Upload
suri-putri
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 MP Selesaaii 3
1/38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak
terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung
congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer
karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang
fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan
penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang
menyertainya.
Diperkirakan terjadi 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, menjadi 1,15 milyar
kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat
ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui
hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun
mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18
tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi
peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989
sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami
peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai
penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
7/28/2019 MP Selesaaii 3
2/38
2
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan
dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun
penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian
besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak
berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di
Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya
0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi.
Menurut hasil Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat
menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Oleh karena cukup besarnya
angka kejadian hipertensi maka, akan dikaji lebih lanjut mengenai penyakit
hipertensi tersebut.
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa
hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien
hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi
tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan
komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.6
Puskesmas Barabai sebagai unit pelaksana fungsional berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang
penting dalam menekan peningkatan angka prevalensi hipertensi.
Di wilayah kerja Puskesmas Barabai, pada laporan bulanan dari Oktober
2012 jumlah pasien Hipertensi mencapai 256 kasus, dengan kasus baru sejumlah66 kasus. Kasus terbanyak berasal dari kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 45
kasus sedangkan rentang usia penderita muda (1519 tahun) mencapai 15 kasus.
7/28/2019 MP Selesaaii 3
3/38
3
1.2Pernyataan Masalah
Mengidentifikasi masalah tingginya angka kejadian hipertensi di Kecamatan
Barabai sebagai wilayah kerja Puskesmas Barabai, dilihat dari faktor faktor
penyebab yang berperan terhadap kejadian tersebut.
1.3Tujuan
1.3.1 Mengidentifikasi masalah tingginya angka kejadian penyakit hipertensi
yang ada di Puskesmas Barabai.
1.3.2 Menetapkan prioritas masalah dan menemukan penyebab utama tingginya
penyakit hipertensi yang ada di Puskesmas Barabai.
1.3.3 Menganalisis penyebab masalah tingginya angka kejadian hipertensi di
Kecamatan Barabai.
1.3.4 Menentukan alternatif pemecahan masalah tingginya angka kejadian
hipertensi di Kecamatan Barabai.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Puskesmas
Sebagai masukan kepada pihak puskesmas dalam upaya mencegah
peningkatan angka kejadian hipertensi di kecamatan Barabai.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai acuan bagi masyarakat khususnya di kecamatan Barabai untuk
mengikuti berbagai kegiatan promotif dan preventif terhadap penyakit
hipertensi.
1.4.3 Bagi Tenaga medis
Sebagai pedoman bagi mahasiswa agar mampu menyusun rencanakegiatan promotif dan preventif terhadap penyakit hipertensi.
7/28/2019 MP Selesaaii 3
4/38
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan
oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan
tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air
raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Berdasarkan rekomendasi dari Seventh Report of the Joint National
Committee of Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC VIII), klasifikasi tekanan darah (dalam mmHg) untuk dewasa
berusia 18 tahun ke atas adalah sebagai berikut* :
Normal : Sistolik
7/28/2019 MP Selesaaii 3
5/38
5
2.2Epidemiologi
Hipertensi adalah epidemi di seluruh dunia, di banyak negara, 50% dari
populasi usia > 60 tahun mengalami hipertensi. Secara keseluruhan, sekitar 20%
dari orang dewasa di dunia diperkirakan menderita hipertensi. Prevalensi
meningkat secara dramatis pada pasien berusia > 60 tahun.2
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan
dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6
sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran,
Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%;
dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Di wilayah kerja Puskesmas Barabai, pada
laporan bulanan dari Oktober 2012 jumlah pasien Hipertensi mencapai 256 kasus,
dengan kasus baru sejumlah 66 kasus. Kasus terbanyak berasal dari kelompok
umur 45-54 tahun sebanyak 45 kasus sedangkan rentang usia penderita muda (15
19 tahun) mencapai 15 kasus.
2.3Faktor Risiko Hipertensi
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderitahipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan
riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi
didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih
besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot
(satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini
7/28/2019 MP Selesaaii 3
6/38
6
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi.
2. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu
yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih
besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh
degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
3. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih
awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap
morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50
tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang
berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam
orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas
terhadap vasopresin lebih besar.
5. Penyakit Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran
garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darahdan mengembalikan tekanan darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah
kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon
7/28/2019 MP Selesaaii 3
7/38
7
angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah,
karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju
ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.
6. Obat-obataan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB),
Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam
jumlah sangat besar), termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi)
secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.
Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
7. Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah
140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai
akibat dari gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh darah
secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga
berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Stress
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun
stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal. Mekanisme hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah
7/28/2019 MP Selesaaii 3
8/38
8
saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah
saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
2. Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan
dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi.
Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak
dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas
terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada
bagian perut.
3. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam
yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah
yang dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika
dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok
makan.
4. Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor
risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor
risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus
peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara
umum di Indonesia.
