30
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015 NABI IBRAHIM AS : BAPAK FILSAFAT DAN BAPAK PARA NABI Oleh : Mufatihatut Taubah 1 Abstrak Philosophy is the study of the nature. Someone who learn about the essence of life is called a philosopher. So far we know that the philosophy which first appeared and is considered the most ancient philosophy is Greek philosophy pioneered by their Greek people like Tales, Anaximendres, Socrates, Aristotle. Tales is a Greek who is regarded as the first character introduced on the nature of the search for the origin of life on earth. In his quest Tales found the origin of life on earth from the water. With these thoughts later Tales called the father of ancient Greek philosophy. So from here we assume that philosophy (the search for the essence of life on earth) originated from Greece with the characters is Tales. Yet long before Tales, Abraham had to search it. Even the conclusions obtained by Abraham of his thoughts on the search results the nature of the creator of the universe and its contents are much higher in rank than the findings of Tales. The conclusion by tales stop at that life originated from water, but the prophet ibrahim far exceed it. So from the results of his thinking and accompanied by a revelation to him then Abraham became the father of philosophy and also the father of the prophets. Likewise, if judging from their lifetime, Abraham lived long before Tales. Tales lived during 600SM, while Abraham lived in 1861 BC, another says Abraham lived in 2295 BC. Thinking about the origin of something, to reach the conclusion of the forces commonly called Causa Prima is the realm of philosophy. To find out who the prima causa then this is where the role of revelation to decide. Key word : Phylosophy’s Father, Abraham, The Prophet A. PENDAHULUAN Filsafat berasala dari kata yunani Philosophia, Philos yang artinya cinta atau suka dan Sophia artinya bijaksana. Dengan demikian secara 1 Penulis adalah peneliti pada eL-Kasyf Kudus dan pengajar di STAiN Kudus

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015 · filsafat Yunani kuno ditandai oleh tercatatnya tiga nama filsuf yang berasal dari daerah Miletos yaitu Thales Menurut Thales asal

  • Upload
    buingoc

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

NABI IBRAHIM AS :

BAPAK FILSAFAT DAN BAPAK PARA NABI

Oleh : Mufatihatut Taubah1

Abstrak Philosophy is the study of the nature. Someone who learn about the

essence of life is called a philosopher. So far we know that the philosophy which

first appeared and is considered the most ancient philosophy is Greek philosophy

pioneered by their Greek people like Tales, Anaximendres, Socrates, Aristotle.

Tales is a Greek who is regarded as the first character introduced on the

nature of the search for the origin of life on earth. In his quest Tales found the

origin of life on earth from the water. With these thoughts later Tales called the

father of ancient Greek philosophy. So from here we assume that philosophy (the

search for the essence of life on earth) originated from Greece with the

characters is Tales.

Yet long before Tales, Abraham had to search it. Even the conclusions

obtained by Abraham of his thoughts on the search results the nature of the

creator of the universe and its contents are much higher in rank than the findings

of Tales. The conclusion by tales stop at that life originated from water, but the

prophet ibrahim far exceed it. So from the results of his thinking and

accompanied by a revelation to him then Abraham became the father of

philosophy and also the father of the prophets. Likewise, if judging from their

lifetime, Abraham lived long before Tales. Tales lived during 600SM, while

Abraham lived in 1861 BC, another says Abraham lived in 2295 BC.

Thinking about the origin of something, to reach the conclusion of the

forces commonly called Causa Prima is the realm of philosophy. To find out who

the prima causa then this is where the role of revelation to decide.

Key word : Phylosophy’s Father, Abraham, The Prophet

A. PENDAHULUAN

Filsafat berasala dari kata yunani Philosophia, Philos yang artinya

cinta atau suka dan Sophia artinya bijaksana. Dengan demikian secara

1 Penulis adalah peneliti pada eL-Kasyf Kudus dan pengajar di STAiN Kudus

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

etimologis kata filsafat memberi pengertian cinta kebijaksanaan. Orangnya

disebut Philosoper atau failasuf.2

Objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang

mungkin ada, tidak terbatas. Inilah yang disebut objek material flsafat.

Dalam hal ini ilmu pengetahuan pun memiliki objek material yang sama

dengan filsafat yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Ilmu

pengetahuan bebas dan tidak terikat untuk menentukan objek

penyelidikannya. Sehingga kalau dilihat dari objek meterialnya, baik

filsafat ataupun ilmu pengetahuan memiliki objek yang sama. Tetapi

perbedaannya pada objek penyelidikannya.

Objek penyelidikan ilmu pengetahuan hanya terbatas pada suatu

yang bisa diselidiki secara ilmiah saja. Dan jika sudah tidak bisa diselidiki

lagi maka ilmu pengetahuan akan berhenti. Tetapi penyelidikan filsafat

akan terus bekerja hingga permasalahannya dapat ditemukan hingga

keakar-akarnya. Filsafat baru menampakkan kerjanya ketika ilmu

pengetahuan menghentikan penyelidikannya dan tidak mampu

memberikan jawaban terhadap masalah tersebut.

Seseorang disebut sebagai filosof ketika seseorang tersebut berfikir

dan merenung untuk menemukan persoalan yang memenuhi benaknya. Ia

berfikir sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya untuk mencari hakekat

sesuatu. Dari latar belakang pemikiran diatas maka pertanyaan sebagai

berikut: bagaimana sejarah perkembangan Filsafat, kenapa Thales disebut

bapak filsafat Yunani Kuno, apakah proses berfikir Nabi Ibrahim tentang

pencariannya terhadap sang kholik termasuk filsafat. Berikut ini

penjelasan yang akan penulis uraikan dengan pertanyaan-pertanyaan

tersebut.

2 Juhaya S.Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika, (Bogor: Kencana, 2003 ),

hal. 2

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

B. PEMBAHASAN

1. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT

Menurut Sutarjo A. Mirawi’harja, sejarah filsafat dibagi

dalam 5 periode, Setiap Periode memiliki ciri khas sendiri,baik

menyangkut isi atau materi wacana maupun metode dan tokoh-

tokoh penggeraknya. Lima periode tersebut adalah :

a. Zaman Yunani kuno (600 SM – 200 M)

Sejarahnya filsafat yunani kuno dimulai tahun 600 SM.

Zaman ini dibagi menjadi 3 masa yaitu Pertama Masa awal

filsafat Yunani Kuno, Kedua Masa keemasan Yunani Kuno

Ketiga Masa Helenitas dan Romawi.

Pertama Masa awal filsafat Yunani Kuno. Masa awal

filsafat Yunani kuno ditandai oleh tercatatnya tiga nama filsuf

yang berasal dari daerah Miletos yaitu

Thales

Menurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air

yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segal-

galanya. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi

air. Sebagai dasar pemikirannya Thales memberikan argumen

yang rasional bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang lahir

ditempat yang lembab, bakteri-bakteri hidup dan berkembang

ditempat yang lembab dan kelembaban bersumber dari air.

