41
PENGARUH INFORMATION TECHNOLOGY RELATEDNESS TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Penelitian terhadap Perusahaan Perbankan di Jawa Tengah) Abstract The principal purpose of this study was to examine the influence of information technology (IT) relatedness with corporate performance. Measurement of IT relatedness uses a reflective second-order factor modeling approach for capturing complementarities among the four dimensions of IT relatedness (IT strategy making processes, IT vendor management processes, IT human resource management processes and IT infrastructure ). Based on the resource-based view of diversification and the economic theory of complementarities, the two major sources of cross-unit IT synergy in the corporate was the relatedness and complementarity of IT resources. According RBV concept, the use of IT relatedness as a complementarity unit create super- additive value synergies and be used as competitive sustainability advantage to improve corporate performance Collecting data in this research, by a survey of 93 office manager branch banking in Central Java. Data analysis uses Structural Equation Model (SEM) with the program SmartPLS (Partial Least Square). The findings are the information technology relatedness influence positively to corporate performance as hypothesized. The diversification level of the product moderates the relationship between IT relatedness and corporate performance. It can be concluded that the super-additive value synergies arising from the use of a complementary set of IT resources and management processes have significant effects on corporate performance. Keywords: Information Technology Relatedness, Product diversification level, Corporate Performance, Second Order Construct, Partial Least Square. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompleks menuntut adanya berbagai perubahan terhadap praktek bisnis yang telah dilakukan. Perubahan ini dilakukan dengan tujuan 1

PENGARUH INFORMATION TECHNOLOGY ... · Web viewPerubahan ini dilakukan dengan tujuan agar organisasi bisnis tetap berjalan dan bahkan dapat meningkatkan kinerja bisnisnya (Sigalotang,

  • Upload
    buithu

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH INFORMATION TECHNOLOGY RELATEDNESS TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

(Penelitian terhadap Perusahaan Perbankan di Jawa Tengah)

Abstract

The principal purpose of this study was to examine the influence of information technology (IT) relatedness with corporate performance. Measurement of IT relatedness uses a reflective second-order factor modeling approach for capturing complementarities among the four dimensions of IT relatedness (IT strategy making processes, IT vendor management processes, IT human resource management processes and IT infrastructure). Based on the resource-based view of diversification and the economic theory of complementarities, the two major sources of cross-unit IT synergy in the corporate was the relatedness and complementarity of IT resources. According RBV concept, the use of IT relatedness as a complementarity unit create super-additive value synergies and be used as competitive sustainability advantage to improve corporate performance

Collecting data in this research, by a survey of 93 office manager branch banking in Central Java. Data analysis uses Structural Equation Model (SEM) with the program SmartPLS (Partial Least Square).

The findings are the information technology relatedness influence positively to corporate performance as hypothesized. The diversification level of the product moderates the relationship between IT relatedness and corporate performance. It can be concluded that the super-additive value synergies arising from the use of a complementary set of IT resources and management processes have significant effects on corporate performance.

Keywords: Information Technology Relatedness, Product diversification level, Corporate Performance, Second Order Construct, Partial Least Square.

Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompleks menuntut adanya berbagai

perubahan terhadap praktek bisnis yang telah dilakukan. Perubahan ini dilakukan dengan

tujuan agar organisasi bisnis tetap berjalan dan bahkan dapat meningkatkan kinerja

bisnisnya (Sigalotang, Pontoh dan Syahrir, 2006). Hal ini dapat dilihat dari perubahan di

sekitar kita, misalnya fenomena banyaknya fasilitas layanan berbasis teknologi yang

disediakan oleh bank berupa automatic teller machine (ATM), phonebanking,

internetbanking, mobile banking (m-banking), payment point dan lain sebagainya. Ini

1

menunjukkan bahwa peranan sistem informasi menjadi semakin meningkat mengikuti

teknologi informasi (McLeod, 1996).

Semakin pentingnya teknologi informasi bagi keberhasilan organisasi secara

keseluruhan memperluas peran fungsi sistem informasi. Teknologi informasi telah

memainkan peran stratejik dan signifikan dalam organisasi (Wade dan Hulland, 2004).

Terbukti dengan alokasi lebih dari 50 persen investasi modal perusahaan-perusahaan

yang ada di Amerika Serikat dan 4.2 persen dari pendapatan tahunan mereka untuk

teknologi informasi (Weill dan Ross, 2004 dalam Tanriverdi, 2006). Demikian pula

investasi teknologi informasi di Indonesia, khususnya pada bidang perbankan dengan

banyaknya penyediaan fasilitas layanan berbasis teknologi untuk mendukung

operasionalnya menunjukkan bahwa bank mengalokasikan investasi yang relatif tinggi

dalam teknologi informasi. Bahkan anggaran dana untuk investasi teknologi informasi

pada salah satu bank di Indonesia mencapai 200 juta dolar Amerika (Departemen

Keuangan Republik Indonesia, 2006).

Investasi tersebut mendorong perusahaan untuk mempelajari teknologi informasi

agar dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga memberikan dampak positif

terhadap kinerja (Lestari, 2007). Pengaturan dan pengelolaan teknologi informasi dalam

perusahaan memiliki implikasi penting bagi kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan sinergi lintas unit (Sambamurthy dan Zmud, 1999).

Berdasarkan diversifikasi resource-based view (RBV) dan teori ekonomi

complementarities, sumber utama sinergi lintas unit pada perusahaan adalah resource

relatedness dan resource complementarity (Tanriverdi dan Venkatraman, 2005).

Keduanya masing-masing mampu menciptakan sinergi lintas unit (Farjoun, 1998).

Sinergi tersebut dapat membentuk sub additive cost dan nilai super additive.

