Upload
ngolien
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
1
SPIRITUAL WELL BEING, KEPUASAN KERJA DALAM KEGIATAN
EKONOMI PERSPEKTIF PSIKOLOGI
Oleh : Dr.Saliyo, S.Ag., M.Si
Abstract
This article is written has the purpose to understand the interaction of psychology
with the economics. Both of science of psychology and economics studies human behavior.
One of the themes studied in economic psychology is spiritual well being and job
satisfaction. Many factors influence a person's job satisfaction. A person working at the
lowest level of satisfaction is to find psychological and physiological. However such
satisfaction is found not to the end of the satisfaction of human labor.
Someone who has been getting the job satisfaction of psychological and
physiological did not find the peak of satisfaction. Nothing like this for many people who
have psychological and physiological needs are met but experience a psychological
disorder such as stress, frustration, depression, even suicide. Perennial job satisfaction is
job satisfaction balanced with spiritual fulfillment. Job satisfaction such as a work is not
solely due to the material, but because there is meaning, benefits among themselves with
others and with higher, namely God.
Key words : Sipritual Well Being, Job Satisfaction, and Economic Psychology
A. Pendahuluan
Manusia memiliki peran yang sangat utama dalam menjalankan kegiatan sehari-
hari.Sukses dalam sebuah organisasi tergantung kepada siapa yang menjalankannya. Sisi
lain sukses dalam organisasi juga tergantung pada mentalitas dan moralitas seseorang yang
menjalankannya. Manusia memiliki pola pikir, sikap, moral dan mentalitas.Itulah modal
untuk menjalankan sebuah organisasi dengan baik.
Pola pikir merupakan bentuk atau model. Dengan demikian pola pikir merupakan
cara berpikir atau disebut “ mindset.” Mind merupakan sumber pikiran atau memori pusat
kesadaran, perasaan, ide yang menyimpan ide dan menyimpan pengetahuan dan memori
tentang hal sesuatu yang pernah dilakukannya sendiri ataupun dengan orang lain. Maka
dapat disimpulkan bahwa mindset merupakan kepercayaan believe, atau sekumpulan
kepercayaan yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. 1
1Minto Waluyo, Psikologi Teknik Industri, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009, hal.29-30.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
2
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku.Perilaku manusia
bersumber dari mindset seseorang. Dalam perkembangan ilmu sekarang psikologi
berintegrasi dengan ilmu-ilmu lain. Diantara ilmu psikologi yang berintegrasi dengan ilmu
lain adalah ilmu ekonomi. Kajian ilmu kekinian ada integrasi antara ilmu ekonomi dengan
ilmu psikologi.Alasannya karena kedua ilmu tersebut mempelajari tentang perilaku
manusia.
Integrasi antara ilmu psikologi dan ilmu ekonomi masih memilih pada tema-tema
yang sangat selektif.Sebagai contoh kajian interaksi antara ilmu psikologi dan ekonomi
dilakukan oleh Smith, Bentham, dan Marshall.Tokoh – tokoh ilmuan tersebut mengkaji
ekonomi berbasis psikologi sebagai referensi dan analisis berkaitan dengan keyakinan.Para
ahli ekonomi menjelaskan bahwa perilaku individu dalam perilaku ekonomi dapat
dijelaskan dengan ilmu psikologi. Para ahli ekonomi yang berbasis pada teori neoklasik
memiliki pemahaman bahwa pelayanan secara formal dan berkualitas akan berpengaruh
terhadap harga sebuah barang dalam penjualan ataupun pembelian.2
Berkaitan dengan kegiatan ekonomi sebuah teori perilaku mengungkapkan bahwa
berawal dari pertimbangan ilmu psikologi penggunaan cara berpikir rasional dalam
membuat sebuah keputusan pada pendekatan kegiatan ekonomi akan berujung terhadap
kesuksesan bidang ekonomi, politik, hukum, sejarah, dan seni. Hal tersebut merupakan
pokok yang mendasar bahwa ekonomi menjadi panglima keputusan dengan pertimbangan
ilmu psikologi.Dasar inilah yang digunakan oleh ilmuan ekonomi seperti Herbert Simon,
Amos Tversky, dan Daniel Kahneman yang merubah model ekonomi neoklasik manusia
yang berpijak pada kekuatan rasional yang sangat kuat.3
Kesuksesan dalam bidang ekonomi sebagai imbalan dari hasil jerih payah
melaksanakan pekerjaan akan melahirkan kepuasan kerja. Ada dua hal yang penting dalam
kepuasan kerja menurut Locke yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan dasar.Kepuasan
kerja merupakan hasil dari kerja seseorang dan berkaitan dengan motivasi kerja.Motivasi
merupakan kemampuan persepsi dan peran yang meghasilkan performan kerja dan
selanjutnya memperoleh imbalan sesuai dengan kerja yang dilakukannya. Motivasi
2Bruno S.Frey & Alois Stutzer, 2001, Economic and Psychology : From Imperialistic to Inspired Economic,
Philosophie Economiqe, Vol.2, No.4, pg.5-6. 3.ibid, pg.6.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
3
menunjukan besar kecilnya seseorang akan melakukan pekerjaan. Imbalan dari sebuah
pekerjaan akan dinilai sepadan atau tidak berkaitan dengan kepuasan kerja seseorang.4
Merubah pola pikir rasional manusia memang tidak mudah.Setiap komunitas
manusia dalam lingkungan dunia kerjanya memiliki karakteristik dalam berpikir.
Seseorang yang bekerja sebagai buruh pabrik ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS) cara
berpikirnya sangat berbeda. Hal yang demikian merupakan karakter dari cara berpikir
mereka dalam lingkungan kerjanya.
Mengapa manusia sulit merubah pola berpikirnya?.Pola pikir berkaitan dengan
sistem kepercayaan spiritual seseorang.Untuk merubah pola pikir seseorang dibutuhkan
perubahan pola pikir keyakinan seseorang. Menurut Bill Gould pakar Transformational
Thinking bahwa manusia terdiri dari tiga sistem yaitu : sistem perilaku, sistem berpikir, dan
sistem kepercayaan.
Sistem perilaku merupakan cara seseorang berinteraksi dengan dunia luar, dan
dengan realitas yang ada. Perilaku mempengaruhi pengalaman, dan sebaliknya juga
pengalaman akan mempengaruhi sistem berpikir dan perilaku. Selanjutnya sistem berpikir
merupakan filter dua arah yang menerjemahkan berbagai kejadian dan pengalaman yang
dialami oleh seseorang dan menjadi sebuah kepercayaan. Kepercayaan seseorang akan
mempengaruhi tindakan seseorang. Believe atau keyakinan merupakan penerimaan
kebenaran pada sesuatu hal oleh pikiran seseorang. Keyakinan memiliki sifat emosional
dan spiritual pada sesuatu yang dinilai baik atau buruk.5
Spiritual banyak diperbincangkan oleh para ilmuan pada saat ini. Spiritual atau
keyakinan manusia memiliki dimensi fisik, mental dan sosial. Tiga dimensi tersebut
terintegrasi pada manusia yang memiliki keyakinan tentang spiritual.Terkadang spiritual
seseorang terekspresikan dalam organisasi agama, ataupun dalam komunitas sebuah
kepercayaan. Spiritual memiliki kandungan tentang makna hidup, nilai, tujuan hidup yang
berhubungan dengan diri sendiri ataupun orang lain dan berbasis pada keyakinan
transendental atau kekuatan yang Maha Tinggi (Tuhan).
