Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PANDU
(Video Dokumenter Tentang Potret Gerakan Pramuka Dalam Usahanya
Membentuk Karakter Bangsa)
Bondan Abdul Malik
Aryanto Budhy S
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
If honesty, discipline and hard work are the keys to be success, while the aim of
education is to develop student's potential for his successful life ahead, then that
is the the attitude and behavior that supposed to be developed in our education
system. Nowadays, education field's output is valued not relevant with what this
nation really needs.
Morality decadents slaps the governance real hard. The country expect youth
could handle the future in their hands, but they are now busy labeling themselves
with negative attributes. Scout is consist trying to drive, shape and evaluate the
development of youth character. This movement now is being left behind, but the
governance remains giving the support for the sake of shaping youth and nation
character.
What makes our nation character degrades to the lowest point and considered as
emergency alert? What kind of strategy that the governance supposed to prepare
to fix the morality decadents today? What is the interesting facts behind this
issue?
Keywords: Education, morality, scout , character
Pendahuluan
Manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya hewan. Manusia
adalah makhluk sosial dan budaya. Di samping kepandaian-kepandaian yang
bersifat jasmaniah, seperti merangkak, duduk, berjalan tegak, lari, naik sepeda,
makan dengan sendok, dan sebagainya, anak (manusia) juga membutuhkan
2
kepandaian-kepandaian yang bersifat rohaniah. Maka jelaslah kemudian,
apabila proses belajar (pendidikan) menjadi sangat penting bagi kehidupan
manusia.
Berbagai kasus moral telah menghiasi berbagai media massa, baik cetak
maupun elektronik, menjadi permasalahan yang terkesan biasa di mata
masyarakat kita sekarang, bukan sesuatu yang luar biasa dan tidak mengejutkan
lagi di pikiran kita. Akar masalahnya, apabila kita cermati lebih mendalam
sebenarnya ada suatu masalah yang sangat krusial namun kurang mendapat
perhatian yang serius bahkan cenderung diabaikan oleh bangsa ini, yaitu
masalah dekadensi moral, sebab berbagai masalah kejahatan tidak dapat
dilepaskan dengan masalah moral. Ketika tingkat moralitasnya rendah, maka
sangat berpotensi untuk melakukan kejahatan, namun sebaliknya ketika tingkat
moralitasnya tinggi, maka seseorang cenderung akan melakukan kebaikan.
Kementrian Pendidikan Nasional mensinyalir bahwa sumber dari musibah dan
bencana yang meluluhlantakkan moralitas bangsa ini adalah terabaikannya
pendidikan karakter.
Jika jujur, disiplin, kerja keras, dan seterusnya merupakan modal untuk
sukses, sedangkan tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi anak
didik agar sukses dalam kehidupan dikemudian hari, maka seharusnya sifat dan
perilaku itulah yang harus dikembangkan dalam pendidikan. Hal yang perlu
disepakati secara nasional adalah bahwa bagaimana memberantas perilaku
tidak terpuji itu melalui implementasi pendidikan karakter yang efektif bagi
seluruh warga sekolah. (Listyarti, 2012:5) Minimnya pendidikan moral dalam
pendidikan formal sehingga sekarang ini kaum muda mudah salah dalam
memilih pergaulan yang baik, disinilah peran Pramuka sebagai salah satu
kegiatan ekstrakurikuler untuk membenahi karakter kaum muda agar menjadi
karakter yang baik.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di
luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip
3
Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya
pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah
sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan
dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
“Bagaimana sistem pendidikan membentuk karakter siswa melalui gerakan
Pramuka dengan menyelenggarakan pendidikan karakter sebagai pondasi untuk
membangun bangsa bermartabat yang digambarkan melalui format film
dokumenter?”
Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah :
Memberi gambaran kepada masyarakat bahwa moral dan kemampuan
pengembangan diri harus berjalan beriringan agar tercipta produk sumberdaya
manusia yang seimbang melalui gerakan Pramuka.
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi
Menurut Onong (1990: 9) Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Komunikasi dapat berlangsung jika ada kesamaan makna mengenai apa yang
dibicarakan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan belum tentu
menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja
belum tentu dapat mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Sebuah
proses komunikasi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya,
4
mengerti bahasa yang digunakan, mengerti pula makna dari bahan
pembicaraan.
