MP Selesaaii 3

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    1/38

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak

    terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung

    congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer

    karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang

    fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan

    penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang

    menyertainya.

    Diperkirakan terjadi 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

    berkembang dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, menjadi 1,15 milyar

    kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat

    ini dan pertambahan penduduk saat ini.

    Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

    tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di

    Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui

    hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun

    mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara

    prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18

    tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.

    Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,

    peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

    Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi

    peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989

    sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami

    peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai

    penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya

    mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    2/38

    2

    Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan

    dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum

    terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun

    penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian

    besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak

    berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di

    Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya

    0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.

    Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi.

    Menurut hasil Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di

    masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat

    menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Oleh karena cukup besarnya

    angka kejadian hipertensi maka, akan dikaji lebih lanjut mengenai penyakit

    hipertensi tersebut.

    Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa

    hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien

    hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi

    tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan

    komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.6

    Puskesmas Barabai sebagai unit pelaksana fungsional berfungsi sebagai

    pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat di bidang

    kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang

    penting dalam menekan peningkatan angka prevalensi hipertensi.

    Di wilayah kerja Puskesmas Barabai, pada laporan bulanan dari Oktober

    2012 jumlah pasien Hipertensi mencapai 256 kasus, dengan kasus baru sejumlah66 kasus. Kasus terbanyak berasal dari kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 45

    kasus sedangkan rentang usia penderita muda (1519 tahun) mencapai 15 kasus.

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    3/38

    3

    1.2Pernyataan Masalah

    Mengidentifikasi masalah tingginya angka kejadian hipertensi di Kecamatan

    Barabai sebagai wilayah kerja Puskesmas Barabai, dilihat dari faktor faktor

    penyebab yang berperan terhadap kejadian tersebut.

    1.3Tujuan

    1.3.1 Mengidentifikasi masalah tingginya angka kejadian penyakit hipertensi

    yang ada di Puskesmas Barabai.

    1.3.2 Menetapkan prioritas masalah dan menemukan penyebab utama tingginya

    penyakit hipertensi yang ada di Puskesmas Barabai.

    1.3.3 Menganalisis penyebab masalah tingginya angka kejadian hipertensi di

    Kecamatan Barabai.

    1.3.4 Menentukan alternatif pemecahan masalah tingginya angka kejadian

    hipertensi di Kecamatan Barabai.

    1.4 Manfaat

    1.4.1 Bagi Puskesmas

    Sebagai masukan kepada pihak puskesmas dalam upaya mencegah

    peningkatan angka kejadian hipertensi di kecamatan Barabai.

    1.4.2 Bagi Masyarakat

    Sebagai acuan bagi masyarakat khususnya di kecamatan Barabai untuk

    mengikuti berbagai kegiatan promotif dan preventif terhadap penyakit

    hipertensi.

    1.4.3 Bagi Tenaga medis

    Sebagai pedoman bagi mahasiswa agar mampu menyusun rencanakegiatan promotif dan preventif terhadap penyakit hipertensi.

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    4/38

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Definisi Hipertensi

    Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana

    seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan

    oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan

    tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air

    raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.

    Berdasarkan rekomendasi dari Seventh Report of the Joint National

    Committee of Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

    Pressure (JNC VIII), klasifikasi tekanan darah (dalam mmHg) untuk dewasa

    berusia 18 tahun ke atas adalah sebagai berikut* :

    Normal : Sistolik

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    5/38

    5

    2.2Epidemiologi

    Hipertensi adalah epidemi di seluruh dunia, di banyak negara, 50% dari

    populasi usia > 60 tahun mengalami hipertensi. Secara keseluruhan, sekitar 20%

    dari orang dewasa di dunia diperkirakan menderita hipertensi. Prevalensi

    meningkat secara dramatis pada pasien berusia > 60 tahun.2

    Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan

    dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum

    terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6

    sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran,

    Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%;

    dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Di wilayah kerja Puskesmas Barabai, pada

    laporan bulanan dari Oktober 2012 jumlah pasien Hipertensi mencapai 256 kasus,

    dengan kasus baru sejumlah 66 kasus. Kasus terbanyak berasal dari kelompok

    umur 45-54 tahun sebanyak 45 kasus sedangkan rentang usia penderita muda (15

    19 tahun) mencapai 15 kasus.

    2.3Faktor Risiko Hipertensi

    Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau

    dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

    a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan

    1. Genetik

    Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

    tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua

    hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderitahipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan

    riwayat hipertensi. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan

    riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi

    didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih

    besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot

    (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    6/38

    6

    menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya

    Hipertensi.

    2. Umur

    Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu

    yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih

    besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh

    degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.

    3. Jenis Kelamin

    Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih

    awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap

    morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50

    tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.

    4. Etnis

    Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang

    berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam

    orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas

    terhadap vasopresin lebih besar.

    5. Penyakit Ginjal

    Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

    Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran

    garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darahdan mengembalikan tekanan darah ke normal.

    Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan

    garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah

    kembali ke normal.

    Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan

    enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    7/38

    7

    angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon

    aldosteron.

    Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah,

    karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan

    terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju

    ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.

    Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa

    menyebabkan naiknya tekanan darah.

    6. Obat-obataan

    Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB),

    Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam

    jumlah sangat besar), termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi)

    secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.

    Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat

    menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.

    7. Preeklampsi pada kehamilan

    Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah

    140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai

    triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai

    akibat dari gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh darah

    secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga

    berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.

    b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan

    1. Stress

    Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

    jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun

    stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan

    karakteristik personal. Mekanisme hubungan antara stress dengan

    Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    8/38

    8

    saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah

    saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.

    Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah

    secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat

    mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum

    terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

    dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan

    pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

    2. Obesitas

    Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan

    dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi.

    Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak

    dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas

    terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada

    bagian perut.

    3. Nutrisi

    Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam

    yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon

    natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.

    Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah

    yang dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika

    dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok

    makan.

    4. Merokok

    Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor

    risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor

    risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus

    peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara

    umum di Indonesia.

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    9/38

    9

    5. Kurang olahraga

    Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya

    hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.

    2.4Etiologi

    Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi beberapa golongan

    yaitu:

    1. Hipertensi Primary

    Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

    penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.

    Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

    hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam

    ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang

    meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

    Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 3050 tahun.

    2. Hipertensi Secondary

    Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya

    peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang

    mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal,

    atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan

    darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama

    pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).

    a.Hipertensi pada penyakit ginjal

    b. Hipertensi pada penyakit renovaskular

    c. Hipertensi pada kelainan endokrin

    d. Sindrom Cushing

    Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang

    disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan

    Adenocorticotropin Hormone (ACTH ).

    e. Hipertensi adrenal kongenital

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    10/38

    10

    Hipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi

    pada anak (jarang terjadi).

    f. Feokromositoma

    g. Koarktasi aorta

    h. Hipertensi pada kehamilan

    Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama

    peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal, janin dan neonatus.

    Kedaruratan hipertensi dapat menjadi komplikasi dari preeklampsia

    sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik. Perempuan hamil

    dengan hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya

    komplikasi yang berat seperti abruptio plasenta, penyakit

    serebrovaskuler, gagal organ, koagulasi intravaskular.

    Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi

    adalah pil kontrasepsi oral (OCP) dimana 5% perempuan mengalami

    hipertensi sejak mulai penggunaan. Perempuan usia lebih tua (>35tahun)

    lebih mudah terkena., begitupula dengan perempuan yang pernah

    mengalami hipertensi selama kehamilan. Pada 50 % tekanan darah akan

    kembali normal dalam 36 sesudah penghentian pil.

    2.5Patofisiologi

    Tekanan darah arteri merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi

    vaskular sistemik. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi cardiac

    output dan resistensi vaskuler dapat mempengaruhi tekanan darah . Viskositas

    darah, dinding pembuluh darah yang tipis, dan kecepatan aliran darah memilikirelevansi yang potensial berkaitan dengan regulasi tekanan darah pada manusia

    melalui fungsi pembuluh darah dan endotel. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    cardiac outputseperti asupan natrium, fungsi ginjal, dan mineralokortikoid; efek

    inotropik terjadi melalui augmentasi volume cairan ekstraseluler dan peningkatan

    denyut jantung dan kontraktilitas. Resistensi pembuluh darah perifer tergantung

    pada sistem saraf simpatik, faktor humoral, dan autoregulasi lokal.

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    11/38

    11

    2.6Patogenesis hipertensi2,10

    Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin

    II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE

    memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah

    mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,

    renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.

    Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi

    angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

    menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah

    meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi

    di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur

    osmolalitas dan volume urin.

    Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke

    luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.

    Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan

    cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,

    yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah

    menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

    Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

    penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

    mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus

    ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

    meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

    meningkatkan volume dan tekanan darah.

    2.7Manifestasi Klinis2

    2.7.1 Anamnesis

    1. Setelah hipertensi ditemukan, yang dikonfirmasi setelah pengukuran

    tekanan darah dengan tepat yang telah dicatat pada paling sedikit 3 kali

    pemeriksaan yang berbeda (berdasarkan rata-rata 2 atau lebih pembacaan

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    12/38

    12

    diambil di masing-masing 2 kunjungan atau lebih dilihat setelah skrining

    awal), dilakukan anamnesis yang rinci meliputi:

    - Tingkat kerusakan organ target

    - Penilaian status risiko kardiovaskuler pasien

    - Penyebab sekunder hipertensi

    2. Riwayat faktor risiko kardiovaskuler termasuk hiperkolesterolemia,

    diabetes mellitus, dan kebiasaan merokok.

    3. Riwayat penggunaan obat over-the-counterdan obat-obatan herbal, seperti

    teh herbal yang mengandung licorice, efedrin, riwayat pengobatan dengan

    antihipertensi sebelumnya, kontrasepsi oral, etanol, dan obat-obatan

    terlarang, seperti kokain.

    4. Temuan yang menunjukkan adanya hipertensi sekunder seperti riwayat

    penyakit ginjal, massa abdomen, anemia, dan pigmentasi urochrome.

    2.7.2 Pemeriksaan Fisik

    Pengukuran tekanan darah yang akurat adalah kunci diagnosis. Pada

    setiap kunjungan, rata-rata dilakukan 3 kali pembacaan tekanan darah yang

    diambil dalam selang 2 menit menggunakan manometer raksa. Tekanan darah

    harus diukur dalam posisi duduk telentang dan dilakukan auskultasi dengan bel

    stetoskop. Pada kunjungan pertama, tekanan darah harus diperiksa pada kedua

    lengan dan satu kaki untuk menyingkirkan diagnosis koarktasio aorta atau

    stenosis arteri subklavia.

