10
129 ISSN 1410-7244 Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanaman Kedelai? Can Soil Neutralizer Improve Soil Fertility and Increase Soil Productivity? A. Kasno, Sri Rochayati Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar 12a, Bogor 16114, Jawa Barat I N F O R M A S I A R T I K E L Abstrak. Tanaman kedelai (Glicine max (L.) Merr.) berkembang pada tanah masam dengan kejenuhan basa < 50%, kandungan hara, C-organik dan kapasitas tukar kation rendah. Peningkatan produktivitasnya memerlukan bahan pembaik tanah. Penetralisir tanah merupakan salah bahan yang dianggap dapat digunakan sebagai bahan pembaik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penetralisir tanah terhadap perbaikan sifat kimia tanah, peningkatan pertumbuhan dan hasil kedelai. Penelitian dilakukan di rumah kaca, Balai Penelitian Tanah, Bogor pada bulan November 2010- Maret 2011. Penelitian menggunakan contoh tanah Ultisol yang diambil dari Kentrong, Lebak, Banten dan tanah Inceptisol dari Cidahu, Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Percobaan dilakukan dengan dua kegiatan, yaitu percobaan tanpa tanaman dan dengan tanaman kedelai. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok 6 perlakuan, 3 ulangan. Perlakuan merupakan 5 dosis penetralisir tanah dan perlakuan kapur sebagai pembanding. Pada percobaan tanpa tanaman contoh tanah yang digunakan seberat 5 kg, dan percobaan dengan tanaman seberat 10 kg. Pengamatan dilakukan terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman kedelai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian penetralisir tanah tidak berpengaruh nyata (p>0.1) terhadap peningkatan pH, Ca, Mg, kejenuhan basa, penurunan Al dapat dipertukarkan, dan kejenuhan Al. Penetralisir tanah tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai baik pada tanah Ultisol maupun Inceptisol. Abstract. Soybean (Glicine max (L.) Merr.) is widely cultivated in upland acid soil with the base saturation of < 50%, low nutrient content, low organic C content and low cation exchange capacity. Improvement of the soil fertility requires soil amendment such as soil neutralizer, which is claimed as a soil amendment. The research aimed to study the effect of soil neutralizer for the improvement of soil chemical properties, increasing the growth and yield of soybean. The study was conducted in the greenhouse of the Indonesian Soil Research Institute, Bogor from November 2010 to March 2011. The soils were Ultisol taken from Kentrong, Lebak, Banten, and Inceptisol taken from Cidahu, Ciampea, Bogor, West Java, Indonesia. The experiments composed of two units of activities, namely without and with soybean plants. Experiments conducted with a randomized complete block design with six treatments and three replications. The treatments applied for both units were identical, those were five rates of soil neutralizer and lime as a comparison. Soil weight for plots without the plant was 5 kg and for those with plants was 10 kg. The measured parameters consist of soil chemical properties and soybean production. The results showed that the soil neutralizer application did not increase soil pH, Ca, Mg, and the base saturation, did not reduce exchangeable Al and Al saturation statistically (p>0.1). The tested soil neutralizer has not shown proven positive effects on soybean growth and yield on both Ultisol and Inceptisol. Riwayat artikel: Diterima: 03 Juni 2013 Disetujui: 24 Juni 2013 Kata kunci: Produktivitas tanah Kedelai Penetralisir tanah Keywords: Soil productivity Soybean Soil neutralizer Pendahuluan Pengembangan pertanian lahan kering diarahkan pada lahan-lahan di luar Pulau Jawa yang tanahnya didominasi oleh tanah Ultisol, Oxisol dan Inceptisol yang bereaksi masam. Lahan kering tanah masam dicirikan dengan tanah yang mempunyai pH < 5,0 dan kejenuhan basa < 50%. Kedelai merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan pada lahan kering maupun lahan sawah setelah tanaman padi. Menurut Hidayat dan Mulyani (2005) lahan kering masam cukup luas yaitu 99,6 juta ha, terluas terdapat di Kalimantan, disusul Sumatera dan Papua. Selanjutnya hasil kajian Mulyani et al. (2009) diketahui bahwa dari 17 propinsi yang diidentifikasi terdapat lahan yang sesuai untuk kedelai seluas 16,7 juta ha, terdapat di lahan sawah 4,9 juta ha, di lahan tegalan 1,7 juta ha, di lahan perkebunan 1,7 juta ha, di lahan kebun campuran 2,9 juta ha, dan di lahan terlantar 5,5 juta ha. * Corresponding author: [email protected]

Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

129 ISSN 1410-7244

Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanaman Kedelai?

Can Soil Neutralizer Improve Soil Fertility and Increase Soil Productivity?

A. Kasno, Sri Rochayati

Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar 12a, Bogor 16114, Jawa Barat

I N F O R M A S I A R T I K E L

Abstrak. Tanaman kedelai (Glicine max (L.) Merr.) berkembang pada tanah masam dengan kejenuhan basa < 50%, kandungan hara, C-organik dan kapasitas tukar kation rendah. Peningkatan produktivitasnya memerlukan bahan pembaik tanah. Penetralisir tanah merupakan salah bahan yang dianggap dapat digunakan sebagai bahan pembaik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penetralisir tanah terhadap perbaikan sifat kimia tanah, peningkatan pertumbuhan dan hasil kedelai. Penelitian dilakukan di rumah kaca, Balai Penelitian Tanah, Bogor pada bulan November 2010- Maret 2011. Penelitian menggunakan contoh tanah Ultisol yang diambil dari Kentrong, Lebak, Banten dan tanah Inceptisol dari Cidahu, Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Percobaan dilakukan dengan dua kegiatan, yaitu percobaan tanpa tanaman dan dengan tanaman kedelai. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok 6 perlakuan, 3 ulangan. Perlakuan merupakan 5 dosis penetralisir tanah dan perlakuan kapur sebagai pembanding. Pada percobaan tanpa tanaman contoh tanah yang digunakan seberat 5 kg, dan percobaan dengan tanaman seberat 10 kg. Pengamatan dilakukan terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman kedelai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian penetralisir tanah tidak berpengaruh nyata (p>0.1) terhadap peningkatan pH, Ca, Mg, kejenuhan basa, penurunan Al dapat dipertukarkan, dan kejenuhan Al. Penetralisir tanah tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai baik pada tanah Ultisol maupun Inceptisol.

