleh kualitas
Journal of Business and Entrepreneurship
62 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
pelayanan, kualitas produk, harga, dan
faktor kontekstual dan personal (Zeithaml
dan Bitner, 2000).
Kepercayaan
Kepercayaan didefinisikan sebagai
keyakinan suatu kelompok dalam
reliabilitas dan integritas dari seorang
partner (Arnould, Price dan Zinkhan,
2004). Definisi lain dari kepercayaan
adalah pada saat seseorang mengharapkan
hasil yang positif dari seorang partner yang
mempunyai integritas dan dapat
diharapkan secara meyakinkan (Morgan
dan Hunt, 1994). Sementara menurut
Garbarino dan Johnson (1999),
kepercayaan telah diperlakukan sebagai
dasar yang baik dalam membangun
hubungan yang stabil. Morgan dan Hunt
(1994) juga menyatakan bahwa
kepercayaan kepada seorang partner
merupakan hasil dari keyakinan bahwa
kelompok tersebut reliable dan mempunyai
tingkat integritas yang tinggi dan dapat
diasosiasikan dengan hal-hal seperti
konsistensi, kompetensi, kejujuran,
keadilan, tanggung jawab, kebersediaan
untuk membantu, dan kebaikan hati.
Komitmen
Menurut Moorman, Zaltman dan
Deshpande (1992), komitmen adalah
sebuah keinginan untuk bertahan menjaga
sebuah hubungan yang bernilai. Sementara
itu Dwyer dan Oh (1987) mendefinisikan
komitmen dalam hubungan pembeli dan
penjual sebagai suatu eksistensi dari janji
secara implisit atau eksplisit dari
kelanjutan hubungan antar partner.
Beberapa peneliti mendefinisikan
komitmen sebagai suatu ikatan psikologis
pelanggan, loyalitas, keprihatinan terhadap
kesejahteraan di masa yang akan datang
dan identifikasi dan kebanggaan memiliki
asosiasi dengan organisasi (Garbarino dan
Johnson, 1999). Komitmen merupakan
sebuah janji untuk hubungan yang
berkelanjutan diantara partner dalam
hubungan relasional (Gundlach, Achrol,
dan Mentzer, 1995). Morgan dan Hunt
(1994) menekankan bahwa komitmen
terjadi ketika suatu pihak menginginkan
untuk menjaga hubungan yang sudah
berlangsung. Pada prinsipnya komitmen
merupakan suatu sikap untuk bertindak
dalam menjaga hubungan diantara partner
(Bansal et al., 2004; Fullerton 2003).
Komitmen merujuk pada keinginan untuk
mempertahankan sebuah hubungan yang
bernilai
Loyalitas
Loyalitas tercipta dari entitas-entitas
lain dalam satu ruang lingkup relationship
quality (Liu et al., 2011). Relationship
quality dalam beberapa konsep yang
diajukan oleh beberapa peneliti berasosiasi
dengan loyalitas konsumen (Hennig-
Thurau dan Klee, 1997). Sehingga
komponen loyalitas mutlak diperlukan
dalam analisa menyeluruh mengenai
relationship quality. Loyalitas konsumen
adalah sebuah komitmen mendalam yang
dipegang teguh untuk melakukan
pembelian berulang terhadap sebuah
produk atau jasa secara konsisten di masa
yang akan datang, walaupun terdapat
pengaruh-pengaruh situasional dan usaha-
usaha pemasaran yang berpotensi
menyebabkan perilaku berpindah (Oliver,
1997). Dick dan Basu (1994)
mendefinisikan loyalitas pelanggan
sebagai hubungan antara relative attitude
dan repeat patronage. Pendapat lain yang
dikemukakan Peter dan Olson (1990)
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 63
mendefinisikan loyalitas sebagai sebuah
situasi dimana perilaku pembelian
berulang ditemukan berjalan bersama
dengan ikatan secara psikologis dan
intensi-intensi dan perilaku-perilaku untuk
melakukan pembelian berulang.
Model Penelitian dan Hipotesis
Penelitian ini akan menyusun model
penelitian mengenai hubungan antara
variabel-variabel penyusun Perceived
Value dari pengguna layanan penerbangan
terhadap kepuasan konsumen (costumer
satisfaction), kepercayaan konsumen
(customer trust), komitmen konsumen
(customer commitment) dan loyalitas
konsumen (customer loyalty).
