24
BAB I DASAR TEORI 1.1 PERTOLONGAN PERTAMA (PPGD) George J. Anas merumuskan keadaan gawat darurat sebagai”…any injury or acute medical condition liable to cause death, disability or serious illness if not immediately intended to”. Dunia kedokteran mengakui empat kondisi kegawat daruratan, yakni: renjatan (shock), pendarahan (hemorrhage), patah tulang (fractures), dan kesakitan (pain) Keadaan gawat darurat bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisispasi kejadian itu. Bila kita cermati, kematian-kematian karena henti jantung dan henti nafas selama ini cukup banyak khususnya pada area Pre Hospital. Manajemen pertolongan keadaan Gawat Darurat pada area tersebut sampai saat harus diperbaiki. Banyak kematian-kematian di masyarakat yang mestinya bisa dicegah bila kita punya kepedulian dan keterampilan terhadap masalah tersebut. Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat 1

Laporan Ppgd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan fisiologi sistem tubuh 2

Citation preview

Page 1: Laporan Ppgd

BAB I

DASAR TEORI

1.1 PERTOLONGAN PERTAMA (PPGD)

George J. Anas merumuskan keadaan gawat darurat sebagai”…any injury

or acute medical condition liable to cause death, disability or serious illness if not

immediately intended to”. Dunia kedokteran mengakui empat kondisi kegawat

daruratan, yakni: renjatan (shock), pendarahan (hemorrhage), patah tulang

(fractures), dan kesakitan (pain)

Keadaan gawat darurat bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kondisi ini

menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisispasi kejadian itu. Bila kita

cermati, kematian-kematian karena henti jantung dan henti nafas selama ini cukup

banyak khususnya pada area Pre Hospital. Manajemen pertolongan keadaan

Gawat Darurat pada area tersebut sampai saat harus diperbaiki. Banyak kematian-

kematian di masyarakat yang mestinya bisa dicegah bila kita punya kepedulian

dan keterampilan terhadap masalah tersebut.

Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian

usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka

menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit

mendadak). Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian

pada kondisi gawat darurat. Filosofi PPGD adalah “Time Saving is Living

Saving” yang berarti bahwa seluruh tindakan pada kondisi ini pasien dapat

kehilangan nyawa dalam hitungan menit (henti nafas lama 2 – 3 menit dapat

mengakibatkan kematian).

PPGD atau yang saat ini dikenal sebagai Basic Life Suport (BLS)

merupakan tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan pada pasien yang

mengalami keadaan yang mengancam nyawa ( henti jantung-paru/ cardiac

arrest). Seorang dokter gigi harus mempunyai ketrampilan dan kemampuan dalam

melakukan BLS. Kep. Menkes No. 39 tahun 2007, menjelaskan bahwa salah satu

ruang lingkup kerja dokter gigi adalah memberikan pelayanan darurat (basic

1

Page 2: Laporan Ppgd

emergency care), yang terdiri dari BLS. Kemampuan menanggulangi kegawat

daruratan dengan BLS sangat diperlukan baik di area pre hospital dan intra

hospital.

Dari semua tindakan yang dilakukan selama pemeriksaan awal, penolong

harus berhati-hati dan tidak memindahkan korban bila tidak penting untuk

menyelamatkan jiwa. Semua gerakan yang tidak penting atau penangannya yang

kasar harus dihindari karena dapat memperburuk cidera tulang belakang atau

fraktur yang tidak terdeteksi. Dalam rangka untuk memberikan pertolongan

pertama yang baik,penolong harus mampu mengidentifikasi cidera korban atau

sakit mendadak dan menentukan keparahannya.

Untuk mengetahui keparahannya, penolong harus mengikuti pendekatan

sistematis atau yang dikenal sebagai pengkajian korban. Pengkajian korban

bertujuan untuk (1) mendapatkan persetujuan atau inform consent dari korban

(oral consent, implied consent, consent dari polisi, atau pada keadaan darurat

dapat dilakukan tanpa ijin), (2) Mendapatkan kepercayaan dari korban, (3)

Mengidentifikasi masalah korban dan menentukan kebutuhan PPGD, dan (4)

Mendapat informasi tentang korban yang mungkin dapat sangat berguna untuk

pemberian layanan kedaruratan medis (LKM).