Spiritual memiliki kepercayaan yang bersifat individual. Spiritual merupakan
keyakinan seseorang untuk mencari pemahaman dan makna hidup. Spiritual merupakan
kegiatan seseorang yang berkaitan dengan pengalaman dan perasaan. Spiritual memiliki
4 Minto Waluyo, op.cit, hal 177-178.
5Minto Waluyo, ibid, hal. 31-32.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
4
tujuan kegiatan pengembaraan berpikir dan mengenang pengalaman-pengalaman
hidupnya setiap orang.
Setiap orang memiliki cerita dan nilai-nilai berkaitan dengan hidupnya dan
memiliki ketertarikan pada yang lain. Komunitas spiritual dapat dijadikan wahana saling
sharing tentang cerita kehidupan yang dialaminya.Saling bercerita tentang pengalaman
hidup masing-masing orang dapat menjadikan penyembuhan, melerai konflik, rasa takut
bahkan menyelesaikan kegiatan bisnisnya yang belum selesai. Hal yang demikian
persamaan keyakinan spiritual yang satu dengan yang lain dapat saling membantu dalam
menghadapi problem kehidupannya. 6
Penelitian menunjukan pada tahun 1990 bahwa orang-orang tua semakin meningkat
untuk melaksanakan ibadah berkunjung Gereja.Lebih dari 65 hasil penelitian sejak tahun
1989 orang tua berkunjung ke Gereja melaksanakan ibadah sebanyak 19 %.Selanjutnya
pada tahun 1998 orang-orang tua berkunjung ke Gereja meningkat menjadi 25 %.Tahun
berikutnya pada tahun 2005 orang-orang tua semakin meningkat untuk berkunjung ke
Gereja melakukan ibadah sebanyak 29%.7
Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi dan ilmu psikologi telah
berinteraksi untuk menjelaskan tentang perilaku manusia.Perilaku manusia selalu
dipengaruhi oleh sistem perilaku, sistem berpikir, dan sistem kepercayaan.Sistem perilaku,
sistem berpikir, dan sistem kepercayaan berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap
spiritual yang dianutnya. Sistem perilaku, sistem berpikir, dan sistem kepercayaan
merupakan motivasi kerja seseorang. Motivasi kerja menjadi pangkal seseorang dalam
bekerja dan dasar mendapatkan imbalan. Imbalan dalam bekerja atau reward berkaitan
dengan kepuasan kerja. Perilaku spiritual dan kepuasan kerja saling mempengaruhi dalam
performance pekerjaan seseorang.
B. Psikologi Ekonomi
a. Sekilas sejarah psikologi ekonomi
Salah satu tokoh ilmuan yang memperkenalkan tentang interaksi antara ilmu
ekonomi dengan psikologi adalah Herbert Simon.Herbert Simon memiliki umur 84
tahun.Dia meninggal pada tanggal 9 Februari 2001.Herbert Simon memiliki karya sebuah
6 .Janet Parker, 2007, Spiritual Care for Older People Project, Diocese of Oxford, Pavilion Journals, Vol. 11,
Issue 3 , pg. 13-14. 7.ibid, pg.15.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
5
buku tentang interaksi antara ilmu ekonomi dan psikologi.Menurut Mie Augier & Sublime
Simon buku tersebut berjudul An Empirically Bassed Microeconomics diterbitkan pada
tahun 1997 oleh Cambridge University Press. Buku tersebut berisi 223 halaman dengan
ISBN : 0-521-62412-6. Buku tersebut berisikan tentang hubungan antara ilmu ekonomi
dan psikologi.
Di abad 20 Herbert Simon adalah sosok ilmuan ilmu sosial yang tercatat dalam
sejarah.Beliau memiliki karya dalam bidang ekonomi, psikologi, teori organisasi, ilmu
politik, penelitian manajemen, ilmu komputer, dan ilmu kognitif.Salah satu kepedulian
Herbert Simon dalam berkarya berkaitan interaksi ilmu psikologi dan ekonomi yang
berisikan bagaimana seseorang ketika mengambil sebuah keputusan.Seseorang dalam
mengambil keputusan mempertimbangkan faktor ekonomi dan psikologi, tetapi juga selalu
bersandarkan pada rasionalitas.Herbert Simon berkesimpulan bahwa hanya dengan
melakukan penelitian psikologi dan ekonomi untuk memahami sesuatu permasalahan,
ketika mau melakukan sebuah keputusan. Keputusan-keputusan yang demikian dalam
kancah perilaku manusia dimungkinkan akan lebih baik.8
Tulisan lain yang dikerjakan oleh Herbert Simon berkaitan dengan ilmu psikologi
dan ekonomi yaitu tentang keseimbangan itu penting. Keseimbangan berkaitan dengan
motivasi kerja.Seseorang yang memiliki motivasi dalam bekerja secara konsisten dapat
menghasilkan kerja yang sangat luar biasa. Herbert Simon salah satu ilmuan yang
menerima hadiah nobel berkaitan dengan karya-karyanya yang luar biasa yang berisikan
ilmu psikologi dan ilmu ekonomi. Herbert Simon lulusan sekolah administrasi industri.Dia
mulai berkarya dengan analisis berbasis pada pilihan yang rasional.Herbert Simon
menggunakan analisis pengambilan keputusan seseorang berdasarkan pada ilmu psikologi
dan kognitif.Dalam hidupnya Herbert Simon disamping sebagai ilmuan psikologi,
ekonomi, dia juga berkarya dalam bidang teori organisasi, ilmu politik, penelitian
manajemen, ilmu komputer, dan ilmu kognitif.9
b.Perilaku konsumen dalam ilmu psikologi
Apabila membaca literatur tentang perilaku konsumen dalam pandangan ilmu
psikologi tentu selalu berkaitan dengan teori revolusi neoklasikal pada tahun 1870. Sejak
8.Mie Augier, Sublime Simon, 2001, The Consistent Vision of Economic Psychology’s Nobel Laureta,
Journal Economic Psychology, 22, pg .308-309. 9.ibid.309-310.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
6
tahun 1870 sejarah mencatat bahwa pemakaian teori konsumen terbagi dalam tiga tahap
yaitu : pandangan terhadap neoklasikal, urutan revolusi pada tahun 1930, dan selanjutnya
konsisten apa yang diungkapkan oleh Samuelson pada tahun 1938 tentang teori konsumen.
Tradisi orang-orang Inggris memiliki karakter bahwa generasi pertama teori
neoklasikal berdasarkan pada pemanfaatan gagasan yang berpijak pada hedonistik dan
(cardinal) hal-hal yang utama.Gagasan yang berdasarkan pada cardinal memiliki
pengertian ada perbedaan penilaian tentang berbagai macam hal yang baik berdasarkan
pada nilai-nilai numerik. Sisi lain hedonistik memiliki pengertian bahwa pemilihan suatu
barang berdasarkan pada keperluan dan memiliki sifat yang menyenangkan secara psikis
bagi pengguna (konsumen).10
Apabila ditelaah mendalam kajian ekonomi dalam perilaku konsumen dalam
pandangan psikologi adalah membangun kepercayaan antara penjual dan pembeli.Ilmu
psikologi memahami bagaimana keinginan konsumen untuk selalu tetap membeli pada
barang yang dijual.
