NKRI Di Ujung Tanduk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis merapatnya para kiai di kubu prabowo

Citation preview

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    / Agama, Analisis, Politik / NKRI di Ujung Tanduk: Balada Perselingkuhan Para Kiai NU

    NKRI di Ujung Tanduk: BaladaPerselingkuhan Para Kiai NU

    20 June 2014 Irza A. Syaddad

    Harian Indoprogress

    ADA yang menarik dari perkembangan konstelasi politik baru-baru ini. Sejumlah kiai dan tokoh

    Nahdlatul Ulama (NU) terlihat merapat dan memberi dukungan kepada kubu Prabowo. Sebut saja

    Kiai Maimun Zubair, pengasuh salah satu pesantren di Sarang, Rembang, yang juga menjadi

    petinggi di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Selain Kiai Maimun, Ketua Umum PBNU, Kiai Said

    Aqil Siradj juga menjadi back up capres yang notabene mantan Danjen Kopassus itu. Bahkan,

    diisukan pula pemimpin Jamiyyah Ahlith Thariqah al-Mutabarah an-Nahdliyyah (JATMAN), Habib

    Luthfi bin Yahya mengeluarkan fatwa wajib kepada warga nahdliyin untuk memilih Prabowo.

    Harian Indoprogress Logika Lembar Kebudayaan Oase Left Book

    Jurnal

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Poster kampanye Kiai Said Aqil Siradj untuk kemenangan Prabowo yang terdapat di tepi jalan sekitar

    komplek Madrasah Miftahul Huda (MMH), Tayu Wetan, Tayu, Pati. Di dekat itu pula tinggal Kiai Abdul

    Mujib Sholeh, pengasuh dan putra pendiri MMH. (Fotografer: Risa)

    Bukannya bermaksud untuk kampanye capres dari partai sebelah, namun peristiwa merapatnya

    beberapa tokoh dan kiai NU ke Prabowo ini menimbulkan banyak pertanyaan di khalayak umum.

    Terutama dari para pemuda NU. Bagaimana bisa, NU yang memiliki ideologi multikulturalisme ini

    bergabung dengan capres yang berkoalisi dengan partai-partai dan organisasi-organisasi yang

    berhaluan kanan-fundamentalis? Bagaimana mungkin, mereka yang berhaluan berbeda dapat

    dipersatukan di dalam pertarungan politik?

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Kendati tidak terima, ketika akan mengangkat tema ini, saya sempat dihinggapi rasa pakewuh,

    sungkan. Pantaskah seseorang yang hanya santri ini, mengritik beliau-beliau yang berada di level

    kiai, suhu agama? Seketika itu pula, saya teringat dengan berbagai kisah yang dituturkan semasa

    berada di pesantren. Kisah para kiai yang weruh sedurunge winarah, kiai yang sudah mengetahui

    apa yang akan terjadi.

    Walau demikian, tulisan ini bukanlah untuk mencari pembenaran, alih-alih mengadili dan

    menggugat keputusan para kiai. Adanya tulisan ini -semoga- hanya bermaksud untuk ngalap

    berkah semangat dinamika keilmuan pada masa empat serangkai imam madzhab. Bukankah

    keempatnya, walaupun belajar dari Qur`an dan hadis yang sama, tapi menelurkan keputusan yang

    berbeda? Bahkan, di dalam tubuh madzhab sendiri terdapat istilah ashab, para cendekiawan yang

    berbeda pendapat dengan keputusan para pendirinya.

    Mengapa Harus (Kiai) NU?

    Bagi sebagian pembaca, adanya tulisan ini mungkin akan disikapi sebagai ungkapan sentimental,

    atau bisa jadi pernyataan primordial terhadap tokoh-tokoh organisasi lain. Mengapa harus NU?

    Mengapa bukan Muhammadiyah, atau organisasi Islam lainnya? Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut

    Tahrir Indonesia (HTI), misalnya.

    Selain sentimen karena saya orang NU, ada alasan lain yang melatarbelakangi penulisan ini.

    Pertama, para tokoh dan kiai NU menerapkan politik dua pijakan. Yaitu, sebagian berada di kubu

    Prabowo-Hatta, dan lainnya berada di kubu Jokowi-Kalla. Manuver seperti ini tidak nampak di

    organisasi tetangganya, yang sama-sama mengantongi jumlah massa yang banyak,

    1

    2

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Muhammadiyah. Bahkan, dalam suatu forum resmi, Amin Rais yang termasuk sesepuh

    Muhammadiyah, malah meneriakkan slogan Hidup Prabowo. Dia juga menjamin, pasangan

    Prabowo-Hatta akan menerima 85 persen suara dari anggota Muhammadiyah.