Little John (John, 1989: 5) mendefinisikan komunikasi sebagai
“communication is the process by which we understand others and it turn
endeavor to be understood by them. It is dynamic, constantly, changing and
shifting in response to the total situation.”
Berdasarkan paparan di atas, pikiran dan atau perasaan seseorang baru
akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila
ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambang-
lambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (content) dan lambang
(symbol)(Uchjana, 2001: 12).
Menurut Harold Lasswell, terdapat lima unsur dalam proses komunikasi
yang saling bergantung satu sama lain, antara lain (Mulyana, 2005: 62):
1. Sumber (source), yaitu semua pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi.
2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima,
baik itu verbal atau non-verbal.
3. Saluran atau media, yaitu alat yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesan kepada penerima.
4. Penerima (receiver), yaitu orang yang menerima pesan dari sumber.
5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut.
Onong (2001: 11) membagi proses komunikasi menjadi dua tahap, yakni
secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media
primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi secara
sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
5
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama.
b. Film Dokumenter Sebagai Media Komunikasi
Menurut Onong (2001: 26) Komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu. Fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat disederhana-
kan menjadi: menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate),
menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence)
Salah satunya dalam film dokumenter , layaknya laporan jurnalisme, film
dokumenter mampu merekonstruksikan realitas sosial atau fakta - fakta ke
dalam simbol audio visual. Dalam hal ini pada film dokumenter memenuhi
komponen komunikasi itu sendiri yaitu, pembuat film merupakan sumber atau
source yang mengirimkan sebuah pesan. Pesan atau message yang dimaksud
adalah sebuah ide mengangkat sebuah realitas, atau suatu fakta – fakta ke
dalam sebuah karya film dokumenter yang mempunyai film statement. Film
dokumenter berupa produk audio visual yang dibuat tersebut adalah sebuah
saluran atau media dari seorang pembuat film untuk menyampaikan pesan
kepada penonton filmnya.
Beberapa komponen tersebut, sebenarnya sudah dapat menunjang film
dokumenter yang berupa produk audio visual untuk bisa dikategorikan sebagai
salah satu media komunikasi.
c. Karakter
Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh
lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam
sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.(Samani, 2011:43)
Pendidikan karakter saat ini menjadi perhatian pada bidang pendidikan.
Pada saat ini pendidikan karakter di gencarkan mulai sejak usia dini. Banyak
kasus pada saat ini yang mencerminkannya karakter yang kurang baik. Seperti
6
tawuran, mencontek, video porno dan lain sebagainya. Di sinilah pendidikan
karakter diperlukan untuk merubah kepribadian kaum muda yang saat ini mulai
melenceng. Setiap orang pada dasarnya memiliki kepribadian dan karakter
yang berbeda beda. Dan kadang kala karakter dan kepribadian itu didapat dari
keturunan. Kepribadian tersebut juga dapat hilang, salah satu yang
memengaruhinya yaitu lingkungan di mana dia berada dan dengan siapa dia
bergaul.
Tujuannya adalah mengembangkan anak untuk memiliki tanggung jawab
moral dan menjadi pribadi yang disiplin. Pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dan penyelesaian konflik merupakan bagian penting dalam
pengembangan moral dan karakter.
Bapak pendiri bangsa, presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno,
menegaskan :
“Bangsa ini harus dibangun dengan karakter (character building) karena
Character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang
besar, maju dan jaya, serta bermartabat. Kalau Character building ini tidak
dilakukan, maka Indonesia akan menjadi bangsa kuli.
