Upload
others
View
30
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Metode Penelitian Uji KlinikFitofarmaka
Atina Hussaana Bagian Farmakologi
FK Unissula
A prospective study comparing the effect & value of intervention(s) against control in human beings (Friedman, Furberg & DeMets, 1996).
A controlled experiment having a clinical event as an outcome measure and done in a clinic or clinical setting and involving persons having a specific disease or health condition (Meinert, 1996).
A clinical trial is an experiment testing medicaltreatments on human participants (Piantadosi,1997).
The term clinical trials may be applied to any form of planned experiment which involves patients and is designed to elucidate the most appropriate treatment of future patients with a given medical condition (Pocock, 1984).
Hakekatnva UKOT = UKOMTapi ada masalah khas dalam perkembangan OT.
Setiap UK merupakan penelitian yang khas, yang berbeda menurut :
obat, tujuan, disain, parameter pengukuran, pelaksanaan, penyulit, analisis, publikasi.
Bagaimana melakukan UKOT? Referensi : buku uji klinik & FDA Guidelines forClinical Trials mengenai design & pelaksanaannya.
UKOT (Uji klinik Obat tradisional)
Untuk dapat menjadi fitofarmaka OT/obat herbal harus dibuktikan khasiat & keamanannya melalui uji klinik.
Seperti obat moderen, desain uji klinik yang
menjadi baku emas (gold standard) utk OT :
uji klinik berpembanding dengan alokasi acak dan tersamar ganda (randomized double-blind controlled clinical trial)
Uji klinik pada manusia hanya dapat dilakukanapabila OT/obat herbal tersebut telah terbuktiaman dan berkhasiat pada uji preklinik.
Uji klinik OT (seperti halnya dengan uji klinikobat moderen), prinsip etik uji klinik harusdipenuhi.
Sukarelawan harus mendapat keterangan yang jelas mengenai penelitian dan memberikan informed-consent sebelum penelitian dilakukan.
Standardisasi sediaan merupakan hal yang penting untuk dapat menimbulkan efek yang terulangkan (reproducible).
Tujuan uji klinik obat tradisional:
1. Membuktikan manfaat obat tradisional sesuai
indikasi yang diajukan.
2. Memastikan status keamanan penggunaan obat
tradisional pada manusia.
3. Mengungkapkan data untuk mendorong
penemuan dan pengembangan obat baru yang
berasal dari bahan alam.
Pedoman tata laksana uji klinik obat tradisional
berpegang pada prinsip GCP (Good Clinical
Practices).
Protokol Uji Klinik
1. Judul
2. Latar Belakang, meliputi:
a. - Alasan utama perlunya dilakukan uji klinik OT
- Indikasi yang akan dibuktikan dengan uji klinik
OT
b. Deskripsi cirri-ciri obat tradisional uji, pemanfaatan
empiric.
c. Deskripsi pengolahan, peracikan dan formulasi.
d. Manfaat yang akan diperoleh dari uji klinik.
Lanjutan Protokol Uji Klinik
3. Tujuan
4. Tempat Penelitian
5. Disain
- Disain yang digunakan adalah double-blind
randomized controlled clinical trial
- Bila tidak memungkinkan dapat single-blind.
- Bila diperlukan pengacakan bisa dilakukan
dengan stratifikasi
- Pembandingan harus dengan obat standar atau
plasebo.
Lanjutan Protokol Uji Klinik
6. Seleksi pasien dan proses pengikutsertaan
a. Pemilihan subjek
b. Persetujuan etik
c. Besar sampel
Lanjutan Protokol Uji Klinik
7. Obat tradisional uji dan pembanding
a. Obat tradisional uji
Harus sudah melalui uji praklinik
b. Pembanding
Kemukakan data yang mengungkapkan
identitas pembanding.
c. Penyiapan obat tradisional uji & pembanding
d. Regimen obat tradisional uji & pembanding
- dosis, frekuensi, dan lama pemberian
- cara pemberian
e. Obat penyerta & obat penolong
Lanjutan Protokol Uji Klinik
8. Jadwal Kegiatan UKOT
9. Pemantauan & penghentian UKOT
a. Pemantuan
Kemukakan siapa pemantaunya, apa
tugasnya, kapan dilakukan pemantauan,
bagaimana tindak lanjut hasil pemantuan.
b. Penghentian uji klinik
Jabarkan kriteria untuk menghentikan uji
klinik, baik atas keikutsertaan perorangan
maupun uji klinik secara keseluruhan.
