21
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index DOI: Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 67 Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan Bertransaksi Syariah dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah) dan Dimensi Horizontal (Hablumminannas) Islamic Entrepreneurship: Implementation of The Concept of Entrepreneurship And Sharia Transaction with Vertical Dimension Methods (Hablumminallah) and Dimensions Horizontal (Hablumminannas) Bahri Program Studi Kewirausahaan, Universitas Widya Mataram Kampus Ndalem Mangkubumen KT III/237 Yogyakarta 55132, Indonesia * E-mail: [email protected] Naskah masuk: 19-10-2018 Naskah diterima: 25-10-2018 ABSTRAK Kewirausahaan Islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam masalah mu’amalah. Di dalam kehidupan zaman modern seperti sekarang ini perkembangan dunia usaha dan dalam bertransaksi mulai begeser nilai dan visinya. Paham kapitalisme dan rasa ketidak pedulian terhadap sesama untuk saling tolong menolong, kejujuran sudah mulai terabaikan. Dalam melakukan transaksi bisnis secara halal sudah banyak ditinggalkan dan dilakukan dengan cara yang diridhoi Allah SWT. Oleh sebab itu, agar dalam berwirausaha dan bertransaksi umat muslim tidak menyimpang, maka perlu mengetahui strategi dan cara berbisnis Nabi Muhammad SAW. Islam sebagai agama universal seluruh aspek kehidupan manusia sudah diatur Allah SWT termasuk tentang ekonomi. Dalam Al Qur’an dan Hadits sudah tercantum cara dan prinsip melakukan wirausaha dan bertransaki secara halal sesuai yang dilakukan Nabi Muhammad SAW yang bisa menjadi tuntunan umat muslim. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui konsep bewirausaha Nabi Muhammad SAW, konsep berwirausaha dengan metode dimensi vertikal (hablumminallah) dan dimensi horizontal (hablumminannas), transaksi- transaksi ekonomi syariah yang halal dalam Islam, serta faktor-faktor penyebab terlarangnya sebuah transaksi dalam Islam. Diketahui bahwa konsep berwirausaha Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan cara shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. Konsep berwirausaha dimensi vertikal dengan berpegang teguh pada Allah SWT yaitu berkaitan dengan berwirausaha semata-mata karena Allah SWT, berwirausaha adalah Ibadah, Takwa, Tawakal, Dzikir dan Syukur. Dimensi horizontal berkaitan dengan sesama yaitu hubungan baik dengan karyawan, hubungan harmonis dengan pelanggan, membangun jaringan dengan lingkungan bisnis dan masyarakat. Sedangkan dalam bertransaksi ekonomi syariah yang di halalkan yaitu Bai’ Al Murabahah, Syarikat, Wadi’ah. Penyebab terlarangnya transaksi dalam Islam yaitu haram li-zatihi, Haram li gairihi (gharar, Ihtikar, Bai’an Najsy, Riba, Maysir dan Risywah). Kata kunci: Kewirausahaan Islam, Dimensi Verikal dan Horizontal, Transaksi Syariah ABSTRACT Islamic entrepreneurship is an aspect of life that is grouped into the problem of mu'amalah. In modern times like today the development of the business world and in the transaction began to shift its values and vision. Capitalism and a sense of disregard for others to help each other, honesty has begun to be ignored. In conducting business transactions halally, many have been abandoned and done in a way that is blessed by Allah SWT. Therefore, so that in entrepreneurship and transaction Muslims do not deviate, it is necessary to know the strategies and ways of doing business of the Prophet Muhammad. Islam as a universal religion in all aspects of human life is regulated by Allah SWT including about the economy. In

Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 67

Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan BertransaksiSyariah dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah) dan

Dimensi Horizontal (Hablumminannas)Islamic Entrepreneurship: Implementation of The Concept of Entrepreneurship And

Sharia Transaction with Vertical Dimension Methods (Hablumminallah) andDimensions Horizontal (Hablumminannas)

BahriProgram Studi Kewirausahaan, Universitas Widya Mataram

Kampus Ndalem Mangkubumen KT III/237 Yogyakarta 55132, Indonesia*E-mail: [email protected]

Naskah masuk: 19-10-2018 Naskah diterima: 25-10-2018

ABSTRAK

Kewirausahaan Islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam masalah mu’amalah.Di dalam kehidupan zaman modern seperti sekarang ini perkembangan dunia usaha dan dalambertransaksi mulai begeser nilai dan visinya. Paham kapitalisme dan rasa ketidak pedulian terhadapsesama untuk saling tolong menolong, kejujuran sudah mulai terabaikan. Dalam melakukan transaksibisnis secara halal sudah banyak ditinggalkan dan dilakukan dengan cara yang diridhoi Allah SWT. Olehsebab itu, agar dalam berwirausaha dan bertransaksi umat muslim tidak menyimpang, maka perlumengetahui strategi dan cara berbisnis Nabi Muhammad SAW. Islam sebagai agama universal seluruhaspek kehidupan manusia sudah diatur Allah SWT termasuk tentang ekonomi. Dalam Al Qur’an danHadits sudah tercantum cara dan prinsip melakukan wirausaha dan bertransaki secara halal sesuai yangdilakukan Nabi Muhammad SAW yang bisa menjadi tuntunan umat muslim. Tujuan dari penulisan iniadalah untuk mengetahui konsep bewirausaha Nabi Muhammad SAW, konsep berwirausaha denganmetode dimensi vertikal (hablumminallah) dan dimensi horizontal (hablumminannas), transaksi-transaksi ekonomi syariah yang halal dalam Islam, serta faktor-faktor penyebab terlarangnya sebuahtransaksi dalam Islam. Diketahui bahwa konsep berwirausaha Nabi Muhammad SAW dilakukan dengancara shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. Konsep berwirausaha dimensi vertikal dengan berpegangteguh pada Allah SWT yaitu berkaitan dengan berwirausaha semata-mata karena Allah SWT,berwirausaha adalah Ibadah, Takwa, Tawakal, Dzikir dan Syukur. Dimensi horizontal berkaitan dengansesama yaitu hubungan baik dengan karyawan, hubungan harmonis dengan pelanggan, membangunjaringan dengan lingkungan bisnis dan masyarakat. Sedangkan dalam bertransaksi ekonomi syariahyang di halalkan yaitu Bai’ Al Murabahah, Syarikat, Wadi’ah. Penyebab terlarangnya transaksi dalamIslam yaitu haram li-zatihi, Haram li gairihi (gharar, Ihtikar, Bai’an Najsy, Riba, Maysir dan Risywah).

Kata kunci: Kewirausahaan Islam, Dimensi Verikal dan Horizontal, Transaksi Syariah

ABSTRACT

Islamic entrepreneurship is an aspect of life that is grouped into the problem of mu'amalah. In moderntimes like today the development of the business world and in the transaction began to shift its valuesand vision. Capitalism and a sense of disregard for others to help each other, honesty has begun to beignored. In conducting business transactions halally, many have been abandoned and done in a way thatis blessed by Allah SWT. Therefore, so that in entrepreneurship and transaction Muslims do not deviate,it is necessary to know the strategies and ways of doing business of the Prophet Muhammad. Islam as auniversal religion in all aspects of human life is regulated by Allah SWT including about the economy. In

Page 2: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 68

the Qur'an and Hadith already listed ways and principles of doing entrepreneurship and transactinglawfully according to what the Prophet Muhammad SAW did could be a guide for Muslims. The purposeof this paper is to find out the concept of the entrepreneurship of the Prophet Muhammad SAW, theconcept of entrepreneurship with the method of vertical dimensions (hablumminallah) and horizontaldimensions (hablumminannas), halal Islamic economic transactions in Islam, as well as the factorscausing the prohibition of a transaction in Islam. It is known that the concept of entrepreneurship of theProphet Muhammad was carried out by means of shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. The concept ofentrepreneurship is a vertical dimension by holding fast to Allah SWT, which is related toentrepreneurship solely because Allah SWT, entrepreneurship is Worship, Takwa, Tawakal, Dhikr andGratitude. Horizontal dimensions relating to others are good relations with employees, harmoniousrelationships with customers, building networks with the business and community environment.Whereas in the transaction of sharia economy that is halal, namely Bai 'Al Murabahah, Syarikat,Wadi'ah. The causes of prohibited transactions in Islam are haram li-zatihi, Haram li gairihi (gharar,Ihtikar, Bai’an Najsy, Riba, Maysir and Risywah).

Keywords: Islamic Entrepreneurship, Vertical and Horizontal Dimensions, Sharia Transactions

Copyright © 2018 Program Studi Ekonomi Perbankan Islam, FAI Universitas Majalengka. All rightsreserved.

1. PENDAHULUANAl-Qur’an merupakan kitab suci yang

memberikan petunjuk kepada jalan yang benar,memberi kabar gembira pada muslim yangmengajarkan amal shaleh. Al-Qur’an diturunkanAllah SWT yang di wahyukan kepada NabiMuhammad SAW dengan membawa kebaikan dankebenaran. Tujuan diturunkannya Al-Qur’an sebagaipetunjuk (hudâ), penerang jalan hidup (bayyinât),pembeda antara yang benar dan yang salah(furqân), penyembuh penyakit hati (syifâ), nasihatatau petuah (mau,idzah) dan sumber informasi(bayân).1 Sebagai sumber informasi Al-Qur’anmengajarkan banyak hal kepada manusia; daripersoalan keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadahdan muamalah sampai kepada asas-asas ilmupengetahuan dalam berdagang (wirausaha).

Implementasi konsep berwirausaha syariahmasyarakat Indonesia pada dasarnya memiliki duadimensi yaitu dimensi horizontal dan dimensivertikal, dimana dimensi vertikal berkaitan denganhubungan manusia dengan tuhan (hablumminallah)dan dimensi horizontal berkaitan dengan hubungan

1Nur Lailatul Bisriyah, Dimensi Ibadah Sosial Dalam PerspektifQur’an Surat Al –Mâ’ûn, Skripsi Prodi Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir,Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama, Universitas Islam Negeri(Uin) Raden Intan Lampung, 2017, hal. 4.

manusi dengan manusia (hablumminannas)2.Agama dan aktivitas wirausaha memiliki hubunganyang komplek dan saling tergantung.3 Penelitian-penelitian terkini mengenai hubungan agama dankewirausahaan menunjukkan bahwa agamamempengaruhi aktivitas kewirausahaan.4 Agamaampu mempengaruhi keputusan umat manusiauntuk menjadi pengusaha karena merupakankewajiban untuk memenuhi kebutuhan. Dalamushul fiqh, ada kaidah yang menyatakan bahwa“maa laa yatimm al-wajid illa bihi fa huwa wajib”,yakni sesuatu yang harus ada untukmenyempurnakan yang wajib, maka ia wajibdiadakan. Mencari nafkah (yakni melakukankegiatan ekonomi) adalah wajib. Allah SWTberfirman dalam Q.S. At-Taubah:105:“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allahdan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akanmelihat pekerjaanmu itu, dan kamu akandikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akanyang ghaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamukerjakan”.

2Yana Hendayana, Dini Lisnawati, Amir Machmud,Kewirausahaan Berbasis Syariah, Bandung: Manggu MakmurTanjung Lestari, 2017. hal. 2.

3 Fauzan, Hubungan Religiusitas dan Kewirausahaan: SebuahKajian Empiris Dalam Perspektif Islam, MODERNISASI, Vol. 10, No. 2,Juni 2014, hal. 148.

