7
493 OPEN ACCES Vol. 13 No. 2: 493-499 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 493-499 Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas Renang Ikan Pada Bagan Tancap di Sekitar Mangrove (Utilization Of Underwater Submersible Light Led To Fish Swimming Activity On Fixed Liftnet Operated In Mangrove) Husni Angreni 1 , Ibnu Malkan Hasbi 1 dan Jumrawati 1 1 Staf Pengajar Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, STITEK Balik Diwa, Makassar-Indonesia, Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] Info Artikel: Diterima : 10 Nov. 2020 Disetujui : 11 Nov. 2020 Dipublikasi : 13 Des. 2020 Artikel Penelitian Keyword: Fixed-Lift Net, Hydroacoustic, Underwater submersible light, Mangrove Korespondensi: Husni Angreni Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar, Makassar-Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak. Perikanan Bagan tancap berfokus pada pemanfaatan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan. Lampu celup dalam air (Lacuda) LED merupakan salah satu teknologi alat bantu yang ramah lingkungan, yang menjadi bahan kajian dalam menentukan karakteristik pergerakan atau pengelompokan renang ikan berdasarkan waktu pengoperasian alat tangkap dan dapat dideteksi oleh alat hidroakustik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif dengan mengikuti operasi penangkapan ikan di Perairan teluk Laikang pada April sampai September 2020. Hasil pengamatan yang dilakukan pada pukul 18:00-05:00 Wita setiap trip menunjukkan bahwa aktivitas renang ikan setelah tengah malam cenderung lebih tinggi dibandingkan saat sebelum tengah malam dan saat tengah malam. Berdasarkan deteksi hidroakustik aktivitas renang ikan berupa soliter, gerombolan sedang dan besar di kedalaman rata-rata 2-6 meter pada pukul 03:00-05:00 Wita. Jumlah hasil tangkapan pada hauling I sebesar 138,4 Kg sedangkan hauling II sebesar 157,3 Kg. Jenis hasil tangkapan berupa ikan pelagis kecil dan ikan demersalata. Abstract. Fixed chart fishing focuses on utilization of light aids for attract fish. Underwater submersible light ((Lacuda) LED is one of the assistive technologies that are environmentally friendly, be the subject of study in determining the characteristics of the movement or fish swimming groupings based on the operating time of the fishing gear and can be detected by hydroacoustic devices. The research method used is descriptive exploratory method by participating in fishing operations in the waters of Laikang Bay from April to September 2020. The results of the observations made at 18:00-05:00 Wita every trip shows that fish swimming activity after midnight tends to be higher than before midnight and at midnight. Based on the hydroacoustic detection of fish swimming activity in the form of solitary, medium and large groups at an average depth of 2-6 meters at 03:00-05:00 Wita. The amount of catch in hauling I is 138,4 Kg while hauling II is 157,3 Kg. The type of catch is small pelagic fish and demersal fish. I. PENDAHULUAN Perairan Teluk Laikang merupakan salah satu wilayah yang strategis dan memiliki ekosistem terumbu karang, padang lamun dan mangrove yang cukup potensial dalam mendukung keseimbangan sumberdaya hayati laut yang tetap harus selalu dijaga. Bagan tancap adalah alat tangkap yang dominan digunakan nelayan di teluk laikang khususnya di sekitar ekosistem mangrove dan padang lamun, alat tangkap ini menggunakan bantuan cahaya lampu untuk menarik perhatian ikan agar mendekat ke area penangkapan ikan. Setiap nelayan atau pelaku usaha perikanan selalu berpikir untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang maksimal, kondisi tersebut mendorong pengembangan teknologi alat bantu penangkapan ikan yang efektif dan efisien guna mendukung pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Adanya pengembangan teknologi ramah lingkungan terkait penangkapan ikan, tidak lepas dari pengetahuan tingkah laku ikan, salah satunya berupa rangsangan yang berhubungan dengan faktor eksternal. Tingkah laku ikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan teknologi penangkapan ikan, karena merupakan dasar dari penentuan aspek teknologi alat tangkap yang akan dikembangkan. Rangsangan untuk menarik perhatian ikan ke dalam suatu area operasi penangkapan disesuaikan dengan sifat ikan itu sendiri yang berhubungan dengan natural behaviour (Purbayanto, et al. 2010). Ikan-ikan yang mencari makan, apabila tersedia makanan akan tinggal lama di daerah iluminasi cahaya untuk makan dan sebaliknya. Ikan-ikan pototaksis positif akan memilih cahaya yang disenanginya. Berenang di atas dan di bawah jaring dan berdiam lama disekitar iluminasi cahaya yang disenanginya, (Sudirman dan Natsir.

Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas

493

OPEN ACCES

Vol. 13 No. 2: 493-499 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 493-499

Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas Renang Ikan Pada Bagan Tancap di Sekitar Mangrove

(Utilization Of Underwater Submersible Light Led To Fish Swimming Activity On Fixed Liftnet Operated In Mangrove)

Husni Angreni1, Ibnu Malkan Hasbi1 dan Jumrawati1

1 Staf Pengajar Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, STITEK Balik Diwa, Makassar-Indonesia,

Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]

Info Artikel:

Diterima : 10 Nov. 2020

Disetujui : 11 Nov. 2020

Dipublikasi : 13 Des. 2020

Artikel Penelitian

Keyword:

Fixed-Lift Net, Hydroacoustic,

Underwater submersible light,

Mangrove

Korespondensi:

Husni Angreni

Sekolah Tinggi Teknologi

Kelautan Balik Diwa

Makassar, Makassar-Indonesia

Email: [email protected]

Copyright©

Oktober 2020 AGRIKAN

Abstrak. Perikanan Bagan tancap berfokus pada pemanfaatan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian

ikan. Lampu celup dalam air (Lacuda) LED merupakan salah satu teknologi alat bantu yang ramah

lingkungan, yang menjadi bahan kajian dalam menentukan karakteristik pergerakan atau pengelompokan

renang ikan berdasarkan waktu pengoperasian alat tangkap dan dapat dideteksi oleh alat hidroakustik. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif dengan mengikuti operasi penangkapan ikan di

Perairan teluk Laikang pada April sampai September 2020. Hasil pengamatan yang dilakukan pada pukul

18:00-05:00 Wita setiap trip menunjukkan bahwa aktivitas renang ikan setelah tengah malam cenderung lebih

tinggi dibandingkan saat sebelum tengah malam dan saat tengah malam. Berdasarkan deteksi hidroakustik

aktivitas renang ikan berupa soliter, gerombolan sedang dan besar di kedalaman rata-rata 2-6 meter pada pukul

03:00-05:00 Wita. Jumlah hasil tangkapan pada hauling I sebesar 138,4 Kg sedangkan hauling II sebesar 157,3

Kg. Jenis hasil tangkapan berupa ikan pelagis kecil dan ikan demersalata.

Abstract. Fixed chart fishing focuses on utilization of light aids for attract fish. Underwater submersible light

((Lacuda) LED is one of the assistive technologies that are environmentally friendly, be the subject of study in

determining the characteristics of the movement or fish swimming groupings based on the operating time of the

fishing gear and can be detected by hydroacoustic devices. The research method used is descriptive exploratory

method by participating in fishing operations in the waters of Laikang Bay from April to September 2020. The

results of the observations made at 18:00-05:00 Wita every trip shows that fish swimming activity after

midnight tends to be higher than before midnight and at midnight. Based on the hydroacoustic detection of fish

swimming activity in the form of solitary, medium and large groups at an average depth of 2-6 meters at

03:00-05:00 Wita. The amount of catch in hauling I is 138,4 Kg while hauling II is 157,3 Kg. The type of catch

is small pelagic fish and demersal fish.

I. PENDAHULUAN

Perairan Teluk Laikang merupakan salah

satu wilayah yang strategis dan memiliki

ekosistem terumbu karang, padang lamun dan

mangrove yang cukup potensial dalam

mendukung keseimbangan sumberdaya hayati

laut yang tetap harus selalu dijaga. Bagan tancap

adalah alat tangkap yang dominan digunakan

nelayan di teluk laikang khususnya di sekitar

ekosistem mangrove dan padang lamun, alat

tangkap ini menggunakan bantuan cahaya lampu

untuk menarik perhatian ikan agar mendekat ke

area penangkapan ikan.

