33
Abstract Science and technology, better known by the acronym “IPTEK” may not be separated because they are an integral and an important role in the progress, prosperity and civilization of a nation. Indonesian nation must immediately reposition themselves and willing to learn from other people and from past experience to be a “lessons learned” in developing and focusing on the quality of education, culture, and knowledge, employment, economic infrastructure and regional autonomy to be further based on “science and technology” in order to the develop a new Indonesia. The application of science and technology for the management of marine resources are directed to the sustainable utilization of marine resources for prosperity and welfare of Indonesian people, especially the coastal communities that have been marginalized. Thereforesupport of science and technology are focused on: (1) Acquisition, development and implementation are needed in order to optimize the utilization and sustainable management of marine resources; (2) development and application of marine biotechnology for pharmaceutical industry, food, cosmetics through extraction techniques of bioactive substances or marine natural product from marine species; (3) development of exploration and explotation technology of non renewable natural resources;; (4) development and application of non coventional technology to utilize energy 1

orasi_ilmiah

Embed Size (px)

Citation preview

Abstract

Science and technology, better known by the acronym “IPTEK” may not be separated because they are an integral and an important role in the progress, prosperity and civilization of a nation. Indonesian nation must immediately reposition themselves and willing to learn from other people and from past experience to be a “lessons learned” in developing and focusing on the quality of education, culture, and knowledge, employment, economic infrastructure and regional autonomy to be further based on “science and technology” in order to the develop a new Indonesia.

The application of science and technology for the management of marine resources are directed to the sustainable utilization of marine resources for prosperity and welfare of Indonesian people, especially the coastal communities that have been marginalized. Thereforesupport of science and technology are focused on: (1) Acquisition, development and implementation are needed in order to optimize the utilization and sustainable management of marine resources; (2) development and application of marine biotechnology for pharmaceutical industry, food, cosmetics through extraction techniques of bioactive substances or marine natural product from marine species; (3) development of exploration and explotation technology of non renewable natural resources;; (4) development and application of non coventional technology to utilize energy resources for example OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), kinetic energy of ocean tides and waves, as well as development ofenvironmentafriendly and sustainable alternative energy source; (5) acquisition, development,implementation and management of waste treatment technologies in the coastal and marine region; (6) Other applications of science and technology applicable in variety of areas related to development of marine and maritime technology.

1

In an effort to improve fisheries products into value-added fishery products to increase fishermen income and employment, the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries has started programming the industrialization of fisheries, one of which is through the development of biotechnology industry focused in the pharmaceutical.

Higher Education, as one of the developers of human resources,sciences and technologies, have a very important role. The role of an educational institution is to produce qualified human resources and graduates that have relevancy to the needs of the society, science and technology transfer to the community, as well as to perform a variety of community activities. These role are reflected in the “Tridharma Perguruan Tinggi”: education, research and community empowerment.

2

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENGEMBANGAN IPTEK DAN INDUSTRI

BIOTEKNOLOGI KELAUTAN

Oleh:Bachrulhajat Koswara

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Yang terhormat,

Bapak Rektor/Ketua Senat Universitas Padjadjaran;Para Pembantu Rektor;Para Dekandan Para Direktur di lingkungan Universitas Padjadjaran;Para Guru Besar dan seluruh Anggota Senat FPIK Unpad;Seluruh staf pengajar dan staf administrasi FPIK Unpad;Para mahasiswa;Para undangan dan hadirin lainnya.

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.Salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, bahwa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kita telah diberi berbagai kenikmatan sehingga kita dapat hadir dan berkumpul bersama di ruangan ini dalam rangka menghadiri puncak acara Dies Natalis ke-7 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3

Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan rasa terimakasih saya kepada Ibu Dekan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengisi puncak acara Dies ini dengan “orasi ilmiah.” Selain itu, momentum yang sangat baik ini, saya ingin pergunakan pula untuk “pamitan” atau “undur diri” sehubungan dengan masa bakti saya di fakultas tercinta ini sudah habis alias sudah pesiun terhitung sejak 10 Mei 2012. Ini sebagai akibat dari kebijakan Dirjen DIKTI yang tidak memperpanjang lagi batas usia pensiun saya yang seharusnya sampai tanggal 10 Mei 2013. Oleh karena itu, pada kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan permohonan maaf saya yang terakhir kepada pimpinan fakultas, rekan-rekan staf pengajar, para karyawan, dan para mahasiswa, apabila selama 39 tahun saya bergaul dengan saudara-saudara terdapat ucapan maupun tindakan saya yang tidak berkenan di hati saudara-saudara. Demikian sebagai kata pengantar.

