23
296 Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam Vol. 3, No. 2, 2020 doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20 P-ISSN: 2088-7981 E-ISSN: 2685-1148 MENINGKATKAN KINERJA GURU MELALUI PENINGKATAN EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH (PENELITIAN PADA GURU SMP SWASTA KOTA DEPOK JAWA BARAT) EE. Junaedi Sastradiharja Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta [email protected] Daningsih Kurniasari Universitas Juanda Bogor [email protected] ABSTRACT The teacher holds the functions and roles that are very important in achieving the success of the education and learning process. The function and role of the teacher cannot be replaced by technological advances in the form of any sophisticated media. Psychologically-pedagogically the teacher in carrying out his teacher's tasks not only plays a role to transfer knowledge to students, but also shapes character and nature through developing the desired personality and values lovingly. Morally, the teacher as an educator also has a role in inheriting the values and virtues of life to become a guide for students in living their lives in the future. Inheritance and the inculcation of life values are not only taught verbally in the same direction as can be obtained through electronic learning media, but must be well communicated not only through rhetorical lectures and speeches, the most meaningful must be through examples and real life attitudes. Given the strategic function and role of teachers, teacher performance must continue to be improved so that teachers are able to become educational resources that determine the success of education and learning. Teacher performance is the key to success in improving the quality of education, because teachers are at the central point of every reform effort directed at qualitative changes in education and learning in a more advanced direction. Improving teacher performance can be done, among others, by increasing the effectiveness of transformational leadership and clinical supervision of school principals, because school principals are the central figure who has authority in teacher empowerment. Keyword: Performance, Transformational Leadership, Clinical Supervision ABSTRAK Guru memegang fungsi dan peran yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran. Fungsi dan peran guru tidak bisa digantikan oleh kemajuan teknologi yang berupa media secanggih apapun. Secara psiko-pedagogis guru dalam melaksanakan tugas keguruannya tidak hanya sekedar berperan untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi juga membentuk karakter dan watak melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan dengan penuh kasih sayang. Secara moral, guru sebagai pendidik juga berperan mewarisi nilai-nilai dan keutamaan-keutamaan hidup untuk menjadi pegangan peserta didik dalam menjalani hidupnya di kemudian hari. Pewarisan dan penanaman nilai-nilai kehidupan tentu tidak hanya diajarkan secara verbal searah sebagaimana yang bisa diperoleh melalui media pembelajaran elektronik, tetapi harus dikomunikasikan secara baik tidak hanya melalui ceramah dan pidato retoris, yang paling bermakna harus melalui contoh dan sikap hidup yang nyata. Mengingat begitu strategisnya fungsi dan peran guru, maka kinerja guru harus terus ditingkatkan agar guru mampu menjadi sumber daya pendidikan yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan dan pembelajaran. Kinerja guru merupakan kunci keberhasilan peningkatan mutu pendidikan, karena guru berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif

MENINGKATKAN KINERJA GURU MELALUI PENINGKATAN …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

296

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

MENINGKATKAN KINERJA GURU MELALUI PENINGKATAN EFEKTIFITAS

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN SUPERVISI KLINIS KEPALA

SEKOLAH (PENELITIAN PADA GURU SMP SWASTA KOTA DEPOK JAWA

BARAT)

EE. Junaedi Sastradiharja

Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta

[email protected]

Daningsih Kurniasari

Universitas Juanda Bogor

[email protected]

ABSTRACT

The teacher holds the functions and roles that are very important in achieving the success of the

education and learning process. The function and role of the teacher cannot be replaced by

technological advances in the form of any sophisticated media. Psychologically-pedagogically the

teacher in carrying out his teacher's tasks not only plays a role to transfer knowledge to students, but

also shapes character and nature through developing the desired personality and values lovingly.

Morally, the teacher as an educator also has a role in inheriting the values and virtues of life to

become a guide for students in living their lives in the future. Inheritance and the inculcation of life

values are not only taught verbally in the same direction as can be obtained through electronic

learning media, but must be well communicated not only through rhetorical lectures and speeches, the

most meaningful must be through examples and real life attitudes. Given the strategic function and

role of teachers, teacher performance must continue to be improved so that teachers are able to

become educational resources that determine the success of education and learning. Teacher

performance is the key to success in improving the quality of education, because teachers are at the

central point of every reform effort directed at qualitative changes in education and learning in a more

advanced direction. Improving teacher performance can be done, among others, by increasing the

effectiveness of transformational leadership and clinical supervision of school principals, because

school principals are the central figure who has authority in teacher empowerment.

Keyword: Performance, Transformational Leadership, Clinical Supervision

ABSTRAK

Guru memegang fungsi dan peran yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses

pendidikan dan pembelajaran. Fungsi dan peran guru tidak bisa digantikan oleh kemajuan teknologi

yang berupa media secanggih apapun. Secara psiko-pedagogis guru dalam melaksanakan tugas

keguruannya tidak hanya sekedar berperan untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik,

akan tetapi juga membentuk karakter dan watak melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai

yang diinginkan dengan penuh kasih sayang. Secara moral, guru sebagai pendidik juga berperan

mewarisi nilai-nilai dan keutamaan-keutamaan hidup untuk menjadi pegangan peserta didik dalam

menjalani hidupnya di kemudian hari. Pewarisan dan penanaman nilai-nilai kehidupan tentu tidak

hanya diajarkan secara verbal searah sebagaimana yang bisa diperoleh melalui media pembelajaran

elektronik, tetapi harus dikomunikasikan secara baik tidak hanya melalui ceramah dan pidato retoris,

yang paling bermakna harus melalui contoh dan sikap hidup yang nyata. Mengingat begitu

strategisnya fungsi dan peran guru, maka kinerja guru harus terus ditingkatkan agar guru mampu

menjadi sumber daya pendidikan yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan dan pembelajaran.

Kinerja guru merupakan kunci keberhasilan peningkatan mutu pendidikan, karena guru berada pada

titik sentral dari setiap usaha reformasi yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif

297

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

pendidikan dan pembelajaran ke arah yang lebih maju. Peningkatan kinerja guru dapat dilakukan

antara lain dengan cara meningkatkan efektifitas kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis

kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan figur sentral yang memiliki otoritas dalam

pemberdayaan guru.

Keyword: Kinerja, Kepemimpinan Transformasional, Supervisi Klinis

298

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana strategis dan efektif dalam usaha mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sebagaimana tercantum dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah rasa, dan olah raga, agar dapat menghasilkan

manusia yang berilmu, berkarakter, dan berbudaya, sehingga berdaya saing tinggi dalam

rangka menghadapi tantangan global. Oleh karena itu, pendidikan harus terus

ditingkatkan mutunya agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien

Peningkatan mutu pendidikan harus diawali dengan peningkatan kinerja guru

dalam mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu peningkatan mutu sumber daya manusia

Indonesia seutuhnya baik secara keilmuan (akademik), maupun kepribadian (karakter)

melalui proses pendidikan dan pembelajaran yang berkesinambungan, terarah dan

terpadu agar dapat menghasilkan lulusan berkualitas unggul sesuai kompetensi yang

dibutuhkan masyarakat dimasa kini dan mendatang. Peningkatan kinerja guru merupakan

syarat utama dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam menghasilkan mutu lulusan

yang unggul. Peningkatan kinerja guru dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain,

dengan mengefektifkan implementasi kepemimpinan transformasional dan supervisi

klinis kepala sekolah. Dengan demikian, kepala sekolah akan lebih mudah dalam

melakukan pembaharuan pembinaan dan pengawasan kepada guru secara kreatif,

terencana, terarah, dan berkesinambungan, sehingga dengan cepat dapat mendorong

tercapainya peningkatan kinerja guru secara efektif dan efisien.

Kinerja guru yang baik dalam melakukan fungsi dan perannya sebagai pendidik

dan pengajar profesional dapat menjamin berlangsungnya proses pembelajaran yang

bermutu yaitu proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dan mampu mendorong

peserta didik terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran (active learning).

Oleh karena itu, peningkatan kinerja guru diarahkan pada terwujudnya proses

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning) dan

berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga peserta

didik merasa lebih bergairah dan dapat meningkatkan motivasi belajarnya khususnya

dalam menggali dan mengembangkan lebih lanjut pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang diperlukan sesuai kompetensi yang diharapkan. Secara individual guru perlu

didorong untuk terus menerus belajar dan dilatih melalui program-program in service

training agar dapat meningkatkan kinerjanya terutama dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran, agar pembelajaran yang disajikan menjadi menarik, kreatif dan inspiratif.

Selain itu, perlu dipikirkan suatu sistem yang dapat memacu guru untuk terus menerus

belajar, yang tidak menekan tetapi justru memberi rasa nyaman bagi para guru untuk

mempersembahkan seluruh potensi dirinya untuk peningkatan kinerjanya sebagai guru.

