155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBATIK SISWA KELAS VI SDN MOJOSONGO II SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/2011 Skripsi Oleh: Sunarmi NIM K3205024 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

  • Upload
    vananh

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR MEMBATIK SISWA KELAS

VI SDN MOJOSONGO II SEMESTER I

TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Oleh:

Sunarmi

NIM K3205024

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR MEMBATIK SISWA KELAS

VI SDN MOJOSONGO II SEMESTER I

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:

Sunarmi

NIM K3205024

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapat Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 7 November 2010

Pembimbing I

Drs. Margana, M.Sn.

NIP 19600612 199103 1 001

Pembimbing II

Adam Wahida, S.Pd, M.Sn.

NIP 19730906 200501 1 001

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 9 Desember 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn. 1.

Sekertaris : Lili Hartono, S.Sn, M.Hum. 2.

Anggota I : Drs. Margana, M.Sn. 3.

Anggota II : Adam Wahida, S.Pd, M.Sn. 4.

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP 19600727 198702 1 001

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Sunarmi, PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR MEMBATIK SISWA KELAS VI SDN MOJOSONGO II

SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta:

Oktober 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan prestasi belajar dalam

membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 %

siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat batik, (2) 70 % siswa

mampu membuat rancangan motif batik, (3) 70 % siswa mampu membatik

dengan teknik mencanting, dan (4) 70 % siswa mampu mewarnai motif batik

dengan teknik colet.

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah prestasi belajar membatik, sedangkan variabel tindakan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran CTL.

Bentuk penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan

menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, analisis, dan refleksi. Siklus I dilaksanakan 4

kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Mojosongo II Kecamatan Jebres

Surakarta yang berjumlah 36 anak. Teknik pengumpulan data variabel

peningkatan prestasi belajar membatik menggunakan model pembelajaran CTL.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, pencatatan

arsip, dokumen, tes hasil belajar, dan perekaman.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa tindakan kelas

pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar membatik: jumlah

siswa yang memperoleh nilai ≤ 66 adalah sebanyak 21 siswa atau 58,32 %,

sedangkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥ 66 adalah sebanyak 15 siswa

atau 41,66 %. Hasil penelitian siklus I menampakkan peningkatan prestasi belajar

siswa, akan tetapi peningkatan prestasi belajar siswa belum mampu memenuhi

indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu 70 %. Nilai siswa setelah dilaksanakan

penelitian siklus II dengan menerapkan model pembelajaran CTL adalah sebagai

berikut: jumlah siswa yang memperoleh nilai ≤ 66 adalah sebanyak 4 siswa atau

11,11 %, sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 66 adalah sebanyak

32 siswa atau 88,88 %. Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi

bahwa pembelajaran membatik dengan menggunakan model pembelajaran CTL

dapat meningkatkan prestasi belajar membatik siswa kelas VI SD N Mojosongo II

Kecamatan Jebres Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Sunarmi, THE APPLICATION OF CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) MODEL TO IMPROVE THE IMPROVEMENT OF

MEMBATIK LEARNING ACHIEVEMENT IN THE SIXTH GRADE

STUDENTS OF SDN II MOJOSONGO OF SEMESTER II IN THE SCHOOL

YEAR OF 2010/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty

of Surakarta Sebelas Maret University. Surakarta: October 2010.

The objective of research is to improve the learning achievement in

making fine art work membatik of VI graders of Elementary School with the

following indicators: (1) 70 % of the students are able to prepare the materials and

tools for making batik, (2) 70 % of the students are able to make batik motive, (3)

70 % of the students are able to make batik by mencanting technique, and (4) 70

% the students are able to color the batik motive using the colet tecnique.

The variable as the change target in this classroom action research is the

learning achievement of membatik, while the action variable that is used in this

research was CTL learning model.

This research is Classroom Action Research using cycle model. Each cycle

consists of 4 stages: planning, implementing, observing, analysis, and reflecting.

Cycle I was implemented in 4 meetings and cycle II is implemented in 3 meetings.

The sample of research is the VI grade students of SDN Mojosongo II Jebres

Subdistrict of Surakarta consisting of 36 students. Technique of collecting data

that is used for the improvement of membatik learning achievement variable is

CTL learning model. The techniques of collecting data are interview, observation,

archive recording, document, learning achievement test, and recording.

Based on the result of this research, it can be concluded that, the classroom

action research in cycle I shows that there is an improvement in membatik

learning achievement: there are 15 students (41.66%) obtaining ≥ 66 value, while

there are 21 students (58.32%) obtaining ≤ 66 value. The result of research on

cycle I shows the improvement of students learning achievement, but it has not

been able to meet the performance indicator of research of 70%. The students

values after the implementation of cycle II by applying the CTL learning model

are as follows: 4 students (11.11%) obtain ≤ 66 value, while 32 students (88.88%)

obtain ≥ 66 value. Thus it can be recommended that membatik learning using CTL

can improve the membatik learning achievement of the VI sixth grade students of

SDN II Mojosongo of Jebres Subdistrict, Surakarta in the school year of

2010/2010.

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada, karena waktu tidak akan

pernah terulang kembali.

Kalau pandai meniti buih, selamat badan ke seberang: jika keras mengerjakan

suatu pekerjaan yang sukar, pasti akan terlaksana apa yang diharapkan.

Kemenyan sebesar tungku, kalau dibakar tentu berbau: ilmu yang banyak itu

harus dikembangkan, agar orang lain memperolehnya.

Mudahkanlah jalan sesamamu (muslim), niscaya Allah SWT akan mempermudah

jalanmu ke surga (H.R. Buchory Moeslim)

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMABAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Kedua Orang Tuaku Bapak Muhtadi dan Ibu Tasmini, terimakasih atas doa serta

dukungan moral yang telah Bapak dan Ibu berikan.

Mas Min (Sutarmin, SE.) dan Mbak Yuni (Yuniati Listyoningsih, SE.), Mas Yono

dan Mbak Yanti terimakasih atas dukungan, dan motivasinya, adikku Muhamad

Isnaini, Siva Marela (cipa), kehadiran kalian bisa membuat aku tertawa.

Pak Lik, Bu Lik, Lastri, Mas Taufik, Mbak Yatmi, Mas Muksin, Maratus dan

Semua keluarga besarku yang ada di Nusa Tenggara Timur, terimaksaih atas doa

dan restunya.

Sahabat terbaik yang selalu ada disisiku (tata), terimakasih atas semangatnya.

Ndaru, Ambar, Bodro, Ning, Hery, Dyan, Devi, Dani, Gilang, Tugas, Udin, dan

semua teman-teman seperjuanganku Seni Rupa angkatan 2005, 2006, 2007, dan

2008, Mawar Putih: Nova, Ita, Dyah, Retno, Andri, Ika, Mbak Anis, SDN

Mojosongo II: Mbak Watik, Faisal, Pak Bambang, adiku Uppi’07,

Dwita dan Listya’06.

terimakasih atas semua bantuannya.

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan almamaterku.

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmad serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBATIK SISWA

KELAS VI SDN MOJOSONGO II SEMESTER I TAHUN AJARAN

2010/2011”

Tujuan penulisan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus

diselesaikan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan, Program Studi

Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak memerlukan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Fakultas

Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi;

2. Drs. Suparno, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Surakarta

yang telah memberikan persetujuan skripsi;

3. Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd. tim skripsi yang telah memberikan izin

penyusunan skripsi;

4. Drs. Tjahjo prabowo, M.Sn. Ketua Jurusan Program Pendidikan Seni Rupa

yang telah memberikan izin penyusunan skripsi;

5. Drs. Margana, M.Sn. pembimbing I dan Adam Wahida, S.Pd., M.Sn.

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan

kepada penulis shingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar;

6. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Seni Rupa yang dengan tulus

memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

7. Kartini Asri Sejati, S.Pd. Kepala Sekolah SDN Mojosongo II Kecamatan

Jebres Kota Surakarta yang telah memberikan layanan data dan ijin tempat

penelitian;

8. Sari Sunarni, S.Pd. dan Mariyani, S.Pd. selaku wali kelas VI SDN

Mojosongo II serta pembimbing lapangan yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi;

9. Rekan-rekan guru dan siswa siswi SDN Mojosongo II yang telah

memberikan dorongan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi;

10. Berbagai pihak yang yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dan

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah

wawasan bagi pembaca.

Surakarta, 18 November 2010

Penulis

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................. i

PENGAJUAN .................................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

PENGESAHAN ............................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

MOTTO ........................................................................................................... vii

PERSEMABAHAN ......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 8

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8

1. Model Pembelajaran Contextual teaching and learning

(CTL) ......................................................................................... 8

a. Pengertian Model Pembelajaran CTL .................................. 8

b. Tujuh Komponen dalam CTL .............................................. 10

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

3. Prestasi Belajar .......................................................................... 14

a. Pengertian Prestasi ............................................................... 14

b. Pengertian Belajar ............................................................... 15

c. Pengertian Prestasi Belajar .................................................. 15

2. Pengertian Batik ........................................................................ 17

a. Batik ..................................................................................... 17

b. Teknik Pembuatan Batik ..................................................... 18

d. Perlengkapan Untuk Membuat Batik Tulis ......................... 20

e. Proses Pembuatan Batik Tulis ............................................. 21

B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 22

BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 25

A. Seting Penelitian .......................................................................... 25

1. Tempat Penelitian ................................................................... 25

2. Waktu Penelitian ..................................................................... 25

B. Subjek Penelitian .......................................................................... 26

C. Bentuk Penelitian ......................................................................... 26

D. Sumber Data ................................................................................. 26

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 27

1. Wawancara .............................................................................. 27

2. Observasi ................................................................................. 27

3. Pencatatan Arsip dan Dokumen ............................................. 28

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

a. Arsip................................................................................. 28

b. Dokumen ......................................................................... 28

4. Tes Hasil Belajar ..................................................................... 28

5. Perekaman ............................................................................... 28

F. Indikator Ketercapaian................................................................... 28

G. Prosedur Penelitian ....................................................................... 29

1. Tahap Perencanaan Tindakan ................................................. 30

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan .................................................. 30

3. Tahap Observasi dan Analisis ................................................. 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 38

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................... 38

1. Tinjauan Historis SDN Mojosongo II ..................................... 38

2. Letak Geografis SDN Mojosongo II ....................................... 39

3. Keadaan SDN Mojosongo II ................................................... 40

a. Visi ..................................................................................... 41

b. Misi .................................................................................... 41

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian .................................................. 42

1. Tindakan Siklus I .................................................................... 43

a. Perencanaan Tindakan ....................................................... 43

b. Pelaksanaan Tindakan ....................................................... 44

1.) Pertemuan Pertama ...................................................... 44

2.) Pertemuan Kedua ......................................................... 52

3.) Pertemuan Ketiga ......................................................... 58

4.) Pertemuan Keempat ..................................................... 65

c. Observasi dan Analisis ...................................................... 69

1.) Hasil Observasi ............................................................. 69

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

2.) Pembahasan Hasil Karya Siswa Siklus I ...................... 73

3.) Hasil Analisis Pelaksanaan Siklus I .............................. 77

e. Refleksi ............................................................................... 78

2. Tindakan Siklus II ................................................................... 81

a. Perencanaan Tindakan ....................................................... 81

b. Pelaksanaan Tindakan ....................................................... 82

1.) Pertemuan Pertama ...................................................... 82

2.) Pertemuan Kedua ......................................................... 89

3.) Pertemuan Ketiga ......................................................... 100

c. Observasi dan Analisis ...................................................... 105

1.) Hasil Observasi ............................................................. 105

2.) Pembahasan Hasil Karya Siswa Siklus II ..................... 108

3.) Hasil Analisis Pelaksanaan Siklus II ............................ 113

d. Refleksi .............................................................................. 115

C. Diskripsi Antar Siklus ................................................................... 118

1. Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sebelum Tindakan .............. 118

2. Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sesudah Dilaksanakan

Tindakan Siklus I ..................................................................... 119

3. Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sesudah Dilaksanakan

Tindakan Siklus II ................................................................... 121

4. Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sebelum dan Sesudah

Dilaksanakan Tindakan Siklus I dan II .................................... 122

D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 126

1. Hasil dan Proses Pembelajaran ................................................. 126

a. Prestasi Belajar ...................................................................... 126

b. Proses Pembelajaran .............................................................. 126

c. Media Pembelajaran .............................................................. 127

d. Kreativitas ............................................................................. 127

e. Hasil Karya Siswa ................................................................. 127

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

2. Keterkaitan Antara Model Pembelajaran CTL dengan Proses

Pembelajaran ............................................................................. 128

a. Pada Tahap Konstuktivism ..................................................... 128

b. Pada Tahap Inquiry ............................................................... 128

c. Pada Tahap Questioning ........................................................ 129

d. Pada Tahap Learning Community ......................................... 129

e. Pada Tahap Modeling ............................................................ 130

d. Pada Tahap Reflection ........................................................... 130

e. Pada Tahap Authentic Assessment ......................................... 131

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................... 133

A. Simpulan ....................................................................................... 133

B. Implikasi ........................................................................................ 134

C. Saran .............................................................................................. 135

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 137

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 139

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 26

Tabel 2. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Pertama .................................... 31

Tabel 3. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Kedua ...................................... 32

Tabel 4. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Ketiga ...................................... 34

Tabel 5. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Keempat .................................. 35

Tabel 6. Lembar Observasi Terstruktur Sebelum Dilakukantindakan ......... 42

Tabel 7. Lembar Observasi Nilai Keseluruhan Tindakan Siklus I. .............. 70

Tabel 8. Lembar Observasi Nilai Keseluruhan Tindakan Siklus II ............. 105

Tabel 9. Data Frekuensi Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sebelum

Tindakan. ........................................................................................ 118

Tabel 10. Data Frekuensi Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sesudah

Tindakan Siklus I ........................................................................... 119

Tabel 11. Data Frekuensi Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sesudah

Tindakan Siklus II. ......................................................................... 121

Tabel 12. Data Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sebelum dan Sesudah

Dilaksanakan Tindakan Siklus I dan II. ......................................... 122

Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas dan Persentase

Keberhasilan Setelah Dilaksanakan Tindakan Siklus I dan II. ...... 124

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hasil Karya Siswa Sebelum Dilaksanakan Penelitian ............... 3

Gambar 2. Kerangka Berpikir ..................................................................... 24

Gambar 3. Struktur Organisasi SDN Mojosongo II .................................... 39

Gambar 4. Guru Menyampaikan Materi Pelajaran dengan Memberikan

Contoh Gambar dan Karya Batik .............................................. 50

Gambar 5. Siswa Membuat Motif Batik Pada Kertas Gambar ................... 51

Gambar 6. Guru Menjelaskan Kembali Bahan dan Alat yang Digunakan

Untuk Membuat Batik (modelling) ........................................... 55

Gambar 7. Guru Membagikan Kain Mori Kepada Siswa Untuk

Memindah Motif Batik dari Kertas Gambar ke Atas Kain ........ 55

Gambar 8. Siswa Memindah Motif Batik dari Kertas Gambar ke Atas

Kain ........................................................................................... 56

Gambar 9. Siswa Membatik dengan Teknik Mencanting ........................... 56

Gambar 10. Siswa Mewarnai Motif Batik dengan Teknik Colet .................. 60

Gambar 11. Siswa Menjemur Kain Batik yang Sudah Selesai Diwarnai...... 61

Gambar 12. Siswa Merendam Kain Batik ke Dalam Ember Berisi

Waterglass ................................................................................. 61

Gambar 13. Siswa Mengangin-anginkan Kain Batik .................................... 62

Gambar 14. Siswa Mencelupkan Kain Batik yang Sudah Selesai Diwarnai

ke Dalam Air Bersih Untuk Melunturkan Waterglass .............. 62

Gambar 15. Siswa Melorot Kain Batik dengan Menggunakan Air

Mendidih .................................................................................... 63

Gambar 16. Siswa Menjemur Kain Batik yang Sudah Selesai Dilorot ......... 64

Gambar 17. Guru Mempresentasikan Karya Siswa di Depan Kelas ............. 67

Gambar 18. Hasil Karya Siswa di Bawah KKM Nilai Rendah ..................... 73

Gambar 19. Hasil Karya Siswa yang Sudah Memenuhi KKM Nilai Sedang 74

Gambar 20. Hasil Karya Siswa yang Audah Memenuhi KKM Nilai Tinggi 76

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Gambar 21. Guru Memberikan Contoh Taplak Meja yang Terbuat dari

Batik (modelling) ...................................................................... 87

Gambar 22. Siswa Membuat Rancangan Motif Batik pada Kertas Gambar . 88

Gambar 23. Guru Menjelaskan Cara Membuat Batik yang Digunakan

Untuk Taplak Meja .................................................................... 92

Gambar 24. Guru Memberi Contoh Siswa yang Kesulitan dalam

Mengerjakan Tugas (Modelling) .............................................. 93

Gambar 25. Secara Bergantian Siswa Membatik dengan Teknik

Mencanting ................................................................................ 94

Gambar 26. Secara Kelompok Siswa Bekerjasama Mewarnai Motif Batik

dengan Teknik Colet .................................................................. 95

Gambar 27. Secara Kelompok Siswa Bekerjasama Menjemur Kain Batik

yang Sudah Selesai Diwarnai .................................................... 95

Gambar 28. Siswa Mengangin-anginkan Kain Batik yang Sudah Direndam

dengan Menggunaka Waterglass Selama ± 15 Menit ............... 96

Gambar 29. Siswa Mencelupkan Kain Batik yang Sudah Di Waterglass

Ke Dalam AirBersih Untuk Melunturkan Waterglass .............. 97

Gambar 30. Siswa Melorot Kain Batik dengan Menggunakan Air

Mendidih .................................................................................... 97

Gambar 31. Siswa Menjemur Kain Batik yang Sudah Selesai Dilorot ......... 98

Gambar 32. Guru Mempresentasikan Karya Siswa di Depan Kelas ............. 120

Gambar 33. Hasil Karya Siswa Kelompok 3 Belum Memenuhi KKM

(Nilai Rendah) .......................................................................... 108

Gambar 34. Hasil Karya Kelompok 9 yang Sudah Memenuhi KKM (Nilai

Sedang) ..................................................................................... 110

Gambar 35. Hasil Karya Siswa Kelompok 2 yang Sudah Memenuhi KKM

(Nilai Tinggi) ............................................................................ 112

Gambar 36. Grafik Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sebelum Dilaksanakan

Tindakan .................................................................................... 119

Gambar 37. Grafik Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sesudah Dilaksanakan

Gambar 38. Tindakan Siklus I ....................................................................... 120

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Gambar 39. Grafik Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sesudah Dilaksanakan

Tindakan Siklus II ..................................................................... 122

Gambar 40. Grafik Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sebelum dan Sesudah

Dilaksanakan Tindakan Siklus I dan II ...................................... 123

Gambar 41. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Kelas VI Sesudah

Dilaksanakan Tindakan Siklus I dan II ...................................... 125

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik, berlangsung

terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa. Proses ini berlangsung dalam

jangka waktu tertentu.

Hasbullah (2005: 11) berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah: (1)

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, (2) berbudi

pekerti luhur, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) sehat

jasmani dan rokhani, (5) kepribadian yang mantap dan mandiri, dan

(6) bertanggungjawab terhadap masyarakat dan bangsa”.

“Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) memiliki sifat

multilingual, multidimensional, dan multikultural”. (BSN, 2007). Multilingual

bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan

berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai

perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi

meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi) apresiasi dan

kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika,

kinestetika, dan etika. Multikultural bermakna pendidikan seni menumbuh

kembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya

nusantara dan mancanegara.

Redja Mudyahardjo (2001: 199) menyatakan bahwa: Sebuah kegiatan

pendidikan dikatakan sebuah seni pendidikan, apabila kegiatan

tersebut tidak hanya mencapai hasil yang diharapkan, tetapi proses

pelaksanaannya memberi keasyikan dan kesenangan, baik bagi peserta

didik maupun pendidiknya”.

Sekolah Dasar (SD) adalah sekolah awal yang mempunyai tujuan

mendidik siswa mulai dari dasar (pondasi), sehingga siswa mampu memiliki

pengetahuan dasar yang nantinya akan dikembangkan pada jenjang pendidikan

selanjutnya yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Sehingga

pendidikan Sekolah Dasar sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak di

masa yang akan datang.

1

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

“Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

1990 tentang Pendidikan Dasar, disebutkan bahwa pendidikan dasar

merupakan pendidikan sembilan tahun, yaitu program pendidikan

enam tahun di Sekolah Dasar (SD) dan program pendidikan tiga tahun

di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). SBK diberikan di

Sekolah karena keunikan, bermakna, dan bermanfaat terhadap

kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian

pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan

berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar

melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat

diberikan oleh mata pelajaran lain. Seni Budaya dan Keterampilan

terdiri dari seni rupa, seni musik, seni tari dan keterampilan”. (BSN,

2007).

Mengingat pentingnya pendidikan bagi Bangsa Indonesia pendidikan

dasar sembilan tahun wajib dilaksanakan. Dengan terlaksanannya program wajib

belajar sembilan tahun maka kita dapat meneruskan perjuangan para pahlawan

yang telah gugur mempertahankan Indonesia. Dengan adanya pendidikan kita

memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang nantinya dapat kita

manfaatkan seumur hidup.

“Sekolah Dasar yang merupakan pendidikan awal dan menjadi dasar

dari segala pendidikan yang ada diatasnya” diperlukan pendidikan

yang profesional, sehingga murid betul-betul bisa melanjutkan

pendidikannya kepada pendidikan yang ada di atasnya. Selain iu

Sekolah Dasar juga mempersiapkan anak didiknya agar dapat terjun

dalam masyarakat dan dapat mengembangkan sikap belajar sesuai

dengan prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup (Way of life

education). (Khairul Iksan, 2009).

Dalam proses pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di SDN

Mojosongo II termasuk monoton, karena pada setiap tahun pembelajarannya sama

yaitu mengambar dengan menggunakan media buku gambar dan pewarna pensil

warna atau pastel, sehingga dalam proses pembelajarannya siswa tidak dapat

berkreativitas dengan bebas dan lebih luas karena keterbatasan media dalam

proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan mata pelajaran membatik di SDN

Mojosongo II siswa lebih banyak praktek dari pada teori, karena jika siswa lebih

banyak mendengarkan ceramah (teori) siswa mudah bosan atau jenuh.

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Mata pelajaran SBK dibagi menjadi empat, yaitu seni rupa, keterampilan,

seni musik, dan seni tari. Mata pelajaran seni rupa sendiri memiliki beberapa

kompetensi dasar, salah satu diantaranya adalah mengekspresikan diri melalui

karya seni rupa. Dalam mengekspresikan diri melalui karya seni rupa terdapat

kompetensi dasar yaitu membatik.

”Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus diperoleh siswa adalah

nilai 66”. (KTSP, 2010: 14). Sedangkan ± 70 % karya siswa masih belum dapat

memenuhi KKM. Berikut ini adalah contoh hasil karya gambar batik siswa SDN

Mojosongo II yang sudah memenuhi KKM:

Gambar 1.a Gambar 1.b

Gambar 1. Hasil Karya Siswa Sebelum Dilaksanakan Penelitian.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Dari kedua hasil karya di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa

tentang motif batik sangat kurang sekali. Hal itu dapat dilihat dari motif batik

yang mereka buat mempunyai motif hampir sama (kurang kreatif). Dilihat dari

sisi pewarnaan hasil karya siswa pada gambar 1 a sudah baik jika dibandingkan

dengan gambar 1 b. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai

batik sangat berpengaruh terhadap hasil karya mereka. Sehingga hal ini dapat

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Adapun masalah yang ada pada siswa di kelas VI SDN Mojosongo II

diantaranya adalah kurangnya minat siswa dalam mata pelajaran membatik. Dari

beberapa kali pengamatan ditemukan fakta bahwa pada setiap proses belajar

mengajar, siswa cenderung pasif, kurang menunjukkan gairah, minat, dan

antusiasme untuk belajar. Ada indikasi munculnya kejenuhan dan kebosanan pada

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

diri siswa untuk belajar. Dalam suatu kesempatan proses belajar mengajar guru

mencoba berinteraksi dengan para siswa di dalam suatu dialog kelas, dengan

mengajukan pertanyaan kepada siswa secara keseluruhan, dengan harapan

sedikitnya ada satu dua orang siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru. Akan

tetapi, tidak satupun siswa yang berupaya untuk merespon pertanyaan yang

diajukan. Hal ini disebabkan rendahnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran

membatik, siswa menganggap bahwa membatik adalah sesuatu yang sangat sulit

dikerjakan, keterbatasan pengetahuan siswa tentang membatik, dan siswa kurang

percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya di muka umum.

Kurangnya minat belajar siswa dapat dilihat dari hasil pengamatan proses

pembelajaran (1) pada saat mengerjakan tugas didalam kelas siswa cenderung

ramai, (2) bermalas-malasan atau kurang aktif pada saat mengerjakan tugas, (3)

tidak serius pada saat mengerjakan tugas, (4) sumber dan media pembelajaran seni

rupa di sekolah masih sangat minim, (5) sebagian besar siswa belum mampu

membuat rancangan motif batik dengan imajinasi masing-masing (hanya

mencontoh/menjiplak karya teman atau orang lain), (6) sebagian besar siswa

belum mampu menggunakan canting untuk membatik, dan (7) sebagian besar

siswa belum mampu mewarnai motif batik dengan baik. Dampak dari berbagai

faktor tersebut adalah rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena

guru hanya menggunakan pembelajaran yang searah (konvensional), dengan

pemberian tugas menggambar menggunakan media kertas tanpa arahan dan

bimbingan, sehingga siswa merasa tidak tertarik dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Penilaian yang dilakukan oleh guru SBK selama ini hanya menggunakan

penilaian hasil akhir (portofolio), tanpa menilai proses pembuatan karya, keaslian

ide, kreativitas, pewarnaan, dan pengamatan aktivitas siswa. Hal tersebut juga

dapat menjadi salah satu kendala dari berbagai faktor-faktor lain dalam Proses

Belajar Mengajar (PBM), sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar

membatik. Oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar membatik siswa,

guru berpengaruh dalam meningkatkan proses penilaian. Berikut ini adalah

pendapat yang dikemukakan oleh Umanis, 2005:

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

”Dalam proses pembelajaran pendidikan (pendidikan dan pengajaran),

terdapat tiga aspek ada pada diri siswa yang perlu dikembangkan.

Ketiga aspek ini adalah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek

psikomotorik. Aspek kognitif adalah pengembangan kecerdasan atau

pengenalan, aspek afektif adalah pengembangan minat atau berbuat

sesuatu setelah dikenalkan, dan aspek psikomotorik adalah

pengembangan kemampuan atau keterampilan.”

Selain aspek-aspek tersebut dalam proses pembelajaran juga memerlukan

model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang menyenangkan, dapat

mendukung dalam penyampaian materi maupun bahan ajar supaya mampu

memancing minat siswa dalam mengikuti pelajaran.

Dalam membatik guru mempunyai peranan penting untuk menjelaskan,

memberikan contoh karya batik, membuat contoh karya langsung mulai dari

menggambar motif pada kain, mencanting, sampai dengan tahap pewarnaan

(melakukan demonstrasi/permodelan). Dengan adanya demonstrasi yang

dilakukan oleh guru, hal ini diharapkan mampu memancing rasa penasaran siswa

sehingga siswa dapat ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Dengan pelaksanaan pembelajaran praktek, guru dapat mengetahui

seberapa besar kemampuan siswa dalam menerapkan hasil dari teori. Pada waktu

praktek guru dapat mengamati sekaligus mengarahkan siswa dalam mengerjakan

tugas (portofolio). Selain itu secara langsung guru memberikan kritik maupun

saran serta masukan-masukan yang membangun siswa untuk berkarya.

Berdasarkan latar kendala-kendala yang terdapat di atas maka peneliti

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi. SCANS dalam Johnson (2007:

265) berpendapat bahwa:

”Model pembelajaran CTL ini terdapat tiga keterampilan dasar yang

dapat dimiliki siswa, yaitu: (1) keterampilan dasar: membaca, menulis,

aritmatika dan matematika, mendengarkan, berbicara, (2) keterampilan

berpikir: belajar, memberi alasan, berpikir kreatif, membuat

keputusan, memecahkan masalah. Keterampilan berpikir meliputi

memadukan, menganalisis, menggunakan logika, dan membedakan

fakta-fakta yang kuat dan yang lemah, (3) kualitas pribadi :

tanggungjawab perseorangan yang diwujudkan dalam bentuk

ketekunan diri dalam menyelesaikan pekerjaan dan melakukan yang

terbaik”.

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Model pembelajaran CTL digunakan untuk dapat memancing minat

belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Pembelajaran

kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab

lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa

(daily life modelling). Berikut ini pendapat yang telah dikemukakan oleh Akmad

Sudrajat, 2009:

”Langkah-langkah model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL)” adalah sebagai berikut: (1) konstruksivisme

(konstruktivism) yaitu, membangun pemahaman mereka sendiri dari

pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal, (2) menemukan

(inquiry) yaitu, proses perpindahan dari pengamatan menjadi

pemahaman, (3) bertanya (questioning) yaitu, kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, (4)

masyarakat belajar (learning community) yaitu, sekelompok orang

yang terkait dalam kegiatan belajar, (5) permodelan (modeling) yaitu,

proses penampilan suatu contoh, (6) refleksi (reflection) yaitu, cara

berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, (7) penilaian yang

sebenarnya (authentic assessment) yaitu, mengukur pengetahuan dan

keterampilan siswa, penilaian produk (hasil karya).”

