21
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015 1 SPIRITUAL WELL BEING, KEPUASAN KERJA DALAM KEGIATAN EKONOMI PERSPEKTIF PSIKOLOGI Oleh : Dr.Saliyo, S.Ag., M.Si Abstract This article is written has the purpose to understand the interaction of psychology with the economics. Both of science of psychology and economics studies human behavior. One of the themes studied in economic psychology is spiritual well being and job satisfaction. Many factors influence a person's job satisfaction. A person working at the lowest level of satisfaction is to find psychological and physiological. However such satisfaction is found not to the end of the satisfaction of human labor. Someone who has been getting the job satisfaction of psychological and physiological did not find the peak of satisfaction. Nothing like this for many people who have psychological and physiological needs are met but experience a psychological disorder such as stress, frustration, depression, even suicide. Perennial job satisfaction is job satisfaction balanced with spiritual fulfillment. Job satisfaction such as a work is not solely due to the material, but because there is meaning, benefits among themselves with others and with higher, namely God. Key words : Sipritual Well Being, Job Satisfaction, and Economic Psychology A. Pendahuluan Manusia memiliki peran yang sangat utama dalam menjalankan kegiatan sehari- hari.Sukses dalam sebuah organisasi tergantung kepada siapa yang menjalankannya. Sisi lain sukses dalam organisasi juga tergantung pada mentalitas dan moralitas seseorang yang menjalankannya. Manusia memiliki pola pikir, sikap, moral dan mentalitas.Itulah modal untuk menjalankan sebuah organisasi dengan baik. Pola pikir merupakan bentuk atau model. Dengan demikian pola pikir merupakan cara berpikir atau disebut “ mindset.” Mind merupakan sumber pikiran atau memori pusat kesadaran, perasaan, ide yang menyimpan ide dan menyimpan pengetahuan dan memori tentang hal sesuatu yang pernah dilakukannya sendiri ataupun dengan orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa mindset merupakan kepercayaan believe, atau sekumpulan kepercayaan yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. 1 1 Minto Waluyo, Psikologi Teknik Industri, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009, hal.29-30.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015 · ekonomi berbasis psikologi sebagai referensi dan analisis berkaitan dengan keyakinan.Para ... Herbert Simon dalam berkarya berkaitan

  • Upload
    ngolien

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

1

SPIRITUAL WELL BEING, KEPUASAN KERJA DALAM KEGIATAN

EKONOMI PERSPEKTIF PSIKOLOGI

Oleh : Dr.Saliyo, S.Ag., M.Si

Abstract

This article is written has the purpose to understand the interaction of psychology

with the economics. Both of science of psychology and economics studies human behavior.

One of the themes studied in economic psychology is spiritual well being and job

satisfaction. Many factors influence a person's job satisfaction. A person working at the

lowest level of satisfaction is to find psychological and physiological. However such

satisfaction is found not to the end of the satisfaction of human labor.

Someone who has been getting the job satisfaction of psychological and

physiological did not find the peak of satisfaction. Nothing like this for many people who

have psychological and physiological needs are met but experience a psychological

disorder such as stress, frustration, depression, even suicide. Perennial job satisfaction is

job satisfaction balanced with spiritual fulfillment. Job satisfaction such as a work is not

solely due to the material, but because there is meaning, benefits among themselves with

others and with higher, namely God.

Key words : Sipritual Well Being, Job Satisfaction, and Economic Psychology

A. Pendahuluan

Manusia memiliki peran yang sangat utama dalam menjalankan kegiatan sehari-

hari.Sukses dalam sebuah organisasi tergantung kepada siapa yang menjalankannya. Sisi

lain sukses dalam organisasi juga tergantung pada mentalitas dan moralitas seseorang yang

menjalankannya. Manusia memiliki pola pikir, sikap, moral dan mentalitas.Itulah modal

untuk menjalankan sebuah organisasi dengan baik.

Pola pikir merupakan bentuk atau model. Dengan demikian pola pikir merupakan

cara berpikir atau disebut “ mindset.” Mind merupakan sumber pikiran atau memori pusat

kesadaran, perasaan, ide yang menyimpan ide dan menyimpan pengetahuan dan memori

tentang hal sesuatu yang pernah dilakukannya sendiri ataupun dengan orang lain. Maka

dapat disimpulkan bahwa mindset merupakan kepercayaan believe, atau sekumpulan

kepercayaan yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. 1

1Minto Waluyo, Psikologi Teknik Industri, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009, hal.29-30.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

2

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku.Perilaku manusia

bersumber dari mindset seseorang. Dalam perkembangan ilmu sekarang psikologi

berintegrasi dengan ilmu-ilmu lain. Diantara ilmu psikologi yang berintegrasi dengan ilmu

lain adalah ilmu ekonomi. Kajian ilmu kekinian ada integrasi antara ilmu ekonomi dengan

ilmu psikologi.Alasannya karena kedua ilmu tersebut mempelajari tentang perilaku

manusia.

Integrasi antara ilmu psikologi dan ilmu ekonomi masih memilih pada tema-tema

yang sangat selektif.Sebagai contoh kajian interaksi antara ilmu psikologi dan ekonomi

dilakukan oleh Smith, Bentham, dan Marshall.Tokoh – tokoh ilmuan tersebut mengkaji

ekonomi berbasis psikologi sebagai referensi dan analisis berkaitan dengan keyakinan.Para

ahli ekonomi menjelaskan bahwa perilaku individu dalam perilaku ekonomi dapat

dijelaskan dengan ilmu psikologi. Para ahli ekonomi yang berbasis pada teori neoklasik

memiliki pemahaman bahwa pelayanan secara formal dan berkualitas akan berpengaruh

terhadap harga sebuah barang dalam penjualan ataupun pembelian.2

Berkaitan dengan kegiatan ekonomi sebuah teori perilaku mengungkapkan bahwa

berawal dari pertimbangan ilmu psikologi penggunaan cara berpikir rasional dalam

membuat sebuah keputusan pada pendekatan kegiatan ekonomi akan berujung terhadap

kesuksesan bidang ekonomi, politik, hukum, sejarah, dan seni. Hal tersebut merupakan

pokok yang mendasar bahwa ekonomi menjadi panglima keputusan dengan pertimbangan

ilmu psikologi.Dasar inilah yang digunakan oleh ilmuan ekonomi seperti Herbert Simon,

Amos Tversky, dan Daniel Kahneman yang merubah model ekonomi neoklasik manusia

yang berpijak pada kekuatan rasional yang sangat kuat.3

Kesuksesan dalam bidang ekonomi sebagai imbalan dari hasil jerih payah

melaksanakan pekerjaan akan melahirkan kepuasan kerja. Ada dua hal yang penting dalam

kepuasan kerja menurut Locke yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan dasar.Kepuasan

kerja merupakan hasil dari kerja seseorang dan berkaitan dengan motivasi kerja.Motivasi

merupakan kemampuan persepsi dan peran yang meghasilkan performan kerja dan

selanjutnya memperoleh imbalan sesuai dengan kerja yang dilakukannya. Motivasi

2Bruno S.Frey & Alois Stutzer, 2001, Economic and Psychology : From Imperialistic to Inspired Economic,

Philosophie Economiqe, Vol.2, No.4, pg.5-6. 3.ibid, pg.6.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

3

menunjukan besar kecilnya seseorang akan melakukan pekerjaan. Imbalan dari sebuah

pekerjaan akan dinilai sepadan atau tidak berkaitan dengan kepuasan kerja seseorang.4

Merubah pola pikir rasional manusia memang tidak mudah.Setiap komunitas

manusia dalam lingkungan dunia kerjanya memiliki karakteristik dalam berpikir.