Dari air itu terjadilahlah tumbuhan dan binatang, bahkan

tanahpun mengandung air. 3

Anaximandros

3 Op. cit., hal 74

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Anaximandros adalah murid Thales. Dia lima belas

tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dua tahun

lebih dahulu. Sebagai seorang filsuf, dia lebih besar dari pada

gurunya. Ia juga ahli astronomi dan ilmu bumi.

Anaximandros tidak menerima begitu saja apa yang diajarkan

oleh gurunya. Ia berpendapat bahwa yang asal itu satu, tidak

banyak. Tetapi yang satu itu bukan AIR, dan bukan sesuatu

anasir yang dapat diamati oleh panca indra. Menurut

Anaximandros segala sesuatu itu berasal dari to Apeiron

yang sering diterjemahkan sebagai the boundless, the

indefinite, the infinitie yaitu yang tak terbatas, tak terhingga,

tak tersusun. Apeiron tidak dapat dirupakan, tidak ada

persamaannya dengan salah satu barang apapun.4

Anaximanes

Anaximenes adalah murid Anaximandros.

Pandangannya tentang alam semesta tidak jauh berbeda

dengan gurunya. Akan tetapi dia tidak sependapat dengan

gurunya bahwa yang asal itu tidak ada persamaannya dengan

barang yang lahir dan tidak dapat dirupakan. Menurutnya

barang yang asal itu adalah udara. Udaralah yang satu dan

tidak terhingga.

Beberapa nama lainnya adalah Herakleitos dari Aphesos,

Pythagoras dari Italia Selatan, Parmenides dari Elea, dan

Demokritos dari Abdera. Menurut tradisi Pythagoras atau

Sokrateslah yang pertama menyebut dirinya dengan sebutan

“Philosophus” yaitu sebagai protes terhadap kaum Sophist, kaum

terpelajar pada waktu itu yang menamakan dirinya “bijaksana”,

4 Op. cit., hal. 75

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

padahal kebijaksanaan mereka itu hanya semu. Sebagai protes

terhadap kesombongan mereka maka Socrates lebih suka

menyebut dirinya “pecinta kebijaksanaan”5

Kedua Masa keemasan Yunani Kuno. Pada masa ini

terdapat beberapa nama filsuf yang tidak pernah terlupakan dan

memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat pada

masa berikutnya. Nama- nama tersebut adalah Perikles,

Protagoras, Socrates (470 SM – 399 SM), Plato (427 SM – 347

SM), Aristoteles (384 SM – 322 SM).

Ketiga Masa Helenitas dan Romawi. Pada masa ini tokoh

yang memegang peranan penting adalah Raja Alexander Agung.

Raja ini telah mampu mendirikan negara yang besar yang

meliputi tidak hanya seluruh Yunani tetapi juga daerah-daerah

sebelah timurnya. Kebudayaan Yunani menjadi kebudayaan

supranasional yang disebut dengan kebudayaan Helenitas. Pada

masa Raja Alexander Agung selain akademia Lykeion dibuka

juga sekolah-sekolah baru yang menjadi tekanan

pembelajarannya pada masalah etika tentang bagaimana

sebaiknya orang mengatur tingkah lakunya agar dapat hidup

bahagia dalam kehidupan bersama. Pada masa ini muncul

beberapa aliran yaitu Stoasisme, Epikurisme, Skeptisisme,

Eklektisisme, Neoplatonisme.6

Sementara Nabi Ibrahim hidup jauh sebelum masa itu.

Pendapat sebagian referensi mengatakan bahwa Nabi Ibrahin AS

5 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),cet.

Ke 6, hal. 46 6 Sutardjo A. Wiramiharja, Pengantar Filsafat; Sistematika Filsafat, Sejarah

Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu (Epistimologi) Metafisika dan Filsafat Manusia,

(Bandung: Refika Aditama,) 2006, hal. 50

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

hidup pada tahun 1861 – 1686 SM. Artinya Nabi Ibrohim hidup

pada 1261 tahun sebelum lahirnya filsafat Yunani kuno.

b. Zaman Patristik dan zaman pertengahan (200 M – 1600

M)

Zaman Patristik dan Zaman Pertenganan dibagi dalam 4

periode, yaitu periode atau zaman patristik, zaman awal skolastik,

zaman keemasan skolastik dan zaman akhir abad pertengahan.

Zaman Patristik : istilah ini berasal dari bahasa latin

patres yang berarti bapak dalam lingkungan gereja. Bapak

pujangga Kristen mencari jalan menuju teologi kristiani melalui

peletakan dasar intelektual untuk agama Kristen. Pada masa ini

terdapat dua golongan filsafat yang berlainan yaitu yang

berdasarkan agama Kristen dan berdasarkan filsafat Yunani.

Pandangan pemikir agamapun dalam menanggapi filsafat terbagi

3 yaitu Pertama berpendapat bahwa setelah ada wahyu ilahi yang

terwujud dalam Yesus kristus seharusnya tidak ada lagi pemikiran

filosofis. Kedua berusaha untuk menengahinya dengan

mensintesiskan kedua pemikiran tersebut. Ketiga menyatakan

bahwa filsafat Yunani adalah langkah awal menuju agama yang

harus diterima dan dikembangkan.

Beberapa tokoh pada zaman ini adalah Yustinus Martyr

adalah pemikir yang sejak semula telah mempelajari berbagai

sistem filsafat dan ketika masuk Kristen dia menyebut dirinya

sebagai filosof dan menulis dua buku tentang membela hak

agama Kristen. Tokoh yang lain adalah Clemens (150 – 215 M)

dan Origenes (185 – 254 M). kemudian pergantian zaman pada

Zaman keemasan patristic. Tokoh yang hidup pada zaman ini

adalah Gregorius (330 – 390 M) dari Nazianza, Basilius (330 –

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

379) dan adiknya Gregorius (335 – 394 M) dari Nyssa. Pada

dasarnya mereka menggunakan Neoplatonisme tetapi mereka

menolak disebut Neoplatonisme yang merendahkan materi.

Pada abad ke 8 zaman keemasan patristic Yunani

berakhir pada masa Johanes Damascenus sebagai raja. Dia

menulis suatu karya berjudul “ Sumber Pengetahuan” yang secara

sistematis menggambarkan seluruh sejarah filsafat pada zaman

patristic Yunani sebanyak 3 jilid. Pada sekitar abad ke 8 orang

Arab (Islam) merebut Siria, Mesir, Afrika Utara, dan bagian

selatan Spanyol. Alexander jatuh dan sekolah-sekolahnya ditutup.

