13
Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549 33 | Page PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES Dwi Fitrianingsih 1* Email : [email protected] Heri Sapari Kahpi 2 Email : [email protected] Abdurrohman 3 Email : [email protected] Dosen Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banten Desti Purwaningsih 4 Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banten ABSTRACT This research was conducted to determine the effect of the Audit Committee and the Fraud Triangle on Fraud of Financial Statements at Food and Beverage Companies Listed on the IDX 2015- 2018. This method uses a quantitative approach with purposive sampling technique. The sample used is 11 companies which are financial statements on food and beverage companies on the Indonesia Stock Exchange (BEI). The analysis technique used is statistical test with multiple linear regression method. The results of the T test show that financial stability has a significant positive effect on fraudulent financial statements. The audit committee, External Pressure, Financial targets, Nature of Industry, Ineffective Monitoring, Organizational Structure, and Rationalization have no significant effect on fraudulent financial statements. Keywords: Audite Commite, Fraud Triangle, Financial Report Fraud ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Komite Audit dan Fraud Triangle terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2018. Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan berjumlah 11 perusahaan yang merupakan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik Analisis yang digunakan adalah uji statistik dengan metode regresi liniear berganda. Dari hasil uji T menunjukkan bahwa Financial Stability berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Komite audit, External Pressure, Financial targets, Nature of Industry, Ineffective Monitoring, Organizational Structure, dan Rasionalisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Kata Kunci: Komite Audit, Fraud Triangle, Kecurangan Laporan Keuangan PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan industri manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu

PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

33 | P a g e

PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE

TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

Dwi Fitrianingsih1*

Email : [email protected]

Heri Sapari Kahpi2

Email : [email protected]

Abdurrohman3

Email : [email protected]

Dosen Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banten

Desti Purwaningsih 4

Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banten

ABSTRACT

This research was conducted to determine the effect of the Audit Committee and the Fraud

Triangle on Fraud of Financial Statements at Food and Beverage Companies Listed on the IDX 2015-

2018. This method uses a quantitative approach with purposive sampling technique. The sample used is

11 companies which are financial statements on food and beverage companies on the Indonesia Stock

Exchange (BEI).

The analysis technique used is statistical test with multiple linear regression method. The

results of the T test show that financial stability has a significant positive effect on fraudulent financial

statements. The audit committee, External Pressure, Financial targets, Nature of Industry, Ineffective

Monitoring, Organizational Structure, and Rationalization have no significant effect on fraudulent

financial statements.

Keywords: Audite Commite, Fraud Triangle, Financial Report Fraud

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Komite Audit dan Fraud Triangle terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun

2015-2018. Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Sampel

yang digunakan berjumlah 11 perusahaan yang merupakan Laporan Keuangan Pada Perusahaan

Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Teknik Analisis yang digunakan adalah uji statistik dengan metode regresi liniear berganda. Dari

hasil uji T menunjukkan bahwa Financial Stability berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan. Komite audit, External Pressure, Financial targets, Nature of Industry, Ineffective

Monitoring, Organizational Structure, dan Rasionalisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan.

Kata Kunci: Komite Audit, Fraud Triangle, Kecurangan Laporan Keuangan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perusahaan industri manufaktur adalah

suatu cabang industri yang mengaplikasikan

mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu

Page 2: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

34 | P a g e

medium proses untuk mengubah bahan menjadi

barang jadi untuk dijual. Barang jadi yang dijual

dalam hal ini adalah barang jadi yang dijual

kepada pelanggan dalam jumlah yang besar.

Dengan kegiatan yang dilakukan, industri

manufaktur secara langsung berkontribusi pada

pendapatan suatu negara. Sehingga akan lebih

banyak timbulnya resiko kecurangan (fraud)

(Bambang dan Kinanti, 2017).

Persaingan yang timbul membuat setiap

perusahaan berusaha meningkatkan kinerja untuk

mencapai tujuan seperti laba yang tinggi.

Sehingga memungkinkan setiap perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) melakukan manipulasi dalam

laporan keuangan mereka.

Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) berhasil mendeteksi beberapa perusahaan

yang terlibat dalam skandal akuntansi. Contoh

kasus yang berhasil dideteksi oleh OJK, antara

lain PT Sari Husada Tbk, PT Great River

Internasional Tbk, PT Agis Tbk dan Katarina

Utama Tbk. Beberapa salah saji memang belum

tentu berkaitan dengan kecurangan, namun

faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan

kecurangan manajemen terbukti ada pada kasus-

kasus ini. Sepanjang tahun 2014, terdapat 777

pelaku pasar modal yang dikenai sanksi oleh

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Atas pelanggaran

itu, OJK menerapkan sanksi administratif berupa

denda kepada emiten senilai Rp7,9 miliar. Kepala

Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Otoritas Jasa

Keuangan, Nurhaida mengungkapkan, 777 sanksi

itu terdiri dari 60 sanksi peringatan tertulis, 713

sanksi denda, 2 sanksi pencabutan izin, dan 2

sanksi pembekuan izin. Nurhaida merinci,

sebanyak 665 sanksi administratif berupa denda

karena keterlambatan penyampaian laporan

berkala dan laporan insidental dengan total nilai

denda Rp 6,5 miliar.

Kasus kecurangan laporan keuangan yang

terjadi di Indonesia merupakan bagian dari

kegagalan audit yang juga dilakukan oleh Kantor

Akuntan Publik (KAP) di beberapa negara

lainnya. Akuntan Publik di Amerika Serikat

dalam hal ini AICPA (American Institute

Certified Public Accountant), memberikan solusi

untuk mengatasi praktik kecurangan laporan

keuangan dalam bentuk Statement of Auditing

Standards (SAS). Sementara, International

Federation of Accountants (IFAC), sebuah

organisasi di Jerman yang menetapkan standar

akuntansi, auditing dan kode etik pada tingkat

global, juga menerbitkan International Standards

on Auditing (ISA). Dalam standar tersebut,

terdapat ilustrasi faktor kecurangan, yaitu ISA no.