Model penelitian ini merupakan
adaptasi dari model penelitian sebelum-
nya. Setelah dilakukan analisa mendalam
mengenai model-model penelitian
sebelumnya, maka dalam penelitian ini
model yang dipergunakan harus
menunjukkan pengaruh langsung (direct
influence) dari perceived value terhadap
kepuasan (Forgas et al., 2010), kepuasan
terhadap kepercayaan (Forgas et al., 2010;
Cater dan Zabkar, 2009), kepercayaan
terhadap komitmen (Morgan dan Hunt,
1994; MacMillan, Money, Money, dan
Downing, 2005) dan komitmen terhadap
loyalitas (Cater dan Zabkar, 2009).
Khusus untuk variabel komitmen dalam
penelitian ini akan diukur melalui satu
variabel saja yang menekankan kepada
affective commitment sesuai saran dari
Cater dan Zabkar (2009). Rumusan dari
model penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Model penelitian mengenai analisa perceived value terhadap
relationship quality (kepuasan, kepercayaan, dan komitmen) dan pengaruhnya
terhadap loyalitas
Model Forgas et al. (2010) yang
menjadi dasar model utama penelitian ini
mendefinisikan perceived value sebagai
variabel multidimensional yang diadaptasi
dari model GLOVAL. Model GLOVAL
yang digunakan oleh Sanchez et al. (2004)
dijadikan referensi dikarenakan
relevansinya dalam pengukuran perceived
value pada industri jasa. Dimensi yang
digunakan dalam model GLOVAL ini
adalah Airport Installation, Aircraft
Installation, Personnel Profesionalism,
Company Services, Monetary Cost,
Emotional Value, dan Social Value.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dimensi
dan indikator dari variabel penelitian yang
digunakan dapat dijabarkan seperti yang
terlihat pada Gambar 2.
Journal of Business and Entrepreneurship
64 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
Gambar 2. Dimensi dan Indikator dari Variabel Penelitian
Penelitian ini akan menguji empat
hipotesis yang menunjukkan hubungan
diantara perceived value, kepuasan,
kepercayaan dan loyalitas.
Perceived Value dan Kepuasan
Jika dikaji lebih lanjut pada
dasarnya terdapat keterkaitan antara
komponen perceived value terhadap
relationship quality yang dalam beberapa
studi empirik dapat diaplikasikan dalam
industri penerbangan maupun industri jasa
lainnya termasuk pariwisata. Singh dan
Sirdeshmukh (2000) menyatakan bahwa
perceived value, kepercayaan, dan
kepuasan merupakan anteseden dari
loyalitas. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat hubungan
antara perceived value dan kepuasan.
Penelitian dari Singh dan Sirdeshmukh
(2000) juga didukung oleh Durvasula,
Lysonski, Mehta, dan Peng (2004) serta
Forgas et al. (2010) dimana ditemukan
bahwa perceived value juga merupakan
anteseden dari kepuasan. Sehingga dapat
disusun hipotesis yang menyatakan bahwa:
Hipotesis 1 (H1): Perceived value
terhadap maskapai penerbangan
berpengaruh secara positif terhadap
kepuasan maskapai penerbangan
Kepuasan dan Kepercayaan
Anderson dan Srinivasan (2003)
beserta Ulaga dan Eggert (2006) telah
membuktikan bahwa kepuasan merupakan
anteseden dari trust. Semakin tinggi tingkat
kepuasan konsumen terhadap maskapai
penerbangan akan membuat semakin besar
kepercayaan yang akan diciptakan dari sisi
konsumen, sehingga terdapat hubungan
langsung diantara kedua variabel tersebut.
Hubungan tersebut dapat dilihat dari sudut
pandang negatif dimana jika tingkat
kepuasan konsumen maskapai
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 65
penerbangan menurun maka tingkat
kepercayaan dari maskapai penerbangan
tersebut di mata konsumen akan menurun
(Forgas et al., 2010). Sehingga dapat
disusun hipotesis yang menyatakan bahwa:
Hipotesis 2 (H2): Kepuasan (kepuasan)
konsumen terhadap maskapai
penerbangan berpengaruh secara
positif terhadap kepercayaan maskapai
penerbangan.