2

Sinergi sub additive cost timbul dari dimensi-dimensi individual information

technology relatedness (ITR) yang terkait dengan biaya produksi. Ketika unit-unit bisnis

dalam perusahaan menggabungkan biaya produksi atas penggunaan dimensi individual

information technology relatedness yaitu: information technology strategy making

processes, information technology vendor management processes, information

technology human resource management processes dan information technology

infrastructure antar unit bisnisnya maka akan menghasilkan biaya produksi yang lebih

kecil sehingga menciptakan sinergi sub additive cost.

Sinergi nilai super additive timbul dari complementarity empat aspek dimensi

information technology relatedness. Karena nilai gabungan dari penggunaan

complementarity information technology relatedness dalam unit bisnis lebih besar dari

penjumlahan nilai-nilai individual information technology relatedness. Eksploitasi

sinergi lintas unit dari pengelolaan teknologi informasi tersebut akan berpengaruh secara

positif terhadap kinerja perusahaan (Tanriverdi dan Venkatraman, 2005).

Dalam konsep resource-based view, ketika perusahaan menerapkan empat

dimensi information technology relatedness sebagai satuan komplementer, maka menjadi

sukar untuk ditiru perusahaan lain (Tanriverdi dan Venkatraman, 2005).

Complementarity information technology relatedness tersebut kemudian dapat

diterapkan oleh perusahaan yang bersangkutan sebagai competitive sustainability

advantage sehingga mampu meningkatkan kinerja perusahaan (Roy dan Aubert, 1999).

Konsep bahwa information technology relatedness berpengaruh terhadap kinerja

seperti tersebut diatas didukung oleh hasil penelitian, diantaranya Tanriverdi (2005)

menunjukkan bahwa sinergi dari information technology relatedness unit-unit bisnis

meningkatkan knowledge management capability lintas unit perusahaan. Kemudian

3

knowledge management capability dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Sehingga information technology relatedness secara tidak langsung memiliki pengaruh

yang signifikan pada kinerja melalui knowledge management capability.

Penelitian yang menguji pengaruh information technology relatedness terhadap

kinerja perusahaan dengan tingkat diversifikasi produk sebagai variabel moderating

belum banyak di Indonesia. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh

Tanriverdi (2006), yang meneliti pengaruh kinerja dari information technology

relatedness pada perusahaan multibisnis. Tanriverdi (2006) juga menguji peran moderasi

tingkat diversifikasi perusahaan dan model pengelolaan teknologi informasi terhadap

pengaruh antara information technology relatedness dengan kinerja perusahaan.

Pada perusahaan multibisnis, tingkat diversifikasi mengacu pada bagaimana

perusahaan beroperasi pada segmen bisnis (industri) yang berbeda-beda. Sehingga

meningkatnya tingkat diversifikasi perusahaan dapat menghambat pengaruh information

technology relatedness ke kinerja perusahaan (Palepu, 1985). Sedangkan pada

perbankan, pemanfaatan teknologi informasi untuk menciptakan produk funding

merupakan salah satu upaya diversifikasi produk. Semakin tinggi diversifikasi produk,

memungkinkan suatu bank mengeksploitasi lebih terhadap penggunaan complementarity

information technology relatedness dan proses manajemen dalam memaksimalkan hasil

yang diperoleh. Sehingga tingkat diversifikasi produk perbankan dapat memoderasi

hubungan antara information technology relatedness dan kinerja perusahaan.

Penelitian ini menguji pengaruh information technology relatedness yang terdiri

dari empat dimensinya terhadap kinerja perusahaan (corporate performance) dan

menguji kekuatan moderasi variabel tingkat diversifikasi produk terhadap hubungan

antara information technology relatedness terhadap kinerja perusahaan.

4

Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

Resource Based View (RBV)

Teori yang mendasari penelitian ini adalah Efficiency-based View yang lebih

sering dikenal Resource-based View (RBV). RBV dapat diartikan sebagai model berbasis

sumber daya yang fokus pada pengembangan atau perolehan sumber daya dan

kapabilitas berharga yang sulit atau tak mungkin ditiru oleh pesaing (Hamdan, 2007).

Dierickx dan Cool dalam Roy dan Aubert (1999) berargumen Resource-based

View adalah jika perusahaan memiliki sumber daya yang sukar untuk ditiru atau

diggantikan dan kemudian dapat diterapkan sebagai suatu competitive strategies, dimana

perusahaan lain tidak dapat menerapkan strategi yang sama karena tidak mempunyai

akses atas equivalent set of resources tersebut. Sehingga secara implisit, argumentasi ini

berasumsi perusahaan memiliki proses tertentu atas sumber dayanya sehingga dapat

digunakan secara efektif untuk mencapai tujuan strategis. Postulat inti teori Resource-

based View ini adalah sumber daya dan kemampuan inti perusahaan dapat menghasilkan

competitive sustainability advantage yang mampu meningkatkan kinerja perusahaan

(Roy dan Aubert, 1999). Hal ini dapat difokuskan pada pertimbangan strategis

perusahaan ketika mengembangkan dan menggunakan “skills or knowledge sets” yang

terdiri atas sistim informasi organisasi (Quinn dan Hilmer dalam Roy dan Aubert, 1999).

Berdasarkan teori RBV, penelitian ini mengidentifikasi information technology

relatedness dengan empat dimensinya dapat menjadi sumber daya dan kapabilitas yang

berharga, jarang dan sulit untuk ditiru oleh para pesaing karena memberikan nilai unik

sebagai kesatuan sumber daya complementarity ketika diterapkan pada suatu perusahaan.

