Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    1/146

    Seminar Optima Preparation

    Batch Mei 2015

    Part V

    No. 301-390Office Address:Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, JakartaSelatan(Belakang Pasaraya Manggarai)Phone Number : 021 8317064

    Pin BB 2A8E2925WA 081380385694

    Medan :Jl. Setiabudi No. 65 G, MedanPhone Number : 061 8229229Pin BB : 24BF7CD2

    www.optimaprep.com 

    dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina

    dr. Cemara, dr. Yusuf

    dr. Reza

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    2/146

    301. Penatalaksanaan Hipokondriasis

    • Konseling psikologis (psikoterapi)

     – Cognitive behavioural therapy merupakan terapiprimer dan paling efektif untuk hipokondria

    • Psikoedukasi – Edukasi terhadap keluarga untuk mengerti lebih

     jauh mengenai hipokondriasis

    Obat – obatan – SSRI  fluoxetine, fluvoxamine dan paroxetine

     – TCA  klomipramine, imipramine

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    3/146

    302. Istilah PskiatriKeterangan

    Voyeurism Kenikmatan seksual yang muncul ketika mengintip atau melihat

    orang lain melakukan hubungan intim seperti meilhat orang

    telanjang, atau bercinta

    Kleptomania Kegagalan berulang untuk menahan keinginan mencuri barang – 

    barang yang tidak dibutuhkan dan terkadang hanya memiliki nilaiekonomis yang rendah

    Transvetisme Kenikmatan seksual yang muncul karena berdandan atau

    menyamar dalam pakaian lawan jenis, dengan keinginan kuat

    untuk tampil sebagai anggota lawan jenis

    Ekshibisionisme Suatu tindakan mempertontonkan alat kelamin kepada orang lainsebagai suatu usaha untuk menarik perhatian

    Erotomania

    (Sindrom de

    Clerambault)

    Keyakinan bahwa orang lain memendam perasaan cinta kepada

    penderita atau memiliki suatu hubungan intim dengan dirinya

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    4/146

    303. Gangguan Konversi• Gangguan somatisasi

     – Banyak keluhan fisik yang bermacam- macam namun tidak ada

    penyebab fisik, yang sedah berlangsung minimal 2 tahun – Tidak mau menerima nasihat dan penjelasan

     – Terdapat disabilitas yang berkaitan dengan keluhannya

    • Gangguan konversi – Kehilangan (sebagian atau seluruh)) dari integrasi normal

    (dibawah kendali kesadaran) antara:• Ingatan masa lalu

    • Kesadaran identitas daan penginderaan segera

    • Kontrol terhadap gerakan tubuh

    • Gangguan hipokondrik – Keyakinan menetap adanya sekurang-kurangnya 1 penyakit

    serius

     – Tidak mau menerima nasihat dan penjelasan

    • Gangguan somatoform tak terinci

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    5/146

    304. Gangguan SomatoformDiagnosis Karakteristik

    Gangguan somatisasi Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1seksual, 1 pseudoneurologis).

    Hipokondriasis Keyakinan ada penyakit fisik.

    Disfungsi otonomiksomatoform Bangkitan otonomik: palpitasi, berkeringat,tremor, flushing.

    Nyeri somatoform Nyeri menetap yang tidak terjelaskan.

    Gangguan Dismorfik

    Tubuh

    Preokupasi adanya cacat pada tubuhnya

    Jika memang ada kelainan fisik yang kecil,

    perhatian pasien pada kelainan tersebut akan

    dilebih-lebihkan

    PPDGJ

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    6/146

    305. Efek Samping Obat Antiepilepsi

    Obat

    Antiepilepsi

    Efek Samping Mengancam Nyawa Efek Samping Minor

    Asam Valproat Hepatotoksik, hiperamonemia,

    leukopeni, trombositopenia,

    pancreatitis

    Mual, muntah, rambut menipis,

    tremor, amenore, peningkatan berat

    badan, konstipasi, hirsutisme, alo-

    pesia pada perempuan, Polycystic

    Ovary Syndrome (POS).

    Karbamazepine Anemia aplastik, hepato-toksitas,

    sindrom Steven-Johnson, Lupus like

    syndrome

    Dizziness, ataksia, diplopia, mual,

    kelelahan, agranulo-sitosis, leukopeni,

    trombo-sitopeni, hiponatremia, ruam,

    gangguan perilaku, tiks

    Fenitoin Anemia aplastik, gangguan fungsi

    hati, sindrom Steven Johnson, lupuslike syndrome, pseudolymphoma

    Perubahan kosmetik (hipertrofi gusi,

    wajah menjadi kasar, hirsutisme),neuropati perifer, dan reaksi

    hipersensitivitas

    Zonisamide Batu ginjal, hipohidrosis, anemia

    aplastik, skin rash

    Mual, nyeri kepala, dizziness,

    kelelahan, paresthesia, ruam,

    gangguan berbahasa, glaucoma,

    letargi, ataksia

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    7/146

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    8/146

    307. Depresi

    Gejala Keterangan

    GejalaUtama • Afek depresif;

    • hilang minat dan kegembiraan;

    • mudah lelah dan menurunnya aktifitas

    Gejala Lain • Konsentrasi menurun;

    harga diri dan kepercayaan diri berkurang;• rasa bersalah dan tidak berguna yang tidak beralasan;

    • merasa masa depan suram & pesimistis;

    • gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh

    diri;

    • tidur terganggu; perubahan nafsu makan (naik atau

    turun)

    •   Ringan: 2 gej utama +2 gejala lain> 2mgg

    •   Sedang : 2 gej utama + 3 gejala lain >mgg

    •   Berat: 3 gej utama+ 4 gejala lain > 2mgg. Jika gejala sgt berat dan onset cepat boleh

    ditegakkan < 2mgg

    •   Berat dengan gejala psikotik: depresi berat+ waham, halusinasi atau stupor depresif

    Maslim R, Buku Saku Diagnosis gangguanJiwa Rujukan ringkas dari PPDGJ - III

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    9/146

    Pedoman Skor Kognitif Global

    -Nilai 24 – 30 normal-Nilai 17 – 23 MCI

    -0 – 16 gangguan kognitif

    -Dalam membuat penilaian fungsi

    kognitif harus diperhatikan

    tingkat pendidikan dan usiaresponden

    K l & S d k i f hi

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    10/146

    308-309. Sexual Disorder (Parafilia)Diagnosis Karakteristik

    Fetishism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the

    use of nonliving objects (e.g., female undergarments).

    Frotteurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving

    touching and rubbing against a nonconsenting person.

    Masochism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the

    act (real, not simulated) of being humiliated, beaten, bound, or

    otherwise made to suffer.

    Sadism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving acts

    (real, not simulated) in which the psychological or physical suffering

    (including humiliation) of the victim is sexually exciting to the person.

    Voyeurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the

    act of observing an unsuspecting person who is naked, in the processof disrobing, or engaging in sexual activity.

    Necrophilia Necrophilia is an obsession with obtaining sexual gratification from

    cadavers.

    Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry.

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    11/146

    Diagnosis Karakteristik

    Pedophilia Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving

    sexual attraction to prepubescent children (generally 13 years or

    younger) and the pedophilia must at least 16 years or older and at

    least 5 years older than the child

    Eksibisionis  Seseorang yang selalu ingin memperlihatkan kemaluannya/genital

    kepada orang lain (biasanya orang asing) untuk mendapatkankepuasan seksual

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    12/146

    310. Gangguan Kepribadian

    Diagnosis Ciri

    Paranoid curiga, sensitif, dendam.

    Skizoid tidak peduli, afek datar, tidak ingin berteman.

    Dissosial tidak peduli perasaan, tidak bertanggung jawab,tidak merasa bersalah, tidak mampu memelihara

    hubungan

    Histrionik teatrikal, labil, terlalu peduli fisik.

    Anankastik perfeksionis, kaku, memaksa orang lain.

    Cemas menghindar tegang, peka kritik & penolakan, menghindari

    aktivitas sosial

    Dependen bergantung pada orang lain

    PPDGJ

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    13/146

    311. Hipokondriasis• Preokupasi dan ketakutan menetap memiliki

    suatu penyakit yang serius dan progresif .Ketakutan ini tidak menghilang walau telahdilakukan pemeriksaan atapun reassurance.