Kepercayaan adalah emas.Ada seorang laki-laki dari New Delhi dengan modal
beberapa rupiah dia berhasil dalam kegiatan bisnisnya.Dia bisnis kain yang dijual dari
rumah ke rumah. Ketika bisnisnya berkembang dia diberi kesempatan untuk berjualan di
trotoar depan sebuah toko. Pedagang eceran tersebut membangun kepercayaan dengan
pedagang grosir kain.Dia memiliki modal dapat dipercaya untuk menjual barang-barang
pemilik grosir.Dengan waktu yang cukup lama, pedagang eceran dengan modal uang yang
kecil, dia dapat sukses menjual kain yang banyak.Dia diberi kepercayaan untuk mengambil
barang dulu, dan membayar di waktu kemudian.Inilah kepercayaan dalam perilaku
konsumen.11
Mengkaji perilaku konsumen dalam literatur psikologi akan menemukan bagaimana
konsumen memilih dari berbagai variasi sebuah produk. Variasi berbagai produk dikenal
dengan “brands”.Brands berkaitan dengan kontek efek. Kontek efek meliputi attraction
effect (pengaruh daya tarik), substitution effect (pengaruh penggantian), compromise effect
(pengaruh kompromi), lone alternative effect (pengaruh pilihan alternatif), dan
polarization effect (pengaruh polarisasi).
10
.D.Wade Hands, 2009, Economics, Psychology, and the History of Consumer Choice Theory, Cambridge
Journal of Economics, version 3.3, pg. 2-3. 11
.Maulana Wahiduddin Khan, Psikologi Kesuksesan Belajar dari Keberhasilan dan Kesuksesan,
Diterjemahkan Ita Mulida & Samson Rahman, Jakarta : Rabbani Press, 1999, hal.90.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
7
Dalam kajian literatur perilaku konsumen bahwa kontek efek selalu menjadi pilihan
konsumen secara lebih luas, emprik dan alami. Mengapa teori kontek efek dalam perilaku
konsumen selalu eksis?.Jawabannya karena ketiadaan teori yang dapat menjelaskan
perilaku konsumen.12
Ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen selalu berkaitan dengan
teori neoklasikal.Dalam kajian psikologi kepercayaan adalah emas.Untuk dapat
membangun bisnis yang sukses selalu dibangun kepercayaan antara penjual dan pembeli.
Perilaku konsumen dalam psikologi berkaitan dengan “brands” variasi berbagai produk.
Berbagai jenis produk yang dibuat dalam penjualan akan menarik pembeli untuk
memberikan pilihan dan membeli.
c. Kepribadian manusia dalam pandangan psikologi ekonomi
Ada pertanyaan yang mendasar apakah psikologi ekonomi peduli tentang perilaku
manusia ataupun kepribadian manusia?. Ilmu psikologi ekonomi menjawab bahwa sikap
masyarakat, dan perhatiannya akan menjelaskan bahwa masayarakat akan merespon
keadaan perekonomian suatu keluarga ataupun Negara dengan perilaku. Sebagai contoh
situasi harga barang yang mahal ataupun langka, dengan pendapatan yang kecil, maka
masyarakat akan lebih melakukan pengendalian belanja dengan hemat ataupun melakukan
saving (penyimpanan).
Banyak studi yang berkaitan dengan pengalaman kehidupan sehari-hari dalam ilmu
psikologi. Studi tersebut berkaitan dengan respon seseorang secara objektif terhadap
keadaan kehidupan sehari-hari.Secara objektif bahwa keadaan dalam kehidupan sehari-hari
didefinisikan secara objektif dan memiliki makna.Dalam ilmu psikologi dijelaskan bahwa
setiap invidu memiliki respon yang berbeda-beda terhadap keadaan situasi yang
dihadapi.Ilmu psikologi menjelaskan ada perbedaan masing-masing individu. Perbedaan
tersebut diantaranya pada sisi kognisi seseorang memiliki atribusi, harapan. Sisi yang lain
manusia juga memiliki perbedaan emosi, perhatian, aksi yang melekat pada masing-masing
pribadi manusia dalam menghadapi situasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
yang terjadi dalam lingkungannya.13
12
.Antony Davies & Thomas Cline, 2005, A Consumer Behavior Approach to Modeling Monopolistic
Competition, Journal Economic Psychology, 26,(6), pg.3. 13
.Hermann Brandstatter, 1993, Should Economic Psychology Care About Personality Structure?.Journal of
Economic Psychology, 14, pg.473-474.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
8
Pembahasan perilaku manusia atau kepribadian seseorang berkaitan dengan
psikologi ekonomi telah dibahas oleh George Katona. Sisi lain masalah kepribadian juga
telah dibahas oleh Kurt Lewin dalam ilmu psikologi sosial. Kurt Levin memperbincangkan
kepribadian menekankan pada respon subjektif dan objektif seseorang pada situasi
lingkungan yang dihadapinya.Respon objektif dimilki oleh orang-orang yang memiliki
karakter motivasi, kemampuan dan temperamen. Sisi lain respon seseorang yang memiliki
karakter motivasi, kemampuan temperamen dan intensitas merupakan kepribadian yang
subjektif.14
Mencermati ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam psikologi ekonomi
perilaku respon manusia atau kepribadian manusia berkaitan dengan situasi yang dihadapi
dalam lingkungannya.Setiap orang memiliki perbedaan dalam merespon pada situasi yang
dihadapinya.Hal yang demikian terjadi karena setiap manusia memiliki kognitif, afektif
dan psikomotorik yang berbeda-beda. Sisi lain respon manusia terhadap lingkungan yang
dihadapi setiap individu memiliki respon yang berbeda-beda. Ada seseorang yang
merespon dengan objektif, dan adapula yang merespon dengan subjektif.
C. Kepuasan Kerja
a.Sikap, sosial budaya, dan motivasi kaitannya dengan kepuasan kerja.
Kepuasan kerja berkaitan reward yang didapat oleh seseorang setelah
melaksanakan pekerjaan. Menurut Locke dan Lathan bahwa kepuasan kerja merupakan
sesuatu yang menyenangkan ataupun hal emosi positif yang menghasilkan pada penilaian
sebuah pekerjaan atau pengalaman kerja.Kepuasan kerja berkaitan dengan hasil dari
persepsi pada sebuah pekerjaan yang dikerjakan dengan baik.Ada tiga hal yang penting
berkaitan dengan kepuasan kerja yang dijelaskan oleh Luthan.Pertama kepuasan kerja
berkaitan dengan respon emosi pada situasi kerja.Seperti halnya tidak dapat melihat situasi
pekerjaan dengan jelas atau hanya dapat bisa menyimpulkan saja. Kedua kepuasan kerja
sering menjadi penentu bagaimana seseorang dapat tetap eksis dalam dunia pekerjaannya
dan mendapatkan apa yang diharapkannya. Sebagai contoh seseorang yang bekerja dengan
sungguh-sungguh namun mendapat imbalan yang kurang seimbang daripada seseorang
yang duduk dalam sebuah departemen bekerja dengan santai dan mendapatkan imbalan
yang lebih.Hal demikian menyebabkan sikap negatif pada pekerjaan yang
14
. Hermann Brandstatter, op.cit, pg. 474-475.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
9
dikerjakan.Ketiga kepuasan kerja berkaitan dengan representatif sikap yang menjadi
karakter seseorang terhadap suatu pekerjaan. Seseorang yang bekerja dengan sendirinya
akan memperoleh pembayaran atau upah, kesempatan promosi, dan supervisi dari rekan
kerjanya.