Abstract. Soybean (Glicine max (L.) Merr.) is widely cultivated in upland acid soil with the base saturation of < 50%, low nutrient content, low organic C content and low cation exchange capacity. Improvement of the soil fertility requires soil amendment such as soil neutralizer, which is claimed as a soil amendment. The research aimed to study the effect of soil neutralizer for the improvement of soil chemical properties, increasing the growth and yield of soybean. The study was conducted in the greenhouse of the Indonesian Soil Research Institute, Bogor from November 2010 to March 2011. The soils were Ultisol taken from Kentrong, Lebak, Banten, and Inceptisol taken from Cidahu, Ciampea, Bogor, West Java, Indonesia. The experiments composed of two units of activities, namely without and with soybean plants. Experiments conducted with a randomized complete block design with six treatments and three replications. The treatments applied for both units were identical, those were five rates of soil neutralizer and lime as a comparison. Soil weight for plots without the plant was 5 kg and for those with plants was 10 kg. The measured parameters consist of soil chemical properties and soybean production. The results showed that the soil neutralizer application did not increase soil pH, Ca, Mg, and the base saturation, did not reduce exchangeable Al and Al saturation statistically (p>0.1). The tested soil neutralizer has not shown proven positive effects on soybean growth and yield on both Ultisol and Inceptisol.

Riwayat artikel:

Diterima: 03 Juni 2013

Disetujui: 24 Juni 2013

Kata kunci:

Produktivitas tanah

Kedelai

Penetralisir tanah

Keywords:

Soil productivity

Soybean

Soil neutralizer

Pendahuluan

Pengembangan pertanian lahan kering diarahkan pada

lahan-lahan di luar Pulau Jawa yang tanahnya didominasi

oleh tanah Ultisol, Oxisol dan Inceptisol yang bereaksi

masam. Lahan kering tanah masam dicirikan dengan tanah

yang mempunyai pH < 5,0 dan kejenuhan basa < 50%.

Kedelai merupakan salah satu komoditas yang

dikembangkan pada lahan kering maupun lahan sawah

setelah tanaman padi. Menurut Hidayat dan Mulyani

(2005) lahan kering masam cukup luas yaitu 99,6 juta ha,

terluas terdapat di Kalimantan, disusul Sumatera dan

Papua. Selanjutnya hasil kajian Mulyani et al. (2009)

diketahui bahwa dari 17 propinsi yang diidentifikasi

terdapat lahan yang sesuai untuk kedelai seluas 16,7 juta

ha, terdapat di lahan sawah 4,9 juta ha, di lahan tegalan 1,7

juta ha, di lahan perkebunan 1,7 juta ha, di lahan kebun

campuran 2,9 juta ha, dan di lahan terlantar 5,5 juta ha. * Corresponding author: [email protected]

Page 2: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 37 No. 2 - 2013

130

Lahan kering yang termasuk Ultisol dan Oxisol

merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut,

bersifat masam, mengandung Al, Fe dan Mn oksida tinggi.

Kadar N-total, K, Ca, dan Mg dapat dipertukarkan rendah,

serta kandungan bahan organik rendah, hara P tidak

tersedia karena terfiksasi oleh Al, Fe dan Mn oksida, atau

dari bahan induknya mengandung P yang rendah.

Puncak luas panen dan produksi kedelai dicapai pada

tahun 1992, namun terjadi penurunan sampai pada tahun

2002 dan melandai (www.deptan.go.id). Pada dekade

terakhir terjadi gejolak harga kedelai yang diakibatkan

oleh musim kemarau panjang di Amerika, serta petani

tidak bergairah menanam kedelai karena harga kedelai saat

panen tidak menjanjikan. Sedangkan Indonesia termasuk

pengkonsumsi kedelai dan turunannya dalam jumlah yang

cukup tinggi.

Tanaman kedelai merupakan jenis tanaman yang

rentan terhadap kemasaman dan kadar Al, Fe, dan Mn

yang tinggi. Kadar yang tinggi tersebut dapat diturunkan

dengan penambahan kapur (Amien et al. 1985; Kisinyo et

al. 2013), pemberian bahan organik (Sukristiyonubowo et

al. 1993; Khoi et al. 2010; Nursyamsi et al. 2002; Anwar

et al. 2006). Produksi kedelai meningkat dengan

peningkatan pH H2O dan CaCl2, serta peningkatan

kejenuhan basa, dan penurunan Al dapat ditukar (Al-dd),

kejenuhan Al, Al/(Ca+Mg) (Nolla and Anghinoni 2007).

Batas toleransi kejenuhan Al untuk tanaman kedelai

adalah antara 15 dan 20% (Wade et al. 1986; Meda and

Furlani 2005; Dierolf et al. 2000). Pengapuran pada tanah

dengan tingkat kesuburannya rendah untuk menurunkan

kejenuhan Al menjadi 20% yang dipupuk 300 kg

Phonska/ha meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai

varietas Wilis (Subandi dan Wijanarko 2013). Kadar Al

dalam tanah atau kejenuhan Al yang tingggi dan

terfiksasinya hara P merupakah salah satu kendala

pengembangan tanaman kedelai pada tanah kering masam.

Pengelolaan lahan kering dilakukaan dengan pengapuran,

pemupukan berimbang, pemberian bahan organik dan

rekapitalisasi dengan fosfat alam (Rochayati dan Dariah

2012).

Penetralisir tanah merupakan bahan yang dapat

digunakan untuk menetralisir unsur dalam tanah yang

dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Penetralisir

tanah dapat berupa kapur, bahan organik, biocar dan bahan

lain yang dapat meniadakan pengaruh jelek unsur dalam

tanah. Penetralisir cair yang diteliti diklaim dapat

digunakan untuk memperbaiki sifat kimia tanah sehingga

hasil tanaman meningkat. Penelitian bertujuan

mempelajari pemberian penetralisir tanah untuk

meningkatkan produktivitas tanah Ultisol dan Inceptisol

serta hasil tanaman kedelai.