Pendampingan guru dalam melaksanakan fungsi dan perannya oleh kepala

sekolah dengan mengimplementasikan kepemimpinan transformasional secara efektif

dan melakukan pembinaan melalui supervisi klinis kiranya perlu dilaksanakan dengan

lebih efektif dan sistematis, sehingga dapat menjadi bantuan yang benar-benar

memberdayakan dan memungkinkan guru dapat meningkatkan kinerjanya. Efektivitas

implementasi kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam mempengaruhi guru

untuk meningkatkan kinerjanya dan praktik profesional supervisi klinis dalam menggali

kesulitan-kesulitan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran harus dirasakan lebih

sebagai sahabat ahli bagi para guru. Kehadiran kepala sekolah semestinya dapat menjadi

sumber inspirasi yang membawa kegairahan bagi guru dalam mencari alternatif-alternatif

299

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

solusi atas berbagai masalah yang dihadapinya di dalam kelas. Dengan demikian, ketika

para guru menghadapi kesulitan dalam melaksanakan fungsi dan perannya sebagai

pendidik dan pengajar, maka kepala sekolah merupakan orang pertama tempat

berkonsultasi.

Guru yang memiliki kinerja yang baik khususnya dalam melaksanakan kegiatan

pendidikan dan pembelajaran di kelas, dapat melatih peserta didik untuk belajar

bekerjasama dan berkolaborasi dengan orang lain, berpikir kritis dan sistematis, taat azas,

teliti, dan tanggung jawab, sehingga setelah lulus dari sekolah dapat beradaaptasi dan

berinteraksi dengan kehidupan masyarakat. Selain itu, guru yang memiliki kinerja baik

dapat bertindak sebagai fasilitator, yaitu memiliki tugas untuk memfasilitasi upaya

peningkatan kualitas belajar peserta didik secara terus-menerus melalui proses

pengarahan, pembimbingan dan pelatihan yang terarah dan terprogram.

Peningkatan kinerja guru harus terus dilakukan pada masing-masing jenjang

pendidikan, agar dapat meningkatkan kualitas lulusan pendidikan untuk menjadi sumber

daya manusia yang berkualitas. Sangat diyakini, bahwa sumber daya manusia berkualitas

merupakan faktor yang paling menentukan dalam memacu pertumbuhan diberbagai

bidang pembangunan. Tersedianya sumber daya manusia berkualitas, akan mendorong

bangsa Indonesia untuk mampu mencapai keunggulan dalam menghasilkan karya-karya

bermutu, dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di tingkat global.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini juga tampak terjadi pada

rendahnya kinerja guru yang berdampak terhadap rendahnya mutu pendidikan nasional

pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, khususnya pada jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah, salah satunya seperti terlihat pada hasil Programme for International Student

Assessment (PISA) untuk Indonesia tahun 2018 yang diumumkan oleh The Organisation

for Economic Co-operation and Development (OECD). Pengukuran PISA bertujuan

untuk mengevaluasi sistem pendidikan dengan mengukur kinerja peserta didik pada

jenjang pendidikan menengah, terutama pada tiga bidang utama, yaitu matematika, sains,

dan literasi. Pemaparan hasil PISA 2018 untuk Indonesia disampaikan Yuri Belfali

(Head of Early Childhood and Schools OECD) dan Totok Suprayitno (Kepala Badan

Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud) di Jakarta, Selasa (3/12/2019).

Pengukuran PISA untuk Indonesia yang dilakukan OECD melibatkan 12.098

peserta didik dari 399 sekolah di beberapa wilayah Indonesia yang dianggap mewakili

populasi peserta didik secara nasional dengan berbasis komputer. "Indikator yang diukur

adalah kemampuan membaca, matematika, dan sains. Adapun hasilnya adalah

kemampuan membaca peserta didik Indonesia berada dalam “kelompok kurang”

bersama dengan negara-negara seperti Saudi Arabia, Maroko, Kosovo, Republik

Dominika, atau Kazakhstan dan Filipina, rata-rata kemampuan membaca negara-negara

anggota OECD berada di angka 487, skor Indonesia berada di skor 371 (Indonesia

berada di bawah rata-rata). Peringkat pertama diraih China (skor 555), kemudian diikuti

Singapura (549) dan Makau (525). Kemuadian skor matematika dan sains juga berada di

bawah rata-rata, yaitu rata-rata skor PISA negara-negara anggota OECD untuk

matematika dan sains adalah mencapai 489, sedangkan skor PISA Indonesia untuk

matematika adalah 379 dan sains 396. Sebagai pembanding, China dan Singapura

menempati peringkat tinggi untuk skor matematika dengan skor masing-masing 591 dan

569.1

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia merupakan bukti nyata rendahnya

kinerja guru dalam mencapai tujuan pendidikan, yaitu menghasilkan mutu lulusannya

yang tinggi. Padahal kinerja guru merupakan tolok ukur yang sangat penting dalam

1 Kompas.com, 2019.

300

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

mencapai tujuan pendidikan, karena rendahnya kinerja guru, maka proses pembelajaran

mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi tidak akan berjalan secara

maksimal.

Penelitian ini mencoba untuk mengkaji fenomena yang terjadi pada guru-guru

Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta yang pada umumnya cenderung mengajar

hanyalah sebuah rutinitas tanpa adanya pengembangan inovasi dan kreativitas dalam

mengajar, sehingga guru belum mampu dalam menciptakan suasana pembelajaran aktif,

inovatif, kreatif dan menyenangkan yang berpusat pada peserta didik dan berbasis

kontekstual yang berkearifan lokal.

Fenomena yang tampak bahwa sebagian guru berprinsip dalam melaksanakan

fungsi dan perannya hanya untuk menggugurkan kewajiban yaitu menyelesaikan tugas

mengajar sebagaimana yang ditetapkan oleh kepala sekolah. Guru belum benar-benar

termotivasi untuk berprestasi dalam melaksanakan fungsi dan tugas mengajarnya, hanya

sedikit guru yang mampu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan karakter

siswa, mendidik adab dan sopan santun, melakukan bimbingan belajar kepada siswa,

seperti melakukan remedial dan pengayaan materi ajar, serta berusaha merancang dan

menciptakan kegiatan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan bagi

peserta didiknya.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap guru-guru SMP swasta di wilayah

Kota Depok, diperoleh beberapa informasi tentang kinerja guru dari hasil penilaian

kinerja guru (PKG) oleh Kepala Sekolah dalam supervisi akademik dan pengawas

sekolah di wilayah Dinas Pendidikan Kota Depok, yakni bahwa guru-guru SMP swasta

di wilayah Kota Depok sebagian besar kinerjanya di bawah standar dengan rentang nilai

antara 61-75 (katagori cukup), berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara, Reformasi dan Birokrasi (MENPANRB) No. 16 Tahun 2009 yang

mengklasifikasikan nilai kinerja yaitu nilai 91-100 kategori amat baik (kinerja di atas

standar), 76-90 kategori baik (kinerja sesuai standar), 61-75 kategori cukup (kinerja

dibawah standar) 51-60 katagori sedang (kinerja tidak diterima).

Fakta tersebut di atas, dan ditambah catatan pengawas sekolah maupun kepala

sekolah bahwa guru-guru SMP swasta di wilayah Kota Depok sebagian besar hanya

melakukan pekerjaan rutinitas saja, sebagian besar guru cenderung menggunakan metode

ceramah dalam mengajarnya, tanpa adanya inovasi dan kreativitas, walaupun pada

sebagian guru sudah mampu menunjukkan kemampuan mengajar yang lebih baik.

Kenyataan ini jelas menunjukkan adanya kesenjangan antara kenyataan (das sollen)

dengan yang diharapkan (das sein), karena sebagian besar kinerjanya di bawah standar

dengan rentang nilai antara 61-75 (katagori cukup). Kesenjangan ini tentu harus dicari

faktor-faktor penyebabnya, agar memudahkan dalam menentukan solusi terbaik, yaitu

tercapainya pembangunan pendidikan di Kota Depok dengan tingkat kualitas pendidikan

yang tinggi.

Tanpa mengabaikan unsur kepala sekolah dan peran unsur-unsur lain, unsur

guru terutama yang berkaitan dengan faktor kinerja guru dapat dianggap sebagai faktor

utama yang paling menentukan terhadap meningkat atau menurunnya kualitas hasil

belajar peserta didik, khususnya di pada tingkat SMP swasta di Kota Depok. Hal ini

sesuai dengan fungsi dan peran guru yaitu sebagai ”pendidik”, “pengajar” dan

”pembimbing”, maka guru senantiasa mampu menunjukka pola tingkah laku yang

diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan peserta didik, sesama guru,

maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, guru

dapat dipandang sebagai sentral dan ujung tombak pengemban amanah mulia yaitu

mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Tanpa kinerja yang baik, mustahil guru dapat

melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan baik bersama

301

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

peserta didiknya, dan akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik secara

optimal.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Seorang guru merupakan salah satu faktor penting berhasilnya kegiatan belajar

mengajar. Dengan metode yang tepat dan kinerja yang baik akan membawa dampak

yang sangat baik pula. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar, memiliki khazanah cara penyampaian dalam memilih cara tepat dalam

penyajian pengalaman belajarmengajar. 2 Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah

,disebutkan bahwa guru dapat diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah atau

madrasah untuk memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu

faktor yang mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran

sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.3

Guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan

secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan

tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata

sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai

pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang

memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Keberhasilan pendidikan di

sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga

kependidikan yang berada di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen

pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Perilaku kepala sekolah

harus mampu mendorong kinerja guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan

penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun kelompok.

