Company LOGO Penatalaksanaan Asma TUGAS REFERAT Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter Diajukan Oleh : Rizma Alfiani Rachmi,S.Ked (J51010024) Sandhya Putri Arisanti,S.Ked (J51010022) Nourma Yustia Sari,S.Ked (J51010045) Safira Tsaqifani Lathifah,S.Ked (J51010044) Pembimbing : dr.Nia Marina,Sp.P KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
PowerPoint TemplateDiajukan Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
Pendahuluan
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas
yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada
akibat penyumbatan saluran napas, termasuk kelompok penyakit
saluran pernapasan kronik.1 Penyakit ini merupakan salah satu dalam
10 besar penyebab rawat inap di Rumah sakit dan merupakan peringkat
ke-5 penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian di Rumah
Sakit pada tahun 2010. Penyakit tidak menular merupakan penyakit
kronis yang menyebabkan penderita serba terbatas aktivitasnya.
Selain itu, penyakit ini memerlukan perhatian lebih karena
merupakan penyebab kematian tertinggi jika dibandingkan dengan
penyakit menular lain.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi dan elemennya yang berhubungan dengan
hipereaktivitas bronkus, sehingga menyebabkan episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk terutama
malam atau dini hari. Perburukan tersebut berkaitan dengan luasnya
peradangan, variabilitas, beratnya obstruksi jalan napas yang
bersifat reversible baik spontan ataupun dengan pengobatan.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Etiologi
Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan oleh
semacam reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh normal
terhadap alergen, yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi
kebanyakan orang yang peka. Alergen menyebabkan alergi pada
orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot saluran nafas
menjadi mengkerut dan selaput lendir menjadi menebal. Selain
produksi lendir yang meningkat, dinding saluran nafas juga menjadi
membengkak. Saluran nafas pun menyempit, sehingga nafas terasa
sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma biasanya sudah ada
sejak kecil. Asma dapat kambuh apabila penderita mengalami stres
dan hamil, yang merupakan salah satu stress secara psikis dan
fisik, sehingga daya tahan tubuh selama hamil cenderung menurun,
daya tahan tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan tersebar
infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Faktor Pencetus
Alergen adalah zat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat
menimbulkan serangan asthma, misalnya debu rumah, tungau
(Dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, serpih kulit kucing,
bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.
Infeksi Saluran Nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza
merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan
asthma bronkiale. Diperkirakan dua pertiga penderita asthma dewasa,
serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas.
Polutan
Pasien asthma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik
/ kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan
oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
Obat-obatan
Beberapa pasien asthma Bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat
tertentu seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan
sebagainya
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Gambaran klinis
Gejala asma bervariasi yaitu batuk berulang, sesak napas, rasa
berat di dada, napas berbunyi (mengi); dan tidak ada gejala yang
khas asma karena berbagai gejala tersebut diatas juga dapat
ditemukan pada kondisi gangguan/penyakit pernapasan lainnya,
misalnya bronchitis, PPOK pada orang tua, dan lain-lain.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dan disebabkan oleh
hiperreaktivitas saluran napas yang melibatkan beberapa sel
inflamasi terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag,
neutrofil dan sel epitel yang menyebabkan pelepasan mediator
seperti histamin dan leukotrin yang dapat mengaktivasi target
saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi, kebocoran
mikrovaskular, edema dan hipersekresi mukus. Inflamasi saluran
napas pada asma merupakan proses yang sangat kompleks melibatkan
faktor genetik, antigen dan berbagai sel inflamasi, interaksi
antara sel dan mediator yang membentuk proses inflamasi
kronik.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Beberapa kondisi yang dapat mendukung diagnosis, yaitu:
Disertai gejala lainnya yang tersering rhinitis alergik
Disertai gejala atopi (rhinitis alergi, konjungtivitis alergik dan
dermatitis atopi)
Mempunyai riwayat alergi dalam keluarga
Jika mendapat batuk pilek (common cold / nasofaringitis akut
berlangsung lama (>10hari) dan sering komplikasi ke saluran
napas bawah
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan fisik
dapat normal. Kelainan pemeriksaan fisik yang paling sering
ditemukan adalah mengi pada auskultasi.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Pemeriksaan penunjang
- Obstruksi jalan napas
Variabilitas faal paru
2. Pengukuran APE
Pengukuran APE dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan
monitoring asma. Kelebihan penilaian faal paru dengan APE adalah
alat peak flow rate meter yang tidak mahal, portable, plastik dan
ideal untuk pasien melakukan di rumah sehari-hari sebagai penilaian
objektif obstruksi jalan napas.