7/28/2019 MP Selesaaii 3
9/38
9
5. Kurang olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
2.4Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi beberapa golongan
yaitu:
1. Hipertensi Primary
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 3050 tahun.
2. Hipertensi Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal,
atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan
darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama
pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).
a.Hipertensi pada penyakit ginjal
b. Hipertensi pada penyakit renovaskular
c. Hipertensi pada kelainan endokrin
d. Sindrom Cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang
disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan
Adenocorticotropin Hormone (ACTH ).
e. Hipertensi adrenal kongenital
7/28/2019 MP Selesaaii 3
10/38
10
Hipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi
pada anak (jarang terjadi).
f. Feokromositoma
g. Koarktasi aorta
h. Hipertensi pada kehamilan
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama
peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal, janin dan neonatus.
Kedaruratan hipertensi dapat menjadi komplikasi dari preeklampsia
sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik. Perempuan hamil
dengan hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya
komplikasi yang berat seperti abruptio plasenta, penyakit
serebrovaskuler, gagal organ, koagulasi intravaskular.
Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi
adalah pil kontrasepsi oral (OCP) dimana 5% perempuan mengalami
hipertensi sejak mulai penggunaan. Perempuan usia lebih tua (>35tahun)
lebih mudah terkena., begitupula dengan perempuan yang pernah
mengalami hipertensi selama kehamilan. Pada 50 % tekanan darah akan
kembali normal dalam 36 sesudah penghentian pil.
2.5Patofisiologi
Tekanan darah arteri merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi
vaskular sistemik. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi cardiac
output dan resistensi vaskuler dapat mempengaruhi tekanan darah . Viskositas
darah, dinding pembuluh darah yang tipis, dan kecepatan aliran darah memilikirelevansi yang potensial berkaitan dengan regulasi tekanan darah pada manusia
melalui fungsi pembuluh darah dan endotel. Faktor-faktor yang mempengaruhi
cardiac outputseperti asupan natrium, fungsi ginjal, dan mineralokortikoid; efek
inotropik terjadi melalui augmentasi volume cairan ekstraseluler dan peningkatan
denyut jantung dan kontraktilitas. Resistensi pembuluh darah perifer tergantung
pada sistem saraf simpatik, faktor humoral, dan autoregulasi lokal.
7/28/2019 MP Selesaaii 3
11/38
11
2.6Patogenesis hipertensi2,10
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi
di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
2.7Manifestasi Klinis2
2.7.1 Anamnesis
1. Setelah hipertensi ditemukan, yang dikonfirmasi setelah pengukuran
tekanan darah dengan tepat yang telah dicatat pada paling sedikit 3 kali
pemeriksaan yang berbeda (berdasarkan rata-rata 2 atau lebih pembacaan
7/28/2019 MP Selesaaii 3
12/38
12
diambil di masing-masing 2 kunjungan atau lebih dilihat setelah skrining
awal), dilakukan anamnesis yang rinci meliputi:
- Tingkat kerusakan organ target
- Penilaian status risiko kardiovaskuler pasien
- Penyebab sekunder hipertensi
2. Riwayat faktor risiko kardiovaskuler termasuk hiperkolesterolemia,
diabetes mellitus, dan kebiasaan merokok.
3. Riwayat penggunaan obat over-the-counterdan obat-obatan herbal, seperti
teh herbal yang mengandung licorice, efedrin, riwayat pengobatan dengan
antihipertensi sebelumnya, kontrasepsi oral, etanol, dan obat-obatan
terlarang, seperti kokain.
4. Temuan yang menunjukkan adanya hipertensi sekunder seperti riwayat
penyakit ginjal, massa abdomen, anemia, dan pigmentasi urochrome.
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah yang akurat adalah kunci diagnosis. Pada
setiap kunjungan, rata-rata dilakukan 3 kali pembacaan tekanan darah yang
diambil dalam selang 2 menit menggunakan manometer raksa. Tekanan darah
harus diukur dalam posisi duduk telentang dan dilakukan auskultasi dengan bel
stetoskop. Pada kunjungan pertama, tekanan darah harus diperiksa pada kedua
lengan dan satu kaki untuk menyingkirkan diagnosis koarktasio aorta atau
stenosis arteri subklavia.
Karena ukuran manset yang tidak tepat dapat mempengaruhi pengukuran
tekanan darah, manset yang lebih lebar lebih baik digunakan, terutama jika
lingkar lengan pasien melebihi 30 cm. Pasien harus beristirahat tenang setidaknyaselama 5 menit sebelum pengukuran.
Palpasi dari semua denyut perifer harus dilakukan. Tidak adanya denyut
femoralis menunjukkan koarktasio aorta atau penyakit pembuluh darah
perifer. Carilah bising arteri renalis di perut bagian atas; adanya bising unilateral
pada kedua komponen sistolik dan diastolik menunjukkan stenosis arteri
ginjal. Pemeriksaan jantung dilakukan untuk mengevaluasi tanda-tanda LVH. Ini
7/28/2019 MP Selesaaii 3
13/38
13
termasuk perpindahan apeks, impuls apeks yang meluas atau menguat, dan adanya
bunyi jantung S4.