    Karena ukuran manset yang tidak tepat dapat mempengaruhi pengukuran

    tekanan darah, manset yang lebih lebar lebih baik digunakan, terutama jika

    lingkar lengan pasien melebihi 30 cm. Pasien harus beristirahat tenang setidaknyaselama 5 menit sebelum pengukuran.

    Palpasi dari semua denyut perifer harus dilakukan. Tidak adanya denyut

    femoralis menunjukkan koarktasio aorta atau penyakit pembuluh darah

    perifer. Carilah bising arteri renalis di perut bagian atas; adanya bising unilateral

    pada kedua komponen sistolik dan diastolik menunjukkan stenosis arteri

    ginjal. Pemeriksaan jantung dilakukan untuk mengevaluasi tanda-tanda LVH. Ini

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    13/38

    13

    termasuk perpindahan apeks, impuls apeks yang meluas atau menguat, dan adanya

    bunyi jantung S4.

    2.7.3. Pemeriksaan Laboratorium

    a. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum, kreatinin serum, glukosa serum,

    asam urat, dan urinalisis.

    b. Profil lipid (kolesterol total, low density lipoprotein [LDL], high density

    lipoprotein [HDL], dan trigliserida).

    c. Pengukuran rasio aldosteron / aktivitas renin plasma dilakukan untuk

    mendeteksi hiperaldosteronisme primer. Rasio yang lebih dari 20-30

    menunjukkan hiperaldosteronisme primer. Hipokalemia dan alkalosis

    metabolik merupakan manifestasi lanjut dari gangguan ini.

    d. Pemeriksaan thyroid-stimulating hormone (TSH) untuk menilai hipotiroidisme

    atau hipertiroidisme sebagai penyebab hipertensi.

    e. Jika feokromositoma diduga, katekolamin urin dan fraksi metanefrin adalah

    tes pilihan.

    2.8Penatalaksanaan Hipertensi

    2.8.1 Modifikasi gaya hidup

    A. Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal11

    Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan berat

    badan ideal, sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan asupan kalori dengan

    kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung

    kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi.

    Disamping itu, agar melakukan aktifitas fisik yang cukup untuk mencapaikebugaran jasmani yang baik dengan menyeimbangkan pengeluaran dan

    pemasukan energi/kalori.

    Secara umum untuk menurunkan berat badan dapat dicapai dengan

    menurunkan asupan total kalori. Dianjurkan untuk menurunkan berat badan 0,5

    1 kg per minggu. Sehingga kebutuhan kalori harus dikurangi 500 1000

    KKal/hari. Dianjurkan untuk meningkatkan penggunaan sayuran, buah-buahan,

    kacang-kacangan dan produk biji-bijian serta mengurangi bahan makanan hewani

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    14/38

    14

    (daging merah), lemak atau minyak jenuh (mentega atau santan), karbohidrat

    murni (gula, tepung-tepungan) dan yang mengandung alkohol. Dalam

    menjalankan diet rendah kalori, agar berhati-hati terjadinya kekurangan zat gizi

    mikro (vitamin dan mineral). Oleh karena itu, dianjurkan banyak makan sayuran

    dan buah-buahan.

    B. Mempertahankan kadar kolesterol11

    Lemak jenuh adalah penentuan utama peningkatan kadar kolesterol,

    sehingga dianjurkan untuk menurunkan asupan lemak jenuh < 10% asupan total

    energy dengan membatasi asupan makanan kaya asam lemak jenuh (susu tinggi

    lemak dan produknya, daging berlemak serta minyak kelapa). Pada orang dengan

    kadar kolesterol LDL tinggi atau dengan penyakit kardiovaskuler, lemak jenuhnya

    harus lebih rendah (< 7% total energi).

    Asam lemak trans diet dapat meningkatkan kolesterol LDL dan

    menurunan kolesterol HDL. Asam lemak ini terdapat pada produk makanan jadi

    yang mengandung minyak tumbuhan yang terhidrogenasi sebagian seperti kue

    kering, kraker, makanan yang dipanggang dan digoreng. Minyak yang digunakan

    pada makanan yang digoreng di kebanyakan restoran kemungkinan mengandung

    asam lemak trans yang tinggi.

    Untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan kadar kolesterol, dianjurkan

    untuk mengkonsumsi total sumber asam lemak (< 10% kebutuhan energi).

    Disamping itu juga harus menurunkan konsumsi bahan makanan tinggi

    kolesterol,walaupun bahan makanan tersebut rendah sumber asam lemak jenuh.

    Kolesterol dalam makanan dapat juga meningkatkan kadar kolesterol LDL,

    walaupun tidak sebanyak lemak jenuh. Kebanyakan makanan tinggi lemak jenuh

    juga merupakan sumber kolesterol, sehingga mengurangi komsumsi makanan iniakan memberikan keuntungan lebih yaitu pembatasan asupan kolesterol. Makanan

    kaya kolesterol tetapi rendah kadar asam lemak jenuh (kuning telur) serta kacang-

    kacangan dengan kadar lebih rendah sehingga efeknya lebh kecil terhadap

    kolesterol LDL.

    Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan

    penggunaan serat untuk setiap gram dapat menurunkan kolesterol LDL rata-rata

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    15/38

    15

    2,2 mg/dl. Sehingga dianjurkan diet tinggi serat yang diperoleh dari sumber

    karbohidrat seperti nasi, jagung, ubi, gandum, kentang, talas.

    Makanan yang diperkaya dengan asam lemak tak jenuh berguna untuk

    merubah sifat-sifat aterogenik karena disiplidemia yang ditandai dengan kadar

    kolesterol HDL yang rendah, trepliserida yang meningkat dan kolesterol LDL

    meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya asam lemak tak jenuh

    omega-3, khususnya EPA dan Docosa Hexaaonoat Acid (DHA), dapat

    memperbaiki profil lipoprotein darah.

    Asam lemak omega-3 yang lain yaitu asam linoleat dapat menurunkan

    risiko infark imokard dan penyakit jantung iskemik pada usinta. Makanan sumber

    asam lemak omega 3 antara lain adalah ikan terutama ikan berlemak dari laut

    seperti ikan tongkol, sarden, salem dan minyak tumbuh-tumbuhan seperti kedelai,

    jagung, kacang. Dianjurkan untuk mengkonsumsi ikan minimal 2 porsi / mg (50

    gr / porsi).

    Selain itu, untuk menurunkan dan mempertahankan kadar kolesterol dan

    lipoprotein dalam darah, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan yang

    kaya akan kandungan asam lemak jenuh dan kolesterol tinggi, serta

    memperbanyak konsumsi sayuran, ikan, polong-polongan dan kacang-kacangan

    sebagai sumber asam lemak tak jenuh.

    C. Mempertahankan tekanan darah normal11

    Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan natrium +

    1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2

    mmHg pada penderita hipertensi dan penurunan lebih sedikit pada individu

    dengan tekanan darah normal. Respons perubahan asupan garam terhadap tekanandarah bervariasi diantara individu yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga

    faktor usia.

    Disarankan asupan garam < 6 gram sehari atau kurang dari 1 sendok teh

    penuh. Dari berbagai penelitian, terbukti bahwa kenaikan berat badan dapat

    meningkatkan tekanan darah dan terjadinya hipertensi, walaupun pada program

    penurunan berat badan. Penurunan tekanan darah dapat terjadi sebelum tercapai

    berat badan yang diinginkan. Penurunan sistolik dan diastolik rata-rata per kg

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    16/38

    16

    penurunan berat badan adalah 1,6 / 1,1 mmHg. Sehingga dianjurkan untuk selalu

    menjaga berat badan normal, untuk menghindari terjadinya hipertensi.

    Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol atau bahan makanan yang

    mengandung alkohol karena dapat meningkatkan tekanan darah. Disamping itu

    alkohol juga dapat menyebabkan kecanduan.

    Dari penelitian-penelitian klinis memperlihatkan pemberian suplemen

    kalium dapat menurunkan tekanan darah. Dengan suplementasi diet kalium 60-

    120 mmol/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,5

    mmHg pada penderita hipertensi dan 1,8 serta 1,0 mmHg pada orang normal. Diet

    kaya kalium juga dihubungkan dengan penurunan risiko stroke. Asupan diet

    kalium, Mg dan kalsium sebaiknya bersumber pada bahan makanan alami.

    Pemberian suplemen harus dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu.

    D. Penatalaksanaan diet11

    Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram

    mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan

    merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu

    menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.

    Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti

    berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam

    darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah

    tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.

    Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

    a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.

    b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.

    c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanandalam daftar diet.

    Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat

    dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-

    tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh

    karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok

    teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    17/38

    17

    Daftar bahan pangan yang dianjurkan :

    1. Serelia, dan umbi-umbian serta hasil olahannya: beras, jagung, sorgum, cantle,

    jail, sagu, ubi, singkong, kentang, talas, mie, roti, bihun, oat.

    2. Sayuran:

    - Sayur daun: kangkung, bayam, pucuk labu, sawi, katuk, daun singkong,

    daun pepaya, daun kacang, daun mengkudu, dan sebagainya.

    - Sayur buah: kacang panjang, labu, mentimun, kecipir, tomat, nangka

    muda,dan sebagainya.

    - Sayur akar: wortel, lobak, bit, dan sebagainya.

    3. Buah: jambu biji, pepaya, jeruk, nanas, alpukat, belimbing, salak, mengkudu,

    semangka, melon, sawo, mangga.

    4. Kacang-kacangan dan hasil olahnya (tempe, tahu) serta polong-polongan.

    5. Unggas, ikan, putih telur.

    6. Daging merah, kuning telur.

    7. Minyak, santan, lemak (gajih), jeroan, margarine, susu dan produknya.

    8. Gula, garam.

    Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi

    untuk menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar

    kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak

    mengalami stroke atau infark jantung.

    Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

    1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak

    kelapa,gajih).

    2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker,

    keripik dan makanan kering yang asin).3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta

    buah buahan dalam kaleng, soft drink).

    4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

    pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

    5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein

    hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning

    telur,kulit ayam).

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    18/38

    18

    6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco

    serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.

    7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

    Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki

    rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe,

    kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium.

    Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas

    meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang

    berlebih.

    Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan

    garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.

    Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 175 mEq/hari)

    dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu,

    pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan

    rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel

    (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg

    kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg

    kalium).

    Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi

    yaitu 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat

    memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari

    rata-rata 808 mg.

    Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium

    yang dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan.

    Namun pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak danprotein urin (pre eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi

    konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur dan buah-

    buahan).

    2.8.2 Terapi farmakologis

    Belum ada konsensus yang menetapkan standar terapi optimal untuk

    penyakit hipertensi; namun kebanyakan dokter merekomendasikan pemberian

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    19/38

    19

    terapi inisial dengan satu macam obat dan dikembangkan hingga terapi kombinasi

    dengan dosis rendah. Semua terapi lini pertama dapat menurunkan tekanan darah

    pada 40-60% pasien dengan hipertensi ringan-sedang. Pada pasien yang tidak

    responsif, dilakukan penggantian obat (tanpa dikombinasikan dengan obat

    pertama) atau mengganti dengan obat ketiga jika obat kedua tidak efektif. 2

    JNC VII merekomendasikan penggunaan diuretik thiazide atau beta bloker

    sebagai terapi inisial pada hipertensi tanpa komplikasi. Dosis rendah diuretik

    thiazide (12,5-25 mg hydrochlorthiazide) merupakan terapi yang low-cost dan

    dapat memberikan perlindungan kardiovaskuler. Pasien yang tidak responsif

    dengan terapi thiazide dosis rendah dapat diberikan ACE Inhibitor, beta bloker,

    atau calcium channel blocker. Pasien yang tidak responsif dengan diuretik

    biasanya juga tidak responsif dengan calcium channel blocker, sehingga

    sebaiknya digunakan ACE Inhibitor dan beta bloker sebagai terapi lini kedua. 2

    Terapi inisial berdasarkan rekomendasi JNC VIII :2

    - Prehipertensi (sistolik 120-139, diastolic 80-89) : tidak direkomendasikan obat

    antihipertensi

    - Hipertensi stage I (sistolik 140-159, diastolic 90-99) : direkomendasikan

    diuretic thiazide sebagai terapi lini pertama. ACE Inhibitor, Angiotensin II

    Receptor Blocker (ARB), beta bloker, CCB digunakan sebagai terapi lini

    kedua

    - Hipertensi stage II (sistolik > 160, diastolic > 100) : direkomendasikan

    kombinasi dua obat (biasanya digunakan diuretic thiazide dan ACE Inhibitor

    atau ARB atau beta bloker atau CCB)

    Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi

    metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalammemberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis

    kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Adanya penyakit penyerta

    lainnya akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi. Pada

    penderita dengan penyakit jantung koroner, penyekat beta mungkin sangat

    bermanfaat; namun demikian terbatas penggunaannya pada keadaan-keadaan

    seperti penyakit arteri tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada

    penderita hipertensi dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung kongestif,

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    20/38

    20

    diuretik, penghambat ACE (angiotensin convening enzyme) atau kombinasi

    keduanya merupakan pilihan terbaik.12

    Dosis obat diuretic (mg/hari) yang dianjurkan: bendrofluazid 1,25- 2,5,

    klortiazid 500-100, klortalidon 25-50, hidroklortiazid 12,5-25, dan indapamid SR

    1,5. Dosis obat-obat penyekat beta yang direkomendasikan adalah asebutolol 400

    mg sekali atau dua kali sehari, atenolol 50 mg sekali sehari, bisoprolol 10-20 mg

    sekali sehari, celiprolol 200-400 mg sekali sehari, metoprolol 100-2000 mg sekali

    sehari, oksprenolol 180-120 mg dua kali sehari, dan pindolol 15-45 mg sekali

    sehari. Dosis obat-obat penghambat ACE yang direkomendasikan adalah

    kaptopril 6,25-50 mg tiga kali sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali sehari,

    perindropil 2-8 mg sekali sehari, quinapril 2,5-40 mg sekali sehari, ramipril 1,25-

    10 mg sekali sehari. Dosis obat-obat penyakat kanal kalsium yang

    dianjurkanadalah: amlodipin 5-10 mg sekali sehari, diltiazem 200 mg sekai sehari,

    felodipin 5-20 mg sekali sehari, nikardipin 30 mg dua kali sehari, nifedipin 30-60

    mg sekali sehari, verapamil 120-240 mg dua kali sehari. Dosis obat-obat penyakat

    alfa yang dianjurkan adalah; doksazosin 1-16 mg sekali sehari, dan prazosin 0,5

    mg sehari sampai 10 mg dua kali sehari.12

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    21/38

    21

    BAB III

    METODE

    3.1Analisa Masalah

    3.1.1 Metode

    Belum adanya program promotif dan preventif terhadap penyakit

    hipertensi yang efektif di Puskesmas Barabai

    3.1.2 Lingkungan

    Pola makanan di Barabai

    - Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun

    sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi

    essential). Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya

    hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang. Namun dari

    beberapa kecenderungan menyatakan bahwa konsumsi tinggi

    kolesterol dan lemak memicu terjadinya aterosklerosis.

    3.1.3 Material

    Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi,

    poster, pamflet, dan leaflet tentang hipertensi, pencegahan, dan

    komplikasinya.

