23
PERKEMBANGAN DEFINISI DAN KAWASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN SERTA PERANNYA DALAM PEMECAHAN MASALAH PEMBELAJARAN Bambang Warsita Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran PUSTEKKOM ([email protected]) Abstrak: Rumusan definisi teknologi pembelajaran telah mengalami beberapa kali perubahan, se- jalan dengan sejarah dan perkembangan dari ruang lingkup bidang garapan dan profesi teknologi pembelajaran. Kawasan teknologi pembelajaran meliputi desain, pengembang- an, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan sistem un- tuk belajar. Definisi dan kawasan teknologi pembelajaran merupakan kajian teori. Peran teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah-masalah pembelajaran merupakan kajian praktis dan terapan. Artinya berkaitan dengan pemanfaatan teknologi pembelajar- an dalam memfasilitasi belajar manusia. Teknologi pembelajaran baik sebagai disiplin ilmu, program studi maupun profesi terus mengalami perkembangan yang pesat. Kata kunci: definisi, kawasan, belajar, pembelajaran, teknologi pembelajaran. Abstract: The formulation definition of intructional technologies has undergone several changes throughout history and development of the field scope and profession of intructional technologies. The fields of intructional technologies include the design, development, utilization, management, assessment and research processes, and also learning resources and systems. Definition and the field of intructional technology is theoretical study. The role of l intructional technologies in solving learning problems is a practical and applied field of study. It is associated with the use of intructional technologies in facilitating hu- man learning. Both as knowledge discipline and study program or profession, intruc- tional technology continues to experience rapid growth. Keywords: definition, field, learning, intructional, intructional technologies. 72

Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

PERKEMBANGAN DEFINISI DAN KAWASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN SERTA PERANNYA DALAM PEMECAHAN MASALAH PEMBELAJARAN

Bambang WarsitaFungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran PUSTEKKOM

([email protected])

Abstrak: Rumusan definisi teknologi pembelajaran telah mengalami beberapa kali perubahan, se-jalan dengan sejarah dan perkembangan dari ruang lingkup bidang garapan dan profesi teknologi pembelajaran. Kawasan teknologi pembelajaran meliputi desain, pengembang-an, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan sistem un-tuk belajar. Definisi dan kawasan teknologi pembelajaran merupakan kajian teori. Peran teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah-masalah pembelajaran merupakan kajian praktis dan terapan. Artinya berkaitan dengan pemanfaatan teknologi pembelajar-an dalam memfasilitasi belajar manusia. Teknologi pembelajaran baik sebagai disiplin ilmu, program studi maupun profesi terus mengalami perkembangan yang pesat.

Kata kunci: definisi, kawasan, belajar, pembelajaran, teknologi pembelajaran.

Abstract: The formulation definition of intructional technologies has undergone several changes throughout history and development of the field scope and profession of intructional technologies. The fields of intructional technologies include the design, development, utilization, management, assessment and research processes, and also learning resources and systems. Definition and the field of intructional technology is theoretical study. The role of l intructional technologies in solving learning problems is a practical and applied field of study. It is associated with the use of intructional technologies in facilitating hu-man learning. Both as knowledge discipline and study program or profession, intruc-tional technology continues to experience rapid growth.

Keywords: definition, field, learning, intructional, intructional technologies.

72

Page 2: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

A. PENDAHULUAN Tujuan utama teknologi pembe-lajaran adalah untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Teknologi pembelajaran sebagai perangkat lunak (sofware technology) yang berbentuk cara-cara yang sistematis dalam me-mecahkan masalah pembelajaran se-makin canggih dan mendapat tempat secara luas dalam dunia pendidikan (Suparman & Zuhairi, 2004). Aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar mempu-nyai bentuk kongkrit dengan adanya sumber belajar yang memfasilitasi pe-serta didik untuk belajar. Teknologi Pembelajaran tumbuh dan berkembang dari praktek pendidi-kan dan gerakan komunikasi audio vi-sual. Teknologi pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau ke-giatan pembelajaran dengan meman-faatkan alat bantu audio-visual (Roun-tree, 1979). Teknologi pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu me-dia pendidikan, psikologi pembelajar-an dan pendekatan sistem untuk pen-didikan (Seels, 1979). Perkembangan selanjutnya teknologi pembelajaran mengguna-kan tiga prinsip dasar yang dijadikan acuan dalam pengembangan dan pe-manfaatannya, yaitu: 1) pendekatan sistem (system approach), 2) berorientasi pada peserta didik (learner centered), dan 3) pemanfaatan sumber belajar semaksimal dan sebervariasi mungkin (utilizing learning resources) (Sadiman,

1984). Prinsip pendekatan sistem be-rarti bahwa setiap usaha pemecahan masalah pembelajaran yang dilandasi konsep teknologi pembelajaran hen-daknya menerapkan prinsip pendekat-an sistem. Artinya memandang segala sesuatu sebagai sesuatu yang menye-luruh (komprehensif) dengan segala komponen yang saling terintegrasi. Prinsip berorientasi pada peserta didik, berarti bahwa usaha-usaha pen-didikan, pembelajaran dan pelatihan hendaknya memusatkan perhatian-nya pada peserta didik. Prinsip ketiga yaitu pemanfaatan sumber belajar se-makksimal dan sebervariasi mungkin, berarti peserta didik belajar karena berinteraksi dengan berbagai sumber belajar secara maksimal dan bervariasi atau memanfaatkan aneka sumber be-lajar. Edgar Dale dan James Finn me-rupakan tokoh yang berjasa dalam pengembangan teknologi pembelaja-ran modern. Edgar Dale mengemuka-kan tentang kerucut pengalaman (Cone of experience) yang mengambarkan ren-tangan tingkat pengalaman belajar dari yang bersifat langsung hingga ke peng-alaman melalui simbol-simbol ver-bal, yang merupakan suatu rentangan (kontinum) dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilih-an metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kerucut pengalaman ini merupa-kan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audio visual (Dale, 1946). Kerucut pen-galaman Edgar Dale telah menyatukan

73

Page 3: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

74

teori pendidikan John Dewey (salah satu tokoh aliran progresivisme) deng-an gagasan–gagasan dalam bidang psikologi. James Finn berjasa dalam men-gusulkan bidang komunikasi audio-visual menjadi teknologi pembelajaran yang kemudian berkembang hingga saat ini menjadi suatu profesi tersend-iri, dengan didukung oleh penelitian, teori dan teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai terintegrasinya sistem dan proses mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar Dale ten-tang keterkaitan antara bahan belajar dengan proses pembelajaran. Akhirnya mendorong pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran. Adapun permasalahannya adalah bagaimana perkembangan definisi dan kawasan teknologi pembelajaran kaitannya dengan perannya dalam pe-mecahan masalah pembelajaran?