Pengkajian korban secara medis dibagi menjadi dua langkah yaitu:

A. Pemeriksaan primer meliputi A-B-C-(D-H) yaitu A (Airway), B

(Breathing), C (Circulation), D (Disability), H (Hemorhagie).

B. Pemeriksaan sekunder. Pemeriksaan sekunder meliputi:

B.1.Wawancara yang terdiri dari: “SAMPLE PAIN” yaitu S =

Symtom (gejala keluhan utama), A = Alergi, M = Medicine (obat-

obatan), P = Pain (Penyakit terdahulu), L = Last Eat (Makan

terakhir), E = Excidance (Peristiwa yang terjadi sebelum

kedaruratan), P = Periode Nyeri (berapa lama), A = Area (di mana), I

= Intensitas, N = Nulitas (apa yang menghentikannya);

2

Page 3: Laporan Ppgd

B.2.Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi

napas, suhu tubuh)

B.3.Pemeriksaan tubuh secara keseluruhan dari kepala hingga kaki dan

Tag (peringatan medis dipakai seperti kalung atau gelang yang

menarik perhatian disaat terjadi keadaan darurat). Tag ini sebaiknya

tidak dilepaskan dari orang yang mengalami cidera atau sakit.

Bila diperlukan, hubungi Sistem Layanan Kedaruratan Medis (LKM)

untuk memberikan bantuan seperti regu penolong (pemadam kebakaran), polisi,

layanan ambulan (1-1-8), atau dokter pribadi. Beritahukan apa yang terjadi

dengan menyebut: (a) Jumlah korban, (b) Kesadaran korban, (c) Perkiraan usia

korban, (d) Lokasi kejadian secara lengkap, (e) Nama dan nomor telepon anda

(pelapor).

Panduan Basic Life Support ( Guidelines 2010)

1) Ada pasien tidak sadar, pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi

pasien dan penolong.

2) Periksa kesadaran pasien ( bisa dengan metode AV-PU )

3) Bebaskan Jalan napas pasien (airway)

4) Segera meminta bantuan

5) Periksa jalan napas ( pasien bernapas atau tidak, bisa dengan metode look,

liste,feel )

6) Bila pasien tidak sadar atau tidak bernapas, lakukan pijat jantung ( RJP )

30 kali serta 2 kali napas buatan.

3

Page 4: Laporan Ppgd

Cara melakukan cek kesadaran pada pasien dengan metode AV-PU:

A (alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V.

V (Verbal) : Cobalah memanggil-manggil korban dengan cara berbicara

keras ditelinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan

menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon

lanjut ke poin P.

P (Pain) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah

adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (dipangkal

kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah

tulang dada (sternum) dan juga areal di atas mata (supra

orbital).

U (Unresponsive) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien tidak bereaksi, maka

pasien berada dalam keadaan unresponsive (tidak sadar).

Menurut AHA (American Heart Association) Guidelines tahun 2005 tindakan

BLS dapat disingkat dengan teknik ABC yaitu airway (membebaskan jalan

napas), breathing (memberikan napas buatan) dan circulation (pijat jantung)

namun pada tahun 2010 teknik ABC diubah menjadi CAB (circulation, breathing.

airway). Tujuan utama tindakan BLS adalah untuk melindungi otak dari

kerusakan yang irreversible akibat hipoksia, karena pendarahan akan berhenti

selama 3-4 menit.

1.2 RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah tindakan penggabungan

penyelematan pernafasan (dari mulut ke mulut) dengan kompresi dada eksternal.

Tujuan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang penting ialah mengusahakan sekuat

tenaga agar ventilasi paru dapat pulih kembali seperti sediakala. RJP bermanfaat

untuk menyelamatkan korban serangan jantung, kasus tenggelam, kekurangan

nafas, tersengat listrik, dan kelebihan obat.

4

Page 5: Laporan Ppgd

RJP dilakukan pada saat jantung dan pernafasan korban telah berhenti

bekerja. Penyelamatan pernafasan digunakan pada saat nadi masih berdenyut

tetapi tidak ada pernafasan. Seorang dokter gigi seharusnya mampu (1) Mengenali

tanda-tanda serangan jantung, (2) Memberikan RJP, dan (3) Menghubungi

Layanan Kedaruratan Medis (LKM).

