Upload
hoangkhanh
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PEMODELAN KINEMATIKA SISTEM PENGARAHAN MISILDENGAN PERHITUNGAN GANGGUAN PADA LANDASAN
Moh. Imam Afandi*)
ABSTRACT
Kinematic modeling of missile aiming system has been done for a moving target with the
calculation of base disturbances, i.e roll, pitch and yaw disturbances. Kinematic modeling of missile
aiming system is made using Denavit-Hartenberg convention. The missile trajectory calculation will also
be explained without aerodynamic analysis. The kinematics of missile aiming system can be proved
mathematically with high precision to the predicted target although there is an occurrence of base
disturbances.
Keywords : kinematics, missile, roll, pitch, yaw, Denavit-Hartenberg convention, trajectory.
PENDAHULUAN
Sistem alat penembak sangat memerlukan sistematika pengarahan untuk menjamin
misil tepat pada sasaran. Sistem alat penembak ini biasanya banyak dipasang pada
kendaraan-kendaraan perang seperti pada kapal perang, kapal selam, tank, pesawat
tempur, dsb. Hal ini jelas mengakibatkan gerakan pada landasan alat penembak sehingga
sistematika perhitungan dari pengarahan misil akan menjadi sangat kompleks. Gangguan
pada landasan sistem ini biasanya disebabkan oleh gangguan luar. Sebagai contoh, kapal
mengalami gangguan landasan karena gelombang laut, tank mengalami gangguan
landasan karena medan yang tidak rata, kapal selam mengalami gangguan landasan
disebabkan oleh arus bawah laut, pesawat mengalami gangguan landasan karena
turbulensi angin dan gerakan manuvernya sendiri. Gangguan landasan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 3 bentuk gangguan, yaitu gangguan roll, gangguan pitch dan
gangguan yaw. Gangguan roll merupakan gangguan yang mengakibatkan sistem menjadi
miring, gangguan pitch merupakan gangguan yang mengakibatkan sistem mengangguk,
sedangkan gangguan yaw merupakan gangguan yang mengakibatkan sistem berputar.
Ketiga bentuk gangguan tersebut akan mengakibatkan kesalahan pengarahan yang sangat
signifikan dalam sistem penembakan. Untuk mengatasi gangguan ini, salah satunya dapat
diselesaikan dengan menggunakan persamaan kinematika robotika. Persamaan
kinematika yang sering digunakan dalam menyelesaikan permasalahan robotika adalah
persamaan kinematika Denavit-Hartenberg. Selain itu, sistematika pengarahan misil ini
* PUSLIT KIM – LIPI, KAWASAN PUSPITEK SERPONG Gd. 420, TANGERANG 15314
2
juga memperhitungkan trayektori misil. Perhitungan trayektori misil dengan berbagai
karakteristik aerodinamikanya telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli(Lee et
al.,1999; Akcay, 2004; Akgul & Karasoy, 2005).
Dalam tulisan ini akan dibahas pemodelan kinematika sistem pengarahan misil
dengan memperhitungkan gangguan pada landasan menggunakan konvensi persamaan
Denavit-Hartenberg. Selain itu, trayektori misil juga diperhitungkan dalam pemodelan
ini, namun dibatasi tanpa memperhatikan faktor aerodinamikanya. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan perhitungan dan mempercepat respon sistem secara real time.
DASAR TEORI
Untuk menyelesaikan permasalahan kinematika, harus mempunyai pengetahuan
dasar mengenai matrik transformasi homogenous(Selig, 1992). Selanjutnya, penyelesaian
permasalahan kinematika dari suatu sistem dapat diselesaikan dengan menggunakan
konvensi parameter Denavit-Hartenberg(Sciavicco & Siciliano, 1996). Konvensi ini
dapat dijelaskan dengan beberapa langkah. Langkah pertama adalah menentukan lokasi
sendi dengan menamakan sumbu sendi Z0 . . . Zn-1 dengan n = jumlah sendi, serta
menyesuaikan sumbu X0 dan Y0 seperti yang diberikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Koordinat Sumbu Sendi
Selanjutnya pada langkah kedua, menentukan lokasi titik asal Oi pada
perpotongan Zi-1 dengan keadaan bidang normal ke Zi-1 dan Zi seperti yang diberikan
pada Gambar 2. Jika Zi-1 adalah paralel dan sendi i adalah sendi putar(revolute), yang
diilustrasikan dalam bentuk tabung, maka tentukan Oi sehingga di = 0. Namun jika sendi i
adalah sendi translasi(prismatic), yang diilustrasikan dalam bentuk kubus, maka tentukan
Oi pada posisi referensi dari sendi i - 1.
