4
OPEN ACCES Vol. 13No. 2: 509-512 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 509-512 Pengaruh Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Tuna dan Tepung Ikan Teri dengan Konsentrasi Berbeda terhadap Kandungan Kalsium Olahan Ikan Tuna Kering Kayu Kaleng (Effect Fortification of Tuna Fish Bone Flour and Anchovy Powder with Different Concentrations on the Calcium value of Ikan Tuna Kering Kayu Canned) Ibnu Wahab Laitupa 1 dan Azis Husen 1 1 Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate–Indoensia, Email : [email protected]; [email protected] Info Artikel: Diterima : 05 Jan. 2020 Dipublikasi : 06 Jan. 2020 Dipublikasi : 07 Jan. 2020 Artikel Penelitian Keyword: Fortification, Canned Wooden Tuna, Calcium Korespondensi: Ibnu Wahab Laitupa Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate – Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak. Sebagai provinsi yang memiliki wilayah laut yang sangat luas, Maluku Utara harus mampu menjadi provinsi yang terdepan dalam sektor hasil perikanan. Menjamurnya usaha olahan hasil perikanan yang dilakukan oleh mikro industri di Maluku Utara tentu sangat baik tetapi juga harus diikuti dengan kualitas mutu gizi dari produk yang dihasilkan. Salah satu jenis gizi yang dapat ditingkatkan kandungannya pada olahan ikan adalah kalsium, bahan yang dapat dijadikan sumber kalsium juga mudah didapatkan, seperti tepung tulang ikan tuna dan tepung ikan teri yang memiliki kandungan kalsium cukup tinggi. Pada penelitian sebelumnya diketahui fortivikasi menggunakan tepung tulang ikan tuna memberikan pengaruh paling tinggi terhadap nilai ikan tuna kering kayu kaleng yaitu rata-rata 792,9 mg per 180 gram, fortivikasi tepung ikan teri berpengaruh terhadap kalsium produk yaitu rata-rata 83,34 mg per 180 gram dan tanpa fortivikan dengan nilai kalsium rata- rata 21,6 mg per 180 mg. Akan tetapi belum dapat disimpulkan fortivikasi terbaik dan tepat untuk meningkatkan kandungan kalsium pada produk, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan konsentrasi fortivikasi yang berbeda.Penelitian dimulai dari tahap persiapan, pembuatan bahan fortivikasi, pembuatan produk, uji kalsium, uji mikrobiologi dan analisis statistik, dilakukan dengan fortivikasi sebanyak lima perlakuan yaitu tanpa fortivikasi atau 0 % (A0), fortivikasi tepung tulang ikan tuna 3 % (B1), tepung tulang ikan tuna 6% (B2), tepung ikan teri 3% (C1), tepung ikan teri 6 % (C2).Dari Hasil penelitian didapati bahwa fortivikasi dengan menggunakan tepung tulang ikan tuna sebanyak 6 % memberikan pengaruh paling tinggi terhadap peningkatan kandungan kalsium pada ikan tuna kering kayu kaleng yaitu rata-rata 7.253 ppm. Sedangkan fortivikasi menggunakan tepung ikan teri 3 % dan 6 % memberikan pengaruh terhadap peningkatan kalsium produk dengan nilai rata-rata masing-masing adalah 473 ppm dan 790 ppm.. Abstract. As a province that has a very large sea area, North Maluku must be able to become a leading province in the fishery product sector. The mushrooming of fishery product processing businesses carried out by micro-industries in North Maluku is certainly very good but it must also be followed by the nutritional quality of the products produced. One type of nutrition that can be increased in processed fish is calcium, a material that can be used as a source of calcium is also easily available, such as tuna bone meal and anchovies which have a high enough calcium content. In previous research, it was found that the use of tuna fish bone meal had a high effect on the value of canned tuna with an average of 792.9 mg per 180 grams, the fortification of anchovy flour had an effect on product calcium, which averaged 83.34 mg per 180 grams and without preparation with an average calcium value of 21.6 mg per 180 mg. However, it has not been able to reveal the best and proper fortivication to increase the calcium content of the product, so it is necessary to continue with different concentrations for activation.The research started from the preparation stage, manufacturing of fortivication materials, product manufacturing, calcium testing, microbiological testing and statistical analysis, carried out with five treatments, namely without fortivication or 0% (A0), fortivication of tuna fish bone meal 3% (B1), flour. 6% tuna bones (B2), 3% anchovy flour (C1), 6% anchovy flour (C2).From the results of the study it was found that fortivication using tuna bone meal as much as 6% had a high effect on the increase in calcium content in canned tuna with an average of 7.253 ppm. Whereas fortivication using 3% and 6% anchovy flour had an effect on the increase in product calcium with an average value of 473 ppm and 790 ppm, respectively. I. PENDAHULUAN Maluku Utaraa adalah Provinsi kelautan yang sudah tentu memiliki sumberdaya perikanan yang tinggi. Tidak hanya penangkapan, geliat usaha di bidang pengolahan hasil perikanan juga berkembang cukup pesat. Salah satu yang dapat dikembangkan adalah teknologi pengalengan hasil olahan ikan. Program Studi Teknologi Hasil

