Upload
yessi-ayenni
View
19
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Cooperative Learning Paper in Indonesia Language
Citation preview
A. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Roger, dkk. (1992) menyatakan cooperative learning is group learning
activity organized in such a way that learning is based on the socially structured
change of information between learning in group in which each learner is held
accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of
others. (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan
informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya
setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong
untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain).
Johnson dan Johnson (1998) menyajikan definisi ringkas tentang kooperasi
dan pembelajaran kooperatif serta membedakannya dengan pembelajaran kompetitif
dan individual. Menurut Johnson dan Johnson, pembelajaran kooperatif berarti
working together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama).
Singkatnya, pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di
mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 siswa
dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan
ukuran yang berbeda-beda.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.
Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu
pendekatan di mana siswa secara individu menemukan dan mentransformasikan
informasi yang kompleks dan merivisinya bila perlu.
Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang
menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, kerja
sama, dan menghormati perbedaan. Pembelajaran kooperatif berperan meningkatkan
keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif memiliki struktur tugas yang
menghendaki peserta didik untuk bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil.
Struktur penghargaan itu mengakui upaya kolektif dan individual.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dikembangkan berdasarkan
teori social-cognition, yang selanjutnya menjadi awal dari konstruktivisme sosial
(socio-constructivism). Bahwa siswa akan bisa mencapai potensi optimal belajarnya
apabila berinteraksi dengan orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif, peranan guru
adalah mendorong dan atau mengkondisikan kelas sedemikian sehingga siswa bekerja
sama dalam suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas bersamanya. Demikian juga guru harus mengkondisikan
agar dua atau lebih individu saling bergantung satu sama lain untuk mencapai satu
tujuan bersama.
Strategi yang berdasarkan pada diskusi ini dapat digunakan dalam mata
pelajaran apapun. Model pembelajaran kooperatif ini mengemukakan bermacam
ragam tujuan intelektual dan mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk
memproses yang dibutuhkan siswa karena pada dasarnya model pembelajaran
kooperatif adalah suatu istilah yang memayungi sejumlah pendekatan diskusi
kelompok kecil.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta
pengembangan keterampilan sosial.
Johnson & Johnson (1998) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman
baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps juga
menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat
memperbaiki hubungan di antara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan,
mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah.
Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi
siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.
Karakteristik atau ciri ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu
untuk mencapai tujuan pemebelajaran.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi yaitu : (a) fungsi manajemen
sebagai perencanaan pelaksanaan, (b) fungsi manajemen sebagai organisasi,
(c) fungsi manajemen sebagai kontrol.
3. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu
ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik,
pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama
dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat
berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling
menghargai pendapat teman sekelompoknya.
Penerapan model pembelajaran kooperatif biasanya akan melibatkan :
1. Ketrampilan sosial
Ketrampilan sosial merupakan ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi
dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.
2. Interaksi tatap muka
Setiap individu akan berinteraksi secara tatap muka langsung dalam kelompok.
Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan
setiap indivdu yang turut serta mengambil bagian.
3. Siswa harus saling bergantung positif
Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan
untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok mereka. Setiap siswa memiliki
peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang
mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk
tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok
harus saling terhubung, saling mengisi dan bantu membantu
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif meliputi :
1. Setiap individu bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya
2. Setiap anggota kelompok membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
3. Keberhasilan dan penghargaan menjadi milik bersama
4. Adanya berbagi kepemimpinan antar sesama anggota kelompok
5. Individu bertanggung jawab kepada kelompoknya melalui tugas yang
diberikan kepadanya.
B. Sintaks dan Perspektif Pembelajaran Kooperatif
Sintaks pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
Sintaks Model Pembelajaran kooperatif
Fase Perilaku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
peserta didik
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi peserta
didik.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada peserta
didik dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan (tetapi dalam tahap ini guru
dilarang menjelaskan konsep-konsep,
karena penguasaan akan dicapai secara
mandiri melalui kerja kelompok).