Perilaku positif akan dapat mendorong kelompok dalam mencapai tujuannya

organisasinya.4

Di sisi lain supervisi oleh kepala sekolah juga turut andil dalam kesuksesan

seorang kepala sekolah agar proses kegiatan belajar dan mengajar bisa berkualitas,

efektif dan efisien. Tugas supervisi adalah untuk menciptakan suasana sekolah yang

penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri. Dan di sinilah

letak perlunya supervisi pendidikan.5

C. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian 6 . Adapun metode dalam penelitian ini menggunakan

metode survei. Metode survei dipergunakan dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa

penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data-data setiap variabel penelitian dari

tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan) dengan menggunakan alat pengumpul data

berbentuk angket (kuesioner), wawancara terstruktur dan berdasarkan pandangan dari

sumber data, bukan dari peneliti. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Februari

2 Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 11. 3 Enco Mulyasa, Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011),

17. 4 Enco Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, Implementasi (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2008), 107. 5 Piet Sahertian, Konsep Dasar Dan Tekhnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan

SDM (Jakarta: Rineka Cipta, n.d.), 8. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2014, hal

203

302

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

2020 dengan populasi penelitian adalah guru SMP Swasta di Kota Depok berjumlah 270,

dengan cara menggunakan teknik pengambilan sampel proporsional random sampling,

dan menggunakan rumus Slovin, maka diperoleh jumlah sampel penelitian sebagai

sumber data adalah 161 orang guru SMP Swasta.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Menurut

Sugiyono “terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk menganalisis data dalam

penelitian kuantitatif, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik

inferensial terdiri dari dua bagian yaitu statistik parametrik dan statistik nonparametrik”7.

Adapun teknik analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan teknik statistik deskriptif untuk mengetahui kondisi perkembangan

variabel penelitian dan teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji korelasi

maupun regresi sederhana dan uji korelasi maupun regresi ganda. Pada korelasi

sederhana maupun ganda ada dua acuan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan

keputusan, yakni (1) melihat nilai signifikansi (Sig) yaitu jika nilai Signifikansi (Sig) <

probabilitas 0,05, maka terdapat korelasi/hubungan yang signifikan variabel bebas (X)

dengan variabel terikat (Y) Ho ditolak, H1 diterima, dan (2) membandingkan antara nilai

r hitung dengan r pada table, dengan kriteria jika nilai r hitung > r tabel, maka ada

korelasi/hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) atau Ho ditolak, H1

diterima, sebaliknya jika nilai r hitung < r table, maka tidak ada korelasi/hubungan

variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) atau Ho diterima, H1 ditolak, dan untuk

memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebabagi berikut:8

0,00 – 0,199 Korelasi Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Korelasi Rendah

0,40 – 0,599 Korelasi Sedang

0,60 – 0,799 Korelasi Kuat

0,80 – 1,000 Korelasi Sangat Kuat

Untuk melihat kontribusi variabel X terhadap Variabel Y dapat dilihat pada nilai

R2 dan untuk memprediksi berapa peningkatan atau penurunan variabel Y berdasarkan

peningkatan atau penurunan variabel X dapat dilihat pada persamaan regresi variabel Y

atas variabel X dengan rumus Ŷ = a + bX

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakaukan penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan analisis

deskriptif data hasil penelitian, dan uji hipotesis penelitian, maka dapat diuraikan hasil

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kinerja guru SMP Swasta di Kota Depok pada saat dilakukan penelitian berada pada

kategori sedang, seperti terlihat pada skor rata-rata hanya mencapai 76,4% dari skor

idealnya dan skor yang sering muncul (modus) jauh di bawah skor rata-ratanya.

Sedangkan efektivitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah berada pada

kategori baik seperti terlihat pada skor rata-rata 78,0% dari skor idealnya dan skor

yang sering muncul (modus) sama dengan skor rata-ratanya. Kemudian supervisi

klinis yang dilakukan kepala sekolah berada pada kategori baik atau telah dilakukan

dengan efektif dalam meningkatkan kinerja guru. Hal ini tampak pada skor rata-rata

yang mencapai 80% dari skor ideanya dan skor yang sering muncul (modus) yang

menunjukkan sama dengan skor rata-ratanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut:

7Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung:

Alfabeta, 2009), 207. 8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, 184.

303

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

Tabel 1: Hasil Analisis Deskriptif Data hasil Penelitian

KINERJA

GURU

KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL KS

SUPERVISI

KLINIS KS

N Valid 161 161 161

Mean 114.54 117.15 120.05

Std. Error of Mean .974 .942 .890

Median 113.00 117.00 120.00

Mode 108 110a 120

Std. Deviation 12.353 11.946 11.299

Variance 152.587 142.715 127.660

Range 68 63 59

Minimum 80 83 88

Maximum 148 146 147

Sum 18441 18861 19328

2. Peningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Efektivitas Kepemimpinan

Transformasional Kepala Sekolah.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi sederhana,

yakni sebagai berikut:

Tabel 2:

Uji Korelasi Sederhana “Hubungan Efektivitas Kepemimpinan Transformasional

Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru”

KINERJA

GURU

KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL KS

KINERJA GURU Pearson

Correlation 1 .882**

Sig. (2-tailed) .000

N 161 161

KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIO

NAL KS

Pearson

Correlation .882** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 161 161

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa “Terdapat hubungan positif dan signifikan

antara efektivitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru,

dengan koefisien korelasi (ry.1) 0,882 (korelasi sangat kuat) dan koefisien signifikansi 0,00

< α = 0,05 (korelasi signifikan) artinya Ho ditolak, H1 diterima, dengan besaran kontribusi

sebagaimana terlihat pada tabel sebagai berikut:

304

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

Tabel 3:

Kontribusi Efektivitas Kepemimpinan Transformasional

Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .882a .778 .777 5.833

a. Predictors: (Constant), KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KS

Tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan transformasional

kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap kinerja guru sebesar R2 = 0,778 artinya

77,8 % peningkatan kinerja guru tergantung kepada efektivitas kepemimpinan

transformasional kepala sekolah. Selanjutnya berdasarkan hasil uji regresi sederhana

yakni:

Tabel 4:

Uji Regresi Sederhana “Peningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Efektivitas

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah”

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.669 4.546 1.687 .094

KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL KS

.912 .039 .882 23.632 .000

a. Dependent Variable: KINERJA GURU

Berdasarkan tabel 4 di atas, maka dapat diprediksi bahwa efektivitas

kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru melalui

persamaan regresi sederhana Ŷ = 7,669 + 0,912X1 artinya apabila efektivitas

kepemimpinan transformasional kepala sekolah ditingkatkan sampai maksimal yaitu 150,

maka kinerja guru akan meningkat menjadi 144,47. Dengan demikian, maka dapat

disimpulkan bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan melalui peningkatan efektivitas

kepemimpinan transformasional kepala sekolah.

3. Peningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Supervisi Klinis Kepala Sekolah.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi sederhana,

yakni sebagai berikut:

Tabel 5:

Uji Korelasi Sederhana Supervisi Klinis Kepala Sekolah

Dengan Kinerja Guru

KINERJA GURU SUPERVISI KLINIS KS

KINERJA Pearson Correlation 1 .789**

305

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

GURU Sig. (2-tailed) .000

N 161 161

SUPERVISI

KLINIS KS

Pearson Correlation .789** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 161 161

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa “Terdapat hubungan positif dan signifikan

antara supervisi klinis kepala sekolah dengan kinerja guru, dengan koefisien korelasi

(ry.2) 0,789 (korelasi kuat) dan koefisien signifikansi 0,00 < α = 0,05 (korelasi signifikan)

artinya Ho ditolak, H1 diterima, dengan besaran kontribusi sebagaimana terlihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 6:

Kontribusi Supervisi Klinis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .789a .622 .620 7.614

a. Predictors: (Constant), SUPERVISI KLINIS KS

Tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa supervisi klinis kepala sekolah memberikan

kontribusi terhadap kinerja guru sebesar R2 = 0,622 artinya 62,2 % peningkatan kinerja guru

tergantung kepada supervisi klinis kepala sekolah. Selanjutnya berdasarkan hasil uji

regresi sederhana yakni:

Tabel 7:

Uji Regresi Sederhana “Peningkatan Kinerja Guru melalui

Peningkatan Supervisi Klinis Kepala Sekolah”

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.988 6.423 1.711 .089

SUPERVISI KLINIS KS .863 .053 .789 16.192 .000

a. Dependent Variable: KINERJA GURU

Berdasarkan tabel 7 di atas, maka dapat diprediksi bahwa supervisi klinis kepala

sekolah dapat meningkatkan kinerja guru melalui persamaan regresi sederhana Ŷ =

10.988 + 0,863X2 artinya apabila supervisi klinis kepala sekolah ditingkatkan sampai

maksimal yaitu 150, maka kinerja guru akan meningkat menjadi 140,44. Dengan

demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan melalui

peningkatan supervisi klinis kepala sekolah.

4. Peningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Efektivitas Kepemimpinan

Transformasional dan Supervisi Klinis Kepala Sekolah Secara Simultan.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi ganda, yakni

sebagai berikut:

Tabel 8:

306

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

Uji Korelasi Ganda Efektivitas Kepemimpinan Transformasional dan

Supervisi Klinis Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .882a .779 .776 5.849

a. Predictors: (Constant), SUPERVISI KLINIS KS, KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KS

Tabel 9:

Uji Signifikansi Efektivitas Kepemimpinan Transformasional dan

Supervisi Klinis Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 19008.541 2 9504.270 277.808 .000b

Residual 5405.447 158 34.212

Total 24413.988 160 a. Dependent Variable: KINERJA GURU

b. Predictors: (Constant), SUPERVISI KLINIS KS, KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KS

Tabel 8 dan 9 di atas, menunjukkan bahwa “Terdapat hubungan positif dan

signifikan antara efektivitas kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis kepala

sekolah secara simultan dengan kinerja guru, dengan koefesien korelasi (Ry.1.2) 0,882

(korelasi sangat kuat) dan koefisien signifikansi 0,00 < α = 0,05 (korelasi signifikan) artinya

Ho ditolak, H1 diterima, dan besarnya kontribusi efektivitas kepemimpinan

transformasional dan supervisi klinis kepala sekolah secara simultan adalah sebesar R2 =

0,779 artinya 77,9 % peningkatan kinerja guru tergantung kepada efektivitas kepemimpinan

transformasional dan supervisi klinis kepala sekolah secara simultan. Selanjutnya

berdasarkan hasil uji regresi ganda yakni:

Tabel 10:

Uji Regresi Ganda “Peningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Efektivitas

Kepemimpinan Transformasional dan Supervisi Klinis

Kepala Sekolah Secara Simultan”

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.408 4.941 1.702 .091

KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL KS

.943 .089 .912 10.554 .000

SUPERVISI KLINIS KS -.037 .095 -.033 -.387 .699

a. Dependent Variable: KINERJA GURU

Berdasarkan tabel 10 di atas, maka dapat diprediksi bahwa efektivitas

kepemimpinan transformasional dan supervisi klinis kepala sekolah secara simultan

dapat meningkatkan kinerja guru melalui persamaan regresi sederhana Ŷ = 8.408 +

0,943X1 + (-0,037)X2 artinya apabila efektivitas kepemimpinan transformasional dan

supervisi klinis kepala sekolah ditingkatkan sampai maksimal yaitu 150, maka kinerja

guru akan meningkat menjadi 144,31. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa

307

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

kinerja guru dapat ditingkatkan melalui peningkatan efektivitas kepemimpinan

transformasional dan supervisi klinis kepala sekolah.

Kinerja Guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru pada saat dilakukan penelitian

berada pada kategori sedang. Keadaan ini tentu sangat disayangkan, karena seharusnya

kinerja guru jauh lebih baik supaya dapat meningkatkan mutu pendidikan dan

pembelajaran bagi peserta didik. Guru harusnya memiliki keinginan (the will) dan

upaya (effort) untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran,

sebagaimana dimaksudkan Whitmore bahwa kinerja guru harus representatif dapat

menggambarkan tanggung jawab yang besar dari pekerjaan seorang guru.9 Linda Darling

dan Hammond menegaskan bahwa kinerja guru seharusnya dapat ditunjukkan secara

kualitas maupun kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya, misalnya tugas-tugas khusus seperti pameran, portofolio,

otobiografi dan penilaian tindakan yang mewajibkan peserta didik menggunakan

pengetahuannya untuk menghasilkan tindakan dan analisis pengajaran.”.10.

Guru sehausnya lebih bertanggung jawab atas prestasi peserta didiknya, sehingga

guru seharusnya dapat menunjukkan kinerja yang sangat baik karena pretasi belajar

peserta didik akan baik jika kinerja gurunya baik. Hal ini seperti di ungkapkan Supardi

bahwa “kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas

pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah

bimbingannya dengan meningkatkan prestasi peserta didik”.11

Kinerja guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran dapat dikatakan

meningkat jika memenuhi indikator-indikator antara lain: kegiatan pembelajaran

berlangsung efektif, efisien dan bermakna artinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dan kegiatan pembelajaran menyenangkan bagi siswa, memiliki ketepatan waktu,

inisiatif belajar siswa meningkat, kecakapan hidup siswa bertambah, dan komunikasi

interpersonal antara guru dan siswa berjalan dengan baik. Wujud kinerja guru dapat

dilihat dari kegiatan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Hal ini seperti terlihat

pada panduan penilaian kinerja guru oleh Pengawas yang menyebutkan bahwa “standar

kinerja guru berhubungan dengan kualitas guru dalam melaksanakan tugasnya seperti (1)

bekerja dengan siswa secara individual, (2) merencanakan pembelajaran, (3)

mendayagunakan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman

belajar, (5) kepemimpinan yang efektif dari guru”12 Hal ini senada dengan pendapat

Soedijarto menyatakan bahwa “ada empat wujud kinerja guru yakni: (1) merencanakan

program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar, (3)

menilai kemajuan proses belajar mengajar, (4) membina hubungan dengan peserta

didik”.13

Seorang guru dapat dikatakan memiliki kinerja buruk apabila capaiannya tidak

memuaskan, karena berada di bawah standar kriteria minimal yang telah ditetapkan. Ini

berarti guru tersebut telah mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya. Fiddler and Attton dalam Jeff Jones et al. kinerja guru adalah

9 John Whitmore, Coaching Performance, Fourth Edition, Growing Human Potential and Purpose -

The Principles and Practice of Coaching and Leadership, terj. Dwi Helly Purnomo & Louis Novianto, (Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama, 2019), 104. 10 Linda Darling dan Hammond, Powerful Teacher Education, (San Francisco: Published By Jossey-

Bass, 2006), 113. 11 Supardi, Sekolah Efektif Konsep dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 54. 12 Depdikbud, Panduan Penilaian Kinerja Guru, (Jakarta: Depdikbud, 2017), 49. 13 Soedijarto, Memantapkan Kinerja Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdikbud, 1993), 43.

308

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

usaha guru dalam mewujudkan kemampuannya baik berupa sikap, pengetahuan dan

keterampilan dalam: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) mengevaluasi

pembelajaran, dan (4) tindak lanjut hasil evaluasi pembelajaran secara efektif dan efisien

untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.14 Menurut P. Ratu H.Tokan kinerja

seorang guru dapat dikatakan baik apabila masukan (input) peserta didik mengalami

perubahan mutu baik dari aspek pengetahuan (kognitif), sikap dan kepribadian (afektif)

dan keterampilan (psikomotorik) setelah mengalami proses pendidikan dan pembelajaran

dalam satu satuan waktu dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan demikian, dapat

dimaknai bahwa kinerja guru adalah kemampuan guru dalam mengubah: (1)

pengetahuan (kognitif), (2) sikap dan kepribadian (afektif) dan (3) keterampilan

(psikomotorik) melalui proses pendidikan dan pembelajaran dalam satu satuan waktu

dan jenjang pendidikan tertentu.15

Secara operasional indikator penilaian terhadap kinerja guru dapat dilakukan

melalui tiga kegiatan pokok sebagaimana dikemukakan oleh Rusman yaitu melalui “(1)

perencanaan guru dalam program kegiatan pembelajaran, (2) pelaksanaan kegiatan

pembelajaran, dan (3) evaluasi kegiatan pembelajaran”.16 Guru memiliki peran untuk

mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya,

mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang

ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian, maka dapat dikemukakan bahwa

orientasi pembelajaran diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar.

Gambaran aktivitas itu, tercermin dari adanya usaha yang dilakukan guru dalam

kegiatan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar. Oleh karena

itu mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan

menuntut jawaban verbal melainkan suatu upaya integratif ke arah pencapaian tujuan

pendidikan. Dalam konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga

bertindak sebagai director and facilitator of learning.