Sikap merupakan sumber dari performan seseorang dalam bekerja. Sikap salah satu
faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas kerja seseorang. Salah satu yang dapat
menentukan sikap seseorang adalah situasi kerja.Sikap merupakan produk dari perilaku
seseorang. Sisi lain juga banyak faktor yang mempengaruhi sikap seseorang dalam bekerja.
Seseorang yang membenci pekerjaan kemungkinan besar tidak dapat bekerja dengan baik.
Sebaliknya seseorang yang bekerja dengan rasa cinta, dan tidak dapat memberikan
produksi yang banyak, orang tersebut belum tentu memperolehreward yang banyak.
Sikap didefinisikan sebagai tingkat perasaan positif dan negatif seseorang terhadap
objek, atau sesuatu bahkan pada seseorang.Ketika seseorang memperbincangkan tentang
sikap seseorang terhadap pekerjaan, maka yang ada pada pikiran orang tersebut adalah
kecenderungan seseorang memiliki rasa senang dan tidak senang terhadap pekerjaan
tersebut.15
Menurut Miner bahwa stimulus sikap yang terjadi dalam lingkungan ada lima, dan
komponen sikap yang ada pada setiap orang ada tiga.
Gambar 1: Stimulis sikap dan komponen sikap (Miner, 1992, hal 116).
Memperhatikan gambar kotak kiri di atas dapat dipahami bahwa stimulus sikap
yang ada pada lingkungan diantaranya adalah pertama masyarakat. Budaya yang ada pada
suatu masyarakat akan mempengaruhi sikap seseorang. Kedua keluarga. Perilaku, dan cara
berpikir keluarga seseorang akan mempengaruhi sikap seseorang. Ketiga kelompok sebaya.
Pergaulan dalam kelompok sebaya juga akan mempengaruhi sikap seseorang. Keempat
masa atau zaman lampau dan sekarang terkait dengan pola hidup akan mempengaruhi
15
.John, B. Miner, Industrial Organizational Psychology, New York : McGraw Hill International Edition,
1992, pg. 115-116.
Stimuli from Enviroment
Society, Family, Peer Group, Past and Present, Work Organization, Other Factors
Component of Attitudes Within The Persons
Emotional, Evaluative of Cognitive (Thingking), Intention to behave,
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
10
sikap seseorang. Kelima organisasi kerja.Karakter suatu organisasi kerja berpengaruh
terhadap sikap seseorang.
Sisi lain pada kotak kanan dapat dipahami bahwa komponen sikap yang dimiliki
setiap orang ada tiga. Pertama emosional seseorang.Keadaan emosi yang ada pada
seseorang berpengaruh terhadap sikap seseorang.Kedua evaluasi atau kognitif seseorang
berpengaruh terhadap sikap seseorang. Artinya bahwa cara berpikir seseorang akan
berpengaruh terhadap pikiran orang tersebut. Ketiga intensitas. Intensitas seseorang
berinteraksi pada lingkungan, benda atau seseorang akan mempengaruhi sikap seseorang.
Kepuasan kerja secara alami berkaitan dengan ekonomi, kondisi sosial dan budaya
pada suatu Negara. Kepuasan kerja tidak dapat diperbincangkan tanpa adanya motivasi
kerja yang dimiliki oleh seseorang.Kepuasan kerja berkaitan dengan komitmen seseorang
pada organisasi kerja. Kurangnya kepuasan kerja dapat dipastikan akan kurang semangat
dalam melaksanakan kerja. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa kepuasan kerja
berkaitan dengan kontrol kerja, dan persepsi orang lain. Pandangan tersebut memberikan
kesimpulan bahwa kepuasan kerja berkaitan dengan motivasi seseorang dalam bekerja
yang secara alami.Kepuasan kerja juga berkaitan dengan standar imbalan kerja pada
kondisi lokal ataupun internasional yang ada.16
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi kepuasan
kerja seseorang.Diantaranya adalah sikap, sosial budaya dan motivasi seseorang.Seseorang
yang memiliki sikap yang menyenangkan pada kerja dimungkinkan mendapatkan kepuasan
kerja.Sosial budaya yang ada pada lingkungan kerja juga mempengaruhi kepuasan kerja
seseorang.Sosial budaya yang diterima seseorang dalam bekerja dapat melahirkan
kepuasan kerja.Selanjutnya motivasi. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi dan bekerja
dengan prestasi yang tinggi mendapatkan imbalan fisiologis dan psikis sepadan dapat
dipastikan akan memuaskan kerja orang tersebut.
b.Teori kepuasan kerja.
Menjelaskan tentang kepuasan kerja dapat dijelaskan dengan teori pertentangan
(discrepancy theory).Teori pertentangan dari Locke menjelaskan bahwa kepuasan dan
tidak kepuasan terhadap pekerjaan karena ada dua hal. Pertama pertentangan yang
16
.Adeyinka Tella., C.O. Ayeni., & S.O. Popoola, 2007, Work Motivation, Job Satisfaction, and
Organisational Commitment of Library Personnel in Academic and Research Libraries in Oyo State, Nigeria,
Library Philosophy and Practice, ISSN 1522-0222, pg.4-5.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
11
dipersepsikan antara apa yang dinginkan seseorang individu dengan apa yang diterima.
Kedua pentingnya pengetahuan dan pemberian apa yang diinginkan individu. Menurut
Locke seorang individu akan merasa puas atau tidak puas hal tersebut bersifat pribadi. Hal
tersebut berkaitan dengan keinginan dan pertentangan dari hasil kerja serta imbalan yang
didapatkannya.
Menurut Locke ada beberapa hal yang dapat menentukan kepuasan kerja. Diantara
faktor penentu kepuasan kerja adalah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung
jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, tantangan mental dan
kreativitas. Hasil survei diagnostik menunjukan bahwa ada lima ciri seseorang
mendapatkan kepuasan kerja dari berbagai pekerjaan. Ciri-ciri tersebut adalah keragaman
ketrampilan, jati diri tugas, tugas yang penting, otonomi, pemberian balikan ataupun
reward membantu mendapatkan kepuasan kerja.17
Menjelaskan kepuasan kerja memang banyak teori.Setiap individu memiliki
persepsi yang berbeda-beda. Ada hal yang sama dalam mendefinisikan tentang kepuasan
kerja. Kepuasan kerja berkaitan dengan sikap seseorang terhadap pekerjaan. Seseorang
yang mendapatkan kepuasan pada pekerjaan akan memberikan sikap yang positif pada
pekerjaan tersebut. Sebaliknya seseorang yang tidak mendapatkan kepuasan dalam
pekerjaan akan bersikap negatif pada pekerjaan.