2.7.3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum, kreatinin serum, glukosa serum,
asam urat, dan urinalisis.
b. Profil lipid (kolesterol total, low density lipoprotein [LDL], high density
lipoprotein [HDL], dan trigliserida).
c. Pengukuran rasio aldosteron / aktivitas renin plasma dilakukan untuk
mendeteksi hiperaldosteronisme primer. Rasio yang lebih dari 20-30
menunjukkan hiperaldosteronisme primer. Hipokalemia dan alkalosis
metabolik merupakan manifestasi lanjut dari gangguan ini.
d. Pemeriksaan thyroid-stimulating hormone (TSH) untuk menilai hipotiroidisme
atau hipertiroidisme sebagai penyebab hipertensi.
e. Jika feokromositoma diduga, katekolamin urin dan fraksi metanefrin adalah
tes pilihan.
2.8Penatalaksanaan Hipertensi
2.8.1 Modifikasi gaya hidup
A. Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal11
Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan berat
badan ideal, sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan asupan kalori dengan
kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung
kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi.
Disamping itu, agar melakukan aktifitas fisik yang cukup untuk mencapaikebugaran jasmani yang baik dengan menyeimbangkan pengeluaran dan
pemasukan energi/kalori.
Secara umum untuk menurunkan berat badan dapat dicapai dengan
menurunkan asupan total kalori. Dianjurkan untuk menurunkan berat badan 0,5
1 kg per minggu. Sehingga kebutuhan kalori harus dikurangi 500 1000
KKal/hari. Dianjurkan untuk meningkatkan penggunaan sayuran, buah-buahan,
kacang-kacangan dan produk biji-bijian serta mengurangi bahan makanan hewani
7/28/2019 MP Selesaaii 3
14/38
14
(daging merah), lemak atau minyak jenuh (mentega atau santan), karbohidrat
murni (gula, tepung-tepungan) dan yang mengandung alkohol. Dalam
menjalankan diet rendah kalori, agar berhati-hati terjadinya kekurangan zat gizi
mikro (vitamin dan mineral). Oleh karena itu, dianjurkan banyak makan sayuran
dan buah-buahan.
B. Mempertahankan kadar kolesterol11
Lemak jenuh adalah penentuan utama peningkatan kadar kolesterol,
sehingga dianjurkan untuk menurunkan asupan lemak jenuh < 10% asupan total
energy dengan membatasi asupan makanan kaya asam lemak jenuh (susu tinggi
lemak dan produknya, daging berlemak serta minyak kelapa). Pada orang dengan
kadar kolesterol LDL tinggi atau dengan penyakit kardiovaskuler, lemak jenuhnya
harus lebih rendah (< 7% total energi).
Asam lemak trans diet dapat meningkatkan kolesterol LDL dan
menurunan kolesterol HDL. Asam lemak ini terdapat pada produk makanan jadi
yang mengandung minyak tumbuhan yang terhidrogenasi sebagian seperti kue
kering, kraker, makanan yang dipanggang dan digoreng. Minyak yang digunakan
pada makanan yang digoreng di kebanyakan restoran kemungkinan mengandung
asam lemak trans yang tinggi.
Untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan kadar kolesterol, dianjurkan
untuk mengkonsumsi total sumber asam lemak (< 10% kebutuhan energi).
Disamping itu juga harus menurunkan konsumsi bahan makanan tinggi
kolesterol,walaupun bahan makanan tersebut rendah sumber asam lemak jenuh.
Kolesterol dalam makanan dapat juga meningkatkan kadar kolesterol LDL,
walaupun tidak sebanyak lemak jenuh. Kebanyakan makanan tinggi lemak jenuh
juga merupakan sumber kolesterol, sehingga mengurangi komsumsi makanan iniakan memberikan keuntungan lebih yaitu pembatasan asupan kolesterol. Makanan
kaya kolesterol tetapi rendah kadar asam lemak jenuh (kuning telur) serta kacang-
kacangan dengan kadar lebih rendah sehingga efeknya lebh kecil terhadap
kolesterol LDL.
Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan
penggunaan serat untuk setiap gram dapat menurunkan kolesterol LDL rata-rata
7/28/2019 MP Selesaaii 3
15/38
15
2,2 mg/dl. Sehingga dianjurkan diet tinggi serat yang diperoleh dari sumber
karbohidrat seperti nasi, jagung, ubi, gandum, kentang, talas.
Makanan yang diperkaya dengan asam lemak tak jenuh berguna untuk
merubah sifat-sifat aterogenik karena disiplidemia yang ditandai dengan kadar
kolesterol HDL yang rendah, trepliserida yang meningkat dan kolesterol LDL
meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya asam lemak tak jenuh
omega-3, khususnya EPA dan Docosa Hexaaonoat Acid (DHA), dapat
memperbaiki profil lipoprotein darah.