Kepercayaan dan Komitmen
Melalui commitment-trust theory
yang dicetuskan oleh Morgan dan Hunt
(1994) telah diketahui bahwa kepercayaan
merupakan anteseden dari komitmen.
Hubungan ini telah dibuktikan oleh banyak
peneliti setelah dekade tersebut antara lain
oleh MacMillan et al. (2005) serta Cater
dan Zabkar (2009). Dalam penelitian
tersebut dapat dilihat adanya hubungan
antara kepercayaan terhadap komitmen
yang terbukti secara empiris. Sehingga
dapat disusun hipotesis yang menyatakan
bahwa : Hipotesis 3 (H3): Kepercayaan
konsumen terhadap maskapai
penerbangan berpengaruh secara
positif terhadap komitmen maskapai
penerbangan
Komitmen dan Loyalitas
Cater dan Zabkar (2009) menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara komitmen
terhadap loyalty konsumen. Penelitian ini
merupakan pengembangan dari
commitment- trust theory dari Morgan dan
Hunt (1994) dan mengarahkan pengaruh
komitmen secara lebih mendalam terhadap
loyalty. Fullerton (2003) menekankan
bahwa komitmen pelanggan berpengaruh
terhadap perilaku pengulangan pembelian
dan kemauan pelanggan untuk tetap loyal
dan tidak berpaling kepada penyedia
produk maupun jasa yang lain. Sehingga
dapat disusun hipotesis yang menyatakan
bahwa: Hipotesis 4 (H4): Komitmen
konsumen terhadap maskapai
penerbangan berpengaruh secara
positif terhadap loyalitas maskapai
penerbangan.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian
dengan desain descriptive research.
Penelitian deskriptif ini menggunakan
desain single cross-sectional atau yang
lebih dikenal dengan sample survey
research design. Metodologi penelitian
yang digunakan adalah metodologi
penelitian kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah melalui riset
lapangan (Field Research) melalui
metode survei. Kuisioner yang
dipergunakan dalam penelitian ini
mengalami serangkaian proses editing
agar memiliki tingkat reliabilitas dan
validitas yang tinggi ketika survei utama
dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut
antara lain adalah penerjemahan, wording
test, re-wording kuisioner, dan pre-test
kuisioner kepada 30 responden.
Skala pengukuran dari pertanyaan-
pertanyaan scaled response questions
dalam penelitian ini menggunakan skala
likert. Skala likert merupakan metode
pengukuran tingkat kesetujuan melalui
beberapa pilihan kategori. Dalam
penelitian ini digunakan five point likert
scale atau skala likert dalam lima
tingkatan.
Populasi yang menjadi obyek
penelitian ini adalah seluruh pengguna
maskapai Lion Air yang terakhir kali
terbang dalam rentang waktu 1 tahun
Journal of Business and Entrepreneurship
66 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
terakhir. Pemilihan rentang waktu 1 tahun
didasarkan atas pendapat Forgas et al.
(2010) yang menyatakan bahwa tingkat
obyektivitas penilaian Perceived Value
akan lebih akurat disampaikan dari
responden yang menggunakan layanan
penerbangan dalam rentang waktu antara
enam bulan sampai satu tahun sebelum
penelitian dilakukan, dikarenakan apa yang
dirasakan penumpang ketika terbang
terakhir kalinya masih bisa diingat dengan
baik.
Oleh karena data yang tersedia dan
dapat diakses mengenai jumlah
penumpang maskapai penerbangan di
Indonesia selama ini hanya didasarkan atas
jumlah totalnya saja dan bukan jumlah
penumpang per maskapai, maka tidak
dapat diketahui secara pasti jumlah
pengguna penerbangan maskapai Lion Air.
Berdasarkan hal tersebut ukuran sampel
akan ditentukan oleh variabel teramati
penelitian dikalikan lima sesuai pendapat
Lenth (2001). Setelah melalui uji validitas
dan realibilitas dalam Pre-test, variabel
teramati dalam penelitian ini adalah 42
sehingga ukuran sampel penelitian yang
ada sebanyak 42 dikalikan 5 yakni 210
responden.
Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non probability
sampling. Sampel yang dipilih dalam
penelitian ini berdasarkan pada teknik
convenience sampling, dimana peneliti
menarik anggota populasi berdasarkan
kemudahannya ditemui atau ketersediaan
anggota populasi tertentu saja.