Untuk menentukan seseorang mendapatkan kepuasan atau tidak dalam pekerjaan
ada enam faktor yang mempengaruhinya.Pertama pemberian kesempatan pada
pekerja.Kesempatan berkaitan dengan pekerja untuk berpartisipasi pada proyek yang ada
untuk ikut berkompetisi, dan lebih bertanggung jawab.Kedua stress. Seseorang yang
mengalami stress yang tinggi akan mengurangi pada kepuasan kerja seseorang. Ketiga
kepemimpinan. Kepemimpinan yang menyenangkan dan dapat diterima oleh pekerja akan
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Kepemimpinan yang dapat memberikan motivasi
kerja, dan kenyamanan kerja bagi karyawan dapat menambah kepuasan kerja
karyawan.Keempat standar kerja.Kepuasan kerja berkaitan dengan standar kualitas
kerja.Kelima keadilan dalam memberikan imbalan.Kepuasan kerja juga berkaitan dengan
keadilan suatu lembaga atau pimpinan dalam memberikan upah pada karyawan.Keenam
memberikan hak otonomi kepada pekerja.Otoritas ataupun kebebasan yang bertanggung
17
. Minto Waluyo, op.cit, hal. 180-181.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
12
jawab dalam mengelola dan mengembangkan pekerjaan merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi kepuasan kerja.18
Pada sisi yang lain kepuasan kerja berkaitan dengan kebutuhan (need). Istilah need
atau kebutuhan telah dipakai oleh ilmuan Abraham Maslow. Kata need oleh Abraham
Maslow dipakai untuk menjelaskan hirarki kebutuhan. Teori kebutuhan dipakai untuk
menjelaskan motivasi manusia. Istilah need berkaitan dengan hasrat, keinginan dan
motivasi seseorang yang dimiliki dengan secara sadar. Need pada esensinya merupakan
gizi manusia secara fisiologis ataupun psikologis. Need merupakan sesuatu yang ada pada
manusia secara inner dan dapat dipelajari. Jika kepuasan berkaitan dengan perkembangan
dan kesehatan manusia, maka kepuasan merupakan need.Jika kepuasan berkaitan dengan
pendapatan, maka need merupakan hasrat.
Untuk menjelaskan need dapat dipakai teori self determination (penentuan diri).
Teori tersebut menjelaskan bahwa setiap individu memiliki tiga bawaan yaitu kompetensi,
otonomi dan berhubungan dengan yang lain. Kebutuhan kompetensi berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk sukses menjalankan pekerjaan.Otonomi berkaitan dengan
pengalaman dan pilihan terhadap aksi pada suatu pekerjaan.Relatedness berkaitan dengan
relasi atau kebutuhan untuk berinteraksi antara seseorang dengan orang lain.
Menurut teori self determination bahwa kesempatan dapat memberikan kepuasan
pada tiga hal yaitu fungsi diri, motivasi dan fungsi afektif.Fungsi diri merupakan sesuatu
yang dimiliki oleh manusia secara internal. Fungsi diri berkaitan dengan nilai yang ada dan
proses regulasi. Fungsi diri berkaitan dengan penyesuaian diri.Fungsi diri berkaitan dengan
kepuasan dan menjadikan nilai tambah bagi manusia bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia.Sebaliknya kepuasan berlawanan dengan hilangnya motivasi.Kebutuhan juga
berkaitan dengan fungsi afektif.
Penelitian menunjukan bahwa kepuasan berkaitan dengan tiga hal yang bersifat
intrinsik.Tiga hal tersebut adalah bahwa kepuasan berkaitan dengan hal yang dapat
diramalkan, keamanan dan kelekatan. Temuan yang lain kepuasan berkaitan dengan faktor
18
.Selim Ozdemir, 2009, Factor Influecing Job Satisfaction in Azerbaijan Companies, Journal of Qafqaz
University, 26, pg.103-104.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
13
kehadiran atau pertemuan seseorang dengan orang lain, konstribusi seseorang pada
pekerjaan atau lembaga, sukarelawan, dan spiritual.19
Kepuasan kerja sering disamakan dengan istilah sikap terhadap pekerjaan. Sisi lain
kepuasan kerja sering diistilahkan dengan kegembiraan seseorang di tempat kerja.
Pendapat yang lain lagi kepuasan kerja berkaitan dengan harapan dan kenyataan karyawan
dalam menerima imbalan baik fisologis ataupun psikologis. Ada dua hal yang
mempengaruhi kepuasan seseorang terhadap kepuasan kerja yaitu internal dan
eksternal.Internal merupakan kepuasan yang bersifat pribadi yang ada pada setiap
individu.Kedua kepuasan kerja bersifat eksternal adalah faktor lingkungan yang melekat
pada seseorang.20
Memahami penjelasan di atas bahwa kepuasan kerja dapat dikatakan bersifat
pribadi. Sisi lain kepuasan kerja juga berkaitan dengan imbalan yang bersifat fisiologis dan
psikologis. Imbalan yang bersifat fisiologis berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang
bersifat materi.Ibalan bersifat psikologis bersifat emosi, motivasi, perhatian,
penghargaan.Kepuasan kerja merupakan bagian dari kebutuhan need. Seseorang yang
mendapatkan kepuasan kerja akan memiliki sifat yang positif terhadap pekerjaannya.
Sebaliknya seseorang yang tidak mendapatkan kepuasan kerja akan bersikap negatif pada
pekerjaanya.
D. Spiritual Well Being
a. Spiritual
Bagaimana seseorang melaksanakan spiritual pada tempat kerja.Banyak orang
mengetahui tentang pentingnya menjalankan spiritual dalam tempat bekerja, namun
mereka enggan melaksanakannya.Banyak orang beranggapan bahwa tempat bekerja
merupakan institusi sosial dan sekuler. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kehidupan
organisasi yang akan datang akan mengalami perubahan sosial jika masyarakat tetap
konsisten dalam melaksanakan pekerjaannya. Perubahan tersebut bahwa di tempat bekerja
seseorang akan senang dengan menjalankan keyakinan spiritualnya. Masalahnya orang
19
.Paul P. Baard., Edward L. Deci., & Richard M. Ryan, 2004, Intrinsic Need Satisfaction : A Motivational
Basis of Performance and Well Being in Two Work Setting, Journal of Applied Social Psychology, 34, 10,
pg.2046-2047. 20
. John B. Miner, op.cit, hal.115-116.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
14
bekerja tidak hanya mencari materi semata, namun seseorang bekerja mencari makna dan
kepuasan.
