Upload
hathu
View
216
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
1
Media Habit: Remaja Pendengar Radio
Usia 14-19 Tahun di Kota Solo
Phulia Widya Negara
Nora Nailul Amal
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Abstract
Technology expansion has an impact to all of media like radio, newspaper and
magazine they defend for the exsistance in the middle exploding technology
innovation. The impact is old media like radio, newspaper and magazine has been
decreasing about the function. The user teenagers include whose as know as N
generation which is mean they who have addicted with technology have related on
it. This research use 3 models from Rubin & Windahl , technology determinism
from McLuhan to explain the media use of teens age 14-19 years old in Solo, and
uses & dependency DeFleur & Ball –Rockeach to explain the reason why
teenagers use media. Respondent in this research is teenagers respondents who
have 14-19 years old in Solo. Sampling use snow ball sampling and to get the data
it use questionare media habit.
The result shows that teenagers in Solo use the media for benefit. Whereas they
can’t far from media, teenagers will use media when the media accessable and
practical for them, susch as teenagers use social media and internet because they
have smartphone. Teenagers use media for benefit too, such as they use television
dan radio for entertain and when they have spare time and nothing to do.
Keywords: Radio, Media habit, Media Use, Teenagers.
2
2
Pendahuluan
Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat orang-orang merasa
harus menguasainya sehingga justru mereka tidak bisa lepas dari media-media
yang ada. Termasuk remaja sebesar 17% remaja dengan usia 14-19 tahun
membentuk populasi dunia (Tsao & Hensen, 2008) pun justru sangat lekat dengan
media. Selain itu remaja masa kini adalah generasi pertama yang lahir dan tumbuh
di era global interaktif (La Ferle et al. 2000; Tsao & Hensen, 2008) yang membuat
remaja diberi label ‘Generation N’ dimana mereka erat dan sangat familiar dengan
multimedia dan teknologi bahkan bisa di golongkan menjadi pecandu teknologi
(Rideout et al. 2005; Tsao & Hensen, 2008).
Data Nielsen di Indonesia menunjukkan bahwa televisi masih mendominasi
dalam hal media yang di gunakan masyarakat Indonesia, sedangkan internet berada
di urutan ke dua setelah televisi dilanjutkan radio, surat kabar, tabloid dan majalah
(Nielsen, 2014). Televisi telah memainkan peran penting dalam kehidupan anak
muda jaman sekarang, dan kemunculan teknologi baru seperti radio portable,
pemutar music, teknologi laser (CDs), teknologi selular, and computer yang semua
itu adalah alternative lain selain mendengarkan radio (Shanahan, 2009). Perbedaan
tingkat penggunaan pada media-media tersebut salah satu kemungkinan dapat
dipengaruhi oleh perbedaan kualitas infrastruktur di Jawa dan Sumatera. Bahkan
perbedaan yang sangat mencolok ketika melihat penggunaan handphone dan wifi
di Jawa 5 kali lipat sedangkan di Luar Jawa hanya 3 kali lipatnya saja (Nielsen,
2014).
Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan malasalah penelitian sebagai berikut:
1. Media apa saja yang digunakan remaja Kota Solo?
2. Alasan apa saja yang mendasari penggunaan media oleh remaja Kota Solo?
3
3
Tujuan
Penelitian ini termasuk penelitian deskripsi, yang bertujuan untuk
menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu (Morrissan, 2011: 37). Peneliti berusaha
menjelaskan bagaimana remaja menggunakan media, terkait media apa saja yang
digunakan remaja dan alasan apa yang mendasari penggunaan media tersebut.
Telaah Pustaka
Penelitian ini mengkolaborasikan 3 model yaitu model media use W. Rubin &
Windahl, determinasi teknologi milik McLuhan untuk menjelaskan penggunaan
media kalangan remaja usia 14-19 tahun di Kota Solo, sedangkan model
penggunaan & ketergantungan Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach
digunakan untuk menjelaskan alasan dibalik penggunaan media.
1. Media Use
Media use atau penggunaan media sering dikatakan kebiasaan menggunakan
media (media habit) menggunakan media berulang kali atau dalam situasi yang
sama setiap waktu (Naab & Schnauber, 2014, p. 1). Sedangkan W. Rubin &
Windahl (1986) berasumsi bahwa media use adalah kegiatan memilih,
mengkonsumsi, memproses dan menginterpretasi media sekaligus kontennya (p.