Lanjutan Protokol Uji Klinik
10. Dana dan kontrak dengan sponsor
11. Kelengkapan lampiran yang perlu
a. Hasil uji praklinik
b. Informasi yang akan diberikan calon subjek
untuk mendapat persetujuan
c. Contoh formulir informed consent
d. Contoh surat perjanjian dengan sponsor
e. Formulir laporan kejadian yang tak diharapkan
f. Formulir laporan kematian
g. Formulir catatan data pasien.
Lanjutan Protokol Uji Klinik
12. Tim Pelaksana
a. Memiliki pengalaman kerja yang memadai.
b. Memahami hakekat dan kaidah
penyelenggaraan Good Clinical Practices
c. Memiliki kemampuan untuk bekerja sama.
d. Bersedia mematuhi ketentuan yang terkait
dengan pelaksanaan uji klinik.
13. Laporan uji klinik obat tradisional.
UKOT dibagi empat fase yaitu:
Fase I : dilakukan pada sukarelawan sehat, untukmenguji keamanan dan tolerabilitas OT
Fase II awal: dilakukan pada pasien dalam jumlah terbatas, tanpa pembanding
Fase II akhir: dilakukan pada pasien jumlahterbatas, dengan pembanding
Fase III : uji klinik definitif
Fase IV : pasca pemasaran,untuk mengamati efek samping yang jarang atau yang lambat timbulnya
KEKHUSUSAN UKOT
Untuk obat tradisional (OT) yang sudah lama beredar luas di masyarakat dan tidak menunjukkan efek samping yang merugikan, setelah mengalami uji preklinik dapat langsung dilakukan uji klinik dengan pembanding.
Untuk OT yang belum digunakan secara luas harus melalui uji klinik pendahuluan (fase I dan II) guna mengetahui tolerabilitas pasien terhadap obat tradisional tersebut.
Berbeda dengan uji klinik obat modern, dosis yang digunakan umumnya berdasarkan dosis empiris tidak didasarkan dose-ranging study.
Kesulitan yang dihadapiadalah dalam melakukan pembandingan secara tersamar dengan plasebo atau obat standar. Obat tradisional mungkin mempunyai rasa atau bau khusus sehingga sulit untuk dibuat tersamar.
Saat ini belum banyak uji klinik OT di Indonesia meskipun nampaknya cenderung meningkat dalam 5 tahun belakangan ini.
Kurangnya uji klinik yang dilakukan terhadapobat tradisional al. karena:
1.Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan uji klinik2.Uji klinik hanya dapat dilakukan bila obat tradisional telah terbukti berkhasiat dan aman pada uji preklinik3.Perlunya standardisasi bahan yang diuji4.Sulitnya menentukan dosis yang tepat karena penentuan dosis berdasarkan dosis empiris, selain itu kandungan kimia tanaman tergantung pada banyak faktor.5.Kekuatiran produsen akan hasil yang negatif terutama bagi produk yang telah laku di pasaran
Memilih disain uji klinik
Disain uji klinik merupakan deskripsi bagaimana uji klinik akan dilaksanakan dengan memilih dari berbagai jenis pilihan, supaya memperoleh rencana yang cocok dengan tujuan penelitiannya.
Disain dapat ditentukan dari berbagai kombinasi , sehingga dapat menjawab pertanyaan studi secara optimal
Tabel 1. Clinical Trial Design Aspects(dari: Textbook of Pharmaceutical Medicine : 240)
Membuat disain uji klinik yang berbobot perlupendekatan multidisiplin metode penelitian, farmakologi klinik, pengetahuan penyakit yang akan diteliti dan pengelolaannya, prinsip statistik, serta dasar-dasar uji klinik.
Kapan plasebo dipakai?
Untuk dapat mengukur hasil terapeutik suatu obat baru dapat dilakukan pembandingan dengan plasebo atau obat standar.
Obat standar : obat yang diakui sebagai yangterbaik padawaktu ini.
Pilihan antara menggunakan obat standar atau plasebo, atau keduanya, tergantung dari : penyakitnya, obat yang sekarang digunakan, relevansi metode penelitiannya, dan tujuan uji klinik
Pemakaian plasebo merupakan teknik untuk dapat mencapai 3 hal(WHO TRS 1975: Guidelines for Evaluation of Drugsin Man : 48)
1. Membedakan efek suggestability, personality,attitude, anticipation, yang ada pada penderita,dokter, dan observer.
Bias ini akan menambah atau mengurangi efektivitas obat sebenarnya atau mengubah persepsi efek samping, yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan obatnya sendiri.