Fase 3
Mengorganisasi peserta didik ke dalam
kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana cara membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap agar
melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas.
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
karyanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.
Setidaknya terdapat empat perspektif teoretis yang mendasari pembelajaran
kooperatif ini.
1. Perspektif motivasional (motivational perspective)
Perspektif motivasional berasumsi bahwa usaha-usaha kooperatif haruslah
didasarkan pada penghargaan kelompok (group reward) dan struktur tujuan
(goal structure).
2. Perspektif Kohesi Sosial
Perspektif ini menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif hanya akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa jika dalam kelompok terjalin
suatu kohesivitas antar anggota di dalamnya.
3. Perspektif Kognitif
Psikologi kognitif yang berseberangan dengan perspektif sosial dan
motivasional fokus pada bagaimana manusia bertindak, berpikir, dan
berproses untuk belajar. Perspektif kognitif beranggapan bahwa interaksi antar
siswa akan meningkatkan prestasi belajar mereka selama mereka mampu
memproses informasi secara mental daripada secara motivasional.
4. Perspektif Perkembangan
Perspektif perkembangan kognitif berasal dari pemikiran Jean Piaget dan Lev
Vygotsky. Perspektif Piagetian menegaskan bahwa ketika siswa bekerja sama,
konflik sosio-kognitif akan muncul dan melahirkan apa yang dikenal dengan
ketidakseimbangan kognitif. Ketidakseimbangan inilah yang nantinya dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir, bernalar, dan berbicara.
Sementara itu, perspektif Vygotsky menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan produk sosial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
mendasarkan pada perspektif perkembangan ini, selain interaksi,
perkembangan kognisi siswa juga turut berpengaruh terhadap pencapaian atau
prestasi belajar mereka di ruang kelas.
5. Perspektif Elaborasi Kognitif
Perspektif yang dikembangkan oleh ODonnel dan OKelly (1994) ini
menegaskan bahwa elaborasi bisa menjadi latihan kognitif yang dapat
meningkatkan pembelajaran siswa.
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Kooperatif
Sintaks Perbandingan dari Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi
Kelompok
Pendekatan
Struktural
Tujuan
Kognitif
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik tingkat
tinggi dan
keterampilan
inkuiri
Informasi
akademik
sederhana
Tujuan
Sosial
Kerja kelompok
dan kerja sama
Kerja kelompok
dan kerja sama
Kerjasama dalam
kelompok
kompleks
Keterampilan
kelompok dan
keterampilan
sosial
Struktur
tim
Kelompok
heterogen dengan
4-5 anggota
Kelompok belajar
heterogen dengan
5-6 anggota
menggunakan
pola kelompok
asal dan
kelompok ahli
Kelompok belajar
dengan 5-6
anggota heterogen
Bervariasi,
berdua, bertiga,
berkelompok
dengan 4-6
anggota
Pemilihan
topic
Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
pelajaran
Tugas
utama
Siswa dapat
menggunakan
lembar kegiatan
dan saling
membantu untuk
menutaskan
materi belajarnya
Siswa
mempelajari
materi dalam
kelompok ahli
kemudian
membantu
kelompok asal
mempelajari
materi itu
Siswa
menyelesaikan
inkuiri kompleks
Siswa
mengerjakan
tugas-tugas yang
diberikan social
dan kognitif
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat
berupa tes
mingguan
Menyelesaikan
proyek dan
menulis laporan,
dapat
menggunakan tes
esai
Bervariasi
Pengakuan Lembar
pengetahuan dan
publikasi lain
Publikasi lain Lembar
pengetahuan dan
publikasi lain
Bervariasi
Slavin (1995) menampilkan beberapa metode pembelajaran kooperatif yang
banyak diteliti dan paling sering digunakan. Slavin membagi metode-metode tersebut
dalam 3 kategori :
1) Metode-metode Student Teams Learning
Dikembangkan di John Hopkins University. Didasarkan pada prinsip
bahwa siswa harus belajar bersama dan bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu
kelompoknya.