4 ibid.,

Page 3: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 69

Wirausaha salah satu jalan bagi umat Islamuntuk melakukan aktivitas bisnis dan bertransaksikonsep dan tata caranya sudah diatur dalam al-Qur’an dan Hadits. Al-Quran sebagai panduanhidup manusia, memberikan pedoman syariah bagipara entrepreneur untuk bekerja dan cara manusiamemandang Tuhan. Orang yang bekerja berhakmasuk surga. Penghargaan Islam terhadap kemauanbekerja seseorang tidak saja dalam kerangka jangkapendek saja, namun bagi yang bekerja secara baikdan benar, surga telah dijanjikan untuk mereka.5

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,Nabi Muhammad SAW bersabda “Pedagang yangjujur dan dapat dipercaya (penuh amanat) adalahbersama para nabi, orangorang yangmembenarkan risalah nabi dan para syuhada.” (HR.Tirmidzi, Kitab Al-Buyu’ Bab Ma Ja-a Fit Tijaroti no.1130).6

Dalam hal ini agama Islam mewajibkan setiapmuslim, khususnya yang memiliki tanggungan untukbekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokokyang memungkinkan manusia memiliki hartakekayaan. Sebagaimana Allah SWT firman dalamQ.S. Al Mulk:15:“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagikamu, maka berjalanlah di segala penjurunya danmakanlah sebagian dari rizki Nya”. Dan hanyakepada-Nya lah kamu (kembali setelah)dibangkitkan.

Maka berdasarkan tutunan dari Al-qur’an danhadis diatas sangat sempurna untuk menjadipanduan dan bekal syar’i umat islam dalammenjalankan bisnis. Dalam Islam bisnis dapatdipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalamberbagai bentuk yang tidak dibatasi jumlahkepemilikan hartanya termasuk profitnya, yangdibatasi cara perolehan dan pendayagunaanhartanya (ada aturan halal dan haram).7

Konsep dan nilai berwirausaha secara islamiharus tetap berlandaskan pada ajaran al-Quran danal-Hadits sebagai wujud ketaatan dan rasa tanggungjawab kepada Allah SWT. Dalam menjalankanwirausaha sejatinya tidak lepas dari pertolongandan petunjuk Allah SWT.

5Andri Soemitra, Kewirausahaan Berbasis Syariah, Medan: CV.Manhaji, 2015, Cetakan Pertama, hal. 25.56ibid.,

7Norvadewi, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Konsep,Prinsip dan Landasan Normatif), Jurnal Ekonomi dan Bisnis (AL-TIJARY), Vol. 01, No. 01, Desember 2015, hal. 36.

Selain konsep berwirausaha dalam Islam, jugaharus mengenal konsep dalam hal melakukantransaksi ekonomi yang halal sesuai dengan konsepsyari’at islam. Hal ini menandakan dalam kehidupanmanusia di muka bumi ini selalu melakukantransaksi ekonomi. Perekonomian syariah dilandasioleh prinsip kesempurnaan dimana Islammenawarkan konsep tawazun (keseimbangan)dengan kandungan nilai-nilai khusus sesuai sunnahNabi Muhammad SAW dan Al-Qur’an. Konsepkeseimbangan memuat keseimbangan dunia danakhirat.8

Dalam kegiatan berwirausaha, pelaku usahaatau pebisnis akan melakukan transaksi dengankonsumen (pemakai barang dan jasa) sama-samamempunyai kebutuhan dan kepentingan. Untuk itusangat diperlukan aturan-aturan dan nilai-nilai yangmengatur kegiatan transaksi bisnis agar tidak adapihak-pihak yang dirugikan dan dieksploitasi baikpihak konsumen maupun penjual.

Maka dapat dijelaskan bahwa transaksi (akad)merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab danqabul yang berakibat timbulnya akibat hukum. Ijabadalah penawaran yang diajukan oleh penjual(pembisnis) dan qabul adalah jawaban persetujuanyang diberikan mitra akad (konsumen) sebagaitanggapan terhadap penawaran pihak yangpertama.9

Allah SWT dalam Q.S. Al Maidah:1:”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak,kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yangdemikian itu) dengan tidak menghalalkan berburuketika kamu sedang mengerjakan haji.

Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukummenurut yang dikehendaki-Nya”.

Syariah Islam sangat menekankan adanyasuatu distribusi kekayaan dan pendapatan yangmerata sebagaimana yang tercantum dalam Q.S. AlHasyr:7 yang artinya:“Kekayaan itu tidak beredar di kalangan orang-

orang kaya di antara kamu saja”.Dalam ekonomi islam, transaksi dilandasi

oleh aturan hukum-hukum islam (syariah) yangdibagi menjadi dua kategori yaitu transaksi halaldan transaksi haram. Dimana dalam hal ini transaksi

8Rahmawati, Dinamika Akad Dalam Transaksi EkonomiSyariah, Al-Iqtishad, Vol. 3, No. 1, Januari 2011, hal. 27.9Agus Arwani, Konsep Akad (Transaksi) Dalam Islam, Januari2017, hal.

Page 4: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 70

halal merupakan transaksi yang diperbolehkan olehsyariah islam, sedangkan transaksi harammerupakan semua transaksi yang dilarang dalamsyariah islam. Menurut Alma dan Donni bentukkecurangan dalam bisnis seperti rendahnyasolidaritas, tanggung jawab sosial dan tingkatkejujuran, saling curiga, persaingan tidak sehat,penunggakan utang, sogok menyogok,komersialisasi birokrasi bahkan memotong relasisaingan untuk mematikan usaha saingan.10

Berdasarkan kajian dalam Al Qur’an, Haditsdan teori-teori dan berdasarkan hasil penelitianagama memiliki hubungan terhadap keputusanberwirausaha. Secara khusus, agama Islam sangatkondusif untuk memerintahkan umatnya untukberwirausaha. Dengan demikian, bukti-buktiempiris menunjukkan bahwa agama mempengaruhiperilaku ekonomi, dan memiliki hubungan denganpara pelaku wirausaha.11 Islam mengajak semuamuslim untuk menjadi wirausahawan dalamkehidupan mereka dengan diberikan aturan yangharus diikuti oleh semua muslim yang berasal darial-Quran dan al-Hadits. Al- Qur’an dan al-Haditsinilah yang menjadi sumber nilai, sikap, perilaku,dan etika seorang muslim dalam berwirausaha.

Suatu transaksi baru munncul dan belumdikenal sebelumnya dalam hukum Islam, makatransaksi tersebut dapat diterima, kecuali terdapatimplikasi dari dalil al-Qur’an dan al-Hadis yangmelarangnya. Transaksi yang dilarang dalam Islamada beberapa macam, dilarangnya transaksi itusesuai dengan faktor penyebabnya:

Berdasarkan uraian latar belakang diatasmaka tujuan dari penulisan ini ialah:1. Untuk mengetahui bagaimana konsep

bewirausaha syariah Nabi Muhammad SAW.2. Bagaimana konsep berwirausaha dengan

metode dimensi vertikal dan dimensi horizontal.3. Bagaimana transaksi-transaksi ekonomi syariah

yang halal dalam Islam.4. Faktor-faktor apa saja penyebab terlarangnya

sebuah transaksi dalam Islam

2. METODEMetode yang digunakan dalam penulisan ini

ialah metode pustaka (library research). Metodedigunakan untuk mengetahui keabsahan sebuahpenelitian, dengan menggunakan berbagai teknik.Dalam penulisan ini penulis menggunakan

10Norvadewi , op.cit., hal. 3711Fauzan, op.cit.., hal. 148

menggunakan metode kepustakaan (libraryresearch) dengan tujuan agar dalam pencarian datasecara mendalam terhadap tema yang diteliti untukmenemukan ‘jawaban sementara’ dari masalahyang ditemukan diawal sebelum penelitian. Metodedalam pencarian, mengumpulkan dan menganalisasumber data untuk diolah dan disajikan dalambentuk laporan penelitian kepustakaan berdasarkaatas karya tulis termasuk penelitian yang belumatau yang sudah di publikasikan.

Menurut Sarwono (2006) metode studi pustakaadalah mempelajari berbagai buku refrensi sertahasil penelitian sebelumnya yang sejenis danberguna untuk mendapatkan landasan teorimengenai maslah yang akan diteliti.12

Sedangkan menurut Sugiyono (2012) studipustaka merupakan teknik penugumpulan datadengan melakukan penelaahan berbagai buku,literatur, catatan, serta berbagai laporan yangberkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan.13

Sedangkan Arikunto (2006) menjelaskan studipustaka dalam penelitian adalah metodepengumpulan data dengan

mencari informasi lewat buku, majalah, koran danliteratur lainnya yang bertujuan untuk membentuksebuah landasan teori.14

Maka dalam penulisan ini penulis menggunakanmetode pustaka dengan tujuan untuk mencaribeberapa refrensi berkaitan dengan KonsepBerwirausaha Islam dan Bertransaksi Syariahdengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah)dan Dimensi Horizontal (Hablumminannas)berkaitan dengan kewirausahaan islam.

3. HASIL DAN PEMBAHASANZimmerer dan Scarborough, (1998) menjelaskan

kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajaritentang nilai, kemampuan, perilaku seseorangdalam menghadapi tantangan hidup (usaha).Kewirausahaan merupakan ilmu yang memilikobyek kemampuan menciptakan sesuatu yang barudan berbeda.

Kewirausahaan adalah ilmu, seni maupunperilaku, sifat, ciri dan watak seseorang yangmemiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan

12Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif danKualitatif. Graha Ilmu: Yogyakarta.

13Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif danR&D, Alfabeta: Bandung.

14Arikunto. (2006). Metode Penelitian Kualitatif, Bumi Aksara:Jakarta

Page 5: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 71

inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (createnew & different).

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalahkemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikandasar, kiat, dan sumber daya untuk mencaripeluang menuju sukses. Kewirausahaan(entrepreneurship) bukan merupakan ilmu ajaibyang mendatangkan uang dalam sekejap, melainkansebuah ilmu, seni dan keterampilan untukmengelola semua keterbatasan sumber daya,informasi, dan dana yang ada gunamempertahankan hidup, mencari nafkah, ataumeraih posisi puncak dalam karir.15

Kewirausahaan Islam merupakan aspekkehidupan yang dikelompokkan ke dalam masalahmuamalah. Masalah yang erat kaitannya denganhubungan yang bersifat horisontal, yaitu hubunganantar manusia yang akan dipertanggungjawabkankelak di akhirat. Kewirausahaan Islam merupakansuatu ibadah yang akan mendapatkan pahalaapabila dilaksanakan.16

1. KONSEP BERWIRAUSAHA SYARIAH NABIMUHAMMAD SAW

Nabi Muhammad SAW mengajarkanmelakukan berwirausaha dan transaksi dilakukansecara jujur, adil dan jangan membuat konsumenkecewa. Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra’d:11:“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu

mengikutinya bergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintahAllah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaansesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabilaAllah menghendaki keburukan terhadap sesuatukaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dansekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selainDia. Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikatyang tetap menjaganya secara bergiliran dan adapula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat iniialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu,disebut malaikat Hafazhah. Tuhan tidak akanmerobah keadaan mereka, selama mereka tidakmerobah sebab-sebab kemunduran mereka.”.Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al A’raaf:10:

15Suryana, Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan ProsesMenuju Sukses, Jakarta: Salemba Empat, 2009, hal. 2.16Sri Wigati, M.E.I, Kewirausahaan Islam (Aplikasi dan Teori),Buku Perkuliahan S1, Prodi Hukum Ekonomi Syariah(Muamalah), Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan AmpelSurabaya, hal. 13.

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamusekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu dimuka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlahkamu bersyukur”.

Selain dalam Al-Qur’an, dalam hadits dijelakan.Nabi Muhammad SAW bersabda “Berusaha untukmendapatkan penghasilan halal merupakankewajiban, disamping sejumlah tugas lain yangtelah diwajibkan”. (H.R. Baihaqi). Dalam HR.Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda “Tidakada satupun makanan yang

lebih baik daripada yang dimakan dari hasilkeringat sendiri”.

Berdasarkan dalam Al-Qur’an dan Haditsdiatas maka bekerja dan berwirausaha itu sangatpenting. Menurut Muslich, (2004) berwirausahamerupakan suatu kegiatan yang dilakukan olehmanusia untuk memperoleh pendapatan ataupenghasilan atau rizki dalam rangka memenuhikebutuhan dan keinginan hidupnya dengan caramengelola sumber daya ekonomi secara efektif danefisien.17 dalam Norvadewi (2015:35-36).

