42
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN UROLITHIASIS Oleh : I GEDE ARDI SUYASA 1002105057 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

LP Urolithiasis

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN UROLITHIASIS

Oleh :

I GEDE ARDI SUYASA

1002105057

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

1. Konsep Dasar Penyakit Urolithiasis

Definisi

Urolithiasis adalah terbentuknya butiran butiran dari senyawa kalsium dan penimbunan asam urat, sehingga membentuk kalsium bikarbonat (CaCO3) pada ginjal atau saluran urin yang menyebabkan kesulitan pengeluaran urin. Batu yang terbentuk dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan uretra dan ukurannya sangat bervariasi dari deposit granuler yang kecil yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye.

Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2006)

Batu saluran kencing merupakan keadaan patologis karena adanya massa keras berbentuk seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat terbentuknya batu. Batu saluran kencing dapat terbentuk karena adanya peningkatan kalsium, oksalat, atau asam urat dalam air kencing serta kurangnya bahan-bahan seperti sitrat, magnesium, pirofosfat yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air seni, infeksi saluran kencing, gangguan aliran air kencingdan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap/idiopatik.

Batu Ginjal di dalam saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan alirankemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih) dan yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin.kondisi lain dapat mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehifrasi).

Epidemiologi

Urolithiasis dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali di Negara kita. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli buli , sedangkan di negara maju lebih banyak di jumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari hari.

Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita = 3:1. Puncak kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk wanita. Batu struvite lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria.

Prevalensi penyakit batu ginjal di Indonesia 0,5 % lebih banyak menyerang kaum pria dibandingkan wanita. Bila 1-2% dari populasi diperiksa kadar kalsium air seninya akan meninggi, tetapi hanya 10% yang terkena penyakit batu ginjal.

Etiologi

Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan pasien.

Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.

Factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu, yaitu :

Idiopatik.

Gangguan saluran kemih : fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate, refluks vesiko-ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan ureteropelvik.

Gangguan metabolisme : hiperparatiroidisme, hiperurisemia, hiperkalsiuria. Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat disebabkan oleh:

Hiperparatiroidisme

Asidosis tubular renal

Malignasi

Penyakit granulamatosa (sarkoidosis, tuberculosis), yang menyebabkan peningkatan produksi vitamin D oleh jaringan granulamatosa.

Masukan vitamin D yang berlebihan.

Masukan susu dan alkali.

Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, mieloma multiple), yang menyebabkan proliferasi abnormal sel darah merah dari sumsum tulang.

Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis).

Dehidrasi

Kurangnya cairan tubuh yang menyebabkan produksi air seni sedikit dan pekat. Pada mereka yang setiap hari bekerja di udara terbuka (petani, pekerja lapangan) atau diruang mesin yang panas, terutama yang kurang minum, akan cepat menimbulkan efek perunahan keasaman atau kebasaan air kemih

Beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal, antara lain :

Gaya Hidup

Penyakit gagal ginjal banyak dipengaruhi oleh makanan. Konsumsi minuman dan makanan yang jurang higienis memicu terjadinya air seni pekat, sehingga memudahkan terbentuknya infeksi atau kristal abtu pada kandung kemih. Masyarakat cenderung memilih makanan berkadar kalsium oksalat, seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.

Lingkungan

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah suhu. Tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.

Immobilisasi

Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu

Sedangkan secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :

Faktor Intrinsik :

Herediter (keturunan)

Umur :sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.

Jenis Kelamin :lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Faktor Ekstrinsik :

Geografis : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.

Iklim dan temperatur

Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

Diet : Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.

Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.

Adapun teori proses pembentukan batu saluran kemih antara lain :

Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urin), yaitu pada system kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalices (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, striktura dan buli-buli neurogenik merupakan keadaankeadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terdapat dalam urine. Kristal-kristal ini tetap dalam keadaan metastable atau tetap telarut dalam urine jika tidak ada keadaankeadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.

Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu atau nukleasi yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang agak besar, tapi agregat kristal ini masih rapuh dan belum cukup mampu membuat buntu atau sumbatan saluran kemih.

Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih atau membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.

Kondisi metastable dipngaruhi oleh suhu, PH larutan, adanya koloid didalam urine, konsentrasi solute dalam urine, laju aliran urine, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.

Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu calsium, meskipun patogenesis pembentukan batu hampir sama,tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama, misal batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa.

Patofisiologi

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.7

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya batu saluran kemih, seperti ISK, gaya hidup, intake cairan kurang, retensi urine, konsumsi vitamin C dosis tinggi, immobilisasi, dll. Semua kondisitersebut akan mempengaruhi keadaan metastabel dari zat-zat yang terlarut dalam urine, dimana keadaan metastabel ini sangat berkaitan dengan Ph larutan, suhu, konsentrasi solut dalam urine, dan laju aliran urine yang jika tidak seimbang maka akan menimbulkan pembentukan kristal-kristal urine yang lama-kelamaan akan membesar dan menimbulkan obstruksi traktus urinarius dan menimbulkan gejala seperti nyeri kostovertebral dan gejala lain tergantung daerah batu terbentuk. Apabila sebagian dari tractus urinarius mengalami obstruksi, urine akan terkumpul dibagian atas dari obstruksi dan mengakibatkan dilasi pada bagian itu.

Otot-otot pada bagian yang kena berkontraksi untuk mendorong urine untuk melewati obstruksi. Apabila obstruksinya partial, dilatasi akan timbul dengan pelan tanpa gangguan fungsi. Apabila obstruksinya memberat, tekanan pada dinding urer akan meningkat dan mengakibatkan dilatasi pada ureter (hydroureter). Volume urine yang terkumpul meningkat dan menekan pelvis dari ginjal dengan akibat pelvis ginjal berdilasi (hydrophrosis). Penambahan tekanan ini tidak berhenti pada pelvis saja tetapi bisa sampai ke jaringan-jaringan ginjal yang kemudian menyebabkan kegagalan renal.

Obstruksi juga bisa mengakibatkan stagnansi urine. Urine yang stragnant ini bisa

bisa menjadi tempat untuk perkembangan bakteri dan infeksi. Obstruksi pada tractus urinarius bawah dapat menyebabkan distensi bladder. Infeksi bisa timbul dan pembentukan batu.

Obstruksi pada tractus urinarius atas bisa berkembang sangat cepat karena pelvis

ginjal adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan bladder. Peningkatan tekanan pada

jaringan-jaringan ginjal dapat menyebabkan ischemia pada renal cortex dan medula dan dilatasi tabula-tabula renal. Statis urine pada pelvis ginjal bisa menyebabkan infeksi dan pembentukan batu, yang bisa menambah kerusakan pada ginjal. Ginjal yang sehat bisa mengadakan konpensasi, akan tetapi apabila obstruksi diperbaiki , ginjal yang sehat pun akan mengalami hypertrophy karena harus mengerjakan pekerjaan ginjal yang tak erfungsi. Obstrusi pada kedua ginjal bisa mengakibatkan kegagalan renal.

Manifestasi klinis

Manifestasi klinis adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman.

Ketika Batu di piala ginjal, gejala yang muncul antara lain :

Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.

Hematuri dan piuria dapat dijumpai.

Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.

Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah.

Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.

Ketika Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan :

Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia.

Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.

Hematuri akibat aksi abrasi batu.

Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.

Ketika Batu yang terjebak di kandung kemih, menimbulkan gejala antara lain :

Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri.

Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.

Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung tau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung yang menjalatr ke perut daerah kemaluandan paha sebelah dalam.

Gejala yang lebih nyata seperti sakit atau pegal pinggang bawah yang kadang kadang kadsang terasa sampai ke perut depan bawah dan terjadi kolik (sumbatan mendadak pada saluran atau ureter yang mengakibatkan sakit luar biasa karena batu tajam yang turun ke saluran menyebabkan menyumbatnya saluran) yang sering diiringi muntah dan berkeringat banyak.