Zaman Awal Skolastik. Zaman ini ditandai dengan

perpindahan bangsa Hun dari Asia masuk ke Eropa sehingga

bangsa Jerman pindah melewati perbatasan kekaisaran Romawi

yang secara politik sudah mengalami kemerosotan dan ricuh.

Beberapa tokoh filsafat dan situasi yang ada pada masa ini adalah

Boithius (480 – 524 M)

Kaisar Karel Agung

Johannes Scotus Ariugena (810 – 877 M) bekerja disekolah

lingkungan istana Karel Agung. Ia berjasa dalam

menerjemahkan karya Pseudo-Dionysios kedalam bahasa latin

sehingga menjadi refrensi bagi dunia pemikiran abad abad

selanjutnya. Berdasarkan filsafat neoplatonisme ia membangun

sintesis teologi, Akan tetapi pemikirannya agak sulit dicerna

dan tidak dapat diteruskan orang lain.

Anselmus (1033 – 1109 M)

Abelardus (1079 – 1142 M)

Situasi atau cara mengajarnya terdiri dari dua jenis yaitu cara

kuliah (lectio) yang diberikan seorang mahaguru dan dikusi

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

yang dipimpin mahaguru. Suatu topik dibahas secara sitematis

dengan menampung semua argumen pro dan kontra

(Disputation). Pelaksanaan baik kuliah maupun diskusi

dibuatkan buku pegangan yang disebut sententiae (pendapat-

pendapat) dan buku pegangan lain yang disebut Summa

(ikhtisar).7

Zaman Keemasan Skolastik terjadi pada abad ke-13.

Pada zaman inipun filsafat dipelajari dalam hubungannya dengan

teologi. Pada abad ini dibangun sintesis filosofis yang berkaitan

dengan tiga hal. Pertama berdirinya Universitas-universitas pada

1200.

Kedua beberapa ordo baru dibentuk dan mempengaruhi

perkembangan hidup intelektual. Dua ordo yang terkenal adalah

ordo fransiskan yang didirikan fransiskus pada 1209 M, dan ordo

dominikan yang didirikan dominikus pada 1215 M.

Ketiga, penemuan karya filsafat Yunani terutama karya

Aristoteles. Hal ini merupakan faktor terpenting dalam

perkembangan intelektual. Ajaran filsafat Aristoteles masuk

kedunia Barat melalui Arab dengan tokoh-tokohnya Ibnu Sina

(980-1037 M), Ibnu Rushd (1126-1198 M) dan beberapa filosof

Yahudi serta melalui Sisilia.

Zaman akhir abad pertengahan. Filsafat abad

pertengahan diawali oleh Boethius dan diakhiri oleh Nicolaus

Cusanus (1401 - 1464). Nicolaus Cusanus membedakan tiga

macam pengenalan yaitu pancaindra, rasio dan intuisi.

Menurutnya pengalaman indrawi kurang sempurna, rasio

membentuk konsep berdasarkan pengalaman indrawi, sedangkan

7 Sutardjo, Pengantar Filsafat…….. hal . 56

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

aktivitasnya dikuasai prinsip non kontradiksi (tidak mungkin

sesuatu ada dan tidak ada). Dengan intuisi, manusia dapat

mencapai segala sesuatu yang tidak terhingga. Allah adalah

merupakan objek intuisi manusia, dalam diri Allah seluruh hal

yang berlawanan akan mencapai kesatuan (coincidentia

oppositorium).

c. Zaman Modern (1600 M – 1800 M)

Beberapa pendapat menyebutkan bahwa zaman

pertengahan berakhir pada saat yang tidak jelas, maka

disimpulkan bahwa masa Renaisans-lah yang menjadi

pembatasnya. Renaisans artinya lahir kembali yaitu melahirkan

kembali kebudayaan klasik yunani dan romawi.

Micheal de Montaigne (1533-1592) adalah “ founding

father” filsafat ini. Ia bukan seorang matematikawan atau

ilmuwan tetapi seorang moralis. Pertanyaan mendasarnya adalah

apakah manusia akan mendapat kebenaran jika sudah

menemukannya, atau mampukah manusia berbuat adil jika

manusia menemukannya. Dia beraliran skeptisisme dan

meragukan indra atau akal budi. Namun ia menekankan idea alam

yang melekat dalam diri manusia sebagai karakter.8

2. BAPAK FILSAFAT

Filsuf-filsuf Yunani yang pertama tidak lahir ditanah airnya

sendiri, melainkan di tanah perantauan di Asia Minor. Dahulu

bangsa Yunani di Semenanjung Balkan. Banyak yang menjadi

perantau karena tanahnya tidak subur, dan sepanjang daratan dilalui

oleh bukit barisan, serta banyak teluk-teluk yang menjorok

8 Sutardjo, Pengantar Filsafat…….. hal. 60

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

kedaratan, sehingga banyak tanah yang baik untuk tempat tinggal.

Karena yang merantau itu makmur hidupnya, mereka hidup dari

perniagaan dan pelayaran. Kemakmuran itu memberikan

kelonggaran bagi mereka untuk mengerjakan hal-hal lain selain dari

mencari penghidupan. Waktu yang luang dipergunakan untuk

memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan mengembangkan

buah pikiran. Itulah sebabnya Miletos di Asia Minor tempat meraka

merantau menjadi tempat lahirnya filsuf-filsuf Yunani yang pertama

seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes. Mereka disebut

filsuf alam sebab tujuan filsafat mereka ialah memikirkan masalah

alam besar dari mana terjadinya alam.

Bapak filsafat Yunani kuno adalah Thales. Thales hidup pada

abad ke-6 SM. Dikalangan orang Yunani pada waktu itu ia dikenal

sebagai salah seorang dari hoi hepta sophoi, Tujuh orang yang

bijaksana atau The seven Wise Men, atau al-Hukama’ al-Sab’ah.

Mereka terkenal dengan petuah-petuahnya yang pendek-pendek,

seperti “kenalilah dirimu”, “ingat akhirnya”, “jangan berlebih-

lebihan (meden agan)”.

Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke

negeri Mesir. Ia menemukan ilmu ukur di Mesir dan membawanya

ke Yunani. Dia juga memiliki ilmu tentang bagaimana mengukur

tinggi piramida-piramida dari bayangannya. Bagaimana mengukur

jauhnya kapal dilaut dari sebuah pantai, dia juga mempunyai teori

tentang banjir tahunan sungai Nil di Mesir. Bahkan dia juga berhasil

meramalkan terjadinya gerhana pada tanggal 28 Mei Tahun 585 SM.

Karena itulah ia dikenal sebagi ahli ilmu astronomi dan metafisika.9

9 Juhaya S.Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta : Prenada Media,

2003), hal. 73

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Aristoteles adalah salah satu murid Thales. Dialah yang

menulis ajaran ajaran Thales dan menjadi sumber utama ajaran

ajaran Tthales. Dalam Traktatnya mengenai metafisika Aristoteles

menyatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali

memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta ini. Sehingga

Aristoteles memberikan gelar kepada Thales sebagai filsuf yang

pertama.

Menurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air yang cair

itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segal-galanya. Segala

sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air. Sebagai dasar

pemikirannya Thales memberikan argumen yang rasional bahwa

tumbuh-tumbuhan, binatang lahir ditempat yang lembab, bakteri-

bakteri hidup dan berkembang ditemp[at yang lembab dan

kelembaban bersumber dari air. Dari air itu terjadilahlah tumbuhan

dan binatang, bahkan tanahpun mengandung air.

Thales, dalam mencari asal alam tidak menggunakan

takhayul atau kepercayaan umum diwaktu itu10

melainkan

menggunakan akal. Berdasarkan pengalamannya baik bagi orang

pesisir, sebagai saudagar yang suka berlayar dilautan maupun

pengalamannya menyaksikan kehidupan penduduk Mesir yang

hidupnya bergantung kepada sungai Nil, maka semuanya dijadikan

landasan berfikir untuk mencari jawaban mengenai asal mula

10Kepercayaan umum bangsa yunani pada waktu itu adalah berkaitan dengan

mitos kosmogonis yang muncul karena adanya keajaiban-keajaiban alam. Kejadian-

kejadian itu sering membangkitkan perasaan heran dan takjub dan juga sering kali

menimbulkn perasaan misteri dan rasa takut. Sehingga kebanyakan manusia mencari

keterangan-keterangan tentang asal usul alam semesta dari cerita-cerita mitos tersebut dan

tanpa bimbingan rasio.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

kejadian alam ini yakni “ semuanya itu air”11

. Bagi Thales air adalah

sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi, tetapi juga

akhir dari segala yang ada dan yang jadi. Air adalah subtrat (bingkai)

dan substansi (isi). Sehingga tidak ada jurang pemisah antara hidup

dan mati.

Kepercayaan Thales adalah Animisme yang mempercayai

bahwa bukan hanya yang hidup saja yang mempunyai jiwa tetapi

juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles menanamkan pendapat

Thales yang menyatakan bahwa jagad raya ini memiliki jiwa dengan

nama Hylezoisme.12

3. SEJARAH NABI IBRAHIM AS

Nabi Ibrahim adalah seorang Nabi yang mendapat gelar

Khalilullah yang artinya Kesayangan Allah. Nama Nabi Ibrahim

adalah Ibrahim bin Aazar (Tarikh) bin Nahur bin Sarugh bin Ra’u

bin Faligh bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh.

Beliau dilahirkan pada 2.295 SM didaerah Faddam, A’ram yang

terletak dikawasan kerajaan Babilonia. Menurut Al-Hafidz ibnu

Asakir ibu Nabi Ibrohim bernama Amilah, hal ini terdapat dalam

kitab at Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-Kahiliy, Penulis kitab al

Mubtadi. Sedangkan al Kalbiy berkata ibu beliau bernama Buna

binti Karbina bin Kartsi yang berasal dari bani Arfakhsyad bin Syam

bin Nuh. Ibnu Asakir meriwayatkan lebih dari satu jalur dari

Ikrimah, bahwasanya ia berkata: "Ibrahim dijuluki dengan gelar Abu

adh-Dhaifan." Sedangkan dalam buku yang berjudul "Muhammad

11

Bandingkan dengan ayat al qur’an surah al-Anbiya’ ayat 30 yang menyatakan

bahwa Tuhan menjadikan segala sesuatu yang hidup itu berasal dari air. 12

Juhaya S.Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika,( Jakarta: Prenada Media,

2003), hal 73-74

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Sang Nabi" - Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail,

karya Omar Hashem, dikatakan bahwa nama Ibrahim berasal dari

dua suku kata, yaitu ib/ab (إب) dan rahim (راهيم). Jika disatukan

maka nama itu memiliki arti "ayah yang penyayang."13

Pada saat Nabi Ibrahim lahir kerajaan Babilonia diperintah

oleh Namrudz, seorang raja bengis yang berkuasa secara absolud dan

zalim. Suatu saat Kerajaan Babilonia mendapat pertanda Aneh pada

bintang-bintang bahwa akan ada seorang anak laki-laki perkasa lahir

dan keturunannya akan memenuhi seisi bumi, dengan salah seorang

keturunannya akan membunuh raja Namrudz. Raja Namrudz

ketakutan, maka dia memerintahkan semua bayi laki-laki yang

dilahirkan harus dibunuh. Ayah Ibrahim merasa bahagia dan amat

khawatir karena ia mendengar kabar bahwa istrinya sedang

mengandung seorang anak sesaat setelah ia dinobatkan sebagai

panglima kerajaan. Dalam kebingungan ini, dua putranya, Nahor dan

Haran, memberi pendapat tentang persoalan ini, Haran sebagai

seorang ahli nujum berpendapat bahwa sang ayah dapat

menyerahkan si bayi kepada raja, sebab Haran meyakini bahwa

belum ada pertanda di langit yang gagal, sekalipun harus diserahkan

ke pedang atau perapian, Haran percaya akan ada keajaiban yang

membuatnya tetap hidup. Akan tetapi Nahor memberikan saran

untuk meninggalkan Babilonia sementara waktu dan menyerahkan

bayi lain sebagai ganti bayinya. Sang ayah menerima saran dari

Nahor dan pergi dari negeri Babilonia.

Setelah keluar dari babilonia Ibu Ibrahim ditempatkan di

sebuah gua bersama seorang pengasuh sampai hari bersalin.

13

Al Hafidz Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An Nihayah, (Al Qahirah: Darul Hadits,

2004), hal.180

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Sementara sang ayah mengambil seorang bayi dari hambanya untuk

diserahkan ke Namrudz. Ketika penyembelihan bayi dilakukan,

Namrudz bergembira sebab ia menyangka ancaman bagi

kerajaannya telah lenyap. Sementara itu, setelah Ibu Ibrahim

mengalami persalinan, ia bersama seorang pengasuh meninggalkan

Ibrahim seorang diri di gua sambil menangis dan berdoa "Semoga

Sang Pelindung selalu menyertaimu wahai anakku....." setelah

Ibrahim ditinggalkan sendiri, Allah mengutus sesosok malaikat

datang dan merawat Ibrahim.

Setelah berbulan-bulan, Haran yang masih mempercayai

pertanda di langit tentang Ibrahim, pergi mendatangi gua dimana

Ibrahim ditinggalkan. ia terkejut ketika mendapati Ibrahim telah

menjadi seorang anak laki-laki yang dapat berbicara. Haran

mengajaknya pulang ke Babilonia, Ibrahim sempat menolak dan

menyatakan bahwa ia tidak mempunyai rumah karena ia mengaku

telah tersesat di sebuah tempat yang tidak ia kenal. Pada akhirnya

Haran berhasil membawa Ibrahim ke rumah ayahnya di Babilonia.