Konsep berwirausaha dalam islam dikenaldengan istilah tijarah (berdagang ataubertransaksi). Konsep berwirausaha dalam Islamyang mengacu pada konsep wirausaha NabiMuhammad SAW yang perlu ditiru dan diterapkanumat muslim, sebagai berikut:18

a. Shiddiq (Benar dan Jujur)Shiddiq artinya adalah berkata benar dan

jujur. Seorang wirausaha islam harus mampumeniru sifat Rasulullah SAW yaitu berkata benar,bertindak benar atau diam saja (jika tidak mampuberkata dan bertindak benar). Artinya baikpemimpin ataupun karyawan dalam berwirausahaharus bisa berperilaku benar dan jujur kepadasetiap keputusan dan tindakan, jujur terhadapkonsumen, pesaing sehingga usaha yang dijalankandikelola dengan prinsip kebenaran dan kejujuran.

Jujur dalam hal berkaitan dengan pada saatbertransaksi dengan nasabah, mengedepankankebenaran informasi, menjelaskan keunggulanbarang. Jika ada kelemahan atau cacat pada produk,maka disampaikan kepada calon pembeli.Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Taubat:119:

17 Norvadewi., op.cit., hal. 3618 Yana Hendayana, Dini Lisnawati, Amir Machmud, op.cit. hal.62

Page 6: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 72

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalahkepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.

Nabi Muhammad SAW bersabda “Hendaklahkalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkankepada kebaikan”.

Maka makna dari ayat dan hadits diatas ialahbahwa dalam berwirausaha kejujuran sangatpenting karena bentuk kesungguhan dan ketepatan(mujahadah dan itqan) dalam hal ketepatan waktu,janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahandan kekurangan, menjauhkan diri dari berbuatbohong dan menipu (baik kepada diri sendiri, temansejawat, perusahaan maupun mitra kerja).b. Amanah (Dapat Dipercaya)

Amanah yaitu sifat kepercayaan baik dari darisisi internal maupun eksternal. Amanah danbertanggung jawab merupakan kunci sukses dalammenjalankan wirausaha. Memiliki sifat amanahakan membentuk kredibilitas yang tinggi dan sikappenuh tanggung jawab pada setiap diri seorangmuslim.19 Sifat amanah memainkan peranan yangfundamental dalam ekonomi dan bisnis, karenatanpa kredibilitas dan tanggung jawab ,kehidupanekonomi dan bisnis akan hancur.

Tugas manusia adalah amanah dari Allahyang harus dipertanggungjawabkan. Implikasi daricara pandang ini adalah pengakuan sekecil apapunupaya dan perbuatan manusia, baik atau buruk,tetap mendapat perhatian dari Allah dan akanmendapatkan balasan yang kembali pada dirinyasendiri.20

Allah SWT berfirman dalam Q.S Al Mu’Minun:8:“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”.

Dalam Q.S. Al Ahzab:72 Allah SWT berfirman:“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanatkepada langit, bumi dan gunung-gunung, makasemuanya enggan untuk memikul amanat itu danmereka khawatir akan mengkhianatinya, dandipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnyamanusia itu amat zalim dan amat bodoh”.Rasulullah SAW bersabda, “Bahwa amanah akanmenarik rezeki dan sebaliknya khianat akanmengakibatkan kekafiran”. (HR Al – Dailami ).

19Yana Hendayana, Dini Lisnawati, Amir Machmud, op.cit. hal.60 20Andri Soemitra, op.cit, hal. 8.

Maknanya adalah sekecil apapun upaya danperbuatan manusia, baik atau buruk, tetapmendapat perhatian dari Allah dan akanmendapatkan balasan yang kembali pada dirinyasendiri. Manusia bebas memilih jalan yang salah,musyrik, munkar yang akan mengantarkannya padakerusakan, kesesatan dan kehancuran moral.Sebagai konsekuensinya, jika manusia berbuatkebaikan, maka dia diberi pahala dan kehidupanyang baik.c. Tabligh (Argumentatif/Komunikatif)

Tabligh yaitu kemampuan menyampaikan,kemampuan berkomunikasi efektif. Wirausaha yangefektif merupakan kempuan menyampaikankomunikasi. Kewajiban semua Nabi untukmenyampaikan kepada manusia apa yang diterimadari Allah berupa wahyu yang menyangkutdidalamnya hukum agama.21 Dalam sudut pandangkewirausahaan berbasis syariah, tuhan telahmemberikan kemampuan Istimewa pada manusia,tentu sudah sepantasnya manusia juga memilihjalan hidup yang istimewa dengan kemampuanyang dimilikinya.Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Ahzab:39:“Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalahAllah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiadamerasa takut kepada seorang (pun) selain kepadaAllah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuatperhitungan”.

Maknanya adalah para wirausahawan harusmampu melatih diri dalam menyampaikan ide danproduk bisnisnya, harus mampu menyampaikan danmempromosikan keunggulan-keunggulan produkdengan menarik dan tepat sasaran, serta mampumengkomunikasikannya secara tepat dan mudahdipahami oleh siapapun yang mendengarkannya.Hal yang paling penting harus mampumenjembatani antara pihak perusahaan dan pihakcustomer.

d. Fathonah (Cerdas dan Bijaksana)Sifat fathonah merupakan memiliki

kecerdasan dalam berbisnis. Dalam hal ini,pengusaha yang cerdas merupakan pengusaha yangmampu memahami, menghayati dan mengenal

21Yana Hendayana, Dini Lisnawati, Amir Machmud, op.cit. hal.65

Page 7: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 73

tugas dan tanggung jawab bisnisnya dengan sangatbaik.22

Dalam kewirausahaan berbasis syariah, Allahmenghendaki manusia bersikap cerdas dalammenyikapi kehidupan. Allah telah menyediakan danmemudahkan alam ini bagi manusia. Allah jugatelah menganugerahi manusia potensi berupaberbagai kemampuan mengelola dan mengaturalam. Manusia cerdas adalah manusia yang pandaimemanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhanfisik dan psikisnya seraya tetap mengharapkanridho dari Allah SWT.23

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Yunus:100:“Dan tidak seorang pun akan beriman kecualidengan izin allah dan allah menimpakan kemurkaankepada orang-orang yang tidak mempergunakanakalnya”.

Allah SWT menginginkan manusia hidupdalam kemaslahatan dan kebaikan. Bahkan Allahtelahberjanji, bagi manusia yang hidupnya dipenuhidengan prestasi-prestasi kebaikan.24

Tuhan telah menyiapkan baginya kehidupanyang baik sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. An-Nahl/16:97:“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baiklaki-laki maupun perempuan dalam keadaanberiman, maka sesungguhnya akan Kami berikankepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnyaakan Kami beri balasan

kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dariapa yang telah mereka kerjakan”.

Artinya dalam berwirausaha sifat fathanahadalah bahwa semua kegiatan-kegiatan dalamsuatu perusahaan harus dilakukan dengankecerdasan, dengan memanfaatkan potensi akaldan pikiran yang ada untuk mencapai tujuan.Memiliki sifat jujur, benar, dan bertangguang jawabtidak cukup dalam mengelola bisnis secaraprofesional. Para pelaku wirausaha juga harusmemiliki sifat fathanah, yaitu sifat cerdas, cerdik,dan bijaksana agar usahanya labih efektif danefisien.

Wirausaha cerdas harus selalu melatih diridalam mengasah kecerdasan karena wirausahadiperlukan visi, kreatifitas, ketekunan, inovasi dankreativitas agar barang atau produk diterima oleh

22Ibid. hal. 5623Andri Soemitra, op.cit, hal. 19.24Ibid.,

masyarakat sebagai pembeli karena sesuai dengankebutuhan masyarakat.

Sedangkan menurut Soesarsono (1996)dikutip berwirausaha ada beberapa unsur-unsurpenting yang harus dimiliki seorang dalamberwirausaha yaitu:25

a. Unsur Daya Pikir (Kognitif)

Unsur daya pikir merupakan yang berkaitandengan pengetahuan, kepandaian, intelektual, dayanalar yang harus dimiliki oleh seorang pembisnis.Agama Islam merupakan agama yang sesuai denganfitrah manusia, sudah tercantum dalam dalil aqlidan naqli yang menentramkan jiwa, menempatkanaktivitas pemikiran pada tataran yang istimewa,terlebih dalam pembentukan keimanan dankeyakinan umat manusia. Abdurrahman (1988)dalam pentingnya berpikir juga tampak darikedudukannya sebagai asas dari suatu perbuatan.Kaidah dalam perbuatan (qaidah ‘amaliyah) terdiriatas: (1) mabniyun ‘ala al-fikri’ ‘dilandaskan ataspemikiran atau kesadaran, (2) min ajli ghayatinmu’ayyanah untuk mencapai tujuan tertentu, dan(3) mabniyun ‘ala al-iman dilandaskan padakeimanan”.26

Umat muslim dalam berpikir bersumber dariwahyu dan kepintaran dalam mengamati

keadaan disekitarnya, berkaitan dengan wirausaha(bisnis) dalam Al-Qur’an Allah menunjukkansejumlah hal penting, diantaranya:27

1). Seruan Pengadaan Panganan Berkualitas

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagibaik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlahkamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karenasesungguhnya syaitan itu adalahmusuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al-Baqarah:168).2). Seruan Pengadaan Pakaian Berkualitas

“Hai anak Adam, sesungguhnya kami telahmenurunkan kepadamu pakaian untuk menutup'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Danpakaian takwa itulah yang paling baik. Yangdemikian itu adalah sebahagian dari tanda-tandakekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selaluingat”. (Q.S. Al-A’raaf:26).

25Agus Retnanto, Entrepreneurship Bagi Ummat Islam,EQUILIBRIUM, Volume 2, No. 2, Desember 2014, hal. 331.26Muhammad Ismail Yusanto, Muhammad KarebetWidjajakusuma, Mengagas Bisnis Islam, Jakarta: Gema Insani Press,2002, hal. 33-34.27Ibid., hal. 35

Page 8: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 74

3). Anjuran Pengadaan Jasa Transfortasi

“Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeriyang kamu tidak sanggup sampai kepadanya,melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yangmemayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. (Q.S.An-Nahl:7).“Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dankeledai, agar kamu menungganginya dan(menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakanapa yang kamu tidak mengetahuinya”. (Q.S. An-Nahl:8).

4). Anjuran Pengadaan Jasa Perdagangan

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidakdapat berdiri melainkan seperti berdirinya orangyang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,adalah disebabkan mereka berkata(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu samadengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jualbeli dan mengharamkan riba. Orang-orang yangtelah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,lalu terus berhenti (dari mengambil riba), makabaginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelumdatang larangan); dan urusannya (terserah) kepadaAllah. Orang yang kembali (mengambil riba), makaorang itu adalah penghuni-penghuni neraka;mereka kekal di dalamnya”. (Q.S. Al-Baqarah:275)a. Unsur Keterampilan (Psokomotorik)

Untuk mencapai keberhasilan, salah satuunsur yang harus dimiliki juga ialah unsurketerampilan. Keterampilan merupakan bagian daritindakan raga dan badan untuk memulaimenyelesaikan pekerjaan agar dapat menghasilkansuatu karya, baik berupa produk ataupun jasa.

Dalam Al-Qur’an dan Hadits sudah tercantumdidalamnya tentang pentingnya penguasaankeahlian atau keterampilan, Hal ini bisa dijadikantuntutan untuk setiap umat muslim dalam bekerja.Secara normatif, terdapat banyak nash dalam yangmenganjurkan untuk mempelajari ilmu-ilmupengetahuan umum dan keterampilan.Allah SWT berfirman dalam Al-Qashash:77:“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkanAllah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, danjanganlah kamu melupakan bahagianmu dari(kenimatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepadaorang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,kepadamu, dan janganlah kamu bebuat kerusakan

di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukaiorang-orang yang berbuat kerusakan”.

Berkaitan tentang keterampilan dalam Q.S. AlAnbiya:80 Allah SWT memerintahkan kepada NabiDaud AS untuk membuat baju besi berperang:

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuatbaju besi untuk kamu, guna memelihara kamudalam peperanganmu; Maka hendaklah kamubersyukur (kepada Allah)”.