Sebagai satuan set sumber daya complementarity, information technology relatedness

menciptakan sinergi nilai super- additive (Barua dan Whinston, 1998 dalam Tanriverdi,

5

2006). Peningkatan sinergi nilai super-additive yang timbul dari penggunaan satuan

complementarity dari sumber daya teknologi informasi dan proses manajemen

mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Tanriverdi, 2006).

Pengaruh Information Technology Relatedness terhadap Kinerja

Berdasarkan diversifikasi RBV, jika suatu sumber daya tidak strategis,

relatedness nya tidak dapat menciptakan sinergi lintas unit yang strategis. Karenanya,

diversifikasi RBV mengusulkan sebagai fakta bahwa relatedness dari suatu sumber daya

yang nonstrategic tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan (Farjoun, 1994; Robin

dan Wiersema, 1995). Namun, sebagai sistem pelengkap, empat dimensi information

technology relatedness menjadi lebih berharga, jarang dan sukar untuk ditiru. Suatu

satuan komplementer sumber daya menyediakan nilai unik pada perusahaan. Ketika

membandingkan sinergi yang timbul dari resource relatedness, sinergi yang meningkat

dari resource complementarity adalah jauh lebih sulit untuk diamati dan ditiru

(Tanriverdi dan Venkatraman, 2005). Pesaing pada umumnya kekurangan tinjauan

strategis ke masa depan untuk mengakui complementarity (Milgrom dan Roberts, 1995).

Sekalipun pesaing dengan sukses mengenali complementarity, kemudian

menirunya dengan sukses, pesaing harus membuat perubahan systemic pada ke-empat

dimensi information technology relatedness unit bisnis secara serempak. Terkaitan

dengan complementarity, kegagalan implementasi pada satu dimensi akan secara negatif

mempengaruhi kegagalan implementasi dari dimensi lain, sehingga mendorong pada

arah kegagalan dari keseluruhan usaha untuk meniru (Milgrom dan Roberts, 1995).

Pengaruh information technology relatedness terhadap kinerja nampaknya akan

tergantung pada complementarity empat dimensi information technology relatedness.

6

Dalam hal ini penggunaan complementarity dari empat dimensi information technology

relatedness dapat menciptakan sinergi nilai super-additive. Complementarity information

technology relatedness tersebut kemudian mampu diterapkan oleh perusahaan yang

memiliki proses tertentu atas sumber dayanya sebagai competitive sustainability

advantage sehingga mampu meningkatkan kinerja perusahaan (Roy dan Aubert, 1999).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanriverdi (2006) memperoleh bukti bahwa

information technology relatedness berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

perusahaan. Sehingga hipotesis pertama penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Information technology relatedness berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan.

Pengaruh Information Technology Relatedness terhadap Kinerja dengan Tingkat

Diversifikasi Produk sebagai Moderator

Penggunaan teknologi informasi semakin penting karena tren bisnis perbankan

saat ini tidak mengandalkan pada pendapatan bunga semata namun sudah ditambah

dengan fee based income (Supriyanto, 1996). Hal itulah yang mendorong pemanfaatan

teknologi informasi dalam perbankan untuk menciptakan produk funding guna

meningkatkan penghimpunan dana. Ansoff dalam Jauh L. dan Glueck W. (1997)

menyebutkan salah satu alternatif perusahaan dalam merencanakan bentuk diversifikasi

dapat melalui terciptanya fungsi baru berupa produk yang sama atau mirip jenisnya.

Diversifikasi tersebut dapat dipandang sebagai cara untuk mengubah pusat biaya internal

yang sekarang menjadi penghasil laba serta dapat diorientasikan pada nonproduk (jasa).

Dengan adanya diversifikasi produk jasa perbankan, memungkinkan bank

mengeksploitasi lebih terhadap penggunaan complementarity information technology

7

relatedness dan proses manajemen dalam memaksimalkan hasil yang diperoleh dari

menciptakan produk yang beragam ini. Misalnya keinginan bank untuk memperkuat

posisi dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dengan menggunakan diversifikasi

produk, akan memaksa bank untuk meningkatkan dan mempererat hubungan kerjasama

dengan para vendor dalam outsourcing information technology, meningkatkan koordinasi

strategi lintas unit bisnis, semakin memanfaatkan infrastruktur teknologi informasi yang

ada dalam perusahaan serta kesiapan sumber daya manusia dalam menunjang

keberhasilan kinerja (Hapsari, 2004). Sehingga diharapkan meningkatkan sinergi nilai

yang diperoleh dari complementarity information technology relatedness.

Hubungan diversifikasi produk terhadap kinerja pada beberapa penelitian

terdahulu dapat dikatakan tidak konsisten, dimana diversifikasi produk dapat menjadi

faktor independen, namun ada pula yang menempatkannya sebagai moderator bagi

kinerja (Hoopes, 1999). Hasil penelitian Tanriverdi (2006) mendukung variabel tingkat

diversifikasi perusahaan (merupakan tingkat diversifikasi un related) sebagai variabel

moderating dalam pengaruh information technology relatedness terhadap kinerja.

Dalam penelitian ini, strategi diversifikasi produk perbankan akan lebih

meningkatkan sinergi penggunaan complementarity information technology relatedness

yang ada dalam suatu bank karena sinergi nilai yang muncul untuk penggunaan

complementarity information technology relatedness relatif akan lebih meningkat

dibandingkan dengan ketika bank tidak mempunyai diversifikasi produk yang beragam.

H2: Hubungan positif information technology relatedness terhadap kinerja

perusahaan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat

diversifikasi produk perbankan.

Model penelitian dapat dilihat dalam Gambar 1 pada lampiran

8

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing dan tipe hubungan antar

variabel dalam penelitian ini adalah kausalitas.