Tanda-tanda serangan jantung mencakup:

1) Nyeri dada atau rasa tak enak di bagian tengah dada (terutama sebelah

kiri), bisa menyebar ke bahu kiri, lengan kiri atas, leher kiri, rahang, dada

dengan tengah dan perut kiri bagian atas; diikuti perasaan “tertekan”,

“berat” atau “remuk” yang berlangsung selama tak lebih dari beberapa

menit atau berlalu hilang kembali.

2) Sulit bernafas atau sesak nafas.

3) Demam (merasa dingin pada suhu panas).

4) Berkeringat atau “keringat dingin”.

5) Rasa kembung, salah cerna, atau perasaan tersedak (mungkin terasa seperti

“rasa panas dalam lambung”).

6) Mual atau muntah.

7) Detak jantung yang cepat atau tak teratur (palpitasi).

8) Pusing dan pingsan.

RJP dapat digolongkan dalam 3 (tiga) macam cara yaitu pemberian (1) nafas

bantuan, (2) nafas buatan, (3) pijat jantung.

1.2.1 Nafas Bantuan

Nafas bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk

menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal (frekuensi nafas orang

dewasa muda adalah 12-20 kali per menit). Jika frekuensi nafas : 6 kali per menit,

maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan sehingga total nafas

permenitnya menjadi normal (12 kali).

5

Page 6: Laporan Ppgd

1.2.2 Nafas Buatan

Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas

bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti nafas.

Diberikan dua kali secara efektif agar dada dapat mengembang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan RJP

yaitu:

1) Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernafasan,

2) Harus ada tenaga lain yang dapat menolong

3) Posisi penderita

Letakkan penderita dengan muka menghadap ke atas ( posisi terlentang)

pada dasar yang kokoh.Kontrol kepala dan leher ketika akan membalik

penderita, terutama bila terdapat tanda- tanda trauma, fraktur, atau luka-

luka di dalam tubuh yang terdapat memperburuk perawatan selanjutnya.

Apabila penderita mengalami trauma medulla spinalis, pertahankan kepala

penderita pada posisi netral dan gerakkan bersama badan sebagai satu

bagian.

4) Membuat jalan nafas dan menjaga agar tetap terbuka

5) Upayakan agar tidak ada yang menghalangi jalan pernafasan seperti lidah,

cairan lendir, muntah yang mungkin dapat menghalangi gerakan udara

melalui faring, demikian pula ikat pinggang, BH, danan stagan harus di

longgarkan.Bagi penderita yang tenggelam, air yang masuk ke dalam

lambung dan paru harus dikeluarkan.

Tindakan resusitasi perlu diperhatikan bilamana (1) denyut nadi arteri

mulai teraba, (2) mulai timbul pernafasan spontan, dan (3) secara bertahap

kesadaran penderita pulih kembali.

Tindakan resusitasi perlu dihentikan bilamana tindakan RJP efektif telah

berlangsung 30 menit tetapi kriteria-kriteria berikut masih dijumpai yaitu: (1)

ketidaksadaran menetap, (2) tidak timbul pernafasan spontan, (3) denyut nadi

tidak teraba, (4) pupil berdilatasi dan menetap, atau (5) denyut nadi karotis telah

teraba.

6

Page 7: Laporan Ppgd

Penghentian resusitasi dilakukan mengingat pernafasan yang telah terhenti

selama 30 menit biasanya menunjukkan kematian serebral, atau pasien sudah

menunjukkan tanda- tanda kematian (kaku mayat) sehingga resusitasi selanjutnya

dipandang tidak berguna lagi.faktor lain yang mungkin dapat merupakan

keputusan untuk menghentikan RJP adalah kondisi penolong yang telah lelah dan

sudah tidak kuat lagi ;bantuan sudah datang, atau perjanjian tertulis dengan pasien

dan keluarganya untuk tidak melakukan resusitas.

1.2.3 Pijat Jantung

Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa”jantung untuk memompa

darah ke seluruh tubuh.Pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis

tidak teraba.Pijat jantung umumnya dikombinasi dengan nafas buatan.