    • Ketakutan yang muncul akibat misinterpretasi

    terhadap gejala dan tanda fisik yang dialami.• Kriteria diagnosis :

     – Preokupasi terhadap suatu penyakit serius yang berat,menetap setidaknya 6 bulan

     –

    Ketakutakan terhadap preokupasi penyakit ini – Adanya gangguan terhadap kehidupan sosial, kerja

    dan aktivitas sehari – hari

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    14/146

    312. Obstructive Sleep Apnea

    • Merupakan suatu gangguan tidur yang diikutidengan episode apnea akibat obstruksi padasaluran nafas

    •Manifestasi klinis “3S”  – Snoring

     – Sleepiness

     – Significant other report of sleep apnea episode

     – Nyeri kepala di pagi hari

     – Mengantuk pada siang hari dan sering merasa lelah

     – Perubahan mood, GERD

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    15/146

    ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASDAN FORENSIK

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    16/146

    313. Cross Sectional • Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi

    maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian)dengan cara mengamati status paparan, penyakit atau

    karakteristik terkait kesehatan lainnya

    • Status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.

    Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut juga survei prevalensi.

    • Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei

    Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    17/146

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    18/146

     Study Design

    Direction of inquiry

    CohortCase-control

    Historical cohort

    Survey / Cross Sectional

    TODAY

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    19/146

    314. Interaksi dalam Keluarga

    • Minuchin (1974, dalam

    Imbercoopersmith,

    1985)

    • “Rigid Triads” Interaksi dalam

    keluarga

     – Detouring

     – Parent-child coalition

     – Triangulation

    • Merupakan

    pengembangan dari

    analisis psikologi

    keluarga• Interaksi antara 3

    anggota keluarga yang

    menjadikan 1

    anggotanya menjadi“korban” (Haley 1959) 

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    20/146

    • Detouring

     – Dua orangtua yang tidak akur bekerjasama untuk

    melindungi atau menyerang anak dengan gejala

    • Parent-child coalition

     – Salahsatu orangtua dan anak bersekutu melawanorangtua yang lain

    • Triangulation

     – Salahsatu anggota (biasanya anak) menjadi sekututerselubung bagi kedua anggota yang lain yang saling

    berkonflik

    Imbercoopersmith, Evan. 1985. Teaching Trainee To Think In Triad. Journal of

    Marital and Family Therapy,Vol.11, No.1,61-66.

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    21/146

    Boundaries Families have external boundaries and internal rules. Every member is

    presumed to play a role (e.g., spokesperson, persecutor, victim, rescuer,

    symptom bearer, nurturer), which is relatively stable, but which member fills

    each role may change. Some families try to scapegoat one member by

    blaming him or her for the family's problems (the identified patient). If the

    identified patient improves, another family member may become the

    scapegoat. The general systems model overlaps with some of the other

    models presented, particularly the Bowen and structural models.

    Triangulation Difficulties in many situations stress the usual parentâl “child  interaction.

    Substantial evidence indicates that marital discord leads to problems in

    children, from depression and withdrawal to conduct disorder and poor

    performance at school. This negative effect may be partly mediated through

    triangulation of the parentâl child relationships, which is a process in which

    conflicted parents attempt to win the sympathy and support of their child,who is recruited by one parent as an ally in the struggle with the partner.

    Divorces and remarriages stress the parent–child  relationship and may

    create painful loyalty conflicts. Stepparents often find it difficult to assume a

    parental role and may resent the special relationship that exists between their

    new marital partner and the children from that partner's previous marriages.

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    22/146

     

    315. A 

    Type of Research

    Question

    Descriptive/Causal Aim

    Diagnostic research Descriptive

    Predict the probability of presence of

    target disease from clinical and non-

    clinical profile

    Prognostic research DescriptivePredict the course of disease from

    clinical an d non-clinical profile

    Etiologic research Causal

    Causally explain occurrence of target

    disease from determinant

    Intervention research Causal & Descriptive

    (1) Causally explain the course of

    disease as influenced by treatment

    (2) Predict the course of disease given

    treatment (options) and clinical and

    non-clinical profile

    315-316 Major Types ofClinical Epidemiologic Research

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    23/146

    Etiologic research

    What study design?

    • Experimental

     – Exposure or determinant

    assigned by investigator

    versus• Observational

     – Exposure or determinant

    not assigned by

    investigator

    Design of two

    observational studies

    to show the relation of

    cause and effect:1. Cohort study

    2. Case-control study

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    24/146

    • Penelitian untuk

    mengetahui faktor risiko

    merupakan jenis etiologyresearch.

    •  Desain studi untuk

    observasional etiology

    research dapatmenggunakan cohort atau

    case control. Namun

    metode terbaik adalah

    menggunakan cohort.

    Cohort Also called

    follow-up study

    Definition :Study in which persons,

    based on their exposure

    to determinant and free of

    the disease outcome at

    the start of the study, are

    followed in time to assess

    the occurrence of the

    disease outcome

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    25/146

    Cohort Design

    time

    Year x8 Year xx

    Asam urat +

    Asam urat -

    stroke +

    stroke -

    stroke +

    Stroke -

    Cohort Pt

    without

    stroke

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    26/146

    Case-control study 316. C

    • Also called patient-control study

    • Definition

     –

    Study in which patientswith the disease-outcome and a controlgroup without thedisease-outcome are

    selected and in which itis determined how manypeople in both groupshave been exposed tothe determinant

    • Advantages – Efficient and relatively

    cheap – Appropriate for rare

    outcome – Can study several

    determinants• Disadvantages

     – Cause is measuredafter effect

     – Very sensitive toselection- and infobias

     – Not appropriate tostudy several outcomes

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    27/146

    Cohort study 

    determinant-outcome relation

    Stroke + Stroke -

    Asam Urat +

    Asam Urat -

    a

    c

    b

    d

    a/a+b=probability of MI forhypertension + = Incidence+

    relative risk = incidence + / incidence  –  

    = a/a+b = 70/100 = 1.75

    c/c+d 40/100

    c/c+d=probability of MI for

    hypertension - = Incidence -

    317. A

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    28/146

    Case Control Study 318. B

    • Odds= the chance of something happening/the

    chance of it not happening

    • Odds ratio = (a/c) / (b/d) = ad / bc

    • (90x300) : (60x150) = 3

    obes (+) obes (-)

    STATUS

    PENYAKIT

    Peny Jantung(+) 90 60

    Peny Jantung (-) 150 300

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    29/146

    Condition

    (by gold standard)

    Present Absent Total

    Test

    Positive True positive(a)

    False positive(b)

    a + b

    Negative False

    negative (c)

    True

    negative (d)

    c + d

    Total a + c b + d a + b +c + d

    d

    319-321. Diagnostic Test

    Sensitivity

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    30/146

    Sensitivity• Proportion of people with the

    disease who have a positive test

    • A sensitive test will rarely missdisease in those who have it

    • Sn = a / (a +c)

    Specificity

    • proportion of patients withoutthe disease with a negative test

    • A specific test will rarely identifydisease in someone who doesnot have it

    • Sp = d / b+d

    present absent

    Positive a b a+b

    negative c d c+d

    a+c b+d a+b+c+d

    Positive predictive value• Probability of disease in a patient with a

    positive (abnormal) test  That a

    positive test is a true positive

    • Highly specific diagnostic tests have high

    PPV

    •Ppv = a / a + bNegative predictive value• Probability that a patient with a negative

    test (normal) does not have disease

    More sensitive tests have higher NPV

    •NPV = d / c +d

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    31/146

    NPV = d / c +d

    = 80/90

    Malaria (+) Malaria (-) Total

    Hasil Skrinning (+) 75 5 80

    Hasil Skrinning (-) 10 80 90

    Total 85 85 170

    Spesifisitas = d / b+d

    = 80/85

    Sensitivitas = a / a+c

    = 75/85 319. E

    320. C

    321. C

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    32/146

    Frequency measures 322. B

    • Two types:

