Upload
rizkia-chairani
View
35
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
konjungtivitis
Citation preview
CLINICAL SCIENCE SESSION
KONJUNGTIVITIS
Nani Hendriani 1010312071
Emil Prasetyo Muhammad 1110311020
Rizkia Chairani Asri 1110313076
Preseptor
dr. Rinda Wati, Sp.M
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Konjungtiva
Letak & Terpajan
Konjungtivitis
LATAR BELAKANG
Konjungtivitis
AkutMenahu
n
Faktor Risiko
BakteriVirusAlergi
BATASAN, TUJUAN, & METODE
Batasan Masalah• Membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,
klasifikasi, gambaran klinis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari konjungtivitis.
Tujuan Penulisan• Menambah pengetahuan penulisan mengenai
konjungtivitis.Metode Penulisan• Penulisan ini menggunakan metode penulisan tinjauan
kepustakaan merujuk pada berbagai literatur.
ANATOMI KONJUNGTIVA
DEFINISI KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis merupakan inflamasi pada konjungtiva, selaput bening yang
menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam
kelopak mata.
EPIDEMIOLOGI
Berbagai Masyarakat, Tingkat Ekonomi, & Strata
Sosial
Prevalensi bervariasi
tergangtung penyebab
Alergi
15-40%
Infeksi:
Virus
Bakteri (50-75%)
FAKTOR RISIKO
Higine
Iklim
UsiaLingkungan
Status Ekonomi
PATOGENESIS
Perlindungan alamiah konjungtiva
Perlindugan fisik oleh
kelopak mata
Suhu rendah karena
terpapar udara
Pembilasan oleh air mata
Aktivitas lisozim yang
bersifat antibakteri
Perlindungan oleh
immunoglobular pada air
mata
Mekanisme infeksi
Eksogen
• Kontak langsung melalui udara atau air
• Vektor• Benda perantara
lain (tangan dokter, tangan perawat, handuk digunakan bersama)
Lokal
• Dari sumber infeksi terdekat (kelenjar lakrimal, kelopak mata, nasofaring)
Endogen
• Secara hematogen (infeksi gonokokkus, meningokokkus)
MANIFESTASI KLINIS
• Hiperemis
• Discharge (sekret)
• Chemosis (edema konjungtiva)
• Hipertrofi folikel
• Hipertrofi papiler
• Membran dan pseudomembran
• Phlyctenules
• Formasi pannus
KLASIFIKASI
Etio
Bakteri
Virus
Klamidia
Alergi
Bakteri
Akut
• Akut kataralis atau konjungtivitis mukopurulen
• Konjungtivitis akut purulen
• Konjungtivitis akut membranosa
• Konjungtivitis akut pseudomembranosa
Kronik
• Konjungtivitis bakteri kronik
• Konjungtivitis angular kroni
Konjungtivitis akut mukopurulen
• Etiologi
Penyebab tersering:
Staphylococcus aureus,
Koch-week bacillus,
Pneumococcus dan Streptococcus.
Manifestasi Klinis
• Rasa tidak nyaman dan sensasi benda asing karena pembengkakan pembuluh darah.
• Fotofobia ringan.
• Sekret mukopurulen.
• Keluhan kelopak mata yang melekat karena adanya sekret terutama pada saat bangun pagi.
• Penglihatan yang sedikit kabur karena serpihan mukus di depan kornea.
• Keluhan adanya halo (gambaran pelangi) karena efek prismatik mukus pada kornea.
• Terlihatnya sekret yang kering pada forniks dan margin palpebra.
• Laboratorium
Dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear
Konjungtivitis akut purulen
Dewas
a
Nenoatal
Konjungtivitis Purulen Dewasa
Infiltrasi Supurasi Penyembuhan
• Komplikasi
• Tukak kornea marginal yang mudah perforasi karena adanya daya lisis kuman gonokok. Perforasi kornea dapat mengakibatkan endoftalmitis dan panoftalmitis sehingga dapat terjadi kenutaan total. Dapat terjadi komplikasi sistemik seperti gonorrhea arthritis, endokarditis dan sepsis
• Diagnosis
• Diagnosis pasti adalah pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat dipokok di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan gram akan terdapat sel intraselular atau ekstraseslular dengan sifat gram negatif. Dilakukan pula pemeriksaan sensitivitas pada agar darah dan coklat.
