Click here to load reader
Upload
siska-lia-kisdiyanti
View
56
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN TUGAS TERSTRUKTUR
BLOK MEDICAL RESEARCH PROGRAM II
( BLOK MRP II )
“ Relationship Between Kidney Function And Liver Histology In Subjects
With Nonalcoholic Steatohepatitis ”
Tutor : dr. Joko Setyono, MSc.
Kelompok 7
Aulia Dyah Febrianti G1A009002
Dikodemus Ginting G1A009019
Windy Noviatri R G1A009035
Asep Cevy Saputra G1A009047
Siska Lia Kisdiyanti G1A009065
Maulana Rizqi Yuniar G1A009089
Radita Ikapratiwi G1A009103
Arya Yunan Permaidi G1A009113
Nurul Arsy M G1A009120
Hafidh Riza Perdana G1A009127
Radityo Arif G1A005036
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2012
Hubungan antara Fungsi Ginjal dan Histologi Hati pada Subjek dengan
Nonalcoholic Steatohepatitis
Latar belakang dan tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menilai apakah
pasien nonalcoholic steatohepatitis (NASH) yang terdiagnosis melalui biopsi
hepar memiliki hubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan apakah hubungan
tersebut merupakan hubungan independen dari resistensi insulin dan sindrom
metabolik. Pada penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok yang
terpajan oleh faktor risiko dan kelompok yang tidak terpajan oleh faktor risiko
sebagai kontrol, yaitu kelompok 80 orang yang telah terdiagnosis NASH sebagai
pasien overweight dan kelompok kontrol yaitu 80 orang dengan serum enzim
hepar yang normal yang telah di matching-kan menurut umur, jenis kelamin, dan
indeks massa tubuh (IMT). Penyakit ginjal kronis (CKD) dapat diartikan sebagai
kehadiran estimasi GFR (eGFR) < 60 ml/menit per 1,73 m2 atau albuminuria
(yaitu albumin urinary/kreatinin rasio > 30 mg/g. Pengumpulan data dilakukan
pada satu periode yakni hanya dilakukan satu kali kemudian dicari hubungan antar
variabelnya.
Data dinyatakan sebagai + SD atau persentase. Variabel juling (enzim hati
dalam serum, trigliserida, dan HOMA-IR skor) yang logaritmis ditransformasikan
untuk meningkatkan normalitas sebelum dianalisis dan kemudian kembali
berubah menjadi unit alami mereka untuk presentasi dalam tabel.
Analisis statistik yang digunakan yaitu one way ANOVA, x 2 test with
Yate’s correction untuk kontinuitas (untuk variabel kategori) dan analisis
kovarians. Uji statistik non parametrik juga digunakan tetapi karena hasilnya
identik dengan yang diperoleh oleh prosedur parametrik, hanya yang disajikan
terakhir.
Independensi asosiasi variabel dengan CKD, yang dianggap sebagai
variabel dependen, juga dinilai dengan analisis multivariat regresi logistrik dan
dinyatakan sebagai odd ratio (OR).
Dalam model regresi logistik disesuaikan sepenuhnya, meliputi ada /
tidaknya NASH, jenis kelamin, usia, IMT, riwayat merokok, skor HOMA-IR, dan
sindrom metabolik (dianggap sebagai entitas klinis tunggal) yang dimasukkan
sebagai kovariat.
Model regresi yang terpisah juga diuji dengan masing-masing komponen
dari sindrom metabolik yang secara simultan dimasukkan sebagai salah satu
variabel kontinyu atau kategori dalam persamaan yang sama. Disebutkan di atas
kovariat dipilih karena masuk akal secara biologis atau memiliki hubungan
statistik dengan CKD. Multikolinieritas yang ada dalam model regresi logistik
dikeluarkan dengan menggunakan statistik collinearity tepat diagnostik. P <0,05
dianggap signifikan secara statistik.