Bahan dan Metode

Penelitian peningkatan produktivitas tanah dan

tanaman kedelai dengan pemberian penetralisir tanah

dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Tanah,

Bogor, dimulai pada bulan November 2010 sampai dengan

Maret 2011.

Percobaan dilakukan menggunakan dua contoh tanah

yang mempunyai kemasaman tanah (pH) antara 4,0-5,0

(Ultisols) dan antara 5,0-6,0 (Inceptisols). Contoh tanah

bulk diambil di Kentrong, Rangkasbitung mewakili jenis

tanah Ultisols dan Cidahu, Kecamatan Ciampea, Bogor

mewakili jenis tanah Inceptisols. Contoh tanah diambil

pada lahan bekas tanaman singkong. Contoh tanah bulk

yang digunakan diambil pada kedalaman 0-20 cm, bahan

bukan tanah seperti kerikil, akar tanaman, residu tanaman

dibuang. Contoh tanah bulk dikeringanginkan, ditumbuk

dan disaring dengan saringan berdiameter 2 mm.

Percobaan dilakukan dengan dua kegiatan yaitu percobaan

tanpa tanaman dan percobaan dengan tanaman kedelai.

Percobaan pengaruh penetralisir tanah masam tanpa

tanaman

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

(Randomized Complete Block Design), masing-masing

dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas

empat dosis penetralisir tanah, ditambah kontrol dan kapur

sebagai pembanding. Penetralisir tanah yang dicoba ada

dua macam, dan keduanya berbentuk cair. Karakteristik

penetralisir tanah pertama (A) adalah: pH 12,67, kadar C-

organik 2,80%, K 3,72%, Ca 11,93%, dan 4,17% Mg.

Karakteristik penetralisir kedua (B) adalah: pH 12,35,

kadar C-organik 1,72%, kadar K 5,71%, Ca 9,75%, dan

3,54% Mg.

Dosis penetralisir tanah cair yang dicoba adalah: 0,0;

1,5; 3,0; 4,5; dan 6,0 l ha-1

, sedangkan dosis kapur yang

diberikan adalah 1,5 t ha-1

. Kapur yang digunakan adalah

kapur pertanian (CaCO3).

Contoh tanah yang digunakan untuk percobaan seberat

5 kg (kering udara) per pot. Contoh tanah dimasukkan ke

dalam pot dan disiram dengan air bebas ion sampai

mencapai kadar air kapasitas lapang dan diinkubasi selama

1 minggu. Kapur diberikan bersamaan saat pemberian

penetralisir tanah, dengan cara disebar di permukaan tanah

dan diaduk dengan tanah. Penetralisir tanah diberikan

dengan cara disemprotkan di atas permukaan tanah dengan

melarutkan ke dalam 5 ml air bebas ion. Selama

penelitian, tanah dipertahankan pada kondisi kapasitas

lapang dengan menyiram dengan air bebas ion.

Pengamatan dilakukan terhadap perubahan sifat kimia

tanah (pH (H2O), Ca (NH4OAc pH 7 1N), KB (KTK/

jumlah NTK dikalikan 100%), dan kejenuhan Al (KCl

1N). Kejenuhan Al dihitung dengan membagi Al dengan

Page 3: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

Antonius Kasno, Sri Rochayati : Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanaman Kedelai?

131

jumlah Ca, Mg, K, Na, Al, dan H dikalikan 100%.

Pengamatan dilakukan pada: 0, 3, 7, 14, 21, 28, dan 60

hari setelah aplikasi penetralisir tanah dan kapur. Contoh

tanah diambil dengan menggunakan bor tanah kecil, setiap

pot diambil tiga lubang. Contoh tanah diambil dari

permukaan tanah sampai dasar pot. Contoh digabung dan

dikeringkan, ditumbuk dan disaring menggunakan

saringan berdiameter 2 mm.

Percobaan pengaruh penetralisir tanah masam dengan

tanaman kedelai

Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok

(randomized complete block design), masing-masing

dengan enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri

dari 4 dosis penetralisir tanah, ditambah kontrol dan kapur

sebagai pembanding. Dosis penetralisir tanah cair adalah:

0,0; 1,5; 3,0; 4,5; dan 6,0 l ha-1

. Kapur pertanian untuk

kedelai diberikan dengan dosis 1,5 t ha-1

. Sebagai pupuk

dasar diberikan 150 kg NPK majemuk 15-15-15, 85 kg

SP-36 dan 35 kg KCl ha-1

atau 22,5 kg N, 53,1 kg P2O5,

dan 72,5 kg K2O ha-1

.

Contoh tanah yang digunakan seberat 10 kg,

dimasukkan ke dalam pot dan disiram dengan air bebas

ion. Tanah diinkubasi selama satu minggu, kemudian

pupuk diberikan sesuai dengan dosis dalam perlakuan.

Kapur pertanian diberikan seminggu sebelum tanam

dengan cara disebar merata di atas permukaan tanah dan

diaduk. Penetralisir diberikan pada saat menjelang tanam

kedelai, dengan cara disemprotkan di atas permukaan

tanah. Benih kedelai Varietas Grobogan ditanam dua biji

per pot, sebelumnya benih diberi seed treatment dengan

bakteri rhizobium. Tanaman kedelai dipelihara sampai

panen, pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman,

penjarangan, penyiraman, penyiangan, pemberantasan

hama dan penyakit tanaman.

Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, berat

kering tanaman dan biji kedelai per pot. Pengamatan

perubahan sifat kimia tanah dilakukan pada saat awal dan

setelah panen kedelai. Contoh tanah awal diambil pada

contoh tanah bulk yang sudah disaring dengan saringan

berdiameter 2 mm. Contoh tanah awal dianalisis tekstur

tiga fraksi (pasir, debu, dan liat), pH (H2O dan 1N KCl),

C-organik, N-total, P dan K (25% HCl), P (Bray 1), Ca,

Mg, K, Na (NH4OAc 1N pH 7), KTK, KB, Al, dan H (1 M

KCl). Contoh tanah setelah panen dianalisis: pH (H2O),

Ca, Mg, K, Na (NH4OAc 1N pH 7), KB, Al, dan H (1 M

KCl).