Selanjutnya, izinkan saya untuk menyampaikan orasi ilmiah ini dengan judul:

“Peran Perguruan Tingggi Dalam Pengembangan IPTEK danIndustri Bioteknologi Kelautan”

Bangsa Indonesia patut bersyukur kepada Tuhan YME, karena negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil, telah dikaruniai sumberdaya alam yang berlimpah dan beragam baik di darat maupun di laut. Potensi sumberdaya alam di darat telah banyak dimanfaatkan baik untuk kegiatan industri, pertanian maupun kegiatan lainnya, sedangkan potensi sumberdaya alam di laut yang notabene jauh lebih besar jika dibandingkan dengan di darat, belum dimanfaatkan secara optimal, antara lain karena paradigma pembangunan nasional kita yang masih berorientasi ke wilayah darat (land based oriented) dan bukan ke wilayah laut (marine

4

based oriented). Selain itu, belum optimalnya produksi yang dihasilkan sektor perikanan terutama disebabkan rendahnya produktivitas nelayan dalam kegiatan perikanan tangkap. Rendahnya produktivitas nelayan disebabkan tiga faktor utama, yaitu: Pertama, sebagian besar nelayan merupakan nelayan tradisional dengan teknologi penangkapan yang tradisional pula, sehingga kapasitas tangkapnya rendah. Hal ini sekaligus mencerminkan rendahnya kualitas sumberdayamanusia (SDM) nelayan dan kemampuan IPTEK penangkapan ikan. Kedua, adanya ketimpangan tingkat pemanfaatan stok ikan antar kawasan perairan laut. Di satu pihak, terdapat kawasan-kawasan perairan mengalami kondisi overfishing, seperti Selat Malaka, Pantai Utara Jawa, Selat Bali, dan Sulawesi Selatan. Sebaliknya masih banyak kawasan perairan laut yang tingkat pemanfaatan sumberdaya ikannya belum optimal atau bahkan belum terjamah sama sekali. Ketiga, telah terjadinya kerusakan lingkungan ekosistem laut, seperti kerusakan hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun (seagrass beds) yang merupakan habitat ikan dan organisme laut lainnya untuk berpijah, mencari makan, atau membesarkan diri (nursery ground). Kerusakan lingkungan ini juga disebabkan oleh pencemaran, baik yang berasal dari kegiatan manusia di darat maupun di laut.

Peran IPTEK dalam Pembangunan Bangsa

Ilmu Pengetahuandan Teknologi atau yang lebih kita kenal dengan singkatan IPTEK tidak mungkin dipisahkan karena keduanya merupakan satu kesatuan yang berperan penting dalam kemajuan, kesejahteraan dan peradaban suatu bangsa. Menurut Habibie (2004), peran penting IPTEK dalam pembangunan bangsa diantaranya adalah: (1) Meningkatkan nilai pemikiran, keterampilan, kualitas pelayanan, nilai produk perangkat lunak dan keras; (2) Meningkatkan produktivitas dan efisiensi suatu proses nilai tambah; (3) Meningkatkan daya saing SDM; dan (4)

5

Mengamankan masa depan dan kualitas kehidupan dan ketentraman yang semakin meningkat kualitasnya melalui pendampingan.

Beranjak dari peran penting IPTEK bagi pembangunan bangsa tersebut, untuk mengejar berbagai ketinggalan dari bangsa lain yang lebih maju, bangsa Indonesia harus secepatnya mereposisi diri dan mau belajar dari bangsa lain dan belajar dari pengalaman masa lalu untuk menjadi “lesson learned” dalam menyelesaikan dan memperhatikan kualitas pendidikan, kebudayaan dan pengetahuan, lapangan kerja, prasarana ekonomi dan otonomi daerah yang berbasis IPTEK dalam rangka menuju Indonesia baru. Setidaknya ada empat fokus utama pengembangan IPTEK untuk mendukung hal tersebut, yaitu: (1) Ilmu dasar yang harus dilaksanakan karena memiliki sifat khas dan menentukan kualitas kehidupan, baik fisik maupun non fisik di Indonesia; (2) IPTEK terapan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dan yang akan dihadapi; (3) IPTEK terapan untuk pencegahan terjadinya masalah pada jangka menengah dan jangkapanjang; (4) IPTEK harus mampu melayani masyarakat melalui pendampingan dan penyuluhan.