     – Someone has the

    disease already:

    prevalence

    = measure population

    disease status

     – Someone gets the

    disease in the future:

    incidence=measure frequency of

    disease onset

    Prevalence

    Number of cases of disease at a

    specific time

    Population exposed at that time

    • Proportion of population affected bythe disease at a given point in time

    • Expressed as a percentage:(number of diseased)/(population) * 100

    (1500+10.000)/400.000

    = 2.875%

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    33/146

    Frequency measures: Incidence

    • Incidence

     – number of new cases

     – in the population at risk

    • Two types of incidence

     – Cumulative incidence

     –

    Incidence density (incidence rate)

     

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    34/146

    Cumulative incidence

    • Cumulative incidenceexcludes prevalence atbaseline

    • Example:Population

    350.000

    New cases1.250

    Cumulative incidence3.6/1000 per year

    Incidence density

    # new patients / person-years of the population at

    risk

     – 10 per 1000 person-years

     – between 0 and infinity

    Number of NEW cases of disease

    during a period

    Population exposed during the period

    Number of new/incident cases

    Amount of at-risk experience time

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    35/146

    Bentuk Keluarga (Goldenberg 1980) 323. C

    1. Keluarga Inti (nuclear family ) Terdiri dari suami, isteri dan anak

    kandung

    2. Keluarga Campuran (extended family ) Disamping suami, isteri dan

    anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara

    3. Keluarga Campuran (blended family ) Terdiri dari suami, isteri,

    anak kandung dan anak tiri.

    4. Menurut Hukum Umum (common law family )  Terdiri dari pria dan

    wanita yang terikat dalam perkawinan yang sah serta anak-anak

    mereka yang tinggal bersama.

    5. Keluarga Orang Tua Tunggal (single parent family )

    6. Keluarga Hidup Bersama (commune family )

    Terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi

    hak dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.

    7 Keluarga Tinggal Bersama (cohabitation family)

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    36/146

    7. Keluarga Tinggal Bersama (cohabitation family )

    Terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada

    ikatan perkawinan yang sah.

    8. Keluarga Serial (serial family ) 

    Terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan

    mungkin telah punya anak, ttp kemudian bercerai dan

    masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak

    dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya

    menganggap sebagai satu keluarga.

    9. Keluarga Gabungan ( composite family )

    Terdiri dari suami dengan beberapa isteri dan anak-anaknya(poliandri) atau isteri dengan beberapa suami dan anak-

    anaknya (poligini) yang hidup bersama.

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    37/146

    • Family dynamic  interaksi dan hubungan

    antar anggota keluarga

    • Family assesment tools alat yangdigunakan untuk menilai family dynamic

    324. E

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    38/146

     

    325. A.

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    39/146

     

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    40/146

     

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    41/146

    Family Life Cycle adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkanperubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi keluargasepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaranrangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan

    keluarga.

    TAHAPAN-TAHAPAN SIKLUS HIDUP KELUARGA 

    1. Tahap Tanpa Anak: Dimulai dari perkawinan hingga kelahiran anakpertama.

    2. Tahap Melahirkan (Tahap Berkembang):Dimulai dari kelahiran anak

    sulung hingga anak bungsu.3. Tahap Menengah:Dimulai dari kelahiran anak bungsu, hingga anak

    sulung meninggalkan rumah atau menikah

    4. Tahap Meninggalkan Rumah: Dimulai dari anak sulung meninggalkanrumah sampai anak bungsu meninggalkan rumah (perkawinan biasanyadianggap meninggalkan rumah).

    5. Tahap Purna Orang Tua: Dimulai dari saat anak bungsu meninggalkanrumah, hingga salah satu pasangan meninggal dunia.

    6. Tahap Menjanda/Menduda: Dimulai dari saat meninggalnya suami atauistri, hingga pasangannya meninggal dunia.

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    42/146

     

    326. A

    reflection-on-presentation-2-sampling.html

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    43/146

     

    327-328. Pengambilan Sample

    reflection-on-presentation-2-sampling.html

    327 D

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    44/146

     

    327. D

    reflection-on-presentation-2-sampling.html

    328 B

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    45/146

    328. B

    P b i & t j b

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    46/146

      Pembagian wewenang & tanggungjawab

    • Interval referral – pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita

    sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktutertentu

     – dokter tsb tidak ikut menangani

    • Collateral referral –

    menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penangananpenderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusussaja

    •  Cross referral – menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan

    penderita sepenuhnya• Split referral

     – menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penangananpenderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan

     – dokter pemberi rujukan tidak ikut campur

    329. B

    330. E

    dik i i

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    47/146

    331. Indikator Program Gizi

    Puskesmas• Cakupan penimbangan balita (SKDN)

     – Indicator partisipasi masyarakat (D/S)

     – Hasil Program (N/S)

     – Liputan Program (K/S)

     – Hasil Penimbangan (N/D)

    • Cakupan vitamin A dan Yodium untuk bayi, balita dan ibunifas

    • Tablet tambah darah (fe) ibu hamil

    • Status gizi balitapelayanan thdp gizi buruk dan

    pemberian MP-ASI• Keluarga sadar gizi

    • Kecamatan bebas rawan gizi

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    48/146

    D / S = Bayi yang ditimbang/jumlah seluruh bayi

    = 12345/12500 x 100%

    = 98.76%

    Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (Spm) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Departemen KesehatanRepublik Indonesia , Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat , Direktorat Gizi Masyarakat . Jakarta . 2004

    Indikator Jumlah

    Jumlah bayi di wilayah 12.500

    Jumlah bayi yang ditimbang 12.345

    Jumlah bayi yang naik BB nya 12.300

    Jumlah bayi yang punya KMS 12.445

    331. A 

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    49/146

    Infant Mortality Rate

    • Neonatal Mortality – Refers to a death of a live-born baby within the

    first 28 days of life

    • Infant Mortality Rate (IMR)

     – The number of deaths of babies under one year of

    age per 1,000 live births

    Infant Mortality Rate (IMR) = __number of infant deaths(

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    50/146

    Pembahasan 333-335

    Data

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    51/146

    NumerikKategori

    NominalHanya

    Membedakan

    Gender

    Sembuh / tak sembuh

    Hidup / mati

    Gol. darah (O, A, B, AB)Status perkawinan

    OrdinalMembedakan

    UrutanBesar beda

    baik, sedang, buruk

    pendidikan

    Stadium penyakit :

    I, II, III, IV

    Diskret

    Didapat dari

    perhitungan

    kontinu

    Didapat dari

    pengukuran

    Interval

    • Perbedaan besaran

    dan jarak

    (Tak ada nilai nol

    mutlak

    - Suhu badan

    - Denyut jantung

    Ratio(ada nilai nol

    mutlak)

    -Berat badan

    -Tinggi badan

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    52/146

     

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    53/146

     

    Variable Methode

    Independent Dependent

    Nominal Nominal Chi-square; Fischer

    Nominal (dichotom) Numeric T-test (independent,

    paired)

    Nominal (> 2 score) Numeric Anova

    Numeric Numeric Regression – correlation

    Variable Methode

    Independent Dependent

    Nominal (dichotom)

    PERSALINAN (YA/TIDAK)

    Numeric

    BERAT BADAN LAHIR ANAK

    T-test (independent,

    paired)

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    54/146

    333. C

    • Pada soal data hasil penelitian berbentuk

    nominal yaitu obes (ya/tidak) dan AMI

    (ya/tidak). Uji statistik untuk data nominal dan

    nominal berdasarkan tabel menggunakan CHISQUARE

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    55/146

    UJI BEDA DUA RERATA

    t-test keduanya numerik

    1) Independent Samples Test

    2) Paired Samples

    Analysis of Variance Anova)/

    Analisis Varians Anava)

     

    salah satu

    kategorik

    1) One-Way Analysis of Variance

    2) Two-Way Analysis of Variance

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    56/146

    T-test

    Teknik analisa statistik yang dipakai untuk melihat ada

    tidaknya perbedaan “mean” dari dua kelompok sampel.