Asam lemak omega-3 yang lain yaitu asam linoleat dapat menurunkan
risiko infark imokard dan penyakit jantung iskemik pada usinta. Makanan sumber
asam lemak omega 3 antara lain adalah ikan terutama ikan berlemak dari laut
seperti ikan tongkol, sarden, salem dan minyak tumbuh-tumbuhan seperti kedelai,
jagung, kacang. Dianjurkan untuk mengkonsumsi ikan minimal 2 porsi / mg (50
gr / porsi).
Selain itu, untuk menurunkan dan mempertahankan kadar kolesterol dan
lipoprotein dalam darah, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan yang
kaya akan kandungan asam lemak jenuh dan kolesterol tinggi, serta
memperbanyak konsumsi sayuran, ikan, polong-polongan dan kacang-kacangan
sebagai sumber asam lemak tak jenuh.
C. Mempertahankan tekanan darah normal11
Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan natrium +
1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2
mmHg pada penderita hipertensi dan penurunan lebih sedikit pada individu
dengan tekanan darah normal. Respons perubahan asupan garam terhadap tekanandarah bervariasi diantara individu yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga
faktor usia.
Disarankan asupan garam < 6 gram sehari atau kurang dari 1 sendok teh
penuh. Dari berbagai penelitian, terbukti bahwa kenaikan berat badan dapat
meningkatkan tekanan darah dan terjadinya hipertensi, walaupun pada program
penurunan berat badan. Penurunan tekanan darah dapat terjadi sebelum tercapai
berat badan yang diinginkan. Penurunan sistolik dan diastolik rata-rata per kg
7/28/2019 MP Selesaaii 3
16/38
16
penurunan berat badan adalah 1,6 / 1,1 mmHg. Sehingga dianjurkan untuk selalu
menjaga berat badan normal, untuk menghindari terjadinya hipertensi.
Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol atau bahan makanan yang
mengandung alkohol karena dapat meningkatkan tekanan darah. Disamping itu
alkohol juga dapat menyebabkan kecanduan.
Dari penelitian-penelitian klinis memperlihatkan pemberian suplemen
kalium dapat menurunkan tekanan darah. Dengan suplementasi diet kalium 60-
120 mmol/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,5
mmHg pada penderita hipertensi dan 1,8 serta 1,0 mmHg pada orang normal. Diet
kaya kalium juga dihubungkan dengan penurunan risiko stroke. Asupan diet
kalium, Mg dan kalsium sebaiknya bersumber pada bahan makanan alami.
Pemberian suplemen harus dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu.
D. Penatalaksanaan diet11
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram
mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan
merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.
Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti
berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam
darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah
tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanandalam daftar diet.
Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat
dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh
karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok
teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
7/28/2019 MP Selesaaii 3
17/38
17
Daftar bahan pangan yang dianjurkan :
1. Serelia, dan umbi-umbian serta hasil olahannya: beras, jagung, sorgum, cantle,
jail, sagu, ubi, singkong, kentang, talas, mie, roti, bihun, oat.
2. Sayuran:
- Sayur daun: kangkung, bayam, pucuk labu, sawi, katuk, daun singkong,
daun pepaya, daun kacang, daun mengkudu, dan sebagainya.
- Sayur buah: kacang panjang, labu, mentimun, kecipir, tomat, nangka
muda,dan sebagainya.
- Sayur akar: wortel, lobak, bit, dan sebagainya.
3. Buah: jambu biji, pepaya, jeruk, nanas, alpukat, belimbing, salak, mengkudu,
semangka, melon, sawo, mangga.
4. Kacang-kacangan dan hasil olahnya (tempe, tahu) serta polong-polongan.
5. Unggas, ikan, putih telur.
6. Daging merah, kuning telur.
7. Minyak, santan, lemak (gajih), jeroan, margarine, susu dan produknya.
8. Gula, garam.
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi
untuk menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar
kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak
mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa,gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker,
keripik dan makanan kering yang asin).3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur,kulit ayam).
7/28/2019 MP Selesaaii 3
18/38
18
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki
rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe,
kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium.
Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas
meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang
berlebih.
Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan
garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 175 mEq/hari)
dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu,
pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan
rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel
(159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg
kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg
kalium).
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi
yaitu 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat
memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari
rata-rata 808 mg.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium
yang dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan.
Namun pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak danprotein urin (pre eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi
konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur dan buah-
buahan).
