23
Company LOGO Penatalaksanaan Asma TUGAS REFERAT Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter Diajukan Oleh : Rizma Alfiani Rachmi,S.Ked (J51010024) Sandhya Putri Arisanti,S.Ked (J51010022) Nourma Yustia Sari,S.Ked (J51010045) Safira Tsaqifani Lathifah,S.Ked (J51010044) Pembimbing : dr.Nia Marina,Sp.P KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

office-ppt-template-002.ppt

Embed Size (px)

Citation preview

PowerPoint TemplateDiajukan Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
Pendahuluan
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas, termasuk kelompok penyakit saluran pernapasan kronik.1 Penyakit ini merupakan salah satu dalam 10 besar penyebab rawat inap di Rumah sakit dan merupakan peringkat ke-5 penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian di Rumah Sakit pada tahun 2010. Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang menyebabkan penderita serba terbatas aktivitasnya. Selain itu, penyakit ini memerlukan perhatian lebih karena merupakan penyebab kematian tertinggi jika dibandingkan dengan penyakit menular lain.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi dan elemennya yang berhubungan dengan hipereaktivitas bronkus, sehingga menyebabkan episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk terutama malam atau dini hari. Perburukan tersebut berkaitan dengan luasnya peradangan, variabilitas, beratnya obstruksi jalan napas yang bersifat reversible baik spontan ataupun dengan pengobatan.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Etiologi
Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan oleh semacam  reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh normal terhadap alergen, yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi kebanyakan orang yang peka. Alergen menyebabkan alergi pada orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot saluran nafas menjadi mengkerut dan selaput lendir menjadi menebal. Selain produksi lendir yang meningkat, dinding saluran nafas juga menjadi membengkak. Saluran nafas pun menyempit, sehingga nafas terasa sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma biasanya sudah ada sejak kecil. Asma dapat kambuh apabila penderita mengalami stres dan hamil, yang merupakan salah satu stress secara psikis dan fisik, sehingga daya tahan tubuh selama hamil cenderung menurun, daya tahan tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan tersebar infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Faktor Pencetus
Alergen adalah zat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan serangan asthma, misalnya debu rumah, tungau (Dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.
Infeksi Saluran Nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan dua pertiga penderita asthma dewasa, serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas.
Polutan
Pasien asthma  sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
Obat-obatan
Beberapa pasien asthma Bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Gambaran klinis
Gejala asma bervariasi yaitu batuk berulang, sesak napas, rasa berat di dada, napas berbunyi (mengi); dan tidak ada gejala yang khas asma karena berbagai gejala tersebut diatas juga dapat ditemukan pada kondisi gangguan/penyakit pernapasan lainnya, misalnya bronchitis, PPOK pada orang tua, dan lain-lain.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dan disebabkan oleh hiperreaktivitas saluran napas yang melibatkan beberapa sel inflamasi terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel yang menyebabkan pelepasan mediator seperti histamin dan leukotrin yang dapat mengaktivasi target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema dan hipersekresi mukus. Inflamasi saluran napas pada asma merupakan proses yang sangat kompleks melibatkan faktor genetik, antigen dan berbagai sel inflamasi, interaksi antara sel dan mediator yang membentuk proses inflamasi kronik.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Beberapa kondisi yang dapat mendukung diagnosis, yaitu:
Disertai gejala lainnya yang tersering rhinitis alergik
Disertai gejala atopi (rhinitis alergi, konjungtivitis alergik dan dermatitis atopi)
Mempunyai riwayat alergi dalam keluarga
Jika mendapat batuk pilek (common cold / nasofaringitis akut berlangsung lama (>10hari) dan sering komplikasi ke saluran napas bawah
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan fisik dapat normal. Kelainan pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Pemeriksaan penunjang
- Obstruksi jalan napas
Variabilitas faal paru
2. Pengukuran APE
Pengukuran APE dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan monitoring asma. Kelebihan penilaian faal paru dengan APE adalah alat peak flow rate meter yang tidak mahal, portable, plastik dan ideal untuk pasien melakukan di rumah sehari-hari sebagai penilaian objektif obstruksi jalan napas.
3.Uji Provokasi Bronkus
4.Tes alergi
Uji alergi untuk menilai status alergi. Terdapat hubungan yang erat antara asma dengan rinitis alergika sehingga terdapatnya kondisi alergi (rinitis alergi atau penyakit alergi lainnya) meningkatkan probabilitasdiagnosis asma pada pasien dengan pernapasan yang konsisten asma.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
1.Edukasi
Meningkatkan pemahaman (penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma)
Meningkatkan ketrampilan (dalam penanganan asma)
Meningkatkan kepuasan
 
