58
i KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL INDUSTRI PENETASAN DENGAN PENAMBAHAN JENIS DAN LEVEL BAHAN PENGISI BERBEDA SKRIPSI OLEH KARTINA I 111 12 017 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by Hasanuddin University Repository

KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

i

KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL

SISA HASIL INDUSTRI PENETASAN DENGAN

PENAMBAHAN JENIS DAN LEVEL BAHAN

PENGISI BERBEDA

SKRIPSI

OLEH

KARTINA

I 111 12 017

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

Provided by Hasanuddin University Repository

Page 2: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

ii

KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL

SISA HASIL INDUSTRI PENETASAN DENGAN

PENAMBAHAN JENIS DAN LEVEL BAHAN

PENGISI BERBEDA

Oleh

KARTINA

I 111 12 017

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 3: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kartina

NIM : I 111 12 017

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab Hasil

dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan

dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Mei 2016

Kartina

Page 4: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi :

Nama : Kartina

Nomor Induk Mahasiswa : I 111 12 017

Fakultas : Peternakan

Skripsi ini Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :

Dr. Nahariah, S.Pt, M.P

Pembimbing Utama

Dr. Fatma Maruddin, S.Pt, M.P

Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc

Dekan

Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc

Ketua Program Studi

Tanggal Lulus :

Kualitas Fisikokimia Chip Telur Infertil Sisa Hasil

Industri Penetasan Dengan Penambahan Jenis Dan

Level Bahan Pengisi Yang Berbeda

Page 5: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan taufik-

Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi pada waktu yang tepat. Penulis dengan rendah

hati mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini utamanya kepada :

1. Ibu Dr. Nahariah, S.Pt, M.P sebagai pembimbing utama dan Ibu Dr. Fatma

Maruddin, S.Pt, M.P sebagai pembimbing anggota, atas segala

keikhlasannya meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memberi

nasihat dan memotivasi sejak awal penelitian hingga selesainya penulisan

skripsi ini.

2. Bapak Dr. Muh. Irfan Said, S.Pt, M.P, Ibu Dr. Wahniyathi Hatta, M.Si

dan Bapak Dr. Ir. M. Ihsan Dagong, M.Si, yang telah banyak memberikan

saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dekan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc, Ibu Wakil Dekan I,

Ibu Wakil Dekan II dan Bapak Wakil Dekan III.

4. Ketua Program Studi Peternakan Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka,

M.Sc dan Ketua Bagian Teknologi Hasil Ternak Bapak Dr. Muhammad

Irfan Said, S.Pt, M.P.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Abd. Latif Tolleng, M.Sc sebagai Penasehat Akademik

yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Peternakan tanpa terkecuali

yang telah membimbing penulis sepanjang proses perkuliahan .

7. KEMENRISTEK DIKTI yang telah memberikan beasiswa BIDIKMISI

Page 6: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

vi

8. Ayahanda Marsuki (almarhum), Ibunda Nurmi dan Ayahanda

Hasanuddin, atas segala doa, dukungan dan kasih sayang yang tiada henti

sehingga penulis memiliki semangat yang tinggi.

9. Sahabat-sahabatku Irma, Aulya, Ayu, Yuyu, Sari, Appe, yang telah

menemani, berbagi ilmu, memberi semangat dan tempat berkeluh kesah

penulis diawal menjadi mahasiswa.

10. Keluarga Kecilku Andi Sri Wahyuni, S.Sos, Sukri.B, Ibrahim, Nurseha,

Irma Juwita, Supi Asriani, Suardi, Muh.Rusliadi, Kak Fitra, Nurul Asri

Rahayu, Aridah, Nurmala, Ika Ristiana, Reni, S.P, Herman, Yusuf,

Anwar.G, Wahyuddin Abbas, S.P, Muhammad Harianto, Saharia, Lia,

Syiar, Winda, Serli, Jannah, Diana, Diani, dan Leha yang senantiasa

menemani penulis dengan canda tawa dan wawasan yang baru.

11. Teman tim penelitian telur infertil Hasrianti, Yuyu, Nanda, Agus, kak Aby

dan kak Jaya terima kasih atas bantuan dan kerja samanya. Kak Trias

Devianti A.K. yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis

selama melaksanakan penelitian.

12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry

terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan dengan penulis dan terima kasih

atas kebersamaannya.

13. Teman-teman HIMATEHATE_UH (2010, 2011, 2012, 2013, 2014 dan

2015), yang telah menjadi wadah bagi penulis untuk belajar.

14. Tim Asisten Dasar Teknologi Hasil Ternak dan Pengawasan Mutu

Industri, terima kasih karena kalian telah berbagi ilmu dan tanggung jawab.

Page 7: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

vii

15. Kakanda Syamsuddin, S.Pt, Syachroni, S.Pt, Haikal, S.Pt, Andri Teguh

Prabowo, S.Pt, Arham Janwar, S.Pt, Basri, S.Pt, Lukman Hakim,S.Pt,

Azmi Mangalisu, S.Pt, Kiki Rezki Muchlis, S.Pt, Syahriana Sabil, S.Pt,

Muh. Fuad S.Pt. Aprisal Nur, S.Pt, Ichwan Husain, Andar, Iwan, Asmi

terima kasih atas bimbingan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

16. SEMA FAPET-UH, IKAB UNHAS (IKAB periode 2012/2013,

2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016), KKMB KOM. UNHAS terima

kasih telah menjadi wadah bagi penulis untuk belajar banyak hal.

17. Teman-teman KKN Reguler UNHAS Gel. 90, Desa Aska, Kec. Sinjai

Selatan, Kab. Sinjai, terima kasih atas kerjasamanya.

18. Sahabat-sahabat kecilku Wiwik, Tanti, Vivi, Lili, Yayat, Tuti, Fitri, Putri,

Ella, Jida, Awal dan Mala yang telah memberikan banyak pengalaman.

19. Wahyuddin Abbas, terima kasih atas doa, motivasi, kebersamaan dan

semangat yang diberikan.

20. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan, terima kasih atas dukungan

dan kerja samanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu

penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Saran dan kritik yang

membangun dari pembaca akan membantu kesempurnaan dan kemajuan ilmu

pengetahuan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Makassar, Mei 2016

Penulis

Page 8: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

viii

ABSTRAK

KARTINA (I 111 12 017). Kualitas Fisikokimia Chip Telur Infertil Sisa Hasil Industri

Penetasan dengan Penambahan Jenis dan Level Bahan Pengisi Berbeda. Dibawah

bimbingan NAHARIAH sebagai pembimbing utama dan FATMA MARUDDIN

sebagai pembimbing anggota.

Telur infertil umumnya hanya menjadi limbah industri penetasan sehingga diperlukan

upaya untuk meningkatkan kualitasnya dengan mengolah menjadi produk pangan yang

bentuknya berupa lempengan tipis, kecil, dan padat (chip). Pembuatan chip telur infertil

membutuhkan bahan pengisi yang baik untuk menghasilkan kualitas fisikokimia yang

baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisikokimia meliputi kekerasan,

kerapuhan, waktu larut dan kadar air chip dari telur infertil hasil afkir industri penetasan

berdasarkan jenis bahan pengisi (tepung kedelai, tepung tapioka dan tepung kombinasi)

dengan level yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)

pola faktorial 3x3. Faktor pertama adalah jenis bahan pengisi yang terdiri dari tepung

kedelai, tepung tapioka dan tepung kombinasi (tepung tapioka 50% dan tepung kedelai

50%), sedangkan faktor kedua adalah level bahan pengisi (0%, 3% dan 6%). Parameter

yang diukur pada penelitian ini yaitu kekerasan, kerapuhan, waktu larut dan kadar air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan pengisi berpengaruh sangat nyata

(P<0,01) terhadap waktu larut. Penambahan level bahan pengisi berpengaruh nyata

(P<0.05) terhadap kekerasan, kerapuhan dan waktu larut. Terdapat interaksi antara jenis

dan level bahan pengisi terhadap kekerasan dan waktu larut. Berdasarkan penelitian,

dapat disimpulkan bahwa penambahan jenis dan level bahan pengisi yang berbeda dapat

memperbaiki kualitas fisikokimia chip telur infertil sisa hasil industri penetasan.

Kekerasan, kerapuhan dan waktu larut chip telur infertil dapat menggunakan bahan

pengisi tepung tapioka pada level 3%.

Kata kunci: telur infertil, penetasan, bahan pengisi, chip telur

Page 9: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

ix

ABSTRACT

KARTINA (I 111 12 017). Physicochemical quality Chip Infertile Egg Hatching Results

of salvage industry with Addition Type and Level Fillers Differents. Guided by

NAHARIAH as main supervisor and FATMA MARUDDIN as Co-supervisor.

