10
48 MEDIA YOUTUBE SEBAGAI SARANA PEMEROLEHAN BAHASA B2 ANAK USIA 3—5 TAHUN (STUDI KASUS DUA ORANG ANAK) YOUTUBE MEDIA AS A MEANS OF THE LANGUAGE ACQUISITION OF B2 CHILDREN AGE 3—5 YEARS (CASE STUDY ON TWO CHILDREN) Farah Nur Fakhriyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pos-el: [email protected] Abstract This study aims to explain the problem of obtaining a second language in a case study of two children through watching that is watched on social media YouTube. YouTube social media is social media that can be used by various groups. Likewise, in children who are still at the stage of language acquisition. YouTube social media is a very effective media used in language acquisition in children, especially in the process of acquiring children’s language B2. This study uses a qualitative method and a descriptive approach in which the researcher conducts an interview, then presents and presents it in the form of a descriptive description. Respondents in this study were two children, the first was a boy named Muhammad Alman Aqmar Permana aged 3 years 8 months and the second case study was a 5 years old girl named Fahira Putri Hendriansyah. This study aims to explain the acquisition of a second language, namely English which focuses on color nouns and basic numerals. Second language acquisition can only be absorbed by children in the form of words. Based on the results of this study, it can be seen that the YouTube media can influence the acquisition of B2 language of children. However, the YouTube media does not fully substantiate the role of humans in acquisition or language learning. Keywords: language acquisition, second language Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan masalah pemerolehan bahasa kedua pada studi kasus dua orang anak melalui tontonan yang disimak pada media sosial YouTube. Media sosial YouTube merupakan media sosial yang dapat digunakan oleh berbagai kalangan. Begitu pun pada anak-anak yang masih pada tahap pemerolehan bahasa. Media sosial YouTube menjadi media yang sangat efektif digunakan pada pemerolehan bahasa pada anak, terlebih lagi pada proses pemerolehan bahasa anak B2. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif, peneliti melakukan wawancara, kemudian memaparkan dan menyajikan dalam bentuk uraian deskriptif. Responden pada penelitian ini ialah dua orang anak, yang pertama ialah seorang anak laki-laki yang bernama Muhammad Alman Aqmar Permana yang berusia 3 tahun 8 bulan dan studi kasus kedua ialah seorang anak perempuan berusia 5 tahun yang bernama Fahira Putri Hendriansyah. Penelitian ini bertujuan menjelaskan pemerolehan bahasa kedua, yaitu bahasa Inggris yang terfokus pada nomina warna dan numeralia pokok. Pemerolehan bahasa kedua dapat diserap anak dalam bentuk kata. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dapat diketahui bahwa media YouTube dapat berpengaruh pada pemerolehan bahasa B2 anak. Akan tetapi, media YouTube tidak sepenuhnya menyubstitusikan peran manusia dalam pemerolehan ataupun pembelajaran bahasa. Kata kunci: pemerolehan bahasa, bahasa kedua

MEDIA YOUTUBE SEBAGAI SARANA PEMEROLEHAN BAHASA B2 …

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

48

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

MEDIA YOUTUBE SEBAGAI SARANA PEMEROLEHAN BAHASA B2ANAK USIA 3—5 TAHUN (STUDI KASUS DUA ORANG ANAK)

YOUTUBE MEDIA AS A MEANS OF THE LANGUAGE ACQUISITIONOF B2 CHILDREN AGE 3—5 YEARS (CASE STUDY ON TWO

CHILDREN)

Farah Nur FakhriyahUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pos-el: [email protected]

AbstractThis study aims to explain the problem of obtaining a second language in a case study of two children through watching thatis watched on social media YouTube. YouTube social media is social media that can be used by various groups. Likewise, inchildren who are still at the stage of language acquisition. YouTube social media is a very effective media used in languageacquisition in children, especially in the process of acquiring children’s language B2. This study uses a qualitative method anda descriptive approach in which the researcher conducts an interview, then presents and presents it in the form of a descriptivedescription. Respondents in this study were two children, the first was a boy named Muhammad Alman Aqmar Permanaaged 3 years 8 months and the second case study was a 5 years old girl named Fahira Putri Hendriansyah. This study aimsto explain the acquisition of a second language, namely English which focuses on color nouns and basic numerals. Secondlanguage acquisition can only be absorbed by children in the form of words. Based on the results of this study, it can be seenthat the YouTube media can influence the acquisition of B2 language of children. However, the YouTube media does notfully substantiate the role of humans in acquisition or language learning.

