Upload
pratama-avtrox
View
250
Download
33
Embed Size (px)
Citation preview
PAPER
Model ANSWERS (areal nonpoint source watershed environmental
response simulation ) Dalam Mensimulasikan Hubungan Hujan
Limpasan dan Memberikan Dugaan Hasil Sedimen
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Hidrologi TerapanDosen Pengampu : Teguh Marhaendi, ST.,MT.
Disusun Oleh :
1. Muhamad Afif Arindra 1103010008
2. Pratama Chaerul Umam 1103010006
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Paper Hidrologi Terapan yang telah kami laksanakan melalui bimbingan dan
pembelajaran dari pengampu bersangkutan.
Setelah kami melaksanakan dan menyelesaikan tugas Paper Hidrologi
Terapan yang membahas tentang model ANSWER (areal nonpoint source
watershed environmental response simulation) yang merupakan sebuah model
hidrologi dengan parameter terdistribusi yang digunakan untuk mensimulasikan
hubungan hujan-limpasan dan memberikan dugaan hasil sedimen.
Dalam penyusunan Paper ini, kami banyak mendapatkan bantuan, kerja
sama dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami sampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak TEGUH MARHAENDI, ST.,MT. selaku dosen pengampu dan
pengajar mata kuliah Hidrologi Terapan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun Paper ini, semoga allah
SWT memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua. Dikarenakan
keterbatasan kami, mungkin Paper ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Untuk itu kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar –
besarnya dan kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun atau
memperbaikinya supaya lebih baik lagi kedepannya.
Purwokerto, 11 januari 2013
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem (systems),
obyek atau benda (objects) dan kejadian (events). Representasi tersebut
dinyatakan dalam bentuk sederhana yang dapat dipergunakan untuk berbagai
macam tujuan penelitian. Penyederhanaan dilakukan secara representatif terhadap
perilaku proses yang relevan dari keadaan sebenarnya.
Pembentukan model dan menerapkan model dalam percobaan merupakan
bentukan dari simulasi (Dent and Anderson 1971). Menurut Hillel (1977), model
simulasi merupakan teknik numerik dari percobaan hipotetik dari suatu gejala atau
sistem dinamis dan dinyatakan secara kuantitatif.
Penggunaan model sebagai usaha untuk memahami suatu sistem yang rumit
merupakan teknik pengkajian yang lebih sederhana dibandingkan jika melalui
keadaan sebenarnya. Model ini dapat digunakan untuk menduga dan menerangkan
gejala- gejala dalam suatu sistem secara tepat (Nasution dan Barizi 1980). Model
yang dibentuk berdasarkan peramalan terhadap sistem belum dapat dipastikan
akan menghasilkan peamalan yang tepat terhadap perilaku sistem yang sejenis.
Model simulasi hidrologi dapat diklasifikasikan berdasarkan luas kisaran
karakteristiknya. Untuk analisis DAS, model hidrologi diklasifikasikan ke dalam
lumped parameter versus distributed parameter, event versus continous, dan
stochastic versus deterministic.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MODEL HIDROLOGI DAS
Brooks et al. (1987), Model hidrologi merupakan gambaran sederhana
dari suatu sistem hidrologi yang aktual. Model hidrologi biasanya dibuat
untuk mempelajari fungsi dan respon suatu DAS dari berbagai masukan
DAS. Melalui model hidrologi dapat dipelajari kejadian-kejadian hidrologi
yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memprediksi kejadian hidrologi
yang akan terjadi. Harto (1993), model hidrologi adalah sebuah sajian
sederhana (simple representation) dari sebuah sistem hidrologi yang
kompleks.
Pendekatan sistem dalam dalam analisis hidrologi merupakan suatu
teknik penyederhanaan dari sistem prototipe ke dalam suatu sistem model,
sehingga perilaku sistem yang kompleks dapat ditelusuri secara kuantitatif.
Hal ini menyangkut sistem dengan mengidentifikasikan adanya aliran
massa/energi berupa masukan dan keluaran serta suatu sistem simpanan
(Pawitan 1995).
Harto (1993) mengemukakan bahwa konsep dasar yang digunakan
dalam setiap sistem hidrologi adalah siklus hidrologi. Persamaan dasar yang
menjadi landasan bagi semua analisis hidrologi adalah persamaan neraca air
(water balanced equation). Persamaan neraca air dari suatu DAS untuk suatu
periode dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
∆S = Input – Output
Di mana :
∆ S = perubahan tampungan (storage change),
Input = masukan (inflow), dan
Output = keluaran (outflow).
