masyarakat profesional.rtf

  • Upload
    ragil

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Membangun Masyarakat Professional Berbasis Akhlakul KarimahFor: Presentasi Agamaby Fikri Marhen on 28 November 2012 926Comments (0)

Please log in to add your comment.

Report abuseTranscript of Membangun Masyarakat Professional Berbasis Akhlakul KarimahMembangun Masyarakat Professional Berbasis Akhlakul Karimah Pengertian Akhlak Karakteristik Akhlak dan Etika Islam Faktor Pembentuk Akhlak Manusia Kelompok: Akhlak merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, yang memiliki arti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Akhlak sebenarnya merupakan sifat dasar manusia yang telah ada pada diri manusia sejak ketika dia lahir dan akan terus melekat pada jiwa manusia untuk mendorongnya melakukan tindakan-tindakan yang tidak melalui pertimbangan fikiran terlebih dahulu.

Jika sifat hatinya baik, maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al-akhlaq al-karimah) dan sebaliknya jika sifat hatinya tidak baik maka akan muncul akhlak yang buruk dalam perilakunya (al-akhlaq al-mazmumah). Hamzah Yaqub (1996: 11) memberikan karakteristik etika Islam sebagai berikut:

Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.

Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah SWT.

Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.

Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia. Perwujudan akhlak dalam kehidupan manusia mengalami perbedaan. Hal ini dipengaruhi dua faktor utama (menurut Thohir Luth, 2005:119-133):

Faktor Internal, yakni sifat-sifat bawaan atau yang dibawa sejak lahir

Faktor Eksternal, merupakan pengaruh yang terjadi di luar diri manusia karena adanya suatu aksi dan interaksi. Efida Helmia F.(11)Fikri Marhen(12)Hendri(13) Faktor Internal 1. Insting (Naluri)Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, atau merupakan suatu pembawaan asli dari manusia itu sendiri.Naluri dalam diri manusia dapat berupa:a. Naluri makan (nutritive instinct)b. Naluri berjodoh (sexual instinct)c. Naluri keibu-bapakan (paternal instinct)d. Naluri berjuang (combative instinct)e. Berbagai naluri lain seperti naluri takut, naluri memiliki maupun naluri ber-Tuhan

2. KeturunanManusia mendapatkan warisan fisik dan mental, mulai dari sifat-sifat umum sampai sifat-sifat khusus seperti sifat kemanusiaan, akal pikiran, perasaan, maupun kekhasan lain yang berupa identitas (lahiriyah) seperti warna kulit, dll. Dalam hubungan ini dikemukakan dalam Al-Quran Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami menjadikan kalian beberapa bangsa dan suku-suku bangsa, supaya kalian saling mengenal satu sama lain. (surah 49: 13)

Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia adalah kemauan keras (Azam) yang menggerakkan manusia untuk berbuat dengan sungguh-sungguh. Karena sifat ini telah dianjurkan oleh Allah SWT yang terdapat dalam Al-Quran Hendaklah engkau tabah seperti ketabahan Rasul-rasul yang memiliki kehendak yang keras (azam). (surah 42: 35).

Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah laku manusia berada di ambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah suara batin atau dlamir. Fungsi dari suara batin adalah untuk memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Selain itu juga untuk mendorong manusia melakukan perbuatan yang baik (kewajiban).

Kebiasaan adalah suatu perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Kebiasaan mempunyai pengaruh yang kuat bagi diri manusia karena dengan adanya kebiasaan maka manusia akan mau melakukan perbuatan yang dia jadikan kebiasaan tersebut. Dalam hubungannya dengan hal tersebut, kita sebagai seorang muslim harus senantiasa membangun kebiasaan yang baik dalam pribadi kita untuk menjadi individu yang baik dan berakhlak mulia3. Azam4. Suara Batin (dlamir)5. KebiasaanFaktor Eksternal 1. LingkunganLingkungan (milieu) adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan keadaan lingkungan pergaulan manusia. Lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian:

a. Lingkungan alamAlam yang melingkungi manusia merupakan faktor luar yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku umat. Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang sejak dia lahir, atau dengan kata lain kondisi alam ini ikut mencetak akhlak manusia-manusia yang dipangkunya.

b. Lingkungan pergaulanManusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran Katakanlah, setiap orang dapat bekerja menurut keadaannya, dan tuhanmu itu lebih tahu bagi siapa yang menempuh jalan yang lebih betul. (surah 17: 84). Manusia sebagai pelaku akhlak berhuhubungan juga dengan faktor-faktor kemanusiaan, karena hal tersebut menentukan kesanggupan manusia dalam menjalankan amal kebaikan berdasar akhlak tersebut. Aktualisasi Akhlak Dalam Kehidupan Dalam pandangan Islam, Akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari.Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.Menurut obyek atau sasarannya, akhlak dibagi menjadi 3 bagian yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan.