Jika jujur, disiplin, kerja keras, dan seterusnya merupakan modal untuk
sukses, sedangkan tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi anak
didik agar sukses dalam kehidupan dikemudian hari, maka seharusnya sifat dan
perilaku itulah yang dikembangkan dalam pendidikaan. Hal yang perlu
disepakati secara nasional adalah bahwa bagaimana memberantas perilaku
tidak terpuji itu memlalui implementasi pendidikan karakter yang efektif bagi
seluruh warga sekolah.
d. Pendidikan Karakter Bangsa Dan Pramuka
Nama Pramuka berasal dari bahasa Sansekerta. Sebenarnya, Pramuka
berasal dari kata praja, artinya warga, rakyat dalam suatu negara dan kata
moeda, artinya mereka yang berjiwa muda ataun masih muda apabila dilihat
dari segi usia (tujuh hinga 25 tahun), serta kata karana, artinya kesanggupan,
kemampuan, dan keuletan dalam berkarya.(Sarkonah, 2011:3) Pramuka
7
merupakan pendidikan di luar sekolah yang dilakukan di alam terbuka,
menantang, menyenangkan, kreatif, dan inovatif sehingga mampu membentuk
generasi muda yang berkepribadian, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
tinggi moral dan keterampilan serta berkarakter budi bawalaksana.
Gerakan Pramuka Indonesia merupakan nama organisasi pendidikan non -
formal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang diselenggarakan di
indonesia. Gerakan Pramuka memiliki fungsi sebagai wadah lembaga
pendidikan non-formal, yaitu pendidikan luar sekolah dan luar keluarga, tetapi
melengkapi keduanya dan menggunakan prinsip dasar metode kepramukaan
yang pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan keadaan, kepentingan zaman
serta perkembangan masyarakat indonesia.
Kegiatan Pramuka yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan
salah satu media potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu
akademik peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler digunakan sebagai wahana
pengembangan pribadi siswa melalui berbagai kegiatan baik yang terkait
langsung dengan materi kurikulum maupun tidak langsung dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari lembaga sekolah.(Muslich, 2011:86)
Sesuai dengan hal tersebut, maka untuk menumbuhkan karakter dapat
dilakukan dengan ekstrakurikuler salah satunya yaitu melalui kepramukaan. Di
dalam kepramukaan terdapat pelatihan-pelatihan yang membentuk siswa
menjadi pribadi mandiri dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka pasal 4 :
"Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap Pramuka agar memiliki
kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat
hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki
kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara
Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan
lingkungan hidup".
8
e. Film Dokumenter
John Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif
merepresentasikan realitas (Effendy, 2002: 11). Film dokumenter menyajikan
realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Kunci
utama dari dokumenter adalah penyajian fakta. Kekuatan utama yang dimiliki
film dokumenter terletak pada rasa keontentikan, bahwa tidak ada definisi film
dokumenter yang lengkap tanpa mengaitkan faktor-faktor subyektif
pembuatnya. Dengan kata lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari
kenyataan, melainkan ada proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan
oleh si pembuat film dokumenter.
Film dokumenter, selain mengandung fakta, ia juga mengandung
subyektivitas pembuat. Subyektivitas dalam arti sikap atau opini terhadap
peristiwa. Jadi ketika faktor manusia berperanan, persepsi tentang kenyataan
kan sangat tergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu (Sumarno,
1996: 13).
Sumarno (1996: 15) mengatakan bahwa film dokumenter yang baik adalah
yang mencerdaskan penonton. Sehingga kemudian film dokumenter menjadi
wahana yang tepat untuk mengungkap realitas, menstimulasi perubahan. Jadi
yang terpenting adalah menunjukkan realitas kepada masyarakat yang secara
normal tidak terlihat realitas itu.
Film dokumenter adalah salah satu media komunikasi. Film dokumenter
sangat tepat digunakan sebagai media komunikasi satu arah, mengingat film
dokumenter memuat konten fakta dan dapat lebih relevan untuk diyakini
kebenarannya. Dengan format audio-visual, keberadaan film dokumenter
berpengaruh dalam pembentukan pemikiran dan sikap khalayak tanpa
mempertimbangkan usia. Penyampaian komunikasi dalam film dokumenter ini
lebih menitik beratkan pada pemakain narasi dan narasumber, sehingga akan
lebih mudah dan cepat dipahami oleh masyarakat. Tampilan visual yang
diperlihatkan mengacu pada kejelasan penyampaian informasi realita yang
mempunyai kesan sederhana, tegas, minimalis dan berisi sebagaimana
umumnya sebuah dokumentasi film. Struktur bertutur film dokumenter
9
umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk
memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan.