B. KAJIAN LITERATUR DAN PEMBA-HASAN 1. Definisi teknologi pembelajaran

Rumusan tentang pengertian teknologi pembelajaran telah men-galami beberapa kali perubahan, sejalan dengan sejarah dan perkem-bangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri. Berikut dikemukakan beberapa definisi tentang teknologi pembelajaran yang memiliki pen-garuh terhadap perkembangan teknologi pembelajaran.a. Definisi Association for Educational

Communications Technology (AECT, 1963) atau Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan).

“Komunikasi audio-visual

adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berke-pentingan dengan mendesain, dan menggunakan pesan untuk men-gendalikan proses belajar, mencakup kegiatan: (a) mempelajari kelemahan dan kelebihan suatu pesan dalam proses belajar; (b) penstrukturan dan sistematisasi oleh orang mau-pun instrumen dalam lingkungan pendidikan, meliputi: perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah pemanfaa-tan setiap metode dan media komu-nikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi peserta didik secara maksimal” (Ely, 1963).

Definisi di atas masih meng-gunakan istilah komunikasi au-dio visual, namun telah meng-hasilkan kerangka dasar bagi pengembangan teknologi pem-belajaran berikutnya serta dapat mendorong terjadinya peningkat-an kualitas dan efisiensi kegiat-an pembelajaran.

b. Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970.“Teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang lahir sebagai aki-bat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembe-lajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis…..bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.”“Teknologi pembelajaran merupakan

Page 4: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

75

usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi ke-seluruhan proses belajar untuk suatu tujuan pembelajaran khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kom-binasi sumber manusia dan non ma-nusia agar belajar dapat berlangsung efektif.”

Pencantuman istilah tujuan pembelajaran khusus, merupa-kan upaya untuk mengakomodir pengaruh pemikiran B.F. Skinner (tokoh Psikologi Behaviorisme) dalam teknologi pembelajaran. Selain itu, memandang penting-nya penelitian tentang metode dan teknik yang digunakan un-tuk mencapai tujuan pembelaja-ran khusus.

c. Definisi Kenneth Silber 1970.“Teknologi pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produk-si, evaluasi, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengemba-ngan (organisasi dan personal) se-cara sistematik, dengan tujuan un-tuk memecahkan masalah belajar”.

Definisi di atas menyebut-kan istilah pengembangan yang memuat dua pengertian, yaitu pengembangan potensi manusia dan pengembangan teknologi pembelajaran itu sendiri, yang mencakup: perancangan, produk-si, penggunaan atau pemanfaatan dan penilaian teknologi untuk

pembelajaran.d. Definisi MacKenzie dan Eraut

1971“Teknologi pendidikan merupakan suatu studi yang sistematik menge-nai cara bagaimana tujuan pendidi-kan dapat dicapai”

Definisi ini tidak menye-butkan perangkat lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih ber-orientasi pada proses dalam men-capai tujuan pendidikan.

e. Definisi AECT 1972AECT pada tahun 1972

berupaya merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970, 1971), den-gan memberikan rumusan beri-kut:“Teknologi pendidikan adalah suatu bidang garapan yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam: identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”.

Definisi ini didasari seman-gat untuk menetapkan komu-nikasi audio-visual sebagai suatu bidang studi, dan teknologi pen-didikan merupakan suatu pro-fesi.

f. Definisi AECT 1977“Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terinte-grasi meliputi orang, prosedur, ga-gasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelo-

Page 5: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

la pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia”.

Definisi ini berusaha mengi-dentifikasi teknologi pendidikan sebagai suatu teori, bidang garap-an dan profesi. Definisi sebelum-nya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi pen-didikan sebagai suatu teori.

g. Definisi AECT 1994“Instructional technology is the the-ory and practice of design, develop-ment, utilization, management and evaluation of processes and resources for learning’ (Seels dan Richey, 1994)” Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, peman-faatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar (Seels & Richey, 2000).

Definisi ini rumusan ka-limatnya sederhana, tetapi meng-andung pengertian yang men-dalam. Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu bi-dang garapan dan profesi, yang perlu didukung oleh landasan teori dan praktek. Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah atau kawasan bidang kegiatan teknologi pembelajaran melalui kajian terori dan peneli-tian. Selain itu, definisi ini beru-saha menekankan pentingnya proses dan produk.

h. Definisi menurut Anglin 1995.“teknologi pendidikan adalah kom-binasi dari pembelajaran, belajar,

pengembangan, pengelolaan, dan teknologi lain yang diterapkan un-tuk memecahkan masalah pendidi-kan.” (Anglin, 1995)

Definisi ini memandang teknologi pendidikan sebagai salah satu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang berkem-bang sejalan dengan perkem-bangan teknologi. Sejak di-masukkannya unsur teknologi ke dalam kajian dan praktek pendidikan, semenjak itulah la-hir disiplin ilmu teknologi pen-didikan.

i. Definisi menurut Hackbarth 1996.“teknologi pendidikan adalah kon-sep multidemensional yang me-liputi: 1) suatu proses sistematis yang melibatkan penerapan penge-tahuan dalam upaya mencari solusi yang dapat digunakan dalam me-mecahkan masalah-masalah belajar dan pembelajaran, 2) produk sep-erti buku teks, program audio, pro-gram televisi, software komputer, dan lain-lain, 3) suatu profesi yang terdiri dari berbagai kategori peker-jaan, dan 4) merupakan bagian spesifik dari pendidikan” (Hack-barth, 1996)

Berdasarkan definisi ini teknologi pendidikan mempu-nyai dua bidang kajian utama, yaitu: a). mengkaji tentang teori belajar dan perilaku manusia lainnya (soft technology), dan b). mengkaji teknologi terapan yang diaplikasikan untuk me-

76

Page 6: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

77

mecahkan masalah pembelajar-an (hard technology) (Suparman, 2004). Fokus dari teknologi pembelajaran bukan pada pros-es psikologis bagaimana peserta didik belajar, melainkan pada proses bagaimana teknologi perangkat lunak dan keras di-gunakan mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan, atau sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik menga-lami perubahan perilaku seperti yang diharapkan.

j. Definisi menurut AECT 2004“Educational technology is the study and ethical practice of fa-cilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate tech-nological processes and resources” (AECT, 2004).