    Alasan kedua, diakui atau tidak, selama ini, corong multikulturalisme yang paling keras suaranya

    adalah dari NU. Terlebih pada masa Gus Dur masih hidup. Ini dibuktikan dengan adanya

    perlindungan yang diperoleh para pemeluk agama ilegal. Ahmadiyah contohnya. Gus Dur juga

    menetapkan hari raya Imlek sebagai hari libur nasional. Selain itu, bersama-sama dengan

    Muhammadiyah, NU juga membuat manifesto keragaman yang kemudian tertuang dalam buku

    Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Transnasional di Indonesia.

    Alasan ketiga, NU mempunyai rekam jejak yang agak suram pada masa orde lama. Pada tahun

    1965, NU berangkulan dengan militer dan organisasi lainnya melakukan pembersihan berdarah

    atas Partai Komunis Indonesia (PKI). NU menggarisbawahi pernyataan, bahwa ia tidak sendirian

    dalam pembantaian tersebut. Semua orang tahu, bahwa peristiwa yang terkenal dengan sebutan

    G30S PKI itu dicerca juga dipuja. Menyelamatkan kesucian Pancasila sekaligus membantai ribuan

    nyawa. Karena inilah, PBNU kemudian membuat buku yang berisi pledoi atas sikapnya pada masa

    itu. [4] Sekarang, seperti dj vu, peristiwa NU yang berkoalisi dengan militer terjadi kembali.

    Memang benar, bahwa Prabowo telah hengkang dari militer, bahkan diberhentikan secara tidak

    hormat. Namun, tidak menutup kemungkinan jika dia masih memiliki akses dan mengetahui

    lingkaran elit di negeri ini. Ini terlihat dari kemudahannya melenggang menuju pilpres 2014.

    Padahal dia terjerat banyak kasus, salah satunya adalah penghilangan 13 aktivis ketika goro-goro

    1998 terjadi. Maka, dikhawatirkan, jika kerja sama antara NU dan militer ini akan menimbulkan

    ekses politik sekali lagi. Dan di masa mendatang, NU mungkin akan membuat buku putih lagi.

    3

    4

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Alasan terakhir, simpatisan dan massa yang berafiliasi dengan NU sangat besar. Walau bersifat cair

    dan belum ada struktur hirarkhis yang jelas, massa NU terbagi di kantong-kantong yang dipimpin

    oleh kiai. Dengan kata lain, seorang kiai dapat memobilisir santri dan bawahannya untuk

    mengikuti pendapatnya. Realitas ini tentu dapat diselewengkan untuk kepentingan politik. Terlebih

    bagi kiai kampung yang minim pengetahuan perpolitikan dan mempunyai pengikut yang fanatik.

    Apapun yang disabdakan oleh gurunya, para santri hanya sendhiko dawuh.

    Poster fatwa Habib Luthfi yang masih kontroversial.

    Ini dikarenakan prinsip Habib Luthfi adalah NKRI,5

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    tapi laskar Prabowo, FPI, menginginkan khilafah. (Sumber: Facebook)

    Prabowo, Laskar Radikal dan Militer

    Prabowo, Laskar Radikal dan Militer. Sungguh koalisi yang hebat, gagah dan nampak tegas.

    Menurut saya, ketiganya diikat oleh chemistry berupa seragam. Seragam yang saya maksud di sini

    bukan pakaian resmi yang dipakai oleh suatu kelompok sebagai tanda identitasnya, namun

    seragam dalam arti penyeragaman, unifikasi sampai purifikasi. Yang mendasari pernyataan ini

    adalah latar belakang dan program kerja ketiganya. Prabowo berasal dari militer yang menjunjung

    tinggi kedisiplinan dan kekompakan. Banyak juga anak buahnya semasa di militer ikut bergabung

    di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Hematnya, Gerindra bisa dikatakan sebagai tempat

    reuni mereka. Sedangkan laskar radikal menginginkan negara yang berdasarkan atas ideologi yang

    mereka usung. Entah itu khilafah, atau sebatas formalisasi syariat. Karena para kiai dan tokoh NU

    memasuki grup lempeng galeng, maka sebelum menjawab apa motif koalisi mereka, kita kupas

    dulu tritunggal ini.