Populasi dan Prosedur Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan kantor cabang perbankan di

Jawa Tengah, (kantor cabang utama dan kantor cabang pembantu) yang termasuk dalam

kategori bank umum (bank pemerintah dan bank swasta). Perusahaan kantor cabang

perbankan diproksikan melalui pimpinan kantor cabang perbankan.

Penelitian ini menggunakan metode sensus dengan mengirimkan kuesioner

melalui pos dan penyampaian langsung kepada keseluruhan populasi yaitu sejumlah 250

kantor cabang perbankan di Jawa Tengah. Data nama bank dan alamat kantor cabang

diperoleh dari Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah. Jumlah tersebut merupakan jumlah

seluruh bank cabang yang ada di Jawa Tengah yang masih aktif sampai dengan 31 Juli

2007. Meskipun demikian penelitian ini hanya dapat menganalisis 93 kantor cabang

perbankan di Jawa Tengah sehubungan dengan jumlah kuesioner yang dapat digunakan.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian menggunakan instrumen yang telah digunakan pada

penelitian sebelumnya. Tanriverdi (2006); Tanriverdi dan Venkatraman (2005) dan

Hongxin Zao dan Yadong Luo (2002).

Information Technology Relatedness

Pengukuran dari information technology relatedness mengikuti Tanriverdi dan

Venkatraman (2005), dan Tanriverdi (2006) yaitu dengan menggunakan

complementarity dari empat dimensi. Untuk menangkap complementarity antara empat

9

dimensi information technology relatedness tersebut menggunakan suatu pendekatan

model reflective secon order factor.

Information technology relatedness perusahaan didefinisikan sebagai penggunaan

infrastruktur teknologi informasi dan proses manajemen teknologi informasi secara

bersama antar unit-unit bisnis yang terdiri dari, relatedness of information technology

strategy making processes, relatedness of information technology vendor management

processes, relatedness of information technology human resource management

processes, relatedness of information technology infrastructure (Tanriverdi, 2006). Total

ukuran untuk keempat dimensi information technology relatedness sejumlah 19 item

pertanyan yang dikembangkan oleh Tanriverdi (2006). Ukuran tersebut masing-masing

didasarkan pada tanggapan subyek terhadap serangkaian item yang menggunakan skala

lima poin, yang dimulai dari: 1 (didesain spesifik untuk semua atau hampir semua unit-

unit bisnis), 2 (didesain spesifik untuk sebagian besar unit-unit bisnis), 3 (netral; didesain

spesifik dan umum untuk unit-unit bisnis), 4 (didesain umum untuk sebagian besar unit-

unit bisnis), 5 (didesain umum untuk semua atau hampir semua unit-unit bisnis).

Masing-masing dimensi dalam information technology relatedness didefinisikan

sebagai berikut :

1. Dimensi information technology strategy making processes fokus pada penggunaan

dari proses managerial umum yang memungkinkan meningkatkan koordinasi strategi

teknologi informasi pada lintas unit bisnis : sebagai contoh, proses umum untuk

merumuskan strategi teknologi informasi (Segars dan Grover, 1998), menyesuaikan

bisnis dan strategi teknologi informasi (Sabherwal dan Chan, 2001), mengelola

hubungan antara unit bisnis dan teknologi informasi (Henderson, 1990 dalam

Tanriverdi, 2006), serta penanam modal dalam teknologi informasi (Weill dan

10

Broadbent, 1998 dalam Tanriverdi, 2006). Ukuran untuk mewakili dimensi ini

berjumlah 3 item pertanyaan seperti “strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk

berinvestasi dalam teknologi informasi”. Jawaban 1 = berarti strategi dalam

berinvestasi teknologi informasi akan lebih spesifik untuk diarahkan pada unit-unit

bisnis dan sebaliknya mendekati menjawab 5 = berarti strategi dalam berinvestasi

teknologi informasi lebih umum untuk semua unit-unit bisnis.

2. Dimensi information technology vendor management processes fokus pada

penggunaan tujuan strategis umum dan proses manajemen vendor yang mungkin

meningkatkan koordinasi hubungan information technology vendor dan peningkatan

kekuatan negosiasi perusahaan terhadap information technology vendor: sebagai

contoh, tujuan strategis umum untuk memasuki hubungan vendor, proses yang umum

untuk negosiasi, deal making, deal management (Brown dan Ross, 2003). Ukuran

untuk dimensi ini dengan menggunakan 4 item pertanyaan. Diantara pertanyaan yang

diajukan adalah “Proses yang digunakan oleh perusahaan untuk bernegosiasi dan

membuat kesepakatan dengan vendor teknologi informasi dan penyedia jasa”,

apabila jawaban angka 1 maka berarti dalam bernegosiasi dengan vendor teknologi

informasi untuk setiap unit-unit bisnis akan lebih bervariasi sesuai dengan kebutuhan

masing-masing unit dan sebaliknya mendekati jawaban 5 = berarti dalam

bernegosiasi dengan vendor teknologi informasi lebih untuk semua unit-unit bisnis

secara umum.

3. Dimensi information technology human resource management processes fokus pada

penggunaan dari proses information technology human resource (IT-HR) umum

yang mungkin membuka peluang suatu perusahaan untuk mengeksploitasi

ketrampilan teknologi informasinya dan know how pada lintas berbagai unit bisnis:

11

sebagai contoh, perekrutan, pelatihan, motivasi dan retention processes (Agarwal dan

Ferratt, 2002). Untuk mengukurnya dengan menggunakan 5 item pertanyaan,

diantaranya dengan pertanyaan “Proses yang digunakan oleh perusahaan untuk

mengidentifikasi dan menerima kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)

teknologi informasi”. Semakin ke arah jawaban angka 5 maka dalam rekruitment

SDM teknologi informasi akan lebih didesain secara umum untuk semua unit-unit

bisnis dalam perusahaan.