197). Penggunaan media akan berkaitan dengan jenis media yang digunakan,
tempat dan waktu saat menggunakan media dan konten media. Windahl, (1981);
Rubin & Windahl (1986) mengemukakan operasionalisasi media use dengan
menggali pengetahuan mengenai konten media meliputi:
a. Seberapa banyak konten yang diberikan pada audiens
b. Konten macam apa yang diberikan untuk audiens
c. Hubungan apa yang terjadi diantara audien dan konten
d. Dengan cara apa konten tersebut diberikan (p. 197)
4
4
2. Determinasi Teknologi
Teori determinisme teknologi digunakan karena teori ini menjelaskan tentang
masyarakat yang tidak bisa lepas dari media. Dimana saja dan kapanpun
masyarakat akan mengakses media karena ketersedian dan kemudahan akses
media-media tersebut. Teknologi kini sampai pada perkembangan yang sangat
cepat. Manusia yang menciptakan teknologi tersebut kini telah bergantung dengan
teknologi tersebut. Menurut pendapat McLuhan; Morrisan et al., (2014).
Dalam teori determinisme media McLuhan membagi media menjadi 2, media
panas dan media dingin. Media panas adalah media yang tidak menuntut perhatian
besar dari pendengar, pembaca atau penonton (McLuhan; Morrisan, 2014, p. 492).
Pada penelitian ini yang termasuk media panas adalah film, radio, buku, dan
foto. Hal ini karena menggunakan media-media tersebut tidak dituntut dalam daya
imajinasi yang tinggi. Media tersebut memberikan informasi yang lengkap dan
jelas membuat partisipasi audience sangat rendah. McLuhan mengkategorikan
radio sebagai media panas karena pendengar menggunakan radio untuk mengiringi
kegiatan lain. Inilah yang membuat intensitas pendengar radio mulai berkurang.
Berbeda dengan media dingin yang menuntut partisipasi audiens besar. Media
yang termasuk adalah televisi karena ketika audiens menonton tv mereka akan
aktif terlibat dengan remote control. Dengan hal tersebut penonton akan aktif
dalam penggunaan televisi dan menuntut untuk memiliki intensitas yang besar
ketika menggunakannya.
Dalam bagian ini McLuhan ingin menyatakan bahwa pesan yang disampaikan
media tidaklah lebih penting dari media atau saluran komunikasi yang digunakan
pesan untuk sampai kepada penerimanya (McLuhan; Morrisan, 2014, p. 493).
Bagian ‘media adalah pesan’ menjelaskan bahwa audiens menggunakan media
bukan karena isi pesan yang dituju, melainkan media itu sendiri. Hal ini terjadi
karena audiens mementingkan isi pesan yang mereka dapatkan, namun mereka
5
5
tidak sadar bahwa media yang memberikan isi pesan tersebut telah
mempengaruhinya.
3. Uses & Dependency
Teori penggunaan dan ketergantungan masuk dalam penelitian ini karena
membahas mengenai audien akan menggunakan media ketika motif dan kebutuhan
mereka terpenuhi yang akan terangkum dalam kategori audiens aktif. Berikut
penjelasan lebih rinci mengenai teori penggunaan dan ketergantungan.
Teori penggunaan dan ketergantungan ini merupakan perkembangan dari teori
penggunaan dan kepuasan. Teori yang dikembangkan oleh Melvin DeFleur dan
Sandra Ball-Rokeach membahas mengenai kekuatan media massa dalam
mepengaruhi khalayak audiensi karena adanya sifat ketergantungan audiensi
terhadap isi media (Defleur&Rokeach;Morrisan, 2014, p. 515).
Faktor yang menentukan ketergantungan seseorang terhadap media menurut
DeFelur dan Rokeach antara lain:
a. Seseorang akan lebih bergantung pada media yang dapat memenuhi sejumlah
kebutuhannya sekaligus dibandingalan dengan media yang hanya mampu
memenuhi beberapa kebutuhan saja.
b. Perubahan sosial dan konflik yang terjadi dimasyarakt dapat menyebabkan
perubahan pada institusi kepercayaan dan kegiatan yang sudah mapan. Situasi
sosial yang bergejolak dapat menimbulkan perubahan pada konsumsi media.