Infertile egg generally only be industrial waste hatching so that the necessary efforts to

improve its quality by processed into a food product that was shaped in the form of thin

plates, small and dense (chip). Infertile egg chip manufacture requires excipients to good

quality physicochemical product. The purpose of this research was to determine the

physicochemical qualities include hardness, friability, a chip soluble and water content of

infertile egg hatching results of salvage industry based on the type of filler (soy powder,

tapioca powder and combination powder) with different levels. This study uses a

completely randomized design (CRD) 3x3 factorial design. The first factor was the types

of filler composed of soy powder, tapioca powder and combination powder (50% cassava

powder and soy powder 50%), while the second factor was the level of excipients (0%,

3% and 6%). The parameters measured in this studes, namely hardness, friability,

solubility time and moisture content. The results showed that the type of filler material

was highly significant (P <0.01) with respect to time to dissolve. The addition of filler

levels significantly (P <0.05) against violence, fragility and soluble time. There was no

interaction between the types and levels of fillers to violence and soluble time. Based on

research, it can be concluded that the addition of different types and different levels of

fillers can improve the quality of the rest of the physicochemical chip infertile eggs

hatching industrial products. Hardness, friability and solubility time chip infertile eggs

can use tapioca starch filler material at the level of 3%.

Keywords: infertile eggs, hatching, fillers, eggs chip

Page 10: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Telur ....................................................................................... 4

Tinjauan Umum Telur Infertil ........................................................................... 6

Kekerasan dan Kerapuhan (Friabilitas) ............................................................ 8

Waktu Larut dan Kadar Air ............................................................................... 9

Penambahan Bahan Pengisi pada Chip Telur.................................................... 11

Hipotesis ............................................................................................................ 13

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ............................................................................................ 14

Materi Penelitian ............................................................................................... 14

Metode Penelitian .............................................................................................. 14

Analisis Data ..................................................................................................... 18

Diagram Alir ..................................................................................................... 19

Page 11: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

xi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekerasan .......................................................................................................... 20

Kerapuhan ......................................................................................................... 23

Waktu Larut ...................................................................................................... 25

Kadar Air ........................................................................................................... 27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ....................................................................................................... 29

Saran .................................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 30

LAMPIRAN .............................................................................................................. 33

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. 44

Page 12: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

xii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Komposisi telur ayam ........................................................................... 6

2. Komposisi kimia tepung kedelai .......................................................... 11

3. Komposisi kimia tepung tapioka .......................................................... 12

4. Rataan kekerasan (kg/cm3) chip telur infertil sisa hasil industri

penetasan pada penambahan jenis dan level bahan pengisi yang

berbeda ................................................................................................. 20

5. Rataan kerapuhan chip telur infertil sisa hasil industri penetasan

pada penambahan jenis dan level bahan pengisi yang berbeda ............ 23

6. Rataan waktu larut (menit) chip telur infertil sisa hasil industri

penetasan pada penambahan jenis dan level bahan pengisi yang

berbeda ................................................................................................. 25

7. Rataan kadar air chip telur infertil sisa hasil industri penetasan

pada penambahan jenis dan level bahan pengisi yang berbeda ............ 27

8. Syarat Mutu Gula Pasir atau Sukrosa ....................................................... 12

Page 13: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Struktur telur ......................................................................................... 5

2. Diagram alir penelitian ......................................................................... 19

Page 14: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Analisis ragam pengaruh jenis dan level penambahn bahan pengisi

yang berbeda terhadap kekerasan chip telur infertil ............................. 33

2. Analisis ragam pengaruh jenis dan level penambahan bahan pengisi

yang berbeda terhadap kerapuhan chip telur infertil ............................ 35

3. Analisis ragam pengaruh jenis dan level penambahan bahan pengisi

yang berbeda terhadap waktu larut chip telur infertil ........................... 37

4. Analisis ragam pengaruh jenis dan level penambahan bahan pengisi

yang berbeda terhadap kadar air telur infertil ....................................... 39

5. Dokumentasi penelitian ........................................................................ 41

Page 15: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

1

PENDAHULUAN

Telur merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi,

namun memiliki umur simpan yang relatif pendek. Telur dapat mengalami

penurunan kualitas selama penyimpanan. Penurunan kualitas telur dapat

diminimalkan dengan teknik yang sering dilakukan yaitu dengan mengolah telur

menjadi produk yang dikenal dengan tepung telur. Tepung telur dapat diolah lebih

lanjut menjadi chip telur untuk mencegah kerusakan dan menambah nilai jual

telur.

Telur konsumsi yang umumnya beredar di masyarakat yaitu telur infertil

dan fertil. Telur infertil merupakan telur yang tidak dibuahi oleh pejantan. Telur

infertil dapat berasal dari telur konsumsi yang umum dijual di pasaran dengan

harga yang murah. Telur infertil saat dilakukan proses candling ternyata tidak

ditemukan embrio dalam telur sehingga telur tidak dapat menetas dan harus

diafkir dari industri penetasan.

Telur infertil adalah hasil candling pada proses penetasan menggunakan

mesin tetas. Telur infertil dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan seperti

perbandingan antara pejantan dan induk yang kurang seimbang, gizi pejantan dan

induk kurang sempurna, umur pejantan atau induk ayam yang sudah terlalu tua

(Nuryati dkk., 2002). Telur infertil memiliki kualitas fisik yang rendah karena

putih telur dan kuning telur menyatu meskipun masih layak dikonsumsi. Oleh

karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan hasil olahan dari telur infertil

agar tetap layak digunakan sebagai bahan baku. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan membuat chip telur. Chip telur merupakan produk

Page 16: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

2

pangan yang bentuknya berupa lempengan tipis, kecil, dan padat. Pembuatan chip

putih telur telah diteliti dengan penambahan sagu pada level 10% dan

menghasilkan kualitas chip telur yang baik. Namun, pembuatan chip telur

berbahan dasar telur infertil belum pernah dilakukan penelitian.

Telur infertil umumnya hanya menjadi limbah industri penetasan sehingga

diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitasnya dengan mengolah menjadi

produk pangan yang bentuknya berupa lempengan tipis, kecil, dan padat (chip).

Telur infertil memiliki kualitas yang rendah sehingga menggunakan alat

pengering freeze dryer. Freeze dryer dapat mempertahankan mutu hasil

pengeringan, menghindari perubahan aroma, warna dan unsur organoleptik lain,

mempertahankan stabilitas struktur bahan.

Pembuatan chip telur infertil membutuhkan bahan pengisi yang baik untuk

menghasilkan kualitas chip telur yang baik. Bahan pengisi yang dimaksud yaitu

tepung tapioka, tepung kedelai dan tepung kombinasi. Tepung tapioka

mengandung kerbohidrat tinggi dan tepung kedelai mengandung protein tinggi

yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas fisikokimia chip telur infertil sisa

hasil industri penetasan dan memperbaiki nilai gizi serta memperpanjang masa

simpan. Penambahan bahan pengisi, produk akan mempunyai keunggulan

kualitas, baik dari secara fisikokimia (kekerasan, kerapuhan, waktu larut dan

kadar air), rasa maupun warna. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai

kualitas fisikokimia chip telur infertil sisa hasil industri penetasan pada pemberian

jenis dan level bahan pengisi yang berbeda.

Page 17: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

3

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas fisikokimia

meliputi kekerasan, kerapuhan, waktu larut dan kadar air chip dari telur infertil

sisa hasil industri penetasan berdasarkan jenis bahan pengisi (tepung kedelai,

tepung tapioka dan tepung kombinasi) dengan level yang berbeda. Manfaat dari

penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai kualitas fisikokimia chip

telur infertil hasil industri penetasan dengan penambahan jenis dan level bahan

pengisi yang berbeda. Selain itu, sebagai informasi kepada industri penetasan

bahwa telur infertil dapat diolah menjadi sebuah produk.

Page 18: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

4

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Telur

Telur merupakan bahan pangan sempurna, karena mengandung zat gizi

yang dibutuhkan untuk makhluk hidup seperti protein, lemak, vitamin dan mineral

dalam jumlah cukup. Di masyarakat telur dapat disiapkan dalam berbagai bentuk

olahan, harganya relatif murah, sangat mudah diperoleh dan selalu tersedia setiap

saat (Indrawan dkk., 2012).

Rasyaf (1996) menyatakan bahwa ciri-ciri telur yang baik antara lain:

kerabang bersih, halus, rongga kecil, kuning telurnya terletak di tengah dan tidak

bergerak. Ciri-ciri lainnya adalah putih telur bagian dalam kental dan tinggi.