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap

perubahan sifat kimia tanah, data pertumbuhan dan hasil

tanaman dianalisis dengan program IRRISTAT. Untuk

mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan analisis

dengan tingkat ketelitian 5% berdasarkan Duncan Multiple

Range Test (DMRT).

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik tanah

Tanah Ultisol dari Kentrong, Rangkasbitung yang

digunakan untuk percobaan bertekstur liat, bersifat masam,

selisih antara pH H2O dan KCl 1 M negatif (Tabel 1).

Kadar bahan organik dalam tanah rendah, ini

mengindikasikan bahwa hara dan air dalam tanah kurang

tidak dapat dipegang oleh tanah. Dengan demikian hara

dalam tanah maupun yang ditambahkan banyak yang

hilang karena tercuci. Kadar hara N, P, K, Ca, dan Mg

rendah, dengan demikian agar pertumbuhan tanaman

kedelai optimum perlu penambahan hara N, P, K, Ca, dan

Mg. Tanaman kedelai merupakan tanaman yang

memfiksasi N dari udara, sehingga kebutuhan hara N yang

ditambahkan hanya sebagai starter.

Tabel 1. Sifat kimia tanah Ultisol dan Inceptisol yang

digunakan untuk percobaan penetralisir tanah ini

Table 1. Soil chemical properties of Ultisol and Inceptisol

used in this soil neutralizer experiment

Sifat tanah Satuan Ultisol Inceptisol

Tekstur Liat Lempung

berliat Pasir % 19 20 Debu % 22 39 Liat % 59 41

pH (H2O) 4,7 5,7

KCl 1 M 3,9 4,6

Bahan organik

C-organik % 1,74 1,53 N-total % 0,19 0,20 C/N 9 8

Ekstrak HCl 25% P2O5 mg 100 g-1 19 263 K2O mg100 g-1 6,5 14

Bray 1 mg P2O5 kg-1 7 211 Ekstrak NH4OAc 1 N pH 7

Ca cmol(+)kg-1 2,86 13,13 Mg cmol(+)kg-1 1,01 1,78 K cmol(+)kg-1 0,06 0,16 Na cmol(+)kg-1 0,18 0,13 KTK cmol(+)kg-1 11,7 16,45

KB % 35 92 Ekstrak KCl 1M

Al cmol(+)kg-1 4,20 0,00

H cmol(+)kg-1 0,05 0,12

Kadar Al tanah atau kejenuhan Al (50%) tinggi, hal ini

dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kedelai melalui

mekanisme Al menyelimuti akar tanaman sehingga

tanaman tidak dapat menyerap hara melalui akar. Selain

itu Al dapat mengikat hara P dalam tanah atau yang

ditambahkan sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Penetralisir tanah diharapkan dapat meniadakan pengaruh

Al terhadap pertumbuhan tanaman dan ketersediaan hara

dalam tanah.

Page 4: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 37 No. 2 - 2013

132

Tanah Inceptisol dari Cidahu, Ciampea, Bogor yang

digunakan untuk percobaan bertekstur lempung berliat,

bersifat agak masam. Kadar bahan organik dan N-total

rendah, kadar P tinggi, dan K sedang. Kadar Ca, Mg, dan

kejenuhan basa tinggi, hal ini berarti bahwa tanah

Inceptisol lebih didominasi oleh hara kation. Berdasarkan

hasil analisis, tanah Inceptisol yang digunakan untuk

percobaan masih tergolong subur, sedangkan tanah Ultisol

merupakan tanah yang kurang subur.

Pengaruh penetralisir tanah terhadap perubahan sifat

kimia tanah

Tanah Ultisol

Pemberian penetralisir tanah dosis 1,5-6 l ha-1

tidak

dapat meningkatkan pH tanah (Gambar 1). Hal ini

menunjukkan bahwa bahan penetralisir tanah yang dicoba

tidak dapat meningkatkan OH tanah yang berpengaruh

terhadap peningkatan pH tanah. Sedangkan pemberian

kapur pertanian pada tanah Ultisol nyata meningkatkan pH

tanah. pH tanah baik yang diberi kapur pertanian maupun

penetralisir terjadi penurunan dengan seiring berjalannya

waktu.

Penambahan penetralisir tanah tidak dapat

meningkatkan kadar Ca tanah, sedangkan pemberian kapur

pertanian dapat meningkatkan kadar Ca tanah (Gambar 2).

Hal ini menunjukkan bahwa kapur pertanian lebih baik

dalam peningkatan kadar Ca tanah dibandingkan

penetralisir tanah. Jumlah Ca yang ditambahkan dari kapur

pertanian jauh lebih tinggi daripada yang terkandung di

dalam penetralisir tanah A atau B. Pada penambahan

penetralisir A perubahan kadar Ca tidak konsisten sesuai

dengan dosis yang yang ditambahkan.

Penambahan kapur pertanian nyata meningkatkan

kejenuhan basa (Gambar 3), karena kapur pertanian

sebagai sumber Ca sehingga dapat meningkatan kation

yang bersifat basa dalam tanah. Sedangkan garis-garis

gambar kejenuhan basa pada pemberian penetralisir tanah

tidak berbeda dengan perlakuan kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian penetralisir tanah sampai

Gambar 1. Dinamika pH tanah Ultisol dengan pemberian penetralisir tanah A (kiri) dan B (kanan) (bar menunjukkan

standar deviasi)

Figure 1. The dinamics of the soil pH of Ultisol with Soil neutralizers A (left) and B (right) application (the bars

indicate standard deviation)

Gambar 2. Perubahan kadar Ca dapat ditukar pada tanah Ultisol dengan pemberian penetralisir tanah A (kiri) dan B

(kanan) (bar menunjukkan standar deviasi)

Figure 2. The changes of exchangeable Ca of the Ultisol with the A (left) and B (right) soil neutralizers appication (the

bars indicate standard deviation)

Page 5: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

Antonius Kasno, Sri Rochayati : Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanaman Kedelai?