2. Plasebo merupakan kontrol terhadap perubahan yang ditimbulkan oleh penyakitnya sendiri dalam hubungannya dengan waktu.
Perjalanan penyakit keluhan memuncak. Lalu seringkali mereda secara alamiah bisa dipersepsi sebagai efek penyembuhan obat
3. Plasebo dapat menghindarkan konklusi positif/ negatif palsu.Plasebo terutama diperlukan untuk menunjukkan efektivitas. Sekali efektivitas suatu obat sudah dibuktikan secara meyakinkan (mungkin lebih dari 1 x) melalui plasebo, maka studi lain tidak diharuskan lagi memakai plasebo.
Plasebo digunakan dalam situasi :
1. Jika tidak terdapat obat standar yang diakui.
2. Pengobatan standar yang ada ternyata memang tidak efektif, meragukan/ tidak terbukti.
3. Obat yang akan diuji merupakan obat dengan mekanisme / cara pemberian baru.
4. Pengobatan standar tidak cocok sebagai pembanding (perbedaan cara pemberian, dosis, dsb).
5. Respons hanya dapat diukur sebagai parameter subyektif.
6. Reaksi plasebo cukup besar (diare, influenza,sariawan, perdarahan hidung, dan sebagainya).
Kriteria di mana sebaiknya plasebo tidak dipakai :
I. Tidak etis untuk tidak mengobati dengan obataktif, jika ini efektif. Misal : pada tuberkulosis.
2. Tidak praktis untuk membandingkan cara pemberian iv dan oral, kecuali dapat digunakan double dummy technique dg baik.
3. Respons plasebo sudah diketahui, dan hendak menguji respons terhadap berbagai dosis.
double dummy technique
Kasus permohonan uji klinik yang sulit
mendapatkan persetujuan :
1. Obat berupa hormon, per oral, dikonsumsi
beberapa minggu sebelum persalinan, dan
diindikasikan untuk melunakkan serviks uteri
Dimaksudkan agar pembukaan serviks dapat
terjadi cepat dan waktu persalinan
diperpendek.
Obat seperti ini, yaitu yang digunakan sebagai
profilaksis, selalu sulit sekali dinilai, karena
sulit diramalkan, seandainya obat itu tidak
digunakan, apakah partus juga tidak akan
terjadi secara normal?
2. Pembuktian efektivitas vaksin atau keampuhan
suatu obat dalam mencegah efek samping suatu obat.
Suatu vaksin yang dibuat untuk mencegah infeksi dalam suatu
u.ji klinik, tidak dapat memastikan apakah subjek uji benar akan
terpapar kuman yang "akan membuatnya sakit".
Penderita yang akan dicegah terhadap suatu efek samping tidak
diketahui akan terkena efek samping atau tidak.
Jika, misalnya, efek samping akan
te rjadi dengan rate sebesar80%makamasih dapat dihitung
dengan cukup akurat apakah obat yang akan mencegah efek
samping tadi benar akan mencegahnya, yaitu dengan
menurunkan rate kejadiannya dari 80% ke 30%, misalnya.
Tetapi jika rate efek samping itu sekitar 1 per 1000, maka uji
klinik yang biasa tidak akan dapat mendeteksinya (karena akan
memerlukan ribuan orang percobaan), apalagi membuktikan
apakah suatu obat profilaktik dapat mengurangi rate kejadian
efek samping tersebut
Observasi Klinik Jamu(Dasar ilmiah Terapi Jamu di pelayanan kedokteran) :
Untuk memenuhi ketentuan umum bahwa setiap TO dan OT yang akan digunakan dalam yankes harus memenuhi persyaratan mutu dan memiliki bukti ilmiah atas khasiat dan keamanannya.
Didukung 4 pilar : ketersediaan informasi EBM, ketersediaan sumber bh baku terstandarisasi, adanya regulasi penggunaan TO dan OT dalam yankes, upaya promosi kpd masyarakat dan stakeholder.
32
ALUR PIKIR DALAM GRAND STRATEGY SAINTIFIKASI JAMU
Peta Ethnomedicine di Indonesia(Base line data)
Khasiat promotif dan preventif
Khasiat KuratifKhasiat Rehabilitaif
/ Paliatif
Paradigma sehat Paradigma sakit
Paradigma sehat dan Paradigma
sakit
Didapatkannya Bukti Ilmiah Tentang Manfaat Jamu
Pengintegrasian Obat Tradisional (Jamu) dalam Pelayanan KesehatanFormal
ISU PENGEMBANGAN OBAT ASLI INDONESIA (JAMU)
33
Bagaimana menjadikan jamu (obat asli Indonesia)menjadi tuan rumah di negeri sendiri?