Keywords: language acquisition, second language

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan masalah pemerolehan bahasa kedua pada studi kasus duaorang anak melalui tontonan yang disimak pada media sosial YouTube. Media sosial YouTube merupakanmedia sosial yang dapat digunakan oleh berbagai kalangan. Begitu pun pada anak-anak yang masih padatahap pemerolehan bahasa. Media sosial YouTube menjadi media yang sangat efektif digunakan padapemerolehan bahasa pada anak, terlebih lagi pada proses pemerolehan bahasa anak B2. Penelitian inimenggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif, peneliti melakukan wawancara, kemudianmemaparkan dan menyajikan dalam bentuk uraian deskriptif. Responden pada penelitian ini ialah duaorang anak, yang pertama ialah seorang anak laki-laki yang bernama Muhammad Alman Aqmar Permanayang berusia 3 tahun 8 bulan dan studi kasus kedua ialah seorang anak perempuan berusia 5 tahun yangbernama Fahira Putri Hendriansyah. Penelitian ini bertujuan menjelaskan pemerolehan bahasa kedua,yaitu bahasa Inggris yang terfokus pada nomina warna dan numeralia pokok. Pemerolehan bahasakedua dapat diserap anak dalam bentuk kata. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dapat diketahuibahwa media YouTube dapat berpengaruh pada pemerolehan bahasa B2 anak. Akan tetapi, media YouTubetidak sepenuhnya menyubstitusikan peran manusia dalam pemerolehan ataupun pembelajaran bahasa.

Kata kunci: pemerolehan bahasa, bahasa kedua

Media Youtube Sebagai Sarana Pemerolehan Bahasa B2 Anak Usia 3—5 Tahun (Studi Kasus Dua Orang Anak)

49

PENDAHULUANPengaruh media sosial marak terjadi dewasa

ini, di antaranya adalah YouTube yang merupakanmedia sosial berbasis video yang sangat seringdiakses. Beberapa konten dapat ditemukan didalam media sosial YouTube, seperti pembelajaran,berita, video musik, prosedur pembuatan sesuatu,acara, dan lain-lain. YouTube adalah situs yang dapatdigunakan seseorang untuk mencari informasiberupa video, yang di dalamnya terdapat audiodan visual. Berselancar di YouTube tidak hanyauntuk mencari video yang diinginkan, situs YouTubedapat pula digunakan untuk mengunggah danmembagikan video yang dimiliki ke jagat rayadunia (Muhaemin, 2017; Putra, 2018: 160).

Pemerolehan bahasa (language acquisition) dapatterjadi pada pemerolehan bahasa pertama (B1)atau yang lebih dikenal dengan bahasa ibu,maupun pemerolehan bahasa kedua (B2), dalamhal ini dapat berupa bahasa asing. Pemerolehanbahasa yang diteliti dalam penelitian ini adalahpemerolehan bahasa B2 pada anak yang diperolehmelalui media sosial berbasis video, yaitu YouTubeyang saat ini digunakan oleh berbagai kalangan.Anak-anak menyaksikan video di YouTube sangatmemerlukan pengawasan dari orang tuanya karenabanyak hal yang mungkin terjadi atau tontonan-tontonan yang tidak sesuai dengan usia anaktersebut dalam sosial media. Kurniati (2020: 30)menyatakan bahwa pengaruh media sosial berim-bas tidak hanya bagi orang dewasa, juga bagi anak-anak. Apabila penggunaan berlebihan, pengaruhnegatif mungkin saja merambah pada diri anak-anak. Namun, positifnya, kerapkali dapat ditemu-kan pada anak-anak yang cenderung cerdas karenasering disuguhkan tontonan dan meniru apa yangada di YouTube.

Pemerolehan bahasa seorang anak bersifatnatural atau alami, juga dilakukan secara informal.Pemerolehan bahasa B2 pada penelitian ini adalahbahasa asing, yaitu bahasa Inggris, dengan

menggunakan media sosial berbasis video yangsaat ini sering disaksikan oleh seluruh kalangan,yaitu YouTube.

Anak-anak dapat dijadikan sebagai subjekpenelitian karena keluguan dan natural dalammenyikapi sesuatu. Penelitian terhadap anak-anaklebih mengasyikkan dan menantang karena harusditeliti secara perlahan untuk mendapatkan infor-masi. Objek dalam penelitian ini merupakan anakgenerasi milenial yang sejak balita sudah disuguh-kan gadget, begitulah kehidupan dan kekhasananak-anak di era modern ini.

Pembelajaran bahasa B2 jika ditinjau dari sisiurutan pemerolehan bahasanya, yaitu setelah mem-pelajari atau memperoleh bahasa B1. Kebanyakananak di Indonesia, bahasa Indonesia merupakanbahasa B2 karena banyak anak Indonesia yangmemiliki B1, yaitu bahasa ibu, berupa bahasadaerah, tetapi bahasa B2 lazimnya digunakansebagai pembelajaran bahasa asing. Pada pene-litian ini, bahasa B2 yang digunakan adalah bahasaasing, yaitu bahasa Inggris.

Penelitian terkait dengan pemerolehan bahasapada anak usia 3—5 tahun pernah dilakukansebelumnya oleh Nurjamiaty dengan penelitiannyayang berjudul “Pemerolehan Bahasa Anak UsiaTiga Tahun Berdasarkan Tontonan KesukaannyaDitinjau dari Kontruksi Semantik”, Jurnal EdukasiKultura Vol. 2 No. 2 September 2015. Penelitiantersebut menghasilkan proses pemerolehan bahasayang terjadi pada anak usia tiga tahun dengantontonan kesukaannya, kartun Boboboy, kemudiananak yang diteliti meniru tuturan yang terdapatdalam kartun tersebut. Lalu, penelitian selanjutnyapernah dilakukan oleh Yulia Eka Salnita, Atmazaki,dan Abdurrahman dengan penelitiannya yangberjudul “Pemerolehan Bahasa pada Anak Usia 3Tahun” yang dimuat ke dalam jurnal Obsesi: Jurnalpendidikan Anak Usia Dini Vol. 3, 2019. Peneliti-an tersebut menghasilkan tataran fonologi, sintak-sis, dan tataran semantik pada anak usia 3 tahun.