Seseorang yang bekerja sebagai buruh pabrik ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS) cara

berpikirnya sangat berbeda. Hal yang demikian merupakan karakter dari cara berpikir

mereka dalam lingkungan kerjanya.

Mengapa manusia sulit merubah pola berpikirnya?.Pola pikir berkaitan dengan

sistem kepercayaan spiritual seseorang.Untuk merubah pola pikir seseorang dibutuhkan

perubahan pola pikir keyakinan seseorang. Menurut Bill Gould pakar Transformational

Thinking bahwa manusia terdiri dari tiga sistem yaitu : sistem perilaku, sistem berpikir, dan

sistem kepercayaan.

Sistem perilaku merupakan cara seseorang berinteraksi dengan dunia luar, dan

dengan realitas yang ada. Perilaku mempengaruhi pengalaman, dan sebaliknya juga

pengalaman akan mempengaruhi sistem berpikir dan perilaku. Selanjutnya sistem berpikir

merupakan filter dua arah yang menerjemahkan berbagai kejadian dan pengalaman yang

dialami oleh seseorang dan menjadi sebuah kepercayaan. Kepercayaan seseorang akan

mempengaruhi tindakan seseorang. Believe atau keyakinan merupakan penerimaan

kebenaran pada sesuatu hal oleh pikiran seseorang. Keyakinan memiliki sifat emosional

dan spiritual pada sesuatu yang dinilai baik atau buruk.5

Spiritual banyak diperbincangkan oleh para ilmuan pada saat ini. Spiritual atau

keyakinan manusia memiliki dimensi fisik, mental dan sosial. Tiga dimensi tersebut

terintegrasi pada manusia yang memiliki keyakinan tentang spiritual.Terkadang spiritual

seseorang terekspresikan dalam organisasi agama, ataupun dalam komunitas sebuah

kepercayaan. Spiritual memiliki kandungan tentang makna hidup, nilai, tujuan hidup yang

berhubungan dengan diri sendiri ataupun orang lain dan berbasis pada keyakinan

transendental atau kekuatan yang Maha Tinggi (Tuhan).

Spiritual memiliki kepercayaan yang bersifat individual. Spiritual merupakan

keyakinan seseorang untuk mencari pemahaman dan makna hidup. Spiritual merupakan

kegiatan seseorang yang berkaitan dengan pengalaman dan perasaan. Spiritual memiliki

4 Minto Waluyo, op.cit, hal 177-178.

5Minto Waluyo, ibid, hal. 31-32.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

4

tujuan kegiatan pengembaraan berpikir dan mengenang pengalaman-pengalaman

hidupnya setiap orang.

Setiap orang memiliki cerita dan nilai-nilai berkaitan dengan hidupnya dan

memiliki ketertarikan pada yang lain. Komunitas spiritual dapat dijadikan wahana saling

sharing tentang cerita kehidupan yang dialaminya.Saling bercerita tentang pengalaman

hidup masing-masing orang dapat menjadikan penyembuhan, melerai konflik, rasa takut

bahkan menyelesaikan kegiatan bisnisnya yang belum selesai. Hal yang demikian

persamaan keyakinan spiritual yang satu dengan yang lain dapat saling membantu dalam

menghadapi problem kehidupannya. 6

Penelitian menunjukan pada tahun 1990 bahwa orang-orang tua semakin meningkat

untuk melaksanakan ibadah berkunjung Gereja.Lebih dari 65 hasil penelitian sejak tahun

1989 orang tua berkunjung ke Gereja melaksanakan ibadah sebanyak 19 %.Selanjutnya

pada tahun 1998 orang-orang tua berkunjung ke Gereja meningkat menjadi 25 %.Tahun

berikutnya pada tahun 2005 orang-orang tua semakin meningkat untuk berkunjung ke

Gereja melakukan ibadah sebanyak 29%.7

Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi dan ilmu psikologi telah

berinteraksi untuk menjelaskan tentang perilaku manusia.Perilaku manusia selalu

dipengaruhi oleh sistem perilaku, sistem berpikir, dan sistem kepercayaan.Sistem perilaku,

sistem berpikir, dan sistem kepercayaan berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap

spiritual yang dianutnya. Sistem perilaku, sistem berpikir, dan sistem kepercayaan

merupakan motivasi kerja seseorang. Motivasi kerja menjadi pangkal seseorang dalam

bekerja dan dasar mendapatkan imbalan. Imbalan dalam bekerja atau reward berkaitan

dengan kepuasan kerja. Perilaku spiritual dan kepuasan kerja saling mempengaruhi dalam

performance pekerjaan seseorang.

B. Psikologi Ekonomi

a. Sekilas sejarah psikologi ekonomi

Salah satu tokoh ilmuan yang memperkenalkan tentang interaksi antara ilmu

ekonomi dengan psikologi adalah Herbert Simon.Herbert Simon memiliki umur 84

tahun.Dia meninggal pada tanggal 9 Februari 2001.Herbert Simon memiliki karya sebuah

6 .Janet Parker, 2007, Spiritual Care for Older People Project, Diocese of Oxford, Pavilion Journals, Vol. 11,

Issue 3 , pg. 13-14. 7.ibid, pg.15.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

5

buku tentang interaksi antara ilmu ekonomi dan psikologi.Menurut Mie Augier & Sublime

Simon buku tersebut berjudul An Empirically Bassed Microeconomics diterbitkan pada

tahun 1997 oleh Cambridge University Press. Buku tersebut berisi 223 halaman dengan

ISBN : 0-521-62412-6. Buku tersebut berisikan tentang hubungan antara ilmu ekonomi

dan psikologi.

Di abad 20 Herbert Simon adalah sosok ilmuan ilmu sosial yang tercatat dalam

sejarah.Beliau memiliki karya dalam bidang ekonomi, psikologi, teori organisasi, ilmu

politik, penelitian manajemen, ilmu komputer, dan ilmu kognitif.Salah satu kepedulian

Herbert Simon dalam berkarya berkaitan interaksi ilmu psikologi dan ekonomi yang

berisikan bagaimana seseorang ketika mengambil sebuah keputusan.Seseorang dalam

mengambil keputusan mempertimbangkan faktor ekonomi dan psikologi, tetapi juga selalu

bersandarkan pada rasionalitas.Herbert Simon berkesimpulan bahwa hanya dengan

melakukan penelitian psikologi dan ekonomi untuk memahami sesuatu permasalahan,

ketika mau melakukan sebuah keputusan. Keputusan-keputusan yang demikian dalam

kancah perilaku manusia dimungkinkan akan lebih baik.8

Tulisan lain yang dikerjakan oleh Herbert Simon berkaitan dengan ilmu psikologi

dan ekonomi yaitu tentang keseimbangan itu penting. Keseimbangan berkaitan dengan

motivasi kerja.Seseorang yang memiliki motivasi dalam bekerja secara konsisten dapat

menghasilkan kerja yang sangat luar biasa. Herbert Simon salah satu ilmuan yang

menerima hadiah nobel berkaitan dengan karya-karyanya yang luar biasa yang berisikan

ilmu psikologi dan ilmu ekonomi. Herbert Simon lulusan sekolah administrasi industri.Dia

mulai berkarya dengan analisis berbasis pada pilihan yang rasional.Herbert Simon

menggunakan analisis pengambilan keputusan seseorang berdasarkan pada ilmu psikologi

dan kognitif.Dalam hidupnya Herbert Simon disamping sebagai ilmuan psikologi,

ekonomi, dia juga berkarya dalam bidang teori organisasi, ilmu politik, penelitian

manajemen, ilmu komputer, dan ilmu kognitif.9

b.Perilaku konsumen dalam ilmu psikologi

Apabila membaca literatur tentang perilaku konsumen dalam pandangan ilmu

psikologi tentu selalu berkaitan dengan teori revolusi neoklasikal pada tahun 1870. Sejak