Oftalmia Neonatorum
• Gejala
• Bola mata nyeri dan pegal
• Mata mengeluarkan belek atau kotor dalam bentuk purulen, mukoid dan mukopurulen tergantung penyebabnya
• Konjungtiva hiperemia dan kemotik. Kelopak biasanya bengkak.
• Kornea dapat terkena pada herpes simplek
Konjungtivitis akut membranosa
• Merupakan peradangan akut pada konjungtiva yang ditandai dengan adanya membran pada konjungtiva dan disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae atau Streptococcus haemolyticus
infiltrasi
supurasi sikatrik
Konjungtivitis akut pseudomembranosa
• Etiologi
• Dapat disebabkan oleh:
• Bakteri. Corynebacterium diphtheriae yang virulensinya rendah, Staphylococcus, Streptococcus, H. influenzae, N. ghonorrea
• Virus. herpes simplex dan adenovirus keratokonjungtivitis terkadang membentuk pseudomembran
• Iritan kimia. Amonia, perak nitrat, tembaga sulfat.
• Manifestasi Klinis
• Terbentuknya membran putih kekuningan yang terlihat di forniks dan pada konjungtiva palpebra. Pseudomembran dapat terkelupas dengan mudah dan tidak berdarah.
Konjungtivitis bakteri kronik
• Etio
• Faktor predisposisi
• Paparan yang lama pada debu, asap dan bahan kimia iritan
• Iritasi lokal karena trikiasis dan benda asing.
• Mikroorganisme penyebab
• S.aureus (tersering)
• Proteus, Klebsiella, E.coli.
• Sumber dan cara infeksi
• Sebagai kelanjutan dari infeksi mukopurulen akut apabila tidak diobati atau obat tidak tuntas.
• Infeksi kronis yang berhubungan dengan rhinitis kronis, dakriocystitis.
• Infeksi eksogen
• Manifestasi Klinis
• Gejala
• Rasa terbakar di mata terutama pada malam hari
• Hiperemis ringan pada mata
• Persaan panas dan kering pada ujung kelopak mata
• Sekret mukoid ringan pada kantus
• Mersaakan lelah pada mata
• Tanda
• Hipertrofi papil pada konjungtiva palpebra
• Permukaan konjungtiva nampak lengket
• Batas kelopak mata bersatu
Konjungtivitis angular kronik
• Jenis konjungtivitis kronis yang ditandai dengan peradanagn ringan di daerah kantus palpebra, disertai ekskoriasi kulit di sekitar daerah meradang. Konjungtivitis angular disebabkan oleh basil Morazella axenfeld. Pada konjungtivitis angular terdapat sekret mukopurulen dan pasien sering mengedip. Pengobatan yang sering diberikan adalah tetrasiklin atau basitrasin. Penyulit adalah blefaritis.
TATALAKSANA
• Konjungtivitis bakterial
• Konjungtivitis mukopurulen akut
Antibiotik topikal (kloramfenikol
1%, gentamisin 0,3%,;siprofloksa
sin 0,3%, ofloksasin 0,3%,
atau gatifloksasin
0,3%)
Irigasi pada kantung
konjungtiva (larutan salin
hangat 2-3 kali dalam sehari)
Kacamata gelap untuk
menghindari fotofobia
Tidak diperbanTidak
menggunakan kortikosteroid.Analgetik dan antiinflamsi
Antibiotik topikal
(Ceftriakson 1.0 gram 4x/hari IM selama 5 hari
(tanpa ulkus); seftriakson 1 gram IV/12 jam selama 3
hari (dengan ulkus kornea); diikuti dengan doksisiklin 100mg atau eritromisin
250-500 mg peroral 4x/hari.
Antibiotik topikal (Ofloksasin, siprofloksasin, tobramisin/basitrasin/salep
eritromisin setiap 2 jam selama 2-3 hari, kemudian
5 kali selama 7 hari)
Irigasi mataSulfas atropine topical 1%1-2
kali/hari
Pasien dan pasangannya harus
diperiksa untuk mengetahui apakah
ada penyakit menular seksual lainnya.