Definisi terbaru teknolo-gi pendidikan adalah studi dan etika praktek dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, mengguna-kan atau memanfaatkan dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Tujuannya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran agar lebih efektif, efisien dan menyenangkan serta mening-katkan kinerja.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpul-kan bahwa:1) teknologi pem-belajaran adalah suatu disiplin ilmu atau bidang garapan 2) is-

tilah teknologi pembelajaran di-pakai bergantian dengan istilah teknologi pendidikan, 3) tujuan utama teknologi pembelajaran adalah: (a) untuk memecah-kan masalah belajar atau mem-fasilitasi pembelajaran; dan (b) untuk meningkatkan kinerja; 4) menggunakan pendekatan sistemik (holistik atau menye-luruh); 5) kawasan teknologi pembelajaran dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan analisis, desain, pengembang-an, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik proses maupun sumber bela-jar, 6) teknologi pembelajar-an tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia (se-perti: perusahaan, keluarga, or-ganisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya me-mecahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja, 7) teknolo-gi diartikan secara luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tapi juga teknologi lunak (soft-tech).

Beberapa definisi teknolo-gi pembelajaran di atas, tam-paknya dari waktu ke waktu mengalami proses “metamor-fosa” menuju penyempurnaan. Teknologi pemebelajaran pada awalnya hanya dipandang se-bagai alat berubah ke sistem yang lebih luas, dari hanya ber-orientasi pada praktek menu-ju ke teori dan praktek, dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui

Page 7: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

perjalanan evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran te-lah menjadi sebuah bidang ka-jian, program studi dan profesi. Teknologi pembelajaran baik

sebagai disiplin ilmu, program studi maupun profesi terus mengalami perkembangan yang pesat. Perkem-bangan teknologi pembelajaran yang pesat ini dengan mengambil empat ciri utama, yaitu: 1) menerapkan pendekatan sistem, 2) mengguna-kan sumber belajar seluas mungkin, 3) bertujuan meningkatkan kualitas belajar manusia, dan 4) berorientasi pada kegiatan instruksional indi-vidual (Suparman, 2004). Dengan indikator ini teknologi pembelajaran semakin memperhalus dan memper-tajam kemampuannya dalam me-mecahkan masalah belajar dan pem-belajaran. Selain itu, merangsang dan memperkuat perkembangan profesi dalam bidang teknologi pembelajar-an (Miarso, 2004). Teknologi pembelajaran sebagai suatu profesi berakar dari peneli-tian, teori, dan praktek. Suatu profesi harus mempunyai landasan penge-tahuan yang menunjang praktek. Tiap kawasan teknologi pembelaja-ran mengandung kerangka penge-tahuan yang didasarkan pada hasil penelitian dan pengalaman. Hubun-gan antara teori dan praktek semakin mantap dengan matangnya bidang garapan. Teori terdiri dari konsep, bangunan (konstruk), prinsip, dan proposisi yang memberi sumbangan terhadap khasanah pengetahuan. Se-dangkan praktek merupakan penera-pan pengetahuan tersebut dalam me-

mecahkan permasalahan. Teknologi pembelajaran baik teori maupun praktek, banyak menggunakan mod-el. Model prosedural, yang mengu-raikan cara pelaksanaan tugas mem-bantu menghubungkan teori dan praktek. Teori juga dapat menghasil-kan model untuk memvisualisasikan hubungan; model ini disebut model konseptual (Seels & Richey, 2000). Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) maka tidak mustahil ke depan teknologi pembe-lajaran akan semakin terus berkem-bang dan memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu, program studi, dan profesi yang dapat berperan da-lam memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Kendati demikian, harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi teknologi pembelajaran di Indonesia hingga saat ini boleh dika-takan belum optimal, baik dalam hal desain, pengembangan, pemanfaa-tan, pengelolaan, maupun evaluasi-nya. Kiranya masih dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang terkait dengan teknologi pembelajaran, baik dari ka-langan akademisi, peneliti maupun praktisi. Konsekwensinya Sumber Daya

Manusia (SDM) yang mengelola pen-didikan harus memiliki kemampuan akademis dan profesional yang han-dal untuk mengembangkan dan/atau mengaplikasikan teknologi pendidik-

78

Page 8: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

79

an agar penyelenggaraan pendidikan menjadi lebih berkualitas, efektif, efisien, dan relevan dengan kebutuh-an dan tuntutan zaman.

2. Kawasan Teknologi Pembelajaran.Berlandaskan definisi AECT

1994, ada lima domain atau bidang garapan teknologi pembelajaran (teknologi instruksional), yaitu de-sain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan (do-main) teknologi pembelajaran. Beri-kut diuraikan kelima kawasan terse-but, dengan sub kategori dan konsep yang terkait:a. Kawasan desain

Domain atau kawasan per-tama teknologi pembelajaran adalah desain atau perancangan yang mencakup penerapan ber-bagai teori, prinsip dan prosedur dalam melakukan perencanaan atau mendesain suatu program atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara sistemik dan sistematik.

Desain adalah proses un-tuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk mencipta-kan strategi dan produk (Seels & Richey, 2000). Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi pembelajaran, yang diilhami pe-mikiran tentang teori pembelajar-an berprogram atau programmed instructions (B.F. Skinner 1954). Pada tahun 1969 pemikiran Her-bert Simon yang membahas ten-tang preskriptif tentang desain turut memicu kajian tentang de-sain. Pendirian pusat-pusat desain

bahan pembelajaran dan terpro-gram, seperti “Learning Resource and Development Center” pada ta-hun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, Direktur Learning Resource and Develop-ment Center tersebut menulis dan berbicara tentang desain pembe-lajaran sebagai inti dari teknologi pembelajaran.

Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi pembelajaran tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan sistem pem-belajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu me-todologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembe-lajaran.

Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an dan pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah meng-gabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat da-lam desain sistem yang mem-buat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.

Kawasan desain ini me-liputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3) strategi pembelajaran; dan (4) karakteristik peserta didik (Seels & Richey, 2000).1) Desain sistem pembelajaran.

Desain sistem pembelajaran yaitu prosedur yang terorgani-

Page 9: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

sasi dan sistematis untuk: (a) penganalisaan (proses peru-musan apa yang akan dipela-jari), (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya), (c) pengem-bangan (proses penulisan dan pembuatan atau produksi ba-han-bahan belajar), (d) pelak-sanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi), dan (e) penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran) (Seels & Richey, 2000).