4. Dimensi information technology infrastructure fokus pada penggunaan dari

perangkat keras umum, perangkat lunak dan teknologi komunikasi pada lintas unit

bisnis (Weill dan Broadbent, 1998 dalam Tanriverdi, 2006). Dalam dimensi ini

diukur dengan menggunakan 7 item pertanyaan. Beberapa pertanyaan yang diajukan

adalah: “Kebijakan yang digunakan oleh perusahaan untuk mengatur infrastruktur

teknologi informasi antar unit bisnis; standar software, hardware dan komunikasi

teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan untuk unit-unit bisnisnya”.

Semakin ke arah jawaban angka 5 maka infrastruktur teknologi informasi dan standar

software, hardware serta standar komunikasi teknologi informasi perusahaan akan

lebih didesain secara umum untuk semua unit-unit bisnis dalam perusahaan.

Tingkat Diversifikasi Produk

Tingkat diversifikasi produk dalam penelitian ini juga dikenal sebagai variabel

moderating yang diartikan sebagai tingkat pengembangan produk yang memperhatikan

tingkat teknologi yang digunakan, keinovatifan, kesesuaian terhadap kebutuhan

pelanggan, harga, keunggulan dibanding pesaing, dengan melihat pada kemampuan

bisnis yang dimiliki perusahaan dan memperhatikan produk pesaing sehingga merupakan

karakteristik produk dari perusahaan itu sendiri (Hongxin Zao dan Yadong Luo, 2002).

12

Instrumen variabel tingkat diversifikasi produk dikembangkan oleh Hongxin Zao

dan Yadong Luo (2002). Terdiri dari 5 item pertanyaan dengan menggunakan skala likert

5 poin dimulai dari nilai 1 jika sangat tidak setuju hingga nilai 5 jika sangat setuju.

Pertanyaan yang diajukan diantaranya “Perusahaan melakukan pengembangan produk

(jasa yang ditawarkan) dengan memperhatikan tingkat peran teknologi dalam produk

(jasa)”. Jawaban dengan angka 1 berarti sangat tidak setuju menunjukkan bahwa

perusahaan tidak melakukan pengembangan produk (jasa yang ditawarkan) kepada

nasabah perusahaan (bank) dengan memperhatikan tingkat peran teknologi. Demikian

sebaliknya, semakin mendekati angka 5 berarti sangat setuju menunjukkan perusahaan

melakukan pengembangan produk (jasa yang ditawarkan) kepada pelanggan dengan

sangat memperhatikan tingkat peran teknologi.

Kinerja Perusahaan (Corporate Performance)

Kinerja perusahaan mencakup kinerja perusahaan secara keseluruhan sehingga

dihasilkan ukuran kinerja yang obyektif (Govindarajan dan Fisher, 1990). Instrumen ini

dikembangkan oleh Govindarajan dan Fisher (1990) berupa kinerja persepsian dengan

membandingkan kinerja yang dicapai saat ini dan standar kinerja yang telah ditargetkan

perusahaan. Instrumen ini diukur dengan 9 item yang menggunakan skala lima poin,

dimulai dari 1 (signifikan di bawah standar kinerja) sampai 5 (signifikan di atas standar

kinerja). Beberapa pertanyaan yang diajukan selain yang tercakup dalam kinerja finansial

adalah bagaimanakah pencapaian kinerja relatif perusahaan bapak/ibu dari aspek

pengembangan produk baru, market share, market development saat ini dibandingkan

dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Aspek-aspek pengembangan produk

baru, market share dan market development dengan skala rendah (1) menunjukkan

bahwa kinerja dalam bidang itu relatif dibawah standar kinerja yang telah ditetapkan dan

13

sebaliknya skala tinggi (5) menunjukkan pencapaian kinerja dalam bidang

pengembangan produk baru, market share dan market development relatif diatas standar

kinerja yang telah ditetapkan.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan pendekatan Structural Equation

Model (SEM) dengan menggunakan software Partial Least Square (PLS).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Responden

Kuesioner yang kembali dalam penelitian ini sebanyak 104, terdiri dari 29

kuesioner melalui pos dan 75 kuesioner yang diambil langsung. Dari jumlah kuesioner

yang kembali, terdapat 11 kuesioner yang unusable. Sehingga total yang digunakan

untuk pengolahan data sebanyak 93 kuesioner. Tingkat pengembalian (response rate)

sebesar 41,60% (104/250), tingginya respon rate tersebut dikarenakan sebagian besar

kuesioner yang kembali adalah atas penyampaian secara langsung sehingga dapat

melakukan contact person kepada pihak bank yang bersangkutan.

Uji Non-Response Bias (T-Test) Berdasarkan Cara Pengiriman

Untuk mengantisipasi adanya perbedaan respon atas cara pengiriman dilakukan

uji non response bias, sedangkan atas jangka waktu pengembalian dalam penelitian ini

tidak dilakukan uji non response bias karena tidak terdapat kuesioner yang kembali

setelah tanggal cut off. Sehingga uji non response bias hanya dilakukan antara respon

jawaban yang dikirim melalui pos (diterima melalui pos) dengan penyampaian langsung

(diambil secara langsung). Rekapitulasi hasil uji non response bias berdasarkan cara

pengiriman dapat dilihat pada tabel 1 dalam lampiran.

14

Kesimpulan yang dapat diambil jawaban responden menunjukkan hasil yang

tidak bias, oleh karena itu dapat diolah secara bersama-sama antara jawaban kuesioner

yang dikirim melalui pos maupun jawaban kuesioner yang disampaikan secara langsung.

Deskripsi Variabel Penelitian

Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian disajikan dalam tabel statistik

deskriptif (tabel 2) dalam lampiran.