3.Uji Provokasi Bronkus
4.Tes alergi
Uji alergi untuk menilai status alergi. Terdapat hubungan yang erat
antara asma dengan rinitis alergika sehingga terdapatnya kondisi
alergi (rinitis alergi atau penyakit alergi lainnya) meningkatkan
probabilitasdiagnosis asma pada pasien dengan pernapasan yang
konsisten asma.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
1.Edukasi
Meningkatkan pemahaman (penyakit asma secara umum dan pola penyakit
asma)
Meningkatkan ketrampilan (dalam penanganan asma)
Meningkatkan kepuasan
Penilaian dilakukan secara berkala 1-6 bulan dan monitoring saat
penatalaksanaan asma. Frekuensi kunjungan tergantung dari beratnya
asma dan kesanggupan dalam memonitori asmanya. Follow up dilakukan
pertama kali saat < 1 bulan setelah kunjungan awal.pada setiap
kunjungan ditanyakan kondisinya semakin membaik/memburuk.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
Identifikasi dilakukan dengan berbagai pertanyaan mengenai beberapa
hal yang dapat sebagai faktor pencetus (allergen, pajanan
lingkungan kerja, polutan & iritan, asap, refluks
gastrointestinal & sensitive dengan obat-obatan).
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Merupakan medikasi jangka panjang yang paling efektif untuk
mengontrol asmadan pilihan bagi pengobatan asma persisten (ringan
sampai berat).
2) Kortikosteroid sistemik
3) Stadium kromoglikat
Metalsantin
Leukotrien modifiers
Termasuk pelega adalah :
Kortikosteroid sistemik
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyarankan stepdown
therapy untuk penanganan asma yaitu memulai pengobatan dengan
menekan inflamasi jalan nafas dan mencapai keadaan asma terkontrol
sesegera mungkin, dan menurunkan terapi sampai seminimal mungkin
dengan tetap mengontrol asma..
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Asma intermiten
Asma persisten ringan
Terapi utama pada asma persisten ringan adalah antiinflamasi setiap
hari dengan glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah (200-400 ug
BD/hari atau 100-250 ug FP/hari). Terapi lain adalah bronkodilator
(agonis beta-2 kerja singkat)
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Asma persisten sedang
Penderita asma persiste sedang membutuhkan obat pengontrol setiap
hari untuk mencapai asma terkontrol dan mempertahankannya. Jika
penderita hanya mendapatkan glukokortikosteroid inhalasi rendah
(<400 uh BD) dan belum terkontrol, maka harus ditambahkan agonis
beta-2 kerja lama inhalasi. Jika masih belum terkontrol, dosis
glukortikosteroid inhalasi dapat dinaikkan.
Asma persisten berat
Tujuan terapi pada keadaan ini adalah mencapai kondisi sebaik
mungkin, gejala seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal
mungkin, faal paru (APE) mencapai nilai terbaik, variability APE
seminimal mungkin dan efek samping obat seminimal mungkin.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Kunjungan ke darurat gawat, ke dokter karena serangan akut
Kebutuhan obat pelega meningkat (bukan akibat infeksi pernapasan /
exercise induced asthma)
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Penilaian berat serangan merupakan kunci pertama penanganan
serangan akut. Langkah berikutnya adalah meberikan pengobatan yang
tepat, selanjutnya menilai respon pengobatan, dan memahami tindakan
apa yang sebainya dilakukan pada penderita (pulang, observasi,
rawat inap, intubasi, ventilator, ICU, dll)
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Oksigen : untuk mencapai saturasi O2 ≥ 90% dan dipantau dengan
oksimetri
Agonis beta-2
Glukokortikosteroid
Antiibiotik
Tidak rutin kecuali pada keadaan disertai infeksi bakteri
(pneumonia, bronchitis akut, sinusitis) yang ditandai gejala sputum
purulen dan demam.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Pertimbangan erdasarkan berat serangan, repon pengobatan baik
klinis maupun faal paru.
VEP1 / APE sebelum pengobatan awal < 25% niali terbaik/prediksi
atau VEP1/APE < 40% nilai terbaik.prediksi setalah pengobatan
diberikan.
Penderita berpotensi untuk dipulangkan,jika VEP1/APE 40-60% nilai
terbaik/prediksi setelah pengobatan awal, dengan diyakini tindak
lanjut adekuat dan kepatuhan berobat.
Pemderita dengan respon pengobatan awal memberikan VEP1/APE >
60% nilai terbaik/prediksi, umumnya dapat dipulangkan
Kriteria perawatan intensif / ICU :
Serangan berat dan tidak berespon walau telah diberikan pengobatan
adekuat
Penurunan kesadaran dan gelisah
Gagal napas yang ditunjukkan dengan AGDA PaO2 < 60 mmHg dan atau
paCO2 > 45 mmHg, saturasi O2 ≤ 90% pada anak.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Kesimpulan
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas
yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada
akibat penyumbatan saluran napas, termasuk kelompok penyakit
saluran pernapasan kronik
Faktor pencetus merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
terjadinya perburukan atau timbul eksaserbasi. Berbagai rangsangan/
stimuli termasuk dalam faktor pencetus yaitu allergen, infeksi
virus pernapasan, polutan, dan obat-obatan.
Terkontrol
parsial
Tidak
terkontrol
Gejala siang ≤ 2 x/ minggu > 2 x/ minggu 3 atau lebih
keadaan
terkontrol
Gejala malam/bangun
waktu malam
Fungsi paru
- Gejala < 1x/minggu