    • Jika dua kelompok sampelnya berasal dari distribusi sampel

    yang berbeda (dari populasi yang berbeda), maka teknik

    analisa yang digunakan adalah Independent Samples Test

    • Jika sampelnya berasal dari distribusi sampel yang sama, maka

    teknik analisa yang digunakan adalah Paired Samples Test (t

    tes berpasangan)

     – sampel berpasangan  sampel dengan subjek yang sama

    namun mengalami 2 perlakuan atau pengukuran yang

    berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan sesudah

    dilakukan sebuah treatment 

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    57/146

    334. A• berdasarkan soal,

     – variabel dependen : mean perubahan kadar

    kolesterol (numerik)

     – Variabel independen : obat x atau tidak (nominal)

    • Karena kelompok sampel berasal daridistribusi sampel yang berbeda  T tes

    independen

    Variable Methode

    Independent Dependent

    Nominal (dichotom) Numeric  T-test (independent, paired)

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    58/146

    T test 335. B

    • Pada soal   membandingkan berat badan sebelum

    dan sesudah diet pada sujek penelitian yang sama

    T-tes berpasangan

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    59/146

    Five Star Doctor menurut WHO

    * Care provider

    * Decision-maker

    * Communicator

    * Community leader

    * Manager

    336. A

    Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health, 1994, 47:4 –5

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    60/146

    • Care-provider. Besides giving individual treatment “five-star doctors”must take into account the total (physical, mental and social) needs of thepatient. They must ensure that a full range of treatment - curative,preventive or rehabilitative - will be dispensed in ways that arecomplementary, integrated and continuous. And they must ensure thatthe treatment is of the highest quality.

    • Decision-maker. In a climate of transparency “five-star doctors” will haveto take decisions that can be justified in terms of efficacy and cost. Fromall the possible ways of treating a given health condition, the one thatseems most appropriate in the given situation must be chosen. As regardsexpenditure, the limited resources available for health must be shared out

    fairly to the benefit of every individual in the community.• Communicator. Lifestyle aspects such as a balanced diet, safety measures

    at work, type of leisure pursuits, respect for the environment and so on allhave a determining influence on health. The involvement of the individualin protecting and restoring his or her own health is therefore vital, sinceexposure to a health risk is largely determined by one’s behaviour. The

    doctors of tomorrow must be excellent communicators in order topersuade individuals, families and the communities in their charge toadopt healthy lifestyles and become partners in the health effort.

    Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health, 1994, 47:4 –5

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    61/146

    • Community leader. The needs and problems of the wholecommunity - in a suburb or a district - must not be forgotten. Byunderstanding the determinants of health inherent in the physical

    and social environment and by appreciating the breadth of eachproblem or health risk “five-star doctors” will not simply be treatingindividuals who seek help but will also take a positive interest incommunity health activities which will benefit large numbers ofpeople.

    • Manager. To carry out all these functions, it will be essential for

    “five-star doctors” to acquire managerial skills. This will enablethem to initiate exchanges of information in order to make betterdecisions, and to work within a multidisciplinary team in closeassociation with other partners for health and social development.Both old and new methods of dispensing care will have to beintegrated with the totality of health and social services, whether

    destined for the individual or for the community.5

    Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health, 1994, 47:4 –5

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    62/146

    Past Future

    Retrospective Cohort

    CohortCase Control

    Cross-sectional

    Descriptive Research Design

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    63/146

    337. C

    • Pada soal, jenis penelitian  case control

    Outcome measure : odd ratio

    • Sensitivitas pada studi diagnostik

    • Relative risk  cohort

    • Ratio prevalensi cross sectional

    338-340

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    64/146

    BENEFICENSCEBerbuat baik

    1.Jalankan Tugas Berdasar Standar

    Profesi Tertinggi

    2. Menjaga & menyimpan RM &

    Informasi sesuai prosedur dan

    peraturan yg berlaku3. Menjunjung Tinggi Doktrin

    Kerahasiaan dan Hak atas

    Informasi Pasien yg terkait

    4. Wajib Meningkatkan Mutu

    Pelayanan

    5. Berpartisipasi Aktif Mengembangkan

    Citra6. Menjalin Kerjasama yg baik dg

    Satker

    7. Selalu Menjaga Kesehatan Dirinya

    agar dapat bekerja dengan secara

    baik.

    Kompilasi, pemeliharaan dan

    Retensi Rekam Medis 

    NONMALEFICENCETdk Membuat Yg Memperburuk

    AUTONOMYMenghormati Hak Pasien

    Menentukan Sendiri

    JUSTICEMemperlakukan Orang Lain

    Secara Adil

    Penggunaan Catatan Pasien

    & Infokes dlm ProsesPengadilan 

    Penggunaan & Pengungkapan

    Informasi Kesehatan 

    338-340

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    65/146

    Kaidah Moral

    Benefience

    Autonomy

    Justice

    Normalefiecence

    Informasi hanya diungkapkan Kpd individu

    Yg membutuhkan dlm rangka untuk

    Kepentingan pasien 

    Informasi tdk diberikan kpd pihak yg tidak

    Berwenang dan mungkin merugikan

    pasien 

    Menerapkan ketentuan secara adil dan

    Konsisten untuk semua orang 

    Pasien yg memutuskan boleh tidaknyaAkses thd informasi kesehatannya, bkn

    Pasangannya atau pihak ketiga 

    338. C 339. A 340. D

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    66/146

    • 1. dokter memperlakukan pasien secara adil

     justice

    • 2. dokter menolong pasien emergensi terlebih

    dahulu  non maleficence

    • 3. dokter menghormati hak pasien untuk tidak

    memberikan informasi kesehatannya thd

    orang lain  autonomy

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    67/146

    341-342. Tanatologi

    • Ilmu yang mempelajari tentang

     –Kematian, perubahan-perubahan yang

    terjadi setelah mati dan faktor-faktoryang mempengaruhinya

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    68/146

    Perubahaan Saat Kematian

    DINI

    Berhentinya sistempernafasan , sirkulasi

    dan SSP

    Kulit yang pucat

    Relaksasi otot

    Perubahan padamata

    LANJUT

    Lebam Mayat / Livor

    MortisKaku Mayat / Rigor

    Mortis

    Penurunan Suhu

    Mayat / Algor MortisPembusukan /Decompositio

    SANGAT LANJUT

    Mummifikasi

    Adiposera 

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    69/146

    PERUBAHAN LANJUT

    • MULAI TAMPAK SAMAR-SAMAR 20-30’ SETELAH MATISOMATIS

    • Menetap setelah 12 jam (tdk hilang dgpenekanan)

    LEBAM MAYAT / LIVORMORTIS

    • Kaku mayat mulai tampak 2-4 jam dan akan lengkapmeliputi seluruh otot dalam waktu 8-10 jam

    KAKU MAYAT / RIGORMORTIS

    •Pembusukan awal akan tampak sebagai bercak kehijauan

    pada daerah perut kanan bawah, k.l. 18 jam postmortal dan

    makin menjalar serta timbul perubahan pada kulit

    PEMBUSUKAN /DECOMPOSITIO

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    70/146

    341. E

    • Lebam mayat tidak hilang dengan penekanan

     >12 jam

    • Kaku mayat seluruh tubuh >8 jam

    • Bercak kehijauan (decompositio)  > 18 jam

    Perkiraan waktu kematian > 18 jam

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    71/146

    342. C

    • Lebam mayat hilang dengan penekanan  30

    menit - 12 jam

    • Kaku mayat di beberapa bagian tubuh2 jam

     – 8 jam

    Perkiraan waktu kematian 2  –  8 jam

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    72/146

    343-345. ASFIKSIA MEKANIK

    1. PEMBEKAPAN/SMOTHERING.

    2. GAGGING & CHOKING.

    3. PENCEKIKAN.

    4. PENJERATAN / STRANGULASI.

    5. GANTUNG / HANGING.

    6. TRAUMATIC ASFIKSIA.

    TANDA-TANDA ASFIKSI PADA

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    73/146

    TANDA TANDA ASFIKSI PADA

    JENASAH

    1. CYANOSIS. 2. LEBAM MAYAT :

     – LEBIH GELAP

     – LEBIH LUAS

     – LEBIH CEPATTERBENTUK.

    3. BUSAH HALUS :

    - DEPAN HIDUNG

    MULUT- SALURAN NAFAS

    4. PELEBARAN PEMBULUHDARAH, BINTIK2PERDARAHAN/TARDIEUSPOT/PETECHIAEL

    HEMORRHAGE.5. PERBENDUNGAN /

    KONGESTI.