Ada tiga konsep yang mendasarinya : penghargaan kelompok, tanggung
jawab individu, dan kesempatan yang sama untuk sukses.
Metode-metode Students Teams Learning ini meliputi metode Student
Team-Achievement Divisions (STAD), Teams-Games-Tournaments (TGT),
dan Jigsaw II (JIG II).
2) Metode-metode Supported Cooperative Learning
Digagas oleh beberapa peneliti, termasuk oleh penggagas metode Jigsaw
pertama kali Aronson (1975), modifikasi Jigsaw III oleh Kagan (1990),
dan dua spesialis yang sudah banyak mempublikasikan buku seputar
pembelajaran kooperatif, David Johnson dan Robert Johnson.
Beberapa metode pembelajaran kooperatif tersebut adalah Learning
Together (LT)-Circle of Learning (CL), Jigsaw (JIG), Jigsaw III (JIG III),
Cooperative Learning Structures (CLS), Group Investigation (GI),
Complex Instruction (CI), Team Accelerated Instruction (TAI),
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Structured
Dyadic Methods (SDM).
3) Metode-metode Informal
Tidak sedikit guru menerapkan aktivitas aktivitas kooperatif dalam
metode pengajaran tradisionalnya. Ada banyak aktivitas pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan dari metode-metode yang diminati oleh
sebagian guru. Beberapa metode informal pembelajaran kooperatif yang
paling banyak digunakan di antaranya Spontaneous Group Discussion
(SGD), Numbered Heads Together (NHT), Team Product (TP),
Cooperative Review (CR), Think Pair-Share (TPS), dan Discussion
Group (DG) Group Project (GP).
Selanjutnya, akan dibahas beberapa jenis yang sering digunakan dari beberapa
metode pembelajaran kooperatif di atas.
Pembelajaran kooperatif berkembang menjadi beberapa jenis, diantaranya :
Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Game Tournament
(TGT), Learning Together (LT), One Stay to Stray, Numbered Heads Together
(NHT), dan Think Pair and Share (TPS).
1. Student Team Achievement Division (STAD)
Teori ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkins. Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 4-5 siswa. Setiap kelompok harus heterogen berdasarkan
kemampuan, gender, ras, dan etnis. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau
perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajaran dan kemudian
saling membantu satu sama lain memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis,
dan diskusi. Anggota yang telah mengerti diminta untuk menjelaskan materi ke
anggota kelompoknya yang lainnya, sampai semua anggota mengerti. Secara
individual setiap minggu atau 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis di skor dan setiap
individu diberi skor perkembangan.
Slavin menyatakan bahwa metode STAD ini dapat diterapkan untuk beragam
materi pelajaran, termasuk sains, yang di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya
memiliki satu jawaban yang benar.
2. Jigsaw
Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson (1975). Metode ini
memiliki dua versi tambahan, Jigsaw II (Slavin, 1989) dan Jigsaw III (Kagan, 1990).
Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok
yang heterogen. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari bagian
tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas
yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut
kelompok ahli. Selanjutnya anggota tim kelompok ahli ini akan kembali ke kelompok
asalnya akan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya kepada teman kelompoknya
sendiri.
Jadi, dalam metode Jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam
kelompok mereka sendiri dan dalam kelompok ahli. Guru memberikan kuis kepada
setiap anggota kelompok untuk dikerjakan sendiri-sendiri, tanpa bantuan siapa pun.
Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil ujian/kuis individu ini akan menentukan
skor yang diperoleh kelompok mereka. Dalam metode Jigsaw ini, tidak ada reward
khusus yang diberikan atas individu maupun kelompok yang mampu menunjukkan
kemampuannya untuk bekerja sama dan mengerjakan kuis.
3. Think Pair Share (TPS)
Teori ini dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland ini memiliki
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan inti materi/permasalahan yang akan dibahas dan
kompetensi yang akan dicapai
b. Siswa diminta berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan oleh
guru
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (berkelompok 2 orang)
dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. Dalam hal ini siswa
sharing terhadap apa yang sudah dikerjakan.
d. Guru memimpin pleno, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
e. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum berhasil diungkap oleh siswa
f. Siswa dibantu guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari
g. Penutup
4. Think Pair Square
Teori ini dimodifikasi dari TPS yaitu memberikan tambahan langkah dengan
penggabungan dari kelompok kecil menjadi kelompok besar.