X0
Y0
Xn-1
Yn-1
Zn-1
..............
..
3
Gambar 2. Transformasi Link Konvensi Parameter Denavit-Hartenberg
Kemudian dengan tetap mengacu pada Gambar 2, pada langkah ketiga, adalah
menentukan sumbu Xi yang mempunyai garis normal terhadap sumbu Zi dan Zi-1 yang
mempunyai arah terhadap sendi i ke sendi i + 1. Langkah keempat, menentukan Yi
dengan kaidah tangan kanan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Langkah kelima,
menentukan tabel dari parameter lengan ai, di, αi dan θi dimana ai menyatakan jarak
sepanjang Xi dari Oi ke perpotongan Oi+1, sedangkan di menyatakan jarak sepanjang Zi-1
dari Oi-1 ke perpotongan Oi dan di merupakan variabel jika sendinya translasi(prismatic).
Selanjutnya αi menyatakan sudut antara Zi-1 dan Zi terhadap sumbu Xi yang nilainya
positif jika rotasi berlawanan arah jarum jam. Untuk θi menyatakan sudut antara Xi-1 dan
Xi terhadap sumbu Zi-1 yang nilainya positif jika berlawanan arah jarum jam dan juga
parameter θi merupakan variabel jika sendinya putar(revolute). Langkah keenam,
dilakukan dengan cara mensubstitusikan parameter ai, di, αi dan θi ke dalam persamaan
matrik transformasi homogeneous 1iiA seperti yang diberikan pada Persamaan (1).
Selanjutnya, dilakukan perkalian seluruh matrik transformasi homogeneous 1iiA
sehingga membentuk persamaan kinematika maju 101
0 ... nnn AAT , yang memberikan
posisi dan orientasi dari kerangka ujung terhadap kerangka dasar.
4
1000
cossin0
cos.sin.coscos.cossin
cos.sin.sincos.sincos
1
iii
iiiiiii
iiiiiii
ii d
a
ca
A
untuk ni ,...,1 .......... ( 1 )
Hasil perkalian matrik homogeneous 0nT ini memiliki vektor-vektor yang relatif
terhadap sumbu utama yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1000
0
zzzz
yyyy
xxxx
n dasn
dasn
dasn
T ................................................... ( 2 )
dimana : n = vektor arah sumbu OnXn terhadap O0X0Y0Z0 (normal)
s = vektor arah sumbu OnYn terhadap O0X0Y0Z0 (sliding)
a = vektor arah sumbu OnZn terhadap O0X0Y0Z0 (approach)
d = vektor pergeseran On terhadap O0 (translasi)
Dari parameter-parameter tersebut di atas selanjutnya dapat diturunkan persamaan model
kinematika sesuai dengan sistem yang didisain .
Untuk perhitungan trayektori misil dimana faktor aerodinamikanya diabaikan,
maka dalam hal ini hanya gravitasi bumi yang mempengaruhi pergerakan misil. Oleh
sebab itu dapat diterapkan persamaan gerak trayektori parabola seperti yang diberikan
pada Gambar 3.
Gambar 3. Gerak Trayektori Parabola
Persamaan gerak trayektori parabola(Wikipedia, 2002) yang penting untuk diketahui
dalam perhitungan trayektori misil, antara lain :
5
Perhitungan sudut misil dalam kordinat kartesian,
xg
vyxggvv
.