Dengan demikian, ketergantungan pada media merupakan hasil dari dua faktor
penting yaitu motif audiensi untuk mendapatkan kepuasan dan ketersediaan
alternatif tontonan (Morrisan, 2014, p. 517).
Audien Aktif
Audien memiliki kewenangan penuh dalam proses komunikasi massa (Morrisa,
2014, p.511). Hal ini terjadi karena sifat audien yang aktif maka audiens akan
mengambil inisiatif untuk memilih media dan kontennya sesuai keinginannya.
6
6
Audiens aktif akan terkait dengan motif ketika ia memilih media. Motif seseorang
dalam memilih media terbagi menjadi 2 macam yaitu aktif dan proaktif (S. Finn,
1992; Morrisan, 2014). Ketika ia menggunakan media hanya untuk iseng, maka
dia termasuk penggunaan motif pasif. Namun jika audien menggunakan media
sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya, maka ia termasuk memiliki motif yang
proaktif.
Media yang semakin lama semakin ketat persaingannya dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan audien, media akan menjerat audien yang tidak memiliki
tujuan kuat dalam menggunakan media. Sehingga dalam kategori audiens aktif ini,
audien harus benar-benar memperhatikan pesan media mana yang akan memenuhi
kebutuhan dan mana yang tidak, karena audien akan memiliki kuasa penuh dalam
memilih media.
Selain itu audien sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif dan
penggunaan media (Morrisan, 2014, p.512). Riset mengenai motif sangat popular
menggunakan metode kualitatif dan sekarang beralih kepada metode kuantitatif
karena banyak peneliti telah mengetahui gambaran yang tepat akan motif
penggunaan media oleh audiens. Menurut teori ini, audien dapat menilai isi media
tersebut sesuai dengan kepuasan yang didapat oleh audiens. Seperti contoh nyata
ketika seseorang membaca surat kabar tertentu tidak berarti dia puas dengan surat
kabar yang dibacanya karena mungkin hanya surat kabar itu yang tersedia
(Rayburn & Palmgreen, 1984; Morrisan, 2014, p. 512), karena memungkinkan jika
ia mendapatkan dan memiliki surat kabar lainnya, ia akan beralih ke surat kabar
tersebut.
Metodologi
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, karena
penelitian ini memberikan kesempatan pada partisipan untuk menjawab pertanyaan
yang sama dan selain itu pertanyaan sudah disertakan sebelum penelitian
7
7
berlangsung dengan menggunakan kuesioner seperti pendapat Wimmer-Dominick
dalam memberikan perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif melalui
perbedaan terletak pada bagaimana pertanyaan diajukan (Morissan et. al., 2012, p.
26). Kuesioner sendiri merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009, p.142).
Populasi dan Sample
Sampling yang dilakukan dengan menggunakan snow ball sampling. Sampel
berupa partisipan dengan ciri-cirinya bahwa mereka adalah pendengar radio, yang
berusia antara 14-19 tahun. Pada penelitian media habits ini, peneliti mencari salah
seorang partisipan yang diketahui sebagai seorang pendengar radio. Selanjutnya
peneliti meminta partisipan ini untuk mengajak temannya yang juga mendengarkan
radio setidaknya 1 minggu terakhir mereka mendengarkan radio, begitu seterusnya
hingga partisipan yang bersedia mengikuti penelitian ini bertambah banyak. Dari
cara tersebut di dapatkan 30 remaja dari SMA di Kota Solo yang bersedia untuk
berpartisipasi dalam serangkaian penelitian kebiasaan dalam menggunakan media.