5. Group Investigation (GI)
Metode yang dikembangkan oleh Sharan dan Sharan (1976) ini lebih menekankan
pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di
ruang kelas. Dalam metode GI, siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk
merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi. Selama proses penelitian
atau investigasi ini, mereka akan terlibat dalam aktivitas-aktivitas berpikir tingkat
tinggi, seperti membuat sintesis, ringkasan, hipotesis, kesimpulan dan menyajikan
laporan akhir.
Menurut Joyce dan Weil (1992, dalam Mendel, 2003) kooperatif investigasi
kelompok memiliki 6 tahapan :
1. Siswa dihadapkan pada permasalahan. Dalam situasi ini siswa harus merasa
ada masalah yang dipecahkan melalui investigasi
2. Siswa membentuk kelompok dan melakukan diskusi untuk membahas
variabel pembuat masalah dan solusi yang mungkin untuk menyelidiki
masalah
3. Setiap kelompok merumuskan tugas-tugas untuk dipelajari dan
mengorganisasi untuk penyelesaian tugas
4. Kerja kelompok penyelesaian masalah secara independen
5. Setiap kelompok menyampaikan proses dan kemajuan pelaksanaan investigasi
dalam diskusi kelas
6. Aktivitas bersiklus. Berdasarkan aktivitas pebelajar, investigasi dilanjutkan,
diadaptasi, atau diubah; aktivitas dilanjutkan lagi sampai mendapat
kesimpulan
6. Two Stay Two Stray
Langkah-langkah pembelajaran koorperatif ini dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1994) sebagai berikut;
a. Siswa membentuk kelompok beranggotakan 4 orang
b. Guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok
c. Siswa menyelesaikan tugas di masing-masing kelompok
d. Setelah diskusi dalam kelompok selesai, dua orang masing-masing menjadi
tamu kelompok lain
e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dan menjelaskan ke tamu bereka
f. Tamu mohon diri, kembali ke kelompok dan melaporkan temuannya ke
kelompok mereka
g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerjanya
7. Numbered Head Together
Pada dasarnya, NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis
pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Menurut Slavin (1995),
metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan
akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok.
Langkah pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) adalah :
a. Siswa terbagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat
nomor
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastika tiap anggota
kelompok dapat menyelesaikan masalahnya
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk menjelaskan hasil
kerjasamanya
e. Tanggapan dari kelompok lain dengan cara guru menunjuk nomor lain
f. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah: dapat
meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa; dapat meningkatkan
kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial; dapat meningkatkan
keterampilan kepemimpinan; dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, serta dapat
meningkatkan kemahiran teknologi.
D. Lingkungan Pembelajaran Kooperatif
Lingkungan yang mempengaruhi pembelajaran kooperatif ini adalah, siswa pada
kelompok yang lain, sarana dan prasarana yang digunakan, kondisi pembelajaran, dan
guru yang bersangkutan
Model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan
suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan
peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nuansa baru
di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang
di-handle seorang guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa
hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan
dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut
tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan
terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa
terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan
pembelajaran terkesan demokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan
memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa keuntungan yang diperoleh baik oleh
guru maupun siswa di dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
cooperative learning.
Pertama, melalui cooperative learning menimbulkan suasana yang baru dalam
pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebelumnya hanya dilaksanakan model
pembelajaran secara konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab. Metode tersebut
ternyata kurang memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk belajar. Dengan
digunakannva model cooperative learning, maka tampak suasana kelas menjadi lebih
hidup dan lebih bermakna.
Kedua, membantu guna dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dan mencarikan alternatif pemecahannya. Dari hasil penelitian tindakan
pelaksanaan cooperative learning dengan diskusi kelompok ternyata mampu
membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar.