Bagian putih telur maupun kuning telur tidak terdapat noda darah maupun daging

(Sudaryani, 1997). Telur yang baik dilihat dari struktur fisik adalah putih telur

yang masih kental dan bening. Biasanya putih telur ini masih terbagi atas dua

lapisan yaitu lapisan yang kental di dekat kuning telur dan lapisan yang encer di

bagian terluar kuning telur. Bila semua lapisan telurnya sudah encer maka kualitas

telur itu mulai merosot.

Telur dikelilingi oleh kulit setebal 0,2-0,4 mm yang berkapur dan

berporipori. Kulit telur ayam berwarna putih-kuning sampai coklat, telur bebek

berwarna kehijauan dan warna kulit telur burung puyuh ditandai dengan adanya

bercak-bercak (totol-totol) dengan warna tertentu. Bagian sebelah dalam kulit

telur ditutupi oleh dua lapisan yang menempel satu dengan yang lain, tetapi

keduanya akan terpisah pada ujung telur yang tumpul membentuk kantung udara.

Page 19: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

5

Kantung udara mempunyai diamater sekitar 5 mm pada telur segar dan bertambah

besar ukurannya selama penyimpanan (Sriyuniarti, 2000).

Sebutir telur terdiri atas kulit telur, lapisan kulit telur (kutikula), membran

kulit telur, putih telur (albumen), kuning telur (yolk), bakal anak ayam (germ spot)

dan kantung udara. Telur terdiri dari tiga komponen utama, yaitu bagian kulit telur

8-11%, putih telur (albumen) 57-65% dan kuning telur 27-32% (Bell and Weaver,

2002; Cunningham, 1976). Struktur telur dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Potongan melintang telur (Suprapti, 2002).

Keterangan gambar :

1. Kulit luar (shell) dengan lapisan tipis di bagian luar (mucus)

2. Selaput tipis yang menempel pada shell selaput tipis lain yang melekat

pada putih telur (membrane)

3. Lapisan putih telur (egg white) pada 2 tempat, dekat dengan kulit (3a)

dan yang dekat dengan kuning telur (3b) kondisinya lebih encer

4. Lapisan putih telur kental (diapit 2 lapisan putih telur encer)

5. Kuning telur (yolk)

6. Titik benih (lembaga) atau germ spot

Page 20: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

6

7. Tali pengikat kulit telur (chalazeae)

8. Rongga udara (air space)

9. Lapisan luar kuning telur (vitellin).

Telur mempunyai pelindung yang keras dalam bentuk kulit telur/kerabang,

sehingga secara umum kualitas telur ditentukan dari kualitas internal, yaitu dari

komposisi gizinya. Komposisi gizi telur disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Telur Ayam Tiap 100 Gram

Komponen Telur utuh Putih Telur Kuning Telur

Air (%) 73,70 88,57 48,50

Protein (%) 13,00 10,30 16,15

Lemak (g) 11,50 0,03 34,65

Karbohidrat (g) 0,65 0,65 0,60

Abu (g) 0,90 0,55 1,10

Sumber: Winarno dan Koswara (2002)

Telur merupakan solusi kekurangan gizi pada masalah gizi sekarang yang

dihadapi. Telur bersifat ekonomis dan mudah didapat. Selain itu, penanganan

yang tepat dapat memperpanjang daya simpan telur segar yaitu pengawetan dan

pengolahan merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penurunan

kualitas telur (Sudaryani, 2003).

Tinjauan Umum Telur Infertil

Telur infertil merupakan telur hasil seleksi (candling) dari perusahaan

penetasan (hatchery) yang tidak bisa ditetaskan karena dalam proses produksinya

telur tersebut tidak terbuahi. Telur infertil biasanya telah diseleksi dan dipisahkan

dari mesin penetas pada hari ke-10 penetasan. Secara fisik kualitas telur ini sudah

turun karena komponen putih telur dan kuning telur sudah menyatu namun masih

Page 21: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

7

layak untuk dikonsumsi. Telur infertil biasanya dijual ke konsumen dengan harga

sangat rendah dibanding dengan telur segar (Ningrum dkk., 2013).

Telur tampak terang pada saat candling disebabkan karena telur infertil

atau embrio dalam telur mengalami mati dini. Telur infertil sendiri dapat

disebabkan karena perbandingan antara pejantan dan induk kurang seimbang pada

saat proses pembuahan, gizi pejantan dan induk ayam kurang sempurna (vitamin

A dan E), umur pejantan dan induk yang terlalu tua atau muda, dan kurang aktif

atau kualitas sperma kurang baik. Embrio di dalam telur mengalami mati dini

disebabkan karena faktor penyimpanan telur tetas yang kurang baik dan

penyimpanan terlalu lama, sehingga menyebabkan mikrobia masuk ke dalam telur

dan merusak isi telur serta fumigasi terlalu lama atau dosis fumigan terlalu tinggi

juga dapat menjadikan embrio telur mati dini (Nuryati dkk., 2002).

Telur yang digunakan pada proses penetasan di mesin tetas adalah berasal

dari ayam betina yang dipelihara bersama dengan ayam jantan sehingga

diharapkan dari perkawinan tersebut dapat menghasilkan telur yang fertil. Namun,

pada kenyataannya tidak seluruh telur yang dihasilkan fertil. Fertilitas telur tetas

dihitung dengan membandingan telur tetas fertil dengan keseluruhan telur tetas

yang masuk ke dalam mesin penetas (Wibowo dan Juarini, 2008).

Telur infertil dideteksi dengan cara diteropong (candling) menggunakan

cahaya. Telur infertil akan tampak terang saat candling. Telur yang nampak terang

saat proses candling sebenarnya tidak hanya telur infertil saja tetapi juga telur yang

embrionya mengalami mati dini. Namun pada proses candling semua telur tampak

terang disebut telur infertil karena penampakannya sama (Nuryati dkk., 2002).

Page 22: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

8

Telur infertil hasil candling pada proses penetasan menggunakan mesin

tetas tergolong telur yang sudah tidak segar lagi karena sudah mengalami

pemeraman hingga berhari-hari dengan suhu 38oC. Faktor lingkungan atau

kondisi pemeraman serta waktu pemeraman telur dapat mempengaruhi sifat telur.

Suhu pemeraman yang lebih tinggi daripada suhu ruang yakni 38oC merupakan

suhu fisiologis yang dapat mengakibatkan mikrobia cepat sekali berkembang

sehingga dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis protein dan lemak dalam telur.

Perubahan sifat telur terutama disebabkan oleh adanya kontaminasi mikrobia dari

luar yang masuk melalui pori-pori pada kerabang sehingga merusak isi telur.

Telur biasanya dimanfaatkan sebagai telur konsumsi dan sebagai bahan pada

industri pengolahan pangan. Sebagai telur konsumsi, zat gizi di dalam telur

tersebut perlu diperhatikan (Almunifah, 2013).

Kekerasan dan Kerapuhan (Friabilitas)

Kekerasan merupakan salah satu parameter mutu yang menggambarkan

ketahanan chip telur terhadap gangguan mekanis. Kekerasan chip telur diukur

secara mekanis digunakan sebagai parameter kualitas fisik chip telur untuk

mengetahui kekompakan chip telur setelah pencetakan. Chip telur yang kompak

diperkirakan mampu bertahan selama proses pendistribusian dan penyimpanan.

Selain itu, energi mekanik pengepresan, kekerasan chip telur juga dipengaruh oleh

komponen bahan yang mengalami perubahan bentuk ketika pengepresan,

sehingga masing-masing butiran saling mengunci satu sama lain.

Marais dkk. (2003) menyatakan bahwa jika gaya tekan yang digunakan saat

pencetakan chip kecil, maka kecil pula tekanan yang diterima oleh bahan,

Page 23: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

9

sehingga kekerasan chip juga semakin rendah atau bersifat rapuh. Selain energi

mekanik pengepresan, komposisi bahan pengisi juga berpengaruh terhadap

kekerasan chip.

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur

ketahanan permukaan chip terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu

pengemasan dan pengiriman. Chip dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari

1% (Parrott, 1971). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat

abrasi yang terjadi pada permukaan chip.

Semakin besar persentase kerapuhan, maka semakin besar massa chip yang

hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif

yang masih terdapat pada chip. Chip dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (chip

dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi

kadar zat aktif yang masih terdapat dalam chip (Lachman dkk., 1994).

Waktu Larut dan Kadar Air

Waktu larut bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh chip

telur larut. Kelarutan sempurna tercapai jika produksi gas CO2 di dalam air

terhenti (Mohrle, 1989). Semakin besar energi mekanik pengepresan yang

digunakan, tekstur chip juga semakin tinggi, sehingga kelarutannya semakin lama.

Tekstur chip telur yang tinggi akan menyebabkan chip telur tenggelam terlebih

dahulu kemudian naik kepermukaan, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk larut

semakin lama. Sedangkan chip telur yang rapuh, akan langsung larut dan pecah di

permukaan air, sehingga kelarutannya relatif lebih cepat.