Untuk menuju bangsa yang lebih maju dan makmur, upaya penerapan IPTEK menjadi masalah penting. Untuk itu perlu ada upaya transfer IPTEK yang dipaduserasikan dan menyesuaikan dengan teknologi yang ada dengan menciptakan teknologi baru. Ada tiga alasan penting upaya alih IPTEK (transfer of knowledge) yaitu, persaingan internasional semakin bersifat “technology driven” dipacu oleh teknologi, siklus perkembangan produk dan proses baru menjadi semakin pendek, dan keungggulan komparatif suatu negara (ekonomi) atau perusahaan terus menerus dipengaruhi berbagai perubahan.

Saat ini perlombaan menciptakan, menguasai dan menerapkan teknologi (industri) baru memang telah menempatkan negara-

6

negara berkembang termasuk Indonesia dalam kedudukan yang tidak menguntungkan karena mereka tidak dapat berada di baris terdepan. Bagi kebanyakan negara berkembang, teknologi baru tidak dapat dikembangkan sendiri di dalam negeri, tetapi harus diimpor dari luar sehingga ketergantungan pada teknologi luar sangat tinggi. Tetapi, upaya memperolehnya dari luar banyak mengalami hambatan yang berkaitan dengan masalah hak milik intelektual (property rights) dan atau biaya transfer teknologi yang cukup tinggi. Selain itu, kesulitan yang dihadapi juga bersumber pada keterbatasan sumber finansial dan SDM.

Peran IPTEK dalam Pembangunan Kelautan

Bumi Indonesia terkenal dengan sebutan benua maritim Indonesia, karena besaran luasnya seperti benua tetapi sifatnya maritim. Di dalam benua maritim Indonesia terkandung potensi berbagai sumberdaya alam yang berlimpah dan sangat berpotensi menopang pembangunan ekonomi nasional jika dioptimalkan. Hal ini dapat terealisasi jika dalam pemanfaatannya profesional, berbasis IPTEK, dan didukung SDM yang tangguh di bidang kelautan dan kemaritiman.

Berbagai potensi sumberdaya kelautan seperti sumberdaya alam hayati (ikan, udang, terumbu karang, rumput laut, dll), sumberdaya alam non hayati (bahan tambang, energi, mineral, pasir laut, dll), dan jasa lingkungan laut (transportasi, ecotourism, dll) sampai saat ini masih belum digarap secara optimal untuk kemakmuran rakyat, justru yang terjadi adalah pemanfaatan yang bersifat merusak, seperti pencurian ikan, pengeboman, dan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Untuk itu hal yang penting dalam mengembangkan kelautan berbasis industri adalah penetapan, penjabaran dan konsistensi menjaga visi seperti pembelajaran yang diperoleh dari visi pembangunan kelautan di negara-negara kemaritiman terkemuka di dunia (Korea Selatan, Norwegia,

7

Singapura, dll), sehingga dari adanya visi yang jelas ini akan menjadi pengantar dalam merancang perkembangan dan penguasaan IPTEK dan industri maritim seperti halnya di negara-negara tersebut.

Penerapan IPTEK untuk pengelolaan sumberdaya kelautan diarahkan pada pemanfaatan sumberdaya kelautan yang berkelanjutan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pesisir yang selama ini termarjinalkan. Karena itu dukungan IPTEK difokuskan pada: (1) Penguasaan, pengembangan dan penerapan yang dibutuhkan dalam rangka optimasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan, (2) Pengembangan dan penerapan bioteknologi kelautan baik untuk industri farmasi, makanan, kosmetika melalui teknik ekstraksi bioactive substances atau marine natural products, (3) Pengembangan dan penerapan teknologi eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam tidak dapat pulih (pertambangan), (4) Pengembangan dan penerapan teknologi pendayagunaan potensi sumberdaya energi non konvensional seperti OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), energi kinetik dari pasang surut dan gelombang laut, serta energi alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, (5) Penguasaan, pengembangan dan penerapan teknologi pengolahan limbah di kawasan pesisir dan lautan serta pengendaliannya, (6) Penerapan IPTEK lain untuk berbagai bidang terkait dengan pengembangan teknologi kelautan dan kemaritiman.