Setiap nelayan atau pelaku usaha perikanan

selalu berpikir untuk mendapatkan hasil

tangkapan ikan yang maksimal, kondisi tersebut

mendorong pengembangan teknologi alat bantu

penangkapan ikan yang efektif dan efisien guna

mendukung pemanfaatan sumberdaya perikanan

yang berkelanjutan. Adanya pengembangan

teknologi ramah lingkungan terkait penangkapan

ikan, tidak lepas dari pengetahuan tingkah laku

ikan, salah satunya berupa rangsangan yang

berhubungan dengan faktor eksternal.

Tingkah laku ikan merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan

teknologi penangkapan ikan, karena merupakan

dasar dari penentuan aspek teknologi alat tangkap

yang akan dikembangkan. Rangsangan untuk

menarik perhatian ikan ke dalam suatu area

operasi penangkapan disesuaikan dengan sifat

ikan itu sendiri yang berhubungan dengan natural

behaviour (Purbayanto, et al. 2010).

Ikan-ikan yang mencari makan, apabila

tersedia makanan akan tinggal lama di daerah

iluminasi cahaya untuk makan dan sebaliknya.

Ikan-ikan pototaksis positif akan memilih cahaya

yang disenanginya. Berenang di atas dan di bawah

jaring dan berdiam lama disekitar iluminasi

cahaya yang disenanginya, (Sudirman dan Natsir.

Page 2: Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

494

2011). Lampu celup dalam air (Lacuda) merupakan

salah satu jenis lampu yang telah banyak

diperkenalkan sebagai salah satu teknologi alat

bantu yang efektif dalam menangkap ikan.

Operasi penangkapan terbaik bagan tancap yang

menggunakan lampu celup LED adalah antara

pukul 18.00-21.00 yang menghasilkan tangkapan

seberat 121 kg, sedangkan 21.00-00.00 (67,4 kg),

00.00-03.00 (46,9 kg) dan 03.00-06.00 (52,3 kg),

(Thenu. 2013).

Beberapa jenis tangkapan dominan bagan

tancap sekitar mangrove bernilai ekonomis

penting seperti udang, kepiting dan beberapa jenis

ikan lain. Oleh karena itu dengan adanya

pemanfaatan lampu celup dalam air dan alat bantu

hidroakustik diharapkan mampu mendeteksi pola

keberadaan ikan dan meningkatkan hasil

tangkapan nelayan. Apabila pengetahuan itu dapat

dipahami dan dimanfaatkan dengan baik, maka

akan menunjang dalam pengembangan teknik dan

metode penangkapan khususnya pada bagan

tancap di sekitar Mangrove.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan

April-September 2020. Pada titik 119°28’51,804" BT

-5°35’23,779” di Perairan Teluk Laikang, Takalar.

Alat yang digunakan pada saat penelitian adalah 1

unit Bagan tancap, Global Positioning System

(GPS), Lampu celup, echosounder, mistar,

timbangan, termomoter dan kamera digital.

Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan metode experimental

fishing. Data diperoleh dari perangkat akustik dan

lampu celup bawah air digunakan untuk

mengidentifikasi pola tingkah laku ikan terhadap

bagan tancap. Penelitian ini menggunakan 1

(Satu) bagan tancap yang berada di sekitar

mangrove dengan menggunakan lampu celup

dalam air (Lacuda) jenis LED sebanyak 1 (satu)

buah yang berkapasitas 50 watt dan berwarna

putih. Pengumpulan data dilakukan selama 40

kali trip (18:00-04:30 Wita). Pola kedatangan ikan

di sekitar sumber cahaya berbeda-beda

tergantung jenis dan keberadaan ikan di perairan.

Pengamatan dilakukan selama 20 menit setiap jam.