1.2.4 Prosedur Standar RJP

1) Bebaskan atau longgarkan pakaian korban di daerah dada (buka

kancing baju bagian atas agar dada terlihat),

2) Posisikan diri disebelah korban, usahakan posisi kaki yag mendekati

kepala sejajar dengan bahu pasien,

3) Cek apakah ada tanda- tanda berikut :

a) Luka- luka dari bagian bahu ke atas (supra clavicula)

b) Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (terjatuh dari

sepeda motor),

c) Berdasarkan saksi pasien mengalami cidera di tulang belakang

bagian leher, tanda-tanda tersebut adalah tanda- tanda

kemungkinan terjadinya cidera pada tulang belakang bagian leher

atau cervical. Cidera pada bagian ini sangat berbahaya karena di

sini terdapat syaraf-syaraf yang mengatur fungsi vital manusia

(nafas dan denyut jantung),

d) Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah pernafasan

dari mulut ke mulut,

e) Jika tanda- tanda tersebut, maka beralih ke bagian atas, jepit

kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak

7

Page 8: Laporan Ppgd

bergerak lagi (imobilitas) dan lakukanlah Jaw Thrust.Gerakan

ini dilakukan untuk menghindari adanya cidera lebih lanjut pada

tulang belakang bagian leher pasien.

4) Sambil melakukan (1) dan (2) di atas, kemudian dilakukan

pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (pernafasan)

pasien.Metode pengecekan nafas menggunakan metode Look, Listen,

dan Feet;

a) Look :

Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernafas), apakah

gerakan tersebut simetris/tidak.

b) Listen: Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah

ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada

hambatan sebagian).

c) Feel: Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari

korban

Jenis- jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

a) Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan

jalan nafas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka

lakukan pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka

mulut ( menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang

digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk

menekan rahang bawah ke bawah.Lihatlah apakah ada benda yang

menyangkut di tenggorokan korban ( misal : gigi palsu dll ).Pindahkan

benda tersebut.

b) Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada

kebuntuan disebabkan oleh cairan (misal : darah), maka lakukanlah cross-

finger, lalu lakukan finger- sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 2 jari

yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari

cairan- cairan).

c) Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena

pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap

8

Page 9: Laporan Ppgd

lakukan manuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.Jika suara

nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan nafas, maka

dapat dilakukan :

1) Black Blow, sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan

telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung.Catatan:

Black-blow tidak dilakukan untuk dewasa karena dikawatirkan

menjadi sumbatan lengkap/penuh.

2) Heimlich Manuver, adalah suatu cara mengeluarkan benda asing

yang menumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar

yang terletak di hipofaring. Prinsip mekanisme Heimlich Manuver

adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru. Pada Heimlich

Manuver lakukan tekanan kedalam dan ke atas rongga perut sehingga

diafragma terorong ke atas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara

dalam paru-paru keluar. Heimlich Manuver dapat dilakukan baik pada

anak-anak maupun orang dewasa.

3) Chest Trust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara

memposisikan diri seperti posisi memeluk dari belakang dengan orang

coba berdiri kemudian mendorong tangan ke arah dalam atas.

a) Letakkan sisi ibu jari pada kepalan tangan tengah tulang dada,

tidak pada prosesus xifoideus

b) Genggam kepalan tangan tadi dengan tangan lainnya dan lakukan

dorongan ke belakang secara cepat

c) Ulangi dorongan sampai sumbatan keluar.

d) Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari

korban

5) Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi

pernafasan pasien itu dalam 1 menit (pernafasan normal adalah 12-20

kali per menit)

6) Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap

melakukan Look,Listen, dan Feel

7) Jika frekuensi nafas < 12 kali per menit, berikan nafas bantuan

9

Page 10: Laporan Ppgd

8) Jika pasien tidak memiliki denyut nadi dan mengalami henti nafas,

lakukan pijat jantung diikuti napas buatan ( 30 kali pijat jnatung disela

2 kali tiupan napas)

9) Lakukanlah pengecekan nadi a. Karotis yang terletak di leher ( cek

dengan 2 jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan jari ke

samping, jangan sampai terhambat oleh otot leher (sterno-cleido-

mastoideus), rasakan denyut nadi karotis selama 5 detik

10) Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah pijat jantung, di ikuti

dengan nafas buatan, ulangi sampai 6 kali siklus pijat jantung nafas

buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.