Desain sistem pembelajar-an biasanya merupakan prose-dur linier dan interaktif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar dapat ber-fungsi sebagai alat untuk sa-ling mengontrol, semua lang-kah–langkah tersebut harus tuntas. Dalam desain sistem pembelajaran, proses sama pentingnya dengan produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada proses.

Menurut Twelker, Urbach, Buck (1972) pengembangan instruksional adalah suatu cara yang sistematis untuk mengi-dentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu set ba-han dan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan terten-tu (Suparman, 2004). Wujud pengembangan instruksional adalah produksi dan peng-gunaan media instruksional, evaluasi instruksional dan pengelolaan instruksional. Jadi pengembangan instruk-sional merupakan salah satu

teknologi perangkat lunak (sofware technology) yang cang-gih untuk membangun sistem instruksional yang berkualitas tinggi (Suparman, 2004).

2) Desain pesan Desain pesan yaitu peren-canaan untuk merekayasa ben-tuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan mem-perhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya tangkap (Seels & Richey, 2000). Fleming dan Levie (1993) membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomo-tor.

Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti: bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah. De-sain pesan harus bersifat spesi-fik, baik tentang media mau-pun tugas belajarnya. Hal ini mengandung makna bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda, tergantung pada jenis medianya, apakah bersi-fat statis, dinamis atau kom-binasi keduanya (misalnya, suatu potret, film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas belajarnya tentang pemben-tukan konsep, pengembangan sikap, pengembangan kete-rampilan, strategi belajar atau hafalan. Dengan demikian, de-sain pesan ini melibatkan pe-rancangan untuk menentukan

80

Page 10: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

81

berkaitan dengan kemampuan-nya (ability), baik yang bersifat potensial maupun kecakapan nyata dan kepribadiannya, seperti, sikap, emosi, motivasi serta aspek-aspek kepribadian lainnya.

b. Kawasan pengembanganKawasan pengembangan be-

rarti proses penterjemahan spesi-fikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan pengembangan mencak-up pengembangan teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer dan multime-dia (Seels & Richey, 2000)

Kawasan pengembangan ini be-rakar pada produksi media. Mela-lui proses yang bertahun-tahun pe-rubahan dalam kemampuan media ini berakibat pada perubahan ka-wasan. Walaupun perkembangan buku teks dan alat bantu pembe-lajaran yang lain (teknologi cetak) mendahului film, namun pemun-culan film merupakan tonggak se-jarah dari gerakan audio-visual ke era teknologi pembelajaran seka-rang ini. Pada 1930-an film mulai digunakan untuk kegiatan pem-belajaran (teknologi audio-visual). Selama Perang Dunia II, banyak jenis bahan belajar yang diproduksi terutama film untuk pelatihan mili-ter. Setelah perang, televisi sebagai media baru digunakan untuk ke-pentingan pendidikan (teknologi audio-visual). Selama akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an bahan pembelajaran berprograma

jenis media dan format sajian yang paling menarik untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran kepada peserta didik.

3) Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran

adalah spesifikasi untuk me-nyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegia-tan pembelajaran dalam suatu mata pelajaran (Seels & Richey, 2000). Strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen pembelajaran. Da-lam mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran tergan-tung pada situasi belajar, sifat materi dan jenis belajar yang dikehendaki.

Strategi instruksional ini merupakan proses memilih dan menyusun kegiatan pem-belajaran dalam sesuatu unit pembelajaran seperti urutan, sifat mateteri, ruang lingkup materi, metode dan media yang paling sesuai untuk men-capai kompetensi pembelajar-an

4) Karakteristik peserta didik.Karakteristik peserta

didik yaitu aspek latar be-lakang pengalaman peserta didik yang mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya. Karaketeristik pe-serta didik mencakup keadaan sosio-psiko-fisik peserta didik. Secara psikologis, yang perlu mendapat perhatian dari ka-rakteristik peserta didik yaitu

Page 11: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

Hasil teknologi ini berupa ce-takan. Teks dalam penampilan komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi kompu-ter untuk produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam ben-tuk “cetakan” guna keperluan pembelajaran merupakan con-toh penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.

Dua komponen teknolo-gi ini adalah bahan teks ver-bal dan visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajar-an tersebut sangat tergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan infor-masi oleh manusia dan teori be-lajar. Secara khusus, teknologi cetak/visual mempunyai karak-teristik sebagai berikut: (a) teks dibaca secara linier, sedang-kan visual direkam menurut ruang; (b) keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif; (c) keduanya berbentuk visual yang statis; (d) pengembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual; (e) keduanya berpusat pada pembelajar; dan (f) infor-masi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pe-makai.

2) Teknologi audio-visual. Teknologi audio-visual;

merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan den-gan menggunakan peralatan dan elektronis untuk menya-jikan pesan-pesan audio dan visual (Seels & Richey, 2000).

mulai digunakan untuk pembe-lajaran. Sekitar tahun 1970-an kom-puter mulai digunakan untuk pem-belajaran, dan permainan simulasi menjadi mode di sekolah. Selama tahun 1980-an teori dan praktek di bidang pembelajaran yang ber-landaskan komputer berkembang seperti jamur dan sekitar tahun 1990-an multimedia terpadu yang berlandaskan komputer merupa-kan dari kawasan ini.

Di dalam kawasan pengem-bangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya. Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi karena: a) pesan yang didorong oleh isi, b) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori, c) mani-festasi fisik dari teknologi–perang-kat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran.

Kawasan pengembangan meliputi: (1) teknologi cetak; (2) teknologi audio-visual; (3) teknolo-gi berbasis komputer; dan (4) mul-timedia (Seels & Richey, 2000). 1) Teknologi cetak.

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, sep-erti: buku-buku, bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui pencetakan mekanis atau fotografis (Seels & Richey, 2000). Teknologi ini menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari keban-yakan bahan pembelajaran lain.

82

Page 12: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

83

Pembelajaran audio-visual da-pat dikenal dengan mudah kar-ena menggunakan perangkat keras di dalam proses peng-ajaran. Peralatan audio-visual memungkinkan pemroyek-sian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayan-gan visual yang beukuran be-sar. Pembelajaran audio-visual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan bahan belajar yang berkaitan dengan pembe-lajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eks-klusif tidak selalu harus tergan-tung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.