Peran IPTEK dalam Pebangunan Perikanan

IPTEK di bidang perikanan, baik perikanan tangkap, budidaya maupun pascapanen serta bidang-bidang pendukungnya sedang berkembang pesat di negara-negara yang telah maju dan ini sangat mungkin untuk dapat diakses dan dimanfaatkan bagi pembangunan

8

perikanan di Indonesia, bahkan beberapa telah dimanfaatkan dengan baik.

Kondisi perairan tropis Indonesia memberikan karakteristik sumberdaya yang bersifat multispecies dan lebih cepat rusak, dimana ini berbeda dengan karakteristik sumberdaya daerah subtropis yang pada umumnya species tunggal dan iklimnya membuat relatif lebih tahan terhadap kerusakan. Tantangan pada perikanan tangkap adalah mengembangkan metode-metode pengkajian stok yang dipakai di daerah subtropis sehingga dapat sesuai untuk pengkajian sumberdaya yang multispecies. Hasil kajian ini akan sangat berguna sebagai dasar dalam pengelolaan dan pengembangan sumberdaya dimaksud.

Sementaraitu di bidang akuakultur, masalah pembenihan, pakan dan penyakit serta tata ruang terutama wilayah pantai menjadi masalah yang penting dalam pembangunan perikanan, sehingga dukungan IPTEK yang sesuai dengan kondisi sumberdaya dan lingkungan di Indonesia adalah mutlak.

Di bidang pascapanen, diperlukan IPTEK untuk pengembangan produk baru baik pangan maupun non-pangan. Pemanfaatan jenis-jenis ikan yang bernilai rendah (biasanya non-target species) dan limbah perikanan dimaksudkan untuk mendapatkan nilai tambah dan lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya ikan.

Pengembangan Industri Bioteknologi Kelautan

Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi pembangunan (ekonomi) kelautan yang sangat besar dan beragam. Sedikitnya terdapat sembilan sektor ekonomi kelautan yang dapat dikembangkan guna memajukan dan memakmurkan Indonesia, salah satu diantaranya adalah sektor industri bioteknologi kelautan. Potensi ekonomi industri

9

bioteknologi kelautan sangatlah besar, yaitu berupa industri farmasi (seperti Omega-3, squalence, viagara, dan sun-chlorela), industri kosmetika, bioenergi, dan industri lainnya. Secara potensial, nilai ekonomi total dari produk perikanan dan bioteknologi kelautan Indonesia diperkirakan sebesar 82 miliar dollar AS per tahun. Indonesia memiliki potensi produksi rumput laut 18 juta ton rumput laut kering per tahun. Oleh sebab itu, fokus industri bioteknologi kelautan adalah untuk menghasilkan produk semi-refined dan refined (produk akhir) rumput laut jenis karaginan, alginat, dan agarosa untuk industri farmasi, kosmetik, diary products, tekstil, cat, dan industri lainnya.

Berbagai penelitian menyatakan bahwa kekayaan sumber hayati laut tidak hanya sebagai penyumbang nutrisi (protein, karbohidrat, lipida dan mineral) bagi manusia, tetapi lebih dari pada itu hayati laut mengandung senyawa bioaktif dan biotoksin yang berpaedah untuk pengembangan sediaan farmasetika seperti obat anti kanker.

Jika potensi hayati laut yang ada di Indonesia tereksploitasi dengan baik dalam bentuk sediaan farmasi, maka nilai ekonomi kelautan dan aspek farmasetika bisa mencapai 4 sampai 5 kali lebih besar dari potensi ekonomi bersumber dari ikan. Dengan demikian harapan besar dari sektor farmasetika laut akan berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Permasalahan kini, sektor ini belum berkembang sedangkan penelitian sudah membuktikan kemampuan hayati laut di laut nusantara bagi industri farmasi laut cukup besar dan terjamin keberlanjutannya. Kurang berkembangnya sektor ini diakibatkan kajian-kajian dari para peneliti tidak diikuti dengan link-up ke dunia usaha atau pelaku bisnis.