)..2.(tan
20
240
201 ....................................................... ( 3 )
Perhitungan waktu tempuh misil,
g
y
g
v
g
vt
.2sinsin 200
................................................................... ( 4 )
dimana, 0v = kecepatan awal misil (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
PEMODELAN KINEMATIKA SISTEM
Sistem pengarahan misil minimal menggunakan dua penggerak utama yaitu
penggerak azimuth(bearing/pen) dan penggerak elevasi(tilt). Sementara itu juga ada 3
bentuk gangguan pada landasan yang berupa gangguan roll, pitch dan yaw. Kemudian
dengan menggabungkan ketiga bentuk gangguan tersebut dengan dua penggerak utama
sistem, maka akan didapatkan kinematika sistem pengarahan dengan 5 derajad kebebasan
seperti yang diberikan pada Gambar 4.a. Kemudian untuk menghasilkan tabel konvensi
yang unik, maka sumbu koordinat setiap sendi ditentukan seperti yang diberikan pada
Gambar 4.b.
Gambar 4. a. Susunan Sendi Sistem Pengarahan Misilb. Susunan Sumbu Koordinat Sendi
O0
(b)(a)
O1
O2
O3
O4
Missile Aiming
Pitch
Roll
Azimuth
Elevasi
L
x2
y2
z2
z1
y1
y3
x3
z3
z4
x4
y4
x1
Yaw
z0
x0
y0
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan menerapkan langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh konvensi
parameter Denavit-Hartenberg, maka dengan mengacu pada Gambar 4.b. akan
didapatkan hasil yang diberikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Denavit-Hartenberg Pada Sistem Pengarahan Misil
i Sendi ai αi di θi
1 Yaw 0 900 0 θ1
2 Pitch 0 900 0 θ2+900
3 Roll 0 900 0 θ3+900
4 Azimuth 0 900 L θ4+900
5 Elevasi 0 0 0 θ5
Data yang ditampilkan pada Tabel 1. dapat dijelaskan dengan cara sederhana,
misalnya pada sendi yaw, parameter a1 bernilai nol karena tidak jarak antara O0 dan O1
sepanjang sumbu xo. Sedangkan parameter α1 bernilai 900 karena terjadi perputaran
berlawanan arah jarum jam dengan sudut 900 dari z0 ke z1 jika dilihat dari sumbu x1.
Kemudian parameter d1 juga bernilai nol karena tidak ada jarak antara O0 dan O1
sepanjang sumbu z0. Sedangkan untuk parameter θ1 adalah variabel karena merupakan
sendi putar(revolute). Parameter θ1 ini tidak ada penambahan konstanta sudut karena
sumbu xo dan sumbu x1 tidak membentuk sudut jika dilihat dari sumbu z0. Hal ini juga
berlaku sama pada sendi-sendi yang lain.
Selanjutnya data Tabel 1. tersebut dimasukkan ke dalam Persamaan (1) dan
hasilnya sebagai berikut ini :
1000
0010
0cos0sin
0sin0cos
11
11
01
A ,
1000
0010
0sin0cos
0cos0sin
22
22
12
A ,
1000
0010
0sin0cos
0cos0sin
33
33
23
A
1000
010
0sin0cos
0cos0sin
44
44
34 L
A
,
1000
0100
00cossin
00sincos
55
55
45
A
Kemudian dengan memisalkan cos ii c dan sin ii s untuk i = 1 ... 5, maka
didapatkan hasil perkalian matrik transformasi kinematika homogenous,
7
1000
0
zzzz
yyyy
xxxx
n dasn
dasn
dasn
T
dimana, 5313215421431321x )sss+cs(-c+)cccc+)scs+ss(-(cn
5313215421431321y )ssc-cs(-s+)cccs+)scc-ss-(s(n
532542432z scc+)ccs+ss(cn
5313215421431321x )css+cs(-c+)sccc+)scs+ss-(-(cs
5313215421431321y )csc-cs(-s+)sccs+)scc-ss-(-(ss
532542432z ccc+)scs+ss-(cs
421431321x scc+)ccs+ss(ca
421431321y scs+)ccc-ss(sa
42432z ss+cs-ca
)Lss+cs(-c 31321x d
)Lsc-cs(-s 31321y d
Ld 32z cc
Kemudian dengan melihat kembali pada Gambar 4.b, akan didapatkan bahwa
sistem pengarahan misil diwakili oleh koordinat sumbu x4 yang relatif terhadap sumbu