2.8.2 Terapi farmakologis
Belum ada konsensus yang menetapkan standar terapi optimal untuk
penyakit hipertensi; namun kebanyakan dokter merekomendasikan pemberian
7/28/2019 MP Selesaaii 3
19/38
19
terapi inisial dengan satu macam obat dan dikembangkan hingga terapi kombinasi
dengan dosis rendah. Semua terapi lini pertama dapat menurunkan tekanan darah
pada 40-60% pasien dengan hipertensi ringan-sedang. Pada pasien yang tidak
responsif, dilakukan penggantian obat (tanpa dikombinasikan dengan obat
pertama) atau mengganti dengan obat ketiga jika obat kedua tidak efektif. 2
JNC VII merekomendasikan penggunaan diuretik thiazide atau beta bloker
sebagai terapi inisial pada hipertensi tanpa komplikasi. Dosis rendah diuretik
thiazide (12,5-25 mg hydrochlorthiazide) merupakan terapi yang low-cost dan
dapat memberikan perlindungan kardiovaskuler. Pasien yang tidak responsif
dengan terapi thiazide dosis rendah dapat diberikan ACE Inhibitor, beta bloker,
atau calcium channel blocker. Pasien yang tidak responsif dengan diuretik
biasanya juga tidak responsif dengan calcium channel blocker, sehingga
sebaiknya digunakan ACE Inhibitor dan beta bloker sebagai terapi lini kedua. 2
Terapi inisial berdasarkan rekomendasi JNC VIII :2
- Prehipertensi (sistolik 120-139, diastolic 80-89) : tidak direkomendasikan obat
antihipertensi
- Hipertensi stage I (sistolik 140-159, diastolic 90-99) : direkomendasikan
diuretic thiazide sebagai terapi lini pertama. ACE Inhibitor, Angiotensin II
Receptor Blocker (ARB), beta bloker, CCB digunakan sebagai terapi lini
kedua
- Hipertensi stage II (sistolik > 160, diastolic > 100) : direkomendasikan
kombinasi dua obat (biasanya digunakan diuretic thiazide dan ACE Inhibitor
atau ARB atau beta bloker atau CCB)
Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi
metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalammemberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis
kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Adanya penyakit penyerta
lainnya akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi. Pada
penderita dengan penyakit jantung koroner, penyekat beta mungkin sangat
bermanfaat; namun demikian terbatas penggunaannya pada keadaan-keadaan
seperti penyakit arteri tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada
penderita hipertensi dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung kongestif,
7/28/2019 MP Selesaaii 3
20/38
20
diuretik, penghambat ACE (angiotensin convening enzyme) atau kombinasi
keduanya merupakan pilihan terbaik.12
Dosis obat diuretic (mg/hari) yang dianjurkan: bendrofluazid 1,25- 2,5,
klortiazid 500-100, klortalidon 25-50, hidroklortiazid 12,5-25, dan indapamid SR
1,5. Dosis obat-obat penyekat beta yang direkomendasikan adalah asebutolol 400
mg sekali atau dua kali sehari, atenolol 50 mg sekali sehari, bisoprolol 10-20 mg
sekali sehari, celiprolol 200-400 mg sekali sehari, metoprolol 100-2000 mg sekali
sehari, oksprenolol 180-120 mg dua kali sehari, dan pindolol 15-45 mg sekali
sehari. Dosis obat-obat penghambat ACE yang direkomendasikan adalah
kaptopril 6,25-50 mg tiga kali sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali sehari,
perindropil 2-8 mg sekali sehari, quinapril 2,5-40 mg sekali sehari, ramipril 1,25-
10 mg sekali sehari. Dosis obat-obat penyakat kanal kalsium yang
dianjurkanadalah: amlodipin 5-10 mg sekali sehari, diltiazem 200 mg sekai sehari,
felodipin 5-20 mg sekali sehari, nikardipin 30 mg dua kali sehari, nifedipin 30-60
mg sekali sehari, verapamil 120-240 mg dua kali sehari. Dosis obat-obat penyakat
alfa yang dianjurkan adalah; doksazosin 1-16 mg sekali sehari, dan prazosin 0,5
mg sehari sampai 10 mg dua kali sehari.12
7/28/2019 MP Selesaaii 3
21/38
21
BAB III
METODE
3.1Analisa Masalah
3.1.1 Metode
Belum adanya program promotif dan preventif terhadap penyakit
hipertensi yang efektif di Puskesmas Barabai
3.1.2 Lingkungan
Pola makanan di Barabai
- Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun
sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi
essential). Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya
hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang. Namun dari
beberapa kecenderungan menyatakan bahwa konsumsi tinggi
kolesterol dan lemak memicu terjadinya aterosklerosis.
3.1.3 Material
Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi,
poster, pamflet, dan leaflet tentang hipertensi, pencegahan, dan
komplikasinya.
3.2 Alternatif Pemecahan Masalah
3.2.1 Manusia :
1. Petugas :Meningkatkan keaktifan petugas kesehatan dalam melakukan upaya
promotif dan preventif hipertensi.
a. Rencana : membuat program mengenai hipertensi
Mengadakanstaff meeting
Membahas mengenai kendala yang ditemukan selama
ini
Merancang program hipertensi
7/28/2019 MP Selesaaii 3
22/38
22
Menunjuk penanggung jawab program hipertensi.