8.Mie Augier, Sublime Simon, 2001, The Consistent Vision of Economic Psychology’s Nobel Laureta,

Journal Economic Psychology, 22, pg .308-309. 9.ibid.309-310.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

6

tahun 1870 sejarah mencatat bahwa pemakaian teori konsumen terbagi dalam tiga tahap

yaitu : pandangan terhadap neoklasikal, urutan revolusi pada tahun 1930, dan selanjutnya

konsisten apa yang diungkapkan oleh Samuelson pada tahun 1938 tentang teori konsumen.

Tradisi orang-orang Inggris memiliki karakter bahwa generasi pertama teori

neoklasikal berdasarkan pada pemanfaatan gagasan yang berpijak pada hedonistik dan

(cardinal) hal-hal yang utama.Gagasan yang berdasarkan pada cardinal memiliki

pengertian ada perbedaan penilaian tentang berbagai macam hal yang baik berdasarkan

pada nilai-nilai numerik. Sisi lain hedonistik memiliki pengertian bahwa pemilihan suatu

barang berdasarkan pada keperluan dan memiliki sifat yang menyenangkan secara psikis

bagi pengguna (konsumen).10

Apabila ditelaah mendalam kajian ekonomi dalam perilaku konsumen dalam

pandangan psikologi adalah membangun kepercayaan antara penjual dan pembeli.Ilmu

psikologi memahami bagaimana keinginan konsumen untuk selalu tetap membeli pada

barang yang dijual.

Kepercayaan adalah emas.Ada seorang laki-laki dari New Delhi dengan modal

beberapa rupiah dia berhasil dalam kegiatan bisnisnya.Dia bisnis kain yang dijual dari

rumah ke rumah. Ketika bisnisnya berkembang dia diberi kesempatan untuk berjualan di

trotoar depan sebuah toko. Pedagang eceran tersebut membangun kepercayaan dengan

pedagang grosir kain.Dia memiliki modal dapat dipercaya untuk menjual barang-barang

pemilik grosir.Dengan waktu yang cukup lama, pedagang eceran dengan modal uang yang

kecil, dia dapat sukses menjual kain yang banyak.Dia diberi kepercayaan untuk mengambil

barang dulu, dan membayar di waktu kemudian.Inilah kepercayaan dalam perilaku

konsumen.11

Mengkaji perilaku konsumen dalam literatur psikologi akan menemukan bagaimana

konsumen memilih dari berbagai variasi sebuah produk. Variasi berbagai produk dikenal

dengan “brands”.Brands berkaitan dengan kontek efek. Kontek efek meliputi attraction

effect (pengaruh daya tarik), substitution effect (pengaruh penggantian), compromise effect

(pengaruh kompromi), lone alternative effect (pengaruh pilihan alternatif), dan

polarization effect (pengaruh polarisasi).

10

.D.Wade Hands, 2009, Economics, Psychology, and the History of Consumer Choice Theory, Cambridge

Journal of Economics, version 3.3, pg. 2-3. 11

.Maulana Wahiduddin Khan, Psikologi Kesuksesan Belajar dari Keberhasilan dan Kesuksesan,

Diterjemahkan Ita Mulida & Samson Rahman, Jakarta : Rabbani Press, 1999, hal.90.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

7

Dalam kajian literatur perilaku konsumen bahwa kontek efek selalu menjadi pilihan

konsumen secara lebih luas, emprik dan alami. Mengapa teori kontek efek dalam perilaku

konsumen selalu eksis?.Jawabannya karena ketiadaan teori yang dapat menjelaskan

perilaku konsumen.12

Ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen selalu berkaitan dengan

teori neoklasikal.Dalam kajian psikologi kepercayaan adalah emas.Untuk dapat

membangun bisnis yang sukses selalu dibangun kepercayaan antara penjual dan pembeli.

Perilaku konsumen dalam psikologi berkaitan dengan “brands” variasi berbagai produk.

Berbagai jenis produk yang dibuat dalam penjualan akan menarik pembeli untuk

memberikan pilihan dan membeli.

c. Kepribadian manusia dalam pandangan psikologi ekonomi

Ada pertanyaan yang mendasar apakah psikologi ekonomi peduli tentang perilaku

manusia ataupun kepribadian manusia?. Ilmu psikologi ekonomi menjawab bahwa sikap

masyarakat, dan perhatiannya akan menjelaskan bahwa masayarakat akan merespon

keadaan perekonomian suatu keluarga ataupun Negara dengan perilaku. Sebagai contoh

situasi harga barang yang mahal ataupun langka, dengan pendapatan yang kecil, maka

masyarakat akan lebih melakukan pengendalian belanja dengan hemat ataupun melakukan

saving (penyimpanan).

Banyak studi yang berkaitan dengan pengalaman kehidupan sehari-hari dalam ilmu

psikologi. Studi tersebut berkaitan dengan respon seseorang secara objektif terhadap

keadaan kehidupan sehari-hari.Secara objektif bahwa keadaan dalam kehidupan sehari-hari

didefinisikan secara objektif dan memiliki makna.Dalam ilmu psikologi dijelaskan bahwa

setiap invidu memiliki respon yang berbeda-beda terhadap keadaan situasi yang

dihadapi.Ilmu psikologi menjelaskan ada perbedaan masing-masing individu. Perbedaan

tersebut diantaranya pada sisi kognisi seseorang memiliki atribusi, harapan. Sisi yang lain

manusia juga memiliki perbedaan emosi, perhatian, aksi yang melekat pada masing-masing

pribadi manusia dalam menghadapi situasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

yang terjadi dalam lingkungannya.13

12

.Antony Davies & Thomas Cline, 2005, A Consumer Behavior Approach to Modeling Monopolistic

Competition, Journal Economic Psychology, 26,(6), pg.3. 13

.Hermann Brandstatter, 1993, Should Economic Psychology Care About Personality Structure?.Journal of

Economic Psychology, 14, pg.473-474.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

8

Pembahasan perilaku manusia atau kepribadian seseorang berkaitan dengan

psikologi ekonomi telah dibahas oleh George Katona. Sisi lain masalah kepribadian juga

telah dibahas oleh Kurt Lewin dalam ilmu psikologi sosial. Kurt Levin memperbincangkan

kepribadian menekankan pada respon subjektif dan objektif seseorang pada situasi

lingkungan yang dihadapinya.Respon objektif dimilki oleh orang-orang yang memiliki

karakter motivasi, kemampuan dan temperamen. Sisi lain respon seseorang yang memiliki

karakter motivasi, kemampuan temperamen dan intensitas merupakan kepribadian yang

subjektif.14

Mencermati ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam psikologi ekonomi

perilaku respon manusia atau kepribadian manusia berkaitan dengan situasi yang dihadapi

dalam lingkungannya.Setiap orang memiliki perbedaan dalam merespon pada situasi yang

dihadapinya.Hal yang demikian terjadi karena setiap manusia memiliki kognitif, afektif

dan psikomotorik yang berbeda-beda. Sisi lain respon manusia terhadap lingkungan yang

dihadapi setiap individu memiliki respon yang berbeda-beda. Ada seseorang yang

merespon dengan objektif, dan adapula yang merespon dengan subjektif.