    Barangkali, biografi Prabowo tidak perlu disebutkan di sini. Pembaca dapat mengetahui perjalanan

    kehidupan dan karir Prabowo di situs (tendensiusnya) selamatkanindonesia.com. Tapi, karena milik

    pribadi, tentunya ada banyak sekali polesan di sana-sini. Kabar yang sedang santer dibicarakan

    akhir-akhir ini adalah soal komandonya kepada Tim Mawar pada tahun 1997-1998 untuk

    mengamankan sejumlah aktivis. Walau sempat dianulir, namun adanya surat pencopotannya

    berikut penyebabnya, yang diposting di berbagai media sosial, membuat tim sukses Prabowo tak

    berkutik.

    6

    7

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Akan tetapi perlu dicatat juga, bahwa karena bahasa surat administrasi yang resmi, seringkali

    mereduksi fakta-fakta yang perlu diketahui pihak lain. Misalnya di bagian Menimbang poin c nomor

    1. Di dalam surat hanya tertulis Pelibatan satgas di Tim-Tim dan Aceh, tanpa ada penjelasan lebih

    lanjut. Pada tanggal 28 April 2014, Tempo online melansir berita yang bertajuk Korban 98:

    Didukung FAKI, Bukti Prabowo Intoleran. Tempo memberi penjelasan bahwa Prabowo terlibat

    dalam pembentukan julukan Kampung Janda.

    Pertanyaan yang muncul kemudian, Mengapa di setiap kampanye, Prabowo ditahbiskan sebagai

    orang yang tegas dan amanah? Padahal, surat tersebut berkata sebaliknya. Selain itu, mengapa tak ada

    pengusutan kasus atas dirinya? Bukankah pada saat itu Presiden juga mengetahuinya? Akan tetapi, di

    atas semua itu, mengapa bukti keterlibatan Prabowo mulai terkuak saat pencapresan dirinya

    berlangsung? Mengapa tidak diusut kala ia menjadi cawapresnya Megawati?

    Berbicara soal politik, memang tak pernah selesai. Terlalu banyak peristiwa yang sulit diprediksi.

    Seringkali yang nampak hanyalah tentakel dari gurita kasus. Melihat kemudahannya melenggang

    untuk nyapres, tentu ada yang mem-back up dirinya agar kebal hukum. Lalu, bagaimana dengan

    pilpres 2009? Menurut asumsi saya, pemunculan bukti pelanggaran-pelanggaran ini adalah

    permainan elit partai politik. Kendati demikian, timing kemunculan kasus harus dibedakan dengan

    adanya kasus itu sendiri. Walau kemunculannya malah terlihat sebagai serangan dari oposan,

    terutama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung Jokowi.

    Selain riwayat Prabowo yang penuh dengan pelanggaran, di tubuh partainya juga menyimpan

    potensi intoleransi. Pada Manifesto Perjuangan Partai Gerindra halaman 40 poin 11 Bidang Agama,

    terdapat kutipan berikut ini:

    8

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Namun, pemerintah/negara wajib mengatur kebebasan di dalam menjalankan agama atau

    kepercayaan. Negara juga dituntut untuk menjamin kemurnian ajaran agama yang

    diakui oleh negara dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran

    agama

    Pernyataan tersebut dengan tegas menolak adanya keragaman agama dan kepercayaan di

    Indonesia. Manifesto ini malah meneguhkan status quo yang tengah melanda di bidang keagamaan.

    Selain adanya cap ilegal bagi agama non resmi, kutipan ini juga seakan melegalkan takfir yang

    diterima oleh kaum Syiah, Ahmadiyah dan yang lain. Mungkin, karena hal inilah yang

    menyebabkan kubu Prabowo bisa menari dengan luwes bersama FPI dan Forum Betawi Rembug

    (FBR).

    Menakutkan! Mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan keadaan tim sukses

    Prabowo-Hatta. Bagaimana tidak? Selain ia berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang

    ingin menegakkan khilafah di Indonesia, Prabowo juga merangkul kelompok Islam garis keras

    lainnya. Bahkan, di tubuh koalisi tenda besar ini juga didiami oleh sekumpulan preman yang

    menyebut dirinya Pemuda Pancasila (PP). Organisasi ini pula yang ikut andil dalam pemurnian

    Pancasila (baca: pembunuhan massal terhadap orang PKI dan yang dianggap PKI).