Secara khusus, teknologi audio-visual cenderung mem-punyai karakteristik, yaitu: (a) bersifat linier; (b) menampilkan visual yang dinamis; (c) secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentu-kan oleh desainer/pengembang; (d) cenderung merupakan ben-tuk representasi fisik dari ga-gasan yang riil dan abstrak; (e) dikembangkan berdasar-kan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif; dan (f) sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan inter-aktivitas belajar peserta didik.

3) Teknologi berbasis komputer. Teknologi Berbasis Kom-puter; merupakan cara-cara memproduksi dan menyampai-kan bahan dengan mengguna-kan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor (Seels &

Richey, 2000). Pada dasarnya, teknologi berbasis komputer menampilkan informasi kepada peserta didik melalui tayangan di layar monitor. Berbagai apli-kasi komputer untuk pembe-lajaran biasanya disebut “com-puter-based intruction (CBI)”, “computer assisted instruction (CAI”), atau “computer-managed instruction (CMI)”.

Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembang-kan berdasarkan teori perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih ba-nyak berlandaskan pada teori kognitif. Aplikasi-aplikasi terse-but dapat bersifat: (1) tutorial, pembelajaran utama diberikan, (2) latihan dan pengulangan untuk membantu peserta didik mengembangkan kefasihan da-lam bahan belajar yang telah dipelajari sebelumnya, (3) per-mainan dan simulasi untuk memberi kesempatan menggu-nakan pengetahuan yang baru dipelajari; dan (5) dan sumber data yang memungkinkan pe-serta didik untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan (proto-col) data yang ditentukan secara eksternal.

Teknologi komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak biasanya memiliki karakteristik berikut: (a) dapat digunakan secara acak, disamping secara linier; (b) dapat digunakan se-suai dengan keinginan peserta

Page 13: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

didik, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya; (c) gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan meng-gunakan kata, simbol maupun grafis; (d) prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan; dan (e) belajar dapat berpusat pada peserta didik dengan tingkat interak-tivitas tinggi.

4) MultimediaMultimedia atau

teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan kom-puter (Seels & Richey, 2000). Keistimewaan yang ditampil-kan oleh teknologi multimedia ini, khususnya dengan meng-gunakan komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber belajar.

Pembelajaran dengan multimedia atau teknologi ter-padu ini mempunyai karak-teristik berikut: (a) dapat digu-nakan secara acak, disamping secara linier; (b) dapat digu-nakan sesuai dengan keingin-an peserta didik, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembang-nya; (c) gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman peserta didik, relevan dengan kondisi peserta didik, dan di bawah

kendali peserta didik; (d) prin-sip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan pembe-lajaran; (e) belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan; (f) bahan bela-jar menunjukkan interaktivitas peserta didik yang tinggi; dan (g) sifat bahan yang menginte-grasikan kata-kata dan contoh dari banyak sumber media.

c. Kawasan pemanfaatan.Domain ketiga dalam

teknologi pembelajaran ialah ka-wasan pemanfaatan. Pemanfaatan adalah tin¬dakan menggunakan metode dan model instruksional, bahan dan peralatan media untuk meningkatkan suasana pembela-jaran.

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sum-ber untuk belajar (Seels & Richey, 2000). Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara peserta didik dengan bahan belajar atau sistem pem-belajaran. Mereka yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocok-kan peserta didik dengan bahan belajar dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan peserta didik agar dapat berinteraksi dengan bahan belajar dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian

84

Page 14: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

85

atas hasil yang dicapai peserta didik, serta memasukannya ke dalam prosedur oragnisasi yang berkelanjutan.

Kawasan pemanfaatan mungkin merupakan kawasan teknologi pembelajaran yang ter-tua, mendahului kawasan desain dan produksi media pembelaja-ran yang sistematis. Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual pada dekade pertama abad ke 20, dengan didirikannya mu-seum-museum. Pada tahun-ta-hun awal abad ke-20, guru mulai berupaya untuk menggunakan film teatrikal dan film singkat mengenai pokok-pokok pembe-lajaran di kelas.

Di antara penelitian formal yang paling tua mengenai ap-likasi media dalam pendidikan ialah studi yang dilakukan oleh Lashley dan Watson mengenai penggunaan film-film pelatihan militer Perang Dunia I (tentang pencegahan penyakit kelamin). Setelah Perang Dunia II, gerakan pembelajaran audio-visual meng-organisasikan dan mempromo-sikan bahan-bahan belajar au-dio visual, sehingga menjadikan persediaan bahan pembelajaran semakin berkembang dan men-dorong cara-cara baru memban-tu guru. Selama tahun 1960-an banyak sekolah dan perguruan tinggi mulai banyak mendirikan pusat-pusat media pembelajaran.

Karya Dale pada 1946 yang berjudul Audiovisual Materials in Teaching, yang di dalamnya men-

coba memberikan rasional umum tentang pemilihan bahan belajar dan aktivitas belajar yang tepat. Heinich, Molenda dan Russel da-lam buku Instructional Materials and New Technologies of Instruction (1986) mengemukakan model ASSURE, sebagai acuan prosedur untuk merancang pemilihan dan pemanfaatan media pembelajar-an. Langkah-langkah ASSURE meliputi: (1) Analyze leraner (men-ganalisis peserta didik); (2) State objective (merumuskan tujuan);(3) Select media and materials (memi-lih media dan bahan); (4) Utilize media and materials (mengguna-kan media dan bahan), (5) Require learner participation (melibatkan peserta didik) ; dan (6) Evaluate and revise (penilaian dan revisi). 1) Pemanfaatan media.

Pemanfaatan media yaitu penggunaan yang sistematis dari sumber belajar. Proses pe-manfaatan media merupakan proses pengambilan keputu-san berdasarkan pada spesi-fikasi desain pembelajaran. Misalnya bagaimana suatu film diperkenalkan atau dit-indaklanjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan. Prinsip-prin-sip pemanfaatan media juga dikaitkan dengan karakteristik peserta didik. Seseorang yang belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat me-narik keuntungan dari praktek atau sumber belajar.

Page 15: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

86

2) Difusi inovasi Difusi inovasi adalah

proses berkomunikasi malalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk terjadinya perubahan. Selama bertahun-tahun, ka-wasan pemanfaatan dipusat-kan pada aktivitas guru dan ahli media yang membantu guru. Model dan teori peman-faatan dalam kawasan peman-faatan cenderung terpusat pada perpektif pengguna. Akan tetapi, dengan diperke-nalkannya konsep difusi ino-vasi pada akhir tahun 1960-an yang mengacu pada proses komunikasi dan melibatkan pengguna dalam mempermu-dah proses adopsi gagasan, perhatian kemudian berpaling ke perspektif penyelenggara.