240 dan SAS no. 99 yang didasarkan pada teori

segitiga kecurangan atau fraud triangle. Teori

segitiga ini dikemukakan oleh Cressey (Wahyuni

dan Gideon, 2017) yang mengkategorikan tiga

kondisi kecurangan di perusahaan, yaitu tekanan

(incentive/pressure), peluang (opportunity) dan

rasionalisasi (rationalization).

Teori fraud triangle yang dicetuskan

Cressey sampai saat ini dipakai oleh para praktisi

sebagai pendekatan dalam mendeteksi suatu

tindak kecurangan. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Cohen et al. (Wahyuni dan

Gideon, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh

Nguyen, Myers et al. dan Halim (Wahyuni dan

Gideon, 2017) menyatakan bahwa kecurangan

laporan keuangan berkaitan erat dengan tindakan

manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen.

Tindakan kecurangan laporan keuangan

masih terus terjadi. Dan pengembangan faktor

fraud triangel terus dilakukan oleh berbagai

penelitian, terutama pengembangan terhadap

proksi yang digunakan. Penelitian ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya yang melihat data

perusahaan LQ 45, Sedangkan penelitian ini

melihat dari sektor industri Food & Beverages.

Penelitian ini diharapkan sebagai sumber

pengetahuan secara luas dan dapat memberikan

bukti secara empiris mengenai pengaruh komite

audit dan fraud tringle terhadap kecurangan

laporan keuangan perusahaan Food & Beverages.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Komite Audit dan Fraud Triangel Terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan

Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2015-2018”.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh komite audit terhadap

kecurangan laporan keuangan?

2. Bagaimana pengaruh financial stability

terhadap kecurangan laporan keuangan?

3. Bagaimana pengaruh external pressure

terhadap kecurangan laporan keuangan?

4. Bagaimana pengaruh financial targets

terhadap kecurangan laporan keuangan?

5. Bagaimana pengaruh nature of industry

terhadap kecurangan laporan keuangan?

6. Bagaimana pengaruh ineffective monitoring

terhadap kecurangan laporan keuangan?

7. Bagaimana pengaruh organizational

structure terhadap kecurangan laporan

Page 3: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

35 | P a g e

keuangan?

8. Bagaimana pengaruh rasionalisasi terhadap

kecurangan laporan keuangan?

9. Seberapa besar pengaruh komite audit dan

fraud triangle terhadap kecurangan laporan

keuangan secara simultan?

TINJAUAN PUSTAKA

Kecurangan Laporan Keuangan

Kecurangan pelaporan keuangan

didefinisikan sebagai tindakan penyimpangan

secara sengaja terhadap arsip perusahaan seperti

kesalahan penerapan prinsip akuntansi, yang

menghasilkan laporan keuangan menyesatkan

secara material (Komisi Treadway, dalam

Rachmawati, 2014). Definisi kecurangan laporan

keuangan adalah “Kecurangan yang dilakukan

oleh manajemen dalam bentuk salah satu material

laporan keuangan yang merugikan investor dan

kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial

dan non finansial” (Association of Certified Fraud

Examiners, 1998). Definisi kecurangan laporan

keuangan menurut Australian Auditing Standards

(AAS) yakni “Suatu kelalaian maupun penyalah

sajian yang disengaja dalam jumlah tertentu atau

pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk

menipu para pengguna laporan keuangan.”

Indikator Kecurangan Laporan Keuangan

Diukur menggunakan manajemen laba

melalui discretionary accrual. Total akrual

diklasifikasikan menjadi komponen discretionary

dan nondiscretionary dengan tahapan

(Sulistyanto, 2018):

a. Mengukur total accruals dengan

menggunakan model Jones yang

dimodifikasi.

b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi

dengan persamaan regresi OLS (Ordinary

Least Square)

(

) (

)

c. Menghitung nondiscretionary accruals

model (NDA) adalah sebagai berikut;

d. Menghitung Discretionary Accrual

(

) (

)

Pengertian Komite Audit

Menurut Kep. 29/PM/2004, komite audit

merupakan suatu komite yang dibentuk oleh

dewan komisaris dalam melakukan pengawasan

kegiatan pengelolaan suatu perusahaan. Tugas

komite audit membantu dewan komisaris untuk

memonitor proses pelaporan keuangan oleh

manajemen dalam upaya meningkatkan

kredibilitas laporan keuangan. Komite audit

mempunyai tanggung jawab utama yang

berhubungan dengan kebijakan akuntansi yang

diterapkan perusahaan, pengawasan internal,

menelaah sistem pelaporan keuangan, dan

kepatuhan terhadap peraturan.

Indikator Komite Audit

Fraud Triangle

Cressey mencetuskan konsep segitiga

kecurangan yang dikenal dengan istilah fraud

triangle sebagai suatu ilustrasi yang

menggambarkan faktor risiko kecurangan yang

terjadi. Di dalam fraud triangle disebutkan bahwa

ada tiga kondisi umum yang menyebabkan

kecurangan laporan keuangan, yaitu tekanan

(pressure), kesempatan (opportunity), dan

rasionalisasi (rationalization).

Ada tiga kondisi yang menyebabkan

kecurangan. Ketiga kondisi itu disebut dengan

konsep fraud triangle. Ketiga kondisi tersebut

terdiri dari tekanan (pressure), kesempatan

(opportunity) dan rasionalisasi (rationalization).

Tekanan (Pressure)

Tekanan menyebabkan seseorang

melakukan kecurangan. Tekanan dapat berupa

macam-macam termasuk gaya hidup, tuntutan

ekonomi, dan lain-lain. Tekanan paling sering

datang dari adanya tekanan kebutuhan keuangan.