    Walau terdiri dari kelompok yang dalam kinerjanya sering menggunakan kekerasan, ketua tim

    kampanye Prabowo-Hatta, Mahfud MD terlihat tenang-tenang saja. Dia berkeyakinan, mereka akan

    bersikap lunak. Akan tetapi, asumsi saya, peminangan yang dilakukan oleh Prabowo ini tidak

    akan mampu meluluhkan laskar ini. Pasalnya, tanggal 8 Juni 2014, FPI kembali berulah di kantor

    redaksi Harian Jurnal Asia. Mereka menganggap, foto yang menunjukkan gambar seorang lelaki

    9

    10

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    paruh baya yang memegang poster Muslim Koruptor, Muslim Sontoloyo, adalah bentuk

    diskriminasi Suku, Agama, Ras dan Budaya (SARA). Paradoks bukan?

    Lalu, bagaimana nasib para kiai yang tergabung di dalamnya?

    Ada Apa di Balik Koalisi Ulama dan (Calon) Umara?

    Dalam manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jilaniy Lujain ad-Dani, dijelaskan bahwa Syaikh Abdul Qadir

    tak pernah mengagungkan kaum borjuis, tak pernah juga berdiri untuk menyambut pemerintah

    dan punggawa kerajaan. Beliau pun tak menerima sumbangan ataupun hadiah dari raja. Sikap

    yang ditunjukkan oleh Syaikh ini kemudian dijadikan suatu pedoman, bagaimana posisi ulama di

    hadapan umara (pemerintah). Lantas, apakah merapatnya para kiai NU ke kubu Prabowo dan ke

    Jokowi adalah suatu kesalahan?

    Yang perlu diperjelas dalam ulama vis a vis umara adalah peran dan orientasi yang diinginkan oleh

    ulama. Apakah mereka mendekati para pemimpin hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadinya

    atau untuk melegitimasi setiap keputusan pemimpin? Ataukah ingin menjadi penasihat dan

    memberikan kritikan untuk program dan kinerja pemerintah? Jika alasan kedua yang dipakai, maka

    malah menjadi keharusan ulama untuk melakukannya. Lalu, bagaimana dengan para ulama yang

    merapat di kubu Prabowo? Bukankah sudah jelas pelanggaran-pelanggaran yang telah

    dilakukannya?

    Untuk menjawab ini, saya pernah melakukan wawancara yang respondennya adalah kaum muda

    NU dan beberapa tokoh NU di sekitar Tayu dan Margoyoso. Sebagian besar responden yang muda,

    hanya berani sebatas husnuzhan atas apa yang dilakukan oleh para kiai. Menurut mereka, mungkin

    11

    12

    13

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    saja ada agenda terselubung yang akan dilakukan oleh kiai. Misalnya, para kiai akan mengawal

    perancangan program kerja para capres dan juga memberikan dukungan moril kepada para capres.

    Politik tanam budi ini dimaksudkan untuk memastikan ideologi Ahl Sunnah wa al-Jamaah tidak

    hilang atau dihapus dari Indonesia untuk lima tahun ke depan.

    Namun, tidak semua kiai mempunyai agenda rahasia seperti demikian. Banyak pula para kiai yang

    termakan mentah-mentah informasi miring yang disebarkan dalam bentuk koran untuk

    mendiskreditkan capres pesaing Prabowo. Koran ini Obor Rakyat, namanya disebarkan secara

    massif dan sistematis ke pesantren-pesantren dan pedesaan. Sebagian besar isu yang diangkat dari

    Obor Rakyat adalah soalSARA. Jokowi adalah etnis Tionghoa, beragama Kristen dan dicukongi oleh

    Cina. [8] Salah satu kiai di Margoyoso juga mengaku, beliau lebih menaruh respek pada Prabowo

    karena dia terlihat Islami karena berkopiah dan ulung berorasi. Mengingatkan saya pada sosok

    Soekarno, tambah beliau.

    14

    15

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Koran Obor Rakyat edisi 2 yang saya terima.

    Dapat dilihat, bahasa yang digunakan redaksi adalah bahasa yang provokatif

    dan banyak berisi propaganda.

    Akan tetapi, Muhammad Al-Fayyadl berpendapat berbeda. Menurutnya, ada juga beberapa kiai

    yang merapat ke Prabowo karena ada ketakutan terhadap ancaman-ancaman yang dapat

    merusak keberadaan agama Islam. Misalnya, kristenisasi dan kebhinekaan agama. Karena itulah,

    kiai-kiai ini lebih memilih Prabowo yang terlihat macho, kuat, tegas dan berwibawa. Belum

    saatnya, kata seorang kiai, sipil memerintah Indonesia. Karena sipil tidak mampu memberikan

    kepemimpinan yang berwibawa, tandasnya. Yang lebih aneh, sebagaimana yang diutarakan di

    awal, para kiai malah bersekutu dengan kelompok Islam kanan yang cenderung anarkis dan

    menyimpan fobia yang sama (anti-PKI, anti-minoritas).