Hasil penelitian dari uji statistik didapatkan bahwa pasien NASH
memiliki nilai yang signifikan pada nilai P <0,001,dimana nilai P lebih rendah
dari nilai eGFR (75,3 vs 87,5 12 6 ml / menit per 1,73 m2) serta memiliki nilai
frekuensi lebih besar yang abnormal pada albuminuria (14 vs 2,5%) dan CKD (25
vs 3,7%) dibandingkan subyek kontrol. Terdapat perbedaan yang signifikan pada
nilai eGFR, albuminuria, dan CKD yang diamati antara kedua kelompok serta
tampak sedikit penurunan setelah dilakukan matching pada usia, jenis kelamin,
indeks massa tubuh, status merokok, resistensi insulin dan komponen dari
sindrom metabolik. Pada derajat keparahan dari NASH (tahap fibrosis) memiliki
hubungan keterkaitan dengan penurunan kadar eGFR dan peningkatan kadar
albuminuria (P <0,01 atau kurang), penilaian tersebut terlepas dari faktor perancu
yang potensial (confounding factor).
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien NASH yang terdiagnosis
dengan biopsi hepar terbukti terdapat penurunan kadar eGFR dan peningkatan
frekuensi albuminuria abnormal dan CKD dibandingkan kelompok kontrol. Selain
itu, tingkat keparahan dari NASH bila ditinjau dari bidang histologi terkait dengan
penurunan fungsi ginjal, adanya faktor risiko independent, resistensi insulin, dan
sindroma metabolik.
PERTANYAAN PANDUAN
1. Desain penelitian apakah yang digunakan? Jelaskan!
2. Sebutkan variabel-variabel penelitian yang digunakan (tidak termasuk
variabel perancu)!
3. Apakah skala pengukuran dari masing-masing variabel tersebut? Jelaskan!
4. Apakah hipotesis dari penelitian yang dilakukan (hipotesis statistik sesuai
tujuan penelitian untuk tiap uji statistic yang digunakan)?
5. Apakah uji statistik yang digunakan sudah tepat?
a. Bila sudah tepat, jelaskan alasannya!
b. Bila belum tepat, apa alasannya? Jelaskan metode uji statistik yang tepat!
6. Apa interpretasi dari hasil uji statistik yang dilakukan?
JAWABAN PERTANYAAN PANDUAN
1. Desain penelitian apakah yang digunakan? Jelaskan!
Jawab
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional
Penjelasan
Penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara pajanan terhadap faktor
risiko dan timbulnya penyakit sebagai akibat dari pajanan tersebut. Dalam
jurnal dengan judul “Relationship between Kidney Function and Liver
Histology in Subject with Nonalcoholic Steatohepatitis” bertujuan untuk
mengevaluasi pasien dengan nonalcoholic steatohepatitis (NASH)
mempunyai frekuensi yang tinggi terhadap gagal ginjal kronik dan
berhubungan dengan peningkatan fungsi ginjal yang signifikan.
Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional untuk
tujuan analitis akan lebih cepat, praktis, dan efisien serta data yang telah ada
dapat dimanfaatkan, contohnya dalam jurnal ini, NASH telah terdiagnosis
dengan biopsi hepar dan peneliti kemudian melakukan beberapa pemeriksaan
untuk mengetahui apakah ada hubungannya dengan fungsi ginjal serta biopsi
liver pada pasien NASH (Budiarto, 2004).
Penelitian ini, terdapat dua kelompok yaitu kelompok yang terpajan
oleh faktor risiko dan kelompok yang tidak terpajan oleh faktor risiko sebagai
kontrol, yaitu kelompok 80 orang yang telah terdiagnosis NASH dan
kelompok kontrol yaitu 80 orang dengan serum enzim hepar yang normal
yang telah di matching menurut umur, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh
(IMT). Pengumpulan data dilakukan pada satu periode, hanya dilakukan satu
kali kemudian dicari hubungan antar variabelnya (Budiarto, 2004).
Keuntungan :
a. Dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat
dan penghitungan risiko relatif dengan cara yang tepat dan biaya yang
relatif kecil
b. Data sekunder dapat digunakan untuk keperluan penelitian
c. Dapat digunakan untuk membandingkan besarnya risiko kelompok yang
terpajan oleh faktor yang dianggap sebagai penyabab terjadinya penyakit
dengan kelompok yang tidak terpajan dan hasilnya digunakan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat serta berguna untuk menyusun
perencanaan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
Kerugian :
a. Penelitian dengan pendekatan cross sectional tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu karena
pengamatan pada subjek studi hanya dilakukan satu kali selama penelitian
b. Tujuan analitis sulit untuk menentukan komparabilitas kedua kelompok
yang dibandingkan karena tidak diketahui apakah insidensi terjadi sebelum
atau sesudah terpajan.
c. Sulit untuk mengadakan ektrapolasi pada populasi yang lebih besar
d. Tidak dapat digunakan untuk menentukan hubungan sebab-akibat pada
perubahan biokimia dan fisiologi karena antara sebab dan akibat dapat
saling mempengaruhi (Budiarto, 2004).