Hasil data primer yang diperoleh dari
kuesioner diolah menggunakan LISREL
8.70 sebagai piranti lunak Structural
Equation Modelling (SEM) sesuai dengan
metode yang digunakan pada penelitian-
penelitian terdahulu. Teknik analisis data
SEM digunakan untuk mengatasi
keterbatasan yang timbul atas teknik-teknik
sebelumnya seperti analisis regresi,
analisis jalur, dan analisis faktor
konfirmatori (Wijanto, 2008).
Variabel dan Pengukuran
Berdasarkan model penelitian yang
telah diuji oleh beberapa peneliti
sebelumnya dan dijabarkan dalam model
penelitian pada Gambar 1. maka variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah adalah perceived value,
kepuasan, kepercayaan, komitmen dan
loyalitas.
Dimensi pembentuk perceived value
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Airport Installation, Aircraft
Installation, Personnel Profesionalism,
Company Services, Monetary Cost,
Emotional Value, dan Social Value yang
merupakan pengembangan dari Forgas et
al. (2010) dan Sanchez et al. (2006).
Variabel kepuasan, kepercayaan, dan
loyalitas merupakan adaptasi dari kajian
Forgas et al. (2010) sedangkan variabel
komitmen adalah adaptasi dari Liang dan
Wang (2007) serta Wong dan Sohal
(2006). Dimensi pembentuk perceived
value berikut variabel kepuasan ,
kepercayaan, komitmen, dan loyalitas
diukur dengan menggunakan skala likert
(1-5). Pengolahan data dilakukan dengan
bantuan software IBM SPSS Statistics 21.
Pengujian validitas dan reliabilitas yang
dilakukan menunjukkan seluruh
instrumen pengukuran sudah konsisten
berdasarkan parameter Cronbach’s Alpha
untuk mengukur tingkat realibilitas data
(Cronbach’s Alpha > 0,80) dan parameter
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) untuk
mengukur kelayakan analisis faktor yang
telah dilakukan (KMO > 0,5). Hasil uji
reliabilitas dan validitas variabel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 67
Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas dan
Validitas Variabel Penelitian
Karakteristik Subyek Penelitian
Kuisioner dalam penelitian ini
disebarkan secara bertahap kepada 250
responden dengan pembagian berdasarkan
aksesibilitas dan tingkat kekooperatifan-
nya, dimana batasan responden adalah
yang menggunakan penerbangan Lion Air
dalam jangka waktu 1 tahun terakhir. Dari
250 kuisioner tersebut terdapat 220
kuisioner yang memenuhi persyaratan
untuk analisa lebih lanjut. Kuisioner
disebarkan di area perkantoran dan
Universitas di wilayah Jabotabek serta
Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Mayoritas responden adalah laki-laki
dengan rentang usia diatas 30 tahun, latar
belakang pendidikan S1, pekerjaan utama
pegawai swasta, dan berpenghasilan diatas
Rp 4.000.000,-. Data mayoritas responden
tersebut lebih dipengaruhi oleh lokasi
pengambilan sampel. Pengambilan sampel
lebih banyak dilakukan di Bandara
Internasional Soekarno-Hatta, disusul
daerah perkantoran di Jakarta dan terakhir
di Universitas.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Confirmatory Factor Analysis (CFA)
Penelitian dalam survei utama yang
dilakukan secara keseluruhan
menggunakan metode SEM (Structural
Equation Modelling). Penelitian ini
menggunakan metode two step approach.
Bentuk dari pendekatan ini adalah
merespesifikasi sebuah model hybrid
sebagai model CFA (Confirmatory Factor
Analysis), guna mengukur kesesuaiannya
terhadap data. Model CFA ini nantinya
digunakan untuk mengukur kesesuaiannya
terhadap data (Wijanto, 2012). Analisa
model CFA dilakukan menggunakan
bantuan software LISREL 8.70.