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penelitian ini dibatasi dengan

judul: ”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MEMBATIK SISWA KELAS VI SDN MOJOSONGO II SEMESTER I TAHUN

AJARAN 2010/2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, perumusan masalah

dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:

Sejauh mana penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar membatik siswa kelas VI

SDN Mojosongo II?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Untuk meningkatkan prestasi belajar membatik siswa kelas VI SDN

Mojosongo II semester I tahun ajaran 2010/2011.

D. Manfaat penelitian

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan:

a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas bagi guru-

guru yang lain.

b. Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Mampu meningkatkan pengetahuan serta pemahaman siswa terhadap

batik.

b. Mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat rancangan

motif batik.

c. Mampu meningkatkan kreativitas siswa dalam berkarya.

d. Mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam mencanting.

e. Mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam mewarnai batik dengan

teknik colet.

f. Mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam membuat batik dengan

teknik mencanting.

g. Untuk melestarikan keberadaan batik yang menjadi salah satu dari

berbagai macam kebudayaan Bangsa Indonesia.

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk memudahkan pengkajian ini peneliti membaginya menjadi tiga

pokok bahasan, yaitu: (1) Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL). (2) Prestasi Belajar, dan (3) Membatik

1. Model Pembelajaran CTL

a. Pengertian Model Pembelajaran CTL

Model pembelajaran CTL (pembelajaran kontekstual) adalah salah satu di

antara sekian banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran, di mana CTL merupakan suatu sistem atau pendekatan

pembelajaran yang bersifat holistik. Pembelajaran ini terdiri atas komponen-

komponen yang saling terkait, yang apabila dilaksanakan masing-masing

memberikan dampak sesuai dengan perannya. Pembelajaran kontekstual

didasarkan pada pemikiran bahwa siswa belajar apabila mereka melihat makna

dari yang mereka pelajari. Makna dalam pekerjannya di sekolah apabila mereka

dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang

mereka miliki. Melalui CTL belajar dapat menjadi bermakna dengan mengaitkan

konten dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari siswa.

“Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa

secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka”. http://fandi4tarakan.wordpress.com.

Kemitraan yang memungkinkan para siswa menerapkan pelajaran

akademis ke tempat kerja, pelajaran-pelajaran yang mengaitkan tugas sekolah

dengan pengalaman sehari-hari, restrukturisasi sekolah yang memungkinkan

“lerning by doing” semua kegiatan ini menunjukkan kekuatan dari pesan pokok

CTL. Pesan pokok itu adalah bahwa “lerning by doing” menyebabkan kita

8

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

membuat keterkaitan-keterkaitan yang menghasilkan makna, dan ketika kita

melihat makna, kita menyerap dan menguasai pengetahuan dan keterampilan.

Johnson (2007: 4), berpendapat bahwa:

“Dalam pembelajaran kontekstual minimal ada tiga prinsip utama

yaitu: 1) prinsip saling ketergantungan (interdependence). Menurut

hasil kajian para ilmuwan modern segala yang ada di alam semesta ini

adalah saling berhubungan. Segala yang ada, baik manusia maupun

bukan manusia, makhluk hidup ataupun benda mati atau satu sama lain

berhubungan dan tergantung membentuk pola dan jaring sistem

hubungan yang teratur, 2) prinsip diferensiasi (differentiation).

Diferensiasi menunjuk kepada sifat alam yang secara terus menerus

menimbulkan perbedaan, keragaman, keunikan. Alam tidak pernah

mengulang dirinya tetapi keberadaannya selalu berbeda. Prinsip

diferensiasi menunjukkan kreativitas yang luar biasa dari alam

semesta. 3) prinsip pengorganisasian diri (self organization). Setiap

individu atau kesatuan (entity) dalam alam semesta mempunyai

potensi melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan yang utuh yang

berbeda dari yang lain. Tiap orang memiliki organisasi diri,

keteraturan diri, kesadaran diri, pemeliharaan diri sendiri, suatu energi

atau kekuatan hidup, yang memungkinkan mempertahankan dirinya

secara khas berbeda dengan yang lainnya”.

Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat

beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL menurut

Sanjaya dalam Endang Komara, 2010, antara lain:

1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengonstruksi

pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena

itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula

pengetahuan yang mereka peroleh.

2. Belajar bukan sekadar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.

Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang

dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh

terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola berpikir, pola bertindak,

kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau

performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan

mendalam, maka akan semakin efektif dalam berpikir.

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan

masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya

perkembangan intektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara

kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi persoalan.

4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara

bertahap dari sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu belajar

tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.

5. Belajar pada hakikatnya adalah menagkap pengetahuan dari kenyataan.

Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang

memiliki makna untuk kehidupan anak (Real World Learning).

Pengetahuan itu diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan oleh

orang lain temasuk guru, akan tetapi dari proses penemukan dan mengontruksinya

sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian

informasi. Guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala

keunikannya. Siswa adalah organisme aktif yang memiliki potensi untuk

membangun pengetahuannya sendiri.

b. Tujuh Komponen Dalam CTL

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas.

Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan CTL. Tujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1.) Kontruksivisme (konstruktivism)

2.) Menemukan (inquiry)

3.) Bertanya (questioning)

4.) Masyarakat belajar (Learning community)

5.) Permodelan (modelling)

6.) Refleksi (reflection)

7.) Penilaian nyata (authentic assessment)

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Johnson (2007: 64) berpendapat bahwa: ”Sistem CTL berhasil karena

sistem ini meminta siswa untuk bertindak dengan cara yang alami.

CTL membuat siswa mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek

akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk

menemukan makna.”

Model pembelajaran ini secara ringkas dapat dirumuskan: mampu

menghubungkan materi belajar dengan konteks kehidupan sehari-hari. Di bawah

ini merupakan tahapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) menurut Endang Komara, 2010:

a.) Pada tahap kontruksivisme (konstruktivism), adalah proses membangun

atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa

berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu

memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri

seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting,

yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek

untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya.

Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan tetapi

bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengonstruksinya.

Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut: (1) pengetahuan

bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu

merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu

merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. (2) subjek

membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu

untuk pengetahuan. (3) pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi

seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsep itu

berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa

dapat mengonstruksi pengetahuan melalui proses pengamatan dan

pengalaman.

b.) Pada tahap menemukan (inquiry), adalah proses pembelajaran didasarkan

pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses

perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan materi yang harus dihafal,

akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat

menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya

merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis.

Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh

baik intektual, mental emosional maupun pribadinya.

Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari

menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah

siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),

mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),

penyimpulan (conclusion).

c.) Pada tahap bertanya (questioning), dalam konsep ini kegiatan tanya jawab

yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru

digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir

secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan

siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan

antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau

siswa dengan orang lain yang didatangkan kedalam kelas.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan

sangat berguna untuk:

Kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, (2)

menggali pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4)

mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal

yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang

dikehendaki guru, (7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari

siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d.) Pada tahap masyarakat belajar (learning community), aktivitas belajar

secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun

kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa

sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang

cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang

memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang

lain.

e.) Pada tahap permodelan (modeling), dalam konsep ini kegiatan

mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau

melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi

model tentang cara belajar (how to learn), menggunakan alat dan guru

bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau

melalui media cetak dan elektronik.

f.) Pada tahap refleksi (reflection), yaitu melihat kembali atau merespon suatu

kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi

hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat

dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Melalui proses refleksi,

pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa

yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang

dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui

pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah

pengetahuannya.

Dalam setiap proses pembelajaran dengan menggunakan CTL,

setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk „‟merenung‟‟ atau mengingat kembali apa yang telah

dipelajarinya. Biarkanlah secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya

sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

g.) Pada tahap penilaian yang sebenarnya (authentic assessment), adalah

proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang

perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan

untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap

perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada

proses belajar bukan kepada hasil belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah proses pembelajaran yang didalamnya terdapat tujuh komponen

dasar konstruktivisme (konstruksivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi

(reflection), dan penilaian nyata (authentic assessment), sehingga dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari siswa.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1993: 700) “Prestasi mempunyai

pengertian hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainnya atau hasil

pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan

biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian” Di dalam dunia

pendidikan, prestasi sering dikaitkan dengan kemampuan dibidang akademik.

Tolok ukur untuk menilainnya adalah dengan menggunakan nilai (angka).

Buchori (1997: 85) berpendapat bahwa:

”Prestasi adalah hasil yang dicapai anak sebagai hasil belajar yang

berupa angka, huruf, serta tindakan hasil belajar yang dicapai. Adapun

hasil belajar yang berupa angka atau huruf selain sebagai bukti hasil

karya yang dicapai juga memotivasi agar prestasinya lebih

meningkat”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran.

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,

dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dalam proses belajar, apabila

seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas

kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar

atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan didalam proses belajar. Sedangkan

Winkel W.S. (1984: 226) mengemukakan bahwa ”prestasi belajar merupakan

bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah

melaksanakan usaha-usaha belajar.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat kita lihat dari hasil nilai yang diperoleh siswa selama

mengikuti proses pembelajaran. Dengan adanya prestasi dalam proses

pembelajaran kita dapat mengetahui apakah materi yang telah disampaikan oleh

guru dapat diserap oleh seluruh siswa atau hanya sebagian saja.

Menurut Tirtonegoro (1988: 43) “Prestasi belajar ini dinyatakan dalam

bentuk angka, huruf maupun dan pada tiap-tiap periode tertentu”. Sementara itu

menurut ahli lain, “Prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh

dengan usahannya dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensinkan diri

lewat belajar” (Slameto, 1987: 16).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh dengan mengerjakan suatu

kegiatan untuk diukur/dinilai dalam bentuk angka atau huruf untuk mengetahui

kedudukan atau prestasi anak.

Untuk dapat mengetahui prestasi belajar seseorang, maka diperlukan

penilaian hasil belajar. Menurut Masidjo (1995: 93), terdapat tiga ranah penilaian

pencapaian hasil belajar adalah sebagai berikut:

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1. Ranah Kognitif, meliputi: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif, meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan

sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotor, meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,

gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan

kreativitas.

Yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek psikomotor,

dikarenakan dalam proses pembelajaran membatik dengan teknik mencanting

memiliki kompetensi dasar membatik dengan teknik mencanting. Penilaian yang

akan digunakan dalam membatik dengan teknik mencanting adalah sebagai

berikut:

1. Mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik:

a. Mempersiapkan alat untuk membuat motif batik.

b. Mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik

mencanting.

c. Mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif batik dengan

teknik colet.

2. Membuat rancangan motif batik:

a. Kreativitas (kelancaran dalam membuat motif batik).

3. Membatik dengan teknik mencanting:

a. Penggunaan canting.

b. Kematangan malam.

c. Kerapian dan kebersihan dalam mencanting.

4. Mewarnai motif batik dengan teknik colet:

a. Teknik mencolet.

b. Teknik mengunci/ mengancing warna remazol.

c. Perpaduan warna.

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3. Pengertian Batik

a. Batik

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1993: 84) batik adalah ”corak atau

gambar pada kain yang pembuatanya secara khusus dengan menerakan malam

kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.”

Menurut Sewan Susanto (1980: 5), teknik membuat batik adalah: “proses-

proses pekerjaan dari pemula yaitu dari mori batik sampai menjadi kain batik.”

Secara etimologi kata batik berasal dari kata tik yang berarti kecil/titik

dapat diartikan juga menulis atau menggambar serba rumit. Batik sama artinya

dengan menulis, akan tetapi batik secara umum memiliki arti khusus yaitu

melukis pada kain dengan menggunakan lilin/malam, dan alat yang digunakan

untuk menorehkan malam pada kain yaitu canting. Canting adalah alat yang

digunakan untuk membuat gambar pada batik terbuat dari bahan kuningan atau

tembaga. Pembuatan batik di Indonesia pada prinsipnya berdasarkan resist dyes

technique (teknik celup rintang) dimana pembuatannya semula dikerjakan dengan

cara ikat-celup motif yang sangat sederhanaa, kemudian menggunakan zat

perintang warna.

“Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun

temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari

batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan

status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik

tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan

Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa)

yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan

kepada dunia oleh Presiden Soeharto, dengan memakai batik pada saat

mengikuti Konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)”. Sumber:

http//www.compas.com.

Seni batik merupakan salah satu jenis kerajinan khas Indonesia. Daerah

pembuatannya tersebar hampir diseluruh wilayah nusantara. Masing-masing

daerah memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri. Keunikan tersebut adalah

motif atau corak, teknik pembuatan, dan makna simboliknya.

Batik Jawa mempunya motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif

ini biasa terjadi dikarenakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat

dari leluhur mereka. Batik Jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang

biasa disebut dengan batik Solo. Berikut ini adalah pendapat yang dikemukakan

oleh Barmin & Wijiono, (2008: 10):

”Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh

asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas,

dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Corak

yang terdapat pada kain batik adalah tumbuhan pohon, ranting, daun,

bunga dan akar, hewan: burung, ikan, kupu-kupu, ular, dll, manusia ,

geometris, dan bentuk lain seperti awan, gapura, rumah, dll. Bahan

yang digunakan untuk membuat kain batik berupa kain mori, dan kain

sutra. Kain mori dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu jenis primisima,

prima, dan biru. Primisima adalah kain mori yang halus, harganya

mahal, dan baik untuk batik tulis. Jenis prima bermutu sedang dan bisa

dibuat batik tulis. Mori biru mutunya kurang baik, tipis dan

tenunannya agak jarang. Mori biru tidak baik untuk batik tulis, hanya

dapat digunakan untuk batik cap.”

Di pabrik tekstil, motif batik juga dapat dicetak dalam jumlah banyak dan

berwarna-warni seperti halnya mencetak kertas. Sedangkan, batik tulis lebih

mahal harganya karena dibuat dengan tangan dan membutuhkan waktupengerjaan

yang lama. Kini, kain batik tidak hanya digunakan sebagai busana, tapi juga

sebagai bahan berbagai perlengkapan rumah tangga dan interior serta menjadi

produk cinderamata.

b. Teknik Pembuatan Batik

Menurut Subekti, Ratinah, & Supriyaningtyas (2010: 4), teknik pembuatan

batik di Indonesia ada lima macam, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.) Teknik canting tulis

Teknik canting tulis adalah teknik membatik dengan menggunakan alat

yang disebut canting (Jawa). Canting terbuat dari tembaga ringan dan

berbentuk seperti teko kecil dengan corong di ujungnya. Canting berfungsi

untuk meneorehkan cairan malam pada sebagian motif. Saat kain

dimasukkan ke dalam larutan pewarna, bagian yang tertutup malam tidak

terkena warna. Membatik dengan canting tulis disebut teknik membatik

tradisional.

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2.) Teknik celup ikat

Teknik celup ikat merupakan pembuatan motif pada kain dengan cara

mengikat sebagian kain, kemudian dicelupkan ke dalam larutan pewarna.

Setelah diangkat dari larutan pewarna dan ikatan dibuka bagian yang

diikat tidak terkena warna.

3.) Teknik printing

Teknik printing biasanya digunakan dipabrik tekstil. Motif batik juga

dapat dicetak dalam jumlah banyak dan berwarna-warni seperti halnya

mencetak kertas dengan menggunakan alat cetak yang berupa screen.

4.) Teknik cap

Teknik cap merupakan cara pembuatan motif batik dengan menggunakan

canting cap. Canting cap merupakan kepingan logam atau pelat berisi

gambar yang agak menonjol. Permukaan canting cap yang menonjol

dicelupkan dalam cairan malam/lilin. Selanjutnya, canting cap dicapkan

pada kain. Canting cap akan meninggalkan motif. Motif inilah yang

disebut klise. Canting cap membuat proses pemalaman menjadi lebih

cepat. Oleh karena itu, teknik printing dapat menghasilkan kain batik yang

lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat.

5.) Teknik colet

Motif batik juga dapat dibuat dengan teknik colet. Motif yang dihasilkan

dengan teknik ini tidak berupa klise. Teknik colet bisa juga disebut dengan

teknik lukis, merupakan teknik mewarnai motif batik dengan cara

mengoleskan cat atau pewarna kain sejenis tertentu pada motif dengan alat

khusus atau kuas.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa batik

merupakan salah satu dari berbagai macam warisan nenek moyang kita yang

wajib dilestarikan keberadaannya. Dengan mempelajari berbagai macam teknik

yang digunakan dalam membuat batik berarti kita dapat ikut mempertahankan dan

melestarikan keberadaan batik di Indonesi.

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

c. Perlengkapan Untuk Membuat Batik Tulis

Berikut ini adalah perlengkapan yang diperlukan untuk membuat batik

tulis menurut Subekti, Ratinah, & Supriyaningtyas (2010: 6):

1.) Canting

Canting adalah peralatan khas yang digunakan untuk membatik.

Canting berfungsi seperti pena untuk mengambil lilin/malam dan

menggambarkannya pada kain. Canting terbuat dari bahan tembaga

atau kuningan dengan gagang yang terbuat dari kayu. Ukuran

canting bermacam-macam sesuai dengan besar kecilnya garis

gambar yang akan dibuat. Jenis canting ada bermacam-macam, di

antaranya canting ngengrengan, tembokan, seret dua, cecekan, dan

isen.

2.) Anglo/keren/kompor kecil

Anglo/keren adalah kompor tanah yang berfungsi untuk

memanaskan penggorengan/wajan yang berisi lilin. Anglo

dilengkapi dengan kipas untuk menjaga agar api dan arang tetap

menyala.

3.) Wajan

Wajan/penggorengan merupakan tempat untuk memanaskan lilin

agar tetap encer. Lilin/malam berfungsi sebagai tinta yang digunakan

untuk membuat motif pada kain. Bila lilin/malam mengeras, lilin

pada canting pun harus sebentar-sebentar dituang ke dalam wajan

agar tetap panas dan cair sehingga tidak membuat aliran lilin/malam

di dalam canting tersumbat.

4.) Lilin/malam

Lilin/malam ini khusus digunakan untuk membatik. Lilin/malam

dibuat dari bahan-bahan gondorukem, damar, lemak sapi, malam

lorodan, dan malam kote. Ada yang membuatnya dari sarang lebah.

Jenisnya ada beberapa macam seperti malam biron, malam carikan,

malam remukan, dan malam tembokan.

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

5.) Gawangan

Gawangan berbentuk seperti gawang. Fungsinya untuk tempat

menyampirkan kain yang akan dibatik. Gawangan terbuat dari kayu

atau bambu.

d. Proses Pembuatan Batik Tulis

Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan batik tulis:

1.) Buatlah motif batik pada kain dengan menggunakan pensil.

2.) Malam/ lilin direbus diatas wajan dengan menggunakan anglo/ kompor.

3.) Kemudian motif batik dengan menggunakan canting yang berisi

lilin/malam sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain.

4.) Motif yang sudah selesai dibatik kemudian diberi pewarna sesuai dengan

warna yang diinginkan dengan teknik colet menggunakan pewarna

remazol.

5.) Setelah proses pewarnaan selesai, kemudian kain batik direndam

kedalam ember yang berisi waterglass selama ± 15 menit untuk

memperkuat warna. Proses ini dinamakan ngunci/ngancing warna agar

warna tidak mudah luntur.

6.) Batik yang sudah selesai di waterglass diangin-anginkan selama 15

menit.

7.) Cucilah kain batik yang sudah selesai dikunci/ dikancing tersebut dengan

menggunakan air bersih supaya waterglass luntur.

8.) Rebuslah air hingga mendidih dengan menggunakan kompor dan panci.

9.) Masukkan kain batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk

melunturkan lilin dari kain. Proses ini dinamakan melorot kain.

10.) Pada waktu melorot kain batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan

sering diangkat keatas permukaan air. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan dalam proses pelunturan lilin/malam.

11.) Setelah lilin/malam luntur, kemudian kain batik dapat dikeringkan.

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Jika masih terdapat sisa-sisa malam pada kain batik dapat dihilangkan

dengan menggunakan tepung kanji yang dilarutkan ke dalam air.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran dapat diketahui: (1)

pada saat mengerjakan tugas di dalam kelas siswa cenderung ramai dengan teman-

temannya, (2) bermalas-malasan atau kurang aktif pada saat mengerjakan tugas,

(3) tidak serius pada saat mengerjakan tugas di sekolah, (4) sumber dan media

pembelajaran seni rupa di sekolah masih sangat minim, (5) sebagian besar siswa

belum mampu membuat rancangan motif batik dengan imajinasi masing-masing

(kebanyakan hanya mencontoh/menjiplak karya teman atau orang lain), (6)

sebagian besar siswa belum mampu menggunakan canting untuk membatik, dan

(7) sebagian besar siswa belum mampu mewarnai motif batik dengan baik.

Dari permasalahan di atas maka peneliti menerapkan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam pembelajaran CTL terdapat

tujuh komponen dasar, sehingga CTL dapat dibedakan dengan model

pembelajaran lainnya. Tujuh komponen dasar yang terdapat dalam CTL yaitu:

1. Kontruksivisme (konstruktivism), siswa melakukan observasi, dan

mengamati hasil karya batik tulis, batik cap, batik printing, batik colet, dan

batik jumputan/celup ikat.. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan

mereka sendiri.

2. Menemukan (inquiry), setelah melakukan observasi dan pengamatan, guru

membimbing siswa untuk menemukan masalah, merumuskan masalah,

mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan

membuat kesimpulan.

3. Bertanya (questioning), guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan

siswa mengenai batik, bahan dan alat yang digunakan untuk membatik.

Melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa

untuk menemukan setiap materi yang telah dipelajarinya.

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

4. Masyarakat belajar (learning community), pada siklus I siswa dibagi dalam

kelompok dan melakukan diskusi, dan pada siklus II siswa dibagi dalam

kelompok dan melakukan kerjasama.

5. Permodelan (modeling), guru mendemontrasikan suatu kinerja (membuat

motif batik, mencanting, dan mewarnai batik dengan teknik colet supaya

siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan

model yang telah diperagakan oleh guru.

6. Refleksi (reflection), guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon

materi batik yang telah disampaikan, setiap berakhir proses pembelajaran,

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau

mengingat kembali apa yang telah di pelajarinya. Siswa diberi kesempatan

untuk bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal

yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi.

7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment), guru melakukan

penilaian berdasarkan dengan mengukur pengetahuan, penilaian proses,

produk/hasil karya batik.

Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Gambar 2. Kerangka Berpikir

Penggunaan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) Prestasi belajar membatik rendah

Konstruktivism

Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik. Siswa dapat

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

Inquiry

Setelah melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing siswa untuk

menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan.

Questioning

Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai batik, bahan dan alat untuk membatik. Melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan

siswa untuk menemukan setiap materi yang telah dipelajarinya.

Modeling, Guru mendemontrasikan suatu kinerja (membuat motif batik, mencanting, dan

mewarnai batik dengan teknik colet supaya siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang telah diperagakan oleh guru.

Reflection

Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi batik yang telah

disampaikan, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah di pelajarinya.

Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi

dan hal-hal yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi.

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

Langkah 5

Langkah 6

Langkah 7

Prestasi belajar membatik meningkat

Siklus I

Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, Analisis, dan Refleksi.

Siklus II

Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, Analisis, dan Refleksi.

Learning community

Pada siklus I siswa dibagi dalam kelompok dan melakukan diskusi.

Pada siklus II siswa dibagi dalam kelompok dan melakukan kerjasama.

Authentic assessment, Guru melakukan penilaian berdasarkan dengan mengukur pengetahuan, penilaian

proses, produk/hasil karya batik.

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri

Mojosongo II, dengan alasan:

1. SDN Mojosongo II belum pernah dijadikan tempat penelitian.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Seni Budaya dan

Keterampilan (SBK) khususnya membatik, guru belum menggunakan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

3. Peneliti sebagai tenaga edukatif di SD tersebut, sehingga hasil penelitian

nanti diharapkan dapat memberi masukan yang dapat bermanfaat untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran Seni

Budaya dan Keterampilan dan umumnya pada mata pelajaran yang lain.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, terhitung mulai dari

bulan Juli 2010 sampai dengan bulan September 2010, dengan rincian sebagai

berikut:

25

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SDN Mojosongo II kelas VI

semester I tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 36 anak.

C. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini lebih

menekankan pada proses perbaikan kelas, maka jenis penelitian ini adalah

penelitian tindakan atau action research. Dengan menggunakan bentuk penelitian

tindakan, peneliti berharap dapat memperoleh informasi yang sebanyak-

banyaknya untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas.

D. Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji

dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Informasi tersebut akan

digali dari berbagai sumber data sejenis data yang akan dimanfaatkan dalam

Bulan Minggu Kegiatan

Juli 2010 1 dan 2

3 dan 4

Persiapan

Pengajuan judul

Pengajuan proposal skripsi

Revisi

Konsultasi

Revisi proposal (bab I, II, III)

Pengesahan proposal skripsi

Membuat surat ijin pelaksanaan PTK

Agustus 2010 1 dan 2

3 dan 4 Uji coba pelaksanaan PTK

Pengumpulan data lapangan dan observasi

September 2010 1 dan 2

3 dan 4

Penyusunan bab IV

Konsultasi

Revisi bab IV

Penyusunan bab V

Konsultasi

Revisi

Penyempurnaan skripsi

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

penelitian ini adalah informan yang terdiri dari guru dan siswa kelas VI SDN

Mojosongo II Kecamatan Jebres Surakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai bentuk penelitian kelas dan juga jenis sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Wawancara

”Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab

lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari satu pihak yang

mewawancarai dan jawaban diberikan dari yang diwawancara.” (Abdurrahmat,

2006: 105).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 1009) wawancara adalah:

”tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau

pendapatnya mengenai suatu hal.”

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

wawancara adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui

tanya jawab untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Dengan wawancara

yang dilakukan secara langsung oleh peneliti diharapkan mampu memperoleh

data-data serta informasi yang diperlukan secara rinci dan mendalam.

2. Observasi

”Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau

perilaku objek sasaran.” (Abdurrahmat, 2006: 104).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 623) pengertian observasi

adalah: ”pengamatan, peninjauan dengan cermat.”

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan pengamatan dan peninjauan yang jelas. Observasi sebagai alat pengumpul

data harus sistematis artinya observasi serta pencatatanya dilakukan menurut

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

prosedur dan aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulang kembali oleh peneliti

lain. Selai itu hasil observasi itu harus memberi kemungkinan untuk

menafsirkannya secara ilmiah.

3. Pencatatan Arsip dan Dokumen

a. Arsip

1.) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDN Mojosongo II tahun

ajaran 2010/2011.

2.) Silabus SDN Mojosongo II.

3.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Dokumen

Berupa nilai formatif untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa

sebelum dilakukan tindakan.

4. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa

setelah dilakukan penelitian tindakan yang berupa hasil karya batik (portofolio).

5. Perekaman

Perekaman dilakukan dengan menggunakan alat kamera foto, untuk

memperjelas berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti.

F. Indikator Ketercapaian

Yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah jika terjadi peningkatan prestasi belajar siswa setelah penggunaan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan penggunaan

media pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Adapun indikator-indikator

ketercapaian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini, antara laian:

Dan untuk mengukur ketercapaian tujuan maka digunakan indikator

ketercapaian atau tolok ukur yaitu:

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

1. Tujuh puluh persen (70%) siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat

untuk membuat batik:

a. Mempersiapkan alat untuk membuat motif batik.

b. Mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik

mencanting.

c. Mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif batik dengan

teknik colet.

2. Tujuh puluh persen (70%) siswa mampu membuat rancangan motif batik:

a. Kreativitas (kelancaran dalam membuat motif batik).

3. Tujuh puluh persen (70%) siswa mampu membatik dengan teknik

mencanting:

a. Penggunaan canting.

b. Kematangan malam.

c. Kerapian dan kebersihan dalam mencanting.

4. Tujuh puluh persen (70%) siswa mampu mewarnai motif batik dengan

teknik colet:

a. Teknik mencolet.

b. Teknik mengunci/ mengancing warna remazol.

c. Perpaduan warna.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan (action research) ini terdiri dari siklus-siklus.

Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang

telah dirancang dalam faktor-faktor yang telah diselidiki. Untuk mengetahui

permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa kelas VI SDN

Mojosongo II maka dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran, dan

aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu dilakukan

wawancara terhadap siswa. Melalui langkah-langkah tersebut akan dapat

ditentukan tindakan yang tepat dalam rangka peningkatan prestasi belajar

membatik.

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selaku guru

pengampu mata pelajaran, maka langkah yang paling tepat untuk meningkatkan

prestasi belajar membatik adalah dengan pemahaman lain yang telah dikuasai

siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tindakan yang diduga paling tepat

adalah menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dengan melaksanakan tujuh komponen dasar yang terdapat di dalamnya

Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur

pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi: tahap perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dalam setiap siklus.