Gejala lainnya adalah perut membesar, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Bila batu menyangkut di dalam kandung kemih, dapat timbul nyeri pada daerah atas kemaluan saat buang air kecil, namun buang air kecil tidak tuntas dan pancaran air kemih tidak kuat.

Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisiksampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan.

Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok

Pemeriksan fisik khusus urologi (palpasi) :

Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal

Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh

Genitalia eksterna : teraba batu di uretra

Colok dubur : teraba batu pada buli-buli

Pemeriksaan Diagnostik

Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis,perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.

a. Pemeriksaan radiologik

Foto polos abdomen

Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak (radiolusen)

Pielografi Intra Vena (PIV)

Memperlihatkan gambaran menyeluruh dari ginjal, ureter dan vesika urinaria

Indikasi pielografi intravena adalah:

Untuk menilai ukuran dan bentuk ginjal

Untuk mengetahui adanya infeksi traktus urinarius yang berulang

Untuk mendeteksi dan nelokalisasi batu

Untuk mengevaluasi dugaan obstruksi traktus urinarius

Untuk mengevaluasi penyebab hematuria.

b. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.

c. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.

d. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.

e. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).

f. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal

g. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

h. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia. Sel darah merah : biasanya normal. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).

i. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).

j. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan efek obstruksi.

k. CT Scan : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.

l. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:

Obstruksi jalan kemih

Infeksi

Nyeri menetap/berulang

Batu yang kemungkinan menyebabkan infeksi dan obstruksi

Batu metabolok yang tumbuh cepat.

Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan, yaitu :

a. Pengurangan nyeri

Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.

b. Pengangkatan batu

Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.

c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau tanpa ada pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.

d. Metode Endourologi Pengangkatan Batu

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui urethra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.

Beberapa tindakan endourologi itu adalah:

PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy): mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke dalam sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil

Litotripsi: memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat memecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator.

Ellikureteroskopi atau uretero-renoskopi: memasukkan alat ureteroskopi peruretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan uteroskopi ini.

Ekstrasi Dormia: mengeluarkan baru ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang dormia.

e. Ureteroskopi

Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.

f. Pelarutan batu

Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).

g. Pengangkatan batu

Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

Pencegahan

Ada beberapa cara yang disarankan agar terhindar dari penyakit batu ginjal, antara lain :

Minum banyak air (8-10 gelas sehari), dengan demikian urin menjadi lebih encer sehingga mengurangi kemungkinan zat zat pembentuk batu untuk saling menyatu.

Minum air putih ketika bangun tidur disubuh hari. Hal ini akan segera merangsang kita untuk berkemih, sehingga air seni yang telah mengendap semalam tergantikan dengan yang baru.

Jangan menahan keinginan untuk berkemih, karena dapat menyebabkan urin menjadi lebih pekat atau infeksi saluran kemih. Urin yang pekat dan ISK merupakan faktor pendukung terbentuknya batu.

Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.

Aktivitas harian yang cukup

Pemberian medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:

Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam.

Rendah oksalat

Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri

Rendah purin

Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderitya hiperkalsiuri absortif tipe II.

Komplikasi

Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasi ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.

Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat penanganan batu dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi melalui pembedahan terbuka maupun noninvasif seperti ESWL.

Prognosis

Prognosis batu sakuran kemih tergantung dari faktor-faktor antara lain:

Besar batu

Letak batu

Adanya infeksi

Adanya obstruksi

Makin besar batu makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkanobstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan adanyainfeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginal sehingga prognosisnya makin jelek.