Pengaruh Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Tuna dan Tepung

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Tuna dan Tepung

OPEN ACCES

Vol. 13No. 2: 509-512 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 509-512

Pengaruh Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Tuna dan Tepung Ikan Teri dengan Konsentrasi Berbeda terhadap Kandungan Kalsium Olahan

Ikan Tuna Kering Kayu Kaleng

(Effect Fortification of Tuna Fish Bone Flour and Anchovy Powder with Different Concentrations on the Calcium value of Ikan Tuna

Kering Kayu Canned)

Ibnu Wahab Laitupa1 dan Azis Husen1

1 Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate–Indoensia, Email : [email protected]; [email protected]

Info Artikel:

Diterima : 05 Jan. 2020

Dipublikasi : 06 Jan. 2020

Dipublikasi : 07 Jan. 2020

Artikel Penelitian

Keyword:

Fortification, Canned Wooden

Tuna, Calcium

Korespondensi:

Ibnu Wahab Laitupa

Universitas Muhammadiyah

Maluku Utara, Ternate –

Indonesia

Email:

[email protected]

Copyright©

Oktober 2020 AGRIKAN

Abstrak. Sebagai provinsi yang memiliki wilayah laut yang sangat luas, Maluku Utara harus mampu menjadi

provinsi yang terdepan dalam sektor hasil perikanan. Menjamurnya usaha olahan hasil perikanan yang

dilakukan oleh mikro industri di Maluku Utara tentu sangat baik tetapi juga harus diikuti dengan kualitas mutu

gizi dari produk yang dihasilkan. Salah satu jenis gizi yang dapat ditingkatkan kandungannya pada olahan ikan

adalah kalsium, bahan yang dapat dijadikan sumber kalsium juga mudah didapatkan, seperti tepung tulang ikan

tuna dan tepung ikan teri yang memiliki kandungan kalsium cukup tinggi. Pada penelitian sebelumnya

diketahui fortivikasi menggunakan tepung tulang ikan tuna memberikan pengaruh paling tinggi terhadap nilai

ikan tuna kering kayu kaleng yaitu rata-rata 792,9 mg per 180 gram, fortivikasi tepung ikan teri berpengaruh

terhadap kalsium produk yaitu rata-rata 83,34 mg per 180 gram dan tanpa fortivikan dengan nilai kalsium rata-

rata 21,6 mg per 180 mg. Akan tetapi belum dapat disimpulkan fortivikasi terbaik dan tepat untuk

meningkatkan kandungan kalsium pada produk, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan

konsentrasi fortivikasi yang berbeda.Penelitian dimulai dari tahap persiapan, pembuatan bahan fortivikasi,

pembuatan produk, uji kalsium, uji mikrobiologi dan analisis statistik, dilakukan dengan fortivikasi sebanyak

lima perlakuan yaitu tanpa fortivikasi atau 0 % (A0), fortivikasi tepung tulang ikan tuna 3 % (B1), tepung

tulang ikan tuna 6% (B2), tepung ikan teri 3% (C1), tepung ikan teri 6 % (C2).Dari Hasil penelitian didapati

bahwa fortivikasi dengan menggunakan tepung tulang ikan tuna sebanyak 6 % memberikan pengaruh paling

tinggi terhadap peningkatan kandungan kalsium pada ikan tuna kering kayu kaleng yaitu rata-rata 7.253 ppm.