11) Cek lagi nadi karotis (dengan metode di atas) selama 5 detik, jika

teraba lakukan Look,Listen,Feel lagi. Jika tidak teraba ulangi poinn

nomor 10; atau dihentikan

12) Setelah berhasil mengamankan kondisi di atas periksalah tanda-tanda

shock pada pasien .

a. Denyut nadi > 100 kali per menit

b. Telapak tangan basah, dingin dan pucat

c. Capillary Refill Time (CRT) > 2 detik (CRT dapat diperiksa

dengan cara menekan ujung kuku pasien dengan kuku

pemeriksaan selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu

yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi

13) Jika pasien Shock lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan

mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi

darah akan lebih banyak ke jantung. Pertahankan posisi Shock sampai

bantuan datang atau tanda tanda Shock berkurang

14) Jika ada perdarahan pasien, hentikan perdarahan dengan cara menekan

atau membebat luka (Membebat jangan terlalu erat karena dapat

mengakibatkan jaringan yang dibebat mati )

15) Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien

dengan Look, Listen dan Feel Karena pasien sewaktu-waktu dapat

memburuk secara tiba-tiba.

10

Page 11: Laporan Ppgd

1.3 Perlindungan Diri Bagi Penolong

1. Pastikan tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan

penolong dan pasien

2. Minimalisasi kontak langsung dengan pasien untuk mencegah penularan

penyakit

3. Selalu memperhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian

pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika

dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri

11

Page 12: Laporan Ppgd

BAB II

PEMBAHASAN

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan

pengetahuan tenang BLS ?

Mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan pengetahuan tentang

BLS ( Basic Life Support ) karena keadaan kegawat daruratan dapat terjadi

kapas saja, dimana saja dan pada siapa saja serta sesuai dengan

kep.Menkes No. 39 tahun 2007, yang menjelaskan bahwa salah satu ruang

lingkup dokter gigi adalah memberikan pelayanan darurat (basic

emergency care) yang terdiri atas BLS. Kemampuan ini sangat diperlukan

baik di area pre hospital maupun intra hospital. Selain itu, jika mahasiswa

fakultas kedokteran gigi telah berhasil lulus dari pendidikan dokter gigi

(klinik) ataupun telah menjadi dokter gigi, ketika menghadapi pasien yang

tiba-tiba tidak sadarkan diri ataupun dalam kondisi gawat darurat ia dapat

langsung memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa

pasien, sebelum akhirnya diberikan perawatan yang sesuai dengan keadaan

korban. Sebagai orang yang paham tentang medis mahasiswa fakultas

kedokteran gigi dibandingkan masyarakat awam, ketika menemui korban

dalam kondisi gawat darurat tanpa terduga dapat langsung memberikan

pertolongan pertama dan mencegah kematian korban.

2. Apa yang anda lakukan apabila anda temukan gigi tiruan pasien anda

tertelan?

Ketika gigi tiruan pasien tertelan hal pertama yang harus dilakukan adalah

membawa pasien ke tempat yang datar dan aman bagi pasien dan

penolong. Kemudian periksa jalan napas pasien dengan metode look,

listen, feel jika ternyata ada yang mengganggu jalan napas pasien yaitu

gigi palsunya yang tertelan maka segera membersihkan jalan napas dengan

mengambil gigi palsu pasien dengan metode cross finger untuk membuka

mulut menggunakan 2 jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang

12

Page 13: Laporan Ppgd

digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk

menekan rahang bawah kebawah. Kemudian mengambil gigi palsu yang

menyangkut. Setelah diambil gigi palsunya, namun pasien tidak sadar

maka harus minta bantuan orang lain dan melakukan pijat jantung ( RJP )

30 kali disela dengan napas buatan 2 kali.

3. Apa gunaya metode back blow di bidang kedokteran gigi?

Metode back blow manuever dibidang kedokteran gigi dilakukan jika

mendapati seorang pasien mendadak yang mengalami hambatan napas

total akibat tersedak atau tertelan benda asing sehingga menyumbat jalan

nafas.