Pengamatan bawah air dilakukan dengan

menggunakan Echosounder pada setiap waktu

pengamatan (sebelum, tengah malam dan setelah

tengah malam)

Komposisi jenis adalah perbandingan antara

jumlah individu setiap spesies dengan jumlah

individu seluruh spesies yang tertangkap, dengan

formula yang dimodifikasi (Fachrul, 2007) yaitu:

KJ = ni/N x 100%

Pengamatan ikan pada berdasarkan

pengelompokan ikan. Data per trip diperoleh

setiap jam mulai lampu bagan tancap dinyalakan

(Pukul 18:00 Wita) hingga menjelang pagi (Pukul

04:00 Wita). Analisis deskriptif dilakukan terhadap

grafik hasil analisis pengumpulan data mencakup

deteksi pengelompokan ikan dan produksi hasil

tangkapan. Pengamatan dilakukan sebelum

tengah malam (Pukul 18:00-22:00 Wita), saat tengah

malam (Pukul 22-01:00 Wita) dan setelah tengah

malam (Pukul 02:00-04:00 Wita) sedangkan setting

penempatan lampu dan transduser diposisikan

berada 1,5 meter di bawah permukaan air.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Wilayah operasi penangkapan bagan tancap

berada di pesisir dengan substrat pasir berlumpur

di sekitar mangrove dan padang lamun. Seperti hal

nya pada pengoperasian bagan secara umum,

bagan tancap pada lokasi penelitian ini juga

dioperasikan menggunkan alat bantu cahaya

sebagai aktraktor penarik perhatian ikan agar

mendekat ke area penangkapan. Penggunaan alat

bantu cahaya merupakan salah satu metode yang

paling berhasil untuk mengontrol perilaku ikan

dan cumi-cumi untuk tujuan penangkapan, karena

penglihatan merupakan indera yang paling

dominan dalam aktivitas makan dan aktivitas

lainnya pada kebanyakan ikan yang hidup di

permukaan (Anongponyoskun, et. al., 2011).

Bagan tancap yang dioperasikan di teluk

laikang memiliki ukuran 5x6x7 meter dan hanya

memiliki satu buah lampu, berbeda dengan

pengoperasian bagan tancap secara umum di

perairan selat Makassar yang rata-rata

menggunakan beberapa buah lampu dalam

pengoperasian bagan tancap. Sebagian besar

nelayan lebih memilih melakukan 1-2 kali hauling

untuk menghindari kerugian. Lampu yang

digunakan selama penelitian merupakan lampu

LED celup bawah air yang berkekuatan 50 watt

Rata-rata proses pengangkatan jaring pertama

pada saat sebelum tengah malam berkisar antara

pukul 22:30-23:00 Wita, kemudian hauling

berikutnya biasanya dilakukan di waktu subuh

pada pukul 05:10-05:20 wita.

Page 3: Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

495

3.1. Kemunculan Ikan di Area Bagan Tancap

Pengamatan tingkah laku kemunculan ikan

di areal bagan tancap setiap jam selama

pengamatan diamati dengan menggunakan

pendekatan hidroakustik. Hasil pengamatan pola

kemunculan ikan pada saat sebelum dan saat

tengah malam dengan Echosounder dapat dilihat

pada Gambar 1.

Gambar 1. Deteksi Kemunculan Ikan di Areal Bagan Tancap Sekitar Terumbu

Karang: a) Sebelum Tengah Malam, b) Saat Tengah Malam dan c)

Setelah Tengah Malam

Tingginya frekuensi kemunculan ikan

khususnya pada saat menjelang tengah malam

diduga karena adanya keberadaan ikan yang

berenang secara berkelompok, individu atau

soliter yang memiliki aktivitas berbeda di sekitar

pencahayaan. kondisi perlakuan dalam

pengamatan berbeda-beda dalam merespons

umpan yang diberikan. Perbedaan tersebut

dipengaruhi oleh masing-masing sifat ikan ketika

merespon adanya makanan (Fitri, et. al., 2009).