C. Kepuasan Kerja

a.Sikap, sosial budaya, dan motivasi kaitannya dengan kepuasan kerja.

Kepuasan kerja berkaitan reward yang didapat oleh seseorang setelah

melaksanakan pekerjaan. Menurut Locke dan Lathan bahwa kepuasan kerja merupakan

sesuatu yang menyenangkan ataupun hal emosi positif yang menghasilkan pada penilaian

sebuah pekerjaan atau pengalaman kerja.Kepuasan kerja berkaitan dengan hasil dari

persepsi pada sebuah pekerjaan yang dikerjakan dengan baik.Ada tiga hal yang penting

berkaitan dengan kepuasan kerja yang dijelaskan oleh Luthan.Pertama kepuasan kerja

berkaitan dengan respon emosi pada situasi kerja.Seperti halnya tidak dapat melihat situasi

pekerjaan dengan jelas atau hanya dapat bisa menyimpulkan saja. Kedua kepuasan kerja

sering menjadi penentu bagaimana seseorang dapat tetap eksis dalam dunia pekerjaannya

dan mendapatkan apa yang diharapkannya. Sebagai contoh seseorang yang bekerja dengan

sungguh-sungguh namun mendapat imbalan yang kurang seimbang daripada seseorang

yang duduk dalam sebuah departemen bekerja dengan santai dan mendapatkan imbalan

yang lebih.Hal demikian menyebabkan sikap negatif pada pekerjaan yang

14

. Hermann Brandstatter, op.cit, pg. 474-475.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

9

dikerjakan.Ketiga kepuasan kerja berkaitan dengan representatif sikap yang menjadi

karakter seseorang terhadap suatu pekerjaan. Seseorang yang bekerja dengan sendirinya

akan memperoleh pembayaran atau upah, kesempatan promosi, dan supervisi dari rekan

kerjanya.

Sikap merupakan sumber dari performan seseorang dalam bekerja. Sikap salah satu

faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas kerja seseorang. Salah satu yang dapat

menentukan sikap seseorang adalah situasi kerja.Sikap merupakan produk dari perilaku

seseorang. Sisi lain juga banyak faktor yang mempengaruhi sikap seseorang dalam bekerja.

Seseorang yang membenci pekerjaan kemungkinan besar tidak dapat bekerja dengan baik.

Sebaliknya seseorang yang bekerja dengan rasa cinta, dan tidak dapat memberikan

produksi yang banyak, orang tersebut belum tentu memperolehreward yang banyak.

Sikap didefinisikan sebagai tingkat perasaan positif dan negatif seseorang terhadap

objek, atau sesuatu bahkan pada seseorang.Ketika seseorang memperbincangkan tentang

sikap seseorang terhadap pekerjaan, maka yang ada pada pikiran orang tersebut adalah

kecenderungan seseorang memiliki rasa senang dan tidak senang terhadap pekerjaan

tersebut.15

Menurut Miner bahwa stimulus sikap yang terjadi dalam lingkungan ada lima, dan

komponen sikap yang ada pada setiap orang ada tiga.

Gambar 1: Stimulis sikap dan komponen sikap (Miner, 1992, hal 116).

Memperhatikan gambar kotak kiri di atas dapat dipahami bahwa stimulus sikap

yang ada pada lingkungan diantaranya adalah pertama masyarakat. Budaya yang ada pada

suatu masyarakat akan mempengaruhi sikap seseorang. Kedua keluarga. Perilaku, dan cara

berpikir keluarga seseorang akan mempengaruhi sikap seseorang. Ketiga kelompok sebaya.

Pergaulan dalam kelompok sebaya juga akan mempengaruhi sikap seseorang. Keempat

masa atau zaman lampau dan sekarang terkait dengan pola hidup akan mempengaruhi

15

.John, B. Miner, Industrial Organizational Psychology, New York : McGraw Hill International Edition,

1992, pg. 115-116.

Stimuli from Enviroment

Society, Family, Peer Group, Past and Present, Work Organization, Other Factors

Component of Attitudes Within The Persons

Emotional, Evaluative of Cognitive (Thingking), Intention to behave,

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

10

sikap seseorang. Kelima organisasi kerja.Karakter suatu organisasi kerja berpengaruh

terhadap sikap seseorang.

Sisi lain pada kotak kanan dapat dipahami bahwa komponen sikap yang dimiliki

setiap orang ada tiga. Pertama emosional seseorang.Keadaan emosi yang ada pada

seseorang berpengaruh terhadap sikap seseorang.Kedua evaluasi atau kognitif seseorang

berpengaruh terhadap sikap seseorang. Artinya bahwa cara berpikir seseorang akan

berpengaruh terhadap pikiran orang tersebut. Ketiga intensitas. Intensitas seseorang

berinteraksi pada lingkungan, benda atau seseorang akan mempengaruhi sikap seseorang.

Kepuasan kerja secara alami berkaitan dengan ekonomi, kondisi sosial dan budaya

pada suatu Negara. Kepuasan kerja tidak dapat diperbincangkan tanpa adanya motivasi

kerja yang dimiliki oleh seseorang.Kepuasan kerja berkaitan dengan komitmen seseorang

pada organisasi kerja. Kurangnya kepuasan kerja dapat dipastikan akan kurang semangat

dalam melaksanakan kerja. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa kepuasan kerja

berkaitan dengan kontrol kerja, dan persepsi orang lain. Pandangan tersebut memberikan

kesimpulan bahwa kepuasan kerja berkaitan dengan motivasi seseorang dalam bekerja

yang secara alami.Kepuasan kerja juga berkaitan dengan standar imbalan kerja pada

kondisi lokal ataupun internasional yang ada.16

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi kepuasan

kerja seseorang.Diantaranya adalah sikap, sosial budaya dan motivasi seseorang.Seseorang

yang memiliki sikap yang menyenangkan pada kerja dimungkinkan mendapatkan kepuasan

kerja.Sosial budaya yang ada pada lingkungan kerja juga mempengaruhi kepuasan kerja

seseorang.Sosial budaya yang diterima seseorang dalam bekerja dapat melahirkan

kepuasan kerja.Selanjutnya motivasi. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi dan bekerja

dengan prestasi yang tinggi mendapatkan imbalan fisiologis dan psikis sepadan dapat

dipastikan akan memuaskan kerja orang tersebut.

b.Teori kepuasan kerja.

Menjelaskan tentang kepuasan kerja dapat dijelaskan dengan teori pertentangan

(discrepancy theory).Teori pertentangan dari Locke menjelaskan bahwa kepuasan dan

tidak kepuasan terhadap pekerjaan karena ada dua hal. Pertama pertentangan yang

16

.Adeyinka Tella., C.O. Ayeni., & S.O. Popoola, 2007, Work Motivation, Job Satisfaction, and

Organisational Commitment of Library Personnel in Academic and Research Libraries in Oyo State, Nigeria,

Library Philosophy and Practice, ISSN 1522-0222, pg.4-5.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

11

dipersepsikan antara apa yang dinginkan seseorang individu dengan apa yang diterima.