Harris dan Sass menyatakan bahwa ppengukuran kinerja guru dalam penelitian

pendidikan dan sistem akuntabilitas, sebagian besar didasarkan pada perkiraan dari

model panel data di mana efek individu guru diinterpretasikan sebagai kontribusi guru

terhadap prestasi siswa” 17 Senada dengan pendapat di atas, Osagie (2012) menyatakan

peningkatan kinerja guru dalam institusi pendidikan dapat diartikan sebagai usaha

sekolah menghasilkan lulusan sekolah yang lebih baik secara akademis, moral, spiritual,

fisik dan mental, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat serta pasar tenaga

kerja. 18 Kinerja guru yang baik dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sangat

mempengaruhi upaya meraih mutu pendidikan yang baik dan mencapai keberhasilan

pendidikan. Guru yang kinerjanya baik dan kreatif dapat menghasilkan peserta didik

kreatif dan produktif, yang berarti menghasilkan lembaga pendidikan yang kreatif dan

produktif 19.

14 Jeff Jones, et.al, Develoving Effective Teacher Performance, (London: Paul Chapmam Publishing.

2006), 4. 15 Ratu P., Ile Tokan.. Manajemen Penelitian Guru Untuk Pendidikan Bermutu, (Jakarta: Grasindo,

2016), 344. 16 Rusman, Model model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), 75. 17 Douglas N. Harris and Tim R. Sass. Value Added Model and Measurement of Teacher

Productivity. Working Paper, National Center for Analysis of Longitudinal Data in Educatio Research. Urban

Institute, 2010, 2. 18 Rosaline O. Osagie. Teacher Development Programs and Teacher Productivity in Secondary Schools

in Edo State, Nigeria. Official Conference Proceedings The Asian Conference on Education,Osaka, Japan.

2011, 1087. 19 Paitoon Sinlarat, “Needs to Enhance Creativity and Productivity in Teacher Education Throughout

Asia”, Asia Pacific Education Review 2002, Vol. 3, No. 2, 140.

309

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

Kepala sekolah sebagai atasan guru tentu memiliki peran penting dalam

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang efektif akan mendorong guru

untuk mendayagunakan sumber daya yang ada secara maksimal agar terlaksananya

kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien, sehingga mampu melahirkan lulusan

pendidikan dengan mutu tinggi.20 Dengan demikian, maka guru harus dipacu untuk

dapat mewujudkan kemampuan dan usahanya dalam melaksanakan tugas pembelajaran

dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan program, pelaksanaan, dan evaluasi hasil

pembelajaran. Kinerja guru yang baik adalah kinerja guru yang menghasilkan

pencapaian tujuan pembelajaran di atas standar yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Peningkatan Efektivitas Kepe-mimpinan

Transformasional Kepala Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan melalui

peningkatan efektivitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Hal ini

menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah

memiliki peran penting dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah yang mampu

mengimplementasikan secara efektif kepemimpinan transformasional akan dapat

meningkatkan kinerja guru, karena kepala sekolah tersebut memiliki pandangan jauh ke

depan dengan penuh optimisme, memiliki kesabaran dan kemampuan memberdayakan

potensi bawahannya, mampu memahami perasaan dan mengerti kebutuhan bawahannya,

indikator-indikator ini yang diperhitungkan dalam menentukan visi dan harapan

keberhasilannya.21

Dilihat dari hakikat kepemimpinan itu sendiri Paul Hersey dan Kenneth

Blanchard menjelaskan bahwa “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan

individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.22

Kepemimpinan adalah gaya seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya, agar mau

bekerjasama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya. Gaya kepemimpinan inilah

yang menyebakan seseorang dipilih sebagai kepala sekolah sebab hal ini sangat

berhubungan erat dengan tujuan organisasi sekolah yang ingin dicapai, jenis-jenis

kegiatan yang harus dipimpin, karakteristik para guru dan tenaga kependidikan, motif,

usaha dan lain-lain. Oleh karenanya dapat dipastikan bahwa kepala sekolah yang dapat

menerapkan konsep kepemimpinan dengan benar terlebih kepemimpinan

transformasional yang diyakini lebih cocok dengan era demokratis, akan dapat

meningkatkan kinerja guru yang dipimpinnya. Konsep awal kepemimpinan transformasional dikembangkan pertama kali oleh James

MacGregor Burns dalam konteks politik, yang menjelaskan bahwa “kepemimpinan

transformasional merupakan sebuah sketsa yang di dalamnya mengandung suatu proses dimana

pemimpin dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moraitas dan motivasi yang

lebih tinggi.”23 Kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan transformasional secara efektif

mampu membangun kesadaran para guru dan tenaga kependidikan dengan menyerukan cita-cita

yang besar dan moralitas yang tinggi seperti kejayaan, kebersamaan dan kemanusiaan,

20 John P. Papay and Matthew A. Kraft. Productivity returns to experience in the teacher labor

market: Methodological challenges and new evidence on long-term career improvement Journal of Public

Economics 130 (2015), 118. 21 James C. Sarros, Brian K. Cooperand Joseph C. Santora. Building a Climate for Innovation Through

Transformational Leadership dan Organizational Culture. Journal of Leadership & Organizational

Studies.Volume 15 Number 2 November 2008, 154 22 Hersey, Paul and Kenneth Blanchard. Situational Leadership, (Massachusetts: Allyn and Bacon,

2001), 231. 23 Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, terj. Jusuf Udaya, (Jakarta: Prenhallindo, 2008), 29.

310

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

menciptakan visi dan lingkungan yang memotivasi para guru untuk berprestasi

melampaui harapan. Oleh karena itu, guru dapat bekerja secara tulus tanpa paksaan, sehingga

dapat meningkatkan kinerjanya.

Marshall Sashkin dan Molly G. Sashkin mengatakan bahwa para pengikut

pemimpin transformasional akan termotivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih baik

guna mencapai tujuan organisasi, apabila mereka memiliki pengetahuan, keterampilan,

dan kemampuan yang diperlukan.”24 Di sisi lain Bernard Bass (dalam Stoner et al,)

mengatakan bahwa “pemimpin transformasional mengubah nilai-nilai pribadi bawahan

untuk mendukung visi dan tujuan organisasi dengan membina lingkungan di mana

hubungan dapat dibentuk dengan cara membangun iklim kepercayaan, visi organisasi

dapat tersampaikan dengan baik”. 25 Senada dengan Bass, Warrick menyatakan bahwa

“pemimpin transformasional adalah pemimpin visioner dengan cara berpikir baru tentang

strategi, struktur, dan orang-orang serta tentang perubahan, inovasi, dan memiliki

perspektif kewirausahaan. Mereka juga percaya bahwa kepemimpinan transformasional

adalah proses sistematis yang dapat dipelajari dan dikelola” 26. David Conley dan Paul

Goldman yang dikutip Ahmad Sudrajat mendefinisikan facilitative leadership sebagai:

“perilaku yang meningkatkan kemampuan kolektif sekolah untuk beradaptasi,

memecahkan masalah, dan meningkatkan kinerja.”27

Menurut Sudarman Danim 28 ”kinerja seperti ini selaras dengan istilah

kepemimpinan transformasional merupakan kata yang terdiri dari dua artikel yaitu

kepemimpinan (leadership), dan transformasional (transformation”). Istilah

transformasional berinduk dari kata to transform yang bermakna mentransformasikan

atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Oleh sebab itu, “kata

transformasional mengandung makna sifat-sifat yang dapat mengubah sesuatu menjadi

bentuk lain, misalnya mengubah energi potensial menjadi energi aktual atau motif

berprestasi menjadi prestasi riil.”29

Keberhasil kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja guru sangat tergantung kepada tujuh prinsip sebagaimana dikemukakan Muksin

Wijaya30 sebagai berikut:

a. Simplikasi, keberhasilan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru diawali

dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan pendidikan di sekolah.

b. Motivasi, kemampuan kepala sekolah untuk membangun komitmen dari warga

sekolah yang telah memahami visi yang sudah dijelaskan. Kepala sekolah mampu

mengoptmalkan, memotivasi dan memberi energi kepada guru dan tenaga

kependidikan.

c. Fasilitasi, kepala sekolah harus mampu memfasilitasi guru khususnya dalam

pembelajaran, sehingga modal intelektual guru semakin bertambah.

24 Marshall Sashkin dan Molly G. Sashkin, Prinsip-prinsip Kepemimpinan, (Jakarta: Erlangga, 2011),

133. 25 Stone, G.A., Russel, R.F., dan Patterson, K. Transformational Versus Servant Leadership : A

Difference in Leader Focus. The Leadership & Organization Development Journal, Vol. 25 No. 4, 2004, pp.

349-361. Internet diakses tanggal 7 April 2012 26 D. D. Warrick.The Urgent Need for Skilled Transformational Leaders : Integrating Transformational

Leadership dan Organization Development. Journal of Leadership, Accountability dan Ethics vol. 8 (5) 2011, h

12 27 Ahmad Sudrajat, Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), 45. 28 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional Dalam

Komunitas Organisasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 53. 29 Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional Dalam

Komunitas Organisasi Pembelajaran, 54 30 Muksin Wijaya, “Kepemimpinan Transformasional di Sekolah Dalam Meningkatkan Outcomes

Peserta Didik”, Jakarta: Jurnal Pendidikan Penabur, No.05/Th.IV/Desember 2005, 123-124.