Khusus untuk variabel perceived
value, yang merupakan konstruksi
multidimensional dari tujuh dimensi, akan
digunakan model pengukuran Latent
Variable Scores (LVS). Melalui LVS
konstruksi multidimensional dari
perceived value yakni airport installation,
aircraft installation, personnel
professionalism, company service,
monetary cost, emotional value, dan social
value dapat menjadi indikator bagi variabel
perceived value secara agregat. Variabel
perceived value tersebut nantinya akan
dianalisis secara struktural terhadap
variabel kepuasan, kepercayaan,
komitmen, dan loyalitas.
Langkah pertama yang dilakukan
dalam analisa adalah dengan model
trimming. Model trimming merupakan
salah satu cara untuk menghilangkan
indikator-indikator yang tidak sesuai dalam
setiap variabel. Setiap indikator yang
memiliki standardized loading factor < 0,5
Journal of Business and Entrepreneurship
68 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
dan t-value < 1,96 akan dihilangkan. Hasil
dari analisis CFA menunjukkan seluruh
factor loading dari setiap variabel memiliki
nilai nilai > 0,5 dan nilai t > 1,96 sehingga
tahapan analisis selanjutnya bisa
dilanjutkan. Realibilitas model pengukuran
dapat dilihat melalui perhitungan construct
realibility (CR) dan variance extrated
(VE). Suatu indikator dapat dikatakan
reliabel jika CR > 0,70 dan VE > 0,50.
Hasil dari analisis CR dan VE
menunjukkan seluruh factor loading dari
setiap variabel memiliki nilai CR lebih
besar dari 0,70 dan nilai VE lebih besar
dari 0,50 sehingga dapat dikatakan bahwa
seluruh variabel laten telah memenuhi
persyaratan reliabilitas.
Model Struktural
Pembahasan pada model struktural
bertujuan untuk melihat hubungan kausal
antara variabel-variabel laten. Penyajian
model struktural yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan
menggunakan opsi Estimates dan T-Value.
Pemilihan opsi Basic Estimates akan
menampilkan diagram lintasan model
lengkap dengan angka-angka yang
merupakan hasil estimasi yang tidak
distandarisir (Wijanto, 2008). Hasil model
struktural dengan menggunakan opsi
estimates dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Model Structural (Standardized Solution)
Berbeda dengan Basic Model
Estimates, model T-Value akan
menampilkan diagram lintasan model
lengkap dengan angka-angka yag
menunjukkan nilai-t dari setiap angka hasil
estimasi. Nilai-t yang memiliki nilai yang
kurang dari 1,96 (α=5%) akan berwarna
merah dan menunjukkan bahwa angka
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 69
estimasi terkait adalah tidak signifikan atau
sama dengan nol (Wijanto, 2008). Hasil
model struktural dengan menggunakan
opsi T-value dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Model Struktural (T-value)
Analisis Kecocokan Model Struktural
Analisis kecocokan model struktural
dilakukan untuk memeriksa tingkat
kesesuaian antara data terhadap model,
validitas dan reliabilitas model
pengukuran, serta signifikansi dari
koefisien-koefisien model struktural
(Wijanto, 2008). Evaluasi terhadap model
struktural mencakup uji keseluruhan
seluruh model dan analisis hubungan
kausal.
Uji Kecocokan Keseluruhan Model
Pengujian ini ditujukan untuk
mengevaluasi secara umum derajat
kecocokan Goodness of Fit (GOF) antara
data terhadap model. GOF dikelompokkan
dalam 3 bagian yakni absolute fit measure,
incremental fit measure, dan parsimonois
fit measure. Penelitian ini akan
menekankan pada absolute fit measures
dan incremental fit measure sesuai dengan
penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya (Forgas et al., 2010 dan
Sanchez et al., 2006). Berdasarkan Tabel
2. dapat diketahui bahwa hasil uji
keseluruhan model adalah baik. Seluruh
indikator dari absolute fit measure dan
incremental fit measure telah terpenuhi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
kesesuaian antara data terhadap model,
validitas dan reliabilitas model
pengukuran, serta signifikansi dari
koefisien-koefisien model struktural
adalah tinggi.
Journal of Business and Entrepreneurship
70 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
Tabel 2. Hasil Uji Kecocokan
Keseluruhan Model
Analisis Hubungan Kausal
Berdasarkan persamaan struktural
(structural equation) pada Gambar 5. dapat
dilihat bahwa nilai-t dari koefisien PV
(Perceived Value) adalah 10,27.