Analisis Data

Setelah melakukan penilaian fit model dengan menilai outer model atau

measurement model dan menilai inner model atau structural model, diperoleh full model

sem yang dapat dilihat dalam gambar 2 dalam lampiran. Dengan kesimpulan bahwa

model telah mempunyai convergent validity yang baik dan variabel independen mampu

menjelaskan variabilitas variabel dependennya sebesar 49,4%.

Pengujian Hipotesis

Dapat dilihat dari besarnya nilai T-statistik. Batas untuk menolak dan menerima

hipotesis yang diajukan adalah ± 1,660 signifikan pada p<0,05 (1-tailed). Hasil estimasi t-

statistik dapat dilihat pada result for inner weight tabel 3 dalam lampiran. Sedangkan tabel 4

dalam lampiran merupakan ringkasan hasil pengujian hipotesis.

Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap dua (2) hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berhasil

diterima. Pembahasan berikut ini bertujuan untuk menjelaskan secara teoritis dan

dukungan empiris terhadap hasil pengujian hipotesis dan analisis pengaruhnya.

Pengaruh Information Technology Relatedness terhadap Kinerja Perusahaan

Penerimaan hipotesis 1 (H1) mengindikasikan bahwa complementarity empat

dimensi information technology relatedness berpengaruh positif terhadap kinerja

15

perusahaan. Information technology adalah item investasi yang relatif tinggi pada

perbankan, terbukti dengan alokasi dana pengembangan sistem information technology

pada salah satu perbankan di Indonesia tahun 2008 mencapai 20 juta dolar Amerika akan

digunakan untuk pembenahan jaringan, pelatihan SDM, pengelolaan manajemen hingga

menjalin kerjasama dengan operator seluler dalam rangka penyediaan fasilitas electronic

delivery channel yang diharapkan mendorong kinerja perusahaan (Okezone.com, 2007).

Hasil penelitian ini konsisten dengan Tanriverdi (2006) sekaligus memperkuat

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Powell dan Micallef (1997) dalam

Hapsari (2005) yang menyatakan bahwa information technology performance

berpengaruh positif terhadap kinerja. Dengan demikian, pengaruh positif dan signifikan

information technology relatedness terhadap kinerja perusahaan melalui pendekatan

model reflective secon order factor terbukti. Hal tersebut mengindikasikan pengelolaan

sumber daya teknologi informasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini

infrastruktur, strategi, sumber daya manusia dan vendor akan mampu menciptakan

sinergi nilai super-additive dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

Pengaruh Information Technology Relatedness terhadap Kinerja Perusahaan

dengan Tingkat Diversifikasi Produk sebagai variabel moderating.

Hipotesis 2 (H2) didukung oleh hasil penelitian ini. Hal ini berarti jika semakin

tinggi penggunaan teknologi informasi dalam industri perbankan untuk menciptakan

produk (jasa) baru, akan semakin dapat meningkatkan kinerja.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Tanriverdi (2006) yang

menyatakan ketika tingkat diversifikasi perusahaan meningkat justru pengaruh sinergi

information technology terhadap kinerja menjadi lebih lemah atau bertanda negatif.

Artinya hasil penelitian ini dengan hasil Tanriverdi (2006) sama-sama menyatakan

16

bahwa tingkat diversifikasi signifikan memoderasi pengaruh antara information

technology relatedness terhadap kinerja perusahaan, tetapi moderasi tersebut dalam

Tanriverdi (2006) bertanda negatif sementara dalam penelitian ini bertanda positif.

Perbedaan tersebut dikerenakan definisi tingkat diversifikasi dalam penelitian ini

berbeda dengan definisi tingkat diversifikasi dalam penelitian Tanriverdi (2006). Dalam

Tanriverdi (2006) tingkat diversifikasi mengacu pada Palepu (1985) yaitu tingkat dimana

perusahaan beroperasi pada segmen bisnis (dalam hal ini indusri) yang terpisah secara

serempak. Perbedaan definisi tingkat diversifikasi adalah terkait dengan ketidaksesuaian

penggunaan definisi tingkat diversifikasi Palepu (1985) untuk digunakan dalam

penelitian ini, sehingga kemudian definisi tingkat diversifikasi Hongxin Zao dan Yadong

Luo (2002) dianggap lebih relevan dengan objek penelitian ini yaitu perbankan.

Dalam Tanriverdi (2006) dinyatakan meningkatnya tingkat diversifikasi akan

meningkatkan banyaknya segmen bisnis dimana perusahaan beroperasi dan akan

membatasi kemampuan perusahaan untuk mengkoordinir sumber daya information

technology dan proses manajemen pada lintas bisnis perusahaan. Perusahaan yang

tumbuh dengan memperoleh bisnis lain yang tidak terkait tersebut sering mengalami

permasalahan dalam mengintegrasikan infrastruktur information technology yang

berlainan dari bisnis yang diperoleh dengan infrastruktur information technology

perusahaan (Weill dan Broadbent 1998 dalam Tanriverdi, 2006). Kultur yang berbeda

dalam interaksi antara para manajer sistem informasi dan manajer bisnis dari tingkat

yang berbeda serta tingkat penggunaan information technology yang berbeda pada

strategi bisnis dapat menghalangi usaha pengintegrasian (Sambamurthy dan Zmud

1999). Karenanya, terus meningkatnya tingkat diversifikasi, menjadi lebih sulit suatu

17

perusahaan untuk mengubah sinergi information technology lintas unit dalam hasil

kinerja.