Ketika Haran mempertemukan Ibrahim, dengan sang ayah,

ayahnyapun tidak percaya bahwa yang diajak Haran itu adalah bayi

yang ditinggalkan selama berbulan-bulan di gua. ketika Ibrahim

ditanya siapa yang selama ini memberinya makan, ia menjawab

bahwa Yang Maha Pemberi yang menyediakan makanan untuknya,

lalu ia kembali ditanya tentang siapa yang merawatnya saat sakit, ia

menjawab bahwa Yang Maha Menyembuhkan yang melakukannya

kemudian ketika ditanya tentang siapa yang memberitahunya tentang

jawaban-jawaban ini, Ibrahim menjawab bahwa Yang Maha

Mengetahui yang mengajarinya. terkejut dengan jawaban ini,

semakin sulit bagi sang ayah meyakinkan diri tentang anak ini.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Untuk menghindari kecurigaan dari raja Namrudz, Ibrahim diasuh di

rumah Haran yang terletak di luar Babilonia. Di sana Ibrahim tinggal

bersama anak-anak dari kakaknya yaitu Luth, Sarah dan Milka.

Setelah Ibrahim keluar dari gua kira-kira umurnya sama

dengan anak dua belas tahun, ia merasa kehilangan Allah yang

sebelumnya memberinya makan dan perlindungan, Ibrahim

memutuskan untuk pergi ke rumah nabi Nuh untuk mencari Tuhan.

Pada zaman Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama

Politeisme yaitu menyembah lebih dari satu dewa dan membuat

patung sebagai simbol dari dewa-dewa itu. Setelah berguru di rumah

Nabi Nuh, Ibrahim memutuskan pergi sebab ia belum mendapat

jawaban dari pencariannya. Ibrahim pun pergi ke rumah ayahnya,

dia sering mendapati ayahnya membuat dan meletakkan makanan di

depan patung-patung, lalu dia bertanya perilaku sang ayah.

Mendapati jawaban bahwa ayahnya menyembah patung karena

tradisi leluhur, Ibrahim mempertanyakan tindakan ini namun sang

ayah membiarkan Ibrahim. Nahor menyatakan bahwa di langit ada

dewa-dewa, namun Ibrahim merasa perlu membuktikan ucapan ini.

Nabi Ibrahim terus mencari tentang siapa tuhannya, hal ini

tercantum dalam Al Qur’an surat Al-An’am ayat 76-78 :

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Artinya : (76)“ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang

(lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu

tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."

(77)“kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah

Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata:

"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu,

pastilah aku Termasuk orang yang sesat." (78). kemudian tatkala ia

melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih

besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai

kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu

persekutukan.

Inilah daya logika yang dimiliki oleh Ibrahim dalam mencari

Tuhan. Dia menolak agama penyembahan berhala yang dipercayai

kaumnya dan menyadari bahwa yang mengendalikan bulan, bintang,

matahari, siang, malam dan yang menciptakan segala makhluk di

bumi adalah Tuhan yang sebenarnya. Akan tetapi dia masih belum

mendapatkan kesimpulan tentang Siapa itu Tuhan hingga Semasa

remaja, Ibrahim masih sering bertanya kepada ayahnya tentang

apakah itu Tuhan. Namun ayahnya tetap tak menghiraukan Ibrahim.

Sampai suatu ketika Ibrahim bertanya "terbuat dari apakah patung-

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

patung ini?" maka ayahnya menunjukkan kayu sebagai bahan

pembuatan. Ibrahim pun mempertanyakan "apakah kayu itu

tuhan?, benda yang hangus lenyap di perapian?" untuk menghindari

pertanyaan-pertanyaan lain, Ibrahim diperintah menjual patung-

patung buatan ini. Ibrahim berkeliling kota menjajakan patung-

patung buatannya, namun karena iman dan tauhid yang telah

diilhamkan oleh Allah kepadanya ia tidak bersemangat untuk

menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia

menawarkan patung-patung itu kepada calon pembeli dengan kata-

kata: "Siapakah yang akan membeli patung-patung yang diam dan

tidak berguna ini?". Dengan berbagai cara, dalam pencariannya

terhadap Tuhan Ibrahim berusaha menyadarkan dan mengenalkan

tentang Tuhan yang sebenarnya kepada masyarakatnya.

Ibrahim berulang-ulang kali berusaha memperingatkan sang

ayah dan masyarakatnya, tetapi mereka tetap tidak mau

meninggalkan berhala- berhala kayu, hingga Ibrahim menyatakan

"sekiranya kayu itu memang sembahan, bukankah api dapat

menghanguskan kayu, sekalipun api disebut sembahan, maka air

dapat memadamkan dan melenyapkan api, meskipun air disebut

sebagai sembahan, maka air akan lenyap diserap oleh tanah,

sekalipun tanah disebut sebagai sembahan, maka matahari

mengeringkan tanah dan menjadikannya tandus. sekalipun matahari

yang bersinar teran, tidaklah layak dianggap sembahan, sebab ia

akan kehilangan cahaya karena awan bergumpal-gumpal dan lenyap

dalam kegelapan malam dengan sinar bulan dan bintang-bintang.

awan-awan dan malam pun tidak pantas dianggap sebagai sembahan

sebab apakah sembahan hanya hadir dalam waktu tertentu dan

menghilang dalam waktu tertentu, sementara umat manusia yang

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

menyembah dan segala makhluk di bumi selalu hidup dan hadir

setiap waktu? Bukankah Yang Menciptakan langit, bumi dan segala

yang diantara keduanya adalah Tuhan yang sebenarnya. sekiranya

kamu mau merenungkan.

Apapun yang kamu sembah itu adalah segala yang ku benci,

terkecuali Tuhan atas segala sesuatu, Dialah yang menciptakan

diriku dan membimbingku sebab Dia menciptakan sesuatu berdasar

tujuanNya dan kehendakNya, Dialah menyerukan kebenaran

kepadaku melalui pendengaranku sebab semula aku hanya ciptaan

tuli yang bahkan tidak mengenali diri sendiri, Dialah yang

menampakkan cahaya yang menerangi supaya aku tahu jalan apa

yang harus kutempuh karena aku hanyalah ciptaan yang tersesat di

antara bumi dan langitNya, Dialah yang selalu hadir untukku sebab

Dia menyediakan segala hal untuk kumakan dan kuminum, Dialah

yang menghidupkan yang mati untukNya dan mematikan yang hidup

tanpaNya. aku sendiri tidak tahu untuk apa aku dihidupkan maka

tiada tugas bagiku di dunia selain melaksanakan apapun yang

diperintahkan oleh Pencipta yang menghidupkanku dan aku pun

bersedia mati sekiranya Dia pula yang menghendaki itu. lalu

patutkah aku bersujud dan memuja yang kalian serukan itu daripada

Tuhan yang menghidupkan seluruh makhluk di bumi?" Dengan cara

demikian, Ibrahim berusaha untuk menyadarkan kaumnya, akan

tetapi mereka mengabaikan seruan-seruan Ibrahim dan tetap

meneruskan penyembahan berhala mereka.