311

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

d. Inovasi, kepala sekolah berani melakukan perubahan sesuai tuntutan organisasi

sekolah yang berkualitas, sanggup merespon perubahan tanpa mengorbankan rasa

percaya dan tim kerja yang sudah dibangun.

e. Mobilitas, kepala sekolah harus mampu mengerahkan sumber daya yang ada,

mengupayakan dedikasi, loyalitas, dan tanggung jawab guru untuk melengkapi dan

memperkuat terlaksananya visi dan pencapaian tujuan sekolah.

f. Siap siaga, yaitu kemampuan kepala sekolah untuk selalu siap belajar dalam

menyambut perubahan dengan paradigma yang positif.

g. Tekad, yaitu keinginan kuat kepala sekolah yang didukung oleh disiplin spiritualitas,

emosi, fisik dan komitmen untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan tuntas.

Efektivitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah sangat wajar dapat

meningkatkan kinerja guru, karana kepala sekolah transformasional dapat memberikan

kenyamanan terhadap guru-guru sebagai bawahannya, sehingga guru bekerja tanpa

tekanan dan tingkat kecemasan dalam bekerja lebih berkurang, dengan menerapkan

empat dimensi sebagai berikut:

a. Dimensi charisma (kharisma), digambarkan sebagai perilaku kepala sekolah yang

membuat para gurunya mengagumi, menghormati, dan sekaligus mempercayainya.

Bass “mengatakan kharisma merupakan faktor fundamental dalam proses

tranformasional, yang menunjukkan kepribadian menarik dari pimpinan, kharisma

juga berarti memberikan visi dan misi, menumbuhkan kebanggaan, dan mampu

mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari pengikutnya”31. Sedangkan Simons

berpendapat bahwa “Pemimpin tranformasional memiliki integritas perilaku terhadap

kesesuaian nilai dukungan dan nilai peran”. 32 Agar mampu mendukung dimensi

kharisma, maka kepala sekolah dengan menerapkan kepemimpinan transformasional

diharapkan dapat memberikan contoh dan bertindak sebagai role model positif dalam

perilaku, sikap, prestasi, ataupun komitmen terhadap gurunya. Ini tercermin dalam

standar moral dan etis yang tinggi. Kepala sekolah harus memperhatikan “kebutuhan”

gurunya, menggunakan kekuasaannya bilamana perlu dan tidak memanfaatkannya

untuk kepentingan pribadi, memberi visi dan sense of mission serta menanamkan rasa

bangga pada gurunya. Melalui pengaruh seperti itu, guru akan menaruh respek, rasa

kagum, dan percaya kepada kepala sekolah, sehingga mereka berkeinginan untuk

melakukan hal yang sama sebagaimana dilakukan oleh kepala sekolahnya.

b. Dimensi inspirational motivation (motivasi inspirasi), digambarkan bahwa kepala

sekolah sebagai “pemimpin yang mampu mengkomunikasikan harapan-harapan yang

tinggi, menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan kerja keras,

mengekspresikan tujuan-tujuan penting sekolah dengan cara sederhana”.33 Dimensi

ini dapat tercermin pada kepemimpinan transformasional kepala sekolah, dengan

mengemukakan visi yang menarik tentang masa depan, memberikan tantangan kepada

guru dengan standar yang tinggi, berbicara secara optimis dengan penuh antusias dan

memberi dorongan yang bermakna mengenai apa yang dibutuhkan untuk dikerjakan

para gurunya. Pengaruh seperti ini akan besar artinya untuk menumbuhkan

antusiasme dan optimisme, dapat menggugah motivasi untuk berprestasi, sehingga

31 Bass, B.M., Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: Free Press, 2005,

102. 32 Simons, T. L. 2009. Behavioral Integrity as a Critical Ingredient for Transformational Leadership.

Journal of Organizational Change Management, Vol. 12, No. 2. pp. 89-104. Internet diakses tanggal 7 April

2012 33 Bass, B.M., From Transactional to transformational Leadership. Organizational Dyinamics. 2010,

Vol.18. No.3, 9-31.

312

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

masing-masing guru terdorong untuk mengejar standar keunggulan dengan berprestasi

tinggi.

c. Dimensi intellectual stimulation (rangsangan intelektual), digambarkan sebagai

“pemimpin yang berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan

inovasi dan kreativitas” 34 Dimensi ini dapat tercermin pada kepemimpinan

transformasional kepala sekolah, dengan menumbuhkan ide-ide baru, memberikan

solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru, dan

memberikan motivasi kepada guru untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru

dalam melaksanakan tugas-tugas yang dihadapi. Rangsangan intelektual adalah

mengenalkan cara pemecahan secara cerdik, rasional, dan hati-hati sehingga guru

mampu berpikir tentang masalah dengan cara baru yang menghasilkan pemecahan

yang kreatif. Dalam hal ini, rangsangan intelektual yang penting ditumbuhkan kepala

sekolah adalah menghargai kecerdasan, mengembangkan rasionalitas, menghargai

perbedaan, dan mengambil keputusan secara hati-hati. Dengan demikian, gaya

kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah sharing of power dalam arti

melibatkan guru secara bersama-sama untuk melakukan perubahan. Manfaat dari

pengaruh seperti ini adalah sense of self efficacy yang kuat, guru-guru akan lebih

sanggup mengerjakan tugas-tugas yang menantang dan berhasil dengan baik.

d. Dimensi individualized consideration (perhatian individu), dalam dimensi ini,

tercermin kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang digambarkan sebagai

seorang yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan,

keluhan-keluhan guru dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan

guru akan pengembangan diri, studi, dan karir. Bentuk perhatian tersebut antara lain:

memberikan saran, dukungan, dan memberikan bimbingan. Dengan gaya

kepemimpinan transfomasional kepala sekolah seperti ini memungkinkan guru untuk

menyesuaikan perilaku dalam menghadapi tuntutan lingkungan yang berubah dengan

cepat.

Kepemimpinan transformasional menyajikan peluang untuk meningkatkan citra,

rekrutmen, seleksi, promosi organisasi, pengelolaan organisasi, kerja sama tim,

pelatihan, pengembangan, dan kemampuan untuk berinovasi. Hal ini memiliki implikasi

bagi perencanaan strategis organisasi, desain pekerjaan dan struktur organisasi.

Kebijakan dapat dalam organisasi untuk mengatur campuran diinginkan gaya

transformasional dan transaksional dalam kepemimpinan yang ditampilkan oleh masing-

masing anggota organisasi. “Kebijakan tersebut dapat memengaruhi norma-norma, nilai-

nilai, dan budaya organisasi itu sendiri. Akibatnya, berbagai aspek organisasi, mulai dari

perencanaan strategis untuk seleksi karyawan, akan terpengaruh secara

menguntungkan”35.

Sedangkan menurut Raihani “kepemimpinan transformasional kepala sekolah

adalah kemampuan kepala sekolah dalam membangun sikap profesionalisme guru yang

ditandai tujuh proposisi kepala sekolah sebagai pemimpin transformasional yang

sukses”36, yakni: (1) mempunyai nilai-nilai personal dan profesional yang kuat, dan

menghargai nilai-nilai orang lain, (2) menganalisis situasi-situasi atau konteks-konteks

sekolah baik yang internal maupun eksternal, (3) menciptakan visi sekolah, merumuskan

pernyataan misi, mengembangkan penerimaan terhadap tujuan-tujuan kelompok,

menciptakan ekspektasi-ekspektasi yang tinggi dan menetapkan arah serta strategi-

strategi. Seluruh proses ini dilandasi oleh nilai-nilai dan keyakinan dan secara dinamis

34 Bass, B.M., Leadership and Performance Beyond Expectations, (New York: Free Press, 2005), 167. 35 Bernard M. Bass And Ronalld E. Riggio. Transformational Leadership, Second Edition. (T.Tp:

Lawrence Erlbaum Associates, Inc, 2006), 127. 36 Raihani, Kepemimpinan Sekolah Transformatif, (Yogyakarta: LKIS. 2010), 47-48.

313

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

serta terus menerus menyesuaikan diri dengankonteks-konteks dan situasi-situasi di atas,

(4) menciptakan karakteristik belajar mengajar yang kuat, yang mencakup suatu fokus

pada kurikulum dan instruksi, (5) menyongsong perkembangan profesionalitas bagi

dirinya sendiri dan bagi staf melalui cara-cara yang efektif, seperti stimulasi intelektual,

memberikan dukungan individual, program-program yang terencana dengan baik serta

pemberian contoh yang dapat ditauladani, (6) mendesain ulang organisasi, termasuk

mengidentifikasi dan menciptakan dan/atau mengubah kultur sekolah dan memodifikasi

struktur-struktur organisasi sekolah, (7) membangun kultur kolaboratif yang mendorong

adanya keterlibatan yang tinggi oleh para stakeholder sekolah dalam proses-proses

pengambilan keputusan, dan membangun kolaborasi dengan masyarakat yang lebih luas.