Menurut Duffy bahwa studi secara empirik menunjukan ada hubungan antara
spiritual dan kerja dengan kepuasan bekerja. Beberapa sarjana memberikan pandangan
bahwa pada tingkat level yang tinggi kepuasan kerja secara alami dapat ditemukan melalui
kebebasan mengekspresikan spiritual di tempat kerja. Kondisi yang demikian akan
memberikan sikap yang positif dan kondisi yang baik di tempat kerja. Bagaimanapun studi
kebebasan ekspresi spiritual tidak hanya berkaitan dengan kepuasan kerja semata, namun
sikap positif dan elemen yang lain yang mendukung pada produktifitas kerja karyawan.21
Banyak ilmuan yang mendefinisikan tentang spiritual. Ilmuan seperti Zinnbauer &
Pargament memberikan definisi tentang spiritual lebih dari 300 definisi yang telah
dipublikasikan. Ilmuan yang lain Markow & Klenke memberikan definisi spiritual dalam
dunia kerja lebih dari 70 definisi. Fairholm misalnya memberikan definisi spiritual
merupakan sesuatu energi yang fital, dan dijadikan prinsip bagi kehidupannya dalam
bentuk identitas, nilai, memori, rasa humor, yang terintegrasi secara menyeluruh berkaitan
dengan kebijaksanaan dan otonomi yang bersifat mendalam. Rayburn & Rayburn
mendefinisikan spiritual berkaitan dengan kekuatan yang fital yang dimiliki oleh
seseorang.Anderson mendefinisikan bahwa spiritual adalah sesuatu hal yang tidak dapat
diraba dan merupakan kekuatan afirmasi yang melekat pada diri manusia. Lean
mendefinisikan spiritual dalam tempat kerja bahwa spiritual merupakan mental kepribadian
seseorang atau sikap yang melekat pada diri seseorang yang berbentuk sikap, cara berpikir
dan membawa kesuksesan seseorang dalam bekerja. Definsi yang lebih komprehensif
dikemukakan oleh Fernando, Beale & Geroy bahwa spiritual kualitas personal yang
melekat pada diri dan dibawah alam sadar berkaitan dengan rasa, dan energi individual
untuk melakukan tindakan yang memiliki tujuan akhir yang pasti atau tujuan akhir
kehidupan diri (alam baka).
Ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa spiritual berkaitan yang abstrak.Spiritual
berkaitan dengan prinsip seseorang. Spiritual di tempat kerja berkaitan dengan sikap,
emosi, mental kepribadian seseorang, cara berpikir dalam bekerja. Spiritual dapat
membawa kesuksesan dan kepuasan kerja seseorang.
21
.Juhaizi Mohd Yusuf., & Mahadzirah Mohamad, 2014, The Influence of Spiritual Leadership on Spiritual
Well Being and Job Satisfaction : Conceptual Framework, International Review of Management and Business
Research, Vol.3, Issue.4, pg.1948.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
15
b.Spiritual well being
Disamping ada istilah spiritualitas yang menjadi kajian dalam ilmu pengetahuan,
ada juga istilah spiritual well being. Spiritual well being sering bertukar pengertian dengan
spirtualitas. Well being didefinisikan oleh Merriam Webster sebagai suatu keadaan yang
menyenangkan, sehat, dan sukses. Spiritual well being dedefinisikan sebagai persepsi
masyarakat pada seseorang tentang kualitas kehidupannya. Spiritual well being berkaitan
dengan rasa seseorang yang berkaitan dengan orang lain, yang meliputi makna dan tujuan
hidup berkaitan dengan hubungan seseorang dengan yang maha tinggi dan lebih tinggi
daripada orang tersebut yaitu Tuhan. Penelitian tentang spiritual ataupun spiritual well
being telah banyak dikaji berkaitan dengan konteks dimensi kehidupan seseorang. Kajian
tersebut meliputi dimensi emosional, psikologi, dan fisiologis yang melekat pada
seseorang.Ilmuan Emmons telah mengkaji bahwa spiritualitas memiliki sifat yang positif
berkaitan keadaan seseorang yang sedang mengalami sakit atau berkaitan dengan kepuasan
kehidupan. Spiritual di tempat kerja merupakan faktor penentu bagi kepemimpinan yang
efektif dan mendukung didapatkannya kepuasan dalam bekerja.22
Spiritual well being menurut Lee, Sirgy, Efraty, & Siegel bahwa dikonsepsikan
sebagai domain kepuasan yang melekat pada seseorang. Spiritual well being didefinisikan
sebagai rasa yang berkaitan dengan tujuan hidup seseorang. Spiritual well being memiliki
pengaruh yang positif terhadap kepuasan hidup, tanggungjawab korporat, komitmen
organisasi, produktifitas dan performan finansial.
Spiritual well being sering dikaitkan dengan spiritual leadership. Banyak studi
spiritual well being dikaitkan dengan spiritual leadership yang memiliki pengaruh positif
berkaitan dengan kepuasan kerja, komitmen organisasi, produktifitas yang diukur melalui
performan kerja dan perkembangan penjualan. Alat ukur spiritual leadership theory selalu
berkaitan dengan spiritual well being.Dimensi spiritual leadership theory berkaitan
dengan keimanan, harapan, visi, altruistik, dan cinta. Sisi lain spiritual well being dalam
sebuah kelompok berkaitan dengan perintah dan keanggotaan.23
22
.Ibid, pg.1949 23
.Juhaizi Mohd Yusof, & Mahadzirah Mohamad, 2014, The Relatioship Spiritual Leadership, Spiritual
Well Being, and Job Satisfaction in The Malaysian Shipping Industry : A Pilot Study, International Journal
Research in Social Sciences, Vol.4, No.8, ISSN , pg.3-4.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
16
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa spiritual well being berkaiatn makna
hidup, tujuan hidup. Spiritual well being dalam dunia kerja dapat mempengaruhi
performan seseorang dalam bekerja dalam bentuk sikap, komitmen, visi, cinta dan emosi
dalam bekerja. Seseorang yang memiliki spiritual well being yang baik dapat melahirkan
sikap terhadap kerja yang positif dan kepuasan. Sebaliknya seseorang yang memiliki
spiritual well being yang kurang baik dapat melahirkan sikap yang negatif terhadap tugas-
tugas kerja yang dihadapinya. Spiritual well being juga berkaitan dengan spiritual
leadership.
E. Pembahasan
Psikologi ekonomi adalah dua ilmu yang berinteraksi antara ilmu ekonomi dan ilmu
psikologi.Banyak tema yang dikaji dalam psikologi ekonomi.Ilmuan yang sukses
mempertemukan dua ilmu tersebut diantaranya adalah Herbert Simon.Herbert Simon telah
mengkaji tentang pengambilan keputusan dengan berbasis pada ilmu psikologi. Ilmu
psikologi merupakan ilmu yang mengkaji perilaku manusia berdasarkan pola pikir yang
ada pada masing-masing individu.
Cara berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Perilaku
merupakan pusat dari perubahan seseorang seperti kesehatan, keuangan dan perubahan
situasi pada diri yang sehat atau tidak sehat.Perilaku yang melekat pada masing-masing
individu juga berpengaruh pada pendapatan atau ekonomi seseorang. Ilmu psikologi telah
banyak mengkaji bahwa cara berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap pengolahan
informasi dan pendapatan ekonomi. Inilah salah satu bagian dari interaksi antara ilmu
psikologi dengan ilmu ekonomi.