Kebutuhan ini seringkali dianggap kebutuhan

yang tidak dapat dibagi dengan orang lain untuk

bersama-sama menyelesaikannya sehingga harus

disesuaikan secara tersembunyi dan pada

akhirnya menyebabkan terjadinya kecurangan.

Menurut SAS No. 99, terdapat empat

kondisi yang umum terjadi pada tekanan yang

mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut

adalah financial stability, external pressure,

personal financial need dan financial targets.

Page 4: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

36 | P a g e

Variabel fraud triangle yang diukur dari:

1. Tekanan

Financial stability

Financial stability diproksikan dengan

ACHANGE yang merupakan rasio perubahan aset

selama dua tahun. ACHANGE dapat dihitung

dengan rumus:

External pressure

Leverage (LEV) digunakan sebagai proksi

tekanan eksternal dimana leverage yang tinggi

akan menimbulkan tekanan pada manajemen

sehingga terjadi hubungan positif terhadap

kecurangan laporan keuangan. Leverage diartikan

sebagai seberapa jauh perusahaan menggunakan

pendanaan melalui hutang. LEV arau rasio

leverage dapat dihitung dengan rumus:

Financial targets

ROA sering digunakan dalam menilai

kinerja manajer, menentukan bonus, kenaikan

upah dan lain-lain. Oleh karena itu, ROA

digunakan sebagai proksi Financial Targets.

ROA dapat dihitung dengan rumus:

2. Opportunity

Nature of industry

Nature of industry merupakan salah satu

variabel dari pilar fraud triangle yaitu peluang.

Variabel ini dapat diukur dengan proksi

persediaan (inventory). Persediaan merupakan

variabel yang rentan terhadap kecurangan laporan

keuangan karena merupakan akun lancar dan

akun yang dapat ditentukan nilainya secara

subjektif.

Persediaan merupakan aktiva lancar yang

rentan dengan pencurian dan kecurangan karena

persediaan dalam suatu perusahaan biasanya

dalam jumlah yang besar serta mempunyai

pengaruh yang besar terhadap neraca dan

perhitungan laba rugi. Selain itu persediaan

merupakan akun liquid yang mudah untuk

diuangkan.

Ineffective monitoring

Ineffective monitoring diproksikan dengan

IND yang merupakan rasio dewan komisaris

independen yang dapat dihitung dengan rumus:

Organizational structure

Organizational Structure diproksikan

dengan CEO dimana pengukuran CEO

atas pertimbangan variabel Dummy:

* Kode 1 jika ketua dewan direksi secara

bersamaan menjabat posisi sebagai CEO.

* Kode 0 jika ketua dewan direksi tidak

secara bersamaan menjabat posisi sebagai

CEO.

Rasionalisasi dari pelaku.

Rasionalisasi merupakan pilar ketiga dari

fraud triangle yang sulit untuk mengukurnya.

Variabel ini dapat diproksikan dengan total

akrual. Total akrual merupakan salah satu variabel

untuk menilai probabilitas manipulasi (Beneish

dkk, 2005). Penelitian lain juga menunjukkan

bahwa total akrual tidak berpengaruh terhadap

financial statement fraud (Skousen et al, 2009).

Kerangka Pemikiran

Sumber: Merissa & Isti (2017), Susmita & Nanik

(2015), Kurnia & Marsono (2015)

Hipotesis

H1: Komite audit berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan

H2: Financial stability berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan

H3: External pressure berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan

H4: Financial targets berpengaruh terhadap

Page 5: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

37 | P a g e

kecurangan laporan keuangan

H5: Nature of industry berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan

H6: Ineffective monitoring berpengaruh

terhadap kecurangan laporan keuangan

H7: Organizational structure berpengaruh

terhadap kecurangan laporan keuangan

H8: Rasionalisasi berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan

H9 : Komite audit dan fraud triangle

berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan secara simultan

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan jenis

kategori penelitian kuantitatif yang didasarkan

pada jenis data yaitu berupa angka. Penelitian ini

juga menggunakan penelitian kausalitas, karena

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh hubungan antara dua variabel atau lebih

dimana hubungan yang dimaksud berupa

hubungan sebab – akibat yang digambarkan

melalui ada tidaknya pengaruh variabel

independen sebagai penyebab terhadap variabel

dependen sebagai akibat.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan nya (Sugiyono, 2007:61).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perusahaan subsektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama periode tahun 2015-2018.

Sedangkan sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh

populasi tersebut. Metode pengambilan sampel

yang diambil dalam penelitian ini menggunakan

metode Purposive Sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Analisis Statistik

Deskriptif, Analisis Uji Asumsi Klasik (Uji

Normalitas Data, Multikolonieritas Data,

Autokorelasi Data, Heterokedatisitas Data) dan

Pengujian Hipotesis (Analisis persamaan regresi

linier berganda, Koefesien Determinasi (R2),

Pengujian Parsial (Uji t), dan Pengujian signifikan

simultan (Uji F)). Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan SPSS versi 25.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Komite Audit

Berdasarkan Pengolahan data statistik

dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada

perusahaan makanan & minuman sebesar 44,

nilai rata-rata komite audit sebesar 2,82, nilai

tertinggi komite audit sebesar 3 dan nilai terendah

komite audit sebesar 2 serta untuk standar deviasi

komite audit sebesar 0,390. Sementara itu nilai

range disini merupakan nilai selisih nilai

maksimum dan nilai minimum yaitu sebesar 1

Financial Stability

Berdasarkan Pengolahan data statistik

dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada

perusahaan makanan & minuman sebesar 44,

nilai rata-rata financial stability sebesar 0,083,

nilai tertinggi financial stability sebesar 0,38 dan

nilai terendah financial stability sebesar -0,35

serta untuk standar deviasi financial stability

sebesar 0,12459. Sementara itu nilai range disini

merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai

minimum yaitu sebesar 0,73.