Sedangkan fortivikasi menggunakan tepung ikan teri 3 % dan 6 % memberikan pengaruh terhadap peningkatan

kalsium produk dengan nilai rata-rata masing-masing adalah 473 ppm dan 790 ppm..

Abstract. As a province that has a very large sea area, North Maluku must be able to become a leading

province in the fishery product sector. The mushrooming of fishery product processing businesses carried out

by micro-industries in North Maluku is certainly very good but it must also be followed by the nutritional

quality of the products produced. One type of nutrition that can be increased in processed fish is calcium, a

material that can be used as a source of calcium is also easily available, such as tuna bone meal and anchovies

which have a high enough calcium content. In previous research, it was found that the use of tuna fish bone

meal had a high effect on the value of canned tuna with an average of 792.9 mg per 180 grams, the fortification

of anchovy flour had an effect on product calcium, which averaged 83.34 mg per 180 grams and without

preparation with an average calcium value of 21.6 mg per 180 mg. However, it has not been able to reveal the

best and proper fortivication to increase the calcium content of the product, so it is necessary to continue with

different concentrations for activation.The research started from the preparation stage, manufacturing of

fortivication materials, product manufacturing, calcium testing, microbiological testing and statistical

analysis, carried out with five treatments, namely without fortivication or 0% (A0), fortivication of tuna fish

bone meal 3% (B1), flour. 6% tuna bones (B2), 3% anchovy flour (C1), 6% anchovy flour (C2).From the

results of the study it was found that fortivication using tuna bone meal as much as 6% had a high effect on the

increase in calcium content in canned tuna with an average of 7.253 ppm. Whereas fortivication using 3% and

6% anchovy flour had an effect on the increase in product calcium with an average value of 473 ppm and 790

ppm, respectively.

I. PENDAHULUAN

Maluku Utaraa adalah Provinsi kelautan

yang sudah tentu memiliki sumberdaya perikanan

yang tinggi. Tidak hanya penangkapan, geliat

usaha di bidang pengolahan hasil perikanan juga

berkembang cukup pesat. Salah satu yang dapat

dikembangkan adalah teknologi pengalengan

hasil olahan ikan. Program Studi Teknologi Hasil

Page 2: Pengaruh Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Tuna dan Tepung

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

510

Perikanan (THP-UMMU) Ternate sebagai program

studi yang berkaitan langsung dengan pengolahan

perikanan telah berhasil memproduksi olahan

ikan tuna kering kayu kaleng (Olahan ikan

tradisional khas Ternate sejenis rending ikan).

Setiap olahan hasil perikanan harus

memiliki kualitas yang baik untuk dikonsumsi.

Untuk mendukung kualitas dan mutu produk,

program studi THP UMMU telah banyak

melakukan penelitian mengenai kandungan gizi

maupun mikroba produk perikanan, salah satunya

yakni penelitian tentang fortivikasi tepung tulang

ikan tuna dan tepung ikan teri sebagai bahan kaya

kalsium pada produkan ikan tuna kering kayu

kaleng.

Salah satu jenis gizi yang dapat

ditingkatkan kandungannya pada olahan ikan

adalah kalsium. Kalsium merupakan mineral

esensial yang dapat berperan dalam konduksi

saraf, kontraksi otot, dan pengaliran darah

(Susanti et al, 2016) Salah satu fungsi kalsium bagi

tubuh adalah sebagai nutrisi untuk tumbuh,

menunjang perkembangan fungsi motorik agar

lebih optimal dan berkembang dengan baik.

Orang dewasa membutuhkan kalsium sebanyak

800 mg/hari. Kekurangan kalsium pada masa

pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan tulang, osteoporosis, dan

osteomalasia (Suptijah et al, 2012).

Pada penelitian sebelumnya didapati bahwa

fortivikasi menggunakan tepung tulang ikan tuna

memberikan pengaruh sangat besar pada

penambahan kalsium namun masih perlu

dilakukan lagi penelitian dengan konsentrasi

fortivikasi yang berbeda.