Deteksi ikan di areal bagan tancap saat

tengah malam cenderung berada pada kedalaman

5-10 meter di bawah permukaan air. Keberadaan

ikan pada saat tengah malam diduga merupakan

respon tingkah laku ikan terhadap adanya cahaya

dan juga kebiasaan ikan yang beraktivitas mencari

makan di saat tengah malam. Posisi shoaling ikan

pelagis kecil berada di lapisan pertengahan kolom

air dengan rata-rata kedalaman 5,5 meter dari

permukaan laut. Pergerakan ikan mendekati bagan

tancap sesaat setelah sumber pencahayaan

dinyalakan ikan belum terkonsentrasi atau belum

beradaptasi dengan intensitas cahaya yang ada,

pergerakan ikan dilakukan secara bertahap. Hal

tersebut disebabkan oleh respon setiap jenis ikan

terhadap cahaya berbeda (Fauziyah, et. al., 2010).

Deteksi ikan pada saat setelah tengah malam

menunjukkan jumlah yang relatif banyak

khususnya pada saat menjelang pagi hari (04:00-

05:30 Wita). Diduga ikan yang terdeteksi

merupakan ikan yang berenang secara

bergerombol baik dengan ukuran kecil maupun

besar yang mulai aktif mencari makan menjelang

pagi hari (Pelagis). Respons ikan terhadap cahaya

tiap jenis ikan memiliki perbedaan seperti

phototaxis positif, preferensi untuk intensitas

cahaya optimum, investigatory reflex, untuk

mengelompok dan mencari makan di bawah

cahaya, serta disorientasi sebagai akibat kondisi

buatan dari gradient intensitas cahaya di bawah

air (Hakgeun et. al., 2012).

Pola kemunculan ikan di sekitar sumber

cahaya ataupun atraktor di sekitar bagan tancap

berbeda-beda, tergantung jenis dan keberadaan

ikan di perairan. Perbedaan jenis lampu dan

penempatan posisinya juga mempengaruhi pola

kedatangan ikan dikarenakan respon penglihatan

setiap jenis ikan terhadap intensitas dan pantulan

cahaya berbeda-beda pula. Selain itu, ikan yang

tertarik dengan cahaya akan mendekati sumber

cahaya berdasarkan waktu biologis mencari

makan. Pola kedatangan ikan pada sumber cahaya

cenderung berdasarkan waktu dimana Teri

Pepetek Tetengkek Alu-alu Layang Cumi-cumi

Sebelum Tengah Malam Setelah Tengah Malam

menjelang pagi ikan semakin terkonsentrasi

terhadap cahaya. Penangkapan terbaik selama

penelitian pada masing-masing ulangan baik

dibulan gelap maupun di bulan terang bahwa

terdapat waktu tengah malam yang lebih

mendominasi. Jenis spesies ini sedang mencari

makan pada waktu tengah malam menjelang

subuh sehingga tertangkap oleh jaring (Kurnia,

et.al., 2015).

Pengamatan dengan menggunakan

Echosounder tidak dapat mengetahui jenis dan

Page 4: Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

496

ukuran ikan yang berada di sekitar bagan tancap

namun pergerakan kawanan ikan yang ada di

sekitar bagan dapat diketahui. Meskipun jenis dan

pola gerak ikan yang terdeteksi tidak dapat

direkam dengan bantuan Echosounder, namun

frekuensi dan kecil besarnya deteksi pada setiap

sudut pengamatan dapat menentukan pergerakan

keluar masuk areal bagan tancap secara

bergerombol dengan frekuensi sedang atau yang

berenang soliter dengan deteksi kecil (Gambar 2).

Gambar 2. Frekuensi Kemunculan Ikan Berdasarkan Pengelompokan

Gerombolan Ikan

Pola interaksi dan kedatangan ikan di

bawah catchable area bagan tancap berbeda-beda,

tergantung jenis ikan dan respon ikan terhadap

perlakuan yang diberikan. Pengamatan dengan

menggunakan lampu celup dalam air dan

echosounder lebih efektif dan efisien

dibandingkan penggunaan lampu diatas

permukaan air, hal ini dikarenakan respon ikan

beberapa saat setelah lampu dinyalakan berangsur

mendekat dikisaran 8-15 menit di sekitar

pencahayaan baik secara bergerombol maupun

secara soliter dengan kedalaman rata-rata 2-6

meter. Kedalaman renang ikan yang diamati baik

secara vertikal maupun horizontal mampu

mendeteksi keberadaan ikan di bawah platform

bagan tancap sekitar mangrove, jenis dan ukuran

ikan yang terdeteksi sulit untuk diprediksi.