Rogers (1983) melakukan studi tentang difusi inovasi, yang mencakup berbagai disi-plin ilmu. Hasil studinya telah memperkuat pandangan ten-tang pentahapan, proses, serta variabel yang dapat mempen-garuhi difusi. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan tergantung pada upaya membangkitkan ke-sadaran, keinginan mencoba dan mengadopsi inovasi. Da-lam hal ini, penting dilaku-kan proses desiminasi, yaitu sengaja dan sistematis untuk membuat orang lain sadar adanya suatu perkembangan

dengan cara menyebarkan in-formasi. Desiminasi ini meru-pakan tujuan awal dari difusi inovasi. Langkah-langkah di-fusi, yaitu: (1) pengetahuan; (2) persuasi atau bujukan; (3) keputusan; (4) implementasi; (5) dan konfirmasi (Rogers, 1983).

3) Implementasi dan institu-sionalisasi.

Implementasi dan ins-titusionalisasi yaitu peng-gunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan). Sedangkan institusionalisasi penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran da-lam suatu struktur atau buda-ya organisasi. Begitu produk inovasi telah diadopsi, proses implementasi dan peman-faatan dimulai. Untuk me-nilai pemanfaatan harus ada implementasi. Bidang imple-mentasi dan institusionalisasi (pelembagaan) yang didasar-kan pada penelitian, belum berkembang sebaik bidang-bidang yang lain. Tujuan dari implementasi dan institusion-alisasi adalah menjamin peng-gunaan yang benar oleh indi-vidu dalam organisasi. Tujuan institusionalisasi adalah un-tuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur kehidupan organisasi. Keduanya tergan-tung pada perubahan individu maupun organisasi.

Page 16: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

87

4) Kebijakan dan regulasi Kebijakan dan regulasi

adalah aturan dan tindakan yang mempengaruhi difusi dan pemanfaatan teknolo-gi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan pemerintah mempengaruhi pemanfaa-tan teknologi. Kebijakan dan regulasi biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi. Misalnya, hukum hak cipta yang dikenakan pada pengguna teknologi, baik un-tuk teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi ber-basis komputer, maupun ter-knologi terpadu.

d. Kawasan pengelolaan.Pengelolaan meliputi

pengendalian teknologi pem-belajaran melalui: perencanaan, pengorganisasian, pengkoordi-nasian dan supervisi. Kawasan pengelolaan bermula dari ad-ministrasi pusat media, program media dan pelayanan media. Pembauran perpustakaan den-gan program media membuah-kan pusat dan ahli media seko-lah. Program-program media sekolah ini menggabungkan ba-han cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologi dalam kurikulum.

Dengan semakin rumit-nya praktek pengelolaan dalam bidang teknologi pembelajaran ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadapta-

si. Teori pengelolaan proyek mu-lai digunakan, khususnya dalam proyek desain pembelajaran. Teknik atau cara pengelolaan proyek-proyek terus dikembang-kan, dengan meminjam dari bi-dang lain. Tiap perkembangan baru memerlukan cara pengelo-laan baru.

Keberhasilan sistem pem-belajaran jarak jauh bergantung pada pengelolaannya, karena lokasi yang menyebar. Dengan lahirnya teknologi baru, dimung-kinkan tersedianya cara baru untuk mendapatkan informasi. Akibatnya pengetahuan tentang pengelolaan informasi menjadi sangat potensial. Dasar teori-tis pengelolaan informasi ber-sal dari disiplin ilmu informasi. Pengelolaan informasi membu-ka banyak kemungkinan untuk desain pembelajaran, khusus-nya dalam pengembangan dan implementasi kurikulum dan pembelajaran yang dirancang sendiri.1) Pengelolaan proyek

Pengelolaan proyek meliputi: perencanaan, mon-itoring, dan pengendalian proyek desain dan pengem-bangan. Pengelolaan proyek berbeda dengan pengelo-laan tradisional (line and staff management) karena: (a) staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim untuk jangka pendek; (b) pengelola proyek biasanya tidak memiliki we-wenang jangka panjang atas orang karena sifat tugas me-

Page 17: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

88

reka yang sementara, dan (c) pengelola proyek memiliki kendali dan fleksibilitas yang lebih luas dari yang biasa ter-dapat pada organisasi garis dan staf.

Para pengelola proyek bertanggung jawab atas pe-rencanaan, penjadwalan, dan pengendalian fungsi de-sain pembelajaran atau jenis-jenis proyek yang lain. Peran pengelola proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman proyek dan memberi saran peruba-han internal.

2) Pengelolaan sumber.Pengelolaan sumber;

mencakup perencanaan, pe-mantauan dan pengendalian sistem pendukung dan pe-layanan sumber. Pengelolaan sumber memliki arti penting karena mengatur pengenda-lian akses. Pengertian sum-ber dapat mencakup, per-sonil keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas dan sumber pembelajaran. Sumber pem-belajaran mencakup semua teknologi yang telah dijelas-kan pada kawasan pengem-bangan. Efektivitas biaya dan justifikasi belajar yang efektif merupakan dua karakteris-tik penting dari pengelolaan sumber.

3) Pengelolaan sistem penyam-paian.

Pengelolaan sistem penyampaian meliputi pe-rencanaan, pemantauan pe-

ngendalian “cara bagaimana distribusi bahan pembe-lajaran diorganisasikan” Hal tersebut merupakan suatu gabungan antara medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran ke-pada pembelajar.

Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada permasalah-an produk seperti persyarat-an perangkat keras/lunak dan dukungan teknis terhadap pengguna maupun operator. Pengelolaan ini juga memperhatikan per-masalahan proses seper-ti pedoman bagi desainer dan instruktur dan pelatih. Keputusan pengelolaan pe-nyampaian sering bergan-tung pada sistem pengelo-laan sumber.

4) Pengelolaan informasi.Pengelolaan infor-

masi meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengen-dalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan bela-jar. Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada po-tensinya untuk mengadakan revolusi kurikulum dan apli- kasi desain pembelajaran.

e. Kawasan penilaian.Penilaian merupakan

proses penentuan memadai

Page 18: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

89

tidaknya pembelajaran dan rela-jar yang mencakup: (1) analisis masalah; (2) pengukuran acuan patokan; (3) penilaian formatif; dan (4) penilaian sumatif.