Metodologi
Tugas akhir ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Pawito
(2007: 111) mengemukakan metode observasi (observation research)
dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala
komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural
masyarakat. Metode wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat
penting yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan
dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti. Kedua metode tersebut
bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan tugas akhir (Pawito, 2007: 132).
Di dalam film dokumenter ini, penulis melakukan observasi di dinas
pendidikan Boyolali dan beberapa sekolah guna mengetahui permasalahan
dilapangan terkait sistem pendidikan. Penulis juga melakukan wawancara
dengan pemerhati psikologis anak, juga salah satu dari legenda hidup
kepramukaan Indonesia, dan beberapa dosen FKIP UNS yang fokus dalam
kurikulum dan sistem pendidikan nasional.
Sajian dan Analisis Data
a. Judul
Pandu (Potret Gerakan Pramuka Dalam Usahanya Membentuk Karakter
Bangsa)
b. Lokasi
Bumi pekemahan Wonopotro, SD N 1 Mongkrong, kampus FKIP UNS
juga beberapa tempat di kota Solo dan Boyolali.
c. Durasi
19 menit 45 detik
d. Segmentasi
Masyarakat umum
10
e. Film Statement
Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa
dimaklumi. Sebab selama ini dirasakan proses pendidikan dirasakan belum
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan banyak
yang menyebut pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau
sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental
dan moralnya lemah.
Menjadi opsi berupa jalan keluar atas permasalahan dekadensi moral yang
menggerogoti generasi muda, Pramuka merupakan proses pendidikan dalam
bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang
dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode
kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi
pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang
disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan
bangsa Indonesia.
f. Ringkasan Film
Film dokumenter Pandu terdiri atas empat sekuen.
1. Sekuen I
Sekuen ini akan menjelasakan tentang apa itu karakter dan bagaimana
keluarga menjadi fondasi pembentukannya. Wawancara dilakukan kepada
Prof. Furqon Hidayatullah sebagai peneliti pendidikan karakter.
Film ini dibuka dengan penjelasan Prof. Furqon Hidayatullah tentang
karakter dan pembentukannya.
Karakter itu berasal dari bahasa Yunani maknanya adalah memahat,
memahat, memahat itu membentuk, maka karakter itu harus dibentuk
bukan diajarkan. Kalau tidak dilakukan tidak mungkin karakter akan
terbentuk, maka dengan pembiasaan itu sangat penting sekali karakter
akan bisa dibentuk. Fungsinya apa? Karakter itu untuk melandasi
kehidupan seseorang agar lebih baik. Itu karakter. (Wawancara Prof.
Furqon Hidayatullah, peneliti pendidikan karakter, 6 April 2015)
11
Gambar 1 : Prof. Furqon Hidayatullah
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2 : Aktivitas di taman
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3 : Nur Muhlashin, S. Psi., M.A.
Sumber : Dokumen Pribadi
Keluarga menjadi benteng yang utama dalam pembentukan karakter
anak, karena interaksi anak dan keluarga itu lebih banyak dan itu
berinteraksi sudah sejak lama, sejak kecil sampai dia menuju kedewasaan.
Pendidikan keluarga menjadi penting karena pendidikan keluarga adalah
yang utama, tentunya disamping ada pendidikan dibangku sekolah yang
sifatnya disitu membantu keluarga dalam proses pendidikan (Wawancara
Nur Muhlashin, S. Psi., M.A., pemerhati psikologi anak, 7 Juni 2015)
12
Karakter seorang anak terbentuk sejak dini, dalam hal ini peran keluarga
tentu sangat berpengaruh. Keluarga menjalankan peranannya sebagai suatu
sistem sosial yang dapat membentuk karakter serta moral anak.Keluarga tidak
hanya sebuah wadah tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Berawal dari
keluarga segala sesuatu pada diri anak akan berkembang. Dalam mensukseskan
pendidikan, keluarga berperan dalam memberikan pendampingan kepada anak.
Di samping itu, penciptaan suasana yang nyaman dan aman dari keluarga
kepada anak akan memberikan motivasi terhadap anak dalam menempuh
pendidikannya.