Dalam surah Al An-am ayat 74 dijelaskan tentang

kebimbangan Nabi Ibrahim terhadap kebenaran perbuatan

menyembah berhala yang dilakukan oleh ayahnya:

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Artinya “dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya,

Aazar14

"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-

tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam

kesesatan yang nyata."

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan

oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang

halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan

oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan

dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia

bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah

yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain

kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak

berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi

penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan

pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala

itu adalah semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh

kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Ia berseru kepada

ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya

berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada

14 Diantara mufassirin ada yang berpendapat yang dimaksud dengan abihi

(bapaknya) adalah pamannya.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang

dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta

menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Haran yang mendapati Ibrahim selamat dari perapian

bergegas mendekat untuk memeluknya, ia yang mendekat tanpa

memiliki keimanan kepada Allah seketika mati disambar oleh

kobaran api dari Allah. Di saat semacam ini, Allah menimbulkan

pandangan yang bermacam-macam dalam pengamatan orang-orang

menyaksikan, sebagian mengatakan, "dewa itu adalah api sebab api

yang menyelamatkan Ibrahim" sebagian lain mengatakan. "dewa itu

adalah kayu sebab akibat kayu itu, Ibrahim selamat" sebagian lain

mengatakan, "dewa itu adalah angin sebab angin yang

menghindarkan Ibrahim" dan muncul berbagai pendapat berbeda-

beda dari kejadian ini. orang-orang yang saling bersepakat bersatu

dan membantah pihak yang berbeda akibat mereka saling berkeras

pada pendapat masing-masing, sejak saat itulah umat manusia saling

menjauh berpencar dari tempat perapian bersejarah ini. Maka

Ibrahim mengatakan, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu

sembah selain Allah adalah untuk menciptakan kasih sayang di

antara kalian dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat

sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian

mengutuki sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang

neraka, dan takkan ada seorang pun yang membela kalian.15

Setelah menyaksikan Ibrahim yang diselamatkan oleh Allah

dari perapian, Namrudz dan para pengikutnya merasa dipermalukan

dan merasa takut bahwa banyak orang lebih percaya kepada Ibrahim

dibanding kepada kerajaannya maka seorang manusia yang mengaku

15 http://id.wikipedia.org//wiki/ibrahim

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

sebagai raja dan dewa atas umat manusia berupaya mengalahkan

Ibrahim dengan memberikan pertanyaan “kami sadari bahwa kamu

memang tetap hidup dari perapian tetapi kamu tidak menghadirkan

sembahanmu itu di hadapan kami, maka kami takkan percaya

kepadamu” Ibrahim mengatakan, "Tuhankulah Yang Menghidupkan

dan Yang Mematikan manusia yang Dia kehendaki sebab Dialah

yang Berkuasa atas segala yang di langit dan di bumi," lalu Namrudz

memanggil dua orang budaknya dengan membunuh salah seorang

dan membiarkan yang lain tetap hidup, dia pun mengatakan, "aku

pun memiliki kuasa di bumi terhadap orang-orang itu sebab akulah

raja, dan aku pun sanggup menghidupkan dan mematikan. aku

bertaruh dengan seluruh budak yang kumiliki bahwa kamu takkan

bisa menunjukkan kepadaku bukti-bukti tentang Tuhanmu itu"

Ibrahim berkata, "Sekalipun kamu memberiku seisi bumi kepadaku

maka segala benda-benda di bumi beserta benda-benda di langit

adalah milikNya, lihatlah ke arah matahari yang terbit itu,

sesungguhnya Allah adalah Yang Menerbitkan Matahari dari arah

timur, jika memang terdapat kuasa padamu terhadap matahari itu

maka terbitkanlah ia dari arah barat," seketika Namrudz tertegun dan

menjadi bisu di hadapannya lalu banyak orang yang meninggalkan

dan memisahkan diri dari kepemimpinan Namrudz dengan

mendirikan kekuasaan mereka sendiri.

Dengan diiringi banyak pengikut, Ibrahim meninggalkan

Babilonia setelah ayah Ibrahim memanggilnya untuk hadir di rumah

Haran untuk pembagian warisan yang ditinggalkan. kedua anak

perempuan Haran masing-masing dijadikan istri bagi dua

saudaranya, Nahor dan Ibrahim, sedangkan Luth memilih ikut

bersama Ibrahim sebab Ibrahim telah tinggal bertahun-tahun di

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

rumah Haran. Ibrahim pun sempat mengajak sang ayah untuk

meninggalkan berhala dan pergi bersamanya untuk mengikut kepada

Allah. Akan tetapi ayahnya yang lelah dengan seruan-seruan Ibrahim

menjadi marah dan menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya

untuk waktu yang lama. Meski dimusuhi oleh ayahnya, Ibrahim

masih berdoa memohonkan ampun bagi ayahnya sebagai janji dan

wujud anak yang berbakti terhadap ayah.

Ibrahim bersama Sarah, Luth juga para pengikutnya

meninggalkan rumah Haran untuk pergi ke manapun yang Allah

perintahkan yang Ibrahim imani. ketika menjadi pendatang di negeri

Mesir, Ibrahim disambut sebagai tamu kehormatan yang diberi

berbagai pemberian sebab Sarah hendak djadikan istri oleh raja

Fir’aun oleh lantaran Ibrahim menyebut Sarah sebagai saudara.

Semenjak di tinggal di rumah Haran, Ibrahim telah menganggap

anak perempuan kakaknya ini sebagai saudaranya dan sebagai

saudara dalam keimanan. Pada akhirnya Fir’aun yang tersadar

bahwa Sarah adalah istri Ibrahim, merasa bersalah dan takut

terhadapnya dan sebagai tanda permintaan maaf dia memberi banyak

hadiah kepada Ibrahim juga sebuah tanah milik di Mesir agar

Ibrahim tetap tinggal di Mesir, terlebih anak perempuan Fir’aun,

Hajar, diserahkan sebagai budak untuk Sarah sebagai penebusan atas

kesalahan yang diperbuat.

Walau menerima penawaran untuk menetap di Mesir, atas

keimanannya Ibrahim tetap pergi menuju negeri yang diberikan oleh

Allah untuknya, yang membuktikan bahwa Ibrahim lebih menaruh

kepercayaan terhadap janji Allah dibanding kepada janji manusia.