2. Sebutkan variabel-variabel penelitian yang digunakan (tidak termasuk
variabel perancu)!
Jawab
Variabel penelitian adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah
dari satu subyek ke subyek yang lain. Secara umum, jenis variabel (dilihat
dari sifat hubungan antar variabel) dapat dibedakan pada variabel independen
(variabel bebas) dan variabel dependen (variabel tergantung). Istilah variabel
independen dan variabel dependen berasal dari logika matematika, di mana X
dinyatakan sebagai yang ‘mempengaruhi atau sebab’ dan Y sebagai yang
‘dipengaruhi atau akibat’ (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
Variabel bebas adalah variabel yang apabila berubah maka akan
mengakibatkan perubahan pada variabel yang lainnya. Sedangkan variabel
tergantung adalah variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas.
Kedua variabel ini diperlukan oleh setiap penelitian kuantitatif. (Sastroasmoro
dan Ismael, 2011).
Dalam jurnal :
a. Variabel bebas pada penelitian tersebut adalah NASH (Nonalkoholic
Steatohepatitis)
Kovarians : usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, riwayat merokok,
skor HOMA-IR, sindrom metabolik
b. Variabel tergantung pada penelitian tersebut adalah CKD (Chronic kidney
Disease)
3. Apakah skala pengukuran dari masing-masing variabel tersebut?
Jelaskan!
Jawab
a. Skala variabel bebas: Skala kategorikal-nominal
Alasan: Karena variabel merupakan nama atau label variabel, dan tidak
mengandung informasi peringkat. Variabel juga tidak bisa dimanipulasi
secara matematis. Variabelnya tidak berupa angka dan tidak berjenjang
atau tidak memiliki tingkatan (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
b. Skala variabel tergantung: Skala kategorik-nominal
Alasan: Karena variabel merupakan nama atau label variabel, dan tidak
mengandung informasi peringkat. Variabel juga tidak bisa dimanipulasi
secara matematis. Variabelnya tidak berupa angka dan tidak berjenjang
atau tidak memiliki tingkatan (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
4. Apakah hipotesis dari penelitian yang dilakukan (hipotesis statistik
sesuai tujuan penelitian untuk tiap uji statistic yang digunakan)?
Jawab
Hipotesis merupakan pernyataan sebagai jawaban sementara terhadap[
pertanyaan penelitian yang harus di uji validitasnya secara empiris. Hipotesis
tidak dinilai benar atau salah, melainkan di uji apakah hipotesis tersebut valid
(shahih) atau tidak. Tidak semua jenis penelitian memerlukan hipotesis.
Survei ataupun studi eksploratif yang tidak mencari hubungan antar-variabel,
jadi hanya bersifat deskriptif dan tidak memerlukan hipotesis (Sastroasmoro
dan Ismael, 2011).
Terdapat 2 jenis hipotesis, antara lain (Dahlan, 2008) :
1. Hipotesis Statistik
Hipotesis Statistik merupakan jawaban sementara terhadap uji
statistik. Hipotesis ini bersifat universal, artinya di daerah manapun, dikota
manapun, dinegara manapun bahkan dibelahan bumi manapun hipotesis
statistik selalu sama. hipotesis statistik dibagi menjadi
a. Hipotesis nol
b. Hipotesis alternatif
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap
pertanyaan penelitian dari peneliti yang bersangkutan. Hipotesis penelitian
bersifat individual artinya hanya bergantung pada dugaan di peneliti itu
sendiri. Hipotesis penelitian dibagi menjadi :
a. Hipotesis negatif
b. Hipotesis positif, terbagi lagi menjadi
i. Hipotesis positif 1 arah
ii. Hipotesis positif 2 arah
Berikut ini merupakan syarat-syarat hipotesis yang baik, antara lain
(Sastroasmoro dan Ismael, 2011) :
1) Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana, tidak
bermakna ganda
2) Mempunyai landasan teori yang kuat. Hipotesis tidak tiba-tiba muncul
dengan sendirianya, melainkan dibentuk dengan dasar teori,
pengalaman, serta sumber ilmiah yang valid.
3) Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan 1 atau
lebih variabel bebas. Dalam hipotesis hanya boleh terdapat 1 variabel
tergantung. Hipotesis yang terdapat varibel tergantung lebih dari 1
disebut hipotesis kompleks dan harus dipecah menjadi 2 atau lebih
hipotesis.
4) Memungkinkan diuji secara empiris
5) Rumusan hipotesis harus bersifat khas dan menggambarkan variabel-
variabel yang diukur.
Pembuatan hipotesis berangkat dari pertanyaan penelitian yang telah
dibuat setelah melakukan pendalaman teori. Oleh karena itu kita harus
menganalisis terlebih dahulu pertanyaan penelitian yang berada pada latar
belakang pada artikel jurnal tersebut. Pertanyaan penelitian pada artikel
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Apakah pasien yang di diagnosis NASH oleh pemeriksaan biopsi hati
memiliki frekuensi CKD lebih besar dibandingkan pada kelompok
nonsteatotic healthy controls.
2) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara penurunan fungsi
ginjal dengan gambaran Histologi hati pada penyakit NASH?
Hipotesis
1) Ho : Tidak terdapat perbedaan bermakna frekuensi CKD antara pasien
yang didiagnosis NASH dengan pemeriksaan biopsi hati
dibandingkan dengan kelompok kontrol sehat nonsteatotic
H1: Terdapat perbedaan bermakna frekuensi CKD antara pasien yang
didiagnosis NASH dengan pemeriksaan biopsi hati dibandingkan
kelompok kontrol sehat nonsteatotic
2) Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penurunan fungsi
ginjal dengan pemeriksaan histologi pada penyakit NASH
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara penurunan fungsi ginjal
dengan pemeriksaan histologi pada penyakit NASH
5. Apakah uji statistik yang digunakan sudah tepat?
a. Bila sudah tepat, jelaskan alasannya!
b. Bila belum tepat, apa alasannya? Jelaskan metode uji statistik yang
tepat!
Jawab
Belum tepat
Penjelasan
Uji statistik dibagi menjadi univariat, bivariat, dan multivariat.
Perbedaan dari ke tiga uji statistik ini terdapat pada variabel yang akan di
analisis. Untuk penyusunan uji statistik setidaknya harus memahami :
a. Skala pengukuran : katagorik atau numerik
b. Jenis hipotesis : komparatif atau korelatif
c. Masalah skala pengukuran : numerik dan kategorik
d. Pasangan : berpasangan atau tidak berpasangan
e. Jumlah kelompok : 2 kelompok atau lebih dari 2 kelompok
f. Syarat uji parametrik dan non parametrik
g. Prinsip tabel B X K dan P X K
one way ANOVA
Pada uji statistik bivariat untuk mempermudah bisa melihat tabel di
bawah ini :
Tabel 1. Uji Statistik Bivariat
Masalah
Skala
pengukura
n
Jenis Hipotesis (asosiasi)
Komparatif
KorelatifTidak berpasangan Berpasangan
Numerik
2 Kelompok> 2
Kelompok2 Kelompok
> 2
Kelompok
Pearson*
Uji t tidak
berpasangan
One Ways
ANOVA
Uji t
berpasangan
Repeated
ANOVA
Katagorika
l (Ordinal) Mann
Whitney
Kruskal-
Wallis
Wilcoxon Friedman
Spearman
Somers’d
Gamma
Katagorik
(Nominal /
Ordinal)
Chi-Square
Fisher
Kolmogorov-Smirnov
(table B X K)
McNemar, Cochran,
Marginal Homogeneity
Wilcoxon, Friedman
(prinsip P X K
Koefisien
kontingensi
Lambda
Keterangan:
1. Uji dengan tanda * merupakan Uji parametrik
2. Tanda panah kebawah menunjukan uji alternatif jika sarat uji parametrik
tidak terpenuhi
3. Uji Hipotesis komparatif numerik, perlu diperhatikan banyaknya
kelompok (Dahlan, 2009).