Ketiga, penggunaanya cooperative learning merupakan suatu model yang efektif
untuk mengembangkan program pembelajaran terpadu. Dengan cooperative learning
siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan aspek kognitif saja melainkan
mampu mengembangkan aspek afektif dan psikomotor.
Keempat, dengan melalui cooperative learning, dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Hal ini dikarenakan kegiatan
pembelajaran ini lebih banyak berpusat pada siswa, sehingga siswa diberi kesempatan
untuk turut serta dalam diskusi kelompok. Pemberian motivasi dari teman sebaya
ternyata mampu mendorong semangat siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikirnya. Terlebih lagi bila pembahasan materi yang sifatnya problematik atau
yang bersifat kontroversial, mampu merangsang siswa mengembangkan kemampuan
berpikirnya.
Kelima, dengan cooperative learning mampu mengembangkan kesadaran pada
diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan
sekitarnya. Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya perasaan ingin membantu
siswa lain yang mengalami kesulitan sehingga mampu mengembangkan sosial skill
siswa. Disamping itu pula dapat melatih siswa dalam mengembangkan perasaan
empati maupun simpati pada diri siswa.
Keenam, dengan cooperative learning mampu melatih siswa dalam
berkomunikasi seperti berani mengemukakan pendapat, berani dikritik, maupun
menghargai pendapat orang lain. Komunikasi interaksi yang terjadi antara guru
dengan siswa maupun siswa dengan siswa menimbulkan dialog yang akrab dan
kreatif.
E. Model Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Model : Ilmu Pengetahuan Alam
Desain Pengajaran
I. Materi : Ilmu Pengetahuan Alam
II. Pengetahuan Dasar :
1. Benda dapat berwujud padat, cair, dan gas
2. Benda padat bentuk dan besarnya tetap
3. Benda cair bentuknya berubah-ubah sesuai dengan tempatnya
4. Benda gas selalu mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya
III. Kelas/Semester/Waktu : III/I/6 jam pelajaran
IV. Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengamati gejala dan fakta di
sekitarnya serta hasil percobaan sederhana untuk mengenali sifat-sifat
benda padat, cair, dan gas.
V. Standar Kompetensi, Tugas, dan Penilaian
Standar Kompetensi Tugas dan Penilaian
Siswa mampu memahami dan
mengamati tiga wujud benda :
padat, cair, dan gas.
1. Manakah benda-benda di bawah ini yang tergolong benda padat,
cair, dan gas?
Batu : Padat/Cair/Gas?
Kayu : Padat/Cair/Gas?
Beras : Padat/Cair/Gas?
Sirop : Padat/Cair/Gas?
Oksigen : Padat/Cair/Gas?
Kecap : Padat/Cair/Gas?
Siswa mampu mengenali sifat-
sifat benda padat
2. Ambil penghapus. Taruh benda itu di atas meja, kemudian di
kursi, di dalam tas, dan di lantai.
Apakah bentuk benda berubah?
Apakah ukuran benda berubah?
Sebutkan sifat-sifat benda padat!
Siswa mampu mengenali sifat-
sifat benda cair.
3. Masukkan secangkir air ke dalam botol.
- Bagaimana bentuk air itu? 4. Lalu, masukkan air itu ke dalam
gelas
- Bagaimana bentuknya? - Sebutkan sifat-sifat benda
cair!
Siswa mampu mengenali sifat-
sifat benda gas.
5. Jika mungkin, tutup semua pintu dan jendela di ruang kelas.
Semprotkan minyak wangi atau
pewangi ruangan ke dalam botol
dan segera tutup botol itu. Amati
isi botol itu. Kemudian buka
tutup botol. Amati dan rasakan
apa yang terjadi.
- Apa yang terjadi dengan uap pewangi dalam botol yang
baru dibuka?
- Bagaimana bau seluruh ruangan kelas?
6. Kemudian, buka pintu dan jendela. Tunggu sebentar.
- Bagaimana bau ruangan sekarang?
- Ke mana perginya uap pewangi?