Pada pembahasan awal munculnya psikologi ekonomi telah dibahas tentang
konstribusi psikologi pada ilmu ekonomi ketika seseorang mengambil sebuah keputusan.
Perkembangan selanjutnya banyak tema-tema yang dibahas dalam psikologi ekonomi
bahwa perilaku seseorang akan dipengaruhi pada situasi ekonomi yang dihadapi oleh
seseorang. Memang agak mengalami kesulitan bagaimana perilaku mempengaruhi
pengambilan keputusan seseorang, namun ada tema yang tepat dibahas dalam psikologi
ekonomi yaitu cara berpikir dalam ruang. Mindspace membantu seseorang dalam berpikir.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
17
Seseorang yang berpikir akan berpengaruh terhadap perilaku. Dalam kontekstual seseorang
berperilaku berdasarkan apa yang ada dalam kognitif orang tersebut.24
Tema yang kontekstual yang dikaji dalam psikologi ekonomi diantaranya adalah
situasi yang dialami seseorang tentang pengangguran ataupun resesi ekonomi pada suatu
Negara.Seseorang yang mengalami pengangguran karena pemutusan hubungan kerja
(PHK) atau sempitnya lapangan pekerjaan yang ada dapat berimbas pada kesehatan
fisiologis dan mental.Sebagai contoh di Hungarian.Dalam sejarah ketika masyarakat
Negara tersebut mengalami pengangguran dan krisis ekonomi, dampak yang diterima
adalah kecemasan, depresi, harga diri yang lemah yang dialami oleh rakyatnya.
Dalam catatan sejarah Hungarian pada tahun 1989 mengalami perubahan
politik.Tahun tersebut Negara Hungarian melepaskan sistem sosialis yang dianutnya
terhadap sistem kapitalis.Menurut rakyat Hungarian sistem sosialis lebih menciptakan
masyarakat yang berkualitas daripada sistem kapitalis.Sistem kapitalis adalah sistem
kenegaraan yang dianut oleh rezim baru pada waktu itu.Pada awal sistem tersebut rakyat
Hungarian menemukan banyak pekerjaan.Namun setelah dua tahun kemudian rakyat
Hungarian mengalami transisi yaitu terjadi banyak pengangguran akibat dari sistem
kenegaraannya.
Dampak yang diterima oleh rakyat Hungarian adalah pengangguran yang
merajalela, dan situasi ekonomi yang tidak menyenangkan.Imbas yang lebih luas rakyat
Hungarian memilih nilai-nilai kehidupan yang individu, daripada kolektif.Sistem ekonomi
Hungarian menjadi berubah dari sistem privasi terlindungi hak-hak pribadi menjadi sistem
legal.Sistem ekonomi Hungarian menjadi seperti Negara Soviet.Berjuta-juta rakyat
Hungarian terkena virus pada perubahan sistem Negara dan keadaan ekonomi yang
menimpanya.Rakyat Hungarian menjadi penganut ekonomi Hitam, karena keadaan
ketidakpastian dan ketidakstabilan ekonomi yang dialaminya.
Fenomena ketidakberdayaan masyarakat Hungarian karena pengangguran dan krisis
ekonomi dalam ilmu psikologi dapat dijelaskan dengan teori fustasi, perkembangan,
deprivasi (perampasan hak), dan restriksi (pembatasan). Teori-teori tersebut dapat
menjelaskan pentingnya masyarakat pada suatu Negara untuk tidak mengalami
24
.P.Dolan., M.Hallsworth., D. Halpern., D,King., R.Metcalfe., & I.Vlaev, 2012, Influencing behavior : The
mindspace way, Journal of Economic Psychology, 33, pg.265.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
18
pengangguran. Karena hal yang demikian akan berpengaruh terhadap kesehatan psikis dan
fisiologis.25
Sisi lain psikologi ekonomi juga menjelaskan bagaimana kepuasan kerja,
kesejahteraan spiritual (spiritual well being) dalam dunia kerja. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada peran spiritual secara spesifik yaitu berdoa terhadap
pengembangan remaja.Studi pertama dengan subjek berjumlah 302 orang.Studi tersebut
dengan metode longitudinal berkaitan dengan tetapnya order (pesanan) setiap waktu dalam
tugas bisnis. Penelitian tersebut mengunakan variabel prediktor perilaku doa sebagai
perilaku patner dalam berbisnis dikaitkan dengan kepuasan.
Studi kedua dengan subjek berjumlah 191 orang. Penelitian tersebut sama dengan
penelitian yang pertama yaitu mengunakan variabel prediktor perilaku doa sebagai perilaku
patner dalam berbisnis dikaitkan dengan kepuasan. Hasilnya menunjukan bahwa variabel
prediktor perilaku doa sebagai perilaku patner dalam berbisnis disimpulkan merupakan
varian yang unik bagi kepuasan yang bersifat spiritual (alam baka). Sisi lain juga
memberikan konstribusi positif dan negatif. Studi tersebut berlanjut pada studi yang ketiga.
Pada studi yang ketiga menguji 3 variabel yang diprediksi dengan variabel prediktor
perilaku doa sebagai perilaku patner dalam berbisnis dikaitkan dengan perkembangan
remaja, peningkatan komitmen dan kepuasan. Hasilnya menunjukan bahwa variabel
prediktor perilaku doa sebagai perilaku patner dalam berbisnis berpengaruh terhadap
komitmen dalam waktu jangka panjang, dan perkembangan remaja. Selanjutnya pengaruh
variabel prediktor perilaku doa sebagai perilaku patner dalam berbisnis dalam perilaku
memiliki potensi negatif masih diperdebatkan dan didsikusikan.26
Hasil penelitian tentang identifikasi kepuasan kerja dalam perspektif Islam bahwa
Work satisfaction of Islam (WSI) memiliki dimensi spiritual, intelektual, sosial dan materi
yang terintegritas dalam kesusksesan kerja. Penelitian Work satisfaction of Islam (WSI)
penelitian yang menghasilkan peran integritas sebagai variabel mediator kaitannya dengan
kepuasan kerja dalam perspektif Islam dengan dimensi spiritual, intelektual, sosial dan
materi dan performan kerja. Data dikumpulkan dengan kuisioner dengan jumlah responden
390 orang.Responden tersebut seorang pendidik sekolah dasar di Sabah Malaysia.Alat ukur
25
.Virag Kapuvari, 2011, Psychological Effects of Economic Recession and Unemployment, European
Journal of Mental Health, 6, DOI : 10.5708/EJMH.6.2011.1.4. pg.83-84. 26
.Frank D.Fincham., Steven R. H.Brach., N.Lambert, T.Stillman., & S. Braithwaite, 2008, Spiritual
Behaviors and Relathioship satisfaction : A. Critical Analysis of The Role of Prayer, Journal of Social and
Clinical Psychology, Vol.27, No.4. pg.362.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
19
diadaptasi dari alat ukur Integrity Instrument (InNI) dari Amini Abdulah dkk, dan
instrumen performan kerja Work Performance Instrument dari Zakaria Mat
Khazani.Instrumen kepuasan kerja perspektif Islam dibuat berdasarkan konstruk pemikiran
Imam Ghazali tentang kreasi manusia.