50

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

Perbedaan antara penelitian yang telah di-lakukan dengan penelitian ini adalah jumlah objekpenelitiannya. Penelitian ini menggunakan duaobjek untuk memperkaya data. Perbedaan kedua,yaitu media yang digunakan. Penelitian ini lebihmengedepankan teknologi internet mengingat saatini, manusia tidak lepas dari penggunaan IT(Information Technology). Penelitian menggunakanmedia YouTube, tidak lagi menggunakan mediatelevisi, karena media YouTube dinilai telah banyakdigunakan oleh kalangan anak-anak, terlebih adadi dalamnya fitur YouTube Kids yang dapatdimanfaatkan sebagai pembelajaran anak.

LANDASAN TEORIPsikolinguistik merupakan gabungan dari dua

ilmu, yaitu psikologi dan linguistik. Ilmu psiko-linguistik mulai mencuat pada permulaan abad ke-20. Psikolog dari Jerman Wilhelm Wundt meng-ungkapkan bahwa bahasa dapat dijelaskan denganmenggunakan dasar psikologis (Dardjowidjojo,2014: 2). Psikolinguistik sebagai sebuah disiplinilmu yang mandiri. Psikolinguistik merupakan ilmuyang berupa hibridasi. Termasuk tokoh-tokohyang terdapat dalam ilmu psikologi dan ilmubahasa ikut berkontribusi pula dalam sejarah atauperkembangan psikolinguistik. Kajian yangterdapat dalam psikolinguistik juga di dalamnyaterdapat kajian ilmu psikologi dan ilmu lingustikyang dipakai untuk menjelaskan dan melengkapi(Sudarwati, dkk, 2017: 7).

Pemerolehan dapat digunakan sebagai suatuperkembangan kemampuan berbahasa, yaitudengan cara natural atau tanpa diajarkan, sedang-kan, pembelajaran bahasa ialah proses untukmendapatkan pengetahuan yang baru mengenaibahasa, seperti pembelajaran mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam sintaksis suatu bahasadan pembelajaran tersebut lazimnya dilakukan didalam kelas, dalam bentuk formal dan denganbantuan pengajar (Yule, 2014: 187).

Pemerolehan bahasa (language acquisition)merupakan suatu hal yang penting untuk diteliti.Pemerolehan (acquisition) suatu proses seseorangmendapatkan kemampuan untuk menangkap,menghasilkan, dan menggunakan kata-kata yangdapat dipahami untuk berkomunikasi. Hal-haltersebut juga berkaitan dengan beberapa ke-mampuan berbahasa yang lain, seperti fonetik,sintaksis, dan memerlukan kosakata yang luas pula(Sundari, 2018: 54).

Pemerolehan bahasa merupakan suatu halyang lazim dibincangkan dalam aspek kognitifkebahasaan. Pemerolehan bahasa memiliki subjekpenelitian dan subjek yang digunakan dalampemerolehan bahasa biasanya adalah anak-anak.Pada kenyataannya, anggapan itu tidak benar.Pemerolehan bahasa juga dapat menggunakansubjek penelitian lain, yaitu orang dewasa. Halyang membedakan antara pemerolehan bahasaanak-anak dan orang dewasa dengan menciptakanwaktu dalam pemerolehan bahasa, hal tersebutmenjadikan penciptaan pembeda, yaitu istilahpemerolehan dan pembelajaran (Kushartanti,2005: 24). Sedangkan, Purba (2017: 1) mengung-kapkan bahwa pemerolehan bahasa pertamaataupun kedua mendasari proses pemerolehanbahasa tersebut bagaimana dapat terjadi. Teoriyang umum dan mendasar yang digunakan padapemerolehan bahasa pertama ataupun keduaadalah teori behaviorisme, karena teori tersebutdianggap paling mendasar mengenai pemerolehanbahasa. Teori yang lain yang terdapat pada kajianilmu psikolinguistik. Menurut pandangan teoripemerolehan bahasa behaviorisme dilandasisesuatu yang beranggapan bahwa seorang anakyang baru saja dilahirkan tidak memiliki apa-apaatau tidak membawa struktur linguistik apapun,anak tersebut dianggap kosong dari segi kebahasa-an. Sehingga, dalam pemerolehan bahasa lingkung-an memiliki peran aktif dalam pembentukanabahasa anak, lingkungan memiliki peran yang

Media Youtube Sebagai Sarana Pemerolehan Bahasa B2 Anak Usia 3—5 Tahun (Studi Kasus Dua Orang Anak)

51

sangat penting. Seperti yang terjadi pada penelitianini, anak dengan mudahnya meresapi apa yang ialihat dan dengar melalui media YouTube, anak lebihmudah menangkap dan mengingat apa yang telahia lihat dan dengarkan, dalam penelitian ini adalahB2 yang terfokus pada pengetahuan mengenainomina warna dan numeralia pokok.