Pencarian evidence (bukti) agar obat asli Indonesia (Jamu) dapat dipakai oleh sistem pelayanan
kesehatan formal
PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU
PerMenkes No. 003 tahun 2010:
Saintifikasi Jamu
• Pembuktian ilmiah jamu melalui penelitianberbasis pelayanan kesehatan (dual system)
• Strategi “memasukkan obat tradisional /jamu”dalam pelayanan kesehatan (kedokteran)
• Dimensi praktik penggunaan jamu dalamkonteks penelitian (ada instrumen khusus)
34
PerMenkes No. 003 Tahun 2003: sebagai “upaya terobosan” untuk
“memasukkan jamu” dalam pelayanan kedokteran (agar tidak
menyalahi UU Praktik Kedokteran)
Tujuan Saintifikasi Jamu(pasal 2)
1. Memberikan evidence Base penggunaanjamu secara empiris melaluin penelitianberbasis pelayanan kesehatan
2. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti
Tujuan Saintifikasi Jamu (pasal 2)
3. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatifterhadap pasien dengan penggunaan jamu.
4. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, berkhasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Syarat jamu dalam penelitian berbasispelayanan kesehatan jamu (pasal 4)
1. Aman
2. Berkhasiat (berdasarkan data empiris.)
3. Memenuhi persyaratan mutu
Fasilitas pelayanan kesehatan untuk SJ(pasal 7)
• KLINIK B2P2TO2 T Tawangmangu
• Klinik jamu (tipe A-Tipe B)
• Sentra Pengembangan dan PenerapaPengobatan Tradisional (SP3T)
• BKTM
• Rumah Sakit yang ditetapkan
Syarat Klinik Saintifikasi Jamu tipe A(pasal 8):1. SDM: Dokter (koordinator)
Asisten Apoteker Nakes komlemeter lain Administrator
2. Fasilitas: ruang periksa. RuangPendaftaran, Ruang lab, Griya Jamu,ruang diskus,i ruang tunggu
Klinik Tipe B (pasal 8)
Tenaga :
1. Dokter sebagai penanggung jawab
2. Nakes komplementer alternatif sesuai kebutuhan
3. D3 Pengobat tradisional
Sarana : peralatan medis, peralatan jamu, ruang tunggu, ruang pendftaran, ruang periksa, peracikan jamu
Syarat dokter yang memberikanpelayanan jamu (pasal 11 - 15):
1. STR
2. SIP
3. SBR TPKA
4. ST-TPKA
5. Ada Informed Consent
6. Ada medical record
7. Kegiatan penelitian mendapat eticalclearance
KOMNAS JAMU
• Bertugas : melakukan pembinaan dan peningkatan saintifikasi jamu
43
TANAMAN OBAT
Isolasi bahan aktif
Obat modern
Jamu (tradisional)
Yankes tradisional
Formula Jamu terpilih
Jamu Saintifik
Yankes formal
SaintIfikasi Jamu
PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT (JAMU)
Binwas Yankestradkom
Yankes-tradkom
44
GR
AN
DST
RAT
EGY
PEN
GEM
BA
NG
AN
JAM
UARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN JAMU
Kebijakan nasional dan kerangka regulasi
•Mensinergikan pengobatan tradisional (jamu) dengan sistem pelayanan kesehatan nasional
•UU, PP, PerMenkes, KepMenkes
Penyediaan bahan baku yg berkualitas
•Bekerjasama dg Kemtan & Kemhut untuk standarisasi penyediaan bahan baku (penanaman, panen, pengolahan paska panen)
Keamanan, mutu, dan manfaat (efikasi)
•Litbang terkait penyediaan bahan baku (standarisasi penanaman, panen, dan pengolahan)
•Litbang terkait keamanan, mutu, dan efikasi (manfaat) jamu dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan paliatif (etnomedicine, uji preklinik dan uji klinik jamu)
Akses •Menjamin ketersediaan tanaman obat dan jamu, khususnya obat herbal (jamu) esensial
•Memasukkan jamu dalam formularium RS (obat Jamkesmas??)
