9
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA Volume 3 No. 1, Maret 2021 Sri Mulyaningsih, Suhartono, Dina Tania, dan Nur Widi A. Agus Tri Heriyadi 31 Sejarah Artikel Diterima Desember 2020 Revisi Desember 2020 Disetujui Maret 2021 Terbit Online Maret 2021 *Penulis Koresponden: [email protected] d Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam Geologi Gunungkidul: Menuju Kebangkitan Thoughtful Indonesia Assistance in Geotourism Guidance of Gunungkidul Geoheritages, Facing Awakening of Thoughtful Indonesia Sri Mulyaningsih 1 , Suhartono 2 , Dina Tania 1 dan Nur Widi A. Agus Tri Heriyadi 2 1 Program Studi Teknik Geologi FTM Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, Jl. Kalisaak No 28, Yogyakarta, 55222 2 Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Widya Mataram Yogyakarta, RT III/237, Jalan Dalem Mangkubumen, Kadipaten, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta 55132 Abstrak Dalam menghadapi kenormalan baru sektor pariwisata di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terkait pandemi Covid-19, perlu disiapkan paradigma pariwisata yang berbasis konservasi dengan menyelaraskan antara kebutuhan para wisatawan dan kebutuhan masyarakat lokal. Konservasi tersebut meliputi unsur abiotik, biotik dan budaya, yang harus disosialisasikan kepada para pemandu, terutama pemandu lokal. Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk melakukan pendampingan kepada para pemandu wisata sebagai garda terdepan sektor pariwisata, terkait dengan langkah konservasinya. Pendampingan yang dilakukan meliputi sosialisasi, pelatihan pemanduan (di dalam kelas dan lapangan), jejaring kerjasama antar-pemandu lokal, strategi pemasaran dan promosi Unesco Global Geopark Gunungsewu. Pendampingan dilaksanakan kepada 40 pemandu lokal dari beberapa destinasi wisata dengan predikat Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG) di Gunungkidul, yaitu Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunung Ireng, Gunung Gentong, Bioturbasi Kali Ngalang, Taman Batu Nglirong, Pantai Wediombo dan Sampang- Gedangsari. Melalui pendampingan ini, para pemandu kini memiliki pemahaman tentang konservasi, sebagai bagian dari tujuan geopark, yang harus dilaksanakan untuk menjamin keberlanjutan terpenuhinya kebutuhan lingkungan, masyarakat lokal (sosial, ekonomi dan budaya) dan para wisatawan. Kata Kunci: geowisata kenormalan baru konservasi pemandu lokal pendampingan Keywords: Assistance Conservation Geo-tourism Local guide New normal Abstract Facing the new normal of tourism at Gunungkidul Yogyakarta Special Region, during the pandemic covid-19, tourism-based conservation as synergisms of local people and tourism needs should be formulated, then socialized and implemented shortly. These include biotic, abiotic and culture as geopark’s main purpose especially learned then implemented by the local guides, as in front of the sustainability. This community service aimed to help local guides to implement the conservation included its socialization, training, networking, and marketing and promotion strategies related to the Gunungsewu Unesco Global Geopark. This training was followed by 40 guides that came from some geo-destinations i.e., Gunung Nglanggeran Paleo-Volcano Geosite, Gunung Ireng Geosite, Gunung Gentong Geosite, Kali Ngalang Bioturbation Geosite, Nglirong Stone Park, Wediombo Beach Geosite, and Sampang-Gedangsari Geosite. By this community service, most guides at Gunungkidul know geo-conservation, which should be implemented to guarantee the sustainability of the environment, local people (social, economic, and culture), and the tourism needs.

Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI

e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA

Volume 3 No. 1, Maret 2021 Sri Mulyaningsih, Suhartono, Dina Tania, dan Nur Widi A. Agus Tri Heriyadi

31

Sejarah Artikel

Diterima

Desember 2020

Revisi

Desember 2020

Disetujui

Maret 2021

Terbit Online

Maret 2021

*Penulis

Koresponden:

[email protected]

d

Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar

Alam Geologi Gunungkidul: Menuju Kebangkitan

Thoughtful Indonesia

Assistance in Geotourism Guidance of Gunungkidul

Geoheritages, Facing Awakening of Thoughtful Indonesia

Sri Mulyaningsih1, Suhartono2, Dina Tania1

dan Nur Widi A. Agus Tri Heriyadi2

1Program Studi Teknik Geologi FTM Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta,

Jl. Kalisaak No 28, Yogyakarta, 55222 2Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Widya Mataram Yogyakarta, RT

III/237, Jalan Dalem Mangkubumen, Kadipaten, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta 55132

Abstrak

Dalam menghadapi kenormalan baru sektor pariwisata di Gunungkidul, Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY), terkait pandemi Covid-19, perlu disiapkan paradigma

pariwisata yang berbasis konservasi dengan menyelaraskan antara kebutuhan para

wisatawan dan kebutuhan masyarakat lokal. Konservasi tersebut meliputi unsur abiotik,

biotik dan budaya, yang harus disosialisasikan kepada para pemandu, terutama

pemandu lokal. Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk melakukan

pendampingan kepada para pemandu wisata sebagai garda terdepan sektor pariwisata,

terkait dengan langkah konservasinya. Pendampingan yang dilakukan meliputi

sosialisasi, pelatihan pemanduan (di dalam kelas dan lapangan), jejaring kerjasama

antar-pemandu lokal, strategi pemasaran dan promosi Unesco Global Geopark

Gunungsewu. Pendampingan dilaksanakan kepada 40 pemandu lokal dari beberapa

destinasi wisata dengan predikat Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG) di

Gunungkidul, yaitu Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunung Ireng, Gunung Gentong,

Bioturbasi Kali Ngalang, Taman Batu Nglirong, Pantai Wediombo dan Sampang-

Gedangsari. Melalui pendampingan ini, para pemandu kini memiliki pemahaman

tentang konservasi, sebagai bagian dari tujuan geopark, yang harus dilaksanakan untuk

menjamin keberlanjutan terpenuhinya kebutuhan lingkungan, masyarakat lokal (sosial,

ekonomi dan budaya) dan para wisatawan.

Kata Kunci:

● geowisata ● kenormalan baru

● konservasi ● pemandu lokal ● pendampingan

Keywords:

● Assistance

● Conservation

● Geo-tourism ● Local guide ● New normal

Abstract

Facing the new normal of tourism at Gunungkidul Yogyakarta Special Region, during

the pandemic covid-19, tourism-based conservation as synergisms of local people and

tourism needs should be formulated, then socialized and implemented shortly. These

include biotic, abiotic and culture as geopark’s main purpose especially learned then

implemented by the local guides, as in front of the sustainability. This community service

aimed to help local guides to implement the conservation included its socialization,

training, networking, and marketing and promotion strategies related to the

Gunungsewu Unesco Global Geopark. This training was followed by 40 guides that

came from some geo-destinations i.e., Gunung Nglanggeran Paleo-Volcano Geosite,

Gunung Ireng Geosite, Gunung Gentong Geosite, Kali Ngalang Bioturbation Geosite,

Nglirong Stone Park, Wediombo Beach Geosite, and Sampang-Gedangsari Geosite. By

this community service, most guides at Gunungkidul know geo-conservation, which

should be implemented to guarantee the sustainability of the environment, local people

(social, economic, and culture), and the tourism needs.

Page 2: Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI

e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA Volume 3 No. 1, Maret 2021 Mulyaningsih, Suhartono, Tania, dan Heriyadi

32

1. PENDAHULUAN

Dampak pandemi covid-19 pada sektor

pariwisata begitu dirasakan oleh pemandu

wisata, hotel dan restoran yang sepi

pengunjung. Disparekraf Gunungkidul

bersinergi dengan akademisi, secara aktif

menyusun strategi baru pengembangan

destinasi wisata yang ramah lingkungan,

serta melindungi kebutuhan masyarakat

lokal dan wisatawan, sehingga mampu

menjamin laju pembangunan selaras dengan

konservasi. Kegiatan semacam ini

sebenarnya telah dilaksanakan secara rutin

oleh daerah-daerah di tingkat kabupaten

maupun provinsi, dengan menghadirkan

para narasumber berkompeten di bidangnya,

seperti di Kabupaten Bangli-Bali (Gunatama

dkk., 2019), Bakauheni-Lampung Selatan

(Mulyanto & Maulana, 2019), Ciletuh-

Sukabumi (Hindersih dkk., 2017), dan

Sukoharjo-Jawa Tengah (Yuliati dkk, 2020).