Meskipun demikian, diperoleh data kedalaman

ikan yang berada di bawah platform bagan tancap

antara kedalaman 2-5 meter (Angreni, et.al. 2019).

Hasil pengamatan dengan menggunakan

alat bantu Echosounder menunjukkan bahwa

kawanan ikan berenang mengitari sumber cahaya

dan melakukan pergerakan dari permukaan

sampai dasar jaring. Respon ikan berbeda

terhadap cahaya mengakibatkan pola pergerakan

ikan mendekati cahaya juga berbeda (Sulaiman, et.

al., 2006).

Pengamatan setelah tengah malam

menunjukkan bahwa frekuensi kemunculan ikan

secara bergerombol (tinggi) menjelang pagi sekitar

pukul 03:00-0400 Wita. Diduga ikan tersebut

merupakan ikan pelagis seperti ikan teri dan

tembang. Adapun ikan yang terdeteksi berenang

secara soliter diduga merupakan ikan titang yang

memiliki habitat berada disekitar pesisir pantai

atau muara sungai dan merupakan ikan demersal

yang diduga mendekati sumber cahaya utama

karena adanya sumber makanan. Menurut

Dwipayana et al., (2018). Organisme-organisme

fototaksis positif akan tertarik ke daerah yang

diterangi oleh cahaya lampu dibawah bagan

dikarenakan adanya rangsangan cahaya pada

malam hari yang membuat organisme tersebut

membentuk gerombolan agar lebih aman dari

incaran para predator, hal tersebut yang membuat

hasil tangkapan setelah tengah malam lebih besar

dibandingkan dengan sebelum tengah malam.

3.2. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan bagan tancap

yang beroperasi di sekitar mangrove ataupun juga

di sekitar padang lamun didominasi oleh ikan

pelagis, dan beberapa jenis ikan demersal yang

menyukai daerah berlumpur dan memiliki sumber

makanan yang melimpah, ikan yang dominan

tertangkap pada daerah tersebut adalah Udang

rebon, Teri, Tembang, Selar, Cumi-cumi, Belanak

dan Titang (Gambar 3).

Page 5: Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

497

Gambar 3. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Bagan Tancap

Pada Gambar 3 Jenis Ikan yang dominan

tertangkap pada pencahayaan lampu celup bawah

air adalah Udang rebon (Acetus indicus) sebanyak

51,7 Kg 18%, Teri (Stolephorus commersonii)

sebanyak 35,6 Kg sebesar 12%, tembang (Sardinella

gibbosa) sebanyak 23,4 Kg sebesar 8%, selar como

(Alepes djedaba) sebanyak 22,8 Kg sebesar 8%,

cumi-cumi (Loligo sp) sebanyak 48,5 atau 16%,

titang (Scatophagus sp) sebanyak 36,3 sebesar 12 %

dan belanak (Valamugil seheli) sebanyak 32,4

sebesar 11%. Adapun jenis ikan lain yang

merupakan tangkapan sampingan dan buangan

berupa ikan-ikan kecil dan kepiting kecil.

Besarnya hasil tangkapan mengalami peningkatan

khususnya pada ikan udang rebon dan cumi-cumi.

Cumi-cumi lebih banyak tertangkap dengan

menggunakan lampu warna putih. Sedangkan

udang rebon dan ikan lain diduga tertarik

mendekat pada area pencahayaan lampu celup

bawah air dikarenakan faktor makanan untuk

kebutuhan fisiologis ikan dan respon tingkat

kepekaan penglihatan ikan yang baik terhadap

adanya rangsangan cahaya yang dipancarkan di

bawah permukaan air. Warna lampu berpengaruh

sangat nyata terhadap berat total hasil tangkapan

(Mulyawan, et. al., 2015).

