Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Mesin Pemilah (Grader) Buah-Buahan Dan Umbi-Umbian Berdasarkan Berat
Fruit and Tubers Grade Machine with Weight Basis
Sandra Malin Sutan1* dan Kartika2
1Jurusan Teknologi Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145
2Jurusan Teknik Elektro - Politeknik Negeri Padang Kampus Politeknik Limau Manis Padang
*Email: [email protected] ; [email protected]
abstrak
Pemilahan atau sering juga disebut pemutuan (grade) untuk produk pertanian merupakan salah satu proses yang sangat penting, hal ini sangat berhubungan dengan harga dari suatu komoditas. Pada saat ini pemilahan produk pertanian sebagian besar masih secara manual hal ini akan menyebabkan objektifitas penilaian tinggi karena tergantung mood sipekerja. Pemutuan produk mempunyai banyak kriteria misalnya pemutuan berdasarkan diameter, berat, warna dan lain-lain.pemutuan dengan mesin kerjanya lebih konsisten. Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk merancang mesin pemilah yang dapat bekerja secara konsisten dan kontinyu. Penelitian ini menggunakan berat sebagai indikator pemilahan, sehingga pada mesin ini diberi sensor berat dan untuk pengatur hasil pilahan menggunakan sistem PLC. Sensor berat yang digunakan adalah load cell 50 kg dan PLC yang digunakan adalah Cpm1a-20cdr-A-V1. Pengujian mesin menggunakan kentang, kentang menurut SNI 01-3175-1992 terdiri atas empat kelas, yaitu kelas kecil dengan berat ≤ 50 g, kelas sedang dengan berat 51 s/d 100 g, kelas besar dengan berat 100 s/d 300 g dankelas sangat besar dengan berat ≥300 g. Hasil penelitian didapatkan PLC berhasil menerima sinyal input berupa tegangan dari sensor berat pada masing-masing kelas; untuk kelas kecil sebesar 0.017 Volt,sedang sebesar 0.040 Volt, berat sebesar 0.069 Volt dan kelas sangat besar sebesar 0.013 Volt. Setelah mendapat sinyal ini PLC memberikan perintah kepada aktuator membuka pintu sesuai kelas kentang berdasarkan berat. Hasil pengujian kentang kelas kecil ketepatannya 80%, kelas sedang dan kelas besar 90% serta kelas sangat besar 100%
Kata kunci: pemutuan, PLC, sensor berat, aktuator
abstract
Grading for agricultural product is an essential process. That is relevance for comodity pricing strategy. Nowadays, the most agricultural grading is using manual method. The manual grading quality depends on worker subjectivity, emotional mood and fitness. There are so many criteria of agricultural product, i.e. diameter, weight, color etc. Grading machine can work with high consistency. The aim of this research to design grading machine with consistence and continue process. The grading indicator is weight, so the machine use weight censor. Grading output is controled by PLC system. Weight censor of this machine is using load cell with 50 kg and PLC system is using Cpm1a-20cdr-A-V1. Potato Grade was tested with this machine. Potato based on SNI 01-3175-1992 consist of 4 classes: (1) small ≤ 50 g, medium 51 until 100 g, big 100 s/d 300 g, very big ≥300 g. The research results PLC receive input signal in the form of voltage from weight censor on every potato class. Small class was 0.017 Volt, medium was 0.040 Volt, big was 0.069 Volt and very big was 0.013 Volt. After signal receiving, PLC gives instruction to actuator to open the door in accordance with their wight class. Testing output have some accurate level, Small have 80% accurate level, medium an big have 90% acurate level and very big have 100% accurate level.
Keywords: grader, PLC system, Weight Censor , Actuator.
Pendahuluan
Pemilahan atau sering juga disebut pemutuan (grade) untuk produk pertanian
merupakan salah satu proses yang sangat penting, hal ini sangat berhubungan dengan
harga dari suatu komoditas. Pemutuan produk mempunyai banyak kriteria misalnya
pemutuan berdasarkan diameter, berat, warna dan lain-lain. Menurut Peleg (1985),
kriteria penyortiran berdasarkan pada warna, bentuk, berat, kerusakan mekanis dan
busuk, serta derajat kematangan.