Indonesia terletak pada cincin api

dunia, sehingga menjadikannya sebagai

wilayah yang beragam kondisi geologinya

(geodiversity). Sebagian wilayah di

Indonesia memiliki keunikan sebagai

warisan geologi (geoheritage) yang harus

dilindungi. Gunungsewu yang meliputi

Gunungkidul di DIY, Wonogiri di Jawa

Tengah dan Pacitan di Jawa Timur telah

ditetapkan sebagai Unesco Global Geopark

(UGG). Geopark ini harus dimanfaatkan

secara maksimal untuk kepentingan

masyarakat lokal, nasional dan

internasional, seperti untuk geowisata,

sehingga terjamin keberlanjutannya.

Pemahaman konsep geopark yang

berkaitan dengan pengembangan wisata,

masih belum dipahami secara holistik,

terutama oleh pemandu wisata sebagai garda

terdepan industri pariwisata. Konsep

mendatangkan tamu sebanyak-banyaknya

masih dipandang sebagai satu-satunya

metode yang efektif di sektor pariwisata. Hal

tersebut harus disinergikan dengan konsep

konservasi lingkungan (abiotik, biotik dan

budaya). Kegiatan pengabdian kepada

masyarakat (PkM) ini dilakukan dengan

tujuan mengajarkan sinergitas pemenuhan

kebutuhan wisatawan, masyarakat lokal dan

lingkungan. PkM ini dilakukan melalui

pendampingan pemanduan geowisata,

kepada 40 calon pemandu wisata dari

berbagai destinasi geowisata di

Gunungkidul. Waktu pelaksanaan kegiatan

adalah selama enam bulan (Mei-Oktober

2020).

Kegiatan meliputi berbagai pelatihan

dasar kegeologian, keragaman warisan

geologi di destinasi wisata, geopark dan

geowisata, penyiapan informasi geowisata,

memimpin perjalanan geowisata, melakukan

interpretasi, mengakhiri pemanduan dan

pelaporan. Pendampingan di lapangan

dilakukan secara bertahap, meliputi

penggunaan atribut (peralatan) geologi dan

geo-konservasi, presentasi teknik

interpretasi di lapangan, dan teknik

mengakhiri pemanduan di destinasi. Pada

akhir kegiatan, peserta didampingi untuk

melakukan penyusunan pelaporan kegiatan.

Tujuan akhir pendampingan adalah

mempersiapkan para pemandu lokal untuk

mendapatkan sertifikat pemanduan

geowisata, sehingga mampu bersaing

dengan pemandu asing dan nasional, saat

pandemi covid-19 berakhir.

2. METODE

PKM ini dilakukan antara bulan Maret 2010

hingga Oktober 2010 (Tabel 1). Kegiatan

diawali dengan sosialisasi tentang pelatihan

geodiversity, geoheritage, geokonservasi,

pemanfaatan Geopark Gunungsewu,

pengembangan geo-wisata, pendampingan

pemanduan dan sertifikasi pemanduan

geowisata dengan pihak Dinas Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf)

Gunungkidul. Kegiatan ini bertujuan untuk

memastikan program kerja dapat dijalankan.

Langkah selanjutnya adalah koordinasi

kegiatan dengan masyarakat lokal, pengelola

dan POKDARWIS di 19 Kawasan Cagar

Page 3: Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI

e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA Volume 3 No. 1, Maret 2021 Mulyaningsih, Suhartono, Tania, dan Heriyadi

33

Alam Geologi (KCAG) di lingkungan

Kabupaten Gunungkidul, yang difasilitasi

oleh Disparekraf Gunungkidul.