Dikarenakan 10,27 > 1,96 maka dapat
dikatakan bahwa koefisien PV (koefisien
lintasan PV ke SATIS (kepuasan) yang
bernilai 0,94 adalah signifikan. Hal yang
sama juga berlaku dari SATIS (kepuasan)
ke TRUS (trust), dari TRUS (trust) ke
COM (commitment), serta COM
(commitment) ke LOY (loyalty). Ikhtisar
dari nilai-t dan koefisien pada model
struktural dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. Nilai-t dan Koefisien pada
Model Struktural Perceived Value
Berdasarkan tahapan-tahapan analisis
yang dilakukan sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel perceived value berpengaruh
secara positif terhadap kepuasan
pengguna penerbangan Lion Air
dengan nilai-t sebesar 10,07 (>1,96)
2. Variabel kepuasan berpengaruh
secara positif terhadap variabel
kepercayaan pengguna penerbangan
Lion Air dengan nilai-t sebesar 7,65
(>1,96)
3. Variabel kepercayaan berpengaruh
secara positif terhadap variabel
komitmen dengan nilai-t sebesar 8,22
(>1,96)
4. Variabel komitmen berpengaruh
secara positif terhadap variabel
loyalitas dengan nilai-t sebesar 11,43
(>1,96)
Analisis Penelitian
Anteseden dari loyalitas yang
ditemukan dari penelitian ini dapat menjadi
suatu rumusan pembentukan loyalitas
terhadap maskapai penerbangan LCC di
Indonesia. Pada dasarnya untuk
meningkatkan loyalitas terhadap maskapai
LCC di Indonesia hal yang patut
diperhatikan adalah bagaimana
meningkatkan perceived value dari
konsumen terlebih dahulu. Jika maskapai
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 71
mampu memberikan value yang baik di
mata konsumen maka kepuasan akan
tercipta dan dari kepuasan inilah muncul
reaksi berantai mulai dari terciptanya
kepercayaan, kemudian terciptanya
komitmen sebagai konsekuensi dari
kepercayaan dan pada akhirnya
menciptakan loyalitas sebagai konsekuensi
dari komitmen.
Dalam penelitian ini juga ditemukan
temuan tambahan yang menarik untuk
didiskusikan yakni ketika dilakukan
analisis CFA antara variabel laten
perceived value terhadap indikator-
indikatornya. Berdasarkan nilai-nilai factor
loading indikator perceived value,
diketahui bahwa indikator yang paling
berpengaruh terhadap perceived value
secara keseluruhan adalah indikator
emotional value dan personnel
professionalism seperti yang disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Factor Loading CFA
Perceived Value (Standardized
Solution)
Indikator Nilai
Perceived Value Factor Loading
Airport Installation 0,71
Airplane Installation 0,63
Profesionalism of personel 0,91
Company Service 0,61
Monetary Cost 0,54
Emotional Value 0,95
Social Value 0,79
Indikator dari perceived value yang
memiliki factor loading dari yang terbesar
adalah emotional value (0,95),
professionalism of personel (0,91), social
value (0,79), airport installation (0,71),
airplane installation (0,63), dan company
service (0,61). Hal tersebut menunjukkan
bahwa kondisi emosional penumpang
terhadap maskapai Lion Air dan
profesionalitas personel Lion Air
merupakan indikator yang paling
berpengaruh terhadap perceived value
konsumen maskapai Lion Air dan bukan
lagi faktor harga yang tercermin pada
dimensi monetary cost semata.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisa
penelitian yang dilakukan sebelumnya
telah diketahui bahwa seluruh hipotesis
penelitian diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa: Pertama, Anteseden
dari kepuasan adalah perceived value dan
pengaruh yang ada adalah signifikan.
Kedua, anteseden dari kepercayaan adalah
kepuasan dan pengaruh yang ada adalah
signifikan. Ketiga, anteseden dari
komitmen adalah kepercayaan dan
pengaruh yang ada adalah signifikan.
Keempat, anteseden dari loyalitas adalah
komitmen dan pengaruh yang ada adalah
signifikan. Kelima, terdapat temuan
tambahan yakni faktor yang memberikan
pengaruh terbesar dari perceived value
adalah faktor emosional dan faktor
profesionalitas personel.