Berdasarkan uraian tersebut kami

menggagas sebuah penelitian yang berjudul

“Pemanfaatan Bahan Pangan Kaya Kalsium

dengan konsentrasi berbeda Sebagai Sumber

Fortivikasi pada Olahan Ikan Tuna Kering Kayu

Kaleng”. Diharapkan penelitian ini menghasilkan

formulasi fortivikasi yang tepat untuk

meningkatkan kandungan kalsium pada ikan

kering kayu kaleng.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan sejak bulan April

sampai dengan Desember 2020 Laboratorium

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan (THP)

UMMU dan Laboratorium PT. Angler

BioChemLab Surabaya. Alat yang digunakan

adalah baki, pisau, panci, kompor, oven, disc mill,

autoclave, timbangan, mesin seamer, dan

stopwatch, labu, kertas saring, erlemeyer,

spektrofotometer, pipet, tabung reaksi, dan gelas

ukur. Bahan yang digunakan adalah ikan teri,

tulang ikan tuna, ikan tuna, kaleng, NaOH,

bawang merah, bawang putih, cabai, kecap, garam,

tomat, dan air dingin, larutan standar,

, , , HCl, akuades, dan aliquot.

1. Pembuatan Tepung Ikan Teri dan Tepung Tulang

Ikan Tuna

Pembuatan bahan fortivikan diawali dengan

perebusan bahan baku (80 oC, 30 menit),

pencucian, autoclaving (121 oC,1 atm), pengecilan

ukuran 5-10 cm, perebusan (100 oC, 30 menit),

ekstraksi basa NaOH (1,5 N, 60 oC,2 jam),

pencucian, pengeringan, dan penepungan.

2. Pembuatan Ikan Tuna Kering Kayu Kaleng dan

Fortivikasi

Pembuatan ikan tuna kering kayu kaleng

yang dimulai dari persiapan bahan, pembumbuan,

pemasakan, pengisian ke dalam kaleng,

pemanasan, penutupan kaleng menggunakan

mesin seamer sekaligus exhausting, autoclaving,

pendinginan dan pelabelan.

Fortivikasi dilakukan pada saat pengisian

kaleng, sebanyak lima perlakuan yaitu tanpa

fortivikasi atau 0 % (A0), fortivikasi tepung tulang

ikan tuna 3 % (B1), tepung tulang ikan tuna 6%

(B2), tepung ikan teri 3% (C1), tepung ikan teri 6 %

(C2). Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan.

3. Analisis Kalsium (Ca)

Metode AAS dengan wet digestion (Raitz et

al, 1987) dalam (Thalib, 2009).

(a) Larutan standar :

Larutan kalsium 1000 ppm dibuat deret

standar 2,4,8 ppm. Larutan (lantan)

sebanyak 1 ml ke dalam masing-masing labu takar

dan ditambahkan akuades sampai volume 100 ml.

(b) Penetapan sampel :

HNO3, H2SO4, HClO4Pengabuan basah

menggunakan , , dan HCl.

Memasukkan 1 gram sampel ke erlemeyer 150

ml dan diberi 5 ml didiamkan selama 1

jam, ditambahkan 0,4 ml dipanaskan 30

menit. Sampel diangkat dari hotplate, diberi

larutan (1:2) sebanyak 3 ml,

kembali dipanaskan selama 15 menit,

tambahkan 2 ml akuades dan 0,6 ml HCl (pa),

dipanaskan hingga larut dan didinginkan.

Sampel diencerkan (aliquot 100 ml), disaring

dengan kertas saring Whatman No. 42 Aliquot

diambil sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam

Page 3: Pengaruh Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Tuna dan Tepung

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

511

tabung reaksi, ditambahkan akuades 4 ml serta

lantan 0,05 ml, divortex, disentrifuse dengan

kecepatan 2000 rpm selama 10 menit dan filtrat

dibaca dengan AAS dengan panjang gelombang

nm. Hasil absorbansi dibandingkan 422,7 (ג)

dengan standar Ca.

Ca (%) = (

)

x

100

Ca (mg/100g) = 5 Ca x 1000

4. Rancangan Percobaan dan Analisis data

Rancangan Percobaan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan

tiga perlakuan dan tiga ulangan. Model

matematikanya adalah : Yi j = + A1+ ij.