Tabel 1. Jadwal kegiatan pengabdian kepada

masyarakat pendampingan pemanduan

geowisata

No. Nama Kegiatan Waktu Tempat

1. Sosialisasi

kepada

Disparekraf

Gunungkidul

3-10

Maret

2020

Kantor

Disparekraf

2. Koordinasi

dengan pengelola

dan

POKDARWIS

10 Maret

2020

Kantor

Disparekraf

Gunungkidul

3. Pendaftaran

peserta

20-30

Maret

2020

Kantor

Disparekraf

Gunungkidul

4. Seleksi peserta 1-3 April

2020

Kantor

Disparekraf

Gunungkidul

5. Pelatihan daring

tentang

geodiversity,

geoheritage,

geopark dan

geowisata

15-20

April

2020

Lewat

Aplikasi

Zoom 2 jpl /

pertemuan

6. Pelatihan luring

tentang teknik

interpretasi

geologi (abiotik),

biotik (flora dan

fauna), dan

budaya

1 Juni-10

Juli 2020

Pada destinasi

masing-

masing secara

bergiliran

7. Pelatihan luring

secara intensif

tentang teknik-

teknik serving,

speaking,

interpreting,

closing, and

reporting

20-23

September

2020

Grand Santika

Hotel,

Yogyakarta

8. Evaluasi,

pendaftaran dan

seleksi untuk

sertifikasi

pemanduan

geowisata

10-15

Oktober

2020

LPK

Pramindo,

Jakarta

9. Sertifikasi

Pemanduan

Geowisata

20-23

Oktober

2020

Oleh LPK

Pramindo, di

Grand

Premier Hotel

Yogyakarta

Kegiatan koordinasi tersebut

ditindaklanjuti dengan pendaftaran calon

pemandu geowisata. Banyaknya jumlah

pendaftar, telah ditindaklanjuti dengan

seleksi. Berdasarkan hasil seleksi, telah

ditetapkan sebanyak 40 calon pemandu

geowisata, berdasarkan kemampuan dasar

pemanduan, yang berpotensi menjadi duta

wisata Gunungkidul.

Seluruh 40 calon pemandu geowisata

tersebut selanjutnya dilatih untuk menambah

pengetahuannya tentang dasar-dasar ilmu

geologi, potensi Geowisata Gunungkidul,

materi dan teknik interpretasi pemanduan

geowisata, serta pelaporan kegiatan

pemanduan geowisata. Pandemi covid-19

yang telah berlangsung dari Maret 2020

ditindaklanjuti dengan pendampingan jarak

jauh (daring). Mulai Juni 2020, pelatihan-

pelatihan intensif dilakukan secara luring,

dan mulai Juli 2020 pelatihan dilakukan

secara langsung di lapangan, yaitu teknik

interpretasi geologi (abiotik), biotik (flora

dan fauna), dan budaya dilakukan secara

intensif langsung di destinasi wisata.

Dikarenakan peserta juga memiliki

pekerjaan dan urusan pribadi yang lain,

kegiatan ini membutuhkan waktu selama

dua bulan. Pelatihan di lapangan mencakup

deskripsi geomorfologi, litologi (susunan

batuan), struktur geologi (arsitekturnya),

sejarah geologi yang membentuknya dan

proses geologi yang berlangsung di

dalamnya. Kondisi dan proses-proses

geologi tersebut diinterpretasikan dengan

adat-istiadat masyarakat setempat dan

budaya yang berkembang di dalamnya,

untuk selanjutnya dilakukan interpretasi

umum dan khusus di kawasan destinasi, serta

dihubungkan dengan unsur-unsur biologi

yang terdapat di kawasan destinasi. Untuk

memantapkan pengetahuan dan kemampuan

para pemandu lokal, sekali lagi dilakukan

pelatihan pemanduan selama tiga hari secara

berturut-turut sebanyak 16x3 jam pelajaran

(JPL), dengan 1 JPL setara dengan 50 menit,

serta 12x1 JPL praktek di lapangan (Gambar

1).