133

dengan dosis 6 l ha-1

tidak dapat meningkatkan kation basa

dalam tanah.

Pemberian penetralisir tanah tidak menurunkan

kejenuhan Al (Gambar 4). Dengan pemberian penetralisir

tanah kejenuhan Al masih berkisar antara 50-60%. Hal ini

dapat dikatakan bahwa penambahan penetralisir tanah

tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan kejenuhan

Al, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan serapan

hara tanaman kedelai. Sementara penambahan kapur

pertanian nyata menurunkan kejenuhan Al dalam tanah.

Dengan pemberian kapur pertanian kejenuhan Al turun

menjadi sekitar 18,23-25,00%. Kejenuhan Al untuk

pertumbuhan tanaman kedelai dinyatakan rendah apabila

<20% (Dierolf et al. 2000). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa penambahan 1,5 t kapur pertanian ha-1

dapat menurunkan kejenuhan Al sampai batas yang tidak

mengganggu pertumbuhan tanaman kedelai.

Tanah Inceptisol

Pemberian penetralisir tanah tidak dapat meningkatkan

pH tanah (Gambar 5). Rata-rata pH tanah pada kontrol

4,58 pada perlakuan pemberian penetralisir 4,87 dan pada

pemberian kapur 5,04. Sedangkan pemberian kapur

pertanian nyata meningkatkan pH tanah Inceptisol.

Penambahan penetralisir tanah dan kapur pertanian

tidak dapat meningkatkan kadar Ca tanah (Gambar 6).

Kadar Ca pada penambahan penetralisir A dengan dosis 6

l ha-1

mendekati kadar Ca pada penambahan kapur. Rata-

rata kadar Ca pada penambahan penetralisir tanah adalah

10,20 cmol (+) kg-1

dan pada pemberian kapur pertanian

11,74 cmol (+) kg-1

.

Kejenuhan basa pada perlakuan penambahan kapur

lebih tinggi dibandingkan penambahan penetralisir tanah

Kuda Laut. Penambahan penetralisir tanah dapat

meningkatkan kejenuhan basa tanah Inceptisol

dibandingkan kontrol, namun tidak konsisten untuk semua

Gambar 3. Dinamika kejenuhan basa tanah Ultisol dengan pemberian penetralisir A (kiri) dan B (kanan) (bar

menunjukkan standar deviasi)

Figure 3. The dynamics of base saturation of Ultisol with neutralizer A(left) and neutralizer B application (right) (the

bars indicate standard deviation)

Gambar 4. Perubahan kejenuhan Al pada tanah Ultisol dengan pemberian penetralisir A (kiri) dan B (kanan) (bar

menunjukkan standar deviasi)

Figure 4. The changes of Al saturation of Ultisol with neutralizers A (left) and B (right) application (the bars indicate

standard deviation)

Page 6: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 37 No. 2 - 2013

134

dosis. Sementara pada pemberian penetralisir tanah B

tidak dapat meningkatkan kejenuhan basa. Rata-rata

kejenuhan basa pada penetralisir tanah dosis 6 l ha-1

dan

pemberian kapur pertanian adalah 53 dan 68% untuk

penetralisir A, 76 dan 83% untuk penetralisir B. Sementara

pada perlakuan kontrol 47% untuk penetralisir A, dan 78%

untuk penetralisir B. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa pemberian penetralisir tanah tidak dapat

meningkatkan kejenuhan basa tanah Inceptisol.

Gambar 5. Perubahan pH pada Inceptisol dengan pemberian penetralisir A (kiri) dan B (kanan) (bar menunjukkan

standar deviasi)

Figure 5. Changes of soil pH of Inceptisol with the A (left) and B (right) soil neutralizers application (the bar

indicate standard deviation)

Gambar 6. Perubahan kadar Ca dapat ditukar pada tanah Inceptisol dengan pemberian penetralisir tanah A (kiri) dan B

(kanan) (bar menunjukkan standar deviasi)

Figure 6. The changes of exchangeable Ca of the Inceptisol with the soil neutralizers A (left) and B (right)

application (the bars indicate standard deviation)

Gambar 7. Dinamika kejenuhan basa tanah Inceptisol dengan pemberian penetralisir tanah A (kiri) dan B (kanan) (bar

menunjukkan standar deviasi)

Figure 7. The dynamic of soil base saturation on Inceptisol with the soil neutralizers A (left) and B (right) application

(the bars indicate standard deviation)

Page 7: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

Antonius Kasno, Sri Rochayati : Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanaman Kedelai?

135

Pengaruh penetralisir tanah terhadap kadar Al-dd pada

tanah Inceptisol tidak dapat diketahui, karena hasil analisis

tanah yang digunakan untuk penelitian berkadar Al-dd nol

atau tidak mengandung Al.

Pengaruh penetralisir tanah terhadap pertumbuhan

dan hasil kedelai

Ultisol

Penambahan penetralisir tanah A cenderung

meningkatkan tinggi tanaman kedelai dibandingkan

kontrol, dan cenderung lebih rendah dibandingkan kapur

pertanian (Tabel 2). Peningkatan dosis penetralisir tanah

tidak meningkatkan tinggi tanaman. Tinggi tanaman pada

pemberian kapur pertanian nyata lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan kontrol.

Tabel 2. Pengaruh penetralisir tanah A terhadap

pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah Ultisol

Table 2. The effect of soil neutralizir A on growth and

grain yield of soybean in Ultisol

Perlakuan Tinggi

tanaman

Berat

brangkasan

kering

Berat biji kering

cm .............. g pot-1 ..............

Kontrol 79,6 b 6,78 b 3,87 b

Kapur pertanian 110,9 a 12,29 a 8,06 a

Penetralisir A 1,5 l ha-1 98,6 ab 6,73 b 4,93 b

Penetralisir A 3,0 l ha-1 86,5 ab 6,65 b 4,25 b

Penetralisir A 4,5 l ha-1 102,1 ab 9,74 ab 5,23 b

Penetralisir A 6,0 l ha-1 104,0 ab 7,73 ab 5,35 b

KK (%) 13,7 28,2 16,2

Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang

sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji

DMRT. KK = Koefisien keragaman. Berat tanah di dalam pot

adalah 5 kg (kering udara)

Pemberian penetralisir tanah tidak dapat meningkatkan

berat brangkasan kering dan biji kedelai kering

dibandingkan kontrol, hal ini sejalan dengan pengaruh

penetralisir tanah yang tidak dapat meningkatkan pH

tanah, kadar Ca dan kejenuhan basa serta tidak

menurunkan kejenuhan Al. Penambahan kapur pertanian

nyata meningkatkan berat brangkasan kering dan berat biji

kedelai kering dibandingkan kontrol dan penetralisir tanah.