HR. Al-Khatib dari Ibnu Abbas r.a “Hiasilahwanita-wanita kalian dengan ilmu tenun.

Dari ayat dan hadits diatas Islam memberikanperhatian besar bagi pentingnya mempelajari danmenguasai keterampilan. Penguasaan keterampilanmerupakan tuntunan yang harus dilakukan olehsetiap seorang muslim dalam rangka pelaksanaantugasnya. Secara normatif dalam alquran dan hadisbanyak anjuran untuk mempelajari ilmu-ilmupengetahuan umum dan keterampilan.28

b. Unsur Sikap Mental Maju (Afektif)Untuk seorang muslim, sikap mental pada

hakikatnya merupakan konsekuensi dari tauhid danbuah dari kemuslimannya dalam seluruh aktivitaskesehariannya. Identitas itu tampak padakepribadian seorang muslim, yakni pada polaberpikir (aqliyah) dan pola bersikapnya (nafsiyyah)yang dilandaskan pada aqidah Islam. Sikap mentaldibutuhkan sebagai pola pikir untuk mendorongproduktivitas secara islami,29

“Tidak beriman salah seorang di antara kalianhingga aku menjadi akalnya yang ia berfikirdengannya”. (Hadits Qudsi).

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian,sehingga dia menjadikan hawa nafsunya mengikutiapa-apa (dinul islam) yang kubawa”. (HaditsArba’in an-Nawwiyah).

Sikap mental maju di dorong oleh pola pikiryang Islami, sigap, cekatan, langsung dikerjakan.“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripadaorang yang menyeru kepada Allah, mengerjakanamal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku

28Agus Retnanto, Ibid., hal. 333.29Muhammad Ismail Yusanto, Muhammad KarebetWidjajakusuma, op.cit, hal. 41.

Page 9: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 75

termasuk orang-orang yang menyerah diri”. (Q.S.Al-Fussilat:33).

Sikap mental merupakan unsur pentingsebagai dasar dan titik tolak mencapai hasil.Pembinaan mental lebih menitikberatkan padakejujuran, ketekunan, keuletan, kemauan, dantangggung jawab.30

Terdapat enam kekuatan untuk membangunkepribadian yang kuat, yaitu:31

1). Kemauan yang kerasUntuk membangun kepribadian yang kuat

dibutuhkan kemauan keras, yaitu kemauanuntuk menggapai tujuan dan kebutuhan hidupmerupakan kunci keberhasilan yang dibutuhkanseorang muslim dalam mengatasi segalarintangan dan hambatan untuk mencapai tujuan.

2). Keyakinan yang kuat atas kekuatan sendiriSetiap manusia yang ingin maju harus

memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatansendiri. Keyakinan keyakinan sebagai buktisemangat bekerja untuk mencapai tujuan hidup.Untuk menumbuhkan keyakinan yang kuat makaseseorang perlu melihat hal-hal sebagai berikut :a). Mampu mengenali dirinya sendiri sebagai

makhluk yang memiliki kelemahan dankekuatan.

b). Percaya terhadap diri sendiri bahwa dirinyamemiliki potensi.

c). Mengetahui dengan jelas tujuan-tujuan dankebutuhannya sehingga dapat memulaisuatu perbuatan dimana, bagaimana, sertakapan mencapai dan memenuhinya.

3). Kejujuran dan tanggung JawabMenjadi seorang wirausaha muslim juga

harus memiliki kejujuran dan tanggungjawabkepada orang lain. Kejujuran dan tanggungjawabdalam hal ini dapat dilihat ketika penjualmemberikan barang pengganti ketika barangdagangannya ada yang rusak atau jujurmenceritakan dikala barang dijual adakekurangan atau cacat. Kejujuran dan tanggungjawab dalam berwirausaha untuk menjagakepercayaan pembeli yakni pembeli akan.

30Agus Retnanto op.cit., hal. 336.31Sunarso, Sikap Mental Wirausahawan Dalam MenghadapiPerkembangan Zaman, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 10,No. 2, Oktober 2010, hal. 186.

Kepercayaan ini adalah amanah yang menjaditanggung jawab wirausahawan.32

4). Ketahanan fisik dan mentalMenurut Abbas (2014) mental adalah hal-hal

yang berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yangdapat mempengaruhi sikap dan mental perilakuindividu. Setiap perilaku dan ekspresi merupakandorongan dan cerminan daei kondisi mental. Sikapmental dalam berwirausaha berarti kecendrungantindakan dan tingkah laku baik sebagai wirausahaatau potensi wirausaha (Ashidiq, 2013).33 Manusiayang bersikap mental wiraswasta memlikiketahanan fisik dan mental

Sikapnya adalah pantang menyerahterhadap keadaan dan prestasi yang ada, untuklebih maju mencapai prestasi yang lebih baik.

Dalam Choirul Huda (2016) keterkaitanyang kuat antara agama Islam dengan aktifitasekonomi umat. Menurut Ismail adalah bahwakongkritnya adalah kegiatan yang bersifat untukmendapatkan kecukupan materi, tidak dapatdilepaskan dari kehidupan sesudah mati danakan tetap dipertanggungjawabkan di hadapanTuhan. Islam tidak mengajarkan satu sistemekonomi yang komprehensif, tetapi Islammengajarkan landasan etika. Artinyakeberhasilan itu akan

dicapai jika memiliki etika, sikap dan mentalyang berani menghadapi setiap resiko yang ada.Untuk menghadapi resiko maka diperlukankekuatan fisik dalam bekerja, optimis dan beraniharus menjadi faktor utama dari mental dansikap seorang wirausaha.34

5). Ketekunan dan keuletan untuk bekerja kerasKerja keras adalah berusaha dengan

sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-citaatau tujuan. Multahim (2007) kerja kerasmempunyai makna bekerja sungguh-sungguhuntuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian

32Dewi Maharani, Penerapan Kejujuran dan Tanggung JawabDalam Etika Bisnis Syariah Pasa Wirausaha Muslim Di KecamatanMedan Marelan, Medan, Fakultas Agama Islam, UniversitasMuhammadiyah Sumatra Utara, hal. 25-26.33Agil N. Maulida, Inul H. Kusumah, Tatang Permana,Karakteristik Sikap Mental Wirausaha Mahasiswa Dalam BidangOtomotif, Journal of Mechanical Engineering Education, Vol. 3, No. 1,Juni 2016, hal. 11.

34Choirul Huda, Etos Kerja Pengusaha Muslim (Studi Kasuspada Pengusaha Muslim Alumni UIN Walisongo Semarang),Economica, Vol. 7, Edisi 2, Oktober 2016, hal.83.

Page 10: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 76

disertai berserah diri (tawakkal) kepada AllahSWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.35

Sedangkan ketekunan berarti berkeras hati,teguh pada pendirian. Ulet berarti tidak mudahputus asa yang disertai dengan kemauan kerasdalam mencapai suatu tujuan. Maka tekun uletadalah termasuk dalam perbuatan yang terpuji(ahlak mahmudah) yang harus dimiliki olehsetiap muslim. Tekun dan ulet juga berkaitandengan rajin, sabar, hati-hati dan sungguh-sungguh. Macam-macam sifat tekun dan uletyaitu (a). tekun dan ulet dalam berusaha, (b).tekun dalam belajar, dan (c). terampil dalambekerja.36

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Muzzammil: 8:“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah

kepada-Nya dengan penuh ketekunan.”

Di ayat lain Allah dengan tegas melarangorang yang berputus asa dengan mengambil kata-kata Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya dalam Q.S.Yusuf:87:“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilahberita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangankamu berputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,melainkan kaum yang kafir".

6). Pemikiran yang konstruktif dan kreatifSeorang wirausaha harus memiliki

keterampilan berfikir kreatif, manusia jiwaenteipreneurship. Jiwa entrepreneurship harusdidukung oleh cara-cara berpikir kreatif. Pemikirankreatif harus didukung pengerahan daya imajinasidan proses berpikir ilmiah. Hanya seorang yangoptimis dan mempunya daya imajinasi yang positifyang dapat menolong permikiran yang kreatifInovatif. Kartono Kartini & Dali Gulo (2003) motivasiartinya mendorong, mendorong seseorang untukterus mempunyai jiwa kreatif untuk memcahkanmasalah dengan mencetuskan ide danmenghasilkan produk-produk baru.37

Dalam hal memanfaatkan peluang, seorangwirausahawan dituntut untut selalu memiliki sikapkreatif dan inovatif. Kreatif pada dasarnya adalahbagaimana menghadirkan sesuatu yang beda atau

35Multahin, et.all, Pendidikan Agama Islam Penuntun Akhlak,Jakarta: Yudhistira, 2007, hal. 2.36Ibid., hal. 4.37Ulfah Annajah, Nailul Falah, Pengaruh Lingkungan Sosial

Terhadap Motivasi Berprestasianak Panti Asuhan Nurul HaqYogyakarta, Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Desember 2016, hal. 1.

hal yang belum ada. Dalam prakteknya ide kreatifdapat melibatkan sebuah usaha penggabungan duahal atau lebih ide-ide secara langsung. Kreativitasmerupakan usaha kemampuan seseorang untukmelahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasanmaupun karya nyata.38

c. Unsur Kewaspadaan atau IntuisiFaktor lain selain pemikiran, keterampilan,

dan sikap mental yang menentukan keberhasilanberwirausaha ialah faktor intuisi. Intuisi atau jugadikenal sebagai feeling adalah sesuatu yang abstrak,sulit digambarkan, namun kenyataan jika dirasakanserta diyakini benar lalu diusahakan. Dalampandangan Islam, intuisi dapat diartikan sebagaibagian lanjutan dari pemikiran dan sikap mentaluntuk maju yang dimiliki seorang muslim. Seorangmuslim memang dituntut mengimlementasikanpemahaman Islam yang dimilikinya dalam

menjalankan kehidupan. Proses implementasi dapatdilakukan dengan cara menumbuhkan danmeningkatkan kesadaran dan melatih daya rasa dankepekaan perasaan.39

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambilberdiri atau duduk atau dalam keadan berbaringdan mereka memikirkan tentang penciptaan langitdan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami darisiksa neraka”. (Q.S. Ali Imran:191).Dalam surat selanjutnya Allah SWT Allah berfirman:“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yangdikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggidan patung-patung dan piring-piring yang(besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap(berada di atas tung- ku). Bekerjalah hai keluargaDaud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikitsekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih”.(Q.S. Saba:13).

Diperkuat oleh Hadits yang diriwyatkanThabrani dari Abu Dzarr al-Ghifari:“Siapa yang bangun pagi hari dan ia hanyamemperhatikan masalah dunianya, orang tersebuttidak berguna apa-apa di sisi Allah. Dan barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan kaummuslimin, ia tidak termasuk golongan mereka”.

38Sunarta, Berpikir Kreatif dan Inovatif Modal Utama MenjadiWirausaha, Disampaikan pada Seminar Entrepreneurship tanggal27 Juli 2011 di Balai Desa Sindumartani-Ngemplak Sleman

39Muhammad Ismail Yusanto, Muhammad KarebetWidjajakusuma, op.cit, hal. 44-46.

Page 11: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 77

Maka gabungan dari keempat unsur yaitupemikiran, keterampilan, sikap mental maju danintuisi harus terus saling bersinergi secara baiksehingga tujuan untuk membawa keberhasilan bisatercapai. Tantangan selanjutnya terletak padabagaimana tindakan dan upaya sorang muslimdalam mengembangkan keempat unsur yang adaagar tetap selalu bersinergi untuk mendukungkegiatan berwirausaha.

2. BERWIRAUSAHA DENGAN METODE DIMENSIVERTIKAL DAN DIMENSI HORIZONTAL

Konsep berwirausaha berbasis syariahmemiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal sebagaiwujud ketaatan kepada Allah SWT(hablumminallah) dan dimensi horizontal yangterkait hubungan dengan sesama manusia(hablumminannas) dengan nilai (value) yangberbeda. Dalam dimensi horizontal menggunakantolak ukur BENAR-SALAH, sedangkan dimensivertikal menggunakan tolak ukur HAQ-BATHIL.Allah SWT berfirman dalam QS An-Nisa:29:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamisaling memakan harta sesamamu dengan jalanyang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yangberlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.Dan janganlah kamu membunuh dirimu,sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayangkepadamu”.