Page 4: Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI

e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA Volume 3 No. 1, Maret 2021 Mulyaningsih, Suhartono, Tania, dan Heriyadi

34

Gambar 1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan pemanduan di dalam kelas

dan di lapangan, yang diikuti oleh 40 calon pemandu geowisata

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberadaan geoheritage diatur sepenuhnya

dalam Peraturan Menteri ESDM No. 1 tahun

2020. Di dalamnya mengatur tentang

geodiversity, geoheritage, geokonservasi,

geopark dan geowisata. Geodiversity adalah

gambaran keunikan komponen geologi,

seperti mineral, batuan, fosil, struktur

geologi, dan bentang alam yang menjadi

kekayaan hakiki suatu daerah serta

keberadaan, kekayaan penyebaran dan

keadaannya yang dapat mewakili proses

evolusi geologi daerah tersebut.

Keragaman geologi yang memiliki nilai

lebih sebagai suatu warisan karena menjadi

rekaman yang pernah atau sedang terjadi di

bumi yang karena nilai ilmiahnya tinggi,

langka, unik, dan indah, sehingga dapat

digunakan untuk keperluan penelitian dan

pendidikan kebumian, yang disebut sebagai

geoheritage (Mulyaningsih dkk., 2019a;

Bentivenga, dkk., 2019). Geoheritage perlu

dilindungi dan diwariskan ke generasi

berikutnya. Upaya perlindungan untuk

melestarikan geodiversity dengan aspek

geologi pentingnya dilakukan dalam bentuk

Kawasan Lindung Geologi atau Cagar Alam

Geologi (Mulyaningsih dkk., 2019b).

Pelestarian, pemanfaatan serta

pengelolaan situs warisan geologi secara

holistik bersama sumberdaya alam lainnya,

dengan konsep pembangunan berkelanjutan

adalah tujuan utama dari geopark (Yuliawati

dkk., 2019). Upaya pelestarian dengan

memanfaatkan komponen geodiversity dan

nilai warisan geologi dengan konsep wisata

berbasis geologi disebut geowisata (Badan

Geologi, 2020).

Peserta pendampingan diajarkan secara

intensif tentang konsep-konsep geodiversity,

Page 5: Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI

e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA Volume 3 No. 1, Maret 2021 Mulyaningsih, Suhartono, Tania, dan Heriyadi

35

geoheritage, geokonservasi, geopark dan

geowisata tersebut. Selama pelatihan,

disisipkan pemahaman-pemahaman tentang

geologi dasar yang mendasari variabel-

variabel geoheritage dalam Geopark

Gunungsewu. Materi yang diajarkan

meliputi fosil, stratigrafi, mineral dan

batuan, stratigrafi, struktur geologi,

magmatisme dan vulkanisme, geomorfologi,

sedimentologi, dan geotermal (Gambar 2).

Gambar 2. Tipe-tipe warisan geologi yang dapat dijumpai di permukaan bumi, meliputi fosil, bentang

alam, batuan, proses geologi dan pengaruh-pengaruh ekstraterestrial yang telah diajarkan kepada peserta

(gambar-gambar diambil dari berbagai sumber terpercaya).

Geoheritage adalah warisan geologi

yang terbentuk secara alami dan memiliki

nilai tinggi karena merepresentasikan

rekaman proses geologi yang saling

berhubungan sehingga secara keilmuan

merupakan bagian penting dari sejarah

dinamika bumi. Keberadaan geosite (situs

warisan geologi) dengan titik-titik minatan

geologi, biologi dan budaya, serta

kumpulannya dengan dilengkapi data

deliniasi yang jelas, yang menjadi obyek dan

daya tarik kunjungan wisata diatur dalam

peraturan pemerintah (daerah dan nasional),

keberadaannya harus dilestarikan (Samodra,

2016 dalam Anwar & Barlian, 2019).

Camelia & Josan menggambarkan

geoheritage sebagai suatu area bentang alam

khusus yang memiliki indentitas yang kuat

dan unik, yang terbentuk dan dipengaruhi

oleh proses yang spesifik. Geosite dan

morfosite yang layak jual untuk kepentingan

geowisata meliputi fosil, mineral, batuan,

proses geologi dan lain-lain, yang telah

mendapatkan predikat sebagai geopark

nasional maupun Unesco Global Geopark,

diajarkan kepada peserta (Gambar 3).