Cara pengambilan sampel ini dipilih untuk memudahkan mencari partisipan
dengan karakter yang sesuai, seperti pendapat Morissan (2012) bahwa prosedur
sampel ini dapat digunakan dalam hal anggota populasi yang hendak diteliti sulit
diketahui keberadaannya sehingga tidak mudah untuk diketahui (p. 121). Dimana
dewasa kini, pendengar radio muda terhitung sulit ditemukan. Pernyataan
Morissan (2012) dalam hal keterbatasan waktu juga memperkuat alasan mengapa
digunakan sampel nonprobabilitas (p.114) karena dalam riset ini yang bertepatan
dengan bulan puasa dimana bulan-bulan ini kebiasaan masyarakat akan sedikit
berbeda, tidak terkecuali dalam hal penggunaan media dan juga peneliti tidak
memiliki akses pada SMA yang ada, dikhawatirkan akan menghambat waktu yang
ada. Peneliti berusaha menekan budgeting seperti pendapat Morissan (2012) suatu
8
8
sampel harus mampu menghasilkan nilai terbaik bagi peneliti dengan biaya
seminimal mungkin (p. 113) sehingga penarikan sampel nonprobabilitas tepat
untuk penelitian ini.
Sajian dan Analisi Data
Determinisme teknologi masa kini memang membuat khalayak tidak bisa lepas
dari media. Tidak terkecuali remaja yang kian lama sudah terbiasa dengan
kehadiran media-media baru yang terus berinovasi. Bahkan dapat dikatakan remaja
masa kini adalah seorang pecandu teknologi. Dari kuesioner yang dibagikan
kepada responden, dapat dimunculkan data penggunaan media oleh remaja di Kota
Solo dibawah ini.
Diagram 1: Data Prosentase Media Digunakan Remaja Solo
Sumber. Olahan Peneliti
Remaja Kota Solo sebanyak 47% hampir setiap hari menggunakan televisi dan
internet yang termasuk sosial media, sedangkan radio digunakan 27%nya namun
hanya 5% remaja menggunakannya setiap hari, media cetak koran digunakan 13%
nya dan majalah 4% penggunaan namun tidak digunakan setiap hari. Hal ini
menandakan bahwa penggunaan media kini mulai berubah dimana media radio
dapat digunakan setiap harinya di tahun 90-an, namun kini tidak lagi digunakan
setiap hari karena tergeserkan oleh media internet, sedangkan televisi memang
47
27
47
13 4
47
5
47
TV Radio Internet Koran Majalah
Persentase Media Yang Digunakan Remaja Solo
Digunakan Setiap Hari
9
9
sudah mulai menggeser penggunaan radio sejak tahun 50-an. Media cetak yang
pada masa nya dibaca setiap hari oleh khalayak karena tidak ada sumber berita
lain, namun internet masa kini telah menggeser penggunaan media cetak, karena
praktis dan terkadang bisa disapatkan secara gratis. Bahkan remaja Kota Solo
meletakkan pilihannya kepada televisi dan internet sebagai sumber berita yang
sering mereka gunakan.
Diagram 2: Data Frekuensi Media Digunakan Untuk Mengakses Berita
Sumber. Olahan Peneliti
Media baru seperti social media dan internet kini telah berhasil medapatkan
perhatian yang lebih dari pengguna media. Melihat teknologi yang semakin lama
semakin bervariasi, frekuensi penggunaan internet sebagai web browser, video
browser dan game online digunakan remaja SMA di Kota Solo hanya
menggunakan internet sebagai hal pemenuhan kebutuhan sekolah seperti mencari
sumber tugas di sekolah. Social media, mulai sulit ditinggalkan oleh kegiatan
sehari-hari remaja SMA di Kota Solo.
0
10
20
30
40
50
TV Radio Internet Koran Majalah
MEDIA UNTUK MENGAKSES BERITA
10
10
Diagram 3: Data Gadget yang Hampir Setiap Hari Digunakan
Sumber. Olahan Peneliti
Hal inilah yang rupanya menggeser popularitas media lain, kerena gadget yang
mereka gunakan berupa smartphone praktis, maka remaja lebih sering
menggunakannya untuk browsing internet dan bersosial media dari pada
menggunakan media cetak untuk mencari berita. Persentase gadget yang hampir
digunakan setiap harinya paling tinggi penggunaannya adalah penggunaan
smartphone. Jumlah persentasenya sebesar 32% dimana jumlah ini melebihi
seperempat penggunaan gadget lainnya seperti Laptop, pc, handphone, pemutar
music dan tab. Situasi ini dapat di katakan bahwa remaja SMA Kota Solo usia 14-
19 tahun tidak bisa lepas dari smartphonenya. Ketika teknologi yang semakin
maju, beragam dan mudah dijangkau seperti smartphone mereka bisa
menggunakan fitur-fitur menarik di dalamnya sehingga membuat remaja SMA di
Kota Solo tidak bisa lepas dari gadget tersebut.