Beberapa jenis ikan yang dominan

tertangkap merupakan ikan-ikan yang tertarik

oleh cahaya seperti udang rebon, cumi-cumi, ikan

teri, ikan tembang dan selar sedangkan jenis lain

berupa ikan titang dan ikan balanak diduga

datang atau mendekat ke area penangkapan

dikarenakan daerah pengoperasian bagan tancap

berada di sekitar mangrove dan padang lamun

yang secara tidak langsung, keberadaan ikan-ikan

tersebut karena adanya faktor makanan. Udang

rebon merupakan jenis udang berukuran kecil

yang hidup diperairan pantai yang dangkal dan

berlumpur serta merupakan jenis udang yang

memiliki sifat fototaksis positif (Dwipayana, et al.

2018).

Pemanfaatan lampu LED celup bawah air

dapat mendukung keberhasilan penangkapan ikan

dengan meningkatkan hasil tangkapan yang lebih

efisien. Berdasarkan deteksi alat bantu

hidroakustik frekuensi kemunculan ikan

berdasarkan banyaknya gerombolan diduga

merupakan ikan pelagis yang respon tingkah

lakunya menyukai cahaya seperti ikan teri dan

cumi-cumi dan ikan yang terdeteksi berenang

individu atau soliter merupakan ikan demersal

yang cenderung tidak terlalu tertarik pada cahaya

seperti ikan titang. ikan yang efektif pada malam

hari selalu mengutamakan organ penglihatan

dalam mencari makanan dan memiliki

kemampuan adaptasi terhadap gelap, indera utama

penerima rangsangan cahaya pada ikan adalah

mata (Brown, et. al., 2013). Teknologi lampu bawah

air sangat efektif untuk meningkatkan hasil

tangkapan ikan. Hal ini dibuktikan dengan

meningkatnya hasil tangkapan ikan sekitar 65%

Dibandingkan dengan menggunakan lampu

petromak (Sukandar dan Fuad. 2015).

Hasil pengamatan terhadap hasil

pengukuran suhu permukaan laut terlihat bahwa

kisaran suhu selama penelitian cenderung

berfluktuasi dengan nilai kisaran suhu berkisar

antara 25° - 30°C. Diduga karena area penangkapan

berada di dekat pantai (sekitar ekosistem

mangrove dan lamun) yang suhunya cenderung

lebih hangat sehingga ikan memiliki kepekaan

beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan dari

luar dan memiliki batas toleransi untuk

menyesuaikan tingkah lakunya. Suhu adalah

faktor penting bagi kehidupan organisme di laut

yang dapat memengaruhi aktivitas metabolism

maupun perkembangan, selain menjadi indikator

fenomena perubahan iklim. (Cahya et al., 2016).

Page 6: Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

498

Kida dan Wijffels (2012), menyatakan bahwa

variasi SPL yang tinggi di perairan laut

disebabkan oleh faktor meteorologi diantaranya

kecepatan angin, suhu udara dan fluks panas yang

berubah-ubah, gelombang dan curah hujan.

parameter oseanografi merupakan salah satu

faktor yang sangat berpengaruh terhadap

variabilitas hasil tangkapan ikan, seperti klorofil-a

dan suhu permukaan laut, karena suhu sangat

berpengaruh terhadap metabolisme ikan secara

biologis (Adnan, 2010)

IV. PENUTUP

Jumlah hasil tangkapan nelayan bagan

tancap dengan menggunakan lampu celup bawah

air mengalami peningkatan khususnya setelah

tengah malam atau saat menjelang pagi hari (03:00-

05:30 Wita). Total hasil tangkapan per trip

berdasarkan jenis ikan masing-masng antara lain

Udang rebon (Acetus indicus) sebanyak 51,7 Kg,

teri (Stolephorus commersonii) sebanyak 35,6 Kg,

tembang (Sardinella gibbosa) sebanyak 23,4 Kg,

selar como (Alepes djedaba) sebanyak 22,8 Kg,

cumi-cumi (Loligo sp) sebanyak 48,5 Kg, titang

(Scatophagus sp) sebanyak 36,3 Kg, belanak

(Valamugil seheli) sebanyak 32,4 Kg. Karakter

Schooling ikan di area penangkapan berupa

gerombolan dan soliter yang rata-rata berada pada

kedalaman 2-6 meter dari area pencahayaan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan

penelitian ini. Terkhusus kepada Kementerian

Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI

melalui Dirjen Pendidikan Tinggi yang

memberikan Hibah Penelitian pada Skim

Penelitian Dosen Pemula (PDP) 2020.