Pelatihan tentang geoheritage

mengajarkan kepada peserta untuk

memahami dan mengimplementasikan

bahwa alam sebagai satu kesatuan proses

memiliki nilai urgent untuk dilindungi.

Page 6: Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI

e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA Volume 3 No. 1, Maret 2021 Mulyaningsih, Suhartono, Tania, dan Heriyadi

36

Geoheritage dan culture-heritage di

area destinasi dapat menjadi obyek yang

sangat menarik untuk tujuan pariwisata, jika

dimanfaatkan secara arif dan dijaga

keberlanjutannya. Dalam hal ini pemandu

geowisata adalah duta wisata yang akan

menyosialisasikannya ke masyarakat.

Gambar 3. Beberapa contoh geopark di dunia yang telah diajarkan kepada peserta pendampingan

(gambar-gambar didapatkan dari situs-situs terkait dengan situs web geopark-geopark tersebut)

Sesuai dengan kesepakatan dalam

keputusan Lokakarya Geowisata di

Puslitbang Geologi Bandung, 16 Maret

1998, geowisata adalah wisata yang

memanfaatkan seluruh aspek geologi

(Brahmantyo, 2013; dan Faishal dkk., 2018).

Pelatihan telah dilaksanakan di lapangan.

Para peserta diberikan gambaran tentang

seluruh aspek geologi, teknik interpretasi

data geologi sebagai unsur abiotik, flora dan

fauna khas di daerah destinasi, budaya dan

kearifan lokal, serta hubungan ketiga unsur

geowisata tersebut dengan kealamian dan

kondisi nyata tata kehidupan dan tata ruang

destinasi. Praktek interpretasi dilakukan di

Kampung Pitu, Dusun Nglanggeran dan

Gunung Ireng di Desa Pengkok Kapanewon

Patuk; Kali Ngalang dan Gunung Genthong

di Kapanewon Gedangsari; dan Taman Batu

Nglirong dan Goa Berlian di Kapanewon

Panggang, Kabupaten Gunungkidul.

Antusiasme peserta menjadi

penyemangat tersendiri bagi tim untuk terus

dengan sabar melakukan pendampingan

(Gambar 4). Ruang lingkup geowisata

adalah tiap jenis sumberdaya alam non-

hayati, seperti air, tanah, bahan galian,

bentang alam dan formasi geologis atau

perwujudan proses alam yang sangat indah

dan penting, termasuk untuk kepentigan

ilmu pengetahuan dengan obyek berupa

penciptaan dan pengelolaan produk

(Dowling & Newsome, 2010; Newsome &

Dowling, 2018). Pemandu wisata sebagai

Page 7: Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI

e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA Volume 3 No. 1, Maret 2021 Mulyaningsih, Suhartono, Tania, dan Heriyadi

37

ujung tombak dunia pariwisata harus mampu

melakukan interpretasi dan inventarisasi

objek wisata yang diperkaya dengan

informasi geologi yang berkaitan dengan

legenda, mitos dan sejarah. Legenda dan

mitos dapat memperkaya khazanah

gowisata. Pemandu harus tersertifikasi

sebagai pramuwisata geowisata, sehingga

harus sangat memahami seluk-beluk geologi

dan geokonservasinya, di samping atraksi,

aktivitas, akomodasi dan amenitas, serta

budayanya.

Gambar 4. Sinergitas pemanfaatan geodiversity, penelitian dan keilmuan, dan culture-heritage dalam

pengembangan destinasi geowisata yang berkelanjutan

Sebelum pendampingan dilaksanakan,

peserta belum memahami seluk-beluk dan

tujuan geopark, kini mereka memahami

geopark sebagai konsep pengembangan area

berbasis pemanfaatan geodiversity secara

terintegrasi dengan biodiversity dan cultural

diversity, dengan menerapkan prinsip

konservasi yang disinergikan dengan

rencana tata ruang.