Penambahan penetralisir tanah B tidak dapat

meningkatkan tinggi tanaman kedelai pada tanah Ultisol

(Tabel 3). Sedangkan pemberian kapur pertanian nyata

meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan

pemberian penetralisir dan kontrol. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa penetralisir tanah yang dicoba

tidak mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman

kedelai.

Penambahan penetralisir dengan dosis 6 l ha-1

nyata

meningkatkan berat brangkasan kering tanaman kedelai

dan sama dengan penambahan kapur (Tabel 3). Dengan

melihat ketidak konsistenan data dengan tinggi tanaman

dan berat biji kedelai serta hasil analisis tanah, mungkin

ada pengaruh lain yang tidak terkontrol dalam penelitian.

Namun pengaruh penetralisir tanah tidak mampu

berpengaruh terhadap peningkatan hasil kedelai.

Pemberian kapur pertanian nyata meningkatkan tinggi

tanaman, berat brangkasan dan biji kering tanaman kedelai

dibandingkan kontrol dan penambahan penetralisir tanah.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa

penetralisir tanah baik penetralisir A maupun B tidak dapat

meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah

Ultisol. Sementara pemberian kapur pertanian nyata

meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah

Ultisol.

Tabel 3. Pengaruh penetralisir tanah B terhadap

pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah Ultisol

Table 3. The effect of soil neutralizer B on growth and

grain yield of soybean in Ultisol

Perlakuan Tinggi

tanaman

Berat brangkasan

kering

Berat biji kering

cm ............ g pot-1 ............

Kontrol 95,1 b 6,10 b 4,50 b

Kapur pertanian 125,1 a 12,65 a 8,10 a

Penetralisir B 1,5 l ha-1 85,7 c 8,13 ab 4,04 b

Penetralisir B 3,0 l ha-1 95,3 bc 8,59 ab 4,25 b

Penetralisir B 4,5 l ha-1 89,5 c 7,28 ab 5,13 b

Penetralisir B 6,0 l ha-1 106,4 b 12,63 a 5,49 b

KK (%) 8,3 33,0 22,5

Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. KK = Koefisien keragaman. Berat tanah di dalam pot adalah 5 kg (kering udara)

Inceptisol

Pemberian penetralisir tanah A dengan dosis 6 l ha-1

nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan kontrol

dan sama dengan tinggi tanaman yang diberi kapur

pertanian (Tabel 4).

Pemberian penetralisir tanah dengan dosis 4,5 l ha-1

dapat meningkatkan berat brangkasan kering tanaman,

namun tidak berpengaruh terhadap berat biji kering.

Pemberian kapur pertanian bertujuan untuk meniadakan

pengaruh negatif Al tanah, sedangkan kadar Al tanah

Inceptisol yang digunakan untuk percobaan sangat rendah.

Sehingga pemberian kapur berpengaruh terhadap

peningkatan tinggi tanaman dan berat brangkasan kering,

namun tidak berpengaruh terhadap berat biji kedelai

kering.

Page 8: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 37 No. 2 - 2013

136

Tabel 4. Pengaruh penetralisir tanah A terhadap

pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah

Inceptisol

Table 4. The effect of soil neutralizer A on growth and

grain yield of soybean in Inceptisol

Perlakuan Tinggi

tanaman

Berat

brangkasan kering

Berat

biji kering

cm ............ g pot-1 ............

Kontrol 99,3 b 7,83 c 7,62 a

Kapur pertanian 122,5 a 12,06 a 9,52 a

Penetralisir A 1,5 l ha-1 111,1 ab 9,11 bc 7,23 a

Penetralisir A 3,0 l ha-1 112,7 ab 8,04 c 7,60 a

Penetralisir A 4,5 l ha-1 110,5 ab 11,68 ab 9,78 a

Penetralisir A 6,0 l ha-1 113,8 a 10,47 abc 7,75 a

KK (%) 6,3 13,8 23,0

Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang

sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji

DMRT. KK = Koefisien keragaman. Berat tanah di dalam pot

adalah 5 kg (kering udara)

Pemberian penetralisir tanah Elang Biru tidak dapat

meningkatkan tinggi tanaman kedelai secara nyata

dibandingkan kontrol (Tabel 5). Pemberian kapur nyata

meningkatkan tinggi tanaman kedelai. Hal ini

membuktikan bahwa penetralisir tanah belum dapat

menyamai kemampuan kapur untuk memperbaiki tanah.

Penetralisir tanah dan kapur pertanian dapat

meningkatkan berat brangkasan kering tanaman kedelai

dibandingkan kontrol. Berat brangkasan kering tertinggi

dicapai pada penambahan penetralisir tanah dengan dosis

1,5 l ha-1

, sedangkan penambahan penetralisir dengan

dosis lebih tinggi justru menurunkan berat brangkasan

kering. Hal ini menunjukkan ketidak konsistenan pengaruh

penambahan penetralisir tanah.

Tabel 5. Pengaruh penetralisir tanah B terhadap

pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah

Inceptisol

Table 5. The effect of soil neutralizer B on growth and

grain yield of soybean in Inceptisol

Perlakuan Tinggi

tanaman

Berat

brangkasan

kering

Berat biji

kering

cm ............ g pot-1 ............