Membuat target pencapaian program
Melakukan pertemuan minimal 1x dalam setahun untuk
mengevaluasi program mengenai hipertensi.
b. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas, Promkes
c. Sasaran : petugas promkes.
d. Target : petugas dapat berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan
program dan mencapai target pencapaian program yang
direncanakan
2. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi dan faktor
resikonya.
a. Rencana : Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
hipertensi yang tercakup dalam program kegiatan
promotif dan preventif hipertensi yang diadakan.
Menyusun jadwal kegiatan penyuluhan
Menyusun materi penyuluhan yang akan diberikan
meliputi pengertian hipertensi, faktor risiko, bahaya
hipertensi dan upaya pencegahannya.
Menyiapkan tempat dan semua perlengkapan yang
dibutuhkan untuk penyelenggaraan acara.
Menyebar undangan kepada pihak terkait.
Penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan konsep yang
ditentukan.
b. Pelaksana : Penanggung jawab program dan Promkes
c. Pelaksanaan :
Dalam gedung : dilakukan penyuluhan kepada masyarakat yang datang
berobat, penyuluhan tentang hipertensi dilakukan 1 kali sebulan.
Luar gedung : melakukan penyuluhan pada saat puskesmas keliling.
d. Sasaran : masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Barabai.
e. Target : Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi
7/28/2019 MP Selesaaii 3
23/38
23
3.2.2 Metode :
Membuat rancangan progam kegiatan promotif dan preventif terhadap penyakit
hipertensi di Puskesmas Barabai
a. Rencana : Merancang program promotif dan preventif hipertensi
Mengadakanstaff meeting
Menunjuk penanggung jawab program hipertensi
Membentuk kader yang akan menjalankan program
Membuat rancangan program berupa :
- penyuluhan massal
- penyuluhan yang berkesinambungan di Puskesmas
dan kelurahan.
- olahraga rutin baik di puskesmas atau di balai desa
Menyusun jadwal program
Merencanakan pertemuan dengan stake holder terkait
untuk mensosialisasikan program yang akan dilakukan
b. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas, Promkes.
c. Sasaran : Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Barabai
d. Target : Terbentuknya suatu program yang menjadi upaya promotif
dan preventif terhadap penyakit hipertensi
3.2.3 Material :
Membuat dan memperbanyak media promosi yang menarik.
a. Rencana : Membuat dan menyebarkan leaflet dan poster tentang
hipertensi secara berkelanjutan.
Membuat design leaflet dan poster tentang hipertensi.
Mencetak leaflet dan poster tentang hipertensi.
Memperbanyak leaflet dan poster tentang hipertensi.
Menyebarluaskan leaflet dan poster hipertensi di tempat
umum yang ada di setiap kelurahan di wilayah kerja
puskesmas Barabai.
7/28/2019 MP Selesaaii 3
24/38
24
Membagikan leaflet hipertensi di acara penyuluhan yang
dilaksanakan oleh puskesmas.
b. Pelaksana : penanggung jawab program dan Promkes.
c. Target : Terdapatnya leaflet, poster tentang hipertensi di tempat-
tempat umum seperti kantor kelurahan, sekolah, tempat-
tempat organisasi masyarakat.
3.2.4 Lingkungan :
Memberikan penyuluhan tentang pola makanan yang sehat.
a. Rencana : melakukan penyuluhan mengenai pola hidup yang sehat yang
diintegrasikan dalam program yang diadakan Puskesmas.
b. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas dan Penanggung jawab Promkes & P2P
c. Pelaksanaan : dilaksanakan sesuai jadwal materi program penyuluhan
Puskesmas
d. Sasaran : masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Barabai
e. Target : Meningkatnya pengetahuan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Barabai mengenai pola hidup sehat
7/28/2019 MP Selesaaii 3
25/38
25
BAB IV
HASIL
4.1. Profil Komunitas Umum
7/28/2019 MP Selesaaii 3
26/38
26
4.2Data Geografis
4.3Data Demografi
Batas Wilayah :
Sebelah Barat : Kecamatan Batang Alai Utara
Sebelah Utara : Kecamatan Pandawan
Sebelah Timur : Kecamatan Batang Alai Selatan
Sebelah Selatan: Wilayah Kerja Puskesmas Awang Besar
4.4Sumber daya kesehatan yang ada
Sumber daya ketenagaan tenaga kesehatan
Dokter Umum : 2 orang
Dokter Gigi : -
7/28/2019 MP Selesaaii 3
27/38
27
Sarjana Kesehatan masyarakat : 1 orang
Perawat (DIII Akper & SPK) : 5 orang
DIII kesling dan SPPH : 2 orang
Analis Kesehatan (SMAK) : 1 orang
Akademi Gizi : 1 orang
Bidan Puskesmas (DIII Akbid) : 2 orang
Bidan Desa : 8 orang
Perawat Gigi (DIII & SPRG) : 5 orang
Pelaksana Farmasi (AA) : 3 orang
Tenaga administrasi : 3 orang
Sopir : 1 orang
Pesuruh : 1 orang
TU : - orang
TKS : 4 orang
4.5Sarana pelayanan kesehatan yang ada
Sarana Fisik Kesehatan
Puskesmas Induk : 1 buah
Puskesmas Pembantu : 2 buah
Mobil Pusling : 1 buah
Kendaraan Roda Dua : 4 buah
Rumah Dinas dr/drg : 1 buah
Rumah Dinas Paramedis : 2 buah
Rumah Bidan Desa : 1 buah
Pesawat Telekomunikasi : 1 buah
Bangunan Poskesdes : 3 buah
7/28/2019 MP Selesaaii 3
28/38
28
4.6Data kesehatan masyarakat (primer)
4.6.1 Prevalensi masalah kesehatan masyarakat sebelum dan sesudah
intervensi
Berdasarkan laporan tahunan untuk 10 penyakit terbanyak pada tahun
2011, hipertensi merupakan penyakit terbanyak kedua setelah infeksi saluran
pernapasan akut.