1. Akhlak kepada AllahBeribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Makna dari beribadah ini adalah untuk membuktikan kepatuhan dan ketundukan terhadap perintah Allah SWT. Berakhlak kepada Allah melalui ibadah ini antara lain dapat dilakukan melalui ibadah shalat.Berdzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik secara lisan maupun dalam hati. Berdzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati. Sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah:Ingatlah, dengan dzikir kepada Allah akan menentramkan hati.(Surah 13: 28)Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan inti ibadah, karena hal tersebut merupakan pengakuan atas keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan kemahakuasaan Allah atas segala sesuatu.Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawakal merupakan tahapan yang dilakukan sesudah kita melakukan ikhtiar atau usaha. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Dan kepunyaan Allah-lah segala rahasia langit dan bumi, dan kepada-Nyalah dikembalikan segala urusan. Oleh karena itu sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak akan melupakan apa yang kamu kerjakan. (surah 11: 123)Tawaduk kepada Allah, adalah sikap rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Mahakuasa, karena manusia diciptakan dari bahan yang hina nilainya, yaitu tanah. 2. Akhlak kepada diri sendiriRidha, menurut bahasa artinya rela atau menerima segala sesuatu yang terjadi dengan perasaan senang hati. Orang yang ridha menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi itu merupakan kehendak Allah SWT.

Adil, menurut bahasa adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya atau dapat juga berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, seimbang atau memposisikan diri untuk menyamakan antara hak dan kewajiban. Allah SWT memerintahkan kepada Hamba-Nya yang beriman supaya dapat berlaku adil.

Syukur, adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam ucapan dan perbuatan. Syukur dalam ucapan maupun lisan dapat diwujudkan dalam bentuk ucapan hamdalah, sedangkan syukur dengan ucapan dapat dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan seharusnya.

Akhlak kepada orang tua adalah berbuat baik kepada keduanya (birrul walidain) dengan ucapan dan perbuatan. Allah memerintahkan manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua kita dengan cara mengajak manusia untuk menghayati pengorbanan yang diberikan ibu ketika mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik anaknya 3. Akhlak kepada orang tuaPenutup 3.1 KesimpulanAkhlak adalah sebagai penentu kemuliaan seseorang dan juga sebagai penentu kemuliaan sebuah komunitas bangsa. Kemuliaan dan kehormatan bangsa banyak ditentukan oleh pelaksanaan akhlak di dalamnya. Semakin mulia seseorang, semakin baik akhlaknya, dan akhlak juga sebagai ukuran kualitas ketakwaan seseorang.Dalam proses pembangunan bangsa diperlukan masyarakat professional yang berbasis akhlakul karimah. Dengan niatdan budi pekerti yang baik seorang muslim dalambekerja memiliki tujuan, karena memiliki tujuan maka kerja penuh semangat, penuh perhitungan, dan perencanaan dengan berpijak pada tauhid.3.2 Saran1. Kita harus senantiasa berbuat baik dan menjaga akhlak kita dimanapun berada, karena setiap perbuatan manusia, baik secara individu maupun interaksi sosial tidak bisa terlepas dari pengawasan Allah SWT.2. Kita telah diwajibkan oleh Allah untuk beribadah dan menyembah kepadanya sebagai bentuk ketaatan serta pengakuan kita akan keesaan Allah SWT, karena itu kita harus selalu berusaha untuk beribadah kepada Allah dengan khusuk dan penuh kerendahan.3. Kita harus mampu menjaga perilaku dan tingkah laku kita melalui akhlak yang baik untuk diri kita sendiri seperti ridha atas musibah yang dihadapi, bersikap adil antara hak dan kewajiban serta menanamkan rasa syukur pada diri kita atas nikmat yang kita miliki.4. Kita dianjurkan untuk berbakti kepada kedua orang tua kita. Berbuat baik kepada orang tua dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan seperti menyayangi dan mencintai keduanya sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, menaati apa yang diperintahkan oleh mereka, meringankan beban, serta menyantuni mereka ketika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha. Selain itu, kita dapat mendoakan dan meminta ampunan untuk mereka serta meneruskan tali silaturahmi dengan sahabat-sahabat mereka ketika mereka telah meninggal dunia.