Daud Rasyid (1988) dalam bukunya yangberjudul Islam Dalam Berbagai Dimensimenjelaskan bahwa dimensi vertikal (akhlak kepadaAllah SWT) dan dimensi horizontal (kemanusiaan)merupakan dua cakupan yang tidak bisa terpisah-pisahkan satu dengan yang lain.40

a. Berwirausaha Dengan Metode Dimensi Vertikal(Hablumminallah)

Agama Islam merupakan ajaran kebenaranyang sempurna, yang datang dari Allah SWT. Sifathubungan antara manusia dengan Allah SWT dalamajaran Islam bersifat timbal-balik, yaitu bahwamanusia melakukan hubungan dengan Tuhan danTuhan juga melakukan hubungan dengan manusia.Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalahibadah. Agama adalah keyakinan terhadap Tuhandan adanya aturan tentang perilaku hidup manusia.Michel Mayer menjelaskan bahwa agama adalahseperangkat aturan dan kepercayaan yang pasti

40Daud Rasyid, Islam Dalam Berbagai Dimensi, Jakarta: GemaInsani Press, Cetakan I,1998, hal. 47.

untuk membimbing manusia dalam tindakannyaterhadap Tuhan, orang lain, dan diri sendiri.Manusia sebagai diri pribadi merupakan

makhluk yang diciptakan secara sempurna olehTuhan. Hubungan manusia dengan Tuhan, yaitusebagai hamba, maka manusia wajib tunduk danberibadah kepada Tuhan.41

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusiamelainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Q.S. Az Zariyat).

Menurut Mimi Doe mengatakan bahwaspiritualitas adalah kepercayaan akan adanyakekuatan non-fisik yang lebih besar dari kekuatandirinya, suatu kesadaran yang menghubungkanmanusia langsung dengan tuhan ataupun yangdinamakan sebagai keberadaan manusia. Dalamaspek relasional, seseorang merasa bersatu denganTuhan (dan/atau bersatu dengan cinta-Nya).42

Secara spiritual metode berwirausaha bagiumat muslim dengan berpegang teguh pada AllahSWT yaitu:1). Berwirausaha Semata-Mata Karena Allah SWT

Dalam Islam harus memiliki niat yang bagusdalam wirausaha. Jual beli bukan masalah uang danbarang, tapi dilakukan dengan selalu mengingatAllah SWT dan selalu berfikir bahwa kegiatan yangdilakukan akan menjadi amal sholeh. Pastikan tekadhati dalam berwirausaha semata-mata dilakukankarena Allah, karunia segala nikmat tuntunan amaldan perbuatan akan kembali kepda Allah, Terbebasdari hal-hal riba, sehingga hari-hari yang dinantiialah merindukan berjumpa dengan Allah SWT.43

Oleh karena itu para wirausahawan muslim janganterjebak oleh rekayasa-rekayasa dunia dalamberbisnis. Allah sama sekali tidak membutuhkanrekayasa dari manusia, Allah maha tahu segalalintas hati, maha tahu segalanya. Makin bening,makin bersih, semua semata-mata karena Allah,maka kekuatan Allah yang akan menolong

41Andi Thahir, Hubungan Relegiusitas dan Etos KerjaMasyarakat Lampung, Lampung: Laporan Hasil Penelitian Individu,2013, hal. 3.42Abdul Jalil, Spiritual Enterpeneurship (TransformasiSpiritualitas Kewirausahaan), Yogyakarta: LkiS, 2013) hal. 2443Daryanto, Bagaimana Berwirausaha?, Malang: GunungSamudera, Cetakan I, Agustus 2014, hal. 89.

Page 12: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 78

segalanya.44Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Jumu’ah:10:“Apabila telah ditunaikan shalat, makabertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilahkarunia Allah dan ingatlah Allah banyak- banyaksupaya kamu beruntung”.

“Allah mengasihi orang yang bermurah hati waktumenjual, waktu membeli dan waktu menagihpiutang” (HR. Bukhari).

Maksud dari ayat diatas ialah Allah inginmanusia menjadi kaya melalui kerja yang benaryang dilandasi iman kreaktivitas, inovasi, dandengan kekayaan itu diharapkan bisamensejahterakan orang lain sebagai umat manusia.The Ultimate Resource karya Julian Simon (1981)menerangkan tentang anugerah Allah kepadamanusia bahwa manusia jangan hanyamenggunakan sumber daya alam yang ada tetapidikaruniai pikiran/akal-budi untuk menciptakansesuatu yang bermanfaat bagi sesama maklukhidup di dunia ini.b. Berwirausaha adalah Ibadah

Melakukan kegiatan wirausaha bagi seorangmuslim tujuannya karena beribadah pada Allah SWTlebih tinggi derajat dan pahalanya. Sebab dalamsholat 5 waktu sudah berjanji, bahwa sholatku,ibadahku, hidupku, dan matiku adalah karena AllahSWT. Umat muslim menjalankan suatu usahaadalah dalam rangka ibadah kepada Allah. Demikianpula hasil yang diperoleh dalam berwirausaha akandipergunakan kembali di jalan Allah. Berwirausahaadalah sebagian dari kewajiban hidup manusia yangharus ditunjukkan untuk beribadah kepada AllahSWT.45 Harus memiliki niat untuk beribadah agarmendapat berkah. Berdagang dengan niat ini akanmempermudah jalan kita mendapatkan rezeki.Nabi Muhammad SAW, “Sesungguhnya bekerjamencari rizki yang halal itu merupakan

kewajiban setelah ibadah fardlu” (HR.Tabrani danBaihaqi)."Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya sertaorang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu,dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) YangMengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

44Ibid., hal. 92.45Aprijon, Kewirausahaan dan Pandangan Islam, JurnalMenara, Vol. 12, No. 1, Januari-Juni 2013, hal. 9.

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamukerjakan”. Q.S. At-Taubah: (105).

a. Takwa, Tawakal, Zikir dan Syukur Serta JujurPendapat Alma (2009) mengungkapkan

bahwa sifat atau karakteristik yang harus dimilikiwirausahawan sesuai dengan ajaran Islam adalahtakwa, tawakal, zikir dan syukur. Sifat-sifat tersebutharus benar-benar dilaksanakan dalam kehidupan(praktek binis) sehari-hari.46 Takwa merupakanmentaati perintah Allah dan menjauhi semualarangannya. Tawakal ialah suatu sifat penyerahandiri kepada Allah secara aktif, tidak cepat menyerah.Berdzikir artinya dalam hati selalu menyebut AsmaAllah dengan merendahkan diri dan rasa takut sertatidak mengeraskan suara dalam segala keadaan.Selalu mengingat Allah membuat hati menjaditenang, segala usaha dapat dilakukan dengankepala dingin dan lancar. Syukur adalahkemampuan menerima apapun yang diberikan Allahadalah yang terbaik.47 Sikap orang yang jujur akantergambar dalam setiap ucapan dan perbuatannya.Al-Qurtubi berkata”merupakan kewajiban setiaporang yang mengenal Allah agar senantiasa berlakujujur dalam ucapan, ikhlas dalam perbuatan danbersih dalam keadaan.48

Sikap jujur terdapat dalam hadits dari IbnuMas’ud, Nabi Muhammad SAW bersabda“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepadakebaikan dan sesungguhnya kebaikan itumenunjukkan surga dan sesungguhnya seseorangyang senantiasa melakukan kejujuran

sehingga ia catat di sisi Allah sebagai orang yangjujur, dan sesungguhnya perbuatan buruk itumenunjukkan kepada neraka dan sesungguhnyaseseorang yang senantiasa berdusta sehingga iadicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta”.(Muttafaq alaih).“Hai orang-orang yang beriman bertakwalahkepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (Q.S. At-Taubah:119).

c. Berwirausaha Dengan Metode DimensiHorizontal (Hablumminannas)

Hubungan manusia dengan manusiamerupakan salah satu kewajiban bagi umat muslim.

46Firman Menne, Nilai-Nilai Spiritual Dalam Entitas BisnisSyariah, Celebes Media Perkasa 2017, hal. 14347Ibid.,48 loc.cit.,

Page 13: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 79

Banyak hal yang diperintahkan Allah SWT dalamupaya kita menjalin hubungan antara manusia.Hakikat manusia sebagai hamba Allah merupakanmahluk spiritual yang mempunyai perjanjian sucidengan tuhan, beribadah kepada Allah semata sertaselalu bersikap tulus ikhlas kepada Allah. Sukamembantu orang lain (caring for other), yaitu salingmembantu, berbaik hati, belas kasihan, danmenghindari segala sesuatu yang membahayakanorang lain. Dalam dimensi horizontal ini meliputipengabdian semua amal sholeh atau perbuatanbaik yang berhubungan dengan kehidupan antarsesama manusia dan mahluk ciptaan Allah SWT. 49

Dimensi horizontal berkaitan tentangmenjalin kerja sama yang harmonis dengankaryawan, pelanggan, serta membangun relasidengan lingkungan bisnis dan masyarakat.Berwirausaha dengan dimensi horizontal atauhubungan baik kesesama umat manusia dijelaskansebagai berikut:50

1). Menjalin Hubungan (Human Relation)Harmonis dengan Karyawan

Human relation dalam prespektif Islam bukansekedar pendekatan pemikiran dalam konsep tatahubungan kemanusiaan, melainkan tata nilai yangmenjadi inti dalam proses interaksi sosial yangmanusiawi, yang dimaksudkan untuk memenuhihak dan kewajiban terhadap sesama manusia.

Menurut Effendy (1994) wujud manusia(human being) dalam proses rohaniah yang tertujukepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat,perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku dan lain-lain, yang merupakan aspek kejiwaan yang terdapatpada diri manusia. Oleh karena itu, maksud humanrelation adalah hubungan manusiawi atauhubungan insani.51

Allah SWT berfirman dalam Q.S Ali-Imran:112:“Mereka diliputi kehinaan di mana saja merekaberada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusiadan mereka kembali mendapat kemurkaan dariAllah dan mereka diliputi kerendahan. Yangdemikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat

49Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam (MembangunKerangka Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Praktik Pendidikan),Bandung: Citapustaka Media Perintis, Des. 2008, hal. 164.50Yana Hendayana, Dini Lisnawati, Amir Machmud, op.cit. hal.2.

51Andi Zuchairiny, Human Relation Dalam Perspektif Islam,Jurnal Hunafa, Vol.5, No.2, Agustus 2008, hal. 3.

Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yangbenar. Yang demikian itu disebabkan merekadurhaka dan melampaui batas”.Dalam Q.S Al-Hujarat:10 Allah SWT berfirman:“Orang-orang beriman itu sesungguhnyabersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilahhubungan) antara kedua saudaramu itu dantakutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapatrahmat”.

Dari ayat diatas mempunyai makna yangsangat dalam, yaitu manusia dalam situasi apapundan dimana pun berada selalu diliputi kehinaan,kecuali yang selalu memperbaiki hubungannyadengan Allah dan selalu memperbaiki hubungannyadengan sesama manusia. Artinya hubungan yangharmonis dengan sesama manusia merupakanprasyarat dalam kehidupan mereka, dan bahkanmerupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT.

2). Menjalin Hubungan Harmonis denganPelanggan

Srategi bisnis Rasulullah SAW ialah beliausangat baik dalam mengelola proses, transaksi, danhubungan bisnis dengan seluruh elemen dimana,beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnismodern yaitu selalu mengutamakan kepuasanpelanggan. Menjaga hubungan baik denganpelanggan merupakan langkah penting yang sudahdiajarkan Rasulullah SAW guna mempertahankanpelanggan tersebut.Allah SWT berfirman dalam Q.S. Hujurat 10:“Orang-orang beriman itu sesungguhnyabersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilahhubungan) antara kedua saudaramu itu dantakutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapatrahmat.”