Tabel 2. Urutan 10 Penyakit Terbanyak menurut Laporan Tahun 2011
No Penyakit Jumlah persentasi (%)
1 Infeksi akut saluran pernapasan atas 5184 30,0
2 Hipertensi Primer 1626 9,4
3 Dermatitis 1425 8,2
4 Pharingitis 1424 8,2
5 Penyakit lain sistem otot & jaringan 1422 8,2
6 Penyakit pulpa & jaringan periapikal 1412 8,2
7 Dispepsia 1241 7,2
8 Gangguan pertumbuhan gigi & erupsi 1236 7,2
9 Batuk 1161 6,7
10 Demam 1148 6,7
7/28/2019 MP Selesaaii 3
29/38
29
Grafik 1. Distribusi umur pasien penderita hipertensi di barabai
Dengan data yang terkumpul dilakukan intervensi berupa penyuluhan
mengenai Hipertensi yang berlangsung bersamaan dengan kegiatan Puskesmas
Keliling, Puskesmas Lansia dan Pengajian warga yang berlangsung pada
- Tanggal :
- Tanggal :
- Tanggal
- Tanggal :Kemudian juga telah dibuat leaflet dan poster tentang hipertensi dengan
desain terlampir.
Diharapkan setelah berjalannya intervensi melalui program yang sudah
direncanakan ini angka prevalensi penyakit hipertensi dapat diturunkan.
4.6.2 Perilaku kesehatan masyarakat
Untuk menilai tingkat pengetahuan dan perilaku kesehatan masyrakat
terutama mengenai penyakit hipertensi maka dirancang sebuah mini kuesioner
yang. Melalui hasil pengolahan data kuesioner ini didapatkan data mengenai
tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit hipertensi, factor resiko serta
perilaku kesehatan masyarakat terhadap penyakit hipertensi yang diderita.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
umur
40 - 49 tahun
50-59 tahun
60 tahun
7/28/2019 MP Selesaaii 3
30/38
30
Grafik 2. distribusi faktor resiko hipertensi di barabai
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Tidak
Ya
7/28/2019 MP Selesaaii 3
31/38
31
BAB V
DISKUSI
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak
terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung
congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler.
Diperkirakan terjadi 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, menjadi 1,15 milyar
kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat
ini dan pertambahan penduduk saat ini. Sementara prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Di wilayah kerja Puskesmas Barabai, pada laporan tahunan 2011
jumlah pasien Hipertensi mencapai 1626 orang menjadi penyakit kedua terbanyak
setelah infeksi saluran pernapasan akut dengan prevalensi 9,4%.
Belum adanya program promotif dan preventif yang efektif terhadap
penyakit hipertensi yang terlaksana di Puskesmas Barabai, pola konsumsi
makanan di Barabai serta masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti
papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang hipertensi, pencegahan, dan
komplikasinya merupakan beberapa point yang menjadi perhatian terhadap
tingginya angka kejadian hipertensi di Barabai
Berlandas pada masalah-masalah ini kami mencoba meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hipertensi dan faktor resikonya dengan membuat
dan memperbanyak media promosi yang menarik serta rancangan progamkegiatan promotif dan preventif terhadap penyakit hipertensi di Puskesmas
Barabai.
Beberapa hal yang berhasil kami capai dalam waktu yang cukup singkat
untuk pengerjaan kegiatan ini adalah penyuluhan serta pembuatan media
informasi yang menarik yang dapat disebar kepada masyarakat serta di tempat-
tempat umum yang ada di wilayah kerja Puskesmas Barabai yang dapat menjadi
sumber informasi bagi masyarakat terhadap bahaya hipertensi.