Penilaian dilakukan secara berkala 1-6 bulan dan monitoring saat penatalaksanaan asma. Frekuensi kunjungan tergantung dari beratnya asma dan kesanggupan dalam memonitori asmanya. Follow up dilakukan pertama kali saat < 1 bulan setelah kunjungan awal.pada setiap kunjungan ditanyakan kondisinya semakin membaik/memburuk.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
Identifikasi dilakukan dengan berbagai pertanyaan mengenai beberapa hal yang dapat sebagai faktor pencetus (allergen, pajanan lingkungan kerja, polutan & iritan, asap, refluks gastrointestinal & sensitive dengan obat-obatan).
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Merupakan medikasi jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asmadan pilihan bagi pengobatan asma persisten (ringan sampai berat).
2) Kortikosteroid sistemik
3) Stadium kromoglikat
Metalsantin
Leukotrien modifiers
Termasuk pelega adalah :
Kortikosteroid sistemik
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyarankan stepdown therapy untuk penanganan asma yaitu memulai pengobatan dengan menekan inflamasi jalan nafas dan mencapai keadaan asma terkontrol sesegera mungkin, dan menurunkan terapi sampai seminimal mungkin dengan tetap mengontrol asma..
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Asma intermiten
Asma persisten ringan
Terapi utama pada asma persisten ringan adalah antiinflamasi setiap hari dengan glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah (200-400 ug BD/hari atau 100-250 ug FP/hari). Terapi lain adalah bronkodilator (agonis beta-2 kerja singkat)
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Asma persisten sedang
Penderita asma persiste sedang membutuhkan obat pengontrol setiap hari untuk mencapai asma terkontrol dan mempertahankannya. Jika penderita hanya mendapatkan glukokortikosteroid inhalasi rendah (<400 uh BD) dan belum terkontrol, maka harus ditambahkan agonis beta-2 kerja lama inhalasi. Jika masih belum terkontrol, dosis glukortikosteroid inhalasi dapat dinaikkan.
Asma persisten berat
Tujuan terapi pada keadaan ini adalah mencapai kondisi sebaik mungkin, gejala seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal mungkin, faal paru (APE) mencapai nilai terbaik, variability APE seminimal mungkin dan efek samping obat seminimal mungkin.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Kunjungan ke darurat gawat, ke dokter karena serangan akut
Kebutuhan obat pelega meningkat (bukan akibat infeksi pernapasan / exercise induced asthma)
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Penilaian berat serangan merupakan kunci pertama penanganan serangan akut. Langkah berikutnya adalah meberikan pengobatan yang tepat, selanjutnya menilai respon pengobatan, dan memahami tindakan apa yang sebainya dilakukan pada penderita (pulang, observasi, rawat inap, intubasi, ventilator, ICU, dll)
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Oksigen : untuk mencapai saturasi O2 ≥ 90% dan dipantau dengan oksimetri
Agonis beta-2
Glukokortikosteroid
Antiibiotik
Tidak rutin kecuali pada keadaan disertai infeksi bakteri (pneumonia, bronchitis akut, sinusitis) yang ditandai gejala sputum purulen dan demam.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Pertimbangan erdasarkan berat serangan, repon pengobatan baik klinis maupun faal paru.
VEP1 / APE sebelum pengobatan awal < 25% niali terbaik/prediksi atau VEP1/APE < 40% nilai terbaik.prediksi setalah pengobatan diberikan.
Penderita berpotensi untuk dipulangkan,jika VEP1/APE 40-60% nilai terbaik/prediksi setelah pengobatan awal, dengan diyakini tindak lanjut adekuat dan kepatuhan berobat.
Pemderita dengan respon pengobatan awal memberikan VEP1/APE > 60% nilai terbaik/prediksi, umumnya dapat dipulangkan
Kriteria perawatan intensif / ICU :
Serangan berat dan tidak berespon walau telah diberikan pengobatan adekuat
Penurunan kesadaran dan gelisah
Gagal napas yang ditunjukkan dengan AGDA PaO2 < 60 mmHg dan atau paCO2 > 45 mmHg, saturasi O2 ≤ 90% pada anak.
Company Logo
COMPANY LOGO
Company Logo
Kesimpulan
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas, termasuk kelompok penyakit saluran pernapasan kronik
Faktor pencetus merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya perburukan atau timbul eksaserbasi. Berbagai rangsangan/ stimuli termasuk dalam faktor pencetus yaitu allergen, infeksi virus pernapasan, polutan, dan obat-obatan.
 
 
Terkontrol
parsial
Tidak
terkontrol
Gejala siang ≤ 2 x/ minggu > 2 x/ minggu 3 atau lebih
keadaan
terkontrol
Gejala malam/bangun
waktu malam
Fungsi paru
- Gejala < 1x/minggu