ASUHAN KEPERAWATAN:

Pengkajian 11 Pola Gordon

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan

Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia

Terjadi perasaan abnormal

Gangguan kepribadian/halusinasi

b. Pola nutrisi metabolik

Riwayat epilepsi

Nafsu makan hilang

Adanya mual, muntah selama fase akut

Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan

Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)

c. Pola eliminasi

Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)

Bising usus negative

d. Pola aktifitas dan latihan

Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran

Resiko trauma karena epilepsi

Hamiparase, ataksia

Gangguan penglihatan

Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)

e. Pola tidur dan istirahat

Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur

f. Pola persepsi kognitif dan sensori

Pusing

Sakit kepala

Kelemahan

Tinitus

Afasia motorik

Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral

Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan

Penurunan memori, pemecahan masalah

kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual

penurunan kesadaran sampai dengan koma

g. Pola persepsi dan konsep diri

perasaan tidak berdaya dan putus asa

emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan

h. Pola peran dan hubungan seksama

masalah bicara

Ketidak mampuan dalam berkomunikasi (kehilangan komunikasi verbal/bicara pelo)

i. Reproduksi dan seksualitas

Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas

Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah

Mekanisme koping yang biasa digunakan

Perasaan tidak berdaya, putus asa

Respon emosional klien terhadap status saat ini

Orang yang membantu dalam pemecahan masalah

Mudah tersinggung

k. Sistem kepercayaan

Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu

No

Diagnose Keparawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Evaluasi

1.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia (batu oksalat) ditandai dengan klien mengeluh nyeri di sekitar pinggang, dan menjalar ke perut daerah kemaluan dan paha sebelah dalam, Skala nyeri 8 (1-10), tampak meringis, lemah, tampak melindungi area nyeri dan klien tampak sensitif.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan criteria hasil :

Label NOC : vital sign

Suhu tubuh klien dalam batas normal 36,5 0C- 37,5 0C (skala 5)

Respiratory rate dalam batas normal 16-20 x/menit (skala 5)

Tekanan sistolik klien deviasi ringan (skala 4)

Tekanan diastolik klien deviasi ringan (skala 4)

Denyut nadi radial dbn 60-100 x/menit (skala 5)

Label NOC : pain level

Klien melaporkan adanya rasa nyeri yang ringan (skala 4)

Klien tidak mengerang atau menangis terhadap rasa sakitnya (skala 5)

Klien tidak menunjukkan rasa sakit akibat nyerinya (skala 5)

Label NOC : pain control

Klien menyadari onset terjadinya nyeri dengan baik (skala 5)

Klien dapat menjelaskan faktor penyebab timbulnya nyeri dengan sering (skala 4)

Klien sering menggunakan tindakan pencegahan ( skala 4)

Sering menggunakan pengobatan non farmakologis untuk meredakan rasa sakit (skala 4)

Kadang-kadang menggunakan analgesic jika dianjurkan (skala 3)

Label NOC : discomfort level

Nyeri dalam skala ringan (skala 4)

Label NIC : Pain Management

1. Lakukan pengkajian komprehensif nyeri termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekwensi, kwalitas, intensitas atau derajat nyeri, dan faktor yang menimbulkan.

2. Observasi reaksi non verbal terhdapat nyeri

3. Pastikan pasien mendapat perhatian mengenai perawatan dengan analgesic

4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk menggai informasi terhadap pengalaman nyeri dan cara pasien merespon terjadinya nyeri

5. Gali pengetahuan dan kepercayaan klien mengenai nyeri

6. Tanyakan pada klien kapan nyeri menjadi lebih buruk dan apa yang dilakukan untuk menguranginya

7. Ajarkan prinsip dari manajemen nyeri

8. Ajari pasien untuk menggunakan medikasi nyeri yang adekuat

Label NIC >> Analgesic Administration

1. Ketahui lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum memberikan pasien medikasi

2. Lakukan pengecekan terhadap riwayat alergi

3. Pilih analgesic yang sesuai atau kombinasikan analgesic saat di resepkan anagesik lebih dari

4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah diberikan analgesic dengan satu kali dosis atau tanda yang tidak biasa dicatat perawat

5. Evaluasi keefektian dari analgesic

S :

Klien melaporkan adanya rasa nyeri yang ringan

O:

Suhu tubuh klien dalam batas normal 36,5 0C- 37,5 0C (skala 5)

Respiratory rate dalam batas normal 16-20 x/menit (skala 5)