    6. OEDEM PULMONER.

    7. DARAH LEBIH ENCER 8GELAP.

    343. E

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    74/146

    PENCEKIKAN

    • LUKA LECET KECIL2 BENTUK BULAN SABIT DI

    LEHER --- KUKU.

    • LUKA MEMAR – KULIT/OTOT LEHER

    • PATAH TULANG LIDAH UNILATERAL

    • PATAH TULANG RAWAN GONDOK

    • PERBENDUNGAN –MUKA/KEPALA.

    • ASFIKSIA / VAGAL REFLEX.

    344. E

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    75/146

    GANTUNG / HANGING

    • JEJAS JERAT ;

    1. MENGARAH KEATAS KE SIMPUL.

    MENGHILANG PADA Bag.RAMBUT.

    2. DIATAS RAWAN GONDOK.

    3. SIMPUL HIDUP.

    • LEBAM MAYAT PD UJUNG EXT. DAN

    --GENITALIA EXTERNA.

    345. A

    346 348 TENGGELAM / DROWNING

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    76/146

    346-348. TENGGELAM / DROWNING

    • Dif. : Kematian akibat mati lemas (asfikisia) disebabkanmasuknya cairan ke dalam saluran pernapasan.

    • Diagnosa / sering sulit bila tak ada tanda khas

    Tenggelam dapat seluruh tubuh / hanya muka terbenam• Kematian : dpt. Akibat tenggelam atau sudah mati oleh

    karena sebab lain.

    • Pemeriksaan pd Jenazah  Pemeriksaan luar,

    Pemeriksaan dalam dan Pemeriksaan Laboratorium

    TENGGELAM YANG DI AIR TAWAR : (Hypotonik)

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    77/146

    Darah di atrium kiri Hemodilusi hemolysis

    Ion K. Fibralasi Ventrikel Tek.darah

    Cerebral Anoksi   dalam 5 menit 

    TENGGELAM DI AIR ASIN (Hypertonik) :

    Tek.osmotik air laut 4X dp plasma air ditarik dari sirkulasi

    Pulmonal Ke jaringan Interstitial acute secondary pulmoner

    edema---- Haemokonsentrasi ------ Sirkulasi lambat-----------

    payah jantung  dlm 8  –  9 menit. 

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    78/146

    PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH

    Tanda2 terendam dalam air

    • Basah, berlumuran pasir, lumpur, dll

    • Telapak tangan & kaki keriput

    (Washer Woman’s Hand) 

    • Kulit permukaan kasar / Kulit bebek (Cutis

    Anserina)

    346. E

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    79/146

    PEMERIKSAAN DALAM JENAZAH• Busah halus dihidung dan benda asing

    (pasir,Lumpur,algae) dalam saluran pernafasan.

    • drowning lung / aqueous pulmonary emphysema /edema ---- paru2 membesar (balon) sembab, lebihberat,  pyramidal   hemorrhage ----- pengirisan banyakcairan.

    • Bercak perdarahan dibawah pleura paru, (bercakPaltauf)

    Lambung dapat sangat membesar, isi air, lumpur, dll• Otak, hati, ginjal, limpa tanda2 perbendungan.

    • Bila ditemukan cairan hemolysis dl rongga dada > 100cc (beb.hari stl mati)--- D/kemungkinan kematian

    tenggelam

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    80/146

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM :

    1. Adanya diatome (ganggang bersel satu) bila pd.pem. diparu2 ditemukan 4 –5 diatome berarti orang masihhidup saat tenggelam.

    •  pemeriksaan sediaan apus getah paru - sediaan langsung

    •  pemeriksaan destruksi jaringan

    2. Pem.darah jantung bilik kiri & bilik kanan. Berat jenis &kadar elektrolitnya  Mg, beda > 10%

    3. Pem. Keracunan (kalau perlu)

    • Pem. Mikroskopik jaringan.

    347. E

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    81/146

    • Tes apung paru tes untuk mengetahui paru – paru pernah bernapas atau tidak. Untukmengetahui bayi lahir hidup atau mati

    • Reaksi takayama  mengidentifikasi suatu

    bercak/cairan merupakan darah atau bukan• Malachite green  pemeriksaan spermatozoa

    biasa digunakana u/ membuktikan adanyapersetubuhan

    • Berberio  pemeriksaan cairan mani• Diatom  untuk mengetahui korban masih hidup

    atau sudah mati saat tenggelam

    348. E

    349 A

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    82/146

    349. A

    • Cadaveric spasme   Bila ATP menghilang darilingkungan sekelompok otot yang sedang aktif bekerjabertepatan dengan saat mati, akan terjadi CADAVERICSPASM. Habisnya ATP yang bersamaan dengan saatmati dapat terjadi pada orang yang mengalami

    KETEGANGAN KEJIWAAN YANG SANGAT

    • Rigor mortis  kaku mayat

    • Livor mortis  lebam mayat

    • Mummifikasi  pengeringan tubuh akibat suhu kelilingyang tinggi serta kelembaban yang rendah

    • Kaku mayat

    350 B

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    83/146

    350. B

    TENGGELAM YANG DI AIR TAWAR : (Hypotonik)

    Darah di atrium kiri Hemodilusi hemolysis

    Ion K. Fibralasi Ventrikel Tek.darah

    Cerebral Anoksi   dalam 5 menit 

    351 A 352 B

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    84/146

    • Tes apung paru tes untuk mengetahui paru – parupernah bernapas atau tidak. Untuk mengetahui bayilahir hidup atau mati. Uji Apung Paru (+): bayi pernahbernapas -- lahir hidup

    • Reaksi takayama  mengidentifikasi suatubercak/cairan merupakan darah atau bukan

    • Malachite green  pemeriksaan spermatozoa biasadigunakana u/ membuktikan adanya persetubuhan

    • Berberio  pemeriksaan cairan mani• Diatom  untuk mengetahui korban masih hidup atau

    sudah mati saat tenggelam

    351. A, 352. B

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    85/146

    Luka akibat benda Tajam

    • Luka lecet

    (abration)

    • Luka robek

    (laceration)

    •Luka memar(contusio)

    Luka akibat benda tumpul

    • Luka sayat

    Luka iris• Luka tusuk

    • Luka bacok

    353-354. Perlukaan 

    K kt i tik L k 353 E 354 D

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    86/146

    Karakteristik Luka 353. E 354. D

    355-356

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    87/146

     

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    88/146

     

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    89/146

     

    355. D

    356 A

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    90/146

    356. A• Luka tembak tempel (contact wounds)

     – Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan

    ditembakkan. Bila tekanan pada tubuh erat  “hard contact”, tidak

    erat  “soft contact”. 

     – Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang

    sama lebarnya pada setiap bagian. – Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah

    coklat, yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini

    disebut jejas laras.

     – Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.

     – Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir

    mesiu, jelaga dan minyak pelumas.

     – Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.

     – Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan /

    densitas

    357-360. ASPEK MEDIKOLEGAL

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    91/146

    KEJAHATAN SEKSUAL

    • VISUM ET REPERTUM HANYA DIBUAT ATAS PERMINTAANPENYIDIK

     – PEMERIKSAAN DAPAT DILAKUKAN SEBELUMNYA (TIDAK

    TERLALU LAMA)

     – KETERANGAN HASIL PEMERIKSAAN DAPAT DIBERIKAN KEPADAKORBAN

    • HARUS ADA CHAPERONE (SAKSI PEMERIKSAAN, JENIS

    KELAMIN SAMA DENGAN KORBAN)