    Sebenarnya, adanya sayap konservatif ini telah lama bersemanyam di tubuh NU. Gejala ini mulai

    nampak saat Muktamar Kediri 1999, di mana wacana keharusan Islam sebagai landasan NU.

    Kelompok ini tidak setuju atas keputusan Muktamar di Situbondo yang menjadikan Pancasila

    sebagai landasan NU. Namun, karena kuatnya pengaruh dan wibawa Gus Dur sebagai pemimpin

    mulai 1984-1998, menjadikan sayap ini tersingkir dari kancah wacana NU.

    Tetapi, terlepas dari semua prediksi ini, ulama yang mencari suaka dan muka di pemerintah

    16

    17

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    ataupun militer memang akan membuat image mereka menjadi tak bertaji lagi.

    NKRI Harga Mati

    Dengan mencermati track record Prabowo, seharusnya kita bisa memperkirakan, apa yang akan

    terjadi di Indonesia, jika tampuk kepemimpinan diserahkan kepada seseorang yang bermasalah di

    dalam hidupnya, di militer khususnya. Ada dua pertimbangan penting untuk berpaling dari

    Prabowo: pertama, tidak ingatkah kita pada masa kekuasaan Soeharto, seorang jenderal murah

    senyum yang kemudian melikuidasi pemerintahan Soekarno secara paksa. Bukankah dia juga dari

    kalangan militer? Saya tidak apriori terhadap militer, namun pribadi Prabowo agak mencerminkan

    pribadi Soeharto, walaupun dibungkus dengan gaya pidato Soekarno.

    Sesuai dengan argumen di atas, bahwa Prabowo adalah pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

    Namun, seperti Soeharto, Prabowo juga bebas melenggang kemana pun dia suka. Tak ada forum

    resmi untuk mengadili kesalahan-kesalahannya. Jika hanya sekedar sumpah di bawah Qur`an,

    wakil rakyat kita tentu lebih paham dengan itu karena prosesi sumpah tersebut hanya sebatas di

    lidah saja. Dan sampai sekarang, Prabowo belum juga diadili. Agum Gumelar dan Susilo Bambang

    Yudhoyono juga masih tutup mulut. Bahkan, Amin Rais yang pernah berteriak adili Prabowo atas

    kasus HAM-nya, sekarang malah berteriak Hidup Prabowo!

    Duhai, manusia memang sulit diprediksi isi hatinya! Seseorang yang mampu mangkir dan berkelit

    dari pengadilan HAM tentunya di-back up oleh elit negeri yang terdiri dari para borjuis dan militer.

    Dan yang mintilihir, dari 37 jenderal, ada 6 orang yang bermasalah; yaitu pelanggaran HAM,

    kerusuhan 1998, penyerbuan berdarah kantor PDIP 1996, dugaan keterkaitan peristiwa 27 Juli dan

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    kasus penculikan aktivis. Kesemua rangkaian peristiwa ini tentu merujuk pada agenda yang lebih

    besar, yakni membangkitkan kuasa yang yang pernah mendominasi Indonesia, militerisme. Lalu,

    apakah kita ingin pemerintahan kita berbentuk junta militer? Tidakkah kita tengok tetangga kita,

    Myanmar dan Thailand, yang sampai sekarang belum menemui titik perdamaian?

    Alasan kedua adalah sejarah kehidupan beragama di Nusantara. Adalah suatu kecongkakan, jika

    umat Islam ingin mendirikan daulah Islamiyyah di bumi pertiwi. Lupakah kita, bahwa Islam adalah

    agama pendatang? Jauh sebelum para saudagar Gujarat membuang sauh di selat-selat dan pantai,

    Budha dan Hindu telah lama ada di Jawadwipa dan pulau lainnya. Atau, tak ingatkah kita pada

    keleluasaan untuk menjalankan ibadah, dengan suara-suara keras di tiap mula ritualnya? Itu belum

    termasuk dengan serangkaian acara peringatan lainnya; Mauludan, Ruwahan, Rejeban, Aqiqah dan

    seterusnya.

    Maka, tepat sekali apa yang digelisahkan oleh Sabda Palon atas masuknya Prabu Brawijaya dalam

    Islam.

    Yang mengaku paling mulia itu hanya orang Ngarab, dan itu diikuti oleh semua orang Islam.

    Mereka memuji dan meninggikan kelompoknya sendiri. Menurut hamba, lebih baik tidak

    mengurusi (menghakimi) tetangga (agama lain). Perbuatan semacam itu (suka menghakimi

    agama lain) hanya akan menunjukkan rendahnya pemahaman diri. Saya tetap menyukai agama

    lama, tetap suka menyebut Tuhan dengan nama Dewa Yang Mahalebih!