Page 24: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

10

Marais dkk. (2003) bahwa chip yang rapuh biasanya memiliki waktu larut

yang lebih cepat. Energi mekanik pengepresan yang tinggi menyebabkan densitas

chip menjadi kecil, sehingga panetrasi cairan ke dalam struktur chip menjadi sulit.

Mekanisme proses kelarutan chip telur dalam air mineral dapat dikemukakan

dengan 3 (tiga) tahapan, yaitu:

o Pertama, pada awal pencelupan, chip telur diselimuti oleh lapisan air yang akan

terserap ke dalam chip telur.

o Kedua, setelah air terabsorpsi ke dalam chip telur, ikatan antar butiran lepas

yang mengakibatkan terbentuknya butiran-butiran kecil di dalam air. Pelepasan

ikatan antar butiran mengeluarkan energi yang cukup besar yang ditandai

dengan terjadinya pembentukan gelembung-gelembung udara yang berlanjut

dengan terbentuknya gas CO2 di dalam air.

o Ketiga, terjadi perubahan bentuk dari butiran-butiran kecil menjadi butiran-

butiran halus yang secara kasat mata tidak dapat diindera lagi. Pada tahapan ini

gelembung-gelembung udara juga sudah tidak tampak lagi, hal ini

menunjukkan bahwa antara zat terlarut (chip telur) dengan pelarut (air mineral)

berada dalam kondisi kesetimbangan.

Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang terdapat dalam suatu

bahan. Nilai kadar air dapat ditentukan dari pengurangan berat suatu bahan yang

dipanaskan pada suhu pengujian. Kadar air erat hubungannya dengan tekstur

produk, cita rasa penampakan, daya simpan suatu bahan pangan (Winarno, 2002).

Menurut deMan (1997) air merupakan faktor pendukung yang sangat

mempengaruhi laju perubahan kimiawi maupun fisik pada bahan makanan.

Page 25: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

11

Prinsip dalam pengukuran kadar air adalah dengan cara mengeringkan bahan

dalam oven dengan suhu 105o

C-121o

C hingga dicapai berat yang konstan. Selisih

berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.

Nilai kadar air yang rendah akan mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur yang

dapat menyebabkan kerusakan pada produk (Winarno, 2002).

Penambahan Bahan Pengisi Pada Chip Telur

Beberapa jenis bahan pengisi yang biasa digunakan pada bahan pangan

diantaranya tepung kedelai dan tepung tapioka. Tepung kedelai merupakan tepung

yang terbuat dari biji kedelai kering yang digiling halus. Kedelai utuh

mengandung 35-40% protein, paling tinggi dari segala jenis kacang-kacangan.

Ditinjau dari segi mutu, protein kedelai adalah yang paling baik mutu gizinya

yaitu hampir setara dengan protein daging. Diantara jenis kacang-kacangan,

kedelai merupakan sumber protein paling baik karena mempunyai susunan asam

amino esensial paling lengkap. Disamping itu kedelai juga dapat digunakan

sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat (Sundarsih dan Kurniaty, 2009).

Tabel 2. Komposisi Kimia Tepung Kacang Kedelai

Klasifikasi Keterangan

Energi (kalori) 347

Protein (gr) 35,9

Karbohidrat (gr) 29,9

Lemak (gr) 20,6

Kalsium (mg) 195

Fosfor (mg) 554

Zat besi (mg) 8

Vitamin A (IU) 140

Vitamin B1 (mg) 0,77

Vitamin C (mg) 0

Sumber: Anonim (1970)

Page 26: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

12

Tepung kedelai merupakan salah satu bahan pengikat yang dapat

meningkatkan daya ikat air pada bahan makanan karena di dalam tepung kedelai

terdapat pati dan protein yang dapat mengikat air. Daya ikat air mempengaruhi

ketersediaan air yang diperlukan oleh mikroorganisme sebagai salah satu faktor

penunjang pertumbuhannya. Semakin meningkat daya ikat air maka ketersediaan

air yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme semakin berkurang,

sehingga aktivitas bakteri dalam bahan makanan yang dapat menyebabkan

kebusukan menurun (Virgo, 2007).

Tepung tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku

singkong. Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai

bahan pembantu dalam berbagai industri. Komposisi zat gizi tepung tapioka lebih

baik bila dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu,

tapioka juga dapat digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih. Tepung tapioka

juga banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan

pengikat dalam industri makanan, seperti dalam pembuatan puding, sop, makanan

bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain (Tri dan

Agusto, 1990). Komposisi kimia tepung tapioka dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Kimia Tepung Tapioka

Komposisi Jumlah

Serat (%) 0,5

Air (%) 1,5

Karbohidrat (%) 85

Protein (%) 0,5-0,7

Lemak (%) 0,2

Energi (kalori/100 gr) 307

Sumber: Grace (1977)

Page 27: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

13

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Penambahan jenis dan level bahan pengisi yang berbeda diduga dapat

memperbaiki kualitas fisikokimia chip telur infertil sisa hasil industri

penetasan.

2. Terdapat interaksi antara jenis dan level penambahan bahan pengisi terhadap

kualitas fisikokimia chip telur infertil sisa hasil industri penetasan.

Page 28: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

14

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai

Januari 2016, bertempat di Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Teknologi

Pengolahan Daging dan Telur Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan antara lain gelas ukur, wadah plastik, mixer,

timbangan, freeze dryer, cawan petri, blender, plastik clip, filter paper press,

inkubator dan cetakan chip.

Bahan yang digunakan adalah telur ayam ras infertil dengan masa

pengeraman 9 hari. Telur diperoleh dari industri penetasan PT. Multibreeder

Adirama Indonesia (MBAI) Tbk. Cabang Maros, tepung tapioka, tepung kedelai,

glukosa, alkohol dan larutan klorin.

Metode Penelitian

A. Rancangan Penelitan

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

pola faktorial 3x3 dengan masing-masing 3 ulangan. Faktor I adalah jenis bahan

pengisi yang terdiri dari tepung kedelai, tepung tapioka dan tepung kombinasi

(tepung tapioka 50% dan tepung kedelai 50%). Faktor II adalah level bahan

Page 29: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

15

pengisi yang terdiri dari level 0%, 3% dan 6% dari berat tepung telur. Setiap

ulangan menggunakan 3 butir telur. Jumlah telur yang digunakan adalah 81 butir.

B. Prosedur Penelitian

Pembuatan Tepung Telur dengan Menggunakan Metode Kering Beku (Freeze

dreyer)

Telur dibersihkan menggunakan air yang telah dipanaskan pada suhu 700C,

kemudian telur difumigasi dan dibersihkan dengan larutan klorin serta alkohol.

Kemudian telur dipecahkan pada wadah tanpa memisahkan bagian kuning telur

dan putih telur sebanyak 3 butir. Telur ditimbang dan ditambahkan glukosa

sebanyak 4% dari berat telur, lalu dikocok tanpa menghasilkan busa dengan

menggunakan mixer. Kemudian telur dituang ke dalam cawan petri dengan

dibekukan selama 24 jam, kemudian dimasukkan ke dalam frezee dryer pada

tekanan 0,37 Mb, ketebalan 5 mm dan suhu -37oC selama 48 jam.

Pembuatan Chip Telur

Telur yang telah kering diblender sampai halus. Selanjutnya pembuatan chip

telur dengan penambahan bahan pengisi yaitu: tepung kedelai, tepung tapioka dan

tepung kombinasi (tepung tapioka:tepung kedelai=1:1). Level masing-masing 0%,

3%, 6%. Pembuatan chip telur tersebut, menggunakan alat filter paper press

dengan tekanan yang sama yaitu 60 N selama 1 menit. Selanjutnya chip dikemas

menggunakan aluminium foil kamudian dikeringkan pada inkubator dengan suhu

700C selama 5 menit. Kemudian parameter chip telur diukur berdasarkan masing-

masing perlakuan. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 2.

Page 30: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

16

C. Parameter yang Diukur

1. Kekerasan (Nugrahani dkk., 2005)

Tiap chip telur diukur kekerasannya dengan menggunakan alat pengukur

kekerasan (Portable Hardness Tester). Nilai kekerasan chip tertera pada layar

monitor.

2. Kerapuhan (Setyaningsih, 2010)

Analisis kerapuhan dengan menggunakan metode organoleptik yaitu alat

indera peraba dengan menggunakan jari tangan yaitu dengan meletakkan chip

telur infertil diantara dua jari tangan. Kemudian chip tersebut ditekan diantara 2

(dua) jari tangan untuk mengetahui kerapuhan chip tersebut.