Kedua pentingnya pengetahuan dan pemberian apa yang diinginkan individu. Menurut

Locke seorang individu akan merasa puas atau tidak puas hal tersebut bersifat pribadi. Hal

tersebut berkaitan dengan keinginan dan pertentangan dari hasil kerja serta imbalan yang

didapatkannya.

Menurut Locke ada beberapa hal yang dapat menentukan kepuasan kerja. Diantara

faktor penentu kepuasan kerja adalah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung

jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, tantangan mental dan

kreativitas. Hasil survei diagnostik menunjukan bahwa ada lima ciri seseorang

mendapatkan kepuasan kerja dari berbagai pekerjaan. Ciri-ciri tersebut adalah keragaman

ketrampilan, jati diri tugas, tugas yang penting, otonomi, pemberian balikan ataupun

reward membantu mendapatkan kepuasan kerja.17

Menjelaskan kepuasan kerja memang banyak teori.Setiap individu memiliki

persepsi yang berbeda-beda. Ada hal yang sama dalam mendefinisikan tentang kepuasan

kerja. Kepuasan kerja berkaitan dengan sikap seseorang terhadap pekerjaan. Seseorang

yang mendapatkan kepuasan pada pekerjaan akan memberikan sikap yang positif pada

pekerjaan tersebut. Sebaliknya seseorang yang tidak mendapatkan kepuasan dalam

pekerjaan akan bersikap negatif pada pekerjaan.

Untuk menentukan seseorang mendapatkan kepuasan atau tidak dalam pekerjaan

ada enam faktor yang mempengaruhinya.Pertama pemberian kesempatan pada

pekerja.Kesempatan berkaitan dengan pekerja untuk berpartisipasi pada proyek yang ada

untuk ikut berkompetisi, dan lebih bertanggung jawab.Kedua stress. Seseorang yang

mengalami stress yang tinggi akan mengurangi pada kepuasan kerja seseorang. Ketiga

kepemimpinan. Kepemimpinan yang menyenangkan dan dapat diterima oleh pekerja akan

mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Kepemimpinan yang dapat memberikan motivasi

kerja, dan kenyamanan kerja bagi karyawan dapat menambah kepuasan kerja

karyawan.Keempat standar kerja.Kepuasan kerja berkaitan dengan standar kualitas

kerja.Kelima keadilan dalam memberikan imbalan.Kepuasan kerja juga berkaitan dengan

keadilan suatu lembaga atau pimpinan dalam memberikan upah pada karyawan.Keenam

memberikan hak otonomi kepada pekerja.Otoritas ataupun kebebasan yang bertanggung

17

. Minto Waluyo, op.cit, hal. 180-181.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

12

jawab dalam mengelola dan mengembangkan pekerjaan merupakan salah satu hal yang

mempengaruhi kepuasan kerja.18

Pada sisi yang lain kepuasan kerja berkaitan dengan kebutuhan (need). Istilah need

atau kebutuhan telah dipakai oleh ilmuan Abraham Maslow. Kata need oleh Abraham

Maslow dipakai untuk menjelaskan hirarki kebutuhan. Teori kebutuhan dipakai untuk

menjelaskan motivasi manusia. Istilah need berkaitan dengan hasrat, keinginan dan

motivasi seseorang yang dimiliki dengan secara sadar. Need pada esensinya merupakan

gizi manusia secara fisiologis ataupun psikologis. Need merupakan sesuatu yang ada pada

manusia secara inner dan dapat dipelajari. Jika kepuasan berkaitan dengan perkembangan

dan kesehatan manusia, maka kepuasan merupakan need.Jika kepuasan berkaitan dengan

pendapatan, maka need merupakan hasrat.

Untuk menjelaskan need dapat dipakai teori self determination (penentuan diri).

Teori tersebut menjelaskan bahwa setiap individu memiliki tiga bawaan yaitu kompetensi,

otonomi dan berhubungan dengan yang lain. Kebutuhan kompetensi berkaitan dengan

kemampuan seseorang untuk sukses menjalankan pekerjaan.Otonomi berkaitan dengan

pengalaman dan pilihan terhadap aksi pada suatu pekerjaan.Relatedness berkaitan dengan

relasi atau kebutuhan untuk berinteraksi antara seseorang dengan orang lain.

Menurut teori self determination bahwa kesempatan dapat memberikan kepuasan

pada tiga hal yaitu fungsi diri, motivasi dan fungsi afektif.Fungsi diri merupakan sesuatu

yang dimiliki oleh manusia secara internal. Fungsi diri berkaitan dengan nilai yang ada dan

proses regulasi. Fungsi diri berkaitan dengan penyesuaian diri.Fungsi diri berkaitan dengan

kepuasan dan menjadikan nilai tambah bagi manusia bagi pertumbuhan dan perkembangan

manusia.Sebaliknya kepuasan berlawanan dengan hilangnya motivasi.Kebutuhan juga

berkaitan dengan fungsi afektif.

Penelitian menunjukan bahwa kepuasan berkaitan dengan tiga hal yang bersifat

intrinsik.Tiga hal tersebut adalah bahwa kepuasan berkaitan dengan hal yang dapat

diramalkan, keamanan dan kelekatan. Temuan yang lain kepuasan berkaitan dengan faktor

18

.Selim Ozdemir, 2009, Factor Influecing Job Satisfaction in Azerbaijan Companies, Journal of Qafqaz

University, 26, pg.103-104.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

13

kehadiran atau pertemuan seseorang dengan orang lain, konstribusi seseorang pada

pekerjaan atau lembaga, sukarelawan, dan spiritual.19

Kepuasan kerja sering disamakan dengan istilah sikap terhadap pekerjaan. Sisi lain

kepuasan kerja sering diistilahkan dengan kegembiraan seseorang di tempat kerja.

Pendapat yang lain lagi kepuasan kerja berkaitan dengan harapan dan kenyataan karyawan

dalam menerima imbalan baik fisologis ataupun psikologis. Ada dua hal yang

mempengaruhi kepuasan seseorang terhadap kepuasan kerja yaitu internal dan

eksternal.Internal merupakan kepuasan yang bersifat pribadi yang ada pada setiap

individu.Kedua kepuasan kerja bersifat eksternal adalah faktor lingkungan yang melekat

pada seseorang.20

Memahami penjelasan di atas bahwa kepuasan kerja dapat dikatakan bersifat

pribadi. Sisi lain kepuasan kerja juga berkaitan dengan imbalan yang bersifat fisiologis dan

psikologis. Imbalan yang bersifat fisiologis berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang

bersifat materi.Ibalan bersifat psikologis bersifat emosi, motivasi, perhatian,

penghargaan.Kepuasan kerja merupakan bagian dari kebutuhan need. Seseorang yang

mendapatkan kepuasan kerja akan memiliki sifat yang positif terhadap pekerjaannya.

Sebaliknya seseorang yang tidak mendapatkan kepuasan kerja akan bersikap negatif pada

pekerjaanya.

D. Spiritual Well Being

a. Spiritual

Bagaimana seseorang melaksanakan spiritual pada tempat kerja.Banyak orang

mengetahui tentang pentingnya menjalankan spiritual dalam tempat bekerja, namun

mereka enggan melaksanakannya.Banyak orang beranggapan bahwa tempat bekerja

merupakan institusi sosial dan sekuler. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kehidupan

organisasi yang akan datang akan mengalami perubahan sosial jika masyarakat tetap

konsisten dalam melaksanakan pekerjaannya. Perubahan tersebut bahwa di tempat bekerja

seseorang akan senang dengan menjalankan keyakinan spiritualnya. Masalahnya orang

19

.Paul P. Baard., Edward L. Deci., & Richard M. Ryan, 2004, Intrinsic Need Satisfaction : A Motivational

Basis of Performance and Well Being in Two Work Setting, Journal of Applied Social Psychology, 34, 10,

pg.2046-2047. 20

. John B. Miner, op.cit, hal.115-116.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

14

bekerja tidak hanya mencari materi semata, namun seseorang bekerja mencari makna dan

kepuasan.