- Bagaimana hubungan gas dengan tempatnya?
- Bagaimana sifat-sifat benda gas?
VI. Keterampilan yang Diharapkan, Alat dan Bahan, Teknik dan Prosedur
Keterampilan
yang
Diharapkan
Alat/Bahan Teknik/Prosedur
Interaksi
Prediksi
Klasifikasi
Observasi
Eksperimen
Menyimpulkan
Komunikasi
Bertanya
Klasifikasi
- Penghapus - Air - Botol - Gelas - Minyak wangi
atau pewangi
ruangan
Berpikir-Berpasangan-Berbagi
1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat
2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas
nomor V-1 sendiri
3. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam
kelompok dan mengerjakan
tugas nomor V-2, 3, 4, 5,
dan 6.
4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok
berempat yang semula.
Setiap siswa lalu
membagikan hasil kerjanya
pada siswa-siswa lain
dalam kelompoknya.
Berkirim Salam dan Soal
1. Setiap kelompok ditugaskan membuat soal
seperti nomor V-1, namun
dengan daftar benda-benda
yang berbeda, lalu dikirim
ke kelompok-kelompok
lain. Guru bisa membantu
dan mengawasi pemilihan
dan pembuatan soal ini.
2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu
perwakilan anggotanya
untuk menyampaikan
salam dan soal dari
kelompoknya (salam
kelompok bisa berupa yel-
yel, sapaan, atau sorak-
sorai kelompok).
Klasifikasi 3. Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman
dari kelompok lain.
4. Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok
disesuaikan dan
diperbandingkan dengan
jawaban kelompok yang
mengirim/membuat soal.
II. Pengayaan : Siswa dapat melakukan kegiatan tambahan berikut ini untuk
memahami lebih lanjut sifat-sifat benda padat, cair, dan gas. Siswa juga dapat
mengamati dan mengambil kesimpulan tentang molekul-molekul benda padat,
cair, dan gas.
III. Keterampilan yang Diharapkan, Teknik, dan Prosedur
Keterampilan
yang
Diharapkan
Teknik dan Prosedur
Komunikasi
Observasi
Eksperimentasi
Prediksi
Interpretasi Data
Menyimpulkan
Jigsaw
1. Guru membagi siswa dalam kelompok bertiga dan memberi mereka nomor 1,2,3
2. Siswa nomor 1 dari setiap kelompok bergabung dengan siswa nomor 1 dari kelompok lainnya. Kelompok ini
disebut sebagai kelompok ahli. Demikian juga dengan siswa nomor 2 dan nomor 3.
3. Siswa-siswa nomor 1 melakukan kegiatan untuk memahami benda padat di satu pojok ruang kelas (lihat
Lembar Kerja I). Siswa-siswa nomor 2 melakukan
kegiatan seperti pada Lembar Kerja Siswa II di pojok
yang lain. Siswa-siswa nomor 3 melakukan kegiatan
seperti pada Lembar Kerja Siswa III di tengah-tengah
ruang kelas.
4. Masing-masing siswa ditugaskan untuk menjadi ahli di bidangnya (padat, cair, dan gas).
5. Setelah eksperimen selesai, siswa kembali ke kelompok bertiganya masing-masing dan saling menjelaskan apa
yang sudah diperoleh dari kegiatan kelompok ahli.
LEMBAR KERJA SISWA I
MEMAHAMI BENDA PADAT
Alat dan Bahan Kegiatan Pengamatan
- Mentega - Wajan kecil - Kompor (spiritus) - Sendok - Cetakan kue kecil
dari aluminium atau
gelas kecil
1. Panaskan wajan dan masukkan mentega
2. Aduk perlahan-lahan sampai mentega
mencair
3. Matikan api dan tuangkan cairan ke
dalam cetakan kue
atau gelas kecil
sampai penuh. Beri
tanda permukaan
mentega di dinding
luar gelas dengan
spidol.
4. Simpan di tempat dingin/sejuk
5. Jika mentega sudah mengeras, amatilah
1. Apa yang terjadi jika benda cair membeku?
2. Amati cairan mentega yang baru dituang di
gelas!