Geowisata mengembangkan wisata

minat khusus dengan memanfaatkan

informasi geologi popular, untuk

menjelaskan keindahan, keunikan dan

kelangkaan objek-objek geodiversity

(Mulyaningsih dkk, 2019b). Konsep tersebut

belum sepenuhnya dan secara sempurna

diterima dan dijalankan oleh peserta. Dalam

perkembangannya, pada industri pariwisata

juga dikenal istilah ekowisata, yaitu konsep

pengembangan wisata alam dan budaya

yang berbasis komunitas lokal (community-

based ectourism), yang diselenggarakan

sesuai standar tertentu dengan

memanfaatkan aspek biodiversity, cultural

diversity, dan geodiversity (Gordon, 2018;

Suhartono dkk., 2019). Pemahaman tersebut

telah lebih dulu dipelajari dan diamalkan

oleh peserta, sehingga sampai dengan

pendampingan berakhir, implementasi

pemanduan geowisata masih sebatas dengan

pemanduan ekowisata. Hal yang membuat

senang dan menambah semangat para

anggota Tim pelaksana PkM adalah

sebagian peserta telah sedikit demi sedikit

Page 8: Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI

e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA Volume 3 No. 1, Maret 2021 Mulyaningsih, Suhartono, Tania, dan Heriyadi

38

melakukan penyesuaian materi dan perilaku

konservasi.

4. KESIMPULAN

Kegiatan PKM ini telah memberi manfaat

bagi peserta, berupa pengayaan keilmuan

tentang geodiversity, geoheritage, geopark

dan geowisata, sebagai langkah konservasi

biotik, abiotik dan budaya pada suatu

destinasi wisata. Pemandu sebagai tulang

punggung sektor pariwisata yang menjadi

kunci keberhasilan edu-konservasi

(geowisata) di masyarakat telah dibekali

dengan kecakapan dalam teknik interpretasi,

sehingga diharapkan mampu mempengaruhi

perilaku wisatawan dari normal leisure

menjadi experience conservation leisure.

Secara bertahap, kondisi ini akan menjadi

kebiasaan bagi pemandu dan wisatawan

sehingga dapat menjaga keberlanjutan

destinasi.

Ucapan Terima Kasih

Kegiatan PkM ini terselenggara atas

pembiayaan hibah PkM skema PPDM dari

DRPM Kemenristek Brin tahun kedua

(2020), sesuai dengan Perjanjian Penugasan

Pelaksanaan Program Pengabdian

Masyarakat Nomor: 103/SP2H/PPM/2020,

tanggal 28 Februari 2020. Ucapan terima

kasih sebesar-besarnya untuk DRPM

Kemenristek Brin atas pembiayaannya,

LPPM IST AKPRIND atas kesempatannya

dan masyarakat Srumbung, Desa Pengkok,

Kabupaten Gunungkidul atas kerjasama dan

pengalamannya selama kegiatan

berlangsung.

Referensi

Anwar S, Barlian E. (2019). The

geodiversity potential of Tanah Datar

District developing into a geotourism

asset as a geopark in Indonesia. IOP

Conference Series: Earth and

Environmental Science. Vol. 314, No.

1, p. 012051)

Bentivenga M, Cavalcante F, Mastronuzzi

G, Palladino G, Prosser G. (2019).

Geoheritage: the Foundation for

Sustainable Geotourism. Geoheritage.

11(4):1367-9

Brahmantyo B. (2013). Geotourism in

Indonesian Perspective. Proceeding

HAGI-AIGI Joint Convention

Dipowiguno, A. P., Setiawan, V. E., Arifin,

A. S., & Kusworo, A. (2019).

Geological History of Natuna Island:

Geodiversity, Geoheritage, and

Sustainable Development Based on

Geodiversity Inventory and

Geoheritage Assessment. Proceeding

Joint Convention Yogyakarta 2019,

HAGI, IAGI, IATMI, PERHAPI

Dowling RK, Newsome D. (2010).

Geotourism A Global Activity.

Goodfellow Publishers Limited

Faizal M, Arisandy RF, Wijaksono SH,

Alansa FR, Arifin MN, Mulyaningsih

S. (2018). Efforts on Geological

Conservation to Watuadeg-Basalt

Pillow Lavas at West Sumber, Berbah

District, Sleman Regency, Yogyakarta

Special Region-Indonesia. Journal of

Geoscience, Engineering,

Environment, and Technology.