Ketika menetap di negeri Palestina, Ibrahim menjadi sosok yang

terhormat dan dikenal bagi penduduk Kana’an oleh karena Ibrahim

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

berlaku dermawan terhadap penduduk Kana’an. Sekalipun Allah

berjanji bahwa seluruh negeri Palestina diberikan untuknya dan

keturunannya sebagai tanah milik, Ibrahim tidak mengusir atau

menyingkirkan penduduk yang tinggal di wilayahnya oleh karena

Ibrahim mengaku bahwa dirinya hanya pendatang di bumi yang

diterima secara baik oleh Allah, sehingga Ibrahim menjadi sosok

yang amat ramah menyambut para pendatang serta para pengembara

di rumahnya. Ibrahim juga mengenalkan ajaran iman kepada Allah

ketika menerima para tamu dari berbagai negeri.

Allah tidak memerintahkan Ibrahim untuk menguasai atau

negeri Palestina karena sosoknya yang memiliki kesetiaan sejati

pada Allah disertai keimanan kuat maka dia mampu mempengaruhi

penduduk negerinya dan tidak sedikitpun mengalami pengurangan

atau pelemahan iman akibat ajakan mereka.

Oleh karena merasa bersalah tidak dapat member keturunan

kepada suaminya, Sarah mengizinkan Ibrahim mengawini budaknya

itu, hajar, dan lahirlah putra yang dinamai Ismail, arabisasi dari

nama aslinya dalam bahasa Ibrani Yishma’El, yang berarti Allah

mendengar, bahwa Allah telah mendengar doa Nabi Ibrahim AS.

Untuk mendapatkan keturunan meski diusia yang sudah lanjut.16

Tidak selang lama maka lahir pula Ishaq dari Sarah. Sebagaimana

yang tertuang dalam al Qur’an surat Ibrahim ayat 39.

Ketika seorang putra Ibrahim telah mencapai usia dewasa.

Allah hendak menguji kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-

perintahNya melalui sebuah mimpi tentang penyembelihan anak.

16 Nurkholis Madjid dan Budi Munawar Rachman, Al Qur’an dan Tradisi

Ibrahim, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Akar dan Awal, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, tt), hal. 184

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Keimanan Ibrahim yang berhasil melaksanakan ujian-ujian

sebelumnya sama sekali tidak berubah ketika menerima perintah ini.

Ibrahim mengajak putranya pergi untuk melaksanakan perintah

Allah, dia tidak sedikitpun mengeluh atau meminta keringanan dari

Allah tentang perintah ini melainkan melaksanakan sebagaimana

yang diperintahkan. Ketika Ibrahim membaringkan sang anak untuk

perintah Allah, dia terlebih dahulu meminta tanggapan dan

persetujuan dari sang anak. Ibrahim berkata, "Wahai anakku,

sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku

menyembelihmu. maka sampaikanlah apa pendapatmu!" putranya

menjawab, "wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan

kepadamu; dengan perkenan Allah kamu akan mendapatiku

termasuk orang-orang yang sabar." di saat putranya telah merelakan

diri dan Ibrahim bersiap mengulurkan tangan untuk menyembelih

putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan

tangannya, sebab tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia

melaksanakan apapun untuk Allah sebagai hamba yang berbakti dan

benar-benar terpercaya bagi Allah. Ibrahim pun mendapati seekor

domba besar sebagai kurban pengganti putranya.

Nabi Ibrahim merupakan sosok teladan utama bagi umat

Islam dalam hal keimanan, pengabdian dan ketauhidan pada Allah

SWT. Nabi Muhammad juga mendapat anjuran melalui Firman

Allah untuk mengikuti pribadi Ibrahim, hal ini dijelaskan dalam al

Qur’an.

4. PEMIKIRAN NABI IBROHIM TENTANG SANG

PENCIPTA ADALAH SEBUAH FILSAFAT

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Thales disebut sebagai bapak filsafat Yunani kuno. Beberapa

refrensi menjelaskan bahwa Thales tidak menulis sendiri ide-ide

pemikirannya tetapi Aristoleleslah yang menulis dan membukukan

semua pemikiran sang Guru. Aristoteles menjelaskan kenapa

kemudian Thales disebut sebagai bapak filsafat Yunani Kuno karena

pada masa itu hanya baru Thales orang pertama yang berfikir secara

mendetail untuk mencari hakekat kehidupan dibumi, asal mula

terjadinya alam semesta. Dalam pemikirannya tentang asal mula

terjadinya alam semesta, thales mendapatkan kesimpulan bahwa

AIR lah asal segala sesuatu dan menjadi air pula akhir segala

sesuatu kehidupan dibumi. Argument rasional yang dijadikan

landasan berfikir atau dasar pemikiran Thales adalah bahwa tumbuh

tumbuhan, binatang, lahir ditempat yang lembab. Bakteri-bakteri

hidup dan berkembang ditempat yang lembab, bakteri makan dari

sesuatu yang lembab dan kelembaban berasal dari air. Bahkan

tanahpun mengandung air.

Sikap berfikir rasional yang dimiliki Thales dipengaruhi oleh

pengetahuannya yang dia peroleh dari perkembangan ilmu ilmu

pengetahuan di Timur Kuno, seperti Ilmu Ukur, Ilmu Hitung, dan

Astronomi dari bangsa mesir dan Babilonia.17

Akan tetapi belum

ditemukan keterangan tentang siapa saja guru Thales ketika dia

menimba ilmu di Mesir dan Babilonia namun hal ini dapat menjadi

data dan merupakan suatu bukti bahwa perkembangan filsafat di

Yunani berakar dari Babilonia18

tempat dimana Nabi Ibrahim lahir

17 Roger Garaudi, Janji- Janji Islam, terjemahan H.M.Rasyidi, (Jakarta: Bulan

Bintang, tt), hal. 11-47

18 Babilonia adalah suatu negri di lembah Irak yang disebut Babil yang berasal

dari bahasa Semantik Bab El artinya pintu Allah. Nabi Ibrahim AS lahir dan mengenal

Tuhannya adalah Allah di negeri tersebut

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

dan mengenal Tuhannya, serta Mesir tempat dimana Nabi Ibrahim

pernah tinggal, seperti yang sudah dijelaskan dimuka.

Pemikiran yang dilakukan Thales dalam pencarian hakekat

hidup hanya berhenti pada air. Tetapi tidak demikian dengan nabi

Ibrahim. Nabi Ibrahim hidup jauh sebelum Thales Hidup kurang

lebih 1500 th sebelum Thales, sudah melakukan Pemikiran,

pencarian terhadap asal muasal kehidupan. Bedanya adalah kalau

Thales menggunakan kata dari mana asal mula terjadinya alam

semesta, sedangkan Nabi Ibrahim dalam proses berfikirnya tidak

berhenti pada dari mana asal mula terjadinya tetapi lebih jauh lagi

sampai pada penggunakan kata siapa yang menjadikan alam

semesta.