Harto (1993) mengemukakan bahwa tujuan penggunaan suatu model
dalam hidrologi, antara lain sebagai berikut :
a) peramalan (forecasting) menunjukkan besaran maupun waktu kejadian
yang dianalisis berdasar cara probabilistik;
b) perkiraan (predicting) yang mengandung pengertian besaran kejadian dan
waktu hipotetik (hipotetical future time);
c) sebagai alat deteksi dalam masalah pengendalian;
d) sebagai alat pengenal (identification) dalam masalah perencanaan;
e) ekstrapolasi data/informasi;
f) perkiraan lingkungan akibat tingkat perilaku manusia yang
berubah/meningkat; dan
g) penelitian dasar dalam proses hidrologi.
B. Klasifikasi Model Hidrologi
Harto (1993) mengemukakan bahwa secara umum model dapat dibagi
dalam tiga kategori, yaitu :
1) model fisik yang menerangkan model dengan skala tertentu untuk
menirukan prototipenya;
2) model analog yang disusun dengan menggunakan rangkaian resistor-
kapasitor untuk memecah persamaan-persamaan diferensial yang mewakili
proses hidrologi;
3) model matematik yang menyajikan sistem dalam rangkaian persamaan dan
kadang-kadang dengan ungkapan-ungkapan yang menyajikan hubungan
antar variabel dan parameter.
Model juga dapat diklasifikasikan menjadi:
1) model stokastik, di mana hubungan antara masukan dan keluarannya
didasarkan atas kesempatan kejadian dan probabilitas;
2) model deterministik, di mana setiap masukan dengan sifat-sifat tertentu,
selalu akan menghasilkan keluaran yang tertentu pula.
Di samping itu, model dapat digolongkan menjadi :
1) model empirik, yaitu model yang semata-mata mendasarkan pada
percobaan dan pengamatan;
2) model konseptual, yaitu model yang menyajikan proses-proses
hidrologi dalam persamaan matematik dan membedakan antara fungsi
produksi (production) dan fungsi penelusuran (routing).
C. Jenis Model
Sinukaban (1995) mengemukakan bahwa sebagai suatu sistem
hidrologi, DAS meliputi jasad hidup, lingkungan fisik dan kimia yang
berinteraksi secara dinamik, yang di dalamnya terjadi kesetimbangan dinamik
antara energi dan material yang masuk dengan energi dan material yang
keluar. Dalam keadaan alami, energi matahari, iklim di atas DAS dan unsur-
unsur endogenik di bawah permukaan DAS merupakan masukan (input).
Sedangkan air dan sedimen yang keluar dari muara DAS serta air yang
kembali ke udara melalui evapotranspirasi adalah keluaran (output) DAS.
Model USLE (universal soil loss equation), MUSLE (modified USLE),
RUSLE (revised USLE), CREAMS (chemical runoff and erosion from
agricultural management system) dan GLEAMS (groundwater loading effect
of agricultural management system), tergolong dalam lumped parameter,
yaitu model yang mentransformasi curah hujan (input) ke dalam aliran
permukaan (output) dengan konsep bahwa semua proses dalam DAS terjadi
pada satu titik spasial. WEPP (water erosion predicting project), KINEROS
(kinematic erosion simulation), EUROSEM (european soils erosion model),
TOP MODEL (topografically and physically based, variable contributing area
model of basin hidrology) dan ANSWERS (areal nonpoint source watershed
environmental response simulation) tergolong distributed parameter, yaitu
model yang berusaha menggambarkan proses dan mekanisme fisik dan
keruangan, memperlakukan masing komponen DAS atau proses sebagai
komponen mandiri dengan sifatnya masing- masing. Model tersebut secara
teori sangat memuaskan, tetapi data lapangan sering terbatas untuk
mengkalibrasi dan memverifikasi hasil simulasi.
Model HEC-1 adalah event model yang mensimulasikan respon hujan
tunggal sebagai input data. Sedangkan SWM-IV (stanford watershed model)
dan SWMM (storm water management model) merupakan continous model
yang didasarkan pada persamaan kesetimbangan air dalam jangka yang lebih
panjang. Model tersebut cocok untuk digunakan pada DAS yang memiliki
ukuran yang lebih luas.
Model AGNPS (agricultural non point source pollution model)
merupakan gabungan antara model distribusi dan model sekuensial. Sebagai
model distribusi, penyelesaian persamaan keseimbangan massa dilakukan
serempak untuk semua sel. Sedangkan sebagai model sekuensial, air dan
cemaran ditelusuri dalam rangkaian aliran dipermukaan lahan dan di saluran
secara berurutan (Pawitan 1999).