    • HARUS ADA PERSETUJUAN PEMERIKSAAN

    • BILA KORBAN TAK DIANTAR POLISI (Letda), PASTIKAN

    IDENTITAS DG CARA LAIN

    357. D

    ALUR PEMERIKSAAN CAIRAN MANI DAN SPERMA358. C

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    92/146

    ALUR PEMERIKSAAN CAIRAN MANI DAN SPERMA

    Sampel

    Bilas & Swab

    VaginaBercak

    Sperma Mani Mani Sperma

    Malachite

    green

    Berberio

    Florence

    Fosfatase Asam BaecchiLangsung

    Kejahatan Seksual interpretasi 359. A

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    93/146

    Kejahatan Seksual  interpretasi

    • ROBEKAN HIMEN TIDAK SAMPAI DASAR,

    CEDERA HIMEN / VULVA

     – KEKERASAN TUMPUL

    • ROBEKAN HIMEN SAMPAI DASAR, ROBEKAN

    VAGINA

     – PENETRASI

    • ADANYA AIR MANI / SPERMA DALAM VAGINA

     – PERSETUBUHAN

    360 C

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    94/146

    360. C

    • Sperma Masih dapat ditemukan bergeraksetelah 4-5 jam post coitus dan masih bisa

    ditemukan hingga 3-6 hari post coitus

    361. KUALIFIKASI/DERAJAT LUKA

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    95/146

    •Luka yg tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam

    melakukan pekerjaan atau jabatan (KUHP : psl. 352 (1). =penganiayaan ringan/derajat 1)•Luka yg mengakibatkan penyakit atau halangan dlm melakukanpekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu (KUHP: psl.351(1)= penganiayaan/derajat 2)•Luka berat (KUHP : psl.90). = penganiayaan berat/derajat 3. lukaatau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahayamaut

    •Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban untuk

    selamanya

    •Hilangnya satu panca indra

    •Cacat besar

    •Gugur atau terganggunya janin dalam kandungan ibu•(Jika mengakibatkan mati KUHP: psl.351 (3)

    361 C

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    96/146

    361. C

    • Bersarkan soal, pekerjaan korban adalahseorang artis dan mendapat cacat diwajah

    akibat siraman air keras yang karenanya

    menghalangi korban untuk melakukanpekerjaan selamanya luka derajat berat

    362 B

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    97/146

    362. B

    • Ver Hidup   – Ver definitif: ver dibuat seketika, korban tidak

    memerlukan perawatan

     – Ver sementara : ver dibuat untuk sementara waktu,

    krn korban memerlukan perawatan – Ver lanjutan : ver dibuat dimana luka korban telah

    dinyatakan sembuh atau pindah RS atau pulang paksa

     jika korban meninggal pada saat perawatan maka

    dibuatkan ver jenazah

    • Ver jenazah : ver pada korban meninggal

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    98/146

    ILMU THT

    363 Perforasi Membran Timpani

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    99/146

    363. Perforasi Membran Timpani

    • Perforasi akibat trauma: – Sebagian besar sembuh spontan

     – Tatalaksana awal yang diperlukan: menghindari air & observasi

     – Antibiotik tetes diberikan bila terdapat sekret dan infeksi.

     – Operasi dilakukan bila tidak ada tanda penutupan dalam

    beberapa bulan.

    • Perforasi akibat infeksi akut: – Penyebab tersering perforasi

     – Membran timpani tampak merah & basah.

     – Sembuh dalam beberapa hari jika diberikan antibiotik, kecualipada kasus acute necrotizing otitis media.

    364 Vertigo

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    100/146

    364. Vertigo

    Peripheral Vertigo Central Vertigo

    Involving Inner ear, vestibular nerve Brainstem, cerebellum,

    cerebrum

    Onset Sudden Gradual

    Nausea, vomitting Severe Varied

    Hearing symptom Often Seldom

    Neurologic symptom - Often

    Compensation/resolution Fast Slow

    Spontaneous nystagmus Horizontal, rotatoir VerticalPositional nystagmus Latency (+), fatigue (+) Latency (-), no fatigue (-)

    Calory nystagmus Paresis Normal

    364 Vertigo

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    101/146

    364. Vertigo

    • Vertigo of peripheral originCondition Details

    BPPV Brief, position-provoked vertigo episodes caused by abnormal

    presence of particles in semisircular canal. Characteristic

    nystagmus (latent, rotatory, fatigable) with Dix-Hallpike test.

    Meniere’s disease  An excess of endolymph, causing distension of endolymphatic

    system (vertigo, tinnitus, sensorineural deafness). Therapy: low

    salt diet, diuretic, surgery, transtympanic gentamycin

    Vestibular neuronitis Vestibular nerve inflammation, most likely due to virus

    Acute labyrinthitis Labyrinth inflammation caused by viral or bacterial infectionLabyinthine infarct Compromises blood flow to labyrinthine

    Labyrinthine concussion Damage after head trauma

    Perylimnph fistula Labyrinth membrane damage resultin in perylimph leakage

    into middle ear

    365 Audiologi Dasar

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    102/146

    365. Audiologi Dasar

    • Audiometri nada murni: – Ambang Dengar (AD): bunyi nada murni terlemah pada

    frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telingaseseorang.

     – Perhitungan derajat ketulian:

    (AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz) / 4 – Derajat ketulian:

    • 0-25 dB : normal

    • >25-40 dB : tuli ringan

    • >40-55 dB : tuli sedang

    • >55-70 dB : tuli sedang berat• >70-90 dB : tuli berat

    • >90 dB : tuli sangat berat

    Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

    366 Rhinitis

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    103/146

    366. Rhinitis

    Allergic rhinitis management pocket reference 2008

    367 T il k i

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    104/146

    367. Tonsilektomi•

    Radang berulang  jaringan limfoid terkikis   jaringan parut  kripti melebar.

    • Indikasi tonsilektomi:

     – Serangan tonsilitis >3 kali/tahun – Tonsil hipertrofi

     – Sumbatan jalan napas  obstructive sleep apneu

     – Rinitis

     –Napas bau

     – Tonsilitis berulang

     – Hipertrofi tonsil yang dicurigai keganasan

     – Otitis media efusa/otitis media supuratif

    Buku ajar THT KL FKUI

    367 Tonsilektomi

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    105/146

    367. Tonsilektomi

    Current diagnosis & treatment in otolaryngology. 2nd ed. McGraw-Hill.

    368 Nasal Congestion

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    106/146

    368. Nasal Congestion

    • Polyp is a white-greyish soft tissuecontaining fluid within nasal cavity,which is caused by mucosalinflammation.

    • Symptoms & signs:

     – nasal obstruction, nasal discharge,hyposmia, sneezing, pain, frontalheadache.

     – Rhinoscopy: pale mass at meatusmedius, smooth & moist,pedunculated and move on probing.

    • Therapy:

     – Corticosteroid (eosinophilic polyphas good response comparedwith neutrophilic polyp)

     – polipectomy if no improvement.

    369

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    107/146

    369.

    370 Otitis Media

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    108/146

    370. Otitis Media

    Otitis Media Akut• Etiologi:

    Streptococcus pneumoniae 35%,

    Haemophilus influenzae 25%,

    Moraxella catarrhalis 15%.

    Perjalanan penyakit otitis media akut:1. Oklusi tuba: membran timpani retraksi atau suram.

    2. Hiperemik/presupurasi: hiperemis & edema.

    3. Supurasi: nyeri, demam, eksudat di telinga tengah, membrantimpani membonjol.

    4. Perforasi: ruptur membran timpani, demam berkurang.

    5. Resolusi: Jika tidak ada perforasi membran timpani kembalinormal. Jika perforasi  sekret berkurang.

    1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, and throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

    Otitis media supuratif kronik

    • Infeksi kronik dengan sekresi persisten/

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    109/146

    hilang timbul (> 2 bulan) melalui membrantimpani yang tidak intak.

    • Petunjuk diagnostik:

     – Otorea rekuren/kronik

     – Penurunan pendengaran

     – Perforasi membran timpani

    1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, & throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

    Otitis media efusi – Tuba Eustachius terinfeksi  tekanan negatif

     transudasi

     – Penurunan pendengaran, tidak nyeri jika tidakterinfeksi atau perubahan tekanan yang cepat

     – Jika masih ada udara  perubahan posisikepala menimbulkan sensasi lembab dgn suaragelembung

     – Bisa ada tinnitus, desiran/gemuruh nadarendah, atau tinitus pulsatil dari suara arteri.

    371 Tonsillitis

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    110/146

    371. Tonsillitis

    •Acute tonsillitis: – Viral: similar with acute rhinits +

    sore throat

     – Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.viridan, S. pyogenes.

    • Detritus follicular tonsillitits• Detritus coalesce  lacunar tonsillitis.

    • Sore throat, odinophagia, fever, malaise,otalgia.

    • Th: penicillin or erythromicin

    Chronic tonsillitis – Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &

    pharyngotonsillar erythema

     – Lymphoid tissue is replaced by scar  widenedcrypt, filled by detritus.

     – Foul breath, throat felt dry.

    Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.

    372 Otitis Media

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    111/146

    372. Otitis Media

    Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

    372 Otitis Media Akut

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    112/146

    372. Otitis Media Akut

    373 BPPV

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    113/146

    373. BPPV

    • BPPV disebabkan oleh debris yang berasal dariutrikulus (nama lama: otolith, nama baru: canalith)masuk ke kanalis semisirkularis & melekat pada kupulaatau mengambang di dalam endolimf.

    • Debris di kanalis semisirkularis bergerak karenagravitasi & mendorong kupula  vertigo.

    • Mayoritas BPPV disebabkan oleh debris di kanalissemisirkularis posterior, tetapi juga dapat masuk kekanalis semisirkularis horizontal & superior.

    374 Rhinosinusitis

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    114/146

    374. Rhinosinusitis

    Diagnosis Clinical Findings

    Acute Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal

    discharge as one of them and: facial pain/pressure or

    hyposmia/anosmia.

    •  cheek pain: maxillary sinusitis

    •  retroorbital pain: ethmoidal sinusitis

    •  forehead or headache: frontalis sinusitis

    Chronic sinusitis Subacute: 4 weeks-3 months. Chronic: > 3 months. Symptoms

    are nonspesific, may only consist of 1 or 2 from these  

    chronic headache, post nasal drip, chronic cough, throat

    disturbance, ear disturbance, sinobronchitis.

    Dentogen sinusitis The base of maxilla are processus alveolaris, where tooth roots

    are located. Tooth infection can spread directly to maxillary

    sinus. Symptoms: unilateral sinusitis with purulent nasal secrete

    & foul breath.

    Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

    375. Hearing Testing

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    115/146

    375. Hearing Testing

    Rinne Weber Schwabach DiagnosisPositive No lateralization The sama as

    examiner

    Normal

    Negative Lateralize to deafer ear prolong Conductive deafness

    Positive Lateralize to better

    hearing ear

    shortened Sensorineural deafness

    • AS

    • Rinne (-): konduktif

    • Schwabach memendek: sensorineural

    •AD• Rinne (+): sensorineural

    • Schwabach memanjang: konduktif

    • Weber lateralisasi ke kanan  tuli konduktif kanan lebih berat atau

    sensorineural kiri lebih berat.

    376. Otitis

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    116/146

    376. Otitis

    • Etiology of acute otitis media:

     – Streptococcus pneumoniae 35%,

     – Haemophilus influenzae 25%,

     – Moraxella catarrhalis 15%.

     – Less frequently identified pathogens: group A streptococci, S. aureus, 

    & Pseudomonas aeruginosa • Etiology of chronic suppurative otitis media:

     – P. aeruginosa,

     – S. aureus,

     – Proteus species.

     – Enterobacter

    • Pada soal tidak ada keterangan sudah berapa lama gejala berlangsung,

    saat ini anggap akut sehingga jawabannya C.

    Current diagnosis & treatment in otorhynolaryngology

    Menner – a pocket guide to the ear

    377. Meniere Disease

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    117/146

    377. Meniere Disease

    •Meniere disease symptoms and signs: – a unilateral, fluctuating sensorineural hearing loss (often

    involving low frequencies)

     – vertigo that lasts minutes to hours

     – a constant or intermittent tinnitus typically increasing in

    intensity before or during the vertiginous attack – aural fullness.

     – The acute attack is also associated with nausea andvomiting

    • Sensorineural hearing loss  Rinne test (+), Schwabachshortened, Weber lateralizes to normal ear.

    378. Disfonia

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    118/146

    Diagnosis Characteristic

    Polip pita suara Penyebab: inflamasi kronik. Polip bertangkai, unilateral. Disepertiga anterior/medial/seluruhnya. Dapat terjadi di segala

    usia, umumnya dewasa. Gejala: parau. Jenis: polip mukoid

    (keabu-abuan & jernih) & polip angiomatosa (merah tua).

    Papilloma laring Tumbuh pada pita suara anterior atau subglottik. Seperti buah

    murbei, putih kelabu/kemerahan. Sangat rapuh, tidak

    berdarah, & sering rekuren.

    Gejala: parau, kadang batuk, sesak napas. Terapi: ekstirpasi.

    Carcinoma Faktor risiko: merokok.

    Gejala: serak, dispnea, stridor, batuk (jarang pada tumor

    glotik), hemoptisis (tumor glotik & supraglotik), pembesaran

    KGB leher. Laringoskopi: tampak rapuh, nodular, ulseratif atauperubahan warna mukosa.

    Nodul pita suara Penyebab: penyalahgunaan suara dalam waktu lama. Suara

    parau. Laringoskopi: nodul kecil berwarna keputihan,

    umumnya bilateral, di sepertiga anterior/medial.

    Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

    378. Disfonia

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    119/146

    Nodul vokalis

    Ca laring Papiloma

    Polip

    379. Tuli sensorineural

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    120/146

    379. Tuli sensorineural

    • Tuli Sensorineural terjadi ketidak terdapatkerusakan pada telinga dalam (koklea) atau jarassaraf pendengaran dari telinga dalam ke otak

    • Etilogi :

     – Presbiakusis

     – NIHL (tuli akibat bising)

     – Ototoksik

     –

    Trauma – Otoskleoris kokle

     – Neuroma akustik (vestibular schwanoma)

    Presbiakusis NIHL Ototoksik

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    121/146

    Etiologi Usia tua, biasa di

    atas 60 tahun

    Pajanan bising

    (bergantung

    durasi, frekuensi,lama pajanan dll)

    Obat –obat

    ototoksik

    (bergantung dosisdan lama

    pajanan)

    Tempat

    kerusakan

    The outer hair

    cells of cochlea

    dan transmisi

    saraf

    Koklea Koklea. Selain tuli

    biasanya disertai

    tinitus, pusing,

    otalgia

    Audiogram Downward

    sloping setelah

    frekuensi 2000

    Hz, simetris

    bilateral

    Tuli frekuensi

    tinggi dengan

    kehilangan

    maksimum pada

    3000 to6000-Hz atau

    disebut “noise

    notch”. Tuli

    simetris , gradual

    Tuli frekuensi

    tinggi dengan

    down sloping

    tajam

    Audiometri Presbiakusis

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    122/146

    Audiometri Presbiakusis

    Audiometri NIHL 

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    123/146

    Audiometri Ototoksik

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    124/146

     Diagnosis banding SNHL

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    125/146

    g g

    Sources: Isaacson JE, Vora NM. Differential diagnosis and treatment of hearing loss. Am Fam

    Physcian 2003;68:1125—32

    380. Otitis Externa (OE)

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    126/146

    Tanda OE:Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang atau tragus ditekan.

    • Otitis eksterna sirkusmskripta (furuncle) – Hanya pada bagian kartilago telinga.

     – Tidak ada jaringan penyambung di bawah kulit→ sangat nyeri

    • Otitis eksterna difus (swimmer’s ear)  – Kondisi lembab & hangat→ bakteri tumbuh – Bengkak, eksudasi, nyeri

    • Otitis eksterna maligna(necrotizing OE) – Pada diabetesi lansia atau imunokompromais

     – OE→ selulitis, kondritis, osteitis, osteomielitis→ neuropati

    kranial

     – Liang telinga bengkak & nyeri, jaringan granulasi pada

    sambungan kartilago dengan tulang di posteroinferior 1/3

    dalam

    Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

    Otitis eksterna

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    127/146

    Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel) – Etiologi: Staph Aureus, Staph Albus

     – Obstruksi kelenjar minyak atau folikelrambut

     – Terjadi di bagian luar kartilago telinga,karena tidak ada jaringan ikat sakit

     – Antibiotik topikal, insisi• Otitis eksterna difus

     – Etiologi: pseudomonas (paling umum),Staph albus, E.Coli

     – Terjadi pada bagian dalam rongga telinga

     –

    Keadaan lembab

     pertumbuhan bakteri – Antibiotik topikal atau sistemik

    Otitis Eksterna

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    128/146

     

    Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.

    Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

    Management:

    acetic acid 2% in alcohol or povidon iodine 5% or

    antifungal topical (nistatin/clotrimazol)

    381.