koordinat base Ooxoyozo. Sehingga matrik sudut pengarahan misil dengan gangguan
landasan direpresentasikan oleh kolom pertama dari hasil kali perkalian matrik
transformasi homogenous,
θ1 θ2 θ3 0 →
532542432
5313215421431321
5313215421431321
scc+)ccs+ss(c
)ssc-cs(-s+)cccs+)scc-ss(-(s
)sss+cs(-c+)cccc+)scs+ss(-(c
Z
Y
X
sehingga untuk mengatasi kesalahan sudut pengarahan yang terjadi, dapat dipakai sudut
referensi pada masing-masing penggerak sebagai berikut :
Sudut referensi penggerak azimuth = XYTanArc ,2.44 , dan
Sudut referensi penggerak elevasi = 2255 ,2. YXZTanArc
8
Kemudian hal yang paling penting dalam suatu penembakan yang efektif adalah
sistem dapat diperbolehkan menembak jika sasaran berada di dalam jangkauan
penembakan. Pada sasaran yang bergerak juga diperlukan data posisi untuk setiap waktu
sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menentukan prediksi sasaran dengan tepat.
Misalkan posisi sasaran diwakili oleh koordinat ruang (xs, ys, zs) yang relatif terhadap
sumbu koordinat Oo. Selanjutnya koordinat posisi sasaran ini ditransformasikan ke dalam
posisi sasaran trayektori parabola misil,
22ss yxx , szy ............................................ ( 5 )
Dalam perhitungan trayektori misil ini, banyak dilema yang ditemui dalam
penentuan sudut penembakan yang tepat pada sasaran bergerak. Hal ini disebabkan oleh
adanya 2 variabel yang belum diketahui dan saling ketergantungan. Variabel itu adalah
prediksi titik sasaran dan waktu tempuh yang sama antara misil dan sasaran untuk
menuju prediksi titik pertemuan.
Untuk memudahkan permasalahan tersebut, diasumsikan bahwa waktu tempuh
misil sangat cepat dan mengenai sasaran hampir mendekati nol, sehingga posisi prediksi
sasaran hampir sama dengan posisi sasaran yang terdeteksi. Selain itu, harus dipastikan
terlebih dahulu bahwa sasaran sudah berada dalam daerah jangkauan penembakan,
dengan persyaratan sebagai berikut :
20
2240 ...2. vygxgv ,
g
vy
.2
20 .................................. ( 6 )
Persyaratan ini didapatkan dengan menghindari nilai akar-akar yang tidak imajiner
pada Persamaan (3) dan (4). Selanjutnya dapat dihitung sudut pengarahan misil untuk
posisi prediksi sasaran menggunakan Persamaan (3). Kemudian, hasil sudut pengarahan
misil ini menjadi sudut referensi untuk penggerak elevasi, sedangkan sudut referensi
untuk penggerak azimuth dihasilkan dari sudut yang dibentuk oleh posisi xs dan ys
sasaran terhadap koordinat sumbu O0 pada Gambar 4.b.
Untuk membuktikan metode di atas, digunakan data-data sebagai berikut :
kecepatan awal misil (vo)= 1000 m/s, gravitasi bumi (g) = 9,8 m/s2, posisi sasaran berada
di koordinat (1000,1000,1000) dalam satuan meter, sudut gangguan roll 300, sudut
gangguan pitch 300, sudut gangguan yaw 300. Sehingga dengan menggunakan Persamaan
(5), akan diperoleh 2.141410001000 22 x , 1000y
9
Selanjutnya, dipastikan terlebih dahulu bahwa sasaran sudah berada dalam daerah
jangkauan penembakan dengan menggunakan Persamaan (6),
benar
vygxgv
1012
81220
2240
10.98.110
10.1969,19207631510...2. ,
benar
g
vy
33
63
20
10.5110
8,9.2
1010
.2
Setelah persyaratan dipenuhi, selanjutnya dapat dihitung sudut pengarahannya dengan
menggunakan Persamaan (3), sehingga diperoleh
4
81261
20
240
201
10.4.1
10.98.11010tan
.