Secara rinci prosedur penelitian ini dapat dijabarkan dalam uraian sebagai

berikut:

1. Tahap Perencanaan Tindakan

a. Mengumpulkan data yang diperlukan.

b. Merencanakan tindakan yaitu membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran/RPP mata pelajaran membatik kelas VI dengan menggunakan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), termasuk

mempersiapkan media pembelajaran batik yang berupa contoh hasil karya

batik, bahan, dan alat untuk membuat batik.

c. Membuat lembar observasi.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan terdapat tahapan-tahapan yang akan

dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, antara lain:

Berikut ini adalah tabel pelaksanaan tindakan pertemuan pertama:

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 2. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Pertama

Tahap Guru Siswa

A.Kegiatan

awal

B.Kegiatan

inti

C.Kegiatan

akhir

­ Mengulas materi pembelajaran sebelumnya, yaitu batik,

­ Menjelaskan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL).

­ Menjelaskan tujuan pada pertemuan pertama, yaitu

penyampaian materi pelajaran tentang batik, dan membuat

motif batik pada kertas gambar.

­ Menjelaskan tentang penegertian batik, peralatan dan bahan

yang digunakan untuk membatik, dan langkah-langkah

pembuatan batik.

­ Memberitahukan aspek penilaian yang digunakan dalam

mempersiapkan peralatan dan bahan untuk membatik

dengan indikator: 1) mempersiapkan peralatan membatik,

2) membuat rancangan motif batik, 3) membatik dengan

teknik mencanting,. 4) mewarnai motif batik dengan teknik

colet.

­ Siswa dibagi dalam kelompok dan melakukan diskusi

(learning comunity).

­ Mendemontrasikan suatu kinerja dengan membuat motif

batik (modeling).

­ Melakukan penilaian mempersiapkan bahan dan alat yang

digunakan untuk membatik berdasarkan indikator

ketercapaian 1) mempersiapkan peralatan membatik,

berdasarkan indikator memperhatikan penjelasan

guru/fokus, menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

guru, dan mengajukan pertanyaan kepada guru (authentic

assessment).

­ Memberikan penugasan membuat batik dengan motif bebas

pada kertas yang nantinya akan digunakan untuk membuat

batik.

­ Melakukan tanya jawab tentang materi batik yang telah

disampaikan (questioning).

­ Mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi

batik yang telah disampaikan.

­ Menanyakan kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa.

­ Menjawab dan memberikan solusi mengenai kendala-

kendala yang dihadapi oleh siswa (reflection).

­ Memberitahukan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya yaitu memindah motif dari kertas ke atas kain,

dan membatik dengan teknik mencanting.

­ Siswa mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan yang

diberikan oleh guru.

­ Siswa menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

­ Siswa mengajukan pertanyaan

kepada guru.

­ Siswa mendengarkan instruksi

dari guru.

­ Siswa melakukan observasi, dan

mengamati hasil karya batik tulis,

batik cap, batik printing, batik

colet, dan batik jumputan/celup

ikat.. Siswa dapat mengkonstruksi

pengetahuan mereka sendiri

tentang batik (konstruksivisme)

­ Siswa mendiskusikan batik yang

telah diamati, siswa menemukan

masalah pada batik yang diamati,

siswa membuat pertanyaan-

pertanyaan tentang masalah yang

diperoleh dari hasil pengamatan,

siswa menganaliasis, siswa

memecahkan masalah, siswa

membuat kesimpulan (inquiry).

­ Siswa mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru.

­ Siswa mengemukakan kendala-

kendala yang dihadapi selama

mengikuti pembelajaran.

­ Siswa melanjutkan tugas di

rumah.

Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan pertama melalui penerapan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yang berdasarkan

pada 7 langkah di dalamnya, yang meliputi: 1) kontruksivisme (konstruktivism)

yaitu siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulis, batik cap,

batik printing, batik colet, dan batik jumputan/celup ikat.. Siswa mengamati

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

berbagai macam benda yang terdapat dilingkungan sekitar yang nantinya akan

digunakan sebagai sumber ide untuk membuat motif batik. Siswa dapat

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, 2) menemukan (inquiry) yaitu,

Siswa mendiskusikan batik yang telah diamati, siswa menemukan masalah pada

batik yang diamati, siswa membuat pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang

diperoleh dari hasil pengamatan, siswa menganaliasis, siswa memecahkan

masalah, siswa membuat kesimpulan, 3) masyarakat belajar (learning community)

yaitu, membentuk kelompok kecil untuk berdiskusi, 4) permodelan (modeling)

yaitu, proses penampilan suatu contoh karya batik dan cara membuat motif batik,

3) bertanya (questioning) yaitu, Melakukan tanya jawab tentang materi batik yang

telah disampaikan, 6) refleksi (reflection) yaitu, cara berpikir tentang apa yang

telah dipelajari yaitu: pengertian membatik, peralatan dan bahan yang digunakan

untuk membatik, langkah-langkah dalam membatik, dan untuk membuat motif

batik, 7) penilaian nyata, yaitu mempersiapkan bahan dan alat membatik

berdasarkan indikator ketercapaian yang telah ditentukan (authentic assessment).

Berikut ini adalah tabel pelaksanaan tindakan pertemuan kedua:

Tabel 3. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Kedua

Fase Guru Siswa

A.kegiatan

awal

B.kegiatan

inti

­ Mengulas materi pembelajaran sebelumnya, yaitu

membuat motif batik.

­ Menjelaskan sedikit tentang penegertian batik. bahan

dan alat untuk membatik, dan langkah-langkah

pembuatan batik.

­ Menjelaskan tujuan pada pertemuan kedua, yaitu

memindahkan motif batik dari kertas keatas kain, dan

membatik dengan teknik mencanting.

­ Menjelaskan tentang cara memindah motif dari kertas

gambar keatas kain.

­ Menjelaskan tentang teknik mencanting yang benar.

­ Memberitahukan aspek penilaian yang digunakan dalam

merancang motif batik, berdasarkan indikator kreativitas

(keaslian ide, beda dengan yang lain, tidak monoton), dan

komposisi serasi. 2) merancang motif batik, berdasarkan

indikator kreativitas (keaslian ide, beda dengan yang lain,

tidak monoton), dan komposisi serasi. 3) membatik

dengan teknik mencanting, berdasarkan indikator

menggunakan canting dengan baik (memegang gagang

­ Siswa mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan yang

diberikan oleh guru.

­ Siswa melakukan observasi dan

mengamati hasil motif batik yang

telah dibuat pada pertemuan

sebelumnya. Siswa dapat

mengkonstruksi pengetahuan

mereka sendiri tentang motif batik

(konstruksivisme).

­ Siswa mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan dari

guru.

­ Siswa mendiskusikan batik yang

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

C.kegiatan

akhir

canting bagian tengah, posisi tangan kiri miring untuk

menyangga kain, posisi canting disesuaikan dengan

kemiringan kain), malam/lilin tembus pada kain, dan

kebersihan dalam mencanting.

­ Melakukan tanya jawab tentang memindah motif batik

dari kertas gambar ke atas kain dan membatik dengan

teknik mencanting (questioning),

­ Siswa dibagi dalam kelompok dan melakukan diskusi

(learning comunity).

­ Mendemontrasikan suatu kinerja dengan membuat motif

batik dan membatik dengan teknik mencanting

(modeling).

­ Memberikan penugasan memindahkan motif batik dari

kertas keatas kain, kemudian dicanting.

­ Mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi

batik yang telah disampaikan.

­ Menanyakan kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa

pada waktu memindah motif batik dari kertas keatas

kain, dan teknik mencanting.

­ Menjawab dan memberikan solusi mengenai kendala-

kendala yang dihadapi oleh siswa (reflection).

­ Memberitahukan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya yaitu mewarnai motif batik dengan teknik

colet.

­ Melakukan penilaian motif batik, dan membatik dengan

teknik mencanting berdasarkan indikator ketercapaian

(authentic assessment).

telah diamati, siswa menemukan

masalah pada motif batik yang

diamati, siswa membuat

pertanyaan-pertanyaan tentang

masalah yang diperoleh dari hasil

pengamatan, siswa menganaliasis,

siswa memecahkan masalah,

siswa membuat kesimpulan

(inquiry).

­ Siswa mendengarkan instruksi

dari guru.

­ Siswa menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

­ Siswa mengajukan pertanyaan

kepada guru.

­ Siswa mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru.

­ Siswa mengajukan pertanyaan

kepada guru tentang tentang

kendala-kendala yang dihadapi

oleh siswa pada waktu memindah

gambar dari kertas ke atas kain,

dan membatik dengan teknik

mencanting.

Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan kedua melalui penerapan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),yang berdasarkan

pada 7 langkah didalamnya, yang meliputi: 1) kontruksivisme (konstruktivism)

siswa melakukan observasi dan mengamati motif batik yang telah dibuat pada

pertemuan sebelumnya. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri,

2) menemukan (inquiry) yaitu, siswa mendiskusikan motif batik yang telah

diamati, siswa menemukan masalah pada batik yang diamati, siswa membuat

pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang diperoleh dari hasil pengamatan,

siswa menganaliasis, siswa memecahkan masalah, siswa membuat kesimpulan, 3)

bertanya (questioning) yaitu, kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan

menilai kemampuan berpikir siswa, tanya jawab tentang materi mencanting yang

telah disampaikan, 4) masyarakat belajar (learning community) yaitu, membentuk

kelompok belajar dan melakukan diskusi, 5) permodelan (modeling) yaitu, proses

penampilan suatu contoh memindah motif batik dari kertas gambar ke atas kain

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

dan membatik dengan teknik mencanting, 6) refleksi (reflection) yaitu, mengajak

siswa mengingat kembali tentang apa yang sudah dipelajari. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai kesulitan-

kesulitan yang dihadapi dalam memindah motif batik dan membatik dengan

teknik mencanting. Guru memberikan solusi atau pemecahan masalah yang

dihadai., 7) penilaian yang nyata, yaitu membatik denga teknik mencanting

berdasarkan indikator ketercapaian yang telah ditentukan (authentic assessment).

Berikut ini adalah tabel pelaksanaan tindakan pertemuan ketiga:

Tabel 4. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Ketiga

Fase Guru Siswa

A.Kegiatan

awal

B.Kegiatan

inti

C.Kegiatan

akhir

­ Mengulas materi pembelajaran sebelumnya,

yaitu memindah motif batik dari kertas keatas

kain dan membatik dengan teknik mencanting.

­ Menjelaskan sedikit tentang penegertian batik,

bahan dan alat untuk membatik, dan langkah-

langkah pembuatan batik.

­ Menjelaskan tujuan pada pertemuan ketiga,

yaitu mewarnai motif batik dengan teknik colet.

­ Menjelaskan tentang langkah-langkah dan cara

mewarnai motif batik. Memberitahukan aspek

penilaian yang digunakan yaitu, 4) mewarnai

motif batik dengan teknik colet, berdasarkan

indikator perpaduan warna (harmonis, berani

mengkombinasikan warna, tidak keluar dari

motif), tidak tercampur dengan warna motif

lain, perbedaan antara motif dan background

jelas.

­ Melakukan tanya jawab tentang materi

mewarnai motif batik dengan teknik colet yang

telah disampaikan (questioning).

­ Membentuk kelompok kecil untuk mengerjakan

tugas individu dengan melakukan diskusi

(learning comunity).

­ Memberikan contoh mewarnai motif batik

(modeling).

­ Memberikan penugasan mewarnai motif batik

dengan dengan teknik colet.

­ Merespon kegiatan mewarnai motif batik

dengan teknik colet (reflection).

­ Memberitahukan rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya yaitu mempresentasikan

hasil karya siswa di depan kelas.

­ Melakukan penilaian mewarnai motif batik

dengan teknik colet (authentic assessment).

­ Siswa mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan yang diberikan oleh guru.

­ Siswa melakukan observasi dan mengamati

contoh hasil karya batik tulis. Siswa dapat

mengkonstruksi pengetahuan mereka

sendiri tentang mewarnai motif batik

(konstruksivisme).

­ Siswa mendiskusikan batik yang telah

diamati, siswa menemukan masalah pada

batik yang diamati, siswa membuat

pertanyaan-pertanyaan tentang masalah

yang diperoleh dari hasil pengamatan,

siswa menganaliasis, siswa memecahkan

masalah, siswa membuat kesimpulan

(inquiry).

­ Siswa mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan dari guru

­ Siswa mendengarkan instruksi dari guru

­ Siswa menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru

­ Siswa mengajukan pertanyaan kepada

guru.

­ Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru

tentang tentang kendala-kendala yang

dihadapi oleh siswa pada waktu mewarnai

motif batik dengan teknik colet.

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan ketiga melalui penerapan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),yang berdasarkan

pada 7 langkah didalamnya, yang meliputi: (1) kontruksivisme (konstruktivism)

yaitu, siswa melakukan observasi dan mengamati contoh hasil karya batik tulis.

Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri tentang mewarnai motif

batik, (2) menemukan (inquiry) yaitu, siswa mendiskusikan batik yang telah

diamati, siswa menemukan masalah pada batik yang diamati, siswa membuat

pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang diperoleh dari hasil pengamatan,

siswa menganaliasis, siswa memecahkan masalah, siswa membuat kesimpulan,

(3) bertanya (questioning) yaitu, kegiatan guru untuk mendorong, membimbing

dan menilai kemampuan berpikir siswa, tanya jawab tentang materi mewarnai

motif batik dengan teknik colet, (4) permodelan (modeling) yaitu, proses

penampilan suatu contoh mewarnai motif batik dengan teknik colet, 6) kelompok

belajar (learning comunity), siswa dibentuk dalam kelompok kecil untuk

mengerjakan tugas individu dengan melakukan diskusi, (5) refleksi (reflection)

yaitu, cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari yaitu mewarnai motif batik

dengan teknik colet, (6) penilaian yang sebenarnya, yaitu mewarnai motif batik

dengan perpaduan warna pada kain berdasarkan indikator ketercapaian (authentic

assessment).

Berikut ini adalah tabel pelaksanaan tindakan pertemuan keempat:

Tabel 5. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Keempat

Fase Guru Siswa

A.Kegiatan

awal

B.Kegiatan

inti

­ Mengulas materi pembelajaran

sebelumnya, yaitu membuat motif batik,

memindah motif batik dari kertas

gambar ke atas kain, membatik dengan

teknik mencanting, dan mewarnai motif

batik dengan teknik colet.

­ Menjelaskan tujuan pada pertemuan

keempat, yaitu.mempresentasikan hasil

karya siswa.

­ Mempresentasikan hasil karya membatik

siswa satu-persatu di depan kelas.

­ Memberitahukan hasil penilaian karya

siswa.

­ Siswa mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan dari guru.

­ Siswa mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan dari guru.

­ Siswa mendengarkan instruksi dari guru.

­ Siswa melakukan observasi dan mengamati

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

C.Kegiatan

akhir

­ Memberikan contoh karya batik yang

dibuat oleh siswa (modeling).

­ Membentuk kelompok kecil untuk

mengamati dan mendiskusikan hasil

karya batik yang telah dibuat (learning

community).

­ Melakukan tanya jawab tentang kegiatan

membatik dan hasil karya batik yang

telah dibuat (questioning).

­ Merespon kegiatan membatik yang telah

dilaksanakan selama 3 kali pertemuan

(reflection).

­ Memberitahukan rencana pembelajaran

pada pertemuan berikutnya yaitu siklus

II membuat batik yang digunakan untuk

taplak meja kecil.

­ Melakukan penilaian keseluruhan

(authentic assessment).

hasil karya batik tulis yang telah dibuat.

Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan

mereka sendiri tentang kegiatan membatik

yang telah dilaksanakan selama 3 kali

pertemuan (konstruksivisme).

­ Siswa mendiskusikan batik yang telah

diamati, siswa menemukan masalah pada

batik yang diamati, siswa membuat

pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang

diperoleh dari hasil pengamatan, siswa

menganaliasis, siswa memecahkan masalah,

siswa membuat kesimpulan (inquiry).

­ Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh guru.

­ Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru.

­ Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru

mengenai kendala-kendala yang dihadapi

selama mengikuti proses pembelajaran

membatik yang telah dilaksanakan selama

tiga kali pertemuan.

Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan keempat melalui penerapan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),yang berdasarkan

pada 7 langkah di dalamnya, yang meliputi: (1) kontruksivisme (konstruktivism)

yaitu, siswa melakukan observasi dan mengamati contoh hasil karya batik tulis

yang telah dibuat. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri

tentang mewarnai motif batik, (2) menemukan (inquiry) yaitu, siswa

mendiskusikan batik yang telah diamati, siswa menemukan masalah pada batik

yang diamati, siswa membuat pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang

diperoleh dari hasil pengamatan, siswa menganaliasis, siswa memecahkan

masalah, siswa membuat kesimpulan, (3) bertanya (questioning) yaitu, kegiatan

guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa,

tanya jawab tentang tentang kegiatan membatik dan hasil karya batik yang telah

dibuat, (4) permodelan (modeling) yaitu, proses penampilan contoh karya batik,

(5) masyarakat belajar (learning community) yaitu, siswa dibentuk dalam

kelompok kecil untuk mengamati dan mendiskusikan hasil karya batik yang telah

dibuat, (6) refleksi (reflection) yaitu, merespon kegiatan membatik yang telah

dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, (7) penilaian nyata, yaitu penilaian

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

keseluruhan berdasarkan 4 indikator ketercapaian yang sudah ditentukan

(authentic assessment).

3. Tahap Observasi dan Analisis

a. Tindakan guru memonitoring siswa selama proses pembelajaran.

b. Menilai hasil prestasi dalam pembelajaran membatik.

Hasil belajar siswa dapat diambil berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan pada siklus I, yaitu empat kali pertemuan dapat diperoleh hasil

penelitian dengan menggunakan authentic assessment (penilaian nyata)

berdasarkan keempat indikator ketercapaian yang telah ditentukan.

4. Tahap Refleksi

Dengan adanya refleksi guru dapat menentukan langkah selajutnya.

Apakah pelaksanaan tindakan pada siklus I ada perubahan penurunan atau

peningkatan prestasi belajar, dan apakah pelaksanaan siklus I sudah mampu

memenuhi keempat indikator penilaian yang telah ditentukan?. Jika prestasi

belajar siswa kelas VI SDN Mojosongo II dapat meningkat, maka tidak perlu

dilanjutkan siklus II. Akan tetapi jika belum memperlihatkan adanya peningkatan

prestasi belajar perlu dilanjutkan dengan melaksanakan siklus II yang meliputi:

tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis, dan

refleksi. Demikian juga untuk siklus selanjutnya. Kalau hasilnya sudah cukup,

tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya.

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Tinjauan Historis Sekolah Dasar Negeri Mojosongo II

Penelitian ini dilakukan di SDN Mojosongo II yang beralamat di Jl.

Tangkuban Perahu No.02B RT 1/RW II kelurahan Mojosongo, kecamatan Jebres,

Surakarta. Bangunan SDN Mojosongo II termasuk sempit, karena sebelum

dibangun menjadi SDN Mojosongo II bangunan tersebut adalah sebagian

bangunan dari SDN Mojosongo I. Karena kelebihan siswa maka pada tanggal 1

September 1980 didirikan SDN Mojosongo II. Ketika berdiri SDN Mojosongo II

memiliki Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101036104055, Nomor Induk Sekolah

(NIS) 100280, dan Nomor Statistik Bangunan (NSB) 0111117503004912. SDN

Mojosongo II merupakan salah satu SD di gugus VI yang ada di wilayah

kecamatan Jebres Surakarta.

Semenjak berdiri pada tahun 1980 hingga tahun 2010 sekarang ini SDN

Mojosongo II telah mengalami 7 (tujuh) kali pergantian kepala sekolah. Yang

pertama kali di jabat oleh Marjono tahun 1980 – 1894, kedua dijabat oleh

Mugiyah tahun 1989-1988, yang ketiga dijabat oleh Sunarmi tahun 1988 – 1994,

yang keempat dijabat oleh Soetopo tahun 1994 – 1999, yang kelima dijabat oleh

Nindya Purnomo, S.Pd. tahun 1999 – 2003, yang keenam dijabat oleh E.

Worowirasmini, S.Pd. tahun 2003 – 2007, pada SDN Mojosongo II mengalami

kekosongan kepala sekolah, oleh sebab itu untuk sementara kepala sekolah SDN

Mojosongo I yang bernama Wagimin, S.Pd. diberi tugas merangkap sebagai

kepala sekolah sementara di SDN Mojosongo II pada tahun 2007 – 2010, dan

yang ketujuh pada bulan Januari 2010 sampai sekarang di jabat oleh Kartini Asri

Sejati, S.Pd. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi SDN Mojosongo II:

38

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gambar 3. Struktur Organisasi SDN Mojosongo II

(Sumber: Dokumen SDN Mojosongo II, 2010)

2. Letak Geografis SDN Mojosongo II

Letak SDN Mojosongo II cukup strategis karena mudah dijangkau oleh

sarana transportasi. SDN Mojosongo II termasuk dalam kawasan yang aman

(tidak berada di pinggir jalan raya), di sebelah utaranya terdapat lapangan sepak

bola Mojosongo, di sebelah selatannya terdapat bangunan SDN Mojosongo I, di

sebelah timurnya terdapat pukesmas pembantu Mojosongo, dan di sebelah

baratnya adalah rumah penduduk. Proses pembelajaran di SDN Mojosongo II

dapat berjalan dengan lancar. Jumlah siswa dari tahun ke tahun meningkat. Apa

lagi maraknya pembangunan perumahan-perumahan di sekitar SDN Mojosongo II

akan mempengaruhi berkembangnya SD Negeri Mojosongo II.

SDN Mojosongo II memiliki prasarana gedung sendiri yang terdiri dari

ruang kelas sebanyak 6 lokal, satu ruang perpustakaan, satu ruang guru, satu

ruang kepala sekolah, dan satu rumah penjaga sekolah. Sarana belajar dari tahun

ke tahun meningkat jumlahnya. Tahun ajaran 2009/2010 sebagian gedung SDN

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Mojosongo II mengalami renovasi, hal ini dikarenakan gedung SDN Mojosongo

II sudah tidak layak digunakan untuk proses belajar mengajar.

3. Keadaan SDN Mojosongo II

Pada tahun pelajaran 2010/2011 SDN Mojosongo II dipimpin oleh seorang

kepala sekolah yang bernama Kartini Asri Sejati, S.Pd., dan memiliki 13 tenaga

pengajar, diantaranya adalah: (1) guru kelas I yaitu Pudjiastuti, (2) guru kelas II

yaitu Suminah, (3) guru kelas III yaitu Bambang Haris S, (4) guru kelas IV yaitu

Edi Mustari, S.Pd., (5) guru kelas V yaitu Mariyani, S.Pd., (6) Guru kelas VI yaitu

Sari Sunarni, S.Pd., (7) guru agama Islam yaitu Sumardi, S.Pdi., (8) guru agama

Kristen I yaitu Semiyati, S.Th., (9) guru agama Kristen II yaitu Triyatno, S.Pd.,

(10) guru olahraga yaitu Faisal Pramudito Adi S, A. Ma., (11) guru Bahasa

Inggris yaitu Agustina S, S.Pd., (12) guru seni tari dan SSD yaitu Dini Yulinda W,

S.Sn., dan (13) guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) yaitu Sunarmi. Satu

orang staf tata usaha yang bernama Mintan Sidauruk, S.Pd., atu orang penjaga

sekolah yang bernama Sawal, dan satu orang tukang kebun yang bernama Aditia

Mulyono.

Guru dan siswa sangat antusias terhadap program peningkatan kualitas

pendidikan/latihan di SDN Mojosongo II tinggi, mengingat upaya untuk

meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru menjadi lebih baik jika ada satu

tujuan yang akan di capai.

Jumlah keseluruhan siswa sebanyak 194 orang yang terdiri dari 102 orang

siswa laki-laki dan 92 orang siswa perempuan. Potensi yang di miliki peserta

didik di SDN Mojosongo II di tunjukkan dengan prestasi di bidang kesenian dan

olah raga antara lain: Juara I lomba lari jarak 100 m tingkat kecamatan Jebres,

Juara I lomba badminton tingkat kecamatan Jebres, Juara II lomba membatik

tingkat kota Surakarta. Adapun untuk kekurangan SDN Mojosongo II adalah

halaman sekolah tidak luas, sehingga sangat membatasi siswa untuk bermain

dihalaman, belum tersedianya ruang perpustakaan dan minimnya buku-buku fiksi

dan buku non fiksi untuk siswa, sehingga pengetahuan dan wawasan siswa sangat

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kurang sekali. Selama ini perpustakaan di SDN Mojosongo II masih bergabung

menjadi satu dengan ruang kantor guru.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Mojosongo II semester

ganjil Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 36 anak terdiri dari 17 siswa

laki-laki dan 19 siswa perempuan. Alasan memilih SDN Mojosongo II disebabkan

rendahnya minat belajar siswa kelas VI dalam pelajaran membatik. Jangka waktu

penelitian secara keseluruhan dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Juli

2010 sampai dengan bulan September 2010.

Kurikulum yang diterapkan SDN Mojosongo II tahun ajaran 2010/2011

adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP). KTSP merupakan sejumlah

mata pelajaran yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan

pendidikan serta di dalamnya terdapat: (1) Standar Isi (SI) terdiri atas Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), dan (2) Standar Kompetensi

Lulusan (SKL). KTSP dalam mata pelajaran Seni Budaya pada pendidikan Dasar

dan Menengah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) memahami konsep

pentingnya seni budaya, (2) menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya,

(3) menampilkan kreativitas melalui seni budaya, (4) meningkatkan peran serta

seni budaya pada tingkat lokal, regional, maupun global, dan (5) mengolah dan

mengembangkan rasa humanistik. Sedangkan visi dan misi SDN Mojosongo II,

yaitu:

a. Visi Sekolah

Unggul dalam iman dan taqwa, berprestasi dan terampil, berbudipekerti

luhur, loyal berbangsa dan bernegara, bangga sebagai anak Indonesia.

b. Misi Sekolah

Misi SDN Mojosongo II adalah: (1) melaksanakan dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya, (2) melaksanakan pembelajaran dan bimbingan

secara selektif, (3) mengembangkan potensi siswa, (4) meningkatkan

kedisiplinan/ketertiban sekolah, 5) memotivasi siswa untuk berprestasi, (6)

menumbuhkan semangat cinta tanah air, bangsa dan negara sesuai Bhineka

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tunggal Ika, bangga sebagai anak Indonesia, (7) mengembangkan jiwa seni,

budaya, olahraga, dan pramuka, (8) menumbuhkan rasa pentingnya

kebersihan, keindahan, keamanan, kesehatan, dan kekeluargaan serta

kegotongroyongan, (9) menumbuhkan peran serta komite sekolah, orang tua,

masyarakat guna keberhasilan anak didik/siswa yang tidak lepas dari

komponen terkait, dan (10) mengefektifitaskan jam wajib belajar sesuai

instruksi wali kota Surakarta. (KTSP SDN Mojosongo II Tahun Ajaran

2010/2011).

Berikut ini adalah nilai siswa kelas VI SDN Mojosongo II sebelum

dilakukan tindakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL):

Tabel 6. Daftar Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sebelum Dilakukan Tindakan.

No Nama Nilai No Nama Nilai

1. Zaenal Abidin 76 19. Intan Ferlin Herlanda 69

2. Christianto 59 20. Jesika Anggun A 65

3. Nita Adriyanti 61 21. Muh. Abi Nugroho 74

4. Tri Regina Oktaviana 64 22. Mui Cahya Bangkit 60

5. Anis Setyowati 64 23. Riris Listyaningsih 71

6. Aphredita Sofyana 78 24. Rendi Adi Nugroho 73

7. Alfi Rahmawati 61 25. Siti Zaenap Zahroh 58

8. Axel Ilfat Ibrahim 70 26. Sofi Nur Megarani 62

9. Abu Al Isfa Qani 63 27. Sintia Fatma Putri 59

10. Aziz Miko Refi S 65 28. Santia Resti Dewayani 61

11. Bayu Saputro 61 29. Feronika Indah P 63

12. Burhanudin 64 30. Wayan Sidiq Alfiano 71

13. Dyah Ayu S 76 31. Radietya Rieska D 62

14. Dede Setyawan 62 32. Qusnul Iayah Afifah 64

15. Ery Kurnia Devi 68 33. Alung Rasmoro D 63

16. Eko Wahyu Saputro 60 34. Ardhia Dewantara 58

17. Fauzi Anjarani 78 35. Fera Momika K S 61

18. Firla Mustianto 64 36. S P Gumilang 60

Rata-rata kelas 65,22

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing

siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan

tindakan, (3) observasi dan analisis, dan (4) refleksi tindakan.

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

1. Tindakan Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses

pembelajaran membatik yang dilaksanakan di kelas VI serta keaktifan siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran

dan hasil pembelajaran tersebut diperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai

data awal bahwa siswa kelas VI SDN Mojosongo II sebanyak 36 siswa, sebagian

besar siswa belum mampu membuat batik. Bertolak dari kenyataan tersebut

peneliti mengadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah dan guru kelas mengenai

alternatif peningkatan prestasi belajar membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo

II, yaitu dengan melaksanakan pembelajaran membatik menggunakan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

tahun 2008 kelas VI tentang materi pelajaran membatik, peneliti sebagai guru

pengampu mata pelajaran melakukan langkah untuk merencanakan pembelajaran,

antara lain:

1.) Memilih pokok bahasan atau indikator ketercapaian sesuai dengan silabus.

Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut dikarenakan pokok

bahasan/indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, membuat

rancangan motif batik, membatik dengan teknik mencanting, dan mewarnai

motif batik dengan teknik colet, harus betul-betul dikuasai siswa, karena hal

tersebut sebagai dasar pengetahuan untuk melanjutkan tugas-tugas berikutnya,

dan didasarkan pada kurikulum yang berlaku.

2.) Menyusun pembelajaran berdasarkan indikator yang telah ditentukan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh peneliti pada

siklus I memuat 4 kali pertemuan, dilaksanakan selama 4 minggu mulai

tanggal 24 Juli 2010 sampai dengan 14 Agustus 2010.

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

b. Pelaksanaan Tindakan

1.) Pertemuan pertama

Siklus : I (satu)

Hari/tanggal : Sabtu, 24 Juli 2010

Pertemuan pertama merupakan tahap awal pengenalan materi pada siswa

tentang materi tentang pengertian batik, berbagai macam jenis batik, alat dan

bahan serta proses pembuatan yang digunakan dalam membuat batik. Rancangan

kegiatan proses pembelajaran dalam siklus I adalah sebagai berikut:

a.) Pendahuluan

Meliputi kegiatan: guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang

hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Langkah-langkah

model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

”(1) konstruksivisme (konstruktivism) yaitu, membangun pemahaman

mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal,

(2) menemukan (inquiry) yaitu, proses perpindahan dari pengamatan

menjadi pemahaman, (3) bertanya (questioning) yaitu, kegiatan guru

untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa,

(4) masyarakat belajar (learning community) yaitu, sekelompok orang

yang terkait dalam kegiatan belajar, (5) permodelan (modeling) yaitu,

proses penampilan suatu contoh, (6) refleksi (reflection) yaitu, cara

berpikir tentang apa yang telah dipelajari, (7) penilaian yang sebenarnya

(authentic assessment) yaitu, mengukur pengetahuan dan keterampilan

siswa, penilaian produk (hasil karya).” (Sudrajat, 2009).

Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya

jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata

kehidupan siswa (daily life modeling), dengan bertanya kepada siswa:

pertanyaan pertama ”apakah kalian sudah pernah membatik?, jika sudah

tolong tunjukkan jari kalian!”, jawaban dari hampir seluruh siswa secara

bersama-sama ”belum”, tetapi ada 5 orang anak yang menunjukkan jari

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

telunjuk, yaitu: Apredhita, Zainal, Ery, Fauzi, dan Alfi, pertanyaan kedua

”apakah kalian tau apa itu batik?”, jawaban dari sebagian besar siswa

secara bersama-sama ”tau, batik itu kain”, pertanyaan ketiga ”apakah

kalian memiliki barang yang terbuat dari batik? Sebutkan!”, jawaban dari

sebagian besar siswa secara bersama-sama ”punya, baju, seprei, taplak

meja, kain jarik”, pertanyaan keempat ”apakah kalian menyukai batik?”,

jawaban dari sebagian besar siswa secara bersama-sama ”tidak”. Karena

siswa belum memahami batik, maka kalian tidak menyukai batik.

Guru menyampaikan materi ajar tentang pengertian batik dengan

menggunakan metode ceramah. Kata batik berasal dari kata tik yang

berarti kecil/titik dapat diartikan juga menulis atau menggambar serba

rumit. Batik sama artinya dengan menulis, akan tetapi batik secara umum

memiliki arti khusus yaitu melukis pada kain dengan menggunakan

lilin/malam dan alat yang digunakan untuk menorehkan malam pada kain

yaitu canting. Canting adalah alat untuk membatik yang terbuat dari

tembaga atau kuningan dengan gagang yang terbuat dari kayu. Jenis

canting ada bermacam-macam, diantaranya canting ngengrengan,

tembokan, seret dua, cecekan, dan isen. Agar malam dapat mencair

diperlukan wajan dan kompor atau anglo/keren untuk melelehkannya.

Dalam membatik malam yang digunakan harus mendidih, jika tidak panas

malam tidak dapat tembus pada kain dan akibatnya pada saat pewarnaan

warna akan tercampur dan hasilnya warna tidak rapi. Untuk membatik

diperlukan gawangan yang terbuat dari kayu atau bambu.

Motif yang terdapat pada kain batik sebagian besar adalah

tumbuhan, seperti pohon, ranting, daun, bunga dan akar, dan lain

sebagainya. Motif hewan seperti burung, ikan, kupu-kupu, ular, dan lain

sebagainya. Selain tumbuhan dan hewan motif manusia, geometris, awan,

gapura, rumah, dan lain sebagainya juga digunakan dalam membuat motif

batik. Batik yang modern menggunakan bahan pewarna yang beragam,

mulai dari pewarna yang alamiah dari kunyit, soga, nila, kulit pohon, kulit

buah sampai bahan kimia seperti wantex, napthol, remasol dan indigosol.

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Daerah-daerah penghasil batik antara lain adalah Cirebon,

Priangan, Banjarnegara, Yogyakarta, Solo, Banyumas, Pekalongan,

Lasem, dan Madura. Batik Jawa banyak berkembang di daerah Solo atau

yang biasa disebut dengan batik Solo. Batik dibuat dengan berbagai

macam jenis kain, seperti birkolin, shantung, belacu, sutera, katun, dan

sebagainya. Kain mori dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu primisima,

prima, dan biru. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh

Presiden Soeharto, dengan memakai batik pada saat mengikuti Konferensi

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Menurut proses pembuatannya batik dapat dikelompokkan menjadi

beberapa jenis, yaitu batik tulis, batik colet, batik ikat celup, batik cap, dan

batik printing. Batik tulis proses pembuatanya dengan cara tradisional

dengan menggunakan canting. Batik colet proses pembuatannya

menguaskan warna langsung diatas kain dengan menggunakan kuas. Batik

ikat celup atau jumputan yang proses pembuatannya dengan cara mengikat

dan mencelupkan kain pada pewarna. Batik cap proses pembuatannya

dengan menggunakan cap/setempel dari tembaga yang sudah dibentuk

motif batik. Batik printing biasanya diproduksi pabrik dengan

menggunakan screen.

Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang

gagang canting menggunakan jari tangan kanan (hampir sama dengan

menulis), sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif

batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada

posisi canting yang digunakan harus tidur/datar, sedangkan posisi pensil

jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting

terlalu tegak atau terlalu miring, malam/lilin yang ada di dalamnya akan

tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring,

kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar

tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang gagang

canting bagian tengah. Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus

pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas.

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak

kelihatan/tidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.

Langkah-langkah pembuatan batik: 1) buatlah motif batik pada

kain dengan menggunakan pensil, 2) lilin/malam direbus di atas wajan

dengan menggunakan anglo/kompor, 3) kemudian motif batik dengan

menggunakan canting yang berisi lilin/malam sehingga cairan lilin

meresap ke dalam serat kain, 4) motif yang sudah selesai dibatik kemudian

diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik colet

menggunakan pewarna remazol, 5) setelah proses pewarnaan selesai,

kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi waterglass

selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan

ngunci/ngancing warna agar warna tidak mudah luntur, 6) batik yang

sudah selesai di waterglass diangin-anginkan selama 15 menit, 7) cucilah

kain batik yang sudah selesai dikunci/dikancing tersebut dengan

menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8) rebuslah air hingga

mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9) masukkan kain

batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari

kain. Proses ini dinamakan melorot kain, 10) pada waktu melorot kain

batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas

permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses

pelunturan lilin/malam, 11) setelah lilin/malam luntur, kemudian kain

batik dapat dikeringkan.

Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulis,

batik cap, batik printing, batik colet, dan batik jumputan/celup ikat.. Siswa

dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri berdasarkan apa yang

mereka amati (konstruktivism). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil

dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri setelah

melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing siswa untuk

menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan

(inquiry). Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan ide kreatif tentang

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

batik. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing kelompok

terdiri dari empat orang siswa. Pada siklus I siswa dibagi dalam kelompok

dan melakukan diskusi. Aktivitas belajar secara kelompok dapat

memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk

berhubungan dengan orang lain Biarkan dalam kelompoknya mereka

saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang

lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk

menularkannya pada yang lain (learning community). Guru

mendemontrasikan cara membuat motif batik agar siswa dapat mencontoh

cara membatik yang benar (memegang canting, mennorehkan malam, dan

mewarnai motif batik dengan teknik colet). Pada tahap ini siswa dapat

diikutsertakan untuk mencoba memegang canting yang benar, menorehkan

malam, dan mewarnai, hal ini bertujuan agar siswa tidak takut memegang

alat-alat yang mungkin masih baru bagi mereka (modeling).

Guru memberikan penugasan: buatlah batik dengan motif bebas

pada kain dengan finishing pewarnaan dengan teknik colet, dengan

langkah pengerjaan sebagai berikut: 1) buatlah motif batik pada kain

dengan menggunakan pensil, 2) lilin/malam di rebus diatas wajan dengan

menggunakan anglo/kompor, 3) kemudian motif batik dengan

menggunakan canting yang berisi lilin/malam sehingga cairan lilin

meresap ke dalam serat kain, 4) motif yang sudah selesai dibatik kemudian

diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik colet

menggunakan pewarna remazol, 5) setelah proses pewarnaan selesai,

kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi waterglass

selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan

ngunci/ngancing warna agar warna tidak mudah luntur, 6) batik yang

sudah selesai di waterglass diangin-anginkan selama 15 menit, 7) cucilah

kain batik yang sudah selesai dikunci/dikancing tersebut dengan

menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8) rebuslah air hingga

mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9) masukkan kain

batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

kain. Proses ini dinamakan melorot kain, 10) pada waktu melorot kain

batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas

permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses

pelunturan lilin/malam, 11) setelah lilin/malam luntur, kemudian kain

batik dapat dikeringkan.

Guru memberitahukan aspek apa saja yang digunakan dalam

penilaian: a) mempersiapkan bahan dan untuk membatik, berdasarkan

indikator: mempersiapkan alat untuk membuat motif batik,

mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik

mencanting, dan mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif

batik dengan teknik colet. b) merancang motif batik, berdasarkan indikator

kreativitas (kelancaran dalam membuat motif batik). c) membatik dengan

teknik mencanting, berdasarkan indikator: penggunaan canting,

kematangan malam, dan kerapian dan kebersihan dalam mencanting. d)

mewarnai motif batik dengan teknik colet, berdasarkan indikator teknik

mencolet, teknik mengunci/ mengancing warna remazol, perpaduan warna.

Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai

batik, peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Melalui

pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk

menemukan setiap materi yang telah dipelajarinya (questioning), jika tidak

ada yang berani mengajukan pertanyaan maka guru menunjuk salah satu

siswanya, jika tidak dapat menjawab maka dilemparkan kepada siswa

yang lainnya agar siswa aktif dalam pembelajaran (terdapat pada

lampiran).

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Gambar 4. Guru Menyampaikan Materi Pelajaran dengan Memberikan

Contoh Gambar dan Karya Batik

(Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010)

Dari gambar di atas dapat dilihat pada waktu guru menjelaskan

pengertian batik, asal mula batik, jenis-jenis batik, motif batik, proses

pembuatan batik, bahan dan alat yang digunakan untuk membatik.

Sebagian besar siswa sangat antusias mendengarkan penjelasan guru,

menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan kepada guru

tentang apa yang belum mereka pahami tentang batik, akan tetapi masih

ada sebagian kecil siswa yang tidak memperhatikan materi yang telah

disampaikan oleh guru karena lebih asik dengan kesibukannya sendiri.

Untuk mengatasi hal tersebut, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan

kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan yang telah diberikan

oleh guru. Kegiatan yang kedua adalah siswa menggambar motif batik

pada kertas gambar. Guru melakukan penilaian mempersiapkan alat untuk

membuat motif batik (authentic assessment).

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Gambar 5. Siswa Membuat Motif Batik pada Kertas Gambar.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gamabar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, sebagian besar siswa

mengerjakan tugas mereka dengan sungguh-sungguh akan tetapi masih

terdapat sebagian kecil siswa yang tidak serius pada waktu mengerjakan

tugas.

c.) Kegiatan penutup

Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi batik

yang telah disampaikan, setiap berakhir proses pembelajaran, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat

kembali apa yang telah di pelajarinya. Guru menanyakan kendala-kendala

apa saja yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran. Siswa diberi

kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi

dan hal-hal yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi

(reflection).

Sebagian besar siswa sudah memperhatikan materi tentang batik

yang disampaikan oleh guru, mejawab pertanyaan dan mengajukan

pertanyaan kepada guru mengenai peralatan dan bahan yang digunakan

untuk membatik. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada waktu

membuat motif batik. Masih terdapat beberapa orang siswa yang hanya

mencontoh hasil karya teman lainnya, sehingga hasil karya motif batik

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

yang mereka buat dalam satu kelompok hampir sama. Minimnya

pengetahuan siswa dan kurang beraninya siswa dalam menggambarkan

imajinasinya menjadi salah satu diantara berbagai faktor penyebab

lainnya. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut guru mengajak siswa

untuk lebih berani dalam berkreativitas, mengeluarkan berbagai macam

ide-ide dan pemikiran siswa tentang motif batik, tidak meniru atau

menjiplak hasil karya teman yang lain, berekspresi sesuka hati, dengan

demikian siswa dapat merasa senang dengan apa yang dilakukannya. Guru

memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan

berikutnya yaitu, memindahkan rancangan motif batik dari kertas gambar

ke atas kain dan membatik dengan teknik mencanting.

Guru memberitahukan kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, yaitu memindah motif batik dari

kertas gambar ke atas kain dan membatik dengan teknik mencanting.

2.) Pertemuan kedua

Hari/tanggal : Sabtu, 7 Agustus 2010

Siklus : I (satu)

Pertemuan kedua merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Rancangan

kegiatan proses belajar pembelajaran dalam siklus I:

a.) Pendahuluan

Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang

hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan kegiatan yang yang akan

dilaksanaka pada pertemuan kedua dengan memberi penjelasan tentang

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Langkah-

langkah model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya

jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

kehidupan siswa (daily life modeling). Agar siswa tidak lupa, guru

mengajak siswa mengingat kembali materi apa saja yang telah

disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang

gagang canting menggunakan jari tangan kanan (hampir sama dengan

menulis), sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif

batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada

posisi canting yang digunakan harus tidur/datar, sedangkan posisi pensil

jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting

terlalu tegak atau terlalu miring, malam/lilin yang ada di dalamnya akan

tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring,

kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar

tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang gagang

canting bagian tengah. Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus

pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas.

Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak

kelihatan/tidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.

Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka

malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas atau mendidih.

Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak

kelihatan/tidak jelas, dan berdampak pada pewarnaan dan hasil batik.

Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulis.

Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri berdasarkan

pengamatan yang telah dilakukan (konstruktivism). Pengetahuan bukanlah

sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan

sendiri setelah melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing

siswa untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan

hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat

kesimpulan (inquiry). Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan ide

kreatif tentang batik. Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa

mengenai motif batik, yaitu bermacam-macam motif batik yang telah

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

dibuat pada pertemuan sebelumnya, kendala-kendala yang dihadapi

selama proses pembuatan motif batik (questioning). Pada tahap ini guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kesulitan-

kesulitan atau hambatan yang dihadapi pada waktu membuat motif batik.

Seperti misalnya pertanyaan yang diajukan oleh Shintia ”kenapa saya

tidak bisa membuat motif yang bagus seperti batik-batik yang dijual itu

bu?”, dan jawaban yang diberikan oleh guru ”untuk membuat motif batik

yang bagus diperlukan pengalaman dan keterampilan dalam membuat

pola/motif, untuk itu kalian harus lebih banyak berlatih dalam membuat

motif batik supaya batik yang dibuat bisa bagus”. Pertanyaan yang

diajukan oleh Dewa ”kenapa saya susah sekali membuat motif bu, saya

tidak bisa membuat motif batik?”, dan jawaban yang diberikan oleh guru

”kalian tidak usah berpikir bahwa motif batik itu harus sama seperti batik-

batik lain yang ada sekarang, kamu bisa membuat motif-motif berdasarkan

apa yang kamu lihat sehari-hari, seperti misalnya daun, bunga, ikan,

kucing, matahari, mobil, dan lain sebagainya”. Pertanyaan yang diajukan

oleh Axel ”kenapa menggambar motifnya tidak langsung di kain saja

bu?”, dan jawaban yang diberikan oleh guru ”karena kalian baru pertama

kali membuat batik, jadi membuat motifnya tidak langsung di atas kain,

tapi kalau sudah berpengalaman kamu boleh langsung menggambar motif

di atas kain”. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing

kelompok terdiri dari empat orang siswa dan melakukan diskusi (learning

community). Guru mendemontrasikan cara memindah motif batik dari

kertas gambar ke atas kain, supaya siswa dapat mengikuti dengan baik

(modeling).

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Gambar 6. Guru Menjelaskan Kembali Bahan dan Alat yang Gigunakan

Untuk Membuat Batik (modeling).

(Dokumentasi: Daru Endah W, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan kedua

sebelum melanjutkan tugas yang diberikan oleh guru, guru menjelaskan

kembali peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Hal

tersebut bertujuan untuk memulihkan ingatan siswa tentang materi yang

telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Jika ada siswa lupa dapat

bertanya kepada guru. Siswa menunjukkan kepada guru hasil rancangan

motif batik yang telah dibuat pada pertemuan pertama.

Gambar 7. Guru Membagikan Kain Mori Kepada Siswa Untuk Memindah

Motif Batik dari Kertas Gambar ke Atas Kain.

(Dokumentasi: Daru Endah W, 2010)

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Setelah kain mori dibagikan guru kepada masing-masing siswa

kemudian siswa memindahkan motif batik yang sudah mereka buat pada

pertemuan sebelumnya dari kertas gambar ke atas kain dengan

menggunakan pensil.

Gambar 8. Siswa Memindah Motif Batik dari Kertas Gambar ke Atas Kain.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

mengerjakan tugas memindah motif batik dari kertas gambar keatas kain

mori dengan mengggunakan pensil. Sebagian besar siswa mengerjakan

tugas dengan serius atau asik dengan pekerjaannya, akan tetapi sebagian

kecil siswa masih ada yang bercakap-cakap dengan teman sebangkunya.

Gambar 9. Siswa Membatik dengan Teknik Mencanting.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

membatik dengan teknik mencanting, sebagian kecil siswa serius dengan

pekerjaannya akan tetapi sebagian besar lainnya masih bercanda dengan

teman-temannya yang lain. Hal itu dikarenakan minimnya peralatan yang

digunakan untuk membatik, jumlah kompor dan wajan yang dapat

digunakan hanya 4 buah, canting yang digunakan sebagian kecil tidak

dapat berfungsi dengan baik, sehingga siswa harus bergantian untuk

membatik. Pada waktu menggunakan canting sebagian besar siswa masih

belum mampu memegang gagang canting dengan benar, hal tersebut dapat

dilihat pada gambar di atas. Sebagian besar siswa memegang pangkal

gagang canting, posisi canting miring kebawah dan tangan kiri yang

digunakan untuk menyangga kain tidak miring. Malam yang digunakan

juga belum mendidih, sehingga pada waktu ditorehkan ke atas kain tidak

dapat tembus sampai belakang kain. Minimnya peralatan membatik tidak

menghalangi semangat siswa kelas VI SDN Mojosongo II untuk belajar

membatik.

c.) Kegiatan penutup

Bersama dengan siswa guru melakukan evaluasi terhadap kegiatan

memindahkan motif dari kertas gambar ke atas kain, dan membatik

dengan teknik mencanting.Guru mengajak siswa melihat kembali atau

merespon kegiatan memindah gambar dari kertas gambar ke atas kain, dan

membatik dengan teknik mencanting, kegiatan dan pengalaman yang

bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal-hal

yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan

penyempurnaan. Guru menanyakan kendala-kendala apa saja yang

dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran. Siswa diberi kesempatan

untuk bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal

yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi (reflection).

Sebagian besar siswa dalam membatik dengan teknik mencanting

belum dapat menggunakan canting dengan baik, belum dapat memegang

canting dengan benar, tidak memegang gagang canting bagian tengah,

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

tangan kiri tidak dimiringkan untuk menyangga kain, dan dalam

memegang canting posisi canting tidak miring sesuai dengan kemiringan

kain, belum tembus pada kain, dan banyak malam yang menetes pada

kain, hal tersebut sangatlah wajar karena siswa baru pertama kali

memegang canting yang berisi malam/lilin panas. Ada juga beberapa

orang siswa yang membatik dengan posisi kain diletakkan di lantai,

sehingga posisi canting sangat miring sekali seperti memegang pensil.

Hasil dari evaluasi dapat digunakan untuk pembelajaran

berikutnya. Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan

pada pertemuan berikutnya yaitu, mewarnai motif batik dengan teknik

colet. Guru melakukan penilaian dengan mengukur kemampuan siswa

dalam membuat rancangan motif batik (authentic assessment).

3.) Pertemuan ketiga

Hari/tanggal : Sabtu, 14 Agustus 2010

Siklus : I (satu)

a.) Pendahuluan

Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang

hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru guru menjelaskan tentang kegiatan yang

akan dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Langkah-langkah

model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

Guru menjelaskan kegiatan yang yang akan dilaksanaka pada

pertemuan ketiga, yaitu: guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan

sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait

dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), dengan

bertanya kepada siswa pakah siswa masih mengingat materi pelajaran

yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya tentang

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

memindahkan motif dari kertas keatas kain, dan membatik dengan teknik

mencanting.

Guru menjelaskan lagi pengertian tentang mewarnai batik dengan

teknik colet. Motif batik juga dapat dibuat dengan teknik colet. Motif yang

dihasilkan dengan teknik ini tidak berupa klise. Teknik colet bisa juga

disebut dengan teknik lukis, merupakan teknik mewarnai motif batik

dengan cara mengoleskan cat atau pewarna kain jenis tertentu pada motif

dengan kuas. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam mewarnai motif

batik dengan teknik colet adalah kuas, peniti, tali, tempat pewarna/botol

bekas air mineral, pewarna remazol, ember, dan pengunci warna

waterglass.

Siswa melakukan observasi dan mengamati contoh hasil karya

batik tulis. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri

tentang mewarnai motif batik, (konstruktivism). Siswa mendiskusikan

batik yang telah diamati, siswa menemukan masalah pada batik yang

diamati, siswa membuat pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang

diperoleh dari hasil pengamatan, siswa menganaliasis, siswa memecahkan

masalah, siswa membuat kesimpulan (inquiry). Guru mendemontrasikan

cara mewarnai mewarnai motif batik dengan teknik colet dan mencampur

warna remazol agar siswa dapat mengerti (modeling). Guru melakukan

kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai teknik colet untuk mewarnai

motif batik (questioning). Siswa dibentuk dalam kelompok kecil untuk

mengerjakan tugas individu dengan melakukan diskusi dan bekerjasama

dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet (learning community).

Setelah kain mori yang sudah dibatik dibagikan kepada masing-

masing siswa, kemudian siswa mewarnai motif batik tersebut

menggunakan remazol dengan teknik colet.

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Gambar 10. Siswa Mewarnai Motif Batik dengan Teknik Colet.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

mengerjakan tugas mewarnai motif batik menggunakan remazol dengan

perpaduan warna pada kain. Pada umumnya dalam membuat batik colet

tidak menggunakan tali melainkan menggunakan gawangan khusus yang

dibuat untuk membentangkan kain batik agar tidak goyang jika tersentuh

orang yang lewat. Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk

membentangkan kain batik terbuat dari tali. Peniti digunakan untuk

mengaitkan antara kain batik dengan tali, agar kain batik mudah untuk

diwarnai.

Sebagian besar siswa tidak serius mengerjakan karya mereka, dan

sebagian kecil lainnya serius mengerjakan karya mereka. Hal demikian

dapat terjadi dikarenakan sarana/fasilitas yang digunakan untuk mewarnai

batik kurang memadai, dengan peralatan seadanya mereka mengerjakan

karya dengan cara bergantian. Minimnya sarana/fasilitas tidak menjadikan

semangat siswa SDN Mojosongo II rendah. Setelah selesai diwarnai

kemudian kain batik dijemur agar kering.

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Gambar 11. Siswa Menjemur Kain Batik yang Sudah Selesai Diwarnai.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat, satu persatu siswa menjemur

kain batik yang sudah selesai diwarnai. Dalam proses pengeringan warna

harus benar-benar kering, jika belum kering warna masih bisa luntur

karena belum dikunci/dikancing dengan menggunakan waterglass. Jadi

diusahakan kain batik tidak terkena air. Setelah kain kering kemudian

direndam menggunakan waterglass yang dituangkan ke dalam ember

selama ± 15 menit.

Gambar 12. Siswa Merendam Kain Batik ke Dalam Ember Berisi Waterglass.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

merendam kain batik ke dalam ember yang berisi waterglass. Tujuan kain

batik direndam ke dalam ember yang berisi waterglass adalah untuk

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

megunci/mengancing warna agar dapat menyatu dengan kain. Walaupun

waterglass berbau tidak sedap dan pedih jika terkena tangan yang terluka,

siswa tidak merasa takut jika tangan mereka terkena waterglass. Setelah

direndam ± 15 menit dengan menggunakan waterglass, kemudian diangin-

anginkan selama ± 15 menit.

Gambar 13. Siswa Mengangin-anginkan Kain Batik.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

mengangin-anginkan kain yang sudah direndam menggunakan waterglass.

Setelah ± 15 menit kain batik dijemur, kemudian kain dimasukkan

kedalam ember yang berisi air agar waterglass luntur.

Gambar 14. Siswa Mencelupkan Kain Batik ke Dalam Air Bersih Untuk

Melunturkan Waterglass.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas salah seorang siswa

yang mencuci dengan memasukkan kain batik kedalam ember yang berisi

air agar waterglass luntur. Satu persatu siswa mencuci kain batik mereka

masing-masing, karena guru tidak memperbolehkan siswa mengerjakan

tugas siswa yang lain. Hal tersebut dilakukan untuk membangun rasa

tanggungjawab siswa secara individu. Setelah waterglass dilunturkan

kemudian kain batik dilorot dengan menggunakan air panas.

Gambar 15. Siswa Melorot Kain Batik dengan Menggunakan Air Mendidih.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

melorot kain batik dengan menggunakan air panas yang mendidih untuk

melunturkan malam/lilin yang masih menempel pada kain. Hal tersebut

dilakukan secara bergantian agar tidak bercanda pada waktu melorot kain

batik. Walaupun air yang digunakan untuk melorot kain sangat panas,

namun antusias siswa pada waktu melorot kain batik sangat tinggi. Pada

bagian melorot kain batik, siswa yang bekerja hanya sebagian saja, karena

jika semua siswa melorot kain batik dengan menggunakan panci yang

berisi air panas mereka pasti akan berebut tempat. Setelah kain batik

dilorot kemudian kain batik dijemur sampai kering.

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Gambar 16. Siswa Menjemur Kain Batik yang Sudah Dilorot.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

menjemur kain batik yang sudah dilorot. Secara bergantian mereka

menjemur karya masing-masing.

c.) Kegiatan penutup

Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon kegiatan

mewarnai batik dengan teknik colet, mengunci/mengancing kain dengan

menggunakan waterglass, dan melorot kain dengan menggunakan air

panas yang telah dilaksanakan.Guru mengajak siswa melihat kembali atau

merespon materi mewarnai motif batik dengan teknik colet yang telah

disampaikan, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk

mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui

agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Guru menanyakan

kendala-kendala apa saja yang dihadapi siswa selama mengikuti

pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai

kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal yang belum dimengerti,

selanjutnya guru memberikan solusi (reflection).

Sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada waktu mewarnai

motif batik dengan teknik colet, karena motif batik yang dibuat oleh siswa

terlalu kecil, pada saat motif diberi warna meluber kemotif-motif lainnya,

sehingga hasil pewarnaannya kurang rapi. Malam yang kurang panas juga

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

dapat menjadi faktor penyebab warna meluber keluar dari motif. Sebagian

besar siswa kesulitan dalam memadukan warna, sehingga warna-warna

yang dihasilkan kurang bervariasi, kebanyakan siswa hanya menggunakan

dua atau tiga macam warna, dan ada juga yang hanya menggunakan satu

warna. Pada waktu mengunci warna batik sebagian siswa takut untuk

terkena waterglass, dan pada waktu melorot kain sebagian siswa tidak

mengerjakan tugasnya untuk melunturkan sisa malam yang masih melekat

pada kain.

Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada

pertemuan berikutnya yaitu, bersama-sama dengan siswa

mempresentasikan hasil karya batik yang telah dibuat. Guru melakukan

penilaian dengan mengukur kemampuan siswa dalam mewarnai motif

batik menggunakan remazol dengan teknik colet dengan indikator

perpaduan warna, kerapian warna, dan hasil batik (authentic assessment).