18;3(3):174-9

Gordon JE. (2018). Geoheritage,

geotourism and the cultural landscape:

Enhancing the visitor experience and

promoting geoconservation. Journal

Geosciences. Vol 8(4):136

Gunatama G, Divayana DG, Parma IP,

Mardana IB. PPDM. (2019). Geowisata

Bali Aga Di Desa Trunyan Kecamatan

Kintamani-Bali. Seminar Nasional

Pengabdian kepada Masyarakat. Vol. 4,

pp. 1227-1236

Hindersah H, Asyiawati Y, Akliyah LS,

Ramadhan TA. (2017). Tantangan

Pembangunan Pariwisata Inklusif

Geopark Ciletuh, Desa Ciwaru

Kabupaten Sukabumi–Provinsi Jawa

Page 9: Pendampingan Pemanduan Geowisata Kawasan Cagar Alam

Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia PENDAMPINGAN PEMANDU GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI

e-ISSN 2721-0634, p-ISSN 2684-9011 GUNUNG KIDUL: MENUJU THOUGHTFUL INDONESIA Volume 3 No. 1, Maret 2021 Mulyaningsih, Suhartono, Tania, dan Heriyadi

39

Barat. In Prosiding-Seminar-Nasional-

Perencanaan-Pembangunan-Inklusif-

Desa-Kota. pp. 125-134

Mulyaningsih S, Heriyadi NW, Tania D,

Suhartono S. (2019). Identifikasi

Jelajah Geologi Gunung Api Purba

Gunung Ireng Desa Pengkok,

Kabupaten Gunungkidul. Jurnal

Pariwisata. Vol 6(2):154-68.

Mulyaningsih, S., Muchlis, Kiswiranti, D.,

and Heriyadi, N.W.A.A.T. Design of

Volcanic Educational-based Natural

Tourism at Giriloyo, Wukirsari Village,

Imogiri District, Bantul Regency,

Yogyakarta-Indonesia. In Proceedings

of the Second International Conference

on Science, Engineering and

Technology - Volume 1: ICoSET, ISBN

978-989-758-463-3, 2019b; pages 349-

356. DOI: 10.5220/0009435703490356

Mulyanto, B.S., dan Maulana, N. (2019).

Pelatihan Manajemen Geowisata dan

Mitigasi Bencana di Desa Totoharjo

Kecamatan Bakauheni Kabupaten

Lampung Selatan, Prosiding Senapati

Seminar Nasional Pengabdian Kepada

Masyarakat Teknologi dan Inovasi

Pengabdian Masyarakat di Era

Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0

Bandar Lampung, ISSN: 2685-0427.

Hal. 10

Newsome D., and Dowling R. (2018).

Geoheritage and Geotourism.

Geoheritage (pp. 305-321). Elsevier.

Suhartono, Mulyaningsih, S., Kiswiranti, D.,

Sukirman, Heriyadi, N.W.A.A.T.,

Muchlis, and Mindhayani, I.

(Proceedings of the Second

International Conference on Science,

Engineering and Technology. pp 5-10 ).

Design of Community-based

Ecotourism at Cengkehan and Giriloyo,

Wukirsari Village, Imogiri District,

Bantul Regency, Special Region of

Yogyakarta. Proceedings of the Second

International Conference on Science,

Engineering and Technology. pp 5-10

Yulliati U, Sugiarti R, Hastuti TK, Istiqomah

S. (2020). Pengembangan Geowisata

Berbasis Folklore Di Desa Gentan

Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo.

Prosiding Konferensi Nasional

Pengabdian Kepada Masyarakat dan

Corporate Social Responsibility (PKM-

CSR). 3:990-9.

Yuliawati AK, Rofaida R, Gautama BP,

Hadian MS. (2019). Geoproduct

Development as Part of Geotourism at

Geopark Belitong. 1st International

Conference on Economics, Business,

Entrepreneurship, and Finance. Atlantis

Press. pp. 110-112