Dalam kawasan penila-ian dibedakan pengertian antara penilaian program, proyek, dan produk. Penilaian program me-rupakan evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang mem-berikan pelayanan secara berke-sinambungan dan sering terlibat dalam penyusunan kurikulum. Sebagai contoh misalnya penilai-an untuk program membaca da-lam suatu wilayah persekolahan, program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program pendidikan berkelan-jutan dari suatu universitas.

Penilaian proyek, evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secara khusus guna melakukan suatu tugas tertentu dalam suatu kurun waktu. Con-toh suatu lokakarya 3 hari me-ngenai tujuan perilaku. Kunci perbedaan antara program dan proyek ialah bahwa program diharapkan berlangsung dalam yang tidak terbatas, sedangkan proyek biasanya diharapkan berjangka pendek. Proyek yang dilembagakan dalam kenyataan-nya menjadi program.

Penilaian bahan (produk pembelajaran) merupakan eva-luasi yang menaksir kebaikan atau manfaat isi yang menyang-kut benda-benda fisik, termasuk buku, pedoman kurikulum, film,

pita rekaman, dan produk pem-belajaran lainnya.1) Analisis masalah.

Analisis masalah men-cakup cara penentuan sifat dan parameter masalah den-gan menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan. Te-lah lama para evaluator yang piawai berargumentasi bah-wa penilaian yang seksama mulai saat program tersebut dirumuskan dan direncana-kan. Bagaimanapun baiknya anjuran orang, program yang diarahkan pada tujuan yang tidak/kurang dapat diterima akan dinilai gagal memenuhi kebutuhan.

Kegiatan penilaian ini meliputi identifikasi ke-butuhan, penentuan se-jauh mana masalahnya da-pat diklasifikasikan sebagai pembelajaran, identifikasi hambatan, sumber dan kara-kteristik pembelajar, serta penentuan tujuan dan pri-oritas (Seels and Glasgow, 1990). Kebutuhan telah dirumuskan sebagai “ju-rang antara “apa yang ada” dan “apa yang seharusnya ada” dalam pengertian hasil (Kaufman,1972). Analisis ke-butuhan diadakan untuk ke-pentingan perencanaan pro-gram yang lebih memadai.

2) Pengukuran acuan patokan.Pengukuran acuan pa-

Page 19: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

tokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan kemam-puan pembelajaran mengua-sai materi yang telah diten-tukan sebelumnya. Penilaian acuan patokan memberikan informasi tentang pengua-saan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang berkaitan dengan tujuan pembelaja-ran. Keberhasilan dalam tes acuan patokan berarti dapat melaksanakan ketentuan ter-tentu, biasanya ditentukan dan mereka yang dapat men-capai atau melampaui skor minimal tersebut dinyata-kan lulus.Pengukuran acuan patokan memberitahukan pada para siswa seberapa jauh mereka dapat mencapai standar yang ditentukan.

3) Penilaian formatif dan su-matif

Penilaian formatif dan sumatif, berkaitan dengan pengumpulan informasi ten-tang kecukupan dan peng-gunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan se-lanjutnya. Penilaian sumatif berkaitan dengan pengump-ulan informasi tentang kecu-kupan untuk pengambilan keputusan dalam hal peman-faatan. Penilaian formatif dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbai-kan program atau produk (atau orang dsb). Penilaian

ini dilaksanakan untuk ke-perluan staf dalam lembaga program dan biasanya tetap bersifat intern; akan tetapi penilaian ini dapat dilaksan-akan oleh evaluator dalam atau luar atau (lebih baik lagi) kombinasi. Perbedaan antara formatif dan sumatif telah dirangkum dengan baik da-lam sebuah kiasan dari Bob Stake “Apabila juru masak mencicipi sup, hal tersebut formatif, apabila para tamu mencicipi sup tersebut, hal tersebut sumatif. Penila-ian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi ke-pentingan pihak luar atau para pengambil keputusan, sebagai contoh : lembaga pe-nyandang dana, atau calon pengguna, walaupun hal tersebut dapat dilaksanakan baik oleh evaluator dalam atau dalam untuk gabungan. Untuk alasan kredibiltas, lebih baik evaluator luar dilibatkan daripada sekedar merupakan penilaian for-matif. Hendaknya jangan dikacaukan dengan penilai-an hasil (outcome) yang seke-dar menilai hasil, bukannya proses hal tersebut dapat berupa baik formatif mau-pun sumatif. Metoda yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif mengandalkan pada

90

Page 20: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

91

kajian teknis dan tutorial, uji coba dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Me-toda pengumpulan data ser-ing bersifat informal, seperti observasi, wawancara, dan tes ringkas. Sebaliknya, pe-nilaian sumatif memerlukan prosedur dan metoda pen-gumpulan data yang lebih formal. Penilaian sumatif sering menggunakan studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.

3. Peranan teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah pem-belajaran.

Manusia agar dapat me-menuhi kebutuhannya dengan baik perlu belajar. Sedangkan untuk da-pat belajar secara efektif dan efisien perlu memanfaatkan beraneka sumber belajar. Teknologi pembe-lajaran berupaya untuk merancang, mengembangkan dan memanfaat-kan aneka sumber belajar sehingga dapat memudahkan atau memfasi-litasi seseorang untuk belajar. Pada gilirannya terbukanya kesempatan seseorang untuk belajar sepanjang hayat, di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber belajar apa saja yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

Teknologi pembelajaran diper-lukan untuk dapat menjangkau peserta didik di manapun mereka berada. Selain itu untuk melayani sejumlah besar dari mereka yang belum memperoleh kesempatan

untuk belajar, memenuhi kebutu-han belajar untuk dapat mengikuti perkembangan, dan meningkatkan efisiensi, efektifitas dalam belajar.

Teknologi pembelajaran se-cara konseptual dapat berperan untuk membelajarkan manusia dengan mengembangkan dan atau menggunakan aneka sumber bela-jar, yang meliputi sumber daya ma-nusia, sumber daya alam dan ling-kungan, sumber daya peluang atau kesempatan, serta dengan men-ingkatkan efektifitas dan efisiensi sumber daya pendidikan (Miarso, 2004).

Peranan teknologi pembe-lajaran mempunyai potensi untuk me-ningkatkan produktifitas pen-didikan, dengan jalan: 1) memper-cepat tahap belajar (rate of learning), 2) membantu guru untuk menggu-nakan waktunya secara lebih baik, 3) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat membina dan mengem-bangkan kegairahan belajar peserta didik (Miarso, 2004).