Kepemimpinan transformasional menurut Colquiut et al. adalah “kemampuan pemimpin

melibatkan seluruh anggotanya untuk berkomitmen menuju visi bersama, dan pada saat

yang bersamaa menjadi role model untuk membantu pengikutnya mengembangkan

potensinya dan melihat permasalahan dari perspektif baru”37.

Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sejalan atau

mendukung teori-teori yang sudah ada, yang menyimpulkan bahwa kinerja guru dapat

ditingkatkan melalui peningkatan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah. Dengan

demikian, maka agar kinerja guru dapat meningkat terus, berarti kepala sekolah harus

terus menerus mempertahankan bahkan meningkatkan efektivitas kepemimpinan

transformasionalnya. Kepala sekolah harus senantiasa dapat mengimplementasikan

empat dimensi pokok kepemimpinan transformasional sebagai indikator keefektifan dari

kepemimpinan transformasional.

Kepala sekolah harus membangun karisma agar dapat menjadi panutan bagi guru,

harus mampu menjadi inspirator dan motivator bagi guru, mampu menciptakan iklim

kerja yang kondusif bagi perkembangan inovasi dan kreativitas dan mau mendengar

masukan maupun kritik dan saran yang konstruktif serta mampu mengembangkan karier

para guru.

Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Peningkatan Supervisi Klinis Kepala Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan melalui

peningkatan supervisi klinis kepala sekolah. Ini artinya bahwa kemampuan kepala

sekolah dalam melakukan supervisi klinis terhadap guru dapat memberikan efek terhadap

meningkatnya kinerja guru. Hal ini dapat dipahami dan dimengerti karena supervisi

klinis merupakan salah satu model supervisi pendidikan dan pembelajaran yang

mengidentifikasi dan memperbaiki kekurangan dan kesulitan guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan kesadaran guru.

Guru yang merasakan adanya kekurangan dan kesulitan dalam melaksanakan

tugas pokok pembelajaran perlu meminta pertolongan dari supervisor untuk

memperbaikinya. Pengertian supervisi klinis diadopsi dari profesi medis atau medical

dalam bidang kesehatan yaitu proses mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

peserta pelatihan dalam kegiatan praktik. Menurut Krajewski sebagaimana dikutif

Sergiovanni supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Cogan,

37 Colquitt, Jason A., 2009. Organizational Behavior, Improving Performance and

Commitment in The Workplace, International Edition, (Boston: McGraw-Hill Companies, Inc. 2009),

496, Saihu Saihu and Agus Mailana, “Teori Pendidikan Behavioristik Pembentukan Karakter

Masyarakat Muslim Dalam Tradisi Ngejot Di Bali,” Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam , 2019,

https://doi.org/10.32832/tadibuna.v8i2.2233.

314

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

Goldhammer, dan Weller di Universitas Harvard pada akhir dasa warsa lima puluh tahun

dan awal dasawarsa enam puluhan.38

Openshaw menjelaskan bahwa supervisi klinis merupakan praktek khusus yang

berada pada tingkat tertinggi dalam praktek kerja sosial karena supervisor klinis

mempersiapkan pekerja sosial untuk berlatih mandiri tanpa perlu pengawasan dari

orang lain lebih lanjut 39 Supervisi klinis

adalah supervisi yang dilakukan berdasarkan keluhan atau masalah dari guru yang

disampaikan kepada supervisor. Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang

difokuskan pada peningkatan kualitas mengajar guru melalui siklus yang sistematis,

dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang

penampilan mengajar guru yang sebenarnya untuk tujuan mengadakan perubahan dengan

cara yang rasional. Hal ini sebagaimana disampaikan Richard Wellers dalam Sullivan

and Glanz mengatakan: “supervisi klinis dapat didefinisikan sebagai pengawasan yang

difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis yang terdiri dari

perencanaan, observasi dan analisis intelektual yang intensif tentang pembelajaran yang

sebenarnya untuk kepentingan perubahan yang rasional”.40

Sergiovanni & Starratt mengatakan, “clinical supervision is a way in which

teachers can collaborate together to research their practice and improve their learning

and their teaching.” 41 Supervisi klinis adalah sebuah cara agar guru-guru dapat

berkolaborasi untuk melakukan penelitian dan memperbaiki proses kegiatan

pembelajaran. Kegiatan supervisii pendidikan dilaksanakan dalam rangka memperbaiki

kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik. Pada

umumnyaa kebiasaan saat ini supervisi dilakukan atas inisiatif kepala sekolah atau

pengawas sekolah bukan keinginan dari guru. Padahal, idealnya upaya memperbaiki

kegiatan pembelajaran datang dari guru yang bersangkutan, bukan dari pihak lain.

Supervisi klinis adalah suatu proses pembinaan dan pembimbingan oleh

supervisor kepada guru yang bertujuan membantu mengembangkan profesionalitas guru

meningkatkan kemampuan melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui observasi dan

analisis data secara objektif dan teliti. Pada model supervisi klinis peran supervisor

memberikan arahan dan bimbingan tentang cara meningkatkan kualitas pembelajaran

secara tatap muka dan individual dengan guru yang disupervisi pada ruang tertutup.

Dalam supervisi klinis supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam

memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Sasaran supervisi klinis sering kali

dipusatkan kepada: (1) kesadaran dan kepercayaan pribadi dalam melaksanakan tugas

mengajar, (2) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic

skills), yang meliputi: (1) keterampilan dalam menggunakann metode pembelajaran yang

bervariasi dan menggunakan stimulasi (2) keterampilan melibatkan peserta didik dalam

proses pembelajaran, (3) keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.

Baltacy dkk adalah orang yang pertama kali mengembangkan model supervisi

klinis yang diadopsi dari Acheson & Gall, yaitu mengembangkan lima tahap supervisi

klinis yaitu “The CSM cycle includes pre-conferencee, observation and data collection,

38 Sergiovanni, Thomas & Robert Starratt, Supervision of Teaching. Alexandria: Association for

Supervision and Curriculum Development, 1982, 105. 39 Openshaw, Linda, Challenges In Clinical Supervision (USA: NACSW Convention, 2012), 2. 40 Sullivan, Susan and Jeffrey Glanz, Supervision That Improves Teaching and Learning. USA : Sage

Publications Ltd., 2013, 120-121, Saihu et al., “Design of Islamic Education Based on Local Wisdom (An

Analysis of Social Learning Theories in Forming Character through Ngejot Tradition in Bali),” International

Journal of Advanced Science and Technology 29, no. 6 (2020). 41 Sergiovanni & Starratt, Supervision : A Redefinition. USA : McGraw- Hill Education, 2006, hal.

22

315

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

data analysis, post-conference, and reflection stages.42 Kelima tahap yang dimaksud

ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar. Clinical Supervision Model (Diadopsi dari Acheson & Gall)

Sergiovanni 43 mengemukakan ada dua tujuan umum supervisi klinis yaitu

pertama pengembangan profesionalitas dan motivasi kerja guru, kedua memperperbaiki

proses pembelajaran yang kurang efektif. Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis

terdiri dari lima tujuan sebagai berikut:

1) Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenai pembelajaran

yang dilaksanakannya.

2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran.

3) Membantu guru dalam mengembangkan keterampilannnya menggunakan strategi

pembelajaran yang efektif.

4) Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya.

5) Membantu guru dalam mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan

profesionalitasnya secara berkesinambungan.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa tujuan supervisi klinis adalah untuk

meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, walaupun kegiatan supervisi

menjadi tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dan pengawas sekolah, namun idealnya

keinginan untuk melakukan supervisi tumbuh dari guru itu sendiri bukan dari kepala

sekolah atau pengawas sekolah. Supervisi klinis dapat dijadikan wahana untuk

mengembangkan tanggung jawab profesional guru untuk mampu menganalisis

kinerjanya sendiri, dan terbuka untuk melakukan perubahan serta menerima bantuan

dari orang lain terutama dalam mengarahkan dirinya sendiri.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan supervisii klinis dapat meningkatkan

kinerja guru, antara lain:

42 E.Junaedi Sastradiharja, Supervisi Pendidikan, Tuntunan Profesional Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan, Depok: 2019, 36, Made Saihu, Merawat Pluralisme Merawat Indonesia (Potret Pendidikan

Pluralisme Agama Di Jembrana-Bali) (Yogyakarta: Deepublish, 2019). 43 Sergiovanni, Thomas & Robert Starratt, Supervision of Teaching. Alexandria: Association for

Supervision and Curriculum Development, 1982, 130, Saihu Saihu and Athoillah Islamy, “Exploring the

Values of Social Education in the Qur’an,” Academic Knowledge 3, no. 1 (n.d.): 59–84.