Penelitian ini terarah kepada pandangan teoripemerolehan bahasa behaviorisme karena menurutpenulis seorang anak yang baru saja lahir tidakmemiliki pengetahuan mengenai bahasa sedikitpun. Seorang anak memperoleh bahasa pertamamelalui orang tuanya yang lebih dikenal denganistilah B1. Hal tersebut dipengaruhi oleh suatuinnate capacities atau kapasitas yang telah dibawaoleh manusia sejak lahir yang terbentuk darilingkungan (Hyams & Orfitelli. 2015: 1). Ling-kungan memengaruhi bahasa anak karena memoripada otak anak akan menangkap apa yangdidengarkan di sekitar lingkungan. Pemerolehanbahasa kedua (B2) pada anak didapatkannyasetelah mendapatkan bahasa pertama atau bahasaibu (B1). Bahasa pada seseorang didapatkanmelalui pemerolehan bahasa secara natural atauinformal, atau dengan formal. Menurut teoripemerolehan bahasa behaviorisme, pemerolehanbahasa seseorang didapat berdasarkan pengalam-an, pada anak-anak didapatkan secara naturalmengikuti bahasa ibunya. Lalu, dengan pengalam-an itu pula yang juga berdasarkan faktor-faktor,dalam penelitian ini pemerolehan bahasa B2 anakdiperoleh dari faktor media sosial YouTube.

Pemerolehan melibatkan berbagai kemampu-an berbahasa, seperti sintaksis, fonetik, dan kosa-kata yang luas pada bahasa pertama, kedua, ketiga,dan seterusnya disebut bahasa target (TargetLanguage). Lazimnya, bahasa merujuk pada pemer-olehan bahasa pertama, yaitu mengkaji bahasa ibu.Jika pemerolehan yang biasanya digunakan padabahasa ibu digunakan pada bahasa B2, makapemerolehan bahasa B2 dapat diartikan sebagai

sebuah proses anak untuk dapat menghasilkan,menangkap, dan menggunakan kata secaraspontan atau tak sadar untuk berkomunikasi(Troike, 2005: 2-3). Pemerolehan bahasa B2 anakdiperoleh setelah anak menguasai bahasa ibunya.Pemerolehan bahasa dalam penelitian ini diperolehdari media YouTube , kemudian anak dapatmemahami dan mencerna kata yang ia dengarkan,kemudian dilantunkan dalam kehidupan sehari-hari, yang menjadi fokus pada penelitian ini adalahpengetahuan nomina warna dan numeralia pokok.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan jenis metode

kualitatif dan menggunakan pendekatan des-kriptif. Moleong (2010: 6) menyatakan bahwapenelitian metode kualitatif menghasilkan prose-dur analisis dan tidak menggunakan prosedur ana-lisis statistik ataupun dengan cara kuantifikasilainnya. Sudaryanto dalam Muhammad (2016:192) mengemukakan bahwa pendekatan deskrip-tif dilakukan berdasarkan dengan fakta-fakta yangada ataupun fenomena yang secara empiris hiduppada penuturnya, sehingga yang dihasilkan daripendekatan deskriptif atau yang dapat dicatatberupa pemerian bahasa yang dikatakan paparanapa adanya. Berdasarkan penelitian ini, data metodekualitatif berupa percakapan antara penutur dankawan tutur. Sedangkan, pendekatan deskriptifyaitu analisis yang digunakan dicatat berdasarkanfakta yang ada dan apa adanya.

Peneliti dalam hal ini adalah penulis sangatberperan sebagai instrumen kunci karena perlumempertimbangkan berbagai aspek di antaranyaadalah daya simak dan daya ingat mengenaikejadian yang dilakukan saat melakukan penelitian.Penelitian ini didukung oleh rekaman dan kemudianditranskrip menjadi sebuah data yang dicantumkansebagaimana tertulis dalam penelitian ini. Perekam-an yang dilakukan hanya menggunakan perekamaudio, sehingga daya ingat penulis pada kejadian

52

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

penelitian harus diingatkan. Perekaman audiodilakukan dengan empat buah rekaman yang se-tiap rekamannya berisi sebuah peristiwa tuturan.Alat perekam yang digunakan adalah aplikasiperekam suara yang terdapat pada Samsung GalaxyS8+.

Studi kasus pada penelitian ini adalah duaorang anak pada usia 3—5 tahun. Peneliti men-coba menganalisis dengan cara mengajak berbicarauntuk memperoleh informasi mengenai penge-tahuan B2 anak yang diperoleh dari media YouTube.Berdasarkan fenomena yang ada dari kedua anaktersebut. Keduanya memiliki pengetahuan yangberbeda, yakni anak yang diteliti adalah berjeniskelamin laki-laki dan perempuan denganpenelitian yang berbeda. Anak laki-laki ditelitiadalah pengetahuannya mengenai nomina warnayang diketahui dalam bahasa Inggris. Sedangkan,pada anak perempuan yang diteliti adalah penge-tahuannya mengenai numeralia pokok dalambahasa Inggris. Keduanya mendapatkan penge-tahuan tersebut dari media sosial berbasis videoYouTube yang disuguhkan oleh orang tuanya sehari-hari, secara tidak sadar anak-anak tersebut mem-peroleh bahasa dan memakainya saat berbicarasehari-hari.