REFERENSI

Adnan. 2010. Analisis Suhu Permukaan laut dan Klorofil-a Data Inderaja Hubungannyadengan Hasil

Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Di Perairan Kalimantan Timur. Jurnal Amanisal

PSP FPIK Unpatti – Ambon: 1 (12): 45-58.

Angreni, H., Sudirman dan Muhammad Kurnia. 2019. Pola Kedatangan Ikan Pada Area Penangkapan

Bagan Tancap Sekitar Mangrove Dengan Teknologi Hidroakustik. Jurnal Octopus. Vol 8(2) : 22-

29.

Anongponyoskun, M., Kamonpan Awaiwanont, Suppachai Ananpongsuk dan Sukchai Arnupapboon.

2011. Comparison Of Different Light Spectra In Fishing Lamps. Kasetsart J: Hal 856-862.

Brown A, Isnaniah, Domitta S. 2013. Perbandingan Hasil Tangkapan Kelong (Liftnet) Menggunakan

Lampu Celup Bawah Air (LACUBA) dan Petromaks di Perairan Desa Kote Kecamatan Singkep

Kabupaten Lingga Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Akuatik 4(2):149-158.

Cahya NC, Setyohadi D dan Surianti D., 2016. Pengaruh Parameter Oseanografi Terhadap Distribusi

Ikan. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 12 (4) : 1-14.

Dwipayana M.F., Sunarto, Iis Rostini, Izza Mahdiana Apriliani. 2018. Hasil Tangkapan Alat Tangkap

Bagan Apung Dengan Waktu Hauling Berbeda Di Pantai Timur Perairan Pangandaran. Jurnal

Perikanan dan Kelautan. Vol. IX(1) : 112-118

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. 198 p.

Fauziyah, Hartoni dan A. Agussalim. 2010. Karakteristik Shoaling Ikan Pelagis Menggunakan Data

Akustik Split Beam di Perairan Selat Bangka Pada Musim Timur. Ilmu Kelautan, vol. 15 (1) 17-

22. ISSN 0853-7291.

Fitri, Aristi D.P., Asriyanto dan Heri Sutanto. 2009. Tingkah Laku Akustik (Acoustic behaviour) Ikan

Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Jurusan Perikanan, FPIK Universitas Diponegoro.

Ilmu Kelautan. September 2009. Vol. 14 (3): 160 -163.

Page 7: Pemanfaatan Lampu Celup Dalam Air Led Terhadap Aktivitas

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

499

Hakgeun J, Seunghwan Y, Junghoon L, Young. 2012. The Retinula Responses of Common Squid Todarodes

Pacificus for Energy Efficien Fishing Lamp Using LED. Elsevier Renewable Energy. 5(4):101-104.

Kida, S. and S. Wijffels. 2012. The impact of the Indonesian throughflow and tidal mixing on the

summertime sea surface temperature in the western Indonesian Seas. J. Geophys. Res., 117

(C09007).

Kurnia, M., Sudirman, dan Alfa F.P. Nelwan. 2015. Studi Pola Kedatangan Ikan Pada Area Penangkapan

Bagan Perahu Dengan Teknologi Hidroakustik. Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: 261-

271.

Mulyawan , Masjamsir dan Andriani, Y. 2015. Pengaruh Perbedaan Warna Cahaya Lampu Terhadap

Hasil Tangkapan Cumi-cumi (Loligo sp.) Pada Bagan Apung di Perairan Pelabuhanratu

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Jurnal Perikanan Kelautan. Vol. VI No. 2(1)/Desember 2015

(116-124).

Sukandar dan Fuad. 2015. Pengoperasian Lampu Celup Bawah Air Pada Bagan Tancap Di Perairan

Lekok. Journal of Innovation and Applied Technology, Vol 1 (2) Desember 2015.

Sulaiman M., Jaya I. dan Baskoro M.S. 2006. Studi Tingkah Laku Ikan pada Proses Penangkapan dengan

Alat Bantu Cahaya : Suatu Pendekatan Akustik. Jurnal Ilmu Kelautan.11(1) 31-36. ISSN: 0853 –

7291