Menurut Duffy bahwa studi secara empirik menunjukan ada hubungan antara

spiritual dan kerja dengan kepuasan bekerja. Beberapa sarjana memberikan pandangan

bahwa pada tingkat level yang tinggi kepuasan kerja secara alami dapat ditemukan melalui

kebebasan mengekspresikan spiritual di tempat kerja. Kondisi yang demikian akan

memberikan sikap yang positif dan kondisi yang baik di tempat kerja. Bagaimanapun studi

kebebasan ekspresi spiritual tidak hanya berkaitan dengan kepuasan kerja semata, namun

sikap positif dan elemen yang lain yang mendukung pada produktifitas kerja karyawan.21

Banyak ilmuan yang mendefinisikan tentang spiritual. Ilmuan seperti Zinnbauer &

Pargament memberikan definisi tentang spiritual lebih dari 300 definisi yang telah

dipublikasikan. Ilmuan yang lain Markow & Klenke memberikan definisi spiritual dalam

dunia kerja lebih dari 70 definisi. Fairholm misalnya memberikan definisi spiritual

merupakan sesuatu energi yang fital, dan dijadikan prinsip bagi kehidupannya dalam

bentuk identitas, nilai, memori, rasa humor, yang terintegrasi secara menyeluruh berkaitan

dengan kebijaksanaan dan otonomi yang bersifat mendalam. Rayburn & Rayburn

mendefinisikan spiritual berkaitan dengan kekuatan yang fital yang dimiliki oleh

seseorang.Anderson mendefinisikan bahwa spiritual adalah sesuatu hal yang tidak dapat

diraba dan merupakan kekuatan afirmasi yang melekat pada diri manusia. Lean

mendefinisikan spiritual dalam tempat kerja bahwa spiritual merupakan mental kepribadian

seseorang atau sikap yang melekat pada diri seseorang yang berbentuk sikap, cara berpikir

dan membawa kesuksesan seseorang dalam bekerja. Definsi yang lebih komprehensif

dikemukakan oleh Fernando, Beale & Geroy bahwa spiritual kualitas personal yang

melekat pada diri dan dibawah alam sadar berkaitan dengan rasa, dan energi individual

untuk melakukan tindakan yang memiliki tujuan akhir yang pasti atau tujuan akhir

kehidupan diri (alam baka).

Ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa spiritual berkaitan yang abstrak.Spiritual

berkaitan dengan prinsip seseorang. Spiritual di tempat kerja berkaitan dengan sikap,

emosi, mental kepribadian seseorang, cara berpikir dalam bekerja. Spiritual dapat

membawa kesuksesan dan kepuasan kerja seseorang.

21

.Juhaizi Mohd Yusuf., & Mahadzirah Mohamad, 2014, The Influence of Spiritual Leadership on Spiritual

Well Being and Job Satisfaction : Conceptual Framework, International Review of Management and Business

Research, Vol.3, Issue.4, pg.1948.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

15

b.Spiritual well being

Disamping ada istilah spiritualitas yang menjadi kajian dalam ilmu pengetahuan,

ada juga istilah spiritual well being. Spiritual well being sering bertukar pengertian dengan

spirtualitas. Well being didefinisikan oleh Merriam Webster sebagai suatu keadaan yang

menyenangkan, sehat, dan sukses. Spiritual well being dedefinisikan sebagai persepsi

masyarakat pada seseorang tentang kualitas kehidupannya. Spiritual well being berkaitan

dengan rasa seseorang yang berkaitan dengan orang lain, yang meliputi makna dan tujuan

hidup berkaitan dengan hubungan seseorang dengan yang maha tinggi dan lebih tinggi

daripada orang tersebut yaitu Tuhan. Penelitian tentang spiritual ataupun spiritual well

being telah banyak dikaji berkaitan dengan konteks dimensi kehidupan seseorang. Kajian

tersebut meliputi dimensi emosional, psikologi, dan fisiologis yang melekat pada

seseorang.Ilmuan Emmons telah mengkaji bahwa spiritualitas memiliki sifat yang positif

berkaitan keadaan seseorang yang sedang mengalami sakit atau berkaitan dengan kepuasan

kehidupan. Spiritual di tempat kerja merupakan faktor penentu bagi kepemimpinan yang

efektif dan mendukung didapatkannya kepuasan dalam bekerja.22

Spiritual well being menurut Lee, Sirgy, Efraty, & Siegel bahwa dikonsepsikan

sebagai domain kepuasan yang melekat pada seseorang. Spiritual well being didefinisikan

sebagai rasa yang berkaitan dengan tujuan hidup seseorang. Spiritual well being memiliki

pengaruh yang positif terhadap kepuasan hidup, tanggungjawab korporat, komitmen

organisasi, produktifitas dan performan finansial.

Spiritual well being sering dikaitkan dengan spiritual leadership. Banyak studi

spiritual well being dikaitkan dengan spiritual leadership yang memiliki pengaruh positif

berkaitan dengan kepuasan kerja, komitmen organisasi, produktifitas yang diukur melalui

performan kerja dan perkembangan penjualan. Alat ukur spiritual leadership theory selalu

berkaitan dengan spiritual well being.Dimensi spiritual leadership theory berkaitan

dengan keimanan, harapan, visi, altruistik, dan cinta. Sisi lain spiritual well being dalam

sebuah kelompok berkaitan dengan perintah dan keanggotaan.23

22

.Ibid, pg.1949 23

.Juhaizi Mohd Yusof, & Mahadzirah Mohamad, 2014, The Relatioship Spiritual Leadership, Spiritual

Well Being, and Job Satisfaction in The Malaysian Shipping Industry : A Pilot Study, International Journal

Research in Social Sciences, Vol.4, No.8, ISSN , pg.3-4.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

16

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa spiritual well being berkaiatn makna

hidup, tujuan hidup. Spiritual well being dalam dunia kerja dapat mempengaruhi

performan seseorang dalam bekerja dalam bentuk sikap, komitmen, visi, cinta dan emosi

dalam bekerja. Seseorang yang memiliki spiritual well being yang baik dapat melahirkan

sikap terhadap kerja yang positif dan kepuasan. Sebaliknya seseorang yang memiliki

spiritual well being yang kurang baik dapat melahirkan sikap yang negatif terhadap tugas-

tugas kerja yang dihadapinya. Spiritual well being juga berkaitan dengan spiritual

leadership.

E. Pembahasan

Psikologi ekonomi adalah dua ilmu yang berinteraksi antara ilmu ekonomi dan ilmu

psikologi.Banyak tema yang dikaji dalam psikologi ekonomi.Ilmuan yang sukses

mempertemukan dua ilmu tersebut diantaranya adalah Herbert Simon.Herbert Simon telah

mengkaji tentang pengambilan keputusan dengan berbasis pada ilmu psikologi. Ilmu

psikologi merupakan ilmu yang mengkaji perilaku manusia berdasarkan pola pikir yang

ada pada masing-masing individu.