    Baiklah, tak usah muluk-muluk untuk kembali ke masa lampau. Kata anak muda jaman sekarang,

    move on. Kita bisa melihat penerapan syariah dalam sistem masyarakat dalam scope kecil, Aceh.

    18

    19

    20

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Ada banyak kasus pelanggaran hak yang mengatasnamakan hukum Islam. Dan karena Islam yang

    dipahami di sana adalah agama yang kurang ramah pada perempuan, hingga seterusnya akan

    terjadi pemasungan hak dan pemarjinalan perempuan. Adapun para elit agama, akan semakin

    leluasa berbuat, karena ia dilindungi oleh jubah firman Tuhan. Lalu, nasib suatu bangsa akan

    dikuasai oleh para Mullah (yang berkongkalikong dengan militer) dan identitasnya berubah menjadi

    militer-feodalistis.

    Epilog: Mullah-Militer di The Physician

    The Physician adalah sebuah film yang mengambil setting pada masa Ibnu Sina masih hidup.

    Walaupun bertema science fiction, film ini juga menampilkan kondisi Isfahan, Persia (sekarang

    disebut Iran), saat dipimpin oleh seorang Shah. Saya tidak akan bercerita banyak mengenai film ini.

    Tapi, ada satu hal yang masih berhubungan dengan coretan saya.

    Pada masa itu, kota Isfahan didiami oleh dua agama, Yahudi dan Islam, dan bermacam suku. Jika

    dianalogikan, model pemerintahan Shah mirip dengan Soeharto, yaitu penuh dengan sensor dan

    kesewenangan. Walau demikian, Shah masih menaruh hormat kepada kaum brahmana dan para

    cendekiawan. Dan dari sinilah, permasalahan bermula.

    Sebagaimana yang diketahui, Islam tidak hanya rahmatan li al-alamin, namun bisa saja menjadi

    bala`an li al-alamin, kesusahan bagi semesta. Ini dikarenakan sikap pemeluknya yang intoleran

    pada orang lain, pemeluk agama lain. Terlebih bagi pemeluk aliran dalam satu agama. Nah, di

    Isfahan ini ada sekelompok muslim yang fanatik terhadap agamanya. Mereka tidak menerima

    perbedaan dan menolak ilmu pengetahuan. Sudah pastinya Shah tidak akan membiarkan virus

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    seperti ini menular ke warga lain. Anggota kelompok garis keras yang melancarkan protes secara

    terbuka kemudian dihukum oleh Shah. Dikarenakan tekanan semakin kuat, Mullah kemudian

    menemui kaum Seljuk tetangga sekaligus musuh Shah di perbatasan untuk meminta bantuan.

    Singkat cerita, setelah peperangan usai, kaum Seljuk mendapat kemenangan. Kemenangan ini bisa

    diraih karena didukung dengan keadaan Isfahan yang lemah, sebab baru saja bertahan dari

    serangan penyakit pes. Kendati yang menang adalah sekutu muslim fanatik, namun yang terjadi

    malah antiklimaks. Mereka baru saja lolos dari mulut buaya, tapi berhadapan dengan mulut singa.

    Mereka menggulingkan tiran lama untuk membuat tiran baru.

    Pada akhirnya, semoga ending film tadi tidak terjadi di Indonesia. Amin ***

    Penulis adalah wakil sekretaris Remaja Masjid Baitussalam Sambiroto-Tayu

    Progresifitas orang-orang pesantren nampak dari adanya buku-buku yang berisi catatan kaki dan

    koreksi atas pola pengajaran yang cenderung monolog dan buah karya para kiai. Di antara buku-

    buku tersebut adalah karya Ali Usman, Kiai Mengaji, Santri Acungkan Jari, (Yogyakarta: Pustaka

    Pesantren, 2013) dan Forum Kajian Kitab Kuning, Kembang Setaman Perkawinan, (Jakarta: Penerbit

    Buku Kompas, 2005). Buku kedua ini memberikan kritik atas karya Syaikh Nawawi al Bantani, Uqud

    al-Lujjain.

    Contoh kisah-kisah para kiai yang mempunyai karamah weruh sedurunge winarah dapat dilihat di

    situs http://teronggosong.com

    1

    2

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Abdurrahman Wahid (ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Transnasional di Indonesia, (Jakarta:

    The Wahid Institute, 2009).