)..2.(tan
xg
vyxggvv
4
461
10.4.1
10.9910tan 0
4
461 5,35
10.4.1
10.9910tan
dan diperoleh 05 5.35 , sedangkan 01
4 45)1000,1000(tan , sehingga
didapatkan matrik sudut pengarahan misil dengan gangguan landasan,
0.9719
0.232
0.0147-
scc+)ccs+ss(c
)ssc-cs(-s+)cccs+)scc-ss(-(s
)sss+cs(-c+)cccc+)scs+ss(-(c
532542432
5313215421431321
5313215421431321
Z
Y
X
kemudian, akan didapatkan
Sudut referensi untuk penggerak azimuth = XYTanArc ,2.44
= 45 + ( 45 - 93.61 ) = -3.610
Sudut referensi untuk penggerak elevasi = XYTanArc ,2.44
= 35.5 + ( 35.5 - 76.54 ) = -5.540
Cara lain yang paling mudah untuk membuktikannya adalah tanpa memberikan
gangguan landasan, yaitu dengan memberikan nilai θ1 = θ2 = θ3 = 0. Sehingga akan
diperoleh,
θ1 = θ2 = θ3 = 0 →
5
54
54
0
0
0
s
cs
cc
Z
Y
X
Dengan melihat persamaan matrik sudut pengarahan tanpa gangguan, maka hasil
persamaan sudut referensi untuk penggerak elevasi akan didapatkan hasil yang sama
dengan sudut gerak trayektori misil ( 5 ). Hasil yang sama juga akan didapatkan pada
sudut referensi untuk penggerak azimuth dengan sudut 4 .
10
KESIMPULAN
Secara matematis telah dapat dibuktikan bahwa pemodelan kinematika
menggunakan persamaan Denavit-Hartenberg ini mampu memberikan sistem
pengarahan misil yang tepat pada prediksi sasaran walaupun terjadi gangguan pada
landasan yang berupa gangguan roll, pitch dan yaw. Penyelesaian sistem pengarahan
misil dengan menggunakan pemodelan kinematika ini masih belum memperhitungkan
faktor aerodinamika yang bekerja pada misil, padahal pada kenyataannya, gerak
trayektori misil ini merupakan gerak balistik yang banyak dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti koefisien drag, viskositas udara, arah dan kecepatan udara, kelembaban
udara, gesekan/hambatan udara, suhu udara, dsb. Sehingga masih perlu dilakukan
analisis perhitungan secara mendalam mengenai gerak aerodinamika misil supaya
mendapatkan hasil penembakan yang lebih tepat menuju sasaran.
SARAN
Hasil perhitungan matematis pemodelan kinematika ini masih perlu diuji secara
visual dengan menggunakan simulasi komputer sehingga sistem kinematika pengarahan
misil akan terlihat dengan jelas dapat mendekati sudut penembakan yang diinginkan
walaupun diberikan gangguan-gangguan pada landasan.
DAFTAR PUSTAKA
.... , 2002. Riffleman’s Rule & General Ballistic Trajectory, Wikipedia Organization.
Akcay, M., 2004. Development of Universal Flight Trajectory Calculation Method for Unguided Projectiles, Proceeding of Turkish Engineering, Environment and Science, 369-376.
Akgul, A. and Karasoy, S., 2005. Development of a Tactical Ballistic Missile Trajectory Prediction Tool, Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 5 No. 2.
Lee, Sou-Chen., Huang, Yu-Chao. & Liu, Cheng-Yu, 1999. Trajectory Estimation for Tactical Ballistic Missiles in Terminal Phase Using On-line Input Estimator, Proceeding of National Science and Council ROC, Vol. 23 No. 5 pp.644-653.
Sciavicco, L. & Siciliano, B., 1996. Modeling And Control of Robot Manipulators, McGraw Hill Companies, Inc, New York
Selig, J.M., 1992. Introductory Robotics, Prentice Hall International Ltd., UK.