7/28/2019 MP Selesaaii 3
32/38
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingginya angka kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Barabai dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi dan faktor resiko
nya
Belum adanya program promotif dan preventif terhadap penyakit
hipertensi di Puskesmas Barabai
Belum adanya komunitas hipertensi yang dapat menjadi salah satu sarana
fasilitator upaya promotif dan preventif hipertensi
Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi,
poster, pamflet, dan leaflet tentang hipertensi, pencegahan, dan
komplikasinya.
B. Saran
Perlunya diadakan program promotif dan preventif terhadap penyakit
hipertensi di Puskesmas Barabai berupa penyuluhan tentang hipertensi
dan pola hidup sehat secara berkesinambungan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup sehat dan faktor resiko
hipertensi
Perlunya penyusunan kembali jadwal penyuluhan bersama Promkes,
sehingga pelaksanaan penyuluhan dapat dijalankan dengan teratur
Perlunya dijadwalkan olahraga rutin bagi di setiap kelurahan, yang
merupakan salah satu pola hidup sehat yang dapat mencegah penyakit
hipertensi
Perlunya dibentuk suatu komunitas hipertensi yang dapat menjadi salah
satu sarana fasilitator upaya promotif dan preventif hipertensi
7/28/2019 MP Selesaaii 3
33/38
33
Perlunya peningkatan kreatifitas dalam memanfaatkan media informasi
seperti papan informasi, poster, pamflet, leaflet dan stiker dalam rangka
pomosi kesehatan tentang pencegahan hipertensi
7/28/2019 MP Selesaaii 3
34/38
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta.
EGC. 2002
2. Dreisbach, Albert W. Hypertension. University of Mississippi Medical
Center.2009. Diakses dari emedicine.com tanggal 16 Juni 2010.
3. Sudoyo, Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV. Jakarta.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2006.
4. Husnul Amalia, Ridwan Amiruddin, Armilawaty. Hipertensi dan Faktor
Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi.Makassar. Bagian Epidemiologi
FKM UNHAS.2007. Diakses dari ridwanamiruddin.wordpress.com
tanggal 11 Juli 2010.
5. Kartari DS. Review Hipertensi di Indonesia Tahun 1980 ke Atas. Jakarta.
Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. 2006. Diakses dari
Cermin Dunia Kedokteran tanggal 11 Juli 2010.
6. Lipoeto, Nur Indrawati, Asnil Sahim, Delmi Sulastri, Firdawati. Tekanan
Darah Berhubungan Erat dengan Lingkaran Pinggang.. Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Diakses dari repository.unand.ac.id
tanggal 15 Juli 2010.
7. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2007
8. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2008
9. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2009
10.Price,sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Jilid1. Edisi ke6. Jakarta. EGC. 2006.
11.Kurniawan Anie. Gizi seimbang untuk mencegah hipertensi. Jakarta.
Direktorat Gizi Masyarakat.2005
12.Kuswardhani,Tuty. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia. Denpasar.
Divisi Geriatri Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNUD.2008.
7/28/2019 MP Selesaaii 3
35/38
35
Lampiran 1
MINI PROJECT INTERNSHIP
PUSKESMAS BARABAI
BARABAI - HULU SUNGAI TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KUESIONER HIPERTENSI
Identitas pasien
Nama :
Jenis kelamin : L/P* (*coret salah satu)
Alamat :
Pekerjaan :
Nama KK :
Ukuran
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
IMT :
Tekanan Darah : / mm Hg
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Umur : ..................
a. 40-49 tahun
b. 50-59 tahun
c. > 60 tahun
2 Pendidikan Terakhir :
a. Tidak tamat SD
b. SD sampai SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
3 Apakah Bapak/Ibu tahu berapa tekanan darah untuk dinyatakan tekanan
darah tinggi?
4 Apakah Bapak/Ibu tahu apa saja yang dapat meningkatkan tekanan darah?
5 Apakah Bapak/Ibu tahu akibat tekanan darah tinggi tidak diobati teratur?
6 Apakah Bapak/Ibu tahu apa saja yang dapat menurunkan tekanan darah
selain obat?
7/28/2019 MP Selesaaii 3
36/38
36
7 Apakah Bapak/Ibu menderita hipertensi?
Jika Ya, sudah berapa lama? ......................... (TD pertama kali ...................
mm Hg)
8 Apakah Bapak/Ibu memiliki kebiasaan berolahraga minimal 3x setiapminggu?
9 Apakah Bapak/Ibu seorang perokok atau memiliki riwayat merokok?
10 Apakah Bapak/Ibu sering mengkonsumsi (> 3 x seminggu)
a. Gorengan (camilan) .......................
b. Makanan asin/awetan .........................
c. Daging kambing ...........................
d. Jeroan ..........................
12 Apakah Bapak/Ibu mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi?
14 Apakah Bapak/Ibu sering merasa kesal
7/28/2019 MP Selesaaii 3
37/38
37
Lampiran 2
Leaflet Hipertensi
Depan
Belakang
7/28/2019 MP Selesaaii 3
38/38
Lampiran 3
POSTER HIPERTENSI