Kemudian dianalisis dengan menggunakan

analisis ragam.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji kandungan kalsium (Ca) pada tiga

perlakuan dengan tiga ulangan menunjukkan

hasil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Table 1. Hasil Uji ALT

Perlakuan/

Ulangan

A

(ppm)

B1

(ppm)

B2

(ppm)

C1

(ppm)

C2

(ppm)

Ulangan 1 118 4181 7272 470 773

Ulangan 2 120 5144 7199 471 802

Ulangan 3 121 4189 7288 477 794

Rata -rata 83.34 4.504 7253 7253 790

Dari Hasil ini didapati bahwa fortivikasi

dengan menggunakan tepung tulang ikan tuna

sebanyak 6 % memberikan pengaruh paling tinggi

terhadap peningkatan kandungan kalsium pada

ikan tuna kering kayu kaleng yaitu rata-rata 7.253

ppm. Sedangkan fortivikasi menggunakan tepung

ikan teri 3 % dan 6 % memberikan pengaruh

terhadap peningkatan kalsium produk dengan

nilai rata-rata masing-masing adalah 473 ppm dan

790 ppm.

Kalsium adalah mineral yang paling banyak

diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan harian kalsium

adalah 800 mg untuk dewasa di atas 25 tahun dan

1.000 mg setelah usia 50 tahun. Ibu hamil dan

menyusui harus mengkonsumsi 1.200 mg kalsium

per hari. Kebutuhan kalsium anak-anak dan

remaja meningkat sesuai usia. Sekitar 99%

kalsium berada pada jaringan tulang dan gigi,

sisanya berada di darah dan sel-sel tubuh (Shita

dan Sulistyani, 2010).

Hasil analisis statistic (anava) juga

menunjukkan perbedaan nyata yaitu kandungan

kalsium pada perlakuan fortivikasi tepung tulang

ikan tuna 6% berbeda sangat nyata terhadap

kandungan kalsium yang terkandung dalam

sampel kontrol. Dengan kandungan 1305 mg per

180 gram berat produk. Fortivikasi tepung tulang

ikan tuna 6 % telah memenuhi kebutuhan kalsium

harian manusia. Sedangka fortivikasi

menggunakan tepung ikan teri dengan jumlah

fortivikasi tinggi (6%) belum memenuhi

kebutuhan kalsium harian manusia dengan rata-

rata 790 ppm atau 142 mg per 180 gram berat

produk.

Dengan hasil yang tidak berbeda dengan

penelitian sebelumnya, kandungan kalsium pada

tepung tulang ikan tuna lebih tinggi dibandingkan

dengan tepung ikan teri walaupun dengan

konsentasi fortivikasi yang telah dinaikkan lebih

banyak. Terlihat jelas perbedaan kandungan

kalsium pada tepung tulang ikan tuna yang bahan

dasarnya murni berasal dari tulang ikan memiliki

kandungan kalsium jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan tepung ikan teri. Hal ini

karena tulang ikan adalah bahan yang memiliki

kandungan kalsium lebih banyak (Laitupa, 2019).

Riyanto (2013) [3], menjelaskan bahwa

tulang ikan tuna sebagai salah satu limbah

terbesar dari industri pengolahan ikan tuna, akan

memberikan dampak yang kurang baik terhadap

lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Tulang ikan

mengandung 60-70% mineral dengan komponen

penyusun berupa 30% protein kolagen dan

sebagian besar bioapatit, termasuk hidroksiapatit,

carbonated apatite atau dahlite. Salah satu hasil

perairan yang kaya akan kalsium adalah ikan

terutama bagian tulangnya. Kalsium dari tulang

ikan memiliki kualitas cukup bagus serta mudah

diperoleh. Salah satu pemanfaatan tulang ikan

yaitu pengolahan menjadi tepung tulang.

Pemanfaatan tepung tulang dapat dijadikan

suplemen dan obat pencegah osteoporosis

(Jiancong et al. 2010) dalam (Putranto, 2015).

Page 4: Pengaruh Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Tuna dan Tepung

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

512

Nilai derajat putih tepung tulang ikan tuna

yang dihasilkan dari berbagai perlakuan waktu

autoclaving 3 jam dan perebusan 3 kali berkisar

antara 59,3 % sampai dengan 64,8 %.