External Pressure

Berdasarkan Pengolahan data statistik

dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada

perusahaan makanan & minuman sebesar 44,

nilai rata-rata External Pressure sebesar 0,4180,

nilai tertinggi External Pressure sebesar 0,64 dan

nilai terendah External Pressure sebesar 0,15

serta untuk standar deviasi External Pressure

sebesar 0,15134. Sementara itu nilai range disini

merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai

minimum yaitu sebesar 0,49.

Page 6: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

38 | P a g e

Financial Targets

Berdasarkan Pengolahan data statistik

dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada

perusahaan makanan & minuman sebesar 44,

nilai rata-rata financial targets sebesar 0,1641,

nilai tertinggi financial targets sebesar 0,71 dan

nilai terendah financial targets sebesar 0,03 serta

untuk standar deviasi financial targets sebesar

0,14644. Sementara itu nilai range disini

merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai

minimum yaitu sebesar 0,68.

Nature of Industry

Berdasarkan Pengolahan data statistik

dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada

perusahaan makanan & minuman sebesar 44,

nilai rata-rata nature of industry sebesar 5185,70,

nilai tertinggi nature of industry sebesar 15484

dan nilai terendah nature of industry sebesar 1086

serta untuk standar deviasi nature of industry

sebesar 3468,826. Sementara itu nilai range disini

merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai

minimum yaitu sebesar 14398.

Ineffective Monitoring

Berdasarkan Pengolahan data statistik

dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada

perusahaan makanan & minuman sebesar 44,

nilai rata-rata ineffective monitoring sebesar

0,4059, nilai tertinggi ineffective monitoring

sebesar 0,67 dan nilai terendah ineffective

monitoring sebesar 0,33 serta untuk standar

deviasi ineffective monitoring sebesar 0,10135.

Sementara itu nilai range disini merupakan nilai

selisih nilai maksimum dan nilai minimum yaitu

sebesar 0,34.

Organizational Structure

Berdasarkan Pengolahan data statistik

dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada

perusahaan makanan & minuman sebesar 44,

nilai rata-rata organizational structure sebesar

2,82, nilai tertinggi organizational structure

sebesar 1 dan nilai terendah organizational

structure sebesar 0 serta untuk standar deviasi

organizational structure sebesar 0,487. Sementara

itu nilai range disini merupakan nilai selisih nilai

maksimum dan nilai minimum yaitu sebesar 1.

Rasionalisasi

Berdasarkan Pengolahan data statistik

dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada

perusahaan makanan & minuman sebesar 44,

nilai rata-rata rasionalisasi sebesar - 5103,23,

nilai tertinggi rasionalisasi sebesar 12454 dan

nilai terendah rasionalisasi sebesar -85215 serta

untuk standar deviasi rasionalisasi sebesar

14343,57. Sementara itu nilai range disini

merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai

minimum yaitu sebesar 97669.

Kecurangan Laporan Keuangan

Berdasarkan Pengolahan data statistik

dapat diketahui bahwa jumlah nilai N pada

perusahaan makanan & minuman sebesar 44,

nilai rata-rata kecurangan keuangan

(discretionary accrual) sebesar 19,3284, nilai

tertinggi kecurangan keuangan (discretionary

accrual) sebesar 106 dan nilai terendah

kecurangan keuangan (discretionary accrual)

sebesar -83 serta untuk standar deviasi

kecurangan keuangan (discretionary accrual)

sebesar 41,63199. Sementara itu nilai range disini

merupakan nilai selisih nilai maksimum dan nilai

minimum yaitu sebesar 189.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah data kontinu berdistribusi normal atau

tidak. Sehingga apabila data kontinu telah

berdistribusi normal maka bisa dilanjutkan ke

tahap berikutnya yaitu uji validitas, uji-t, korelasi

dan regresi dapat dilaksanakan. Untuk menguji

apakah data bersifat normal atau tidak maka

peneliti menggunakan analisa Kolmogorov-

Smirnov dan P-P Plot . Dari tabel One Sample

Kolmogrof-Smirnov Test diperoleh angka

probabilitas atau Asymp. Sig (2-tailed) sebesar

0,200 lebih besar dari 0,05 (0,200 > 0,05). Maka

sesuai dengan pengambilan keputusan dalam uji

normalitas menggunakan Kormogorov-Smirnov

diatas, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal. Dengan demikian, asumsi atau

persyaratan normalitas dalam model regresi

sudah terpenuhi.

Uji Multikolinearitas

Uji multikoliniearitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terdapat

korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel bebas. Deteksi multikolonieritas dapat

dilakukan dengan menganalisis besaran matriks

korelasi antar variabel independen dan dengan

melihat nilai tolerance dan lawannya VI seperti

sebagai berikut :

Page 7: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

39 | P a g e

1. Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10

maka diartikan bahwa tidak terjadi

multikolonieritas.

2. Jika nilai tolerance < 0.10 dan VIF > 10

maka diartikan bahwa terjadi

multikolonieritas (Sulistyowati, 2017).

Berdasarkan pengolahan data dapat

disimpulkan, bahwa dalam hasil analisis uji

multikolonieritas variabel adalah nilai VIF untuk

variabel Komite Audit (X1) dan Fraud Tringale

(X2-X8) adalah 1,945 ; 1,266 ; 1,688 ; 2,007 ;

1,620 ; 1,946 ; 3,095 ; 2,041 kurang dari 10,00 (<

10,00), kemudian nilai tolerance untuk variabel

Komite Audit dan Fraud Triangle adalah 0,514 ;

0,79 ; 0,592 ; 0,498 ; 0,617 ; 0,514 ; 0,323 ;

0,490 lebih besar dari 0,10 (> 0,10). Jika dilihat

dari kriteria pengambilan keputusan dalam uji

multikolonieritas maka dapat disimpulkan bahwa

antar variabel independen tidak terjadi gejala

multikolinearitas dalam model regresi.

Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variabel dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varian dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang

baik adalah yang tidak terdapat

heterokedastisitas. Pengaruh adanya

heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik pengujian

heteroskedastisitas. (Sulistyowati, 2017). Untuk

mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas

dalam model persamaan regresi dapat

menggunakan gambar/chart model scatterplot

dengan program SPSS. Dasar pengambilan

keputusan yaitu :

1. Jika pola tertentu seperti titik – titik yang ada

membentuk suatu pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar, kemudian

menyempit) maka telah terjadi

heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik –

titik menyebar diatas dan dibawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Berdasarkan Hasil Pengolahan, dapat

diketahui bahwa tidak ada pola yang jelas serta

titik-titik menyebar secara acak diatas dan

dibawah angka nol pada sumbu Y. Sehingga

sesuai pengambilan keputusan dalam uji

heterekedastisitas dapat disimpulkan bahwa

regresi yang dihasilkan tidak terjadi

heterokedastisitas.

Uji Autokorelasi

Pengujian ada atau tidaknya autokorelasi

dilakukan dengan menggunakan metode Durbin-

Watson.

Berdasarkan Hasil Pengolahan diperoleh

nilai DW dari model regresi adalah 1,780 dengan

jumlah variabel bebas (K) = 8 dan jumlah

sampel (N) = 44, berdasarkan tabel Durbin

Watson diperoleh dL = 1,1252 dan dU = 1,9646.

Maka nilai DW sebesar 1,780 lebih besar dari dL

dan lebih kecil dari dU yakni sebesar 1,9646.

Sesuai dengan pengambilan keputusan uji

autokorelasi nilai 1,1252 < d (1,780) < dl

(1,9646) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi autokorelasi positif.

Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini

menggunakan analisis regresi linier berganda.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui

pengaruh beberapa variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y). Analisis linier

berganda dilakukan dengan uji koefisien

determinasi, uji-t dan uji-F.

Analisis Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan metode

analisis regresi linear berganda yang bertujuan

untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan)

linear antara dua variabel atau lebih. Metode ini

digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh komite audit dan fraud triangle terhadap

kecurangan laporan keuangan (DACCt). Adapun

model yang digunakan dari regresi linear

berganda yaitu:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5

+ b6 X6 + b7 X7 + b8 X8+ e

Dari hasil regresi diatas dapat disimpulkan

sebagai berikut :

Y= a + b1X1 + b2X2 + b2X2 + b3X3 + b4X4+

b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8+ e

Y= -65.837 + 28.420 X1 + 163.021 X2 + 46.383

X3 + 7.222 X4 - 0.002 X5 - 35.340 X6 - 3.517 X7

+ 0.001 X8+ e

Persamaan regresi diatas dapat

diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar -65.837, artinya jika

Komite Audit (X1) dan Fraud Triangle (X2-

X8) nilainya adalah 0, maka Kecurangan

Laporan Keuangan (Y) nilainya sebesar -

65.837.

Page 8: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

40 | P a g e

2. Koefesien regresi variabel Komite Audit (X1)

sebesar 28.420, artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan Komite

Audit mengalami kenaikan 1%, maka

Kecurangan Laporan Keuangan (Y) akan

mengalami kenaikan sebesar 28.420 atau

2842% (2842%). Koefesien bernilai positif

artinya terjadi pengaruh positif antara

independen dengan variabel dependen

semakin naik Komite Audit maka Kecurangan

Laporan Keuangan akan semakin naik pula,

begitupun sebaliknya.

3. Koefesien regresi variabel Financial Stability

(X2) sebesar 163.021, artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan Financial

Stability mengalami kenaikan 1%, maka akan

meningkatkan Kecurangan Laporan Keuangan

(Y) sebesar 163.021 atau 16302%.

4. Koefesien regresi variabel External Pressure

(X3) sebesar 46.383, artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan Financial

Stability mengalami kenaikan 1%, maka akan

meningkatkan Kecurangan Laporan Keuangan

(Y) sebesar 46,383 atau 4638,3%.

5. Koefesien regresi variabel Financial Targets

(X4) sebesar 7,222, artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan Financial

Stability mengalami kenaikan 1%, maka akan

meningkatkan Kecurangan Laporan Keuangan

(Y) sebesar 7,222 atau 722,2%.

6. Koefesien regresi variabel Nature of Industry

(X5) sebesar -0.002, artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan Financial

Stability mengalami kenaikan 1%, maka akan

meningkatkan Kecurangan Laporan Keuangan

(Y) sebesar -0.002 atau -0,2%.

7. Koefesien regresi variabel Ineffective

Monitoring (X6) sebesar -35,340, artinya jika

variabel independen lain nilainya tetap dan

Financial Stability mengalami kenaikan 1%,

maka akan meningkatkan Kecurangan

Laporan Keuangan (Y) sebesar -35,340 atau -

3534%.

8. Koefesien regresi variabel Organizational

Structure (X7) sebesar -3,517, artinya jika

variabel independen lain nilainya tetap dan

Organizational Structure mengalami kenaikan

1%, maka akan meningkatkan Kecurangan

Laporan Keuangan (Y) sebesar -3,517 atau -

351,7%.

9. Koefesien regresi variabel Rasionalisasi (X8)

sebesar 0.001, artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan

Rasionalisasi mengalami kenaikan 1%, maka

akan meningkatkan Kecurangan Laporan

Keuangan (Y) sebesar 0.001 atau 0.1%.