Gambar 4 : Pendidikan dalam keluarga
Sumber : Dokumen Pribadi
2. Sekuen II
Sekuen ini menjelaskan peran sekolah dalam mengembangkan karakter
generasi muda.
Pendidikan di Indonesia itu selama ini menjadi tumpuan pendidikan
karakter anak, untuk itu pendidikan di Indonesia ini harus terus-menerus
dibenahi,system pendidikannya, kemudian kurikulumnya, SDM nya,
fasilitasnya, lingkungan sekolahnya, dan lain-lainnya. Perlu tahapan-
tahapan yang jelas, perlu proses yang panjang untuk membenahi
pendidikan kita.. (Wawancara Nur Muhlashin, S. Psi., M.A., pemerhati
psikologi anak, 7 Juni 2015)
13
Gambar 5 : Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 6 : Prof. Dr. Joko Nurkamto, M. Pd.
Sumber : Dokumen Pribadi
Kurikulum menjadi pedoman pembelajaran di sekolah, maka sebagai
pedoman itu harus selalu di review dan di revisi apabila perlu untuk
supaya sesuai dengan kemajuan iptek dan kebutuhan masyarakat, karena
kebutuhan masyarakat itu kan selalu berkembang kemudian iptek juga
selalu berubah, begitu. Oleh karena itu kalau kurikulum kemudian tidak
diperbaharui maka kita akan tertinggal. (Wawancara Prof. Dr. Joko
Nurkamto, M. Pd. Dosen pengembang kurikulum UNS, 29 Juni 2015)
Gambar 7 : Kegiatan Siswa Di Luar Sekolah
14
3. Sekuen III
Sekuen ini akan menjelaskan bahwa kegiatan ekstra sebagai wadah
penyaluran bakat minat yang berlandaskan pendidikan karakter. Serta
statement dari narasumber yang menitik beratkan pada pencarian jati diri
seorang anak yang membutuhkan ruang untuk berekspresi. Tanpa wadah yang
dilengkapi dengan pendampingan dan pengawalan dapat berakibat negative
bagi diri mereka sendiri maupun lingkungan.
Gambar 8 : Sudaryoko, S.P.d.
Sumber : Dokumen Pribadi
Eh, pada zaman sekarang untuk kegiatan ekstrakurikuler itu harus
bersinergi, berkeseimbangan, berkesinambungan dengan kegiatan yang
ada di eh, kegiatan akademik. Yang tidak luput juga harus
berkesinambungan dan bersinergi dengan apa yang ada dirumah.
Biasanya anak-anak itu kegiatan-kegiatan yang dilakukan dirumah itu
adalah suatu manivestasi pencerminan apa yang dilakukan disekolahan.
(Wawancara Sudaryoko, S.P.d. pembina Pramuka SMP N 1 Wonosegoro,
15 Agustus 2015)
Setiap satuan pendidikan harus membuat program pendidikan karakter
bagi siswanya baik dalam kegiatan intra maupun ekstrakurikuler secara terpadu
yang didukung dengan pelaksanaan pengawasan serta evaluasi. Melalui
kegiatan Pramuka yang merupakan organisasi pendidikan nonformal dengan
menyelenggarakan bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, terarah dan
dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan. Sasarannya
15
adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur yang disesuaikan
dengan kepentingan dan perkembangan bangsa.
Dengan kegiatan Pramuka tersebut kami yakin dengan kondisi Negara
kita atau dunia yang saat seperti ini saya yakin dengan pendidikan
kepramukaan yang dilatih setiap harinya seperti ini akan membentuk
karakter dari anak-anak tersebut membuat moral mereka menjadi semakin
peka semakin sensitive untuk berbuat lebih baik. (Wawancara Sudaryoko,
S.P.d. pembina Pramuka SMP N 1 Wonosegoro, 15 Agustus 2015)
Gambar 9 : Kegiatan Kesenian
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 10 : Upacara Pramuka
Sumber : Dokumen Pribadi
4. Sekuen IV
Sekuen ini akan berisi penjelasan mengenai kegiatan Pramuka sebagai opsi
penting dalam membentuk karakter bangsa. Serta kesimpulan dan pandangan
16
dari Ponk yang sudah lima puluh tahun lebih menjadi aktivis Pramuka di Solo .