Langkah – langkah penggunaan tabel uji statistik sebagai berikut :
1. Menentukan variabel yang dihubungkan
2. Menentukan Jenis hipotesis
3. Menentukan masalah skala pengukuran
4. Menentukan berpasangan atau tidak berpasangan
5. Menentukan jumlah kelompok atau menentukan jenis tabel (Dahlan, 2009)
Uji statistik one way ANOVA yang digunakan pada penelitian ini
kurang sesuai. Syarat penggunaan uji “One Ways ANOVA” pada analisis
bivariate antara lain: jenis hipotesis komparatif, tidak berpasangan, lebih dari
2 kelompok. Pada penelitian tersebut terdapat 2 kelompok dan dilakukan
proses matching jadi dirasa kurang cocok menggunakan uji “One Ways
ANOVA” untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel berikut:
Tabel 2. Langkah Uji One Way Anova
No Langkah Penelitian kasus One way
ANOVA
Wilcoxon
1 Menentukan
Variabel yang
dihubungkan
Variabel bebas
Nonalkoholik
Steatohepatitis
(kategorik)
dengan variabel
terikat Chronic
Kidney Disease
(kategorik)
Numerik -
kategorik
Kategorik-
kategorik
2 Menentukan
jenis hipotesis
Komparatif Komparatif Komparatif
3 Menentukan
masalah skala
variabel
kategorik Kategorik Kategorik
4 Menentukan
pasangan / tidak
pasangan
berpasangan Tidak
berpasangan
Berpasangan
5 Menentukan
Jumlah
kelompok
2 kelompok >2
kelompok
2 kelompok
6 Menentukan
jenis table P X K
3x2 - -
Kesimpulan :
Uji yang dapat digunakan yaitu uji Wilcoxon. Jika setelah
transformasi data distribusi data tidak normal dapat digunakan uji
Cochran sesuai tabel 3x2
x 2 test with Yate’s correction
Yates Correction dan Fisher Test merupajan uji alternatif yang
digunakan untuk tabel kontingensi 2xx pada kondisi dimana terdapat nilai sel
yang terlampau kecil dari batas minimal yang ditentukan.
Perlu diingat bahwa teknik Uji Kai Kuadrat mensyaratkan sebagi berikut :
1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan < 1.
2. Tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan < 5.
Bila ketentuan tersebut tidak terpenuhi maka Uji Yates Correction (koreksi
Yates) dan Fisher Exact yang digunakan.
Cochran (1954) dalam Siegel (1992) menyarankan bahwa kedua uji
tersebut akan baik bila digunakan pada kondisi sebagai berikut :
1. Bila sampel >40, gunakan koreksi Yates pada kondisi apapun.
2. Bila sampel 20-40, gunakan koreksi Yates dengan ketentuan tidak ada sel
yang nilai ekspektasinya <5. Jika ada sel yang nilai ekspektasinya <5,
maka gunakan Fisher Exact.
3. Bila sampel <20, gunakan Fisher Exact pada kondisi apapun.
Namun demikian penggunaan koreksi Yates tidak
disarankan/diperlukan lagi, bila n terlampau banyak. Dahulu koreksi Yates
banyak digunakan, namun akhir-akhir ini manfaatnya dipertanyakan. Bahkan
Grizzle (1967) menganjurkan untuk tidak menggunakan koraksi Yates, karena
cenderung meperbesar kesalahan tipe II (tidak menolak Ho, padahal Ho salah)
(Murti, 1996).
Rumus Yates Correction :
Rumus untuk Fisher Exact :
(Sabri, 2008)
Pada jurnal ini, Yates Correction tidak tepat digunakan karena n
terlampau banyak cenderung meperbesar kesalahan tipe II (tidak menolak Ho,
padahal Ho salah). Selain itu, jelas bahwa variabel confounding yang ada
telah dimatchingkan sehingga data yang ada termasuk berpasangan . Untuk
data berpasangan maka Uji Chi Square maupun alternatifnya tidak tepat
digunakan. Uji yang tepat digunakan adalah Uji Cochran karena
a. Variabel yang dihubungkan : kategorik - kategorik
b. Jenis hipotesis : komparatif
c. Skala variabel : kategorik
d. Berpasangan/ tidak : berpasangan
e. Jenis Px K : 3 x 2
Analisis kovarians
Analisis kovarian (anakova) adalah uji statistik multivarian yang
merupakan perpaduan antara analisis regresi dengan analisis varian (anava).