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi Adjusted R

Square sebesar 0,242 atau 24,2% hal ini berarti

bahwa variabel Komite Audit (X1) dan variabel

Fraud Triangle (X2-X8) secara simultan

berpengaruh terhadap variabel Kecurangan

Laporan Keuangan (Y) sebesar 24,2% dan

sisanya sebesar 75,8% dipengaruhi oleh faktor

lain di luar penelitian ini. Maka sesuai pengambilan keputusan koefesien determinasi penelitian ini memiliki pengaruh yang cukup berarti

Uji Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan

mengenai suatu hal yang dibuat untuk

menjelaskan suatu hal yang sering dituntut untuk

melakukan pengecekan nya. Uji signifikasi

pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen secara parsial menggunakan uji t dan

secara simultan menggunakan uji F. Untuk

mengetahui terdapat pengaruh Komite Audit dan

Fraud Triangle terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan.

Uji Statistik T (Parsial)

Hasil dari uji statistik t (parsial) adalah

sebagai berikut:

Berdasarkan nilai signifkansi (Sig.):

1. Berdasarkan Hasil Pengolahan

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Komite Audit terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,159. Karena nilai Sig. 0,159 >

probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa H1 ditolak, artinya variabel Komisaris

Komite Audit (X1) tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel Kecurangan

Laporan Keuangan (Y).

2. Berdasarkan Hasil Pengolahan

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Financial Stability terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,002. Karena nilai Sig. 0,002 <

probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa H1 diterima, artinya variabel Financial

Stability (X2) berpengaruh signifikan terhadap

variabel Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

3. Berdasarkan Hasil Pengolahan

Page 9: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

41 | P a g e

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel External Pressure terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,335. Karena nilai Sig. 0,335 >

probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa H1 ditolak, artinya variabel External

Pressure (X3) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Kecurangan Laporan

Keuangan (Y).

4. Berdasarkan Hasil Pengolahan

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Financial Targets terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,893. 0,893 > probabilitas 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,

artinya variabel Financial Targets (X4) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel

Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

5. Berdasarkan Hasil Pengolahan

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Nature of Industry terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,368. Karena nilai Sig. 0,368 >

probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa H1 ditolak, artinya variabel Nature of

Industry (X5) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Kecurangan Laporan

Keuangan (Y).

6. Berdasarkan Hasil Pengolahan

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Ineffective Monitoring terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,645. Karena nilai Sig. 0,645 >

probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa H1 ditolak, artinya variabel Ineffective

Monitoring (X6) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Kecurangan Laporan

Keuangan (Y).

7. Berdasarkan Hasil Pengolahan

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Organizational Structure

terhadap Kecurangan Laporan Keuangan. Dari

tabel tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,861. Karena nilai Sig. 0, 861 >

probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa H1 ditolak, artinya variabel

Organizational Structure (X7) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel

Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

8. Berdasarkan Hasil Pengolahan

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Rasionalisasi terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. diketahui

nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,318. Karena

nilai Sig. 0,318 > probabilitas 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak, artinya

variabel Rasionalisasi (X8) tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel Kecurangan

Laporan Keuangan (Y).

Uji F (Simultan)

Berdasarkan Hasil Pengolahan

memperlihatkan hasil pengujian secara simultan

antara variabel Komite Audit (X1) dan Fraud

Triangle (X2-X8) terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan (Y). Dari tabel tersebut diketahui nilai

signifikansi (Sig.) sebesar 0,019. Karena nilai Sig.

0,019 < probabilitas 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa H8 diterima, artinya variabel

Komite Audit (X1) dan Fraud Triangle (X2-X8)

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

variabel Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

PEMBAHASAN

Pengaruh Komite Audit Terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil uji secara parsial yang

sudah dilakukan diketahui bahwa nilai

signifikansi (Sig.) sebesar 0,159. Karena nilai

Sig. 0,159 > probabilitas 0,05, dan juga

berdasarkan perbandingan t hitung dan t tabel,

dapat diketahui nilai t hitung variabel Komite

Audit (X1) sebesar 1,439 dan t tabel sebesar

2,973. Karena nilai t hitung 1,439 < t tabel 2,028,

maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,

artinya variabel Komite Audit (X1) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel

Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

Pengaruh Financial Stability Terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil uji secara parsial yang

sudah dilakukan diketahui bahwa nilai signifikansi

(Sig.) sebesar 0,002. Karena nilai Sig. 0,002 <

probabilitas 0,05, dan juga berdasarkan

perbandingan t hitung dan t tabel, dapat diketahui

nilai t hitung variabel Financial Stability (X2)

sebesar 3,266 dan t tabel sebesar 2,973. Karena

nilai t hitung 3,266 < t tabel 2,973, maka dapat

disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya variabel

Financial Stability (X2) berpengaruh signifikan

terhadap variabel Kecurangan Laporan Keuangan

(Y).

Page 10: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

42 | P a g e

Pengaruh External Pressure Terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil uji secara parsial yang

sudah dilakukan diketahui bahwa nilai signifikansi

(Sig.) sebesar 0,002. Karena nilai Sig. 0,002 <

probabilitas 0,05, dan juga berdasarkan

perbandingan t hitung dan t tabel, dapat diketahui

nilai t hitung variabel external pressure (X2)

sebesar 3,266 dan t tabel sebesar 2,973. Karena

nilai t hitung 3,266 < t tabel 2,973, maka dapat

disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya variabel

external pressure (X2) berpengaruh signifikan

terhadap variabel Kecurangan Laporan Keuangan

(Y).

Pengaruh Financial Targets Terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil uji secara parsial

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Financial Targets terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,893 0,893 > probabilitas 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak, artinya

variabel Financial Targets (X4) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel

Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

Pengaruh Nature of Industry Terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil uji secara parsial

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Nature of Industry terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar

0,368. Karena nilai Sig. 0,368 > probabilitas 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,

artinya variabel Nature of Industry (X5) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel

Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil uji secara parsial

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Ineffective Monitoring terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar

0,645. Karena nilai Sig. 0,645 > probabilitas 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,

artinya variabel Ineffective Monitoring (X6) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel

Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

Pengaruh Organizational Structure Terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil uji secara parsial

memperlihatkan hasil pengujian secara parsial

antara variabel Organizational Structure terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Dari tabel

tersebut diketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar

0,861. Karena nilai Sig. 0, 861 > probabilitas

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1

ditolak, artinya variabel Organizational Structure

(X7) tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

Pengaruh Rasionalisasi Terhadap Kecurangan

Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil uji secara parsial

diketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,318.