Alasan Penggunaan Media
Alasan penggunaan media berkaitan dengan motif remaja menggunakan
media, manfaat dan hal menarik apa yang membuat mereka menggunakan media
tersebut. Dari kuesioner yang dibagikan pada responden didapatkan hasil bahwa
paling banyak Remaja SMA Kota Solo menggunakan media untuk mengisi
kekosongan hari-hari mereka. Ketika mereka sedang luang dan tidak tau harus
melakukan apa, maka mereka akan lebih memilih menggunakan media yang
24%
7%
23% 10%
32%
4%
Gadget yang Hampir Setiap Hari Digunakan
Laptop Musik Player HP PC Smart Phone Tab
11
11
mereka miliki. Beberapa remaja menggunakan media karena ketersediaanya di
rumah termasuk televisi, radio, internet, koran dan majalah. Hal ini juga
memegaruhi mereka untuk menggunakan media dihadapannya saat mengalami
waktu senggang.
Remaja SMA Kota Solo akan lebih tertarik mencari hiburan dengan
mendengarkan radio dari pada membaca majalah dan koran yang dinilai lebih
berguna untuk mencari sumber tugas dan update berita. Menonton televisi dan
menggunakan internet pun kerap dilakukan namun, radio dinilai lebih menghibur
karena mereka akan mendapatkan lagu-lagu baru dan info unik dari radio. Remaja
SMA erat kaitannya dengan kebutuhan untuk pendidikan mereka. Seperti sumber
untuk mencari tugas-tugas sekolah, internet menyediakan alternatif dan
kemudahan bagi pelajar SMA untuk mempermudah dalam mecari sumber tugas
sekolah. Sumber tugas lain juga mereka dapatkan dari koran dan majalah. Namun
pengguna internet tetap lebih banyak dari pada koran dan majalah karena internet
multi fungsi, mudah di akses dan lebih fleksibel. Sedangkan televisi dan radio
tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan.
Diagram 4: Data Motif Remaja SMA Kota Solo Saat Menggunakan Media
Sumber. Olahan Peneliti
0
5
10
15
20
25
30
TV Radio Internet Koran Majalah
12
12
Lingkungan sosial memengaruhi motif pengguna media. Lingkungan Sosial
dengan persaingan akademis ketat (SMAN 1) akan lebih terihat mengutamakan
berita dan informasi yang didapatkan saat menggunakan media. Sedangkan
Lingkungan partisipan yang sibuk dengan kegiatan sekolah non akademis
(Ekstrakurikuler) memiliki motif-motif menggunakan media yang seimbang.
Untuk Lingkungan sosial yang memperhatikan life style mereka akan lebih
menggunakan media untuk iseng, update info fashion, menemani perjalanan, dan
mengikuti drama luar (drama Korea dan Turky). Partisipan SMAN 5 menggunakan
media untuk mencari hiburan dan update info unik. Sedangkan lingkungan SMK
yang mengutamakan bekerja di luar bidang akademis, akan lebih mengacu kepada
motif mencari hiburan, mendengarkan atau update musik, iseng dan tidak
ketinggalan berita.
Diagram 5: Data Situasi Sosial dan Motif Remaja SMA
Kota Solo Saat Menggunakan Media
Sumber. Olahan Peneliti
Ketika remaja SMA Kota Solo menggunakan media, maka tidak akan lepas
dari manfaat yang akan mereka dapatkan. Setiap media memiliki manfaat yang
berbeda-beda namun pada umumnya mereka menggunakan media televisi untuk
mengusir sepi dalam artian ketika mereka sedang tidak melakukan apapun, hal
yang biasa mereka lakukan adalah menonton tv. Televisi juga bermanfaat
menambah wawasan berita, dan sarana refreshing. Menurut remaja SMA Kota
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Di rumah tersedia
Cari Hiburan
Mencari sumber tugas
update info fashion
Update Musik
Mengikuti Drama Luar
SMAN 1 SMAN 3 SMAN 4 SMAN 5 SMAK Warga
13
13
Solo mereka mendapatkan manfaat dari mendengarkan radio antara lain refreshing,
mengetahui lagu baru, mendapatkan pengetahuan dari info unik, mengusir sepi,
dan sebagian kecil untuk menemani perjalanan. Media internet berkontribusi untuk
sarana belajar remaja SMA Kota Solo. Media internet dan sosial media juga
berhuna untuk refresing, mendapatkan pengetahuan tentang lagu baru dari web
musik, mengusir sepi, mereka juga akan mendapatkan berita, info fashion dan juga
wawasan mengenai info unik. Tidak jarang mereka juga akan menggunakan
internet dan sosial media untuk menemani perjalanan mereka.