316

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

1) Tiap-tiap guru memiliki kebutuhan untuk menyelesaikan masalah yang berbeda-beda,

sehingga diperlukan proses supervisi yang lebih indivisual dan spesifik.

2) Data yang diperoleh melalui pengamatan merupakan data bersifat pribadi, sehingga

perlu disampaikan secara individu sebagai balikan.

3) Diantara guru, banyak yang hanya merasakan gejala-gejala yang dialami, akan tetapi

tidak tahu persis apa kekurangan dan kesulitan yang meraka hadapi secara pasti. Oleh

karena itu perlu ada yang membantu mendiagnosa gejala-gejala tersebut, sehingga

ditemukan solusi efektif untuk memperbaikinya.

4) Data yang diperoleh melalui instrumen supervisi aspek-aspek yang diukurnya masih

terlalu umum dan abstak, sehingga sulit sekali untuk mendeskripsikan kekurangan

guru yang paling mendasar seperti yang mereka rasakan, oleh karenanya, diperlukan

diagnosa secara lebih mendalam, rinci dengan cara menggalinya dengan cara dialog

antara supervisor dan guru yang disupervisi.

5) Umpan balik diperoleh dari hasil pendekatan, sifatnya memberi arahan, petunjuk,

instruksi, tidak menyentuh perasaan guru yang terdalam, sehingga hanya bersifat di

permukaan.

6) Hubungan interpersonal supervisor dengan guru belum mampu menciptakan dan

memfasilitasi guru untuk memahami konsep dirinya, sehingga guru menemukan jati

diri dan dapat menjadi diri sendiri.

E. KESIMPULAN

Kinerja guru SMP Swasta Kota Depok Jawa Barat masih perlu ditingkatkan,

khususnya dalam melaksanakan pembelajaran kepada peserta didik. Guru belum

memiliki keinginan (the will) dan upaya (effort) yang optimal dalam bekerja keras

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Kinerja guru

dapat ditingkatkan melalui peningkatan efektivitas kepemimpinan transformasional

kepala sekolah, karena kepala sekolah yang mampu menerapkan kepemimpinan

transformasional secara efektif dapat menumbuhkan kebanggaan, dan mampu

mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari guru-guru, mampu menumbuhkan

antusiasme dan optimisme, dapat menggugah motivasi untuk berprestasi, sehingga

masing-masing guru terdorong untuk mengejar standar keunggulan dengan berprestasi

tinggi. Kepala sekolah selalu melibatkan guru secara bersama-sama untuk melakukan

perubahan, mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan, keluhan-

keluhan guru dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan guru akan

pengembangan diri, studi, dan karier guru.

Kinerja guru dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan supervisi klinis kepala

sekolah, karena melalui supervisi klinis kepala sekolah dapat mengetahui secara persis,

detail tentang permasalahan yang mereka rasakan dan kepala sekolah dapat membantu

menyelesaikan sesuai kebutuhan masing-masing guru yang berbeda antara guru yang

satu dengan lainnya serta kepala sekolah dan memfasilitasi guru untuk memahami

konsep diri, sehingga guru menemukan jati diri dan dapat menjadi dirinya sendiri.

317

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sudrajat, Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka

Cipta, 2014

Bass, B.M., Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: Free Press,

2005

-------------., From Transactional to transformational Leadership. Organizational

Dyinamics. 2010, Vol.18. No.3.pp. 9-31. Internet diakses 7 April 2012

Danim, Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional

Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2005

Darling, Linda dan Hammond, Powerful Teacher Education, San Francisco, USA:

Published By Jossey-Bass, 2006.

Depdikbud, Panduan Penilaian Kinerja Guru, Jakarta: Depdikbud, 2017.

Harris, Douglas N. and Tim R. Sass. Value Added Model and Measurement of

Teacher Productivity. Working Paper, National Center for Analysis of

Longitudinal Data in Educatio Research. Urban Institute 2010.

Hasibuan. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Hersey, Paul and Kenneth Blanchard. Situational Leadership, Massachusetts: Allyn and

Bacon, 2001.

Jason, Colquitt, A., 2009. Organizational Behavior, Improving Performance and

Commitment in The Workplace, International Edition, Boston: McGraw-

Hill Companies, Inc. 2009.

Jones, Jeff et.el., Develoving Effective Teacher Performance, London: Paul Chapmam

Publishing. 2006.

Mulyasa, Enco. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, Implementasi. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2008.

———. Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.

Openshaw, Linda, Challenges In Clinical Supervision. USA: NACSW Convention, 2012.

Papay, John P. and Matthew A. Kraft. Productivity returns to experience in the teacher

labor market: Methodological challenges and new evidence on long-term

career improvement Journal of Public Economics 130, 2015.

Raihani. Kepemimpinan Sekolah Transformatif, Yogyakarta: LKIS. 2010

Ratu P., Ile Tokan.. Manajemen Penelitian Guru Untuk Pendidikan Bermutu, Jakarta:

Grasindo. 2016.

Rusman, Model model Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015.

Rosaline O. Osagie. Teacher Development Programs and Teacher Productivity in

Secondary Schools in Edo State, Nigeria. Official Conference Proceedings

The Asian Conference on Education,Osaka, Japan. 2011.

Sahertian, Piet. Konsep Dasar Dan Tekhnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

Pengembangan SDM. Jakarta: Rineka Cipta, n.d.

Saihu, A. Aziz, F. Mubin, and A.Z. Sarnoto. “Design of Islamic Education Based on Local

Wisdom (An Analysis of Social Learning Theories in Forming Character

through Ngejot Tradition in Bali).” International Journal of Advanced Science

and Technology 29, no. 6 (2020).

Saihu, Made. Merawat Pluralisme Merawat Indonesia (Potret Pendidikan Pluralisme

Agama Di Jembrana-Bali). Yogyakarta: Deepublish, 2019.

Saihu, Saihu, and Athoillah Islamy. “Exploring the Values of Social Education in the

Qur’an.” Academic Knowledge 3, no. 1 (n.d.): 59–84.

Saihu, Saihu, and Agus Mailana. “Teori Pendidikan Behavioristik Pembentukan Karakter

318

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

Vol. 3, No. 2, 2020

doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

P-ISSN: 2088-7981

E-ISSN: 2685-1148

Masyarakat Muslim Dalam Tradisi Ngejot Di Bali.” Ta’dibuna: Jurnal

Pendidikan Islam, 2019. https://doi.org/10.32832/tadibuna.v8i2.2233.

Sashkin, Marshall dan Molly G. Sashkin, Prinsip-prinsip Kepemimpinan. Jakarta:

Erlangga, 2011.

Sarros, James C. Brian K. Cooperand Joseph C. Santora. Building a Climate for

Innovation Through Transformational Leadership dan Organizational

Culture. Journal of Leadership & Organizational Studies.Volume 15 Number 2

November 2008.

Sastradiharja, E. Junaedi, Supervisi Pendidikan, Tuntunan Profesional Dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan, Depok: 2019.

Sergiovanni, Thomas & Robert Starratt, Supervision of Teaching. Alexandria: Association

for Supervision and Curriculum Development, 1982.

---------------, Supervision : A Redefinition. USA : McGraw- Hill Education, 2006.

Simons, T. L. 2009. Behavioral Integrity as a Critical Ingredient for Transformational

Leadership. Journal of Organizational Change Management, Vol. 12, No. 2.

pp. 89-104. Internet diakses tanggal 7 April 2012

Sinlarat, Paitoon . Needs to Enhance Creativity and Productivity in Teacher Education

Throughout Asia. Asia Pacific Education Review 2002, Vol. 3, No. 2.

Soedijarto, Memantapkan Kinerja Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdikbud,

1993.

Sullivan, Susan and Jeffrey Glanz, Supervision That Improves Teaching and Learning. USA :

Sage Publications Ltd., 2013.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,

Bandung: Alfabeta, 2009.

Supardi, Sekolah Efektif Konsep dan Praktiknya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2013.

Stone, G.A., Russel, R.F., dan Patterson, K. Transformational Versus Servant Leadership :

A Difference in Leader Focus. The Leadership & Organization Development

Journal, Vol. 25 No. 4, 2004, pp. 349-361. Internet diakses tanggal 7 April

2012.

Warrick D. D.,The Urgent Need for Skilled Transformational Leaders : Integrating

Transformational Leadership dan Organization Development. Journal of

Leadership, Accountability dan Ethics vol. 8(5) 2011.

Whitmore, John, Coaching Performance, Fourth Edition, Growing Human Potential and

Purpose - The Principles and Practice of Coaching and Leadership,

Terjemahan Dwi Helly Purnomo & Louis Novianto, Jakarta, Gramedia

Pustaka Utama, 2019.

Wijaya, Muksin, Kepemimpinan Transformasional di Sekolah Dalam Meningkatkan

Outcomes Peserta Didik. Jakarta: Jurnal Pendidikan Penabur

No.05/Th.IV/Desember 2005.

Yukl, Gary, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Terjemahan Jusuf Udaya. Jakarta:

Prenhallindo, 2008.