Data dianalisis menggunakan software AMOS versi 18. Hasil penelitian
menunjukan bahwa spiritual, intelektual, sosial memberikan peran signifikan terhadap
integritas sebesar 33%. Selanjutnya integritas, material, dan sosial memberikan peran
langsung secara signifikan terhadap performan kerja sebesar 49 %. Sisi lain hasil penelitian
menunjukan bahwa integritas sebagai variabel mediator antara spiritual, intelektual Work
Performance Instrument, dengan performan kerja. Integritas juga menjadi variabel
mediator antara sosial Work Performance Instrument dan performan kerja. Secara
keseluruhan hasil penelitian menunjukan bahwa integritas berdasarkan kepuasan kerja
dalam perspektif Islam dapat menentukan performan kerja. Hasil penelitian diharapkan
akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap rencana setiap orang khususnya dalam
dunia pendidikan untuk menciptakan performan kerja yang berkualitas.27
Penelitian lain menunjukan bahwa ada hubungan antara spiritualitas dengan
kepuasan kerja. Penelitian tersebut dengan subjek penelitian remaja sebanyak 80
mahasiswa laki-laki dan perempuan dari Aligarh Muslim University.Subjek penelitian
dipilih pada fakultas yang berbeda-beda baik laki-laki dan perempuan. Penelitian tersebut
menggunakan alat ukur spirituality assessment scale dan life satisfaction scale. Data
penelitian dianalisis menggunakan SPSS cara regresi untuk menemukan korelasi dan
variabel independen t - test. Hasil penelitian menunjukan bahwa spiritualitas sebagai
veriabel prediktor memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil
yang lain ada perbedaan yang signifikan spiritualitas mahasiswa laki-laki dan perempuan
terhadap kepuasan kerja.28
F. Kesimpulan
Uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tema spiritual well being
(kesejahteraan spiritual) dan job satisfaction (kepuasan kerja) telah banyak dikaji dalam
27
.Baharom Mohamad, Halimatus Saadiah Mat Saad, & Sharifah Hayaati Syed Ismail, 2014, The Role of
Integrity As A Mediator Between Work Satisfaction and Work Performance in The Perspective of Islam : An
Empirical Approach Using SEM/AMOS Model, Impact Journal, Vol :2, Issue : 1, ISSN : 2321-8851, pg.71 28
.Matloob Ahmed Khan, Mahmoud Shirazi, & Muzamil Ahmed, 2011, Spirituality and Life Satisfaction
among Adolescent in India, Journal of Subcontinent Researches, Vol.3, No.7.71.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
20
psikologi ekonomi. Seseorang dalam bekerja dalam tingkat yang paling tinggi tidak hanya
mencari keuntungan materi semata.Seseorang bekerja memiliki tujuan hidup, makna hidup,
kenyamanan dan kesejahteraan secara psikologis dan fisiologis.Kesejahteraan secara
psikologis dan fisiologis ketika seseorang bekerja memang belum sampai pada klimaks
kepuasan. Kepuasan yang abadi adalah kepuasan seseorang dalam bekerja ketika orang
tersebut memiliki hubungan yang bermakna dengan yang lain dan dengan Dzat Yang Lebih
Tinggi yaitu Tuhan.
Referensi
Augier, M. (2001). Sublime Simon : The Consistent Vision of Economic Psychology’s
Nobel Laureta, Journal Economic Psychology, 22, pg .308-334.
Baard, P.P., Deci, E.L., & Ryan, R.M. (2004). Intrinsic Need Satisfaction : A Motivational
Basis of Performance and Well Being in Two Work Setting, Journal of Applied
Social Psychology, 34, 10, pg.2046-2047.
Brandstatter, H. !1993). Should Economic Psychology Care About Personality Structure?.
Journal of Economic Psychology, 14, pg.473-494.
Davies, A., & Cline, T. (2005). A Consumer Behavior Approach to Modeling Monopolistic
Competition, Journal Economic Psychology, 26, (6), pg.1-49.
Dolan, P., Hallsworth, M., Halpern, D., King, D., Metcalfe, R., & Vlaev, I. (2012).
Influencing behavior : The mindspace way, Journal of Economic Psychology, 33,
pg.264-277.
Fincham, F.D., Brach, S.R.H., Lambert, N., Stillman, T., & Braithwaite, S. (2008).
Spiritual Behaviors and Relathioship satisfaction : A. Critical Analysis of The
Role of Prayer, Journal of Social and Clinical Psychology, Vol.27, No.4.
pg.362.
Frey, B.S., & Stutzer, A. (2001). Economic and Psychology : From Imperialistic to
Inspired Economic, Philosophie Economiqe, Vol.2, No.4, pg.5-22.
Hands, D.W.(2009). Economics, Psychology, and the History of Consumer Choice Theory,
Cambridge Journal of Economics, version 3.3, pg. 1-21.
Kapuvari, V. (2011). Psychological Effects of Economic Recession and Unemployment,
European Journal of Mental Health, 6, DOI : 10.5708/EJMH.6.2011.1.4. pg.83-
84.
Khan, M.W. (1999).Psikologi Kesuksesan Belajar dari Keberhasilan dan Kesuksesan,
Diterjemahkan Ita Maulida & Samson Rahman, Jakarta : Rabbani Press.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 1, Juni 2015
21
Khan, M.A., Shirazi, M., & Ahmed, M. (2011). Spirituality and Life Satisfaction among
Adolescent in India, Journal of Subcontinent Researches, Vol.3, No.7.71.
Mohamad, B., Saad, H.S.M., & Ismail, S.H.S. (2014). The Role of Integrity As A Mediator
Between Work Satisfaction and Work Performance in The Perspective of Islam
:An Empirical Approach Using SEM/AMOS Model, Impact Journal, Vol :2,
Issue : 1, ISSN : 2321-8851, pg.71
Miner, J.B. (1992). Industrial Organizational Psychology, New York : McGraw Hill
International Edition.
Ozdemir, S. (2009).Factor Influecing Job Satisfaction in Azerbaijan Companies, Journal of
Qafqaz University, 26, pg.102-108.
Parker, J. (2007). Spiritual Care for Older People Project, Diocese of Oxford, Pavilion
Journals, Vol. 11, Issue 3, pg. 13-16.
Tella, A., C.O. Ayeni, C.O., & Popoola, S.O. (2007). Work Motivation, Job Satisfaction,
and Organisational Commitment of Library Personnel in Academic and Research
Libraries in Oyo State, Nigeria, Library Philosophy and Practice, ISSN 1522-
0222, pg.1-16.
Waluyo.M. (2009).Psikologi Teknik Industri, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Yusuf, M.J., & Mohamad, M. (2014). The Influence of Spiritual Leadership on Spiritual
Well Being and Job Satisfaction : Conceptual Framework, International Review of
Management and Business Research, Vol.3, Issue.4, pg.1948.
Yusof, J.H., & Mohamad, M. (2014). The Relatioship Spiritual Leadership, Spiritual Well
Being, and Job Satisfaction in The Malaysian Shipping Industry : A Pilot Study,
International Journal Research in Social Sciences, Vol.4, No.8, ISSN , pg.1-13.