Diagram 6: Data Manfaat yang Di Dapat Remaja SMA Kota Solo Saat Menggunakan Media
Sumber. Olahan Peneliti
Media cetak seperti surat kabar dan majalah, bermanfaat untuk memperkaya
sumber tugas sekolah, menambah wawasan tentang berita, pada majalah mereka
juga menemukan chart musik. Dengan media cetak mereka juga dapat mengusir
sepi, dan refreshing.
0
5
10
15
20
25
30
Manfaat Media Bagi Remaja SMA Kota Solo
TV Radio Internet Koran Majalah
14
14
Salah satu yang unsur dari audien aktif adalah hal yang dapat menarik
pengguna media untuk menggunakannya. Hal paling disukai remaja SMA Kota
Solo adalah media yang memiliki visual, mudah diakses dan lagu yang mereka
dapatkan di media tersebut sesuai selera. Pada media radio, remaja suka dengan
radio yang tidak banyak iklan dengan porsi lagu yang lebih banyak. Sedangkan
internet dan sosial media digunakan karena mudah diakses dan bisa mendapatkan
apapun seperti drama, relaity show, lagu bahkan drama radio juga bisa didapatkan
di Internet dengan download di podcast.
Hal menarik dari surat kabar yang mereka baca bukan merupakan konten yang
didalamnya, namun kebanyakan siswa menjawab karena di rumah sudah tersedi.
Majalah jarang di baca oleh remaja SMA Kota Solo, terlihat dari frekuensi
penggunaannya.
Diagram 3.9 Data Hal Menarik Pada Media Menurut Remaja SMA Kota Solo.
Sumber. Olahan Peneliti
Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana remaja usia 14-19 tahun
di Solo dalam menggunakan media. Dari tujuan tersebut dapat diketahui media apa
0
5
10
15
20
25
30
35
Lagusesuaiselera
Visual Mudahdiakses
LaguBaru
KontenLengkap
Porsilagulebih
banyak
RealityShow
DramaLuar
DramaRadio
TidakAda
Lainnya
Hal Menarik dari Media
TV Radio Internet & Sosial Media Koran Majalah
15
15
saja yang masih eksis dan yang mulai tertinggalkan. Dalam penelitian ini
menunjukkna bahwa remaja semakin lekat dengan sosial media dan televisi,
sedangkan media yang mulai ditinggalkan remaja kota Solo adalah radio dan
media cetak seperti surat kabar dan majalah.
Pada data Nielsen sebelumnya di Pulau Jawa tahun 2014 penggunaan televisi
berada pada puncaknya, sedangkan internet mulai menyusul dan radio berada di
urutan ke tiga. Keadaan ini sama dengan penggunaan media di Kota Solo dimana
remaja adalah penggunanya. Pengguna remaja SMA usia 14-19 tahun paling
banyak menggunakan media yang memiliki ciri visual, mudah akses dan media
tersebut sudah tersedia jadi partisipan hanya perlu menggunakannya saja.
Alasan menggunakan media tidak lain adalah karena memiliki motifasi iseng,
dimana remaja Solo tidak memiliki kegiatan lain mereka akan menggunakan
media untuk mengisi waktu mereka. Remaja di Solo menggunakan media juga
karena media memiliki manfaat dan hal yang menarik. Namun setiap media
memiliki manfaat masing masing sepeti media televisi bermanfaat untuk mengusir
sepi, internet untuk mencari sumber tugas sekolah, radio bermanfaat untuk
refreshing dan menambah wawasan info unik sedangkan media cetak koran
bermanfaat sebagai sumber tugas sekolah dan majalah untuk update info fashion.