Pemilahan yang dilakukan pada saat ini untuk buah dan umbi-umbian sebagian
besar dilakukan secara manual, hal ini akan menyebabkan kurang seragamnya hasil
pemilahan dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Keadaan ini menyebabkan
banyak petani di Indonesia tidak melakukan sortasi pada buah dan umbian yang
dihasilkan sebelum dipasarkan. Sortasi atau grading pada umumnya hanya dilakukan
oleh pedagang pengumpul. Sehingga harga jual yang diperoleh petani kurang, padahal
apabila dilakukan akan meningkatkan pendapatan bagi penanamnya dan sebagai tempat
untuk memperoleh kesempatan kerja (Pantastico, 1993).
Pengembangan mesin pemilah yang menggunakan sensor diharapkan dapat
membantu memecahkan permasalahan ini. Mesin ini bekerja menggunakan sensor
berat. Strain gauge load cell adalah sensor yang digunakan untuk mengubah gaya tekan
menjadi sinyal listrik, melalui perubahan resistansi yang terjadi pada strain gauge
dengan sebuah tekanan dalam bentuk deformasi (regangan). Load cell biasanya terdiri
dari empat susun strain gauge dalam konfigurasi jembatan wheatstone. Keluaran sinyal
listrik strain gauge load cell hanya beberapa milivolt sehingga membutuhkan
amplifikasi dengan penguat instrumentasi diferential sebelum dapat digunakan. Output
dari strain gauge load cell diproses ke dalam algoritma yang terintergrasi untuk
menghitung gaya yang diterapkan pada strain gauge load cell (Anonim, 2012) Tujuan
penelitian ini membangun sistem untuk mengkelaskan buah/umbi berdasarkan berat
berbasis PLC pada alat grader.
Bahan dan Metode
1. Bahan dan alat
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kentang dengan bebrbagai
kelas/mutu. Sedangkan alat yang digunakan adalah sensor berat load cell 50 kg, penguat
tegangan IC INA 114 BP, motor DC power window, motor stepper, PLC jenis
OMRON CPM1A-20CDR-A-V1, microcontroller ATMEGA 8535, kabel RS 232,
sensor inframerah, sensor fotodioda, kabel, seperangkat komponen elektronika, power
suply, relay 12 volt, relay 24 volt, timah, PCB.
2. Metode
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yaitu merancang program
sistem pengkelasan pada mesin grader secara otomatis menggunakan PLC, membuat
rancangan rangkaian elektronika sesuai dengan sistem, integrasi program dengan
komponen mesin dan pengujian, pengujian mesin dalam penelitian ini menggunakan
kentang. Apabila terdapat kendala atau sistem tidak berjalan sesuai yang diinginkan
dilakukan perbaikan kembali pada sistem, kemudian dilakukan pengujian kembali pada
alat sampai mendapatkan rancangan yang diinginkan. Gambaran metode dalam
penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir penelitian (Gambar 1).
Gambar 1. Diagram alir penelitian
3. Pelaksanaan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini terbagi atas rancangan fungsional dan rancangan
struktural.
3.1 Rancangan Fungsional
Pendekatan perancangan fungsional digunakan untuk melihat kerja komponen
sesuai dengan fungsinya yang meliputi: sensor berat, aktuator, sensor inframerah,
fotodioda, dan sistem kendali PLC.
1. Sensor Berat. Sensor berat berfungsi untuk mendapatkan informasi dari berat
buah kentang yang dirangkai sedemikian rupa sehingga keluaran informasi sensor dapat
diumpankan ke PLC. Sensor berat yang digunakan adalah Load cell 50 kg (Gambar 2).
Gambar 2. Load cell 50 kg
Sensor berat (load cell) ini dipasang dibawah timbangan. Ketika kentang
melewati timbangan maka berat dari kentang akan menekan sensor. Sensor akan
membaca tegangan yang dihasilkan akibat adanya tekan dari kentang.
2. Aktuator. Aktuator adalah bagian keluaran untuk mengubah energi
suplai atau perintah dari PLC menjadi energi kerja. Masukan sinyal yang diterima dari
sensor berat diolah didalam Microkontroler ATMEGA8535 sebagai pengendali perintah
perintah kepada aktuator. Aktuator yang digunakan berupa motor steper yang berfungsi
sebagai pintu untuk untuk membuka dan menutup pintu output grading.