Analisis penuturan dilakukan terhadap keduaanak tersebut, yaitu pada saat keduanya bermainatau berbincang dengan keluarga. Kedua anak yangditeliti sangat responsif saat menjawab beberapapertanyaan yang disampaikan untuk memenuhipenelitian ini. Strategi peneliti saat meneliti keduaanak tersebut adalah merekamnya secara diam-diamtanpa diketahui oleh anak yang diteliti. Selainmetode yang disampaikan, terdapat pula beberapasumber lain yang digunakan pada penelitian iniantara lain buku, sesuatu jurnal, dan artikel.

PEMBAHASANAnak adalah peniru ulung yang mengikuti

orang tuanya. Oleh sebab itu, bahasa B1 anak akan

sama dengan bahasa ibunya. Namun, pemerolehanbahasa B2 anak dapat diperoleh dari pihak lainselain orang tua ataupun lingkungan sekitar, dalamhal ini dengan menggunakan media sosial. Seoranganak yang sering menyaksikan atau mendengarkansesuatu pasti akan terekam di memori otaknya.Terlebih dari itu, memori yang dimiliki anak masihbelum banyak terisi sepenuhnya, sehingga hal itumemungkinkan anak untuk menyimpan memoriyang lebih dalam. Memori terbagi menjadi dua,yaitu memori jangka panjang dan jangka pendek.Pemerolehan bahasa yang terus terlatih akanmenjadi memori jangka panjang dan akan selaluteringat oleh seseorang, terutama seorang anak(James; Nuryani & Putra, 2013: 50). Jika seoranganak terlatih atau biasa diberi edukasi mengenaipemerolehan bahasa B2, dalam hal ini adalahbahasa Inggris, baik dari media YouTube ataupunlainnya, maka hal itu dapat selalu teringat dantersimpan dalam memori jangka panjang.

Studi bahasa B2 pada anak ini termasuk dalamstudi psikolinguistik terapan. Psikolinguistikterapan ialah pengaplikasian teori psikolinguistikdi kehidupan sehari-hari, baik pada orang dewasamaupun kanak-kanak (Levelt; Mar’at, 2015:1-2).Seperti yang telah dipaparkan, penelitian ini meng-gunakan teori pemerolehan bahasa behaviorisme,yang mana seorang anak menuturkan atau men-jawab pertanyaan menggunakan bahasa B2 ber-dasarkan dari kebiasaan dan pengalamannya,dalam hal ini media YouTube menjadi sumberpembelajaran bagi anak karena telah menjadikebiasaan anak menyaksikan video pembelajarananak di media YouTube, anak memperoleh bahasaB2 tersebut secara natural.

Studi kasus pada penelitian ini adalah duaorang anak (laki-laki dan perempuan) yang berusiaantara 2—5 tahun yang kesehariannya disuguhivideo dari media sosial YouTube oleh orang tuanyadengan tujuan awalnya agar anak tersebut tidakbosan. Seringnya disuguhi media sosial YouTube

Media Youtube Sebagai Sarana Pemerolehan Bahasa B2 Anak Usia 3—5 Tahun (Studi Kasus Dua Orang Anak)

53

tersebut menjadikan anak tersebut kecanduan dansukar untuk berpaling dari smartphone. Namun,pengawasan orang tua tetap tidak luput darikonten yang disaksikan oleh anak. Orang tuamemilah video yang layak ditonton. Dalam mediasosial berbasis video, YouTube juga tersedia fituruntuk anak-anak agar YouTube itu digunakan olehanak tidak berbahaya atau terdapat sesuatu di luarkendali orang tua karena dalam media YouTubejuga terdapat banyak konten yang tidak seharus-nya dilihat oleh anak di bawah umur. Jika inginlebih aman, YouTube menyediakan fitur YouTubeKids untuk digunakan oleh anak-anak.

Pemerolehan Kosakata Dasar B2Pemerolehan kosakata dasar, dalam hal ini

adalah kosakata sederhana dalam pemerolehanbahasa B2 anak, antara lain terdiri atas nominadan kata bilangan atau numeralia karena keduakelas kata tersebut adalah kata yang mudahdiserap oleh anak dalam pemerolehan bahasa B2.Kata benda dalam hal ini adalah berupa nominawarna, anak menyebutkan warna menggunakanbahasa Inggris karena pemerolehan bahasa yangia tiru dari tontonan di YouTube. Kata bilangan ataunumeralia dalam hal ini adalah berupa angka-angka pokok, yaitu dari 1 hingga 10, anak menye-butkan angka menggunakan bahasa Inggris secaraurut maupun acak. Penelitian ini menggunakanempat peristiwa tuturan dari dua objek penelitianyang berbeda, masing-masing terdapat dalam duaperistiwa tuturan.

Objek penelitian yang pertama, yaituMuhammad Alman Aqmar Permana, seorang anakberusia 3 tahun lebih 8 bulan dan berjenis kelaminlaki-laki. Alman merupakan sepupu penulis, yaituanak dari adik orang tua penulis yang bertempattinggal di Kp. Setu, RT 005/01, Bintara Jaya,Bekasi Barat. Alman disuguhi tontonan melaluimedia sosial YouTube oleh orang tuanya, tetapitidak lepas dari pengawasan orang tuanya. YouTube

yang biasa disaksikan oleh Alman adalah serialkartun Upin & Ipin, serial kartun Thomas andFriends, dan yang paling sering disaksikan adalahvideo pembelajaran menggunakan bahasa Inggrispada channel YouTube yang bernama “Cocomelon–Nursery Rhymes”.