Dalam upaya meningkatkan produk-produk perikanan menjadi produk-produk perikanan yang bernilai tambah bagi peningkatan pendapatan nelayan dan penyerapan tenaga kerja, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) kini mulai memprogramkan

10

industrialisasi perikanan salah satunya adalah melalui pengembangan industri bioteknologi di bidang farmasetika.

Orientasi Pendidikan dan Proses Alih IPTEK

Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, di era globalisasi saat ini, arus informasi atau perkembangan IPTEK akan memberi dampak signifikan terhadap penerimaan dan kesiapan masyarakat untuk memaknai posisi dirinya dalam perkembangan teknologi serta perubahan lingkungan di sekitarnya. Kecendrungan ini tentu harus diantisipasi oleh dunia pendidikan jika ingin menempatkan pendidikan sebagai agen pembangunan dan perkembangan yang tidak ketinggalan zaman. Pendidikan harus mampu menyiapkan SDM bukan hanya sebagai penerima arus informasi namun juga mampu memberi bekal agar dapat mengelola, menyesuaikan dan mengembangkan apa yang diterimanya melalui perkembangan teknologi tersebut.

Industrialisasi sebagai wujud perubahan teknologi telah mengubah struktur masyarakat dari yang bersifat agraris ke masyarakat industri yang berbudaya serta massal. Karena itu orientasi industri cenderung kepada tuntutan kebutuhan massal atau pasar. Kecenderungan ini perlu diperhitungkan oleh dunia pendidikan. Kajian yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat industri harus menjadi acuan dalam sistem pendidikan.

Kaitannya dengan uraian di atas, fungsi pendidikan bukan saatnya lagi berorientasi sebagai wahana menyiapkan SDM siap pakai, namun pendidikan harus sudah berfungsi sebagai wahana mempersiapkan SDM yang adaptif, kreatif dan mampu bersifat entrepreneurship dalam arti mampu menerima, menyesuaikan dan mengembangkan arus perubahan yang terjadi dalam lingkungannya secara cepat dan tepat. Secara umum, permasalahan pendidikan di Indonesia yang relatif tertinggal dibandingkan

11

beberapa negara tetangga, disebabkan adanya kesenjangan kuantitas dan kualitas.

Kesenjangan kuantitas pada sistem pendidikan di Indonesia, biasanya disebabkan kesenjangan antara tenaga peneliti lulusan pendidikan dengan jumlah penduduk yang besar. Secara perhitungan manual, jumlah peserta belajar dan jenjang sekolah dasar sampai jenjang pendidikan tinggi menunjukkan angka yang menurun. Jumlah kelompok usia murid sekolah dasar dapat ditampung di sekolah-sekolah yang bersangkutan. Tetapi ada hal yang memprihatinkan, yaitu diprediksi hanya 50 persen meneruskan ke sekolah lanjutan pertama dan kemudian tinggal kurang lebih 27 persen yang masuk sekolah lanjutan atas. Hal ini dikarenakan keterbatasan daya tampung pada sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas, termasuk di dalamnya keterbatasan jumlah guru, bangunan dan penyempurnaan kurikulum. Dari sisi kuantitas kondisi tersebut merupakan salah satu faktor berkurangnya jumlah mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi sebagai sarjana termasuk di dalamnya sarjana peneliti.

Kualitas hasil pendidikan sangat tergantung pada kesesuaian visi dan misi serta tujuan pendidikan dengan program pembangunan yang dipengaruhi oleh materi kurikulum dan cara memberi pelajaran. Kedua hal ini merupakan unsur-unsur yang akan dibawa lulusan dan akan menjadi dasar pola kerja dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaannya. Materi pelajaran tentu akan sangat tergantung pada kurikulum, sedangkan cara mengajar yang akan membentuk pola pikir hasil pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh guru dan dosen yang memberikan pendidikan.

Selain itu, kesenjangan materi pendidikan sangat sulit diukur tetapi memang dirasakan bahwa kesenjangan tersebut ada, terutama dalam penerapan ilmu-ilmu teknik dan eksakta. Untuk itu perlu suatu pemikiran dan pengkajian khusus yang mendalam

12

hubungan antara materi pendidikan dan keperluan pelaksanaan tugas untuk menunjang pembangunan.