Model SWAT (soil and water assessment toll) adalah model yang
dikembangkan untuk memprediksi dampak pengelolaan lahan (land
management practices) terhadap air, sedimen dan bahan kimia pertanian yang
masuk ke sungai atau badan air pada suatu DAS yang kompleks, dengan
tanah, penggunaan tanah dan pengelolaannya yang bermacam-macam
sepanjang waktu yang lama (Arsyad 2006).
C. MODEL EROSI
1. Model ANSWERS
Model ANSWERS (areal nonpoint source watershed
environmental response simulation) merupakan sebuah model hidrologi
dengan parameter terdistribusi yang mensimulasikan hubungan hujan-
limpasan dan memberikan dugaan hasil sedimen. Model hidrologi
ANSWERS dikembangkan dari US-EPA (United States Environment
Protection Agency)oleh Purdue Agricultural Enviroment Station (Beasley
and Huggins 1991).
Salah satu sifat mendasar dari model ANSWERS adalah termasuk kategori
model deterministik dengan pendekatan parameter distribusi. Model
distribusi parameter DAS dipengaruhi oleh variabel keruangan (spatial),
sedangkan parameter- parameter pengendalinya, antara lain : topografi,
tanah, penggunaan lahan dan sifat hujan.
Struktur Model ANSWERS
Model ANSWERS adalah model deterministik yang didasarkan
pada hipotesis bahwa setiap titik di dalam DAS mempunyai hubungan
fungsional antara laju aliran permukaan dan beberapa parameter hidrologi
yang mempengaruhi aliran, seperti intensitas hujan, infiltrasi, topografi,
jenis tanah dan beberapa faktor lainnya. Laju aliran yang terjadi dapat
digunakan untuk memodelkan fenomena pindah massa, seperti erosi dan
polusi dalam wilayah DAS.
Dalam model ini suatu DAS yang akan dianalisis responnya dibagi
menjadi satuan elemen yang berukuran bujursangkar, sehingga derajat
variabilitas spasial dalam DAS dapat terakomodasi. Konsep distribusi
disefinisikan melalui hubungan matematika untuk semua proses simulasi,
model ini mengasumsikan bahwa suatu DAS merupakan gabungan dari
banyak elemen yang diartikan sebagai suatu areal yang memiliki
paramater hidrologi yang sama. Setiap elemen akan memberikan
kontribusi sesuai dengan karakteristik yang dimiliki. Model ini juga
mengikut sertakan semua parameter kontrol secara spasial. Oleh karena itu
model ANSWERS melakukan analisis pada setiap satuan elemen.
Parameter Masukan Model ANSWERS
Data masukan model ANSWERS dikelompokkan dalam lima
bagian (de Roo 1993), yaitu :
1. Data curah hujan, yaitu : jumlah dan intensitas hujan pada suatu kejadian
hujan.
2. Data tanah, yaitu : porositas total (TP), kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi
konstan (FC) selisih laju infiltrasi maksimum dengan laju infiltrasi konstan
(A), eksponen infiltrasi (P), kedalaman zona kontrol iniltrasi (DF),
kandungan air tanah awal (ASM), dan erodibilitas tanah (K).
3. Data penggunaan dan kondisi permukaan lahan, meliputi : volume
intersepsi potensial (PIT), persentase penutupan lahan (PER), koefisien
kekasaran permukaan (RC), tinggi kekasaran maksimum (HU), nilai
koefisien manning untuk permukaan lahan (N), faktor tanaman dan
pengelolaannya (C).
4. Data karakteristik saluran, yaitu lebar saluran (CW) dan koefisien manning
(N).
5. Data satuan individu elemen, yaitu : kemiringan lereng, arah lereng, jenis
tanah, jenis penggunaan lahan, liputan penakar hujan, kemiringan saluran,
dan elevasi elemen rata-rata.
Mekanisme model ANSWERS
Mekanisme model ANSWERS dapat dijelaskan sebagai berikut (de Roo 1993) :
1. Hujan yang jatuh pada suatu DAS dengan vegetasi tertentu, sebagian akan
diintersepsi oleh tajuk vegetasi (PER) sampai potensial simpanan
intersepsi (PIT) tercapai.
2. Apabila laju hujan lebih kecil dari laju intersepsi, maka air hujan tidak
akan mencapai permukaan tanah. Sebaliknya jika laju hujan lebih besar
dari laju intersepsi, maka terjadi infiltrasi.