3. Bandingkan dengan mentega yang telah
mengeras. Mana yang
mempunyai garis
permukaan yang lebih
tinggi? Mengapa
terjadi penyusutan?
4. Apa yang bisa kamu simpulkan mengenai
atom dan molekul
benda padat?
Catatan untuk guru :
Atom atau molekul benda padat saling berdekatan sehingga menempati lebih
sedikit ruang. Eksperimen ini membuktikan bahwa mentega, seperti banyak benda
lainnya, menciut ketika menjadi padat karena molekul-molekulnya berdekatan
satu sama lain.
LEMBAR KERJA SISWA II
MEMAHAMI BENDA CAIR
Alat dan Bahan Kegiatan Pengamatan
- air hangat - pewarna
makanan
- gula - gelas
1. Letakkan gelas di atas piring untuk menghindari
tumpahan air ke meja.
2. Isi gelas dengan air hangat sampai separuhnya.
1. Apa air sudah benar-benar memenuhi gelas?
2. Bagaimana permukaan air setelah diberi sesendok
gula?
- sendok - piring
3. Teteskan pewarna. Aduk pelan-pelan. Tambahkan
air hangat perlahan-lahan
sampai ke ujung
permukaan gelas.
4. Perlahan-lahan tambahkan sesendok gula.
5. Tunggu sejenak sampai gula larut. Kemudian
tambahkan sesendok gula
lagi.
6. Amati permukaan air, lalu catatlah.
3. Mengapa air tidak tumpah? Apa yang bisa
kamu simpulkan mengenai
molekul air?
4. Berapa sendok gula yang bisa dimasukkan ke dalam
gelas sampai airnya benar-
benar tumpah?
5. Bagaimana ini bisa terjadi?
6. Apa yang terjadi antara molekul air dan molekul
gula?
Catatan untuk Guru:
Molekul-molekul benda cair juga berdekatan satu sama lain, tetapi masih
mempunyai ruang di antaranya. Ketika gula dimasukkan, molekul guna menempati
ruang di antara molekul-molekul air. Ketika semua ruang ini terisi penuh, maka air di
gelas akan tumpah.
LEMBAR KERJA SISWA III
MEMAHAMI BENDA GAS
Alat dan Bahan Kegiatan Pengamatan
- Cuka - Soda kue - Balon - Sendok - Botol - corong
1. Tiup balon beberapa kali agar nantinya lebih
mudah mengembung.
Kempeskan kembali
balon.
2. Masukkan 2 sendok makan soda kue ke
dalam balon. Gunakan
corong jika perlu.
3. Masukkan 3 sendok makan cuka ke dalam
botol atau isi botol itu
sampai seperempatnya.
4. Pasangkan mulut balon
1. Apa yang terjadi ketika kamu meniup
balon?
2. Apa yang memenuhi balon setelah kamu
meniupnya?
3. Apa yang terjadi ketika kamu membuka
mulut balon?
Mengapa?
4. Amati apa yang terjadi kue bercampur dengan
cuka.
5. Apa yang terjadi
pada mulut botol.
Biarkan balonnya
menggelantung di
samping botol dulu.
5. Angkat balon sampai soda kuenya jatuh ke
dalam cuka.
dengan balon?
6. Apa yang memenuhi balon?
7. Bandingkan besar ruang di dalam balon
dengan jumlah soda
kue dan cuka
8. Mengapa gas dalam balon menempati lebih
banyak ruang daripada
cuka dan soda kue?
Catatan untuk guru :
Molekul-molekul benda gas saling berjauhan, sehingga benda gas memenuhi lebih
banyak ruang daripada benda padat dan cair. Eksperimen ini membuktikan bahwa gas
menempati lebih banyak ruang daripada benda padat dan cair yang setara. Campuran
soda kue dengan cuka menimbulkan reaksi kimia yang mengeluarkan gas karbon
dioksida. Karbon dioksida menggelembungkan balon.