Peristiwa Tuturan 1Farah : “Dek Al, liat baju aku. Ini warna apa?”Alman : “Warna red!”Farah : “Kalau.. gelas ini warna apa nih?”Alman : “Blue!”Farah : “Blue tuh warna apa sih?”Alman : “Biru”Farah : “Kalau ungu itu apa?”Alman : “Purple!”Farah : “Ih pintar. Kalau kerudung Ibu warna

apa, Dek Al?”Alman : “Grey!”

Peristiwa tuturan yang pertama, pada cuplik-an peristiwa tersebut, penutur menanyakan warnakepada lawan tutur sebagai objek penelitian.Warna yang ditanyakan bersifat acak sesuai denganwarna benda yang ada di sekitar lokasi penelitian.Lawan tutur menjawab dengan benar seluruhpertanyaan yang dituturkan oleh penutur. Kawantutur menjawabnya sesuai pengetahuan pemer-olehan bahasa atau kata-kata tersebut dari kontenYouTube yang disaksikannya. Lawan tutur mem-peroleh pengetahuan dari konten YouTube yangdisaksikan, terdapat berbagai contoh warna, yangkemudian dengan kemampuan motorik danmemori yang dimiliki anak, ia dapat mengingatwarna tersebut. Warna yang diingat oleh kawantutur bukan hanya warna yang mudah diingat atauumum seperti warna primer, yaitu merah, kuning,dan biru. Warna lain yang termasuk warna yangtidak umum atau warna sekunder, seperti unguyang merupakan campuran dari merah dan biru,ataupun abu-abu yang merupakan campuran dariwarna hitam dan putih juga diingat, meskipunwarna-warna tersebut jarang ditemukan atau

54

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

ditanyakan. Hal ini membuktikan bahwa memoriyang dimiliki seorang anak, yaitu memori yangpanjang, karena dapat mengingat dalam waktuyang lama, terlebih jika sering diasah atauditanyakan mengenai hal tersebut. Memori yangdimiliki anak masih belum terisi banyak, sehinggaia mampu menghafal dan menyimpan suatukosakata dengan mudah.

Peristiwa Tuturan 2Alman : “Ayah, susu”Ayah : “Iya, sabar sebentar”Farah : “Dek Al, susu terus nih”Alman : “Susu enak susu”Farah : “Susunya warna apa emang?”Alman : “White!”Farah : “Ah, putih kali..”Alman : “White!”Farah : “White emang warna apa?”Alman : “Warna… putih,”Farah : “Berarti susunya putih dong?”Alman : “White!”

Peristiwa tuturan yang kedua, pada cuplikanperistiwa tersebut, penutur memotong pembicara-an lawan tutur dengan lawan tutur yang lain,penutur menyanggah sesuatu yang diinginkan olehlawan tutur dan menanyakan terkait warna. Warnayang ditanyakan oleh penutur belum terlihatvisualnya, tetapi lawan tutur menjawab denganbenar menggunakan bahasa Inggris. Tuturanwarna dalam bahasa Inggris lebih sering digunakanoleh lawan tutur daripada tuturan warna dalambahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan mitratutur tidak menerima jika warna tersebut di-katakan dalam bahasa Indonesia. Sejatinya, mitratutur mengetahui bahwa arti dari kata white adalahputih, tetapi mitra tutur tidak menerima jika susudikatakan oleh penutur berwarna putih, mitra tuturtetap berkata bahwa itu adalah warna white. Haltersebut merupakan dampak yang terjadi pada anakusia 3-5 tahun yang memperoleh bahasa B2 dariYouTube, karena memori ingatan yang dimiliki anak

tersebut adalah memori jangka panjang. Lawantutur tetap teguh menuturkan bahwa susu ituberwarna white, pengetahuan mengenai nominawarna lebih dahulu diterimanya melalui mediaYouTube dibandingkan dengan orang tua yangmengajarkan kawan tutur mengenai pengetahuannomina warna. Hal tersebut membuktikan bahwapemerolehan bahasa yang berasal dari media yangberupa audio dan visual dapat diterima anak secaranatural dan dapat diingatnya.

Objek penelitian yang kedua, yaitu FahiraPutri Hendriansyah atau akrabnya dipanggildengan sebutan Aira, seorang anak berusia 5 tahundan berjenis kelamin perempuan. Aira juga me-rupakan sepupu penulis, yaitu anak dari adik orangtua penulis yang bertempat tinggal di PerumahanAlam Pesona Wanajaya, Blok P25 No. 20,Wanajaya, Cibitung, Kabupaten Bekasi. Aira saatini mulai bersekolah di Taman Kanak-kanak. Airadisuguhi tontonan melalui media sosial YouTubeoleh orang tuanya seusai pulang sekolah, tetapitidak lepas dari pengawasan orang tuanya pula.YouTube yang biasa disaksikan oleh Aira adalahkartun Unicorn, kartun Frozen, dan video pembe-lajaran menggunakan bahasa Inggris pada be-berapa channel YouTube. Namun, Aira juga me-nyukai tontonan yang berupa kebudayaan Indonesia,ia sering meminta untuk menyaksikan ondel-ondeldi YouTube.