3. Laju infiltrasi awal tersebut dipengaruhi oleh kandungan air tanah awal
(ASM = anticedent soil moisture), porositas tanah total (TP), kandungan
air tanah pada kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi pada saat konstan (FC),
laju infiltrasi maksimum (FC+A), dan kedalaman zona kontrol infiltrasi
(DF). Laju infiltrasi akan menurun secara eksponensial dengan
bertambahnya kelembaban tanah.
4. Jika hujan terus berlanjut, maka laju hujan menjadi lebih besar dari laju
infiltrasi dan intersepsi. Pada kondisi ini air mulai mengumpul
dipermukaan tanah dalam depresi mikro (retention storage) yang
dipengaruhi oleh kekasaran permukaan tanah, yaitu RC dan HU.
5. Jika retensi permukaan melebihi kapasitas depresi mikro, maka akan
terjadi limpasan permukaan, di mana besarnya limpasan permukaan
tersebut dipengaruhi oleh kekasaran permukaan (N), kelerengan dan arah
aliran.
6. Bila hujan terus berlanjut, maka akan tercapai laju infiltrasi konstan (FC).
7. Pada saat hujan reda, proses infiltrasi masih terus berlangsung sampai
simpanan depresi sudah tidak tersedia lagi.
Parameter Keluaran Model ANSWERS
Keluaran model berupa hasil prediksi, yaitu : ketebalan aliran permukaan,
debit puncak, waktu puncak, rata-rata kehilangan tanah, laju erosi maksimum tiap
elemen, laju deposisi maksimum tiap elemen dan pengurangan jumlah sedimen
akibat tindakan konservasi tanah.
Model ANSWERS juga menampilkan grafik yang berisi hyetograf hujan
terpilih, hidrograf aliran permukaan, dan sedimentasi. Dari setiap kajadian hujan
dapat dianalisis debit puncak dan waktu puncak. Debit puncak adalah nilai puncak
(tertinggi) dari suatu hidrograf aliran, dan waktu puncak adalah selang waktu
mulai dari awal terjadinya aliran permukaan sampai terjadinya debit puncak
(Beasley and Huggin 1991).
Asumsi yang digunakan untuk memprediksi erosi dengan model ini adalah
: 1) erosi tidak terjadi di lapisan bawah permukaan; 2) sedimen dari suatu elemen
ke elemen lain akan meningkatkan lapisan permukaan elemen tempat
pengendapan; dan 3) pada segmen saluran tidak terjadi erosi akibat hempasan
butir hujan (Beasley and Huggin 1991).
Penghancuran dan pengangkutan partikel tanah disebabkan oleh pukulan
butir hujan (DTR) dan energi limpasan permukaan. Jumlah partikel tanah yang
dapat dipindahkan tergantung dari besarnya sedimen yang dihasilkan dan
kapasitas transpornya (TC). Air limpasan dan sedimen yang dapat mencapai
elemen yang memiliki saluran, akan bergerak menuju outlet DAS, di mana
sedimentasi yang terjadi dalam saluran akan terjadi ketika besarnya kapasitas
transpor telah terlewati (de Roo 1993).
Kelebihan dan Kelemahan Model ANSWERS
Beasley dan Huggins (1991) menyebutkan bahwa model ANSWERS
dapat digunakan untuk DAS yang luasnya kurang dari 10.0000 ha. Kelebihan dan
model ANSWERS adalah : a) analisis parameter distribusi yang dipergunakan
dapat memberikan hasil simulasi yang akurat terhadap sifat daerah tangkapan; b)
dapat mensimulasi secara bersamaan dari berbagai kondisi dalam DAS; c)
memberikan keluaran berupa limpasan dan sedimen dari suatu DAS yang
dianalisis.
Beasley dan Huggins (1991), mengemukakan bahwa model ANSWERS
sebagai sebuah model hidrologi mempunyai kelebihan, antara lain :
1. Dapat mendeteksi sumber-sumber erosi di dalam DAS serta memiliki
kemampuan sebagai alat untuk strategi perencanaan dan evaluasi kegiatan
RLKT DAS.
2. Dapat mengetahui tanggapan DAS terhadap mekanisme pengangkutan
sedimen ke jaringan aliran yang ditimbulkan oleh kejadian hujan
3. Sebagai suatu paket program komputer yang ditulis dalam bahasafortran,
mempunyai kemampuan untuk melakukan simulasi hujan-limpasan dari
berbagai perubahan kondisi penggunaan lahan dalam DAS.