Analisis Kovarian (Anakova) dikembangkan oleh R. A. Fischer, seorang pakar
statistik berkebangsaan Inggris dan pertama kali dipublikasikan pada tahun
1932. Perbedaan ANOVA dengan ANAKOVA yaitu kalau anova hanya
menguji perbandingan saja akan sedangkan anakova menguji perbandingan
sekaligus hubungkan. Isitilah kova dalam anakova berasal dari kata kovarian
(covariance) yang menunjukkan adanya variabel yang dihubungkan. Ingat co
dalam Bahasa Inggris artinya bersama, yang menunjukkan adanya hubungan.
Kita membandingkan variabel tergantung (Y) ditinjau dari variabel bebas (X1)
sekaligus menghubungkan variabel tergantung tersebut dengan variabel bebas
lainnya (X2). Variabel X2 yang dipakai memprediksi inilah yang dinamakan
dengan kovarian (Sudiana, 2004).
Anakova merupakan teknik statistik yang sering digunakan pada
penelitian eksperimental (dirancang sendiri) dan juga observasional (sudah
terjadi di lapangan). Dalam penelitian, tidak jarang terjadi, satu atau lebih
variabel yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti karena keterbatasan
penyelenggaraan eksperimen atau karena alasan lain, padahal peneliti sadar
bahwa variabel-variabel tersebut juga mempengaruhi hasil eksperimennya
(Sudiana, 2004).
Menghadapi situasi seperti ini, maka peneliti perlu mengadakan
pendekatan statistik untuk mengontrol dalam arti meniadakan berbagai efek
dari satu atau lebih variabel yang tidak terkontrol ini. Anakova merupakan
salah satu metode statistik yang digunakan untuk mengatasi variabel yang
tidak terkontrol tersebut (Sudiana, 2004).
Secara lebih khusus dalam anakova akan diadakan analisis residu pada
garis regresi, yaitu dilakukan dengan jalan membandingkan varian residu antar
kelompok dengan varian residu dalam kelompok.
Anakova akan dihitung dengan melakukan pengendalian statistik yang
gunanya untuk membersihkan atau memurnikan perubahan-perubahan yang
terjadi pada variabel terikat sebagai akibat pengaruh variabel-variabel atau
karena rancangan penelitian yang tidak kuat. Pengendalian terhadap pengaruh
luar dalam penelitian memiliki fungsi yang penting terutama untuk
mempelajari pengaruh murni suatu perlakuan pada variabel tertentu terhadap
variabel lain (Sudjana, 2002).
Analisis Kovarians (Anakova) memiliki empat tujuan yaitu (Sudjana,
2002). :
a. Sebagai metode atau prosedur control statistik (statistical control sebagai
lawan dari experimental control) atas suatu variabel yang tidak dikontrol,
artinya luput dari control secara eksperimental.
b. Berkaitan dengan tujuan pertama, sebagai metode untuk meningkatkan
presisi atau kecermatan eksperimen dengan mengurangi varians kesalahan
(error variance)
c. Menolong peneliti dalam memahami atau mengkritisi efektivitas treatmen
yang diselidiki.
d. Untuk menguji homogenitas dari serangkaian koefisien regresi.
Analisis Kovarians (Anakova) memiliki beberapa keunggulan dalam
menganalisis data penelitian antara lain (Sudjana, 2002).:
a. Dapat meningkatkan presisi rancangan penelitian terutama apabila peneliti
masih ragu pada pengelompokan-pengelompokan subjek perlakuan yang
diterapkan dalam penelitian, yaitu apakah sudah benar-benar
mengendalikan pengaruh variabel luar atau belum.
b. Dapat digunakan untuk mngendalikan kondisi-kondisi awal dari variabel
terikat.
c. Dapat digunakan untuk mereduksi variabel-variabel luar yang tidak
diinginkan dalam penelitian.