    3.2 Alternatif Pemecahan Masalah

    3.2.1 Manusia :

    1. Petugas :Meningkatkan keaktifan petugas kesehatan dalam melakukan upaya

    promotif dan preventif hipertensi.

    a. Rencana : membuat program mengenai hipertensi

    Mengadakanstaff meeting

    Membahas mengenai kendala yang ditemukan selama

    ini

    Merancang program hipertensi

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    22/38

    22

    Menunjuk penanggung jawab program hipertensi.

    Membuat target pencapaian program

    Melakukan pertemuan minimal 1x dalam setahun untuk

    mengevaluasi program mengenai hipertensi.

    b. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas, Promkes

    c. Sasaran : petugas promkes.

    d. Target : petugas dapat berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan

    program dan mencapai target pencapaian program yang

    direncanakan

    2. Masyarakat

    Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi dan faktor

    resikonya.

    a. Rencana : Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai

    hipertensi yang tercakup dalam program kegiatan

    promotif dan preventif hipertensi yang diadakan.

    Menyusun jadwal kegiatan penyuluhan

    Menyusun materi penyuluhan yang akan diberikan

    meliputi pengertian hipertensi, faktor risiko, bahaya

    hipertensi dan upaya pencegahannya.

    Menyiapkan tempat dan semua perlengkapan yang

    dibutuhkan untuk penyelenggaraan acara.

    Menyebar undangan kepada pihak terkait.

    Penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan konsep yang

    ditentukan.

    b. Pelaksana : Penanggung jawab program dan Promkes

    c. Pelaksanaan :

    Dalam gedung : dilakukan penyuluhan kepada masyarakat yang datang

    berobat, penyuluhan tentang hipertensi dilakukan 1 kali sebulan.

    Luar gedung : melakukan penyuluhan pada saat puskesmas keliling.

    d. Sasaran : masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Barabai.

    e. Target : Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    23/38

    23

    3.2.2 Metode :

    Membuat rancangan progam kegiatan promotif dan preventif terhadap penyakit

    hipertensi di Puskesmas Barabai

    a. Rencana : Merancang program promotif dan preventif hipertensi

    Mengadakanstaff meeting

    Menunjuk penanggung jawab program hipertensi

    Membentuk kader yang akan menjalankan program

    Membuat rancangan program berupa :

    - penyuluhan massal

    - penyuluhan yang berkesinambungan di Puskesmas

    dan kelurahan.

    - olahraga rutin baik di puskesmas atau di balai desa

    Menyusun jadwal program

    Merencanakan pertemuan dengan stake holder terkait

    untuk mensosialisasikan program yang akan dilakukan

    b. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas, Promkes.

    c. Sasaran : Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Barabai

    d. Target : Terbentuknya suatu program yang menjadi upaya promotif

    dan preventif terhadap penyakit hipertensi

    3.2.3 Material :

    Membuat dan memperbanyak media promosi yang menarik.

    a. Rencana : Membuat dan menyebarkan leaflet dan poster tentang

    hipertensi secara berkelanjutan.

    Membuat design leaflet dan poster tentang hipertensi.

    Mencetak leaflet dan poster tentang hipertensi.

    Memperbanyak leaflet dan poster tentang hipertensi.

    Menyebarluaskan leaflet dan poster hipertensi di tempat

    umum yang ada di setiap kelurahan di wilayah kerja

    puskesmas Barabai.

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    24/38

    24

    Membagikan leaflet hipertensi di acara penyuluhan yang

    dilaksanakan oleh puskesmas.

    b. Pelaksana : penanggung jawab program dan Promkes.

    c. Target : Terdapatnya leaflet, poster tentang hipertensi di tempat-

    tempat umum seperti kantor kelurahan, sekolah, tempat-

    tempat organisasi masyarakat.

    3.2.4 Lingkungan :

    Memberikan penyuluhan tentang pola makanan yang sehat.

    a. Rencana : melakukan penyuluhan mengenai pola hidup yang sehat yang

    diintegrasikan dalam program yang diadakan Puskesmas.

    b. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas dan Penanggung jawab Promkes & P2P

    c. Pelaksanaan : dilaksanakan sesuai jadwal materi program penyuluhan

    Puskesmas

    d. Sasaran : masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Barabai

    e. Target : Meningkatnya pengetahuan masyarakat di wilayah kerja

    Puskesmas Barabai mengenai pola hidup sehat

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    25/38

    25

    BAB IV

    HASIL

    4.1. Profil Komunitas Umum

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    26/38

    26

    4.2Data Geografis

    4.3Data Demografi

    Batas Wilayah :