4. Apa gunanya metode Heimleich Manuever di bidang kedokteran gigi ?

Heimlich manuever dilakukan jika metode back-blow manuever tidak

berhasil mengeluarkan benda asing yang tertelan. Metode heimlich

manuever dan back blow manuever pada dasarnya memiliki fungsi yang

sama, namun bagian yang ditekan pada metode Heimlich manuever ialah

ulu hati, sehingga dilakukan jika benda yang tertelan sudah mencapai

perut.

5. Apa gunanya metode Chest Thrust di bidang kedokteran gigi ?

Sama seperti back-blow manuever dan Heimlich manuever, chest thrust

manuever juga mempunyai fungsi mengeluarkan benda asing yang

menyumbat jalan napas dan biasanya dipadukan dengan back-blow untuk

mengeluarkan benda asing tersebut.

6. Apa yang anda lakukan pada saat anda jumpai pasien anda mengalami

pingsan setelah dilakukan anastesi ? Jelaskan !

Jika dijumpai pasien mengalami pingsan setelah dilakukan anastesi maka

harus dilakukan pengecekan kesadaran pasien dengan metode AV-PU:

A (alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V.

V (Verbal) : Cobalah memanggil-manggil korban dengan cara

berbicara keras ditelinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan

menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke poin

P.

13

Page 14: Laporan Ppgd

P (Pain) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang

paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (dipangkal

kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada

(sternum) dan juga areal di atas mata (supra orbital).

U (Unresponsive) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien tidak

bereaksi, maka pasien berada dalam keadaan unresponsive (tidak sadar).

Kemudian melakukan langkah :

1. Pembebasan jalan napas

Jalan napas pasien harus segera dibersihkan dari benda asing, lendir

atau darah. Membuka jalan napas dapat dilakukan dengan mengangkat

dagu kedepan dengan metode head lilt-chin lift/ jaw thrust ( lebih

aman ), apabila terjadi muntah, posisi pasien dimiringkan.

2. Call for help

Hal ini adalah mencari pertolongan yang sesungguhnya

3. Memeriksa pernapasan pasien dengan metode look, listen dan feel :

- Lihat apakah ada aktivitas pernapasan pada pasien ( look )

- Dengar apakah ada suara pernapasan pada pasien ( listen )

- Rasakan napas pasien dengan mengunakan 2 jari ditempelkan

dihidung

4. Apabila terjadi henti napas maka harus diberikan pijat jantung

sebanyak 30 kali dengan sela 2 kali napas buatan.

14

Page 15: Laporan Ppgd

BAB III

KESIMPULAN

Pengetahuan tentang PPGD (Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat)

dan RJP (Resusitasi Jantung dan Paru) bagi mahasiswa kedokteran gigi sangat

penting untuk diketahui sehingga dapat menghadapi pasien yang tiba-tiba tidak

sadarkan diri atau dalam kondisi gawat darurat baik ketika telah menjadi dokter

gigi maupun masih berstatus mahasiswa.

Pertolongan black blow maneuver dilakukan bila pasien tersedak benda

padat. Black blow maneuver digunakan untuk membebaskan jalan napas saat

terjadi henti napas pada pasien bayi atau anak-anak.

Heimlich maneuver dilakukan jika perawatan dengan metode black blow

maneuver tidak berhasil. Metode black blow maneuver dan metode Heimlich

maneuver sebenarnya memiliki fungsi yang sama, perbedaannya metode Heimlich

maneuver dilakukan penekanan pada ulu hati dan dilakukan apabila benda padat

sudah tertelan sudah sampai pada abdomen pasien bayi, anak-anak, dan orang

dewasa untuk korban sadar dan tidak sadar.

Metode chest thrust memiliki fungsi yang sama dengan metode heimlich

maneuver, perbedaannya bagian yang ditekan pada metode chest thrust adalah

dada atau tulang rusuk.

Jika menjumpai pasien dianastesi kemudian tidak sadarkan diri berikan

PPDG dengan langkah awal pengkajian korban yang meliputi pernafasan dan

peredaran darahnya. Hal lain yang perlu diperiksa yaitu pupil mata dan denyut

nadi pada artericarotis. Apabila korban tidak menunjukkan tanda-tanda kesadaran,

maka segera dilakukan nafas buatan dan meminta orang lain untuk menghubungi

Layanan Kedaruratan Medis (LKM).

15

Page 16: Laporan Ppgd

16