Program Peningkatan Kualitas SDM

Berdasarkan tingkat pendidikannya, struktur tenaga kerja di sektor kelautan dan perikanan, mayoritas tidak tamat SD, sebagian besar atau sekitar 79,5 persen tidak lulus SD, 19,6 persen hanya tamat SD, 1,9 persen berpendidikan SLTP, 1,4 persen berpendidikan SLTA, dan hanya 0,03 persen berpendidikan D3 atau S1. Dengan struktur pendidikan seperti itu, sulit untuk dapat meningkatkan produktivitas usaha perikanan mereka.

Rendahnya kualitas SDM seperti disebutkan di atas, merupakan penyebab rendahnya produktivitas. Sementara itu produktivitas yang rendah akan menyebabkan rendahnhya pendapatan, dan pendapatan yang rendah menyebabkan kemiskinan nelayan. Dan masalah kemiskinan nelayan inilah yang menjadi penyebab dari ketidakmampuan nelayan untuk meningkatkan kualitasnya, sehingga inovasi teknologi dan transfer pengetahuan tidak terjadi.

Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM di sektor kelautan dan perikanan, Pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan telah membuat suatu program peningkatan kualitas SDM melalui Diklat dan Pemberdayaan. Tujuan program ini adalah menghasilkan SDM perikanan yang bermoral, profesional, dan berjiwa bahari. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan: (1) mengembangkan pendidikan tinggi perikanan yang setara dengan negara lain, (2) mengembangkan pendidikan kejuruan perikanan sesuai dengan kebutuhan pembangunan perikanan, (3) mengembangkan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia perikanan, (4) mengembangkan dan memberdayakan masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan perikanan industri.

13

Melalui program tersebut di atas, diharapkan penyediaan tenaga teknis tingkat tinggi diperoleh melalui perguruan tinggi baik di bawah KKP maupun di bawah Depdikbud. Pada saat ini tercatat sebanyak 59 buah perguruan tinggi perikanan dan kelautan, 11 buah di bawah KKP dan 48 di bawah Depdikbud.

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui program pendidikan kejuruan, Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai tahun ini (2012) akan membina sekolah menengah kejuruan bidang kelautan dan perikanan di seluruh Indonesia. Menurut Sjarief Widjaja, Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan, pembinaan akan dilakukan melalui penyaluran dana kepada sembilan sekolah usaha perikanan menengah negeri (SUPMN) di seluruh Indonesia, yaitu SUPMN yang berada di Aceh, Lampung, Tegal, Bone, Pontianak, Kupang, Ambon, Pariaman dan Sorong. Sementara ini terdapat 167 sekolah kelautan dan perikanan yang dibina Kemdikbud dan sembilan sekolah yang dibina Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kompas, 11 Juni 2012).

Peningkatan Daya Saing Bangsa

Sementara itu, program peningkatan kualitas SDM melalui Perguruan Tinggi di bawah Depdikbud ke depan diarahkan pada tiga isu utama, yaitu: peningkatan daya saing bangsa (nation’s competitiveness), otonomi (authonomy) pengelolaan pendidikan, dan peningkatan kesehatan organisasi (organizational health) penyelenggara pendidikan tinggi. Ketiga isu utama itu merupakan kebijakan dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang tertuang dalam Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003-2010 (Higher Education Long Term Strategy, HELTS 2003-2010).

Dengan daya saing bangsa diartikan bahwa suatu bangsa akan semakin bergantung pada pengetahuan (knowledge) yang dimiliki

14

dan dikuasainya dan sebaliknya suatu bangsa semakin tidak bergantung lagi pada kekayaan sumberdaya alam dan tenaga kerja yang murah. Ketidakbergantungan pada sumberdaya alam diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam memanfaatkan dan memroses sumberdaya alam tersebut sebelum dilemparkan ke pasar global. Demikian pula halnya SDM yang banyak hanya akan dapat mendukung pertumbuhan bila disertai dengan penguasaan pengetahuan yang memadai.