3. Sensor Inframerah. Sensor inframerah pada penelitian ini berfungsi untuk
mendeteksi adanya buah/umbi lewat pada konveyor. Pada saat inframerah mendeteksi
adanya buah/umbi maka inframerah akan memberikan sinyal kepada PLC untuk
memberikan perintah menutup pintu per grade. Prinsip kerja dari sensor ini adalah
dengan memancarkan sinar inframerah yang nantinya ditangkap oleh sensor cahaya
fotodioda.
4. Fotodioda, Fotodioda adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya yang
dipancarkan oleh inframerah. Fotodioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang
dapat mengubah besaran cahaya menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik.
5. Microkontroler ATMEGA 8535. Microkontroler ATMEGA 8535 berfungsi
untuk menkonversi sinyal analog menjadi sinyal digital dan berfungsi sebagai pembagi
output sinyal masing-masing grade umbi/buah.
6. Sistem Kendali PLC. Berfungsi untuk mengendalikan dan memonitor masukan
dan melakukan evaluasi dengan menggunakan aturan-aturan yang dituliskan dalam
bahasa program untuk selanjutnya menghasilkan keluaran sinyal kendali yang sesuai
dengan kondisi masukan untuk meneruskan perintah kepada actuator. PLC yang
digunakan PLC OMRON CPM1A-20CDR-A-V1.
3.2 Rancangan Struktural
Pada penelitian ini PLC dipasang pada prototipe mesin grader yang sudah
dirancang. PLC digunakan sebagai otak kontrol pensortiran berdasarkan berat. Hasil
pembacaan sensor berat berupa sinyal Analog di konversi ke sinyal digital
menggunakan microcontroller ATMEGA 8535 yang selanjutnya akan informasi dari
PLC untuk memberikan perintah kepada aktuator untuk membuka pintu output hasil
pengkelaasan. Bentuk dari prototipe alat grader dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Rancangan grader umbi/buah
4. Tahap Pembuatan Sistem Pengkabelan
Pada tahap pembuatan sistem pengkabelan terdapat beberapa rangkaian yang di
buat yaitu rangkaian power suplay, infrared dan photodioda, relay, motor stepper serta
timbangan.
1. Rangkaian Power supply Power supply berfungsi untuk menyuplai tegangan.
Input power supply berupa arus bolak-balik (AC) yang dikonfersi menjadi output arus
searah (DC). Pada penelitian ini digunakan power supply untuk menghasilkan tegangan
sebesar 5 V, 12 V, dan 24 V yang masing-masing digunakan untuk rangkaian infrared
dan photodioda membutuhkan 5 V. relay dan motor stepper 12 V. timbangan 15 V dan
PLC 24 V.Power supply yang digunakan adalah power supply PC seperti pada Gambar
4. Power supply PC ini menghasilkan tegangan sebesar 5 V (kabel merah) dan 12 V
(kabel kuning). untuk mendapaikan tegangan dan 24 V dibuat terpisah dengan
menggunakan transformator.
Gambar 4. Power Supply
2. Rangkaian sensor Inframerah dan photodioda. Sensor inframerah
memancarkan cahaya infra merah sebagai. Pada bagian pemancar digunakan IC NE 555
sebagai pembangkit sinyal. Fekuensi yang dihasilkan rangkaian berkisar 30-40 KHz.
Pancaran sinar infra merah ini akan diterima oleh photodiode. Rangkaian sensor
inframerah dan photodioda seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Rangkaian Inframerah (a) dan photodioda (b)
3. Rangkaian Relay. Relay yang digunakan adalah relay 12 volt dan 24 volt. Pada
penelitian ini digunakan 8 relay dengan rincian 4 relay 12 volt sebagai penendali dan
penerima informasi sinyal dari inframerah selanjutnya mengiformasikan sinyal ke input
PLC. Relay 24 volt sebagai pengendali sinyal output PLC untuk memberi informasi
sinyal ke aktuator .
4.Rangkaian Timbangan. Berat kentang di dapatkan menggunakan load cell 50
kg. bentuk rangkaian seperti pada Gambar 6.