Saran
Penelitian ini dapat dikatakan masih terlalu general karena responden hanya
mengingat apa yang pernah mereka lakukan. Penelitian ini juga belum
menunjukkan secara pasti kebiasaan responden dalam menggunakan media.
Seperti halnya responden menggunakan media pada pukul berapa saja, dimana
mereka menggunakan media dan mereka menggunakan media tersebut ketika
sedang melakukan apa.
Untuk itu perlu diadakan penelitian semacam ini menggunakan teknik
pengambilan data yang dapat merepresentasikan kegiatan sehari-hari responden
16
16
dalam menggunakan media seperti diary journal, sehingga dapat
merepresentasikan media habit remaja secara nyata. Selain itu dengan diary
journal dapat memprediksi apakah masih ada penurunan penggunaan dan
pengguna media lagi atau tidak.
Daftar Pustaka
Stephen D., Pluscht, Patrick J. & Pescatore, Mark J. (2009). Meanings of radio to
teenagers in a niche‐programming era. Journal of Broadcasting &
Electronic Media. 161-162. DOI: 10.1080/08838159309364213
Grabe, Maria Elizabeth. (2008). Massifícation revisited: Country music and
demography. Popular Music and Society. 65. DOI:
10.1080/03007769708591689
Iffah, Adinda. (2014). Persepsi Pelajar Terhadap Positioning Solo Radio Sebagai
Radio Anak Muda Di Kota Surakarta. Jurnal Komunikasi, 1.
Irianto. Heru & Mardikanto, Totok. (2011). Metoda Penelitian dan Evaluasi
Agribisnis. Surakarta: Jurusan/Program Agribisnis UNS
Kaplan, Denny. (2013). Programming and Editing as Alternative Logics of Music
Radio Production. International Journal of Communication, 7, 759-761.
Kowald, Matthias. Frei, Andreas. Hackney, Jeremy, Illenberger, Johannes, W.
Kay. (2011) The influence of social contacts on leisure travel: A snowball
sample of personal networks. Dikutip dari http://e-
collection.library.ethz.ch/eserv/eth:302/eth-302-01.pdf
Landau, Sabine & Everitt, Brian S. (2004). A Hand Book Statistical Analyses
Using SPSS. London: Chapman & Hall/CRC Press LCC.
M.A., Morissan., W. Dr. Andy Corry., & U. Dr. Farid Hamid (2012). Metode
Penelitian Survey. Jakarta: Kencana.
McClung.,Steven, Donnalyn Pompper, and William Kinnally. (2007). The
Functions of Radio for Teens: Where Radio Fits Among Youth Media
Choices. Atlantic Journal of Communication, 15, (2). 103–119. DOI:
10.1080/15456870701215842
Manns, Howars. (2014). Youth radio and colloquial Indonesian in urban Java.
Indonesia and the Malay World. 44. DOI: 10.1080/13639811.2014.876156
Mytton, Graham. (1992). Handbook On Radio And Television Audience Research.
London: BBC World Service.
Naab, Teresa K., & Schnauber, Anna. (2014). Habitual Initiation of Media Use and
a Response-Frequency Measure for Its Examination. Media Psychology, 1,
(1).
17
17
Nielsen. (2014). Nielsen: Konsumsi Media Lebih Tinggi Di Luar Jawa Dikutip dari
http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/nielsen-konsumsi-media-
lebih-tinggi-di-luar-jawa.html
Nielsen. (2014). TV Remains The Reigning Champ But Display Internet Ads
Dikutip dari http://www.nielsen.com/us/en/newswire/2014/tv-remains-the-
reigning-champ-but-display-internet-ads-are-the-mvps-of-3q.html,
Rubin, Alan M., & Windahl, Sven. (1986) The Uses and Dependency Model of
Mass Comunication. Critical Studies in Mass Communication, 3, (195).
DOI: 10.1080/03637759309376300
Shanahan, Morris W. (2009). Youth Radio Listening in New Zealand: More
Choice, More Listening. Journal of Radio Studies. 414. DOI:
10.1207/s15506843jrs0702_13
Sugiyono, Prof. Dr., (2009) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tsao, James C., & Steffes-Hansen, Sara. (2008), Predictors for Internet Usage of
Teenagers in The United States: A Multivariate analysis. Journal of
Marketing Communications, 14, (3), 171. DOI:
10.1080/13527260701717305