    Buku yang dimaksud berjudul Benturan NU-PKI 1948-1965, (Jakarta: Tim PBNU, 2013).

    Pernyataan bahwa Habib Luthfi mendukung NKRI dapat dilihat di http://m.nu.or.id/a,public-

    m,dinamic-s,detail-ids,44-id,46967-lang,id-c,nasional-

    t,Jatman+Rapat+Pleno++Habib+Luthfi++Warga+Thariqah+Wajib+Jaga+NKRI+.phpx

    Selain ramai di internet, poster serupa juga mulai bermunculan di Tayu. Kebanyakan

    memfokuskan penyebarannya di daerah pesantren dan kauman (komplek penduduk muslim).

    Lempeng galeng adalah istilah Jawa yang bermakna lurus seperti pematang sawah atau tambak.

    Idiom ini ditujukan bagi orang yang saklek dan konservatif.

    Baca selengkapnya di http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/04/28/269573682/p-Korban-98-

    Didukung-FAKI-Bukti-Prabowo-Intoleran

    Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, hlm. 40. Diunduh dari situs resmi Partai Gerindra di

    http://partaigerindra.or.id/manifesto-perjuangan-partai-gerindra

    Baca selengkapnya di http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/01/269581584/FPI-dan-FBR-

    Dukung-Prabowo-Mahfud-Mereka-Bisa-Lunak

    Jafar bin Hasan al-Barzanji, Lujain ad-Dani fi Manaqib Quthb ar-Rabbaniy asy-Syaikh Abd al-Qadir

    al-Jilaniy, (Semarang: Maktabah al-Alawiyah, t.t.), hlm. 26

    Karena perbedaan pilihan ini, NU terlihat pecah kongsi. Apalagi kemudian media membumbuinya

    dengan pendapat yang seringkali subyektif. Padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Ini

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    dibuktikan dengan kenyataan yang didapati Tutik Nurul Jannah, menantu almarhum Kiai Sahal

    Mahfuzh, pada saat walimah arus di kediaman almarhum Kiai Idris Marzuqi Lirboyo, 4 Juni 2014.

    Para kiai yang menghadiri walimah nampak akrab. Bahkan Kiai Idris memberikan mimbar kepada

    kiai pendukung Prabowo dan Jokowi. Tokoh yang mewakili Prabowo adalah Kiai Said Aqil Siradj

    dan Mahfud MD. Adapun tokoh yang mewakili Jokowi adalah Kiai Aziz Mansur dan Kiai Anim.

    Baca tulisan Ahmad Gaus yang berjudul Krisis Kepemimpinan: Ulama dan Kekuasaan di Tengah

    Arus Transisi di blognya http://ahmadgaus.wordpress.com

    Namun, ada yang janggal di sini. Kuatkah wibawa kiai NU untuk mempengaruhi Prabowo dan

    para koalisinya? Ataukah NU malah menjadi bemper Prabowo nantinya? Ini dibuktikan dengan

    tidak adanya tanggapan atas program kerja elemen garis kanan yang cenderung anarkis.

    Pada 5 Juni 2014, jpnn.com menurunkan berita yang bertajuk Fitnah ala Obor Rakyat Merusak

    Demokrasi. Di tulisan tersebut dikabarkan bahwa Ray Rangkuti, Direktur Lingkar Madani untuk

    Indonesia, mengaku kecewa atas sikap lembaga pengawas pers yang terkesan membiarkan. Baca

    selengkapnya di http://m.jpnn.com/news.php?id=238527

    Hasil diskusi online via facebook dengan Muhammad Al-Fayyadl pada 6-12 Juni 2014.

    Syafiq Hasyim, Kebangkitan Sayap Konservatif dalam Khamami Zada dan A. Fawaid Sjadzili (ed.),

    Nahdlatul Ulama: Dinamika Ideologi dan Politik Kenegaraan, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010),

    hlm. 181-182

    Baca selengkapnya di http://m.bisnis.com/pemilu/read/20140607/355/234002/pilpres-2014-ini-

    daftar-jenderal-pendukung-prabowo-hatta-6-diduga-bermasalah. Bramantyo Prijosusilo, seniman

    asal Yogyakarta menambahi, bahwa 6 jenderal loyalis bermasalah yang merapat ke Prabowo ini

    13

    14

    15

    16

    17

    18

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    agaknya terindikasi ingin mendapatkan grasi dari masyarakat dan pemerintah, kelak jika Prabowo

    menjadi presiden. Sikap seperti ini tentu amat disayangkan dan akan semakin melanggengkan

    praktik kuasa militer di Indonesia.