Gambar 6. Rangkaian sensor load cell
5. Tahapan pembuatan sistem control PLC
Setelah seluruh alat dan bahan selesai dikumpulkan maka seluruh rangkaian
elektronika sistem pengkabelan dirangkai. Setelah itu dipasangan rangkaian satu-persatu
dipasang pada akrelik. Selanjutnya di dihubungkan dihubungkan PLC, selanjutnya
dibuat program otomatisasi menggunakan komputer. Bentuk dari hubungan antar
rangkain seperti pada diagram alir rangkaian (Gambar 7)
Gambar 7. Diagram alir rangkaian
6 Tahapan Pengujian
Pada tahapan ini dilakukan pengujian setiap komponen. Berupa komponen
elektronika PLC dan komponen mekanis apakah dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan dari alat.
Uji fungsional berguna untuk mengetahui apakah rangkaian yang dibuat dapat
berjalan dengan optimal dan program dapat berjalan untuk menghasilkan sistem aplikasi
Programmable Logic Controller (PLC) untuk alat grader umbi/buah berdasarkan Berat.
Uji terhadap komoditi dilakukan dengan menggunakan kentang sebagai bahan
uji.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Prototipe alat Grader
Untuk mengontrol grade buah/umbi pada penelitian ini menggunakan PLC,
bagian yang dikontrol adalah sistem hopper input, sistem konveyor pengangkut, sistem
timbangan dan sistem aktuator pintu output per grade umbi/buah berdasarkan berat.
Sistem hopper input grader merupakan bagian dari alat yang berfungsi sebagai
tempat masuknya buah/umbi sebelum masuk ke konveyor pengangkut. Bagian hopper
ini terbuat dari besi plat dengan bentuk segitiga. Hopper dirancang sederhana dengan
sudut angle of friction 10 derajad. Sudut ini angle of friction memiliki peranan yang
sangat penting dalam mendesain sistem hopper sebab setiap komoditi berbeda nilainya.
Koefisien friction tergantung pada bentuk, karakteristik permukaan dan kandungan air.
(Chakraverty dan Singh, 2001).
Sistem konveyor pengangkut pada alat grader ini menggunakan 2 buah
konveyor. Konveyor pertama mangangkut kentang dari hopper menuju timbangan
untuk di ketahui berapa berat dari kentang. Selanjutnya dari timbangan kentang
diangkut menggunkan konveyor 2 untuk dilakukan pengkelasan berdasarkan berat.
Untuk menggerakkan konveyor digunakan motor power window 12 volt, dengan
kecepatan konveyor 5 putaran per menit (Gambar 8).
Gambar 8. Prototipe alat grader
Sistem timbangan dibuat dengan menggunakan bahan akrilik dengan berbentuk
bujur sangkar 12x12 cm. Untuk mengetahui berat dari kentang dipasang sensor berat
berupa load cell 50 kg dengan penguat tegangan IC INA114 BP. Berat kentang yang
dideteksi sensor dinformasikan berupa tegangan (volt).
Pada bagian output alat dipasang 4 pintu yang digerakkan aktuator. Aktuator
yang digunakan berupa motor stepper. Pada pintu ini dipasang sensor inframerah.
Sensor inframerah digunakan untuk menginformasikan kentang yang lewat pada
konveyor.
3.2 Sistem Pengkabelan
Perancangan sistem pengkabelan pada alat grader umbi/buah ini adalah
bagaimana menciptakan sistem rangkaian elektronika yang dapat diatur dengan
sedemikian rupa sehingga alat ini dapat dikendalikan dan bekerja secara otomatis.
Sistem pengkabelan penting dalam perancangan ini karena dengan sistem ini
akan menghubungkan setiap komponen-komponen didepannya sehingga komponen itu
dapat berjalan sesuai perintah.