Teknologi pembelajaran ber-peran dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembe-lajaran dengan cara: 1) memadu-kan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem; 2) memecah-kan masalah belajar pada manu-sia secara menyeluruh dan serem-pak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan sa-ling kaitan di antaranya; 3) meng-

Page 21: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

gunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu me-mecahkan masalah belajar; 4) tim-bulnya daya lipat atau efek sinegi, dimana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlah-an (Miarso, 2004). Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah.

Peranan teknologi pembela-jaran dalam memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran, khususnya dalam perluasan akses dan peningkatan mutu pendidi-kan, melalui: a) penerapan prose-dur pengembangan pembelajaran dalam penyusuanan kurikulum 2013, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), struktur dan muatan kurikulum, kalender pen-didikan, silabus dan perangkat pembelajaran lain, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); b) penerapan prosedur pengembang-an pembelajaran dalam penyusun-an bahan belajar, modul, buku teks, atau buku elektronik (e-book); c) pe-nerapan metode pembelajaran yang lebih menekankan kepada penera-pan teori-teori belajar mutakhir, se-perti teori belajar konstruktivisme dan paradigma baru pendidikan lainnya; d) mengembangkan dan memanfaatkan berbagai jenis me-dia yang sesuai dengan kebutuhan dan dengan mengindahkan prin-sip-prinsip pemanfaatannya secara efektif dan efisien (Purwanto, 2005) dan (e) mengembangkan strategi pembelajaran untuk membangun

dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, in-teraktif, kreatif, efektif dan menye-nangkan (PAKEM).

C. PENUTUP 1. Simpulan.

Rumusan definisi teknologi pembelajaran sampai dengan defi-nisi 1994 telah memiliki kepastian tentang ruang lingkup garapan-nya. Namun ke depan jumlah ka-wasan beserta kategorinya akan semakin berkembang, sejalan deng-an perkembangan dalam bidang teknologi dan pendidikan, serta di-siplin ilmu lainnya yang relevan. Se-tiap kawasan tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi memiliki hubungan yang sinergis.

Istilah teknologi pendidikan dipakai bergantian dengan istilah teknologi pembelajaran, teknologi pembelajaran adalah suatu disiplin ilmu atau bidang garapan yang ber-tujuan untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembe-lajaran, dan sekaligus untuk me-ningkatkan kinerja dengan menggu-nakan pendekatan sistemik (holistik atau menyeluruh.

Teknologi pembelajaran beru-paya untuk merancang, mengem-bangkan dan memanfaatkan aneka sumber belajar sehingga dapat me-mudahkan atau memfasilitasi se-seorang untuk belajar di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja, deng-an cara dan sumber belajar apa saja yang sesuai dengan kondisi dan ke-butuhannya.

Teknologi pembelajaran mem-punyai dua bidang kajian utama,

92

Page 22: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

93

yaitu: a). mengkaji tentang teori be-lajar dan perilaku manusia lainnya (soft technology), dan b). mengkaji teknologi terapan yang diaplikasi-kan untuk memecahkan masalah pembelajaran (hard technology). Na-mun, fokus dari teknologi pembe-lajaran bukan pada proses psikolo-gis bagaimana peserta didik belajar, melainkan pada proses bagaimana teknologi perangkat lunak dan keras digunakan mengkomunikasi-kan pengetahuan, keterampilan, atau sikap kepada peserta didik se-hingga peserta didik mengalami pe-rubahan perilaku.

Ada lima kawasan/domain atau bidang garapan teknologi pembe-lajaran (teknologi instruksional), yaitu desain, pengembangan, pe-manfaatan, pengelolaan dan pe-nilaian baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar, sehingga teknologi pembelajaran tidak ha-nya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manu-sia (seperti keluarga, perusahaan, organisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya memecah-kan masalah belajar dan pening-katan kinerja. Maka teknologi di-artikan secara luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tetapi juga teknologi lunak (softtech).

2. Saran-Saran Teknologi pembelajaran ber-

peran dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembe-lajaran, maka perlu: a) memadu-kan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem; b) memecahkan masalah belajar pada manusia secara

menyeluruh dan serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji se-mua kondisi dan saling berkaitan di antaranya; c) menggunakan teknolo-gi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar; 4) timbulnya daya lipat atau efek sinegi, dimana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan.

Peranan teknologi pembela-jaran dalam pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran da-pat terselenggara dengan baik perlu adanya dukungan teknologi atau in-frastruktur, mampu mengembang-kan konten, dukungan policy dari pemerintah dan kesiapan pengguna atau user.

PUSTAKA ACUANAnglin, Gary J. (1995), Instructional Techno-

logy, Past, Present, and Future, Second Edition, Englewood-Corolado. Librar-ies unlimited, INC,

Depdiknas, (2003), Undang-Undang Repub-lik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Ten-tang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Biro Hukum dan Organisasi Depdik-nas.

Depdiknas, (2005), Rencana Strategis De-partemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009, Jakarta.

Finn, J. D. (1960). Technology and the ins-tructional process, Audiovisual Communi-cation Review, 8(1), 9-10.

Page 23: Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Jurnal KWANGSAN Vol. 1 - Nomor 2, Desember 2013

Hackbarth, Steven, (1996), The Educational Technology Handbook, A Comprehensive Guide: Process and Product for Learning, Englewood Cliffs: Educational Technol-ogy Publications.

Kemp, J. E., & Smelline, D. C. (1994). Plan-ning, producing and using instructional technologies (7th ed.), New York: Harper Collins.

Isjoni. (2005), Mendayagunakan Teknologi Pengajaran, Pekanbaru: Penerbit Unri Press.

Miarso, Yusufhadi (2004), Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Penerbit Prenada Media.

Purwanto, dkk (2005), Jejak Langkah Perkem-bangan Teknologi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Pustekkom-Depdiknas.

Seels, Barbara B. & Richey, Rita C., (2000), Instructional technology, The definition and domains of the field, Terjemahan Dewi S Prawiradilaga, R. Rahardjo, Yusuf-hadi Miarso, Jakarta: Penerbit IPTPI & LPTK.

Smaldino, S.E., Russell, J., Heinich, R., & Molenda, M., (2004). Instructional Tech-nology and Media for Learning. (8th ed.). Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall.

Suparman, M. Atwi (2004), Desain Instruk-sional, Jakarta: Pusat Penerbitan univer-sitas Terbuka.

Suparman, M. Atwi & Zuhairi, Aminudin (2004), Pendidikan Jarak Jauh Teori dan Praktek, Jakarta: Pusat Penerbitan uni-versitas Terbuka.

****************************************

94