Laboratorium Sebagai Wahana Pengembangan IPTEK

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran sebagai pengembangan dari Jurusan PerikananFakultas PertanianUniversitas Padjadjaran didirikan berdasarkan Surat Dirjen Dikti Nomor 2015/D/T/2005 tanggal 27 Juni 2005 kemudian dikukuhkan dengan Surat Keputusan Rektor Unpad Nomor 1197/J06/Kep/KP/2005 tanggal 7 Juli 2005. Jurusan Perikanan sendiri didirikan pada tahun 1965 yang merupakan perwujudan dari keinginan rakyat dan Pemerintah Daerah Jawa Barat untuk lebih mengembangkan sub sektor perikanan melalui pengadaan tenaga ahli di bidang perikanan. Ahli-ahli yang dihasilkan tersebut diharapkan dapat menjadi katalisator dan dinamisator pembangunan, khususnya pembangunan sub sektor perikanan. Sekarang, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran sudah bukan lagi milik daerah tapi sudah menjadi milik nasional bahkan internasional. Dengan demikian, eksistensipendidikan tinggi perikanan di Universitas Padjadjaran sudah ada sejak 47 tahun lalu.

FPIK Unpad pada saat ini memiliki dua program studi, yaitu Program Studi Perikanan dan Program Studi Ilmu Kelautan. Selain itu, FPIK Unpad memiliki enam laboratorium yang berdasarkan hasil lokakarya kurikulum (20-21 April 2012) perlu ditambah lima

15

laboratorium lagi untuk Program Studi Ilmu Kelautan. Selain untuk kegiatan praktikum dan riset mahasiswa, laboratorium dimaksudkan pula sebagai kelompok bidang ilmu para dosen yang sesuai dengan kompetensinya. Tiap laboratorium seyogyanya juga ditunjang dan dilengkapi dengan berbagai unit perlengkapan riset dan praktikum mahasiswa. Melalui kelompok-kelompok bidang ilmu inilah, mereka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai dosen, yaitu melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Tiap laboratorium dipimpin oleh seorang Kepala Laboratorium yang idealnya seorang seorang Guru Besar. Terkait dengan IPTEK, maka laboratorium ini juga merupakan wahana pengembangan IPTEK.

Penutup

Perguruan Tinggi sebagai salah satu pengembang SDM dan IPTEK memiliki peran yang sangat penting. Peran dari sebuah institusi pendidikan ini adalah mencetak SDM yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, transfer IPTEK kepada masyarakat, serta melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Peran-peran tersebut tercermin dalam Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Terkait dengan rencana Program Studi Ilmu Kelautan yang akan menerapkan konservasi dan pemanfaatan sumberdaya hayati laut berbasis bioteknologi sebagai kompetensi utamanya, disarankan agar ditunjang dengan sarana dan prasarana pendukungnya, serta dibangun kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan industri bioteknologi kelautan. Sekian uraian yang dapat saya sampaikan, terimakasih atas segala perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan.

16

Selamat memperingati dan merayakan Dies Natalis ke-7 FPIK Unpad, semoga di bawah pimpinan tenaga muda sebagai generasi penerus, FPIK Unpad akan menjadi lebih maju lagi.

Billahit taufiq walhidayah,Wassalamu’alaikum, wr.wb.

17

Daftar Pustaka

Dahuri, R.2002. Kebijakan dan Program Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan di Era Globalisasi. Makalah disampaikan pada Dialog dan Rakernas VI HIMAPIKANI di UMM Malang, 20 April 2002.

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. 2006. Kumpulan Pemikiran Tentang Teknologi Perikanan Tangkap Yang Bertanggungjawab.

Dewan Kelautan Indonesia. 2012. Term of Reference Seminar Potensi, Peluang dan Tantangan Pengembangan Industri Farmasetika Laut di Indonesia. Jakarta, 22 Februari 2012.

FPIK UNPAD. 2012. Hasil Lokakarya Kurikulum Ilmu Kelautan. Bandung, 20-21 April 2012.

Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI). 2002. Menggapai Cita-cita Luhur: Perikanan Sebagai Sektor Andalan Nasional.

Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Perencanaan Nasional (BAPPENAS). 2005. Perspektif Strategi Pembangunan Perikanan Indonesia (2005-2010).

Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN). 2006. Enam Puluh Tahun Perikanan Indonesia. MPN Jakarta.

Pratikto, W.A. 2005. Menjual Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautam dan Perikanan Republik Indonesia.