4.) Pertemuan keempat

Hari/tanggal : Sabtu, 28 Agustus 2010

Siklus : I (satu)

a.) Pendahuluan

Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang

hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Langkah-langkah

model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

Guru menjelaskan kegiatan yang yang akan dilaksanaka pada

pertemuan ke-tiga, yaitu: guru memulai pembelajaran yang dimulai

dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang

terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), dengan

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

bertanya kepada siswa apakah siswa masih mengingat materi pelajaran

yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Agar siswa tidak

lupa, guru mengajak siswa mengingat kembali materi apa saja yang telah

disampaikan pada pertemuan sebelumnya yaitu, materi batik, membuat

rancangan motif batik, membatik dengan teknik mencanting, dan

mewarnai motif batik dengan teknik colet.

Pada tahap konstruksivisme (konstruktivism) yaitu, membangun

pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada

pengetahuan awal tentang membatik yang telah dilaksanakan selama 3 x

pertemuan. Berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh siswa,

diharapkan siswa mampu menggabungkan antara pengalaman yang baru

diperolehnya dengan melakukan observasi dan melakukan mengamati

hasil karya batik yang telah dibuat.

Pada tahap menemukan (inquiry) yaitu, proses perpindahan dari

pengamatan menjadi pemahaman yaitu membatik yang telah dilaksanakan

selama tiga kali pertemuan. Dengan demikian siswa mampu memahami

tentang materi batik, membuat motif batik, teknik mencanting, mewarnai

motif batik dengan teknik colet. Siswa mendiskusikan batik yang telah

diamati, siswa menemukan masalah pada batik yang diamati, siswa

membuat pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang diperoleh dari hasil

pengamatan, siswa menganaliasis, siswa memecahkan masalah, siswa

membuat kesimpulan.

Pada tahap masyarakat belajar (learning community) yaitu,

sekelompok orang yang terkait dalam kegiatan belajar. Tahap learning

community pada pertemuan keempat siswa tidak dibentuk kelompok

dikarenakan tidak ada penugasan dari guru, akan tetapi secara bersama-

sama siswa mendiskusikan hasil karya batik yang sudah dibuat.

Pada tahap bertanya (questioning) yaitu, kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, dengan

memberikan pertanyaan kepada siswa tentang kegiatan membatik yang

telah dilaksanakn. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

mengajukan pertanyaan tentang kegiatan membatik yang telah

dilaksanakan. Dengan adanya kegiatan tanya jawab antara guru dengan

siswa, kegiatan tersebut dapat menimbulkan interaksi antar siswa,

sehingga mampu menghidupkan susana kelas.

Pada tahap permodelan (modeling) yaitu, proses penampilan suatu

contoh. Pada tahap ini guru menunjukkan semua hasil karya siswa satu-

persatu di depan kelas dengan memberikan kritik, saran, dan masukan-

masukan yang membangun. Sebenarnya pada pertemuan keempat guru

meminta siswa maju satu persatu untuk mempresentasikan hasil karya

mereka masing-masing, akan tetapi siswa belum berani maju kedepan, hal

tersebut terjadi karena siswa belum terbiasa mempresentasikan karya

mereka didepan kelas.

Gambar 17. Guru Mempresentasikan Karya Siswa di Depan Kelas.

(Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

mendengarkan presentasi dari guru. Bersama-sama dengan siswa guru

mengevaluasi semua hasil karya batik yang telah dibuat oleh siswa.

Dengan demikian guru bersama dengan siswa dapat memberikan

masukan, kritik, dan saran yang membangun supaya untuk tugas-tugas

selanjutnya siswa lebih maksimal dalam mengerjakan tugas.

Dalam pembelajaran ini siswa menggambar motif batik sebanyak

tiga kali, yaitu: 1) membuat motif batik pada kertas gambar, 2) memindah

motif gambar batik dari kertas gambar keatas kain mori, dan 3) mengulang

Page 87: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

motif batik pada kain dengan menggunakan malam/lilin yang sudah

dilelehkan. Dengan mengulang membuat motif batik diharapkan dapat

melatih keterampilan siswa dalam menggambar motif batik.

Sebelum dilaksanakan penelitian ini pengetahuan siswa tentang

motif batik sangat kurang sekali, hal itu dapat diketahui dari motif batik

yang mereka buat kebanyakan monoton. Setelah dilaksanakan penelitian

ini hasil karya siswa menunjukkan perubahan yang awlnya hanya

mencontoh karya teman atau mencotoh motif batik dari buku sekarng

sebagian besar siswa berani membuat motif sendiri.

Dalam membatik dengan teknik mencanting sebagian besar siswa

masih belum menguasai, hal tersebut dikarenakan siswa kelas VI SDN

Mojosongo II baru pertama kali membatik dengan teknik mencanting.

Pada waktu membatik peralatan yang digunakan sebagian besar tidak

dapat berfungsi dengan baik, seperti misalnya: nyala api kompor tidak

dapat maksimal, wajan bocor, kondisi canting tidak baik, hal tersebut

membuat aliran malam/lilin terhambat, sehingga malam/lilin tidak dapat

tembus pada kain. Dan sebagian kecil lainnya siswa sudah mampu

membatik dengan teknik mencanting dengan baik.

Dalam mewarnai motif batik menggunakan pewarna remazol

dengan perpaduan warna pada kain sebagian besar siswa kesulitan dalam

hal pewarnaan. Dilihat dari sisi pewarnaan karya siswa kelas VI sebagian

besar belum berani mengkombinasikan warna, warna yang digunakan

belum harmonis, warna motif satu dengan motif lain tercampur, warnanya

keluar dari motif, bahkan ada siswa yang hanya menggunakan satu warna

saja. Pengalaman-pengalaman di atas merupakan pengetahuan yang baik

untuk siswa sebagai langkah awal dalam menggunakan canting.

Dalam proses merendam kain batik ke dalam waterglass, hampir

seluruh siswa sudah mampu mengerjakannya. Dan pada waktu melorot

kain dengan menggunakan air panas secara individu siswa

mengerjakannya dengan hati-hati. Kegiatan pembelajaran ini juga dapat

melatih rasa kebersamaan, tanggungjawab terhadap hasil karya masing-

Page 88: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

masing kindividu, serta kemandirian untuk dapat menyelesaikan tugas

individu dengan baik.

c.) Kegiatan penutup

Pada tahap refleksi (reflection) yaitu, cara berpikir tentang apa

yang telah dipelajari yaitu membatik. Pada tahap ini siswa bersama-sama

dengan guru membuat kesimpulan tentang kegiatan membatik yang telah

dilaksanakan selama 3 x pertemuan. Kendala-kendala yang dihadapi oleh

siswa pada waktu membuat rancangan motif batik, memindahkan motif

batik dari kertas gambar ke atas kain, membatik dengan teknik

mencanting, dan mewarnai batik dengan teknik colet. Siswa dapat leluasa

mengemukakan pendapat mereka, sehingga guru dapat memberikan solusi

untuk mengatasi kendala-kendala tersebut yang nantinya akan diterapkan

pada pembelajaran berikutnya.

Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada

pertemuan berikutnya yaitu, pelaksanaa siklus II membuat batik yang

digunakan untuk taplak meja kecil yang dikerjakan secara kelompok.

Pada tahap penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) yaitu,

mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian keseluruhan

produk (hasil karya batik).

c. Observasi dan Analisis

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus I, yaitu pertemuan

pertama, kedua, ketiga, dan keempat dapat diperoleh hasil penelitian dengan

menggunakan authentic assessment (penilaian nyata) adalah sebagai berikut:

1.) Hasil observasi

Berikut ini adalah tabel hasil observasi penilaian siklus I:

Page 89: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 7. Lembar Observasi Nilai Keseluruhan Tindakan Siklus I

No Nama

Aspek Psikomotor

Nilai Akhir

Mempersiapkan Bahan

dan Alat Untuk

Membuat Batik

Kreativitas

(Kelancaran dalam Membuat Motif

Batik)

Membatik dengan Teknik Mencanting

Mewarnai Motif Batik dengan Teknik Colet

a b c Nilai d e Nilai f g h Nilai i j k Nilai

1. Zaenal Abidin (K 1) 80 80 80 80 80 80 80 70 80 60 70 50 50 50 50 70

2. Christianto (K 1) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

3. Nita Adriyanti (K 1) 80 80 80 80 80 80 80 60 80 70 70 70 60 80 70 75

4. Tri Regina O (K 1) 80 60 70 70 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 77,5

5. Anis Setyowati (K 2) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 50 50 80 60 75

6. Aphredita S (K 2) 80 80 80 80 80 60 70 70 70 70 70 60 70 50 60 70

7. Alfi Rahmawati (K 2) 80 80 80 80 80 80 80 80 50 60 60 60 60 60 60 70

8. Axel Ibrahim Ilfat (K 2) 80 80 80 80 80 80 80 50 50 50 50 50 50 50 50 65

9. Abu Al Isfa Qani (K 3) 80 80 80 80 60 60 60 50 60 70 60 70 60 50 60 65

10 Aziz Miko Refi S (K 3) 70 60 80 70 80 80 80 60 60 60 60 70 50 60 60 67,5

11 Bayu Saputro (K 3) 70 70 70 70 80 80 80 60 60 60 60 70 70 70 70 70

12 Burhanudin (K 3) 60 70 70 70 70 50 60 80 80 80 80 50 50 50 50 65

13 Dyah Ayu S (K 4) 80 60 70 70 80 80 80 60 60 60 60 70 70 70 70 70

14 Dede Setyawan (K 4) 60 80 70 70 60 60 60 60 60 60 60 70 70 70 70 65

15 Ery Kurnia Devi (K 4) 80 80 70 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

16 Eko Wahyu S (K 4) 70 70 80 70 80 80 80 50 50 50 50 50 50 50 50 62,5

17 Fauzi Anjarani (K 5) 80 80 70 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

18 Firla Mustianto (K 5) 70 80 80 70 80 80 80 80 80 80 80 50 50 50 50 70

19 Intan Ferlin H (K 5) 80 80 70 80 80 80 80 70 60 50 60 50 50 50 50 67,5

20 Jesika Anggun A (K 5) 80 80 80 80 80 80 80 70 50 60 60 50 50 50 50 67,5

21 Muh. Abi N (K 6) 80 80 80 80 80 60 70 80 80 80 80 50 70 60 60 72,5

22 Mui Cahya B (K 6) 50 50 80 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

23 Riris L (K 6) 70 70 50 70 80 60 70 60 60 60 60 50 50 50 50 62,5

24 Rendi Adi N (K 6) 70 80 70 70 70 70 70 80 80 80 80 80 80 80 80 75

25 Siti Zaenab Z (K 7) 60 50 70 60 80 80 80 50 70 60 60 70 50 60 60 65

26 Sofi Nur M (K 7) 80 70 60 70 80 60 70 50 50 50 50 50 50 50 50 60

27 Sintia Fatma P (K 7) 50 50 70 50 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 72,5

28 Santia Resti D (K 7) 80 80 50 80 80 50 60 60 60 60 60 80 80 80 80 70

29 Feronika Indah P (K 8) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 50 60 70 60 75

30 Wayan Sidiq A (K 8) 80 80 80 80 60 60 60 50 50 50 50 50 50 50 50 60

31 Radietya R D (K 8) 70 70 80 70 80 80 80 80 80 80 80 60 70 60 60 72,5

32 Qusnul Inaiyah A (K 8) 80 50 70 60 70 50 60 50 70 60 60 50 50 50 50 57,5

33 Alung Rasmoro D (K 8) 80 60 60 60 70 50 60 50 50 50 50 50 50 50 50 55

34 Ardhia Dewantara (K 8) 80 60 60 50 70 70 70 60 50 70 60 50 50 50 50 57,5

35 Fera Monika K (K 8) 80 50 50 70 70 50 60 50 50 50 50 50 50 50 50 57,5

36 S. P Gumilang (K 8) 70 80 70 70 70 70 70 70 70 70 70 80 70 60 70 70

Jumlah 2560 2590 2370 2170 2415

Rata-rata Kelas 71,11 71,94 65,83 60,27 67,08

Keterangan:

a : Mempersiapkan alat untuk membuat motif batik.

b : Mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik

mencanting.

c : Mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif batik dengan

teknik colet.

d : Banyaknya motif yang.gambar.

e : Kebebasan mengeluarkan ide/ banyaknya jenis motif.

Page 90: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

f : Penggunaan canting.

g : Kematangan malam/lilin.

h : Kerapian dan kebersihan dalam mencanting.

I : Teknik mencolet.

J : Teknik mengunci/mengancing pewarna remazol.

k : Perpaduan warna motif batik.

Teknik penilaian yang dilakukan oleh guru:

1. Mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik

- Siswa mempersiapkan sendiri alat yang digunakan untuk membuat

motif batik: pensil, penghapus, dan kertas gambar.

- Siswa mempersiapkan alat yang digunakan untuk membatik dengan

teknik mencanting (korek api, canting, kain mori), bahan dan alat lain

telah disediakan oleh guru disekolah (malam, wajan, kompor kecil,

minyak tanah).

- Siswa mempersiapkan alat yang digunakan untuk mewarnai motif

batik dengan teknik colet (kuas, botol air mineral bekas, tali, peniti),

bahan dan alat lain telah disediakan oleh guru disekolah (remasol,

waterglass, ember, panci, dan kompor).

- Guru menilai siswa dengan cara mengamati siswa satu persatu dalam

mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik berdasarkan sub-sub

indikator yang telah disebutkan di atas.

- Jika terdapat siswa yang sama sekali tidak mempersiapkan bahan dan

alat yang harus dipersiapkan dari rumah, siswa dapat mempergunakan

alat dan bahan yang ada disekolah, dengan demikian siswa

memperoleh nilai yang paling terendah diantara siswa yang telah

mempersiapkan bahan dan alat.

2. Membuat rancangan motif batik

- Guru mengamati aktivitas siswa pada waktu membuat motif batik,

dengan cara berjalan mengamati satu persatu proses pembuatan motif

dari bangku satu ke bangku yang lain di dalam kelas.

Page 91: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

- Guru melakukan observasi dengan menanyakan kepada siswa: motif

apa yang dibuat?, menceritakan tentanga apa?, memperoleh ide dari

mana?, dengan demikian guru dapat mengetahui apakah motif yang

dibuat oleh siswa adalah hasil kreativitasnya sendiri atau hanya meniru

gambar lain, maupun mencontek karya teman yang lain.

3. Membatik dengan teknik mencanting

- Guru mengamati aktivitas siswa pada waktu membuat motif batik,

dengan cara berjalan mengamati satu persatu proses pembuatan motif

dari bangku satu ke bangku yang lain di dalam kelas.

- Guru melakukan observasi dengan menanyakan kepada siswa: motif

apa yang dibuat?, menceritakan tentanga apa?, memperoleh ide dari

mana?, dengan demikian guru dapat mengetahui apakah motif yang

dibuat oleh siswa adalah hasil kreativitasnya sendiri atau hanya meniru

gambar lain, maupun mencontek karya teman yang lain.

- Setelah selesai pembuatan motif batik guru menilai komposisi motif.

- Hasil pembuatan motif dalam satu kelompok diseleksi oleh guru, dan

diambil salah satu karya siswa yang nantinya akan digunakan untuk

membuat motif taplak meja kecil.

4. Mewarnai motif batik dengan teknik colet

- Guru mengamati aktivitas siswa pada waktu mewarnai motif batik

dengan teknik colet, dengan cara berjalan mengamati satu persatu

proses mewarnai motif batik. Dengan cara mengamati siswa satu-

persatu, guru dapat mengetahui bagaimana teknik mencolet siswa,

teknik mengunci/mengancing pewarna remazol.

- Untuk dapat mengetahui perpaduan warna motif batik, guru dapat

melakukan penilaian setelah karya batik jadi.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan tindakan siklus I dapat

diketahui prestasi belajar siswa kelas VI SDN Mojosongo II nilai rata-rata

keseluruhannya adalah sebagai berikut:

Page 92: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

N (nilai keseluruhan) = N (1) + N (2) + N (3) + N (4)

4

N (nilai keseluruhan) = 71,11 + 71,66 + 65,83 + 60,27

4

= 2415

4

= 67,08

Hasil analisis data pelaksanaan penelitian dengan menggunakan

model pembelajaran Contextual teaching and learning (CTL), secara

umum telah menunjukkan perubahan, dimana siswa dalam melaksanakan

pembelajaran semakin mantap dan luwes pada saat melaksanakan praktek

membatik dengan teknik mencanting.

2.) Pembahasan Hasil Karya Siswa Siklus I

Berikut ini adalah 3 contoh hasil karya membatik siswa kelas VI

SDN Mojosongo II dengan menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL):

a.) Hasil Karya Siswa di Bawah KKM Nilai Rendah (50):

Berikut ini adalah hasil karya siswa kelas VI yang bernama

Christianto, belum memenuhi KKM nilai rendah (50):

Gambar 18. Hasil Karya Siswa Kelas VI (Christianto)

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Page 93: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Dari gambar di atas dapat dilihat salah satu hasil karya

siswa kelas VI yang bernama Christianto belum memenuhi KKM

66 setelah dilaksanakan penelitian siklus I. Dalam mempersiapkan

bahan dan alat untuk membatik Christianto belum dapat

mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik, sehingga

memperoleh nilai 50.

Dalam membuat rancangan motif batik dengan indikator:

kreativitas (keaslian ide, beda dengan yang lain, tidak monoton),

dan komposisi serasi, Christianto termasuk anak yang tidak kreatif,

karena menjiplak contoh hasil karya temannya yang dibuat

sebelum penelitian ini dilaksanakan sehingga memperoleh nilai 50.

Dalam membatik dengan teknik mencanting Christianto

belum bisa menggunakan canting dengan baik, sebagian besar

tidak tembus pada kain, kerapian dan kebersihanya sangat kurang

sekali sehingga memperoleh nilai 50.

Dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet

Christianto belum mampu mewarnai motif batik dengan teknik

colet, warna belum rapi, dan hasil karya belum baik (belum sesuai

dengan indikator ketercapaian) sehingga memperoleh nilai 50.

Berdasarkan penilaian diatas, nilai rata-rata akhir yang

diperoleh Christianto pada silkus I adalah 50 (dibawah standar

KKM).

b.) Hasil Karya Siswa yang Sudah Memenuhi KKM Nilai Sedang (70)

Berikut ini adalah hasil karya siswa kelas VI yang bernama Dyah,

sudah memenuhi KKM nilai sedang (70):

Page 94: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Gambar 19. Hasil Karya Siswa Kelas VI (Dyah)

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Dari gambar di atas dapat kita lihat salah satu hasil karya

siswa kelas VI yang bernama Dyah, setelah dilaksanakan

penelitian siklus I sudah memenuhi KKM lebih dari 66 (nilai

sedang).

Dalam mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik,

Dyah sudah mampu mempersiapkan sebagian besar bahan dan alat

untuk membuat batik sehingga memperoleh nilai 70.

Dalam membuat rancangan motif batik, Dyah termasuk

anak yang kreatif, karena Dyah membuat motif batik yang berbeda

dari teman yang lainnya dan tidak monoton, sehingga memperoleh

nilai 80.

Dalam membatik dengan teknik mencanting, Dyah sudah

mampu memegang canting dengan baik, akan tetapi sebagian besar

tidak tembus pada kain, dan kebersihanya sangat kurang, sehingga

memperoleh nilai 60.

Dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet, Dyah

sudah baik (sebagian besar mampu memenuhi indikator), sehingga

memperoleh nilai 70.

Berdasarkan penilaian di atas, nilai rata-rata akhir yang

diperoleh Dyah pada silkus I adalah 70 (di atas KKM nilai sedang).

Page 95: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

c.) Hasil Karya Siswa yang Sudah Memenuhi KKM Nilai Tinggi (77,5)

Berikut ini adalah hasil karya siswa kelas VI yang bernama

Tri Regina, memperoleh nilai tinggi di atas KKM (77,5):

Gambar 20. Hasil Karya Siswa Kelas VI (Tri Regina)

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Dari gambar di atas dapat dilihat salah satu hasil karya

siswa kelas VI yang bernama Tri Regina, setelah dilaksanakan

penelitian siklus I sudah memenuhi KKM lebih dari 66 (nilai

tinggi).

Dalam mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, Tri

sudah mampu mempersiapkan sebagian besar bahan dan alat untuk

membuat batik, sehingga memperoleh nilai 70.

Dalam membuat rancangan motif batik Tri Regina

termasuk anak yang kreatif, karena Tri Regina membuat motif

batik yang berbeda dari teman yang lainnya, sehingga memperoleh

nilai 80.

Dalam membatik dengan teknik mencanting, Tri Regina

sudah mampu menggunakan canting dengan baik, sebagian besar

tembus pada kain, dan terjaga kebersihanya sehingga memperoleh

nilai 80.

Dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet, Tri

Regina sudah mampu mewarnai motif dengan baik sehingga

memperoleh nilai 77,5.

Page 96: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Berdasarkan penilaian di atas, nilai rata-rata akhir yang

diperoleh Tri Regina pada silkus I adalah 77,5 (di atas KKM 66

nilai tinggi).

3.) Hasil Analisis Pelaksanaan Siklus I

a.) Penilaian indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan pertama

dari ke 36 orang siswa terdapat 15 orang siswa atau 41,66 % yang

meperoleh nilai A (80), 14 orang siswa atau 38,88 % yang memperoleh

nilai B (70), 3 orang siswa atau 8,33 % yang memperoleh nilai C (60), dan

terdapat 4 orang siswa atau 11,11 % yang memperoleh nilai D (50).

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 66

adalah 29 orang siswa atau 80,55 %, dan yang memperoleh nilai di bawah

KKM 7 orang siswa atau 19,44 %.

Dalam mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik dapat

dikatakan telah berhasil, lebih dari 70 % prestasi belajar siswa dapat

meningkat.

b.) Penilaian indikator membuat rancangan motif batik

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan kedua dari

ke 36 orang siswa terdapat 19 orang siswa atau 52,77 % yang memperoleh

nilai A (80), 7 orang siswa atau 19,44 % yang memperoleh nilai B (70), 8

orang siswa atau 22,22 % yang memperoleh nilai C (60), dan terdapat 2

orang siswa atau 5,55 % yang memperoleh nilai D (50).

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 66

adalah 25 orang siswa atau 72,21 %, dan yang memperoleh nilai di bawah

KKM 10 orang siswa atau 27,77 %.

Dalam membuat rancangan motif batik dapat dikatakan sudah

berhasil, dikarenakan dalam menggambar rancangan motif batik lebih dari

70 % nilai siswa dapat meningkat.

Page 97: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

c.) Penilaian indikator membatik dengan teknik mencanting

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan kedua dari

38 orang siswa yang meperoleh nilai A (80) sebanyak 11 siswa atau 30,55

%, 4 orang siswa atau 11,11 % yang memperoleh nilai B (70), 13 orang

siswa atau 36,11 % yang memperoleh nilai C (60), dan terdapat 8 orang

siswa atau 22,22 % yang memperoleh nilai D (50).

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 66

adalah 15 orang siswa atau 41,66 %, dan siswa yang memperoleh nilai di

bawah KKM 21 orang siswa atau 58,33 %.

Dalam membatik dengan teknik mencanting dapat dikatakan belum

berhasil, dikarenakan dalam menggambar rancangan motif batik kurang

dari 70 % nilai siswa belum dapat meningkat.

d.) Penilaian indikator mewarnai motif batik dengan teknik colet

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan ketiga tabel

6 dari ke 36 orang siswa terdapat 6 orang siswa atau 16,66 % yang

memperoleh nilai A (80), 4 orang siswa atau 11,11 % yang memperoleh

nilai B (70), 10 orang siswa atau 27,27 % yang memperoleh nilai C (60),

dan 16 orang siswa atau 44,44 % yang memperoleh nilai D (50).

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (66)

adalah sebanyak 10 orang siswa atau 27,27 %, dan yang memperoleh nilai

di bawah KKM 26 orang siswa atau 71,71 %.

Dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet dapat dikatakan

belum berhasil, dikarenakan dalam mewarnai motif batik dengan teknik

colet kurang dari 70 % nilai siswa belum dapat meningkat.

d. Refleksi

Hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) siklus I yang dilaksanakan selama 4x pertemuan,

peneliti berupaya menggali faktor penyebab dan melakukan refleksi, sebagai

berikut:

Page 98: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

1.) Pada indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, siswa

yang memperoleh nilai di atas KKM 66 adalah 29 orang siswa atau 80,55

%, dan yang memperoleh nilai di bawah standar adalah 7 orang siswa atau

19,44 %. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar siswa sudah mampu

mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik.

Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar maka pada siklus

berikutnya perlu dilakukan bimbingan terhadap siswa yang belum

mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik.

2.) Pada indikator membuat rancangan motif batik, siswa yang memperoleh

nilai di atas KKM 66 adalah 25 orang siswa atau 72,21 %, dan yang

memperoleh nilai di bawah standar adalah 10 orang siswa atau 27,77 %.

Sebagian besar siswa sudah mampu menggambarkan ide dan

kreativitasnya dalam membuat motif batik berdasarkan hasil pengamatan

yang telah dilakukanya terhadap benda-benda yang terdapat dilingkungan

sekitar.

Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar sebagian kecil siswa,

maka pada siklus berikutnya perlu dilakukan bimbingan dan pengarahan

terhadap siswa yang belum mampu membuat rancangan motif batik,

dengan memberikan saran dan masukan yang membangun, agar siswa

mampu menumbuhkan rasa percaya diri dalam membuat rancangan motif

batik yang kreatif. Guru memberikan contoh-contoh hasil karya batik yang

lebih beragam, dan guru menganjurkan supaya siswa mengamati berbagai

macam benda yang terdapat dilingkungan siswa. Hal tersebut bertujuan

untuk memancing pemikiran siswa supaya lebih kreatif dalam membuat

motif batik.

3.) Pada indikator membatik dengan teknik mencanting, siswa siswa yang

memperoleh nilai di atas KKM 66 adalah 15 orang siswa atau 41,66 %,

dan siswa yang memperoleh nilai di bawah standar adalah 21 orang siswa

atau 58,33 %.

Hal tersebut dikarenakan siswa baru pertama kali menggunakan

canting, kompor yang digunakan tidak dapat berfungsi dengan baik,

Page 99: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

sehingga malam yang direbus tidak dapat mendidih, dan mengakibatkan

malam tidak dapat digunakan untuk membatik motif, menetes

disembarang tempat, dan sebagian besar tidak dapat tembus pada kain.

Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar maka pada siklus

berikutnya perlu dilakukan bimbingan terhadap siswa yang belum mampu

membatik dengan teknik mencanting, dengan cara mengajarkan lagi

bagaimana cara menggunakan canting yang benar, menembuskan cairan

malam/lilin pada kain, dan menjaga agar canting tidak menetes pada kain

sehingga dapat menjaga kebersihan.

4.) Pada indikator mewarnai motif batik dengan teknik colet, siswa yang

memperoleh nilai di atas KKM (66) adalah sebanyak 10 orang siswa atau

27,27 %, dan yang memperoleh nilai di bawah standar adalah 26 orang

siswa atau 71,71 %.

Hal tersebut dikarenakan pada waktu mencanting motif malam

tidak dapat tembus pada kain, pada waktu mewarnai motif batik dengan

teknik colet siswa baru pertama kalinya menggunakan kuas untuk

mewarnai, sehingga warna motif satu dengan motif lainnya tercampur.

Siswa belum mampu memdukan warna yang harmonis, siswa belum

berani mengkombinasikan warna, siswa belum mampu membedakan

antara warna motif dan background, sehingga tidak terlihat jelas.

Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar maka pada siklus

berikutnya perlu dilakukan bimbingan terhadap siswa yang belum mampu

mewarnai motif batik dengan teknik colet, memberikan contoh cara

menggunakan kuas yang baik, membimbing dan mengajarkan kepada

siswa langkah-langkah teknik mengunci/mengancing pewarna remazol,

memadukan warna yang harmonis, memadukan warna yang harmoni,

kesesuaian warna dengan motif, dan kerapian warna.

Page 100: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Berdasarkan hasil observasi siklus I di atas dapat terdapat 2 indikator

ketercapaian yang belum mampu memenuhi KKM, yaitu membatik dengan teknik

mencanting dan mewarnai motif batik dengan teknik colet, sehingga untuk dapat

meningkatkan prestasi belajar membatik perlu dilaksanakan siklus II. Pelaksanaan

siklus II meliputi: perencanaan, tindakan, observasi, analisis, dan refleksi.

2. Tindakan Siklus II

Pelaksanaan siklus kedua didasarkan pada hasil analisis dan refleksi di

siklus pertama. Pelaksanaannya meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, analisis, dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran

dan hasil pembelajaran pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:

Hasil pelaksanaan siklus I indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk

membatik dapat dikatakan telah berhasil, yaitu aktivitas belajar siswa lebih dari 70

% dapat meningkat.

Hasil pelaksanaan siklus I indikator membuat rancangan motif batik dapat

dikatakan telah berhasil, yaitu gambar rancangan motif batik siswa lebih dari 70

% dapat meningkat.

Hasil pelaksanaan siklus I indikator membatik dengan teknik mencanting

diatas dapat dikatakan belum berhasil, yaitu gambar rancangan motif batik siswa

kurang dari 70 % belum dapat meningkat.