Konjungtivitis Gonokokal
Konjungtivitis Membranosa Akut
• Tetes mata penisilin (1:10.000 unit/ml) setiap 1/2 jam.
• Antidifteri serum setiap jam.• Sulfas atropine 1% salep (jika ulkus
kornea)• Antibiotik spektrum luas (salep) saat
tidur.
Terapi lokal
• Penisilin kristalin 5 unit lac IM 2 kali sehari selama 10 hari.
• Serum antidifteri (50.000 unit) IM.
Terapi sistemi
k
Konjungtivitis Kronik Simpel
Faktor predisposisi
harus ditangani
Antibiotik topikal
(kloramfenikol atau
gentamisin 3-4 kali sehari selama 2 minggu)
Tetes mata astringen
Konjungtivitis Angular
Oksitetrasiklin 1% salep 2-3
kali sehari selama 9-14
hari.
Zinc lotion pada siang hari dan
zinc oxide (salep) pada malam hari.
Konjungtivitis Viral
• Konjungtivitis folikular virus akut
Biasanya hanya berupa terapi suportif. Obat antivirus tidak efektif. Pemakaian kortikosteroid pada fase aktif tidak dianjurkan.
• Konjungtivitis virus herpes simpleks
self-limited disease
• Konjungtivitis hemoragika akut
Sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. antibiotic tetes mata spectrum luas dapat digunakan untuk mencegah infeksi bacterial
Konjungtivitis Clamidia Trachoma
Topikal
• tetrasiklin 1% atau eritromisin 1% salep 4 kali sehari selama 6 minggu
• sulfacetamide 20% tetes 3 kali sehari diikuti dengan pemberian tetrasiklin 1% salep di malam hari selama 6 minggu.
Sistemik
• tetrasiklin atau eritromisin 250 mg oral 4 kali sehari selama 3-4 minggu
• doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 3-4 minggu atau dosis tunggal 1 gram azitromisin.
Kombinasi
• Tetrasiklin 1% atau eritromisin salep 4 kali sehari selama 6 minggu
• Tetrasiklin atau eritromisin 250 mg oral 4 kali sehari selama 2 minggu.
Konjungtivitis Alergi
Jauhkan alergen
Paliatif lokal (vasokonstrikt
or, antihistamin
sistemik)
KOMPLIKASI (Konjungtivitis Bakterial)
Konjungtivitis mukopurulen akut ulkus kornea perifer, keratitis superfisial,
blefaritis atau dakriosistitis.
Konjungtivitis gonokokal Ulkus
kornea hingga perforasi, Iridosiklitis ,
sistemik (arthritis gonore, endokarditis,
septikemia)
Konjungtivitis membranosa akut
ulkus kornea, simblefaron, trikiasis, entropion, dan serosis
konjungtiva.
Konjungtivitis angular Blefaritis dan ulkus kornea kataral perifer
KOMPLIKASI
• Konjungtivitis viral• Konjungtivitis klamidia trakoma
ulkus kornea
• Konjungtivitis alergi
ulkus kornea, terutama pada keratokonjungtivitis vernal
PROGNOSIS
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu
sembuh sendiri, ± 10-14 hari; jika diobati
dengan memadai ± 1-3 hari.
Konjungtivitis viral pada umunya dapat
sembuh sendiri.
PENUTUP
KESIMPULAN
Konjungtivitis radang pada konjungtiva yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, serta autoimun
(alergi)
berlangsung akut maupun kronik, bisa menyerang neonatus hingga dewasa
Diagnosis konjungtivitis dapat ditegakkan dari gambaran klinis hingga
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan sekret dengan pewarnaan
KESIMPULAN
Penatalaksanaan konjungtivitis secara
umum adalah dengan pemberian antibiotik
sistemik dan lokal (pada konjungtivitis bacterial), antiviral (konjungtivitis
viral), dan hindari kontak dengan allergen jika penyebabnya alergi
dengan irigasi okuler.
TERIMA KASIH