Hal demikian apabila dikaji dari sudut pandang strategi merupakan diversifikasi

unrelated karena apabila mendefinisikan perusahaan yang didiversifikasi sebagai

perusahaan yang beroperasi dalam lebih dari satu kelompok industri, kita bergantung

pada kriteria yang umum digunakan tentang banyaknya produk berbeda yang diproduksi.

Sehingga apabila jumlah definisi perbedaan Standard Industrial Classification (SIC)

tentang produk meningkat, maka diversifikasi dianggap juga harus meningkat. Dengan

kata lain diversifikasi meningkat apabila produk semakin tidak berkaitan. Dalam definisi

diversifikasi seperti ini tidak mengakui aspek diversifikasi yang berorientasi pada

nonproduk atau jasa (Jauh L. dan Glueck W, 1997)

Ukuran diversifikasi Hongxin Zao dan Yadong Luo (2002) dalam penelitian ini

diterapkan pada perbankan yang dianggap melakukan diversifikasi related karena

perbankan melakukan pengembangan produk melalui penciptaan produk funding yang

masih saling terkait. Hasil penelitian membuktikan tingkat diversifikasi produk dapat

memoderasi pengaruh antara ITR terhadap kinerja perusahaan. Sehingga dapat dikatakan

konsisten dengan penelitian Rumelt dalam Jauh L. dan Glueck W (1997), dimana Rumelt

meneliti 250 perusahaan di Amerika Serikat pada tahun 1969 dengan hasil bahwa kinerja

terendah adalah pada perusahaan dengan diversifikasi unrelated sedangkan perusahaan

yang terdiversifikasi related mempunyai kinerja tertinggi.

Salah satu alasan yang disampaikan Drucker dalam Jauh L. dan Glueck W

(1997), perusahaan melakukan strategi diversifikasi adalah karena tekanan eksternal

berupa tersedianya teknologi perusahaan yang mendukung kemungkinkan

dikembangkannya produk yang dapat memberi harapan. Hal ini berarti teknologi dalam

18

perbankan akan digunakan untuk mengembangkan produk-produk (jasa pelayanan)

untuk mengubah teknologi dalam perbankan yang semula sebagai pusat biaya internal

menjadi penghasil laba. Hal ini tentu akan berdampak pada kinerja perbankan.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini berusaha menguji pengaruh information technology relatedness

terhadap kinerja perbankan di Jawa Tengah dan menguji variabel tingkat diversifikasi

produk sebagai variabel moderating antara information technology relatedness dengan

kinerja. Dari hasil pengujian SEM (Structural Equation Modeling) dengan menggunakan

SmartPLS, hasil penelitian berhasil mendukung kedua hipotesis yang diajukan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Tanriverdi (2006) yang

menjelaskan peningkatan sinergi nilai super-additive timbul dari penggunaan kesatuan

komplementer sumber daya teknologi informasi lintas unit mempunyai pengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun tidak untuk variabel tingkat diversifikasi

produk sebagai moderating. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin meningkatnya

tingkat diversifikasi produk perbankan akan meningkatkan pengaruh information

technology relatedness ke kinerja. Perbedaan tersebut disebabkan berbedanya objek

penelitian dan perbedaan penggunaan definisi tingkat diversifikasi itu sendiri.

Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan metode mail survey sehingga hanya mampu

menganalisis sebagian populasi mengakibatkan tujuan menggunakan sensus tidak

dapat terpenuhi.

19

2. Keakuratan jawaban pengisian kuesioner, karena kemungkinan responden salah

dalam mempersepsikan maksud yang sebenarnya atau karena kemungkinan adanya

kelemahan dalam penerjemahan instrumen dari Tanriverdi (2006), yang

menyebabkan terjadinya perubahan dalam arti sebenarnya yang ingin dicapai.

3. Keterbatasan peneliti untuk dapat mengetahui dengan pasti bahwa seluruh kuesioner

yang digunakan benar-benar diisi oleh pihak yang dituju dalam penelitian ini, karena

peneliti menggunaan asumsi kuesioner yang kembali dan dinyataan diisi oleh

pimpinan cabang bank yang bersangkutan dianggap sudah memenuhi persyaratan

kecuali dinyatakan diisi oleh pihak lain maka tidak digunakan.

Saran

Penelitian mendatang ketika menggunakan objek penelitian perbankan, akan

lebih representatif jika menggunakan bank kantor pusat karena kebijakan information

technology perbankan ada pada kantor pusat. Perlu juga menjadi agenda penelitian

mendatang dengan melakukan pengembangan instrumen penelitian, seperti

penggabungan beberapa penelitian Tanriverdi yang telah disebutkan dalam referensi.

20

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, R., and Ferratt, T. W. 2002. “Enduring Practices for Managing IT Professionals”. Communications of the ACM (45:9), pp. 73-79

Brown, C. V., and Ross, J. W. 2003. “Designing a Process-Based IT Organization”. Information Strategy (19:4), pp. 35-41

Depertemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2006. ”Belenja TI Bank BUMN Dievaluasi”. http://www.google.com

Farjoun, M. 1994. ”Beyond Industry Boundaries:Human Expertise, Diversification and Resource-Related Industry Group”. Organization Science (5:2), pp. 185-199

______. 1998. “The Independent and Joint Effects of the Skill and Physical Bases of

Relatedness in Diversification”. Strategic Management Journal (19:7), pp. 611-630

Ghozali, I. 2006. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Govindarajan and Fisher.1990. “Strategy, Control Systems and Resource Sharing: Effects On Business-Unit Performance”. Academy of Management Journal, (33), pp. 259-285

Hamdan, A.. 2007. “Mampukah Anda Menuangkan Ide atau Gagasan”. http://www.sukabumikota.go.id

Hapsari, Mirma. 2004. Pengaruh teknologi informasi berbasis sumber daya terhadap kinerja perusahaan (Studi Empiris pada Bank Umum di Jawa Tengah). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Dipononegoro (Tidak Dipublikaskan)