3.2.1 Rankaian sensor Inframerah dan Photodioda
Pancaran sinar inframerah pada photodioda mengakibatkan photodioda bersifat
jenuh sehingga memberikan logika low pada basis transistor sehingga transistor bersifat
cut off dan output berlogika high. Ketika umbi/buah melalui sensor maka sinar
pancaran inframerah tidak sampai pada sensor cahaya photodioda. Dengan tidak adanya
pancaran sinar inframerah pada photodida, maka photodioda bersifat cut off sehingga
memberikan logika high pada basis transistor sehingga tansistor bersifat jenuh dan
output berlogika low. Rangkaiannya gambar 9
Gambar 9. Rangkaian sensor inramerah dan photodioda
Saat umbi/buah pada konveyor tidak melewati inframerah, arus photodioda
menjadi besar, menyebabkan tegangan keluaran menjadi kecil. Tapi pada Saat kentang
melewati inframerah, pancaran sinar inframerah pada photodioda seketika akan teputus.
Akibatnya arus photodioda kecil, ini Meyebabkan tegangan keluaran menjadi besar
(Gambar 10).
Gambar 10. Pemasangan sensor infamerah dan photodioda
Tegangan yang keluar ini dijadikan sinyal indikator untuk PLC. Sinyal ini
informasikan PLC bahwa ada umbi yang lewat. Maka PLC akan memerintahkan
aktuator untuk membuka pintu alat grader.
3.2.2 Rangkaian Pengendali Sinyal
Pengendali sinyal digunakan relay 12 V dan 24 V. dan PLC diberi tegangan
input tegangan sebesar 12 V dan output sebesar 24 V. pada rangkaian relay terdapat
driver relay yang mengatur tegangan input dan output. Driver relay yang digunakan IC
ULN2803 (Gambar11a). Relay pada sistem ini berfungsi sebagai saklar penghubung
tegangan (Gambar 11b). Rangkaian pengendali sinyal ini menentukan apakah informasi
sinyal dari sensor dapat diolah menjadi perintah dalam sistem kontrol.
Gambar 11. Rangkaian Driver relay dan Rangkaian pengendali sinyal
Saat pancaran sinar inframerah teputus, maka photodioda memberikan sinyal
berupa tegangan sebesar 5 V. tegangan tersebut selanjutnya dihubungkan ke driver relay
IC ULN2803 untuk dinaikan tegangan dan menghubungkannya ke relay input 12 V .
Pada saat relay input menerima tegangan maka kontak relay akan tertutup (kondisi ON)
sehingga tegangan masuk ke input PLC. PLC mengolah sinyal tersebut selanjutnya
mengeluarkan output tegangan 24 V, kemudian tegangan tersebut diteruskan ke relay
output. selanjutnya ke Microkontroller ATMEGA 8535 sebagai penjemahkan tegangan
menjadi perintah untuk menggerakkan aktuator.
3.2.3 Microkontroler ATMEGA 8535
Untuk memudahkan dalam membuat sistem pengkabelan pada penelitian ini
digunakan microkontroller ATMEGA 8535 untuk menterjemahkan sinyal analog dari
sensor berat (load cell) menjadi sinyal digital. Selain itu microkontroler digunakan
untuk membagi output dalam menggerakkan aktuator.
3.2.4 Motor Stepper
Motor stepper berguna sebagai aktuator pintu penggrade. Untuk menjalaknan
motor stepper digunakan driver motor menggunakan IC ULN2803. Satu motor stepper
membutuhkan empat output sinyal. Maka untuk empat motor stepper membutuhkan
enam belas sinyal output. Untuk itu digunakan microkontroler ATMEGA 8535 untuk
menyederhanakan output.sehingga informasi sinyal perintah dari PLC dapat
diterjemahkan menjadi empat output untuk empat motor stepper. Proses penggrade
pada alat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Pintu grader
Motor stepper dikontrol sebagai pintu penggrade. Motor dirogram untuk dapat
membuka dan menutup secara otomatis. Pada timbangan motor di program membuka
sebesar 900 , setelahnya motor langsung menutup kembali ke posisi awal. Tujuannya
agar motor dapat mendorong umbi ke konveyor setelah ditimbang. Pada pintu
penggrade motor stepper diprogram membuka sebesar 500 . Setelah terbuka motor tidak
langsung menutup, tetapi biberi jeda selama 5 detik. Tujuannya agar umbi terdorong
akibat pergerakan konveyor dengan sendirinya kedalam output alat penggrade. Setelah
jeda pintu kembali ke posisi awal.