Implementasi dari ayat diatas persaudaraanini berkaitan dengan rasa cinta, perdamaian,kerjasama, dan persatuan menjadi landasan utamamasyarakat muslim. Jadi, salah satu faktor sikapmenjalin persaudaraan berdasarkan ajaran Islamsejati ialah dalam hubungan-hubungan sosial yanglebih luas setiap muslim baik sebagai individu,keluarga maupun jamaah. Menurut Berry danParasuraman (1998) dikutip Naili Farida (2010)konsep ikatan hubungan di dalam pemasaran bisnisdengan pelanggan-pelanggan dapat dibangundengan ikatan yaitu:52

52Naili Farida, Pengaruh Ikatan Hubungan, Citra Perusahaan,Nilai Pelanggan dan Kepuasan Nasabah Terhadap Loyalitas Nasabah

Page 14: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 80

a). Ikatan Finansial (Financial Bond)Ikatan finansial ialah ikatan yang digunakan

perusahaan atau penyedia jasa melalui manfaatekonomi seperti harga, diskon atau potongan atauinsentif keuangan yang lain. Artinya, untuk menjalinhubungan erat antara perusahaan denganpelanggan dan tertarik berbelanja maka perusahaanmemberikan potongan harga lebih murah untukpembelian dalam volume besar atau untukpelanggan yang telah menjadi langganan selamaperiode waktu

tertentu. Rasulullah SAW bersabda “Salingmenghadiahilah kalian niscaya kalian akan salingmencintai.” (HR. Al-Bukhari)b). Ikatan Sosial (Social Bond)

Ikatan sosial ialah ikatan pribadi atau ikatanhubungan keakraban, persahabatan dan berbagipengalaman dengan pelanggan dan berempatidengan pelanggan dan ikatan stuktural (structuralbond) yang digunakan untuk membangun hubunganantara anggota dengan penyedia jasa. Dalammembangun hubungan dengan pelanggan dalamikatan sosial bisa dilakukan dengan cara silaturahim.Untuk menyambung tali silaturahmi dengan carasaling berziarah (berkunjung), saling memberihadiah, atau dengan pemberian yang lain.Sambunglah silaturahmi itu dengan berlemahlembut, berkasih sayang, wajah berseri,memuliakan, dan dengan segala hal yang sudahdikenal manusia dalam membangun silaturahmi.Dengan silaturahmi, pahala yang besar akandiproleh dari Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW bersabda “Barang siapayang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkanumurnya, maka hendaklah ia menyambung talisilaturahmi”. (Muttafaqun ‘alaihi).

c). AmanahAmanah merupakan terpercaya dan

bertanggung jawab terhadap pelanggan. MenurutWidjajakusuma (2002) banyak orang yang ahli sertamempunyai etos kerja yang tinggi, tapi karena tidakmemiliki sifat amanah, justru memanfaatkankeahliannya untuk melakukan berbagai tindakkejahatan. Sikap itu bisa dimiliki jika dia selalumenyadari bahwa aktivitas apa pun yang dilakukan

Bank Pemerintah Di Jawa Tengah, WACANA, Vol. 13, No. 2, April2010, hal. 204.

termasuk pada saat bekerja selalu diketahui olehAllah SWT.53

Rivai (2012) menjelaskan kepercayaan (trust)pelanggan pada perusahaan merupakan aset yangsangat berharga dalam berbisnis, dan kepercayaanini hanya dapat muncul di benak pelanggan, jikatertanam nilai-nilai kejujuran dalam segala transaksibisnis. Dengan kata lain strategi untukmempertahankan pelanggan

adalah dengan kejujuran dalam setiap transaksi.54

3). Membangun Jaringan dengan Masyarakat(Lingkungan Bisnis)

Jaringan (network) berhubungan denganlingkungan bisnis dan masyarakat dimana aktivitasbisnis berlangsung, saling menjalin/terkait dansaling tergantung sebagai konsekuensi adanyahubungan ini, sehingga tersebar dimana-manasecara alami (Jamsa et al., 2011).55

Yusuf Musa dalam bukunya, Nizham al-Hukmifi al-Islam, dengan lugas menyatakan bahwamanusia adalah makhluk sosial (al-insanumadaniyyun bi ath-thabi). Dalam ajaran Islam relasisangat penting dan utuh menyangkut hubunganantara manusia dengan sesamanya dan manusiadengan Tuhan. Dalam Islam relasi digambarkandemikan penting dan utuh menyangkut hubunganantara manusia dengan sesamanya dan manusiadengan Tuhannya. Inilah yang dimaksud denganayat Alquran. “Manusia akan diliputi kehinaan dimana saja berada, kecuali berpegang teguh dengantalinya Allah dan manusia”. (QS Ali Imran: 112).56

Dijelaskan dalam ayat diatas bahwa pentingnyarelasi antara manusia dengan manusia dan manusiadengan Tuhannya. Tanpa mengadakan relasi yangbaik antara sesamanya, manusia dalam menjalanikehidupannya akan ditimpa oleh penderitaan dankehinaan sepanjang masa karena mengalamikesulitan dalam memperoleh sandang, papan, danpendidikan. Artinya, tanpa membangun relasi maka

53Titin Srianjani, Analisis Strategi Mempertahankan KonsumenToko Zoya Kudus Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Iqtishadia, Vol 8,No. 1, Maret 2015, hal. 7.

54Ibid.,.55Suyono dan Purnomo, Jaringan Relasional Vertikal danHorizontal Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Pemasaran UkmBatik Tanjung Bumi Di Kabupaten Bangkalan, Fakultas Ekonomi,Universitas Trunojoyo Madura, hal. 4.

56Fauzul Iman, “Membangun Relasi”, diakses darihttps://www.republika.co.id/berita/duniaislam/hikmah/17/01/26/okd7nq313-membangun-relasi, pada tanggal 18 Oktober 2018,pukul 12.53.

Page 15: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 81

kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirattidak akan tercapai. Intinya adalah keuntunganterbesar dalam memiliki relasi yang luas adalahbertambahnya koneksi dalam menjalankan duniausaha.3. TRANSAKSI EKONOMI SYARIAH YANG DI

HALALKAN DALAM ISLAMIslam menawarkan konsep tawazun

(keseimbangan) dengan mengandung nilai-nilai

khusus (sesuai Al-Qur’an dan Sunnah NabiMuhammad SAW). Konsep keseimbangan tersebutberkaitan tentang keseimbangan antara kehidupandunia dengan akhirat, keseimbangan pribadi danjamaah, keseimbangan antara aspek jasmani danrohani, akal dan hati serta mengemilinasi setiapkesenjangan di antara manusia. Konsep transaksiekonomi dalam islam dikenal dengan muamalah.Transaksi ekonomi syariah merupakan perjanjian(akad) dalam bidang ekonomi yang terdiri dari jualbeli, sewa menyewa dan kerja sama dibidangperdagangan maupun dibidang pertanian.57

Perwataatmaja (2008) menjelaskan bahwaekonomi Islam memiliki misi demi terwujudnyapersamaan martabat di antara umat manusiasehingga di sini perlu ditegakkan keadilan terutamadalam distribusi pendapatan. Segala bentukperaturan yang diturunkan Allah SWT bertujuanpada tercapainya kebaikan, kesejahteraan,keutamaan, serta mengahapus kejahatan,kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya.58

Masing-masing jenis transaksi dalam ekonomiislam, dibagi kedalam kategori transaksi (akad)perdagangan dan hutang piutang (simpan pinjam).Dalam literatur Ekonomi Syariah, terdapat berbagaimacam bentuk transaksi dalam Islam yang halal danmendapat manfaat dan ridho Allah SWT.59

a. Bai’ Al Murabahah (Jual Beli)Istilah jual beli dalam bahasa arab yaitu Al-ba’i

yang mempunyai arti tukar menukar suatu barangdengan barang lainnya.60

Sedangkan menurut Usmani (1999) dalammenjelakan jual beli atau Bai’ Al-Murabahah

57Rahmawati, DinamikaAkad Dalam Transaksi EkonomiSyariah, Al-Iqtishad, Vol. 3, No. 1, Januari 2011, hal. 27.58Mohamad Anton Athoillah, Ekonomi Islam: transaksi danproblematikanya, Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam danKemanusiaan, Volume 13, No. 2, Desember 2013, hal. 270.59Ibid., hal.70-7160Oneng Nurul Bariyah, Akad Mu’wadah Dalam Konsep Fikihdan Aplikasinya di Bank Syariah, Jurnal Studi Ilmu Kesilaman(Almilal), Vol. 1, No. 1, Februari 2013, hal. 2.

merupakan persetujuan saling mengikat antarapenjual (pihak yang menyerahkan barang) danpembeli (pihak yang membayar barang yang dijual)yang dalam Islam berarti jual beli ketika

penjual memberitahukan kepada pembelibiaya perolehan dan keuntungan yangdiinginkannya.61

Menurut Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 dikutip Syuaibun (2014)murabahah adalah menjual suatu barang denganmenegaskan harga belinya kepada pembeli danpembeli membayarnya dengan harga yang lebihsebagai laba.62 Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah:198.“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia(rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Makaapabila kamu telah bertolak dari 'Arafat,berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Danberdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimanayang ditunjukkan-Nya kepadamu; dansesungguhnya kamu sebelum itu benar-benartermasuk orang-orang yang sesat”.

Berdasarkan pengertian diatas, jual beli ialahakad yang menunjukkan terjadinya tukar menukarbarang dan terjadinya perpindahan hak milik daripenjual ke pembeli. Dalam transaksi jual beli terdiridari ijab pernyataan penjual dan qabul pernyataandari pembeli.

Osmat Mutharer (2015) rukun dari akadmurabahah yang harus dipenuhi pada saatmelakukan transaksi yaitu:63

1). Penjual dan pembeli. Syaratnya harus berakal.Pelaku harus berakal, sehingga jual beli denganorang gila menjadi tidak sah sedangkan untuktransaksi jual beli dengan anak kecil dianggapsah, apabila di izinkan walinya.

2). Ijab kabul. Rukun ini mensyaratkan pelaku balighdan berakal, kesesuaian antara kabul denganijab, dan pelaksanaannya dalam satu kejadianyang secara bersama.

3). Obyek jual beli. Barang yang diperjualbelikandisyaratkan ada (bukan kamuflase) dan

61Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007, hal. 76.62Syu’aibun, Tinjauan Kritis Terhadap Deviasi AkadMurabahah Dalam Aplikasinya Pada Perbankan Syari’ah, HUMANFALAH: Volume 1. No. 2 Juli – Desember 2014, hal. 27.63Noviana Hidaya, Rukun Dan Syarat Jual Beli Murabahah,Makalah, Prodi Perbankan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam(STAIN) Jurai Siwo Metro, 2016, hal. 3.

Page 16: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 82

dimiliki oleh penjual, artinya barang harus jelas,spesifikasi harus jelas karena berkaitan dengankejujuran dan kerelaan kedua belah pihak.

4). Nilai tukar (harga). Sifatnya harus pasti dan jelasbaik jenis maupun jumlahnya.

5). Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dantsaman (harga)

6). Shighah, yaitu ijab dan qabulWahbah az-Zuhaili dikutip Noviana Hidaya

(2016) menjelaskan dalam jual beli murabahahharus memenuhi persyaratan sebagai berikut:64

1). Mengetahui harga pokokDalam jual beli murahabah di sayaratkan agar

mengetahui harga pokok atau harga asal, karenamengetahui harga asal adalah syarat sayah jual beli.Sayarat ini juga di peruntukan bagi jual beli at-taulliyah dan al-wadhi‟ah2). Mengetahui keuntungan

Hendaknya margin keuntungan juga diketahui oleh pembeli, karena marginkeuntungan termasuk bagian dari harga.Sedangkan mengetahu harga adalah syarat sahjual beli

3). Harga pokok merupakan suatu yang dapatdiukur, dihitung dan ditimbang, baik pada waktuterjadinya jual beli dengan penjual denganpenjual yang pertama atau setelahnya.