Wawancara dilakukan kepada Sudaryoko, S.P.d. juga kepada Ponk.
Bahkan ada orang, Pramuka itu kok adanya cuman nyanyi dan tepuk
tangan gitu. Padahal itu penting, disamping itu ke-euforiaannya itu
melalui tepuk. Bahkan tepuknya tidak asal tepuk seperti di stadion sepak
bola itu, asal gitu, tetapi ada iramanya. Kalau tepuknya tidak sama itu
artinya dia tidak disiplin dalam tepuk itu sendiri, sepelekan. Hehehe
(Wawancara Ponk, Aktivis Pramuka senior, 3 Agustus 2015)
Gambar 11 : Wawancara Ponk
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 12 : Menyanyi Dan Menari
Sumber : Dokumen Pribadi
Dalam kegiatan kepramukaan tidak asing lagi kita mengenal adanya kode
kehormatan, janji yang dinamakan janji trisatya dan dasadarma. Yang
kedua hal itu atau kedua pokok yang sering kita dengarkan itu adalah
menjadikan suatu ruh, jantung, hati sekaligus menjadi aliran darah urat
nadi dari kegiatan kepramukaan. Dimana trisatya apabila diamalkan
otomatis akan mengamalkan juga dasadarma, dua hal itu tidak mungkin
17
akan terpisahkan, trisatya dan dasadarma. (Wawancara Sudaryoko, S.P.d.
pembina Pramuka SMP N 1 Wonosegoro, 15 Agustus 2015)
Gambar 13 : Melatih Disiplin Melalui Baris-berbaris
Sumber : Dokumen Pribadi
Kesimpulan
Kesimpulan dalam tugas akhir ini, antara lain:
a. Berbagai kasus kenakalan remaja yang disebabkan karena degradasi moral
merupakan permasalahan yang krusial namun kurang mendapat perhatian
yang serius bahkan cenderung diabaikan oleh bangsa ini.
b. Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia bisa
dimaklumi, sebab selama ini proses pendidikan dirasakan belum berhasil
membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang
menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau
sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi
mental dan moralnya lemah.
c. Kegiatan Pramuka yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan
salah satu media potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan
mutu akademik peserta didik
18
Saran
Saran yang diajukan dan diharapkan untuk Kesenian Ketoprak dan
Ketoprak di Pati pada khususnya, serta untuk masyarakat pada umumnya, antara
lain:
a. Jika jujur, disiplin, kerja keras, dan seterusnya merupakan modal untuk
sukses, sedangkan tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi anak
didik agar sukses dalam kehidupan dikemudian hari, maka seharusnya
sifat dan perilaku itulah yang harus dikembangkan dalam pendidikan.
b. Hal yang perlu disepakati secara nasional adalah bahwa bagaimana
memberantas perilaku tidak terpuji itu melalui implementasi pendidikan
karakter yang efektif bagi seluruh warga sekolah.
c. Dengan masih aktifnya kegiatan Pramuka di Boyolali dan lewat tugas
akhir ini agar aktivis Pramuka di berbagai daerah lain dapat melihat dan
mengetahui bahwa kader-kader perubahan masih menancapkan pancang
kepanduan.
d. Pemerintah dalam hal ini melalui dinas pendidikan agar lebih
memperhatikan, perkembangan mental dan karakter siswa didik agar
tujuan pendidikan nasional dapat terpenuhi.
Daftar Pustaka
Effendy, Heru. (2002). Mari Membuat Film. Yogyakarta: Panduan.
Effendy, Onong Uchjana. (2001). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Listyarti, Retno. (2012). Pendidikan karakter dalam metode aktif, inovatif dan
kreatif. Jakarta: Erlangga Group.
Littlejohn, Stephen W. (1989). Theories of Human Communication 3th ed.
Belmont: Wadsworth Publishing Company.
Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
Samani, Muchlash. (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sumarno, Marselli. (1996). Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
19
Sarkonah. (2011). Panduan Pramuka. Bandung : CV. Nuansa Aulia
Tubbs, Stewart L., Sylvia Moss. (1996). Human Communication: Konteks-
Konteks Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.