Tekanan sistolik klien deviasi ringan (skala 4)

Tekanan diastolik klien deviasi ringan (skala 4)

Denyut nadi radial dbn 60-100 x/menit (skala 5)

Klien tidak mengerang atau menangis terhadap rasa sakitnya (skala 5)

Klien tidak menunjukkan rasa sakit akibat nyerinya (skala 5)

Klie menyadari onset terjadinya nyeri dengan baik (skala 5)

Klien dapat menjelaskan faktor penyebab timbulnya nyeri dengan sering (skala 4)

Klien sering menggunakan tindakan pencegahan ( skala 4)

Sering menggunakan pengobatan non farmakologis untuk meredakan rasa sakit (skala 4)

Kadang-kadang menggunakan analgesic jika dianjurkan (skala 3)

A :

Tujuan tercapai sebagian

P :

Lanjutkan intervensi

2.

Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic ditandai dengan pasien sering berkemih namun sedikit

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan klien dapat berkemih normal dengan criteria hasil

NOC Label : Urine Elimination

Pola eliminasi klien normal (skala 5)

Jumlah urine yang dikeluarkan klien sama dengan jumlah cairan yang dikonsumsi klien (skala 5)

Frekuensi dalam berkemih klien normal (skala 5)

Klien dapat mengosongkan kandung kemih secara baik (skala 5)

NIC Label: Urinary Elimination Management

1. Monitor eliminasi urine klien termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna urine

2. monitor tanda dan gejala terjadinya retensi urin

3. Instruksikan pada klien atau keluarga untuk mencatat urine output klien

4. damping klien ketika akan berlatih toileting secara rutin

5. batasi asupan cairan klien

NIC Label: Pelvic Muscle Exercise

1. tentukan kemampuan klien untuk mendorong keinginan berkemih

2. instruksikan pada klien untuk mengetatkan, lalu relaksasikan, lingkaran otot sekitar uretra dan anus

3. instruksikan pada klien untuk melakukan latihan pengetatan otot selama 300 kali per hari, tahan selama 10 detik ketika kontraksi dan istirahatkan 10 detik antar kontraksi

4. informasikan pada klien untuk melakukan latihan selama 6 sampai 12 minggu untuk lebih efektif

5. berikan umpan balik positif kepada klien karena sudah melakukan latihan

S :

Klien melaporkan sudah frekuensi berkemih normal seperti biasa dengan jumlah volume sesuai dengan intake cairan klien

O: distensi abdomen klien berkurang, vesika urinaria klien tidak teraba penuh

A :

Tujuan tercapai seluruhnya

P :

Pertahankan kondisi klien

3

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan badan terasa hangat, menggigil, mengalami peningkatan suhu tubuh: 38,50C, kulit klien teraba hangat.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan masalah teratasi dengan criteria hasil:

Label NOC : Thermoregulasi

Denyut nadi teraba kuat

Tidak ada peningkatan temperature kulit

Pasien tidak merasa sakit kepala

Tidak ada perubahan warna kulit (kemerahan)

Label NOC : Vital Sign

Suhu tubuh dalam rentang normal

Irama jantung teratur

Denyut nadi dalam rentang normal

Respirasi rate dalam rentang normal

Irama napas teratur

Tekanan darah dalam rentang normal

Napas tidak dangkal

Label NOC : Hydrasi

Turgor kulit elastic

Membrane mukosa lembab

Intake cairan adekuat

Perfusi jaringan > 95%

Pasien tidak merasa haus

Label NIC : Penanganan demam

1. Monitor suhu tubuh minimal setiap dua jam, sesuai kebutuhan

2. Monitor terhadap kehilangan cairan yang tidak disadari

3. Monitor warna kulit dan suhu

4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai kebutuhan

5. Monitor tanda-tanda penurunan kesadaran

6. Monitor terhadap abnormalitas elektrolit

7. Berikan obat entipiretik sesuai kebutuhan

8. Berikan basuhan dengan spon menggunakan air hangat, sesuai kebutuhan

9. Dukung peningkatan intake cairan peroral, sesuai kebutuhan

10. Berikan cairan intravena

11. Gunakan kantong es yang dibungkus dengan handuk pada daerah axilla

12. Monitor temperature dengan seksama untuk mencegah efek terapi yang menyebabkan hipotermia

Label NIC : Regulasi Suhu

1. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat

2. Gunakan tempat tidur yang dingin dan air hangat untuk menurunkan suhu tubuh.

S :