    Sebelah Barat : Kecamatan Batang Alai Utara

    Sebelah Utara : Kecamatan Pandawan

    Sebelah Timur : Kecamatan Batang Alai Selatan

    Sebelah Selatan: Wilayah Kerja Puskesmas Awang Besar

    4.4Sumber daya kesehatan yang ada

    Sumber daya ketenagaan tenaga kesehatan

    Dokter Umum : 2 orang

    Dokter Gigi : -

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    27/38

    27

    Sarjana Kesehatan masyarakat : 1 orang

    Perawat (DIII Akper & SPK) : 5 orang

    DIII kesling dan SPPH : 2 orang

    Analis Kesehatan (SMAK) : 1 orang

    Akademi Gizi : 1 orang

    Bidan Puskesmas (DIII Akbid) : 2 orang

    Bidan Desa : 8 orang

    Perawat Gigi (DIII & SPRG) : 5 orang

    Pelaksana Farmasi (AA) : 3 orang

    Tenaga administrasi : 3 orang

    Sopir : 1 orang

    Pesuruh : 1 orang

    TU : - orang

    TKS : 4 orang

    4.5Sarana pelayanan kesehatan yang ada

    Sarana Fisik Kesehatan

    Puskesmas Induk : 1 buah

    Puskesmas Pembantu : 2 buah

    Mobil Pusling : 1 buah

    Kendaraan Roda Dua : 4 buah

    Rumah Dinas dr/drg : 1 buah

    Rumah Dinas Paramedis : 2 buah

    Rumah Bidan Desa : 1 buah

    Pesawat Telekomunikasi : 1 buah

    Bangunan Poskesdes : 3 buah

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    28/38

    28

    4.6Data kesehatan masyarakat (primer)

    4.6.1 Prevalensi masalah kesehatan masyarakat sebelum dan sesudah

    intervensi

    Berdasarkan laporan tahunan untuk 10 penyakit terbanyak pada tahun

    2011, hipertensi merupakan penyakit terbanyak kedua setelah infeksi saluran

    pernapasan akut.

    Tabel 2. Urutan 10 Penyakit Terbanyak menurut Laporan Tahun 2011

    No Penyakit Jumlah persentasi (%)

    1 Infeksi akut saluran pernapasan atas 5184 30,0

    2 Hipertensi Primer 1626 9,4

    3 Dermatitis 1425 8,2

    4 Pharingitis 1424 8,2

    5 Penyakit lain sistem otot & jaringan 1422 8,2

    6 Penyakit pulpa & jaringan periapikal 1412 8,2

    7 Dispepsia 1241 7,2

    8 Gangguan pertumbuhan gigi & erupsi 1236 7,2

    9 Batuk 1161 6,7

    10 Demam 1148 6,7

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    29/38

    29

    Grafik 1. Distribusi umur pasien penderita hipertensi di barabai

    Dengan data yang terkumpul dilakukan intervensi berupa penyuluhan

    mengenai Hipertensi yang berlangsung bersamaan dengan kegiatan Puskesmas

    Keliling, Puskesmas Lansia dan Pengajian warga yang berlangsung pada

    - Tanggal :

    - Tanggal :

    - Tanggal

    - Tanggal :Kemudian juga telah dibuat leaflet dan poster tentang hipertensi dengan

    desain terlampir.

    Diharapkan setelah berjalannya intervensi melalui program yang sudah

    direncanakan ini angka prevalensi penyakit hipertensi dapat diturunkan.

    4.6.2 Perilaku kesehatan masyarakat

    Untuk menilai tingkat pengetahuan dan perilaku kesehatan masyrakat

    terutama mengenai penyakit hipertensi maka dirancang sebuah mini kuesioner

    yang. Melalui hasil pengolahan data kuesioner ini didapatkan data mengenai

    tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit hipertensi, factor resiko serta

    perilaku kesehatan masyarakat terhadap penyakit hipertensi yang diderita.

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    umur

    40 - 49 tahun

    50-59 tahun

    60 tahun

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    30/38

    30

    Grafik 2. distribusi faktor resiko hipertensi di barabai

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    Tidak

    Ya

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    31/38

    31

    BAB V

    DISKUSI

    Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak

    terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung

    congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler.

    Diperkirakan terjadi 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

    berkembang dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, menjadi 1,15 milyar

    kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat

    ini dan pertambahan penduduk saat ini. Sementara prevalensi hipertensi di

    Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas.

    Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

    tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di

    Indonesia. Di wilayah kerja Puskesmas Barabai, pada laporan tahunan 2011

    jumlah pasien Hipertensi mencapai 1626 orang menjadi penyakit kedua terbanyak

    setelah infeksi saluran pernapasan akut dengan prevalensi 9,4%.

    Belum adanya program promotif dan preventif yang efektif terhadap

    penyakit hipertensi yang terlaksana di Puskesmas Barabai, pola konsumsi

    makanan di Barabai serta masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti

    papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang hipertensi, pencegahan, dan

    komplikasinya merupakan beberapa point yang menjadi perhatian terhadap

    tingginya angka kejadian hipertensi di Barabai

    Berlandas pada masalah-masalah ini kami mencoba meningkatkan

    pengetahuan masyarakat tentang hipertensi dan faktor resikonya dengan membuat

    dan memperbanyak media promosi yang menarik serta rancangan progamkegiatan promotif dan preventif terhadap penyakit hipertensi di Puskesmas

    Barabai.

    Beberapa hal yang berhasil kami capai dalam waktu yang cukup singkat

    untuk pengerjaan kegiatan ini adalah penyuluhan serta pembuatan media

    informasi yang menarik yang dapat disebar kepada masyarakat serta di tempat-

    tempat umum yang ada di wilayah kerja Puskesmas Barabai yang dapat menjadi

    sumber informasi bagi masyarakat terhadap bahaya hipertensi.