Bebrerapa pengertian variabel yang akan digunakan dalam Anakova
antara lain (Sudjana, 2002). :
a. Kriterium adalah variabel terikat (Y) yaitu variabel yang mempengaruhi,
dimana data harus berbentuk interval atau rasio.
b. Kovariabel, disebut juga variabel kendali (X) atau variabel control atau
variabel konkomitan, dimana data harus berbentuk interval atau rasio.
c. Faktor, yaitu sebutan untuk variabel bebas atau variabel eksperimental
yang ingin diketahui pengaruhnya. Data untuk faktor harus berbentuk
nominal atau ordinal.
Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam mengerjakan Anakova
adalah (Sudjana, 2002).:
a. Variabel luar yang dikendalikan (kovariabel) harus berskala interval atau
rasio.
b. Kriterium (variabel terikat) harus berskala interval atau rasio.
c. Faktor (variabel bebas) harus berskala nominal atau ordinal.
d. Harus ada dugaan yang kuat bahwa ada hubungan antara variabel kendali
dan variabel terikat.
e. Harus ada dugaan bahwa variabel kendali tidak dipengaruhi oleh variabel
bebas atau variabel eksperimental.
Rancangan tabel untuk Anakova dapat digambarkan seperti tabel I berikut ini:
Tabel 3. Rancangan Tabel Anakova
A B C
X Y X Y X Y
… … … … … …
… … … … … …
… … … … … …
… … … … … …
SX SY SX SY SX SY
Keterangan:
A, B, dan C : Faktor
X : Kovariabel
Y : Kriterium
Pada jurnal ini, analisis kovarians kurang tepat digunakan karena ada
asumsi dari penggunaan ANACOVA yang tidak terpenuhi yaitu
a. Variabel luar yang dikendalikan (kovariabel) harus berskala interval atau
rasio sedangkan pada jurnal ini terdapat kovarians yang berskala kategorik.
b. Kriterium (variabel terikat) harus berskala interval atau rasio sedangkan
pada jurnal ini variabel terikatnya termasuk skala ordinal (kategorik).
Regresi logistrik
Statistik multivariat yang paling sering digunakan pada dunia
kedokteran adalah analisis regresi logistik dan analisis regresi linier.
Pemilihan kedua analisis tersebut ditentukan oleh skala pengukuran variabel
terikatnya. Bila variabel terikatnya berupa variabel katagorik, maka regresi
yang digunakan adalah analisis regresi logistik dan apabila variabel terikatnya
berupa variabel numerik menggunakan analisis regresi linier.
Pada penelitian ini dilakukan juga analisis multivariat dengan regresi
logistik hal ini telah sesuai karena data pasien CKD dianggap sebagai variabel
kategorik dikotom.
6. Apa interpretasi dari hasil uji statistik yang dilakukan?
Jawab
Terdapat perbedaan estimated GFR yang bermakna pada semua
kelompok tingkat keparahan histopatologi (stage 1, stage 2, stage 3, dan
stage 4) steatohepatitis nonalkoholic.
Uji statistik yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan one-way
ANOVA sehingga intepretasi yang dilakukan adalah untuk menguji hipotesis
komparatif (perbedaan). Nilai probabilitas pada uji statistik yang dilakukan
pada semua kelompok yang diuji adalah kurang dari 0,05 (p < 0,01) sehingga
hipotesis nol ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan etimated GFR yang
bermakna diantara semua kelompok tingkat keparahan histopatologi dari
nonalcoholic steatohepatitis dan hipotesis aternatif diterima yang berarti
terdapat perbedaan estimated GFR yang bermakna diantara semua kelompok
tingkat keparahan histopatologi dari nonalcoholic steatohepatitis (Dahlan,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC ; 70-78
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. 2008. Langkah-Langkah Membuat Proposal
Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto
Dahlan, Muhamad Sopiyundin. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika
Murti, Bhisma. 1996. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-
ilmu Kesehatan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Sabri, L., Hastono, SP. 2008. Statistik Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2011. Variabel dan Hubungan Antar
Variabel. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke IV.
Jakarta: Sagung Seto ; 299-300
Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Sudiana, I Ketut dan Simamora, Maruli.2004. Statistika Dasar. Singaraja : Jurdik
Kimia FMIPA IKIP N.
Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung : Tarsito