Kecenderungan nilai derajat putih yang dihasilkan

meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu

autoclaving dilakukan dan frekuensi perebusan

yang dilakukan (Trilaksani et al, 2006).

Akan tetapi, ikan teri memiliki

bioavailibilitas yang sangat baik dan bahkan

setara dengan susu, sementara bioavailibilitas

kalsium pada tulang ikan umumnya 0,86 % masuk

kategori sangat buruk dilakukan (Trilaksani et al,

2006) [5]. Sementara menurut Purnasari et al, (2016)

[6], ikan teri memiliki kandungan kalsium yang

tinggi. Ikan teri diketahui memiliki

bioavailabilitas kalsium yang baik.

Bioavailabilitas kalsium pada ikan teri setara

dengan bioavailabilitas kalsium pada susu ketika

asupan kalsium berada pada tingkat marginal.

IV. PENUTUP

fortivikasi dengan menggunakan tepung

tulang ikan tuna sebanyak 6 % memberikan

pengaruh paling tinggi terhadap peningkatan

kandungan kalsium pada ikan tuna kering kayu

kaleng yaitu rata-rata 7.253 ppm. Sedangkan

fortivikasi menggunakan tepung ikan teri 3 % dan

6 % memberikan pengaruh terhadap peningkatan

kalsium produk dengan nilai rata-rata masing-

masing adalah 473 ppm dan 790 ppm. Dengan

hasil yang tidak berbeda dengan penelitian

sebelumnya, kandungan kalsium pada tepung

tulang ikan tuna lebih tinggi dibandingkan

dengan tepung ikan teri walaupun dengan

konsentasi fortivikasi yang telah dinaikkan lebih

banyak. Penilaian terhadap fortivikasi terbaik juga

tidak bisa dilepaskan dari hasil uji organoleptik

sehingga pembahasan dan penarikan kesimpulan

terhadap formulasi terbaik dan faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas produk dapat secara

lengkap dibahas secara holistik.

REFERENSI

Shita, A. D. P., Sulistiyani. (2010). Pengaruh Kalsium Terhadap Tumbuh Kembang Gigi Geligi Anak.

Stomatognatic (J.K.G. Unej). Vo;. 7, no. 3, hal. 41

Laitupa, I. W., (2019) Pemanfaatan Bahan Pangan Kaya Kalsium (Ca) Sebagai Sumber Fortivikasi pada

Olahan Ikan Tuna Kering Kayu Kaleng. Jurnal Agribisnis Perikanan. Vol.12, no. 2, hal. 228-231.

Riyanto. B., Maddu, A., Nurrahman (2013). Materi Biokeramik Berbasis Hidroksiapatit Tulang Ikan

Tuna. JPHPI. Vol 16, no. 2, hal. 119-132

Putranto, H.M., Asikin, A.N., Kusumaningrum, I. (2015). Karakterisasi Tepung Tulang Ikan Belida

Sebagai Sumber Kalsium dengan Metode Hidrolisis Protrin. Jurnal Ziraah. Vol. 40, no. 1, hal. 11

Tangke U., Aisyah Bafagih, Ruslan A. Daeng. 2020. Teknik pembuatan tepung tulang ikan tuna pada

Kegiatan Pengabdian PPUPIK Rumah Ikan. Jurnal Dedikasi, Vol. 22, No. 1; 90-93.

Tangke U., Aisyah Bafagih, Ruslan A. Daeng. 2020. Proses Dan Prosedur Pemilihan Bahan Baku Ikan

Tuna Dan Penanganannya Pada Program Ppupik Rumah Ikan Universitas Muhammadiyah

Maluku Utara. Sinergi: Jurnal Pengabdian (e-ISSN : 2656-4661). Volume 2, No 2; 44-49.

Trilaksani, W., Salamah, E., Nabil, M., (2006). Manfaat Limbah Tulang Ikan Tuna Sebagai Sumber

Kalsium dengan Metode Hidrolisis Protein. Buletin Hasil Perikanan. Vol. 9, no.2, hal. 36-45

Purnasari, G., Briawan, D., Dwiriani, C. M. ( 2016). Asupan Kalsium dan Tingkat Kecukupan Kalsium

pada Ibu Hamil di Kabupaten Jember. Jurnal MKMI. Vol. 2, no. 4, hal. 265