Hasil pelaksanaan siklus I indikator mewarnai motif batik dengan teknik

colet, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (66) adalah sebanyak 10 orang

siswa atau 27,27 %, dan yang memperoleh nilai di bawah standar adalah 26 orang

siswa atau 71,71 %.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar siswa belum mampu membatik dengan teknik mencanting, dan

mewarnai motif batik dengan teknik colet. Untuk itu perlu dilaksanakan siklus II

yang merupakan lanjutan dari siklus I. Yang diutamakan dalam siklus II ini adalah

indikator ketiga dan keempat, akan tetapi indikator pertama dan kedua harus

Page 101: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

diiksanakan. Hasil observasi dan analisis data tersebut dapat digunakan sebagai

tolok ukur pelaksanaan siklus II.

Peneliti sebagai guru pengampu mata pelajaran SBK melakukan langkah

untuk merencanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

CTL siklus II, antara lain:

1.) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan silabus. Alasan

memilih pokok bahasan atau indikator tersebut karena pada siklus I

prestasi belajar siswa belum dapat memenuhi indikator ketercapaian,

sehingga pada siklus II perlu dilakukan penelitian ulang.

2.) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II yang

disusun oleh peneliti yang memuat 3 kali pertemuan, dilaksanakan selama

2 minggu dimulai tanggal 21 September 2010 sampai dengan 2 Oktober

2010.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus II dilakukan dalam 3 kali

pertemuan. Setiap pertemuan berdurasi 2 jam x 35 menit yaitu 70 menit sesuai

skenario dan RPP mata pelajaran membatik dengan metode yang telah disusun

oleh guru sebagi peneliti.

1.) Pertemuan pertama

Siklus : II (dua)

Hari/tanggal : Selasa, 21 September 2010

a.) Pendahuluan

Meliputi kegiatan: guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang

hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Page 102: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya

jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata

kehidupan siswa (daily life modelling), dengan bertanya kepada siswa

apakah siswa masih mengingat materi pelajaran yang telah disampaikan

pada pertemuan sebelumnya. Agar siswa tidak lupa, guru mengajak siswa

mengingat kembali materi apa saja yang telah disampaikan pada

pembelajaran sebelumnya mengenai batik.

Guru menyampaikan materi ajar tentang pengertian batik. Karena

pembelajaran pada silkus II materniya sama dengan siklus I, maka guru

hanya menyampaikan sebagian materi pelajaran yang penting saja dengan

melakukan tanya jawab dengan siswa. Hal demikian ditujukan supaya

siswa mampu mengingat kembali materi yang telah disampaikan pada

pertemuan sebelumnya.

Membatik adalah melukis pada kain dengan menggunakan

lilin/malam dan alat yang digunakan untuk menorehkan malam pada kain

yaitu canting. Canting adalah alat untuk membatik yang terbuat dari

tembaga atau kuningan dengan gagang yang terbuat dari kayu. Agar

malam dapat mencair diperlukan wajan dan kompor atau anglo/keren

untuk melelehkannya. Dalam membatik malam yang digunakan harus

mendidih, jika tidak panas malam tidak dapat tembus pada kain dan

akibatnya pada saat pewarnaan warna akan tercampur dan hasilnya warna

tidak rapi. Untuk membatik diperlukan gawangan yang terbuat dari kayu

atau bambu.

Motif yang terdapat pada kain batik sebagian besar adalah

tumbuhan, hewan, manusia, geometris, awan, gapura, rumah, dan lain

sebagainya digunakan dalam membuat batik. Daerah-daerah penghasil

batik antara lain adalah Cirebon, Priangan, Banjarnegara, Yogyakarta,

Solo, Banyumas, Pekalongan, Lasem, dan Madura. Batik dibuat dengan

berbagai macam jenis kain, seperti birkolin, shantung, belacu, sutera,

katun, dan sebagainya. Kain mori dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu

primisima, prima, dan biru.

Page 103: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Menurut proses pembuatannya batik dapat dikelompokkan menjadi

beberapa jenis, yaitu batik tulis, batik colet, batik ikat celup, batik cap, dan

batik printing. Batik tulis proses pembuatanya dengan cara tradisional

dengan menggunakan canting. Batik colet proses pembuatannya

menguaskan warna langsung diatas kain dengan menggunakan kuas. Batik

ikat celup atau jumputan yang proses pembuatannya dengan cara mengikat

dan mencelupkan kain pada pewarna. Batik cap proses pembuatannya

dengan menggunakan cap/setempel dari tembaga yang sudah dibentuk

motif batik. Batik printing biasanya diproduksi pabrik dengan

menggunakan screen.

Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang

gagang canting menggunakan jari tangan kanan (hampir sama dengan

menulis), sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif

batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada

posisi canting yang digunakan harus tidur/datar, sedangkan posisi pensil

jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting

terlalu tegak atau terlalu miring, malam/lilin yang ada di dalamnya akan

tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring,

kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar

tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang gagang

canting bagian tengah. Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus

pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas.

Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak

kelihatan/tidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.

Langkah-langkah pembuatan batik tulis: 1) buatlah motif batik

pada kain dengan menggunakan pensil, 2) lilin/malam direbus di atas

wajan dengan menggunakan anglo/kompor, 3) kemudian motif batik

dengan menggunakan canting yang berisi lilin/malam sehingga cairan lilin

meresap ke dalam serat kain, 4) motif yang sudah selesai dibatik kemudian

diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik colet

menggunakan pewarna remazol, 5) setelah proses pewarnaan selesai,

Page 104: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi waterglass

selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan

ngunci/ngancing warna agar warna tidak mudah luntur, 6) batik yang

sudah selesai di waterglass diangin-anginkan selama 15 menit, 7) cucilah

kain batik yang sudah selesai dikunci/dikancing tersebut dengan

menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8) rebuslah air hingga

mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9) masukkan kain

batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari

kain. Proses ini dinamakan melorot kain, 10) pada waktu melorot kain

batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas

permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses

pelunturan lilin/malam, 11) setelah lilin/malam luntur, kemudian kain

batik dapat dikeringkan.

Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik

tulisyang sudah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Siswa dapat

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri (konstruktivism).

Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi

hasil dari menemukan sendiri setelah melakukan observasi dan

pengamatan, guru membimbing siswa untuk menemukan masalah,

merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data,

menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (inquiry). Dengan demikian

siswa dapat menumbuhkan ide kreatif tentang batik. Siswa dibagi dalam

kelompok kecil dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang

siswa. Pada siklus II siswa dibagi dalam kelompok dan melakukan

kerjasama untuk membuat batik yang digunakan sebagai taplak meja kecil.

Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta

membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang

lain Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang

cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang

memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang

lain (learning community). Guru mendemontrasikan cara membuat motif

Page 105: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

batik agar siswa dapat mencontoh cara membatik yang benar (memegang

canting, mennorehkan malam, dan mewarnai motif batik dengan teknik

colet). Pada tahap ini siswa dapat diikutsertakan untuk mencoba

memegang canting yang benar, menorehkan malam, dan mewarnai, hal ini

bertujuan agar siswa tidak takut memegang alat-alat yang mungkin masih

baru bagi mereka (modeling).

Guru memberikan penugasan: buatlah batik dengan motif bebas

pada kain dengan finishing pewarnaan dengan teknik colet, dengan

langkah pengerjaan sebagai berikut: 1) buatlah motif batik pada kain

dengan menggunakan pensil, 2) lilin/malam di rebus diatas wajan dengan

menggunakan anglo/kompor, 3) kemudian motif batik dengan

menggunakan canting yang berisi lilin/malam sehingga cairan lilin

meresap ke dalam serat kain, 4) motif yang sudah selesai dibatik kemudian

diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik colet

menggunakan pewarna remazol, 5) setelah proses pewarnaan selesai,

kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi waterglass

selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan

ngunci/ngancing warna agar warna tidak mudah luntur, 6) batik yang

sudah selesai di waterglass diangin-anginkan selama 15 menit, 7) cucilah

kain batik yang sudah selesai dikunci/dikancing tersebut dengan

menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8) rebuslah air hingga

mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9) masukkan kain

batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari

kain. Proses ini dinamakan melorot kain, 10) pada waktu melorot kain

batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas

permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses

pelunturan lilin/malam, 11) setelah lilin/malam luntur, kemudian kain

batik dapat dikeringkan.

Guru memberitahukan aspek apa saja yang digunakan dalam

penilaian: a) mempersiapkan bahan dan untuk membatik, berdasarkan

indikator: mempersiapkan alat untuk membuat motif batik,

Page 106: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik

mencanting, dan mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif

batik dengan teknik colet. b) merancang motif batik, berdasarkan indikator

kreativitas (kelancaran dalam membuat motif batik). c) membatik dengan

teknik mencanting, berdasarkan indikator: penggunaan canting,

kematangan malam, dan kerapian dan kebersihan dalam mencanting. d)

mewarnai motif batik dengan teknik colet, berdasarkan indikator teknik

mencolet, teknik mengunci/ mengancing warna remazol, perpaduan warna.

Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai

batik, peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Melalui

pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk

menemukan setiap materi yang telah dipelajarinya (questioning), jika tidak

ada yang berani mengajukan pertanyaan maka guru menunjuk salah satu

siswanya, jika tidak dapat menjawab maka dilemparkan kepada siswa

yang lainnya agar siswa aktif dalam pembelajaran (terdapat pada

lampiran).

Gambar 21. Guru Menjelaskan dan Memberikan Contoh Taplak Meja yang

Terbuat dari Batik (modeling).

(Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa guru sedang memberikan

penjelasan mengenai karya yang akan dibuat pada siklus II, dan

memberikan contoh hasil karya batik yang berupa taplak meja. Sebagian

Page 107: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

besar siswa memperhatikan penjelasan dari guru, akan tetapi masih

terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Guru

melakukan penilaian dengan mengukur pengetahuan dan aktivitas siswa

pada waktu mengikuti pelajaran yaitu mempersiapkan peralatan membatik

dengan indikator: memperhatikan penjelasan guru tentang batik, alat dan

bahan untuk membatik, menjawab pertanyaan guru tentang batik, alat dan

bahan untuk membatik (authentic assessment).

Gambar 22. Siswa Membuat Rancangan Motif Batik pada Kertas Gambar.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

mengerjakan tugas dari guru, mereka secara individu membuat rancangan

motif batik yang nantinya akan dipilih salah satu hasil karya siswa yang

terbaik dalam satu kelompok, akan digunakan untuk membuat taplak meja

kecil. Guru melakukan penilaian mempersiapkan bahan dan untuk

membatik(authentic assessment).

c.) Kegiatan penutup

Guru memberikan penjelasan kembali mengenai cara menggambar

motif batik yang mudah, dengan melihat dan mengamati berbagai macam

benda hidup maupun benda mati yang ada dilingkungan sekitar siswa,

siswa akan lebih mudah untuk menggambarkan apa yang mereka lihat.

Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi batik

yang telah disampaikan, setiap berakhir proses pembelajaran, guru

Page 108: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat

kembali apa yang telah di pelajarinya. Guru menanyakan kendala-kendala

apa saja yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran. Siswa diberi

kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi

dan hal-hal yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi

(reflection).

Pada siklus II sebagian besar siswa sudah mampu membuat

gambar motif batik dengan baik, menjawab pertanyaan dan mengajukan

pertanyaan kepada guru tentang bahan dan alat untuk membatik. Masih

terdapat beberapa orang siswa yang masih mengalami kesulitan dalam

menggambar motif, sehingga mereka hanya mencontoh teman yang

lainnya.

Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada

pertemuan berikutnya yaitu, memindahkan rancangan dari kertas gambar

ke atas kain, membatik dengan teknik mencanting, mewarnai motif batik

dengan teknik colet

2.) Pertemuan kedua

Siklus : II (dua)

Hari/tanggal : Selasa, 28 September 2010

a.) Pendahuluan

Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang

hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan kegiatan yang yang akan

dilaksanaka pada pertemuan kedua dengan memberi penjelasan tentang

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Langkah-

langkah model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya

jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata

Page 109: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

kehidupan siswa (daily life modeling). Agar siswa tidak lupa, guru

mengajak siswa mengingat kembali materi apa saja yang telah

disampaikan pada pertemuan sebelumnya tentang asal mula batik, jenis-

jenis batik, teknik pembuatan batik tulis, bahan dan alat untuk membuat

batik tulis, dan langkah-langkah pembuatan batik tulis.

Guru menjelaskan lagi mengenai materi yang telah disampaikan

pada pertemuan sebelumnya yaitu motif. Motif dalam membuat batik

bervariasi, ada yang mengambil gambar benda hidup seperti ayam,

burung, ikan, kupu-kupu, dan ada pula yang menggambarkan benda mati

seperti misalnya kapal, rumah, batu, dan lain-lain. Guru menjelaskan cara

memindahkan motif batik dari kertas gambar ke atas kain dengan

menggunakan pensil. Setelah selesai memindahkan motif batik pada kain,

siswa melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu membatik dengan teknik

mencanting. Dalam teknik mencanting peralatan yang digunakan adalah:

canting, lilin/malam, wajan, kompor, minyak tanah, dan korek api.

Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang

gagang canting menggunakan jari tangan kanan (hampir sama dengan

menulis), sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif

batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada

posisi canting yang digunakan harus tidur/datar, sedangkan posisi pensil

jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting

terlalu tegak atau terlalu miring, malam/lilin yang ada di dalamnya akan

tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring,

kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar

tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang gagang

canting bagian tengah. Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus

pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas.

Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak

kelihatan/tidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.

Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka

malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas atau mendidih.

Page 110: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak

kelihatan/tidak jelas, dan berdampak pada pewarnaan dan hasil batik.

Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulis

yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Siswa dapat

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengamatan

yang telah dilakukan (konstruktivism). Pengetahuan bukanlah sejumlah

fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri

setelah melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing siswa

untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan

(inquiry). Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan ide kreatif tentang

batik, dapat menemukan masalah seperti misalnya warna motif batik

tercampur dengan warna motif yang lain. Guru melakukan kegiatan tanya

jawab dengan siswa mengenai motif batik, yaitu bermacam-macam motif

batik yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya, kendala-kendala yang

dihadapi selama proses pembuatan motif batik (questioning). Pada tahap

ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan

kesulitan-kesulitan atau hambatan yang dihadapi pada waktu membuat

motif batik. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing

kelompok terdiri dari empat orang siswa dan melakukan kerjasama untuk

membuat batik yang digunakan sebagai taplak meja kecil (learning

community). Guru mendemontrasikan cara memindah motif batik dari

kertas gambar ke atas kain, supaya siswa dapat mengikuti dengan baik

(modeling).

Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk memindahkan

motif batik ke atas kain mori, membatik dengan teknik mencanting, dan

mewarnai motif batik dengan teknik colet. Siswa melakukan pekerjaan

tersebut dengan bekerjasama dalam kelompok. Sehingga penilaian yang

dilakukan oleh guru dengan menilai kerja individu dan kebersamaan

dalam kelompok. Siswa menunjukkan kepada guru hasil rancangan motif

batik yang dibuat siswa pada pertemuan pertama. kemudian guru memilih

Page 111: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

salah satu motif batik yang akan digunakan untuk membuat motif batik

taplak meja kecil, setelah itu guru membagikan kain mori kepada masing-

masing kelompok.

Gambar 23. Guru Menjelaskan Cara Membuat Batik yang Digunakan Untuk

Taplak Meja (modeling).

(Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat guru sedang menjelaskan cara

membuat batik yang digunakan untuk taplak meja kecil. Terlihat

antusiasme sebagian besar siswa pada waktu mendengarkan penjelasan

dari guru, dan masih terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan

penjelasan guru. Hal demikian sangat wajar terjadi dalam proses

pembelajaran. Setelah kain dibagikan kepada masing-masing kelompok,

kemudian siswa bekerjasama memindah motif batik yang dipilih oleh guru

dari kertas gambar ke atas kain.

Dalam memindah motif batik dari kertas gambar ke atas kain

peralatan yang digunakan adalah pensil. Apabila siswa mengalami

kesulitan pada waktu memindahkan motif geomertis, siswa dapat

mempergunakan alat bantu lain yang berupa penggaris, busur, dan jangka

supaya pengerjaannya lebih mudah. Guru juga dapat berperan aktif

membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memindahkan motif

batik.

Page 112: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Gambar 24. Guru Memberi Contoh Siswa yang Kesulitan dalam Memindah

Motif Batik (Modeling).

(Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat salah satu kelompok siswa yang

mengalami kesulitan sedang memperhatikan guru pada waktu memberi

contoh memindahkan motif batik dari kertas gambar ke atas kain mori.

Sedangkan kelompok siswa yang lain mengerjakan tugas mereka masing-

masing. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas dengan sungguh-

sungguh, dan masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas

dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai menggambar motif batik pada

kain, kemudian siswa dalam kelompok secara bergantian membatik

dengan teknik mencanting menggunakan malam/lilin yang dilelehkan

hingga mendidih.

Page 113: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Gambar 25. Secara Bergantian Siswa Membatik dengan Teknik Mencanting.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

membatik dengan teknik mencanting dalam kelompok secara bergantian,

sebagian besar siswa serius dengan pekerjaannya akan tetapi masih

terdapat beberapa orang siswa yang kurang serius pada waktu membatik.

Hal itu dikarenakan minimnya peralatan yang digunakan untuk membatik,

jumlah kompor dan wajan yang dapat digunakan hanya 4 buah, canting

yang digunakan sebagian kecil juga tidak dapat berfungsi dengan baik,

sehingga siswa harus bergantian untuk membatik. Minimnya peralatan

membatik tidak menghalangi semangat siswa untuk belajar kelompok.

Setelah kain mori selesai dibatik kemudian secara kelompok siswa

bekerjasama mewarnai motif gambar batik menggunakan remazol dengan

teknik colet.

Page 114: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Gambar 26. Secara Kelompok Siswa Bekerjasama Mewarnai Motif Batik

dengan Teknik Colet.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa secara kelompok

pada waktu mengerjakan tugas mewarnai motif batik menggunakan

remazol dengan teknik colet. Sebagian besar siswa serius mengerjakan

karya kelompok mereka, dan terdapat beberapa orang siswa masih tidak

serius mengerjakan karya dalam kelompok mereka. Hal demikian dapat

terjadi dikarenakan sarana/fasilitas yang digunakan untuk mewarnai batik

sangat minim sekali, dengan peralatan seadanya mereka mengerjakan

karya dengan cara bergantian. Setelah selesai diwarnai kemudian kain

batik dikeringkan.

Gambar 27. Secara Kelompok Siswa Bekerjasama Menjemur Kain Batik

yang Sudah Selesai Diwarnai

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Page 115: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Pada gambar di atas dapat dilihat secara kelompok siswa

bekerjasama menjemur kain batik yang sudah selesai diwarnai. Apabila

warna belum benar-benar kering nanti bisa tercampur dengan warna yang

lainnya, untuk itu kain batik harus dikunci/dikancing dengan

menggunakan waterglass. Setelah kain kering kemudian direndam

menggunakan waterglass yang dimasukkan kedalam ember selama ± 15

menit, kemudian diangin-anginkan selama ± 15 menit.

Gambar 28. Siswa Mengangin-anginkan Kain Batik yang Sudah Direndam

dengan Menggunaka Waterglass Selama ± 15 Menit.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

mengangin-anginkan kain yang sudah direndam dengan menggunakan

waterglass. Walaupun waterglass berbau tidak sedap dan pedih jika

terkena tangan yang terluka, siswa tidak merasa takut ataupun jijik jika

tangan mereka terkena waterglass. Tujuannya supaya waterglass benar-

benar dapat meresap ke dalam serat kain, setelah diangin-anginkan

kemudian kain batik di masukkan kedalam ember yang berisi air agar

waterglass luntur.

Page 116: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Gambar 29. Siswa Mencelupkan Kain Batik yang Sudah Diwarnai ke Dalam

Air Bersih Untuk Melunturkan Waterglass.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa secara kelompok

pada waktu memasukkan kain yang sudah selesai di waterglass

dikasukkan kedalam air bersih dengan tujuan agar waterglass luntur.

Tujuan waterglass dilunturkan supaya proses melorot lebih mudah.

Setelah waterglass luntur kemudian kain batik dilorot menggunakan air

panas.

Gambar 30. Siswa Melorot Kain Batik dengan Menggunakan Air Mendidih.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa secara kelompok

pada waktu melorot kain batik dengan menggunakan air panas yang

mendidih untuk melunturkan malam/lilin yang masih menempel pada

kain. Hal tersebut dilakukan secara bergantian agar tidak bercanda pada

Page 117: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

waktu melorot kain batik. Walaupun air yang digunakan untuk melorot

kain sangat panas, namun antusias siswa pada waktu melorot kain batik

sangat tinggi. Pada bagian melorot kain batik, siswa yang bekerja hanya

sebagian saja, karena jika semua siswa melorot kain batik dengan

menggunakan panci yang berisi air panas mereka pasti akan berebut

tempat. Hal demikian dilakukan untuk mengantisipasi agar siswa tidak

terkena air panas, maka secara bergantian mereka melorot kain batik.

Setelah kain batik dilorot, kemudian kain batik dicelupkan kedalam air

dingin untuk melepaskan sisa malam/lilin yang masih menempel pada

kain, kemudian kain batik dijemur sampai kering.

Gambar 31. Siswa Menjemur Kain Batik yang Sudah Selesai Dilorot.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

menjemur kain batik yang sudah selesai dilorot. Dengan demikian proses

pembuatan batik yang digunakan untuk taplak meja sudah selesai

dilaksanakan.

c.) Kegiatan penutup

Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon kegiatan

mewarnai batik dengan teknik colet, mengunci/mengancing kain dengan

menggunakan waterglass, dan melorot kain dengan menggunakan air

panas yang telah dilaksanakan. Guru dapat mengetahui kendala-kendala

apa saja yang dihadapi oleh siswa ketika melaksanakan pembelajaran

Page 118: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

mewarnai batik dengan teknik colet, mengunci kain dengan menggunakan

waterglass, dan melorot kain dengan menggunakan air panas yang

nantinya akan dipergunakan untuk pertemuan berikutnya. Sebagian besar

siswa dalam membatik dengan teknik mencanting sudah mampu

menggunakan canting dengan baik, dikarenakan siswa sudah mulai

terbiasa memegang canting yang berisi malam/lilin panas.

Pada waktu siswa melaksanakan praktek mewarnai batik dengan

teknik colet, sebagian besar siswa sudah mampu mewarnai dengan baik.

Pada waktu siswa mengunci kain dengan menggunakan waterglass, dan

melorot kain dengan menggunakan air panas yang mendidih, siswa sudah

mulai terbiasa mengerjakannya. Kegiatan ini bertujuan untuk

mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui

agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Guru menanyakan

kendala-kendala apa saja yang dihadapi siswa selama mengikuti

pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai

kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal yang belum dimengerti,

selanjutnya guru memberikan solusi (reflection).

Dengan adanya kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru, siswa membangun rasa kebersamaan dan

tanggungjawab individu untuk dapat menyelesaikan tugas mereka. Dalam

tugas kelompok ini masih terdapat beberapa orang siswa yang tidak mau

membantu dalam mengerjakan tugas, hal tersebut dapat merugikan teman

yang lain dalam satu kelompok. Hal tersebut juga akan digunakan dalam

penilaian, sehingga akan ada perbedaan antara nilai kelompok dan nilai

individu dalam proses pengerjaan tugas.

Hasil dari evaluasi dapat digunakan untuk pembelajaran

berikutnya. Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan

pada pertemuan berikutnya yaitu, bersama-sama dengan siswa

mempresentasikan hasil karya batik yang telah dibuat. Guru melakukan

penilaian dengan mengukur kemampuan siswa dalam mewarnai motif

batik dengan teknik colet.

Page 119: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

3.) Pertemuan ketiga

Siklus : II (dua)

Hari/tanggal : Sabtu, 2 Oktober 2010

a.) Pendahuluan

Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang

hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Langkah-langkah

model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

Guru menjelaskan kegiatan yang yang akan dilaksanaka pada

pertemuan ke-tiga, yaitu: guru memulai pembelajaran yang dimulai

dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang

terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), dengan

bertanya kepada siswa apakah siswa masih mengingat materi pelajaran

yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Agar siswa tidak

lupa, guru mengajak siswa mengingat kembali materi apa saja yang telah

disampaikan pada pertemuan sebelumnya yaitu, materi batik, membuat

rancangan motif batik, membatik dengan teknik mencanting, dan

mewarnai motif batik dengan teknik colet.

Pada tahap konstruksivisme (konstruktivism) yaitu, membangun

pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada

pengetahuan awal tentang membatik yang telah dilaksanakan selama 2 x

pertemuan. Berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh siswa,

diharapkan siswa mampu menggabungkan antara pengalaman yang baru

diperolehnya dengan melakukan observasi dan melakukan mengamati

hasil karya batik yang telah dibuat.

Pada tahap menemukan (inquiry) yaitu, proses perpindahan dari

pengamatan menjadi pemahaman yaitu membatik yang telah dilaksanakan

Page 120: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

selama tiga kali pertemuan. Dengan demikian siswa mampu memahami

tentang materi batik, membuat motif batik, teknik mencanting, mewarnai

motif batik dengan teknik colet. Siswa mendiskusikan batik yang telah

diamati, siswa menemukan masalah pada batik yang diamati, siswa

membuat pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang diperoleh dari hasil

pengamatan, siswa menganaliasis, siswa memecahkan masalah, siswa

membuat kesimpulan.

Pada tahap masyarakat belajar (learning community) yaitu,

sekelompok orang yang terkait dalam kegiatan belajar. Tahap learning

community pada pertemuan keempat siswa tidak dibentuk kelompok

dikarenakan tidak ada penugasan dari guru, akan tetapi secara bersama-

sama siswa mendiskusikan hasil karya batik yang sudah dibuat.

Pada tahap bertanya (questioning) yaitu, kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, dengan

memberikan pertanyaan kepada siswa tentang kegiatan membatik yang

telah dilaksanakn. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengajukan pertanyaan tentang kegiatan membatik yang telah

dilaksanakan. Dengan adanya kegiatan tanya jawab antara guru dengan

siswa, kegiatan tersebut dapat menimbulkan interaksi antar siswa,

sehingga mampu menghidupkan susana kelas.

Pada tahap permodelan (modeling) yaitu, proses penampilan suatu

contoh. Pada tahap ini guru menunjukkan semua hasil karya siswa satu-

persatu didepan kelas dengan memberikan kritik, saran, dan masukan-

masukan yang membangun. Sebenarnya pada pertemuan keempat guru

meminta siswa maju satu persatu untuk mempresentasikan hasil karya

mereka masing-masing, akan tetapi siswa belum berani maju kedepan, hal

tersebut terjadi karena siswa belum terbiasa mempresentasikan karya

mereka didepan kelas.

Page 121: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Gambar 32. Guru Mempresentasikan Karya Siswa di Depan Kelas.

(Dokumentasi: Agustina Sulistyawati, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu

mendengarkan presentasi dari guru. Bersama-sama dengan siswa guru

mengevaluasi semua hasil karya batik yang telah dibuat oleh siswa.

Dengan demikian guru bersama dengan siswa dapat memberikan

masukan, kritik, dan saran yang membangun supaya untuk tugas-tugas

selanjutnya siswa lebih maksimal dalam mengerjakan tugas.

Sebelum dilaksanakan penelitian ini aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran dikelas sebagian besar siswa tidak

memperhatikan penjelasan guru, bercakap-cakap dengan temannya yang

lain, ramai, dan setelah dilaksanakan penelitian ini sebagian besar siswa

dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh guru, dan mengajukan pertanyaan kepada guru

tentang apa yang belum mereka ketahui. Hal tersebut dikarenakan materi

yang disampaikan oleh guru tentang batik merupakan hal yang baru bagi

mereka, sehingga mampu memancing perhatian siswa untuk fokus dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Membatik yang biasanya dilaksanakan hanya dengan menggambar

motif pada kertas gambar, dalam penelitian ini siswa dapat menggambar

motif batik pada kertas gambar kemudian dipindah keatas kain mori.

Dalam penelitian ini siswa menggambar motif batik sebanyak tiga kali,

Page 122: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

yaitu: (1) membuat motif batik pada kertas gambar, (2) memindah motif

gambar batik dari kertas gambar keatas kain mori, dan (3) mengulang

motif batik pada kain mori dengan menggunakan malam/lilin yang sudah

dilelehkan. Dengan mengulang membuat motif batik diharapkan dapat

melatih keterampilan siswa dalam menggambar motif batik.

Sebelum dilaksanakan penelitian ini pengetahuan siswa tentang

motif batik sangat kurang sekali, hal itu dapat diketahui dari motif batik

yang mereka buat semua hampir sama (kurang kreatif). Dilihat dari sisi

pewarnaan karya gambar batik diatas sudah baik jika dibandingkan dengan

karya siswa yang lainnya. Dan setelah dilaksanakan penelitian ini hasil

karya siswa menunjukkan perubahan yang awlnya hanya mencontoh karya

teman atau mencotoh motif batik dari buku sekarng sebagian besar siswa

berani membuat motif sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karya

membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo II, terdapat berbagai macam

motif-motif lain yang merupakan hasil dari imajinasi mereka dalam

membuat taplak meja kecil. Sehingga hasil karya kelompok satu dan

kelompok lainnya berbeda motif.