Hongxin, Zhao. and Luo, Yadong. 2002. ”Product diversification, ownership structure, and subsidiary performance in China’s dynamic market”. Management International Review; First Quarter; Vol.42.pp. 27-86

Hoopes, David G. 1999. ”Measuring geographic diversification and product diversification”. Management International Review, Third Quarter, Vol.39, pp. 277-292

Jauh, Lawrence R. dan Glueck, William F.. 1997. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Terjemahan, Edisi Ketiga

21

Lestari. 2007. “Pengaruh Information Technology Relatedness Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Knowledge Management Capability Sebagai Variabel Intervening (Kajian Empiris Pada Perusahaan Perbankan Di Jawa Tengah)”. SNA 10 Makasar S1-02

McLeod. R. JR.. 1997. Management Information System: ” A Study Of Computer Based Information System”. Sixth Edition, Macmelan Publishing Company

Milgrom,P. and Roberts, J. 1995. ”Complementaries and Fit Strategy, Structure, and Organizational Change In Manufacturing”. Journal Of Accounting & Economics, (19:2/3), pp. 179-208

Okezone.com. 2007. “Dukung API, Bank Niaga Siapkan USD20 Juta”. Senin 17

desember 2007

Palepu, K. 1985. “Diversification Strategy, Profit Performance and the Entropy Measure”. Strategic Management Journal (6:3), pp. 239-255

Robins, J. and Wieserma, M. F. 1995. ”A Resource-Based Approach To The Multibusiness Firm: Empirical Analysis Of Portofoliointerrelationships and Corporate Financial Performance” Strategic Management Journal (16:4), pp. 277-299

Roy, Vital. and Aubert, Benoit. 1999. “A Resource Based View of the Information Systems Sourcing Mode”. Cirano, pp. 1-16

Sabherwal, R.. and Chan, Y. E.. 2001. “Alignment Between Business and IS Strategies: A Study of Prospectors, Analyzers, and Defenders”. Information Systems Research (12:1), pp. 11-33

Sambamurthy, V.. and Zmud, R. W.. 1999. ”Arrangements For Information Technology Governance: A Theory Of Multiple Contingencies”. MIS Quarterly, (23:2), pp. 261-290

Segars, A. H.. and Grover, V.. 1998. “Strategic Information Systems Planning Success: An Investigation of the Construct and its Measurement”. MIS Quarterly (22:2), June, pp. 139-163.

Sigalotang, W. A.. Pontoh, G. T. dan Syahrir.. 2006. “Analisis Determinan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan Bank di Kota Makasar”. Jurnal Ventura, Vol.9, No.3, Desember, pp.21-42

Supriyanto, Eko Budi. 1996. ”Potret Perbankan di Era Teknologi”. Infobank Edisi November No.203

Tanriverdi, H.. and Venkatraman, N.. 2005. ”Knowledge Relatedness and Performance Of Multibusiness Firms”. Strategic Management Journal (26:2), pp. 97-119

22

______. 2005. ”Information Technology Relatedness, Knowledge Management Capability, and Performance of Multibusiness Firms”. MIS Quarterly (29:2), pp. 331-334

______. 2006. ”Performance Effects Of Information Technology Synergies In Multibusiness Firms”. MIS Quarterly, Forthcoming

Wade, M.. and Hulland, J.. 2004. “Review: The Resource-Based View and Information Systems Research: Review, Extension, and Suggestions for Future Research”. MIS Quarterly (28:1), March, pp. 107-142

23

LAMPIRAN TABELTABEL 1.

PENGUJIAN NON RESPONSE BIAS BERDASARKAN CARA PENGIRIMAN

Varia- bel Respon n Mean

Levene TestAsumsi

t-test Kesim- pulanF Sig. t

Sig.(2-tailed)

ITRMelalui pos 21 75.19

0.20 0.888equal

variances assumed

-0.780 0.437 SamaPenyampaian Langsung 72 73.53

CPMelalui pos 21 35.62

0.772 0.382equal

variances assumed

-1.825 0.071 SamaPenyampaian Langsung 72 33.08

DIVERMelalui pos 21 19.86

2.993 0.090equal

variances assumed

-1.489 0.140 SamaPenyampaian Langsung 72 18.92

Sumber: Data primer diolah 2007TABEL 2.

STATISTIK DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN

VariabelTeoritis Sesungguhnya

Kisaran Mean Kisaran Mean SDITR 19 s/d 95 57 51 s/d 95 73.90 8.577CP 9 s/d 45 27 24 s/d 45 33.66 5.673

DIVER 5 s/d 25 15 11s/d 25 19.13 2.563Sumber : Data primer diolah 2007

TABEL 3.RESULT FOR INNER WEIGHTS

  original sample estimate

mean of subsamples

Standard deviation T-Statistic

ITR -> CP 0.327 0.338 0.108 3.031DIVER ->

CP 0.506 0.521 0.104 4.879

Sumber : Output SmartPLS 2007Tabel 4.

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Keterangan

H1Information technology relatedness berpengaruh positif dengan kinerja perusahaan.

Diterima

H2Hubungan positif information technology relatedness terhadap kinerja perusahaan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat diversifikasi produk perbankan.

Diterima

Sumber: data primer diolah 2007LAMPIRAN GAMBAR

24

Sumber : Output SmartPLS 2007

GAMBAR 1 MODEL PENELITIAN

GAMBAR 2.FULL MODEL SEM

25

IT Strategy Making Proceses

IT Vendor Management Processes

IT HR Management Processes

IT Infrastucture

Tingkat Diversifikas

i Produk

H2

H1

IT Related-ness

Kiner-

ja