Cara berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Perilaku

merupakan pusat dari perubahan seseorang seperti kesehatan, keuangan dan perubahan

situasi pada diri yang sehat atau tidak sehat.Perilaku yang melekat pada masing-masing

individu juga berpengaruh pada pendapatan atau ekonomi seseorang. Ilmu psikologi telah

banyak mengkaji bahwa cara berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap pengolahan

informasi dan pendapatan ekonomi. Inilah salah satu bagian dari interaksi antara ilmu

psikologi dengan ilmu ekonomi.

Pada pembahasan awal munculnya psikologi ekonomi telah dibahas tentang

konstribusi psikologi pada ilmu ekonomi ketika seseorang mengambil sebuah keputusan.

Perkembangan selanjutnya banyak tema-tema yang dibahas dalam psikologi ekonomi

bahwa perilaku seseorang akan dipengaruhi pada situasi ekonomi yang dihadapi oleh

seseorang. Memang agak mengalami kesulitan bagaimana perilaku mempengaruhi

pengambilan keputusan seseorang, namun ada tema yang tepat dibahas dalam psikologi

ekonomi yaitu cara berpikir dalam ruang. Mindspace membantu seseorang dalam berpikir.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

17

Seseorang yang berpikir akan berpengaruh terhadap perilaku. Dalam kontekstual seseorang

berperilaku berdasarkan apa yang ada dalam kognitif orang tersebut.24

Tema yang kontekstual yang dikaji dalam psikologi ekonomi diantaranya adalah

situasi yang dialami seseorang tentang pengangguran ataupun resesi ekonomi pada suatu

Negara.Seseorang yang mengalami pengangguran karena pemutusan hubungan kerja

(PHK) atau sempitnya lapangan pekerjaan yang ada dapat berimbas pada kesehatan

fisiologis dan mental.Sebagai contoh di Hungarian.Dalam sejarah ketika masyarakat

Negara tersebut mengalami pengangguran dan krisis ekonomi, dampak yang diterima

adalah kecemasan, depresi, harga diri yang lemah yang dialami oleh rakyatnya.

Dalam catatan sejarah Hungarian pada tahun 1989 mengalami perubahan

politik.Tahun tersebut Negara Hungarian melepaskan sistem sosialis yang dianutnya

terhadap sistem kapitalis.Menurut rakyat Hungarian sistem sosialis lebih menciptakan

masyarakat yang berkualitas daripada sistem kapitalis.Sistem kapitalis adalah sistem

kenegaraan yang dianut oleh rezim baru pada waktu itu.Pada awal sistem tersebut rakyat

Hungarian menemukan banyak pekerjaan.Namun setelah dua tahun kemudian rakyat

Hungarian mengalami transisi yaitu terjadi banyak pengangguran akibat dari sistem

kenegaraannya.

Dampak yang diterima oleh rakyat Hungarian adalah pengangguran yang

merajalela, dan situasi ekonomi yang tidak menyenangkan.Imbas yang lebih luas rakyat

Hungarian memilih nilai-nilai kehidupan yang individu, daripada kolektif.Sistem ekonomi

Hungarian menjadi berubah dari sistem privasi terlindungi hak-hak pribadi menjadi sistem

legal.Sistem ekonomi Hungarian menjadi seperti Negara Soviet.Berjuta-juta rakyat

Hungarian terkena virus pada perubahan sistem Negara dan keadaan ekonomi yang

menimpanya.Rakyat Hungarian menjadi penganut ekonomi Hitam, karena keadaan

ketidakpastian dan ketidakstabilan ekonomi yang dialaminya.

Fenomena ketidakberdayaan masyarakat Hungarian karena pengangguran dan krisis

ekonomi dalam ilmu psikologi dapat dijelaskan dengan teori fustasi, perkembangan,

deprivasi (perampasan hak), dan restriksi (pembatasan). Teori-teori tersebut dapat

menjelaskan pentingnya masyarakat pada suatu Negara untuk tidak mengalami

24

.P.Dolan., M.Hallsworth., D. Halpern., D,King., R.Metcalfe., & I.Vlaev, 2012, Influencing behavior : The

mindspace way, Journal of Economic Psychology, 33, pg.265.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

18

pengangguran. Karena hal yang demikian akan berpengaruh terhadap kesehatan psikis dan

fisiologis.25

Sisi lain psikologi ekonomi juga menjelaskan bagaimana kepuasan kerja,

kesejahteraan spiritual (spiritual well being) dalam dunia kerja. Hasil penelitian

menunjukan bahwa ada peran spiritual secara spesifik yaitu berdoa terhadap

pengembangan remaja.Studi pertama dengan subjek berjumlah 302 orang.Studi tersebut

dengan metode longitudinal berkaitan dengan tetapnya order (pesanan) setiap waktu dalam

tugas bisnis. Penelitian tersebut mengunakan variabel prediktor perilaku doa sebagai

perilaku patner dalam berbisnis dikaitkan dengan kepuasan.

Studi kedua dengan subjek berjumlah 191 orang. Penelitian tersebut sama dengan

penelitian yang pertama yaitu mengunakan variabel prediktor perilaku doa sebagai perilaku

patner dalam berbisnis dikaitkan dengan kepuasan. Hasilnya menunjukan bahwa variabel

prediktor perilaku doa sebagai perilaku patner dalam berbisnis disimpulkan merupakan

varian yang unik bagi kepuasan yang bersifat spiritual (alam baka). Sisi lain juga

memberikan konstribusi positif dan negatif. Studi tersebut berlanjut pada studi yang ketiga.

Pada studi yang ketiga menguji 3 variabel yang diprediksi dengan variabel prediktor

perilaku doa sebagai perilaku patner dalam berbisnis dikaitkan dengan perkembangan

remaja, peningkatan komitmen dan kepuasan. Hasilnya menunjukan bahwa variabel

prediktor perilaku doa sebagai perilaku patner dalam berbisnis berpengaruh terhadap

komitmen dalam waktu jangka panjang, dan perkembangan remaja. Selanjutnya pengaruh

variabel prediktor perilaku doa sebagai perilaku patner dalam berbisnis dalam perilaku

memiliki potensi negatif masih diperdebatkan dan didsikusikan.26

Hasil penelitian tentang identifikasi kepuasan kerja dalam perspektif Islam bahwa

Work satisfaction of Islam (WSI) memiliki dimensi spiritual, intelektual, sosial dan materi

yang terintegritas dalam kesusksesan kerja. Penelitian Work satisfaction of Islam (WSI)

penelitian yang menghasilkan peran integritas sebagai variabel mediator kaitannya dengan

kepuasan kerja dalam perspektif Islam dengan dimensi spiritual, intelektual, sosial dan

materi dan performan kerja. Data dikumpulkan dengan kuisioner dengan jumlah responden

390 orang.Responden tersebut seorang pendidik sekolah dasar di Sabah Malaysia.Alat ukur

25

.Virag Kapuvari, 2011, Psychological Effects of Economic Recession and Unemployment, European

Journal of Mental Health, 6, DOI : 10.5708/EJMH.6.2011.1.4. pg.83-84. 26

.Frank D.Fincham., Steven R. H.Brach., N.Lambert, T.Stillman., & S. Braithwaite, 2008, Spiritual

Behaviors and Relathioship satisfaction : A. Critical Analysis of The Role of Prayer, Journal of Social and

Clinical Psychology, Vol.27, No.4. pg.362.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

19

diadaptasi dari alat ukur Integrity Instrument (InNI) dari Amini Abdulah dkk, dan

instrumen performan kerja Work Performance Instrument dari Zakaria Mat

Khazani.Instrumen kepuasan kerja perspektif Islam dibuat berdasarkan konstruk pemikiran

Imam Ghazali tentang kreasi manusia.