1 2 3 4 5

Waktu Larut (Ansel, 1989)

Waktu larut adalah waktu yang dibutuhkan chip telur infertil untuk hancur

dan menjadi bagian yang tersuspensi. Waktu larut diukur dengan menempatkan

chip telur dalam air mineral dengan volume 200 ml pada suhu kamar kemudian

dihitung waktu yang diperlukan oleh chip telur untuk benar-benar telah larut

semuanya. Standar kelarutan chip telur infertil berdasarkan USP adalah 120 detik.

Keterangan:

1. Amat sangat rapuh

2. Sangat rapuh

3. Rapuh

4. Sedikit rapuh

5. Tidak rapuh

Page 31: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

17

4. Analisa Kadar Air (AOAC, 2003)

Kadar air ditentukan dengan mengeringkan chip telur ke dalam oven pada

suhu 1000C selama 24 jam, kemudian ditimbang. Kadar air dihitung dengan

rumus:

W1 – W2

% Kadar air = x 100 %

W1

Keterangan :

W1 : Berat awal sampel

W2 : Berat setelah kering

Page 32: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

18

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Steel

dan Torrie, 1991) sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial.

Adapun model matematikanya yaitu :

I = 1,2,3

j = 1,2,3

k = 1,2,3 (ulangan)

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada chip telur infertil ke-k yang menggunakan

perbedaan jenis bahan pengisi ke-i dan level bahan pengisi ke-j.

μ = Nilai rata-rata perlakuan.

αi = Pengaruh perbedaan jenis bahan pengisi ke-i terhadap karakterikstik

fisik chip telur infertil ke-k.

βj = Pengaruh level bahan pengisi ke-j terhadap karakterikstik fisik chip

telur infertil ke-k.

(αβ)ij = Pengaruh interaksi perbedaan jenis bahan pengisi ke-i terhadap level

bahan pengisi ke-j.

€ijk = Pengaruh galat yang menerima perlakuan jenis bahan pengisi ke-i dan

level bahan pengisi ke-j.

Selanjutnya apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka

dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil.

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk

Page 33: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

19

Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 2.

Telur Infertil

Telur ditambahkan glukosa lalu dikocok tanpa menghasilkan busa

Telur dipecahkan

Telur dituang ke dalam cawan petri dengan dibekukan selama 24 jam

Telur dimasukkan ke dalam frezee dryer pada tekanan

0,37 Mb, ketebalan 5 mm dan suhu -37oC selama 48 jam

Kemudian dibuat menjadi tepung telur menggunakan blender

Pembuatan chip telur dengan penambahan jenis dan level bahan

pengisi yang berbeda dengan tekanan 60 N selama 1 menit

Tepung Telur

Level

0%

3%

6%

Parameter

Kekerasan Waktu larut Kerapuhan Kadar Air

Telur dibersihkan menggunakan air yang telah dipanaskan pada suhu 700C,

kemudian telur difumigasi dan membersihkan dengan larutan klorin dan alkohol

Bahan Pengisi

1. Tepung Kedelai

2. Tepung Tapioka

3. Tepung Kombinasi

Chip dikemas menggunakan aluminium foil kamudian dikeringkan pada

inkubator dengan suhu 700C selama 5 menit

Page 34: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekerasan

Kekerasan dari chip telur infertil sisa hasil industri penetasan dengan

penambahan jenis dan level bahan pengisi yang berbeda, disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan kekerasan (kg/cm3) chip telur infertil sisa hasil industri penetasan

pada pemberian jenis dan level bahan pengisi yang berbeda

Kekerasan

Jenis Bahan

Pengisi

Level Bahan Pengisi (%) Rata-rata

0 3 6

Tepung Kedelai 15,51±1.15 15,81±1,20 15,81±1.14 15,71±1.02

Tepung Tapioka 13,07±1,69 14,83±1,07 18,75±1,68 15,55±2,84

Tepug Kombinasi 13,90±1,40 14,55±1,71 14,84±0,90 14,43±1,27

Rata-rata 14,16±1,64a 15,06±1,31a 16,47±2,08b 15,23±1,90

Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P<0,05).

Nilai rataan kekerasan chip telur infertil sisa hasil industri penetasan

mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya level penambahan bahan

pengisi. Hasil analisis ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa jenis bahan pengisi

tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan chip telur infertil sisa hasil industri

penetasan. Namun, level bahan pengisi berpengaruh nyata (P<0,05) serta terdapat

interaksi antara jenis dan level yang nyata (P<0,01) terhadap kekerasan chip telur

infertil sisa hasil industri penetasan.

Hasil uji lanjut level bahan pengisi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang nyata (P<0,05) antara level bahan pengisi terhadap kekerasan chip telur

infertil sisa hasil industri penetasan. Penambahan level bahan pengisi antara 0%

hingga 3% tidak berbeda nyata terhadap kekerasan chip telur infertil sisa hasil

industri penetasan. Namun jika dilakukan penambahan level bahan pengisi 6%

Page 35: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

21

akan meningkatkan kekerasan chip telur infertil sisa hasil industri penetasan

hingga ±16,47 kg/cm3. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan bahan

pengisi hingga level 6% dapat meningkatkan kekerasan pada chip telur infertil

sisa hasil industri penetasan. Semakin banyaknya konsentrasi bahan yang

digunakan dapat memiliki nilai kekerasan yang berbeda. Penelitian oleh Hasyim

dkk. (2012) menunjukkan bahwa masing-masing tablet/chip memiliki sifat

kompaktibilitas yang berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan konsentrasi bahan

yang digunakan untuk tiap tablet/chip.

Berdasarkan (Tabel 4) rata-rata kekerasan chip telur infertil sisa hasil

industri penetasan pada level bahan pengisi memiliki kekerasan yang lebih tinggi.

Namun hal ini disebabkan perbedaan konsentrasi bahan yang digunakan. Hal ini

tidak sejalan dengan pendapat (Parrott, 1970) bahwa umumnya chip/tablet

dikatakan baik, apabila mempunyai kekerasan antara 4-8 kg/cm3. Kekerasan chip

telur kurang dari 4 kg/cm3 masih dapat diterima asalkan kerapuhannya tidak

melebihi batas yang ditetapkan. Chip yang tidak keras akan mengalami kerapuhan

pada saat pengemasan dan transportasi. Namun, lebih lanjut (Rhoihana, 2008)

mengemukakan bahwa Kekerasan chip yang lebih dari 10 kg/cm3 masih dapat

diterima, asalkan masih memenuhi persyaratan waktu hancur/desintegrasi dan

disolusi yang dipersyaratkan.

Page 36: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

22

Gambar 2. Interaksi Jenis dan Level Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan Chip

Telur Infertil hasil afkir industri penetasan

Berdasarkan analisis ragam, terdapat interaksi yang berpengaruh nyata

(P<0,05) antara jenis dan level bahan pengisi terhadap kekerasan chip telur infertil

hasil afkir industri penetasan. Pada interaksi terjadi peningkatan kekerasan chip

telur infertil sisa hasil industri penetasan pada level 6%, baik penambahan tepung

tapioka maupun tepung kombinasi. Penambahan tepung kedelai terjadi penurunan

pada level 6%. Penambahan tepung tapioka pada level 6% menghasilkan nilai

kekerasan chip telur infertil sisa hasil industri penetasan lebih tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa level maksimum penambahan tepung tapioka dan tepung

kombinasi untuk meningkatkan kekerasan chip telur infertil sisa hasil industri

penetasan yaitu pada level 6%, dan pada tepung kedelai level yang digunakan

untuk meningkatkan kekerasan yaitu pada level 3%. Hal ini disebabkan tepung

tapioka memiliki daya hantar panas yang baik sehingga bisa mempercepat

pemasakan dan pengeringan serta daya lekat yang baik (Dwicahyo, 2008). Sifat

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0 3 6

kek

erasa

n (

kg/c

m3)

Tepung Kedelai

Tepung Tapioka

Tepung Kombinasi

Level Tepung (%)

Page 37: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

23

daya lekat pada tepung tapioka dapat membuat chip telur infertil padat, sehingga

chip telur tersebut memiliki kekerasan yang tinggi.