Implikasi Akademis
Berdasarkan serangkaian analisis
yang dilakukan sebelumnya, ditemukan
beberapa implikasi akademis yang relevan
yakni untuk membangun loyalitas dari
konsumen alangkah bijaksananya jika
dibangun melalui penguatan perceived
value terlebih dahulu sehingga nantinya
akan tercipta reaksi berantai yang berawal
dari kepuasan, kepercayaan, komitmen,
dan berakhir pada loyalitas.
Journal of Business and Entrepreneurship
72 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
Implikasi Managerial
Berdasarkan analisis dari hasil
penelitian yang dilakukan dapat diberikan
beberapa saran managerial bagi Lion Air
berupa kegiatan konkret yang dapat
dilakukan oleh Lion Air dalam peningkatan
perceived value antara lain adalah:
Pertama, upaya peningkatan indikator
emotional value yang positif dari
penumpang dapat dilakukan dengan: a)
untuk faktor rasa tenang penumpang atas
jaminan keselamatan selama penerbangan
dapat dilakukan dengan mengkampanye-
kan perhatian maskapai atas keselamatan
penerbangan secara luas melalui iklan
televisi yang diikuti dengan serangkaian
perbaikan menyeluruh terhadap divisi
maintenance pesawat sehingga insiden dan
kecelakaan pesawat dapat benar-benar
tidak terjadi, b) untuk faktor rasa senang
yang muncul atas pelayanan dan faktor rasa
care dari personnel dapat dilakukan dengan
pelatihan yang berbasis interaksi yang
positif terhadap konsumen kepada seluruh
personel
Kedua, upaya peningkatan indikator
profesionalism of personnel yang positif
dari penumpang dapat dilakukan dengan
serangkaian pelatihan kepada personel dan
kampanye yang menekankan perubahan
paradigma pelayanan kepada penumpang
dimana biaya murah yang dikeluarkan
penumpang tidak berarti layanan yang
diberikan dari personel tidak “murahan”
juga. Penekanan hubungan personal yang
baik dapat menjadi value lebih maskapai
Lion Air.
SARAN
Dalam aplikasinya di lapangan
ditemukan keterbatasan dalam penelitian
ini. Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah: Pertama, cakupan daerah penelitian
dari wilayah ini adalah wilayah Jabotabek
dan Banten. Kedua, jumlah responden
dalam penelitian ini adalah sebanyak 220
responden.
Untuk kelanjutan penelitian
selanjutnya dan agar dapat mendapatkan
informasi yang lebih menyeluruh
disarankan untuk: Pertama, menambahkan
cakupan wilayah penelitian dari kota-kota
yang dilayani oleh maskapai Lion Air.
Kedua, menambahkan jumlah responden
sebagai alat ukur utama. Ketiga,
membandingkan dengan maskapai LCC
lain di Indonesia agar mendapatkan
gambaran hubungan perceived value
terhadap relationship quality dari seluruh
maskapai LCC di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Antara (2013, Mei 28). Lion Air 20 kali
insiden dalam 10 tahun terakhir.
Antara News. Retieved April 14,
2014, from http:/ /
www.antaranews.com/berita/368943/
lion-air-20-kali-insiden-dalam-10-
tahun-terakhir
Anderson, R.E., dan Srinivan, S.S. (2003).
E-satisfaction and E-loyalty: a
contingency framework. Psychology
and Marketing, 20, pp.123 – 138.
Arnould, E., Price, L., dan Zinkhan, G.
(2004). Consumers. Boston:
McGraw-Hill.
Bansal, H., Irving, G., dan Taylor, S.
(2004). A Three-component model of
customer commitment to service
providers. Journal of the Academy of
Marketing Science, 32 (3), pp.234 –
250.
Brown, T., Barry, T., Dacin P., dan Gunst,
R. (2005). Spreading the word:
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 73
investigating antecedents of
consumers’ positive word of mouth
intentions in a retailing context.
Journal of the academy of marketing
science, 33 (2), pp.123 – 138.
Cater, B., dan Zabkar, V. (2009).
Antecedents and consequences of
commitment in marketing research
services: the client’s perspective.
Journal of Industrial Marketing
Management, 38, pp.785 – 797.
Crosby, L. A., Evans, K.R., dan Cowles,
D. (1990). Relationship quality in
services selling: an interpersonal
influence perspective. Journal of
Marketing, 54(3), pp.68-81.