4. Untuk melakukan inputing data base (topografi, tanah, penggunaan lahan,
sistem saluran) ke dalam model dapat diintegrasikan dengan data dari
remote sensing maupun SIG.
5. Adanya variasi pemilihan parameterinput danoutput dari model
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
6. Sesuai untuk diterapkan pada lahan pertanian, hutan, maupun perkotaan.
7. Satuan pengukuran dapat berupa metrik ataupun British unit.
8. Dapat diterapkan pada DAS dengan ukuran lebih kecil dari 10.000 ha.
Sedangkan kekurangan model ANSWERS antara lain :
1) Semakin kompleks, terutama pada data perlukan dan waktu penghitungan,
dimana besarnya tergantung dari berbagai faktor, seperti luas DAS dan
jumlah grid.
2) Model terdistribusi relatif masih bari dibanding lumped parameter,
sehingga masih perlu pengembangan dan penyesuaian.
3) Karena hanya untuk tiap kejadian hujan (individual event), maka model ini
tidak memiliki sub model untuk evapotranspirasi.
4) Erosi dari saluran belum diperhitungkan ke dalam model.
5) Batas grid kemugkinan tidak menggambarkan batas yang sebenarnya.
6) Untuk sebuah grid dalam kenyataan dapat lebih besar dari luas sub-sub
DAS.
PENUTUP
Penggunaan model erosi skala DAS dengan parameter terdistribusi masih
terbatas pada skala penelitian. Disamping memerlukan input parameter yang
relatif banyak dan kompleks, input parameter model tersebut juga sering tidak
tersedia di lapangan. Model ANSWERS (areal non-point source watershed
environmental response simulation) merupakan model penduga erosi skala DAS
yang telah mulai banyak digunakan di Indonesia.
Walaupun masih mempunyai beberapa kelemahan, model tersebut
memberikan hasil pendugaan erosi yang cukup baik. Sinukaban (1997) telah
menggunakan model AGNPS untuk memprediksi aliran permukaan, erosi,
kehilangan nitrogen dan fosfor dan COD dari DAS seluas 10,4 hektar di wilayah
perbukitan. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil prediksi model tidak berbeda
secara stastistik dengan hasil pengukuran. Sedangkan Ginting dan Ilyas (1997)
yang melakukan simulasi berbagai penggunaan lahan dengan menggunakan
model ANSWERS di DAS Siluak, menyimpulkan bahwa model ANSWERS
memerlukan validasi lebih lanjut.
Disamping disebabkan adanya perbedaan ukuran raster sel dan DAS yang
digunakan, bervariasinya hasil dugaan model ANSWERS diduga terkait dengan
dinamika proses erosi pada suatu bentang lahan. Dinamika erosi terjadi akibat
bervariasinya jumlah dan intensitas hujan serta karakteristik permukaan lahan
yang mempengaruhi proses deposisi sedimen (barrier/filter). Sinukaban et al.
(2000) dan Susswein et al. (2001) menunjukkan bahwa jenis dan konfigurasibar
ier /fi lter sangat mempengaruhi jumlah erosi dan volume aliran permukaan yang
dihasilkan dari suatu bentang lahan dan wilayah DAS.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Aswandi. 1996. Aplikasi Model ANSWERS Dalam Perencanaan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cikapundung Jawa Barat. Tesis Magister.
Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Harto SBr. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Hidayat Y. 2002. Aplikasi Model ANSWERS dalam Mempredikasi Erosi
dan Aliran Permukaan di DTA Bodong Jaya dan DAS Way Besay Hulu,
Lampung Barat. Tesis Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Irianto G. 1993. Prediksi Aliran Permukaan, Laju Erosi dan Kualitasnya
Dengan Model ANWERS Untuk Mendukung Usaha Pemanfaatan Sumberdaya
Air dan Tanah pada Areal Waduk Batujai, NTB. Tesis Magister. Program
Pascasarjana, IPB. Bogor.
Pawitan H. 1995. Metode Analisis Sistem Hidrologi Dalam Pendugaan Erosi
dan Sedimen Daerah Aliran Sungai. Diskusi Penelitian Erosi dan Sedimentasi Di
Puslitbang PU Di Bandung.
Ramdan H. 1999. Aplikasi Model ANSWERS Dalam Pendugaan Erosi dan
Aliran Permukaan Di DTA Cikumutuk Sub DAS Cimanuk Hulu. Tesis Magister.
Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Rauf A. 1994. Aplikasi Model ANSWERS Untuk Analisis Respon Hidrologi
Sub DAS Palu Timur Sulwesi Tengah. Tesis Magister. Program Pascasarjana,
IPB. Bogor.