Kerapuhan

Kerapuhan dari chip telur infertil sisa hasil industri penetasan dengan

penambahan jenis dan level bahan pengisi yang berbeda disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan kerapuhan chip telur infertil sisa hasil industri penetasan pada

pemberian jenis dan level bahan pengisi yang berbeda

Kerapuhan

Jenis Bahan

Pengisi

Level Bahan Pengisi (%) Rata-rata

0 3 6

Tepung Kedelai 3,46±0,10 3,14±0,10 3,12 ±0,08 3,24 ±0,18

Tepung Tapioka 3,35±0,15 3,15 ±0,16 3,11±0,45 3,20 ±0,28

Tepung Kombinasi 3,18±0,17 2,81 ±0,28 3.26 ±0,10 3.08 ±0,27

Rata-rata 3,33 ±0,18b 3,03±0,24a 3,16±0,25ab 3,17±0,25

Keterangan : Superskrip yang berbeda mengikuti nilai rataan pada baris yang sama

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

1= amat sangat rapuh, 2= sangat rapuh, 3= rapuh, 4= sedikit rapuh, 5= tidak

rapuh

Hasil analisis ragam (Tabel 5) menunjukkan bahwa penambahan level

bahan pengisi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kerapuhan chip telur infertil

sisa hasil industri penetasan. Jenis bahan pengisi serta interaksi antara jenis dan

level bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kerapuhan chip telur

infertil sisa hasil industri penetasan. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis bahan

pengisi tidak memberikan kontribusi terhadap kerapuhan chip telur infertil sisa

hasil industri penetasan. Chip telur infertil sisa hasil industri penetasan lebih baik

pada penambahan level 0% yaitu sebesar 3,327 yang menunjukkan rapuh daripada

penambahan level bahan pengisi 3% dan 6% yang menunjukkan sangat rapuh.

Page 38: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

24

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa analisis ragam menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antara level bahan pengisi

terhadap kerapuhan chip telur infertil sisa hasil industri penetasan. Penambahan

tepung 0% dapat berpengaruh nyata terhadap penambahan bahan pengisi dengan

level 3% dan 6% sedangkan penambahan pada level 3% terhadap level 6% tidak

berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa level memberikan pengaruh

terhadap kerapuhan chip telur infertil. Semakin tinggi penambahan level bahan

pengisi maka tingkat kerapuhannya semakin rapuh. Chip/tablet dikatakan baik

apabila kerapuhannya tidak lebih dari 1% (Parrott, 1971).

Nilai rataan kerapuhan chip telur infertil sisa hasil industri penetasan

mengalami peningkatan pada level 0% sebesar 3,327 yang merupakan chip telur

tersebut rapuh dan mengalami penurunan pada level 3% dan 6% sebesar 3,033%

dan 3,161% yang merupakan chip telur tersebut sangat rapuh. Penambahan bahan

pengisi pada level 0% memiliki tingkat kerapuhan lebih baik dibandingan dengan

penambahan bahan pengisi pada level 3% dan 6%. Chip yang mudah rapuh dan

pecah pada pengemasan dan transportasi akan kehilangan bobot berat dari chip.

Hasyim dkk. (2012), menyatakan bahwa uji kerapuhan berhubungan dengan

kehilangan bobot akibat abrasi (pengikisan) yang terjadi pada permukaan chip

telur. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang

masih terdapat pada chip.

Page 39: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

25

Waktu larut

Waktu larut dari chip telur infertil sisa hasil industri penetasan dengan

penambahan jenis dan level bahan pengisi yang berbeda, disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan waktu larut (menit) chip telur infertil sisa hasil industri penetasan

pada pemberian jenis dan level bahan pengisi yang berbeda

Waktu Larut

Jenis Bahan

Pengisi

Level Bahan Pengisi (%) Rata-rata

0 3 6

Tepung Kedelai 14,72±1,61 29,13±2,09 32,26 ±1,09 25,37±8,23b

Tepung Tapioka 16,09 ±0,45 22,61±0,65 24,23±3,30 20,98 ±4,09a

Tepung Kombinasi 15,99±1,01 21,27±1,03 24,64±1,50 20,63±3,92a

Rata-rata 15,60±1,18a 24,34±3,84b 27,04±4,35c 22,33±5,96 Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Hasil analisis ragam, menunjukkan bahwa jenis dan level bahan pengisi

memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap waktu larut chip telur

infertil sisa hasil industri penetasan. Pada interaksi antara jenis bahan dan

penambahan level memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap

waktu larut pada chip telur infetil sisa hasil industri penetasan.

Hasil uji lanjut level bahan pengisi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang sangat nyata (P<0,01) antara level bahan pengisi terhadap waktu larut chip

telur infertil sisa hasil industri penetasan. Berdasarkan rata-rata waktu larut chip

telur infertil pada jenis bahan pengisi mengalami waktu larut lebih lama pada

tepung kedelai dan mengalami waktu larut lebih cepat pada bahan pengisi tepung

tapioka dan tepung kombinasi. Waktu larut dari bahan pengisi akan

mempengaruhi kecepatan waktu larut pada chip telur infertil sisa hasil industri

pebetasan. Tablet/chip yang rapuh mungkin saja mudah larut, akan tetapi chip ini

Page 40: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

26

tidak tahan terhadap gangguan mekanis pada saat pendistribusian atau

penyimpanan (Hasyim, dkk. 2012).

Berdasarkan (Tabel 6) rata-rata waktu larut pada chip telur infertil pada

level yang rendah menghasilkan nilai waktu larut yang lebih baik dibanding

dengan penambahan level yang tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa level

semakin rendah maka waktu larut chip telur infertil lebih cepat. Nilai rata-rata

waktu larut yang tinggi dalam penelitian ini diperoleh pada level 6% sebesar

32,260.

Gambar 3. Interaksi Jenis dan Level Bahan Pengisi Terhadap Waktu Larut Chip

Telur Infertil Hasil Afkir Industri Penetasan

Berdasarkan analisis ragam, interaksi antara jenis dan level penambahan

bahan pengisi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap waktu larut chip telur

infertil. Interaksi menunjukkan bahwa peningkatan waktu larut dari level 0% ke

level 3%, baik dengan pemberian tepug kedelai, tepung tapioka maupun tepung

kombinasi. Pada level 6% waktu larut dengan penambahan tapung kedelai

0

5

10

15

20

25

30

35

0 3 6

Wak

tu L

aru

t (M

enit

)

Level Tepung (%)

Tepung Kedelai

Tepung Tapioka

Tepung

Kombinasi

Page 41: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

27

mengalami peningkatan yang lebih tinggi. Demikian halnya dengan tepung

tapioka dan tepung kombinasi namun menunjukkan waktu larut yang lebih cepat.

Kadar air

Kadar air dari chip telur infertil sisa hasil industri penetasan dengan

penambahan jenis dan level bahan pengisi yang berbeda, disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan kadar air (%) chip telur infertil sisa hasil industri penetasan pada

pemberian jenis dan level bahan pengisi yang berbeda

Kadar Air

Jenis Bahan Pengisi

Level Bahan Pengisi (%) Rata-rata

0 3 6

Tepung Kedelai 0,120±0,070 0,120±0.010 0,077±0,153 0,106±0,042

Tepung Tapioka 0,123±0,066 0,090±0,036 0,083±0,025 0,099±0,044

Tepung Kombinasi 0.093±0.025 0.077±0.045 0,060±0,026 0,077±0,032

Rata-rata 0,112±0,052 0,096±0,035 0,073±0,022 0,094±0,040

Analisi ragam (Tabel 8) menunjukkan bahwa level dan jenis bahan pengisi

tidak berkontribusi pada kadar air (P>0,05) akan tetapi, dari rata-rata nilai kadar

air yang dihasilkan mengalami penurunan seiring dengan penambahan level yang

diberikan, secara berturut-turut 0,112%, 0,096% dan 0,073%. Hal ini

menunjukkan bahwa kadar air pada bahan pengisi yang digunakan itu rendah.

Berdasarkan SNI 01-3451-1994 tentang syarat mutu tepung tapioka yang

ditetapkan yaitu maksimal 15%.

Tepung telur infertil yang dibuat menjadi chip dikeringkan dengan metode

freeze dryer sehingga kadar air pada chip telur infetil sisa hasil industri penetasan

rendah. Menurut Lestari (2012), pengeringan menggunakan alat freeze dryer

lebih baik dibandingkan dengan oven karena kadar airnya lebih rendah. Menurut

Page 42: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

28

SNI 01-4323-1996 menyatakan bahwa nilai kadar air tepung putih telur maksimal

adalah sebesar 8%. Menurut Poedjiadi (1994) air yang terkandung dalam putih

telur segar mencapai 87%. Proses pengeringan yang dilakukan dapat pula

mengurangi jumlah air yang terdapat dalam putih telur. Penyebab kadar air yang

tinggi disebabkan semakin lama proses fermentasi karena perubahan glukosa

menjadi karbondioksida dan air semakin tinggi. Pada penelitian Nahariah dkk.,

2010, menyatakan bahwa kadar air akibat penambahan ragi dan sukrosa

berhubungan dengan aktivitas fermentasi yang dapat mengubah glukosa

menghasilkan air yang mudah menguap selama pengeringan.