Dick, P., dan Basu, K., (1994). Customer
loyalty: toward an integrated
conceptual frame-work. Academy of
Marketing Science Journal, 22(2),
pp.99-113.
Durvasula, S., Lysonski, S., Mehta, S. C.,
dan Peng, B. (2004). Forging
relationships with services: the
antecedents that have an impact on
behavioral outcomes in the life
insurance industry. Journal of
Financial Services Marketing, 8,
pp.314-326.
Dwyer, R. F., dan Oh, S. (1987). Output
sector munificence effects on the
internal political economy of
marketing channels. Journal of
Marketing Research, 24(4), pp.347-
358.
Fullerton, G. (2003). When does
commitment lead to loyalty?. Journal
of Service Research, 5 (4), pp.333 –
344.
Fullerton, G. (2011). Creating advocates:
the roles of satisfaction, trust and
commitment. Journal of Retailing
and Consumer Services, 18, pp.92-
100.
Forgas, S., Moliner, dan M. A., Sanchez,
J., dan Palau, R. (2010). Antecedents
of airline passanger loyalty: low-cost
versus traditional airlines. Journal of
Air Transport Management, 16,
pp.229-233.
Garbarino, E., dan Johnson, M. S. (1999).
The different roles of satisfaction,
trust, and commitment in customer
relationship. Journal of Marketing,
59.
Gundlach, G. T., Achrol, R. S., dan
Mentzer, J. T. (1995). The structure
of commitment in exchange. Journal
of Marketing, 59(1), pp.78-92.
Hennig-Thurau, T., dan Klee, A. (1997).
The impact of customer satisfaction
and relationship qualityon customer
retention: A critical reassessment and
model development. Psychology and
Marketing, 14(8), pp.737-764.
Liu, C. T., Guo, Y. M., dan Lee, C. H.
(2011). The effect of reationship
quality and switching barriers on
customer loyalty. International
Journal of Information Management,
31, pp.71-79.
Lenth, R. V. (2001). Some practical
guidelines for effective sample size
determination. The American
Statistician, 55(3).
Macmillan, K., Money, K., Money, A., dan
Downing, S. (2005). Relationship
marketing in the non-for-profit sector:
an extension and application of the
commitment-trust theory. Journal of
Business Research, 58, pp.806 – 818.
Malhotra, N. K. (2007). Marketing
Research: An Applied Orientation.
Pearson Education, Inc., New Jersey.
Journal of Business and Entrepreneurship
74 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
Moorman, C., Zaltman, G., dan
Deshpande, R. (1992). Relationships
between providers and users of
market research: The dynamics of
trust within and between
organizations. Journal of Marketing
Research, 8.
Morgan, R., Hunt, S. (1994). The
commitment-trust theory of
relationship marketing. Journal of
Marketing, 58 (2), pp.20 – 38.
Oliver, R.L. (1997). Satisfaction: A
Behavioral Perspective on the
Consumer. Irwin/McGraw-Hill, New
York.
Peter, J. P., dan Olson, J. C. (1999).
Consumer behavior and marketing
strategy (5th ed.). Irwin/McGraw-Hil,
New York.
Sanchez, J., Callarisa, L., Rodriguez, R.
M., dan Moliner, M. A. (2006).
Perceived value of the purchase of a
tourism product. Tourism
Management, 27, pp.394-409.
Singh, J., dan Sirdeshmukh, D. (2000).
Agency and trust mechanisms in
consumer satisfaction and loyalty
judgements. Journal of the Academy
of Marketing Science, 28.
Sweeney, J. C., dan Soutar, G. F. (2001).
Consumer-Perceived Value: The
Development of Multiple Item Scale.
Journal of Retailing, 77(2), pp.203-
220.
Ulaga, W., dan Eggert, A. (2006).
Relationship value and relationship
quality: broadening the nomological
network of business-to-business
relationships. European Journal of
Marketing, 40, pp.311 – 327.
Zeithaml, V. A., dan Bitner, M. J. (2000).
Service marketing: Integrating
customer focus across the firm,
McGraw-Hill, Madison.
Wijanto, S. H. (2008). Structural Equation
Modelling dengan LISREL 8.8:
Konsep dan Tutorial. Graha Ilmu,
Yogyakarta.