Peristiwa Tuturan 3Fahira : “Kakak, temenin dedek jajan.”Farah : “Itung dulu satu sampai sepuluh,

baru jajan.”Fahira : “Gak mau.”Farah : “Ya udah Aira jajan sendiri.”Fahira : “Itung deh. Satu, dua, tiga, empat,

lima, enam, tujuh, delapan, sembilan,sepuluh.”

Farah : “Nah, gitu. Coba pake bahasa Inggrisdulu.”

Media Youtube Sebagai Sarana Pemerolehan Bahasa B2 Anak Usia 3—5 Tahun (Studi Kasus Dua Orang Anak)

55

Fahira : “Gak mau, ah, kakak mah. Jajan…”Farah : “Iya, jajan, Aku pake kerudung dulu.

Aira itung satu sampai sepuluh pakebahasa Inggris dulu tapi.”

Fahira : “One, two, three, four… ah, udah ah.Ayo, jajan dulu, Kak.”

Farah : “Lanjutin sampai sepuluh baru kitakeluar.”

Fahira : “Tadi sampe mana? Eh, iya, sampethree. four, five, six, seven, eight, nine, ten.Udah. Ayo, Kakak, jajan.”

Farah : “Nah, gitu dong. Ayo, kita jajan”

Peristiwa tuturan yang ketiga, pada cuplikanperistiwa tersebut, penutur memerintahkankepada lawan tutur untuk berhitung dari angkasatu hingga sepuluh dan lawan tutur menurutiperintah dari penutur dan menyebutkan angka-angka tersebut menggunakan bahasa Indonesia.Kemudian, penutur memerintahkan kembalikepada lawan tutur untuk menyebutkan angka-angka yang telah disebutkan dalam bahasa Inggris.Lawan tutur menyebutkannya, tetapi di tengahtuturan lawan tutur merasa jenuh dan kemudiantetap melanjutkan. Usia objek penelitian padaperistiwa tuturan ketiga lebih besar daripada objekpenelitian pertama dan kedua, dilihat dari tingkatpendidikan pula subjek penelitian ketiga sudahbersekolah di Taman Kanak-kanak, sehingga haltersebut menyebabkan objek penelitian selakulawan tutur sudah jenuh jika ditanyakan terkaithal tersebut karena mungkin di sekolah telahbanyak diajarkan oleh guru. Berbeda dengan objekpenelitian pada peristiwa tuturan pertama dankedua yang usianya lebih muda maka ia lebihresponsif terhadap apa yang ditanyakan olehpenutur.

Peristiwa Tuturan 4Farah : “Aira, ayok, belajar angka pake

bahasa Inggris ya, ini angka berapa,Dek?” (menunjukkan angka 4 meng-gunakan jari)

Fahira : “Hmm.. Four!”Farah : “Kalau ini?” (menunjukkan angka 9

menggunakan jari)Fahira : “Nine!”Farah : “Kalau sebelas, dua belas, itu apa

bahasa Inggrisnya?”Fahira : “Eleven, ah, gak tau aku gak mau itu

susah.”Farah : “Ya, udah ini nih berapa, nih?”

(menunjukkan angka 7 menggunakanjari)

Fahira : “Seven!”

Peristiwa tuturan yang keempat, pada cuplik-an peristiwa tersebut, penutur mengajak lawantutur mengulas kembali apa yang diketahui olehkawan tutur dengan cara mengajak belajar bahasaInggris dengan berhitung menggunakan bahasaInggris. Penutur memeragakan angka mengguna-kan jari, kemudian lawan tutur menyebutkanangka tersebut dengan bahasa Inggris yang telahdiperolehnya dari video di YouTube. Lawan tuturhanya lancar berhitung menggunakan bahasaInggris dari satu hingga sepuluh. Sehingga, saatpenutur menanyakan angka sebelas, dan seterus-nya, kawan tutur berkata bahwa itu adalah halyang sulit. Dalam pemerolehan bahasa, satu katalebih mudah dihafalkan oleh anak usia balitadibandingkan satu frasa. Balita lebih mudah meng-hafal terlebih jika sering dilatih atau ditanyakanoleh orang-orang di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan empat tuturan dari kedua studikasus, dapat dilihat bahwa anak yang pertama,yaitu Muhammad Alman Aqmar Permana, mem-peroleh bahasa B2 mengenai nomina warna.Kedwibahasaan yang dimiliki Alman yakni lebihmengutamakan pengetahuan nomina warnadengan bahasa B2, hal ini dipengaruhi karenaorang tua yang belum intensif mengajarkanpengetahuan nomina warna menggunakan bahasaibu atau B1. Media YouTube sangat memengaruhipengatahuan Alman karena diperolehnya dengannatural dan tanpa ada pembelajaran formal yang

56

Kadera Bahasa, Volume 12, Nomor 1, Edisi April 2020

melatarbelakangi atau tanpa ada pengajar. Usiajuga memengaruhi karena usia Alman masih cukupdini, Kusno (2017: 40) mengemukakan bahwaanak pada usia dini masih berada dalam masakeemasan, yaitu sepanjang rentang usia perkem-bangan manusia.