Berdasarkan (Tabel 8) persentase interaksi antara jenis dan level tidak

memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kadar air chip telur infertil

hasil afkir industri penetasan. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan jenis

dan level bahan pengisi yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap

persentase kadar air chip telur infertil.

Page 43: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan,

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penambahan jenis dan level bahan pengisi yang berbeda dapat memperbaiki

kualitas fisikokimia chip telur infertil sisa hasil industri penetasan.

2. Kualitas fisikokimia chip telur infertil sisa hasil industri penetasan yang dapat

meningkatkan kekerasan, tidak rapuh, memiliki waktu larut yang cepat dengan

menggunakan bahan pengisi tepung tapioka pada level 3%.

Saran

Untuk pembuatan chip telur infertil sisa hasil industri penetasan dapat

menggunakan bahan pengisi tepung tapioka pada level 3%.

Page 44: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

30

DAFTAR PUSTAKA

Almunifah, M. 2013. Sifat fungsional telur ayam infertil dari proses pemeraman

menggunakan mesin tetas dan aplikasinya pada pembuatan produk sponge

cake. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Anonim. 1970. Tepung kedelai. http://www.organisasi.org/1970/01/isi

kandungan-gizi-tepung-kacang-kedelai-komposisi-nutrisi-bahan makanan.

html. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2015

Ansel, H.C. 1989. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Lea and

Febiger, Georgia.

AOAC. 2003. Official Methods of Analysis. 17th Ed (2 revision) AOAC

Internasional. Gaitherburg, MD. USA.

Bell, D.D and W.D Weaver. 2002. Commercial Chicken Meat and Production.

Kluwer Academic Publisher, United Stated of America.

DeMan, J.M. 1997. Principles of Food Chemistry. Diterjemahkan oleh

Padmawinata. K. Penerbit ITB. Bandung.

Grace, M.R. 1977. Cassava Processing. Food and Agriculture Organization of

United Nations, Roma.

Hasyim, N., Mirawati dan S. Sulistiana. 2012. Pengembangan Formulasi Tablet

Matriks Gastroretentive Floating dari Amoksilin Trihidrat. Laporan

Penelitian. Universitas Hasanuddin. Makassar. 16 (3) : 131-138

Indrawan, I.G., I. M., Sukada dan I.K. Suada. 2012. Kualitas Telur dan

Pengetahuan Masyarakat tentang Penanganan Telur Di Tingkat Rumah

Tangga. Laporan Penelitian. Universitas Udayana. Bali. 1(5) : 607 – 620.

Lachman, L., H. A., Lieberman and J. L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek

FarmasiIndustri II edisi III diterjemahkan oleh Siti Suyatmi dan lis Aisyah.

UI press. Jakarta.

Lestari, 2012. Mengenal lebih dekat alat pengering Freeze Dryer.

http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/06/15/mengenal-lebih-

dekat-alat-pengering-freeze-dryer/. Diakses pada tanggal 12 Februari

2016.

Page 45: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

31

Marais, A.F., Song, M., and M.M. Villiers. 2003. Effect of compression force,

humidity, and disintegrant concentration on the disintegration and

dissolution of directly compressed furosemide tablets using croscarmellose

sodium as disintegrant. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 2(1):

125 - 135.

Mohrle, R. 1989. Effervescent Tablets, dalam Pharmaceutical Dosage Forms:

Tablet. Vol. 1, 2nd Edition, Marcel Decker Inc., New York.

Nahariah, E. Abustam, dan R. Malaka. 2010. Karakteristik fisikokimia tepung

putih telur hasil fermentasi Saccharomyces cereviceae dan

penambahan sukrosa pada putih telur segar. JITP.1 (1):37-38

Ningrum, E.M., M.I. Said dan M. Hatta. 2013. Pengaruh Penggunaan Daging

Buah Semu Jambu Mete Dan Telur Infertil Sebagai Bahan Dasar

Pembuatan Abon Telur. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Nugrahani, Ilma, H. Rahmat dan J. Djajadisastra. 2005. Karakteristik granul dan

tablet propranolo hidroklorida dengan metode granulasi peleburan.

Jakarta: Juruan Farmasi. Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3): 167-172.

Nuryati, T., M. Khamim, P. Hardjosworo, dan Sutarto. 2002. Sukses Menetaskan

Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Parrot, E. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Burgess

Publishing Company. United States of America.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI Press: Jakarta

Rasyaf, M. 1996. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Anggota IKAPI.

Jakarta.

Rhoihana, D. 2008. Perbandingan Availibilitas In Vitro Tablet Metronidazol

Produk Generik dan Produk Dagang. Universitas Muhammadiyah

Surakarta, Surakarta.

Setyaningsih, D. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Institut

Pertanian Bogor Press. Bogor

Sriyuniarti, P. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Konsumsi dan

Telur Biologis terhadap Kualitas Interior Telur Ayam Kampung. Tesis.

Universitas Terbuka. Fakultas Peternakan. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia 01-3451-1994. Tepung Tapioka. Badan Standar

Nasional. Jakarta.

Page 46: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

32

Standar Nasional Indonesia 01-4323-1996. Tepung Putih Telur. Badan

Standarisasi Nasional. Jakarta

Sundarsih dan Y. Kurniaty. 2009. Pengaruh Waktu dan Suhu Perendaman Kedelai

pada Tingkat Kesempurnaan Ekstraksi Protein Kedelai dalam Proses

Pembuatan Tahu. Makalah Penelitian. Fakultas Teknik. Universitas

Diponegoro, Semarang.

Sudaryani. 1997. Mengatasi Permasalahan Beternak Ayam. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprapti, L.M. 2002. Pengawetan Telur, Telur Asin Tepung Telur dan Telur

Beku, Kanisius, Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan Torrie. J.H. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu

Pendekatan Biometrik (Terjemahan: Bambang Sumantri). Jakarta: PT.

Gramedia.

Tri Radiyati dan Agusto. W.M. 1990 Tepung tapioka (perbaikan). Subang :

BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI, 1990 Hal. 10-13.

Virgo, S. D. Hanela. 2007. Pengaruh Pemberian Tepung Kedelai Terhadap Daya

Simpan Nugget Ayam Ras Afkir. Skripsi.Fakultas Peternakan Universitas

Andalas. Padang.

Wibowo, B. dan Juarini. E. 2008. Susteinabilitas usaha penetasan telur itik di

Blitar Jawa Timur. Makalah Seminar Nasional Teknologi dan Veteriner.

Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Winarno, F.G. dan Koswara. S. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan Dan

Pengolahannya. M – Brio Press. Bogor.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Page 47: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

33

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Ragam Pengaruh Jenis dan Level Penambahan Bahan

Pengisi yang Berbeda terhadap kekerasan chip telur infertil

a. Deskripsi kekerasan chip telur infertil hasil penelitian

Descriptive Statistics

Dependent Variable:KEKERASAN

TEPUNG LEVEL Mean Std. Deviation N

Tepung Kedelai Tepung 0% 15.5067 1.15084 3

Tepung 3 % 15.8133 1.20401 3

Tepung 6% 15.8100 1.13715 3

Total 15.7100 1.01983 9

Tepung Kombinasi Tepung 0% 13.8967 1.40201 3

Tepung 3 % 14.5500 1.70880 3

Tepung 6% 14.8433 .89846 3

Total 14.4300 1.26465 9

Tepung Tapoka Tepung 0% 13.0667 1.69403 3

Tepung 3 % 14.8267 1.07258 3

Tepung 6% 18.7467 1.68358 3

Total 15.5467 2.83804 9

Total Tepung 0% 14.1567 1.64142 9

Tepung 3 % 15.0633 1.30797 9

Tepung 6% 16.4667 2.08159 9

Total 15.2289 1.90432 27

Page 48: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

34

b. Tabel Anova pengaruh perlakuan terhadap kerapuhan chip telur infertil

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:KEKERASAN

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 61.058a 8 7.632 4.134 .006

Intercept 6261.815 1 6261.815 3391.970 .000

TEPUNG 8.736 2 4.368 2.366 .122

LEVEL 24.382 2 12.191 6.604 .007

TEPUNG * LEVEL 27.939 4 6.985 3.784 .021

Error 33.229 18 1.846 Total 6356.101 27 Corrected Total 94.287 26 a. R Squared = .648 (Adjusted R Squared = .491)

c. Uji BNT pengaruh pemberial level bahan pengisi yang berbeda terhadap

kekerasan chip telur infertil

Multiple Comparisons

Dependent Variable:KEKERASAN

(I) LEVEL (J) LEVEL

Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

LSD Tepung 0% Tepung 3 % -.9067 .64050 .174 -2.2523 .4390

Tepung 6% -2.3100* .64050 .002 -3.6556 -.9644

Tepung 3 % Tepung 0% .9067 .64050 .174 -.4390 2.2523

Tepung 6% -1.4033* .64050 .042 -2.7490 -.0577

Tepung 6% Tepung 0% 2.3100* .64050 .002 .9644 3.6556

Tepung 3 % 1.4033* .64050 .042 .0577 2.7490

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1.846.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 49: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