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    32/38

    32

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingginya angka kejadian

    hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Barabai dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    yaitu :

    Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi dan faktor resiko

    nya

    Belum adanya program promotif dan preventif terhadap penyakit

    hipertensi di Puskesmas Barabai

    Belum adanya komunitas hipertensi yang dapat menjadi salah satu sarana

    fasilitator upaya promotif dan preventif hipertensi

    Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi,

    poster, pamflet, dan leaflet tentang hipertensi, pencegahan, dan

    komplikasinya.

    B. Saran

    Perlunya diadakan program promotif dan preventif terhadap penyakit

    hipertensi di Puskesmas Barabai berupa penyuluhan tentang hipertensi

    dan pola hidup sehat secara berkesinambungan untuk meningkatkan

    pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup sehat dan faktor resiko

    hipertensi

    Perlunya penyusunan kembali jadwal penyuluhan bersama Promkes,

    sehingga pelaksanaan penyuluhan dapat dijalankan dengan teratur

    Perlunya dijadwalkan olahraga rutin bagi di setiap kelurahan, yang

    merupakan salah satu pola hidup sehat yang dapat mencegah penyakit

    hipertensi

    Perlunya dibentuk suatu komunitas hipertensi yang dapat menjadi salah

    satu sarana fasilitator upaya promotif dan preventif hipertensi

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    33/38

    33

    Perlunya peningkatan kreatifitas dalam memanfaatkan media informasi

    seperti papan informasi, poster, pamflet, leaflet dan stiker dalam rangka

    pomosi kesehatan tentang pencegahan hipertensi

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    34/38

    34

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta.

    EGC. 2002

    2. Dreisbach, Albert W. Hypertension. University of Mississippi Medical

    Center.2009. Diakses dari emedicine.com tanggal 16 Juni 2010.

    3. Sudoyo, Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV. Jakarta.

    Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia. 2006.

    4. Husnul Amalia, Ridwan Amiruddin, Armilawaty. Hipertensi dan Faktor

    Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi.Makassar. Bagian Epidemiologi

    FKM UNHAS.2007. Diakses dari ridwanamiruddin.wordpress.com

    tanggal 11 Juli 2010.

    5. Kartari DS. Review Hipertensi di Indonesia Tahun 1980 ke Atas. Jakarta.

    Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. 2006. Diakses dari

    Cermin Dunia Kedokteran tanggal 11 Juli 2010.

    6. Lipoeto, Nur Indrawati, Asnil Sahim, Delmi Sulastri, Firdawati. Tekanan

    Darah Berhubungan Erat dengan Lingkaran Pinggang.. Fakultas

    Kedokteran Universitas Andalas. Diakses dari repository.unand.ac.id

    tanggal 15 Juli 2010.

    7. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2007

    8. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2008

    9. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2009

    10.Price,sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Jilid1. Edisi ke6. Jakarta. EGC. 2006.

    11.Kurniawan Anie. Gizi seimbang untuk mencegah hipertensi. Jakarta.

    Direktorat Gizi Masyarakat.2005

    12.Kuswardhani,Tuty. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia. Denpasar.

    Divisi Geriatri Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNUD.2008.

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    35/38

    35

    Lampiran 1

    MINI PROJECT INTERNSHIP

    PUSKESMAS BARABAI

    BARABAI - HULU SUNGAI TENGAH

    KALIMANTAN SELATAN

    KUESIONER HIPERTENSI

    Identitas pasien

    Nama :

    Jenis kelamin : L/P* (*coret salah satu)

    Alamat :

    Pekerjaan :

    Nama KK :

    Ukuran

    Berat Badan : kg

    Tinggi Badan : cm

    IMT :

    Tekanan Darah : / mm Hg

    No Pertanyaan Ya Tidak

    1 Umur : ..................

    a. 40-49 tahun

    b. 50-59 tahun

    c. > 60 tahun

    2 Pendidikan Terakhir :

    a. Tidak tamat SD

    b. SD sampai SMP

    c. SMA

    d. Perguruan Tinggi

    3 Apakah Bapak/Ibu tahu berapa tekanan darah untuk dinyatakan tekanan

    darah tinggi?

    4 Apakah Bapak/Ibu tahu apa saja yang dapat meningkatkan tekanan darah?

    5 Apakah Bapak/Ibu tahu akibat tekanan darah tinggi tidak diobati teratur?

    6 Apakah Bapak/Ibu tahu apa saja yang dapat menurunkan tekanan darah

    selain obat?

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    36/38

    36

    7 Apakah Bapak/Ibu menderita hipertensi?

    Jika Ya, sudah berapa lama? ......................... (TD pertama kali ...................

    mm Hg)

    8 Apakah Bapak/Ibu memiliki kebiasaan berolahraga minimal 3x setiapminggu?

    9 Apakah Bapak/Ibu seorang perokok atau memiliki riwayat merokok?

    10 Apakah Bapak/Ibu sering mengkonsumsi (> 3 x seminggu)

    a. Gorengan (camilan) .......................

    b. Makanan asin/awetan .........................

    c. Daging kambing ...........................

    d. Jeroan ..........................

    12 Apakah Bapak/Ibu mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi?

    14 Apakah Bapak/Ibu sering merasa kesal

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    37/38

    37

    Lampiran 2

    Leaflet Hipertensi

    Depan

    Belakang

  • 7/28/2019 MP Selesaaii 3

    38/38

    Lampiran 3

    POSTER HIPERTENSI