4). Barang yang diperjual-belikan adalah baranghalal

Barang yang diperjual belikan harus halal.Semua barang yang diharamkan Allah tidakdapat di perjual belikan.Dalam HR. Bukhari Muslim dan Abu Dawud“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkansesuatu juga mengharamkan harganya”.

5). Barang yang diperjual-belikan harus dapatdiambil manfaatnya atau meiliki nilai dan bukanbarang yang kadaluwarsa.

b. Syarikat (Perkongsian)Syarikat dalam ekonomi Islam merupakan

satu kaidah yang telah digunakan sejak jamanRasulullah S.A.W. Secara etimologi, ‘as-syarikah’bererti penggabungan antara sesuatu dengan yanglain sehingga sukar dibedakan. Ulama Syafiemenjelaskan syarikat sebagai sabit hak padasesuatu bagi dua orang atau lebih secara

bersama manakala ulama Hanafi menjelaskansyarikat sebagai suatu kontrak antara dua orang

64Ibid,, hal. 4-5.

yang berkongsi modal dan untung (Wahbah Zuhaili,2000).65

Maka berdasarkan beberapa pengertiandiatas syarikat adalah persekutuan antara duaorang atau lebih yang sepakat untuk bekerja samadalam suatu usaha, yang keuntungannya untukmereka bersama. Syarikat merupakan salah satubentuk ta’awun (tolong menolong). Di dalam AIQuran, konsep ‘pesyarikatan’ dinyatakan dalambentuk pembahagian harta warisan.Firman Allah S.W.T Q.S. An-Nisa’:12: “Maka merekabersekutu pada satu pertiga (dengan mendapatsama) banyak lelaki dari perempuan)”.Sedangkan dalam Q.S As-Sad ayat 24, Allah firmanyang artinya: ‘‘Sesungguhnya kebanyakan orangyang bergaul dan berhubungan (dalam pelbagaiIapangan hidup), sesetengahnya berlaku zalimkepada sesetengah yang lain, kecuali orang yangberiman dan beramal salih”.

Hadis qudsi yang diriwayatkan daripada AbuHurairah r.a, beliau mendengar Rasulullah S.A.Wmeriwayatkan yang Allah S.W.T berfirman yangartinya: ’Aku (Allah) adalah orang ketiga bersama-sama dengan rakan kongsi, selamamasing-masingtidak mengkhianati yang lain maka Akumeninggalkan mereka berdua”.c. Wadi’ah (Titipan)

Secara bahasa, wadi’ah bahasa arab yaitu“at-tarku” atau berarti meninggalkan. Dikatakandemikian karena pemilik harta meninggalkanhartanya kepada orang lain. Bentuk jamak wadi’ahadalah wadaa’i.66 Secara istilah, wadi’ah artinyamewakilkan penjagaan suatu harta yang spesialatau bernilai tertentu dengan cara tertentu. Dikutipoleh ath-Thayyar al-Bahuti Mansyur mendefinisikanwadi’ah sebagai pemberian kuasa oleh penitipkepada orang yang menjaga hartanya tanpakompensasi. Landasan hukum Wadi’ah ulama fiqihmensepakati menjadi salah satu akad dalam

rangka tolong menolong sesama insan, disyariatkandan dianjurkan dalam islam.Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah:283:“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalahtidak secara tunai) sedang kamu tidak memperolehseorang penulis, maka hendaklah ada barang

65Ahmad Shamsul Dato’ Abd Aziz’, Konsep Syarikat DalamIslam: Satu Tinjauan, Universiti Utara Malaysia, 2002, hal. 82.66Mufti Afif, Tabungan: Implementasi Akad Wadi’ah AtauQard? (Kajian Praktik Wadi’ah di Perbankan Indonesia), JurnalHukum Islam (JHI) Volume 12, Nomor 2, Desember, 2014, hal. 252.

Page 17: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 83

tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayaisebagian yang lain, maka hendaklah yangdipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya;dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikanpersaksian. Dan barangsiapa yangmenyembunyikannya, maka sesungguhnya iaadalah orang yang berdosa hatinya; dan AllahMaha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

a. Al-Qardh (Hutang Piutang)Utang-piutang dalam terminologi fiqh

digunakan dua istilah yaitu qardhu dan Dayn (القرض)kedua lafaz ini terdapat dalam Al-Quran dan (الدین)hadits Nabi dengan maksud yang sama yaitu utang-piutang. Transaksi utang piutang adalah akad atauperjanjian antara pihak yang berhutang (peminjam)dan pihak yang berpiutang (yang meminjamkan).

Qardh secara bahasa, bermakna Al-Qath’uyang berarti memotong. Harta yang disodorkankepada orang yang berhutang disebut Qardh,karena merupakan potongan dari harta orang yangmemberikan hutang. Qardh adalah pemberianharta kepada orang lain yang dapat ditagih ataudiminta kembali tanpa mengharapkan imbalan.Rahmat Syafei qardh (utang-piutang) mempunyaimakna al-qath, karena potongan dari harta orangyang memberikan pinjaman.67 Qardh (utang-piutang) merupakan bentuk mashdar dari qaradhaasy-syai‟-yaqridhuhu, yang berarti dia memutusnya.Dikatakan qaradhtu asy-syai‟ a bil-miqradh akumemutus sesuatu dengan gunting.

Transaksi qardh diperbolehkan oleh paraulama berdasarkan hadits riwayat ibnu majjah danijma ulama. Sungguhpun demikian, Allah SWTmengajarkan kepada kita agar meminjamkansesuatu bagi “agama Allah”.

Pengertian Pinjaman menurut Hukum Syaraahli fiqh mendefinisikan Qardh:68

1). Menurut pengikut Madzhab Hanafi, Ibn Abidinmengatakan bahwa suatu pinjaman ialah apayang dimiliki satu orang lalu diberikan kepadayang lain kemudian dikembalikan dalamkepunyaannya dalam baik hati.

67Muhammad, Tehnik perhitungan Bagi Hasil dan ProfitMargin pada Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2004, hal.. 40.

68Abdurrahman al-Jaziri, Kitab Fiqih Empat Madzhab, CV. AsySyifa‟, Semarang, 1994, hal. 649.

2). Menurut Madzhab Maliki mengatakan Qardhialah pembayaran dari sesuatu yang berhargauntuk pembayaran kembali tidak berbeda atausetimpal.

3). Menurut Madzhab Hanbali Qardh ialahpembayaran uang ke seseorang siapa yang akanmemperoleh manfaat dengan itu dan kembaliansesuai dengan padanannya.

4). Menurut Madzhab Syafi’i Qardh ialahMemindahkan kepemilikan sesuatu kepadaseseorang, disajikan ia perlu membayar kembalikepadanya.

Transaksi qardh diperbolehkan oleh paraulama berdasarkan hadits riwayat ibnu majjah danijma ulama. Sungguhpun demikian, Allah SWTmengajarkan kepada kita agar meminjamkansesuatu bagi “agama Allah”.

Dasar hukum yang bersumber dari al-Qur‟an,Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (Q.S. AlHadid:11):“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allahpinjaman yang baik, maka Allah akan melipat

gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan diaakan memperoleh pahala yang banyak”.Selanjutnya dalam (Q.S. Al-Baqarah: 280):

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalamkesukaran, maka berilah tangguh sampai diaberkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian

atau semua utang) tiu, lebih baik bagimu, jika kamumengetahui”.4. FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERLARANGNYA

TRANSAKSI DALAM ISLAMSetiap transaksi dalam Islam harus didasarkan

pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak.Mereka harus mempunyai informasi yang sama(complete information) sehingga tidak ada pihakyang merasa dicurangi atau ditipu keadaan dimanasalah satu pihak tidak mengetahui informasi yangdiketahui pihak lain, ini merupakan suatukecurangan.

Menurut Hamzah Ya'qub (1994) dikutipdalam Syaifullah MS (2007) menyatakan bahwapenyebab terlarangnya sebuah transaksidipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:69

a. Haram li-zatihi (perdagangan yang terlarangkarena barang atau zatnya)

69Syaifullah MS, Perdagangan Terlarang Menurut IslamDalam Tinjauan Maqashid Al-Syari’ah, Jurnal Hunafa Vol. 4 No. 3,September 2007, hal. 218.

Page 18: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 84

Perdagangan yang dilihat dari jenis danzatnya terlarang untuk dilakukan, yaitu denganmelihat secara normatif yang terambil dari dasarhukum syar'i, walaupun dari segi akadnyaperdagangan tersebut dipandang sah (Adiwarman,2003).70 Dalam hal ini, walaupun terpenuhinyaseluruh unsur transaksi, tetapi karena zatnyaterlarang, maka ia akan menjadi haram untukdilaksanakan oleh umat muslim. yaitu diantaranyajual beli minuman keras, bangkai, daging babi. AllahSWT berfirman dalam An- Nahl ayat 115:“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkanatasmu (memakan) bangkai, darah, daging babidan apa yang disembeli dengan menyebut denganselain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksamemakannya dengan tidak menganiaya dan tidakpula melampaui batas, maka sesungguhnya AllahMaha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”

b. Haram li gairihi (perdagangan yang terlarangbukan karena zatnya)1). Melanggar prinsif ‘an taradin minkum yaitu

penipuan (Tadlis)Setiap transaksi dalam islam harus

didasarkan pada prinsip kerelaan (ikhlas)antara kedua bela pihak. Menurut Adiwarman,(2003) tadlis terjadi dalam 4 hal, yaitu:71

a). Kuantitas yaitu tadlis dalam hal ini timbulapabila pedagang melakukan kecurangandengan cara mengurangi takaran(timbangan) barang yang di jualnya.

“Dan (Kami telah mengutus) kepada pendudukMadyan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Haikaumku, sembahlah Allah, sekali- kali tidak adaTuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telahdatang kepadamu bukti yang nyata dariTuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dantimbangan dan janganlah kamu kurangkan bagimanusia barang-barang takaran dantimbangannya, dan janganlah kamu membuatkerusakan di muka bumi sesudah Tuhanmemperbaikinya. Yang demikian itu lebih baikbagimu jika betul-betul kamu orang-orang yangberiman".b). Kualitas yaitu tadlis ini muncul pada saat

penjual yang menyembunyikan cacat barang

70Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih danKeuangan, The International Institute of Islamic Thought Indonesia,Jakarta, 2003

71Ibid., hal. 220-221.

yang ditawarkannya, tidak diceritakan padacalon pembeli kekurangan barang.

c). Harga yaitu tadlis ini muncul disaat penjualmemanfaatkan ketidaktahuan pembeli akanharga pasar sehingga menaikkan harga produkdi atas harga pasar.

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hakdengan yang bathil dan janganlah kamu

sembunyikan yang hak itu, sedang kamumengetahui”.

d). Waktu penyerahan yaitu tadlis transaksi yangdilakukan pada saat waktunya tidak tepat danbarangnya belum ada.

Allah berfirman dalam Q.S. An Nahl ayat 105:

“Sesungguhnya yang mengada-adakankebohongan, hanyalah orang-orang yang tidakberiman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulahorang-orang pendusta”.

c. La tazlimuna wa la tuzlamuna (melanggarprinsip-prinsip etika wirausaha dalam Islam)Muhammad Abu Zahrah dalam Syaifullah MS(2007) diantaranya:72

1). GhararGharar artinya keraguan, atau tindakan

yang bertujuan untuk merugikan pihak lain.Suatu transaksi yang mengandung unsur gharar,dikarenakan tidak ada kepastian, baik mengenaiada atau tidak ada objek akad, besar kecilnyajumlah maupun menyerahkan akad tersebut.2). Ihtikar (Penimbunan Barang)

Penimbunan ialah membeli suatu yangdibutuhkan masyarakat. Setelah itumenyimpannya, sehingga barang itu mengalamikekurangan dipasar harganya mengalamipeningkatan. Penimbunan seperti ini dilarangkarena dapat merugikan orang lain.3). Bai’an Najsy (Rekayasa Permintaan)

Rekayasa permintaan adalah produsen ataupembeli menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatuproduk sehingga harga jual produk tersebut akannaik.4). Riba

Riba merupakan penyerahan pergantiansesuatu dengan sesuatu yang lain, yang tidak

72Syaifullah MS, op.cit.,hal. 222.