Pada studi kasus anak kedua, yaitu FahiraPutri Hendriansyah, pemerolehan bahasa B2 yangdifokuskan adalah mengenai numeralia pokok,yaitu angka 1 sampai 10. Kedwibahasaan yangdimiliki Fahira lebih mendominasi bahasa ibu atauB1, hal ini dipengaruhi karena Fahira telah men-dapatkan pendidikan formal, yakni di TamanKanak-kanak yang pengajarnya lebih sering meng-ajarkan numeralia pokok menggunakan bahasaIndonesia, atau faktor lain, seperti kejenuhankarena usia yang hampir tidak dikatakan balita.Berdasarkan pemaparan dan faktor-faktor tersebutberarti media YouTube tidak sepenuhnya menyubs-titusikan peran manusia dalam pemerolehanataupun pembelajaran bahasa.

PENUTUPMedia sosial berbasis video yang marak di-

gunakan saat ini, yaitu YouTube sangat memeng-aruhi pemerolehan bahasa B2 yang diteliti padapenelitian ini. Pemerolehan bahasa B2 yang di-teliti adalah bahasa Inggris. Dalam aplikasi YouTubebanyak terdapat video pembelajaran untuk anak-anak yang menggunakan bahasa Inggris, sehinggadengan mudah orang tua menyuguhkan anaknyauntuk belajar. YouTube memiliki peran pentingdalam pemerolehan bahasa anak melalui channelyang ada di dalamnya, terutama pada fitur YouTubeKids, yang memang didesain khusus untuk anak.Pembelajaran bahasa anak dapat dipelajari melaluimedia YouTube, visual dan audio dalam YouTubemenarik dan memudahkan anak memperolehbahasa dan mengingat bahasa dengan baik. Dalampenelitian ini, YouTube sangat berperan untuk

pengetahuan mengenai nomina warna dannumeralia pokok pada kedua anak yang diteliti.

Anak memiliki memori otak yang cukup besarsehingga seorang anak dapat menyimpan suatukata yang ia peroleh dalam jangka waktu yangpanjang jika terus dilatih. Peran pengajar jugadiperlukan dalam pemerolehan ataupun pembe-lajaran bahasa anak, karena media tidak sepenuh-nya menyubstitusikan peran manusia dalampemerolehan ataupun pembelajaran bahasa. Tidakhanya anak yang dapat memperoleh bahasa B2melalui media audio visual, dewasa pun dapatdijadikan objek penelitian kedepannya dalam halini.

DAFTAR PUSTAKADardjowidjojo, Soenjono. 2014. Psikolinguistik:

Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Manusia.

Hyams, Nina & Robyn Orfitelli. 2015. “TheAcquisition of Syntax.” Handbook ofPsycholinguistics. Blackwell Publishers. Retreivedfrom http://linguistics.ucla.edu/people/hyams/28%20HyamsOrfitelli.final.pdf

Kurniati, Mulia dan Nuryani. 2020. “PengaruhSosial Media YouTube Terhadap PemerolehanBahasa Anak Usia 3-4 Tahun”, (Studi padaAnak Speech Delay). Dalam Jurnal FON: JurnalPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 16.No. 1.

Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: LangkahAwal Memahami Linguistik. Jakarta: GramediaPustaka Utama.

Kusno, Ali. 2017. “Perkembangan FungsiPragmatik pada Anak Usia 2,5 Tahun (StudiKasus pada Azza Aqila Jihan Syuasabitha)”.Dalam Jurnal Kadera. Vol. 9. No. 1. April.

Mar’at, Samsunuwiyati. 2015. Psikolinguistik: SuatuPengantar. Bandung: PT Refika Aditama.

Media Youtube Sebagai Sarana Pemerolehan Bahasa B2 Anak Usia 3—5 Tahun (Studi Kasus Dua Orang Anak)

57

Muhammad. 2016. Metode Penelitian Bahasa.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nuryani dan Dona Aji Karunia Putra. 2013.Psikolinguistik. Tangerang Selatan: MazhabCiputat.

Purba, Andiopenta. 2013. “Peranan LingkunganBahasa dalam Pemerolehan Bahasa Kedua”.Dalam Jurnal Pena. Vol. 3. No. 1. Juli.

Putra, Asaas dan Diah Ayu Patmaningrum. 2018.“Pengaruh YouTube di Smartphone terhadapPerkembangan Komunikasi Interpersonal

Anak”. Dalam Jurnal Penelitian Komunikasi.Vol. 21. No. 2. Desember.

Sudarwati, Emy, dkk. 2017. PengantarPsikolinguistik. Malang: Universitas BrawijayaPress.

Sundari, Weli. 2018. “Pemerolehan Bahasa”.Dalam Jurnal Warna. Vol. 2. No. 1. Juni.

Troike, Muriel Saville. 2005. Introducing SecondLanguage Acquisition. New York: CambridgeUniversity Press.

Yule, George. 2014. The Study of Language (FifthEdition). New York: Cambridge UniversityPress.