- Klien tidak mengeluh panas

O :

Suhu akral normal

Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5C)

Badan tidak teraba panas

A : tujuan tercapai

P : Pertahankan dan tingkatkan kondisi klien

4.

Nausea berhubungan dengan iritasi lambung ditandai dengan pasien melaporkan mual, pasien tampak pucat

Setelah diberikan tindakan keperawatan selamax 24jam, diharapkan mual dapat diatasi dengan kriteria hasil :

Label NOC : Discomfort Level

Pasien melaporkan mual berkurang menjadi skala 5 (dari skala 1-5)

Pasien tidak muntah (skala 5)

Pasien mengatakan tidak kehilangan nafsu makan (skala 5)

Label NOC : Nausea & Vomiting Control

pasien melaporkan mual terkontrol (skala 5)

pasien dapat memahami faktor penyebab mual (skala 5)

Label NIC : Nausea Management

1. Kaji kondisi mual pasien termasuk durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi.

2. Identifikasi faktor penyebab terjadinya mual (misalnya medikasi dan prosedur).

3. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat.

4. Berikan informasi mengenai nausea, diantaranya penyebab nausea dan berapa lama nausea akan hilang atau berkurang.

Label NIC : Medication Management

1. Tentukan obat anti emetika yang sesuai dalam mengatasi mual, sesuai indikasi.

2. Monitor respon pasien setelah diberikan terapi medikasi.

S :

Pasien melaporkan mual berkurang menjadi skala 5 (dari skala 1-5)

Pasien mengatakan tidak kehilangan nafsu makan

O :

Pasien tidak muntah (skala 5)

A : Tujuan tercapai

P : pertahankan kondisi klien

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC, Jakarta

2. T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

3. Price; Wilson. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. ECG Michigan. 2002.

4. Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA : Mosby Elsevier

5. Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth Edition, USA : Mosby Elsevier

6. Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK UGM, 2004, Tim spesialis dr.penyakit dalam RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.

7. Anonim.2010.http://www.scribd.com/doc/47172221/5/VI-1-5-PATOFISIOLOGI.(diakses tanggal 26 September 2012)

8. Anonim, 2007. Batu Ginjal Pengertian dan Penyebab Batu ginjal. http://www.g-excess.com/content/view/. Diakses Tanggal 2 Nopember 2009

PATHWAY

Gaya Hidup

Dehidrasi

Perkerjaan

Hiperkalsuria

Hiposituria

Hiperurikosuria

Zat organic dan anorganik terlarut dalam urine

Presipitasi kristal

Kristal membentuk inti batu (Nulkeasi)

Agregasi menarik benda sehingga menjadi besar

Agregat menempel di epitel saluran kemih

Membentuk retensi kristal

Membantu batu besar

Menyumbat saluran kemih

Urolithiasis

Batu menyumbat uretra

Urin tertahan di Visika Urinari

Kencing sering namun sedikit

Gangguan Eliminasi Urin

Distensi pada abdomen

Penekanan pada area lambung

Refluks mual

Nausea

Tekanan hidrostatik

Obstruksi saluran kemih

Iritasi pada saluran kemih

Invasi bakteri

Pelepasan mediator pirogen

Mengganggu thermostat di hipotalamus

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermi

Urine kembali ke ginjal

Gangguan pada nefron

Permabilitas nefron

Gangguan filtrasi ginjal

Eritrosit lolos pd proses filtrasi

Hematuria

Distensi pada VU

Penekanan saraf pd VU

Nyeri Akut