Page 19: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 85

dapat terlihat adanya kesamaan menuruttimbangan syara’ pada waktu akad-akad, ataudisertai mengakhirkan dalam tukar menukaratau hanya salah satu.

5). Maysir (Perjudian)Transaksi perjudian adalah transaksi yang

melibatkan dua pihak atau lebih, dimana merekamenyerahkan uang atau harta kekayaan lainnya,Kemudian mengadakan permainan tertentu,baik dengan kartu, adu ketangkasa, atau medialainnya. Pihak yang menang berhak atas hadiahyang dananya dikumpulkan dari kontribusi parapesertanya. Sebaliknya, bila dalam permainanitu kalah, maka uangnya pun harus direlakanuntuk diambil oleh pemenang6). Risywah (Suap Menyuap)

Risywah ialah memberi suatu kepada pihaklain untuk mendapatkan sesuatu yang bukanhaknya. Suap dilarang karena suap dapatmerusak sistem yang ada di dalam masyarakat,sehingga menimbulkan ketidakadilan sosialpersamaan perlakuan.

4. KESIMPULANKewirausahaan (entrepreneurship) merupakan

kemampuan dan keahlian kreatif dan inovatif yangdimiliki seseorang yang dijadikan dasar, kiat, dansumber daya untuk mencari peluang menujusukses. Sedangkan dalam agama Islamkewirausahaan merupakan bagian dari aspekkehidupan yang dikelompokkan ke dalam masalahmuamalah.

Islam sebagai agama rahmatan li al-„ālamīn,memberikan sumber-sumber normatif yangberkaitan dengan kerja, nilai kerja, dan etos kerja.Etos kerja harus didasarkan pada tiga unsur, yaitutauhid, takwa, dan ibadah. Tauhid. Islam mengaturkehidupan manusia baik dibidang politik, budaya,keimanan dan ekonomi serta membahas tentangtransaksi-transaksi bisnis jual beli dan hutangpiutang. Penerapan hukum syariat Islam dalamberwirausaha dan bertransaksi senantiasamenjamin kesuksesan dan kelanggengan usaha.

Kewirausahaan dalam Islam sangat eratkaitannya dengan hubungan dimensi horizontal,yaitu hubungan antar manusia sedangkan vertikalberhubungan dengan manusia dengan tuhandimana kelak akan dipertanggungjawabkan diakhirat. Penerapan hukum syariat Islam dalam

berwirausaha dan bertransaksi senantiasamenjamin kesuksesan

dan kelanggengan usaha dengan cara menerapkankonsep berwirausaha syariah Nabi MuhammadSAW. Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladanyang perlu diteladani sikap, sifat, adil dan kejujurandalam menjalankan bisnis. Konsep berwirausahadalam diri Nabi Muhammad SAW ialah shiddiq,amanah, tabligh, fathonah.

Konsep berwirausaha berbasis syariah memilikidua dimensi, yaitu dimensi vertikal sebagai wujudketaatan kepada Allah SWT (hablumminallah) dandimensi horizontal yang terkait hubungan dengansesama manusia (hablumminannas). Konsepberwirausaha bagi umat muslim dengan berpegangteguh pada Allah SWT yaitu dalam hal ini berkaitandengan berwirausaha semata-mata karena Allah,berwirausaha adalah Ibadah, Takwa, Tawakal,Zzikir dan Syukur. Hubungan dengan sesamamanusia dalam hal ini berkaitan dengan hubungan(human relation) dengan karyawan, menjalinhubungan harmonis dengan pelanggan,membangun jaringan dengan masyarakat.

Dalam bertransaksi ekonomi syariah yang dihalalkan dalam islam terdiri dari Bai’ Al Murabahah,Syarikat, Wadi’ah. Sedangkan faktor-faktorpenyebab terlarangnya transaksi dalam islam yaituharam li-zatihi (haram karena zatnya), haram ligairihi (haram bukan karena zatnya) yaitu prinsif ‘antaradin minkum/tadlis (kualitas, kuantitas, harga)dan La tazlimuna wa la tuzlamuna yaitu melanggarprinsip-prinsip etika wirausaha dalam Islam yangterdiri dari gharar, ihtikar (penimbunan barang),bai’an Najsy (rekayasa permintaan), riba, maysir(perjudian) dan risywah (suap menyuap).

5. DAFTAR PUSTAKA(1). Abd Aziz’, A.S, Dato. (2002). Konsep Syarikat

Dalam Islam: Satu Tinjauan, Universiti Utara:Malaysia. 81-86.

(2). Aprijon. (2013). Kewirausahaan dan PandanganIslam. Jurnal Menara, 12 (1).

(3). Arikunto. (2006). Metode Penelitian Kualitatif,Bumi Aksara: Jakarta.

(4). Arwani, Agus. (2017). Konsep Akad (Transaksi)Dalam Islam.

(5). Ascarya. (2007). Akad & Produk Bank Syariah,Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007.

Page 20: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 86

(6). Athoillah, M.A. (2013). Ekonomi Islam:transaksi dan problematikanya, Ijtihad, JurnalWacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, 13(2). 269-289.

(7). Al-Jaziri, Abdurrahman. (1994). Kitab FiqihEmpat Madzhab, CV. Asy Syifa: Semarang.

(8). Annajah, Ulfah & Falah, Nailul. (2016).Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap MotivasiBerprestasianak Panti Asuhan Nurul Haq.Yogyakarta, Jurnal Hisbah, 13 (1).

(9). Bariyah, Oneng Nurul. (2013). Akad Mu’wadahDalam Konsep Fikih dan Aplikasinya di BankSyariah, Jurnal Studi Ilmu Kesilaman (Almilal), 1(1). 1-20.

(10). Bisriyah, Nur Lailatul. (2017). Dimensi IbadahSosial Dalam Perspektif Qur’an Surat Al –Mâ’ûn,(Skripsi Prodi Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir,Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama,Universitas Islam Negeri (Uin) Raden Intan:Lampung.

(11). Daryanto. (2014). Bagaimana Berwirausaha?Gunung Samudera, Cetakan I: Malang

(12). Fauzan. (2014). Hubungan Religiusitas danKewirausahaan: Sebuah Kajian Empiris DalamPerspektif Islam, MODERNISASI, 10 (2). 147-157.

(13). Fauzul Iman, “Membangun Relasi”, diaksesdarihttps://www.republika.co.id/berita/duniaislam/hikmah/17/01/26/okd7nq313-membangun-relasi, pada tanggal 18 Oktober2018, pukul 12.53.

(14). Farida, Naili. (2010). Pengaruh IkatanHubungan, Citra Perusahaan, Nilai Pelanggandan Kepuasan Nasabah Terhadap LoyalitasNasabah Bank Pemerintah Di Jawa Tengah,WACANA, 13 (2). 202-213.

(15). Hendayana, Yana, dkk. (2017). KewirausahaanBerbasis Syariah, Manggu Makmur TanjungLestari: Bandung.

(16). Hendro. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan(Panduan bagi Mahasiswa untuk Mengenal,Memahami, dan Memasuki Bisnis, Erlangga:Jakarta.

(17). Ismail, Muhammad, dkk, (2002). MengagasBisnis Islam, Gema Insani Press: Jakarta.

(18). Jalil, Abdul. (2013). Spiritual Enterpeneurship(Transformasi Spiritualitas Kewirausahaan),LkiS: Yogyakarta.

(19). Kristanto, Heru. (2009). Kewirausahaan(Entrepreneurship) Pendekatan Manajemen danPraktik, Cetakan I, Graha Ilmu: Yogyakarta.

(20). Maharani, Dewi. Penerapan Kejujuran danTanggung Jawab Dalam Etika Bisnis Syariah

(21). Pasa Wirausaha Muslim Di Kecamatan MedanMarelan. Medan, Fakultas Agama Islam,Universitas Muhammadiyah: Sumatra Utara.

(22). Maulida, Agil N, dkk, (2016). Karakteristik SikapMental Wirausaha Mahasiswa Dalam BidangOtomotif. Journal of Mechanical EngineeringEducation, 3 (1).

(23). Menne, Firman. (2017). Nilai-Nilai SpiritualDalam Entitas Bisnis Syariah, Celebes MediaPerkasa.

(24). Multahin, et.all. (2007). Pendidikan AgamaIslam Penuntun Akhlak, Yudhistira: Jakarta.

(25). Muhammad. (2004). Tehnik perhitungan BagiHasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, UIIPress: Yogyakarta.

(26). Norvadewi. (2015). Bisnis Dalam PerspektifIslam (Telaah Konsep, Prinsip dan LandasanNormatif), Jurnal Ekonomi dan Bisnis (AL-TIJARY), 1 (1). 33-46.

(27). Noviana Hidaya. (2016). Rukun Dan Syarat JualBeli Murabahah, Makalah, Prodi PerbankanSyariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN):Jurai Siwo Metro.

(28). Rahmawati. (2011). Dinamika Akad DalamTransaksi Ekonomi Syariah, Al-Iqtishad, 3 (1).19-34.

(29). Rasyid, Daud. (1998). Islam Dalam BerbagaiDimensi, Cetakan I, Gema Insani Press: Jakarta.

(30). Rasyidin. (2008). Falsafah Pendidikan Islam (AlMembangun Kerangka Ontologi, Epistimologidan Aksiologi Praktik Pendidikan). Cetakan I,Citapustaka Media Perintis: Bandung.

(31). Retnanto, Agus. (2014). Entrepreneurship BagiUmmat Islam. EQUILIBRIUM, 2 (2). 166-189.

(32). Sarwono, Jonathan. 2006. Metode PenelitianKuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu:Yogyakarta.

(33). Sugiyono. (2012). Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R&D, Alfabeta: Bandung.

(34). Sunarso. (2010). Sikap Mental WirausahawanDalam Menghadapi Perkembangan Zaman,Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, 10 (2).

(35). Sunarta. Berpikir Kreatif dan Inovatif ModalUtama Menjadi Wirausaha, Disampaikan pada

Page 21: Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/indexDOI:

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 1. No. 2 November 2018 87

Seminar Entrepreneurship tanggal 27 Juli 2011di Balai Desa Sindumartani, Ngemplak Sleman.

(36). Suryana. (2009). Kewirausahaan (PedomanPraktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses,Salemba Empat: Jakarta.

(37). Suyono dan Purnomo. Jaringan RelasionalVertikal dan Horizontal Sebagai UpayaMeningkatkan Kinerja Pemasaran Ukm BatikTanjung Bumi Di Kabupaten Bangkalan,Fakultas Ekonomi, Universitas TrunojoyoMadura: Madura.

(38). Soemitra, Andri. (2015). KewirausahaanBerbasis Syariah. CV. Manhaji: Medan.

(39). Syaifullah MS. (2007). Perdagangan TerlarangMenurut Islam Dalam Tinjauan Maqashid Al-Syari’ah, Jurnal Hunafa, 4 (3). 217-226.

(40). Syu’aibun. (2014). Tinjauan Kritis TerhadapDeviasi Akad Murabahah Dalam AplikasinyaPada Perbankan Syari’ah, HUMAN FALAH,1 (2).24-40.

(41). Srianjani, Titin. (2015). Analisis StrategiMempertahankan Konsumen Toko Zoya KudusDalam Perspektif Ekonomi Islam, Iqtishadia, 8(1). 1-18.

(42). Thahir, Andi. (2013). Hubungan Relegiusitas danEtos Kerja Masyarakat Lampung, Lampung:Laporan Hasil Penelitian Individu, 2013.

(43). Wigati, Sri. Kewirausahaan Islam (Aplikasi danTeori), Buku Perkuliahan S1, Prodi HukumEkonomi Syariah (Muamalah), Fakultas Syari’ahdan Hukum, UIN Sunan Ampel Surabaya:Surabaya.

(44). Zuchairiny, Andi. Human Relation DalamPerspektif Islam. Jurnal Hunafa, 5 (2). 189-200.