Karena nilai Sig. 0,318 > probabilitas 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak,

artinya variabel Rasionalisasi (X8) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel

Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

Pengaruh Rasionalisasi Terhadap Kecurangan

Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil uji secara Simultan

memperlihatkan hasil pengujian secara simultan

antara variabel Komite Audit (X1) dan Fraud

Triangle (X2-X8) terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan (Y). Dari tabel tersebut diketahui nilai

signifikansi (Sig.) sebesar 0,019. Karena nilai Sig.

0,019 < probabilitas 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa H8 diterima, artinya variabel

Komite Audit (X1) dan Fraud Triangle (X2-X8)

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

variabel Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya

maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian

mengenai pengaruh Komite Audit dan Fraud

Triangle terhadap Kecurangan Laporan

Keuangan pada perusahaan Makanan dan

Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) periode 2015-2018. Penelitian ini

menggunakan alat uji analisis regresi linier

berganda, yaitu software SPSS versi 25. Hasil

analisis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Page 11: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

43 | P a g e

pada 11 perusahaan sektor Makanan dan

Minuman yang terdaftar di BEI periode 2015-

2018, maka dapat disimpulkan bahwa Komite

Audit tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap Kecurangan laporan Keuangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

pada 11 perusahaan sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI periode 2015-

2018, dan dari 7 variabel pembentuk Fraud

Triangle hanya variabel financial stability yang

memiliki pengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

tinggi atau rendahnya nilai financial stability dari

tahun ke tahun yang dimiliki 11 perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI

periode 2015-2018 berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan. Nilai rasio

financial stability dapat menjamin dan dijadikan

indikator terjadinya kecurangan laporan

keuangan. Semakin besar nilai rasio financial

stability maka semakin besar pula kecurangan

laporan keuangan yang terjadi di perusahaan

tersebut. Sedangkan variabel lain pembentuk

fraud triangle seperti external pressure, financial

targets, nature of industry, ineffective monitoring,

organizational structure dan rasionalisasi

menunjukkan tidak adanya pengaruh yang

signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

pada 11 perusahaan sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI periode 2015-

2018, maka dapat disimpulkan bahwa Komite

Audit dan Fraud Triangle secara simultan

memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan.

Saran

Berdasarkan hasil-hasil penelitian diatas,

berikut ini beberapa saran yang berkaitan dengan

hasil penelitian yang diperoleh antara lain:

1. Penelitian ini hanya mengukur Komite Audit

dan Fraud Triangle dengan menggunakan

indikator proxy yang seperti biasa, maka

disarankan peneliti selanjutnya untuk

menggunakan proxy lain secara lengkap untuk

mengetahui pengaruhnya.

2. Penelitian ini hanya mengambil sampel

perusahaan makanan dan minuman,

disarankan peneliti selanjutnya dapat

menggunakan ruang lingkup penelitian yang

lebih luas dengan mengambil sampel

perusahaan sektor lain untuk memperoleh

hasil pengaruhnya.

3. Penelitian ini hanya mengukur financial

stability, external pressure, financial targets,

nature of industry, ineffective monitoring,

organizational structure, dan rasionalisasi,

disarankan peneliti selanjutnya agar dapat

mengukur fraud triangle dengan menggunakan

rasio lain seperti Quality of External Audit

(CPA), Change in Auditor (AUD), Frequent

Number of CEO’s Pictures (CEO) dan masih

banyak lagi.

4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah

satu bahan pertimbangan untuk berinvestasi,

disarankan bagi investor dalam melakukan

investasi sebaiknya memperhatikan informasi

dalam laporan keuangan, khususnya fraud

triangle yang diukur dengan rasio-rasio

sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan investasi dan untuk

mengetahui ada tidaknya kecurangan dalam

pelaporan keuangan

DAFTAR PUSTAKA

Ansar & Masaong. (2011). Manajemen Berbasis

Sekolah. Gorontalo: Sentra Media.

Assosiation of Certified Fraud Examiners

(ACFE). (1998). Report on the Nation

on Occupational Fraud Abuse.

http://www.cfenet.com/acfefraud.2010.pdf/

(Diakses 16 Februari 2020)

Bapepam. (2004). Peraturan IX.I.5. Pembentukan

dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite

Audit. Jakarta: Badan Pengawas Pasar

Modal

Beneish, D.M, Nichols, C.D. (2005). “Earning

Quality and Future Returns: The Relation

between Accruals and the Probability of

Earnings Manipulation”

Chtourou et al. (2001). Corporate

Governance and Earnings Management.

Working Paper. Universite Laval, Quebec City,

Canada.

Cressey, D. (1953). Other people’s money,

dalam: “Detecting and Predicting

Financial Statement Fraud: The

Effectiveness of The Fraud Triangle and

SAS No. 99

Diaz Priantara. (2013). Fraud Auditing &

Investigation, Mitra Wacana Media,

Jakarta

Edi, Elis Victoria. (2018). Pembuktian Fraud

Triangle Theory Pada Financial Report

Quality. Jurnal Benefitas. 3(3): 380-395.

Page 12: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

44 | P a g e

Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen.