Dalam membatik dengan teknik mencanting sebagian besar siswa

sudah mampu menguasai, hal tersebut dikarenakan siswa kelas VI SDN

Mojosongo II sudah dua kali membatik dengan teknik mencanting. Pada

waktu membatik peralatan yang digunakan sebagian besar tidak dapat

berfungsi dengan baik, seperti misalnya: nyala api kompor tidak dapat

maksimal, wajan bocor, kondisi canting tidak baik sehingga membuat

aliran malam/lilin terhambat sehingga malam/lilin tidak dapat tembus pada

kain. Dan sebagian kecil lainnya siswa masih belum mampu membatik

dengan teknik mencanting dengan baik. Apabila ada salah satu teman

dalam kelompok yang belum bisa mencanting dengan baik teman yang

lainnya membantu. Dengan adanya learning comunity atau kelompok

belajar, dapat memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas.

Dalam mewarnai motif batik menggunakan remazol dengan

perpaduan warna pada kain sebagian besar siswa sudah mampu mewarnai

Page 123: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

dengan baik. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah kedua kalinya

mewarnai motif gambar batik menggunakan remazol dengan teknik colet.

Selain itu pada waktu membatik dengan teknik mencanting malam/lilin

sebagian besar sudah dapat tembus, sehingga berpengaruh terhadap hasil

pewarnaan yang baik.

Dalam proses merendam kain batik ke dalam waterglass, hampir

seluruh siswa sudah mampu mengerjakannya. Dan pada waktu melorot

kain dengan menggunakan air panas yang mendidih secara kelompok

siswa mengerjakannya dengan berhati-hati. Kegiatan pembelajaran ini

juga dapat melatih rasa kebersamaan, tanggungjawab terhadap hasil karya

masing-masing kelompok, serta kemandirian untuk dapat menyelesaikan

tugas individu dengan baik.

c.) Kegiatan penutup

Guru bersama-sama dengan siswa dan/sendiri membuat

rangkuman/simpulan tentang materi batik yang telah disampaikan dan

kegiatan membatik yang telah dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana hasil karya batik yang telah dibuat siswa-siswa

kelas VI secara kelompok, siswa dapat mengetahui hasil karya yang

dikerjakan dengan maksimal dan yang belum maksimal. Setelah siswa

yang karyanya belum maksimal dapat mengetahui hasil karya siswa lain

yang sudah maksimal, diharapkan untuk tugas-tugas selanjutnya mereka

akan terdorong untuk membuat karya yang lebih baik lagi. Guru

menanyakan kendala-kendala apa saja yang dihadapi siswa selama

mengikuti pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya

mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal yang belum

dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi (reflection).

Guru melakukan penilaian keseluruhan mulai dari mempersiapkan

peralatan dan bahan untuk membatik, membuat rancangan motif batik,

membatik dengan teknik mencanting, dan mewarnai batik dengan teknik

colet (authentic assessment).

Page 124: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

c. Hasil Observasi dan Analisis

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II, yaitu

pertemuan pertama, kedua, dan ketiga dapat diperoleh hasil penelitian dengan

menggunakan authentic assessment (penilaian yang sebenarnya) sebagai berikut:

1.) Hasil Observasi

Berikut ini adalah tabel hasil observasi penilaian siklus I:

Tabel 8. Lembar Observasi Nilai Keseluruhan Tindakan Siklus I

No Nama

Aspek Psikomotor

Nilai

Akhir

Mempersiapkan

Bahan dan Alat

Untuk Membuat Batik

Kreativitas

(Kelancaran

dalam Membuat Motif Batik)

Membatik dengan

Teknik Mencanting

Mewarnai Motif Batik

dengan Teknik Colet

a b c Nilai e f Nilai g h i Nilai j k l Nilai

1. Zaenal Abidin (K 1) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 50 70 77,5

2. Christianto (K 1) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 50 70 77,5

3. Nita Adriyanti (K 1) 70 80 60 70 80 80 80 80 80 80 80 80 80 50 70 75

4. Tri Regina O (K 1) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 50 70 77,5

5. Anis Setyowati (K 2) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 60 70 80 70 80

6. Aphredita S (K 2) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

7. Alfi Rahmawati (K 2) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

8. Axel Ibrahim Ilfat (K 2) 50 60 80 60 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 75

9. Abu Al Isfa Qani (K 3) 60 80 70 70 70 70 70 80 70 70 70 50 50 80 50 65

10 Aziz Miko Refi S (K 3) 80 80 80 80 80 80 80 60 70 60 60 50 50 80 50 67,5

11 Bayu Saputro (K 3) 50 80 60 60 80 80 80 60 60 60 60 50 50 80 50 62,5

12 Burhanudin (K 3) 50 50 50 50 70 70 70 60 70 60 60 50 50 80 50 57,5

13 Dyah Ayu S (K 4) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

14 Dede Setyawan (K 4) 50 50 50 50 80 50 60 80 80 80 80 80 80 80 80 67,5

15 Ery Kurnia Devi (K 4) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

16 Eko Wahyu S (K 4) 80 50 60 60 60 60 60 80 80 80 80 80 80 80 80 70

17 Fauzi Anjarani (K 5) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

18 Firla Mustianto (K 5) 80 80 80 80 80 80 80 80 70 70 70 80 80 80 80 77,5

19 Intan Ferlin H (K 5) 80 80 80 80 80 60 70 80 60 70 70 80 80 80 80 75

20 Jesika Anggun A (K 5) 80 80 80 80 70 70 70 80 80 80 80 80 80 80 80 77,5

21 Muh. Abi N (K 6) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

22 Mui Cahya B (K 6) 80 80 80 80 80 80 80 60 80 70 70 80 80 80 80 77,5

23 Riris L (K 6) 80 80 80 80 80 60 70 80 80 80 80 80 80 80 80 77,5

24 Rendi Adi N (K 6) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

25 Siti Zaenab Z (K 7) 80 80 80 80 70 70 70 70 80 70 70 80 80 80 80 75

26 Sofi Nur M (K 7) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

27 Sintia Fatma P (K 7) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80

28 Santia Resti D (K 7) 70 80 60 70 80 80 80 80 50 60 60 80 80 80 80 70

29 Feronika Indah P (K 8) 80 80 80 80 80 80 80 80 60 80 80 80 50 70 60 75

30 Wayan Sidiq A (K 8) 50 50 50 50 70 70 70 80 80 70 70 60 60 60 60 65

31 Radietya R D (K 8) 60 60 60 60 80 80 80 80 70 80 80 60 50 70 60 70

32 Qusnul Inaiyah A (K 8) 70 70 70 70 80 80 80 70 80 70 70 50 60 70 60 70

33 Alung Rasmoro D (K 8) 60 60 60 60 80 80 80 60 70 60 60 60 70 50 60 67,5

34 Ardhia Dewantara (K 8) 80 80 80 80 80 80 80 70 70 70 70 60 70 50 60 75

35 Fera Monika K (K 8) 80 80 80 80 80 60 70 70 70 70 70 70 60 50 60 72,5

36 S. P Gumilang (K 8) 80 80 80 80 80 80 80 60 70 70 70 60 70 50 60 75

Jumlah 2650 2760 2680 2600 296,93

Rata-rata Kelas 73,61 76,66 74,44 72,22 74,23

Page 125: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Teknik penilaian yang dilakukan oleh guru:

1. Mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik

- Siswa mempersiapkan sendiri alat yang digunakan untuk membuat

motif batik: pensil, penghapus, dan kertas gambar.

- Siswa mempersiapkan alat yang digunakan untuk membatik dengan

teknik mencanting (korek api, canting, kain mori), bahan dan alat lain

telah disediakan oleh guru disekolah (malam, wajan, kompor kecil,

minyak tanah).

- Siswa mempersiapkan alat yang digunakan untuk mewarnai motif

batik dengan teknik colet (kuas, botol air mineral bekas, tali, peniti),

bahan dan alat lain telah disediakan oleh guru disekolah (remasol,

waterglass, ember, panci, dan kompor).

- Guru menilai siswa dengan cara mengamati siswa satu persatu dalam

mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik berdasarkan sub-sub

indikator yang telah disebutkan di atas.

- Jika terdapat siswa yang sama sekali tidak mempersiapkan bahan dan

alat yang harus dipersiapkan dari rumah, siswa dapat mempergunakan

alat dan bahan yang ada disekolah, dengan demikian siswa

memperoleh nilai yang paling terendah diantara siswa yang telah

mempersiapkan bahan dan alat.

2. Membuat rancangan motif batik

- Guru mengamati aktivitas siswa pada waktu membuat motif batik,

dengan cara berjalan mengamati satu persatu proses pembuatan motif

dari bangku satu ke bangku yang lain di dalam kelas.

- Guru melakukan observasi dengan menanyakan kepada siswa: motif

apa yang dibuat?, menceritakan tentanga apa?, memperoleh ide dari

mana?, dengan demikian guru dapat mengetahui apakah motif yang

dibuat oleh siswa adalah hasil kreativitasnya sendiri atau hanya meniru

gambar lain, maupun mencontek karya teman yang lain.

- Setelah selesai pembuatan motif batik guru menilai komposisi motif.

Page 126: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

- Hasil pembuatan motif dalam satu kelompok diseleksi oleh guru, dan

diambil salah satu karya siswa yang nantinya akan digunakan untuk

membuat motif taplak meja kecil.

3. Membatik dengan teknik mencanting

- Guru mengamati aktivitas siswa pada waktu mencanting, dengan cara

berjalan mengamati satu persatu proses mencanting motif.

- Guru melakukan observasi dan menayakan kepada siswa: bagaimana

cara siswa menggunakan canting?, malam/lilin yang digunakan dapat

tembus atau tidak?, sehingga guru dapat memberikan penilaian.

- Setelah selesai membatik dengan teknik mencanting guru baru dapat

menilai kebersihan dalam mencanting.

4. Mewarnai motif batik dengan teknik colet

- Guru mengamati aktivitas siswa pada waktu mewarnai motif batik

dengan teknik colet, dengan cara berjalan mengamati satu persatu

proses mewarnai motif batik. Dengan cara mengamati siswa satu-

persatu, guru dapat mengetahui bagaimana teknik mencolet siswa,

teknik mengunci/mengancing pewarna remazol.

- Untuk dapat mengetahui perpaduan warna motif batik, guru dapat

melakukan penilaian setelah karya batik jadi.

Dari tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa: (1) nilai rata-rata

indikator mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk membatik

73,61, (2) nilai rata-rata indikator membuat rancangan motif batik 76,66,

(3) nilai rata-rata indikator membatik dengan teknik mencanting 74,44,

dan (4) nilai rata-rata indikator mewarnai motif batik dengan teknik colet

72,22.

Page 127: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

N (nilai keseluruhan) = N (1) + N (2) + N (3) + N (4)

4

N (nilai keseluruhan) = 73,61 + 76,66 + 74,44+ 72,22

4

= 296,93

4

= 74,23

Hasil analisis data pelaksanaan penelitian dengan menggunakan model

pembelajaran Contextual teaching and learning (CTL), secara umum telah

menunjukkan perubahan, dimana siswa dalam melaksanakan pembelajaran

semakin mantap dan luwes pada saat melaksanakan praktek membatik dengan

teknik mencanting.

2.) Pembahasan Hasil Karya Siswa Siklus I

Berikut ini adalah 3 contoh hasil karya batik siswa kelas VI SDN

Mojosongo II dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL) siklus II:

a.) Hasil Karya Siswa di Bawah KKM

Berikut ini adalah hasil karya siswa kelompok 3 (Abu, Aziz, Bayu,

dan Burhanudin), yang memperoleh nilai rendah:

Gambar 33. Hasil Karya Kelompok 3 Belum Memenuhi KKM (Nilai Rendah).

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Page 128: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Dari gambar di atas dapat kila lihat salah satu hasil karya siswa

kelas VI kelompok 3 belum memenuhi KKM 66 setelah dilaksanakan

penelitian siklus II.

Dalam mempersiapkan peralatan membatik Abu dan Aziz

mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik, sedangkan Bayu dan

Burhanudin tidak mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik.

Dengan demikian, Abu memperoleh nilai 70, Aziz memperoleh nilai 80,

Bayu memperoleh nilai 60, dan Burhanudin memperoleh nilai 50.

Dalam membuat rancangan motif batik Aziz, Bayu, dan

Burhanudin mampu membuat rancangan motif batik dengan ide masing-

masing, sedangkan Abu hanya meniru teman lainnya. Abu, Aziz, dan

Bayu mampu berkreativitas dalam membuat rancangan motif batik,

sedangkan Burhanudin belum mampu berkreativitas membuat motif batik.

Abu memperoleh nilai 70, Aziz memperoleh nilai 80, Bayu memperoleh

nilai 80, dan Burhanudin memperoleh nilai 70.

Dalam membatik dengan teknik mencanting Abu mampu

menggunakan canting dengan baik, sedangkan Aziz, Bayu, dan

Burhanudin belum mampu memegang canting dengan baik. Dalam

mencanting Abu, Aziz, Bayu, dan Burhanudin sebagian besar tidak tembus

pada kain. Dalam membatik Abu, Aziz, Bayu, dan Burhanudin dapat

menjaga kebersihanya. Dengan demikian dalam membatik dengan teknik

mencanting, Abu memperoleh nilai 70, Aziz memperoleh nilai 60, Bayu

memperoleh nilai 60, dan Burhanudin memperoleh nilai 60.

Dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet Abu, Aziz, Bayu,

dan Burhanudin belum mampu menguasai teknik mencolet, belum mampu

menguasai teknik mengunci/mengancing pewarna remazol, dan belum bisa

memadukan warna. Dengan demikian dalam mewarnai motif batik dengan

teknik colet, Abu memperoleh nilai 50, Aziz memperoleh nilai 50, Bayu

memperoleh nilai 50, dan Burhanudin memperoleh nilai 50.

Berdasarkan penilaian diatas, nilai rata-rata akhir yang diperoleh:

Abu memperoleh nilai 65, Aziz memperoleh nilai 67,5, Bayu memperoleh

Page 129: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

nilai 62,5, dan Burhanudin memperoleh nilai 57,5. Pada silkus II

kelompok 3 (Abu, Aziz, Bayu, dan Burhanudin) memperoleh nilai

terendah diantara siswa yang lain dalam satu kelas.

b.) Hasil Karya Siswa yang Sudah Memenuhi KKM

Berikut ini adalah hasil karya siswa kelompok 9 (Alung, Ardhia,

Fera, dan Gumilang), yang memperoleh nilai sedang:

Gambar 34. Hasil Karya Kelompok 9 Sudah Memenuhi KKM (Nilai Sedang).

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Dari gambar di atas dapat kila lihat salah satu hasil karya siswa

kelas VI kelompok 9 sudah memenuhi KKM lebih dari 66 (sedang) setelah

dilaksanakan penelitian siklus II.

Dalam mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik Alung,

Ardhia, Fera, dan Gumilang mempersiapkan alat untuk membuat motif

batik. Ardhia, Fera, dan Gumilang mempersiapkan bahan dan alat yang

digunakan untuk membatik dengan teknik mencanting, sedangkan Alung

tidak mempersiapkan. Ardhia, Fera, dan Gumilang mempersiapkan bahan

dan alat yang digunakan untuk mewarnai motif batik dengan teknik colet,

sedangkan Alung tidak. Dengan demikian dalam mempersiapkan peralatan

membatik, Alung memperoleh nilai 60, Ardhia memperoleh nilai 80, Fera

memperoleh nilai 80, dan Gumilang memperoleh nilai 80.

Page 130: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Dalam membuat rancangan motif batik, kelompok 9: Fera, Ardhia,

dan Gumilang mampu membuat rancangan motif batik dengan ide masing-

masing, sedangkan Alung hanya meniru teman lainnya. Dalam

berkreativitas Alung, Ardhia, Fera, dan Gumilang mampu berkreativitas

dalam membuat rancangan motif batik. Dengan demikian dalam

merancang motif batik, Alung memperoleh nilai 60, Ardhia memperoleh

nilai 80, Fera memperoleh nilai 80, dan Gumilang memperoleh nilai 80.

Dalam membatik dengan teknik mencanting Alung dan Ardhia

mampu memegang canting dengan baik, sedangkan Fera, dan Gumilang

belum mampu memegang canting dengan baik. Dalam mencanting Alung

dan Ardhia sebagian besar tidak tembus pada kain, sedangkan Fera dan

Gumilang dalam mencanting tembus pada kain. Dalam membatik Alung

tidak dapat menjaga kebersihanya, sedangkan Ardhia, Fera, dan Gumilang

dapat menjaga kebersihanya. Dengan demikian dalam membatik dengan

teknik mencanting, Alung memperoleh nilai 60, Ardhia memperoleh nilai

70, Fera memperoleh nilai 70, dan Gumilang memperoleh nilai 70.

Dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet Alung, Ardhia,

Fera, dan Gumilang sudah mampu memadukan warna akan tetapi belum

baik. Kerapian warna Alung, Ardhia, Fera, dan Gumilang termasuk belum

rapi. Hasil akhir Alung, Ardhia, Fera, dan Gumilang hampir maksimal.

Dengan demikian dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet, Alung

memperoleh nilai 70, Ardhia memperoleh nilai 70, Fera memperoleh nilai

70, dan Gumilang memperoleh nilai 70.

Berdasarkan penilaian diatas, nilai rata-rata akhir yang diperoleh:

Alung memperoleh nilai 67,5, Ardhia memperoleh nilai 75, Fera

memperoleh nilai 70, dan Gumilang memperoleh nilai 70. Pada silkus II

kelompok 9 (Alung, Ardhia, Fera, dan Gumilang) memperoleh nilai

sedang diantara siswa yang lain dalam satu kelas.

Page 131: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

c.) Hasil Karya Siswa di Atas KKM

Berikut ini adalah hasil karya kelompok 2 (Anis, Aphredita, Alfi,

dan Axel) yang memperoleh nilai tinggi:

Gambar 35. Hasil Karya Kelompok 2 Sudah Memenuhi KKM (Nilai Tinggi).

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Dari gambar di atas dapat kila lihat salah satu hasil karya siswa

kelas VI kelompok 2 sudah memenuhi KKM lebih dari 66 (tinggi) setelah

dilaksanakan penelitian siklus II.

Dalam mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat Anis,

Aphredita, dan Alfi mempersiapkan alat untuk membuat motif batik,

sedangkan Axel tidak. Anis, Aphredita, Alfi, dan Axel mempersiapkan

bahan dan alat yang digunakan untuk membatik dengan teknik

mencanting. Anis, Aphredita, dan Alfi menyediakan bahan dan alat yang

digunakan untuk mewarnai motif batik dengan teknik colet, sedangkan

Axel hanya sebagian kecil saja. Dengan demikian dalam mempersiapkan

peralatan membatik, Anis memperoleh nilai 80, Aphredita memperoleh

nilai 80, Alfi memperoleh nilai 80, dan Axel memperoleh nilai 60.

Dalam membuat rancangan motif batik secara individu Anis,

Aphredita, Alfi, dan Axel mampu membuat rancangan motif batik dengan

ide masing-masing. Dalam berkreativitas Anis, Aphredita, Alfi, dan Axel

mampu berkreativitas dalam membuat rancangan motif batik yang mereka

buat. Dengan demikian dalam merancang motif batik, Anis memperoleh

Page 132: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

nilai 80, Aphredita memperoleh nilai 80, Alfi memperoleh nilai 80, dan

Axel memperoleh nilai 80.

Dalam membatik dengan teknik mencanting Anis, Aphredita, Alfi,

dan Axel mampu menggunakan canting dengan baik. Dengan demikian

dalam membatik dengan teknik mencanting, Anis memperoleh nilai 80,

Aphredita memperoleh nilai 80, Alfi memperoleh nilai 80, dan Axel

memperoleh nilai 80.

Dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet, Aphredita, Alfi,

dan Axel sudah mampu menguasai teknik mencolet dengan baik, teknik

mengunci/mengancing pewarna remazol dengan baik, dan memadukan

warna dengan baik. Dengan demikian Anis memperoleh nilai 80,

Aphredita memperoleh nilai 80, Alfi memperoleh nilai 80, dan Axel

memperoleh nilai 60.

Berdasarkan penilaian diatas, nilai rata-rata akhir yang diperoleh:

Anis memperoleh nilai 80, Apredhita memperoleh nilai 80, Alfi

memperoleh nilai 80, dan Axel memperoleh nilai 77,5. Pada silkus II

kelompok 2 (Anis, Aphredita, Alfi, dan Axel) memperoleh nilai tinggi

diantara siswa yang lain dalam satu kelas.

3.) Hasil Analisis Pelaksanaan Siklus II

a) Penilaian indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II pertemuan pertama:

dari 36 orang siswa terdapat 24 orang siswa atau 66,66 % yang meperoleh

nilai A (80), 4 orang siswa atau 11,11 % yang memperoleh nilai B (70), 5

orang siswa atau 13,88 % yang memperoleh nilai C (60), dan terdapat 3

orang siswa atau 8,33 % yang memperoleh nilai D (50).

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 66

adalah 28 orang siswa atau 77,77 %, dan yang memperoleh nilai di bawah

KKM 8 orang siswa atau 22,21 %.

Page 133: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Hasil dari pelaksanaan siklus II penilaian pertama dapat dikatakan

telah berhasil, yaitu dalam mempersiapkan alat untuk membatik lebih dari

70 % siswa dapat meningkat.

b) Penilaian indikator membuat rancangan motif batik

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II penilaian kedua dari

36 orang siswa terdapat 26 orang siswa atau 72,22 % yang memperoleh

nilai A (80), 8 orang siswa atau 22,22 % yang memperoleh nilai B (70),

dan 2 orang siswa atau 5,55 % yang memperoleh nilai C (60).

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 66

adalah 34 orang siswa atau 94,44 %, dan yang memperoleh nilai di bawah

KKM 2 orang siswa atau 5,55 %.

Hasil dari pelaksanaan siklus II penilaian ke dua dapat dikatakan

telah berhasil, yaitu dalam membuat rancangan motif batik lebih dari 70 %

siswa dapat meningkat.

c) Penilaian indikator membatik dengan teknik mencanting

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan kedua dari

38 orang yang meperoleh nilai A (80), 21 orang siswa yang memperoleh

nilai B (70), 10 orang siswa yang memperoleh nilai C (60), dan terdapat 5

orang.

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (66)

adalah 31 orang siswa atau 86,1 %, dan siswa yang memperoleh nilai di

bawah KKM 6 orang siswa atau 13,88 %.

Hasil dari pelaksanaan siklus II penilaian ketiga dapat dikatakan

telah berhasil, yaitu dalam membatik dengan teknik mencanting lebih dari

70 % siswa dapat meningkat.

d) Penilaian indikator mewarnai motif batik dengan teknik colet

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II pertemuan kedua dari

36 orang siswa terdapat 20 orang siswa yang memperoleh nilai A (80), 8

orang siswa yang memperoleh nilai B (70), 4 orang siswa yang

memperoleh nilai C (60), dan 4 orang siswa yang memperoleh nilai D

(50).

Page 134: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (66)

adalah sebanyak 28 orang siswa atau 77,77 %, dan yang belum memenuhi

KKM 8 orang siswa atau 22,22 %.

Hasil dari pelaksanaan siklus pertama penilaian yang keempat

mewarnai motif batik dengan perpaduan warna pada kain dapat dikatakan

belum berhasil, yaitu kemampuan siswa dalam mewarnai motif batik

dengan teknik colet,lebih dari 70%.

e. Refleksi

Hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) siklus II yang dilaksanakan selama 3 x pertemuan,

peneliti berupaya menggali faktor penyebab dan melakukan reflek, sebagai

berikut:

1. Pada indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, siswa

yang memperoleh nilai di atas KKM 66 adalah 28 orang siswa atau 77,77

%, dan yang memperoleh nilai di bawah KKM adalah 8 orang siswa atau

22,21 %.

Dalam mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, masih

terdapat beberapa orang siswa yang belum mempersiapkan bahan dan alat

untuk membuat batik.

Untuk mengatasi kendala tersebut pada pembelajaran berikutnya

sebaiknya guru lebih menegaskan peraturan bagi siswa, seperti misalnya

jika tidak mempersiapkan bahan dan alat tidak boleh meminjam teman

yang lain. Jika siswa tidak diberi penegasan nantinya akan dapat

menganggu konsentrasi dan pekerjaan teman yang lainnya.

2. Pada indikator membuat rancangan motif batik, siswa yang memperoleh

nilai di atas KKM 66 adalah 34 orang siswa atau 94,44 %, dan yang

memperoleh nilai di bawah KKM adalah 2 orang siswa atau 5,55 %.

Dalam membuat rancangan motif batik, sebagian kecil siswa masih

mengalami kesulitan dalam membuat motif batik. Siswa masih kurang

luwes dalam menggambar motif, mereka masih terpaku menggunakan alat

Page 135: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

bantu yang berupa penggaris, dan busur, dalam membuat motif batik.

Sehingga gambar yang dihasilkan terkesan kaku.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pada pembelajaran

berikutnya guru lebih meningkatkan bimbingan terhadap siswa yang

mengalami kesulitan dalam membuat motif batik, dengan memberikan

contoh-contoh hasil karya batik, dan motif-motif yang lebih bervariasi.

Guru dapat mengajak siswa keluar kelas, dan mengamati tumbuhan,

hewan, dan benda-benda lain yang ada dilingkungan sekitar, sehingga

siswa dapat menemukan ide mengenai motif batik. Guru lebih

meningkatkan keterampilan siswa dalam menggambar motif batik, dengan

cara mengajarkan lagi teknik menggambar yang luwes tanpa

menggunakan alat bantu yang berupa penggaris dan busur. Guru lebih

meningkatkan bimbingan kepada siswa dalam menyusun komposisi,

sehingga pada pembelajaran berikutnya siswa mampu menyusun

komposisi yang baik.

3. Pada indikator membatik dengan teknik mencanting, siswa yang

memperoleh nilai di atas KKM (66) adalah 31 orang siswa atau 86,1 %,

dan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (66) sebanyak 6 orang

siswa atau 13,88 %.

Dalam membatik dengan teknik mencanting, sebagian kecil siswa

masih mengalami kesulitan pada waktu mencanting, kebanyakan

lilin/malam yang digunakan masih kurang tembus pada kain, dan

kebersihan dalam mencantingnya masih kurang dikarenakan lilin/malam

yang terdapat didalam canting sering menetes. Hal-hal demikian dapat

terjadi dikarenakan lilin/malam yang digunakan untuk membatik belum

benar-benar matang, sedangkan siswa terburu-buru untuk segera

mencanting, sehingga pada waktu digunakan untuk mencanting

lilin/malam tidak tembus pada kain. Pada waktu menggunakan canting,

tangan kiri tidak digunakan untuk menyangga kain sedangkan kain hanya

diletakkan dilantai, dan posisi canting sangat miring kebawah (seperti

pensil), sehingga menyebabkan lilin/malam menetes. Sebagian kecil siswa

Page 136: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

memegang gagang canting tidak pada bagian tengah tetapi bagian pagkal,

dikarenakan siswa merasa takut terkena lilin/malam panas.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pada pembelajaran

berikutnya guru lebih meningkatkan bimbingan terhadap siswa yang

mengalami kesulitan dalam mencanting, mengajarkan lagi bagaimana cara

menggunakan canting yang benar, posisi tangan kanan untuk memegang

gagang canting bagian tengah yang benar, dan posisi tangan kiri

digunakan untuk menyangga kain yang benar. Guru memberi himbauan

kepada siswa supaya siswa tidak terburu-buru dalam mencanting,

menunggu lilin/malam mendidih dahulu supaya pada waktu digunakan

untuk mencanting dapat tembus pada kain. Guru memberitahukan kepada

siswa bahwa dalam membatik dibutuhkan kesabaran dalam setiap

tindakan, karena dalam membatik memerlukan waktu pengerjaan yang

lama. Guru memberitahukan kepada siswa bahwa memegang gagang

canting harus ditengah, karena jika memegang gagang canting bagian

pangkal saja tidak bisa kuat, sehingga berbahaya dan dapat menyebabkan

lilin/malam tumpah kesamping dapat mengenai kain atau tangan.

4. Pada indikator mewarnai motif batik dengan teknik colet, siswa yang

memperoleh nilai diatas KKM (66) adalah sebanyak 28 orang siswa atau

77,77 %, dan 8 orang siswa atau 22,22 % dari jumlah keseluruhan siswa

yang belum memenuhi KKM (66).

Dalam mewarnai motif batik dengan teknik colet, sebagian siswa

masih belum mampu menguasai teknik mencolet, teknik

mengunci/mengancing pewarna remazol, dan belum berani memadukan

warna. Hal-hal demikian dikarenakan siswa masih mengalami ketakutan

dalam mengkombinasikan warna, pewarnaan yang asal, dan kurang

berhati-hati pada waktu menguaskan pewarna pada motif batik.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pembelajaran

berikutnya guru lebih meningkatkan bimbingan kepada siswa dalam

mewarnai motif batik dengan teknik colet. Guru mengajarkan lagi

bagaimana cara memadukan warna yang harmonis, mengkombinasikan

Page 137: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

warna yang baik, teknik menguas yang benar, berhati-hati, dan tidak asal

dalam mewarnai.