3.2.4 Rangkaian timbangan
Timbangan berat kentang dibuat dengan menggunakan sensor berat load cell 50
kg. Sensor ini dapat mengukur berat dari 0 sampat maksimal 50 kg. kerja sensor ini
mengubah pergeseran mekanis yang diberikan. Dalam hal ini adalah tekanan menjadi
tahanan.. adanya arus yang mengalir konstan dan adanya tahanan maka didapatkan
tegangan. sesuai sengan hukum ohm V=I x R. Akan tetapi sinyal tegangan yang
dihasilkan sangat kecil, sehingga diperlukan penguat tegangan. Pada rangkaian
timbangan digunakan dua buah load cell. Load cell pertama disapang pada timbangan
sebagai penerima tekanan, sedangkan load cell yang kedua dipasang pada rangkaian
sebagai pembanding load cell pertama (Gambar 13). Penguat tegangan yang digunakan
IC INA114 BP. IC ini memiliki kelebihan akurasi yang tinggi dengan tiga op-amp
sekaligus didalamnya yang didisain dalam bentuk kecil
Gambar 13. Rangkaian load cell menggunakan IC INA114 BP
Setelah rangkaian terpasang dilakukan pengujian timbangan dengan
menggunakan menggunakan 10 sampel kentang masing-masing berat seperti pada table
3 hasil dari pengukuran voltase buah kentang berdasarkan SNI kentang segar No 01-
3175-1992 (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata nilai pengukuran voltase pada load cell
Dari hasil pengukuran didapatkan semakin berat kentang maka nilai tegangan
yang dihasilkan juga semakin besar dikarenakan meningkatnya nilai tahanan pada
sensor seiring dengan bertambahnya beban yang diberikan kepadanya.
Saat proses penimbangan berat kentang, load cell mengirimkan sinyal berupa
tegangan kepada microkontrler. Microkontroler menterjemahkan tegangan yang dikirim
apakah berat umbi kentang akan masuk ke pintu satu dengan berar ≤50 g, pintu dua
dengan berat 51 s/d 100 g atau pintu tiga dengan berat 101 s/d 300 g. Untuk berat umbi
kentang ≥ 301 g tidak ada pintu yang terbuka. Seperti pada diagram alir sistem
penimbangan (Gambar 14 )
Gambar 14. Diagram alir sistem penimbangan
Sensor Load cell mempunyai berbagai jenis sensor dengan sensifitas yang
berbeda-beda. Load cell yang digunakan pada penelitian ini memiliki sensitifitas
pendeteksian berat 0-50 kg. Sedangkan berat maksimal grade umbi kentang ±300 g
sehingga pada table 1 terlihat rentangan nilai voltase pada masing-masing grade
berdekatan. Untuk mendapatkan hasil grading yang baik dan lebih akurat dibutuhkan
load cell yang memiliki sensitivitas berkisar 0-1 kg. menurut (D. Sharon, dkk, 1982),
sensitivitas sensor akan menunjukkan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas
yang diukur.
Diagram leader PLC
Diagram merupakan suatu rangkaian leader. Diagram leader membutuhkan
sinyal input dari luar. Sinyal-sinyal ini dapat berupa tegangan melalui relay. Diagram
liader ini digunakan untuk mengontrol jalannya sistem grading. Sinyal-sinyal dari input
PLC diolah menggunakan PC dengan memasukkan perintah pada output PLC. Pada
Gambar 15 diterangkan bentuk diagram leader PLC untuk grading umbi kentang.
Gambar 15. Diagram Leader Sistem (A), Jalur sinyal tahap I (B) dan tahap II(C)
Pada Gambar 15 A, terdapat tiga blok perintah PLC. Masing-masing blok
mempunyai proses perintah yang sama. Proses perintah terluhat pada jalur arus/sinyal
pada Gambar 15 B dan C.
Pada gambar input 000.00 merupakan sensor inframerah. Saat sensor
mendeteksi kentang sinyal dikirim ke PLC. PLC memberikan output 002.00 berupa
perintah kepada microkontroler
Perintah PLC kepada microkontroler 002.00 adalah untuk menutup pintu sortasi
pada outout 010.01. Sebelum perintah di eksekusi sinyal diberikan jeda selama 3 detik
(TIM001) menunggu kentang masuk ke pintu grade. Setelah 3 detik jeda umbi kentang
masuk ke pintu, sinyal diteruskan ke output dan pintu tertutup secara otomatis.