    Penatalaksanaan

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    129/146

    Penatalaksanaan

    Rhinitis Alergi

    382. Rhinosinusitis

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    130/146

    • Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis: – Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya

    menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan

    yang tampak: perselubungan, air fluid level,

    penebalan mukosa.

     – CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,

    adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta

    perluasannya  gold standard. Karena mahal, hanya

    dikerjakan utk penunjang sinusitis kronik yang tidak

    membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.

    Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    131/146

    383. Serumen Prop

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    132/146

    p

    Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjarseruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debuyang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga

    • Serumen Prop : serumen berlebihan yang membentukgumpalan dan menumpuk di liang telinga

    • Faktor Risiko

    1. Dermatitis kronik liang telinga luar

    2. Liang telinga sempit

    3. Produksi serumen banyak dan kering

    4. Adanya benda asing di liang telinga

    5. Kebiasaan mengorek telinga

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    133/146

    Manifestasi Klinis – Pendengaran berkurang disertai rasa penuh pada telinga

     – Tuli konduktif

     – Serumen mengembang  menimbulkan rasa tertekan

     – vertigo atau tinitus.

     – Rasa nyeri timbul apabila serumen keras membatu dan menekandinding liang telinga.

    • Pemeriksaan Fisik

     – Otoskopi: dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh materialberwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen

    dapat bervariasi. – Pada pemeriksaan penala dapat ditemukan tuli konduktif akibat

    sumbatan serumen

    Penatalaksanaan

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    134/146

    1. Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan2. Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga

    3. Tatalaksana farmakoterapi:

     – Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada

    pelilit kapas.

     – Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.Apabila

    dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus

    dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.

     – Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga

    dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya

    disesuaikan dengan suhu tubuh.

     – Indikasi untuk mengeluarkan serumen adalah sulit untuk melakukan

    evaluasi membran timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan bagian

    dari terapi tuli konduktif.

    384. Tes Penala

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    135/146

    Rinne Weber Schwabach Diagnosis

    Positif Tidak ada

    lateralisasi

    Sama

    dengan

    pemeriksa

    Normal

    Negatif Lateralisasi

    ke telinga

    yang sakit

    Memanjang Tuli

    konduktif

    Positif Lateralisasi

    ke telinga

    yang sehat

    Memendek Tuli

    sensorineu

    ral

    385. Rhinitis Alergi

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    136/146

    • Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yangdisebabkan oleh reaksi alergi pada pasien

    atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi

    dengan alergen yang sama sertadilepaskannya suatu mediator kimia ketika

    terjadi paparan berulang.

    Deskripsi

    Diagnosis Anamnesis: Serangan bersin berulang terutama bila terpajan alergen

    disertai rinore yang encer dan banyak, hidung tersumbat, gatal,

    lakrimasi, riwayat atopi

    PF dan Rinoskopi anterior: Mukosa edema, basah, pucat/livid, sekret

    banyak, allergic shiner, allergic salute, allergic crease, facies adenoid,

    geographic tongue, cobblestone appearancePenunjang: Darah tepi: eosinofil meningkat, IgE spesifik meningkat,

    Sitologi hidung, Prick test, Alergi makanan : food challenge test

    Terapi •Hindari faktor pencetus•Medikamentosa (antihistamin H1, oral dekongestan, kortikosteroid topikal,

    sodium kromoglikat)

    •Operatif konkotomi (pemotongan sebagian konka inferior) bila konka

    inferior hipertrofi berat.

    •Imunoterapi dilakukan pada kasus alergi inhalan yang sudah tidak responsif

    dengan terapi lain. Tujuan imunoterapi adalah pembentukan IgG blocking

    antibody dan penurunan IgE.

     Klasifikasi rhinitis alergi

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    137/146

    386. Tuli

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    138/146

    Rinne Weber Schwabach

    Normal (+)Udara lebih baik dari tulang

    Tidak adalateralisasi

    Sama denganpemeriksa

    Tuli Konduktif (-) Lateralisasi ke

    telinga sakit

    Memanjang

    Tuli Sensorineural (+) Lateralisasi ke

    telinga sehat

    Memendek

    387. Vertigo

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    139/146

    Peripheral Vertigo Central Vertigo

    Involving Inner ear, vestibular nerve Brainstem, cerebellum,

    cerebrum

    Onset Sudden Gradual

    Nausea, vomitting Severe VariedHearing symptom Often Seldom

    Neurologic symptom - Often

    Compensation/resolution Fast Slow

    Spontaneous nystagmus Horizontal, rotatoir Vertical

    Positional nystagmus Latency (+), fatigue (+) Latency (-), no fatigue (-)

    Calory nystagmus Paresis Normal

    Vertigo

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    140/146

    • Symptomatic treatment: – Antivertigo (vestibular suppressant)

    • Ca channel blocker: flunarizin

    Histaminic: betahistine mesilat• Antihistamin: difenhidramine, sinarisin

     – Antiemetic:

    • prochlorperazine, metoclopramide

     – Psycoaffective:

    • Clonazepam, diazepam for anxiety & panic attack

    Vertigo

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    141/146

    Treatment for spesific conditions: – BPPV: canalith repositioning maneuvre (Brandt-Daroff, Epley,

    Semont maneuvre)

     – Meniere’s disease: low salt diet, diuretic, surgery, transtympanicgentamycin

     – Labyrinthitis: antibiotics, removal of infected tissue, vestibularrehabilitation

     – Migraine: beta blocker, Ca channel blocker

     – Vascular disease: control of vascular risk factors,antiplatelet/anticoagulant agents

    388. Angifibroma Juvenile

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    142/146

    Tumor jinak yang mudah berdarah, terletak dinasofaring remaja laki-laki prepubertas

    • Lesi terletak dekat bagian superior foramenspenopalatina

    •Manifestasi klinis : – Obstruksi nasal (80-90%)

     – Epistaxis  unilateral dan berulang

     – Sakit kepala

     –Nyeri wajah

     – Rhinore unilateral, anosmia, hiposmia, tuli, otalgiadan deformitas pada pipi

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    143/146

    • Terapi Medis : – Testosterone receptor blocker (flutamide)  

    tumor stage I dan II (tidak terlalu sering

    digunakan)

     – Radioterapi (stereotactic dan conformal)  

    menyembuhkan pada 80% kasus

     – Rhinotomy lateral, transpalatal, transmaxillary

    atau melalui rute sfenoetmoidalis  untuk tumorberukuran kecil

    389. Rhinosinusitis

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    144/146

    Diagnosis Clinical FindingsAcute Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal

    discharge as one of them and: facial pain/pressure or

    hyposmia/anosmia.

    •  cheek pain: maxillary sinusitis

    •  retroorbital pain: ethmoidal sinusitis

    •  forehead or headache: frontalis sinusitis

    Chronic sinusitis Subacute: 4 weeks-3 months. Chronic: > 3 months. Symptoms

    are nonspesific, may only consist of 1 or 2 from these  

    chronic headache, post nasal drip, chronic cough, throat

    disturbace, ear disturbance, sinobronchitis.

    Dentogen sinusitis The base of maxilla are processus alveolaris, where tooth rootsare located. Tooth infection can spread directly to maxillary

    sinus. Symptoms: unilateral sinusitis with purulent nasal secrete

    & foul breath.

    Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

    390. Epistaksis

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    145/146

    Penatalaksanaan• Perbaiki keadaan umum

     – Nadi, napas, tekanan darah

    • Hentikan perdarahan – Bersihkan hidung dari darah & bekuan

     – Pasang tampon sementara yang telah dibasahin adrenalin1/5000-1/10000 atau lidokain 2%

     – Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan

    • Cari faktor penyebab untuk mencegah rekurensi – Trauma, infeksi, tumor, kelainan kardiovaskular, kelainan darah,

    kelainan kongenital

    Epistaksis

  • 8/16/2019 Pembahasan Seminar Part v No. 301-390

    146/146

    Epistaksis anterior: – Sumber: pleksus kisselbach plexus atau a. ethmoidalis

    anterior

     – Dapat terjadi karena infeksi & trauma ringan, mudahdihentikan.

     – Penekanan dengan jari selama 10-15 menit akan menekanpembuluh darah & menghentikan perdarahan.

     – Jika sumber perdarahan terlihat  kauter dengan AgNO3, jikatidak berhenti  tampon anterior 2 x 24 jam.