    Tulisan yang bagus dan lengkap dari Iqra Anugrah mengenai analisis potensi barbarisme yang

    akan muncul di Indonesia, jika Prabowo menjadi Presiden. Baca di

    http://indoprogress.com/2014/05/demokrasi-atau-barbarisme/

    Damar Shashangka, Darmagandhul: Kisah Kehancuran Jawa dan Ajaran-ajaran Rahasia, (Jakarta:

    Dolphin, 2012), hlm. 81

    Referensi Buku

    al-Barzanji, Jafar bin Hasan, Lujain ad-Dani fi Manaqib Quthb ar-Rabbaniy asy-Syaikh Abd al-Qadir

    al-Jilaniy, Semarang: Maktabah al-Alawiyah, t.t.

    Benturan NU-PKI 1948-1965, Jakarta: Tim PBNU, 2013

    Hasyim, Syafiq, Kebangkitan Sayap Konservatif dalam Khamami Zada dan A. Fawaid Sjadzili (ed.),

    Nahdlatul Ulama: Dinamika Ideologi dan Politik Kenegaraan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010

    Shashangka, Damar, Darmagandhul: Kisah Kehancuran Jawa dan Ajaran-ajaran Rahasia, Jakarta:

    Dolphin, 2012

    Wahid, Abdurrahman (ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Transnasional di Indonesia, Jakarta:

    The Wahid Institute, 2009

    19

    20

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Referensi Internet

    Gaus, Ahmad, Krisis Kepemimpinan: Ulama dan Kekuasaan di Tengah Arus Transisi di

    http://ahmadgaus.wordpress.com

    http://indoprogress.com/2014/05/demokrasi-atau-barbarisme/

    http://m.bisnis.com/pemilu/read/20140607/355/234002/pilpres-2014-ini-daftar-jenderal-

    pendukung-prabowo-hatta-6-diduga-bermasalah

    http://m.jpnn.com/news.php?id=238527

    http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,46967-lang,id-c,nasional-

    t,Jatman+Rapat+Pleno++Habib+Luthfi++Warga+Thariqah+Wajib+Jaga+NKRI+.phpx

    http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/04/28/269573682/p-Korban-98-Didukung-FAKI-Bukti-

    Prabowo-Intoleran

    http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/01/269581584/FPI-dan-FBR-Dukung-Prabowo-

    Mahfud-Mereka-Bisa-Lunak

    http://teronggosong.com

    Manifesto Perjuangan Partai Gerindra. Diunduh dari situs resmi Partai Gerindra di

    http://partaigerindra.or.id/manifesto-perjuangan-partai-gerindra

    Wawancara dan Diskusi

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Diskusi online via facebook dengan Muhammad Al-Fayyadl pada 6-12 Juni 2014

    Wawancara via sms dengan Tutik Nurul Jannah pada 6 Juni 2014

    Wawancara online via facebook dengan Bramantyo Prijosusilo pada 12 Juni 2014

    Baca Juga:

    Yang Tersingkir Dari JambiWomens Question dalamPerjuangan MengakhiriKapitalisme dan Patriarki

    'Get a life!'

    NEGARA DALAMPROYEK EMANSIPASI

    Negara dalam ProyekEmansipasi

    Kapitalisme dan ProduksiRuang

    Marxisme dan Universalia(Bagian I)

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    1 Comment Indoprogress

    Sort by Newest Share

    Join the discussion

    Reply

    Wahyu Firmansyah 2 days ago

    semoga saja orde yang tabu tidak terulang, dengan bedil ditangan !

    Subscribe Add Disqus to your site

    Share

    Tentang IndoPROGRESSIndoPROGRESS adalah media pemikiran progresif yang menawarkan ruang untuk bertukar gagasan danpengalaman politik praktis... Selengkapnya

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API

    Kirim DonasiDukung kami menyajikan konten situs yang lebih baik lagi bagi publik. Salurkan donasi dan support sebagai buktidukungan... Selengkapnya

    Kirim TulisanJadilah bagian dari perubahan dengan ikut berdiskusi dan berdebat di IndoPROGRESS. Kirim tulisan, podcastdan video karya... Selengkapnya

    Berlangganan KontenDaftarkan email Anda untuk menerima update konten kami

    Ketik alamat email... Subscribe!

    - Redaksi - Tentang Indoprogress - Donasi - Kontak - Kirim Tulisan - IP PressKonten dikelola oleh Indoprogress @ 2006 - 2014Desain situs oleh Pryspry.com

  • pdfcrowd.comopen in browser PRO version Are you a developer? Try out the HTML to PDF API