---o--

18

CURRICULUM VITAE

Nama : Bachrulhajat KoswaraTempat dan Tanggal Lahir : Garut, 10 Mei 1943NIP : 194305101973031001Pangkat : Pembina Utama MadyaGolongan : IV/dJabatan : Guru BesarAlamat Rumah : Jalan Setra Dago Barat No.7, Kompleks Setra Dago Antapani, Bandung-40291

PENDIDIKAN FORMAL:1973 : Sarjana Perikanan (S1), Jurusan Perikanan, Faperta UNPAD.1985 : Magister Sains (S2), Jurusan Ilmu Perairan, Fakultas Pascasarjana, IPB.1999 : Doktor (S3), Program Pascasarjana, UNPAD

19

PENDIDIKAN NON FORMAL:1979 : Penataran Tenaga Akademis Tingkat Lokal Dalam Rangka Usaha Perbaikan dan Peningkatan Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi, Unpad.1979 : Penataran NKK Unpad.1980 : Penataran P-4 Tingkat Propinsi DT I Jawa Barat Angkatan xxx7.1985 : Program Akta Mengajar V Unpad.1985 : Penataran P-4 Pola Pendukung 100 jam dan OPSPEK Unpad.1987 : Kursus Dasar-Dasar Analisis Dampak Lingkungan, PPSDAL-UNPAD.1987 : Computer Workshop (Use of Computers in Fisheries Sciences), PPSDAL-UNPAD1990 : Kursus Singkat Pengelolaan Air Limbah Industri, PAU-Bioteknologi, ITB.1991 : A Course of Studies on Applied Aquatic Ecology, Reading University.1996 : Kursus Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), PPSDAL- UNPAD

PEKERJAAN TETAP:1973 - 2012 : Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad.1979 - 1984 : Sekretaris SPLPP Faperta Unpad.1979 - 1984 : Staf Sub Biro PAP Faperta Unpad.1986 - 1989 : Ketua Jurusan Perikanan Faperta Unpad (1)1992 - 1995 : Pembantu Dekan III Faperta Unpad.1993 - 1995 : Wakil Ketua KORPRI Sub Unit Faperta Unpad.2003 - 2005 : Ketua Jurusan Perikanan Faperta Unpad (2)2003 - 2005 : Ketua Program DIII Agribisnis Faperta Unpad.2005 - 2009 : Dekan pertama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad.

20

2 Februari 2009 s/d 30 September 2009: Koordinator Pascasarjana FPIK Unpad (dalam proses integrasi)

1.Organisasi Profesi: 1983 - 1986 : Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Jawa Barat. 1984 - 1987 : Dewan Pengurus ISPIKANI (Ikatatan Sarjana Perikanan Indonesia) Cabang Jawa Barat 1973 - 1981 : Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Jawa Barat 2003 - 2011 : Anggota Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN)

2.Organisasi Sosial: 1996 - 1999 : Ketua Bidang Organisasi & Kelembagaan, Badan Kontak Warga Indonesia Asal Garut (WI-ASGAR) 1983 - 1986 : Ketua Persatuan Orang Tua Mahasiswa (POMA), Komisariat Fakultas Sastra Unpad. 1984 - 1987 : Ketua Umum Persatuan Orang Tua Mahasiswa (POMA), Unpad.

PIAGAM PENGHARGAAN:1998 : “Satya Karya Bhakti” dari Rektor Unpad.2002 : “Satyalancana Karya Sapta 20 tahun” dari Presiden R.I.

PENGALAMAN DI LUAR PEKERJAAN TETAP:Sebagai Tenaga Akhli Perikanan dan Lingkungan pada berbagai Konsultan.

21

SEBAGAI PERINTIS KERJASAMA DENGAN UNIVERSITAS/LEMBAGA LUAR NEGERI:

1981 : Dengan University of Reading, Reading, Inggris.2006 : Dengan Tokyo University of Marine Science and Technology, Tokyo, Jepang.2008 : Dengan University of Skovde, Skovde, Swedia.2009 : Dengan James Cook University, Townsville, Austraalia.2009 : Dengan FAO (the Food and Agriculture Organization of the United Nations) dalam penerbitan buku “Bioeconomic Analysis of Fisheries,” Edisi Bahasa Indonesia. 2012 : Penjajagan kemungkinan kerjasama dengan UTSA (The University of Texas at San Antonio), Texas, Amerika Serikat

Catatan :

22