Kontrol 113,5 b 11,29 c 13,22 ab

Kapur pertanian 136,5 a 13,94 ab 15,60 a

Penetralisir B 1,5 l ha-1 123,0 ab 15,48 a 13,37 ab

Penetralisir B 3,0 l ha-1 114,7 b 10,01 c 12,61 b

Penetralisir B 4,5 l ha-1 115,2 b 12,17 bc 13,05 ab

Penetralisir B 6,0 l ha-1 121,2 ab 10,57 c 13,82 ab

KK (%) 7,1 9,8 10,4

Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang

sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji

DMRT. KK = Koefisien keragaman. Berat tanah di dalam pot

adalah 5 kg (kering udara)

Penambahan penetralisis tanah dan kapur pertanian

tidak dapat meningkatkan berat biji kering dibandingkan

kontrol. Penambahan penetralisir tanah dengan dosis

antara 1,5-6 l ha-1

tidak berpengaruh terhadap peningkatan

berat biji kedelai.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa

penetralisir tanah dan kapur pertanian tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

Pengaruh penetralisir tanah terhadap sifat kimia tanah

Pemberian penetralisir tanah tidak berpengaruh

memperbaiki sifat kimia tanah Ultisol dibandingkan

dengan kontrol (Tabel 6 dan 7). Hal ini yang menyebabkan

Tabel 6. Pengaruh penetralisir tanah A terhadap sifat kimia tanah setelah panen kedelai pada Ultisol

Table 6. The effect of soil neutralizer A on chemical soil properties after soybean harvest in Ultisol

Perlakuan pH (H2O) Ca-dd Mg-dd K-dd KTK KB Al-dd Kej Al

....................... cmol (+) kg-1 ....................... % cmol (+) kg-1 %

Kontrol 4,38 b 3,01 bc 1,09 b 0,21 a 14,02 a 32 b 4,56 b 24 b

Kapur pertanian 4,55 a 4,83 a 1,32 a 0,16 a 15,22 a 42 a 3,03 a 16 a

Penetralisir A 1,5 l ha-1 4,43 ab 2,72 c 1,03 b 0,19 a 14,76 a 28 c 4,62 b 23 b

Penetralisir A 3,0 l ha-1 4,38 b 3,20 b 1,14 b 0,20 a 14,60 a 32 b 5,04 b 25 b

Penetralisir A 4,5 l ha-1 4,45 ab 2,75 c 1,00 b 0,19 a 14,28 a 29 bc 4,62 b 24 b

Penetralisir A 6,0 l ha-1 4,50 ab 2,85 c 1,02 b 0,23 a 14,51 a 29 bc 4,70 b 24 b

KK (%) 1,7 5,4 7,3 19,4 5,5 5,8 9,2 6,5

Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan

uji DMRT. KK = Koefisien keragaman

Page 9: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

Antonius Kasno, Sri Rochayati : Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanaman Kedelai?

137

penetralisir tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan, dan

berat biji kering kedelai. Sedangkan penambahan kapur

pertanian nyata meningkatkan pH tanah, kadar Ca, Mg dan

KB, serta menurunkan Al-dd dan kejenuhan Al.

Penambahan kapur pertanian dan penetralisir tanah

tidak mampu memperbaiki sifat kimia tanah Inceptisol

dibandingkan kontrol (Tabel 8 dan 9). Hal ini

menyebabkan pemberian kapur pertanian dan penetralisir

tanah tidak dapat meningkatkan tinggi tanaman, berat

brangkasan dan biji kering kedelai.

Kesimpulan

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan

penetralisir tanah tidak meningkatkan pH tanah, kadar

Ca dan Mg, Kejenuhan basa, dan tidak menurunkan

kejenuhan Al tanah Ultisol dan Inceptisol secara

signifikan. Pemberian kapur pertanian nyata

meningkatkan pH, Ca, Mg, kejenuhan basa, dan

menurunkan kejenuhan Al tanah Ultisol.

Tabel 7. Pengaruh penetralisir tanah B terhadap sifat kimia tanah setelah panen kedelai pada Ultisol

Table 7. The effect of soil neutralizer B on soil chemical properties after soybean harvest in Ultisol

Perlakuan pH (H2O) Ca-dd Mg-dd K-dd KTK KB Al-dd Kej. Al

........................ cmol (+) kg-1 ......................... % cmol (+) kg-1 %

Kontrol 4,47 b 2,14 b 0,79 c 0,25 a 14,65 a 23 b 4,11 b 21 ab

Kapur pertanian 4,73 a 5,53 a 1,28 a 0,15 c 15,76 a 45 a 2,16 a 11 c

Penetralisir B 1,5 l ha-1 4,56 b 2,31 b 0,83 bc 0,19 abc 15,50 a 22 b 4,00 b 20 b

Penetralisir B 3,0 l ha-1 4,55 b 2,42 b 0,86 bc 0,18 bc 15,60 a 23 b 4,62 b 23 a

Penetralisir B 4,5 l ha-1 4,54 b 2,67 b 1,07 ab 0,22 ab 17,48 a 24 b 4,91 b 22 ab

Penetralisir B 6,0 l ha-1 4,58 b 2,45 b 0,90 bc 0,16 c 14,97 a 24 b 4,43 b 23 a

KK (%) 1,2 11,5 13,9 15,2 9,1 5,9 12,2 5,8

Tabel 8. Pengaruh penetralisir tanah A terhadap sifat kimia tanah setelah panen kedelai pada Inceptisol

Table 8. The effect of soil neutralizer A on chemical soil properties after soybean harvest in Inceptisol

Perlakuan pH (H2O) Ca-dd Mg-dd K-dd KTK KB

.................................. cmol (+) kg-1 .................................. %

Kontrol 4,53 a 6,89 a 1,21 a 0,44 a 16,65 a 44 a

Kapur pertanian 4,59 a 7,95 a 1,23 a 0,36 ab 20,04 a 49 a

Penetralisir A 1,5 l ha-1 4,43 a 5,92 a 0,89 a 0,42 ab 19,83 a 37 a

Penetralisir A 3,0 l ha-1 4,42 a 5,74 a 0,81 a 0,45 a 19,85 a 37 a

Penetralisir A 4,5 l ha-1 4,59 a 7,90 a 1,14 a 0,33 b 20,48 a 47 a

Penetralisir A 6,0 l ha-1 4,62 a 6,38 a 1,00 a 0,37 ab 20,50 a 39 a

KK (%) 4,3 23,0 24,4 12,1 15,2 22,5

Tabel 9. Pengaruh penetralisir tanah B terhadap sifat kimia tanah setelah panen kedelai pada tanah Inceptisol