Penggunaan rasional
•Mengembangkan pedoman pengobatan jamu (Formularium Jamu)
•Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang pengobatan jamu
R&D
Menjamin keamanan, mutu, dan manfaat
(efikasi)
“Saintifikasi Jamu”
Pemetaan etnobotani-medis
Litbang budidaya, panen, paska panen
standarisasi mulai hulu s/d hilir
Kajian tentang kebijakan dan regulasi obat
tradisional (jamu)
Litbang tentang keamanan, mutu, dan manfaat
(efikasi jamu melalui uji klinik)
Litbang aspek sosiobudaya jamu body of
knowledge Jamu45
Menjamin Kesinambungan Penyediaan
bahan baku jamu yg berkualitas
1. Bekerjasama dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Kehutanan untuk standarisasi proses penyediaan bahan baku (penanaman, panen, pengolahan paska panen)
2. Pendidikan dan pelatihan kepada petani tentangpenanaman, panen, dan pengolahan paska panen
3. Pemberdayaan petani untuk menanam Tanaman Obat sebagai alternatif peningkatan ekonomi keluarga
4. Pengembangan Kelembagaan: Koperasi, Gapoktan dan Klaster
46
Menjamin akses masyarakat terhadap jamu
yang bermutu, berkhasiat, dan aman
Pengembangan Klinik Saintifikasi Jamu di Puskesmas dan RS
(Pemerintah dan swasta)
Pengembangan TOGA di tingkat rumah tangga untuk
pertolongan pertama (self medication) pada penyakit ringan
(common diseases) dan pemeliharaan kesehatan
pedoman
Pembinaan produsen jamu tentang Cara Pembuatan Jamu
yang Baik (GMP)
47
Mendorong penggunaan obat tradisional
(Jamu) yang rasional
Mewajibkan “provider” menggunakan “jamu” yang berkualitas
Penyusunan Vademecum Herbal dan Formularium Jamu
Diklat kepada dokter spesialis, dokter umum, dokter puskesmas tentang pelayanan obat tradisional (jamu)
Pelatihan Battra dan masyarakat tentang penggunaan jamu, khususnya promotif, preventif, kuratif sederhana
48
Jumlah Bahan yg digunakan
• Ada 80 Tanaman obat yang telah digunakan dalam klinik saintifikasi jamu
• Jumlah spesies tanaman yang diindikasikan berkhasiat obat ada + 30.000 spesies TO
Agar Jamu berkhasiat
• Tepat ukuran (dosis)
• Tepat waktu penggunaan
• Tepat cara penggunaan
• Tepat pemilihan bahan/ramuan
• Tepat telaah informasi
• Sesuai dengan indikasi penyakit tertentu
KESESUAIAN BAHAN PENYUSUN RAMUANDENGAN INDIKASI
• PENDEKATAN EMPIRIS : Hasil survei etnobotani, tercantum dalam literatur tradisional seperti Serat Centini, Jamu Pusaka Kraton, Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang
• PENDEKATAN KHEMOTAKSONOMI : Bahwa berbagai spesies dalam satu familia memiliki kemungkinan kandungan kimia yang mirip strukturnya, contoh : alkaloid tropan pada Solanaceae, kurkuminoid pada Zingiberaceae
• PENDEKATAN HOLISTIK : Bahan aktif utama, bahsiaan aktif pendukung khasiat, bahan pensuspensi, stabilisator, corrigen saporis, corrigen odoris, corrigen coloris
FORMULASI DAN KEAMANAN RAMUAN
• KESESUAIAN BAHAN PENYUSUN RAMUAN DENGAN INDIKASI : Pendekatan empiris, pendekatan khemotaksonomi,study literatur, pendekatan holistik
• BAHAN BERBAHAYA HARUS DIHINDARI/ HATI2 : Kandungan aktif berefek keras, dosis terapi dekat dengan dosis toksis
• KONTRAINDIKASI HARUS DIHINDARI : Kontraindikasi dalamsatu bahan tunggal, kontraindikasi dalam ramuan
Kelembak ( antakinon rhein--- lancar BAB, secang (tanin--- antidiare)
RUANG LINGKUP BAHAN BAKU JAMU
• SIMPLISIA
Tumbuhan : kumis kucing, jahe, camomile, ky manis
Hewan : kuda laut, tangkur buaya, empedu ular
Mineral : belerang, kapur sirih, emas
• EKSTRAK (Sari tanaman yang masih kasar)
• EKSTRAK TERPURIFIKASI (fraksi flavonoid, kurkuminoid, minyak atsiri, VCO)
• ISOLAT AKTIF (kafein, piperin, kurkumin, rutin, eugenol)
1. Ramuan :
• Ramuan Simplisia ? ------- umum
• Ramuan serbuk ------------- seduhan
• Ramuan Ekstrak ? ---------- industri
2. Promotif dan Preventif Wellness ? Stamina ?
• Immunostimulan ?