35

Lampiran 2. Analisis Ragam Pengaruh Jenis dan Level Penambahan Bahan

Pengisi yang Berbeda terhadap kerapuhan chip telur infertil

a. Deskripsi kerapuhan chip telur infertil hasil penelitian

Descriptive Statistics

Dependent Variable:KERAPUHAN

TEPUNG LEVEL Mean Std. Deviation N

Tepung Kedelai Tepung 0% 3.4583 .10408 3

Tepung 3 % 3.1417 .10104 3

Tepung 6% 3.1167 .07638 3

Total 3.2389 .18418 9

Tepung Kombinasi Tepung 0% 3.1750 .17500 3

Tepung 3 % 2.8083 .28100 3

Tepung 6% 3.2583 .10104 3

Total 3.0806 .27006 9

Tepung Tapoka Tepung 0% 3.3483 .15495 3

Tepung 3 % 3.1500 .15612 3

Tepung 6% 3.1083 .45369 3

Total 3.2022 .27548 9

Total Tepung 0% 3.3272 .17796 9

Tepung 3 % 3.0333 .23848 9

Tepung 6% 3.1611 .24657 9

Total 3.1739 .24695 27

Page 50: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

36

b. Tabel Anova pengaruh perlakuan terhadap kerapuhan chip telur infertil

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:KERAPUHAN

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .784a 8 .098 2.200 .079

Intercept 271.986 1 271.986 6106.210 .000

TEPUNG .124 2 .062 1.388 .275

LEVEL .391 2 .195 4.388 .028

TEPUNG * LEVEL .269 4 .067 1.512 .241

Error .802 18 .045 Total 273.572 27 Corrected Total 1.586 26 a. R Squared = .494 (Adjusted R Squared = .270)

c. Uji BNT pengaruh pemberial level bahan pengisi yang berbeda terhadap

kerapuhan chip telur infertil

Multiple Comparisons

Dependent Variable:KERAPUHAN

(I) LEVEL (J) LEVEL

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

LSD Tepung 0% Tepung 3 % .2939* .09949 .008 .0849 .5029

Tepung 6% .1661 .09949 .112 -.0429 .3751

Tepung 3 % Tepung 0% -.2939* .09949 .008 -.5029 -.0849

Tepung 6% -.1278 .09949 .215 -.3368 .0812

Tepung 6% Tepung 0% -.1661 .09949 .112 -.3751 .0429

Tepung 3 % .1278 .09949 .215 -.0812 .3368

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .045.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 51: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

37

Lampiran 3. Analisis Ragam Pengaruh Jenis dan Level Penambahan Bahan

Pengisi yang Berbeda terhadap Waktu Larut chip telur infertil

a. Deskripsi waktu larut chip telur infertil hasil penelitian

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Waktu Larut

TEPUNG LEVEL Mean Std. Deviation N

TEPUNG KEDELAI Tanpa Tepung (0%) 14.717 1.6081 3

Tepung 3% 29.133 2.0877 3

Tepung 6% 32.260 1.0860 3

Total 25.370 8.2283 9

TEPUNG KOMBINASI Tanpa Tepung (0%) 15.993 1.0053 3

Tepung 3% 21.267 1.0302 3

Tepung 6% 24.643 1.5020 3

Total 20.634 3.9161 9

TEPUNG TAPIOKA Tanpa Tepung (0%) 16.090 .4451 3

Tepung 3% 22.607 .6543 3

Tepung 6% 24.230 3.3009 3

Total 20.976 4.0989 9

Total Tanpa Tepung (0%) 15.600 1.1787 9

Tepung 3% 24.336 3.8401 9

Tepung 6% 27.044 4.3493 9

Total 22.327 5.9623 27

Page 52: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

38

b. Tabel Anova pengaruh perlakuan terhadap waktu larut chip telur infertil

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:WAKTU LARUT

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 876.338a 8 109.542 41.122 .000

Intercept 13458.961 1 13458.961 5052.500 .000

TEPUNG 125.559 2 62.779 23.567 .000

LEVEL 643.870 2 321.935 120.855 .000

TEPUNG * LEVEL 106.909 4 26.727 10.033 .000

Error 47.949 18 2.664

Total 14383.248 27

Corrected Total 924.287 26

a. R Squared = .948 (Adjusted R Squared = .925)

c. Uji BNT pengaruh pemberial level bahan pengisi yang berbeda terhadap waktu

larut chip telur infertil

Multiple Comparisons

Dependent Variable: WAKTU LARUT

(I) LEVEL BAHAN PENGISI

(J) LEVEL BAHAN PENGISI

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

LSD Tanpa Tepung (0%)

Tepung 3% -8.736* .7694 .000 -10.352 -7.119

Tepung 6% -11.444* .7694 .000 -13.061 -9.828

Tepung 3% Tanpa Tepung (0%)

8.736* .7694 .000 7.119 10.352

Tepung 6% -2.709* .7694 .002 -4.325 -1.092

Tepung 6% Tanpa Tepung (0%)

11.444* .7694 .000 9.828 13.061

Tepung 3% 2.709* .7694 .002 1.092 4.325

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 53: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

39

Lampiran 4. Analisis Ragam Pengaruh Jenis dan Level Penambahan Bahan

Pengisi yang Berbeda terhadap Kadar Air chip telur inferti

a. Deskripsi kadar air chip telur infertil hasil penelitian

Descriptive Statistics

Dependent Variable:KADAR.AIR

TEPUNG LEVEL Mean Std. Deviation N

TEPUNG KEDELAI Tanpa Tepung (0%) .1200 .07000 3

Tepung 3% .1200 .01000 3

Tepung 6% .0767 .01528 3

Total .1056 .04216 9

TEPUNG KOMBINASI Tanpa Tepung (0%) .0933 .02517 3

Tepung 3% .0767 .04509 3

Tepung 6% .0600 .02646 3

Total .0767 .03240 9

TEPUNG TAPIOKA Tanpa Tepung (0%) .1233 .06658 3

Tepung 3% .0900 .03606 3

Tepung 6% .0833 .02517 3

Total .0989 .04400 9

Total Tanpa Tepung (0%) .1122 .05191 9

Tepung 3% .0956 .03504 9

Tepung 6% .0733 .02236 9

Total .0937 .04030 27

Page 54: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

40

b. Tabel Anova pengaruh perlakuan terhadap kadar air chip telur infertil

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:KADAR.AIR

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .012a 8 .002 .924 .520

Intercept .237 1 .237 142.559 .000

TEPUNG .004 2 .002 1.238 .313

LEVEL .007 2 .003 2.060 .156

TEPUNG * LEVEL .001 4 .000 .199 .935

Error .030 18 .002

Total .279 27

Corrected Total .042 26

a. R Squared = .291 (Adjusted R Squared = -.024)

Page 55: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

41

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Pembersihan telur Telur sebelum dikeringkan

Memasukkan sampel di freezer

dryer

Pengeringan menggunakan

freezer dryer

Page 56: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

42

Telur setelah pengeringan Sampel ditepungkan

Pembuatan chip telur Pembuatan chip telur

Page 57: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

43

Hasil pembuatan chip telur Hasil pembuatan chip telur

Hasil pembuatan chip telur

Hasil pembuatan chip telur

Page 58: KUALITAS FISIKOKIMIA CHIP TELUR INFERTIL SISA HASIL … · 2017. 3. 18. · 12. Teman Kelas A, Flock Mentality 2012 dan tim PKL Teaching Industry terimakasih telah berbagi ilmu pengetahuan

44

RIWAYAT HIDUP

Kartina, lahir pada tanggal 24 Februari 1994 di Batu Hulang,

Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis

adalah anak tunggal, lahir dari pasangan (Almarhum) Marsuki

dan Nurmi. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah

SD Negeri 304 Batu Hulang, Bulukumba dan lulus pada tahun 2006. Penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Bulukumpa, Bulukumba dan lulus pada

tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bulukumpa,

Bulukumba dan lulus pada tahun 2012. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA,

penulis diterima sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui

jalur Undangan di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penulis aktif sebagai pengurus Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Universitas

Hasanuddin (IKAB UNHAS), pengurus Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil

Ternak Universitas Hasanuddin (HIMATEHATE_UH) dan pengurus di

Kerukunan Keluarga Mahasiswa Bulukumba (KKMB) komisarit UNHAS serta

sebagai asisten praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak dan asisten praktikum

Pengawasan Mutu Industri Peternakan.