Berdasarkan hasil observasi siklus II di atas dapat diketahui bahwa

keempat indikator ketercapaian sudah dapat meningkat, sehingga tidak perlu

dilaksanakan siklus III.

C. Diskripsi Antar Siklus

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dapat dibedakan antara nilai

siswa sebelum dilaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), nilai siswa setelah dilaksanakan siklus

I dan nilai siswa setelah dilaksanakan siklus II diperoleh data yang dapat

digunakan untuk perbandingan adalah sebagai berikut:

1. Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sebelum Tindakan

Berikut ini adalah data frekuensi siswa kelas VI SDN Mojosongo II

sebelum dilaksanakan penelitian:

Tabel 9. Data Frekuensi Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sebelum Tindakan.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai siswa sebelum dilaksanakan

tindakan siswa yang memperoleh nilai ≤ 66 adalah sebanyak 25 siswa atau 69,44

%, sedangkan jumlah siswa yang memeroleh nilai ≥ 66 adalah sebanyak 11 siswa

atau 30,55 %

No Interval Frekuensi Persentase Keterangan

1. 76 - 80 4 11,11 % Baik

2. 71 - 75 4 11,11 % Lebih dari cukup

3. 66 – 70 3 8,33 % Cukup

4. 61 - 65 18 50 % Hampir cukup

5. 56 - 60 7 19,44 % Kurang

6. 51 - 55 0 0 % Kurang sekali

7. 46 - 50 0 0 % Sangat kurang sekali

Jumlah 36 100 %

Page 138: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Bila digambarkan dalam bentuk grafik akan terlihat gambar seperti di

bawah ini:

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80

Gambar 36. Grafik Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sebelum Dilaksanakan

Tindakan.

2. Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sesudah Dilaksanakan Tindakan

Siklus I

Berikut ini adalah data frekuensi siswa kelas VI SDN Mojosongo II

yang diperoleh melalui observasi yang dilakukan 4 kali pertemuan dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sesudah proses pelaksanaan

tindakan siklus I diperoleh data frekuensi adalah sebagai berikut:

Tabel 10. Data Frekuensi Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sesudah Tindakan

Siklus I.

No Interval Frekuensi Persentase Keterangan

1. 76 - 80 4 11,11 % Baik

2. 71 - 75 6 16,66 % Lebih dari cukup

3. 66 – 70 11 30,55 % Cukup

4. 61 - 65 6 16,66 % Hampir cukup

5. 56 - 60 6 16,66 % Kurang

6. 51 - 55 1 2,77 % Kurang sekali

7. 46 - 50 2 5,55 % Sangat kurang sekali

Jumlah 36 100 %

Page 139: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh

nilai ≤ 6,6 adalah sebanyak 21 siswa atau 58,32 %, sedangkan jumlah siswa

yang memperoleh nilai ≥ 6,6 adalah sebanyak 15 siswa atau 41,66 %.

Data frekuensi nilai membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo II pada

siklus I dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

12

46-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80

Gambar 37. Grafik Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sesudah Dilaksanakan

Tindakan Siklus I.

Nilai siswa setelah dilaksanakan penelitian siklus I dengan

menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

pada mata pelajaran membatik adalah sebagai berikut: jumlah siswa yang

memperoleh nilai ≤ 66 sebanyak 15 siswa atau 41,66 %, sedangkan jumlah

siswa yang mendapatkan nilai ≥ 66 sebanyak 21 siswa atau 58,32 %. Hasil

penelitian siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa,

akan tetapi peningkatan prestasi belajar siswa belum mampu memenuhi

indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu 70 %.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan siklus

I belum berhasil, sehingga perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus II.

Perncanaan siklus II didasarkan pada hasil observasi, analisis dan refleksi

siklus pertama yaitu, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan gambar

rancanga motif batik sudah mampu memenuhi target yaitu lebih dari 70 %,

maka yang perlu dilaksanakan penelitian ulang adalah membatik dengan

teknik mencanting, dan mewarnai motif batik dengan perpaduan warna pada

kain.

Page 140: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

3. Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sesudah Dilaksanakan Tindakan

Siklus II

Berikut ini adalah data frekuensi siswa kelas VI SDN Mojosongo II

yang diperoleh melalui observasi yang dilakukan 3 x pertemuan dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sesudah proses pelaksanaan

tindakan siklus II diperoleh data frekuensi adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Data Frekuensi Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sesudah Tindakan

Siklus II.

No Interval Frekuensi Persentase Keterangan

1. 76 - 80 17 47,22 % Baik

2. 71 - 75 6 16,66 % Lebih dari cukup

3. 66 – 70 9 25 % Cukup

4. 61 - 65 3 8,33 % Hampir cukup

5. 56 - 60 1 2,77 % Kurang

6. 51 - 55 0 0 % Kurang sekali

7. 46 - 50 0 0 % Sangat kurang sekali

Jumlah 36 100 %

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan

siklus II siswa memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 9 siswa atau

25 %, kategori lebih dari cukup sebanyak 6 siswa atau 16,66 %, dan kategori

baik sebanyak 17 siswa atau 47,22 %. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥

66 adalah sebanyak 32 siswa atau 88,88 %, nilai siswa ≤ 66 adalah sebanyak 4

siswa atau 11,11 %.

Data frekuensi nilai membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo II pada

siklus I dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Page 141: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80

Gambar 38. Grafik Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sesudah Dilaksanakan

Tindakan Siklus II.

4. Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sebelum dan Sesudah Dilaksanakan

Tindakan Siklus I dan II

Berikut ini adalah data frekuensi siswa kelas VI SDN Mojosongo II

yang diperoleh melalui observasi yang diambil sebelum melakukan tindakan

penelitian dan sesudah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II, diperoleh

data frekuensi adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Data Frekuensi Nilai Membatik Siswa Sebelum dan Sesudah

Dilaksanakan Tindakan Siklus I dan II.

Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan antara persentase sebelum

dilaksanakan tindakan, setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan II. Adanya

peningkatan prestasi belajar dapat diketahui setelah dilaksanakan penelitian

No Interval

Persentase

Sebelum

Tindakan

Persentase

Siklus I

Persentase

Siklus II Keterangan

1. 76 - 80 11,11 % 11,11 % 47,22 % Baik

2. 71 - 75 11,11 % 16,66 % 16,66 % Lebih dari cukup

3. 66 – 70 8,33 % 30,55 % 25 % Cukup

4. 61 - 65 50 % 16,66 % 8,33 % Hampir cukup

5. 56 - 60 19,44 % 16,66 % 2,77 % Kurang

6. 51 - 55 0 % 2,77 % 0 % Kurang sekali

7. 46 - 50 0 % 5,55 % 0 % Sangat kurang sekali

Jumlah 100 % 100 % 100 %

Page 142: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

tindakan (action research) dengan menggunakan model pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning).

Berikut ini gambar grafik hasil frekuensi nilai membatik keseluruhan

sebelum tindakan, setelah dilaksanakan siklus I II:

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

46-50 51-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80

Gambar 39. Grafik Nilai Membatik Siswa Kelas VI Sebelum dan Sesudah

Dilaksanakan Tindakan Siklus I dan II.

Keterangan grafik:

: nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan.

: nilai siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus I.

: nilai siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus II.

Nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan siswa yang memperoleh

nilai di atas KKM 66 adalah sebanyak 25 siswa atau 69,44 %, sedangkan

jumlah siswa yang memeroleh nilai di bawah KKM 66 adalah sebanyak 11

siswa atau 30,55 %

Nilai siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan menerapkan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata

pelajaran membatik adalah sebagai berikut: jumlah siswa yang memperoleh nilai

≥ 66 adalah sebanyak 15 siswa atau 41,66 %, sedangkan jumlah siswa yang

mendapatkan nilai ≤ 66 adalah sebanyak 21 siswa atau 58,32 %.

Hasil penelitian tindakan siklus I menampakkan peningkatan prestasi

belajar siswa, akan tetapi peningkatan prestasi belajar siswa belum mampu

memenuhi indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu 70 %. Indikator

Page 143: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

ketercapaian yang sudah mampu memenuhi target 70 % pada siklus I yaitu:

mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, dan membuat rancanga motif

batik, dan indikator-indikator yang belum terpenuhi yaitu: membatik dengan

teknik mencanting, dan mewarnai motif batik dengan teknik colet.

Nilai siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menerapkan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), pada mata

pelajaran membatik dengan teknik mencanting adalah sebagai berikut: jumlah

siswa yang memperoleh nilai ≥ 66 adalah sebanyak 32 siswa atau 88,88%.,

sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai ≤ 66 adalah sebanyak 4 siswa

atau 11,11 %

Hasil pelaksanaan penelitian siklus II menunjukkan adanya peningkatan

prestasi belajar siswa dan mampu memenuhi indikator ketercapaian dalam

penelitian ini yaitu lebih dari 70 % prestasi belajar meningkat. Indikator yang

sudah terpenuhi pada siklus II yaitu: membatik dengan teknik mencanting, dan

mewarnai motif batik dengan teknik colet.

Secara lebih rinci perkembangan maupun penurunan prestasi belajar

membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo II berdasarkan indikator ketercapaian

dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam rekapitulasi nilai nilai rata-rata kelas

dan persentase keberhasilan sebagai berikut:

Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas dan Persentase Keberhasilan

Setelah Dilaksanakan Tindakan Siklus I dan II.

No Indikator kietercapaian

Persentase Keberhasilan

Antar Siklus

Peningkatan/

Penurunan Persentase

I II Naik Menurun

1.

Mempersiapkan bahan dan alat

untuk membuat batik.

80,55 %

77,77 %

-

2,77 %

2. Membuat rancangan motif batik 72,22 % 91,66 % 19,49 % -

3. Membatik dengan teknik

mencanting 41,66 % 88,88 % 47,22 % -

4. Mewarnai motif batik dengan

teknik colet 30,55 % 77,77 % 36,11 % -

Page 144: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Berikut ini gambar grafik perbandingan antara siklus I II:

0102030405060708090

100

Siklus

I

Siklus

II

Mempersiapkanbahan dan alatuntuk membuatbatik

Membuatrancangan motifbatik

Membatikdengan teknikmencanting

Mewarnai motifbatik denganteknik colet

Gambar 40. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Kelas VI Sesudah

Dilaksanakan Tindakan Siklus I dan II.

Menurut data yang telah diperoleh berdasarkan nilai rata-rata antar siklus

pada tabel 20, perubahan antara siklus I dan siklus II indikator ketercapaian

mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik nilai rata-rata kelas naik 1,89,

dari 71,11 menjadi 73,88, sedangkan persentase keberhasilan menurun 2,77 %

dari 80,54 % menjadi 77,77 %. Menurunnya persentase keberhasilan tersebut

dapat terjadi dikarenakan pada siklus I siswa memperoleh nilai dengan kategori

cukup sebanyak 11 siswa atau 30,55 %, kategori lebih dari cukup sebanyak 6

siswa atau 16,66 %, dan kategori baik sebanyak 4 siswa atau 11,11 %. Jumlah

siswa yang mendapatkan nilai ≥ 66 adalah sebanyak 21 siswa atau 58,32 %,

sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai ≤ 66 adalah sebanyak 15 siswa

atau 41,66 %. Sedangan pada siklus II siswa memperoleh nilai dengan kategori

cukup sebanyak 9 siswa atau 25 %, kategori lebih dari cukup sebanyak 6 siswa

atau 16,66 %, dan kategori baik sebanyak 17 siswa atau 47,22 %. Jumlah siswa

yang memperoleh nilai ≥ 66 adalah sebanyak 32 siswa atau 88,88 %, dan jumlah

siswa yang memperoleh nilai ≤ 66 adalah sebanyak 4 siswa atau 11,11 %.

Perubahan antara siklus I dan siklus II pada indikator ketercapaian

membuat rancangan motif batik nilai rata-rata kelas naik 4,44 %, dari 72,50

menjadi 76,94, sedangkan persentase keberhasilan naik 19,49 %, dari 72,22 %

menjadi 91,66 %.

Page 145: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Perubahan antara siklus I dan siklus II pada indikator ketercapaian

membatik dengan teknik memcanting memperoleh nilai rata-rata kelas naik 9,72

%, dari 64,72 menjadi 74,44, sedangkan persentase keberhasilan naik 44,44 %

dari 41,66 % menjadi 86,10 %.

Perubahan antara siklus I dan siklus II pada indikator ketercapaian

mewarnai motif batik dengan teknik colet memperoleh nilai rata-rata kelas naik

11,67, dari 60,55 menjadi 74,44, sedangkan persentase keberhasilan naik 36,11 %

dari 72,22 menjadi 77,77 %.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berikut ini adalah pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di

SDN Mojosongo II siswa kelas VI:

1. Hasil dan Proses Pembelajaran

a. Prestasi belajar

Sebelum dilaksanakan penelitian prestasi belajar siswa kelas VI

SDN Mojosongo II memperoleh rata-rata kelas 65,22, setelah

dilaksanakan penelitian siklus I memperoleh rata-rata kelas 67,08, dan

setelah dilaksanakan penelitian ulang siklus II memperoleh rata-rata 74,23.

Dengan demikian pretasi belajar membatik kelas VI SDN Mojosongo II

setelah dilaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

CTL (Contextual Teaching and Learning) mengalami peningkatan secara

bertahap.

b. Proses pembelajaran

Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

CTL pada waktu mengerjakan tugas siswa cenderung ramai dengan

teman-temannya, bermalas-malasan/kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran, tidak serius pada waktu mengerjakan tugas di Sekolah.

Setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

menggunakan model pembelajaran CTL, pada waktu mengerjakan tugas

siswa lebih banyak memperhatikan guru pada waktu menyampaikan

materi pembelajaran karena siswa memiliki minat dan rasa keingintahuan

Page 146: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

yang tinggi, siswa lebih aktif pada waktu proses pembelajaran mereka

banyak mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dimengerti dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa lebih

asik dengan pekerjaan masing-masing, baik secara kelompok maupun

secara individu.

c. Media pembelajaran

Sebelum dilaksanakan penelitian pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran CTL media pembelajaran yang

digunakan sangat terbatas sekali hanya menggunakan media kertas sebagai

contoh, dan setelah dilaksanakan penelitian pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran CTL media pembelajaran lebih

bervariasi dengan adanya contoh karya batik tulis, batik colet, batik

printing dan batik cap.

d. Kreativitas

Kreativitas siswa sebelum dilaksanakan penelitian ini sangat

rendah, hal tersebut dapat dilihat dari hasil karya menggambar batik pada

halaman 3 gambar 1, dalam membuat karya siswa cenderung meniru

contoh gambar yang diberikan oleh guru tanpa mengembangkannya,

sehingga hasil karya siswa dalam 1 kelas sebagian besar sama. Setelah

dilaksanakan penelitian ini kreativitas siswa dalam berkarya meningkat,

hal tersebut dapat dilihat dari contoh hasil karya siswa pada siklus I

gambar 18, 19, 20, dan hasil karya pada siklus II gambar 33, 34, 35.

Kreativitas siswa dalam membuat motif batik maupun dalam pewarnaan

sebagian besar berbeda.

e. Hasil karya siswa

Hasil karya siswa sebelum dilaksanakan penelitian dengan

menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning) hanya spontanitas saja tanpa rencana atau sketsa disain terlebih

dahulu, dan setelah dilaksanakan penelitian dengan menggunakan model

pembelajaran CTL lebih baik karena sebelum membuat karya siswa

terlebih dahulu membuat motif batik pada kertas gambar baru kemudian di

Page 147: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

pindah ke atas kain, dengan adanya pengarahan dan masukan-masukan

dari guru siswa mampu membuat karya batik yang digunakan sebagai

taplak meja kecil secara kelompok. Hal ini menunjukkan peningkatan hasil

karya yang sebelum penelitian hanya mengambar dikertas saja setelah

dilaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran CTL

dapat meningkat menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Keterkaitan Antara Model Pembelajaran CTL dengan Proses

Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pendapat Johnson

dalam bukunya yang berjudul Contextual Teaching and Learning terdapat tujuh

indikator yang telah diterapkan di dalam penelitian ini, yaitu:

a. Pada Tahap Konstruktivism

Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model

pembelajara CTL, siswa hanya memperoleh pengetahuan dan pemahaman

yang diberikan oleh guru. Dalam model pembelajaran CTL ini siswa diberi

kesempatan untuk melakukan observasi dan pengamatan terhadap contoh-

contoh hasil karya batik. Siswa melakukan pengamatan terhadap benda-benda

yang terdapat disekitar siswa untuk dijadikan sumber ide dalam membuat

motif batik. Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan siswa,

siswa mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka masing-masing

dan menerapkannya kedalam motif batik.

b. Pada Tahap Inquiry

Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model

pembelajara CTL, siswa hanya melihat hasil karya yang ditunjukkan oleh guru

didepan kelas. Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini siswa dapat

melakukan observasi dan mengamati, serta mendiskusikan batik yang telah

diamati, kemudian siswa menemukan masalah pada batik yang diamati, siswa

membuat pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang diperoleh dari hasil

Page 148: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

pengamatan, siswa menganaliasis, siswa memecahkan masalah, dan siswa

membuat kesimpulan sendiri (inquiry).

c. Pada Tahap Questioning

Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model

pembelajara CTL, pada waktu guru memberikan siswa hanya pasif dan

menjadi pendengar saja. Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini siswa

lebih aktif dengan mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru mengenai pengertian batik, bahan dan alat yang

digunakan untuk membatik. Seperti misalnya pertanyaan yang diajukan oleh

siswa: ”kenapa malam yang digunakan untuk membatik harus mendidih?”,

”kenapa waktu membatik malamnya harus tembus pada kain?”, ”kenapa kain

batik harus dilorot?”. Sedangkan contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru:

”apa saja alat yang digunakan untuk membatik?”, ”sebutkan bahan yang

digunakan untuk mewarnai batik?”, ”sebutkan nama daerah penghasil batik di

Indonesia?”, dan lain sebagainya.

Kegiatan bertanya berguna untuk: 1) menggali informasi, 2) menggali

pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui

sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui

siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7)

membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan

kembali pengetahuan siswa.

Selain itu guru dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh

siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian siswa

bersama-sama dengan guru dapat mengatasi berbagai macam kendala yang

dihadapi tersebut, supaya kedepannya proses pembelajaran dapat dilaksanakan

lebih baik.

d. Pada Tahap Learning Community

Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model

pembelajara CTL, dalam mengerjakan tugas kegiatan siswa monoton karena

siswa mengerjakan tugas sendiri ditempat duduk masing-masing. Hal

demikian menyebabkan siswa bosan, malas, dan kurang aktif dalam mengikuti

Page 149: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

proses pembelajaran. Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini siswa

dibentuk dalam kelompok belajar kecil yang terdiri dari 4 orang siswa.

Pada siklus I siswa dibentuk kelompok kecil untuk mengerjakan tugas

individu mereka, hal ini bertujuan agar siswa dapat dengan bebas berinteraksi

dan bertukar pendapat dengan teman yang lainnya, dan membangun rasa

tanggungjawab terhadap tugas individu. Pada siklus II siswa dibentuk

kelompok kecil untuk mengerjakan tugas secara kelompok, dengan tujuan

agar siswa mampu menumbuhkan rasa tanggungjawab individu dalam

kelompok, membangun kerjasama dengan rekan satu kelompok, dan saling

membantu mengatasi kendala-kendala yang ada dalam kelompok.

e. Pada Tahap Modeling

Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model

pembelajara CTL, guru hanya memberi contoh menggambar dipapan tulis

saja, sedangkan contoh-contoh hasil karya tidak diberikan kepada siswa.

Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini guru memberikan contoh-

contoh hasil karya batik untuk diamati, guru secara langsung melakukan

metode demonstrasi dengan membuat motif batik dipapan tulis, di atas kain,

membatik dengan teknik mencanting, dan mewarnai motif batik dengan teknik

colet. Selain itu siswa diberi kesempatan oleh guru untuk ikut seta dalam

menggunakan peralatan untuk membatik.

Tujuan dilakukan modeling adalah untuk memberikan

percontohan/permodelan kepada siswa, sehingga siswa dapat ikut

berpartisipasi mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukanya. Dengan

demikian siswa akan lebih mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru.

f. Pada Tahap Reflection

Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model

pembelajara CTL, setelah proses pembelajaran usai guru hanya menanyakan

kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa tanpa membahas lagi

materi yang telah selesai dipelajari. Sedangkan dalam model pembelajaran

CTL ini guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi batik

Page 150: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

yang telah disampaikan oleh guru, kegiatan dan pengalaman yang diperoleh

siswa siswa mulai dari menentukan motif batik, membuat rancangan motif

batik, mencanting motif batik, mewarnai motif batik dengan teknik colet,

merendam kain batik dalam waterglass, melorot kain batik dengan

menggunakan air panas, melunturkan sisa malam/lilin yang masih menempel

pada kain, baik itu bekerja secara individu maupun secara kelompok.

Tujuan diadakan reflection adalah untuk mengidentifikasi masalah

atau kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa selama mengikuti proses

pembelajaran. Dengan adanya reflection ini guru bersama-sama dengan siswa

mengatasi kendala-kendala yang dihadapi, dan membuat kesimpulan

mengenai pembelajaran membatik yang telah dilaksanakan.

g. Pada Tahap Authentic Assessment

Sebelum dilakukan penelitian tindakan dengan menggunakan model

pembelajara CTL, guru hanya menggunakan penilaian akhir saja (portofolio),

tanpa menilai aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,

keterampilan siswa, dan kemampuan siswa dalam menerapkan teori yang

diperolehnya. Sedangkan dalam model pembelajaran CTL ini guru melakukan

penilaian yang nyata (authentic assessment) dengan menggunakan keempat

indikator yang telah ditentukan, yaitu: 1) Mempersiapkan bahan dan alat

untuk membuat batik: mempersiapkan alat untuk membuat motif batik,

mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik mencanting,

dan mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif batik dengan teknik

colet. 2) Membuat rancangan motif batik: kreativitas (kelancaran dalam

membuat motif batik). 3) Membatik dengan teknik mencanting: penggunaan

canting, kematangan malam, dan erapian dan kebersihan dalam mencanting.

4) Mewarnai motif batik dengan teknik colet: teknik mencolet, teknik

mengunci/mengancing warna remazol, perpaduan warna.

Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar

belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar memiliki pengaruh yang positif

terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

Page 151: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas (action research) dengan

menggunakan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) yang telah dilaksanakan dengan dua siklus, hasil dari observasi dan analisis

menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Mojosongo II

semester II tahun ajaran 2010 dinyatakan dapat meningkat.

Page 152: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan

prestasi belajar membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo II Semester I tahun

ajaran 2010/2011 yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

Sebelum dilaksanakan penelitian tindakan siswa yang memperoleh nilai di

bawah KKM 66 adalah sebanyak 25 siswa atau 69,44 %, sedangkan jumlah siswa

yang memeroleh nilai di atas KKM 66 adalah sebanyak 11 siswa atau 30,55 %

Dari tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I dapat diketahui bahwa

pada siklus I indikator mampu mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik,

80,55 % siswa telah memenuhi indikator ketercapaian lebih dari 70 %. Indikator

membuat rancangan motif batik, 72,22 % siswa telah memenuhi indikator

ketercapaian lebih dari 70 %. Indikator membatik dengan teknik mencanting,

41,66 % siswa belum mampu memenuhi indikator lebih dari 70 %. Indikator

mewarnai motif batik dengan teknik colet, 41,66 % siswa mampu mewarnai motif

batik dengan teknik colet belum mampu memenuhi indikator ketercapaian lebih

dari 70 %.

Hasil penelitian siklus I menampakkan adanya peningkatan prestasi belajar

siswa, akan tetapi peningkatan prestasi belajar siswa belum mampu memenuhi

indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu 70 %.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada siklus I belum

berhasil, sehingga perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus II. Perencanaan

siklus II didasarkan pada hasil observasi, analisis dan refleksi dari siklus I yaitu

indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, dan membuat

rancangan motif batik telah memenuhi target lebih dari 70 %, untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa maka perlu dilakukan tindakan siklus II.

133

Page 153: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Nilai siswa setelah dilaksanakan penelitian siklus II dengan menerapkan

model pembelajaran (CTL), indikator ketercapaian mampu mempersiapkan bahan

dan alat untuk membatik yang memperoleh nilai di atas KKM 66 adalah 28 orang

siswa atau 77,77 %, dan yang memperoleh nilai di bawah KKM adalah 8 orang

siswa atau 22,22 %. Indikator ketercapaian membuat rancangan motif batik yang

memperoleh nilai di atas KKM 66 adalah 34 orang siswa atau 94,44 %, dan yang

memperoleh nilai di bawah KKM adalah 2 orang siswa atau 5,55 %. Indikator

ketercapaian membatik dengan teknik mencanting siswa yang memperoleh nilai

di atas KKM 66 adalah 32 orang siswa atau 88,88 % dan siswa yang memperoleh

nilai di bawah KKM sebanyak 4 orang siswa atau 11,11 %. Sedangkan indikator

ketercapaian mewarnai motif batik dengan teknik colet siswa yang memperoleh

nilai di atas KKM 66 adalah sebanyak 28 orang siswa atau 77,77 %, dan siswa

yang memperoleh nilai di bawah KKM adalah 8 orang siswa atau 22,22 %.

Hasil pelaksanaan siklus II menampakkan adanya peningkatan prestasi

belajar siswa dan telah memenuhi indikator ketercapaian dalam penelitian ini,

lebih dari 70 % prestasi belajar membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo II

dapat meningkat.

B. Implikasi

Menurut Johnson dalam buku Contextual Teaching and Learning,

(2007:64), ”Sistem CTL berhasil karena sistem ini meminta siswa untuk bertindak

dengan cara yang alami. CTL membuat siswa mampu menghubungkan isi dari

subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk

menemukan makna”.

Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan melihat dan mengamati hasil

karya siswa kelas VI SDN Mojosongo II yang menggambarkan apa yang mereka

temukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti misalnya binatang (ikan, burung,

kupu-kupu), tumbuhan (bunga, daun, ranting), dan sebagainya.

Setelah dilaksanakan penelitian tindakan ini prestasi belajar siswa dalam

membatik meningkat, aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat

Page 154: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

meningkat dari pasif menjadi aktif, media pembelajaran lebih bervariasi dengan

adanya contoh karya batik tulis, batik colet, batik printing, dan batik cap. Setelah

dilaksanakan penelitian ini kreativitas siswa dalam berkarya meningkat sebagian

besar berbeda, akan tetapi ada beberapa siswa yang masih meniru gambar dari

buku atau karya teman lainnya. Dalam membatik dengan teknik mencanting

sebagian besar siswa sudah mampu menguasai tekniknya. Dalam mewarnai motif

batik denggan teknik colet sebagian besar siswa sudah mampu memadukan warna

dengan baik. Hasil karya siswa sebelum penelitian hanya mengambar di kertas

saja setelah dilaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

CTL dapat meningkat menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-

hari.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), ada

beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu:

1. Bagi Guru

­ Meningkatkan pengawasan terhadap siswa dalam proses pembelajaran,

agar siswa lebih berhati-hati pada waktu menggunakan peralatan

membatik.

­ Meningkatkan bimbingan serta arahan kepada siswa yang mengalami

kesulitan dalam membuat motif batik, membatik dengan teknik

mencanting, dan mewarnai dengan teknik colet..

­ Guru lebih meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam

membatik, seperti melakukan KKG (Kelompok Kerja Guru) di tempat

pengrajin batik.

­ Meningkatkan bimbingan terhadap siswa yang kurang

bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas individu maupun tugas

kelompok.

Page 155: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING … · membuat karya seni rupa membatik siswa kelas VI SD dengan indikator: (1) 70 % siswa mampu mempersiapkan bahan dan alat membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

­ Untuk kedepannya memberikan materi pembelajaran mengenai motif-

motif batik yang berasal dari daerah-daerah lain di Indonesia, agar siswa

mendapat pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

­ Mendorong dan mensuport siswa untuk meningkatkan rasa percaya diri

dalam mempresentasikan hasil karya mereka di depan rekan-rekannya.

2. Bagi Siswa

­ Hendaknya lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran,

memperhatikan guru pada waktu menerangkan materi pelajaran, selalu

mengerjakan tugas dari guru dengan baik.

­ Meningkatkan usaha belajar sehingga memperoleh prestasi yang baik.

­ Meningkatkan rasa tanggungjawab individu maupun kelompok dalam

mengerjakan tugas dari guru.

­ Meningkatkan rasa percaya diri dalam.

­ Menanamkan kesabaran dalam melakukan suatu tindakan.

­ Berhati-hati dalam menggunakan peralatan, supaya tidak terjadi

kecelakaan kerja.

­ Menanamkan rasa kerjasama, kebersamaan dan kekompakan dalam

menngerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu maupun

secara kelompok.

3. Bagi Sekolah

­ Hendaknya mengupayakan media pembelajaran yang dapat digunakan

siswa dalam belajar membatik, dengan menambah peralatan dan

menyediakan ruangan tersendiri untuk membatik, agar siswa merasa

nyaman dalam mengikuti pelajaran membatik.