(2004). Akuntansi Intermediate, Jakarta:

Salemba Empat.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete

(8 ed.). Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Handoko, Bambang Leo, Kinanti Ashari

Ramadhani. (2017). Pengaruh

Karakteristik Komite Audit, Keahlian

Keuangan dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Kemungkinan Kecurangan

Laporan Keuangan. Derema Jurnal

Manajemen. 12(1): 86-113

Haniffa, R. & Hudaib M. (2006). Exploring the

ethical identity of Islamic banks via

communication in annual reports. Journal

of Business Ethics, 76(1), 97- 116.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory

of the Firm: Managerial Behavior, Agency

Costs and Ownership Structure. Journal of

Financial Economics, V. 3, No. 4, 305-

360.

Prasmaulida, S. (2016). Financial Statement

Fraud Detection Using Perspective of

Fraud Triangle Adopted by SAS No. 99.

Asia Pacific Fraud Journal, 1(2), 317.

Pratiya, Mutiara Ayu Mindita, Budi Susetyo dan

Abdulloh Mubarok. (2018). Pengaruh

Stabilitas Keuangan, Target Keuangan,

Tingkat Kinerja, Rasio Perputaran Aset,

Keahlian Keuangan Komite Audit, dan

Profitabilitas Terhadap Fraudulent

Financial Statement. Permana. 10(1): 116-

131

Priswita, Feby, Salma Taqwa. (2019). Pengaruh

Corporate Governance Terhadap

Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal

Eksplorasi Akuntansi. 1(4): 1705- 1722

Rahayu S. (2009). Pengembangan Model Sistem

Informasi Rumah Sakit Pada Instalasi

Radiologi Rawat Jalan Untuk Mendukung

Evaluasi Pelayanan Di RS Paru DR. Ario

Wirawan Salatiga. Tesis. Semarang:

Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP.

Rachmawati, K.K. (2014). Pengaruh Faktor-

faktor dalam Perspektif Fraud Triangle

Terhadap Fraudulent Financial Reporting.

Skripsi Programs Sarjana Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro Semarang, 1-56

Ratmono, Dwi, Yuvita Avrie Diany, Agus

Puswanto. (2017). Dapatkah Teori Fraud

Triangle Menjelaskan Kecurangan Dalam

Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan

Auditing. 14(2): 100-117

Reskino, Muhammad Fakhri Anshori. (2016).

Model Pendeteksian Kecurangan Laporan

Keuangan Dengan Analisis Fraud

Triangle. Jurnal Akuntansi

Multiparadigma. 7(2): 256-269

Setiawan, Ilham, Yeasy Darmayanti, Ethika.

(2019). Determinan Financial Statement

Fraud dengan Menggunakan Pendekatan

Fraud Triangle. Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Akuntansi. 13(1): 1-18.

Skousen et al. (2009). Journal of Corporate

Governance and Firm Performance. Vol.

13h.53-81

Skousen, C.J., K.R. Smith, dan C.J. Wright. 2009.

Detecting and Predicting Financial

Statement Fraud: The Effectiveness of The

Fraud Triangle and SAS no. 99. “Journal

of Corporate Governance and Firm

Performances, Vol 13, h. 53-81

Spathis, C. T. (2012). Detecting false financial

statements using published data: some

evidence from Greece. Managerial

Auditing Journal, 17(4), 179- 191.

Sugiyono. (2016). Metode penelitian Pendidikan

Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Suhaya, Dessy Ariska, Fahmi Rizani. (2017).

Determinan Financial Statement Fraud

dengan Analisis Fraud Triangle Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-

2015. Simposium Nasional Akunansi. 20:

1-26

Sulistyanto, H. Sri. (2018). Manajemen Laba,

Teori dan Model Empiris. Jakarta:

Grasindo.

Suliyanto (2018). Metode Penelitian Bisnis,

Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Penerbit Andi:

Yogyakarta

Manurung, D.T.H. and N. Hadian. (2013).

“Detection Fraud of Financial Statement

with Fraud Triangle”. Proceedings of 23rd

International Business Research

Conference. Marriott Hotel: Melbourne,

Australia.

Mulford.Charles.W, dan Eugene. E. Comiskey.

(2010). Deteksi Kecurangan Akuntansi The

Final Number Game Penerjemah Aurolla

Saparini. Jakarta: PPM. Manajemen

Utama, I Gusti Putu Oka Surya; I. Wayan

Ramantha, I. Dewa Nyoman Badera. 2018.

Analisis Faktor-faktor Dalam Perspektif

Fraud Triangle Sebagai Prediktor

Fraudulent Financial Reporting. E-Jurnal

Page 13: PENGARUH KOMITE AUDIT DAN FRAUD TRIANGLE TERHADAP

Vol. 17 No. 1 Februari 2021 ISSN : 1693-9549

45 | P a g e

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,

Vol. 7, No. 1: 251-278.

Wahyuni, & Budiwitjaksono, G. S. (2017). Fraud

Triangle Sebagai Pendeteksi Kecurangan

Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi, XXI

(01), 47–61.

Wicaksono, S., G. (2015). Mekanisme corporate

governance dan kemungkinan kecurangan

dalam pelaporan keuangan (Studi Empiris

pada Perusahaan Non keuangan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

Semarang. Universitas Diponegoro

Wicaksono, Gregorius Satrio dan Anis Chariri,

(2015). “Mekanisme Corporate

Governance dan Kemungkinan

Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan”

Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 1-

12

Widarti. (2015). Pengaruh Fraud Triangle

terhadap Deteksi Kecurangan Laporan

Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Jurnal Manajemen dan Bisnis

Sriwijaya, Vol. 13 No. 2, 229-244.

Widyastuti, T. (2009). Pengaruh struktur

kepemilikan dan kinerja keuangan

terhadap manajemen laba: studi pada

perusahaan manufaktur di BEJ. Jurnal

Maksi 9 (1): 30–41

Yesiariani, Merissa, Isti Rahayu. (2017). Deteksi

Financial Statement Fraud: Pengujian

Dengan Fraud Diamond. Jurnal Akuntansi

& Auditing Indonesia. 21(1): 49-60