Data dianalisis menggunakan software AMOS versi 18. Hasil penelitian

menunjukan bahwa spiritual, intelektual, sosial memberikan peran signifikan terhadap

integritas sebesar 33%. Selanjutnya integritas, material, dan sosial memberikan peran

langsung secara signifikan terhadap performan kerja sebesar 49 %. Sisi lain hasil penelitian

menunjukan bahwa integritas sebagai variabel mediator antara spiritual, intelektual Work

Performance Instrument, dengan performan kerja. Integritas juga menjadi variabel

mediator antara sosial Work Performance Instrument dan performan kerja. Secara

keseluruhan hasil penelitian menunjukan bahwa integritas berdasarkan kepuasan kerja

dalam perspektif Islam dapat menentukan performan kerja. Hasil penelitian diharapkan

akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap rencana setiap orang khususnya dalam

dunia pendidikan untuk menciptakan performan kerja yang berkualitas.27

Penelitian lain menunjukan bahwa ada hubungan antara spiritualitas dengan

kepuasan kerja. Penelitian tersebut dengan subjek penelitian remaja sebanyak 80

mahasiswa laki-laki dan perempuan dari Aligarh Muslim University.Subjek penelitian

dipilih pada fakultas yang berbeda-beda baik laki-laki dan perempuan. Penelitian tersebut

menggunakan alat ukur spirituality assessment scale dan life satisfaction scale. Data

penelitian dianalisis menggunakan SPSS cara regresi untuk menemukan korelasi dan

variabel independen t - test. Hasil penelitian menunjukan bahwa spiritualitas sebagai

veriabel prediktor memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil

yang lain ada perbedaan yang signifikan spiritualitas mahasiswa laki-laki dan perempuan

terhadap kepuasan kerja.28

F. Kesimpulan

Uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tema spiritual well being

(kesejahteraan spiritual) dan job satisfaction (kepuasan kerja) telah banyak dikaji dalam

27

.Baharom Mohamad, Halimatus Saadiah Mat Saad, & Sharifah Hayaati Syed Ismail, 2014, The Role of

Integrity As A Mediator Between Work Satisfaction and Work Performance in The Perspective of Islam : An

Empirical Approach Using SEM/AMOS Model, Impact Journal, Vol :2, Issue : 1, ISSN : 2321-8851, pg.71 28

.Matloob Ahmed Khan, Mahmoud Shirazi, & Muzamil Ahmed, 2011, Spirituality and Life Satisfaction

among Adolescent in India, Journal of Subcontinent Researches, Vol.3, No.7.71.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

20

psikologi ekonomi. Seseorang dalam bekerja dalam tingkat yang paling tinggi tidak hanya

mencari keuntungan materi semata.Seseorang bekerja memiliki tujuan hidup, makna hidup,

kenyamanan dan kesejahteraan secara psikologis dan fisiologis.Kesejahteraan secara

psikologis dan fisiologis ketika seseorang bekerja memang belum sampai pada klimaks

kepuasan. Kepuasan yang abadi adalah kepuasan seseorang dalam bekerja ketika orang

tersebut memiliki hubungan yang bermakna dengan yang lain dan dengan Dzat Yang Lebih

Tinggi yaitu Tuhan.

Referensi

Augier, M. (2001). Sublime Simon : The Consistent Vision of Economic Psychology’s

Nobel Laureta, Journal Economic Psychology, 22, pg .308-334.

Baard, P.P., Deci, E.L., & Ryan, R.M. (2004). Intrinsic Need Satisfaction : A Motivational

Basis of Performance and Well Being in Two Work Setting, Journal of Applied

Social Psychology, 34, 10, pg.2046-2047.

Brandstatter, H. !1993). Should Economic Psychology Care About Personality Structure?.

Journal of Economic Psychology, 14, pg.473-494.

Davies, A., & Cline, T. (2005). A Consumer Behavior Approach to Modeling Monopolistic

Competition, Journal Economic Psychology, 26, (6), pg.1-49.

Dolan, P., Hallsworth, M., Halpern, D., King, D., Metcalfe, R., & Vlaev, I. (2012).

Influencing behavior : The mindspace way, Journal of Economic Psychology, 33,

pg.264-277.

Fincham, F.D., Brach, S.R.H., Lambert, N., Stillman, T., & Braithwaite, S. (2008).

Spiritual Behaviors and Relathioship satisfaction : A. Critical Analysis of The

Role of Prayer, Journal of Social and Clinical Psychology, Vol.27, No.4.

pg.362.

Frey, B.S., & Stutzer, A. (2001). Economic and Psychology : From Imperialistic to

Inspired Economic, Philosophie Economiqe, Vol.2, No.4, pg.5-22.

Hands, D.W.(2009). Economics, Psychology, and the History of Consumer Choice Theory,

Cambridge Journal of Economics, version 3.3, pg. 1-21.

Kapuvari, V. (2011). Psychological Effects of Economic Recession and Unemployment,

European Journal of Mental Health, 6, DOI : 10.5708/EJMH.6.2011.1.4. pg.83-

84.

Khan, M.W. (1999).Psikologi Kesuksesan Belajar dari Keberhasilan dan Kesuksesan,

Diterjemahkan Ita Maulida & Samson Rahman, Jakarta : Rabbani Press.

Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015

21

Khan, M.A., Shirazi, M., & Ahmed, M. (2011). Spirituality and Life Satisfaction among

Adolescent in India, Journal of Subcontinent Researches, Vol.3, No.7.71.

Mohamad, B., Saad, H.S.M., & Ismail, S.H.S. (2014). The Role of Integrity As A Mediator

Between Work Satisfaction and Work Performance in The Perspective of Islam

:An Empirical Approach Using SEM/AMOS Model, Impact Journal, Vol :2,

Issue : 1, ISSN : 2321-8851, pg.71

Miner, J.B. (1992). Industrial Organizational Psychology, New York : McGraw Hill

International Edition.

Ozdemir, S. (2009).Factor Influecing Job Satisfaction in Azerbaijan Companies, Journal of

Qafqaz University, 26, pg.102-108.

Parker, J. (2007). Spiritual Care for Older People Project, Diocese of Oxford, Pavilion

Journals, Vol. 11, Issue 3, pg. 13-16.

Tella, A., C.O. Ayeni, C.O., & Popoola, S.O. (2007). Work Motivation, Job Satisfaction,

and Organisational Commitment of Library Personnel in Academic and Research

Libraries in Oyo State, Nigeria, Library Philosophy and Practice, ISSN 1522-

0222, pg.1-16.

Waluyo.M. (2009).Psikologi Teknik Industri, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Yusuf, M.J., & Mohamad, M. (2014). The Influence of Spiritual Leadership on Spiritual

Well Being and Job Satisfaction : Conceptual Framework, International Review of

Management and Business Research, Vol.3, Issue.4, pg.1948.

Yusof, J.H., & Mohamad, M. (2014). The Relatioship Spiritual Leadership, Spiritual Well

Being, and Job Satisfaction in The Malaysian Shipping Industry : A Pilot Study,

International Journal Research in Social Sciences, Vol.4, No.8, ISSN , pg.1-13.