Table 9. The effect of soil neutralizer A on chemical soil properties after soybean harvest in Inceptisol

Perlakuan pH (H2O) Ca-dd Mg-dd K-dd KTK KB

....................................... cmol (+) kg-1 ....................................... %

Kontrol 5,63 a 13,15 a 1,74 ab 0,25 a 23,94 ab 64 a

Kapur pertanian 5,51 a 11,49 ab 1,93 ab 0,29 a 22,54 b 62 ab

Penetralisir B 1,5 l ha-1 4,91 b 8,52 c 2,02 a 0,32 a 23,27 ab 47 c

Penetralisir B 3,0 l ha-1 5,06 b 9,67 bc 1,87 ab 0,30 a 22,77 ab 53 bc

Penetralisir B 4,5 l ha-1 4,92 b 9,20 bc 1,82 ab 0,34 a 23,76 ab 49 c

Penetralisir B 6,0 l ha-1 5,56 a 13,82 a 1,66 b 0,23 a 24,48 a 62 ab

KK (%) 3,4 11,7 7,8 20,7 3,7 9,0

Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji

DMRT, KK = Koefisien keragaman

Page 10: Mampukah Penetralisir Tanah Meningkatkan Kesuburan …

Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 37 No. 2 - 2013

138

2. Seperti pada tanah Ultisol, pemberian penetralisir tanah

dan kapur pertanian pada Inceptisol tidak

meningkatkan kadar Ca, Mg, K-dd, KTK, dan

kejenuhan basa. Penetralisir tanah yang diuji dalam

penelitian ini juga tidak nyata meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai dibandingkan

dengan kontrol baik pada tanah Ultisol dan Inceptisol.

Sedangkan penambahan kapur pertanian nyata

meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai pada

tanah Ultisol.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Sdr. Jojon

Suryono, SP yang telah melaksanakan kegiatan penelitian

ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada PT Pertani dan PT Sang Hyang Seri yang telah

memberi biaya dan bahan sehingga penelitian dapat

dilaksanakan dengan baik.

Daftar Pustaka

Amien, I., A. Sofyan, dan M. Sudjadi. 1985. Pengaruh

pengapuran terhadap beberapa sifat kimia tanah Ultisol

Banten, Jawa Barat. Pemb. Penelitian Tanah dan Pupuk

4:6-10.

Anwar, K., S. Sabiham, B. Sumawinata, A. Sapei, dan T.

Alihamsyah. 2006. Pengaruh kompos jerami terhadap

kualitas tanah, kelarutan Fe2+ dan SO42- serta produksi padi

pada tanah sulfat masam. Jurnal Tanah dan Iklim 24:29-39.

Dierolf, T., T.H. Fairhust and E.W. Mutert. 2000. Soil Fertility

Kit: A toolkit for acid upland soil fertility management in

Southeast Asia. Deutsche Gesellschaft für Technische

Zusammenarbeit (GTZ) GmbH; Food and Agriculture

Organisation; PT Katom; and Potash & Phosphate Institute

(PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC). P.

132

Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2005. Lahan kering untuk pertanian.

Hlm 7-37. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Menuju

Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan.

Kementerian Pertanian. 2007. Luas panen dan produksi kedelai

tahun 2000-2006. (www.deptan.go.id).

Khoi, C.M, Vo Thi Guong, Pham Nguyen Minh Trung, and S.

Ingvar Nilsson. 2010. Effect of compost and lime

amnendment on soil acidity and N availability in acid

sulfate soil. Paper was presented at 2010 19th World

Congress of Soil Science, Soil Solution for a Changing

World 1-6 August 2010, Brisbane, Australia. Published on

DVD.

Kisinyo, P.O, C.O. Othieno, S.O. Gudu, J.R. Okalebo, P.A.

Opala, J.K. Maghanga, W.K. Ng’etich, J.J. Angalo, R.W.

Opile, J.A. Kisinyo, and B.O. Ogola. 2013. Phosphorus

sorption and lime requirements of maize growing acid soils

of Kenya. Sustainable Agriculture Research 2(2):116-123.

Meda, A.R. and P.R. Furlani. 2005. Tolerance to aluminum

toxicity by tropical leguminous plants used as cover crops.

Brazilian Archives of Biology and Technology, An

International Journal 48(2):309-317.

Mulyani, A., Sukarman, dan A. Hidayat. 2009. Prospek perluasan

areal tanam kedelai di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan,

Vol. 3, No. 1:27-38.

Nursyamsi, D., A. Budiarto, dan L. Anggria. 2002. Pengelolaan

kahat hara pada Inceptisols untuk meningkatkan

pertumbuhan tanaman jagung. Jurnal Tanah dan Iklim

20:56-68.

Nolla, A. dan I. Anghinoni. 2007. Liming indexes for soybean in

established no-till system. Better Crops 91(3):8-9.

Rochayati, S. dan A Dariah. 2012. Pengembangan lahan kering

masam: peluang, tantangan, dan strategi serta teknologi

pengelolaan. Hlm. 187-204. Dalam Prospek Pertanian

Lahan Kering Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Ai

Dariah et al. (Eds.). Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Kementerian Pertanian.

Subandi dan A. Wijanarko. 2013. Pengaruh teknik pemberian

kapur terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada lahan

kering masam. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan

32(3):171-178.

Sukristiyonubowo, Mulyadi, I G.P. Wigena, dan A. Kasno.1993.

Pengaruh penambahan bahan organik, kapur, dan pupuk

NPK terhadap sifat kimia tanah dan hasil kacang tanah.

Pemb. Penelitian Tanah dan Pupuk 11:1-7.

Wade, M.K., D.W. Gill, H. Subagja, M. Sudjadi, and Pedro A.

Sanchez. 1986. Overcoming soil fertility constraints in a

Transmigration area of Indonesia. Neil Caudle (Ed). Trop

Soils Bulletin No. 88-01. The Soil Management

Collaborative Research Support Program, North Carolina

State University.