• Anti-Oksidan ?
• Hepatoprotektor ?
• Sehat / Bugar / Awet Muda / Awet Ayu ??
• Anti masuk angin, kembung, antiflatulent....
• stamina
Kriteria Bahan Jamu
Kriteria Bahan Jamu3. Ramuan sederhana vs kompleks ? Sederhana (maks. 5):
Kunir-Asem (Kunyit-Asam)
Beras-Kencur
Babakan-Pule
Cabe – Puyang
Sinom
Paitan , dll
Kompleks (> 5):
Tolak Angin (Sidomuncul), Singkir Angin (Nyonya Meneer) dkk
Pria Sehat (Nyonya Meneer)
Sehat Pria (Sidomuncul)
Galian Singset
dll
Tolak Angin :
• Amomi fructus ( kapulaga )
• Foeniculli fructus ( adas )
• Isorae fructus ( kayu ulet )
• Myristicae semen ( pala )
• Burmanni cortex ( manis jangan )
• Centellae herba ( pegagan )
• Caryophilli folium (daun cengkeh)
• Parkiae semen ( kedawung )
• Oryza sativa ( beras )
• Menthae arvensitis herba ( daun poko )
• Zingiberis rhizoma ( jahe )
• Usnae thallus ( kayu angin )
Anti-inflamasi,penghangat
Anti-inflamasi, anti-mikroba
Anti-inflamasi, nafsumakan
Anti-tumor, tonik
Tonik, obat luka
Anti-bakteri, anti-virus
Meningkatkan imunitas
Anti-virus, penghangat
Ramuan Jamu
Ramuan Dasar
5 grR/Temu lawak
Kunyit
Meniran
3 gr
4 gr
Ramuan dasar sebagai pendukung bahan formula utama, yang bersifat analgetik, antiinflamasi dan imunomodulator.
Anti asam uratR/Kayu secang 5 gr
Daun tempuyung 3 gr
Daun kepel 3 gr
Secang : flavonoid kuat --- oksidator kuat –menghambat batu urat – hmbt xantin oksidase
Tempuyung : Flavonoid dan coumarin – hmbt xantinoksidase
Ion2 Na dan K ... Ikatan dg batu uric – seny garam ---mudah larut --- keluarkan ( ion kalium --- diuretik kuat)
Kepel – uji pre --- turunkan kdr as urat
Anti kolesterolR/Daun jati londo 5 gr
Daun kemuning 5 gr
Kelembak 3 gr
Jati londo :
muscilago --- mengembang di perut – hambat absorsi
Alkaloid --- enzim lipase--- molekul besar
Kemuning : efek menurunkan berat badan --- ekskresi kolesterol
Kelembak : antrakinon rhein --- laksan – efek defekasi --- BAB lancar
HipertensiR/ Seledri 5 g
Kumis kucing 3 g
pegagan 3 g
Seledri Flavonoid Apiin dan Apigenin Vasodilator Tekanan darah turun
Kumis kucing Flavonoid polimetoksi: sinensetin, isosinensetin; garam kalium; dan inositol Diuretika Penurunan tekanan darah
Pegagan– vasodilatator, anti penegentalan darah –perlancar peredaran darah.
Anti diabet
R1/ Daun sambiloto 5 gr
Salam 3 gr
Bratrawali 5 gr
Sambiloto : andrografolid
Bratawali : insulin alami
SEDIAAN JAMU
• SIMPLISIA (2 - 7 gram) tiap bahan
• SERBUK (2 - 7 gram)
• EKSTRAK (50 - 1000 miligram)
Dosis pemakaian sekali minum
PENYIAPAN RAMUAN
1. Bahan ditimbang satu persatu sesuai dosis dalam penggunaan sehari
2. Dimasukkan dalam wadah plastik ( 8 buah untuk satu resep)
3. Dikukan pengepresan
4. Dimasukkan dalam wadah pengemasramuan
CARA PEMAKAIAN
1. Didihkan 5 gelas airgelas
2. Masukkan 1 kemasan ramuan jamu
3. Tunggu selama 15 menit ( sampai air terisa 2 gelas dengan nyala api kecil dengan sesekali diaduk)
4. Diamkan hingga hangat/ dingin ( tetap tutup rapat)
5. Saringlah dan minum 2 x 1 gelas tiap hari.