Nabi Ibrahim memikirkan tentang asal mula terjadinya alam

semesta, mencari hakekat hidup, dari mana asal mula kehidupan,

siapa penciptanya, mendapatkan kesimpulan bahwa yang

menciptakan alam semesta adalah Dzat yang tak terhingga.

Argument rasional yang dijadikan landasan berfikir atau dasar

pemikiran nabi Ibrahim adalah dari kejadian yang setiap hari dia

lihat. Dia sering mendapati ayahnya membuat dan meletakkan

makanan di depan patung-patung, lalu dia bertanya perilaku sang

ayah.19

Ibrahim bertanya tentang Siapa itu Tuhan, hingga Semasa

remaja Ibrahim masih sering bertanya kepada ayahnya tentang

apakah itu Tuhan.

Apakah patung itu Tuhan? "sekiranya kayu itu memang

sembahan, bukankah api dapat menghanguskan kayu, sekalipun api

19

Pada zaman Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama

Politeisme yaitu menyembah lebih dari satu dewa dan membuat patung sebagai simbol

dari dewa-dewa tersebut.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

disebut sembahan, maka air dapat memadamkan dan melenyapkan

api, meskipun air disebut sebagai sembahan, maka air akan lenyap

diserap oleh tanah, sekalipun tanah disebut sebagai sembahan, maka

matahari mengeringkan tanah dan menjadikannya tandus. sekalipun

matahari yang bersinar teran, tidaklah layak dianggap sembahan,

sebab ia akan kehilangan cahaya karena awan bergumpal-gumpal

dan lenyap dalam kegelapan malam dengan sinar bulan dan bintang-

bintang. awan-awan dan malam pun tidak pantas dianggap sebagai

sembahan sebab apakah sembahan hanya hadir dalam waktu tertentu

dan menghilang dalam waktu tertentu, sementara umat manusia yang

menyembah dan segala makhluk di bumi selalu hidup dan hadir

setiap waktu? Bukankah Yang Menciptakan langit, bumi dan segala

yang diantara keduanya adalah Tuhan yang sebenarnya. sekiranya

kamu mau merenungkan.

Inilah proses berfikir Nabi Ibrahim yang dapat kita masukkan

pada ranah filsafat. Sedangkan pengenalan Nabi Ibrahim terhadap

Tuhan itu adalah Allah itulah wahyu. Setelah proses berfikirnya

mentok, berhenti pada bahwa asal mula terjadinya kehidupan ini dari

Dzat yang disebut Tuhan, yang oleh Nya bintang, bulan, matahari

dan seluruh isi jagad raya ini diciptakan. Sembahan yang patut

disembah adalah Tuhan yang sebenarnya. Yang berasal dariNya api,

air tanah bumi dan segala isinya. Setelah proses berfikir itu

dilakukan oleh Ibrahim maka hadirlah wahyu yang memperkenalkan

bahwa Dzat yang disebut Tuhan yang sesungguhnya itu adalah Allah

SWT.

Berfikir tentang asal muasal sesuatu sehingga mencapai

kesimpulan adanya kekuatan yang biasa disebut Causa Prima

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

merupakan ranah filasat. Untuk menemukan siapakah sang causa

prima maka disinilah peran wahyu.

Maka dengan demikian Nabi Ibrahimlah dalam hal ini yang

patut disebut sebagai bapak filsafat, karena beliaulah orang pertama

kali yang memikirkan tentang causa prima dan kemudian diberi

wahyu oleh Allah SWT. Sehingga dari beliaulah cikal bakal ketiga

agama samawi didunia, yaitu yahudi Kristen dan islam. Tradisi

Monoteistik, Yahudi, Kristen dan Islam berasal dari nabi Ibrahim AS

pada abad ke 19 SM.20

C. KESIMPULAN

Dari paparan diatas ditarik beberapa kesimpulan bahwa sejarah

filsafat yunani diawalai oleh Thales yang berupaya mencurahkan

fikiran untuk mencari asal muasal kehidupan dibumi dengan

menggunankan Rasio dan menjauhkan dari mitos dan Takhayul. Sikap

berfikir rasional yang dimiliki Thales ini dipengaruhi oleh

pengetahuannya yang dia peroleh dari perkembangan ilmu ilmu

pengetahuan di Timur Kuno yaitu bangsa mesir dan Babilonia. hal ini

merupakan suatu bukti bahwa perkembangan filsafat di Yunani

berakar dari Babilonia dan Mesir.

Nabi Ibrahim memikirkan tentang asal mula terjadinya alam

semesta, mencari hakekat hidup, dari mana asal mula kehidupan, siapa

penciptanya, mendapatkan kesimpulan bahwa yang menciptakan

alam semesta adalah Dzat yang tak terhingga. Inilah proses berfikir

20

Kautsar Azhari Noer, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 1 Akar dan

Awal :Tradisi Monoteistik, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, , tt) hal. 39

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Nabi Ibrahim yang dapat kita masukkan pada ranah filsafat.

Sedangkan pengenalan Nabi Ibrahim terhadap Tuhan itu adalah Allah

itulah wahyu.

Berfikir tentang asal muasal sesuatu sehingga mencapai

kesimpulan adanya kekuatan yangtak terhingga, dalam bahasa filsafat

biasa disebut Causa Prima merupakan ranah filasat. sedangkan untuk

menemukan siapakah sang causa prima itu maka disinilah peran

wahyu.

DAFTAR PUSTAKA

Al Hafidz Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An Nihayah, al Qohiroh:

Darul Hadits 2004

Juhaya S.Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika, Bogor:

Kencana, 2003

Sutardjo A. Wiramiharja, Pengantar Filsafat; Sistematika Filsafat,

Sejarah Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu (Epistimologi) Metafisika dan

Filsafat Manusia, Bandung: Refika Aditama, 2006,

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Juhaya S.Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta :

Prenada Media, 2003

http://id.wikipedia.org//wiki/ibrahim

Nurkholis Madjid dan Budi Munawar Rachman, Al Qur’an dan

Tradisi Ibrahim, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Akar dan Awal, Jakarta

: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, tt

Roger Garaudi, Janji- Janji Islam, terjemahan H.M.Rasyidi,

Jakarta : Bulan Bintang, tt,

Kautsar Azhari Noer, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 1

Akar dan Awal :Tradisi Monoteistik, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

tt

Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, Bumi Aksara, cet.6, 2005

Syamsul Arifin dan Ajang budiman, Jakarta: Pengantar Filsafat

(Pendekatan Sistematis), Malang: UMM Press, 2004

Moh. Syaifuddin, dkk, Perspektif dan Orientasi Filsafat (Analisis

Ilmu Pendidikan, Agama dan Moralitas), Yogyakarta: IDEA Press, 2015