Pengujian mesin dilakukan dengan menggunakan komoditi umbian yaitu kentang yang
kelasnya dibagi berdasarkan SNI yaitu 4 kelas (Tabel 2)
Tabel 2. Pengujian mesin grader
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara fungsional mesin ini telah dapat
berfungsi sesuai dengan rancangannya. Ketepatan pemilahan sebesar 90,84%, ketepatan
hasil pemilahan yang tertinggi pada kelas 300 gr< yaitu 100, sedangkan kesalahan
pemilahan untuk kelas yang lainnya mesin menempatkan kentang pada berat 300gr <,
hal ini disebabkan sensor yang digunakan pada penelitian ini adalah sensor berat dengan
pembacaan 0-50 kg sehingga kurang presisi untuk meneteksi berat yang kurang dari 1
kg.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Mesin pemilah dapat memilah buah/umbi berdasarkan berat. Uji untuk kentang
ketepatan rata-rata pemilahan adalah 90,4%
Saran
Untuk mendapatkan ketelitian yang lebih tinggi sebaiknya menggunakan sensor berat
yang akurasi pembacaannya dibawah satu kilogram
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Sensor Strain Gauge. http://elektronika-dasar.com/ komponen/sensor-
tranducer/sensor-strain-gauge/.diakses pada 26 mai 2013.
Bolton, Wiliam. 2004. Programable logic controller (PLC) seri pengantar edisi ketiga.
Erlangga. Jakarta.
D. Sharon, dkk. 1982. Principles of Analysis Chemistery. New York: Harcourt Brace
College Pumlisher.
Departemen Perdagangan. 1992. SNI 01-3175-1992 Kentang Segar. Badan
Standardisasi Nasional.
Julian W. Gardner, Microsensors: Principles and Applications, John Wiley & Son,
1994.
Pantastico, ER.B, 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-
Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah Kamariyani.
UGM-Press, Yogyakarta.
Peleg, K. 1985. Produce Handling, Packaging and Distribution. Westport, Connecticut:
AVI Publishing Corporation Inc.
Setiawan, I. 2006. Programmable Logic Controller (PLC) dan Teknik Perancangan
Sistem Kontrol. Andi. Yogyakarta.
Suhardiyanto, H., A. Sapei, C. Arief, A. Mardjani, B.D. Astuti. 2006. Sistem Kendali
Berbasis PLC untuk Pengaturan Pemberian Larutan Nutrisi pada Jaringan
Irigasi Tetes, Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer 4(2): 42-47.
Gambar 1. Diagram alir penelitian
Gambar 2. Load cell 50 kg
Gambar 4. Power Supply
Gambar 3. Rancangan grader umbi/buah
Gambar 5. Rangkaian Inframerah (a) dan photodioda (b)
Gambar 6. Rangkaian sensor load cell
Gambar 7. Diagram alir rangkaian
Gambar 8. Prototipe alat grader
Gambar 9. Rangkaian sensor inramerah dan photodioda
Gambar 10. Pemasangan sensor infamerah dan photodioda
Gambar 11. Rangkaian Driver relay dan Rangkaian pengendali sinyal
Gambar 12. Pintu grader
Gambar 13. Rangkaian load cell menggunakan IC INA114 BP
Gambar 14. Diagram alir sistem penimbangan
Gambar 15. Diagram Leader Sistem (A), Jalur sinyal tahap I (B) dan tahap II(C)
A
B
C
Tabel 1. Rata-rata nilai pengukuran voltase pada load cell
grade kentang (gram) Rata-rata V out load cell (volt) ≤ 50 0.017 51 s/d 100 0.040 101 s/d 300 0.069 ≥ 301 0.129
Tabel 2. Pengujian mesin grader
Kelas Jumlah sampel
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 >50 50-
100 101-300
300< >50 50-100
101-300
300< >50 50-100
101-300
300<
>50 gr 10 8 2 9 1 8 2 50-100 gr 10 9 1 8 9 1 101-300 gr 10 8 2 9 9 1 300gr< 10 10 10 10